NO. 349 / DZULHIJJAH-MUHARRAM / 1436 H / OKTOBER 2015 / TH. XXXXI ISSN : 0215-3289
PP An-Nur Probolinggo
Menimba Berkah dari Air Limbah Refleksi Hari Kesaktian Pancasila
Agar Pancasila Tetap Membumi di Indonesia INSPIRASI
Mendulang Prestasi dari ‘Hari Karir’
Ekonomi Umat Semakin Bergairah MPA 349 / Oktober 2015
1
Kakanwil bersama Kabid Penais Zawa Kemenag Prov. Jatim saat membuka Festival Seni Rebana Klasik tingkat Jatim, (9/9)
Salah satu Peserta Festival Seni Rebana Klasik tingkat Jatim saat berunjuk kebolehan
Suasana pembukaan Festival Seni Rebana Klasik tingkat Jatim di Aula Al-Ikhlas Kanwil Kemenag Prov. Jatim, (9/9)
H. Mahfudh Shodar beserta jajaran pejabat Kanwil Kemenag Prov. Jatim saat pembukaan Porseni Guru RA tingkat Jatim, (22/9)
Kabid Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jatim bersama para Juara Porseni Guru RA tingkat Jatim
Kepala Kankemenag dan Kasi Pendma se-Jatim saat mengikuti pembukaan Porseni Guru RA tingkat Jatim, (22/9)
Salah satu peserta saat menampilkan aksinya dalam Porseni Guru RA tingkat Jatim, (22/9)
2
MPA 349 / Oktober 2015
MPA 349 /OKTOBER 2015
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN EDUKASI, KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR PEMIMPIN UMUM: H. Mahfudh Shodar WAKIL PEMIMPIN UMUM/ PEMIMPIN REDAKSI: H. Musta’in WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: H. Ramin Abd. Wahid STAF AHLI: H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur, H. M. Fachrur Rozi DEWAN REDAKSI: H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR SEKRETARIS REDAKSI: Machsun Zain Syaikhul Hadi BENDAHARA: Ahmad Hidayatullah Staf: Khusnul Khotimah DISTRIBUSI/TATA USAHA: Husnul Khotimah Staf: Sukardjito LITBANG: Hj. Hikmah Rahman STAF REDAKSI Editor: Choirul Mustofa Reporter: M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi’ah dan Feri Ariya Santi Design-Layout: Muhammad Munib ilustrator: M. Tajudin Nurcholis Korektor: Rasmanna Rahiem Khoththot: M. Midzhar KORESPONDEN: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kab/Ko se-Jawa Timur. ALAMAT REDAKSI: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail:
[email protected] DITERBITKAN OLEH: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. DICETAK OLEH: PT. Antar Surya Jaya, Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya, Telp. (031) 8475000 (2200-2203) Fax. : 031-8470600 Isi di luar tanggung jawab percetakan
Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, M.S (berbatik biru) saat hadir dalam rapat redaksi MPA, ikut memberikan ide tema lensa utama.
S
eperti yang diberitakan berbagai media, kini perekonomian Indonesia tengah dihantam badai resesi kembali. Meski tak separah krisis moneter di tahun 1998, namun transaksi perekomian tampak berjalan lambat. Nilai tukar rupiahpun anjlok. Bahkan di sektor industri – yang bahan bakunya masih impor – terjadi gelombang ancaman PHK. Bagi Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc, terjadinya pelemahan ekonomi tersebut disebabkan oleh kebobrokan sistem ekonomi ribawi. Sebab sistem tersebut jelas-jelas menguntungkan kaum pemodal-kapitalis. Dari sanalah jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin kian waktu makin melebar. “Kita harus meninggalkan sistem ekonomi ribawi dan beralih ke ekonomi syariah yang lebih berkeadilan,” tandas Ketua Umum BAZNAS ni. Pembaca setia, persoalan yang membuat kita merasa miris inilah yang coba kami bedah dalam rubrik Lensa Utama kali ini. Reporter kami telah melakukan perbincangan mendalam dengan berbagai tokoh. Seperti Dr. Nazzaruddin Malik, M.Si (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM). Juga bersama Ir. Mohammad Nadjikh selaku CEO & Owner KML Food dan Kelola Mina Laut Group, yang juga sebagai Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah Jawa Timur. Liputan tersebut kami rangkum dengan pendapat Sulaiman selaku Ketua HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri) Jawa Timur. Lantas kami ramu pula dengan analisis Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE (Direktur Center for International Islamic Economic Studies Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Surabaya). Untuk melengkapi telaah tersebut, kami menemui pula Drs. H. Sunyoto, MSi (PT. Polowijo Gosari Gresik), Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, SAg, MEI (Komisi Fatwa MUI Jatim yang juga Ketua Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Unesa), Noor Shodiq Askandar, SE, MM (Ketua LAZISNU Jawa Timur), serta Nur Hidayat, MM (Ketua Harian BAZNAS Jawa Timur). Semoga hasil liputan mendalam yang kami kemas dengan bahasa ringan tersebut, bisa menjadi buah renungan bagi Anda sekeluarga. Setidaknya Anda dapat mengambil langkah, sehingga usaha perekonomian yang Anda geluti saat ini tetap berjalan lancar. Dan jangan lupa: dalam menjalankan roda perekonomian baik skala mikro ataupun makro, senantiasalah bersandar pada sistem ekonomi syariah. Selamar Membaca!
Kontak dan Pendapat ----------------- 4 Teropong ------------------------------- 5 Lensa Utama --------------------------- 6 Lensa Khusus --------------------------14 Inspirasi --------------------------------18 Cahaya Hati ----------------------------19 Agama ----------------------------------20 Tafsir Maudlu’i -------------------------24 Bilik Santri -----------------------------27
Risalah ----------------------------------29 Ta’aruf ----------------------------------34 Serambi Madrasah ---------------------42 Khotbah---------------------------------44 Lintas Peristiwa ------------------------51 Kuliner ---------------------------------58 LAA Remaja ----------------------------59 Sari Hikmah ----------------------------60 Dunia Islam ----------------------------66
MPA 349 / Oktober 2015
3
SEGENAP KARYAWAN DAN DHARMA WANITA PERSATUAN SERTA PENGELOLA MAJALAH MIMBAR PEMBANGUNAN AGAMA KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR
TURUT BERBELA SUNGKAWA ATAS MENINGGALNYA JAMA’AH HAJI EMBARKASI SURABAYA DALAM INSIDEN CRANE DI MASJIDIL HARAM DAN TRAGEDI MINA SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT DAN DIAMPUNI SEMUA DOSADOSANYA SERTA MENJADI HAJI MABRUR AMIEN...
Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur
Pemimpin Redaksi Majalah MPA
H. Mahfudh Shodar
H. Musta’in
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un KELUARGA BESAR KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TUBAN INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN TURUT BERDUKA CITA ATAS WAFATNYA :
JENE, S.Pd.I
PENGHULU PERTAMA (KUA KECAMATAN RENGEL) KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TUBAN PADA HARI / TANGGAL : SELASA, 15 SEPTEMBER 2015 Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan diampuni semua dosa-dosanya... Amien Plt. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban Drs. ACHMAD BADRUS SHOLEH
4
MPA 349 / Oktober 2015
TEROPONG
K
SAATNYA BANGKIT
emajuan teknologi sekarang ini telah menjadikan booming informasi mendekonstrusi dan memberi corak bagi kehidupan manusia. Tidak terkecuali komunitas umat di negara muslim. Booming informasi berlangsung terus menerus. Dampaknya bagi kehidupan umat manusia sangat besar. Pengaruh positif yang kita rasakan, kehidupan manusia dipermudah dengan kemajuan teknologi. Disamping dampak positif dirasakan juga dampaknya yang negatif. Informasi menyesatkan pada berbagai acara di televisi dan siaran media sosial lainnya memberikan pengaruh besar bagi manusia di semua lapisan dan jenjang usia. Siaran pada acara hiburan dan berita misalnya sering ditampakkan adegan-adegan kekerasan maupun pornografi. Betapa banyak diantara para remaja dan anak-anak yang melakukan perbuatanperbuatan yang tidak selayaknya dikerjakan oleh mereka. Misalnya, hubungan seksual antara pasangan muda-mudi bahkan anakanak. Pembunuhan yang disertai dengan kekerasan dan dilakukan secara sadis. Ini semua karena pengaruh informasi negatif terutama melalui media informatika. Kondisi seperti diatas pernah digambarkan oleh Nabi SAW sebagai zaman yang buruk. Manusia di zaman itu terang terangan berbuat maksiat tanpa malu-malu. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik zaman adalah masaku, kemudian zaman sesudahku, kemudian sesudahnya zaman itu”. Zaman Islam pertama disebut era as-sabiqun alawwalun, termasuk kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Mereka disebut sebagai orang-orang yang mendapatkan ridho Allah
dan merekapun ridho atas ketetapan Allah. Kepada mereka diberikan balasan surga (Q. S. at-Taubah [9] : 100). Kemuliaan pada era Nabi Muhammad SAW dan khulafau al-rasyidin karena kuatnya mereka berpegang teguh pada tali Allah dan sunnah rasul-Nya. Zaman itu disebut dengan al-khilafah ‘ala minhaj al-nubuwwah. Dalam suatu hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Rasulullah menyatakan sesudah masa kenabian dan masa khulafau al-rasyidin, umat akan dipimpin oleh pemerintahan kerajaan yang turun temurun. Zaman ini disebut dengan mulkn ‘adhdham, sistim monarki yang saling menggigit. Setelah itu estafet kepemimpinan dipegang oleh mulk al-jabariyah, yang dipimpin oleh para penguasa dholim. Zaman terus berputar, setelah berjalan berabad lamanya dari suatu penguasa ke penguasa berikutnya, suatu saat nanti, akan datang pemimpin yang adil. Mereka menggunakan nilai-nilai kenabian (profetik) Pada era ini para pemimpin umat Islam akan berpegang pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Masa terakhir ini masa yang ditunggu-tunggu yaitu masa kebangkitan umat. Dalam menyongsong era kebangkitan yang akan datang perlu diketahui faktorfaktor apa yang merupakan kelemahan dan faktorfaktor apa saja yang menjadi kekuatan bagi umat. Faktor-faktor kelemahan yang harus segera ditanggulangi adalah ketimpangan sosial yang makin dalam, kemiskinan yang terus meningkat, pendidikan yang rata-rata masih rendah, pendapatan perkapita juga rendah dan indeks pembangunan manusia yang belum juga membaik. Faktor-faktor kelemahan ini
menandai bahwa masih banyak tugas dan pekerjaan yang harus ditanggulangi agar kebangkitan umat dapat didongkrak. Kekuatan umat Islam sebagai faktor pendukung kebangkitan, meliputi kemajuan bidang sains dan teknologi serta mentalitas kerja. Pada masa kejayaan Islam periode Abbasiyah sebagaimana diakui oleh Paul Kennedy dalam The Rise and Fall of the Great Powers, bahwa selama berabad-abad sebelum tahun 1500 M dunia Islam lebih dulu maju dibanding Eropa. Sebagai contoh dibidang kedokteran para ilmuwan muslim seperti At-Thabari, AlRazi, Ibnu Nafis, Ibnu Sina dan lain-lain telah berhasil berinovasi, merubah model penyembuhan dari metode perdukunan dimasa-masa sebelumnya menjadi ilmu pengetahuan modern (kedokteran) dengan terapi genetika. Hingga kini masih menjadi rujukan. Begitu juga dibidang sains yang lain seperti geografi, astronomi, matematika dan bidang pengetahuan lainnya. Setelah perang salib negara-negara berpenduduk mayoritas muslim menjadi negara yang tertinggal jauh dari negaranegara barat. Padahal di zaman pertengahan, Eropa yang masih gelap sebagian diantara mereka belajar dan berguru kepada para ilmuwan muslim di Baghdad, Andalusia, dan Kairo. Secara tak sadar sekarang kecanggihan sains dan teknologi itu sudah menjadi milik barat. Kini saatnya umat Islam bangkit, maka harus berusaha merebut kembali senjata yang telah hilang yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperbaiki mentalitas dan etos kerja sebagai ciri dari generasi pertama kaum muslimin. •RAW MPA 349 / Oktober 2015
5
Sistem Ekonomi Syariah
dari Manajemen Resiko ke Manajemen Maslahah Kini Indonesia tengah dilanda resesi. Transaksi perekomian berjalan melambat. Nilai tukar mata uangpun melemah. Defisit neraca perdagangan negara Indonesia agak besar, karena masih berbasis komoditas sumber daya alam seperti mineral, batu bara, minyak – yang saat ini semua harga sedang melemah. Pada sektor moneter biaya uang mahal, (Suku Bunga) SBI masih tinggi, sehingga untuk mendorong sektor produktif ada hambatan arus modal.
D
i sisi lain, ketika pemerintah AS melakukan pengetatan, maka dana yang berbentuk mata uang dolar AS akan keluar mencari peluang yang lebih menguntungkan. Sedangkan neraca perdagangan industri masih berbasis impor untuk bahan bakunya, sehingga ancaman PHK terjadi. “Neraca perdagangan yang berjalan tidak seimbang itu secara eksternal,” tukas Dr. Nazzaruddin Malik, M.Si. Namun demikian, sambung Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM ini, krisis yang terjadi tak sama dengan tahun 1998. Sebab krisis moneter saat itu negara mengalami stagnasi dan stagflasi yang diikuti dengan inflasi tinggi. Sedangkan saat ini Indonesia masih ada pergerakan ekonomi dari standar 5,1 persen turun dalam kisaran 4 koma persen. Alhasil, pertumbuhan masih ada. Buktinya, faktor-faktor ekonomi dalam hal ini produksi dan transaksi secara makro masih berjalan. Oleh karena itu, perlu langkah yang efektif dalam menangani masalah ekonomi. “Perekonomia itu ibarat tubuh. Agar tidak gampang sakit atau terserang penyakit, tergantung bagaimana cara mengatasinya,” ujarnya. Solusinya, tutur alumnus S2 University of California at Riverside (UCR) School of Busines and Management USA ini, bagaimana memperkuat manajemen nasional baik secara mikro maupun makro variabel agregat, inflasi, kesempatan kerja, budget pemerintah, sektor luar negeri ekspor-impor. “Kebijakan ekonomi fiscal efektif pengelolaan uang yang beredar dengan pajak haruslah seimbang, saling menutupi dan mendukung,” imbuhnya. Kondisi seperti itu, kata lelaki yang juga menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi Studi 6
MPA 349 / Oktober 2015
Dr. Nazzaruddin Malik, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembangunan di UGM ini, menuntut pemerintah untuk memainkan peran penting dengan melonggarkan kebijakan dan intevensi pasar. “Pertumbuhan ekonomi menjadi ironi kalau tidak mampu menyediakan lapangan kerja baru,” tegasnya. Di sisi lain, lanjut Doktor Ekonomi Manajemen Universitas Brawijaya Malang ini, pemerintah selayaknya menopang program yang menunjang pertumbuhan ekonomi berupa pembangunan infrastruktur. Juga dengan menjalin komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah. “Sektor riil akan bergerak apabila kebijakan fiskal mendukung. Antara buruh dan pengusaha saling memahami. Jadi harus ada konklusi konkruensi,” ulasnya. Yang disayangkan pria kelahiran Mage-
lang 24 Juni 1964 ini, umat Islam masih saja terjebak pada problematika perbedaan faham fiqhiyah. Untuk muamalah juga masih terbatas pada tataran amaliyah di permukaan. “Memaknai spiritual jangan hanya sebatas perintah shalat dan dakwah semata. “Etos kerja keras dan semangat bekerja adalah bagian dari ibadah,” tandasnya. Jika hal demikian masih sulit diwujudkan, menurut mantan Asisten Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, karena pada saat menjalankan transaksi ekonomi seringkali nilai-nilai religiusitas seseorang justru menghilang. Mereka menganggap kalau sudah menjalankan ekonomi memakai hukum ekonomi dengan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. “Harga barang tak akan dipermainkan jika pelaku ekonomi bisa mengontrol diri,” jelasnya. Penulis buku ‘Ekonomi dan Bisnis Internasional’ ini berharap, agar momentum tahun Baru Hijriyah saat ini dijadikan sebagai jalan kembali pada nilai-nilai religiusitas saat melakukan transaksi ekonomi. “Umat Islam harus bangkit dan mampu menggerakkan ekonomi keumatan,” tegasnya. Caranya, sambung pria yang juga menulis buku ‘Dinamika Pesan Tenaga Kerja’ ini, masyarakat Muslim harus aktif menggerakkan potensi ekonomi umat. Dan segala aktivitas perekonomian hendaklah senantiasa berbasis pada spiritualitas keagamaan. Disamping itu, agama harus menjadi daya dorong untuk meningkatkan etos kerja. Juga mendorong masyarakat untuk tidak melakukan moral hazard. “Jadi.. dakwah itu tak semata mengajak lewat pesan lesan. Peran strategis untuk menggerakkan potensi umat membangun masyarakat
Ir. Mohammad Nadjikh Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP. Muhammadiyah
Madani, juga sangat penting. Inilah yang disebut hijrah ekonomi,” tukasnya serius. Ir. Mohammad Nadjikh juga menyayangkan, kenapa umat Islam yang mayoritas di negeri ini justru berada di pinggiran pada bidang ekonomi. Hingga kini perekonoman kita masih dikuasai non pribumi yang mayoritas nonMuslim. “Bagaimana bisa mereka yang hanya sekitar 10 persen mendominasi yang 90 persen,” keluh Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP. Muhammadiyah ini bernada tanya. Meski demikian, CEO & Owner KML Food dan Kelola Mina Laut Group ini tak mau menyalahkan siapapun. Sebab kita masih beruntung karena sektor perbankan dan pemerintah masih dikelola pribumi yang mayoritas Muslim. “Saya tak bisa membayangkan jika sektor-sektor itu juga dikuasai non pribumi yang non-Muslim. Kita hanya akan menjadi kuli dan buruh di negeri sendiri,” ujarnya. Untuk itulah alumnus Institut Pertanian Bogor ini berharap, Tahun Baru Hijriyah saat ini bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi umat Islam. Sebab saat melakukan hijrah, yang digarap pertama kali oleh Nabi SAW, adalah pasar sebagai basis ekonomi umat. Menurut Dewan Pembina AP51 Pusat (Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia) ini, umat Islam dinilainya masih
memberikan pengertian dangkal terhadap pengertian ibadah. “Hanya berorentasi akhirat dan terkesan menafikan dunia. Sehingga banyak yang memandang dunia bisnis itu kotor, banyak permainan, akrab dengan kebohongan,” urainya. “Padahal agar bisnis bisa maju, maka kita harus jujur, amanah, fathonah dan tabligh,” tegasnya. Pandangan seperti itulah, ujar mantan Wakil Ketua Umum Kadin Jawa Timur bidang Perikanan dan Kelautan ini, yang justru membahayakan umat Islam sendiri. Sebab pemahaman tersebut menjadikan umat Islam apatis. Mereka tidak lagi memiliki semangat untuk bekerja. Dan pada akhirnya menjadikan umat Islam tidak bisa menguasai bidang ekonomi. “Harta yang
kita miliki memang tidak akan kita bawa mati. Tapi dengan banyak harta, kita bisa memberikan kontribusi lebih banyak untuk memajukan umat,” paparnya. Bagi peraih ‘People of The Years 2009’ sebagai Wirausahawan Terbaik dari Harian Seputar Indonesia (RCTI-Global Media Group) ini, dalam persaingan global pikiran kita di bidang ekonomi harus maju. Namun tetap menjunjung tinggi nilainilai keagamaan. Generasi muda Islam sudah harus dididik untuk memiliki jiwa entrepreneurship, serta dibekali dengan akar keagamaan yang kuat. Menurut pria yang pernah memperoleh penghargaan Indonesian Export Award ”Primaniyarta Award” dari Presiden Republik Indonesia tahun 2005 ini, hal itu karena mental kita sudah dibuntu oleh kerangka berpikir yang sempit. Semisal alasan karena tidak punya uang atau tak ada modal. Padahal orang-orang yang sukses itu awalnya juga tidak punya apa-apa. “Saya, pak Dahlan Iskan, Chaerul Tanjung, dulu bukanlah siapa-siapa yang memiliki banyak modal. Jadi blok mental ini yang bahaya. Ini harus dibuka,” tegasnya. Meski terlahir dari desa dan anak orang miskin, terang peraih ‘The Best CEO 2008’ dari Majalah SWA, PT. Dunamis
MPA 349 / Oktober 2015
7
Lensa
Utama
Intermaster dan PT. Synovate ini, kita tetap memiliki kesempatan yang sama. “Orang desa yang miskin bahkan lebih punya spirit kemandirian yang lebih besar daripada anak orang kaya. Mereka yang terlahir kaya dan berada dalam zona nyaman malah seringkali lengah,” kilahnya. Untuk bisa bersaing dengan nonMuslim yang sukses berbisnis, lanjut anggota Dewan Riset Nasional RI bidang Komisi Teknis Sosial Humaniora ini, adalah dengan kerja keras, tidak cepat merasa puas dan harus berani keluar dari zona nyaman (comfort zone), serta semangat kerja yang tinggi. Menurut pria kelahiran Gresik 8 Juni 1962 ini, untuk meraih usaha yang mapan dibutuhkan waktu 10 hingga 20 tahun. Setelah settle, barulah mengembangkan usaha. “Memang menjadi entrepreneur resikonya banyak. Tapi pemerintah sudah memfasilitasi. Tinggal kita mau apa tidak ambil bagian,” terangnya mempertanyakan. Meski demikian, tutur pria yang juga pernah meraih ‘The Best Indonesian Entrepreneur Award’ tahun 2003 dari Yayasan Pentas Prestasi Indonesia ini, dirinya memandang tak perlu ada gerakan pro pribumi seperti gerakan bumiputera di Malaysia. “Tidak perlu dideklarasikan, yang terpenting pelaksanaannya,” tuturnya. Peraih ‘International Award for Best Performance 2002’ dari Council of International Awards United Kingdom inipun berharap, agar lembaga keagamaan mulai membedayakan sektor ekonomi dengan memberikan tanggung jawab itu pada kalangan profesional. “Yang penting jujur. Bisa jadi nanti mereka tertarik dan belajar agama berkat kepercayaan yang kita berikan. Ini juga merupakan strategi dakwah,” ujarnya. Sekarang saatnya kita untuk membangun sumber daya produktif untuk membiayai kegiatan umat Islam. Sebab cara inilah yang dilakukan saudara kita non-Muslim. “Semua stakeholder harus berpikir memajukan lembaga keagamaan melalui bidang ekonomi. Sebab perang kita bukan lagi melawan penjajah, tetapi perang kita sekarang adalah perang ekonomi,” tuturnya serius. Bagi Sulaiman, untuk menumbuhkan perekonomian umat yang penting adalah mengkarakterkan sifat-sifat Nabi SAW pada diri kita. Itu merupakan modal bagi kita. Jika sudah punya sifat-sifat shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh, seseorang 8
MPA 349 / Oktober 2015
Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE. Direktur Center for International Islamic Economic Studies Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Surabaya .
akan bisa bekerja tanpa modal – dan justru dengan memakai modal orang lain. “Yang perlu ditanamkan pula adalah nilai ukhuwah. Semangatnya adalah berbagi karena tak semua bisa dilakukan hanya oleh diri sendiri,” paparnya. Sebagaimana yang dilakukan HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri) dalam memberikan pembinaan kepada santri. Hal yang penting untuk dilaksanakan, adalah pembenahan pada mindset. Kita harus menyadarkan, bahwa Nabi SAW yang kita tauladani adalah seorang enterpreneur. “Di dalam mindset itu juga kita setting dari sisi niat, agar ketika melakukan sesuatu selalu memurnikan niat,” ulasnya. Alhasil, simpul Ketua HIPSI Jawa Timur ini, yang ditanamkan pada santri adalah agar mereka berIslam dulu. Setelah itu baru iman, yakni apa yang disampaikan al-Qur’an dan Hadits adalah mutlak kebenarannya. Karena sifatnya mutlak, maka harus kita laksanakan. Jadi yang terpenting adalah implementasinya meski hanya satu ayat. “Sebab kalau dipraktekkan, hasilnya sangat luar biasa,” tegasnya.
Setelah mindset tertata, lanjut Direktur Eksekutif HIPSI Pusat ini, baru kita bekali dengan pemberdayaan skill melalui pelatihan-pelatihan – semisal kuliner, agrobis dan juga IT. Sisi IT ini diberikan untuk persiapan agar para santri siap di dunia online dan mengerti bahwa era sekarang sudah masuk ke era dunia maya. Lalu disusul dengan menganalisa sisi peluang yang bisa didapatkan. “Jika peluang itu berpotensi menguntungkan, maka tinggal melangkah ke sisi aplikasi,” terangnya. Sebenarnya, penguatan sisi ekonomi ini telah diisyaratkan banyak ayat al-Qur’an ataupun Hadits; bahwa kita tidak boleh miskin, kita harus kaya. Karena kita harus melakukan banyak hal untuk bermanfaat. Ada Hadits yang menyatakan, kemiskinan mendekati kekufuran. “Ini merupakan sinyal-sinyal yang harus diperhatikan,” tandasnya. Dalam rangka penguatan tersebut, sambung pria kelahiran Jombang 17 Nopember 1969 ini, perlu adanya sebuah wadah. Sebab kita besar tidak ada artinya jika berserakan. Lewat HIPSI yang berserakan itu dikumpulkan untuk disinergikan. Juga ditumbuhkan kepedulian kepada santri, bahwa dengan munculnya pengusahapengusaha baru akan membentuk jaringan yang akan mensejahterakan. Menurut suami Sri Nur Rahayu yang dikaruniai satu anak ini, pengembangan ekonomi yang sudah dilakukan HIPSI salah satunya dengan membuat pesantren enterpreneur. Di pesantren inilah ditumbuhkan wirausaha yang punya kepedulian, serta mencetak wirausahawan Islami. Kegiatan yang sementara bisa dilakukan, meliputi bidang agrobis yang bekerjasama dengan BLK. Juga di bidang kuliner; bakso, soto ayam, es krim dan mie ayam. “Yang terpenting dapat menyentuh langsung kebutuhan riil santri,” kilahnya. Meski profesi hanya berjualan bakso, tapi jika dilakukan dengan sungguhsungguh maka akan cukup menjanjikan. Kini ada yang sudah “pensiun” karena sudah mempunyai beberapa restro bakso. “Kita menyadarkan santri, sesepele apapun yang penting istiqomah dan ghiroh atau passion dan juga fokus. Maka yang dianggap sepele akan bisa menjadi besar,” tandasnya.
Menurut Prof. Dr. H. Suroso Imam Zadjuli, SE, yang juga lebih penting lagi bahwa semua yang kita lakukan harus bersandar pada sistem ekonomi syariah. Apalahi sistem ini mulai dilirik di zaman globalisasi yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Menurut Guru Besar pada Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana Unair Surabaya ini, tumbuh berkembangnya bisnis berbasis syariah merupakan wujud umat Islam yang mulai sadar akan pentingnya hidup sejahtera di dunia dan selamat di akhirat. Bagi mantan Dekan Fakultas Ekonomi Unair ini, hal tersebut adalah bukti bahwa umat Islam memiliki keinginan serius untuk mengubah pola hidup dan berbudaya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. “Bisnis syariah akan mengawali era syariah di Indonesia untuk menjadi masyarakat yang berperadaban,” ujar Direktur Center for International Islamic Economic Studies Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Surabaya ini. Namun demikan, lelaki kelahiran Madiun 13 Juni 1944 ini lebih suka menyebutnya dengan era Tijaroh daripada era syariah. Sebab menurutnya, membincang syariah sama halnya berbicara hukumnya. “Makna asal dari syariah itu adalah hukum. Jadi kalau ekonomi syariah, itu berarti ekonomi hukum. Sementara dalam bisnis, namanya tijaroh,” terangnya. Tapi dalam Islam, tegasnya, bisnis itu tidak diperbolehkan. Sebab pengertian bisnis mengandung makna semua tindakan manusia yang selalu berkonsentrasi untuk mencari keuntungan, baik keuntungan pribadi atau kelompok. “Sementara dalam tijaroh atau berdagang, haruslah amanah sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah,” paparnya. Enam tahun lalu, paparnya, pangsa pasar ekonomi Islam di Turki sudah mencapai 5 persen. Sementara kita mulai era Orde Baru, sejak Bank Muamalah didirikan hingga sekarangpun baru 2,9 persen. “Ini lamban. Meski demikian, lebih baik lamban daripada tidak sama sekali. Jadi yang terpenting, lembaganya sudah menggunakan lebel Islam, sudah alhamdulillah,” ujarnya. “Untuk menunjukkan adanya tijaroh, dalam Islam muncullah bank syariah, BPR syariah dan Pasar Syariah Az-Zaitun I Surabaya,” tambahnya.
Sulaiman Ketua HIPSI Jawa Timur.
Agar tijaroh syariah tidak keluar dari hukum-hukum Islam, maka apa yang diperdagangkan tidak boleh barang haram ataupun makruh, dan tidak riba. Dalam menimbang dan mengukur juga tidak boleh kurang dan menambahi. “Menimbang dalam arti luas, misalnya sukuk atau obligasi harus sama-sama diuntungkan,” tukas Ketua Program Doktor Minat Studi Ilmu Ekonomi Islam Program Pascasarjana Unair Surabaya ini serius. Di Iran, lanjutnya, 70 persen ekonomi dikuasai oleh negara. Hal ini sangat berbeda dengan kita. Di Iran, semua hasil dari ekonomi dikumpulkan dan digunakan untuk kepentingan rakyat. “Di Iran ekonomi positif dahulu yang dikerjakan, baru pendidikan. Sedang kita pendidikan dulu, baru ekonomi yang dikerjakan,” ujarnya membandingkan. Bank Islam, tuturnya, adalah bagian kecil dari ekonomi Islam. Dalam manajemen umum, itu disebut dengan strategi Blue Ocean. Pada zaman Orba, semua bank menggunakan blue ocean strategy of production bunga, yang kemudian mendirikan Bank Muamalah yang mem-
punyai produk syariah. “Tapi setelah Bank Mandiri Syariah masuk dan Bank Mandiri Syariah memberi pelayanan dan produknya lebih lengkap, maka yang menjadi blue ocean sekarang adalah Mandiri. Sedangkan Bank Muamalah menjadi red ocean. Dalam pasar modal juga begitu,” terangnya. Tantangan ke depan, adalah bagaimana agar masyarakat mau diajak untuk berdakwah ekonomi Islam. Menurutnya, kita harus memulainya dari paradigma, condition of thinking process dan hal ini harus dimulai dari pendidikan. “Orang sekarang mengatakan bahwa kaya itu banyak harta bendanya dari pada orang lain,” katanya. “Kalau dalam Islam, orang kaya adalah orang yang banyak memberi kepada orang lain. Zakat itu belum memberi, tapi kewajiban. Infak, shodaqah dan wakaf itulah kekayaan abadi,” tandasnya. Dalam Islam, tegasnya, juga tidak ada istilah manajemen resiko. Sebab yang ada hanyalah manajemen maslahah (kesejahteraan). Dirinya meyakini, jika semua itu sudah dikerjakan, kegiatan di Indonesia akan berkembang. “Hitungan saya, butuh dua dekade generasi. Satu dekade lima belas tahun, jadi butuh 30 tahun untuk memperkuat ekonomi Islam di Indonesia,” katanya meyakinkan. Oleh karena itu, terang Rektor Universitas Kebangsaan Bandung ini, untuk memperkuat dan memajukan pendidikan minimal harus ada delapan belas Doktor ekonomi Islam setiap tahunnya. “Kalau hal itu sudah terpenuhi, Insya Allah dengan sendirinya akan terbentuk,” ujarnya. Pendidikan itu menurutnya bisa dengan perbuatan (bi lisanil hal). Seperti laboratorium tijaroh, lembaga keuangan syariah, perumahan mewah syariah, hotel syariah, perkampungan syariah dan lainnya. Ketika hal tersebut secara nilai tertanam dan membudaya, serta bertujuan akhirat, maka secara otomatis masyarakat akan menjadi jujur dan amanah. “Jika demikian, mewujudkan masyarakat Madani atau berperadaban bukanlah hal yang mustahil,” pungkasnya. •Laporan: Muhammad Hisyam, Dedy Kurniawan (Surabaya), Syaifudin Ma’arif (Malang). MPA 349 / Oktober 2015
9
Momentum Membangkitkan Ekonomi Syariah Pelemahan rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan terus terjadi hingga akhir 2015. Besaran nominal nilai tukar tersebut diperkirakan tidak akan stabil dan terus berfluktuasi.
