AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK FLAVONOID GLIKON/AGLIKON DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L.)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH YUDHA FIRMANSYAH NIM 13.051
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JANUARI 2016
0
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK FLAVONOID GLIKON/AGLIKON DAUN KERSEN (MUTINGIA CALABURA L)
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Akademi Analis dan Makanan Putra Indonesia Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program D3 Bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH YUDHA FIRMANSYAH NIM 13.051
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2016
1
PERNYATAAN ORIGINALITAS KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, NAMA
: Yudha Firmansyah
NIM
: 13.051
JUDUL
: Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavonoid Glikon/Aglikon Daun Kersen (MUNTINGIA CALABURA L.)
di dalam Naskah Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suati Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain dan disebutkan dalam sumber kutipan dan pustaka. Apabila ternyata didalam naskah KTI ini dapat dapat dibuktikan terdapat unsurunsur PLAGIASI, saya bersedia KTI ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (A. Md.Si.) dibatalkan, serta diperoses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU NO 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70.)
Malang, 09 September 2016
(Yudha Firmansyah)
2
Halaman Persembahan
“Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu dikerjakan dan bukan hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya. Bukan hanya menjadi impian. Karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah tanpa berusaha.”
3
(Penulis)
4
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK FLAVONOID GLIKON/AGLIKON DAUN KERSEN (MUTINGIA CALABURA L) Firmansyah, Yudha. 2016. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavonoid Glikon/Aglikon Daun Kersen (Mutingia Calabura L). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing: Drs. Sentot Joko Raharjo, S. Si, M. Si
ABSTRAK Daun kersen (Muntingia calabura L.) terdapat kandungan senyawa flavonoid yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak flavonoid glikon dan aglikon. Ekstrak flavonoid dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, hasil ekstrak flavonoid dan sebagian dihidrolisis menggunakan larutan HCL 2N untuk memutus glikosidanya. Ekstrak flavonoid glikon dan aglikon diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dengan spektrofometri UV-Vis. Kedua ekstrak flavonoid glikon dan aglikon dibuat konsentrasi adalah 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak kersen dalam bentuk glikon sebesar 5,7 ppm dan dalam bentuk aglikon 4,8. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak flavonoid kersen dalam bentuk glikon dan dalam bentuk aglikon Kata kunci: Ekstrak daun kersen, Etanol 96%, aglikon, glikon, DPPH.
i
ABSTRACT Firmansyah, Yudha. 2016. Flavonoids Extract Antioxidant Activity Glikon / cherry leaves aglycone (Mutingia Calabura L) Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Lecture Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing: Drs. Sentot Joko Raharjo, S. Si, M. Si Leaf of cherry (Muntingia calabura L.) has flavonoid compounds which was has to antioxidant activity. This study aims to identified the differences antioxidant activity of flavonoids extract glycone and aglycone. Flavonoid was extracting by maceration method using ethanol 96 %, the result of a flavonoid extract and partially hydrolyzed using 2N HCL solution to break glycosides. Glycone and aglycone flavonoid extract was tested the antioxidant activity using DPPH method with spectrophotometric UV – Vis. Both extract flavonoid was made in concentration 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm and 25 ppm. The results showed the test results gilokon brown color whereas the red aglycones and TLC analysis showed rf glikon value of 0.76 and 0.55 aglycone. The results showed that the antioxidant activity of the glycon from cherry extract was 5.5 ppm and aglycone was 4.8 ppm. The conclusion of this study is there a difference between cherry flavonoid extract in the form and in the form of aglycone glikon evidenced by test T. Keywords: Leaf of cherry extract, Ethanol 96 % , the aglycone , glikon , DPPH
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavonoid Glikon/Aglikon Daun Kersen (Mutingia Calabura L).” ini tepat pada waktunya. Tujuan
penulisan
karya
tulis
ilmiah
ini
sebagai
persyaratan
untuk
menyelesaikan program D-3 di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesainya karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak sebagai berikut. 1. Dra. Wigang Solandjari, selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Bapak Drs. Sentot Joko Raharjo, S. Si, M. Si selaku Pembimbing 3. Ibu Dr. Misgiati, M.Pd. selaku Penguji KTI 4. Ibu Ria Dwi Andriani S. Pt, M. Sc selaku dosen penguji 5. Bapak dan Ibu dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan PutraIndonesia Malang beserta staf 6. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan secara spiritual materil serta restunya dalam menuntut ilmu 7. Rekan rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung/ tak langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, saran-saran akan sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat. Malang, 21 Juli 2016
Yudha Firmansyah iii
DAFTAR ISI ABSTRAK… ................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah..................................................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.4
Ruang Lingkup ......................................................................................... 4
1.5
Definisi istilah. ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6 2.1
Urain Tanaman Kersen ............................................................................ 6 2.1.1 Nama Daerah................................................................................... 6 2.1.2 Klasifikasi Tanaman........................................................................ 6 2.1.3 Morfologi Tanaman ........................................................................ 7 2.1.4 Manfaat Tanaman............................................................................ 8 2.1.5 Kandungan Kimia Daun kersen ...................................................... 8
2.2
Flavonoid.................................................................................................. 8
2.3. Ekstraksi ................................................................................................. 11 2.4
Antioksidan ............................................................................................ 13 2.4.1 Fungsi dan Peranan dalam Kesehatan ........................................... 14 2.4.2 Senyawa fenolik bertindak sebagai antioksidan ........................... 15
2.5
Uji Antioksidan ...................................................................................... 16 2.5.1 Macam-macam Uji Antioksidan ................................................... 16
iv
2.5.2 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) ......................................... 16 2.6
Kerangka Konsep ................................................................................... 18
2.7
Hipotesis ................................................................................................. 19
BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................................... 20 3.1
Rancangan Penelitian ............................................................................. 20
3.2
