AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 67 – 76
ISSN : 1411-1063
MOTIVASI, PERSEPSI DAN KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA ENTREPRENEUR PEREMPUAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ummu Harmain1) Slamet Hartono2), Lestari Rahayu W. 2), Dwidjono H.D.2) 1) Fakultas Pertanian Universitas Simalungun 2) Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Masuk: 24 Maret 2014; Diterima: 3 Mei 2014 ABSTRACT
This research is conducted to determine the motivations, perceptions and work-family role conflict of women entrepreneurs. Respondents are about 159 women entrepreneur of processed food in Daerah Istimewa Yogyakarta. This research uses descriptive qualitative analysis. The results show that most of their motivations to be entrepreneur are because of external factors in which financial pressure as the main reason. All the business environments observed, namely access to capital and credit, market orientation, networks and government support are in good atmosphere. Women entrepreneur have work-family conflict primarily related to the division of domestic labor, lack of work flexibility and the solid work hours. Keywords: women entrepreneur, motivations, perceptions and work-family role conflict.
pendapatan masyarakat dan meningkatkan
PENDAHULUAN Saat
ini
(entrepreneur)
istilah dan
produktivitas.
wirausaha
Begitu
luasnya
peran
kewirausahaan mendorong berbagai pihak
kewirausahaan
(entrepreneurship) sering sekali terdengar,
untuk
baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,
semangat
program pemberdayaan sampai kurikulum.
masyarakat dan bangsa. Tidak luput dalam
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep
hal ini adalah perempuan.
wirausaha
tidak
hanya
dapat ini
menumbuhkembangkan dalam
diri,
keluarga,
Dalam beberapa tahun terakhir
berhubungan
dengan bisnis semata tetapi dikenal secara
keterlibatan
luas sehingga dapat ditemui berbagai
kewirausahaan
istilah
entrepreneur,
Pertumbuhan perempuan pemilik usaha
academic
dalam dua puluh tahun terakhir sangat
seperti
government
social
entrepreneur,
perempuan meningkat
mengejutkan
technopreneur.
2004). Berdasarkan beberapa studi, alasan kewirausahaan
cukup
dan
pesat.
entrepreneur, creative entrepreneur dan
Peran
(Kuratko
dalam
Hodgetts,
meningkatnya jumlah perempuan pemilik
banyak, diantaranya adalah membangun
usaha
perekonomian suatu bangsa, mengatasi
meningkatkanya pendidikan dan tekanan
masalah ketenagakerjaan, meningkatkan 67
sebagian
disebabkan
karena
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... ekonomi
yang
dihadapi
terhadap pendapatan yang ada, kesulitan
dalam
mendapatkan kerja dan keinginan untuk
rumahtangga (Tambunan, 2007). Menurut Kelley et al. (2011) dalam
waktu kerja yang fleksibel karena adanya
laporan Global Entrepreneurship Monitor
tanggung jawab terhadap urusan keluarga.
(GEM) tahun 2010 sebanyak 104 juta
Faktor penarik (pull factor) berhubungan
perempuan dari 59 negara memulai dan
dengan kebebasan, pemenuhan keinginan
mengelola usaha. Sebanyak 187 juta
diri (self fulfilment), dorongan berusaha
perempuan
dalam
(entrepreneurial drive), keinginan untuk
kewirausahaan dan kepemilikan bisnis di
lebih makmur, status sosial dan kekuasaan
seluruh dunia. Bahkan menurut Minniti
(Orhan dan Scott, 2001).
(2006)
berkontribusi
saat
Dari
kebanyakan
survey
yang
jumlah
entrepreneur
negara
berkembang
dilakukan di negara industri disebutkan
cenderung lebih tinggi dibanding negara
bahwa motivasi yang mendorong laki-laki
maju. Di Indonesia pada tahun 2010
dan perempuan dalam melakukan usaha
terdapat 2.732.724 perusahaan/usaha IMK
hampir sama, dimana kebebasan dan
yang tersebar di 33 provinsi. Keterlibatan
kebutuhan untuk pencapaian diri (need of
perempuan
sebagai
self achievement) selalu berada di urutan
menunjukkan
jumlah
perempuan
ini di
sebanding
dengan
pengusaha yang
laki-laki
teratas (Orhan dan Scott, 2001).
cukup
Entrepreneur
dimana
perempuan
persentase perempuan sebagai pengusaha
menghadapi
sebesar 41,40% dan laki-laki sebesar
mengelola usaha. Selain sebagai pencari
58,60% (Statistik Gender 2011).
nafkah mereka juga melakukan pekerjaan
cukup
beragam.
khas
dalam
domestik dan terlibat dalam kegiatan
Motivasi seseorang untuk menjadi entrepreneur
tantangan
sosial.
