AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.
Editor in Chief Ihsannudin, MP
Editor Board Dr. Elys Fauziyah Dr. Andri K. Sunyigono Slamet Widodo, M.Si Dr. Teti Sugiarti Suadi, Ph.D
UTM UTM UTM UTM UGM
Hadi Paramu, Ph.D Dr. Joni Murti Mulyo Aji Dr. Amzul Rifin Dr. Mohammad Arief Subejo, Ph.D
Unej Unej IPB UTM UGM
Lay Out Taufik R.D.A Nugroho Umar Khasan
Pelaksana Tata Usaha Umar Khasan Miellyza Kusuma Putri
Mitra Bestari Agnes Quartina Pudjiastuti Apri Kuntariningsih Watermin Ernoiz Antriandarti I Ketut Arnawa
Universitas Tribuana Tunggadewi Malang Pemerhati Sosiologis Pembangunan Pedesaan Univ. Muhammadiyah Purwokerto UNS Univ. Mahasaraswati Denpasar
Gema W. Mukti
Unpad
Harisuddin
UNS
Jauhari
Lolit Sapi Grati
S. Rusdiana Dedi Irwandi
Balitnak BPTP KALTENG
Alamat Redaksi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506 Surat elektronik:
[email protected] Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh editor board dan blind reviewer.
AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e 2407-6260 VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015 DAFTAR ISI
SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULONPROGO …………………………………………………….1-9 Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ……………………………10-21 Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER …………………………………………………………22-36 Aryo Fajar Sunartomo CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT …………………………………...37-49 Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG …………………………...50-58 Watemin, Sulistyani Budiningsih KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………………………………………...59-65 Resmayeti Purba KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA RUMAH TANGGA PRA SEJAHTERA DI JAWA TENGAH ………………………………………………………………66-79 Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam PENINGKATAN USAHA TERNAK DOMBA MELALUI DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN PETANI …………………………………………………………………………...80-95 S. Rusdiana dan L. Praharani STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH …………………………...96-105 Dedy Irwandi
INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA ……………………………………………………...106-118 Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………………………………124-133 Ardi Novra KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………………………..134-155 Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169 Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2 KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA ORGANIK ……………………………………………………………………...170-186 Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2 PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ………………………………………………………………………187-199 Heri Rahman SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ………………………………….200-211 Akhmad Mahbubi SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……......212-222 Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy Janzen Sinay2 KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236 Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN INDONESIA ……………………………………………………………………237-246 Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2 PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU ……………………………………………………………….247-259 Rustam Abd. Rauf1, Saiful Darman1, dan Atik Andriana2
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA Akhmad Mahbubi Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan TeknologiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kerangka koseptual industrialisasi gula, mengetahui sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula dan mengetahui sistem dinamis rantai pasok industrialisasi gula berkelanjutan (mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan)di pulau Madura.Jenis data adalah datra sekunder dan sumber data dari Bappenas, Kementerian Pertaniandan PTPN X. Analisis data menggunakan model dinamis. Hasil penelitian ini adalah skenario yang terjadi dalam analisis perilaku sistem dinamis rantai pasokindustrialisasi gula di Pulau Madura sampai beberapa tahun ke depan berdasar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan adalah skenario pesimistis, realistis dan optimistis. Pada skenario pesimistis, realistis dan optimis total potensi yang ditanami masing-masing pada tahun 2023, tahun 2021 dan tahun 2018 dengan produksi rata-rata sebesar 725 ribu ton gula pada tahun tersebut. Pemerintah harus membuat roadmap industrialisasi gula di Pulau Madura. Kata Kunci : Sistem Dinamis, Rantai Pasok, Industrialisasi Gula, Berkelanjutan THE DYNAMIC SYSTEM OF SUGAR INDUSTRIALIZATION SUPPLY CHAIN IN MADURA ISLAND ABSTRACT This study is aimed to know a conceptual framework of sugar industrialization in Madura Island, to knowing the basic system of sugar industrializationsupply chain, to recognize the dynamic system of sugar industrialization supply chain base on economical revenue, social welfare and environment. Type of secondary data has been collected from Bappenas, ministry of agriculture and PTPN X. Dynamic model used to analyze the data. Three result scenarios to be used in the analysis of the behavior of sugar industrialization supply chain The results of this study are three scenarios of the success indicator pessimistic, realistic and optimistic. Pessimistic realized at 2023, realistic realized at 2021 and optimistic realized at2018 with sugarcane production rate at 725.000 ton. The government must develop a roadmap of sugarcane industrialization in Madura Island. Key words: Dynamic System, Supply Chain, Sugar Industrialization, Sustainable PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Permintaan panganterus meningkat seiring peningkatan populasi penduduk dunia dua kali lipat lebih selama kurun setengah abad dari 3 Milyar jiwa di tahun 1960 menjadi lebih 7 Milyar jiwa pada tahun 2014 mengakibatkan produksi pangan meningkat juga dua kali lipat selama kurun waktu yang sama. Peningkatan produksi pangan menyebabkan tekanan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berimplikasi merosotnya produktitivitas
200
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
sumberdaya alam dan rusaknya lingkungan sehingga dalam jangka panjang mengganggu ketersediaan pangan dunia. Salah satu indikasinya era 1960-an hingga awal 1990-an negara-negara berkembang merupakan eksportir pangan dan energi dunia, pada akhir 1990-an terjadi pergeseran peran dan mulai awal 2000-an negara-negara berkembang berubah menjadi net importir. Fenomena tersebut menempatkan ketahanan pangan sebagai isu utama yang menjadi perhatian berbagai negara didunia saat ini termasuk Indonesia sebagai salah satu negara terbanyak penduduknya. Berbagai negara termasuk Indonesia melakukan upaya peningkatan ketahanan pangan antara lain melalui swasembada pangan, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, stabilitasi harga dan kesejahteraan petani yang diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2012. Salah satu upaya Indonesia dalam peningkatan ketahanan pangan melalui swasembada pangan lima komoditi utama yaitu beras, gula, jagung, kedelai dan industrialisasi gula di Pulau. Namun upaya tersebut sampai saat ini belum menampakkan hasil yang memuaskan karena hanya komoditas beras yang tercapai surplus 5,4 juta ton (produksi 39,8 juta, kebutuhannya 34,4 juta ton), sedangkan komoditas gula produksinya masih kecil dibanding kebutuhan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2013), produksi gula hanya 2,76 juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 5 juta ton (konsumsi rumah tangga dan industri). Berbagai penyebabnya antara lain anomali iklim, rendemen kecil (dibawah 8%) dan produktivitas rendah (dibawah 80 ton / hektar). Selama ini swasembada gula selalu terhambat dengan perluasan areal tebu dan pembangunan pabrik baru. Ketersediaan lahan baru masih minim realisasi, pencapaian perluasan areal tebutidak sampai seperempat dari target 250.000 hektar. Padahal pemerintah telah mengupayakan pengembangan tebu dan pabrik gula khususnya di Merauke Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Kendala gagalnya pengembangan tebu dan pabrik gula di tiga pulau tersebut adalah infrastruktur kurang memadai dan masalah