AGRITECH : Vol. XVI No. 2 Desember 2014 : 157 – 173
ISSN : 1411-1063
DEVELOPMENT OF FUSARIUM DISEASE CONTROL TECHNOLOGY WITH BIOLOGICAL AGENT IN MAS CULTIVAR BANANA IN LAND INFECTED Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto e-mail:
[email protected] Masuk: 3 November 2014; Diterima: 10 Desember 2014 ABSTRACT Based on the data of General Director of Production and Horticulture, the damage of plantation areas in banana plantation centers in Indonesia always increases in years, this is due to Fusarium attack caused by fungus Fusarium oxisphorum and causing damage of 3070 % banana plantation areas.The aim of this empirically for due to biological control technology Fusarium wilt effective and environmentally friendly to the infected area in District Baturaden, Banyumas through soil solarization treatments and utilization of biological agents..The Research was conducted at the wilt disease endemic Fusarium land located in the village Pamijen, District Baturraden, Banyumas. The research design was a Split Plot Design consisting of 2 treatments, the main plot treatments is soil solarization, whereas treatment subplot is the type and dose of biological agents antagonist. The results showed that the treatment given soil solarization proved to increase the temperature of the surface of the soil up to 8.8 ° C compared with without solarization and reduces demand Fussarium population at ground level up to 53.61%, whereas without solarization Fussarium population decline by 22, 33%. Provision of biological agents Trichoderma, Gliocladium and P. Fluoroscens during the study proved to provide inhibition of the development of Fussarium on seedling disease, indicated by the appearance of symptoms of the disease until the end of the study. This is possible due to the formation of phenolic compounds such as tannins, saponins and glicosida and colonization between biological agents with the root system of plants in which the contact between pathogen inhibition with banana plant seedlings root system so that it protects the roots of the disease-causing pathogen infection Fussarium wilt. Treatment of biological agents proved capable of providing better vegetative growth when compared to the untreated biological agents (control) in which had significant effect on the number of root parameters, but had no significant effect on plant height parameter, number of leave’s, and stem’s diameter. However, the provision of Trichoderma 100 g / planting hole showed the best results in almost all plant vegetative growth parameters at the end of the reseach. Key word: solarize, biological agents, banana plants, infected with Fusarium land Baturraden. Jenis tanaman pisang ini
PENDAHULUAN Pisang mas (Musa paradisiaca L)
banyak digemari konsumen karena rasanya
merupakan salah satu tanaman pisang yang
yang sangat manis, warna daging buah
banyak
dikembangkan
Banyumas
khususnya
di
Kabupaten
kuning muda, harum dan agak lunak.
di
Kecamatan
Dengan karakteristik spesifik tersebut, 157
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... maka tidak heran kalau jenis pisang mas
beberapa
komoditi
tanaman
ini secara ekonomi memiliki nilai jual
disamping
yang menjanjikan.
berbagai jenis patogen (khususnya patogen
mampu
budidaya
mengendalikan
tular tanah/soilbornepathogen), (Haas dan
Namun demikian, kondisi saat ini
Defago 2005 cit Siddiqui, 2006).
petani pisang mas yang berada di daerah
Solarisasi
Baturraden mengalami permasalah dalam
adalah
salah
satu
hal penyediaan bibit tanaman pisang mas
alternatif disinfestasi tanah nonkimia yang
yang
teknologi
aman, simpel, dan efektif pada berbagai
pengendalian hayati penyakit busuk akibat
kondisi yang kini banyak diupayakan
Fusarium
untuk
berkualitas
dan
oxysphorum
pada
tanaman
mengendalikan
berbagai
jenis
pisang mas di lahan. Alternatif yang dapat
patogen tular tanah (DeVay et al. 1990;
dilakukan untuk mengatasi permasalahan
Stapleton et al. 1987) cit. Cicu, 2005.
pengadaan bibit pisang yang bermutu,
Menurut Chen et al. (1991), solarisasi
bebas bibit penyakit
tanah
dan berproduksi
merupakan
salah
satu
teknik
tinggi adalah dengan kultur in vitro, yaitu
pengendalian patogen tular tanah dengan
kultur dengan menggunakan meristem
memodifikasi lingkungan tumbuh patogen,
apikal ataupun mata tunas sebagai eksplan.
yaitu untuk meningkatkan suhu tanah.
Upaya lain juga telah dilakukan untuk
Peningkatan suhu tanah karena solarisasi
menekan serangan penyakit layu pada
dapat mempengaruhi patogen baik dengan
tanaman pisang setelah ditanam di lahan
secara fisik, kimia atau biologi. Selain itu
adalah
salah satu cara untuk merangsang aktivitas
dengan
penggunaan
teknologi
pengendalian penyakit layu yang ramah
mikroorganisme
lingkungan (hayati).
(yang ada di dalam tanah) sehingga dapat
dipadukan dengan sistem perbaikan teknik berupa
penerapan
indogeneus
menekan populasi patogen dalam tanah
Teknik pengendalian hayati yang
budidaya
antagonis
secara alami.
solarisasi
Pengendalian hayati penyakit yang
tanah merupakan alternatif yang perlu
disebabkan oleh Fusarium dapat dilakukan
dipertimbangkan, dalam upaya menjaga
dengan
keseimbangan
dengan
bahan organik ke dalam tanah (Rustanti et
mikroorganisme bukan patogen sebagai
al., 2004). Perlakuan dengan Trichoderma
agens pengendali berpotensi melindungi
harzianum
tanaman
inkubasi Fussarium oxysphorum pada jahe
lingkungan
selama
Pengendalian meningkatkan
siklus
hayati
hidupnya.
terbukti
pertumbuhan
(Soesanto
efektif
menambahkan
dapat
et
al.,
tanaman terhadap
pada 158
antagonis
menghambat
2005).
dan
masa
Ketahanan
patogen ditunjukkan
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... dengan
ketahanan
terhadap
infeksi
Kecamatan
patogen, namun dapat membatasi aktivitas
Banyumas.
Baturaden,
Kabupaten
patogen, sehingga patogen tidak dapat berkembang dan tidak dapat menyebabkan
METODE PENELITIAN
kerusakan
berat
(Agrios,
Waktu dan Tempat
Soesanto,
2009).