Namun
Ditambah
lagi
dengan
peran
faktor penarik (pull factor) dan faktor
reproduktif yang melekat pada mereka.
pendorong (push factor) merupakan faktor
Banyaknya peran yang harus dilakukan ini
yang umum digunakan untuk menjelaskan
tentu akan menimbulkan konflik antara
perempuan
usaha
memulai
bisnis.
Faktor
dan
rumahtangga.
Menurut
merupakan
Greenhaus dan Nicholas (1985) konflik
adanya dasar kebutuhan yang mendorong
pekerjaan-keluarga terjadi karena tiga hal,
perempuan untuk melakukan usaha, yang
yaitu waktu, ketegangan (strain) dan
termasuk
pendapatan
perilaku yang diperlukan untuk melakukan
ketidakpuasan
suatu peran menyulitkan untuk melakukan
pendorong
keluarga
(push
disini yang
factor)
adalah kurang,
68
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... peran lainnya. Mc. Elwain dan Karen
pembagian
(2005)
ada
terkumpul kemudian dianalisis dengan
dan
deskriptif-kualitatif.
menambahkan
ketidaksimetrisan
antara
laki-laki
kerja.
Data-data
Untuk
yang
mengukur
perempuan saat melaksanakan peran dalam
variabel-variabel
pekerjaan dan keluarga.
beberapa indikator yang jumlah pertanyaan tidak
Perempuan menghadapi rintangan
selalu
tersebut
sama
digunakan
sehingga
khusus dalam memulai dan membesarkan
mengukurnya
usahanya,
frekuensi. Sebelumnya ditentukan nilai
akses
termasuk
modal
tabungan,
dan
disini
terbatasnya
kredit,
langkanya
minimnya
training
interval
digunakan
untuk
untuk
distribusi
menentukan
kategori
jawaban dengan formulasi sebagai berikut:
dan
pelatihan, jaringan sosial dan terbatasnya pilihan
industri
(Akanji,
Lingkungan
juga
entrepreneur
perempuan
mengeksploitasi
peluang
Nilai tertinggi – nilai terendah Interval = --------------------------------------Jumlah kelas
2006).
menghalangi dalam
Dengan
entrepreneur
demikian
distribusi
frekuensi
dapat dikategorikan sebagai berikut:
(Kuzilwa, 2005).
1,00 – 1,80 1,81 – 2,60 2,61 – 3,40 3,41 – 4,20 4,21 – 5,00
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
: tidak baik : kurang : cukup : baik : sangat baik
metode survey menggunakan kuesioner terhadap 159 entrepreneur perempuan di
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden
Motivasi
adalah perempuan pemilik usaha pangan
Motivasi merupakan dorongan kuat untuk
olahan yang sudah berkeluarga. Tujuan penelitian
pertama,
untuk
melakukan
mengetahui
untuk
entrepreneur
mengetahui perempuan
pilihan
persepsi
orientasi
dukungan
pasar,
tentang
pemerintah.
network Ketiga,
keluarga
yang
diambil
oleh
telah disajikan. Berikut ditampilkan pilihan
dan
pertama
untuk
untuk
menjadi
seperti tersaji pada Tabel.
pekerjaan-keluarga meliputi jam kerja, dukungan
pertama
entrepreneur dari berbagai alasan yang
mengetahui apakah terjadi konflik peran
fleksibilitas,
dalam
perempuan mengapa mereka ingin menjadi
lingkungan bisnis, yaitu akses modal dan kredit,
Motivasi
penelitian ini diukur dengan melihat
motivasi perempuan menjadi entrepreneur. Kedua,
sesuatu.