pertanahan yang umumnya berupa tanah ulayat. Kondisi ini memicu pemerintah untuk menggenjot perluasan areal tebu di Jawa Timur khususnya di Pulau Madura. Berdasarkan temuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) ada sekitar 100.000 ha lahan yang sesuai untuk tanaman tebu di Madura, umumnya merupakan lahan tidur. Jumlah tersebut terbagi menjadi sekitar 80.000 ha di Bangkalan dan Sampang serta kurang lebih 30.000 ha di Sumenep dan Pamekasan dengan potensi produktivitas sebesar 80 ton per ha dan rendemen 8 - 9%. Potensi areal tebu yang besar di Pulau Madura membuatpemerintah mencanangkan industrialisasi gula di Pulau Madura dengan menggandeng segenap stakeholders antara lain Kementerian Pertanian termasuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI), Pemerintah Propinsi Jawa Timur, PTPN X (Persero) dan perusahaan swasta baik dalam negeri maupun perusahaan luar negeri seperti Gendhis Groupdan konsultan STM Projects. Ltd, India. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan perluasan tebu di Pulau Madura, rencanatahun iniperluasan areal tebu mencapai 12.000 hektar dan perluasan sebesar ini sudah layak membangun pabrik Gula sebesar 5.000 TCD (Ton Cane Per Day) yangmenghasilkan pembangkit listrik berkapasitas 18 MW serta pabrik ethanol dengan kapasitas 40 KLPD (Kilo Liter Per Day). Program Industrialisasi Gula di Pulau Madura ini menjadi tumpuan swasembada gula nasional. Hal ini bisa tercapai melaluiserangkaian pendekatan yang terintegrasi pada setiap komponen sepanjang rantai pasok mulai dari
201
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
petani,pedagang, pabrik gula dan etanol, serta konsumen akhir baik rumah tangga maupun industri dengan memperhatikan keberlanjutan baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan sehingga perlu dikaji melalui sistem dinamis rantai pasok. Rantai pasok tersusun oleh sejumlah entitas yang saling berinteraksi melalui pola interaksi yang khas sesuai dengan struktur yang terbentuk. Semakin banyak sejumlah entitas yang terlibat dalam rantai pasok akan berpengaruh pada struktur yang terbentuk dan menentukan kompleksitas sebuah rantai pasok. Entitas-entitas tersebut saling berinteraksi guna mencapai tujuan bersama, yaitu konsumen akhir (Widodo, dkk. 2011). Karakteristik rantai pasok ini menggambarkan dan menegaskan bahwa rantai pasok adalah sebuah sistem terintegrasi (Zhou dan Benton, 2007). Selain lebih kompleks, pengelolaan rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis (Marimin dan Maghfiroh, 2011). Soemantri dan Tahir (2007) melakukan simulasi sistem dinamis ketersediaan beras di Merauke, hasilnya dalam 10 tahun mendatang dengan menerapkan kebijakan peningkatan pendayagunaan lahan dan peningkatan produksi melalui peningkatan IP (Indeks Pertanaman) dengan irigasi teknis, dengan penerapan mekanisasi pertanian, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk berimbang, penanganan pascapanen dan penggunaan saprodi lainnya, memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan Merauke dalam memasok beras wilayah Indonesia bagian timur. Melalui skenario ini kemampuan Merauke dalam memasok beras adalah 83.69% jika persentase masyarakat yang mengkonsumsi beras 30% dan jika terjadi pergeseran konsumsi menjadi 40%, maka kemampuan pasokannya menjadi 62.77%. Sementara hasil penelitian Widodo dan Ferdiansyah (2010) menyatakan sistem rantai pasok ITPT Indonesia tersusun atas beberapa pelaku sistem yang terintegrasi secara vertikal dan yang saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik. Pelaku sistem tersebut diantaranya pemasok, industri dan pasar sebagai representasi konsumen. Melalui simulasi sistem dinamik dapat diketahui fluktuasi dari parameter kinerja ITPT Indonesia, yakni total kinerja impor dan total kinerja ekspor TPT Indonesia. Proyeksi Mahbubi (2013) menggunakan simulasi sistem dinamis dalam jangka panjang, ketahanan pangan beras nasional akan terganggu jika pemerintah tidak menghentikan konversi lahan pertanian. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan penghentian atau pengetatan konversi lahan pertanian khususnya lahan sawah untuk pembangunan infrastruktur. Linton, dkk (2007) menjabarkan perkembangan penelitian-penelitian tentang pengembangan berkelanjutan (sustainable development) sejak tahun 1990-an yang terus mengalami peningkatan. Fritz dan Schiefer (2008) telah melakukan analisis keberlanjutan pada jaringan pangan dengan menggunakan metode life cycle analysis (LCA). Penelitian Fisher.et.al sebagaimana dikutip Arshinder et.al (2008) menunjukkan lemahnya koordinasi antar partner sepanjang rantai pasok pada industri makanan mengakibatkan timbulnya kerugian hingga $30 miliar per tahun. Sementara Mahbubi (2014) menemukan pengelolaan rantai pasok sapi Madura berkelanjutan yang paling optimal guna mewujudkan pulau Madura sebagai pulau sapi adalah skenario kebijakan dengan indikator keberhasilan tingkat kematian pedet menjadi 20%. Tujuan penelitian ini adalah, (1) mengetahui kerangka koseptual industrialisasi gula di pulau Madura (2) mengetahui sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura, (3) mengetahui sistem dinamis rantai pasok
202
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
industrialisasi gula berkelanjutan (mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan)di pulau Madura. METODE PENELITIAN Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal yaitu kombinasi analisis data skunder dan eksperimen. Riset eksplanatori dengan analisis data skunder untuk mengetahui sistem dasar dan menyusun model dinamis rantaipasok industrialisasi gula di Pulau Madura, sedangkan riset kausal dengan eksperimen untuk mengetahui hubungan antar fenomena dengan rmenerapkan simulasi sistem dinamis rantai pasok industrialisasi gula berkelanjutan (mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan)di pulau Madura. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder berupa data time series beberapa tahun terakhir. Sumber data penelitian ini adalah BadanPerencanaan dan Pembangunan Nasional, Kementerian Pertaniandan PTPN X. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan simulasi sistem dinamis menggunakan program powersim dengan uji validasi melalui perhitungan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Menurut Muhammadi. et.al (2001) Garis besar tahapan penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem dinamis adalah (1) memahami sistem yang akan dianalisis terkait dengan situasi dan kondisi permasalahan (2) penyusunan sistem konseptual meliputi pengidentifikasian pelaku-pelaku yang terlibat dalam sistem,mengidentifikasi hubungan yang terjadi antar pelaku yang menjadi dasar untuk menyusun causal loop dan perlu pembatasan sistem yang dianalisis, karena sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit (3) formulasi model untuk menerjemahkan hubungan antar elemen atau antar pelaku dalam sistem ke dalam bahasa pemprograman (4) simulasi dan validasi, model disimulasikan untuk melihat bagaimana perilaku model tersebut yang merupakan gambaran perilaku sistem nyata, Oleh karena itu, model yang sudah dibuat untuk disimulisasikan harus diuji untuk melihat apakah model benar-benar mewakili sistem yang sebenarnya sebagai sarana untuk mempelajari sistem nyata tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerangka Konseptual Industrialisasi Gula di Pulau Madura Kerangka konseptual industrialisasi gula di PulauMadura sebagaimana gambar 1,terdiri dari dua level yaitu mikro dan makro.Level mikro adalah industrialisasi gula yang melibatkan semua pelaku dan proses kegiatannya serta keluarannya berada di di Pulau Madura, sedangkan level makro yaitu industrialisasi gula yang melibatkan semua pelaku dan proses kegiatannya serta keluarannya berada di di luar Pulau Madura. Industrialisasi gula di Pulau Madura terdiri dari perkebunan tebu rakyat seluas 100.000 hektar yang tersebar di empat kabupaten yaitu Bangkalan 36.000 hektar, Sampang 36.000 hektar, Pamekasan dan Sumenep 18.000 hektar dengan pabrik gula di Bangkalan dan Sampang masing-masing berkapasitas 15.000 TCD (Ton Cane Per Day) dan pabrik gula di Pamekasan Sumenep masing-masing berkapasitas 7.500TCD.