Ketahanan
2005,
cit
kimiawi
Penelitian
dilaksanakan
dilahan
ditunjukkan dengan terbentuknya senyawa
endemi penyakit layu Fussarium yang
kimia
mencegah
berlokasi di Desa Pamijen, Kecamatan
pertumbuhan dan perkembangan patogen,
Baturraden, Kabupaten Banyumas, dengan
yang dapat berupa Pathogenesis Related
ketinggian tempat 175-200 m diatas
Proteins,
metabolit
sekunder
permukaan laut.
senyawa
lakaloida,
fenol,
flavonida,
glikosida,
fitoaleksin,
dan
sebagainya
yang
(Chaerul,
mampu
berupa
Rancangan Percobaan Rancangan
yang
digunakan
2003 cit, Susanto, 2009).
adalah Rancangan Acak Terbagi (Split
dimana umumnya tanaman yang tahan
Plot Design)yang terdiri dari 2 perlakuan
mengandung
tersebut
yaitu perlakuan petak utama (Main plot)
dengan konsentrasi lebih tinggi daripada
adalah solarisasi tanah, yang terdiri dari
tanaman tidak tahan (Agrios, 2005).
dua aras yaitu solarisasi dengan plastik
Penggunaan
bening ( S1) dan tanpa solarisasi (S0),
senyawa
agensia
kimia
hayati
antagonis
merupakan salah satu alternatif yang dapat
sedangkan perlakuan anak petak
digunakan dalam upaya meningkatkan
plot) adalah
ketahanan tanaman.
hayati
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
memperolehan
pengendalian
hayati
penyakit
antagonis
perlakuan
teknologi
jenis dan
dosis agensia
dengan
sebagai
( Sub
berikut
kombinasi :
(T.50)
Trichoderma sp dengan dosis 50 g/lubang
layu
tanam; (T.100) Trichoderma sp dengan
dan ramah
dosis 100 g/lubang tanam ; (PF.20)
lingkungan untuk lahan terinfeksi di
Pseudomonas fluorescens dengan dosis 20
Kecamatan
ml / l air ; (P.30) Pseudomonas fluorescens
Fusarium yang efektif
Baturaden,
Kabupaten
Banyumas melalui perlakun solarisasi
dengan dosis 30 ml/l air.
tanah dan pemanfatan agensia hayati, serta
Gliocladium sp dengan dosis 25 g/lubang
memperoleh tanaman pisang mas bebas
tanam;
patogen,
dengan dosis 50 g/lubang tanam ditambah
memiliki
resistensi
terhadap
jamur Fusarium dan berproduksi tinggi di
perlakuan 159
(G.25)
dan (G.50) Gliocladium sp
fungisida
kimia
sebagai
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... tanpa
diberikan per lubang tanam dalam polibag
fungisida (kontrol -). Untuk lebih jelasnya
adalah 20 ml/l dan 30 ml/l (sesuai
kombinasi
perlakuan
pada
perlakuan).
Sehingga
diperoleh
8
perlakuan.
Semuanya
disusun
pembanding (kontrol +). dan
tabel
1.
kombinasi
Variabel yang diamati Pengamatan
secara
dilakukan
ditanam berumur
setelah
faktorial dengan tiga ulangan. dan setiap
tanaman
unit perlakuan menggunakan 10 tanaman
setelah tanam, pengamatan meliputi :
sehingga akan menggunakan 180 lubang
Pengamatan pertumbuhan tanaman Pertumbuhan
tanam.
2 minggu
tanaman
yang
Pelaksanaan Penelitian
diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah
Medium tanam
daun , diameter batang, dan jumlah akar. Pengamatan Intensitas Serangan
Medium tanam yang digunakan
Intensitas serangan penyakit Layu
adalah tanah pada lahan yang terinfeksi
Fusarium : dihitung dengan cara melihat
jamur Fusarium oxysphorum penyebab
bobot serangannya, yang dihitung mulai
penyakit layu pada tanaman pisang di
awal
Desa Pamijen Kecamatan Baturaden.
perlakuan/inokulasi
munculnya Aplikasi Agensia hayati Trichoderma dan Gliocladium
serangan.
sampai
Penghitungan
keparahan penyakit dengan menggunakan
Agensia hayati Gliocladium sp dan
kategori serangan atau skala kerusakan
Trichoderma dalam bentuk biakan yang
menggunakan skala Mak et al (2008),
sudah dibuat sebelumnya , diaplikasikan
dengan kriteria sebagai berikut ;
dengan cara membenamkannya dalam
1= tidak ada infeksi ( tanaman sehat)
lubang tanam
2 = daun sedikit menguning
di lahan terinfeksi yang
akan digunakan dalam penelitian. Dosis
3 = sebagain besar daun menguning
Gliocladium sp
4 = semua daun menguning
dan Trichoderma yang
5 = tanaman mati;
diberikan per lubang tanam dalam lubang tanam sesuai perlakuan.
