AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum. Pemimpian Redaksi Ihsannudin Redaksi Pelaksana Elys Fauziyah Andri K. Sunyigono Slamet Widodo Tata Letak dan Perwajahan Taufik R.D.A Nugroho Mokh Rum Pelaksana Tata Usaha Taufani Sagita Miellyza Kusuma Putri Mitra Bestari Dr. Ir. Faidil Tanjung, M.Si Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur. M. Dr. Mohammad Arief, SE. MM. Dr. Amzul Rifin, SP., MA. Alamat Redaksi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234Fax. (031) 3011506 Surat elektronik:
[email protected] Laman: http://agribisnis.trunojoyo.ac.id/agriekonomika AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk dievaluasi oleh mitra bestari dan redaksi pelaksana dengan metode blind review.
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2014 DAFTAR ISI PROGRAM PENGEMBANGAN MADURA SEBAGAI PULAU SAPI PERSPEKTIF MANAJEMEN RANTAI PASOKSAPI BERKELANJUTAN €€ 98 Akhmad Mahbubi PERUBAHAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA SEBAGAI AKIBAT PENGHAPUSAN TARIF IMPOR GULA€€€€€€€€€€€€... Agnes Quartina Pudjiastuti
110
STRATEGI TERCAPAINYA KETAHANAN PANGAN DALAM KETERSEDIAAN PANGAN DI TINGKAT REGIONAL€€€€€€€€€€. 121 Isbandi dan S.Rusdiana KONTRIBUSI PENDAPATAN AGRIBISNIS KELAPA PADA PENDAPATAN KELUARGA PETANI DI KABUPATEN GORONTALO€€€ 137 Mohamad Ikbal Bahua VALUASI EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU SAPUDI, SUMENEP, MADURA€€€€€€€€€€€€€€€€.. Agus Romadhon ANALISIS RESPON KONSUMEN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR MARKETING MIX DALAM PEMBELIAN PRODUK LUWAK WHITE KOFFIE DI PASAR SWALAYAN KOTA SURAKARTA€€€€€€€€€€ Yesi Krista Karnasih, Mohd. Harisudin, Suprapto PROFIL DAN KARAKTER SOSIAL EKONOMI PETANI TANAMAN PANGAN DIBOJONEGORO€€€€€€€€€€€ €€€€€€€€€€... Kuntoro Boga Andri
146
157
171
ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS€€€€€€€€ €€€€€.. 185 Apri Kuntariningsih1, Joko Mariyono2 PENERAPAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN KOPERASIAGRIBISNIS BERORIENTASI BISNIS€€€€€€€€€€€€ 197 Gema Wibawa Mukti dan Anne Charina PROSPEK DAN STRATEGI PERDAGANGAN TERNAK KAMBINGDALAM MEREBUT PELUANG PASAR DUNIA €€€€€€€€. 209 S.Rusdiana, L. Praharani dan U.Adiati
99
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
VALUASI EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU SAPUDI, SUMENEP, MADURA Agus Romadhon Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
[email protected] ABSTRAK Ekosistem terumbu karang bagi masyarakat pulau-pulau kecil memiliki peran sebagai penyedia sumberdaya perikanan. Pulau Sapudi, terdiri dari masyarakat yang memiliki mata pencarian utama sebagai nelayan dan 569 nelayan diantaranya menjalankan praktek penangkapan ikan karang secara destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai manfaat dari ekosistem terumbu karang dengan menggunakan pendekatan efek produktivitas sebelum dan sesudah praktek penangkapan ikan karang secara destruktif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai estimasi ekonomi aktual dari ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi berdasarkan data primer adalah Rp 21.027.933.840,00; sementara itu estimasi dari nilai manfaat sekarang adalah Rp 384.542.778,79 dan nilai estimasi manfaat bersih sekarang adalah Rp 239.081.334,38. Hasil juga menunjukkan melalui pendekatan data berkala diperoleh nilai estimasi dari manfaat ekosistem terumbu karang yang hilang selama kurun waktu 10 tahun. Estimasi nilai manfaat yang hilang yaitu sebesar Rp 5.097.140.400,00 atau sebesar Rp 2.842.800,00 per hektar. Keyword : Pulau Sapudi, terumbu karang, pendekatan efek produktifitas, nilai manfaat sekarang, nilai manfaat yang hilang ECONOMIC VALUATION BENEFIT VALUE OF CORAL REEFECOSYSTEM IN SAPUDI ISLAND, SUMENEP, MADURA ABSTRACT Coral reef ecosystem for people in small islands had benefit as fisheries resources supplier. In Sapudi island there are 569 fishermen household, who are running some economic activities, including destructive fishing practices. The purposes of this research is to estimate the benefit value of coral reef in Sapudi Island using Effect on Production (EoP) approach. This approach mainly applies to estimate the difference in value of productive output before and after the impact of activity. The results of this research show that the actual economic values of coral reef in Saoudi Island based on cross section data is Rp 21.027.933.840,00, while produce an estimation of present value of the benefit is Rp 384.542.778,79. Furthermore, the present value of residual rent is as of estimated to be Rp 239.081.334,38. Based on the time series appproach, it is estimated that a loss of benefit after 10 years has been occurred. Therefore foregone benefit value of coral reef in 10 years is Rp 5.097.140.400,00 or Rp 2.842.800.000,00 per hectare Keyword : Sapudi Island, coral reef, Effect on Production (EoP), present value of the benefit, present value of residual rent
