AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.
Editor in Chief Ihsannudin, MP
Editor Board Dr. Elys Fauziyah Dr. Andri K. Sunyigono Slamet Widodo, M.Si Dr. Teti Sugiarti Suadi, Ph.D
UTM UTM UTM UTM UGM
Hadi Paramu, Ph.D Dr. Joni Murti Mulyo Aji Dr. Amzul Rifin Dr. Mohammad Arief Subejo, Ph.D
Unej Unej IPB UTM UGM
Lay Out Taufik R.D.A Nugroho Umar Khasan
Pelaksana Tata Usaha Umar Khasan Miellyza Kusuma Putri
Mitra Bestari Agnes Quartina Pudjiastuti Apri Kuntariningsih Watermin Ernoiz Antriandarti I Ketut Arnawa
Universitas Tribuana Tunggadewi Malang Pemerhati Sosiologis Pembangunan Pedesaan Univ. Muhammadiyah Purwokerto UNS Univ. Mahasaraswati Denpasar
Gema W. Mukti
Unpad
Harisuddin
UNS
Jauhari
Lolit Sapi Grati
S. Rusdiana Dedi Irwandi
Balitnak BPTP KALTENG
Alamat Redaksi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506 Surat elektronik:
[email protected] Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh editor board dan blind reviewer.
AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e 2407-6260 VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015 DAFTAR ISI
SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULONPROGO …………………………………………………….1-9 Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ……………………………10-21 Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER …………………………………………………………22-36 Aryo Fajar Sunartomo CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT …………………………………...37-49 Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG …………………………...50-58 Watemin, Sulistyani Budiningsih KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………………………………………...59-65 Resmayeti Purba KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA RUMAH TANGGA PRA SEJAHTERA DI JAWA TENGAH ………………………………………………………………66-79 Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam PENINGKATAN USAHA TERNAK DOMBA MELALUI DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN PETANI …………………………………………………………………………...80-95 S. Rusdiana dan L. Praharani STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH …………………………...96-105 Dedy Irwandi
INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA ……………………………………………………...106-118 Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………………………………124-133 Ardi Novra KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………………………..134-155 Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169 Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2 KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA ORGANIK ……………………………………………………………………...170-186 Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2 PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ………………………………………………………………………187-199 Heri Rahman SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ………………………………….200-211 Akhmad Mahbubi SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……......212-222 Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy Janzen Sinay2 KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236 Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN INDONESIA ……………………………………………………………………237-246 Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2 PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU ……………………………………………………………….247-259 Rustam Abd. Rauf1, Saiful Darman1, dan Atik Andriana2
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd Ardi Novra CSR Research Center, Jambi University Research Institution