Populasi dan sampel ............................................................................... 20
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 21 3.3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 21 3.3.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 21
3.4
Definisi Operasional Variabel ................................................................ 21
3.5
Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 22
3.6
Prosedur Peneleitian ............................................................................... 22 3.6.1 Determinasi Tanaman ................................................................... 22 3.6.2 Pembuatan simpilisia .................................................................... 22 3.6.3 Tahap Ekstraksi ............................................................................. 22 3.6.4 Tahap hidrolisis ekstrak pekat daun kersen .................................. 23 3.6.5 Identifikasi Senyawa Flavonoid .................................................... 23 3.6.6 Tahap Uji Antioksida .................................................................... 23 3.6.6.1 Pembuatan Larutan DPPH ................................................ 23 3.6.6.2 Pembuatan Larutan blanko ................................................ 23 3.6.6.3 Penentuan Panjang Pelombang Perapan Maksimum DPPH ....................................................................................................... 24 3.6.6.4 Pembuatan Larutan Induk (50ppm) .................................. 24 3.6.6.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Pengukuran Serapan Sampel ........................................................................................... 24 v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 26 4.1
Hasil Determinasi ................................................................................... 26
4.2
Ekstrak Daun Kersen.............................................................................. 27
4.3
Hasil Ekstraksi Daun Kerse ................................................................... 28
4.4
Hasil Ekstrak Hidrolisis ......................................................................... 29
4.5
Pengukuran Panjang Gelombang DPPH ................................................ 30
4.6
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ........................ 30
4.7
Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun Kersen Dalam Glikon dan Aglikon .. 32
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 36 5.1
Kesimpulan ............................................................................................ 36
5.2
Saran....................................................................................................... 36
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................. 37 LAMPIRAN. ............................................................................................................... 39
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1: Definisi Operasional Variabel.................................................................... 21 Tabel 4.1 Data Hasil Uji Aglikon ............................................................................... 32 Tabel 4.2 Data Hasil Absorbansi Glikon .................................................................... 33
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1: Daun Kersen (Sumber: Ida,2010) ............................................................ 7 Gambar 2.1: a, Struktur Flavonoid (Ahmad,1996), b flvonoid glikon dan non glikon(Nurul,2013)................................................................................... 9 Gambar 2.1: Golongan senyawa flavonoid (Sumber: Mabry, et al, 1970) ................. 10 Gambar 2.2: Struktur DPPH (a) Radikal Bebas (b) Radikal bebas yang Telah bereaksi dengan Antioksidan (Putranti, 2013). .................................................... 18 Gambar 4.1: Reaksi hidrolisis glikosida flavonoid oleh asam (Auliawan, 2014)....... 29 Gambar 4.1: Grafik Hubungan Absorbansi Maksimum dengan Panjang Gelombang30 Gambar 4.2: Reaksi flavonoid dengan radikal bebas (Widyaningsih, 2010) .............. 31 Gambar 4. 3: Grafik uji aktifitas antioksidan Aglikon metode DPPH. ....................... 33 Gambar 4.4: Grafik uji antioksidan Glikon metode DPPH......................................... 34
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Determinasi Tanaman ......................................................................... 39 LAMPIRAN 2 Hasil Ekstrak Kental Daun Kersen.................................................... 40 LAMPIRAN 3 Perhitungan IC50 ................................................................................. 41 LAMPIRAN 4 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Kersen ............................................. 42 LAMPIRAN 5 Hasil Uji Flavonoid ............................................................................ 43 LAMPIIRAN 6 PENGUJIAN SAMPEL .................................................................... 44 LAMPIRAN 7 HASIL UJI T ...................................................................................... 45
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia beaktifitas mulai dari pagi sampai malam,
dalam aktifitasnya manusia berpotensi terpapar sinar matahari berlebih dan polusi udara yang memicu radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang menyebabkan keruskan terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel (Pietta, 1999; Wijaya,1996). Salah satu penangkal senyawa radikal bebas yaitu senyawa antioksidan, antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor), yang mampu menangkal dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007). Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena ternyata dari hasil penelitian dilakukan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT
(Butylated
Hydroxy
tertbutylhydroxyquinone
Toluena) butylated
(TBHQ)
dibatasi
hydroxyanisole
penggunaannya
(BHA)
karena
dan
bersifat
karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa 1
2
komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewanpercobaan pada penggunaan dalam jangka panjang (Andarwulan, 1996), ternyata dapat bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan obat-obatan beralih mengembangkan antioksidan alami
dan
mencari
sumber-sumber
antioksidan
alami
baru
(Takahi
dan
Takayuni,1997). Antioksidan alami merupakan Antioksidan yang berasal dari tumbuhan seperti buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun sirsak (Annona muricata L.), daun ciplukan (Physalis angulata L.), daun kersen (Muntingia calabura L.), dan lain lain. Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan adalah kersen, kersen banyak tumbuh dipinggir jalan, disamping rumah dan dipekarangan, biasanya dibuat peneduh karena daunnya rindang, khasiat yang terkandung dari tanaman kersen ini menurut Putra (2013) yaitu sebagai; obat batuk, dan peluruh dahak, sedangkan menurut Florido dkk (1991) tanaman kersen diduga sebagai antispasmodik. Tanaman kersen memiliki bagian seperti daun, batang, bunga dan buah, dibagian daun kersen mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial (Naim, 2004). Khasiat tanaman kersen dapat menarik perhatian beberapa peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa yang terkandung dalam tanaman kersen. Dari penelitian Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik dari Daun Kersen (Muntingia calabura L.)” ternyata daun kersen mengandung senyawa flavonoid, saponin, polifenol dan tanin, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan anti inflamasi (Mintowati, Setya dan Maria, 2013).