untuk gejala pada akar dengan kriteria
Aplikasi Pseudomonas fluorecens
sebagai berikut:
Agensia fluorecens
hayati
dalam
1 = jaringan pada bagian atau sekitar
Pseudomonas
bentuk
Bio
bonggol tidak ada perubahan
PF,
warna
diaplikasikan dengan cara menyiramkan
2 = tidak ada perubahan warna pada
suspensi Bio PF pada lubang tanam pada saat penanaman . Dosis Bio PF
bagian
yang
160
bonggol,
perubahan
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... warna terdapat pada bagian yang
8 = tanaman mati
berhubungan dengan akar
Keparahan penyakit (disease severuty
3 = perubahan warna 0- 5 %
indeks /DSI) pada daun dan akar menurut
4 = perubahan warna 6 – 20 %
Mak et al (2008) adalah sebagai berikut:
5 = perubahan warna 21 – 50 %, (nilaikategorixjumlahbibit tiapkategoriserangan) DSI = (jumlahbibityangdiamati)
6 = perubahan warna > 50 % 7 = perubahan warna mencapai bonggol tanaman
Tabel 2. Keterangan Skala DSI Skala DSI untuk LSI Skala DSI untuk RDI Keterangan 1 1 Tahan 1,1 - 2 1,1 – 3 Toleran 2,1 - 3 3,1 – 5 Rentan 3,1 - 4 5,1 - 8 Sangat Rentan akuades, dan dikeringkan diatas kertas Kepadatan populasi Fusarium total saring steril. Setelah kering, bahan dihitung pada akhir penelitian, dengan dipotong sepanjang 1 cm dan diisolasi menghitung langsung sampel tanah pada medium PDA dalam cawan petri, sebanyak 1 g yang dilarutkkan dalam 9 ml Setiap cawan petri diisi 10 potongan akar air steril, dan dihitung setelah sampel atau bonggol dan diinkubasi minimum 3 larutan tanah ditumbuhkan kedalam media hari. PDA dalam cawan petri. Pengamatan terhadap
kandungan
senyawa
fenol
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Solarisasi Terhadap Iklim Mikro di Lahan
dilakukan terhadap glikosida, saponin, dan tanin dilakukan diakhir penelitian. Uji glikosida
dilakukan
dengan
Hasil
pereaksi
solarisasi berpengaruh pada peningkatan
dengan uji gelatin dan pereaksi FeCl3, uji dilakukan
menggunakan
suhu tanah. Didukung data yang diperoleh
uji
dari
busa/buih (the froth test).
di
dalam
tanaman
stasiun
pengamatan
Pengamatan agensia antagonis dan Fusarium
peubah
lingkungan menunjukkan bahwa perlakuan
Keller-Kiliani, uji tannin diidentifikasi
saponin
Pengamatan
klimatologi hama
dan
laboratorium penyakit
JatilawangKabupaten Banyumas.Keadaan
dengan
cuaca selama perlakuan solarisasi tanah
mengisolasi dari akar tanaman, akar di
adalah curah hujan ada pada kisaran 29,8
potong, direndam dalam larutan kloroks
mm/hari, suhu rata-rata harian 27oC dan
1% selama 5 menit, dicuci 2 kali dengan
kelembaban nisbi udara rata-rata 90 %. 161
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ...
Perlakuan Tanpa Solarisasai 40 30 20 10 0
60 07.00 WIB
Suhu Tanah °C
Suhu tanah °C
Perlakuan Solarisasi
36 35 3733.534 35 3634.2
40
12.00 WIB
44 45 45.8 39.540.7 43 42 43 07.00 WIB 12.00 WIB
20
17.00 WIB 1 2 3 4 5 6 7 8 Pengamatan Minggu ke-
17.00 WIB
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 1. Grafik Perubahan P Suhu Tanah Selama Penelitian dengan Perlakuan erlakuan Tanpa Solarisasi dan Solarisasi
Pada gambar grafik 1 dapat dilihat
solarisasi pada minggu ke-8, 8, sedangkan
bahwa suhu tanah harian pada permukan
pada perlakuan tanpa solarisasi tanah suhu
tanah
tertinggi sebesar 37
selama
solarisasi
menunjukkan
o
C dimana terjadi
peningkatan suhu hingga 8,8 oC.
adanya peningkatan dibandingkan tanpa perlakuan solarisasi pada setiap jam
Sedangkan untuk data curah hujan
pengamatan.
harian
uhu tanah tertinggi adalah saat Suhu
selama
perlakuan
solarisasi
dilakukan disajikan dalam grafik 2.
waktu pengamatan pukul 12.00 WIB yaitu sebesar 45,8 oC dicapai pada perlakuan
600 400
692
15
455 mei 260
Juni
200
juli
0
Curah Hujan Harian (mm)
Curah Hujan Bulanan (mm)
Grafik 2.a 800
15
Grafik 2.b
12 11
10
Mei Juni
5
Juli
0 3.a
3.b
Gambar 2. Grafik Curah urah Hujan Bulanan (2.a) dan Curah Hujan Harian arian (2.b) dalam satuan mm Selama Perlakuan Solarisasi
terinfeksi menunjukkan bahwa populasi
Pengaruh Perlakuan Solarisasi Terhadap Intensitas Serangan Layu Fussarium
Fussarium di dalam tanah pada saat sebelum
Kepadatan populasi Fussarium di dalam tanah Hasil
pengukuran
perlakuan
solarisasi
yaitu
3
sebanyak 3,67 x 10 , sedangkan perlakuan tanpa
kepadatan
solarisasi
kepadatan 3
sebanyak 3 x 10 .
populasi Fussarium sebelum dan sesudah
populasi
Setelah perlakuan
solarisasi tanah selama 8 minggu populasi
perlakuan solarisasi didalam tanah yang 162
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... Fussarium didalam tanah sebanyak 1,67 x
Keparahan Penyakit Patogen Fussarium pada Bibit Tanaman Pisang
103, sedangkan perlakuantanpa solarisasi
Hasil
tanah populasi Fussarium sebanyak 2,33 x
menunjukkan
bahwa gejala serangan penyakit layu yang
103. Perkembangan
disebabkan oleh jamur Fussarium belum
pathogen
muncul.
Fussarium di lahan yang terinfeksi yang diperlakukan
dengan
tingkat
solarisasi
Indeks
hingga
%.
Hasil
mampu
pada bibit tanaman pisang yang bersumber
perkembangan
dari anakan dilapangan kejadian penyakit pertama kali muncul pada umur 16 minggu setelah tanam dan 26 minggu setelah
selama solarisasi
tanam untuk bibit yang bersumber dari
berlangsung. Sesuai pendapat (De vay, 2005) bahwa
maupun
bahwa pada perlakuan tanpa agensia hayati
terjadi oleh karena terjadinya peningkatan
Cicu,
daun
penelitian Sibarani (2008), melaporkan
jamur Fusarium pada lahan yang terinfeksi
1991, cit.
pada
yang hanya 16 minggu, dimana hasil
menghambat
di lahan yang terinfeksi selama penelitian.
suhu tanah selama
(DSI)
disebabkan oleh karena waktu pengamatan
terjadinya perkembangan jamur Fussarium
Penghambatan
layu
penyakit layu Fussarium pada tanaman
tersebut
menunjukkan bahwa perlakuan solarisasi diaplikasi
penyakit
dan
Belum terjadinya gejala serangan
solarisasi penuruan populasi Fussarium 22,33
serangan
akar/bonggol tidak dapat kami sajikan.