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk evaluasi distribusi ternak sapi bibit program Corporate Social Responsibility (CSR) Petrochina Jabung Ltd. Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Estimasi model ekonometrika bentuk triangle recursive yang terdiri dari 3 persamaan dengan 3 variabel endogen dan 3 variabel eksogen menggunakan 2SLS, sedangkan perhitungan besaran subsidi bunga modal dengan pendekatan bunga majemuk. Mayoritas RTP (79,31%) penerima sapi bibit program yang telah berjalan selama 4,5 tahun sebagian besar (79,31%) sudah mampu melunasi kewajibannya. Rata-rata lama waktu mendapatkan anak dan penarikan pertama masing-masing adalah 18,22 bulan dan 31,56 bulan atau dengan kata lain rataan umur ternak yang disetor mencapai 13,34 bulan. Jangka waktu pengembalian pertama signifikan ditentukan oleh jangka waktu kelahiran pertama, serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok RTP yang menerima 1 jantan dan 2 betina dengan yang menerima 3 induk. Jangka waktu bersama-sama dengan umur pengembalian pertama menentukan jangka waktu pelunasan tetapi dan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok RTP. Program CSR Petrochina Jabung LtD merupakan salah satu bentuk subsidi bunga modal (rataan 0,87%/bulan dan besarannya bervariasi antar RTP yang signifikan ditentukan faktor jangka waktu pengembalian dan pelunasan. Semakin cepat pengembalian pertama semakin rendah subsidi bunga diterima tetapi sebaliknya semakin cepat jangka waktu pelunasan maka semakin tinggi subsidi bunga modal diterima. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola gaduhan yang dikembangkan efektif mendorong kepemilikan ternak sapi sebagai asset yang potensial digunakan sarana untuk meningkatkan ekonomi RTP. Kata Kunci : CSR, petrochina, bibit, redistribusi dan subsidi modal. CAPITAL INTEREST SUBSIDY RECEIVED BY DOMESTIC CATTLE FARMER UNDER ASSISTANCE OF THE PETROCHINA ABSTRACT The survey research aims to evaluating the performance of the cattle breeding program under supervised on the Petrochina Jabung Ltd. CSR Program. The unit analysis was 87 household on the CSR area during three month on Geragai SubRegency. The sampling technique is purposive and the triangle recursive econometric model divided onto three equations. The evaluation indicators were the first time and time needed to livestock re-distributed and capital interest subsidies which’s estimated by compound interest approach.The result of stdy show that the households majority (79.31%) able to extinguishment their responsibility along 4.5 years of the running program. The first fertility to obtaining
124
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
the calf is 18.22 months and first redistribution is 31.56 months. The first redistribute significantly depended the speed of the first to get a calf and no significantly difference both group of cattle farming. Furthermore, the responsibility to extinguishment significantly influenced by first time to get the calf and the age of calf using to redistributed. The monthly rate of the capital subsidies which is received by households approximate 0.87% and interest rate significantly determined by speed and time it take to complete their obligation. Based on research can be concluded that the distribution system which is developed by CSR program are effective pushing the asset ownership and potential to improve the households welfare. Key words: cattle, supervising, CSR, Petrochina, and subsidies. PENDAHULUAN Corporate Social Responsibility (CSR) diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat (Budimanta, dkk.,2004). CSR bukan sentra biaya (cost center) melainkan sentra laba (profit center) dimasa mendatang, jika diabaikan kemudian terjadi insiden maka biaya dikeluarkan untuk recovey bisa jadi lebih besar dibandingkan biaya yang dihemat melalui peniadaan CSR itu sendiri dan resiko non-finansial lain berupa buruknya citra perusahaan dimata publik (Wibisono, 2007). Petrochina Jabung Ltd sebagai salah satu perusahaan migas dengan wilayah operasional di Provinsi Jambi sejak tahun 2008 dalam program CSRnya menjadikan