3
Senyawa fenolik dan flavonoid pada tanaman tersedia dalam bentuk glikosida sedangkan sangat jarang dalam bentuk bebasnya (Annegowda dkk., 2010). Glikosida flavonoid bersifat polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut polar. Rendahnya aktivitas antioksidan glikosida flavonoid dapat ditingkatkan dengan hidrolisis. Prosedur hidrolisis dapat membebaskan aglikon flavonoid dari glikonnya. Berdasarkan penelitian Tubesha dkk. (2011) aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol biji Nigella sativa meningkat setelah dihidrolisis dalam suasana basa. Sedangkan menurut penelitian Sani dkk. (2012) aktivitas antioksidan ekstrak Germinated Brown Rice (GBR) dengan metode ABTS dan ferri tiosianat meningkat setelah GBR dihidrolisis basa sedangkan GBR terhidrolisis asam memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dengan metode DPPH. Adanya senyawa flavonoid dengan glikosida dan tanpa glikosida atau bebas (aglikon) tentunya diduga memiliki perbedaan antivitas antioksidan. Untuk membuktikan hal itu perlu dilakukan penelitian terhadap daun kersen dengan ekstraksi maserasi dan dihidrolisis, selanjutnya ditentukan aktivitas antioksidan menggunakan DPPH. 1.2
Rumusan masalah Apakah ada perbedaan aktivitas antioksidan (nilai IC 50) dari flavonoid gliko
dan flavonoid aglikon pada ekstrak daun kersen? 1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan (nilai IC 50) dari flavonoid
glikosida dan flavonoid aglikon pada ekstrak daun kersen.
4
1.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah mengekstrak senyawa flavonoid,
dihidrolisis kemudian diuji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH serta perbandingan aktivitas antioksidan flavonoid glikon dan non glikon dilakukan dengan cara membandingkan nilai IC50 flavonoid glikon dan non glikon. Keterbatasan pada penelitian ini adalah hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan kemampuan antioksidan sampel secara umum tidak berdasar jenis radikal yang dihambat. 1.5
Definisi istilah.
1.
Antioksidan adalah molekul yang berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi molekul lain
2.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa zat dari suatu padatan dengan suatu pelarut.
3.
Glikon adalah senyawa gula yang berikatan dengan aglikon sehingga membentuk senyawa glikosida
4.
Aglikon adalah senyawa bukan gula yang berikatan dengan senyawa gula seperti senyawa metabolit sekunder antrakuinon, saponin, flavonoid dan lainlain
5.
Hidrolisis merupakan suatu proses pemecahan suatu molekul menjadi senyawasenyawa yang lebih sederhana dengan bantuan molekul air yang memutus ikatan kimia diantara kedua senyawa yang tergabung sebelumnya.
5
6.
Metode DPPH adalah metode yang digunakan untuk pengujian antioksidan yang menunjukkan kemampuan antioksidan sampel secara umum, tidak berdasar jenis radikal yang dihambat.
7.
IC50 konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%.
8.
Inhibisi adalah kemampuan untuk meredam radikal bebas DPPH
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Urain Tanaman Kersen
2.1.1 Nama Daerah Tanaman ini memiliki buah kecil berwarna merah seperti cerry bila buahnya matang maka rasanya manis. Di beberapa daerah ada yang menyebutnya baleci untuk daerah lumajang jawa barat. Naman tanaman dibeberapa Negara adalah Jamaica cherry (English), Panama berry, Singapora cherry, strawberry tree (Spanish) bolaina yamanaza, cacaniqua, capulin blanco, nigua, niguito, memiso or memizo (Indonesia) kersen dan (Filipino) aratilis, aratiles, manzanitas. 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Famili
: Muntingiaceae
Genus
: Muntingia
Spesies
: Muntingia Calabura
6
7
2.1.3 Morfologi Tanaman
Gambar 2.1: Daun Kersen (Sumber: Ida,2010) Tanaman ini biasanya tumbuh dengan ukuran kecil namun kadang juga bisa berukuran besar bahkan ada yang bisa mencapai tinggi 12 meter, selalu hijau terus menerus, berbungadan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya, membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar demikian pula daunnya. Daun tanaman ini memiliki sistem pertulangan yang menyirip, daun tidak simetris dan tepinya bergerigi sedangkan bunganya berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun, bertangkai panjang, berkelamin dua dan berbilangan 5, kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus, mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis.
8
2.1.4 Manfaat Tanaman 1. Antiseptik 2. Antiinflamasi 3. Anti Tumor 4. Anti uric acid (Asam Urat) 5. Antioksidan menurut penelitian (Evi Mintowati et al,2003) daun kersen yang tua memiliki aktvitas antioksidan yang kuat dari pada daun muda. 2.1.5 Kandungan Kimia Daun kersen Kandungan kimia 100 gram daun kersen antara lain air (77,8 gram), protein (0,384 gram), lemak (1,56 gram), karbohidrat (17,9 gram), serat (4,6 gram), abu (1,14 gram), kalsium (124,6 mg), fosfor (84mg), besi (1,18 mg), karoten (0,019g), tianin (0,065g), riboflavin (0,037g), niacin (0,554 g) dan kandungan vitamin C (80,5 mg) nilai energi yang dihasilkan adalah 380KJ/100 gram (Anonim, 2010). 2.2
Flavonoid Flavonoid
merupakan
salah
satu
metabolit
sekunder,
kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Markham, 1988). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6. tiap bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.1
9
a. Struktur flavonoid secara umum
b. Struktur Flavonoid Glikon/non glikon
Gambar 2.1: a, Struktur Flavonoid (Ahmad,1996), b flvonoid glikon dan non glikon(Nurul,2013) Dalam tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida (Harbone, 1987). Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur (Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3- C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan (Robinson, 1991). Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson, 1995).
10
Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil.
Gambar 2.1: Golongan senyawa flavonoid (Sumber: Mabry, et al, 1970) Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam (Harbone,1987). Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Analisa flavonoid lebih baik dengan memeriksa aglikon yang terdapat dalam
11
ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang ada dalam ekstrak asal (Harbone, 1987). 2.2.1 Sifat Fisika dan Kimia. Aglikon flavonoid adalah polifenol dan arena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa, tetapi bila dibiarkan dalam larutan basa dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil-sulfoksida, dimetilformamida, air, dan lain-lain (Markham,1988:5) Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk umum yang ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham,1988:15). 2.3. Ekstraksi Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Macam-macam ekstraksiuntuk mengekstraksi senyawa flavonoid: a.