146
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
PENDAHULUAN Pulau Sapudi merupakan salah satu pulau • pulau kecil yang ada di Kabupaten Sumenep, yang secara geomorfologi dikategorikan sebagai pulau dengan karang penghalang (barrier reef). Umumya wilayah pulau kecil, Pulau Sapudi memiliki ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem utama dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik. Lebih lanjut, Matulis (2014) menjelaskan sebagai sebuah ekosistem, terumbu karang merupakan sumber daya yang tidak mempunyai nilai pasar (non market base). Salah satu proxy bagi nilai ekonomi terumbu karang adalah melalui proxy terhadap nilai produktivitas perikanan. Nilai ekonomi terumbu karang didekati dengan nilai proksi yaitu produktivitas perikanan karang (McCauley 2006). Fungsi terumbu karang sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground dapat diestimasi dengan nilai output yang dihasilkan oleh ekosistem ini yaitu ikan karang. Terumbu karang dan ikan karang merupakan suatu rangkaian mata rantai dimana keberadaan ekosistem terumbu karang akan menunjang kelimpahan ikan karang. Permasalahan yang timbul adalah dalam mengekstraksi ikan karang dilakukan tindakan destruktif sehingga ekosistem terumbu karang mengalami kerusakan. Kerusakan itu menyebabkan fungsi- fungsi terumbu karang mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat menjalar secara berantai terhadap fungsi-fungsi ekosistem yang lain dan akhirnya bermuara pada penurunan nilai ekonomi dari sumber daya. Ancaman • ancaman terhadap terumbu karang saat ini seperti pengeboman ikan dan penggunaan karang sebagai bahan bangunan, sangat mendesak untuk dicegah, salah satu yang perlu dilakukan adalah tindakan penilaian ekonomi terhadap berbagai macam fungsi terumbu karang baik sebagai pensuplai barang dan jasa. Penilaian biasa dari terumbu karang dianalogkan dari nilai perikanan atau nilai sebagai pelindung pantai yang mempunyai nilai pasar. Terkait dengan hal tersebut, Burke et al.(2002) menjelaskan nilai bisa diturunkan berdasarkan pada permintaan (demand), penawaran (supply), harga (price) dan biaya (cost). Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu bentuk penilaian yang komprehensif. Dalam hal ini tidak saja nilai pasar (market value) dari barang tetapi juga nilai jasa (nilai ekologis) yang dihasilkan oleh sumberdaya alam yang sering tidak terkuantifikasi kedalam perhitungan menyeluruh sumberdaya alam (Moore et al. 2010) Valuasi ekonomi menurut Fauzi (2005) didefinisikan sebagai upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan baik atas nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar (non market value). Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam (Rodelioet a.l.2014). Tujuan dari penilaian ekonomi antara lain digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi, maka valuasi ekonomi dapat menjadi suatu peralatan penting dalam peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri. Lebih lanjut, Adrianto (2006) menjelaskan tujuan valuasi ekonomi adalah menjamin tercapainya tujuan
147
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
maksimisasi kesejahteraan individu yang berkaitan dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Berangkat dari hal tersebut, dalam pelestarian terumbu karang di Pulau Sapudi, perlu dilakukan identifikasi potensi jenis pemanfaatan terumbu karang sekaligus nilai manfaat dari ekosistem terumbu karang secara ekonomi. METODE PENELITIAN Pendekatan Metode Penelitian di lakukan pada aktivitas ekonomi yang berbasis sumberdaya alam yaitu usaha penangkapan ikan Satuan kasusnya adalah areal ekosistem terumbu karang yang secara administratif terletak di Pulau Sapudi yang terletak o o o o pada 114,25 • 114,45 BT dan 7,05 • 7,20 LS. Penentuan lokasi yang menjadi satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan distribusi terumbu karang. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah luasan kawasan terumbu karang di Pulau Sapudi dengan interrpretasi citra satelit. Luasan terumbu karang yang berfungsi sebagai nursery ground (area pengasuhan) feeding ground (area sumber makanan), spawning ground (area berpijah) maka luasan terumbu karang menjadi input bagi produktivitas hasil tangkapan ikan. Metode yang digunakan berdasarkan kepada pendekatan hasil produksi (Effect on Production Approach, EoP) yaitu dengan mengalikan hasil produksi dan harga maka nilai manfaat langsung (benefit) dari terumbu karang dapat diestimasi. Teknik EoP yang digunakan adalah Present Value generate Per Hectare Model • Income Approach. Teknik ini dilakukan dengan mengkapitalisasi atau mendiskon aliran bersih dari manfaat terumbu karang (produksi ekologis / biologis) yang diambil sebagai indikator nilai sekarang (present value) habitat terumbu karang. Dengan membagi total present value dari produksi terumbu karang dengan luas terumbu karang, akan diperoleh nilai sekarang per hektar dari sumberdaya terumbu karang. Pendekatan metoda ini dengan memasukkan atau mengabaikan biaya produksi yang dikeluarkan baik yang berasal dari tenaga kerja atau biaya faktor produksi lainnya (Azqueta and Delacamara 2006). Analisis Data Berdasarkan pendekatan EoP diatas maka estimasi nilai manfaat langsung dapat dijabarkan dengan formula sebagai berikut : 1. Present Value generated per Hectare Model - income approach
dimana Bt
:
T
:
manfaat produksi perikanan dari sumberdaya terumbu karang Jumlah tahun proyeksi nilai
r
:
Real discount rate
L
:
Luas kawasan terumbu karang
Residual rent didefinisikan sebagai perbedaan antara biaya faktor produksi dan nilai panen dari sumberdaya terumbu karang. Residual Rent dapat dilihat sebagai kontribusi sistem alam atau faktor pendapatan (income factor) terhadap nilai ekonomi total.
148
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
2. Present Value Residual Rent per Hectare Model income approach
dimana Bt
:
Ct T
:
manfaat produksi perikanan dari sumberdaya terumbu karang biaya produksi perikanan Jumlah tahun proyeksi nilai
r
:
Real discount rate
L
:
Luas kawasan terumbu karang
3. Mengukur nilai per hektar kawasan terumbu karang, nilai didekati dari produksi ikan karang yang merupakan produk dominan dari kawasan terumbu karang. Kemudian diduga hubungan antara jumlah produksi ikan karang (Ct) dengan jumlah upaya tangkap (Et) dan luasan kawasan terumbu karang (Lt), formula yang digunakan sebagai berikut :
4. Untuk mengestimasi nilai kehilangan manfaat akibat rusaknya ekosistem terumbu karang. Terkait fungsi kawasan terumbu karang sebagai nursery ground, feeding ground, spawning ground maka luasan terumbu karang menjadi input bagi produktivitas hasil tangkapan ikan karang. Jika ada gangguan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kawasan terumbu karang maka secara langsung akan mempengaruhi aliran nilai manfaat dari kawasan terumbu karang tersebut. Hubungan in dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut :
Formula yang digunakan
=
dimana P
:
Harga ikan Per Unit volume(kg)
ƒ1
:
q
:
Koefisien daya tangkap
L
:
E
Koefisien perubahan kawasan terumbu karang Perubahan kawasan terumbu karang
Daya tangkap (trip)
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ekonomi Aktual (Net Benefit Income Approach) Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang didasarkan atas perhitungan manfaat dan biaya pemanfaatan. Berdasarkan tipologi nilai ekonomi total ekosistem ini mempunyai nilai manfaat langsung dan tidak langsung. (Seenprechawong 2001). Manfaat langsung yang dapat dinilai dari keberadaan ekosistem terumbu karang adalah perikanan karang. Berdasarkan hasil survey pemanfaatan ekosistem terumbu karang di PulauSapudi hanya memanfaatkan ikan karang. Ekstraksi terhadap terumbu karang langsung tidak terjadi seperti pengambilan karang baik untuk bahan bangunan. Umumnya nelayan Pulau Sapudi hanya mengambil ikan konsumsi yang laku di pasar lokal. Selama masa survey tidak ditemukan nelayan yang menggunakan bahan peledak dan bius. Lebih lanjut, menurut keterangan nelayan di Pulau Sapudi hanya sewaktu-waktu melakukan penangkapan ikan dengan bahan peledak jika telah dirasakan bahwa hasil tangkapan menurun. Selain itu Kebiasaaan melakukan peledakan juga tidak oleh semua nelayan.