203
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
Produksi sebesar ini berdampak yang signifikan pada pencapaian swasembada gula nasional. Mampu memasok kebutuhan gula tidak hanya warga Pulau Madura tapi kebutuhan gula nasional baik keperluan untuk rumah tangga (individu) mapun keperluan Industriantara lain industri makanan dan minuman serta industri farmasi.
Pemerintah Pusat/Daerah
Rumah Tangga
Industri Makanan Pembangkit Listrik
Industri AgroInput Benih Bibit Pupuk Pestisid a alsintan
Perkebunan Tebu Rakyat
Industri
Pabrik
Industri Jasa
Gula
Ethanol
Transportasi Keuangan Asuransi
Pabrik Bio-Kompos Industri Farmasi
Industri Minuman PT, Lemlit & Asosiasi PTN/PTS, P3GI, AGI, APTRI
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015 Gambar 1. Kerangka KonseptualIndustrialisasi Gula di Pulau Madura Sistem DasarRantai Pasok Industrualisasi Gula di Pulau Madura Industrialisasi gula di Bangkalan dan Sampang juga akan menghasilkan pembangkit listrikmasing-masing berkapasitas 28 MW (megawatt) dan pabrik alkohol atau ethanol masing-masing berkapasitas 60 KLPD (Kiloliter Per Day), sedangkan di Pamekasan dan Sumenep akan menghasilkan pembangkit listrik masing-masing berkapasitas 14 MW (megawatt) dan pabrik alkohol atau ethanol masing-masing berkapasitas 30 KLPD (Kiloliter Per Day).Pembangkit listrik dan pabrik bio-ethanol ini akan menjadi energi alternatif yang bisa dinikmati oleh masyarakat Pulau Madura dan menjadi nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Pulau Madura. selain itu, akan menghasilkan bio-kompos yang bermanfaat untuk pemupukan tanaman tebu petani di Pulau Madura.
204
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
Industrialisasi gula di Pulau Madura bergantung pada level makro antara lain membutuhkan komitmen pemerintah yang serius baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Pulau Madura misalnya berupa anggaran di APBN, peraturan dan insentif serta perbaikan infrastruktur baik irigasi maupun jalan. Dukungan perguruan tinggi, instansi penelitian, asosiasi antara lain AGI (Asosiasi Gula Indonesia), APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) dan lainnya berupa pendampingan, penelitian bibit tebu yang sesuai dengan agro klimat di Pulau Madura. Selain itu perusahaansarana produksi pertanian yang umumnya berada di luar Pulau Madura sebagai faktor pendorong dengan memasok benih, bibit, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian dan industri jasa seperti transportasi, keuangan dan asuransi sebagai penarik dalam industrialisasi gula di Pulau Madura. Sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula di PulauMadura merupakan rantai pasok primer yaitu rantai pasok yang melibatkan beberapa pelaku yang merubah nilai tambah suatu produk melalui kegiatan produksi dan inovasi antara lain sub sistem perkebunan tebu rakyat (petani tebu), industri (produsen)guladan konsumen baik rumah tangga maupun industri sebagaimana pada gambar 2. Aliran rantai pasok dari hulu berupa tebu ke hilir berupa guladan produk turunannya. Petaniberkelompok (kelompok tani) memasok tebu langsung ke pabrik gula.Aliran rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura memotong mata rantai pasok sekunder di sepanjang aliran produk gula seperti tengkulak dan pedagang perantara yang umumnya mendapatkan nilai tambah yang paling besar pada industri pertanian.Sub sistem rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu dan lintas sektoral, sehingga sistem rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura bersifat