M
enurut Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc, kondisi ini diakibatkan oleh penerapan sistem ekonomi liberal yang berpihak kepada pemodal. “Sebagai jawabannya, kita harus meninggalkan sistem ekonomi ribawi dan beralih ke ekonomi syariah yang lebih berkeadilan,” tandasnya. Berikut petikan wawancara reporter majalah MIMBAR Pembangunan Agama Suprianto dengan Direktur Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor tersebut:
Lalu yang kedua? Penguatan sektor lembaga keuangan syariah. Seperti bank syariah, haruslah didukung semua masyarakat dengan menjadi nasabah maupun penggiat lembaga keuangan syariah. Sedangkan yang ketiga, penguatan sektor zakat, infaq dan shadaqah yang memiliki potensi sangat besar di negara kita; yakni sekitar 273 triliun setiap tahun. Untuk itulah diperlukan kesungguhan dan kebijakan yang berpihak pada ekonomi syariah dari pemerintah, DPR, BUMN, maupun masyarakat secara luas.
Apa analisa Kiai terkait pelemahan ekonomi nasional saat ini? Pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini, itu lantaran kebobrokan sistem ekonomi ribawi. Di mana sistem tersebut hanya menguntungkan kaum kapitalis atau pemodal. Sistem inilah yang melahirkan kesenjangan antara orang yang bermodal dengan orang miskin. Selain itu, sistem bunga yang diberlakukan dalam sistem ekonomi saat ini sangat melemahkan kegiatan ekonomi secara menyeluruh.
Kini ekonomi syariah telah menjadi tren. Namun benarkah sistem tersebut sanggup bertahan dalam situasi sulit semacam sekarang ini? Seperti yang saya katakan tadi, bahwa solusi terbaik bagi perekonomian sekarang adalah kembali pada ekonomi syariah. Ekonomi syariah sangat transparan, jauh dari tindakan-tindakan tercela dan mengedepankan sikap ta’awun atau tolong menolong yang tinggi. Maka ekonomi syariah harus menjadi gerakan bersama seluruh komponen masyarakat. Termasuk para ulama’, para tokoh, dan para pengusaha Muslim.
Bisa dijelaskan lebih detil lagi, Kiai… Sistem ekonomi ribawi tidak berpihak pada sektor riil dan tidak berpihak pula pada kaum dhuafa’. Apabila sistem ekonomi tidak memiliki keberpihakan pada dua hal tersebut, maka pasti akan mengalami berbagai macam pelemahan. Sebab selain landasannya tidak kuat, bangunannya juga rapuh. Lantas.. sikap bagaimana yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi sulit ini? Tentu sikap keberpihakan pada ekonomi syariah. Kita berusaha untuk meninggalkan ekonomi ribawi. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 279 dikemukakan, bahwa siapa yang tidak meninggalkan pekerjaan riba/bunga itu sama dengan memerangi Allah dan RasulNya. Lalu, kapankah kita bisa keluar dari situasi semacam ini? Secara waktu, tidak bisa diprediksi secara pasti. Sebab situasi ini bisa berlangsung satu tahun atau dua tahun dan bahkan bisa lebih lama. Itu tergantung pada sikap dan kebijakan yang diambil pemerintah, swasta, maupun masyarakat secara umum. Tapi yang perlu digarasbawahi, bahwa sistem 10
MPA 349 / Oktober 2015
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum BAZNAS.
ekonomi ribawi dampaknya ternyata sangat dahsyat. Jadi diperlukan kesungguhan untuk segera meninggalkan dan menggantinya dengan sistem ekonomi syariah. Respon bagaimana yang seharusnya diambil oleh masyarakat Muslim Indonesia? Kaum Muslimin secara bersama-sama harus mendukung kegiatan ekonomi syariah. Tentunya dengan meninggalkan lembaga keuangan konvensional dan beralih kepada lembaga keuangan syariah. Sebab lembaga keuangan syariah sekarang sudah mulai kuat dan tidak kalah dengan lembaga keuangan konvensional. Solusi yang ditawarkan ajaran Islam… Seperti dikemukakan di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275-277, bahwa untuk meninggalkan ekonomi ribawi diperlukan penguatan tiga pilar utama ekonomi Islam. Pertama, menguatkan sektor riil, yaitu sektorsektor usaha yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Baik skala kecil, skala menengah, maupun skala besar. Sehingga putaran uang dan putaran ekonomi semua berada di tangan masyarakat secara luas. Jadi bukan di tangan kelompok-kelompok tertentu seperti sekarang ini.
Lantas sektor apa saja yang bisa dioptimalkan, agar masyarakat Muslim mampu menjadi pemain utama dalam sektor ekonomi? Sektor riil harus didukung dengan penuh kekuatan. Sebab bidang ini langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Ketika sektor riil kuat, maka akan menyebabkan penguatan bagi masyarakat banyak. Pada tahun baru Hijriyah kali ini, apa yang selayaknya kita lakukan? Kita jadikan tahun baru hijriyah sebagai momentum untuk membangkitkan ekonomi umat dengan sistem syariah. Kita mempersiapkan SDM dalam bidang ekonomi syariah. Kita juga harus mendorong munculnya pengusahapengusaha Muslim baik dalam skala kecil, skala menengah, maupun skala pengusaha besar. Di sisi lain, hendaknya dilahirkan regulasi atau aturan yang berpihak pada ekonomi syariah. Dan yang terakhir, adalah melakukan sosialisasi, serta edukasi secara terus menerus pada masyarakat di bidang ekonomi syariah.
Menyejahterakan Masyarakat
dari ‘Industri Pesisiran’ hingga ‘Ekonomi Masjid’ Mimpi mewujudkan masyarakat sejahtera ternyata bukan program pemerintah saja. Dunia usahapun memiliki cita-cita yang seiring. Hal itu dibuktikan oleh PT. Polowijo Gosari Gresik dengan menghibakan lahan waduk seluas 50 Ha kepada pemerintah. “Agar pola pertanian di Kawasan Gresik Utara menjadi berubah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Drs. H. Sunyoto, MSi.
P
ertanian di daerah Gresik Utara yang tanahnya gersang, selama ini hanya mengandalkan air hujan. Dengan ratarata profesi penduduknya sebagai buruh tani dan petani musiman, pendapatan perkapita penduduknya hanya Rp 10 juta per tahun. “Tak heran jika banyak yang terpaksa menjadi TKI atau TKW di luar negeri,” ungkap perwakilan PT. Polowijo Gosari Gresik ini menjelaskan. Dengan adanya waduk tersebut, bisa dipastikan akan mampu meningkatkan perekonomian warga. Sebab warga juga diajak untuk mengembangkan perkebunan mangga varietas unggul jenis “chokanan”. Perusahaan Polowijo sendiri telah menyiapkan lahan inti seluas 300 Ha. Adapun perkebunan masyarakat seluas 2.500 Ha yang berada di Kecamatan Panceng dan Sedayu akan menjadi lahan plasma budidaya manga chokanan ini. Untuk per hektar tanaman ini mampu menghasilkan 15-20 ton. Dengan pola pengairan yang cukup, masa panen bisa diatur hingga dalam setahun bisa tiga kali panen. Hal itu berbeda dengan mangga arum manis yang perhektarnya hanya mampu menghasilakn 5-10 ton saja. Itupun saat panen harga bisa terjun bebas lantaran pasokan yang melimpah. Belum lagi daya tahannya yang pendek. Sambil menunggu masa panen, petani juga diberikan bibit jagung. Sebab dari proses tanam hingga panen, mangga chokanan membutuhkan waktu empat tahun. Artinya petani masih bisa menikmati hasil dari ladangnya dengan memanen jagung. Khusus jagung perusahan yang terletak di Jl. Sekapuk Sidayu Km.32 Gresik ini bekerjasama dengan perusahan asal Prancis, PT. Invivo. “Jadi petani tidak perlu khawatir. Sebab jagungnya langsung diserap pasar ekspor,” papar Pak Nyoto – pangilan Drs. H. Sunyoto, MSi. PT. Polowijo kini tengah menjajal kerjasama dengan perusahan penggemukan ternak. Sehingga nantinya kebutuhan daging
Drs. H. Sunyoto, MSi. Perwakilan PT. Polowijo Gosari Gresik.
nasional tidak mengandalkan pasokan dari luar negeri. “Saya optimistis ini berhasil. Sebab potensi peternakan di daerah sini (Sekapuk) cukup bagus. Sebab sejak zaman Presiden Suharto hingga sekarang pasokan hewan kurban istana berasal dari sini,” ujarnya bangga.
Keberadan waduk selain bermanfaat untuk mengairi lahan pertanian, juga memberikan manfaat bagi ketersdian air bersih. Sesuai program Pemkab Gresik, waduk ini akan diisi air Bengawan Solo melalui pipanisasi. Nah, desa-desa yang terlewati pipa yang meliputi Desa Sekar Gadung, Imaan, Petung, Wotan, Sukodono, dan Serah tak perlu kuatir lagi dengan pasokan air bersih. Kini PT. Polowijo juga sedang mengembangkan Kawasan Industri di daerah pesisir Gresik seluas 2000 Ha. Di Lahan tersebut akan dibangun pelabuhan internasional. Sehingga akan menjadi magnet tumbunya industri di kawasan ini. Dengan makin berkembangnya kawasan, akan mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat. Dengan makin majunya Kawasan Gresik Utara, tentu masyarkat tidak perlu lagi pergi keluar negeri sebagai TKI. Mereka bisa menjadi tenaga kerja di kawasan industri di sekitar mereka. Dengan begitu mimpi masyarkat sejahtera makin nyata. “Jika masyarakat sejahtera otomatis kriminalitas berkurang. Kenakalan reamajapun surut seiring banyaknya lapangan kerja. Sehingga suasa
MPA 349 / Oktober 2015
11
Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag, MEI Anggota Komisi Fatwa MUI Jatim.
religiusitaspun bisa tetap terjaga,” kata mantan Kepala Dinas Pariwisat gresik ini yakin. Kebangkitan ekonomi umat juga bisa dimulai dari masjid. Sebab masjid memliki peran strategis dalam memberdayakan ekonomi umat. Di tengah kondisi ekonomi yang melemah seperti sekarang ini, “ekonomi masjid” barangkali bisa menjadi solusi alternatif bagi keberlangsungan perekonomian umat. Menurut Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, SAg, MEI, tahun baru Hijriyah bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan masjid dalam pemberdayaan ekonomi umat. “Mengapa tidak? Pada zaman Rasulullah SAW masjid menjadi pusat segala kegiatan umat,” tukasnya serius. Namun jika menengok kondisi masjid sekarang, anggota Komisi Fatwa MUI Jatim ini merasa gamang. Sebab kini peran dan fungsi masjid makin tereduksi hanya difungsikan sebagai sarana ibadah shalat rawatib saja. “Peran dalam pendidikan memang sudah tampak, seperti adanya TPQ. Tapi peran ekonomi dan bidang sosial lain yang belum digarap,” ungkap Pengasuh PP Darul Arqom Wonocolo Surabaya ini heran. Sementara itu, sambung Ketua Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Unesa ini, makin berkembangnya perbankan syariah tentu sangat menggembirakan. Belum lagi pertumbuhan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang kian marak. “BMT inilah yang paling memungkinkan diintegrasikan dalam pengelolaan masjid,” tandasnya. Data tahun 2013 menunjukkan, ada sebanyak 39.405 masjid yang bertebaran 12
MPA 349 / Oktober 2015
di Jawa Timur. Belum lagi jika ditambah dengan mushallah yang berjumlah 106.290. Jika semua lembaga keagaman ini memiliki BMT, tentu hasilnya akan sangat dahsyat. “Ini akan dapat menyentuh langsung masyarakat di tingkat paling bawah. Selama ini mereka tidak memiliki akses modal untuk mengembangkan usahanya,” kata ayah tiga anak ini memaparkan. Sekretaris LPPOM MUI Jatim ini mengakui, ide memberdayakan masjid dalam bidang ekonomi memang masih tergolong baru. Sebab berbicara pemberdayaan masjid masih bertumpuh pada perbaikan fisik semata. Belum mengarah pada bagaimana masjid mampu memberikan manfaat ekonomis bagi jamaahnya. “Sudah saatnya menghadirkan kembali fungsi sosial masjid seperti zaman Rasullah,” tegasnya. Melihat beragamnya kondisi masjid saat ini, memang tak gampang mengimplementasikan fungsi sosial masjid tersebut. Lantaran itulah, pria murah senyum ini menawarkan solusi. Pertama, SDM pengelola masjid harus ditata. Kedua, memperbaiki manajemen masjid yang lebih profesional dan transparan. “Jika ini dilakukan, bukan tidak mungkin kebangkitan ekonomi umat akan bermula dari masjid,” tuturnya penuh harap. Salah satu upaya pemberdayaan masjid yang dilakukan MUI Jatim, adalah dengan menyusun materi khutbah ekonomi. Ini merupakan hasil kerjasama MUI dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, yang bertujuan agar umat juga termotivasi secara ekonomi melalui masjid.
Tahun baru Hijriyah bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan masjid dalam pemberdayaan ekonomi umat. “Mengapa tidak? Pada zaman Rasulullah SAW masjid menjadi pusat segala kegiatan umat. (Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag, MEI)
Noor Shodiq Askandar, SE, MM Ketua LAZISNU Jawa Timur.
Selain itu, MUI juga bekerjasama dengan lembaga keuangan syariah dalam memberikan motivasi dan memberdayakan ekonomi masyarakat. “Kita juga memberikan pendampingan dari sisi legalitas transaksi syariah. Ini agar pola pemberdayaan masyarakat yang dilakukan juga sesuai dengan syariah,” ujarnya menjelaskan. Bagi Noor Shodiq Askandar, SE, MM, pertumbuhan ekonomi umat juga bisa disupport dari lembaga yang memberdayakan zakat, infaq dan shadaqah. Lembaga-lembaga semacam ini akan menyalurkan dana tersebut, sehingga bisa berfungsi untuk mengurangi kesenjangan dan untuk membantu masyarakat yang lemah secara ekonomi. Ketua LAZISNU Jawa Timur ini memaparkan, bahwa lembaga yang dipimpinnya bertugas untuk mengorganisasikan zakat, infaq dan shadaqah agar berjalan dengan baik. Dalam implementasinya, Lazisnu tidak hanya menerima ZIS. Tapi juga bagaimana penyalurannya bisa memberikan kemanfaatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satunya melalui program ”Tas Sekolah dan Modal Usaha bagi Yatim dan Dhuafa”. Sebab masih banyak anak yatim yang sekolah tidak dilengkapi dengan bantuan sarana yang memadai. “Mereka memang dibiayai sekolahnya, tetapi tidak disiapkan perangkatnya,” ungkap Wakil Rektor II Unisma Malang ini memberikan alasan.
Sedangkan program Modal Usaha bagi Yatim dan Dhuafa, tutur Komisaris Utama PT. BPR Nusumma Gondang Legi ini, adalah untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi keluarga mandiri. Ini akan mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. “Mereka tak hanya diberi modal usaha, tapi juga dibina bagaimana mengelola dan mengembangkan usaha secara baik dan berkelanjutan,” ulasnya. Menurut Koord Bidang Pemberdayaan Ekonomi Ummat DMI Kab. Malang ini, dalam setiap programnya Lazisnu menekankan pada aspek kemanfaatan dan keberlanjutan. Dari aspek kemanfaatan, Lazisnu berusaha memberikan nilai tambah yang lebih besar. “Kami tak memberikan dana secara langsung. Namun berupa modal kerja, peralatan produksi, bantuan pelatihan manajemen usaha, atau lainnya,’ terangnya. Dari aspek keberlanjutan, lanjut Wakil Ketua Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES) Malang Raya ini, dengan memberikan dana dalam bentuk usaha akan mempunyai kemanfaatan berjangka panjang. Diharapkan dengan berkembangnya usaha tersebut dapat mengubah dari mustahiq menjadi muzakki. Mengenai sulitnya perekonomian yang ada, anggota Komisi Pengembangan Ekonomi Islam Majelis Ulama’ Kab. Malang ini menyarankan, agar kita menyikapinya secara positif. Sebab masih banyak peluang yang bisa dikreasikan. Setidaknya kita lebih meningkatkan kecintaan terhadap produk dalam negeri. Dengan begitu ketergantungan terhadap asing dapat dikurangi. Di sisi lain, sambung penulis buku “99 Great Ways: Menjadi Pengusaha Muslim Sukses” ini, kita mengapresiasi masyarakat yang meningkatkan kepedulian untuk berbagi. “Kini kemauan bersedekah dan membayar zakat meningkat. Sebab kesadaran menjalankan ajaran agama secara benar semakin baik,” ujarnya. Pia kelahiran Banyuwangi 14 Desember 1965 ini menuturkan, dalam menjalankan kegiatannya Lazisnu berupaya menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ketika masyarakat ingin layanan yang mudah, maka Lazisnu punya program yang memudahkan. Seperti jaringan hingga pelosok desa untuk mengoptimalkan pengumpul zakat yang pro aktif. “Ini merupakan layanan ZIS bagi masyarakat secara cepat dan gampang,” tukasnya singkat. Wakil Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia Malang Raya ini menuturkan, jika masyarakat ingin pengelolaan dananya akuntable, Lazisnu mengembangkan layanan melalui kerjasama pengelolaan dan penyimpanan dana dengan perbankan. Bagi yang ingin informasi cepat,
Nur Hidayat, MM Ketua Harian BAZNAS Jawa Timur.
Lazisnu melayani melalui sistem informasi yang memudahkan masyarakat dalam memberikan ZIS dan informasi pendayagunaan ZIS. “Lazisnu telah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk layanan berbasis Informasi dan Teknologi,” kata suami Dra. Elfi Sai’dah, MPdI yang dikaruniai 3 anak ini menjelaskan. Bagi Nur Hidayat, MM, yang terpenting bagaimana lembaga-lembaga semacam itu dapat meningkatkan trust masyarakat. Hal itulah yang dilakukan BAZNAS selama ini. Sebab potensi zakat secara nasional begitu besar dan sangat potensial untuk mengembangkan perekonomian umat. Menurut penelitian Islamic Development Bank (IDB) dan BAZNAS Pusat, pada tahun 2011 potensi tersebut mencapai 217 triliun. Sementara di Jawa Timur, diperkirakan sekitar 15 triliun. “Jika seluruh dana zakat di BAZ dan LAZ yang ada di Jawa Timur dikumpulkan, bisa terkumpul dana 300 miliar,” paparnya. Sedangkan BAZNAS Jawa Timur sendiri, tutur Ketua Harian BAZNAS Jawa Timur ini, dalam satu tahunnya baru mampu menghimpun dan menyalurkan dana zakat sebesar 8 hingga 10 miliar. Hal itu dihimpun dari pegawai pemerintah Provinsi melalui UPZ (Unit Pengumpul Zakat). “Dari dana BAZNAS Jawa Timur tersebut, sudah banyak yang bisa kami lakukan,” ujar alumnus UNAIR Surabaya ini berharap. Pemanfaatan dana zakat yang sudah dilakukan BAZNAS Jawa Timur, diantaranya berupa pemetaan masyarakat menjadi 3 golongan; golongan merah, kuning dan hijau. Golongan merah adalah kategori
orang-orang yang tidak bisa apa-apa, yang tergantung sepenuhnya dari lingkungan sekitar atau fakir. Mereka masuk dalam program santunan fakir miskin, yakni berupa pemberian santunan berupa uang. Ada juga program perbaikan rumah tinggal bagi keluarga karena mereka dipandang tidak mungkin lagi mampu membangun. Disamping itu ada pula program bantuan bencana alam, yang diberikan kepada orang yang terkena bencana alam. Sedangkan yang masuk dalam kegori golongan kuning, adalah orang yang sudah bekerja tapi jauh dari pemenuhan kebutuhan keluarga atau biasa disebut miskin. Ada tiga program untuk mengatasi mereka. Pertama, program ‘Jatim Cerdas’. Ini merupakan program pemberdayaan dalam bidang pendidikan melalui bantuan sarana belajar ataupun beasiswa. Yang kedua adalah program ‘Jatim Sehat’ berupa Jamkesbaz (Jaminan Kesehatan BAZ), Klinik gratis untuk dhuafa’, serta ambulance gratis untuk dhuafa’ dalam kota. Sedangkan yang ketiga, yaitu program ‘Jatim Makmur’ berupa pemberdayaan ekonomi dengan cara memberikan bantuan alat kerja. Sedangkan golongan hijau, adalah golongan aghniya’ atau kaya. Selain diharapkan tetap menyampaikan zakat, infaq dan shadaqah, mereka juga diharapkan peduli pada lingkungan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial. Untuk golongan ini, ada program ‘Jatim Taqwa’. Kegiatannya berupa pengajian yang mendatangkan para penceramah. Untuk mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, kata pria kelahiran Magetan 23 Juli 1961 ini, perlu dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah diharapkan agar memberikan dukungan, baik regulasi maupun fasilitas dalam penanganan zakat. Pemerintah bisa menggerakkan potensi birokrasi, agar bahu membahu mendukung gerakan zakat tersebut. Disamping itu, lanjut mantan Pimpred Majalah SEMESTA Surabaya ini, diharapkan tokoh-tokoh masyarakat bisa membuka diri dan mengakomodir regulasi yang dibangun pemerintah. Juga mengkomunikasikan kepada umat agar membayar zakat ke lembaga resmi. “Saya kira akan lebih afdhol jika membayar zakat lewat lembaga resmi seperti BAZNAS maupun LAZNAS,” harapnya. •Laporan: Muhammad Hisyam, Suprianto, Feri Aria Santi, Rasmanna Rahem (Surabaya). MPA 349 / Oktober 2015
13
LENSA KHUSUS Festival Seni Qasidah Rebana Klasik tingkat Jatim 2015
Qasidah DWP Kankemenag Kota Blitar Berhak Melaju ke Tingkat Nasional Bunyi pukulan rebana itu menjadi penanda dimulainya gelaran Festival Seni Qasidah Rebana Klasik Dharma Wanita Persatauan (DWP) Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Acara ini digelar di Aula al-Ikhlas pada tanggal 9-10 September lalu. “Ini merupakan ajang yang mempertemukan antar grup qasidah DWP Kankemenag se-Jatim,” ujar Hj. Nurul Istiqamah, S.Pdi.
A
dapun tujuan utama digelarnya even ini adalah untuk mengembangkan seni budaya Islam khususnya Seni Qasidah Rebana. Sebab kesenian ini mampu digunakan sebagai media dakwah. Apalagi kesenian juga mampu mencerminkan nilai luhur bangsa perwujudan keimanan dan ketakwaan. “Selain itu, festival ini juga bertujuan demi mempererat sinergi antara program Dhama Wanita Persatuan dengan Kemenag,” tukas ketua Dharma Wanita Persatuan Kanwil Kemenag Prov Jatim ini menandaskan. Dia pun menambahkan, bahwa kesenian mampu mencerminkan nilai luhur bangsa yang terus dibina dan dipelihara dan dikembangkan sebagai perwujudan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Serta penghayatan dan pengamalan pancasila yang mampu mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan. Memiliki budaya yang tinggi dan mampu memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara itu, Drs. H. Mahfudh Shodar, MAg sangat mengapresiasi kegitan lomba seni ini. Menurut Kakanwil Kemanag Prov. Jatim ini, ajang festival seni ini sangat strategis untuk menumbuhkembangkan kesenian Islam. Tentunya dengan harapan, seni budaya ini tetap lestari sehingga tidak mudah diklaim oleh pihak lain. “Jadi festival ini sebagai salah satu sarana untuk menumbuhkembangkan seni budaya akat tetap terjaga eksistensinya,” simpulnya. Selaian itu, sebagaimana ghalibnya lomba tentu tak mempertahankan eksistensi seni budaya saja. Tapi juga ingin mencari juara terbaik. Sebab nantinya, kelompok qasaiha terbaiklah yang akan dikirmkan sebagai delegasi Jatim dalam even Festival Seni Qasidah Rebana Klasik tingkat nasional. “Oleh sebab itu saya sangat mewanti-wanti semua pihak agar tidak mengintervensi keputusan dewan juri. Agar betul-betul didapatakan delegasi yang benar-benar terbaik agar mampu mendatangkan prestasi bagi Jawa Timur di ajang yang lebih tinggi,” ucapnya penuh harap. 14
MPA 349 / Oktober 2015
Drs. H. Mahfudh Shodar, MAg Kakanwil Kemanag Prov. Jatim.
Dari 38 Kab/ko se-Jatim, pada kali ini even lomba ini hanya diikuti oleh 33 DWP Kankemenag yang berpartisipasi. Peserta lomba sendiri terbagi menjadi dua kali penmpilan. Pada hari pertama yakni tanggal 9 September ditampilkan 17 grup. Lalu sehari berikutnya 16 grup ditampilan. Mereka inilah yang berhak memperebutkan 6 katagori juara yaitu Juara 1, 2 dan 3 serta 3 juara harapan. Akhirnya, grup qasidah DWP dari Kankemenag Gresik, Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto berhasil menduduki Juara Harapan 1, 2 dan 3. Adapun grup Qasidah wakil DWP Kankemenag Kota berhasil menjadi jawara Festival Seni Qasidah Rebana Klasik tingkat Jatim tahun 2015. Sebab grup dengan urutan nomor tampilan 26 tersebut berhasil mengoleksi angak 2.259. Disusul posisi kedua dan ketiga disabet oleh wakil dari Tulungagung (2.240) dan Jombang (2.185). Maka dengan hasil ini, maka tim Qasidah DWP Kankemenag Kota Blitar berhak melaju ke tingkat nasional. •pri
Salah Satu pnampilan peserta festival Seni Rebana Klasik sedang beraksi.
LENSA KHUSUS
Suasana Kursus Hisab Rukyat tingkat Menengah di Aulah al-Ikhlas.
Kursus Hisab Rukyat tingkat Menengah Kanwil Kemenag Prov. Jatim 2015
Masih Minim Ahli Hisab Rukyat di Kemenag Pelaksanaan shalat Idul Adha tahun ini terpaksa dilakukan dua kali. Hal ini lantaran adanya perbedaan hasil penghitungan metode hisab dan rukyat. Tapi beruntung, Idul Fitri tahun ini bisa kompak meskipun penentuan awal Ramadhannya sempat muncul perbedaan. Namun apa yang dilakukan Kanwil Kemenag Prov. Jatim dengan menggelar Kursus Hisab Rukyat pada tanggal 5 September lalu bukan bermaksud untuk membincang polemik tersebut. “Tapi kami ingin memunculkan ahli hisab dan rukyat yang kompeten di lingkungan Kemenag,” ujar Drs. H. Moh. Ersyad.
H
al ini disampaikan Kasi Kemasjidan ini saat mewakili Kabid Urais dan Bisyar Kanwil Kemenag Prov. Jatim untuk membuka Kursus tingkat menengah tersebut. Menurutnya, seiring dengan dileburnya Pengadilan Agama yang selama ini menangani hisab rukyat ke dalam Mahkamah Agung sejak beberapa tahun lalu menimbulkan problematika baru. Sebab, meski PA lebur dalam MA tapi ternyata hisab rukyat masih melekat di Kemenag. “Kita tentu menjadi kebingungan. Karena, jujur saat ini masih minim ahli hisab rukyat di Kemenag,” ucapnya meyakinkan. Perlu diketahui, hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Sedangkan rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal. Yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Penentuan awal bulan menjadi sangat penting utamanya bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah – di mana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha. Tak heran jika kemudian muncul sebagian pendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyat).
KH Dr Abdus Salam Nawawi saat menjadi nara sumber kursus hisab rukyat tingkat menengah.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/ astronomis) tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya tentu memiliki dasar argumentasi yang kuat. Nah, Kemenag sebagai intitusi yang mengurusi aneka permasalahan agama, tentu saja harus hadir untuk menjembatani ini. Maka kebutuhan ahli hisab dan rukyat merupakan sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi. “Makanya ke depan kami akan membuat Kursus Hisab Rukyat yang lebih intens selama setahun penuh,” ungkap Ersyad – panggilan karib Drs. H.
Moh. Ersyad. “Meski demikian keberadan kursus tingkat dasar dan menengah tetap diselnggarakan,” imbuhnya. Dia melanjutkan, kursus intensif ini merupakan kursus tingkat mahir. Nantinya akan dipilih 7-10 orang dari masing-masing wilker – Surabaya, Madura, Bojonegoro, Madiun, Kediri, Besuki dan Malang – untuk didik secara khusus seminggu sekali selama setahun penuh. Paling tidak, akan ada 44 pertemuan dengan durasi 6 jam per tatap muka. “Harapannya dengan bekal kemahiran yang didapat, meraka juga mampu menularkannya di daerahnya masing-masing,” ucapnya penuh harap. •pri MPA 349 / Oktober 2015
15
LENSA KHUSUS
Salah satu peserta saat memperagakan penemuan sain.
Porseni Guru RA se-Jatim 201
Menjaga Objektivitas Demi Hasilkan Jawara Berkualitas Ini bukan unjuk rasa, tapi unjuk prestasi. Ya, hampir seribu orang memadati Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada 22 September lalu. Rupanya sebagian besar dari mereka merupakan para guru Raulatul Athfal (RA) yang turut meramaikan pembukaan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Guru RA tingkat Jatim. “Sedangkan 228 orang peserta yang berpartisipasi di dalamnya merupakan para jawara Porseni di tingkat kabuten/kota sebelumnya,” ujar Drs. H. Supandi, M.Pd.
A
dapun cabang yang dilombakan dalam Porseni ini adalah Cerita Berpasangan, Penemuan Sains, Tahfiidz al-Qur’an Juz ke-30, Lomba Tari Kreasi Derah dan Lomba Senam Anak Sholeh. Demi menjaga obyektivitas penilaian, panitia lomba menjalin kerjasama dengan beberapa pihak. Diantaranya adalah Organisasi Pendongen Indonesia Jatim, Balai Pendidikan PAUDNI Jatim, MTsN 3 Malang, Sanggar Senam Jatim, dan Kanwil Kemenag Prov. Jatim. “Inilah salah satu ikhtiyar kami untuk menjaga obyektifitas demi menghasilkan jawara yang berkualitas,” ucap Kabid Penma Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini menandaskan. Dalam sambutannya, Drs. Mahfudh Shodar, MAg mengingatkan agar tidak ada intervensi dari pihak-pihak tertentu terkait hasil penjurian kejuaraan ini. Bahkan, Kakanwil Kemenag Prov. Jatim ini secara tegas mengharamkannya. “Biarlah dewan juri bekerja dengan baik. Sebab merekalah yang memiliki otoritas penuh dalam menentukan pemenanganya,” ujarnya mengingatkan. Dia juga berharap, dari ajang yang bertujuan untuk menumbuhkan kreatifitas serta menghasilkan guru RA yang ceria, cerdas, sehat, enerjik dan kreatif ini mampu menghasilkan juara yang terbaik. Sehingga dalam ajang serupa tingkat nasional yang digelar pada Oktober ini mereka mampu mengukir prestasi lebih. “Sebab selama ini Jawa Timur tampil gemilang dengan selalu menjadi langganan juara seperti pada momen Aksioma maupun KSM,” beber Pak Mahfudh – panggilan karib Drs. Mahfudh Shodar, MAg – bangga. 16
MPA 349 / Oktober 2015
Kakanwil Kemenag Prov. Jatim saat membuka Porseni Guru RA tingkat Jatim.
Sementara itu dalam ajang ini. Dihasikan beberapa juara. Wakil Banyuwangi berhasil memenangi Lomba Tahfidzul Qur’an. Disusul kontingen Tulungagung dan kontingen Lamongan yang berhasil menyabet juara dua dan tiga. Adapun juara harapan disematkan kepada wakil Bondowos, Kota Malang, dan Surabaya yang masing-masing mendapatkan juara harapa 1, 2 dan tiga. Pada cabang Senam Anak Soleh, delegsi Tulungagung mampu meraih juara pertama. Dengan hasil ini wakil dari Kabupaten Blitar pun harus menerima kenyataan sebagai juara kedua disusul Kota Surabaya sebagai juara ketiga. Juara harapan 1, 2 dan 3 berturut-turut diberikan kepada Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang dan kabupaten Probolinggo.