149
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
Kebanyakan oleh nelayan pendatang dari Pulau Ra‚as. Nelayan dari Pulau Ra‚as datang menangkap ikan kemudian melakukan peledakan dan pergi. Rata-rata nelayan Pulau Sapudi menangkap ikan karang menggunakan pancing (hand line). Satu trip penangkapan biasanya hanya satu orang nelayan. Penangkapan dilakukan sepanjang musim dan bersifat one day fishing. Banyaknya trip yang dilakukan oleh nelayan di Pulau Sapudi dalam satu bulan sekitar 10- 20 hari. Rata-rata perolehan ikan karang dalam satu trip sekitar 2-4 ekor/jenis. identifikasi perolehan ikan karang konsumsi yang dominan di perairan terumbu karang Pulau Sapudi ditampilkan pada Tabel 1 Jumlah rata- rata tangkapan setahun sebanyak 3.778, 99 ekor dimana rata-rata beratkan karang per ekor adalah 0.5 • 1.5 kg, maka estimasi rata-rata tangkapan pertahun ikan karang nelayan di Pulau Sapudi sekitar 3,778 ton atau kurang lebih 4 ton. Pulau Sapudi memiliki luas terumbu karang 1,11 ha maka produksi pertahun ikan karang adalah 0.04 ton per km2 per tahun. Jika dibandingkan dengan rata-rata tangkapan ikan karang nelayan di Filipina yang bisa mencapai 15,6 ton/km2/tahun walau bervariasi mulai dari 3 ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/m2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, 1998), hasil tangkapan nelayan Sapudi sangat rendah. Sesuai dengan penjelasan McAllister (1998) bahwa perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang, kualitas pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat di sekitarnya. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 ton/km2/tahun, dibawah 8 ton/km2/tahun merupakan produksi pada kondisi buruk. Lebih lanjut, dengan harga jual ikan karang yang cukup beragam mulai dari Rp 10.000 sampai dengan Rp 25.000 maka pendapatan bersih nelayan dalam satu trip rata-rata Rp 165.603,00 Tabel 1 Rincian Estimasi Penerimaan Ikan Karang Nelayan Pancing di Pulau Sapudi No Jenis Ikan Perolehan/trip Jumlah Total Tangkapan/tahun (ekor) trip/tahun (ekor) 1. Ekor kuning 4,49 174,18 782,41 2. Kuwe 2,60 174,18 452,34 3. Banbangan 2,48 174,18 431,44 4. Kakap 3,45 174,18 600,92 5. Lencam 2,12 174,18 369,26 6. Baronang 2,46 174,18 428,83 7. Gerot-gerot 2,39 174,18 415,94 8. Kerapu 1,71 174,18 297,87 Total 21,7 3.778,99 Sumber : Data primer diolah (2014) Tabel 2 Rincian Estimasi Manfaat Bersih Nelayan Pancingdi Pulau Sapudi No Klasifikasi Rupiah (Rp) 1. Penerimaan 4,49 2. Biaya 2,60 3. Pendapatan 2,48 Sumber : Data primer diolah (2014)
150
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
Estimasi dari pendapatan bersih nelayan maka nilai ekosistem terumbu karang sebagai faktor input bagi produktivitas tangkapan yang menjadi produk akhir bagi masyarakat dapat dikuantifikasi secara moneter. Berdasarkan data survey jumlah nelayan pancing ikan dasar di Pulau Sapudi sebanyak 729 orang. Tabel 3 Nilai Estimasi Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karangdi PulauSapudi No Klasifikasi Unit Jumlah 1. Pendapatan bersih Rupiah 28.844.902,39 2. Jumlah Nelayan Orang 729 3. Luas Hektar 1,11 4. Nilai Aktual Rupiah 21.027.933.840,00 5. Nilai Aktual Per Hektar Rupiah 19.012.598.409,49 Sumber : Data primer diolah (2014) Total manfaat bersih diperoleh per nelayan pancing ikan dasar di Pulau Sapudi sebesar Rp 28.844.902,39. Berdasarkan hal tersebut nilai ekonomi aktual ekosistemterumbukarangsebesar Rp 21.027.933.840,00atau Rp 19.012.598.409,49 per ha. Nilai Manfaat Sekarang a. Present Value Benefit Generate Per Hektare Model- Income Approach Present Value Benefit dilakukan dengan mendiscount aliran bersih dari manfaat terumbu karang yang diambil sebagai indikator nilai sekarang (present