Maserasi Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana.
Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan
12
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda antara 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolute. Semakin besar perbandingan cairan pengekstraksi terhadap simplisia, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1995). b.
Perkolasi Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari simplisia karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi tadi selalu dipertahankan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voigt, 1995). c.
Soxhletasi Soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet. Cairan
penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring, atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat, atau
13
bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Karena adanya sifon maka setelah cairan mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu (Anonim, 1986). Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair, yaitu dengan cara meredam jaringan tumbuhan yang telah dblender kemudian disaring menggunakan kertas saring grade 42, dan dipekatkan menggunakan rotaty evaporator lalu ekstrak pekat dibagi menjadi 2 untuk diperlakuan khusus, perlakuan pertama tidak dihidrolisis dan ekstrak kedua dihidrolisis. Ekstrak kedua dhidrolisis menggunkan HCl 2N sebanyak beberapa 5mL, dasar pemilihan pelarut HCl karena HCl mampu memutus ikatan glikosida di flavonoid (Agustina et, al, 2015)
2.4
Antioksidan Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai suatu molekul atau senyawa
yang mampu memperlambat atau mencegah oksidasi dari molekul atau senyawa lain. Antioksidan dapat bersifat sebagai radical scavenger dengan cara menangkap radikal bebas. Penangkapan radikal bebas yang terbentuk ini dapat menghentikan atau memutuskan rantai reaksi yang terjadi, terutama pada tahap awal oksidasi, sehingga dapat mencegah oksidasi berkelanjutan. Suatu reaksi oksidasi dimulai dari pembentukan hidroperoksida yang dilanjutkan dengan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron sehingga menjadi tidak stabil dan berusaha mengambil elektron dari molekul lain. Radikal yang terbentuk tersebut
14
dapat bersifat sebagai inisiator atau propagator yang akan memungkinkan reaksi oksidasi tersebut berkelanjutan. Tubuh manusia mempunyai system antioksidan yang diproduksi secara continue untuk menangkal radikal bebas, seperti enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase. Bila jumLah senyawa radikal bebas melebihi jumLah antioksidan alami dalam tubuh maka radikal bebas akan menyerang komponen lipid, protein, dan DNA. 2.4.1 Fungsi dan Peranan dalam Kesehatan Tubuh dikatakan berfungsi secara normal bila pernafasan berlangsung dengan baik dan aktivitas fisik dilakukan secara normal. Kebiasaan hidup seperti merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik. Rokok dapat menghasilkan senyawa-senyawa radikal bebas yang tidak diinginkan dalam tubuh dan akan menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Antioksidan seperti vitamin C, E, dan karotenoid mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu pencegahan kerusakan sel-sel akibat adanya radikal bebas tersebut. Secara umum, radikal bebas terbentuk dari emisi akibat proses pembakaran minyak, matahari, dan klorinasi. Di dalam tubuh manusia yang terdiri dari bahanbahan kimia juga terjadi proses pembakaran lemak untuk menghasilkan energi serta radikal bebas. Di dalam tubuh, radikal bebas akan menurunkan kesehatan jaringan akibat terjadinya proses oksidasi. Sebagian proses penuaan dan gangguan kesehatan terjadi karena proses oksidasi dan radikal bebas. Seluruh fungsi kehidupan seperti bakteri, tanaman, dan sel-sel dalam tubuh terdiri dari atom-atom yang stabil. Ketika atom menjadi tidak seimbang karena
15
hilangnya satu elektron bebas, akan terjadi reaksi berantai dari radikal bebas dan proses oksidasi menjadi tidak terkontrol. Salah satu contoh konkrit adalah penyakit degeneratif seperti kanker. Vitamin C, E, dan antioksidan alami menjadi nutrisi yang cukup penting karena dapat mengendalikan radikal bebas. 2.4.2 Senyawa fenolik bertindak sebagai antioksidan Senyawa fenolik adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi dan penangkap radikal bebas. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder, dan antioksidan tersier. Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan endogenus, yaitu antioksidan yang diproduksi secara alami dan continue oleh tubuh. Antioksidan primer merupakan juenis antioksidan enzimatis, yaitu mampu memberikan atom hydrogen kepada radikal bebas sehingga radikal bebas menjadi stabil. Mekanisme kerja antioksidan primer adalah dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi lebih stabil dan kurang reaktif dengan cara memutus reaksi berantai (polimerisasi) atau dikenal dengan istilah juga chain breaking-antioxidant. Antioksidan sekunder disebut juga sebagai antioksidan eksogenus atau antioksidan non-enzimatis, yaitu antioksidan yang tidak diproduksi secara alami oleh tubuh dan didapatkan dari asupan makanan maupun minuman. Mekanisme kerja antioksidan sekunder adalah dengan cara memotong reaksi oksidari berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkap radikal bebas. Sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder terdiri dari
16
antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan. Antioksidan sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia. Antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat aktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA akibat radikal bebas dapat dicirikan oleh rusaknya single atau double strand pada gugus basa dan non-basa 2.5
Uji Antioksidan
2.5.1 Macam-macam Uji Antioksidan Metode pengujian antioksidan dikelompokkan menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer (HAT), misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity Method (ORAC) dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity Assay (LPIC). Golongan kedua adalah Electron Transfer Methods (ET), misalnya Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) Free Radical Scavenging Assay. Golongan ketiga adalah metode lain seperti Total Oxidant Capacity (TOSC) dan Chemiluminescence (Putranti, 2013). 2.5.2 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH merupakan metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti halnya metode lain. Hasil pengukuran dengan metode DPPH menunjukkan kemampuan antioksidan sampel secara umum, tidak berdasar jenis radikal yang dihambat. Pada metode lain selain DPPH membutuhkan reagen kimia yang cukup
17
banyak, waktu analisis yang lama, biaya yang mahal dan tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua sampel (Putranti, 2013). Pada metode ini, larutan DPPH berperan sebagai radikal yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi 1,1-diphenyl-2picrylhydrazin yang bersifat non radikal. Peningkatan jumLah 1,1-diphenyl-2picrylhydrazin akan ditandai dengan berubahnya warna ungu tua menjadi warna merah muda atau kuning pucat dan dapat diamati menggunakan spektrofotometer sehingga peredaman radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan (Molyneux dalam Putranti, 2013). Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan prinsip spektrofotometri. Senyawa DPPH dalam Etanol berwarna ungu tua terdeteksi pada panjang gelombang sinar
tampak
sekitar
515-517
nm.