Dalam lomba Tari Kreasi Daerah, kontingen Kota Mojokerto berhasil merengkuh gelar juara pertama. Sementara Kabupaten Malang dan Kota Probolinggo cukup puas dengan Juara kedua dan ketiga yang berhasil dibawa pulang. Adapun jawara pertama Lomba Bercerita Berpasangan disematkan kepada wakil dari Kota Malang. Disusul di bawahnya kontingen asal Kota Surabaya dan Kabupaten Malang sebagai juara kedua dan ketiga. Sementara itu, pada Lomba Penemuan Sains delegas Tuban mendapatkan juara pertama. Juara kedua didapat duta asal Surabaya. Dan utusan Kota Pasuruan pun masih bisa tersenyum karean berhasil menyabet juata ketiga. •pri
LENSA KHUSUS Pembinaan Penanggulangan Narkoba Kanwil Kemenag Prov. Jatim
Optimalkan Peran Khatib dalam Menanggulangi Bahaya Narkoba Tak ingin peredaran narkoba kian merebak, Kanwil Kemenag Prov. Jatim menggelar Pembinaan Penaggulangan Narkoba pada 16 September lalu di Wisma Sejahtera Surabaya. Acara yang digawangi oleh Bidang Penais Zawa ini melibatkan berbagai elemen ormas kepemudaan seperti Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), dan Fatayat NU. “Ada 80 orang perwakilan dari Kab/ko se-Jatim yang hadir,” beber Dra. Hj Ummu Khoiriyah Hanum.
M
enurut Kasi Pemberdayaan Zakat ini pelibatan organisai kepemudaan ini merupakan langkah strategis. Harapannya, mereka mampu menjadi motor utama dalam gerakan anti narkoba. “Sebab, dengan anggota yang mereka miliki tentu akan efektif dalam memberikan pemahaman akan bahaya narkoba kepada khalayak lebih luas,” tandasnya. Kegiatan penyuluhan ini juga bertujuan utuk menyamakan persepsi bersama agar bahaya narkoba bisa ditanggulangi sedini mungkin. Sebab, Peredaran narkoba di Indonesia kian meresahkan. Berdasarkan penelitian BNN dan Puslitkes UI 2014, angka prevalensi penyalah guna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang. 12.044 orang per tahun meninggal atau 33 orang per hari meregang nyawa yang diakibatkan narkoba. Yang lebih memprihatinkan lagi, menurut temuan BNN Provinsi Jawa Timur, narkoba kini tak hanya menyebar di sekolah tapi juga di pondok pesantren. Inilah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi
pasar utama narkoba dunia. “Bahkan temuan terakhir, Indonesia tak hanya sebagai pasar tapi juga sebagai salah satu pusat produksi narkoba,” ungkap Muhammad Arifin, S.Ag, M.Ag miris. Bahkan menurut Penyuluh BNN Provinsi Jaya Timur yang menjadi nara sumber acara bertajuk Pembinaan Penaggulangan Narkoba ini, tidak ada satu wilayah di Indonesia yang terbebas dari narkoba. “Bahkan tak ada satu RT pun yang wilayahnya bersih dari narkoba,” tandasnya serius. Agar menjadi perhatian bersama, Muhammad Arifin pun menjelaskan ber-
bagai jenis narkoba yang banyak beredar di Indonesia. Dijelaskan pula, kondisi keluarga, ekonomi serta pergaulan seringkali menjadi penyebab seseorang menjadi seorang pengguna. “Nah, penguatan pemahaman agama di lingkup keluarga akan mampu menjadi langkah preventif ,” ujarnya. Hal ini pun diamini oleh seluruh perwakilan ormas yang hadir. Seperti yang disampaikan Muhammad Rizal Firdaus selaku Bidang Organisai IPM Jatim. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini pun berharap agar sosialisasi bahaya narkoba terus digencarkan. Agar masyarakat pun bisa membentengi diri. “Kemenag pun harus bisa mengoptimalkan peran khatib agar dalam khutbahnya juga menyelipkan pesan bahaya narkoba,” usulnya. Pendapat hampir senada juga diutarakan Zainul Arifin wakil dari PMII Pasuruan. Menurutnya selain sosialisasi yang harus digencarkan oleh semua elemen, penambahan aparat BNN juga perlu segera dilakukan. Sebab dengan terbatasnya personel tentu akan membatasi ruang dalam melakukan tindak pencegahan. •pri
MPA 349 / Oktober 2015
17
INSPIRASI
Para siswa MAN 1 Bojonegoro saat study kampus di UIN Yogyakarta.
Mendulang Prestasi dari ‘Hari Karir’ Ini bukan karnaval biasa. Sebab ini adalah parade berbagai jenis profesi yang dilakukan sekelompok siswa MAN 1 Bojonegoro. Menariknya, setiap kostum yang dikenakan bukanlah sembarang kostum. Namun merupakan wujud ekspresi cita-cita masing-masing siswa. Inilah program tahunan yang bertajuk Career Day.
B
erbagai kostum profesi ada dalam ‘Hari Karir’ ini. Mulai kostum TNI, POLRI, pengusaha, guru, hingga kepala daerah. Ada pula yang mengenakan pakain ala crew televisi lengkap dengan kameranya. Mereka memang tak main-main dengan bakal profesi yang diimpikannya di masa depan. Bahkan yang berperan sebagai penelitipun, mereka membawa objek dan hasil penelitaannya. Ada 300-an siswa yang berpartisipasi dalam program ‘Hari Karir’ tersebut. Mereka merupakan siswa kelas XII dari berbagai jurusan. Dalam acara yang dihelat tiap tahun ini, para siswa tak hanya sekedar mengenakan kostum. Tapi mereka juga dituntut untuk mempresentasikan tentang profesi yang diwakilinya kepada seluruh pengunjung yang memadati Aula MAN Model Bojonegoro. Tak hanya presentasi semata. Sebelumya mereka juga mengikuti parade fashion show untuk berlaga meraih kostum terbaik. Tujuan diselenggarakannya ‘Hari Karir’ ini, adalah untuk mendekatkan para siswa dengan apa yang dicita-citakannya. Saat memasuki semester pertama kelas XII, mereka memang diharuskan menuliskan impian masing-masing di atas selembar kertas origami lalu menempelkannya di ‘Pohon Harapan’. Dari cara menempelkan, sudah bisa dibaca daya optimisme siswa. Jika memilih bagian bawah berarti dia tidak tarlalu yakin dengan yang dituliskannya. Dan sebaliknya, jika kertas origami itu diletakkan di bagian atas pohon, ini menunjukkan siswa percaya diri dan akan mampu menggapai cita-citanya. ‘Pohon Harapan’ tersebut merupakan rangkaian lanjutan dari proses pengenalan lingkungan dan diri siswa saat di kelas 18
MPA 349 / Oktober 2015
Para siswa begitu percaya diri mengekspresikan cita-citanya saat Career Day.
X. Proses ini merupakan strategi Tim Bimbingan Konseling (BK) MAN 1 Bojonegoro untuk menghindarkan siswa dari krisis identitas. Setelah itu, agar para remaja yang beranjak dewasa tidak mudah terpengaruh hal-hal buruk, saat kelas XI mereka dikenalkan dengan berbagai jenis kenakalan remaja. “Nah, baru kemudian mereka diarahkan untuk memahat citacitanya,” ujar Ceci Manikamerawati, S.Psi. “Inipun kita sinkronkan dengan buku pribadi yang dipegang siswa sejak kelas X dan prestasi mereka selama ini,” imbuhnya. Cita-cita dalam ‘Pohon Harapan’ itulah yang kemudian diekspresikan dalam ‘Hari Karir’. Bagi Ketua BK madrasah yang beralamat di Jl. Monginsidi No.160 Bojonegoro ini, Hari Karir merupakan wujud ekspresi cita-cita siswa. Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai bentuk komitmen dan penyaksian tentang harapan profesi yang ingin digeluti di waktu mendatang. Tak heran jika pasca kegitan tersebut, mereka semakin termotivasi untuk mewujudkan mimpi mereka. “Dan
ini berdampak pada peningkatan semangat belajar,” tandasnya. Selain itu, siswa yang tadinya tak memiliki asa untuk melanjutkan studi pasca MAN, juga makin bergairah belajar di jenjang yang lebih tinggi. Hal itu diwadahi oleh madrasah melalui BK dengan mengajak para siswa studi kampus. Di sini mereka mendapat banyak input dan strategi lolos masuk perguruan tinggi. “Inilah salah satu jalan untuk mewujudkan cita-cita para siswa,” tukas Bu Ceci – panggilan karib Ceci Manikamerawati, S.Psi. Nah, harapan yang diekspresikan dalam bentuk kostum profesi itulah yang menjadi salah satu acuan dalam memilih program studi di universitas tujuan. Inilah yang menjadikan selama tiga tahun terakhir, MAN 1 Bojonegoro berhasil mengantarkan banyak para siswanya masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Angkanyapun fantastis. Tahun 2015 ini saja, sebanyak 221 siswanya berhasil diterima di PTN favorit. Dus, ternyata ‘Hari Karir’ sangat ampuh dalam mendulang prestasi siswa. •pri
CAHAYA HATI
Mengobarkan Semangat Berqurban I
dul Adha di Indonesia disebut juga dengan Hari Raya Haji atau Hari Raya Qurban. Dan memang substansi Idul Adha adalah ibadah haji dan berqurban. Disyariatkannya penyembelihan hewan qurban berkaitan ibadah haji ini, dilatar belakangi oleh peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim As dan putera kesayangannya Ismail As. Sebuah peristiwa yang luar biasa. Karena drama kehidupan yang dimainkan Nabi Ibrahim As dan Ismail As itu adalah sebuah pertentangan antara dua nilai yang bertolak belakang secara diametral. Antara kesayangan dan kecintaan secara timbal balik seorang ayah kepada putera satu-satunya yang telah didambakan sejak lama; berhadapan dengan perintah, kepatuhan, kesabaran, dan pengorbanan seorang Rasul kapada Rabb-nya, Allah Swt, untuk menyembelih puteranya itu. Setelah nyata ketaatan dan kesabaran keduanya memenuhi perintah Allah Swt melalui mimpinya, maka Allah Swt mencegah/ melarang Nabi Ibrahim As untuk meneruskan perintah penyembelihan itu. Untuk melanjutkan perintah qurban, maka Allah Swt menggantinya dengan seekor kambing sembelihan. Peristiwa penting ini, kemudian diabadikan dalam Surat AshShaffat [QS.37] : 99 -111. Hikmahnya antara lain adalah untuk mendidik kita, agar dalam mengarungi kehidupan ini kita memiliki jiwa pengabdian, pengorbanan, kepekaan, kepedulian kepada sesama dan keikhlasan yang tinggi yang hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt semata. Kadar kecintaan dan kepatuhan seorang hamba terhadap dirinya, anak dan keluarganya, serta kepada sesama hamba dan mahluk yang jangan sampai melebihi kadar cintanya kepada Rabb-nya. Tercapainya maqam kehidupan semacam ini sungguh akan mengundang imbalan luar biasa di luar dugaan pelakunya. Sebagaimana pesan Rasulullah Saw, ”Barang siapa melaksanakan ibadah penyembelihan (hewan) qurban dengan kerelaan hatinya dan hanya mengharap keridhaan Allah Swt ; maka qurbannya itu akan menjadi tabir penutup (hijab) baginya yang menyelamatkan dirinya dari api neraka”.
Kata ”qurban” yang berasal dari Bahasa Arab, tidaklah sama dengan kata ”korban” dalam Bahasa Indonesia. Kata korban, mengandung konotasi sebagai ”obyek penderita” dari suatu tindak kejahatan, ketidak adilan, pemerasan, dan sejenisnya dalam segala bentuknya. Sedangkan dalam Bahasa Arab, kata qurban berarti ”dekat” serta terkait sekali dengan kata qarib (karib) dan qarabah (kerabat). Secara terminologis ”qurban” ialah, tindakan seseorang yang menghasilkan kedekatan dengan ridha Allah Swt. Qurban, adalah memberikan sebagian milik kita (bahkan) yang paling berharga untuk kemaslahatan umum, atau lebih mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri, kelompok, atau golongan. Nilai suatu pengurbanan, adalah keikhlasan. Karena pengurbanan sama sekali tidak mengharapkan balasan, kecuali hanya ridha Allah Swt semata. Pengurbanan merupakan bagian dari ajaran agama yang mendorong kita untuk selalu berusaha mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada Allah Swt. Oleh karena itu, yang penting dalam ber-qurban, dengan binatang apapun yang telah disyariatkan (seperti onta, lembu, domba, kambing), adalah ”niat dan sikap batin kita”. ”Sesungguhnya Allah Swt tidak melihat bentuk luarmu (penampilanmu) dan harta bendamu, tetapi Dia (Allah Swt) melihat hatimu dan perbuatamu”, (HR.Muslim). Sementara itu, Allah Swt menegaskan dalam firman-Nya ”Dagingdaging (hewan qurban) dan darahnya itu, sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya, adalah ketaqwaan kamu. Demikianlah, Dia (Allah Swt) menundukannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah Swt atas petunjuk/ hidayah yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orangorang yang berbuat baik”, (QS. 22 : 37). Tentu saja, untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt itu harus terus menerus kita dilakukan. Tidak hanya setiap tahun, saat hari Raya Adha tiba. Tetapi bisa setiap saat yang kita miliki sepanjang hidup sampai maut menjemput. Dengan demikian wujud paling penting dari qurban adalah ”niat
karena Allah Swt dan amalan sholihan kita”. Manusia yang tidak pernah berqurban untuk orang lain, adalah manusia yang serakah, korup, dan aniaya. Kehidupn tanpa pengurbanan, adalah kehidupan yang gersang, egoistis, dan tidak memberikan manfaat bagi orang lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Pengurbanan menjadi sangat penting untuk membangun kehidupan yang lebih indah, lebih manfaat, dan lebih harmonis. ”Sebaik-baik manusia adalah yang baik akhlaknya dan memberikan manfaat bagi orang lain dan sesama”, (HR. Imam Tabrani). Ibadah qurban, memberikan ibrah agar kita senantiasa sadar bahwa, dalam harta kekayaan kita ada sebagian hak orang lain, utamanya golongan fakir miskin. Semangat berqurban, adalah kepedulian, simpati, empati kepada oran lain yang lebih membutuhkan. Kepentingan bersama lebih penting daripada kepentingan diri sendiri, kelompok, atau golongan. Substansi berqurban adalah kemauan memberikan sebagian miliknya untuk kemaslahatan umum dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ridha Allah Swt. Dalam konteks kekinian dan kedpan, tentu nilai-nilai haji dan qurban tetap masih dan akan terus relevan dengan kejadian, situasi dan kondisi di sekitar kita. Terbukti masih banyaknya orang yang sangat membutuhkan kita baik karena kefakiran, kemiskinan, atau karena kelaparan. Badan Pangan PBB – FAO (Food and Agricultural Organization), merilis statemennya ”bahwa dewasa ini ada sekitar 1 miliar manusia yang kelaparan di dunia ini”. Data yang dirilis BPS sampai dengan Agustus 2015 ini, menunjukkan bahwa di Indonesia (termasuk di Jawa Timur) ada sekitar lebih dari 28 juta orang berada dalam garis kemiskinan. Idul Adha, seyogyanya menjadi momentum untuk mengobarkan kembali ”jiwa dan semangat ber - qurban” dalam bingkai ukhuwah Islamiyah dan bingkai ke-Indonesia-an. Ditengahtengah suasana semakin meningkatnya ta’assub paham, kelompok, golongan, dan partai. Wallaahu a’laam. •Ahar MPA 349 / Oktober 2015
19
Hijrah Yang Menggairahkan Sikap terbaik yang harus diteguhkan saat ini adalah: mengakui dan menyadari bahwa keadaan ekonomi kita memang sulit. Tidak perlu menutupi. Lebih-lebih tidak perlu menolak keadaan yang memang sulit itu. Jangan punya sikap, yang di dunia kedokteran disebut denial. Tidak boleh sebagian dari kita mengatakan sulit, tapi sebagian lagi mengatakan kita ini tidak sulit.
M
enjalani fase mengakui kesulitan itu kadang tidak mudah. Seperti orang yang didiagnosis terkena penyakit jiwa, umumnya menolak dikatakan sakit jiwa. Atau sakit kanker. Atau sakit apa pun. Kian kuat penolakan itu, kian sulit upaya penyembuhannya (New Hope 33, Dahlan Iskan, Jawa Pos, 07/9/15) Masyarakat di wilayah Jakarta, Bandung, dan Banten harus menahan diri tidak bisa makan daging sapi selama empat hari. Sebab, Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) di wilayah itu melakukan mogok jualan daging sapi sejak kemarin (9/8) hingga Rabu lusa (12/8). Aksi yang sama disiapkan pedagang daging di Jawa Timur (Jatim) jika masalah kelangkaan pasokan tidak kunjung teratasi. (JP/10/8). Nasib ini semakin lengkap apabila masyarakat pedesaaan mulai kehilangan masa depannya. Lahan-lahan pertanian mulai tergusur menjadi proyek pengembangan perumahan. Lahan sawah disulap menjadi komplek industri. Toko pracangan dihadang dengan munculnya mini market.
20
MPA 349 / Oktober 2015
Kalau sudah demikian, tidak mustakhil penduduk desa berlarian ke kota. Mencari pekerjaan yang lebih layak dari pada dikampunnya. Kalau semua kaum produktif di desa pergi ke kota dan meninggalkan sektor pertanian, peternakan dan perikanan, maka lengkaplah sudah: Indonesia akan menghadapi bencana pangan yang menyesakkan. Ditambah dunia birokrasi yang ogahogahan mencairkan dana operasional/ pembangunan untuk melancarka roda perekonomian di negeri ini. Menjadikan suasana ekonomi bertambah seret. Mereka dihantui rasa takut. Jangan-jangan dengan sebab mencairkan dana tersebut -bernasib dikriminalisasi oleh penegak bukum yang tendensius itu. Seperti Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN. Ini menjadi sebuah pertayaan besar bagi bangsa Indonesia. Rhenald kasali dalam Perspektif JP/11/8, menuturkan, Jawabannya tentu berkaitan dengan banyaknya kepala desa dan atasan mereka yang takut mencairkan dana operasional, di samping banyak yang
belum punya rencana yang jelas. Apalagi belakangan banyak pejabat yang dikriminalisasi aparat penegak hukum. Begitu nasib bangsa di negeri ini. Hampir separo penduduknya menderita kesulitan air bersih, repot sandang pangan, mahalnya beaya kesehatan, sulitnya mendapatkan pendidikan yang layak, lenyapnya suasana aman, terganggunya keselamatan lalu lintas, tidak stabilnya harga barang kebutuhan, demokrasi politik yang semakin tidak menentu, dan lain sebagainya. Selanjutnya Rhenadi mengatakan, banyak sudah cerita tentang hal ini. Tetapi kalau takut dikriminalisasi, maka saya kira berikut ini penting dipahami publik dan aparat penyidik. Sejatinya, pemimpin itu adalah mereka yang melihat jauh ke depan dengan jangkauan helikopter. Bukan mereka yang urus uang receh karena itu urusan kasir. Yang dilakukan pemimpin besar adalah proyek masa depan. Karena itulah mereka berani melangkah demi menyelamatkan masa depan yang persiapannya dimulai dari sekarang.
Menurut Rhenaldi, (para pejabat) memang disarankan berani untuk melakukan langkah di luar prosedur untuk menyelamatkan “sesuatu yang jauh lebih besar”. Namun ini sungguh merepotkan kalau penyidik dan penegak hukum mengabaikan prinsip opportunity cost. Seakan-akan karena selisih harga, adanya kerugian transaksional, atau prosedur berbelit-belit yang dipotong (karena waktu begitu singkat dan constraint begitu besar) otomatis (dikategorikan) korupsi. Kita perlu mengingatkan, dalam pengambilan keputusan terletak leadership. Seseorang great leader menganut azas opportunity cost, sebab ia melihat kepentingan yang jauh lebih besar. Lebih strategis. Dan dalam penegakkan prinsip itu ia bersedia “membayar biaya transaksi lebih” demi memberi manfaat yang jauh lebih besar lagi. Perekonomian negara terancam. Roda pembangunan, terutama di daerah, jadi tersendat karena orang yang ingin bekerja benar dilarang ikut oleh keluarganya. Sudah sering terdengar keluhan, bahwa kini orang-orang yang bagus dengan sengaja menggugurkan dirinya untuk lolos sebagai penerima sertifikat pejabat lelang yang dikeluarkan LKPP. Mereka sengaja membodoh-bodohi diri agar tak bisa ditunjuk menjadi panitia lelang sesuai amanat peraturan. Kalau ini dibiarkan terus, maka pantaslah perekonomian tersendat. Itu jelas ada hubungannya dengan kelambanan gerak penyerapan anggaran, termasuk dana desa 2015 senilai Rp 22,77 triliun. Jangan lupa, masih ada lagi dana APBD senilai Rp 273 triliun yang sampai sekarang mengendap di rekening Bank Pembangunan Daerah. Bank Dunia sudah memangkas angka pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini menjadi 4,5%. Padahal, sebelumnya proyeksi Bank Dunia masih 5,2%. Ini, salah satunya, pasti akibat dana yang tidak mengucur tadi (JP. 07/9) Rhenaldi, saya sungguh berharap Presiden Joko Widodo mengeluarkan edaran mengenai diskresi kebijakan dan administrasi dapat membongkar ketakutan tadi. Kalau kesalahannya hanya administratif, sanksinya ya cukup sanksi administratif. Sayangnya, selang beberapa hari setelah munculnya edaran, kantor pusat PT Indonesia Port Company (IPC) digeruduk polisi. Alasannya, mereka ingin membongkar kasus 10 crane yang belum semuanya digunakan. Padahal, urusan crane tadi sudah diaudit oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK). Adalah Umar bin Khatthab, sang pelopor lahirnya “Tahun Hijriyah”. Ide berlian dari khalifah pasca Abu Bakar ini – melahirkan perhitungan tahun (sendiri) bagi umat Islam. Sebutannya, tahun “Hijriyah”. Perhitungannya, dimulai sejak hijrahnya
Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bisa terwujud bila penduduknya memiliki iman dan takwa (yang
dibangun bersama-sama. Tidak ada yang terkecuali. Mereka bangkit bersama, membuat kota barunya itu menjadi “AlMunawwarah”, kota bercahaya. Kota metropolis. Untuk menuju suasana seperti itu, diperlukan political will dari pemimpinnya. Didukung penduduknya loyal, kompak, disiplin, dan mau diajak maju. Tentu rizki menjadi terbuka dari segala penjuru. Kesejahteraan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
kuat). Sebaliknya, suatu negeri akan mengalami kesulitan (ekonomi), bila banyak pelanggaran.
Nabi Muhammad Saw. Bukan kelahirannya. Tujuan ditetapkan perhitungan tahun bagi umat Islam, untuk memiliki hitungan tahun sendiri. Tidak ndompleng kepada kaum Nasrani, tahun Masehi. Tahun Hijriyah, membuat penduduk Madinah lebih bergairah. Komunikasi kaum muslimin bertambah lancar. Hubungan antar umat bertambah meningkat. Ukhuwwah, semakin kokoh. Jalan pemerintahan di kota Madinah, mejadi mudah. Roda perekonomian, bertambah gairah. Bagaimana suasana ekonomi dunia tahun 2015, khususnya Indonesia. Pada 31 Maret 2015, ekonomi Amerika Serikat meningkat. 1 Juli 2015, Yunani gagal bayar utang. 12 Agustus 2015, Tiongkok devaluasi yuan. 12 Agustus 2015, ekonomi Indonesia kelabu (Jawa Pos, 13/8/2015). Saat presiden (Jokowi) membacakan sumpah bagi lima menteri dan sekretaris kabinet-baru (12/8), mendung gelap menyelimuti pasar uang dan saham. Nilai Kurs/USD: Rp. 13.803. Saat makalah ini ditulis, 7 September 2015, Nilai Kurs,USD Rp. 14.900 (TVRI, 7/8/2015). Lemahnya rupiah terhadap dolar, berakibat sulitnya perekonomian di tanah air. Semua pihak hendaknya saling bahu membahu untuk memperbaikinya. Sehingga, nafsu menaikkan tunjangan spektakuler bagi anggota DPR itu -seyogyanya ditangguhkan dulu. Mengapa, rakyat masih dilanda ekonomi sulit. Saat Rasulullah Saw membangun masyarakat Madani, digerakkan semua komponen di seluruh elemen untuk membangun kota baru Madinah. Semuanya disapa dan dirangkul. Madinah ini adalah kota bersama. Milik bersama. Harus
Jikalau sekiranya penduduk negerinegeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al Q’raf: 96) Dari ayat ini dapat ditarik garis merahnya. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bisa terwujud bila penduduknya memiliki iman dan takwa (yang kuat). Sebaliknya, suatu negeri akan mengalami kesulitan (ekonomi), bila banyak pelanggaran. Penanaman iman dan pemantapan takwa, mesti dibangun lebih dahulu sejak dini. Sehingga, pemyelenggara negara dan masyarakatnya -dapat berjalan seiring dalam satu tujuan –menuju masyarakat adil dalam kmakmuran, dan makmur dalam keadilan. Semoga. •AS
MPA 349 / Oktober 2015
21
Memakmurkan Tahun Baru Hijriyah Oleh : Jabrohim*)
Pada awal abad ke-20 lalu, para aktivis SI kabarnya pernah mencetuskan perlawanan budaya terhadap gejala gencarnya budaya Nasrani yang dikampanyekan oleh pemerintah kolonial Belanda. Salah satunya adalah dengan memperingati Tahun Hijriyah. Karena pada waktu itu istilah Hijriyah belum dikenal meluas, maka mereka menggunakan strategi tidak langsung. Yaitu, memanfaatkan kalender Sultan Agung, yang menyatukan kalender Jawa dengan kalender Islam Hijriyah).
K
arena tahun baru Hijriyah diawali dengan bulan Muharam (Suro), maka mereka yang tengah melakukan perlawanan budaya itu kemudian mengkampanyekan peringatan tahun baru 1 Suro. Itulah yang kita kenal sekarang, lengkap dengan berbagai ritualnya yang menyimpang di sana-sini, lengkap dengan berbagai mitos yang tidak rasional menyebar ke tengah masyarakat. Spirit perlawanan budaya yang semula dikandung telah pelan-pelan memudar dan melenyap. Baru tahun 1970an, bersamaan dengan munculnya semangat untuk menjadikan abad ke-15 Hijriyah sebagai abad kebangkitan Islam, maka upaya untuk memperingati Tahun Baru Hijriyah dilakukan secara besar-besaran di mana-mana. Waktu itu muncul berbagai ide kreatif anak-anak muda Islam di berbagai kota. Anak-anak muda Yogyakarta misalnya, menyelenggarakan Pawai Hijrah dari Kridosono menuju Alun-alun Utara.
22
MPA 349 / Oktober 2015
Prosesi menyambut Tahun Baru Hijriyah itu cukup sukses. Anak-anak muda Jakarta melakukan kegiatan yang melambangkan spirit Hijrah, yaitu dengan menyelenggarakan lomba gerak jalan jarak jauh yang diberi nama Gerak Jalan Hijrah. Dan Pak AR Fakhruddin (Allahuyarham) malah mengkampanyekan cara memperingati Tahun Baru Hijriyah dengan cara yang popular. Yaitu dengan saling mengirim kartu Selamat Tahun Baru Hijrah. Lalu penggunaan kalender Hijrah dalam surat-surat resmi pun dikampanyekan. Waktu itu Pak Natsir (Allahuyarham) yang baru pulang dari menyaksikan Festival Islam di London kemudian menulis laporan yang isinya bahwa peradaban Islam di masa lalu memang pernah hebat dan pernah menjadi penanda besar sebuah zaman. Yang jelas hiruk-pikuk menyambut datangnya abad ke-15 Hijrah terjadi di mana-mana. Diskusi, seminar, tulisan sambung-menyambung dan sebagainya. Harapan mekar. Masa depan dapat diterobos dengan penuh optimisme. Nah sekarang abad ke-15 Hijriyah sudah berjalan seperempatnya. Apa yang terjadi dengan dunia Islam dan apa yang terjadi dengan perikehidupan umat Islam? Macam-macam. Secara politik dan ekonomi dunia Islam masih kelihatan memble. Hanya dua atau tiga negara Islam yang relatif memiliki karakter dan mampu memakmurkan rakyatnya. Misalnya, Malaysia, Iran dan Lybia. Yang lain sedang dalam proses untuk memantapkan karakternya dan memakmurkan rakyatnya. Secara budaya justru terjadi lompatan besar selama 25 tahun ini. Islamisasi budaya terus bergerak ke segenap pelosok dunia. Dan di Indonesia terus tumbuh saling berganti wacana kebudayaan yang memiliki
akar pada agama Islam. Bahkan aksi-aksi berupa gerakan kebudayaan pun melaju lewat dua jalur. Perkotaan dan pedesaan sekaligus. Anak muda Muslim kota sudah pandai menentukan pilihan budayanya yang jelas, lewat berbagai eksperimen yang cukup alot. Musik, sastra, senirupa, film, dan bahasa gaul mereka sudah mulai tampak jelas karakternya. Demikian juga anak muda Muslim pedesaan, lewat jalur pesantren mereka mengembangkan nilai-
Secara budaya justru terjadi lompatan besar selama 25 tahun ini. Islamisasi budaya terus bergerak ke segenap pelosok dunia. Dan di Indonesia terus tumbuh saling berganti wacana kebudayaan yang memiliki akar pada agama Islam.
nilai luhur pesantren. Antara lain, kemudian mereka ekspresikan lewat sastra pesantren dan musik pesantren. Dan berkaitan dengan datangnya Tahun Baru Hijriyah pun anak-anak muda Muslim kota dan pedesaan sudah pandai untuk melakukan Hijrah Budaya. Dari budaya konsumtif sebagaimana dikampanyekan oleh budaya Barat menuju pada udaya produktif sebagaimana diperintahkan oleh ajaran Islam. Mereka berhijrah dari budaya mengumbar aurat menuju budaya menutup aurat. Mereka berhijrah dari budaya sekuler menuju ke budaya yang lebih relijius. Kampus-kampus, termasuk kampus Muhammadiyah pun upaya memakmurkan Tahun Baru Hijriyah dengan cara melakukan Hjrah Budaya juga kelihatan. Yang berkurang, atau malahan lirih terdengar adalah bagaimana kita memakmurkan Tahun Baru Hijriyah lewat penyegaran wacana, lewat proses penyuburan gagasan baru yang lebih memiliki perspektif ke depan, juga lewat gerakangerakan pendampingan budaya, bahkan gerakan advokasi budaya bagi masyarakat Muslim pinggiran. Padahal gerakan wacana dan gerakan aksi budaya yang seperti itu jelas kita butuhkan. Muhammadiyah yang jelasjelas mengaku memiliki konsep dakwah kultrual pun sepertinya belum juga punya agenda yang jelas dalam kaitan memakmurkan Tahun Baru Hijriyah ini. Dan daripada saling menunggu, lebih baik ada yang langsung memulai. Mari kita mulai dari diri sendiri. *) Penulis: Dekan FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan penggagas PASS (Pusat Aktivitas dan Studi Seni Budaya) UAD. MPA 349 / Oktober 2015
23
Maudlu’i Kontemporer Pengasuh : Prof. Imam Muchlas, MA
02
Latihan Shalat Khusyu’
S
eluruh daya kekuatan atau kelebihan kemampuan yang ada di dalam diri manusia atau makhluk mana saja maka pada hakikatnya adalah dari Allah. Allah berfirman:
(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih dia menjadi rajamu dan menganugerahi dia ilmu yang luas maupun tubuh yang perkasa.” Allah memberikan kerajaan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”(S 2 Al-Baqarah 247).
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari (Islam)agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ (S 5 Al-Maidah 54).