ternak sapi potong sebagai fokus komoditas. Program CSR ini hadir sebagai salah satu solusi alternatif penyelesaian masalah permodalan sebagai satu dari tiga aspek permasalahan utama yang dihadapi petani disamping aspek teknis budidaya dan pemasaran (Watenin dan Budiningsih, 2015) Selanjutnya menurut Darawati dan Wenagama (2013) bahwa upaya penguatan modal dalam Program DPM-LUEP (Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan peningkatan kesempatan usaha petani. Untuk itu, selama periode 2008 – 2011 telah disebarkan pada 435 KK (jumlah sapi bibit 1.365 ekor)dengan sistem gaduhan yang dikelola langsung kelompok (Disnak Tanjabtim, 2013). Sistem gaduhan adalah sistem penyebaran ternak dimana peternak sebagai penggaduh dalam kurun waktu tertentu harus mengembalikan ternak pengganti dari hasil keturunannyaatau dapat dinilai dengan uang (Dirjend Peternakan, 1993). Setiap rumah tangga penggaduh menerima 3 ekor ternak sapi bibit yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok yang menerima 3 ekor betina dan kelompok menerima 1 jantan dan 2 betina. Berbeda dengan sistem gaduhan yang diterapkan pemerintah yaitu 1 kembali 2 (mengacu SK. Mentan No. 146/Kpts/HK.050/2/93 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak Pemerintah) maka sistem pengembalian dalam program CSR Petrochina Jabung Ltd adalah 1 kembali 1 atau peternak mengembalikan dalam jumlah yang sama (Pramusintho dan Novra, 2012).Perbedaan sistem gaduhan ini berimplikasi pada beban pengembalian oleh peternak penggaduh dan berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan bunga majemuk diperoleh beban bunga modal yang harus ditanggung peternak sapi gaduhan pemerintah mencapai 23,65% (Novra dan Pramusintho, 2013). Pada sisi lain,
125
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
sistem gaduhan program CSR Petrochina Jabung Ltd diperkirakan sebaliknya yaitu berupa subsidi bunga modal (negative interest). Berdasarkan kepada uraian ditas, maka dilakukan penelitian terkait dengan pengembangan ternak sapi bibit program CSR Petrochina Jabung Ltd dengan tujuan untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan sistem distribusi (lama dan umur pengembalian pertama), tingkat dan jangka waktu pelunasan dan menentukan besaran beban bunga subsidi yang diterima rumah tangga penggaduh. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian survey menggunakan teknik sampling sengaja (pusposive sampling) dilaksanakan selama 6 bulandengan unit analisis adalah rumah tangga (87 KK) peternak sapi penerima gaduhan sapi bibit program CSR Petrochina Jabung Ltd tahun 2008. Data dalam penelitian terdiri dari data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung menggunakan kuisoner dan interview, serta data sekunder yang diperoleh dari recording kelompok tani, laporan manajemen CSR, petugas penyuluh lapangan dan dinas peternakan Tanjab Timur. Penentuan besaran subisdi bunga modal menggunakan modifikasi pendekatan bunga majemuk (compound interest) berdasarkanFrensidy (2006) sebagai berikut:
P i (%) S
1
n
1
(1)
Dimana i adalah suku bunga modal, P adalah nilai pokok modal, S adalah nilai pengembalian dan n adalah jangka waktu pengembalian. Selanjutnya model persamaan struktural digunakan untuk mengetahui perilaku pengembalian dan tingkat beban bunga yang ditanggung peternak, yang terdiri dari 3 persamaan perilaku dengan 3 endogen dan 6 eksogen sebagai berikut; PKEMP TLNS = INTR =
= α1 + β1.1UTER + δ1.1DRTP + e1 α2 + β2.1PKEMP + β2.2REDU + δ2.1DRTP + e2 α3 + β3.1PKEMP + β3.2TLNS + δ2.1DRTP + e3
(2) (3) (4)