dan 69
entrepreneur
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... Tabel 1. Motivasi Entrepreneur Perempuan Motivasi
Pilihan Pertama
Kuantitas
Meningkatkan pendapatan Sulit mendapatkan pekerjaan Eksternal Waktu yang fleksibel Meneruskan usaha Adanya dorongan dari dalam diri Menerapkan pengalaman Aktualisasi diri Internal Kebebasan Membuka lapangan kerja Ingin berusaha sendiri Tidak tergantung orang lain
118 3 2 1 13 8 4 3 3 3 1
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
motivasi
entrepreneur
perempuan
77,99
5,03 2,52 1,89 1,89 1,89 0,63
22,01
yang kuat dalam diri mereka untuk
menjadi
berusaha dengan jumlah 8,17%, diikuti oleh alasan ingin menerapkan pengalaman
dorongan eksternal dengan jumlah 77,99%.
dan ingin mengaktualisasikan kemampuan
Adanya
yang ada dalam diri sendiri.
dorongan alasan
didominasi
Jumlah Persentase (%)
oleh
karena
lebih
Persentase (%) 74,21 1,89 1,26 0,63 8,17
eksternal
finanial
terutama
yaitu
untuk
selama ini hanya dihasilkan oleh suami.
Persepsi tentang lingkungan bisnis Akses Modal dan Kredit Untuk mengukur akses terhadap
Seiring
banyaknya
modal dan kredit digunakan beberapa
perempuan
indikator, yaitu jarak tempat usaha/lokasi
merasa terpanggil untuk membantu suami
dengan lembaga penyedia modal dan
agar kebutuhan hidup dapat dipenuhi
kredit, syarat-syarat yang diperlukan, biaya
dengan layak. Hal ini sesuai dengan
yang dikeluarkan dan kesesuaian produk
penelitian yang dilakukan oleh Tambunan
yang
(2009) yang menyatakan bahwa alasan
entrepreneur
utama
indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel
meningkatkan pendapatan keluarga yang
dengan
kebutuhan
semakin
keluarga
perempuan
maka
memulai
bisnisnya
karena adanya tekanan finansial.
2.
Sementara itu di dalam motivasi internal alasan utama adalah dorongan
70
ditawarkan
terhadap
perempuan.
kebutuhan Skor
dari
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... Tabel 2. Skor Indikator Akses Terhadap Modal dan Kredit Jarak 610 3.84 Baik
Total skor Rerata Kesimpulan
Syarat 587 3.69 Baik
Biaya 595 3.74 Baik
Kesesuaian produk 595 3.74 Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat
penyedia modal juga dekat, paling jauh di
dilihat bahwa semua indikator dalam
ibukota kecamatan yang dapat ditempuh
kategori baik. Diantara indikator yang
dengan kendaraan bermotor atau naik
diamati, syarat-syarat yang diperlukan
angkutan umum.
untuk mendapatkan modal dan kredit merupakan menunjukkan
yang
terendah.
bahwa
Hal
meski
Orientasi Pasar
ini
Orientasi pasar bagi usaha kecil
secara
merupakan
keseluruhan akses sudah baik namun untuk memenuhi entrepreneur
persyaratan
tersebut
para
lebih
sulit.
perempuan
menyediakan
agunan.
tumbuh dan berkembang. Indikator yang digunakan untuk melihat orientasi pasar
Kerap
adalah
sendiri
pengetahuan
produsen
tentang
calon konsumen, pesaing dalam usaha
jaminan bukan atas nama entrepreneur itu
untuk
struktur pasar kompetitif yang sedang
ditemukan agunan yang diberikan sebagai
perempuan
awal
meningkatkan kapabilitas mereka menuju
Kesulitan yang umumnya mereka hadapi adalah
langkah
sejenis, kemampuan memasarkan produk
sehingga
dan adanya rencana pemasaran. Nilai dari
memerlukan izin dari suami/pemiliknya.
indikator tersebut tersaji pada Tabel 3.