dinamis. Sub sistem perkebunan tebu rakyatmerupakan usaha tani tebu di lahan petani dan dilakukan oleh petani yang bersangkutan. Perkebunan tebu rakyatterkait agro-input atau sarana produksi perkebunan tebu antara lain pembenihan, pembibitan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan penggunaan alat atau mesin pertanian. Menurut hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) sebagaimana dikutip PTPN magazine (2012),terdapat sekitar 100.000 ha lahan yang sesuai untuk tanaman tebu di Madura. Jumlah tersebut terbagi menjadi sekitar 70.000 ha di Bangkalan dan Sampang serta kurang lebih 30.000 ha di Sumenep dan Pamekasan denganpotensi produktivitas sebesar 80 ton per hektar dan rendemen 8 - 9%. Pada tahun 2012 lalupengembangan lahan di Madura oleh PTPN X (Persero) sudah mencapai 1.300 ha dan diperkirakan tahun 2015 ini mencapai 12.000 ha. Industri (produsen)gula merupakan pabrik gula diPulau Madura. Jikaluas lahan tebu 12.000 ha terealisasi di tahun 2015 ini, maka sudah layak mendirikan pabrik gula dengan kapasitas 5.000 TCD. Kapasitas sebesar itu akan menghasilkan pembangkit listrik berkapasitas 18 MW, pabrik ethanol dengan kapasitas 40 KLPD dan menghasilkan bio-kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk pada usaha tani tebu rakyat di Pulau Madura.Setiap kabupaten di Pulau Madura akan memiliki pabrik gula dan total kapasitas pabrik gula di Pulau Madura mencapai 45.000 ton TCD apabila semua potensi lahan tebu seluruhnya ditanami tebu. Industri gula di Pulau Madura akan menghasilkan produk samping berupa pembangkit listrik sebesar 84 mega watt dan menciptakan pabrik produk turunan yaitu ethanol berkapasitas 148 KLPD.
205
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
Konsumen pada industrilasasi gulaadalah konsumen rumah tangga atau individu dan industri makanan, minuman dan farmasi. Besarnya konsumsi gula individu bergantung pada tingkat konsumsigula per kapita per tahundan perkembanganpopulasi penduduk.Perkembangan penduduk tergantung pada tingkat kelahiran dan kematian penduduknya. Sedangkan konsumsi industri olahan adalah banyaknya industri makanan-minumanolahan, restoran dan kantin. Menurut hasil survey Sucofindo dan Susenas dalam Bappenas (2013) konsumsi gula nasional mencapai 5,3 juta ton dengan rincian 2,7 juta ton di konsumsi rumah tangga atau konsumsi langsung berupa Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,6 juta ton di konsumsi industri berupa Gula Kristal Rafinasi (GKR).
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015 Gambar 2. Sistem Dasar Rantai Pasok Industrualisasi Gula di Pulau Madura Sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura dapat diidentifikasi berdasarkan pelaku, kegiatan, sarana produksi dan keluaran. : 1. Berdasarkan pelaku, pada : - Agro input berupa perseorangan atau perusahaan benih, bibit, pupuk, pestisida dan alat-mesin pertanian. - Perkebunan tebu rakyat adalah petani tebu di Pulau Madura. - Industri gula berupa pabrik gula yang ada di masing-masing kabupaten di Pulau Madura
206
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