Dimana PKEM adalah Jangka waktu pengambilan atau redistribusi pertama (bulan) α1-3 merupakan konstanta, βi.j merupakan koefisien estimasi, δi adalah Koefesien variabel dummy dan e merupakan error. Sedangkan TLNS adalah jangka waktu pelunasan (bulan), INTR adalah tingkat subsidi bunga modal (%bulan), UTER adalah umur kelahiran pertama (bulan), DRTP adalah Dummy variabel rumah tangga penerimaan gaduhan jika 1 adalah menerima 1 jantan dewasa dan 2 betina calon induk dan 0 adalah menerima 3 betina calon indukan, dan REDU ialah rataan umur redistribusi (bulan). Estimasi model persamaan menggunakan sofware SAS-ETS 6.12 dan uji hasil estimasi model secara bersama-sama menggunakan uji F dan secara parsial atau individu menggunakan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Redistribusi Ternak Sapi Bibit Program CSR Penyebaran bantuan program ternak sapi bibit melalui program CSR (Coorporate Social Responsibility) Petrochina Jabung Ltd untuk Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur dilakukan pada tanggal 6 Juni 2008 atau sudah berjalan selama ± 4,5 tahun. Setiap rumah tangga (RTP) sasaran
126
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
menerima ternak sapi gaduhan sebanyak 3 (tiga) ekor dan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu RTP yang menerima 1 ekor jantan dan 2 ekor calon induk (sapi remaja) sebanyak 25 KK (28,74%) dan sisanya 62 KK (71,26%) menerima 3 ekor calon induk. Variasi ternak sapi bibit gaduhan yang diterima ini diperkirakan akan mempengaruhi kinerja masing-masing RTP terutama kelahiran dan redistribusi serta pelunasan kewajiban seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Waktu Kelahiran dan Redistribusi Ternak Sapi Bibit Pada Masing-masing Kelompok RTP Penerima Gaduhan Kelompok Gaduhan No Perkembangan redistribusi Rata-rata 1J+2B 3B 1 Lahir (ekor) 2.64 2.60 2.61 2 Mati (ekor) 0.12 0.10 0.10 3 Redistribusi (ekor) 2.52 2.55 2.54 4 Kewajiban (ekor) 3.00 3.00 3.00 Tingkat pelunasan (%) 84.00 84.95 84.67 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Rata-rata kelahiran pada RTP yang menerima ternak jantan lebih besar dibanding dengan RTP yang hanya menerima ternak sapi betina dan hal ini diduga karena ternak sapi pada RTP yang memiliki pejantan lebih berpeluang untuk kawin secara alamiah tepat pada waktunya dibanding ternak pada RTP yang tidak memiliki pejantan. Tingkat kematian anak yang lebih tinggi pada RTP pemilik ternak jantan menyebabkan rata-rata jumlah ternak sapi yang sudah diredistribusi untuk setiap RTP lebih rendah sehingga menyebabkan rataan tingkat pelunasan juga menjadi rendah. Pada sisi lain berdasarkan penyebaran tingkat pelunasan maka proporsi RTP yang sudah lunas sampai 100% (tiga kali redistribusi) lebih tinggi pada RTP yang menerima sapi jantan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran Tingkat Pelunasan Ternak Sapi Bibit Pada Masing-masing Kelompok RTP Penerima Gaduhan No 1 2 3 4
Kelompok Pelunasan 100.0% 66.67% 33.33% 0.000% Jumlah
Jumlah Rumah Tangga 1J + 2B 3B Jml 20 49 69 1 5 6 1 1 2 3 7 10 25 62 87
Komposisi 1J + 2B 3B 80.00 79.03 4.00 8.06 4.00 1.61 12.00 11.29 100.00 100.00
Jml 79.31 6.90 2.30 11.49 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 RTP yang menerima ternak sapi jantan sudah 20 RTP atau 80,00% yang sudah melunasi kewajiban redistribusi, sedangkan terdapat 3 RTP (12,00%) yang sama sekali belum melakukan redistribusi ternak sapi. Pada sisi lain, dari 62 RTP yang menerima seluruhnya sapi betina 49 RTP (79,03%) serta masih terdapat 11,29% yang belum mengangsur sama sekali (00,00%). Sebaran ini mengindikasikan bahwa pada
127
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