Jarak antara lokasi usaha dan lembaga
Tabel 3. Skor Indikator Orientasi Pasar
Total skor Rerata Kesimpulan
Mengetahui calon konsumen 590 3.71 Baik
Mengetahui pesaing 586 3.68 Baik
Kemampuan pemasaran 540 3.40 Cukup
Rencana pemasaran 567 3.57 Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat
dilakukan masih terpaku pada pasar yang
bahwa semua indikator orientasi pasar
sudah ada sehingga belum menyentuh
sudah baik kecuali kemampuan pemasaran
pasar dan konsumen potensial. Meski
dalam
beberapa diantara mereka yang sudah
kategori
menunjukkan
cukup.
bahwa
Hal
mereka
ini
kurang
mengeksplorasi pasar. Pemasaran yang 71
menggunakan
internet
mempromosikan
produknya
untuk namun
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... sebagian besar masih terpaku pada cara-
menjalankan
cara lama. Mengenal calon konsumen
keterkaitan dan hubungan dengan berbagai
dalam indikator ini lebih mereka pahami
pihak. Oleh karena itu perlu membangun
sebagai konsumen yang sudah ada dan
dan membina jaringan usaha agar dapat
rutin membeli produk, belum pada calon
terus berlanjut dan berkembang. Network
konsumen yang akan membeli. Begitu pula
dibangun atas hubungan baik dengan
mengetahui
anggota keluarga, tetangga, dan teman.
pesaing,
lebih
dipahami
usahanya,
juga
selalu
sebagai produsen produk sejenis yang
Network
berlokasi di sekitar mereka. Rencana
pribadi pada pegawai, para pemasok bahan
pemasaran yang dibuat umumnya dalam
baku, penyalur, dan pelanggan. Indikator
jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan
yang diamati untuk melihat network yang
pasar yang sudah ada dan rutin sementara
dibangun oleh entrepreneur perempuan
perencanaan strategis umumnya masih
antara lain frekuensi pertemuan, kedekatan
sangat langka untuk dibuat.
emosi,
kehangatan
membangun Network (Jaringan Sosial) Seorang mungkin
dapat
Total skor Rerata Kesimpulan
dan
jaringan.
Nilai
kedekatan
komitmen indikator
network dapat dilihat pada Tabel 4.
entrepreneur hidup
membangun
ada
sendiri
tidak dalam
Tabel 4. Skor Indikator Jaringan Sosial (network) Frekuensi Kedekatan emosi Kehangatan Komitmen jaringan 650 630 644 649 4.09 3.96 4.05 4.08 Baik Baik Baik Baik
Keseluruhan indikator yang diamati
Sayangnya,
kurangnya
jaringan
menunjukkan bahwa jaringan usaha dalam
merupakan hal yang banyak ditemukan
kategori baik. Berdasarkan besarnya nilai
dalam
dari tabel di atas network berturut-turut
perempuan (Elwee dan al-Riyami, 2003;
dipengaruhi oleh frekuensi, komitmen
Itani et al. 2009; Xiong et al. 2011).
terhadap
dan
Dibandingkan pria, kebanyakan jaringan
kedekatan emosi. Seringnya melakukan
yang dimiliki perempuan kurang bervariasi
kontak dan adanya kehangatan dalam
yang menyulitkan mereka untuk mengenal
berkomunikasi
peluang yang ada. Miskinnya keragaman
jaringan,
akan
kehangatan
memunculkan
kedekatan pribadi.
entrepreneurship,
khususnya
dalam jaringan yang dimiliki perempuan entrepreneur 72
sebagai
akibat
dari
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... kurangnya hubungan dengan orang-orang
pemerintah memegang peranan penting
yang menjadi faktor kunci dan pemasok
terhadap
inti dalam kegiatan mereka selama ini
entrepreneur. Dengan adanya dukungan
(Xiong et al. 2011). Dengan demikian
pemerintah
masuknya komitmen membangun jaringan
percepatan dalam kuantitas dan kualitas
dalam kategori baik sebagaimana yang
entrepreneur yang ada. Infrastruktur yang
ditunjukkan pada tabel di atas harus terus
ada, kebijakan dan pengawasan merupakan
dijaga, dikembangkan dan dimanfaatkan
indikator yang diamati untuk melihat
untuk lebih memperkuat jaringan.
dukungan pemerintah. Nilai dari masing-
tumbuh
maka
dan
berkembangnya
diharapkan
terjadi
masing indikator dapat dilihat pada Tabel 5.