Katakanlah: “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karuniaNya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (S 3 Ali ‘Imran 73). 24
MPA 349 / Oktober 2015
“Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (S 24 An-Nur 32). BAB TIGA Curhat, bisik-bisik dengan Allah #Masala ke-3: Bagaimana caranya sehingga rahmat Allah dapat turun dianugerahkan kepada kita sehingga dapat berhasil mencapai apa yang kita inginkan? Jawaban hipotetis: Senada dengan firman Allah dalam Al-Quran s2a45-46 di atas maka memohon pertolongan Allah itu caranya ialah dengan sabar dan shalat yang benar-benar sangat khusyu’. Dari jawaban ini timbul masalah lagi, yaitu: Bagaimana caranya shalat dapat khusyu’ maksimal itu? Untuk menghayati masalah ini diperlukan renungan yang lebih mendalam melalui LATIHAN SHALAT KHUSYU’ berikut:
(1) Al-Ihsan itu Menghadap Allah
Arti Ihsan ialah berbuat baik setingkat kebaikan seorang ibu kepada anaknya. Namun dalam hadis Nabi Saw berikut maka makna “Ihsan” kepada Allah itu ialah mengabdi atau menyembah Allah seperti seolah-olah kita melihat Allah langsung-Jika tidak dapat, maka harus diyakini bahwa Allah melihat kepada kita. Dapat dibayangkan bagaimana jika kita menghadap Allah-Raja di atas raja seluruh dunia, tetapi melihat Allah itu di dunia itu tidak mungkin, sehingga cara ini harus dibayangkan dalam hati, yaitu yakin sepenuhnya bahwa Allah melihat kepada kita dalam mengabdi khususnya dalam detikdetik sedang shalat. Rasulullah Saw bersabda:
“Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi Saw pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril ‘a.s. Salam yang kemudian bertanya: “Apakah iman itu?” Nabi Saw menjawab: “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit”. (Jibril ‘Alaihis salam) berkata: “Apakah Islam itu?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan”. (Jibril ‘Alaihis salam) berkata: “Apakah IHSAN itu?” Nabi Saw menjawab: IHSAN itu ialah bahwa “Kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Allah dan bila kamu tidak melihatNya sesungguhnya Dia melihat kamu.“ (HR Bukhari No 48).
(2) Allah turun pada 1/3 malam yang akhir
Melayani nuansa berpikir masyarakat yang sederhana maka diterangkan oleh Nabi Saw bahwa Allah setiap malam pasti turun ke langit dunia, memperhatikan siapa-siapa hamba yang sedang shalat malam, siapa dan apa yang dimohon:
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Allah Tabaaraka wa Ta’ala Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa yang berdo’a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa
yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni” (HR Bukhari no. 1077).
(3) Nuansa Malam yang sebenarnya:
Aslinya malam itu ialah suatu keadaan yang gelap-gulita, sunyi senyap, tidak ada suara, tidak ada sinar, semua makhluk pada tidur semua. Nuansa demikian juga dirasakan oleh beberapa nabi, orangorang alim soleh dalam sejarah, seperti : Nabi Zakariya, Nabi Yunus, Ashabul Kahfi bahkan Rasulullah Saw sebelum diutus menjadi nabi saat beliau ‘Uzlah di guwa Khira` dan ketika beliau dikejar-kejar kaum musyrikin beliau bersembunyi 3 malam di dalam guwa Tsaur. Pengertian malam ini dicatat dalam AlQuran dan disinggung oleh hadis berikut:
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orangorang yang zalim” (S.21 Al-Anbiya` 87). Nabi Yunus berdo’a di dalam kegelapan yang luar biasa, yaitu di dalam kegelapan perut ikan, ikannya di dalam kegelapan laut selama tiga malam:
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orangorang yang zalim” “Dari Ali ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang Arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur.“ (HR Turmudzi no.1907).
i) Nabi Zakariya
Nabi Zakariya dalam kesedihan memohon anak penerus perjuangan Jihad fi Sabilillah, beliau berdo’a dalam Mihrab di malam yang sunyi senyap, gelap gulita, termaktub dalam Al-Quran:
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang dalam sepi-sunyi” (S.19 Maryam 2-3).
ii) Nabi Yunus
Nabi Yunus berdo’a di malam gelap pekat luar biasa dalam perut ikan yang berada di dalam laut. Tercatat dalam Al-Quran:
Dalam masalah ini Rasul Saw menyeru kita meniru berdo’a dengan do’a N.Yunus ini:
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudahmudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (S.17 Al-Isra` 79).
iv) Nabi Saw di dalam Guwa Khira` dan Guwa Tsaur
(a) Sebelum diangkat sebagai RASUL, seorang Muhammad Saw melakukan “Uzlah atau Tahannuts” yaitu mencari tempat yang sepi-sunyi menyendiri siang dan malam di dalam Guwa Khira` perlu merenungkan nasib masyarakat yang ada disekitarnya yaitu orang-orang Arab Jahiliyah, sebagian riwayat mencatat ada 6 bulan lamanya sebagian lagi mengatakan 3 bulan beliau melakukan ‘Uzlah atau Tahannuts di dalam Guwa Khira` ini. Maka akhirnya tg 17 Ramadhan tahun Bi’tsah ke-1 beliau menerima wahyu Al-Quran yang pertama (Qs96a1-5); susul-menyusul sampai lengkap. Setiap sore Nabi Saw dibekali makan oleh Khadijah isteri beliau. Bagaimana kehidupan malam di dalam guwa yang gelap luar biasa itu selama 3-6 bulan ini? (b) Ketika Rasulullah Saw dikejar-kejar kaum musyrikin dalam rangka hijrah beliau maka beliau istirahat di dalam Guwa Tsaur selama 3 malam, diabadikan Allah dalam Al-Quran:
“Dari Sa’d ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus ialah;
(Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan do’anya” (HR Tirmidzi No. 3427 dan Ahmad No. 1383 dishahihkan oleh Imam Albani).
iii) Pemuda Ashabul Kahfi
Tujuh remaja Ashabul Kahfi berdo’a di dalam Guwa yang gelap sekali sampai tertidur selama 350 tahun, AlQuran mencatat sbb:
“……di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (S 9 At-Taubat 40).
v) Lailatul Qadar
Al-Quran S.97 Al-Qadar 1-4, menyebutkan adanya malam yang sangat agung, di sana disediakan pahala yang besarnya sama dengan pahala ibadah 1000 bulan sekitar 84 tahun. Bersambung... MPA 349 / Oktober 2015
25
FIGUR Najib Kusnanto, S.Ag.M.Si
Mencetak Kader Dakwah Melalui Experiential Learning
T
anggal 15 September lalu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Najib Kusnanto, S.Ag.M.Si. Sebab di hari itu dia dinobatkan sebagai Juara Pertama Guru Teladan tingkat Jawa Timur. Secara otomatis dirinya menjadi wakil Jatim dalam pemilihan Guru Teladan tingkat Nasional tahun ini. Harapan untuk mengukir prestasi nasional, sejatinya sudah dipupuknya sejak dua tahun silam. Sayang, pada ajang yang digelar di tahun 2013 itu, dirinya masih belum berhasil. “Ya.. pada saat itu saya hanya mampu mendapatkan juara ketiga,” ucapnya sedikit kecewa. Namun bekal itulah yang justru memacu Waka Humas MAN Surabaya ini mengukir prestasi lebih tinggi. Terbukti dengan modal penelitiannya tentang Peningkatan Motivasi Siswa di Bidang Dakwah Melalui Pembelajaran Berbasis Pengalaman Lapangan (Experiential Learning) pada siswa kelas XII IPA-1 MAN Surabaya, dia mampu membayar kegagalannya dua tahun silam itu. Yang menarik, adalah temuan hasil risetnya.
Dalam penelitiannya, suami Juju Juwariah, SHI ini menemukan, bahwa model pembelajaran berbasis Experiential Learning ternyata sangat efektif memberikan daya dorong siswa dalam mengemban misi dakwah. “Misi dakwah ini sagat penting. Sebab apa bedanya lulusan madrasah dengan sekolah, jika mereka yang digembleng dengan ilmu agama tapi tak memiliki tanggungjawab dakwah,” ujar mantan Waka Kesiswaan MAN Surabaya ini memberikan argumen. Pembelajaran yang hanya berbasiskan
ceramah dan menghafal ayat maupun hadits semata, sangatlah tidak efektif dalam mencetak kader dakwah. Nah, yang perlu didorong adalah bagaimana siswa juga terlibat secara langsung dalam kegiatan riil di masyarakat. Selain memberikan pengalaman, juga untuk mendekatkan mereka dengan lingkungannya. Alhasil, dari hari ke hari ada perubahan signifikan terhadap kepribadian siswa. Selain makin termotivasi ghirah berdakwah, mereka juga makin tinggi rasa keingintahuannya. Hal inilah yang turut memberikan efek positif dalam memacu semangat belajar mereka. Dan secara tak langsung turut pula membentuk karakter positif siswa. Tak ayal, berbagai apresiasipun didapat lelaki kelahiran Ciamis 05 Pebruari 1979 ini. Tak hanya dari madrasah melalui komite, tapi juga para orangtua siswa. “Jadi sudah waktunya model experiential learning ini digalakkan khususnya dalam pembelajaran agama, agar tercetak kader dakwah yang mumpuni,” ajak ayah tiga anak ini. •pri
Maimon, S.Ag, M.Pd
Berharap Seluruh Daerah Memiliki Perda Madin
M
adrasah Diniyah merupakan embrio pendidikan Islam di Indonesia. Model pendidikan inilah yang kemudian berevolusi menjadi madrasah hingga sekolah Islam. “Namun sayang, seiring berjalannya waktu keberadaanya makin dilupakan,” ujar Maimon, S.Ag, M.Pd menyayangkan. Tak salah jika Kementerian Agama mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam. Ini merupakan turunan dari PP No. 5 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. “Inilah salah satu wujud perhatian pemerintah untuk terus melestarikan pendidikan diniyah,” ucap Kasi Pendidikan Diniyah Takmiliyah Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini bangga. Mantan staf Bidang Mapenda – kini Bidang Pendidikan Madrasah– Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini menjelaskan, dengan PMA tersebut kini Madrasah Diniyah dikategorikan menjadi tiga; pendidikan diniyah formal, pendidikan diniyah informal dan pendidikan diniyah non formal. Pendidikan diniyah formal sendiri seperti yang sudah dipraktekkan di pesantren yang terdiri dari jenjang ula, wustha dan ulya. Adapun pendidikan diniyah informal merupakan pendidikan agama yang dilakukan di dalam institusi keluarga. Sedangkan pendidikan diniyah
26
MPA 349 / Oktober 2015
non formal, menurut mantan Staf Mapenda Kankemenag Kabupaten Pasuruan ini, bisa diselenggarakan dalam bentuk Madrasah Diniyah takmiliyah, pendidikan al-Qur’an, majlis taklim atau pendidikan keagamaan Islam lainnya. Untuk yang ketiga terakhir, tuturnya, sudah berjalan dengan baik di masyarakat. Hanya Madrasah Diniyah takmiliyah yang perlu mendapatkan perhatian lebih. “Sebab selama ini terkesan masih berjalan sendiri-sendiri,” ucap mantan pengajar di MIN Druju Malang MTsN Rejoso Pasuruan ini sedikit kecewa. “Padahal seperti yang termaktub di dalam PMA nomor 13 tahun 2014, pendidikan diniyah takmiliyah berfungi sebagai suplemen pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah,” tambahnya. Yang menggembirkaan, tutur suami Zakiyah, Amd. Keb ini, kini sudah ada beberapa daerah yang telah mengintegrasikan pendidikan takmiliyah di dalam pendidikan formal. Bahkan di Kabupaten Gresik dan Pasuruan sudah ada perda tentang itu. “Kami akan terus melakukan sosialisasi, agar seluruh kabupaten/kota di Jatim memiliki Perda tentang Madrasah Diniyah,” tukasnya singkat. “Ini agar keberlangsungan Madin makin terlindungi. Apalagi beberapa tahun terakhir Pemprov manaruh perhatian besar terhadap Madin di Jatim,” tandas ayah 4 anak ini bernada harap. •pri
PP An-Nur Probolinggo
Menimba Berkah dari Air Limbah Air limbah dari MCK (Mandi Cuci dan Kakus) yang selama ini identik dengan bau tak sedap dan kotor, ternyata bisa disulap lebih bermanfaat. Tak hanya lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat, tapi juga mendatangkan nilai ekonomis. Apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren An-Nur Sumbertaman Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo bisa dijadikan rujukan untuk pengolahan air limbah.
KH. Mahfud Sahal Produk Abon Lele An-Nur yang siap dipasarkan ke supemarket.
S
ejak tahun 2013, pondok pesantren yang didirikan oleh almarhum KH. Hasyibuddin ini telah menjadi tempat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Instalasi ini berfungsi mengolah air limbah yang berasal tidak hanya dari santri-santri yang mukim di pesantren, namun juga dari masyarakat. Air limbahnyapun tidak saja dari kotoran manusia, tapi juga berasal dari air bekas cuci maupun mandi. Bahkan ada pula dari limbah home industri pembuatan tempe. Instalasi ini berupa bangunan berbeton kedap air seluas 7 x 9 meter persegi, yang digali sedalam 3 meter dan dibagi menjadi 9 bilik yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Didesain kedap air tersebut, bertujuan agar air limbah tidak meresap ke dalam tanah, sehingga tidak mencemari air tanah. Bagian terpenting untuk membersihkan air limbah, adalah digunakannya batu vulkano yaitu batu dari pecahan gunung yang berfungsi untuk menangkap dan menghancurkan kotoran. “Melalui proses ini, air yang keluar dari saluran IPAL sudah dinyatakan bersih oleh
Buah naga yang tak jauh dari IPAL juga mendapatkan manfaatnya.
Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup,” ungkap Pengasuh Ponpes AnNur, KH. Mahfud Sahal. Menurut cerita putra dari KH. Hasyibuddin ini, pada mulanya program tersebut kurang mendapatkan respon masyarakat. Hal itu dikarenakan di samping harus menghibahkan tanah yang cukup luas – yaitu 7 meter x 9 meter, masyarakat juga belum merasakan secara langsung manfaat dari pembuatan IPAL tersebut. Masyarakat menganggap
Pengasuh Ponpes An-Nur.
bahwa instalasi ini akan menelan biaya mahal, sementara mereka sudah terbiasa dengan membuang limbah di sungai, di pekarangan atau di septic tank. Padahal dari sisi kesehatan, kebiasaan membuang limbah tersebut akan berdampak negatif terhadap kualitas air. Karena air limbah akan terserap ke tanah dan mempengaruhi sumber air. “Karena pernah menyimak manfaat IPAL, akhirnya pondok pesantren mau menghibahkan sebagian tanahnya seluas 8 meter x 9 meter,” ungkap alumnus ponpes An-Nur Bululawang Malang ini mengenang. Atas bantuan dana dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo dan disupport oleh Dinas Kesehatan serta Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH) USAID sebagai konsultan, dibangunlah MCK plus dan IPAL komunal yang pertama. MCK plus diperuntukkan bagi 300 santri yang mukim di ponpes. Sementara IPAL Komunal dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Namun pada akhirnya keduanya terintegrasi menjadi satu dan digunakan bersama-sama. MPA 349 / Oktober 2015
27
Mendapatkan kunjungan dari berbagai komunitas peduli lingkungan.
Untuk bisa tersambung dengan IPAL Komunal, air limbah dari masyarakat harus disambung menggunakan pipapipa paralon. Pipa-pipa inilah yang akan mengalirkan limbah tersebut ke IPAL Komunal yang berada di area pondok. Awalnya perlu rayuan agar masyarakat mau berpartisipasi memanfaatkan IPAL Komunal yang bisa menampung 70 KK. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan sosialisasi melalui KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) An-Nur, beberapa warga sudah bisa merasakan manfaatnya. “IPAL Komunal yang awalnya hanya mampu menampung 70 KK, kini harus menampung 117 KK,” ungkapnya. “Ini berakibat pada waktu penyedotan residu IPAL yang semakin cepat. Yang biasanya butuh waktu 3 tahun, kini hanya satu tahun,” tambahnya seraya tersenyum. Dengan termanfaatkannya IPAL Komunal ini, dampak yang diakibatkan juga terasa. Lahan-lahan warga yang biasanya becek karena digunakan untuk membuang air limbah, kini menjadi kering dan tidak menimbulkan bau. Selokan di pinggir jalan yang biasanya tergenangi air apalagi pada waktu musim hujan, kini tidak lagi terlihat. Masyarakat juga tidak lagi harus membuat septic tank sendiri yang biayanya mahal, tapi tinggal menyambungkannya dengan pipa-pipa yang akan mengalirkan air limbahnya ke IPAL Komunal. Dan melihat besarnya manfaat tersebut, kini sudah ada tambahan satu lagi IPAL komunal yang mampu menampung air limbah dari 70 KK di sekitaran pondok pesantren. Pemanfaatan IPAL Komunal di pondok pesantren yang mempunyai lembaga dari PAUD hingga Aliyah ini tidak berhenti di pengolahan air limbah saja. Tapi sudah merambah ke sisi lainnya. Konstruksi bangunan IPAL Komunal yang berpondasi kokoh, dimanfaatkan juga untuk bangunan di atasnya. 28
MPA 349 / Oktober 2015
Reporter MPA Kota Probolinggo (kedua dari kiri) bersama Pengasuh Ponpes di depan kolam ikan lele.
Ruang aula yang bersih dan tidak bau meski berada di atas IPAL.
Bangunan tersebut berupa aula pertemuan yang biasanya digunakan untuk menggelar rapat atau menerima tamu yang ingin studi banding. Sementara di lantai duanya dimanfaatkan untuk musholla. Sedangkan di IPAL Komunal kedua, kini di atasnya dipergunakan untuk operasional kantor KSM An-Nur. Meski bangunan-bangunan tersebut berada di atas IPAL, namun tak terlihat kesan kumuh dan tak tercium bau kotoran yang ditimbulkan. Sementara itu, air yang sudah bersih juga termanfaatkan. Air yang biasanya langsung dibuang ke badan sungai, kini
dimanfaatkan juga untuk budidaya lele. Ada empat kotak kolam yang masingmasing berisi 5 ribu ekor ikan lele. Selain untuk mengetes secara alami kualitas air, lele ini juga dimanfaatkan untuk berbagai olahan. Salah satunya adalah Abon Lele dengan merek An-Nur yang sudah mendapatkan nomor dari Dinas Kesehatan dan telah beredar di beberapa supermarket. Pengolahannyapun melibatkan para santri dan juga tetangga sekitar pondok. Sudah banyak pesanan yang mengalir, bahkan pangsa pasarnya sampai ke luar negeri. Dalam pembuatan abon, berat ikan lele disyaratkan mencapai 1 kilogram per ekor. Butuh waktu 9 bulan untuk mencapai berat tersebut. Oleh karena lamanya waktu tersebut, pembuatan abon menjadi terkendala masalah bahan bakunya. Untuk mengatasinya, bahan bakunya ditambah dengan ikan lele yang berasal dari budidaya masyarakat yang sudah terlanjur besar dan tidak untuk dikonsumsi langsung. Ini sekaligus untuk membuat harga ekonomis lele menjadi lebih baik daripada jika dijual secara langsung. “Kalau ikan lele dijual dalam kondisi terlanjur besar, tidak akan cepat laku-laku. Dan peternak ikan lele akan rugi,” kata lelaki asli Probolinggo ini menegaskan. Selain dimanfaatkan untuk budidaya lele, air bersih dari pengolahan ini masih dimanfaatkan lagi oleh ponpes yang turut mengantarkan Kota Pasuruan menjadi juara III tingkat Nasional bidang sanitasi ini. Yaitu untuk mengairi lahan ponpes yang ditanami buah naga. Dari beberapa kali percobaan dan penelitian yang dilakukan, ternyata berpengaruh terhadap buah naga yang dihasilkan. Hasilnya cukup menggembirakan. Tak salah jika banyak dari beberapa kalangan yang studi banding karena penasaran ingin melihat secara langsung bentuk kesuksesan ini. “Banyak sekali yang studi banding ke sini, seperti dari Jombang, Sidoarjo bahkan dari Sulawesi,” kata Ketua KSM An-Nur ini menjelaskan. Berbagai usaha pengolahan air limbah dan juga pemanfaatan yang dilakukan oleh pondok pesantren dengan KSM An-Nurnya, memberikan gambaran bahwa air limbah tak jadi masalah jika dikelola dengan baik. Bahkan akan memberikan manfaat lainnya yang tidak terduga. Sekaligus memberikan jawaban atas pandangan yang selama ini kurang pas terhadap sanitasi ponpes yang terkesan kumuh dan kotor. Terbukti, Ponpes ini telah mampu memberikan pengetahuan tentangilmulingkungan.•Syam, Arb
LIPUTAN KHUSUS
PPIH Embarkasi Surabaya
Sukses Selenggarakan Haji 2015 Drs. HM. Sakur, MSi Kabid PHU Kanwil Kemenag Prov Jatim.
Musibah memang bisa datang dari arah mana saja – bahkan saat beribadah sekalipun. Itulah yang dialami jama’ah haji di Saudi Arabia. Lantaran cuaca yang sangat ekstrem, tiba-tiba crane yang sehari-harinya digunakan untuk proyek perluasan Masjidil Haram tiba-tiba jatuh lantaran terdorong badai pasir ekstrim.
A
kibat dari insiden yang terjadi pada 11 September lalu, sedikitnya 107 orang tewas dan menyebabkan 238 orang mengalami luka. Dari jumlah tersebut, total jamah haji asal Indonesia yang ikut menjadi korban meninggal sebanyak 11 orang dan luka 42 orang. Dua jama’ah haji asal Jatim turut menjadi korban wafat, dan 5 orang mengalami luka-luka. Kedua jama’ah yang meninggal adalah Masadi Saiman Tarimin (V222619 SUB – 038) dan Siti Rukayah Abdus Somad Dasimon (A2714350 SUB – 039). Keduanya berasal dari Kabupaten Malang. Sedangkan lima orang korban luka adalah Murodi Yahya Kasani ( B0754094 SUB – 001), Hasan Mansur Ahmad (B0746467 SUB – 010), Sainten Said Tarub (B0992684 SUB – 015), Nuruddin Baasith Sujiyono (B1035292 SUB – 021), dan Isnainy Fadjarijah Abdul Djumali (B1052806 SUB – 021). Di saat duka tragedi badai pasir ekstrim masih mengenang, justru disusul kebakaran yang melanda hotel di Makkah. Kebakaran tanggal 16 September itu terjadi di lantai delapan hotel Sakaf al-Barakah, yang ditempati oleh jamaah haji asal Jawa Tengah. Beruntung tidak ada korban jiwa. Tapi kebakaran ini menyebabkan sedikitnya seribu jama’ah harus dievakuasi. Ketika rasa traumatik belum hilang, tiba-tiba kabar duka datang kembali dari kawasan Mina Arab Saudi. 717 jamaah haji yang dinyatakan meninggal dunia. Sementara 800 lainnya luka-luka. Data dari Kemenag RI menyebutkan, per 25 September terdapat tiga jamaah haji asal Indonesia dinyatakan meninggal dunia – satu jamaah masih dalam proses identifikasi. Adapun yang mengalami cidera sebanyak 6 jamaah. Dilaporkan pula, terdapat 225 jamaah yang masih hilang atau belum kembali ke tenda di Mina. Rinciannya, kloter BTH 14 sebanyak 14 orang, kloter SUB 48 sebanyak 19 orang dan kloter JKS 61 sebanyak 192 orang.
H. Tamat Anshori Ismail Wakil Ketua IPHI Jatim. (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jatim)
Menurut pemberitaan berbagai media, disebutkan jamaa haji asal Indonesia yang menjadi korban insiden di jalan 204 sebanyak empat orang. Dan tiga korban itu berasal dari Jawa Timur yakni Sumaniro (warga Triwungan, Kecamatan Kota Anyar, Probolinggo), Ali Wafa (asal Kecamatan Banyuanyar Probolinggo) dan Hamid Atwi (asal Kecamatan Sumber Asih, Probolinggo). Namun demikian, menurut Drs. HM. Sakur, MSi, secara garis besar proses penyelenggaraan haji tahun ini relatif lancar. Sebab tidak ada satupun jamaah yang gagal berangkat karena kesalahan penitia – khususnya di Embarkasi Surabaya. “Memang ada 15 jamaah yang tertunda keberangkatannya. Tapi itu lantaran penyakit yang diidap dan kehamilan,” tukasnya. “Tidak ada jamaah yang gagal berangkat karena keterlambatan visa,” imbuhnya bangga. Jadi secara prosedur Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sudah bekerja maksimal. Adapun insiden seperti keterlembatan visa, menurut Kabid PHU Kanwil Kemenag Prov Jatim ini, semua itu di luar kewenangan Kemenag. Sebab masalah visa menjadi domain Kedubes Arab Saudi. Terkait adanya korban insiden crane di Makkah, baginya, peristiwa itu terjadi di luar kemampuan manusia untuk mencegahnya.
Itu disebabkan cuaca ekstrem yang melanda Saudi Arabia. Yang bisa kita lakukan adalah membantu proses pengurusan untuk mendapatkan santunan yang ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi. “Meski demikian, bagi korban meninggal insiden crane tetap mendapatkan asuransi sebesar 38 juta rupiah. Dan itu kita proses setelah prosesi ibadah haji selesai,” tandas mantan Kakankemenag Ponorogo ini. Apresiasi positif penyelenggaran haji tahun ini juga datang dari Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Timur. Dari sisi pelayanan, penerimaan, pemberangkatan, jamaah haji asal Embarkasi Surabaya tergolong lancar. “Namun catatan saya, pemeriksaan kesehatan masih terbilang lama khususnya bagi jamaah haji perempuan,” tukas H. Tamat Anshori Ismail. “Bayangkan, pemeriksaaan bisa mencapai 4 hingga 5 jam. Tentu ini membuat tenaga jamaah perempuan terforsir,” imbuh Wakil Ketua IPHI Jatim ini. Ke depan, menurutnya, perlu dicarikan solusi untuk memperpendek waktu pemeriksaan. IPHI Jatim mengusulkan agar pemeriksaaan dimaksimalkan di daerah. Selain itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jatim ini juga menghimbau kepada jamaah, agar jujur dan mematuhi peraturan yang ada. Sehingga tidak menyulitkan bagi jamaah sendiri. “Kalau itu dilakukan, saya yakin proses haji akan lancar-lancar saja,” ujarnya serius. Dirinya juga berharap, saat proses pemulangan jamaah haji bisa berjalan lancar seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi dalam proses pemulangan sudah ada Standard Operating Procedure (SOP). Biasanya proses tersebut relatif lebih lancar dan lebih cepat. “Namun yang terpenting dari itu semua, bagaimana agar para jamaah haji mampu memelihara kemabruran hajinya dengan meningkatkan kualitas ibadah. Baik ibadah sosial maupun keagamaan,” pungkasnya. •Hisy, Pri MPA 349 / Oktober 2015
29
LIPUTAN KHUSUS Refleksi Hari Kesaktian Pancasila
Agar Pancasila Tetap Membumi di Indonesia Pendidikan Moral Pancasila terlanjur dihapus dari mata pelajaran sekolah dan Perguruan Tinggi. Sebab materi tersebut kerap dihubungkan dengan pemerintahan Orde Baru. Kiranya terdapat salah persepsi terhadap tumbangnya pemerintahan orde tersebut. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Orde Baru dianggap salah.
M
enurut Prof. DR. Suko Wiyono, SH. MH, mestinya dibedakan antara metodologi pengajaran dengan substansi nilai yang terkandung dalam Pancasila. “Dengan hilangnya mata pelajaran dan materi kuliah Pendidikan Moral Pancasila, saat ini nilai-nilai Pancasila tidak dikenal lagi oleh generasi muda,” ungkapnya. Namun demikian, kata Wakil Ketua Dewan Penasehat Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang ini, ideologi tak bisa mati. Kini ideologi Pancasila tengah mengalami kebangkitan kembali. Sebab tokoh-tokoh nasional dan negarawan di negeri ini menyadari, bahwa negara akan kokoh apabila ideologi negara tetap dijaga dan dibumikan kepada warganya. Pihak eksekutif, legislatif maupun yudikatif penting menanamkan ideologi Pancasila dengan kebijakan dan keadilan yang berujung pada kesejahteraan rakyat. Kehidupan berbangsa dan bernegara, tutur Rektor Universitas Wisnuwardhana ini, tidak bisa kokoh kalau sudah meninggalkan Pancasila. Para tokoh negeri itu sangat menyadari hal tersebut.”Pancasila itu penuh dengan filosofi dan kearifan lokal yang memang lahir dari bangsa yang berBhineka Tunggal Ika,” ujarnya. Pria kelahiran Kediri 1 Mei 1954 ini mengingatkan, agar kita tak semena-mena mengeterapkan sesuatu yang dari luar. Seperti beberapa kelompok masyarakat yang memaksakan Hak Asasi Manusia Universal – yang bersumber dari dunia internasional – untuk diberlakukan di negara Indonesia. “Sedangkan HAM partikularistik-normatif yang berlaku, dianggap bertentangan dengan prinsip HAM Universal,” ulasnya mempertanyakan. Jika hal itu tetap dipaksakan, simpulnya, tentu akan membuat kerusakan tatanan hukum dan norma masyarakat. Seperti perkawinan sejenis. Dalam pandangan HAM Universal, hal itu dianggap sebagai hak bagi setiap manusia. Sedangkan dalam pandangan hukum agama manapun tidak diperkenankan. Begitu pula Euthanasia, yakni mengakhiri hidup seseorang yang menderita sakit parah atau divonis tidak 30
MPA 349 / Oktober 2015
Prof. DR. Suko Wiyono, SH. MH, Wakil Ketua Dewan Penasehat Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang.
bisa sembuh. “Tentu dalam pandangan hukum negara kita, hal tersebut pasti ditolak. Sebab itu sudah melampaui wewenang Tuhan untuk mencabut nyawa seseorang,” tegasnya. Menurut penulis buku ‘Teori Konstitusi dan Konsep Negara Hukum’ ini, penerapan HAM haruslah difilter dengan Kewajiban Asasi Manusia (KAM). Untuk mendirikan bangunan harus dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), agar lingkungan sekitar tidak terganggu. “Maka akan menjadi salah apabila HAM Universal dipaksakan diberlakukan di semua negara,” tandasnya. Selama ini, tutur Ketua Pimpinan Pusat Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum dministrasi Negara se Indonesia ini, pelaksanaan HAM di negeri ini tak diimbangi dengan KAM sehingga kerapkali justru merampas hak orang lain. Meski dirinya mengakui, bahwa penerapan di negara asal pelaksanaan HAM cukup bagus. Sebab ada pengawasan yang ketat dan ada sanksi atas pelanggarannya.
Doktor jebolan PPs UB Malang yang juga menulis buku ‘Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’ ini berharap, agar peran tokoh partai juga tidak ditinggalkan dalam pengamalan Pancasila. Sebab semua lini jabatan publik maupun lewat mereka. “Menjadi pemimpin itu harus mampu memberi keteladanan. Setiap pengelola negara harus baik, karena menyangkut hajat hidup dan kesejahteraan rakyat,” ulasnya. Lantas apa yang harus dilakukan agar Pancasila tetap membumi di Indonesia? Ketua Senat Universitas Negeri Malang ini menyodorkan tiga hal. Pertama, keteladanan dari para pemimpin di berbagai tingkatan. Ini mengingat masyarakat Indonesia yang masih bersifat Paternalistik. Kedua, negarawan yang sedang mengemban amanah hendaknya jangan cuma menganakemaskan golongannya. Sebab itu akan membuat seseorang tidak objektif dalam menilai potensi seseorang. Ujungujungnya negara akan hancur karena tidak dikelola oleh ahlinya. Yang ketiga, keberhasilan dalam bidang demokrasi jangan sampai kebablasan. Sebab itu akan menghancurkan sendisendi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengutip tulisan Prof. Dr. Koentjoroningrat dalam bukunya ‘Mentalitet Kebudayaan’, kehancuran bangsa akan dimulai dari sifat munafik, tidak konsisten, senang jalan pintas dan senang melecehkan atau tidak menghargai hasil karya orang lain. “Jangan sampai sifat-sifat ini melekat pada diri bangsa Indonesia,” tukasnya mengingatkan. Sedangan yang keempat, perekonomian nasional yang lebih banyak disokong masyarakat pedesaan yang berbasis agraris hendaknya lebih diperhatikan. Apalagi pasar bebas yang dianut selama ini hanya memunculkan ekonomi kapitalistik yang liberal. Modernisasi jangan sampai menghilangkan ekonomi rakyat. “Adanya tawar menawar harga antara penjual dan pembeli, itulah yang menjadi penguat dan komunikasi antar warga sebagaimana cerminan nilai kebersamaan dalam Pancasila,” pungkasnya. •Syaifudin Ma’arif
RISALAH
PESANTREN
Sebagai Lembaga Pelestarian Bahasa Jawa Oleh : Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Surabaya.