dasarnya tidak terdapat perbedaan tingkat pelunasan antara kedua kelompok baik yang menerima gaduhan sapi jantan maupun tidak. Perbedaan yang relatif kecil dalam tingkat pelunasan ini terkait dengan perkembangan sistem gaduhan antara kedua kelompok RTP seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jangka Waktu Kelahiran serta Waktu serta Umur Redistribusi Ternak Sapi Pada Masing-masing Kelompok RTP Penerima Gaduhan Kelompok Gaduhan No Indikator Kinerja Rata-rata 1J+2B 3B 1 Jangka waktu kelahiran ternak (bulan) a. Pertama 17.59 18.47 18.22 b. Kedua 20.91 22.04 21.71 c. Ketiga 24.82 24.73 24.75 2 Jangka waktu redistribusi ternak (bulan) a. Pertama 31.36 31.64 31.56 b. Kedua 34.24 35.63 35.24 c. Ketiga 38.65 37.86 38.09 3 Rataan umur ternak redisdribusi (bulan) a. Pertama 13.77 13.16 13.34 b. Kedua 13.48 13.63 13.59 c. Ketiga 13.60 13.33 13.41 Rataan 13.62 13.37 13.45 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Jangka waktu untuk memperoleh kelahiran pertama pada kelompok RTP penerima sapi jantan lebih cepat dibanding dengan RTP yang tidak menerima sapi jantan tetapi sebaliknya kelahiran terakhir lebih lama sehingga redistribusi terakhirnya juga akan lebih lama. Banyak faktr yang diduga menyebabkan proses angsuran (redistribusi) pada kelompok RTP penerima lebih lama antara lain a) menunggu kelahiran ketiga dibutuhkan waktu lebih panjang agar salah satu sapi betina melahirkan anak kedua, dan 2) rataan umur anak sapi yang ditarik lebih tinggi (13,62 bulan) dibanding dengan RTP yang hanya menerima sapi betina (13,37). Kedua faktor tersebut secara bersama-sama menjadi faktor penyebab jangka waktu pelunasan pada kelompok RTP penerima sapi jantan akan lebih lama dibanding dengan yang tidak menerima ternak sapi jantan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jangka Waktu dan Bunga Modal Subsidi Diterima Peternak Gaduhan Program CSR Analisis faktor penentu indikator kinerja distribusi ternak sapi bibit program CSR (jangka waktu redistribusi pertama, jangka waktu pelunasan dan bunga modal subsidi) dibatasi hanya untuk RTP sudah lunas (redistribusi mencapai 100%) yaitu 69 dari 87 RTP sasaran program (79,31%) dengan rincian seperti Tabel 4. Jangka waktu redistribusi pertama secara bersama-sama siginifikan (P 0.0001< 0,1) dipengaruhi oleh jangka waktu kelahiran pertama yang menjelaskan produktivitas ternak sapi bibit yang didistribusikan dan kelompok RTP yang menjelaskan variasi ternak sapi yang diterima dengan kemampuan menjelaskan 89,15% (R2 = 0,8915) seperti disajikan pada Tabel 5.
128
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
Tabel 4 Perbandingan Nilai Variabel Pada Masing-masing Kelompok RTP Penggaduh Kelompok RTP No Variabel Rataan 1J+2B 3B 1 Jumlah RTP lunas (KK) 20 49 69 2 Nilai buku kewajiban (P) 54.00 54.00 54.00 3 Nilai buku pelunasan (S) 40.60 39.53 39.84 4 Jangka waktu pelunasan (bulan) 38.65 37.86 38.09 Jangka waktu lahir pertama 5 (bulan) 17.90 18.69 18.46 Jangka waktu redist pertama 6 (bulan) 31.50 31.57 31.55 7 Rataan umur redistribusi (bulan) 13.53 13.18 13.28 8 Subsidi bunga modal 0.81 0.90 0.87 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Tabel 5 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jangka Waktu Redistribusi Pertama No Variabel Koefisien t-hitung P-value 1 Konstanta 13.335 15.98 0.0001 0.9756 23.29 0.0001 2 Kelahiran pertama 3 Dummy “kelompok RTP” 0.7031 1.31 0.1945 F-hitung 271.2400 P-value 0.0001 R-square 0.8915 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Ket,: Angka “tebal”: Signifikan pada tingkat kepercayaan 90% (P value < 0,1). Secara parsial jangka waktu redistribusi pertama dipengaruhi secara signifikan (P-value 0,0001 < 0,1) oleh jangka waktu kelahiran pertama dengan sifat hubungan antara kedua variable positif. Hal ini berarti bahwa semakin cepat kelahiran pertama anak sapi dalam satuan bulan maka jangka waktu redistribusi pertama akan semakin cepat sekitar 0,9756 bulan. Pada sisi lain, jangka waktu reditribusi pertama pada antara kedua kelompok tidak berbeda signifikan (Pvalue 0.1945 > 0,1) tetapi secara umum redistribusi pertama pada kelompok RTP yang menerima gaduhan sapi jantan maka jangka waktu redisribusi pertama 0.7031 bulan lebih lama dibanding dengan kelompok RTP yang hanya menerima gaduhan sapi betina (tidak menerima jantan). Perbedaan dalam jangka waktu redistribusi pertama ini selanjutnya akan mempengaruhi jangka waktu yang dibutuhkan untuk pelunasan gaduhan seperti disajikan pada Tabel 6. Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama waktu redistribusi pertama dan rataan umur ternak yang diredistribusi serta variasi ternak bibit diterima RTP berpengaruh signifikan (P-value 0.0001 < 0,1) terhadap jangka waktu yang dibutuhkan untuk melunasi ternak sapi gaduhan. Meskipun seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan tetapi ternyata hanya mampu menjelaskan 33,44% (R2 = 0,33,44) variasi jangka waktu pelunasan, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Pada sisi
129
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
lain, secara parsial jangka waktu pelunasan hanya signifikan dipengaruhi oleh waktu redistribusi pertama dan umur ternak saat dilakukan redistribusi, sedangkan tidak terdapat perbedaan signifikan (P value 0.8584 > 0,1) antara kelompok RTP penerima sapi gaduhan. Semakin lama waktu redistribusi pertama dan semakin tinggi umur ternak yang ditarik maka akan semakin lama jangka waktu pelunasan ternak sapi gaduhan. Setiap bulan peningkatan lama reditribusi pertama dan umur ternak yang diredistribusi maka jangka waktu pelunasan masing-masing akan meningkat sekitar 0,4431 bulan dan 1,587 bulan. Pada sisi lain, meskipun tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok RTP tetapi jangka waktu pelunasan pada kelompok RTP penerima sapi jantan 0,2590 bulan lebih lama dibanding dengan kelompok RTP yang hanya menerima ternak sapi betina. Tabel 6 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jangka Waktu Pelunasan Ternak Sapi Gaduhan No Variabel Koefisien t-hitung P-value 1 Konstanta 2.9619 0,4700 0.6411 3,9200 0.0002 2 Redistribusi pertama 0.4431 3,9000 0.0002 3 Rataan umur diredistribusi 1.5866 4 Dummy “kelompok RTP” 0.2590 0,1800 0.8584 F-hitung 10.8900 P-value 0.0001 R-square 0.3344 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Ket,: Angka “tebal”: Signifikan pada tingkat kepercayaan 90% (P value < 0,1) Rataan umur ternak redistirbusi lebih rendah dibanding umur ternak distribusi sehingga dengan pola 1 kembali 1 maka sebenarnya pengembalian oleh RTP penerima lebih kecil dibanding dengan yang mereka terima. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya RTP tidak dikenakan beban bunga modal dan sebaliknya mereka menerima subsidi modal atau bunga subsidi. Besaran bunga subsidi secara bersama-sama signifikan (P value 0,0003 < 0,1) dipengaruhi oleh variabel jangka waktu redistribusi pertama dan pelunasan serta variasi ternak sapi bibit yang diterima, tetapi ketiga variabel hanya mampu menjelaskan 24,95% (R2 = 0,2495) variasi besaran bunga subsidi seperti disajikan pada Tabel 7. Secara parsial besaran bunga subsidi yang diterima RTP penggaduh secara signifikan dipengaruhi oleh jangka waktu redistribusi pertama dan pelunasan tetapi keduanya memiliki arah hubungan berbeda (tanda pada koefisien estimasi). Semakin lama jangka waktu redistribusi pertama maka semakin besar beban bunga subsidi yang akan diterima, dimana setiap bulan penambahan jangka waktu maka besaran bunga subsidi yang diterima akan meningkat sebesar 0,0599%, sebaliknya setiap bulan penambahan jangka waktu pengembalian akan mengurangi besaran subsidi bunga sebesar 0,1610%. Respon perubahan yang lebih besar dan tingkat siginikansi yang mendekati nilai sempurna yaitu 100% (P-value <.0001) mengindikasikan bahwa besaran bunga subsidi yang diterima RTP lebih signifikan dipengaruhi oleh jangka waktu pelunasan.