mencapai 53,61 %, sedangkan tanpa
sebesar
keparahan
data
diukur dengan nilai Disease Severuty
populasi Fussarium di permukaan tanah perlakuan
intensitas
demikian
Fussarium pada bibit tanaman pisang yang
Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah
untuk
Dengan
pengamatan
solarisasi
menunjukkan penurunan yang cukup baik.
yang
penelitian
kultur jaringan, serangan penyakit sebesar
efek
20 % hingga 100 % untuk bibit yang
pemanasan yang disolarisasi paling tinggi
berasal dari anakan sedangkan pada bibit
diperoleh pada permukaan tanah, dan
kultur jaringan sebesar 20 % hingga 80% .
menurun dengan bertambahnya kedalaman
Dalam penelitian ini bibit
tanah. Temperatur tanah yang meningkat
pisang yang
digunakan bersumber dari kultur jaringan
akibat solarisasi tanah dapat menurunkan
dimana keunggulan bibit pisang hasil
populasi gulma dan pathogen tanaman,
kultur jaringan dibandingkan dengan bibit
termasuk cendawan, bakteri, dan nematode
dari anakan adalah bibit kultur jaringan
serta mengendalikan berbagai penyakit
terbebas dari sumber penyakit seperti layu
tanaman.
moko 163
akibat
Pseudomonas
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... solanacearumdan layu panama akibat
4,82 oC daripada tanpa perlakuan solarisasi
Fusarium oxysporum cubense (Anonim,
tanah.
2008).
Suhu yang diperlukan untuk mematikan Perlakuan solarisasi tanah yang
(ED90) cendawan mesofilik adalah pada
diberikan dimungkinkan pula berpengaruh dalam
penghambatan
penyakit
layu
kisaran 37 oC dan memerlukan waktu 2
perkembangan
Fussarium
pada
sampai 4 minggu , namun deikian pada
bibit
suhu 47 oC hanya memerlukan waktu 1
tanaman pisang mas selama penelitian,
sampai 6 jam untuk mencapi keefektifan
dimana hal ini karena perlakuan solarisasi
tersebut ( Kartini dan Widodo, 2000).
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu
Menurut Pullman et al. (1981), waktu
o
tanah hingga 45,8 C dengan kisaran suhu
yang diperlukan untuk mematikan 90%
permukan tanah pada waktu pengamatan
Rhizoctonia
pukul 12.00 yaitu berkisar antara 39,5 oC
Perlakuan
panas
C dengan
ternyata juga berpengaruh tidak langsung
o
C – 35,45
selama
terhadap perubahan lingkungan didalam
o
C.
tanah
solarisasi
karena
yang tidak berkecambah dan ditumbuhi
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
minggu
menyebabkan
menyebabkan
Hal tersebut dapat dilihat dari sklerotia
cendawannya (De Vay & Katan 1991).
oleh mikroorganisme seperti Aspergillus,
bahwa
selama
dapat
meningkatkan bocornya beberpa senyawa.
letak patogen dalam tanah serta jenis
tanah
solarisasi
retaknya kulit sklerotia S. Rolfsii, sehingga
perlakuan, warna tanah dan struktur tanah,
solarisasi
aktifitas
(2000), dimana akibat panas subletal
kondisi suhu udara, panjang hari, lama
perlakuan
terhadapa
terbukti dari penelitian kartini dan Widodo
dimana pengaruhnya bervariasi tergantung
menunjukkan
diantarnya
beberapa mikroorganisme tertentu. Hal ini
menghambat perkembanganan cendawan,
(2005)
selain
berpengaruh langsung terhadap patogen,
berpengaruh langsung dan berperan dalam
Cicu
solarisasi
o
kisaran rerata suhu harian pada permukaan
Perlakuan
waktu
sekitar 10 jam dengan suhu 43 C.
minggu. Sedangkan rerata suhu harian
tanah antara 32,13
diperlukan o
– 45,8 oC dengan lama perlakuan selama 8
tertinggi mencapai 35,45
solani
Trichoderma dan bakteri. Sklerotia yang
6
dalam keadaan lemah ini akhirnya mudah
peningkatan
terserang oleh Trichoderma harzianum
temperatur tanah harian pada kedalaman
dan mikroorganisme lainnya (Lifshitz et
15 cm, yaitu temperatur tertinggi yang
al. Dalam de Vay, 1991).
o
dicapai sebesar 30,32 C atau lebih tinggi
164
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... didalam jaringan tanaman pisang mas pada
Selain perubahan komposisi faktor biotok,
struktur tanah dan
senyawa
mineral yang
tanaman
dan
mikroorganisme terpengaruh.
akhir
senyawa-
tersedia
penelitian
kandungan
bagi
menunjukkan
tanin,
saponin
bahwa maupun
pertumbuhan
glikosida pada masing-masing perlakuan
juga
ikut
memberikan hasil data kualitatif yang
Perubahan yang terjadi
bervariasi. Namun demikian secara umum
tanah
akibat perlakuan
kandungan tanin, saponin dan glikosida
solarisasi pada akhirnya akan berpengaruh
pada perlakuan Trichoderma 100 g/ lubang
terhadap kepadatan inokulum, daya tahan
tanam (T.100) meunjukkan kualitas yang
dan keagresifan patogen di dalam tanah,
lebih tinggi terlihat dari terbentuknya busa
pertumbuhan serta daya tahan tanaman
dan perubahan warna yang pekat.