value) kemudian membagi total present value dari produksi terumbu karang dengan luasan terumbu karang, maka dapat diperoleh nilai per hektar terumbu karang. Hasil ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai Estimasi Manfaat Sekarang (Present Value Benefit) Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sapudi No Klasifikasi Unit Jumlah 1. Luas terumbu karang Hektar 1,11 2. Present value benefit Rupiah 384,542,778.79 3. Present value benefit per hektar Rupiah 347,687,865.09 Sumber : Data primer diolah (2014) Berdasarkan Tabel 4. diatas menunjukkan bahwa nilai manfaat sekarang dari terumbu karang di Pulau Sapudi sebesar Rp 384,542,778.79 atau sebesar 347,687,865.09 per hektar. b. Present Value Residual Rent Generate Per Hektare Model -Income Approach Residual rent merupakan perbedaan antara biaya faktor produksi dan nilai ektraksi dari sumberdaya. Residual rent dapat dilihat sebagai kontribusi sistem alam atau pendapatan bersih terhadap nilai ekonomi total. Hasil yang diperoleh dapat ditampilkan pada Tabel. 5.
151
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
Tabel 5 Nilai Estimasi Present Value Residual rent Ekosistem TerumbuKarangdi Pulau Sapudi No Klasifikasi Unit Jumlah 1. Luasan terumbu karang Hektar 1,11 2. Present value residual rent Rupiah 239,081,334.38 3. Present value residual rent per hektar Rupiah 216,167,571.77 Sumber : Data primer diolah (2014) Berdasarkan Tabel 5. diatas Present Value Residual Rent diperoleh sebesar Rp 239,081,334.38 dengan luasan terumbu karang 1,11 Ha atau present value residual rent per hektar sebesar Rp 216,167,571.77. Present value residual rent per hektar lebih rendah dari present value benefit karena present value residual rent merupakan pendekatan dengan menghitung biayayang dikeluarkan baik dari faktor produksi maupun biaya dari faktor tenaga kerja. Analisis Sensitivitas Net Present Value (NPV) Perhitungan net present value dari suatu investasi perlu dikaji hal • hal yang akan terjadi jika analisis net present value mengalami kesalahan atau perubahan pada satu atau beberapa faktor sehingga mempengaruhi dalam perhitungan biaya atau manfaat (Spurgeon 1992). Perhitungan nilai ekosistem terumbu karang (Net Present Value) juga diperlukan analisis sensitivitas karena ada hal mendasar yang mempengaruhi nilai NPV. yaitu luasan tutupan terumbu karang (live coral coverage). Luas terumbu karang ini akan mempengaruhi hasil produksi perikanan karang karena fungsi ekosistem terumbu karang sebagai tempat mencari makan , tempat pengasuhan , tempat berpijah sebagian besar ikan karang sehingga jika habitat ikan karang ini dalam kondisi baik maka output yang dihasilkan juga dalam kualitas yang baik. Pemanfaatan ekosistem terumbu karang oleh nelayan di Pulau Sapudi selama ini dengan cara• cara yang destruktif sehingga luasan tutupan terumbu karang mengalami degradasi. Hasil olah data citra satelit lansat ETM 7 tahun 2013 maka berhasil dianalisa bahwa ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi mengalami degradasi dalam waktu 10 tahun seluas 1,793 ha atau sebesar 61,84 % .dari total luasan yang terhitung. Berdasarkan pola pemanfaaatan yang destruktif selama 10 tahun maka luasan terumbu karang di Pulau Sapudi diasumsikan akan terus mengalami penurunan. Analisis sensitivitas terhadap perubahan luasan terumbu karang dilakukan dengan mengasumsikan produksi akan berkurang jika luasa n terumbu karang juga berkurang demikian juga sebaliknya. Analisis sensitivitas net present value dengan asumsi perubahan produksi berkurang sebesar 25 % jika masyarakat Pulau Sapudi tetap melakukan aktivitas pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan pola yang sama dengan saat tahun 2013.