130
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
Tabel 7 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besaran Bunga Subsidi Ternak Sapi Gaduhan No Variabel Koefisien t-hitung P-value 1 Konstanta 5.1033 5.2800 <.0001 2.6200 0.0109 2 Redistribusi pertama 0.0599 -4.5200 <.0001 3 Jangka waktu pelunasan -0.1610 4 Dummy “kelompok RTP” 0.0420 0.2100 0.8360 F-hitung 7.2000 P-value 0.0003 R-square 0.2495 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Ket,: Angka “tebal”: Signifikan pada tingkat kepercayaan 90% (P value < 0,1). Arah hubungan yang berlawan (negatif) mengindikasikan semakin berprestasi RTP penerima yang dicirikan dengan semakin cepat proses pelunasan maka akan semakin besar nilai manfaat yang akan mereka peroleh yang dicirikan semakin besar subsidi bunga yang akan mereka terima. Hal ini secara tidak langsung bermakna bahwa terdapat insentif bagi yang RTP yang berprestasi sehingga akselerasi redistribusi akan tercapai yang akan berdampak pada perluasan jangkauan RTP sasaran penerima sapi bibit gaduhan. Pada sisi lain meskipun perbedaan antar kelompok RTP penerima tidak signifikan (P-value 0.8360 > 0,1) tetapi secara umum besaran bunga subsidi yang menjadi indikator nilai manfaat pada RTP penerima sapi bibit jantan 0,0420 lebih besar dibanding kelompok RTP yang hanya menerima sapi bibit betina menjadi indikasi bahwa variasi jenis kelamin ternak sapi dalam pemberian gaduhan masih tetap relefan dalam program distribusi ternak sapi bibit. Berdasarkan kepada hasil estimasi maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa terdapat kaitan antara produktifitas (kelahiran pertama), prestasi peternak penerima gaduhan sapi bibit (jangka waktu pelunasan) dengan nilai manfaat yang diterima peternak (besaran bunga subsidi). Semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kelahiran anak pertama, maka akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk melunasi kewajiban yang diterima dan akan semakin besar juga insentif yang akan diterima oleh rumah tangga peternak penerima gaduhan sapi bibit. Untuk itu dibutuhkan faktor pendukung pencapaian keberhasilan program distribusi gaduhan ternak sapi bibit terutama upaya-upaya percepatan proses kelahiran pertama antara lain a) penyediaan program pendukung seperti program Inseminasi Buatan (IB) lengkap dengan petugas dan sarana pendukungya, b) proses seleksi calon induk yang lebih ketat untuk menghindari terjadinya induk majir dan umur yang tidak sesuai dengan kriteria yang disyaratkan. Pada sisi lain, masih terdapat beberapa kelemahan dalam proses redistribusi antara lain umur ternak yang diredistribusi tidak seragam sehingga akan potensial menimbulkan ketidak adilan antara RTP penerima sehingga pengawasan oleh kelompok dan pihak terkait perlu ditingkatkan. Pada sisi lain, umur ternak redistribusi yang terlalu bervariasi dan umumnya kurang dari standar ditetapkan merugikan RTP penerima guliran selanjutnya, sehingga pencapaian jangka waktu redistirbusi dan pelunasan akan lebih lama. Jika seluruh faktor pendukung dapat disediakan dan beberapa kelemahan dapat diperbaiki maka diperkirakan program distribusi gaduhan ternak sapi bibit program CSR ini akan
131
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
dapat berkelanjutan dan rumah tangga sasaran penerima manfaat akan lebih besar. Petrochina Jabung Ltd sebagai perusahaan pengucur dana CSR akan lebih diuntungkan dalam jangka panjang karena dengan sekali pengucuran maka program dapat berkelanjutan dan masyarakat binaan penerima manfaat dengan sendirinya akan semakin besar. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diambil beberapa simpulan, yaitu (1) tingkat pelunasan ternak sapi setelah 4,5 tahun program CSR mencapai 79,31% dengan lama waktu beranak pertama 18,22 bulan dan umur redistribusi pertama 13,34 bulan, (2) jangka waktu pengembalian pertama (rataan 31,56 bulan) ditentukan oleh jangka waktu kelahiran pertama dan tidak terdapat perbedaan antara kelompok, (3) jangka waktu pelunasan pertama ditentukan oleh umur pengembalian pertama dan tidak ada perbedaan antar kelompok RTP penerima, dan (4) subsidi bunga modal 0,87% perbulan yang ditentukan faktor kecepatan pengembalian dan jangka waktu pelunasan. Sistem guliran ternak sapi potong yang dilakukan Petrochina Jabung Ltd., ini dapat menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk diadopsi pemerintah karena lebih berpihak pada kesejahteraan rumah tangga penggaduh. DAFTAR PUSTAKA Budimanta A., Prasetijo A., Rudito B, 2004, Corporate Social Responsibility Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini, ICSD Jakarta. Darawati N. M. D., dan I. W. Wenagama, 2013. Efektivitas dan Dampak Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM– LUEP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Padi di Kabupaten Tabanan, e-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana 2(10): 449 – 456. Dirjend