- Konsumen adalah industri makanan, minuman, farmasi dan bioethanol 2. Berdasarkan kegiatan, pada : - Kegiatan di Agro input adalah menyediakanbenih, bibit, pupuk, pestisida dan alat-mesin pertanian. - Kegiatan di perkebunan tebu rakyat adalah usaha tani tebu di Pulau Madura. - Kegiatan di industri gula produksigula di masing-masing pabrik gula tiap kabupaten di Pulau Madura - Konsumsi gula baik konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industry 3. Berdasarkan sarana produksi, pada : - Agro input berupa bahan baku benih, bibit, pupuk, pestisida dan alatmesin pertanian. - Perkebunan tebu rakyat adalah benih, bibit, pupuk, pestisida dan alatmesin pertanian. - Industri gula berupa tebu hasil panen dari lahan di Pulau Madura. - Konsumen baik rumah tangga maupun industri antara lain makanan, minuman dan farmasi berupa gula 4. Berdasarkan keluaran, Pada : - Agro input berupa benih, bibit, pupuk, pestisida dan alat-mesin pertanian. - Perkebunan tebu rakyat adalah tebu hasil panen dari lahan di Pulau Madura - Industri gula berupa produk gula baik GKP maupun GKR. - Konsumen berupa makanan, minuman, obat dan kesehatan. Sistem Dinamis Rantai Pasok Industrialisasi GulaBerkelanjutan Selanjutnya model sistem dinamis dikembangkan mengacu pada tiga sub sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura diatas. Model ini dibuat berdasar identifikasi permasalahan yang dituangkan ke dalam diagram sebab akibat (causal loop), diformulasikan dalam diagram alir (stock dan flow) dan disimulasikan dengan menggunakan software Powersim. Selanjutnya, formulasi model dirumuskan ke dalam bentuk matematis yang dapat mewakili sistem nyata. Formulasi model menghubungkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi dalam model konseptual dengan bahasa simbolik. Formulasi model industrialisasi gula di Pulau Madurasebagaimana gambar 3. Model sistem dinamis rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura diatas valid karena berdasar uji validasi nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) sebesar 9%. Ini berarti bahwa terdapat penyimpangan sebesar 9% antara hasil simulasi dengan data aktual. Validasi model dilakukan dengan membandingkan keluaran model (hasil simulasi) dengan data aktual yang diperoleh dari sistem nyata (quantitative behaviour pattern comparison). Validasi model dilakukan terhadap data aktual yaitu data populasi dan produksi selama satu dekade terakhir. Validasi model bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu model yang dibangun dan merupakan perwakilan dari realitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.
207
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015 Gambar 3. Sistem Dinamis Rantai Pasok Industrialisasi Gula Berkelanjutan di Pulau Madura Skenario yang terjadi dalam analisis perilaku sistem dinamisrantai pasokindustrialisasi gula di Pulau Madura sampai beberapa tahun ke depan berdasar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan adalah skenario pesimistis, realistis dan optimistis. Skenario pesimistis yaitu adanya peningkatan luas area tebu setiap tahun sebesar 50%, skenario realistis yaitu peningkatan luas area tebu secara eksponesial dan scenario optimistis peningkatan luas area tebu setiap tahun sebesar 100%. Pada skenario pesimistis, realistis dan optimis total potensi yang ditanami masing-masing pada tahun 2023, tahun 2021 dan tahun 2018 dengan produksi rata-rata sebesar 725 ribu ton gula pada tahun tersebut dan mampu menyumbang defisit gula untuk pencapaian swasembada gula sebesar 28% dengan dampak ekonomi sumbangan pendapatan dari industrialisasi gula di Pulau Madura sebesar 8,7 triliun rupiah, dampak sosial berupa serapan tenaga kerja sebesar 560 ribu tenaga kerja dan mampu mengolah limbah perkebunan tebu dan pabrik gula menjadi bio-kompos sebanyak 90 ribu ton. Adapun grafik proyeksi perkembangan luas lahan, produksi gula, dampak ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana pada gambar 4 a – 4 e.