terhadap lingkungan
terhadap penyakit (Widodo dan Suheri,
Hasil pengamatan uji kualitatif
1995. dalam Kartini dan Widodo, 2000)
kandungan
Analisis Kandungan Senyawa Fenol pada Jaringan Tanaman Pisang, Pengukuran Kepadatan Populasi Fusarium Dan Agensia Hayati Didalam Tanah, Serta Kolonisasi Fusarium Dan Agensia Hayati Dalam Jaringan Akar
jaringan tanaman yang tersaji dalam tabel
Hasil
penelitian
1
perlakuan
tanaman pisang hasil kultur invitro mampu
menunjukkan
mengimbas pembentukan ketahanan secara biokimia berupa pembentukan saponin, tanin dan glikosida didalam jaringan
memberikan hasil positif (tabel 1). Hasil senyawa
bahwa
didalam
dan Pseudomonas fluorescens pada bibit
senyawa fenol didalam jaringan tanaman
kandungan
mengindikasikan
fenol
agensia hayati Trichoderma, Gliocladium
bahwa pengujian kualitatif kandungan
pengujian
senyawa
tanaman.
fenol
Tabel 1.Pengaruh Perlakuan Agensia hayati Terhadap Uji Kualitatif Kandungan Senyawa Fenol, Pada Tanaman Pisang Pada Akhir Pengamatan No
Perlakuan Tanpa Solarisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6
S0.T1 S0.T2 S0. Pf1 S0.Pf2 S0G1 S0. G2 S0. (K1) S0. (K0) Solarisasi S1T1 S1. T2 S1. Pf1 S1. Pf2 S1 G1 S1 G2
Uji Kualitatif kandungan Senyawa Fenol Tanin +++ + ++ ++ ++ + + +
Saponin + +++ ++ ++ +++ +++ + +
Glikosida + +++ + ++ +++ ++ + +
+++ ++ ++ ++ +++ +
++ +++ + ++ ++ ++
+ +++ + ++ ++ +
165
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... 7 8
S1.(K1) S1. (K0)
++ +
++ +
+ +
Ket. : (T.1) Trichoderma sp dengan dosis 50 g /lubang tanam, ( T.2) Trichoderma sp dengan dosis 100 g/lubang tanam, ( PF 1) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 20 ml/l air, (Pf. 2) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 30 ml / l air, (G1) Gliocladium sp dengan dosis 25 g/ lubang tanam, (G.2) Gliocladium sp dengan dosis 50 g/lubang tanam, (K .1) Kontrol (fungisida kimia), dan (K.) Kontrol (tanpa fungisida) Tabel 2.Pengaruh Perlakuan Agensia Hayati Terhadap Kepadatan Populasi Fussarium Dan Agensia Hayati Didalam Tanah, Kolonisasi Fussarium Dan Agensia Hayati Dalam Jaringan Akar Bibit Tanaman Pisang Pada Akhir Pengamatan No
Kode
Kepadatan Populasi ( dalam tanah) Fussarium Agensia hayati
Tanpa Solarisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
S0.T1 S0.T2 S0. Pf1 S0.Pf2 S0G1 S0. G2 S0. (K1) S0. (K0) Solarisasi S1T1 S1. T2 S1. Pf1 S1. Pf2 S1 G1 S1 G2 S1.(K1) S1. (K0)
Kemampuan Kolonisasi (pada akar) % Fussarium Agensia Hayati
1,6 x 103 2 x 103 2,67 x 103 2 x103 2,2 x103 1,67 x 103 3 x 103 3,3 x 103
2,33x106 5 x 106 3 x106 4,33 x 106 2 x106 2,67 x106 T. 5 x103 T. 8 x 103
13,33 6,67 0 0 20 20 40 46,67
86,67 93,33 60 60 80 80 0 13,33
2 x 103 1 x 103 2 x 103 1,67 x 103 1,3 x 103 1,33 x 103 2 x103 2,33 x 103
3,3 x 106 6,67 x 106 3,33x106 4,67x106 3,33x106 4,67x106 T1,67x103 T. 3x103
6,67 0 0 0 6,67 6,67 23,33 33,33
93,33 100 66,67 80 93,33 93,33 26,67 33,33
Ket. : (T.1) Trichoderma sp dengan dosis 50 g /lubang tanam, ( T.2) Trichoderma sp dengan dosis 100 g/lubang tanam, ( PF 1) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 20 ml/l air, (Pf. 2) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 30 ml / l air, (G1) Gliocladium sp dengan dosis 25 g/ lubang tanam, (G.2) Gliocladium sp dengan dosis 50 g/lubang tanam, (K .1) Kontrol (fungisida kimia), dan (K.) Kontrol (tanpa fungisida).
Pengimbasan ketahanan pada bibit tanaman
pisang
penghambatan
penelitian
biokimia yang terjadi pada tanaman tidak
yang
menyebabkan penghambatan pertumbuhan
dapat
tanaman, namun demikian justru mampu
membertikan respon terhadap serangan
meningkatkan produksi dan ketahanan
patogen
sesuai.
terhadap stres lingkungan pada beberapa
Ketahanan biokimia yang ditunjukkan
spesies tanaman ( Desmawati, 2006. Cit
dengan
pembentukan
Soetanto & Rahayuniati, 2009).Sedangkan
menghambat
hasil
merupakan
suatu
memungkinkan
senyawa
selama
Mekanisme
pada
sifat tanaman
kondisi
meningkatnya toksik
yang
yang
pengukuran
kepadatan
populasi
agensia
hayati
pertumbuhan patogen (Hammerschmidt &
Fussarium
Dann, 2000) cit. Soetanto & Rahayuniati
menunjukkan
bahwa
(2009).
Trichiderma,
Gliocladium
166
dan
perlakuan dan
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... Pseudomonas diaplikasikan terinfeksi
fluorocens didalam
jamur
tanah
Fussarium
yang
lokasi serangan terbatas sehingga tingkat
yang
keparahan penyakit tidak tinggi. Lebih lanjut Vinale, et al. (2013)
mampu
berkembang cukup baik (tabel 2). Perlakuan solarisasi secara umum
melaporkan
hasil metabolit sekunder
Trichoderma
harzianum
asam
aktivitas
anti
menunjukkan tingkat penuruan jumlah
harzianic
populasi Fussarium di dalam tanah cukup
jamur
baik bila dibandingkan dengan perlakuan
tanaman dimana asam harzianic memiliki
tanpa solarisasi tanah. Jumlah rerata
kemampuan
populasi Fussarium total di dalam tanah
afinitas yang baik terhadap senyawa logam
pada perlakuan solarisasi sebanyak 1,70 x
penting seperti Fe (3+), yang mungkin
3
menunjukkan
berupa
dan
merangsang
untuk
pertumbuhan
mengikat
dengan
10 , sedangkan pada perlakuan tanpa
merupakan mekanisme solubilitas besi
solarisasi tanah sebanyak 2,47 x 103 pada
yang
akhir
kepadatan
ketersediaan hara dalam lingkungan tanah
populasi Fusarium terrendah terdapat pada
bagi mikroorganisme lain dan tanaman
perlakuan solarisasi yang dikombinasikan
inang.
pengamatan.