Parameter
untuk
menginterpretasikan hasil pengujian DPPH adalah dengan nilai IC 50 (Inhibitor Concentration). IC50 merupakan konsentrasi larutan substrat atau sampel yang mampu mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dri 50 ppm (IC50 < 50 ppm), kuat (50 ppm < IC50 < 100 ppm), sedang (100ppm < IC50 < 150 ppm), lemah (150 ppm < IC50 < 200 ppm), dan sangat lemah (IC50 > 200 ppm).
18
a. 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil
b. 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazin
Gambar 2.2: Struktur DPPH (a) Radikal Bebas (b) Radikal bebas yang Telah bereaksi dengan Antioksidan (Putranti, 2013). 2.6
Kerangka Konsep
± 3kg Daun kersen segar
Ektraksi
Determina si
Maserasi
Etanol 96%
Ekstrak Flavonoid
Dihirolisis
Tidak dihidrolisi
Diuji adanya flavonoid
Semua sampel diuji Aktivitas antioksidan
Dihitung ic50
HCl 2 N
Uji warna dan KLT
19
2.7
Hipotesis Hipotesis dari penelirian ini adalah adanya perbedaan Aktivitas Antioksidan
IC50 ekstrak flavonoid glikon dan non glikon.
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen karena penelitian ini dilakukan
dengan member perlakuan pada ekstrak daun kersen untuk menghasilkan ekstrak flavonoid glikosida dan flavonoid aglikon. Rancangan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan yang dilakukan yaitu menentukan populasi dan sampel penelitian, menentukan lokasi, dan waktu dan menghitung kebutuhan bahan serta mempersiapkan peralatan yang diperlukan sesuai kebutuhan. Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan. Tahapan ini meliputi maserasi, hidrolisis kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan flavonoid glikon dan aglikon. Tahap ketiga yaitu tahap akhir. Pada tahap ini adalah menganalisis data dan mengambil kesimpulan tentang flavonoid glikon dan non glikon. 3.2
Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ekstrak daun kersen secara keseluruhan
yang akan dibuat, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah ekstrak Flavonoid glikon dan Aglikon.
20
21
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Putra Indonesia Malang untuk proses pembuatan ekstrak daun kersen serta pengujian aktivitas antioksidannya. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal pada bulan November sampai Januari 2016. Penelitian utama dilakukan pada bulan januari 2016 sampai selesai. 3.4
Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini menggunakan variable bebas dan variable terikat. Variable
bebas adalah variable yang mempengaruhi variable terikat yaitu ekstrak flavonoid yang terhidrolisis. Sub variable bebas dari penelitian ini yaitu glikon dan aglikon. Sedangkan variable terikat yaitu variable yang dipengaruhi oleh variable bebas dari penelitian ini adalah aktivitas antioksida Tabel 3.1: Definisi Operasional Variabel Variable Konsentrasi Ekstrak flavonoid
Aktivitas antioksidan (IC50)
Sub variable Glikon Aglikon
Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Konsentrasi rendemen Ekstrak flavonoid sebelum dan Berat jenis sesudah mengalami hidrolisi Kemampuan Pengamatan Visual senyawa meredam visual dan Panjang radikal bebas secara spektrofometer gelombang kuantitatif UV-Vis
22
3.5
Alat dan Bahan Penelitian Alat: pisau, timbangan analitik, oven, batang pengaduk, blender, swhatman
grade 42, corong gelas, erlenmeyer, gelas ukur, spektrofotometer sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun kersen, etanol 96%, HCL 2N, DPPH 3.6
Prosedur Peneleitian Adapun langkah prosedur
3.6.1 Determinasi Tanaman Determinasi dilaksanakan di Materi Medika Batu (MMD) 3.6.2 Pembuatan simpilisia 1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Ambil daun kersen yang tua
3.
Dicuci daun kersen hingga bersih lalu diangin-anginkan selama 3 hari
4.
Daun yang sudah kering diblender sampek halus
5.
Serbuk daun kersen ditimbang sebanyak 1,2 kg
3.6.3 Tahap Ekstraksi 1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Timbang serbuk daun kersen sebanyak 1,2 kg dimaserasi dengan etanol 96%
3.
Diaduk sampai homogen
4.
Didikocok sehari 1 kali
5.
Larutan ekstrak daun kersen disaring.
23
6.
Filtrat etanol daun kersen dipekatkan dengan alat rotary evaporator.
3.6.4 Tahap hidrolisis ekstrak pekat daun kersen 1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Timbang filtrat maserasi menggunakan timbangan analitik
3.
Tambahkan HCL 2 N beberapa tetes
4.
Didiamkan selama 30 menit
3.6.5 Identifikasi Senyawa Flavonoid Uji reaksi warna 1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Ambil ekstrak daun kersen 2 mL
3.
Ditambahkan beberapa serbuk mg dan 1 ml HCL pekat
4.
Dikocok kuat-kuat.
5.
Jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga maka positif mengandung flavonoid
3.6.6 Tahap Uji Antioksida 3.6.6.1 Pembuatan Larutan DPPH 1.
Ditimbang 0,004g DPPH
2.
Dilarutkan dalam 100 mL ethanol didapatkan konsentrasi DPPH 0,004% .