(Direktoral Jenderal) Peternakan, 1993. Petunjuk Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak Pemerintah. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakan No. 50/HK.050/Kpts/2/93. Jakarta.
Disnak (Dinas Peternakan Tanjung Jabung Timur) Tanjabtim, 2013, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2013, Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Frensidy B, 2006. Matematika Keuangan. Edisi 2 Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Novra, A. dan B. Pramusintho, 2013. Evaluasi Sistem Distribusi Dan Tingkat Bunga Beban Gaduhan Ternak Sapi Bibit Provinsi Jambi, Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 12(3): 34-44. Pramusintho, B dan A, Novra, 2012. Redesain Sistem Distribusi Ternak Bibit Dalam Rangka Penguatan Kapasitas Kelembagaan Untuk Penanganan Dini Pengurasan Sapi Betina Produktif, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Lembaga Penelitian Universitas Jambi, Jambi.
132
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
Watenin dan S. Budiningsih, 2015. Pemberdayaan Petani Melalui Penguatan Modal Kelembagaan Petani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Agriekonomika 4 (1): 50–58. Wibisono, 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR: Corporate Social Responsibility, Fascho Publisher, Kartosuro.
133
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim naskah ke alamat email
[email protected]. 3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas. 4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email. FORMAT PENULISAN: 1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman. 2. Sistematika penulisan: SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold
261
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
ABSTRACT: Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen) SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
262
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT: Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)
3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan 4.
paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko. Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran sesudah naskah harus diberi nomor urut. a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar. c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan. d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif.
263
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
Contoh penyajian tabel: Tabel 2 Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%) <2 35 70 2,1 - 3 11 22 > 3,1 4 8 Jumlah 50 100 Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha Standar deviasi 0,95 Ha Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar: Utilitas
U3 U2 U1 I1
I2
I3
Pendapatan
Sumber: Debertin, 1986 Gambar 1 Perilaku Menerima Risiko
5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun
6.
7. 8.
264
pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh: wt = f (yt , kt , wt-1) (1) Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh: dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya. Penulisan rumus menggunakan menu “Equation” Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Contoh: • Hair (2007) berpendapat bahwa… • Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya …. • Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa….
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
9. Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal) Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173. b. Buku Teks Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles. c. Prosiding Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh: Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: 119-159. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. e. Internet Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat. http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012. METODE REVIEW Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah: 1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi. 2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan. 3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting. 4. Artikel tidak dapat dipublikasi.
265