152
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
Tabel 6 Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV dengan Asumsi Produksi Berkurang 25 % Menggunakan Pola Pemanfaatan Destruktif No Uraian Saat ini Analisis Sensitivitas 1. Luasan terumbu karang Hektar 1,11 2. Present value residual rent Rupiah 239,081,334.38 Sumber : Data primer diolah (2014) Net present value per hektar mengalami penurunan sebesar Rp 85,110,560.11 demikian juga dengan NPV Residual Rent mengalami penurunan sebesar Rp. 86,418,056.76. Tabel 7 Nilai Estimasi Analisis Sensitivitas NPV dengan Asumsi Produksi Bertambah 25 % Menggunakan Pola Pemanfaatan dengan Pengaturan No Uraian Nilai (Rp ) 1. Net present value per hektar 445.911.143,80 2. Present value residual rent per hektar 129.749.515,01 Sumber : Data primer diolah (2014) Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwasanya bila digunakan pola pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan pengaturan sehingga luas tutupan terumbu karang menjadi bertambah. Karena luasan terumbu karang bertambah maka diasumsikan terjadi peningkatan hasil produksi perikanan karang sebesar 25%. Pola pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan ramah lingkungan merupakan tindakan yang harus dilaksanakan oleh stakeholders di Pulau Sapudi. Hal ini penting ditekankan karena sumberdaya yang dikelola bersifat openacces sehingga kemungkinan perilaku dalam pemanfaatan serta keputusan pengalokasian sumberdaya merupakan status kepemilikan (property right). Oleh sebab itu perlu adanya suatu peraturan atau regulasi yang mengikat setiap pemanfaat dengan syarat bahwa tidak ada biaya transaksi yang terjadi untuk mentaati peraturan tersebut. Jika dalam pelaksanaannya terjadi biaya transaksi maka net present value dari ekosistem terumbu karang akan terus menurun. Berikut ditampilkan perubahan atas biaya angkut. Tabel 8 Perbandingan Net Present Value dengan Perubahan Biaya Angkut No Uraian Nilai (Rp ) 1. NPV per hektare sebelum kenaikan biaya angkut 347.687.865,09 2. Present value residual rent per Hektare sebelum 216.167.571,77 kenaikan biaya angkut 3. NPV per hektare sesudah kenaikan biaya angkut 344.306.988,73 4. Present value residual rent per Hektare sesudah 160.617.390,65 kenaikan biaya angkut Sumber : Data primer diolah (2014) Berdasarkan Tabel perbandingan nilai estimasi Net Present Value diatas maka dengan kenaikan biaya angkut tersebut, terjadi penurunan pendapatan nelayan sebesar Rp 55.550.181,1 per hektar.
153
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
Keterkaitan Ikan Karang Dengan Karang Hidup Analisa nilai ekonomi manfaat dari ekosistem terumbu karang perlu dilakukan analisis keterkaitan antara produksi perikanan karang dengan karang hidup sebagai habitatnya. Sebagai indikasi yaitu kondisi karang hidup mencakup diantaranya adalah luasan, dan kesehatan karang. Kesehatan karang dapat diindikasikan dengan tutupan hidup (living coverage) karang batu (Gomez and Yap 1984). Adanya kerusakan terumbu karang berdasarkan hasil survey disebabkan oleh praktek penangkapan ikan secara destruktif dengan bahan peledak dan bius, alat transportasi seperti pelemparan jangkar, pemasangan perangkap bubu. Kerusakan terumbu karang juga tidak terhindar dari gangguan yang bersifat biologis seperti pemutihan ( bleaching). Pemutihan ini bisa disebabkan oleh pemangsaan bintang laut (Acanthaster plancii) dan bleacing sebagai akibat peningkatan suhu air laut yang ekstrim. Adapun untuk melihat keterkaitan antar ikan karang dan karang hidup dapt dilihat berdasarkan rekapitulasi sebaran terumbu karang dengan keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang. Berikut ketrkaitan antara ikan karang dan terumbu karang. Tabel 9 Rekapitulasi Persentase Sebaran Tutupan Karang di Pulau Sapudi Jenis Karang Stasiun 1 2 3 4 6 Hard coral 60,36 90,30 21,00 28,0 23,20 Soft Coral 3,70 5,00 5.70 5,00 37,20 Other fauna 4,50 0 0 0 0,40 Abiotic 13,50 3.500 18,10 15,00 39,20 Sumber : Data primer diolah (2014) Kondisi tutupan karang batu hidup di Pulau Sapudi ini berkorelasi dengan kelimpahan dan keanekaragaman pada ikan karang konsumsi. Dimana pada kondisi tutupan karang hidupnya baik, maka kelimpahan ikan karang konsumsi juga tinggi. Hal ini dapat dilhat pada stasiun 1 dengan kondisi karang baik maka kelimpahan ikan karangnya juga tinggi. Westmacott et al.