3.6.6.2 Pembuatan Larutan blanko 1. Dimasukkan 1 mL ethanol 96% ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL DPPH.
24
2. Diinkubasi pada suhu 37˚C selama 30 menit 3.6.6.3 Penentuan Panjang Pelombang Perapan Maksimum DPPH 1. Diambil 5 mL larutan DPPH 0,004% lalu masukkan ke kuvet 2. Diukur serapan larutan DPPH menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515-517 nm. 3.6.6.4 Pembuatan Larutan Induk (50ppm) 1. Timbang 0,0125 masing-masing sampel sampel hasil perlakuan 2. Dimasukkan dalam labu ukur 250 mL 3. Dilarutkan dengan ethanol 96% sampai tanda tara 3.6.6.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Pengukuran Serapan Sampel 1. Diencerkan larutan induk dengan konsentrasi (5,10,15,20,25) ppm 2. Masing-masing konsetrasi ditambahkan 1 mL DPPH 0,004% 3. Ditambakan ethanol 96% sampai tanda tara 4. Diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit dan diukur serapannya pada panjang gelombang 515 nm. 5. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali masing-masing sampel. 6. Dihitung nilai IC50 berdasarkan presentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dengaan rumus: % Inhibisi =
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
x 100%
Ditentukan persamaan y = a + bx dengan perhitungan secara regresi linear dimana x adalah konsentrasi (ppm) dan y adalah presentase inhibisi (%). Aktivitas
25
antioksidan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC50 didapatkan dari nilai % setelah mengganti y = 50.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Determinasi Tanaman Kersen yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Balai
Materia Medika Batu (MMB. Tanaman Kersen dideterminasi oleh Balai Materia Medika Batu Jawa Timur. Berdasarkan hasil determinasi, tanaman kersen yang batang pohonnya berkayu, tegak, bulat, percabangan simpodial, cabang berambut halus, coklat keputihan dan tinggi ±10 m. daun tunggal, berseling, lonjong, panjang 6-10 cm, lebar 2-4 cm, ujung dan pangkal runcing, berbulu, pertulangan menyirip hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, di ketiak daun, mahkota lonjong, putih, benang sari panjang ± 0,5 cm, kuning, putih kecil. Buah: buni, bulat, diameter ± 1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Biji: bulat, kecil, putih kekuningan. Akar: tunggang putih kotor. Kunci determinasi: 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a109b-120b-128b-129b-135b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b162b163b167b-169b-171b-179a-180b-182b-183b-184b-185b-186b-1a-1. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi (Ayu Astuti, 2013) 1b-2b3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a, Golongan 8. Tanaman dengan daun tunggal dan tersebar.
109b-119b-120b-128b-135b-139b-140b -142b-143b-146b-
154b-155b-145b-162b-163b-167b-169b-171b-177b-179b-187a-188b, dimana kersen merupakan Famili 74. Elaeocarpaceae Genus 1. Muntingia Spesies: Muntingia calabura L.
26
27
Dari hasil determinasi yang dilakukan, tanaman kersen tersebut menunjukkan tanaman kersen berasal dari spesies Muntingia Calabura L. Seperti yang tertera pada lampiran 1. hasil determinasi. 4.2
Ekstrak Daun Kersen Daun kersen yang digunakan adalah daun kersen yang masih segar yaitu pada
bagian daun yang berwarna hijau tua. Daun kersen segar dipetik sebanyak ± 3 kg kemudian di sortasi basah untuk memilih bagian tanaman yang baik untuk dijadikan sampel. Pencucian menggunakan air bersih dilakukan untuk menghilangkan kotorankotoran yang menempel pada tanaman. Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan penggilingan untuk menjadi serbuk. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan dahulu selama tiga hari. Pengeringan, tahap ini bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Daun kersen yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan penggiling dan diayak menggunakan ukuran 80 mesh. Jika derajat kehalusan simplisia belum cukup baik, maka dilakukan penggilingan ulang. Faktor - faktor yang dapat merusak atau mengubah kualitas simplisia diantaranya cahaya, oksigen udara, reaksi kimia internal, dehidrasi, pengupan air, pengotoran, serangga, dan kapang dilakukan pemisahan benda asing yang tidak diinginkan. Menurut Agoes (2007). Simplisia daun papaya yang telah jadi kemudian diserbukkan agar pada ssat proses ekstraksi lebih cepat, serbuk simplisia yang didapatkan adalah 1,3 kg.
28
4.3
Hasil Ekstraksi Daun Kerse Serbuk simplisia daun kersen kemudian ditimbang sebanyak 1200 g diektraksi
dengan metode maserasi selama 3 hari dengan pengocokan tiap 1 kali sehari agar proses ekstrasi menjadi lebih maksimal. Maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut disebabkan etanol meerupakan pelarut yang tak berwana (bening) akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut (warna larutan penyari menjadi merah kehitaman) dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar dalam waktu 2 hari. Alasan menggunakan pelarut etanol 96% yaitu untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni) sehingga mempermudah untuk proses identifikasi (Vivin at al, 2013). Dalam penelitian ini pelarut yang menggunakan pelarut sebanyak 3 liter. Hasil maserasi selama 3 hari kemudian disaring menggunakan corong butchner. Filtrat yang dihasilkan sebanyak 1 liter kemudian dilakukan proses pemisahan pelarut dengan filrat menggunakan rotary evaporator. Hasil dari proses rotary evaporator didapatkan filtrat sebanyak 313 mL. Setelah itu dilakukan proses pemekatan menggunakan water bath dengan suhu 60 oC hingga ekstrak menjadi kental ± 5 jam. Proses tersebut menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat kehitaman
yang
memiliki
bau
yang
khas
dengan
beratekstrak131,547g,
sehinggarendemen yang didapatkan 10,96%. Adapun hasil ekstraksi terlampir pada lampiran 2.