Dukungan Pemerintah Melihat
besarnya
peranan
entrepreneur bagi suatu bangsa maka
Tabel 5. Skor Indikator Dukungan Pemerintah Infrastruktur 587 3.69 Baik
Total skor Rerata Kesimpulan
Kebijakan 629 3.96 Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahwa
dukungan
Pengawasan 634 3.99 Baik
relatif mahal terutama ke luar jawa, sulit
pemerintah
dan mahalnya bahan baku. Nilai indikator
terhadap entrepreneur perempuan sudah
kebijakan dalam kategori baik karena
baik. Hal ini sejalan dengan komitmen
pelaku usaha merasa kebijakan yang ada
pemerintah untuk menumbuhkembangkan
sangat membantu terutama terkait dengan
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
pendanaan dan perizinan. Bantuan modal
dan
entrepreneur-
banyak ditawarkan dari berbagai instansi
entrepreneur baru termasuk diantaranya
seperti Disperindagkop, Dinas Pertanian,
entrepreneur
ketiga
Dinas Perikanan dan Kelautan, LIPI serta
indikator tersebut, infrastruktur memiliki
BUMN lainnya. Indikator pengawasan
nilai terendah. Rendahnya nilai indikator
juga masuk dalam kategori baik karena
dibandingkan dengan yang lainnya karena
para entrepreneur perempuan merasa puas
entrepreneur merasa belum puas terhadap
terhadap
infrastruktur yang ada, misalnya terjadi
secara rutin seperti Badan Pengawasan
pemadaman listrik, biaya kirim produk
Obat
menciptakan
perempuan.
Dari
73
dan
pengawasan
Makanan
yang
dilakukan
(BPOM),
Dinas
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... Kesehatan terkait dengan P-IRT yang
telah menikah umumnya memiliki lebih
mereka berikan, Majelis Ulama Indonesiau
dari satu peran dalam keluarga sehingga
(MUI) terkait label halal.
hal
ini
memicu
terjadinya
konflik.
Indikator yang diamati untuk melihat Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga
konflik peran adalah banyaknya jam kerja,
Konflik keluarga-pekerjaan terjadi
fleksibilitas pekerjaan, dukungan suami
saat dua domain yang berbeda, keluarga
dan anak serta pembagian kerja domestik.
dan pekerjaan, menuntut peran yang harus
Nilai
dilakukan. Konflik semakin tinggi apabila
dari
masing-masing
indikator
tersebut tersaji dalam Tabel 6.
keduanya menuntut peran pada saat yang bersamaan. Entrepreneur perempuan yang Tabel 6. Skor Indikator Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga Jam Kerja 400 2.52 Padat
Total skor Rerata Kesimpulan
Fleksibilitas 372 2.34 Kurang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
hampir
seluruh
Dukungan Keluarga 637 4.01 Baik padat
indikator
Pembagian Kerja 320 2.01 Kurang
mengakibatkan
berkurangnya
kelenturan bisnis sementara pekerjaan
menunjukkan terjadinya konflik peran
domestik
kecuali dukungan keluarga. Dukungan
akhirnya harus dilakukan oleh entrepreneur
keluarga masuk dalam kategori baik. Hal
perempuan itu sendiri. Berdasarkan temuan
ini
hampir
di lapangan konflik berkurang sejalan
keseluruhan responden menyatakan bahwa
dengan semakin besarnya usia anak-anak
usaha yang mereka lakukan membantu
serta adanya kesadaran suami dan anak
perekonomian keluarga sehingga keluarga
untuk
mendukung adanya usaha tersebut. Namun
kegiatan usaha maupun domestik.
dimungkinkan
karena
juga
menuntut
membantu
peran
mereka
yang
melakukan
ini dapat dikritisi karena dukungan yang ada umumnya hanya berupa dukungan
KESIMPULAN DAN SARAN
moral.
1.