ABSTRAK
Pesantren merupakan metamorfosa dari sistem pendidikan pada masa Hindu-Budha, yakni mandala. Sebagai perkembangan pendidikan dari masa Hindu-Budha pesantren mengajarkan nilai-nilai luhur dalam budaya Jawa dan khususnya Indonesia. Dalam pembelajaran di pesantren banyak menggunakan kitab-kitab klasik yang berbahasa Jawa. Hal ini sebagai suatu yang baik, karena hal itu sebagai upaya dalam pelestarian Bahasa Jawa. Di sisi lain pesantren juga tidak melupakan ajaran-ajaran agama yang saling melengkapi satu sama lain, sehingga nantinya siswa atau santri akan mendapat pengetahuan tentang ilmu-ilmu agama namun dapat melestarikan budaya dan tradisi asli Jawa dan Indonesia, yaitu Bahasa Jawa.
APAKAH PESANTREN ITU?
Istilah pesantren berasal dari kata santri, artinya tempat para santri (murid) menuntut ilmu. Kata santri itu sendiri berasal dari bahasa Sanskrta sastri, yaitu orang yang mempelajari kitab- kitab suci atau ajaran agama yang disebut sastra. Dari kata sastri kemudian berubah menjadi santri. Lembaga pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ini berarti munculnya pesantren tidak dapat dilepaskan atau bersamaan dengan proses islamisasi, khususnya proses islamisasi di Jawa, yang adaptif dan akulturatif. Pesantren juga telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat pendidikan, pusat dakwah dan tempat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Istilah pesantren terutama hanya terdapat di Jawa. Di luar Jawa lembaga pendidikan ini disebut dengan surau (Sumatra Barat), dayah dan rangkah (Aceh). Sebagai lembaga pendidikan, pesantren memiliki ciri- ciri (1) para santri tinggal bersama dengan kyai, dalam suatu komplek tertentu yang mandiri, hingga mampu mempertahankan dan menumbuhkan watak pesantren, (2) adanya hubungan akrab antara kyai sebagai patron, dan santri
atau murid sebagai client, (3) para santri sangat menghormati dan taat kepada guru, (4) para santri hidup secara sederhana dan mandiri, (5) ditandai dengan suburnya semangat persaudaraan (ukhuwah) serta gotong royong, dan (6) para santri hidup dalam suasana berdisiplin, tirakat, serta bersikap merendahkan diri.
SEJARAH PERKEMBANGAN PESANTREN Mengenai
sejarah
perkembangan
pesantren terdapat dua pendapat mengenai asal- usul dan latar belakang berdirinya pesantren. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa pesantren berakar pada radisi Islam sendiri, yaitu tradisi trekat. Pesantren mempunyai kaitan erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi para sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih di warnai dengan terbentuknya kegiatan- kegiatan tarekat, yaitu organisasiorganisasi tarekat yang mengamalkan dzikir dan wirid-wirid tertentu, dalam suasana kesalehan. Pemimpin tarekat itu disebut kyai, yang mewajibkan para pengikutnya untuk melaksanakan suluk, selama 40 hari dalam setahun dengan cara tinggal bersama sesama anggota tarekat dalam sebuah masjid untuk melakukan ibadah- ibadah di bawah bimbingan kyai. Untuk keperluan suluk ini para kyai menyediakan ruangan-ruangan khusus sebagai tempat menginap, dan memasak di kanan kiri masjid. Di samping mengajarkan amalan- amalan tarekat, para pengikut juga mempelajari berbagai kitab yang berisi ajaran Islam, dan aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan terekat itu. Dalam perkembangan selanjutnya MPA 349 / Oktober 2015
31
RISALAH lembaga pengajian itu berkembang menjadi lembaga pesantren. Kedua, pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa di luar dharma dalam dan dharma lpas yang diselenggarakan oleh raja dan berada di bawah pengawasan para pejabat keagamaan Hindu (Dharma- dyaksa ring kesaiwan) dan Budha (Dharmadyaksa ring Kasogatan) : disebut sebagai mandala. Mandala disebut juga: wanasrama, tempat suci para resi (pendeta/ petapa/ guru). Suatu, mandala dipimpin oleh dewaguru. Oleh sebab itu mandala juga dinamakan sebagai kadewaguruan. Dalam hal ini mandala diartikan sebagai suatu komplek hunian tetap bagi para petapa, yang secara umum disebut tapaswi dan tapi. Lokasi mandala biasanya berada di daerah perbukitan, di kaki gunung, sebuah dukuh terpencil di lereng gunung, di tepi laut, atau di tepi sungai. Secara pisik mandala digambarkan sebagai suatu asrama terdiri dari bangunan tempat tinggal resi/dewaguru, tempat suci, dan tempat tinggal para petapa lainnya, yang dibangun secara konsentris. Maharesi sebagai pemimpin mandala juga mengajarkan masalah keagamaan. Sistem pendidikan ini telah tersebar luas pada zaman Majapahit. Di dalam Negarakrtagama ada 4 mandala yang disebutkan yaitu: Bulwan, Paciran, Luwana, dan Kupang, yang semuanya berlokasi di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Tradisi penghormatan murid kepada guru yang pola hubungannya tidak hanya berdasarkan kepada hal-hal yang bersifat materi juga bersumber pada tradisi Hindu. Fakta lain yang menunjukkan bahwa pesantren bukan berakar dari tradisi Islam ialah tidak ditemukannya lembaga negaranegara Islam lainnya, padahal lembaga serupa dengan pesantren banyak dijumpai dalam masyarakat Hindu dan Budha seperti di India, Myanmar, dan Thailand. Perkembangan pesantren di Indonesia baru dapat dilacak setelah abad XVI. Karyakarya klasik seperti Serat Centhini dan Cabolek mengungkapkan bahwa sejak awal abad XVI telah banyak dijumpai pesantren besar yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik seperti: fiqih kalam (teologi), tasawuf dan menjadi pusat penyiaran Islam. Menurut sumber- sumber tradisi pesantren tertua telah didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim di Gresik, kemudian pesantren Ampel Denta yang dipimpin oleh Sunan Ampel, yang tidak lain adalah Raden Rahmat, sanak keluarga permaisuri maharaja Majapahit berasal dari Campa. Berdasarkan data Departemen Agama RI (1984/ 1985) jumlah pesantren di Indonesia pada abad XVI sekitar 613 buah, pesantren- pesantren itu tidak diketahui 32
MPA 349 / Oktober 2015
kapan berdiri atau tutupnya. Laporan pemerintah Hindia Belanda menyebutkan bahwa pada tahun 1831 di Indonesia 1. 853 lembaga pendidikan Islam tradisional, dengan jumlah murid sekitar 16. 556 orang. Pada tahun 1885, pejabat pemerintah Hindia Belanda di bidang pendidikan melaporkan bahwa dari 14.929 lembaga pendidikan Islam di Indonesia, 300 buah diantaranya merupakan lembaga pesantren. Pada masa-masa selanjutnya lembaga pesantren berkembang terus baik dalam jumlah, sistem, dan materi yang diajarkan. Pada tahun 1910 pesantren Denanyar di Jombang, mulai membuka pondok (pesantren) khusus bagi santri-santri wanita. Berikutnya pada tahun 1920 pesantren Tebu Ireng (Jombang), pesantren Singasari (Malang), mulai mengajarkan pelajaran umum seperti bahasa Indonesia, bahasa Belanda, berhitung, ilmu bumi, dan sejarah. Pesantren- pesantren yang terkenal pada masa Hindia- Belanda, antara lain pesantren : Tebu Ireng (Jombang), Wonokoyo (Probolinggo), Siwalan Panji (Sidoarjo), Lirboyo (Kediri), Termas (Pacitan), Tegalsari, Gontor (Ponorogo), Jamsaren, Mambaul Ulum (Solo), Lasem (Lasem), Al-Munawwir (Yogyakarta), Mulabarak, Al- Khairiyah Banten), Suryalaya (Tasikmalaya), Haji Hasan (Aceh), Masrurah (Medan), Tanjung Sunggayang (Padang), Nurul Iman (Jambi), Al- Qur’aniyah (Palembang), Syamsul Huda (Jembrana- Bali), Nahdatul Wathan (Lombok), Al- Khairat (Palu), As’adiyah (Wajo- Sulsel),dan pesantren Syeh Muhammad Arsyad Al- Banjari (Mampawa-Kalsel).
Pesatnya perkembangan pesantren pada masa Hindia-Belanda antara lain disebabkan (1) para ulama dan kyai mempunyai kedudukan kokoh di lingkungan kerajaan dan keraton, yaitu sebagai penasehat raja atau sultan. Karena itu pembinaan pesantren mendapat perhatian dari penguasa atau raja. Bahkan beberapa pesantren didirikan dan dibangun atas dukungan kerajaan seperti Pesantren Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur yang diprakarsai oleh Pangkubuwono II. (2) kebutuhan umat Islam akan sarana pendidikan yang mempunyai ciri khas keIslaman juga makin meningkat, sementara sekolah- sekolah Belanda hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, dan (3) hubungan transportasi antara Indonesia dengan Mekkah makin lancar, hingga memudahkan pemuda-pemuda Islam dari Indonesia menuntut ilmu di Mekkah. Sekembali mereka dari Mekkah, biasanya langsung mendirikan pesantren di daerah asalnya, dengan menerapkan cara- cara belajar yang pernah dialaminya di Mekah. Dengan demikian pesantren memiliki kekhususan tertentu berbeda dengan pesantren lain, sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan oleh kyainya. Misalnya ilmu fiqih, ilmu-ilmu Bahasa Arab, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan lain- lain. Akan tetapi pesantren juga tidak steril dari perubahan- perubahan di luar lingkungannya, yaitu dengan dimasukkannya sistem madrasah (sekolah) dalam lingkungan pesantren, sebagai imbangan terhadap pertumbuhan sekolah yang bersistem barat. Dengan sistem madrasah pesantren mengalami kemajuan. Pada
RISALAH tahun 1940-an beberapa pesantren telah menyelenggarakan jenis- jenis yang dikembangkan oleh pemerintah. Dengan, masuknya sistem madrasah menjadikan kegiatan pendidikan dan kajian keagamaan memiliki jenjang (ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah), pelajaran umum juga diterapkan, namun metode klasik untuk mengajarkan kitab-kitab Islam tetap dipertahankan, yaitu sorogan, bandongan dan wetonan dipertahankan sebagai ciri khusus pesantren. Setelah masa kemerdekaan pemerintah RI lewat Departemen Agama dan Departemen Pendidikan berusaha meningkatkan pendidikan pesantren sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan zaman, diantaranya dengan diterapkannya MWB (Madrasah Wajib Belajar) dimana Madrasah memiliki hak, kewajiban yang sama dengan sekolah negeri. Selanjutnya mulai tahun 1965 diterapkan pula pendidikan ketrampilan di pesantren seperti pertanian, pertukangan, peternakan, dan keterampilan lainnya. Pada masa Orde Baru, yaitu melalui SKB Tiga Menteri (Agama, Dalam Negeri, dan Pendidikan) No. 3 tahun 1975 meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan pesantren, yaitu dengan jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah dengan komposisi 30% pelajaran agama 70% umum memiliki hak sama dengan lulusan SDN, SMP, dan SMU. Akan tetapi ada juga pesantren yang tetap mempertahankan kekhususannya dan menetapkan kurikulum sendiri, seperti : Gontor, dn Pabelan di Muntilan, dan lainlainnya. Bahkan di beberapa pesantren besar juga mendirikan perguruan tinggi dengan berbagai fakultas keagamaan maupun fakultas ilmu- ilmu umum seperti : Assayafiyah, At- Thahiriyah, (Jakarta), Tebu Ireng, Gontor, Zainul Hasan (Jawa Timur). Saat ini pendidikan pesantren terus berkembang, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Berdasarkan data Departemen Agama tahun 1988/1989 di seluruh Indonesia kini terdapat 6. 631 pesantren yang bertebaran di 25 propinsi, dengan murid atau santri berjumlah 958. 670 terdiri dari 549. 730 santriwan dan 408. 937 santriwati. Bagi pelestarian bahasa daerah khususnya bahasa Jawa, meskipun pesantren ini memiliki beragam jenjang pendidikan, dan kegiatan belajar mengajar, akan tetapi ciri tradisional pesantren yang khas tetap dipertahankan yaitu pengajian sistem sorogan, bandongan dan weton, yang sudah tentu dengan menggunakan bahasa Jawa, atau bahasa daerah dimana pesantren itu berada.
UNSUR- UNSUR PENDIDIKAN PESANTREN
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki lima (5) unsur, yaitu: pondok atau asrama, masjid, santri, pengajaran kitab- kitab klasik, dan kyai.
Pondok atau asrama
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional. Di dalam asrama itu para santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih guru atau kyai. Asrama adalah bagian integral dari pesantren disamping masjid, rumah tempat tinggal kyai, ruang untuk belajar dan kegiatan agama lainnya. Komplek pesantren biasanya dikelilingi oleh pagar (biasanya tembok) guna pengawasan keluar masuknya santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada zaman dahulu biasanya seluruh komplek merupakan milik kyai, tetapi
Lembaga pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ini berarti munculnya pesantren tidak dapat dilepaskan atau bersamaan dengan proses islamisasi, khususnya proses islamisasi di Jawa, yang adaptif dan akulturatif. ( Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS )
dewasa ini telah banyak pesantren yang telah dilembagakan baik dalam bentuk yayasan ataupun waqaf, pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah negaranegara Islam lain (Afganistan) sistem surau (di Sumatra Barat). Di Jawa besar kecilnya pondok tergantung dari jumlah santri. Pesantren besar yang memiliki santri lebih dari 3. 000 telah memiliki gedung bertingkat yang standart hasil dari swadaya santri maupun infaq atau partisipasinya masyarakat. Ada tiga alasan, mengapa pesantren harus menyediakan pondok bagi para santri. Pertama, kemasyhuran seorang kyai dan
kedalaman ilmunya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk waktu yang lama, para santri harus meninggalkan kampung halamannya, dan menetap di dekat kediaman kyai. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa- desa yang tidak ada fasilitasnya akomodasi yang cukup untuk menampung santri-santri. Berbeda dengan negara-negara lain kebanyakan ulamanya merupakan penduduk kota, hingga para murid yang belajar dari jauh dapat menyewa tempat di sekitar kediaman gurunya misalnya di Mekah, Medinah, Kairo, dan lain- lain. Ketiga, adanya sikap mental resiprositas (timbal balik- timbal jasa) antara kyai dan santri sebagai patron client. Dalam hubungan ini santri merasa memerlukan kyai, sebaliknya kyai berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan bagi santri- santrinya. Hubungan ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus menerus. Dalam konteks ini kyai berkewajiban menyediakan tempat tinggal bagi santri, sebaliknya pada pihak santri tumbuh perasaan untuk mengabdi, kepada kyai, sehingga kyai memperoleh imbalan dari santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan pesantren ataupun bagi kepentingan keluarga kyai.
Masjid
Masjid merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren, dianggap tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan shalat jum’ah, dan pengajaran kitabkitab Islam klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan Islam merupakan ciri utama pendidikan sejak zaman Nabi Muhammad, sampai sekarang ini dari masyarakat atau komunitas Islam yang belum banyak terpengaruh oleh peradaban Barat. Lembaga pesantren di Jawa memelihara terus tradisi ini. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, pertama-tama ia mendirikan masjid di dekat rumahnya, langkah itu berdasarkan saran kyai atau gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren.
Mengajarkan kitab-kitab islam klasik (Kitab Kuning)
Yang dimaksudkan dengan kitab-kitab Islam klasik atau kitab kuning ialah karangan atau karya ulama-ulama dari mazhab Syafi’i, sebagai satu- satunya pengajaran formal yang diberikan dilingkungan pesantren. Para santri yang berdiam di pesantren dalam jangka lama tujuannya ialah menjadi ulama yang mengembangkan keahliannya dengan metode sorogan, weton atau bandongan secara individual. Bersambung.. MPA 349 / Oktober 2015
33
Endang Sri Suharti
Ingin Wanita Muslim Tampil Modis Setiap mengingat masa lalunya, Endang Sri Suharti tak mampu membendung derai air matanya. Menikah dengan pria miskin idamannya, anak tiri mantan pejabat direktorat jenderal pajak ini harus angkat kaki dari rumah. Ibunya tak setuju.
H
anya berbekal pakaian yang lengket di badan, ia lanjutkan perahu hidupnya. “Suami saya memang miskin harta. Tapi dia kaya ilmu. Ia seorang alim dan menjadi mubaligh,” kilahnya. Bagi Endang, kebahagiaan tak pernah bisa diukur dengan jumlah harta kekayaan yang dimiliki. “Saya tahu orangtua saya kaya. Tapi saya kerap melihat ibu saya gundah. Lantas untuk apa kaya kalau selalu dirundung gelisah,” terangnya. Perempuan itu keluar dari Universitas Surabaya (UBAYA) saat masih semester III jurusan ekonomi. Menikah dengan Ahmad Basuki, Endang pun tinggal di kamar sempit. Ruang itu hanya berukuran 3 x 3 meter, jauh dari rumahnya yang besar dan megah. Tempat tidurnya dari besi yang sudah berkarat. Banyak tambalan dan lubang menghiasi kasurnya. Beruntung, Endang adalah seorang yang ulet, berjiwa mandiri dan mau bekerja keras. Wanita kelahiran Medan, 4 Juni 1970 ini memberikan les privat dan mengaji untuk 34
MPA 349 / Oktober 2015
membantu ekonomi suaminya. Dua tahun setelah pernikahannya, atau tepat tahun 1991, Endang dikaruniai seorang putri yang ia beri nama Habibah Asmaul Husna. Tahun 1994, Endang bergabung menjadi karyawan toko busana muslim “Alif”. “Saat itu saya hanya melamar dengan bekal satu lembar transkrip nilai yang terakhir,” ujarnya dengan suara yang agak ditahan. Seminggu menjadi kasir, ia dipindah menjadi pelayan toko. Enam tahun Endang bekerja di bawah asuhan bu Nadifa Jufri – pemilik toko “Alif”. Selama kurun waktu itu, ia dibimbing, dibina dan disekolahkan. “Saya mendapatkan banyak hal dari beliau. Selain diajari menjahit, memilih kain, melayani pembeli yang rata-rata pejabat, saya juga kerap diikutkan training. Saya tak mungkin bisa membalas jasanya,” ucapnya sambil mengusap airmatanya yang mulai mengalir. Jabatan terakhir yang dipegangnya, adalah sebagai penanggung jawab toko “Alif” di THR Surabaya. Saat bekerja di
“Alif” ini, dirinya juga ikut mendistribusikan produk busana muslim “Dannis”. “Itu pun atas sepengetahuan bu Nadifa. Apalagi produk “Dannis” waktu itu juga ikut dipasarkan oleh “Alif”. Jadi, Bu Cici dan saya adalah binaan bu Nadifa,” kenangnya. Tahun 2000, Endang pamit dan memilih membuka usaha sendiri. “Saya inginnya bergerak di industrinya, bukan bagian marketing. Sebab saya ingin punya pabrik busana muslim,” ujarnya. Keinginan itu dipicu rasa prihatinnya tatkala melihat banyaknya keluarga miskin di sekelilingnya. Hati Endang semakin perih ketika menyaksikan kaumnya hanya menjadi ibu rumah tangga. “Mereka muslim, tapi pakaiannya belum mencerminkan seorang muslimah. Dandanannya pun tidak modis,” katanya bersedih. Dia pun semakin bersemangat untuk segera mendirikan usaha ini agar perempuan bisa mandiri, tak lagi menggantungkan nasibnya pada suami. Endang ingin mengangkat harkat dan martabat
kaum perempuan. Selain itu, dan yang pasti, agar wanita muslim bisa tampil lebih modis. Maka dari rumahnya yang sempit itu, Endang mulai merintis usahanya. Berbekal modal Rp. 13 juta – buah hasil keuntungannya sebagai distributor “Dannis” – ia membeli mesin jahit dan mesin obras. Sisanya, buat kulakan kain katun ke Bandung. Motif baju, ia desain sendiri. Lalu dijahit dan dipasarkan sendiri. Meski baru satu atau dua potong baju saja yang bisa dihasilkan tiap bulannya, istri Ahmad Basuki ini tetap merasa puas. Baju-baju tersebut ia jual dari rumah ke rumah. Ia beri nama produknya sesuai dengan nama anaknya, “Habibah”. Beberapa waktu berjalan, ia mencari pinjaman untuk tambahan modal. Endang mulai mengajak tetangganya untuk membantunya. Awalnya banyak yang mencibir. “Maklum, saya kan orang miskin. Siapa sih yang percaya pada kami waktu itu,” ucapnya dengan suara lirih. Endang berjuang tanpa kenal lelah. Usahanya berhasil. Dua perempuan tetangganya bersedia membantunya meski gajinya tak besar. Ia masih mampu membayar Rp. 2.000 untuk tiap potong baju plus uang makan Rp. 1.500 perhari. Alumni SMA 1 Budi Utomo Jakarta ini mulai berani menawarkan barang produksinya ke toko busana muslim “Sakinah”. Meski hasil jahitannya masih kasar dan banyak tempelan, ia tidak minder. “Paling keras, hasil produk saya ditolak. Tidak sampai dikasari. Walau mereka menolak, pasti kan bukan tanpa alasan. Dari alasan itulah kita berbenah,” tukasnya berkeyakinan. Seiring perjalanan waktu, “Habibah” semakin besar. Karyawannya pun bertambah hingga puluhan. Mereka bekerja di rumah Jl. Wonorejo I No. 86 serta tiga rumah lainnya di kawasan Wonorejo Surabaya. Endang mendidik karyawannya dari nol. Mereka yang belum bisa menjahit ia ajari menjahit, juga memotong, mengobras, membordir, mengepak, memilih kain katun yang baik dan asli, mendistribusikan, mencari dan memikat pelanggan. Saat ini “Habibah” memiliki 120 mesin: 60 mesin jahit, 8 mesin bordir, 4 mesin obras, 1 mesin kerah besar dan 47 mesin potong. Dari jumlah itu, 90 mesin ada di perusahaan. Sedangkan 30 mesin jahit dibawa pulang karyawan. “Dengan begitu, mereka masih bisa berkarya sepulang kerja,” tukas wanita yang pernah mengenyam pendidikan desain di ARFA Studio ini. Produk “Habibah” pun selanjutnya menembus ke seluruh antero negeri ini. Selain beredar di Jatim, juga tersebar di Jakarta, Jateng, Jogja, maupun Jabar. Bahkan, produk “Habibah” kini dapat ditemui di Kalimantan, Samarinda, Pekanbaru hingga ke bagian timur Indonesia seperti Timika-Papua. Awalnya, Endang enggan memasarkan
sendiri produknya. Tapi karena tindakan nakal yang dilakukan oleh para karyawan beserta distributor dan agen-agennya, Endang pun mulai turut memasarkan produknya sendiri. Menurutnya, tak sedikit dari mereka yang hengkang dan menembak produk “Habibah”. “Ada agen yang ingin menyabotase produk saya di pasaran. Caranya, mereka mengganti label “Habibah” dengan merek dan bentuk tulisan yang mirip,” tukas ibu dari Habibah Asmaul Husna dan Zulfikri Ilmiawan ini bernada sesal. Walau ikut memasarkan produknya, Endang tetap memakai harga sesuai dengan yang dijual di agen. “Kalau harga saya lebih murah, kan kasihan para agen. Bisa mati dagangan mereka,” katanya. “Saya tak mau memonopoli usaha ini. Biarlah rezeki “Habibah” bisa dinikmati
setelan rok, setelan rompi, taqwa, taqwa surban, taqwa rompi, mukena dan masih banyak yang lainnya. Bahannya katun asli. Jahitannya halus. Desainnya juga selalu mengikuti perkembangan zaman. “Habibah” pun tampil lebih modis dan trendy dengan warna-warna mencolok. Warna merah menyala, kuning terang, maupun biru cerah selalu menjadi ciri khas busana muslim bikinan “Habibah”. Warna ngejreng seperti itu, memang diyakini sangat cocok untuk kalangan anak-anak. Apalagi “Habibah” sejak semula hanya membidik pasar umur 0-15 tahun. Endang juga memilih bahan kualitas impor. Dirinya mulai mendatangkan bahan ramah lingkungan yang terbuat dari pohon rami (sejenis rumput gajah yang ada di sawah). Bahan ini ia impor dari Hongkong lewat importir Jakarta.
mereka yang membutuhkan,” tambah wanita yang pernah menerima Nurani Award tahun 2003 ini. Meski kecewa, Endang bukanlah tipe orang yang mudah putus asa. Semakin disakiti, dirinya kian ingin berkembang. Ia kembali merekrut karyawan baru, distributor dan agen baru. Demi menunjang kesejahteraan karyawannya, dirinya mendirikan koperasi “Habibah”. Melalui koperasi ini, karyawannya bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga yang lebih murah. Pembayarannya pun bisa langsung potong gaji. Omset “Habibah” kini mencapai 3,5 milyar per sepuluh bulan. Jika Ramadhan tiba, omsetnya meningkat hingga sepuluh kali lipat. Walau demikian, masih banyak order yang terpaksa ditolaknya karena jumlah karyawan dan mesin yang masih minim. Produk-produk “Habibah” kini semakin bagus dan banyak pilihan model. Jika awalnya hanya membuat model JOV (jubah over all), kini juga ada jubah/gamis,
“Bahan itu sebenarnya banyak terdapat di Indonesia. Sayangnya belum ada pabrik yang mengelolanya menjadi kain bordir,” tukasnya prihatin. Menurutnya, bahan dari pohon rami ini kualitasnya di atas katun. Dengan tema “Karya Anak Bangsa”, “Habibah” ingin mengombinasikan produknya dari katun dan rami. Ke depan, Endang mengharapkan perhatian pemerintah terhadap produkproduk lokal semakin besar. “Alam kita kaya akan bahan-bahan berkualitas tinggi. Tapi kenapa hingga sekarang kita tak mampu memberdayakannya,” ujarnya prihatin. “Prinsipnya, mari kita menjalankan amanah Allah dan berguna bagi negara, bukan malah memanfaatkan negara,” tukasnya menambahkan. Endang pun mengajak kita semua agar ikut peduli terhadap nasib kaum hawa. “Perempuan jangan hanya dijadikan objek. Mari kita bantu mereka agar menjadi subjek yang mandiri dan berdaya guna, serta bermanfaat bagi negara,” tegasnya. •Dedy Kurniawan MPA 349 / Oktober 2015
35
EDUKASI
Mengembalikan Martabat Bahasa Indonesia Melalui UKBI Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa bersejarah yang memberikan kontribusi besar terhadap bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda melahirkan tiga rumusan –ditulis dengan EYD– yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; kami putra dan putri Indonesia berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
liki intelektual dan layak diberikan jabatanjabatan penting dalam masyarakat. Bahasa Indonesia saat itu memiliki martabat yang paling luhur dibanding dengan bahasa lain. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami pergeseran martabat. Bahasa yang pada awal lahirnya menjadi bahasa yang dibanggakan, saat ini tampak berbeda. Martabat bahasa Indonesia telah tergeser oleh bahasa asing sehingga menempatkan martabat bahasa Indonesia merosot tajam.
Oleh : Zaenal Fanani *)
T
eks yang diprakarsai oleh Soegondo Djojopoespito dan Muhammad Jamin tersebut memberikan kontribusi besar terhadap lahirnya bahasa Indonesia. Pada rumusan ketiga, teks Sumpah Pemuda bertemali erat dengan diakuinya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena sebelumnya masyarakat Indonesia masih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Dalam konteks pelahiran Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia menjadi bahasa yang paling bermartabat sebab bahasa Indonesia mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Selain alasan itu, para pemuda juga menginginkan bangsa ini memiliki bahasa negara yang menjadi kebanggaan masyarakatnya. Saat itu, bahasa Indonesia belum benar-benar menjadi bahasa yang digunakan sebagian besar warga masyarakat Indonesia, maka seseorang yang dapat berbahasa Indonesia sudah dianggap berprestise tinggi. Saat itu yang mampu berbahasa dengan baik baru sebagian kecil masyarakat: lazimnya para pejabat dan pemuda yang mengenyam pendidikan. Seseorang yang dapat berbahasa Indonesia dianggap memi36
MPA 349 / Oktober 2015
Sebab Kemerosotan
Kemerosotan bahasa Indonesia bisa terjadi karena berbagai sebab. Penyebab yang paling mendasar adalah serangan bahasa asing yang pada umumnya melalui produk-produk teknologi. Pemakaian istilah asing juga turut menyebabkan bahasa Indonesia kehilangan martabatnya. Di mal lebih banyak ditemui istilah bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Istilahistilah cashback, doorprize, buy one free one, sale, male and female, cashier lebih bangga dipakai padahal bahasa Indonesia memiliki padanan katanya. Penyebab kedua masyarakat Indonesia banyak yang tidak bangga dengan bahasanya sendiri dan lebih membanggakan bahasa asing. Kondisi ini mencerminkan krisis kebanggan terhadap bahasa Indonesia. Saat ini bahasa Inggris memiliki gengsi yang paling tinggi bagi masyarakat Indonesia. Bahasa ini cenderung dipinjam atau dipungut pada kata-kata tertentu dalam perbagai pembicaraan. Adapun alasannya, supaya penutur tersebut dianggap lebih berbobot tutur katanya. Gejala krisis ini dapat ditemui dalam banyak hal. Di lingkungan akademik, misalnya, kata try out, study tour, green school, classproject, password, ataupun ecoschool lebih bangga diucapkan daripada mengucapkan padanannya: ujicoba,
kunjungan belajar, sekolah hijau, proyek kelas, kata kunci, ataupun sekolah berbasis lingkungan. Penyebab ketiga masyarakat tidak mempelajari bahasa Indonesia secara baik. Dalam urusan korespondensi (surat-menyurat) di instansi PNS, misalnya, sering ditemui kesalahan memakai bahasa Indonesia. Kata kementerian sering ditulis keliru dengan kementrian; izin ditulis ijin; nomor ditulis nomer; Februari ditulis Pebruari; besok ditulis besuk; dan semacam itu. Belum lagi kekeliruan tanda baca yang dianggap lebih rumit. Sebagai lembaga pemerintah, seharusnya PNS memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai mengenai tata bahasa Indonesia sebab mereka adalah abdi negara yang seharusnya turut mencintai bahasa Indonesia. Penyebab terakhir berkaitan dengan demografi bahasa di negara Indonesia. Tidak bisa dimungkiri negara Indonesia memiliki beragam bahasa. Dalam kajian Sosiolinguistik, keberagaman bahasa dalam suatu negara disebut diglosik atau multilanguage. Berdasarkan data Ethnologue: Languages of the World, 15th ed. (2005) Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah bahasa daerah terbesar kedua setelah Papua New Guenea. Jumlah bahasa daerah kita sebanyak 742. Kenyataan diglosik yang terjadi di Indonesia cenderung lebih menguntungkan bahasa Inggris, menurunkan martabat bahasa Indonesia, bahkan semakin mengerdilkan peran bahasa daerah. Seharusnya peran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan supaya bahasa ini dapat menjadi lambang kebanggaan masyarakat. Demikian juga bahasa daerah, perkembangannya perlu dilestarikan sebab bahasa ini merupakan kekayaan produk budaya nasional.