29
4.4
Hasil Ekstrak Hidrolisis Pada penelitian ini hidrolisis glikosida flavonoid dilakukan menggunakan asam
(HCl 2N) untuk memecah glikosida flavonoid menjadi aglikon flavonoid dan gulanya. Flavonoid di alam terdapat dalam bentuk glikosida, sehingga perlu dilakukan proses hidrolisis. Proses hidrolisis pada penelitian ini dilakukan untuk mempermudah proses analisa penetapan kadar flavonoid. Mekanisme reaksi hidrolisis glikosida flavonoid oleh asam, disajikan pada Persamaan 4.1.
Gambar 4.1: Reaksi hidrolisis glikosida flavonoid oleh asam (Auliawan, 2014) Proses hidrolisis pada penelitian ini dilakukan selama 30 menit padasuhu 70°C. Pada penelitian ini tidak dilakukan optimasi proses hidrolisis (waktudan suhu hidrolisis) glikosida flavonoid. Markham (1988) menyebutkan bahwa untuk glikosida flavonoid dengan ikatan gula pada 3-O-glikosida, hidrolisis terjadi antara menit ke-8 hingga menit ke-30. Sedangkan glikosida flavonoid dengan ikatan gula pada 4-Oglikosida, hidrolisis terjadi antara menit ke-2 hingga menit ke-8. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat diasumsikan hidrolisis glikosida flavonoid selama 30 menit sudah cukup mewakili proses hidrolisis ekstrak daun kersen (Anonim, 2000).
30
4.5
Pengukuran Panjang Gelombang DPPH
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 0.468
Absorbansi
0.5 0.382
0.4
0.2 0.1
0.443
0.269
0.3
0.441
0.339 0.218
0 504
506
508
510
512
514
516
518
Panjang Gelombang
Gambar 4.1: Grafik Hubungan Absorbansi Maksimum dengan Panjang Gelombang Pada penentuan panjang gelombang DPPH diperoleh panjang gelombang 515 nm dengan nilai absorbansi 0,468. Pada penelitian sebelumnya panjang gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, sehingga dapat disimpulkan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum yang dilakukan sesuai dengan panjang gelombang pada penelitian sebelumnya (Evi Mintowati, 2013). 4.6
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH Ekstrak daun kersen hasil perlakuan ditimbang 0,0125g, kemudian dilarutkan
dengan etanol, dimasukkan dalam labu takar 250 ml ditepatkan sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 50ppm. Dari larutan induk konsentrasi 50ppm dilakukan pengenceran untuk konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm, 20 ppm, dan
31
25 ppm sebanyak 10 ml. Untuk penentuan aktivitas antioksidan masing-masing konsentrasi larutan ditambahkan 1mL DPPH campuran dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap pada suhu ruang. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 515 nm (Evi Mintowati, 2013). Flavonoid
dalam ekstrak etanol daun kersen akan melepaskan H· yang
merupakan salah satu radikal bebas. H· akan berikatan dengan radikal DPPH membentuk senyawa baru yaitu difenil pikrilhidrazin yang stabil. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kersen sebagai penangkap radikal bebas yang kehilangan H· akan menjadi radikal baru yang relatif lebih stabil dan tidak berbahaya bagi tubuh karena adanya efek resonansi inti aromatik. Reaksi antara radikal DPPH dengan flavonoid sebagai senyawa penangkap radikal disajikan pada Gambar. 4. 2
Gambar 4.2: Reaksi flavonoid dengan radikal bebas (Widyaningsih, 2010)
32
4.7
Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun Kersen Dalam Glikon dan Aglikon Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas ekstrak daun kersen glikon dan
aglikon menggunkan metode DPPH dengan 3 kali replikasi sehingga didapatkan hasil pada Tabel tabel 4.1. Tabel 4.1 Data hasil uji aglikon Replikasi
Replikasi
Replikasi
1
2
3
0,468 ppm
0,468 ppm
0,468 ppm
5 ppm 0,381 ppm
0,383 ppm
0,381 ppm
10 ppm 0,355 ppm
0,351 ppm
0,354 ppm
15 ppm 0,321 ppm
0,322 ppm
0,321 ppm
20 ppm 0,280 ppm
0,281 ppm
0,281 ppm
25 ppm 0,250 ppm
0,251 ppm
0,255 ppm
Kontrol
Keterangan: Replikasi 1, 2 dan 3 merupakan hasil Absorbansi.