Jumlah
secara
signifikan
mengubah
dengan Trichoderma harzianum dengan
Perkembangan agensia hayati yang
dosis 100 g/lubang tanam yaitu sebanyak
diaplikasikan dalam media tanam tanah
3
1 x 10 , sedangkan perlakuan S0K0 (
terinfeksi jamur Fussarium menunjukkan
tanpa solarisasi dan perlakuan agensia
peningkatan yang cukup baik selama
hayati) kepadatan populasi sebanyak 3,3 x
penelitian. Hal ini terlihat dari jumlah
10 3.
populasi agensia Menurut
Agrios
(2005),
Gliocladium
cit.
hayati dan
Trichoderma, Pseudomonas
Soesanto (2009) hasil infeksi primer yang
fluoroscens yang terdapat didalam media
diperoleh tanaman mampu memberikan
tanam
ketahanan
tertinggi
pada
tanaman
perimbasan
ketahan
ditimbulkan
dengan
selain
dapat
itu
diakhir
peneliatian.
terdapat
pada
Populasi
media
yang
diaplikasi Trichoderma harziaum 100 g/
juga
lubang
memperlakukan
tanam
baik
pada
perlakuan
seperti
solarisasi maupun tanpa solarisasi yaitu
protein dinding virus, protein, lipoprotein,
masing masing sebanyak 5 x 106 untuk
polisakarida jamur atau bakteri, RNA ragi,
kombinasi perlakuan tanpa solarisasi dan
dan dengan molekul sintetis. Hal ini
Trichoderma harzianum 100 g/lubang
menyebabkan patogen Fussarium tidak
tanam (S0.T100) dan 6,67 x 106 untuk
dapat menyebar keseluruh jaringan dan
kombinasi
tanaman dengan senyawa alam
167
perlakuan
solarisasi
dan
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... Trichoderma harzianum 100 g/lubang
cendawan patogen seperti Verticillium spp
tanam (S1.T100).
(wilt), Fussarium sp (pada beberapa
Penghambatan
serangan
penyakit,
jamur
khususnya
layu),
dan
Fussarium pada sistem perakaran bibit
Phytophtora cinnamomi (root rot), bakteri
tanaman pisang juga terjadi oleh karena
patogen, seperti Streptomyces scabies
terbentuknya kolonisasi agensia hayati
(potato scab); Agrobacterium tumafaciens
antagonis Trichoderma, Gliocladium dan
(crow
Pseudomonas fluoroscens pada sistem
michiganensis (tomato cancer), nematoda
perakaran tanaman (tabel 2). Kemampuan
parasitik, khususnya Meloidogyne spp
kolonisasi
sistem
(root knot) dan Pratylenchus thornei (root
perakaran tanaman ternyata berdampak
lesion) dan Xiphinema (dagger). Pendapat
pada kemampuan penghambatan terhadap
lain menurut Chen et al., (1991), solarisasi
patogen
tanah
Trichoderma
khususnya
pada
Fusarium
dimana
gall);
dan
(peningkatan
Clavibacter
temperatur
tanah)
agensia hayati yang diberikan berupa
merupakan salah satu teknik pengendalian
Trichoderma harzianum, Gliocladium dan
patogen tular tanah. Peningkatan suhu
Pseudomonas
tanah
fluoroscens
mampu
karena
solarisasi
dapat
menghambat Fussarium untuk kontak
mempengaruhi patogen baik secara fisik,
dengan inangnya sehingga membutuhkan
kimia
waktu cukup lama bagi Fusarium untuk
mikroorganisme
dapat melakukan infeksi kedalam jaringan
(yang ada didalam tanah) juga dirangsang
tanaman.
dengan
solarisasi
tersebut
sehingga
mampu
menekan
populasi
patogen
Selain itu perlakuan solarisasi yang
dan
biologi
tanah.
antagonis
Aktifitas indogenous
diberikan berdampak pada peningkatan
penyebab penyakit yang ada didalam tanah
suhu permukan tanah di lahan penelitian.
secara alami. Dalam penelitian dimungkinkan
Temperatur tanah yang meningkat akibat pemanasan
oleh
panas
perkembangan
matahari
patogen
penyakit
layu
Fussarium
(solarisasi) pada tanah dapat menurunkan
penyebab
pada
bibit
populasi gulma dan patogen tanaman,
tanaman pisang mengalami hambatan
termasuk cendawan, bakteri, dan nematoda
akibat terjadinya peningkatan suhu tanah
serta mengendalikan berbagai penyakit
karena solarisasi yang terjadi selama
tanaman ( Devay 1991; Katan 1981 cit
penelitian. Dengan kondisi tersebut, maka
Cicu 2005).
dapat terlihat dari hasil penelitian dimana ternyata perkembangan patogen Fusarium
Menurut Stapleton et al., (1997),
penyebab
Solarisasi tanah efektif mengendalikan 168
penyakit
layu
pada
bibit
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... tanaman pisang tidak muncul selama
langsung terhadap ketersediaan unsur hara
penelitian. Didukung perlakuan agensia
yang dibutuhkan oleh tanaman selama
hayati Trichoderma, Gliocladium dan
penelitian.
Pseudomonas
kecenderungan bahwa pemberian agensia
fluoroscens
yang
Namun
diaplikasikan,
selain
mampu
hayati
mengendalikan
perkembangan
patogen
peningkatan
terhadap
pertumbuhan
memberikan
ada
pengaruh
pertumbuhan
pada
vegetatif
tanaman.