(2000) menjelaskan bahwa interaksi antara ikan karang dengan habitatnya yaitu karang hidup dapat terjadi dalam 3 bentuk. Pertama, hubungan yang terjadi secara langsung dengan karang hidup sebagai tempat perlindungan terutama ikan- ikan yang berukuran kecil. Kedua, hubungan yang menyangkut interaksi makan memakan antara ikan karang dan biota sesil yang berasosiasi dengannya. Ketiga, hubungan yang melibatkan keseluruhan struktur ekosistem dan pola makan pemakan plankton dan karnifor yang berasosiasi dengan karang. Hubungan diatas secara tidak langsung menjelaskan manfaat terumbu karang sebagai feeding ground ikan karang. Fungsi ini akan berjalan bila kesehatan terumbu dalam kondisi terjaga Nilai Kehilangan Manfaat Langsung Terumbu Karang ( Benefit Lost ) Kawasan terumbu karang yang berfungsi sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan dan daerah mencari makan bagi ikan karang dan biota laut lainnya yang berasosiasi dengannya, maka luasan terumbu karang menjadi input
154
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
bagi produktivitas hasil tangkapan ikan karang sehingga jika terjadi perubahan. kawasan terumbu karang akan mempengaruhi aliran nilai manfaat dari kawasan terumbu karang tersebut. Perubahan nilai ekosistem terumbu karang yang terkait dengan jumlah hasil tangkapan ikan karang dapat dikuantifikasi dengan uang. Ekosistem terumbu karang dalam konteksnya sebagai fungsi dari harga ikan karang dan perubahan luasan terumbu karang sehingga dengan mengumpulkan data harga (P), jumlah upaya tangkap (E) dan perubahan luasan terumbu karang (L) ,dapat diduga nilai kehilangan manfaat langsung selama 10 tahun dari ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi. Tabel 10 Kehilangan Nilai Manfaat Terumbu Karang dari Tahun 2003-2013 No Uraian (Ha dan Rp) Nilai (Rp ) 1. Luasan terumbu karang 2,899 1,11 2. Nilai manfaat terumbu karang 31.026.072.000,00 25. 928..931.600,00 3. Nilai manfaat Hilang 0 5.097.140.400,00 4. Nilai Manfaat Hilang per 0 2.842.800.000,00 hektar Sumber : Data primer diolah (2014) Kehilangan kawasan terumbu karang seluas 1,793 ha selama 10 tahun telah menyebabkan kehilangan aliran manfaat langsung ekosistem terumbu karang sebesar Rp 5.097.140.400,00 yang berarti juga kehilangan pendapatan (lost income) bagi nelayan pancing Pulau Sapudi sebesar Rp 2.842.800.000,00 perhektar terumbu karang. Redford and Adam (2009) memperkirakan bahwa terumbu karang yang rusak akibat penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau kegiatan pengambilan destruktif sehingga kondisi rusak/hancur sebesar 50% hanya akan menghasilkan 6.000 US Dollar/km2 /tahun, sedangkan area terumbu karang dengan kondisi rusak sebesar 75% rusak hanya menghasilkan sekitar 2.000 US Dollar /km2 /tahun. Jika dianalogkan dengan kondisi terumbu karang di Sapudi maka kerusakan sebesar 33,7% berdampak pada kerugian ekonomis yang setara dengan 2.000 US Dollar /km2 /tahun. Menilik kerugian ekonomi yang begitu besar akibat pemanfaatan yang tidak memperhatikan daya dukung dan kelestariannya maka upaya untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi khususnya dan di Indonesia pada saat ini adalah suatu hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan.