Tes UKBI sebagai Solusi
Istilah TOEFL terdengar lebih familiar
di telinga kita daripada UKBI. TOEFL (Test Of English as a Foreign Language) merupakan alat pengukur kemahiran berbahasa Inggris. Istilah ini memang sudah sangat akrab di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan akademisi. Adapun UKBI masih jarang yang mengetahui apalagi mengikuti tesnya. UKBI kependekan dari uji kemahiran berbahasa Indonesia. UKBI merupakan instrumen pengujian kemahiran berbahasa Indonesia yang dikembangkan oleh pemerintah melalui Pusat Bahasa, sekarang menjadi Badan Bahasa. UKBI menguji keterampilan berbahasa Indonesia seseorang secara alamiah dengan tujuan mengetahui seberapa sering orang tersebut melakukan praktik berbahasa Indonesia, seperti mendengarkan dan berbicara dalam berbagai situasi kebahasaan; membaca berbagai bacaan; menulis berbagai jenis teks. Dari tes ini tinggi rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia seseorang dapat dilihat dari skor UKBI yang dicapainya. UKBI telah masuk dalam amanat Undang-Undang nomor 24 tahun 2009, tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa. Materi tes UKBI terdiri atas lima seksi, yaitu empat seksi
menguji keterampilan berbahasa serta satu seksi menguji kaidah dan pemahaman tata bahasa Indonesia. Ada beberapa keterampilan berbahasa yang diujikan. Pertama, mendengarkan. Tes ini bertujuan menguji keterampilan seseorang dalam memahami dengaran. Kedua, merespons kaidah. Tes kedua bertujuan menguji pemahaman kaidah dan tata bahasa Indonesia. Ketiga, tes membaca. Tes membaca bertujuan menguji keterampilan seseorang dalam memahami bacaan. Adapun yang terakhir, materi tes berkaitan dengan kaidah dan tata bahasa. Dalam rangka peningkatan kemampuan berbahasa, UKBI dapat dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan khusus, misalnya dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, seleksi penerimaan pegawai profesi tertentu, bahkan seleksi penerimaan PNS. Sementara itu, pegawai profesi tertentu, seperti wartawan, editor, penerjemah perlu memiliki kemampuan dengan level tinggi sebab dalam kesehariannya mereka dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lalu, bagaimana dengan PNS? Pegawai yang satu ini merupakan pegawai pemerintah. Cinta bahasa Indonesia
sudah tentu harus mereka tanamkan dan wujudkan dalam keseharian. Oleh sebab itu, tak ada salahnya jika UKBI dijadikan salah satu persyaratan mengikuti seleksi penerimaan pegawai. Apalagi, bagi pegawai pemerintah yang berprofesi sebagai guru atau dosen, mereka sehari-hari disibukkan untuk menyampaikan materi, baik lisan maupun tulis dalam bahasa Indonesia kepada para siswa atau mahasiswanya. Sebagai penutup, bahasa Indonesia pada awal sejarahnya merupakan bahasa yang memiliki martabat paling tinggi. Perkembangan zaman telah menjadikan bahasa ini mengalami kemerosotan di mata penuturnya. Seharusnya penggunaan bahasa Indonesia perlu dijadikan sebagai lambang kebanggaan setiap warga negara Indonesia. Salah satu usaha yang bisa dilakukan pemerintah adalah melaksanakan program UKBI dalam berbagai keperluan sehingga masyarakat penuturnya akan berusaha memakai dengan baik, benar, dan bangga. Kebanggaan masyarakat untuk memakai dan mempelajari bahasa Indonesia secara baik akan mampu mengembalikan martabat bahasa Indonesia seperti pada awal kemunculannya. *) Guru MTsN 2 Surabaya
MPA 349 / Oktober 2015
37
EDUKASI
Jembatan itu Adalah Sastra Sebagai manusia, pada dasarnya suka dan ingin untuk menjadi bagian dari sebuah peristiwa dan cerita karena bercerita adalah merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Cerita itu sendiri adalah merupakan bagian dari hidup. Tidak ada satupun dari kita manusia yang tidak bisa mengaitkan kehidupannya dengan sebuah cerita. Oleh : Mochamad Zainuddin, S.S. *)
D
imulai dari manusia dilahirkan, tumbuh sehat, memasuki dunia pendidikan, berhasil, berkeluarga, serta dimana manusia meninggalkan jasadnya dan seterusya, adalah merupakan rentetan kejadian dan kisah kejadian dan kisah yang menarik yang bisa kita ketahui melalui cerita. Begitu pula dengan siswa. Siswa suka bercerita karena siswa membutuhkannya demi kelangsungan hidupnya baik dalam realitas sosial mereka di ruanglingkup yang terkecil yaitu kelas maupun di ruanglingkup sosial yang lebih luas lagi yaitu di masyarakat dimana mereka tinggal, karena pada dasarnya siswa suka dan butuh untuk mengetahui dan melengkapi kisah mengenai sesamanya Sarumpaet dalam Irwanti (11:2011) menyatakan bahwa berbeda jauh dengan perlengkapan canggih seperti komputer, manusia (siswa) sangat buruk dalam hal mengungkapkan fakta dan realitas, tetapi amat baik dalam menghubungkan atau mengaitkan makna kepada fragmen informasi dan merajutnya tanpa sadar menjadi sebuah runtutan kisah. Oleh karena alasan inilah mengapa siswa membutuhkan wahana untuk membuat rajutan informasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik yaitu melalui karya sastra.
Sastra dalam Perspektif Sosial
Sastra dan realitas sosial masyarakat menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena sastra diproduksi dan distrukturisasi dari berbagai perubahan realitas tersebut. Realitas pada sastra merupakan suatu cara pandang penciptanya dalam melakukan pengingkaran atau penelusuran atas realitas sosial yang melingkupi kehidupannya. Dengan demikian, sastra merupakan potret sosial yang menyajikan kembali realitas masyarakat yang pernah terjadi dengan cara yang khas sesuai dengan penafsiran dan ideologi pengarangnya.Struktur karya 38
MPA 349 / Oktober 2015
Pada dasarnya, karya sastra merupakan kristalisasi dari sebuah masyarakat tertentu. Meskipun karya sastra yang baik pada umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai tertentu, tetapi aspirasi masyarakat mau tidak mau tercermin dalam sebuah karya tersebut.
sastra lahir dan dibentuk olehstruktur ideologi masyarakat, sedangkan struktur masyarakat juga dipengaruhi oleh struktur karya sastra.Sumarjo (1982:15) Karya sastra memiliki peran yang sangat sentral dalam sebuah masyarakat karena karya sastra merupakan ekspresi penulis berdasarkan pengamatan terhadap kondisi sebuah masyarakat tertentu, sehingga diharapkan mampu menggugah perasaan seseorang untuk melakukan suatu perenungan dan pemikiran untuk melakukan perubahan. Karya sastra yang baik adalah sebuah karya yang dapat memberikan sumbangan positif bagi masyarakat. Wellek & Warren (1990) menyatakan bahwa karya sastra dan masyarakat adalah berhubungan dalam kaitannya untuk saling mendukung nilainilai kebudayaan, karena sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial. Selain itu, sastra juga berfungsi sebagai kontrol sosial dalam
usahanya untuk mengatasi problematika kehidupan masyarakat. Pada dasarnya, karya sastra merupakan kristalisasi dari sebuah masyarakat tertentu. Meskipun karya sastra yang baik pada umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai tertentu, tetapi aspirasi masyarakat mau tidak mau tercermin dalam sebuah karya tersebut. Oleh karena itu, karya sastra tidak terlepas dari sosial budaya dan kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Dalam perspektif siswa, karya sastra ditulis atau diciptakan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide yang mendampingi, pengalaman sebagai acuan, dan amanat sebagai pesan penting yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan, apa yang disampaikan itu menjadi sebuah masukan yang berharga bagi yang membaca sehingga pembaca dapat mengambil dan mempergunakan masukan tersebut dalam lingkup sosial terkecilnya (kelas) dan berusaha untuk menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan hidup dan sosialnya dikelas.
Manfaat Pengajaran Sastra Bagi Siswa
Sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan pola pikir dan ide kreatif yang dibangun secara mandiri. Pemikiran, gagasan, dan pola pikir dari pengarang pada dasarnya bersumber dari keadaan-keadaan sekitar lingkup pengarang. Oleh karena itu, didalam karya sastra terdapat penafsiranpenafsiran yang berkaitan dengan dunia nyata. Sastra sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan dunia nyata. Begitu halnya dengan siswa, siswa akan mengambil sesuatu yang sangat bermanfaat sekali dalam karya sastra. Segala bentuk tafsiran tentang dunia nyata yang berada diluar lingkup dimana dia belajar akan dapat terakomodir dengan baik melalui sastra.
Hal atersebut akan dapat tersampaikan kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang indah dan akan sangat menarik untuk dibaca dan disimak. Siswa akan dapat mendapatkan perihal yang baru dalam menyikapi kehidupannya baik dikelas, disekolah, maupun di luar sekolah melalui karya sastra dan pengajarannya. Menurut Rahmanto dalam Ansori (2012) menyatakan bahwa sastra dan pengajarannya akan sangat bermanfaat dan berdampak positif bagi siswa. Sastra akan memberikan warna yang baru terhadap pola pemikiran siswa dalam kaitannya untuk belajar survive atau selamat untuk menhadapi segala resiko dan tantangan yang akan menghadangnya di dalam kehidupannya sekarang dan esok. Adapun manfaat sastra bagi siswa adalah sebagai berikut:
Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Budaya sangat penting sekali untuk dikenalkan kepada siswa, karena melalui budaya siswa dapat memahami hasanah budaya dari bangsanya sendiri. Melalui pemahaman budaya pula, bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki. Salah satu medium yang sangat baik untuk memperkenalkan budaya terhadap siswa adalah melalui pengajaran sastra yang diajarkan dengan bijaksana. Hal ini akan sangat membantu mengamalkan karakter dan identitas budaya yang ada.
Menunjang Pembentukan Watak
Pendidikan yang ada selama ini dianggap gagal dalam membentuk karakter siswa.
sastra dinilai dapat membentuk karakter dengan efektif karena nilai-nilai dan moral yang terdapat dalam sastra tidak disampaikan secara kangsung, melainkan dengan menggunakan metafora dan bahasa kiasan yang akan membuat produk dari sastra tersebut terkesan menyenangkan dan bersifat tidak menggurui.
Kesimpulan
Meminjam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan
Membantu Keterampilan Berbahasa Siswa
Sastra memberikan peluang yang sebesar-besarnya terhadap kemampuan dasar siswa berbahasa. Termasuk kemampuan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara akan dapat terasah dengan baik melalui sastra. Pengajaran sastra dalam hal ini berperan penting dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa saat membaca puisi. Pada saat berperan dalam drama, maka keterampilan siswa berbicara yang akan terasah. Begitu juga dengan keterampilan menyimak dan menulis akan dapat terasah ketika guru meminta siswa untuk menyimak karya sastra yang dibacakan serta memberikan pendapatnya tentang karya tersebut. Pendek kata tidak ada satu kemampuan dasar siswa dalam berbahasa yang terlewatkan ketika pengajaran sastra diberikan kepada siswa dalam proeses belajar mengajar di dalam kelas.
Mengembangkan Cipta dan Rasa
Secara umum kita sebagai pengajar memandang pada satu kesatuan yang kompleks ketika kita berhadapan dengan siswa di dalam kelas. Hal ini dikarenakan oleh adanya konsensus bahwa siswa adalah merupakan individu yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, siswa butuh untuk diarahkan agar siswa menyadari tentang potensi yang dimilikinya. Dalam kaitannya dengan pengajaran sastra, kecakapan yang dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat objective, sosial, dan religius. Sastra mampu meraih semua kecakapan tersebut dalam bentuk produk siswa dalam satu rangkaian cerita non-fiksi yang tertulis dengan olahan bahasa siswa secara objective. Pengajaran sastra yang dilakukan dengan benar otomatis akan dapat membimbing siswa untuk dapat mengembangkan potensi cipta dan rasa mereka.
Selama ini pendidikan hanya berorientasi pada angka/nilai semata. Padahal, dalam UU Sisdiknas tahun 2003, Bab II, pasal 3, jelas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Siswanti (2012). Melalui pengajaran sastra akan timbul kemungkinan lebih banyak untuk menghubungkan rangkaian kejadian dalam kehidupan manusia dalam hal ini siswa seperti, kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, sampai kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian, sampai dengan kematian akan terbuka lebar. Pengajaran sastra juga memiliki wewenang untuk mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa seperti ketekunan, kepandaian, pengimajinasian dan penciptaan. Dalam menggapai kedua hal tersebut,
bahasa yang indah. Dalam kaitannya dengan definisi diatas, karya sastra ternyata memiliki fungsi yang sangat dominan dalam usahanya untuk menjembatani siswa agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial yang terkecil (kelas) maupun lingkup sosialnya yang berskala lebih luas lagi (masyarakat). Fungsi yang sangat dominan tersbut adalah; melalui karya sastra siswa banyak sekali terbantu dalam usahanya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Bukan hanya keterampilan bahasa saja yang dapat diasah melalui pembelajaran sastra ini melainkan pengetahuan budaya dan pengembangan cipta, dan rasa siswa, serta pemebentukan karakter siswa dapat terakomodir dengan baik melalui pengajaran sastra ini apabila sastra dapat diajarkan dengan bijaksana. Agaknya pengajaran sastra didalam kurikulum perlu untuk dititik beratkan kembali, mengingat sastra adalah merupakan sebuah jembatan yang mampu menjembatani siswa untuk bisa survive dalam menghadapi kehidupan nyatanya kelak baik di sekolah mapun di masyarakat. *) Guru Bahasa Inggris MTs. Negeri Tumpang Kabupaten Malang MPA 349 / Oktober 2015
39
ENTREPRENEURSHIP
”Kaus Sablon Eksklusif Yang Laris Manis” Bisnis kaus sablon eksklusif, menjadi pilhan Abdur Rasyid dan rekannya Lanang Karisma, mengapa?. Karena usaha kaus itu bersifat universal. ”Artinya, kaus bisa dipakai siapa saja, baik lelaki maupun perempuan. Juga bisa dipakai tanpa membedakan usia. Kaus juga tak memandang status sosial, ia pantas dipakai pelajar, mahasiswa, karyawan, buruh, bos kecil sampai bos besar, dalam berbagai kesempatan”, ujar Rasyid salah satu dari 2 orang pendiri bisnis sablon ”buka-baju.com” (BBDC).
L
antaran banyak peminat, bisnis kaus selalu ramai pesaing. Oleh karena itu, Rasyid dan Lanang, memanfaatkan kemampuannya dibidang kreativitas desain dan teknologi sablon. Mereka mempersilahkan konsumen membuat sendiri gambar sablon untuk dicetak diatas kaus mereka. Ruang konsultasi pun terbuka agar sablon pada kaus sesuai yang diinginkan. Mereka menjadikan kaus sebagai media untuk mengekspresikan diri pelanggan. ”Bahkan, mau order sablon satu potong kauspun, kita layani”, kata Rasyid. Strategi bisnis tersebut dilakukan sejak BBDC berdiri 2010. Agar berbeda dengan bisnis serupa yang kerap mewajibkan order sablon kaus dalam jumlah yang banyak. Rasyid mengakui, order satu kaus memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan order dalam grosiran. Tetapi, kesediaan melayani pesanan satu kaus karena mempertimbangkan ciri khas dan eksistensi bisnis, sekaligus dapat memperluas jaringan promosi melalui berbagai lini pelanggan. Menurutnya, BBDC diminati konsumen yang ”senang berpenampilan simpel namun bekarakter”. Selain kaus bersablon, BBDC juga melayani kaus polos tanpa gambar. Bisnis BBDC dirintis dengan modal Rp.5 juta. Sumber modal diperoleh dari patungan gaji bulanan kedua pegiatnya. Modal awal dibelikan sejumlah perangkat sablon dan menyewa tempat produksi sekalian kantor promosi. Lokasinya dipilih di daerah Ciputat, Tangerang selatan, dengan pertimbangan di wilayah itu masih belum banyak pesaing bisnisnya. Rasyid mengakui, dipilihnya nama brand ”bukabaju.com”(BBDC) karena keisengan saja. Para karyawan BBDC, kerap tak memakai baju saat melakukan proses produksi. Karena di wilayah Tangerang Selatan panas, sehingga mereka memilih membuka baju. Selain itu,brand tersebut dinilai efektif menarik perhatian dan dapat mengundang penasaran khalayak. Pada awal rintisan usaha, promosi luar dan dalam jaringan internet sangat digencarkan. Respons pasar dalam dua hingga tiga bulan pertama memang masih sepi. Order pun masih kecil-kecilan dan bersifat satuan. Sehingga Rasyid kerap kali menambah biaya produksi. ”Yang jadi daya tarik. Kita bisa melayani order sablon 40
MPA 349 / Oktober 2015
satuan (perorangan),yang (bisa menarik) minat (sehingga) bikin (memesan) banyak dan bermacam-macam”, tambahnya. Ternyata order satuan pun jadi pemancing promosi yang efektif. Selang enam bulan kemudian, geliat bisnis mulai terasa. Salah satunya ditandai dengan modal awal yang telah kembali. Perkembangan pesanan pun semakin menanjak. Dia menyebutkan bahwa, sejak awal sampai bulan keenam, order berkisar 100-200 potong kaus. Setelah enam bulan, permintaan order meningkat di angka 300-400 potong kaus perbulannya. Pada 2012, mereka berhasil membuka toko dengan modal Rp.15 juta, untuk menyimpan stok kaus dan sekalian memajang kreasi produk. Juga untuk penyimpan barang gagal order karna pemesan tidak mengambilnya. ”Siapa tahu ada yang mau beli, kita jual lagi”, katanya.
Kisaran harga untuk memesan kaus satuan dibanderol Rp.70 ribu – Rp.80 ribuan, tergantung dengan kerumitan desain. Jika pemesan mengorder secara lusinan, bisa dapat harga lebih murah, jakni sekitar Rp.50 ribu-Rp.65 ribuan. Saat ini, bisnis BBDC telah memiliki empat orang karyawan di bidang produksi dan desain. Kini BBDC, telah mampu mengerjakan order kaus perbulannya sekitar 600-700 potong. Bahkan pernah mendapat order cukup besar dari sebuah perusahaan perbankan yaitu sekitar 1.300 potong kaus sablon untuk kawasan Jabodetabek. Order talah menjangkau lintas pulau (Aceh/Sumatera, Samarinda/Kalimantan, dan Sulawesi), bahkan lintas negara (antara lain Korea Selatan). Omzet pun dapat dihimpun perbulannya sekitar Rp.20 jutaan. Berdasarkan akumulasi permintaan pemesan/pelanggan, sebagian besar order meliputi pesanan sablon satu warna, tulisan-tulisan unik, kata-kata sederhana, gambar kartun siluet, seragam organisasi, logo komunitas, perusahaan, dan klub sepak bola idola. Meski demikian, masa sulit tetap pernah dilewati. Pesanan sempat sepi, dan hanya didominasi orderan sablon satuan. Pada awal merintis perusahaan ini, bahkan penghasilan mereka tidak sampai Rp.1 juta. Tetapi mereka yakin bahwa sebuah bisnis harus dibarengi dengan doa dan usaha. Bahkan kegiatan ritual seperti shalat dhuha dan puasa dijalani, sembari terus menjaga kualitas kaus sablon untuk kepuasan pelanggan. Kendala produksi juga kerap dialami, terutama ketika mencampur warna agar sesuai dengan desain gambar sablon. ” Ada konsumen minta warna yang jarang seperti warna peach, yang mendekati krem dan pink, sementara kita proses mencampur warna secara manual”, kata Rasyid. Kesulitan lainnya, adalah ketika proses konsultasi desain berlangsung. Tak jarang pemesan banyak keinginan bahkan minta revisi desain berkali-kali. Permintaan semacam itu tetap dilayani sembari diberi masukan oleh BBDC. ”Kuncinya, usaha itu ya harus sabar, mengutamakan pelanggan, bukan cuma teori, tetapi harus benarbenar dilaksanakan”, tuturnya. Bila Anda berminat, silahkan mencoba. (diangkat dari kreatipreneur rep.110915) ; •Ahar
INFORMASI
Penandatanganan Nota Kesepahaman POLINEMA Malang Dengan MAN Gondanglegi Lulusan Madrasah memiliki peluang dan kemampuan yang setara dengan siswa yang menempuh pendidikan di sekolah umum sebab mereka juga dibekali dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta pemahaman agama.
I
mej tentang madrasah sebagai lembaga pendidikan yang terbelakang, lusuh, tidak berkualitas dan dikelola seadanya, tidak menjanjikan dan ketinggalan dalam penguasaan IPTEK kini jauh ditinggalkan. Sebab, saat ini madrasah tampil sebagai lembaga pendidikan yang cukup menjanjikan bagi lulusannya untuk bersaing di dunia pendidikan (Perguruan Tinggi) maupun lapangan kerja. Selain itu siswasiswa madrasah juga mampu menorehkan prestasi yang hebat di berbagai bidang setara dengan siswa pada lembaga pendidikan umum (SMA/SMK). Untuk mencapai kemajuan itu tidak bisa dikerjakan dan berjalan sendiri, harus membangun kemitraan yang baik di dalam internal madrasah maupun dengan pihakpihak lain. Kepala MAN Gondanglegi Kabupaten Malang, Drs. Mohammad Husnan, M.Pd. menyadari betul tuntutan persaingan kualitas pendidikan yang dipimpinnya harus meluluskan siswasiswi dengan empat kelebihan sebagai ukuran yakni: spiritual, sosial, kognitif dan kompetensi. Setiap tahun lulusannya sebanyak enam puluh persen melanjutkan pendidikan ke berbagai PT baik yang ada di Malang maupun kota lain, sedangkan sisanya masuk ke dunia kerja dan lainlain. Tentu bukan angka yang kecil sebab dengan jumla siswa sebanyak 800 lebih pelu pengelolaan yang baik. Kemajuan peradaban adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari dan madrasah harus siap untuk menyambut kemajuan zaman yang terus berubah dengan pesat. Diawali dengan pengkajian terlebih dulu oleh tim yang secara khusus ditunjuk oleh kepala madrasah maka dibukalah kerja sama dengan PT untuk meng-upgrade kualitas MAN Gondanglegi. Pilihan itupun jatuh pada Politeknik Negeri Malang atau biasa disebut POLINEMA yang memiliki reputasi bagus di bidang IPTEK di samping karena secara geografis terletak di Kota Malang. Maka, pada tanggal 27 Agustus 2015 bertempat di Aula MAN Gondanglegi dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepemahaman (MoU) antara Direktur POLINEMA dengan Kepala MAN Gondanglegi disaksikan oleh Kasubbag TU, Drs. H. Iman
Berjejer dari Kiri Kasubbag TU, Direktur Polinema (memakai jas) dan Kepala Mandagi.
Penandatangan MOU oleh Kepala MAN Gondanglegi dan Direktur POLINEMA disaksikan Kasubbag TU Kankemenag Kab Malang.
Turmudi, M.Ag mewakili Kepala Kantor Kementerian. Agama Kabupaten Malang. Adapun bidang yang dikerjasamakan yaitu: a) Pelatihan SDM guru, karyawan dan siswa di bidang IT dan Akuntansi, b) Praktek Kerja Lapangan (PKL) Siswa, c) Pembelajaran Praktek Laboratorium, d) Uji Kompetensi kejuruan sebagai Tim Penguji di MAN Gondanglegi, e) Mengikutsertakan siswa dalam event dan lomba di Polinema, f) Bursa kerja khusus atau informasi lowongan pekerjaan, g) Dukungan untuk pengembangan kegiatan penerimaan peserta didik baru, h) Fasilitas beasiswa bagi siswa berprestasi yang melanjutkan pendidikan di Polinema. Dalam sambutannya Direktur Polinema, Ir. Tundung Subali Patma, MT yang didampingi jajaran Wakil Direktur dan Ketua Jurusan menyambut positif kerjasama ini karena pada prinsipnya pengembangan SDM baik itu untuk guru, karyawan maupun siswa sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Sebagai langkah awal pihaknya memberikan fasilitas dan prioritas bagi siswa MAN Gondanglegi yang memiliki prestasi baik di bidang agama maupun akademik. Lebih-lebih baik siswa yang memiliki kemampuan hafalan Al Qur’an minimal 5 juz dan qori’ akan diberikan prioritas untuk bisa menempuh pendidikan di POLINEMA. Sebab pada dasarnya lembaga yang dipimpinnya tidak hanya mencari yang pandai tetapi juga yang memiliki akhlaqul karimah. Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan prosentase enam puluh persen siswanya melanjutkan ke PT itu bisa jadi indikator keberhasilan MAN Gondanglegi dan justru sebaliknya kalau yang melanjutkan di bawah itu maka dikatakan gagal. Tentunya tugas pemerintah juga akan semakin berat untuk mencerdaskan anak bangsa. Kalau Polinema berorientasi lulusannya siap dan terserap dalam lapangan kerja sebab itu menjadi indikator sukses. Tidak hanya sebagai tenaga kerja tetapi untuk siswa yang siap berwiraswasta ada pelatihan Enterpreneurship. Sebagai gambaran tahun 2014 sebanyak 82 % bekerja. Untuk mewujudkan semua itu harus banyak kerjasama perusahaan, dunia industri (usaha) dan lembaga lain. Seperti saat ini di Polinema di buka program khusus Kelas PLN yang lulusannya nanti langsung bekerja di PLN, kelas Maintenence Garuda Indonesia, dan Kelas Karyawan Alfamart. Ini semua sebagai strategi agar lulusan lagsung terserap di dunia kerja karena sudah dipercaya oleh dunia usaha selaku pengguna jasa. Persyaratan juga tidak sulit terutama bagi yang tidak mampu asal ada rekomendasi dari Kepala Madarasah. Follow up penandatanganan kerjasama. Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang yang diwakili oleh Kasubbag TU, Drs. H. Imam Turmudi menyatakan langkah inovasi semacam ini harus didukung oleh semua pihak, kepala madrasah tidak bisa bekerja sendiri. Kinerja seorang Kepala Madrasah akan membawa perubahan terhadap lembaga yang dipimpin dan itu butuh kerja sama yang baik dengan semua komponen di MA. •Syaifudin Ma’arif MPA 349 / Oktober 2015
41
MADRASAH
MAN GONDANGLEGI
Bikin PH dan Rilis
Lima Album Religi Nama Imelda Firdausi Nuzula begitu populer di Malang Raya. Pasalnya, gadis kelahiran Malang 24 April 1999 ini sempat masuk 15 finalis KDI tahun 2015 dan sempat merasakan karantina selama dua minggu. Meski demikian, jauh sebelum ajang KDI, remaja yang juga sempat menjadi peserta ajang MAMAMIA 2014 ini telah dikenal sebagai vokalis Grup Qasidah Gita Mandagi Malang. “Imelda hanyalah satu dari sekian banyak vokalis yang berhasil diorbitkan Gita Mandagi sebagai penyanyi hebat. Tapi, Imelda memang yang terbaik selama yang kami bina,” terang Wahyudi.
B
isa dikatakan, Imelda adalah penemuan bibit bakat terbaik selama Gita Mandagi berdiri. Menurut Pembina Gita Mandagi itu, Imelda tak cuma mampu menyanyikan lagu-lagu qasidah dan sholawat, tapi juga piawai mendendangkan lagu dangdut dengan cengkok suara yang khas. Siswi kelas XII IPA 1 MAN Gondanglegi Malang itu juga pandai menyenandungkan lagu Pop dan merupakan juara MTQ tingkat Jatim. “Selain Imelda, kami juga memiliki tiga vokalis lagi yang masing-masing memiliki ciri khas berbeda. Ada yang handal di lagu Pop, ada yang piawai di syair Sholawat,” papar pria yang biasa dipanggil Bombom itu. Bersama Imelda sebagai vokalis, Gita Mandagi sempat meraih juara II lomba Qasidah tingkat Nasional tahun 2014 pada acara Pekan Farabi di Universitas Negeri Malang. Selain meraih beragam gelar bergengsi di tingkat regional hingga nasional, Gita Mandagi juga telah rutin mengisi acara dalam perayaan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemkab/Kota Malang, Kanwil Kementerian Agama Prov. Jatim, serta kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh ormas dan masyarakat umum. “Tak jarang kami juga tampil di acara nikah, khitan 42
MPA 349 / Oktober 2015
atau tasyakuran yang diselenggarakan warga dengan sound sistem seadanya,” ujar lelaki kelahiran Malang, 5 November 1983 ini sambi mengulum senyum. Alhasil, nama Gita Mandagi kini telah sangat populer se-Malang Raya. Apalagi Gita Mandagi sudah mampu menelorkan lima album religi yang penampilannya juga bisa dilihat di Youtube. Yang mengesankan dan begitu membanggakan, Gita Mandagi bukanlah grup qasidah yang dibentuk dari kalangan profesional. Personel Gita Mandagi semuanya adalah karyawan dan siswa MAN Gondanglegi Malang. Gita Mandagi, hanyalah salah satu kegiatan ekstra kurikuler di bidang Qasidah yang dimiliki MAN Gondanglegi. Selain group Gita Mandagi, MAN Gondanglegi juga memiliki grup rebana Al-Banjari maupun grup Band yang mengikuti alur musik modern. “Nama Gita Mandagi lebih populer karena kerap diundang masyarakat dan telah melahirkan album religi,” papar suami Tutut Subandiyah ini. “Memang tak ada yang menyangka jika Gita Mandagi bisa sesukses sekarang ini. Maklum saja, kami hanya grup bentukan madrasah. Tapi alhamdulillah kami mampu membuktikan bahwa kami bisa,” tambah ayah dua anak ini.
Drs. M. Husnan, M.Pd. Kepala MAN Gondanglegi
Gita Mandagi terbentuk pada tahun 2010. Di awal rintisannya, Gita Mandagi masih diisi oleh personal guru dan siswa. Tak ada tempat latihan khusus. Bahkan mereka masih latihan dengan alat seadanya. Namun demikian, kolaborasi guru dan siswa ini mampu melahirkan dua album religi pada Volume 1 & 2. “Untuk proses rekaman suara dan syuting video clip hingg editing, kami masih dibantu pihak luar,” ujar Drs. M. Husnan, M.Pd. “Tapi alhamdulillah saat ini, mereka sudah kami rekrut untuk mengajar ekstra bidang Broadcasting,” tambah Kepala MAN Gondanglegi ini tersenyum. Lelaki kelahiran Sampang, 1 November 1962 ini memang tak mengikuti perjalanan Gita Mandagi sejak awal. Suami Suci Lestari ini datang menjabat sebagai Kepala MAN Gondanglegi ketika Gita Mandagi sudah melaunching albung ketiganya. Sebagai penghobi musik, ayah dua anak ini pun tertarik untuk lebih mengembangkan Gita Mandagi. “Saya begitu terkesan dengan kemajuan grup ini. Dan saya pun ingin Gita Mandagi bisa tampil lebih sempurna lagi karena saya memandang banyak efek positifnya bagi MAN Gondanglegi,” ujarnya. Mantan Kepala MAN Malang I ini pu mulai melengkapi Gita Mandagi dengan peralatan yang cukup memadai untuk tampil lebih elegan dan profesional. Mulai alat musik Keyboard, gitar dan alat musik lainnya. Alumni S1 Fak MIPA Jurusan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang ini pun menyempurnakannya dengan membeli separangkat alat sound system yang canggih. “Kami ingin ketika tampil bisa terlihat sempurna. Sebab tak jarang, kami diundang di acara kampung yang tak menyediakan sound
Gita Mandagi tampil di Final.