Fussarium juga memberikan efek lebih baik
demikian
tanaman
Dalam penelitian ini peran agensia
berupa
perbaikan
kondisi
lingkungan
hayati Trichoderma, Gliocladium dan P.
sistem
perakaran
tanaman
(Soesanto,
Fluoroscens
yang
diaplikasikan
pada
2008), penyediaan nutrisi bagi tanaman
media tanam memberikan pengaruh positif
berupa perombakan bahan organik (Cook
terhadap perbaikan kondisi lingkungan
dan Baker, 1983), serta perbaikan tingkat
tanah tempat tanaman tumbuh. Penelitian
pertumbuhan tanaman.
yang dilakukan oleh Soesanto et al.(2010), menunjukkan
bahwa
perlakuan
P.
Pertumbuhan Vegetatif Bibit Tanaman Pisang
fluoroscens P60 mampu menekan patogen
Hasil analisis data menunjukkan
sehingga tanaman dapat tumbuh dan
bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berkembang tanpa adanya serangan dari
berpengaruh
patogen
nyata
pada
parameter
dan
mampu
meningkatkan
peningkatan tinggi tanaman, diamater
pertumbuhan tanaman khususnya tinggi
batang (cm), maupun jumlah daun (helai)
tanaman hingga 30,3 – 36,06%. Selain
namun berpengaruh nyata pada parameter
itu
menurut
Soesanto
Jumlah akar (akar) diakhir penelitian, lebih
(2008), bakteri P. fluoroscens juga dapat
lanjut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah
memberikan
ini.
terhadap perkembangan dan pertumbuhan Tidak
berpengaruh
pengaruh
menguntungkan
tanaman, yaitu sebagai Plant Growth
nyatanya
perlakuan yang diberikan menunjukkan
Promoting
bahwa
yang
diperkuat oleh pendapat Weller (1998)
diberikan ternyata ada faktor lain yang
dalam Soesanto et al (2010) bahwa
berpengaruh langsung terhadap parameter
Pseudomonas
tinggi
selama
merangsang pertumbuhan sistem akar dan
penelitian. Pemberian pupuk organik pada
menghambat jamur dan bakteri yang
awal penanaman memberikan pengaruh
merugikan. Hal ini dikarenakan terbukti
selain
tanaman
faktor
yang
perlakuan
terjadi
Regulator
(PGPR),
fluoroscens
yang
mampu
Pseudomonas fluoroscens menghasilkan 169
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... senyawa
akusin
dibandingkan
paling
dengan
tinggi isolat
bila
tanaman, selain itu bahan organik yang
sejenis
tersedia didalam tanah merupakan sumber nutrisi bagi mikroorganisme antagonis
lainnya.
sehingga mampu meningkatkan aktifitas
Hasil penelitian Cook dan Baker (1983)
juga
menunjukkan
bahwa
agens antagonis tersebut, menstimulasi
Trichoderma sp. mampu menguraikan
dormansi
bahan organik yang berada didalam tanah
menghasilkan
menjadi nutrisi yang mudah diserap oleh
sebagian besar patogen tular tanah.
propagul efek
patogen
serta
fungistasis
bagi
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan agensia hayati Trichoderma, Gliocladium dan P.fluoroscens terhadap Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Jumlah daun, dan Jumlah Akar pada akhir penelitian No
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Diameter Batang (cm)
Jumlah Daun (helai)
Jumlah Akar (akar)
Tanpa Solarisasi S0.T1 31,83 4,367 7,167 86,7 bc S0.T2 34,5 5,133 7,333 112,0 cdef S0. Pf1 32,17 3,6 6,667 66,3 ab S0.Pf2 40,5 5,05 6,833 94 bcd S0G1 31,83 3,7 6,5 103,7 cde S0. G2 32 3,967 6,5 94 bcd S0. (K1) 25,167 3,4 6,667 52 a S0. (K0) 28,333 4,167 6,5 47,3 a Solarisasi 1 S1T1 48,17 4,833 7,167 128,0 ef 2 S1. T2 34,17 4,993 6,33 142,0 f 3 S1. Pf1 46 4,533 6,33 54,3 a 4 S1. Pf2 51,5 4,817 6,167 111,7 cdef 5 S1 G1 31,17 4,65 6,5 121,7 def 6 S1 G2 46,83 4,883 6,667 103,3 cde 7 S1.(K1) 30,83 3,5 6,167 108,3 cde 8 S1. (K0) 43,17 3,9 6,167 128 ef Ket. : a. (T.50) Trichoderma sp dengan dosis 50 g /lubang tanam, ( T.100) Trichoderma sp dengan dosis 100 g/lubang tanam, ( PF 20) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 20 ml/l air, (Pf. 30) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 30 ml / l air, (G25) Gliocladium sp dengan dosis 25 g/ lubang tanam, (G.50) Gliocladium sp dengan dosis 50 g/lubang tanam, (K .1) Kontrol (fungisida kimia), dan (K.) Kontrol (tanpa fungisida). b. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada pengujian BNT 5% 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapat
lainnya
yang
dekomposisi senyawa organik terutama
diungkapkan oleh Affandi et.al (2001)
dalam
yang
senyawa-senyawa yang sulit terdegradasi
menyatakan
bahwa
beberapa
cendawan yang berasosiasi dengan proses degradasi,
dimana
kemampuannya
mendegradasi
seperti lignosellulose.
Trichoderma
Penelitian lainnya yang dilakukan
memainkan peran kunci dalam proses
oleh 170
Pandriani
dan
Supriati
(2010),
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... menunjukkan
bahwa
perlakuan
terbukti
memberikan
penghambatan
Trichoderma pada tanah gambut mampu
perkembangan
menguraikan bahan organik pada tanah
Fussarium pada bibit, ditunjukkan dengan
gambut yang masam tersebut menjadi hara
tidak munculnya gejala serangan penyakit
yang
hingga
diperlukan
pertumbuhannya,
tanaman khususnya
untuk
akhir
dimungkinkan
unsure
serangan
penyakit
penelitian. karena
Hal
ini
terbentuknya
Nitrogen yang ada didalam tanah. Unsur
senyawa fenol berupa tanin, saponin dan
nitrogen yang kaya pada pupuk kandang
glikosida serta terjadinya kolonisasi antara
kotoran
memenuhi
agensia hayati dengan sistem perakaran
kebutuhan akan unsure N ini pada tanaman
tanaman. Selain itu perlakuan agensia
pisang dalam penelitian, dimana unsure N
hayati Tricoderma , Gliocladium dan P.