Hal
pembagian kategori
ini
kerja kurang.
tercermin yang
dengan
masuk
Artinya
Motivasi utama perempuan memiliki
dalam
usaha sendiri karena adanya dorongan
meskipun
eksternal dengan alasan utama terkait
pasangan mendukung mereka melakukan
dengan finansial.
bisnis namun untuk pekerjaan domestik
2.
suami kurang membantu. Jam kerja yang
Lingkungan
bisnis
tempat
entrepreneur perempuan melakukan 74
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... Academy of Management Review. Vol. 10 No. 1 pp 76 – 88.
usaha tergolong dalam kategori baik sehingga diharapkan mereka dapat memanfaatkan
keadaan
ini
untuk Itani, Hanifa; Yusuf M. Sidani dan Imad Baalbaki. 2009. United Arab Emirates Female Entrepreneurs: Motivations and Frustations. Equality, Diversity and Inclusion: An International Journal Vol. 30 No. 5 pp 409 – 424.
dapat menumbuhkembangkan usaha. 3.
Entrepreneur perempuan mengalami konflik dalam menjalankan perannya dalam pekerjaan dan keluarga. Konflik peran ini semakin berkurang dengan
Kelley, Donna J. et.al. 2011. Global Entrepreneurship Monitor 2010 Report: Women Entrepreneurs Worldwide. Babson College, Babson Park, MA, United States.
semakin besarnya usia anak dan adanya kesadaran suami dan anggota rumah
tangga
untuk
membantu
mereka dalam melaksanakan kegiatan
Kuratko, Donald F. dan Richard M. Hodgetts. 2004. Entrepreneurship: Theory, Process and Practice, Sixth Edition. Thomson SouthWestern. USA.
domestik.
Ucapan Terima Kasih: Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ditjen
DIKTI
yang
telah
mendanai
Kuzilwa, J. 2005. The Role of Credits for Small Business Success: A Study of The National Entrepreneurship Development Fund in Tanzania. The Journal of Entrepreneurship, Vol. 14, No. 2, pp. 131 – 161.
penelitian ini melalui Hibah Penelitian Disertasi Doktor dari DP2M Ditjen DIKTI sesuai
dengan
Surat
Perjanjian
Pelaksanaan Hibah Penelitian bagi dosen perguruan tinggi swasta Kopertis Wilayah I
Tahun
Anggaran
2014,
Mc. Elwee, Gerard dan Rahma al-Riyami. 2003. Women Entrepreneurs in Oman: Some Bariers to Success. Career Development International vol. 8 no. 7 pp 339 – 346.
Nomor:
001/B.07/LPPM-USI/2014, tanggal 08 Mei 2014.
Mc. Elwain, Allyson K. and Karen Korabik. 2005. An Examination of Gender Differences in WorkFamily Conflict. Canadian Journal of Behavioural Science 37:4 pp 283 – 298.
DAFTAR PUSTAKA Akanji, O.O. 2006. Microfinance As A Strategy for Poverty Reduction. Cetral Bank of Nigeria Economics and Finance Review. Vol 39, No. 4.
Minniti, M., Allen, E. and Langowitz, N. 2006. The 2005 Global Entrepreneurship Monitor Special Topic Report: Women Entrepreneurship, Center for
Greenhaus, Jeffrey H. dan Nicholas J. Beutell. 1985. Sources of Conflict between Work and Family Roles. 75
Ummu Harmain, S. Hartono, L. R. Waluyati, dan D. H. Darwanto : Motivasi, Persepsi ... Women Leadership, Babson College: Babson Park, MA, United States.
Tambunan, Tulus. 2009. Women Entrepreneurs in Indonesia: Their Main Constraints and Reasons. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability Vol. 5 No. 3, pp. 37 – 51.
Orhan, Muriel and Don Scott. 2001. Why Woman Enter Into Entrepreneurship: An Explanatory Model. Women in Management Review Vol. 16 No. 5. Statistik
Gender 2011. Statistik, Jakarta.
Badan
Xiong Xiong et.al. 2011. The Research on the Influencing Factors of Financing Strategy of Women Entrepreneurs in China. Journal of Computers, Vol. 6, No. 9 pp.1819 – 1824.
Pusat
Tambunan, Tulus. 2007. Entrepreneurship Development: SMES in Indonesia. Journal of Developmental Entrepreneurship Vol. 12 No. 1 pp 95 – 118.
76