Setelah didapatkan hasil data absorbansi maka dilanjutkan dengan menghitung regresi linier. Hasil regresi linier disajikan pada Gambar 4.3. Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas ekstrak daun kersen glikon dan aglikon menggunkan metode DPPH, disajikan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
33
Aktivitas Antioksidan Aglikon 60.00
% Inhibisi
50.00 40.00 30.00
y = 6.409x + 19.40 R = 0,988
20.00 10.00 0.00 0
5
10
15
20
25
30
Konsentrasi Gambar 4. 3: Grafik uji aktifitas antioksidan Aglikon metode DPPH. Hasil uji aktivitas antioksidan glikon didapatkan data seperti pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Data hasil absorbansi glikon Replikasi
Replikasi
Replikasi
1
2
3
0,468 ppm
0,468 ppm
0,468 ppm
5 ppm 0,357 ppm
0,356 ppm
0,353 ppm
10 ppm 0,311 ppm
0,314 ppm
0,313 ppm
15 ppm 0,284 ppm
0,283 ppm
0,280 ppm
20 ppm 0,253 ppm
0,251 ppm
0,254 ppm
25 ppm 0,238 ppm
0,236 ppm
0,231 ppm
Kontrol
Setelah didapatkan hasil data pada tabel diatas maka dilanjutkan dengan menghitung regresi linier. Hasil regresi linier disajikan pada Gambar 4.4
34
Aktivitas Antioksidan Glikon
50.00
% Inhibisi
40.00 30.00
y = 7.072x + 10.96 R = 0,997
20.00 10.00 0.00 0
5
10
15
20
25
30
Konsentrasi
Gambar 4.4: Grafik uji antioksidan Glikon metode DPPH. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.3 didapatkan nilai y = 6,409 x + 19,40 dengan nilai R = 0,988. Gambar tersebut menunjukan semakin besar aktivitas antioksidannya. Hal ini karena kemampuan antioksidan pada flavonoid aglikon untuk meredam radikal bebas pada konsentrasi yang tinggi semakin besar, sehingga nilai absorbansi yang dihasilkan juga semakin besar (Budiarti et al, 2014). Pengujian aktivitas antioksidan ini dilakukan untuk mengetahui nilai IC 50 dari sampel daun kersen. Aktivitas antioksidan atau IC50 telah dihasilkan sebesar 4,8 ppm. Adapun perhitungan IC50dapat dilihat pada lampiran 3. Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa hasil y = 7,072 x + 10,96 dan R = 0,997. Gambar menunjukan bahwa semakinbesar konsentrasi maka sebakin besar nilai absorbansinya. Nilai IC50 yang dihasilkan pada uji aktivtas antioksidan flavonoid glikon tersebut sebesar 5,5 ppm. Perbandinagan nilai IC 50 uji aktivitas antioksidan aglikondan glikon lebih besar aglikon. Hal tersebut disebabkan telah dilakukan hidrolisis untuk memecah glikosida flavonoid menjadi aglikon flavonoid dan
35
gulanya. Putusnya ikatan glikosida dan berubah menjadi gugus hidroksil sehingga diharapkan akan mengurangi aktivitas inhibisi α-glukosidase. Namun pada penelitian ini tidak memberikan perbedaan yang signifikan (Auliawan, 2014). Nilai IC50 semakinkecil nilai IC50berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50bernilai 50-100 ppm, sedang jika bernilai 100-200 ppm, dan lemah jika nilai IC50bernilai 151-200 ppm (Zuhra, at al, 2008).
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Pada penelitian ini terdapat perbedaan aktivitas antioksidan (nilai IC 50) dari
flavonoid dalam bentuk glikon (4,8 ppm) dan flavonoid dalam bentuk aglikon (5,7 ppm) pada ekstrak daun kersen. Kesimpulan dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak flavonoid kersen dalam bentuk glikon dan dalam bentuk aglikon. 5.2
Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya dalam penelitian ini dilakukan waktu hidrolisis dalam waktu 3 jam. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan perbandingan pelarut etanol 96%, 70% dan 50%.
36
DAFTAR RUJUKAN Agoes, A. 2007. Pengobatan Tradisional Di Indonesia. Medika No.8. Thn 17.Hal.632 Andarwaulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono. (1996). Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII, 29-30. Anonim, Pangan Kesehatan Tanaman Obat, 2010. Cut Fatimah Zuhra, Juliati Br. Tarigan, dan Herlince Sihotang, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KATUK (Sauropus androgunus (L) Merr.), 2008 Evi Mintowat, E. Kuntorini, Setya dan Maria 2 0 1 3 . S t r u k t u r A n a t o m i U j i Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (M u n t i n g i a C a l a b u r a ) . Cahya M, Diah Rukmi P, Ipam P, Vivin A, Isolasi Flavonoid Bunga Rosella, Putra Indonesia Malang, 2013. Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and ApplicationsAOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24 Florido, H.B., Saplan, J.C., Arcilla, R.P., Cadiz, R.T., Modino, R.C., and Almario, S.C.,1991, Research Information Series Ecosystem, April 2013 Harborne, J. B., 1996, Metode Fitokimia, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwan Soediro, Edisi II, hal 14; 21-22; 69;72, ITB Press, Bandung Markham, 1988, Cara Identifikasi Flavonoid, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal 1-20, Penerbit ITB, Bandung. Naim,R.2004.“ senyawaantimikrobadaritanaman ”.5Januari2013. Nurul Yuni, Analisa Vitamin C Pada Belimbing Manis , 2013. R i k y A u l i a w a n , Ba m b a n g C a h y o n o , E f e k H i d r o l i s i E k s t r a k I l e r T e r h a d a p A k t i v i t a s I n h i b i s i E n z i m α - g l u k o s i d a s e , 2014 Pietta P-G., 1999. Flavonoids as Antioxidants, Reviews, J. Nat. Prod., 63, 10351042.
37
38
Putranti, R.I. 2013. Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata Dari Jepara.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang. Sani, I. M., Iqbal, S., Chan, K. W., Ismail, M., 2012, Effect of Acid and Base Catalyzed Hydrolysis on the Yield of Phenolics and Antioxidant Activity of Extracts from Germinated Brown Rice (GBR), Mol., 17, 7584-7594. Takshi. Miyake and Takayumi Shibamoto, (1997), Antioxidant Activities of Natural Compound Found in Plants. J. Agric. Food. Chem. 45.1819-1822. Tubesha, Z., Iqbal, S., Ismail, M., 2011, Effects of Hydrolysis Condition on Recovery of Antioxidants from Methanolic Extracts of Nigella sativa Seeds, J. Med. Plants Res., 5(22), 5292-5299. Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta. Wahyu Widyaningsih, 2010, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN DEWA (Gynura procumbens) DENGAN METODE DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil), Yogyakarta. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta : 1120, 79-82, 147-161.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Determinasi Tanaman
39
40
LAMPIRAN 2 Hasil Ekstrak Kental Daun Kersen
41
LAMPIRAN 3 Perhitungan IC50 Aglikon y = 6,409 x + 19,40 dengan nilai R = 0,988. 50= 6,409x + 19,40 x=
50−19,40 6,409
x= 4,7 ppm
Glikon y = 7,072 x + 10,96 dan R = 0,997 50 = 7,072x + 10,96 x=
50−10,96 7,072
x = 5,5 ppm.
42
LAMPIRAN 4 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Kersen
43
LAMPIRAN 5 Hasil Uji Flavonoid
Uji Reaksi Warna
uji KLT
44
LAMPIRAN 6 PENGUJIAN SAMPEL
45
LAMPIRAN 7 HASIL UJI T