pada fase pertumbuhan vegetative sangat
fluoroscens yang diaplikasikan dalam
dominan diperlukan. Menurut Lingga dan
media tanam terbukti mampu memberikan
Marsono
unsure
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik bila
untuk
dibandingkan tanpa perlakuan agensia
pertumbuhan vegetative tanaman dimana
hayati (kontrol) dimana berpengaruh nyata
dapat merangsang pertumbuhan vegetatif
pada peningkatan parameter jumlah akar,
secara
khususnya
namun tidak berpengaruh nyata pada
pertumbuhan batang, cabang dan daun
parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
pada tanaman.
diameter
kambing
(2001),
Nitrogen
sangat
mampu
keberadaan penting
keseluruhan
batang.
Namun
demikian
pemberian Trichoderma 100 g/ lubang KESIMPULAN Hasil
tanammenunjukkan hasil terbaik pada
penelitian
menunjukkan
hampir semua parameter pertumbuhan
bahwa Perlakuan solarisasi tanah yang
vegetatif tanaman pada akhir penelitian.
diberikan terbukti mampu meningkatkan suhu permukan tanah hingga 8,8
o
C
REFERENSI
dibandingkan tanpa perlakun solarisasi dan berdampak
pada
penurunan
Affandi, M., Ni’matuzahroh., and Supriyanto , A. (2001). Diversitas dan Visualisasi Karakter Jamur yang Berasosiasi dengan proses degradasi Serasah di Lingkungan Mangrove.[Online]. Tersedia: http://www.journal.unair.ac.id[26 juli 2007]
jumlah
populasi Fussarium di permukaan tanah hingga mencapai 53,61 %, sedangkan tanpa
solarisasi
penuruan
populasi
Fussarium sebesar 22,33 %. Pemberian agensia hayati Trichoderma, Gliocladium
Agrios GN. 2005. Plant Pathology 5th ed. Academic Press, New York.
dan P. Fluoroscens selama penelitian 171
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... Anonim. 2008. Pisang Cavendish, diakses dari Wikipedia terhubung denganhttp://www.biotrop.org.
Katan J. 1981. Solar heating (solarization) of soil for control of soilborne pests. Annu.
Chen Y, Gamliel A, Stapleton JJ, Aviad T. 1991. Chemical, physical, and microbial change related to plant growth in dissnfested soil. In. Katan J, Devay JE, editor. Soil Solarization. Boca Ratoon. CRC pr. P 103-129.
Lingga P dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lo. C. –T.. Nelson. E. B.. and Harman. G. E. 1997. Improved Biocontrol Efficacy of Trichoderma harzianum 1295-22 for Foliar Phases of Turf diseases by Use of Spray Application. Plan Disease. Vol. 81. No. 10. pp. 1132-1138.
Cicu. 2005. Penekanan penyakit akar gada pada tanaman kubis melalui perlakuan tanah pembibitan.Jurnal Hortikultura 15(1): 58-66.
Pandriani dan Supriati,L. 2011. Efektifitas Pemberian Dan Waktu Aplikasi Jamur Antagonis Trichoderma spp. Sebagai Pengendali Penyakit Layu Fusarium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat. Jurnal AGRI PEAT. Vol.12 nomor 2, September 2011.
Cicu, 2005. Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi. Laporan hasil penelitian Satuan Kerja Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat. Chet,I (Ed.), 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A WileyInterscience Publication, USA. pp. 11-210.
Soesanto,L., Soedarmono,N. Prihtiningsih, A.Maman, E.Iriani, dan J. Pramono. 2005. Potensi agensia hayati dan nabati dlam mengendalikan penyakit busuk rimpang jahe. Jurnal hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 5(1):50-57.
Cook. R. J. and K. F. Baker. 1989. The Nature on Practice of Biological Control of Plant Pathogens. ABS press. The American Phytopathological Society. St. Paul. Minesota 539 p.
Soesanto L. Rokhlani & Prihatiningsih N. 2008. Penekanan beberapa mikroorganisme antagonis terhadap penyakit layu Fusarium gladiol. Agrivita 30(1): 75-83.
DeVay JE, Katan J. 1991. Mechanisms of pathogen control in solarization soil. In:Katan J, DeVay JE, editor. Soil solarization. Boca Ratoon:CRC Pr.p 88-101.
Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja Grafindo Sukamto. D. Wahyuno. A. Rahmat. D. Sitepu dan S. Mogi . 1995. Pengaruh agensia nabati cengkeh terhadap penyakit busuk batang dan pertumbuhan panili. Strenghening Researce on Disies of Industrial Crop in Indonesia JICA-
Kartini dan Widodo. 2000. Pengaruh Solarisasi Tanah terhadap Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Sacc. dan Patogenitasnya pada Kacang Tanah. Bull. HPT 12(2): 53-59.
172
Anis Shofiyani dan Gayuh Prasetyo Budi : Development of Fusarium Disease ... BALITTRO. Annual Report 3 : 1 – 20.
Widodo and Suheri. 1995. Suppression of clubroot disease of cabbage by soil Solarization. Bull HPT 8(2):4955.Agriculture and natural resources. 17 pp.
Soesanto L & Rahayunati RF. 2009. Pengimbasan ketahanan bibit pisang Ambon Kuning terhadap penyakit lyu Fusarium dengan beberapa jamur antagonis. J Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 9(2):130-140.
Vinale F, Nigro M, Sivasithamparam K, flematti G, Lorito M.(2013). Harzianic acid : a novel siderophore from Trichoderma harzianum. FEMS microbiology Letters, vol 347(2). Pp. 123-129.
Soesanto L., E. Mugiastuti dan Rahayuniati RF., 2010. Kajian Mekanisme Antagonis Pseudomonas Fluorescens P60 Terhadap Fusarium oxysporum .Sp.Lycopersici Pada Tanaman Tomat In Vivo. Jurnal HPT Tropika Vol. 10, No. 2: 108 – 11.
173