208
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
a
b
c
d
e Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015 Gambar 4. a) Proyeksi luas area tebu (ha), b) Proyeksi Produksi Gula (ton), c) Proyeksi Dampak Ekonomi (triliun rupiah), d) Proyeksi Serapan Tenaga Kerja (jiwa), e) Proyeksi pengolahan kompos dari limbah tebu/gula (ton)
209
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
PENUTUP Kerangka konseptual industrialisasi gula di Pulau Madura terdiri dari dua level yaitu mikro (pulau madura) dan makro (nasional).Sistem dasar rantai pasok industrialisasi gula di Pulau Madura menggunakan rantai pasok primer dapat diidentifikasi berdasarkan pelaku, kegiatan, sarana produksi dan keluaran.Skenario yang terjadi dalam analisis perilaku sistem dinamisrantai pasokindustrialisasi gula di Pulau Madura sampai beberapa tahun ke depan berdasar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan adalah skenario pesimistis, realistis dan optimistis. Pada skenario pesimistis, realistis dan optimis total potensi yang ditanami masing-masing pada tahun 2023, tahun 2021 dan tahun 2018 dengan produksi rata-rata sebesar 725 ribu ton gula pada tahun tersebut. Semua stakeholders harus berperan aktif agar tercapai skenario optimistis khususnya pemerintah harus membuat roadmap industrialisasi gula di Pulau Madura. DAFTAR PUSTAKA Arshinder, K. Kanda A dan Desmukh. S.G. 2008.Supply Chain Coordination : Perspective, Empirical Studies and Research Directions.International Journal Production Economics 115(2) : 315 – 335 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Studi Pendahuluan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian. Direktorat Pangan dan Pertanian. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta, 2013 Fritz, M dan Scheifer, G. 2008. Sustainability in Food Networks. Proceding Gewisola. Bonn, 24 – 26 September 2008. Kementerian Pertanian. Statistik Pertanian 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta, 2013. Linton, J.D., Klassen, R. dan Jayaraman, V. 2007. Sustainability Bio Product Supply Chain : An Introduction. Journal of Operations Management 25(6): 1075–1082. Mahbubi, A. 2014. Program Pengembangan Madura Sebagai Pulau Sapi Persepktif Manajemen Rantai Pasok Sapi Berkelanjutan. Agriekonomika 3 (2) : 98 – 109. Mahbubi. A. 2013. Model Dinamis Supply Chain Beras Berkelanjutan Dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Manajemen dan Agribisnis 10 (2) : 81 - 89 Marimin dan Nurul M. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor Muhammadi, E. Aminullah, dan B. Soesilo. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. UMJ Press, Jakarta, 2001 PTPN Mag. 2012. Madura Bakal Jadi Pulau Gula. Volume 006/Th-II Oktober – Desember 2012 : 34 – 48. Soemantri, A.S dan Thahir R. 2007. Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi di Kawasan Timur Indonesia. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3 2007 : 28 - 36
210
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
Widodo, Kuncoro Harto., Kharies P dan Aang A. 2011. Supply Chain Management Agroindustri Yang Berkelanjutan. Penerbit Lubuk Agung. Bandung. Widodo, Kuncoro Harto dan Ferdiansyah, E. 2010. Optimasi Kinerja Rantai Pasok Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Berdasarkan Simulasi Sistem Dinamis. Jurnal Agritech 30(1) : 46 - 55. Zhou, H. Benton, W.C. 2007. Supply Chain Practice and Information Sharing. Journal of Operations Management 25 (6): 1348 – 1365.
211
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim naskah ke alamat email
[email protected]. 3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas. 4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email. FORMAT PENULISAN: 1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman. 2. Sistematika penulisan: SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold
261
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
ABSTRACT: Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen) SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
262
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT: Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)
3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan 4.
paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko. Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran sesudah naskah harus diberi nomor urut. a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar. c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan. d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif.
263
Oktober, 2015
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 Volume 4, Nomor 2
Contoh penyajian tabel: Tabel 2 Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%) <2 35 70 2,1 - 3 11 22 > 3,1 4 8 Jumlah 50 100 Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha Standar deviasi 0,95 Ha Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar: Utilitas
U3 U2 U1 I1
I2
I3
Pendapatan
Sumber: Debertin, 1986 Gambar 1 Perilaku Menerima Risiko
5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun
6.
7. 8.
264
pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh: wt = f (yt , kt , wt-1) (1) Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh: dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya. Penulisan rumus menggunakan menu “Equation” Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Contoh: • Hair (2007) berpendapat bahwa… • Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya …. • Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa….
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2015 Volume 4, Nomor 2
9. Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal) Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173. b. Buku Teks Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles. c. Prosiding Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh: Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: 119-159. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. e. Internet Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat. http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012. METODE REVIEW Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah: 1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi. 2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan. 3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting. 4. Artikel tidak dapat dipublikasi.
265