PENUTUP Berdasarkan pemanfaatan ikan karang konsumsi dengan menggunakan data cross section maka nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudiadalah sebesar Rp 21.027.933.840,00 sedangkan nilai manfaat sekarang dariekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi sebesar Rp 384.542.778,79 dan nilaiekonomi sekarang ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi adalah sebesarRp 239.081.334,38.Pemanfaatan ikan karang konsumsi dengan menggunakan data time series didapatkan nilai manfaat yang hilang dari ekosistem terumbu karang seluas1.793 Ha selama 10 tahun di Pulau Sapudi adalah sebesar Rp 5.097.140.400,00 Kondisi rata-rata tutupan karang batu hidup (Hard Coral)Pulau Sapudi sebesar37, 7% yang dikategorikan dalam kondisi
155
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
rusak.Terdapat korelasi antara kondisi tutupan karang keanekaragamandan kelimpahan ikan karang konsumsi.
hidup
dengan
DAFTAR PUSTAKA Adrianto L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep Dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir Dan Laut. Bogor. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir DanLautan. Institut Pertanian Bogor.Bogor Azqueta D. DelacamaraG. 2006. Ethics, economics and environmental management.Journal Ecological. Economies. (56), 524• 533 Fauzi
A. 2004. Ekonomi Gramedia.Jakarta
Sumberdaya
Alam
dan
Lingkungan..PT
Ghermandi A., Nunes PALD, 2013. A global map of coastal recreational values: resultsfrom explicit meta-analysis.Journal Ecological Economies. (86), 1• 15 Gomez, ED and HT.Yap. 1984. Monitoring Reef Condition. In: Coral Reef Management Handbook .R.A Kenshington and B.E.T Hudson (Eds).UnescoPublisher. Jakarta. Pet-SoedeLH. Cesarand J. Pet. 1996. Blasting Away: The Economics of BlastFishing on Indonesian Coral Reefs, in H. Cesar, ed., Collected Essays ontheEconomics of Coral Reefs, H. Cesar, Economic Analysis of Indonesian CoralReefs,Working Paper SeriesWork in Progress. Washington, DC: World Bank Matulis BS. 2014 The economic valuation of nature: A question of justice?Journal Ecological. Economies. (75), 40• 47 McCauley, D. 2006. Selling out on nature. Journal of Nature(443), 27• 28. Moore RC, Bishop RC, Provencher B, Champ PA. 2010. Accounting for respondent uncertaintyto improve willingness-to-pay estimates. Can. Journal Agriculture Economic. (58) 381• 401 Rodelio FS, Herminia AF. 2014. Do non-users value coral reefs?: Economic valuation of conservingTubbataha Reefs, Philippines. Journal Ecological Economics (102) 24• 32 Seenprechawong U. 2001. An economic analysis of coral reefs in the Andaman sea ofThailand. Research Report. No. 2001-RR7. Economy and Environment Program forSoutheast Asia, Singapore Spurgeon,J.1992.The Economic Valuation of Coral Reefs.Marine Polution Bulletin vol24 (11) 529-536. Redford K. Adams W. 2009. Payment for ecosystem services and the challenge of savingnature. Journal Conservation Biolology. (23) 785• 787
156
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim naskah ke alamat email
[email protected]. 3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas. 4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email. FORMAT PENULISAN: 1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman. 2. Sistematika penulisan: SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata …analisis†, …pengaruh†, …studi†. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold ABSTRACT:
231
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen) SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata …analisis†, …pengaruh†, …studi†. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
232
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT: Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)
3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan 4.
paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko. Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau padalampiran sesudah naskah harus diberi nomor urut. a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar. c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan. d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif.
233
Oktober, 2014
Agriekonomika, ISSN 2301 - 9948 e ISSN 2407 - 6260 Volume 3, Nomor 2
Contoh penyajian tabel: Tabel 2 Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%) <2 35 70 2,1 - 3 11 22 > 3,1 4 8 Jumlah 50 100 Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha Standar deviasi 0,95 Ha Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar: Utilitas
U3 U2 U1 I1
I2
I3
Pendapatan
Sumber: Debertin, 1986 Gambar 1 Perilaku Menerima Risiko
5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun
6.
7. 8.
234
pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh: wt = f (yt , kt , wt-1) (1) Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh: dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya. Penulisan rumus menggunakan menu •Equation‚ Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Contoh: ‰ Hair (2007) berpendapat bahwa€ ‰ Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya €. ‰ Ihsannudindkk (2007) berkesimpulan bahwa€.
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 Oktober, e ISSN 2407-6260 2014 Volume 3, Nomor 2
9. Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal) Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173. b. Buku Teks Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles. c. Prosiding Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh: Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: 119-159. d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. e. Internet Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat. http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012. METODE REVIEW Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah: 1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi. 2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan. 3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting. 4. Artikel tidak dapat dipublikasi.
235