Personel Gita Mandagi saat latihan.
system yang layak. Bahkan kerap juga pakai sound yang masih pakai corong,” tuturnya diiringi gelak tawa. Meski demikian, Gita Mandagi tetap tampil profesional – bagaimanapun bentuk sound system dan tata panggungnya. “Prinsip kami, yang penting anak-anak tetap happy dan terbukti anak-anak tak pernah mengeluh. Karena kami memang senang bermusik. Jadi nikmati saja,” ujarnya mengulum senyum. “Karena itulah kami membeli seperangkat alat sound system untuk mendukung pengampilan kami,” tambahnya. M. Husnan pun mulai membangun studio khusus musik sekaligus sebagai ruang proses editing pembuatan album rekaman. Sejak tahun lalu, Gita Mandagi pun tak lagi harus berpindah-pindah tempat saat latihan maupun tatkala menyelesaikan proses pembuatan album. “Dulu anak-anak kerapkali pontang-panting membawa alat ke studio rekaman,” jelasnya. Seiring perkembangan Gita Mandagi yang mulai terkenal, para siswa yang tergabung pun dipilih lebih selektif lagi. Tapi Gita Mandagi selalu memiliki problem yang sama tiap tahunnya. “Kami akan kehilangan personel utama saat tahun kelulusan tiba. Dan untuk menemukan personel pengganti, khususnya bagian vokal sangat sulit karena tiap individu memilii karakter
suara yang berbeda,” ujarnya. “Kadang kami tak menemukan yang kami inginkan pada siswa yang baru masuk MAN Gondanglegi,” tambahnya. Tapi itu bukanlah menjadi penghalang bagi kemajuan Gita Mandagi. Pergantian personel menjadikan Gita Mandagi tampil lebih variatif. Perbedaan karakter suara yang dimiliki malah menambah kekayaan pada pengembangan alur musik Gita Mandagi. “Ini juga menguntungkan kami. Ada yang piawai cengkok dangdut, ada yang ngepop, dan ada juga yang murni shalawatan,” terang M. Husnan. Sebab saat tampil di panggung, Gita Mandagi juga dituntut bisa membawakan lagu permintaan penonton. “Genre kami memang religi. Tapi kami juga harus mampu melayani keinginan masyarakat yang memiliki kesenangan yang berbeda dalam bermusik,” terangnya. Karenanya, meski syair-syairnya bernuansa religi, tapi pada kemasan musiknya dimix dengan irama dangdut, pop maupun irama musik lainnya. “Karenanya saat ini kami sangat tertolong dengan adanya Imelda yang mampu membawakan beragam jenis musik,” tambahnya. Tapi tak semua vokalis Gita Mandagi yang terpilih sudah jadi seperti Imelda. “Ia dulu juga tak sebagus sekarang,”
tukasnya. Tapi berkat latihan yang dibina oleh Wahyudi dan pengalaman selama mengikuti KDI dan MAMAMIA, menjadikan Imelda semakin matang dalam bernyanyi. Pengalaman itulah yang ditularkan kepada rekan-rekannya di grup Gita Mandagi. Meski telah terkenal, MAN Gondanglegi tak pernah mematok harga pasti bagi mereka yang ingin mengundang Gita Mandagi. Mereka pun meyakinkan akan tetap tampil profesional di mana pun mereka tampil. “Bagi kami, Gita Mandagi adalah program Hidden Marketing kami. Jadi keuntungan finansial bukanlah tujuan utama kami. Bahkan tak jarang kami malah rugi saat diundang,” selorohnya sambil tertawa. Tapi, dalam setiap aksi panggungnya, Gita Mandagi wajib membawakan dua Mars lagu yang menjadi ciri khas MAN Gondanglegi. “Dalam syair lagu itu lah kami mengenalkan MAN Gondanglegi kepada masyarakat luas,” terangnya. Selain itu, Gita Mandagi juga tetap menjaga orisinalitas album mereka dengan menciptakan syair mereka sendiri. “Mars Gita Mandagi juga hasil karya cipta Ahmad Musthofa yang merupakan Wakil Kepala MAN Gondanglegi. Juga banyak syair ciptaan pak Wahyudi sebagai pembina Gita Mandagi,” tuturnya bangga. Sayangnya, hingga album ke lima ini, semua album yang dirilis masingmasing seribu keping itu masih tidak diperjualbelikan secara umum. Padahal, pundi-pundi dana hasil penjualan itu bisa untuk membantu pembangunan MAN Gondanglegi. “Nantilah itu. Ke depannya, kami akan memilih syair-syair yang bagus sebagai masterpiece. Kami berencana juga akan membikin PH sendiri, sehingga semua proses pembuatan album hingga penjualannnya bisa kami tangani secara mandiri secara profesional,” janjinya. Dengan telah adanya program Broadcasting, M. Husnan yakin pendirian PH itu akan semakin segera terwujud. Sebab dirinya ingin semua pengelolaan PH dan pembuatan album bisa ditangani oleh siswa tanpa campur tangan guru. “Kami ingin membekali siswa dengan life skill yang mumpuni agar ketika lulus dapat mandiri,” tekadnya. “Sebab untuk maju, setiap sekolah harus punya unit usaha,” tandas pria yang menargetkan agar Gita Mandagi dapat merilis minimal satu album tiap tahunnya. Ke depannya, dirinya juga akan melibatkan program ekstra lainnya seperti Teater dalam pembuatan naskah skenario untuk videoclipnya. “Tak hanya teater, kami juga akan banyak melibatkan unsur lainnya dalam pembuatan tiap album, sehingga tak ada kesan Gita Mandagi dianakemaskan. Semuanya penting dan saling mendukung,” tukasnya. •Dedy Kurniawan,Syaifuddin Ma’arif MPA 349 / Oktober 2015
43
HAJI MABRUR
DAN KEMABRURAN SOSIAL Oleh : Hafidz, S.Pd. M.Pd.I*
Hadhirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah!
Mari kita bersyukur atas semua karunia yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT, sehingga pada siang ini kita bisa berkumpul dengan tujuan yang sama yaitu beribadah kepada Allah SWT. Dalam kesempatan yang baik ini saya berwasiat, wasiat ini saya tujukan kepada diri sendiri, dan kepada seluruh jamaah jum’at yang berbahagia, yaitu marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintahperintah-Nya, dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dengan begitu, kita akan menjadi manusia yang berbahagia, fid diini wad dunya wal akhirah.
Hadhirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah!
Panggilan ibadah haji bagi kaum muslimin merupakan ibadah utama dan amat tinggi nilainya. Ibadah haji dilakukan untuk mencapai ridha Allah SWT sekaligus sebagai penyempurna terhadap lima rukun Islam. Karena itu betapa besar animo kaum Muslimin untuk menunaikannya. Rupanya besarnya animo itu tidak diimbangi dengan tingginya kualitas hidup berbangsa secara merata. Dekadensi moral level individu (syakhshiyah) maupun kolektif (jama’i) seperti kemiskinan yang tidak pernah berakhir, kebodohan yang terus bertambah, kriminalitas dengan frekuensi tinggi, korupsi merajalela, dan sebagainya. Tidak tertutup kemungkinan itu akan berlanjut pada generasi bangsa ini ke depan, jika tidak segera dirubah paradigma berfikir dan moralitasnya. Sering ibadah haji tidak searah dengan perilaku sosial umat, karena haji dianggap sebagai pesta individu atau dipahami sekadar seremonial semata. sebenarnya, jika diteropong dari sisi bahasa, haji memiliki makna al-qashdu yang berarti naik atau menuju. Sesuai QS. al-Balad:11-16, makna ini mengindikasikan pelakunya siap meninggalkan dan menanggalkan kesenangan duniawi yang bersifat individual (yang disimbolkan dengan pengorbanan waktu secara khusus, harta secara tersendiri, sanak keluarga, dan rumah di tanah kelahiran) menuju pengabdian sosial.
44
MPA 349 / Oktober 2015
Perpindahan fisikal dari Tanah Air menuju Tanah Suci Makkah tidak ubahnya seperti perpindahan artikulatif orientasi individual-material menuju misi sosial-spiritual terutama pasca haji.
Hadhirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah!
Rasulullah SAW bersabda “...dan haji yang mabrur tidak ada pahalanya kecuali syurga”(HR. Muttafaqun ‘Alaih). Ibadah haji yang diterima disebut dengan “Mabrur” adalah deriviasi dari kata al-birr, berarti pancaran kebaikan sosial, dan mabrur adalah isim maf’ul dari kata barara (barra) yabirru, birran, baarrun, mabruurun artinya orang yang dipenuhi kebaikan, sesuai firman Allah SWT: ‘’Kalian belum mencapai kebaikan (al-birr) hingga menginfaqkan sebagian harta yang kalian cintai.’’ (QS Ali Imran;3:92). Bahkan, Rasulullah SAW pernah ditanya, ‘’Apa makna mabrur?’’ Dijawab, ‘’Suka memberi makan (bantuan sosial) dan lemah lembut dalam bicara.’’ (HR Ahmad). Dengan begitu mabrur sesungguhnya proses yang tidak hanya saat prosesi haji saja, tapi perlu pembuktian yang berkesinambungan. Istilah Mabrur adalah cita sosial para hujaj dalam mengempaty, mengemansipasi, dan mengangkat harkat martabat sesama dari kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan keterbelakangan. Dalam konteks inilah orang yang berangkat haji berkali-kali di kala masih banyak tetangga kelaparan kontraproduktif dan tumpul dalam menghayati cita revolusi sosial ibadah haji.
Hadhirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah!
Ketulusan niat penting untuk selalu diingat dan ditata dengan kokoh dalam jiwa dan hati, karena seseorang akan diberi balasan sesuai dengan apa yang diniatkan, yakni niat tulus karena Allah, bukan karena lainnya. Ibadah haji tidak hanya membutuhkan persiapan fisik material, tetapi juga kesiapan mental-spiritual. Haji jelas tidak sekadar berangkat ke Makkah tapi juga harus mau dan mampu mengubah sifat maupun sikap pelakunya. Karena itu sikap dan perilaku tercela harus dapat dirubah menjadi sifat dan perilaku mulia. Hal itu seperti motivasi yang pernah disampaikan Rasulullah SAW : “barangsiapa melaksanakan haji dan ia tidak mengucapkan perkataan buruk dan tidak fasik maka ia kembali sebagaimana baru dilahirkan ibunya”(HR. Muslim). Karena itu pula Imam Al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin mengkritik para hujaj agar terlebih dahulu menyucikan jiwa dan hati mereka. Demikian juga mentalitas mabrur mesti terimplimentasikan secara sosial dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Meskipun niat yang ditujukan karena Allah (vertikal), dampak yang diharapkan sebenarnya sangat horizontal sebagai pembuktian dari kemabruran haji. Dengan kata lain, haji adalah sarana seorang Muslim menempa tanggung jawab keumatan kelak sepulangnya dari haji. Selanjutnya para hujaj dituntut mempersiapkan diri untuk mengaktualisasikan nilai-nilai sosio-spiritual haji sebagaimana yang mereka alami saat melaksanakan manasik haji. Mulai dari ihram yang mengindikasikan kelemahan manusia di hadapan Allah. Thawaf merujuk pada sirkulasi dan perputaran hidup. Wukuf melambangkan manusia selalu berintrospeksi diri yang ditandai dengan keharusan berqurban untuk sesama. Sebagai hamba yang diberi kehormatan dan imam umat dan bangsa, para hujaj harus mempersiapkan diri untuk dapat melebur dengan ragam problematika keumatan secara partisipatif menyongsong pemberdayaan umat, menolong kerabat miskin, menyantuni anak yatim, membiayai orang-orang lemah, menciptakan lapangan kerja, dan lainnya, dari pada berangkat haji berkalikali. Karena itu hendaklah para Hujaj menjadi teladan perilaku terpuji di tengah-tengah masyarakat. Para hujaj adalah sebagai imam dan panutan umat, sebagai manusia suci dan pigur public yang memiliki sensibilitas sosial tinggi. Ini karena ibadah haji merupakan panggilan jihad yang bermisikan komitmen sosial guna menyelesaikan ragam problematika kemanusiaan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Jadi indikator kemabruran diterimanya ibadah haji terlihat bila sepulang dari haji dapat meningkatkan amal kebaikan sosialnya. Dan sebaliknya berhaji dengan berulang-ulang menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam merubah diri dan mensosialisasikan keshalihan sosial, sebagai pendidikan dasar dari penempaan diri melalui ibadah haji. Semoga saudara-saudaraku yang berhaji selalu diberi kemudahan, kelancaran dan kesehatan, sampai kembali lagi ke tanah air dengan selamat dan menyandang predikat haji yang mabrur. * GPAI SDN Kauman 1 dan SD PLUS Qurrota A’yun Kota Malang
MPA 349 / Oktober 2015
45
Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF.
Menangani Luka Kulit adalah pelindung tubuh. Karena letaknya di bagian terluar tubuh, kulit tidak jarang terluka ringan, sedang, ataupun juga parah. Ini perlu penanganan yang benar untuk menghindari akibat buruk lanjutnya. KLINIK
“Luka” kulit dapat dianggap ringan jika hanya berupa akibat geseran dengan benda keras sehingga hanya kulit arinya yang terkikis oleh benda itu, misalnya jika siku terkena tembok ketika banyak orang berdorong-dorongan di lorong yang sempit. Luka dapat parah semisal jika paha tersabet parang, sehingga selain kulit yang robek daging dapat “terbuka” menganga dengan ataupun tanpa perdarahan yang hebat; bahkan tulang pun mungkin juga terpotong! Luka selanjutnya akan berpeluang untuk menjadi kian parah jika tidak ditangani dengan benar; salah satunya adalah luka mengalami infeksi. Untuk mengembalikan fungsi utama kulit yang terluka itu diupayakan agar kulit segera pulih; untuk inilah perlu tindakan yang benar. Dari gambaran “sederhana” di atas dapat kita fahami bahwa luka kulit itu dapat bermacam-macam bentuknya; masing-masingnya perlu penanganan yang mungkin tidak sama. Untuk penanganan luka telah dikembangkan berbagai cara dan sarana agar luka cepat sembuh dan sesedikit mungkin muncul akibat buruknya. Dulu (sekarang juga ada yang masih digunakan orang) luka iris “diobati” dengan getah (tlutuh, Jw.) pelepah daun pisang, perdarahan diatasi dengan sarang labah-labah rumahan (gamet), luka terbuka ditutup dengan hancuran bawang merah, dan sebagainya sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Obat-obat luka pun telah berkembang untuk luka baru ataukah luka lama (jelas terinfeksi ataukah tidak). Dulu orang terbiasa menggunakan “yodium tincture” (larutan yodium dalam alkohol), kemudian dilengkapi dengan penggunaan larutan rivanol ataupun juga boorwater, lalu bergeser ke “obat merah” (mercurochrome), lalu ke “betadin” (dengan nama dagang Betadine, Alphadine, Biosepton, Dinasept dan lannya yang mengandung bahan aktif Povidon Iodine); akhir-akhir ini kian banyak diiklankan cairan dengan bahan aktif lainnya semisal Dettol, Dermisan, Minosep, Pasquam. Pergantian “obat-obat” itu sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran, yaitu 46
MPA 349 / Oktober 2015
memilih yang “cepat menyembuhkan” dan tidak menimbulkan nyeri. Yang perlu difahami adalah bahwa menyembuhkan kulit yang terluka tidaklah sama dengan menembel kertas yang obek ataupun menembel kain yang tercabik; sembuhnya kulit yang terluka adalah tersambungnya jaringan kulit yang melibatkan “pertumbuhan” sel-sel lapisan kulit maupun jaringan ikat dibawahnya. Selsel kulit tumbuh dengan membelah diri yang dimulai dari tepi luka, sedangkan jaringan ikut tumbuh dari bawah; jadi makin lebar lukanya makin lama sembuhnya. Jika luka terbuka lebar, maka untuk mempercepat menutupnya luka itu kulit harus dikatupkan dengan menjahitnya, atau tanpa jahitan tetapi menggunakan plester yang dibentuk khusus (swallow tail, butterfly flap), ataupun juga menggunakan “lem luka”. Keterlambatan pertumbuhan kulit akan memaksa tubuh membuat selaput tipis pengganti kulit yang rentan robek. Untuk
mempercepat penutupan kulit ini kadangkadang dilakukan transplantasi (cangkok kulit, diambilkan kulit dari bagian tubuh yang lain). Kadang-kadang kita jumpai bahwa ada orang yang jika terluka mudah sembuh, tetapi ada juga yang jika terluka perlu pengobatan berkepanjangan untuk sembuh. Keadaan seperti itu mudah kita fahami bahwa penyembuhan luka itu seibarat menggarap suatu bangunan, cepat atau tidaknya proses itu dipengaruhi oleh tersedianya bahan dan kelancaran transportasi, serta kecekatan tukangnya. Mereka yang bergizi buruk cenderung lama sembuhnya; luka kulit di daerah yang peredaran darahnya lambat maka kesembuhan juga lambat (luka di mata kaki lebih lambat sembuh ketimbang di betis), luka pada anak-anak lebih cepat sembuhnya ketimbang pada orang lanjut usia. Belum lagi bahwa sejumlah penyakit juga berpengaruh atas proses penyembuhan luka lewat berbagai macam sebab dan mengapanya. Di samping infeksi yang dapat terjadi karena masuknya kuman menembus kulit, kuman dapat juga menyebar luas dari luka infeksi; ini mempersulit kesembuhan karena kuman yang tumbuh itu “memakan” jaringan baru yang sedang tumbuh.
DIAGNOSA
Sempurnanya keberhasilan merawat luka ditentukan juga oleh seberapa jeli pemeriksaan atas penderita luka, terutama untuk menentukan kalau-klau ada faktor yang dapat mempersulit kesembuhan luka itu. Misalnya bagaimana awal terjadinya luka, bagaimana terjadinya luka. Hal ini penting misalnya untuk mengantisipasi infeksi, adanya bahan atau benda asing yang tetinggal di dalam luka. Kelambatan kesembuhan dapat terjadi pada penderita kencing manis, kurang gizi, AIDS. Untuk kemudahan tindakan lanjutnya luka kadang-kadang dibedakan menjadi luka terbuka – tertutup, luka lecet, iris, tusuk, luka bakar, ataupun lainnya.
Untuk yang sederhana kadang-kadang macam luka dapat dikenali dengan melihat sepintas saja, namun kadangkadang diperlukan tindakan lanjut untuk menghindari akibat buruk lanjutan, misalnya luka akibat kecelakaan perlu pemeriksaan USG ataupun foto ronsen jika dikhawatirkan adanya serpihan kaca ataupun logam di tempat luka. Untuk luka lama kadang-kadang perlu “tissue culture” untuk mengetahui kuman apa yang ada di luka itu untuk dapat memilihkan obat apa yang mempan untuk membunuh kuman itu.
PENGOBATAN
Prinsip “pengobatan” luka adalah mengupayakan luka cepat sembuh dengan sesedikit mungkin memberikan rasa nyeri ataupun menyisakan cacat. Oleh karena itulah walaupun alkohol “baik” untuk mematikan kuman alkohol tidak digunakan pada luka karena akan menimbulkan rasa nyeri hebat jika mengenai luka. Pernah juga yodium ini dirupakan sebagai iodoform sebagai obat tabur luka lama, tanpa alkohol. Larutan Mercurochrome obat merah kemudian ditinggalkan karena obat yang mengandung mercurium (air raksa) ini setelah berikatan dengan protein tubuh menjadi sulit dibuang lagi sehingga kulit dan jaringan ikat menjadi terhalang untuk cepat tumbuh pulih. Obat “coklat” yang mengandung povidon iodida ( yang awalawal dipasarkan dengan nama Betadine, adalah yodium dalam larutan kalium yodida dan kemudian dipasarkan dengan berbagai nama) juga mulai ditinggalkan karena yodium yang berikatan dengan jaringan ikat di luka itu menghalangi pertumbuhan selsel kulit maupun jaringan ikat di bawahnya; kini obat ini dianjurkan hanya digunakan untuk pembersih kulit di sekitar luka. Untuk menghindarkan penyulit (terutama infeksi) maka luka harus secepatnya dibersihkan. Untuk membersihkan ini dapat digunakan larutan garam faali (yang tidak menimbulkan rasa nyeri); penggunaan larutan pensuci kuman (semisal chlorhexidine, dexpanthenol, physohexidine) juga boleh. Jika luka cukup luas ataupun jelas akan menimbulkan nyeri sangat, maka untuk tindakan pembersihan ini perlu dilakukan patirasa; untuk ini sebaiknya dilakukan di rumah sakit. Jika tak ada bahan pembersih yang “baik” itu terpaksalah digunakan air bersih, yaitu “aqua” (air dalam kemasan) ataupun air yang sudah dididihkan (sesudah dingin!). Pemberian patirasa terutama harus dilakukan jika luka cukup dalam, yaitu karena perlu mencari benda asing (serpihan kaca, pecahan partikel), ataupun perlu pembersihan lanjut (menggunting jaringan untuk membuang jaringan yang rusak yang tak dapat dipulihkan, semisal luka yang tercabik-cabik), terutama pada anak-anak.
Yang perlu difahami adalah bahwa menyembuhkan kulit yang terluka tidaklah sama dengan menembel kertas yang obek ataupun menembel kain yang tercabik; sembuhnya kulit yang terluka adalah tersambungnya jaringan kulit yang melibatkan “pertumbuhan” sel-sel lapisan kulit maupun jaringan ikat dibawahnya.
Pembersihan yang cukup “sederhana” adalah dengan mengucuri luka dengan menggunakan larutan perhydrol yang mudah didapatkan di apotek. Larutan ini akan mengeluarkan gelembung-gelembung oksigen yang membuih mendorong kotoran yang terdapat di luka itu keluar. Larutan ini juga mengurangi kehidupan kuman yang tak tahan udara (anaerobe) . Tindakan selanjutnya adalah menutup luka. Untuk luka yang sederhana cukuplah luka ditutup dengan kasa steril, rangkap; lalu dipertahankan posisinya dengan menggunakan plester ataupun verband; untuk menjaga kelembaban daerah luka, maka di luar kasa itu dapat juga diberi plastik tipis. Kasa ini perlu diganti sekali setiap harinya; jika ternyata menjadi luka bernanah maka penggantian mungkin perlu dua kali sehari. Jika muncul demam (sebagai tanda infeksi) antibiotika mungkin harus ditambahkan, lagsung pada luka itu ataupun juga yang diminum; dokter akan memberikan pertimbangannya. Plester berkandungan obat (dipasarkan denngan nama BandAid, TensoPlast, HansaPlast, dan sebagainya) masih cukup sering dipakai karena kemudahannya, dan “obat” antiseptik yang terkandung bersama dengan lem perekatnya ataupun di dalam bantalan penyerap “lendir” yang ada ternyata masih mampu mengatasi infeksi ringan di kulit yang ada pada luka kecil ataupun kulit yang aus. Di tempat yang fasilitas layanan luka tesedia lengkap, biasanya digunakan “pembalut” (dressing) yang sesuai
dengan keadaan luka, yang dengan ini diharapkan luka cepat sembuh. Namun harus difahami bahwa makin sempurna sarana pembalut yang digunakan boleh dikata makin mahal beayanya. Tergantung pada bagaimana keadaan luka itu di sini dapat dipilih “pembalut” yang mana yang akan digunakan. Misalnya apakah kasa steril “biasa” ataukah yang “bersalep” (diberi bahan aktif tambahan yang terserap di salep perendamnya semisal yang dipasarkan berupa SofraTulle, DaryanTulle); ataupun juga yang berbentuk lembaran (films), “salap” (gels), “buih” (foams), pasta, ataupun bentuk lainnya (hydrocolloids, alginates, hydrogels). Secara menyeluruh dapatlah disebutkan bahwa pembalut harus bersih ataupun bahkan steril (tidak mengandung kuman), agar tidak menimbulkan infeksi; jangan sampai pembalut justru menghambat penyembuhan karena luka jadi memborok bernanah ataupun memunculkan tetanus; untuk inilah kadangkadang juga pada pembalut itu ditambahkan antibiotika. Sejalan dengan ini maka tidak dibenarkan menggunakan kapas langsung ke luka karena ketika kapas ini diangkat nantinya berpeluang meningglkan “sisa” (serabut kapas dengan bibit kuman) ketika diangkat untuk diganti. Pembalut tidak boleh menjadikan luka terlalu kering; pertumbuhan jaringan kulit ataupun jaringan ikat di bawahnya perlu suasana yang lembab. Lingkungan yang kering akan menimbulkan rasa nyeri jika ada gerakan, ataupun bahkan mengganggu dengan memudahkkan terjadinya perdarahan. Untuk tujuan-tujuan itulah ditawarkan penggunaan serat sintetis yang serat benangnya panjang dan menyerap air yang menjaga kelembaban di permukaan luka. Bahan yang digunakan ataupun yang ditambahkan pada pembalut juga dapat memicu munculnya reaksi alergi (gatal, basah terus); kadang-kadang dapat memicu timbulnya keloid (bekas luka menebal sepeti yang cukup sering terjadi pada luka vaksinasi cacar ataupun BCG).
PENUTUP
Peluang kulit untuk mengalami luka cukuplah besar. Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan terjadi berikutnya atas luka itu. Kita perlu lebih bersiap untuk menghadapi adanya luka di sekitar kita untuk dapat menolong diri kita sendiri maupun orang lain. Akan lebih baik jika di rumah kita masing-masing ada kotak P3K. Pertolongan utama dalam menghadapi luka adalah menutupnya dengan benar untuk menghindarkan korban terhadap akibat buruk yang dapat terjadi: perdarahan ataupun infeksi. Jangan ragu untuk meminta pertolongan ke pusat layanan kesehatan terdekat secepatnya. Semoga uraian di atas bermanfaat. MPA 349 / Oktober 2015
47
BAHASA INGGRIS Pengasuh : Drs. Ahmad Busyairi Mansur, MM
A. Reading (Wacana)
In
KEEPING APPOINTMENTS, DELAYS AND CANCELLATION
the first verse of surah al Maida, Allah called upon the believers “O”you the believers, fulfill your promises. in surah Maryam Allah also praised Prophet Ismail may peace be upon him “He was true to his promise. He was a Messenger and a Prophet.” To keep an appointment is vital to our lives, since time is the most precious commodity, once wasted it could not be replaced. If you made an appointment, whether to a friend, colleague or for business you should do your utmost to keep this appointment. This is the right of the other person who gave you part of their time and may have declined other appointments. Not only have you disrupted their schedule but you have marred your image and personality. If your punctuality becomes lousy you will lose people’s respect. You should keep all your appointments whether it was with and important person, a close friend or someone else. You will be responding to the call of Allah in surah al-Isra’ and keep your promises. The promise is a responsibility. It is enough to know that our kind Prophet gave an appointment to one of his companions. The companion came three days later. The Prophet gently reprimanded him. You have caused me some trouble. I have been waiting expecting you since three days. The companion probably had an excuse for this delay. Then, he had no means to inform the Prophet about his inabilty to meet the appointment. Today, fast and reliable communication means are available everywhere. As soon as you realize you will not be able to keep an appointment, you should inform the other parties to enable them to utilize their time. Do not be careless or irresponsible. Do not think that the appointment is so unimportant that it does not merit a notice or an apology. This is totally irrelevant. Regardless of its importance an appointment is a commitment. It must be kept or fulfill it. This is forbidden as it falls within lying and hypocrisy. Al Bukhari and Muslim narrated that the Prophet said : ”Three traits single out hypocrites, even if he prayed and/or fast and claimed to be Muslim. If he talks , he lies. If he promises, he does not keep it. If he is entrusted, he betrays the trust.”
B. Vocabulary (Kosakata) keeping = menjaga appointments = janji delays = penundaan cancellation = pembatalan verse = ayat promises = janji messenger = utusan vital = penting precious = berharga wasted = terbuang replaced = diganti whether = apakah colleague = rekan utmost = sepenuhnya declined = menurun disrupted = terganggu schedule = jadwal marred = dirusak punctuality = ketepatan waktu attend = hadir disclose = membuka accordingly = demikian righteous = adil ancestors = nenek moyang at ease = nyaman
48
MPA 349 / Oktober 2015
C. Dialogue A B A B A
: : : : :
B : A : B A A B A B
: : : : : :
A B A B A B A B A B A
: : : : : : : : : : :
B
:
TALKING ABOUT FAMILY Can you tell me about that photography? Sure. This is my mom. This is my father. These are my parents. And this is my wife, her sister, and this is her sister's husband. How many people in your family? There are seven people in my family : my mother, my father, my older brother, my older sister, me, my younger brother, and younger sister. Wow, what a big family! Yeah. and how about you? How many sisters and brothers do you have? What number are you? I'm number two of three children. The youngest one died when she was still so young Oh, I'm sorry to hear that! Hi Janet! Hi Daren! I heard that you moved here. So do you live with your parents? No, I don't. Don't you know that I'm married, and that's why I moved here? I lived with my husband now. Oh really ? You're married already? Congratulations! Do you have kids ? Thank you. We have two. One son and one daughter. So tell me about your father. What kind of person is he? Well, he's very smart, friendly and funny. What does he look like? He's young, tall and handsome. He has straight black hair and blue eyes. What does your mother? She's short, thin and beautiful. She has red hair and wear glasses. And how about your brother. He has curly red hair and big eyes. Everybody like him I saw a young girl today in your house. She's wearing a pink skirt and white blouse. Who is she? Oh she is my cousin.
BAHASA ARAB Pengasuh : Ustd. Faiz Abdur Rozak
Kosakata: Nama yang belum jelas dan pasti:
Lanjutan
Nama yang sudah jelas dan pasti :
Susunan kata Mirip, menyerupai susunan kata
MPA 349 / Oktober 2015
49
LINTAS PERISTIWA Gebyar Pentas Seni Play Grup (PAUD/KBIT) Kota Blitar di Taman Kebonrojo
Para siswa play group sedang asyik mengikuti salah satu cabang lomba yaitu lomba mewarnai di tengah-tengah taman.
KOTA BLITAR – Gebyar Seni Play Grup (PAUD) dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar Drs. H. Moh. Sidiq,
M.AP didampingi Kakankemenag Kota Blitar Drs. H. Ngudiono, M.Ag, MM di Taman Kebon Rojo, (9/9). Seluruh lembaga Play Grup (PAUD) se-Kota Blitar hadir, bahkan banyak dari RA maupun TK yang menampilkan kreativitas seninya. Kepala Diknas di saat membuka acara menyampaikan bahwa dalam memajukan pendidikan harus dimulai dari yang paling dasar, yaitu pendidikan anak usia dini. Karena ini merupakan pondasi dasar untuk menanamkan nilai-nilai positif kepada generasi yang akan datang. “Untuk membangun suatu tatanan pendidikan yang semakin baik dan maju, maka di Kota Blitar pendidikan diutamakan sejak dini,” ungkapnya. Kreativitas yang ditampilkan dalam acara yaitu tari, melukis, mewarna dan melukis alam yang berada disekitarnya. Pelaksanaan yang bertempat di Taman Mini Kebon Rojo Kota Blitar sangat tepat. Sebab selain pohon-pohonya yang besar dan rindang, di tengah-tengah ada pancuran air kemercik yang indah, juga di kelilingi hewan-hewan peliharaan dan burung liar yang berada di atas pohon. •Aswaja
Sebanyak 946 CJH Kota Malang Diberangkatkan 3 Gelombang di Dua Tempat KOTA MALANG – Calon Jamaah Haji (CJH) Kota Malang yang tergabung dalam 3 kelompok terbang (kloter 39, 42 dan 43) diberangkatkan dalam 3 (tiga) gelombang. Gelombang pertama kloter 39 sebanyak 62 orang diberangkatkan dengan 2 armada bus dari halaman Kankemenag Kota Malang (6/9). Sedangkan gelombang kedua dan ketiga (kloter 42 dan 43) diberangkatkan dari Lapangan Rampal Kodan Brawijaya Malang, (7/9). Untuk kloter 42 sebanyak 445 orang diberangkatkan pada pukul 10.00 WIB dan kloter 43 sebanyak 439 orang pada pukul 12.00 WIB. Kakankemenag Kota Malang Drs. H. Imron, M.Ag dalam sambutannya menyampaikan bahwa CJH Kota Malang yang terporsi tahun 2015 ini sebanyak 952 orang. Sedangkan yang menunda keberangkatannya karena hamil, sakit dan masalah keluarga sebanyak 6 orang. Jadi total jumlah CJH Kota Malang yang diberangkatkan sebanyak 946 orang. Sementara itu Wakil Walikota Malang Drs. H. Sutiaji dalam sambutannya berjanji kepada CJH Kota Malang bahwa tahun depan Pemkot Malang akan lebih memperhatikan CJH. Transportasi dan
Para keluarga caloh jama’ah haji Kota Malang memberikan salam perpisahan saat melepas keberangkatan CJH menuju tanah suci.
konsumsi serta lain-lain yang berhubungan dengan CJH akan dibiayai oleh APBD Kota Malang. •BHN
Kunjungan Dharma Wanita Kemenag Kab. Jember ke Home Industri Terasi
Ketua Dharma Wanita Kankemenag Kab. Jember beserta jajaran DWP Kab. Jember saat berkunjung ke sentra pembuatan terasi.
JEMBER - Tidak seperti hari biasa, halaman Kankemenag Kab. Jember pagi itu penuh dengan ibu-ibu yang berkumpul 50
MPA 349 / Oktober 2015
bersiap-siap menuju ke KUA Puger dalam rangka kunjungan ke home industri terasi di Kecamatan Puger, (9/9). Kegiatan ini diikuti 100 peserta yang terdiri dari istri Kepala KUA, Kepala Madrasah, Pengawas Pendidikan Agama dan anggota DW Kankemenag Kab. Jember. Kedatangan ibu-ibu disambut oleh Kepala KUA M. Miskun, S.Ag , M.HI beserta Dharma Wanita yang ada di Kecamatan Puger. Ketua Dharma Wanita Kankemenag Kab. Jember Dra. Umi Mahmudah berterima atas sambutan yang diberikan kepada rombongan dan juga atas hadirnya ibu-ibu Dharma Wanita di KUA Puger. Menurutnya, kunjungan kerja ini sekaligus ajang rekreasi karena setelah kujungan ini diteruskan juga ke pantai Puger. “Untuk itu ibu-ibu diharapkan terus aktif menghadiri pertemuan sebulan sekali,” ujarnya. Selanjutnya, acara inti yang telah menjadi program kerja Dharma Wanita yaitu ke home industri terasi Puger. Ibu Warsinah dengan runtutnya menjelaskan tentang seluk beluk home industri terasi sehingga ibu-ibu merasa puas. •Ratna
LINTAS PERISTIWA Bupati Tulungagung Berangkatkan CJH dari Masjid Besar Kecamatan Boyolangu
Suasana pemberangkatan Calon Jama’ah Haji Kabupaten Tulungagung yang diberangkatkan oleh Bupati tergabung dalam 3 kloter.
TULUNGAGUNG – Bertempat di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Calon Jamaah Haji (CJH) Kab. Tulungagung yang
tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 59 dan 60 diberangkatkan menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya oleh Bupati Tulungagung Sahri Mulyo, SE, M.Si pada Senin (14/9) pagi. CJH Kab. Tulungagung tahun ini sebanyak 898 orang, tergabung dalam Kloter 55, 59, dan 60. Kloter 55 telah diberangkatkan menuju Asrama Haji Sukolilo pada Sabtu (12/9) di Halaman Masjid Besar Kec. Boyolangu dan terbang menuju Jeddah, Saudi Arabia pada Ahad (13/9) pagi. Sementara Kloter 59 dan 60 berangkat menuju Jeddah pada Selasa (15/9) sore. Sebelum menunaikan ibadah haji, pada Agustus lalu seluruh CJH Kab. Tulungagung dibekali pengetahuan tentang praktik ibadah haji melalui bimbingan manasik haji dalam kelompok kecil di KUA Kecamatan sebanyak 4 kali pertemuan, dan 2 kali bimbingan manasik haji massal di Hall Barata. Sementara itu, pembekalan terhadap 21 kepala regu dan 81 kepala rombongan yang nantinya akan mendampingi CJH selama di Tanah Suci telah dilaksanakan dua kali pada bulan Agustus juga di aula Kankemenag. •Fat
Enam Cabang Lomba Ramaikan Porseni Guru RA se-Kabupaten Banyuwangi BANYUWANGI – Guna mempersiapkan duta Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) Guru Raudlatul Athfal pada event tingkat Provinsi Jawa Timur, Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) Kab. Banyuwangi mengadakan berbagai macam lomba, (31/8). Lomba-lomba tersebut adalah lomba bercerita berpasangan, lomba penemuan sains, tahfidz juz 30, lomba tari kreasi daerah, senam anak sholeh, juga lomba kreasi jilbab kantor. Lomba yang digelar di aula Kankemenag Kab. Banyuwangi ini diikuti oleh perwakilan masingmasing guru RA se-Kabupaten Banyuwangi. Kakankemenag Kab. Banyuwangi Santoso saat membuka kegiatan ini mengharapkan agar ajang ini dapat mewujudkan guru RA yang cerdas, ceria, enerjik dan kreatif. Kepada dewan juri, dirinya berpesan agar segala kekurangan yang ditampilkan para peserta, menjadi catatan, sehingga ke depannya bisa tampil lebih baik. “Yang belum mendapat juara, tidak perlu protes”, harapnya. Juara pertama ajang ini secara otomatis menjadi duta Kab. Banyuwangi pada event yang sama di tingkat Jawa Timur. Sedangkan
Guru-guru Raudlatul Athfal yang tergabung dalam IGRA bersemangat menyanyikan mars IGRA saat pembukaan PORSENI IGRA.
di tingkat nasional, akan dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta. •Yasin
Lomba Sholawat Albanjari dalam Rangka Memeriahkan HUT RI Ke-70
Salah satu group sedang menampilkan kebolehannya saat mengikuti Lomba Sholawat al-Banjari se-Kabupaten Jombang.
JOMBANG – Kankemenag Kab. Jombang menggelar acara Lomba Sholawat al-Banjari dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan
RI ke 70, (1/9). Acara ini digelar di aula Al-Hikmah Kankemenag Kab. Jombang dan diikuti 86 peserta yang berasal dari MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA dilaksanakan selama 2 hari (30/8- 1/9). Drs. Joko Suwono selaku pengawas kegiatan dari Diknas Kab. Jombang mengungkapkan bahwa peserta lomba sholawat albanjari sangat bagus. Kegiatan ini merupakan ajang prestasi bagi siswa-siswi dan mereka berhak mendapatkan piagam dari Bupati Kab. Jombang yang akan bermanfaat di tingkat sekolah/ madrasah. Sementara itu pada saat menutup acara, Kakankmenag Kab. Jombang Drs. H. Saifullah Anshori, M.Ag selaku penanggung jawab berterimakasih atas partisipasi dan antusias peserta. Beliau sangat terkesan dengan suara emas peserta lomba kegiatan ini yang sangat luar biasa, dan berharap lomba sholawat ini agar dilaksanakan di setiap tahunnya. Hasil kejuaraan ini menempatkan MA Unggulan Darul Ulum Rejoso sebagai juara pertama disusul kemudian PKPM Primagama Bulurejo Diwek dan MA Madrasah Qur’an Tebuireng. •Tts MPA 349 / Oktober 2015
51
LINTAS PERISTIWA JAWARA LOMBA QOSIDAH REBANA KLASIK TINGKAT I JATIM KOTA BLITAR – Group qosidah Kankemenag Kota Blitar menjadi jawara di tingkat Jawa Timur. Hal ini setelah group ini dinyatakan menjadi pemenang dalam ajang lomba Qosidah Rebana Klasik yang diadakan di aula al-Ikhlash Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, (9-10/9). Di sela-sela apel pagi (17/9), Kakankemenag Kota Blitar Drs. H. Ngudiono, M.Ag., MM menyambut group qosidah ini dengan rasa gembira dan senang sekaligus mengapresiasi yang setinggi-tinggi atas keberhasilannya meraih “Juara I Lomba Qosidah Rebana Klasik” di tingkat provinsi. Drs. H. Ngudiono, M.Ag, MM berpesan agar saat berlaga di tingkat Nasional nanti bisa mendapat prestasi yang terbaik. Dan agar supaya mampu mempertahankannya dengan baik, yang harus dilakukan adalah kesatuan anggota tetap dijaga dan latihan tetap rutin. Kakankemenag Kota Blitar menambahkan, kalau acara lomba berjalan terus dan mendapatkan respon yang baik, maka group ini bisa ditempatkan bukan hanya pada lomba qosidah rebana atau konser rebana, mungkin bisa menjadi lebih seperti qosidah alternatif lainnya. “Untuk itu perlu juga tambahan alat musik lainnya,” ungkapnya. •Aswaja
PEMBINAAN PENYELENGGARAAN HISAB RUKYAT ANGKATAN 1 LUMAJANG – Penyelenggara Syari’ah Kankemenag Kab. Lumajang menyelenggarakan pembinaan hisab rukyat angkatan 1 bertempat di aula Kankemenag Kab. Lumajang, (14/9). Pembinaan ini diikuti 40 peserta terdiri dari ta’mir masjid dan tokoh ormas. Dalam laporannya selaku ketua panitia, Anis Kurnia SE menyampaikan bahwa pembinaan ini berfokus pada pengukuran arah kiblat dengan tujuan meluruskan arah kiblat yang sebelumnya mengarah ke kiblat yang bukan sesungguhya. “Juga untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan hisab rukyat dan terpenuhinnya dua orang yang berkualitas dan terampil dalam pengukuran arah kiblat di setiap kecamatan,” katanya. Sementara itu, Penyelenggara Syariah Drs. Yusuf Wibisono, M.Si saat membuka kegiatan ini menyampaikan hasil rakor dari Bimas Islam Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Salah satunya adalah akan diprogramkannya adanya tenaga ahli arah kiblat di masing masing Kecamatan. Dan kegiatan ini salah satu tujuannya untuk menyongsong program tersebut. Sebagai nara sumber dalam kegiatan ini adalah M. Kun Muhandis Lajnah Falakiyah NU Lumajang yang menyampaikan materi tentang hisab arah qiblat. •Ziza
PERTEMUAN DWP KANKEMENAG KAB. NGANJUK NGANJUK – Bertempat di aula Kankemenag Kabupaten Nganjuk, dilaksankan Pertemuan Dharma Wanita yang sudah dijadwalkan setiap bulan sekali. Acara ini dihadiri sejumlah kurang lebih seratus orang terdiri dari pengurus dan anggota DWP Induk, DWP Unit Madrasah dan DWP Unit KUA di lingkungan Kankemenag Kab. Nganjuk, (18/8). Kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran, menyanyikan Mars DWP, pembacaan risalah rapat bulan lalu, arisan, kegiatan lain-lain dan diakhiri dengan doa dilanjutkan dengan berjabat tangan. Hj. Iftitahiyatur Rusydah Barozi selaku Ketua DWP Kemenag Kab. Nganjuk berterima kasih kepada ibu-ibu yang berkenan memenuhi undangan dan berharap agar momen ini bisa dijadikan ajang silaturrahmi dan ajang kekeluargaan. “Sebagai pendamping suami, hendaknya selalu memberi support agar suami lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya,” harapnya. Beliau juga mengingatkan kepada ibuibu Dharma Wanita apabila ada pertemuaan DWP supaya bisa hadir dengan mengenakan pakaian yang sudah ditentukan dari Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Acara ini diakhiri dengan tausiah oleh H. Jaini, S.Ag Kepala KUA Kecamatan Nganjuk. •Nur
PELEPASAN DAN PEMBERANGKATAN JCH PAMEKASAN PAMEKASAN – Sebanyak 648 orang CJH Pamekasan yang direncanakan berangkat tanggal 11 September dilepas secara simbolis oleh Bupati Pamekasan, Drs. Achmad Syafi’i, M. Si, di Masjid Agung Asy-Syuhada’ Pamekasan, (7/9). Acara ini dihadiri juga oleh Kakankemenag Kab. Pamekasan, para Kasi dan Penyelenggara, Muspida, Wakil Bupati, Sekda, Kejari, para Kyai, dan instansi terkait. Bupati menyampaikan bahwa banyak kalangan yang sudah lupa, atau pura-pura lupa, bahwa haji itu sebenarnya ibadah. Dalam relasi yang semacam itu, seharusnya tendensi yang bernuansa duniawi atau materialistik lebih dikesampingkan. Yang harus dikedepankan adalah bagaimana mempersembahkan pengabdian yang paripurna kepada Allah. Maka, keikhlasan harus melekat pada diri kita. Pada kondisi yang seperti ini, insya Allah semua pihak akan menerima kelebihan dan kekurangan dari setiap kegiatan, tidak terkecuali pelaksanaan ibadah haji. Oleh karena itu, seperti apapun keadaannya, kita terima. Jika ada kekurangan, kita perbaiki bersamasama. “Penerimaan seperti ini, insya Allah lebih dekat, bahkan menjadi bagian dari pertanda haji mabrur,” ujarnya. •Sri Mukti
MANASIK HAJI BAGI SISWA MI/SD SE-KOTA MADIUN KOTA MADIUN – Bertempat di Asrama Haji Kota Madiun, sebanyak 4.000 siswa siswi dari MI/SD kelas VI se-Kota Madiun mengikuti Pengenalan Manasik Haji, (16/9). Ketua Panitia, H. Kusyanto, S. Pd.I. melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan program kerja yang bekerjasama dengan kepala MI dan guru PAI se- Kota Madiun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas keagamaan siswa dengan menanamkan dan mengenalkan secara langsung praktek ibadah rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji. Sedangkan Kakankemenag Kota Madiun Drs. HM. Amir Sholehuddin, M. PdI, dalam sambutanya memberikan apresiasi yang besar terhadap segenap panitia kegiatan. Sekaligus menyampaikan pentingnya memahami syarat dan rukun haji dan prakteknya. Beliau pun berharap agar dengan kegiatan ini berdampak pada prilaku yang lebih baik untuk menjadi orang yang bertaqwa. “Semoga para peserta kegiatan ini kelak bisa haji sungguhan, dan pahala ibadah haji adalah surga,” ungkapnya. Beliau menambahkan pakaian ihrom merupakan lambang kebersihan, kesucian dan kebersamaan derajat manusia sebagai makluk Allah SWT. Tidak ada perbedaan di antara jama’ah haji yang ada. •AJ
KANKEMENAG KAB. TULUNGAGUNG SOSIALISASIKAN PRODUK HALAL TULUNGAGUNG – Guna membekali Kepala KUA, Guru PAI dan para ta’mir masjid di Kabupaten Tulungagung mengenai produk berlabel halal dan cara penyembelihan hewan secara halal, Kankemenag Kab. Tulungagung menggelar kegiatan Pembinaan Produk Halal dengan agenda utama sosialisasi produk wajib berlabel halal dan tata cara penyembelihan hewan di aula Kankemenag, (16/9). Kasi Bimas Islam Drs. H. Abdul Choliq dalam sambutannya menyampaikan, berkat kerja keras MUI, pada tanggal 25 September 2014 lalu UU Jaminan Produk Halal (JPH) telah disahkan DPR. UU ini mengamanatkan lahirnya lembaga Badan Jaminan Produk Halal (BPJH) sebagai pemberi sertifikat halal, sedangkan MUI sebagai pemberi fatwa tertulis. Menurut Choliq, setelah 5 tahun UU JPH lahir, semua produk harus berlabel halal. “Jika tidak berlabel halal, maka produsen akan dikenai sanksi,” imbuhnya. Sementara itu, Ketua Cabang NU Tulungagung Muh. Anang Mahsun yang menjadi pembicara menegaskan wajibnya umat Islam mengkonsumsi makanan halal. Karena dalam menyembelih hewan misalnya, perlu dipenuhi rukun dan syarat sahnya sehingga dagingnya menjadi halal. •Fat
52
MPA 349 / Oktober 2015
LINTAS PERISTIWA Bantuan Hibah Sosial Keagamaan Kepada Pejuang-pejuang Syi'ar Islam
Bupati Sumenep KH. Abuya Busyro Karim memberikan pengarahan terkait bantuan hibah/sosial keagamaan di gedung KORPRI.
SUMENEP - Untuk menjadikan suatu bangsa dan negara yang maju dan berkualitas, masyarakat dituntut mempunyai tanggung
jawab bersama. Sehingga kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat selalu berjalan harmonis dan konstruktif. Sebagai bentuk kebersamaan tersebut, Pemda Kab. Sumenep menyerahkan bantuan hibah sosial kesejahteraan bagi guru ngaji, organisasi profesi dan penandatanganan NPAD, pakta integritas penerima bantuan hibah lembaga keagamaan tahun 2015. Penyerahan bantuan ini dilakukan oleh Bupati Sumenep di Gedung KORPRI yang didampingi oleh Kakankemenag Kab. Sumenep dan SKPD lainnya, (26/8). Dalam sambutannya, Bupati Sumenep KH. Abuya Busyro Karim mengingatkan agar bantuan ini digunakan sesuai porsi dengan dibuktikan melalui SPJ sesuai belanja barang dan penggunaannya. Dan atas nama Pemerintah, Bupati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada seluruh pejuang-pejuang syi’ar Islam. Baik dari guru ngaji, para ta’mir dan juga para organisasi profesi yang sampai saat ini tetap setia dalam keikut sertaannya dalam rangka ikut bersama pemerintah untuk membangun Sumenep semakin lebih baik dan bermartabat. •Zarkasy
Rukyatul Hilal Awal Dzulhijjah 1436 H dari Tanjung Kodok Lamongan LAMONGAN – Penetapan awal bulan Dzul Hijjah tahun 1436 H ini, selain dilaksakan dengan hisab dilakukan pula dengan ru’yatul hilal. Badan Hisab Rukyat (BHR) Kab Lamongan melaksanakannya di markaz Tanjung Kodok, komplek Wisata Bahari Lamongan, (13/9) Kakankemenag Kab. Lamongan mengatakan, ru’yatul hilal merupakan program kerja yang harus dilaksanakan pada awal bulan Dzulhijjah selain awal Ramadlan dan awal Syawal. “Kami akan melaporkan hasil kegiatan ini ke Kanwil Kemenag Jatim sebagai bahan sidang itsbat di Kemenag pusat,” kata Kakankemenag yang disampaikan Kasubag TU Drs. H. Rusdi, M.Ag, Sementara itu, H. Agus Salim, M.Ag, Plt. Penyelengara Syariah mengatakan bahwa kegiatan ini diikuti 200 peserta terdiri dari Kemenag Lamongan dan Mojokerto, PWNU Jatim, MUI, PCNU, PD Muhammadiyah, takmir masjid agung, dan pondok pesantren. Berdasar perhitungan awal bulan Qomariyah sistem Ephmeris, tinggi hilal baru mencapai 00,19 derajat. Sedangkan cuaca tidak mendukung karena awan tebal sudah menutup ufuk. Oleh karenanya,
Suasana rukyatul hilal di Tanjung Kodok komplek Wisata Bahari Lamongan dalam rangka menentukan 1 Dzulhijjah.
saat hakim PA Lamongan berkali-kali menanyakan pada peru’yat, tak ada satupun yang menjawab melihat hilal. •Nsr
Sebanyak 300 Guru MIS Mengikuti Bimbingan Teknis Kurikulum 2013
Seorang nara sumber memberikan bimbingan di hadapan 300 guru Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
KOTA PROBOLINGGO – Pengembangan Kurikulum 2013, selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan
yang ada pada kurikulum sebelumnya, juga untuk mendorong peserta didik mampu lakukan observasi, bertanya dan bernalar serta presentasikan apa yang diketahuinya setelah menerima pembelajaran. Demikian cuplikan kata sambutan Kakankemenag Kota Probolingg melalui Kasi Pendma, Drs. H. Taufieq, M.Pd.I saat mmbuka Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran Agama Islam untuk MIS di lingkup Kankemenag Kota Probolinggo, (14/9). Kasi Pendma menekankan lagi bahwa guru merupakan kunci utama keberhasilan proses pembelajaran sehingga keberhasilan pendidikan sering dibebankan pada guru. “Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kesiapan terhadap perubahan termasuk perubahan kurikulum ini,” ujarnya. Bimtek dilaksanakan selama enam hari (14-19/9) dibagi empat angkatan. Kegiatan yang diikuti 300 peserta terdiri dari Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran Fiqh, Akidah Akhlak, Qurdits, SKI dan Bahasa Arab tingkat MI ini diselenggarakan di aula MAN 2 Kota Probolinggo. •Arb MPA 349 / Oktober 2015
53
LINTAS PERISTIWA LOMBA MASJID PERCONTOHAN KEDIRI KAB. – Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke-70, Kemenag bekerjasama dengan Pemda Kab Kediri, menyelenggarakan Lomba Masjid Percontohan. Perlombaan ini diikuti oleh masjid jami’, masjid bersejarah dan juga masjid besar yang berjumlah 1.880 masjid. Perlombaan ini diawali dengan seleksi pada setiap kecamatan, lalu dinilai profilnya di tingkat kabupaten diteruskan dengan penilaian lapangan. Pada tahapan ini tim penilai terjun secara langsung ke masjid percontohan yang berlangsung dari tanggal 31 Agustus hingga 10 September 2015. Penilaian dilakukan oleh tim penilai tanpa memberitahu terlebih dahulu. Penilaian lomba masjid ini meliputi bagian idarah, imarah dan riayah. Ketua tim penilai, H. Abdul Kholiq Nawawi mengatakan, penilaian seperti ini dilakukan agar semua berjalan wajar, tanpa adanya unsur rekayasa. “Contoh kecil, ketika dijumpai tidak tertatanya peralatan sholat, pasti ada bedanya antara yang tidak tertata sejak lama dengan yang baru dipakai”, terangnya. Hasilnya, diperoleh hasil 5 masjid percontohan. Dan Masjid al-Amin di Jl. HOS Cokroaminoto Bringin Badas menjadi juara pertamanya. •Alfy
PEMBINAAN PENGELOLAAN ZAKAT DAN HISAB RUKYAT TAHUN 2015 SIDOARJO – Penyelenggara Syariah Kankemenag Kabupaten Sidoarjo pada awal bulan September lalu menyelenggarakan dua kegiatan. Pertama, kegiatan Pembinaan Manajemen dan Administrasi Pengelolaan Zakat yang diikuti 25 penyuluh agama fungsional Kankemenag Kabupaten Sidoarjo, (1/9). Kegiatan dibuka oleh Kakankemenag Kab. Sidoarjo (H. Achmad Rofi’i, SH., M.Pd.I) didampingi oleh Drs. H. Moh. Nur Ibadi, SE, MM (Penyelenggara Syariah). Materi yang disampaikan adalah UU tentangZakat danInpres RI nomor 3 tahun 2014tentang optimalisasi UPZ. Kedua adalah Pembinaan Penyelenggaraan Hisab-Rukyat yang diselenggarakan di aula besar Kankemenag, (5/9). Acara ini dihadiri 40 penyuluh agama fungsional dan honorer. Kegiatan ini juga dihadiri dan dibuka Kakankemenag Kab. Sidoarjo dengan nara sumber Ahmad Fauzi, S.Ag., M.H.I (Staf Bimas Kanwil Kemenag Jatim) dengan tema menentukan arah kiblat dan waktu sholat. H. Ahmad Rofi’i, SH. M.Pd.I mengatakan bahwa ada dua ilmu yang sekarang ini langkayaitu ilmu faraidh dan hisab. Oleh karenanya, pembinaan dan motivasi kepada generasi muda untuk mendalaminya sangat diperlukan. •Ms
SEKDA MEMBERANGKATKAN JAMAAH CALON HAJI KOTA PROBOLINGGO KOTA PROBOLINGGO – Sebanyak 179 CJH Kota Probolinggo yang tergabung di kloter 48 diberangkatkan, (9/9). Pemberangkatan tersebut langsung dilepas oleh Sekda Kota Probolinggo, H. Joni Hariyanto, M.Si. “Alhamdulillah, semuanya bisa berangkat dan tak ada masalah,” kata Sekda Kota Probolinggo usai melepas jamaah di halaman Kantor Pemerintah Kota Probolinggo. Sekda Kota Probolinggo berpesan agar seluruh jamaah tetap menjaga kesehatan. Selain itu juga, para jamaah saat di Tanah suci jangan sampai terlepas dari kelompoknya. “Intinya harus jaga komunikasi dan kordinasi baik sesama jamaah ataupun dengan para pembimbing,” ujarnya. Sementara itu Kakankemenag Kota Probolinggo, H. Muhammad, S.Sos, M.Pd.I yang saat itu juga menjadi jamaah calon haji, menegaskan bahwa semua berkas dan dokumen jamaah lima kloter sudah beres. “179 jamaah tidak ada masalah visa, dan semuanya sudah selesai. Insya Allah siap berangkat semuanya,” tandasnya. Jamaah berangkat menggunakan empat mobil bus dan direncakan masuk ke embarkasi Juanda pada pukul 22.00 WIB. Dan akan diistirahatkan untuk pengecekan kelengkapan administrasi. •Arb
PEMBERANGKATAN CJH KABUPATEN LUMAJANG TH 2015 LUMAJANG – Sebanyak 911 CJH Kab. Lumajang diberangkatkan oleh Bupati Lumajang Drs. As’at Malik, M.Ag dari stadion Semeru Lumajang dengan menggunakan bus menuju asrama haji Sukolilo Surabayass. Pemberangkatan CJH ini juga mendapatkan pengamanan ketat aparat polres Lumajang dibantu Kodim, (8/9). Jumlah CJH asal Kab Lumajang sebanyak 916 orang, namun 5 orang CJH gagal berangkat lantaran 3 di antaranya meninggal dunia, satu orang sakit parah, dan seorang sedang berada di Hongkong. Tercatat sebagai jamaah haji yang termuda berusia 18 tahun atas nama Wini Alfionita Binti Hajar, sedangkan jamaah tertua berusia 89 tahun atas nama Sunaiyah bin H. Amin. CJH Kab. Lumajang ini terbagi dalam tiga kloter yaitu kloter 44, 45, dan 46 dan masuk gelombang 2. Sebelum pemberangkatan, diawali dengan bacaan Adzan dan doa Safar yang dipandu oleh ulama’ Kab. Lumajang KH. Imron Anis. Dan dengan mengucap basmalah serta megibarkan bendera, pemberankatan CJH Kab. Lumajang dilepas oleh Bupati Lumajang dengan didampingi Ketua DPRD, Forkopimda Kab. Lumajang, jajaran pimpinan SKPD, jajaran dari Kemenag Lumajang, PPPIH dan para ulama. •Ziza
PORSENI GURU RA WUJUDKAN GURU YANG CERDAS, CERIA, SEHAT, ENERJIK DAN KREATIF. NGANJUK – Porseni Guru RA di lingkungan Kankemenag Kab. Nganjuk dibuka secara resmi oleh Kakankemenag Kab. Nganjuk bertempat di aula lantai dua Kankemenag Kab. Nganjuk, (25/8). Wanti Rahayu, S.Pd.I selaku ketua panitia lomba melaporkan kegiatan ini diikuti guru RA dari 20 kecamatan yang tergabung menjadi 7 kelompok jenis yang dilombakan yaitu lomba bercerita, tahfidz qura’an, tari kreasi guru, senam anak sholeh, dan Sains. Peraih juara satu akan mewakili Kabupaten Ngajuk di ajang Porseni tingkat provinsi Jatim. Sedangkan Drs. H. Barozi, M.Pd.I selaku Kakankemenag Kab. Nganjuk berterima kasih kepada pengurus IGRA juga kepada dewan juri berkenan hadir dan juga para peserta lomba yang sangat antusias. “PORSENI ini diharapkan bisa dikembangkan ke anak didiknya sehingga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal ibadah,” katanya. Pada ajang ini menghasilkan juara I pada masing-masing lomba adalah Kec. Tanjunganom (lomba bercerita), Kec. Nganjuk (lomba Tahfidz), Kec. Nganjuk (lomba tari kreasi guru), Kec. Nganjuk (lomba senam anak sholeh), Kec. Ngronggot (lomba sains). •Nur
LAUNCHING PROGRAM UNGGULAN MTSN BANGSAL KAB. MOJOKERTO KAB. MOJOKERTO – Menjadikan madrasah menjadi lembaga pendidikan yang bisa diandalkan dan dibanggakan masyarakat harus menjadi target bagi setiap Kepala Madrasah di lingkungan Kemenag. “Amanat sebagai Kepala Satker merupakan suatu tantangan bagi saya pribadi untuk bisa membawa pembaruan pendidikan di madrasah sehingga madrasah diharapkan semakin diminati masyarakat dengan berbagai program unggulan yang ada,” tegas H. Agus Tiono, S.Pd., MH, Kepala MTsN Bangsal Di sela-sela kesibukannya, Drs. H. Ahmad Rodli, M.Ag Kakankemenag Kab. Mojokerto hadir di MTsN Bangsal untuk melaunching Majalah Galaxi Matsanba (media cetak), L-Com (lembaga kursus computer), Kelas Peminatan (kelas unggulan), dan Nasyid Harmoni (grupseni), (28/8). “Terobosan baru semacam inilah yang saya harapkan” harap Kakankemenag Kab. Mojokerto dalam sambutannya. Di tahun-tahun mendatang, beliau berharap agar MTsN Bangsal ini bisa menemukan lagi berbagai kreativitasnya. Sehingga madrasah benar-benar bisa menjadi tumpuhan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang kompleks sebagai bekal untuk memenuhi tuntutan jaman yang semakin maju. •MS
54
MPA 349 / Oktober 2015
LINTAS PERISTIWA PENDALAMAN KURIKULUM BAGI GURU PAI SEKOLAH LAMONGAN – Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SD-SMA/K se-Kab. Lamongan mendapat pembinaan pendalaman tentang pelaksanaan pendidikan sesuai kurikulum serta implementasinya pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di RM Aqilla, Deket. Kegiatan tersebut diadakan yaitu pada tanggal 25 hingga 27 Agustus 2015, dan 7 September 2015 yang lalu. Dalam sambutan saat membuka acara, Kakankemenag Kab. Lamongan Drs. H. Leksono, M.Pd.I menekankan agar para guru PAI terus meningkatkan profesionalitas sesuai jabatan yang disandangnya. Guru PAI juga ditekankan agar dalam menyampaikan materi pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum. “Jadikan kurikulum sebagai bahan acuan untuk proses pembelajaran di sekolah serta implementasi peserta didik di kehidupan sehari-hari,” pesan Drs. H. Leksono, M.Pd.I. Sebelumnya, H. Abd. Ghofur, M.Ag, Kasi PAIS mengatakan, pembinaan diikuti 450 guru PAI SD dibagi 3 gelombang masingmasing 150 peserta dan 100 guru PAI SMP/SMA/K dilaksanakan satu gelombang. Nara sumbernya didatangkan dari Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Kankemenag Kab. Lamongan, dan akademisi yang sesuai disiplin ilmu. •Nsr
SOSIALISASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK KEMENAG KAB. PROBOLINGGO – Kankemenag Kabupaten Probolinggo menggelar kegiatan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang “Keterbukaan Informasi Publik” yang dibuka oleh Kakankemenag Kabupaten Probolinggo, (31/8). Tujuan kegiatan ini untuk memaksimalkan pelayanan data, informasi dan layanan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya kepada instansi/ lembaga lain dan masyarakat. Kakankemenag Kab. Probolinggo, H. Busthami menyambut gembira pelaksanaan kegiatan ini karena keterbukaan informasi publik dapat membangun image Kemenag, juga demi terwujudnya good goverment dan good governence, mengacu pada 5 budaya kerja untuk membangun ZI-WBK. Selanjutnya Asad (Pimpred Radar Bromo) menyampaikan materi tentang keterbukaan informasi publik yang intinya bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi public. Namun, informasi publik juga ada pengecualian yang bersifat ketat dan terbatas (genuine secrecy) dengan pertimbangan yang seksama untuk melindungi kepentingan yang lebih besar daripada harus membukanya, sesuai yang termaktub di pasal 17 undang-undang tersebut. •Ansori
PEMBERANGKATAN CJH KLOTER 17-20 KAB SIDOARJO SIDOARJO – Pemberangkatan Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Sidoarjo dilaksanakan 3 gelombang yaitu Jumat (28 Agustus) pukul 15.30 dan pukul 20.30 WIB serta Minggu (30 Agustus) pukul 06.00 WIB. Mereka tergabung dalam kloter 17, 18, 19, dan 20 yang diberangkatkan oleh Bupati (H. Saiful Ilah, SH, M.Hum) didampingi oleh Wabup (H. MG. Hadi Sucipto, MM), Kakankemenag Kab. Sidoarjo (H. Achmad Rofii, SH. M.Pd.I), Kapolres, Dandim, Ketua MUI, Sekda, Kasi PHU dan para pejabat lainnya. Sebelum pemberangkatan, H. Achmad Rofi’i, SH.M.Pd.I selaku Kakankemenag Kab. Sidoarjo melaporkan bahwa jumlah CJH adalah 1.655 orang, namun ada 2 orang yang wafat. Iapun berpesan agar CJH tidak sembrono meletakkan barang bawaan dan tidak lupa untuk berkoordinasi dan menaati petunjuk pembimbing dan petugas haji. Dan atas nama Pemkab, Bupati Sidoarjo mengharapkan agar CJH menjaga stamina, banyak mengkonsumsi air minum, buahbuahan, makanan sehat dan bergizi serta mendoakan kabupaten dan rakyat Sidoarjo agar tetap menjadi daerah yang aman, maju dan mandiri. Pada kesempatan ini, Pemda Sidoarjo menyumbang satu setel baju batik dan bus. •Ms
SEBANYAK 215 CALON JAMA’AH HAJI KAB. NGAWI DIBERANGKATKAN NGAWI - Tepat jam 10.00 WIB rombongan CJH Kabupaten Ngawi meninggalkan pendopo Kabupaten usai upacara pelepasan yang disaksikan para pejabat muspida/dinas, Kankemenag, IPHI, KBIH, ormas Islam, BPS BPIH, dan keluarga CJH, (21/8). Lambaian tangan dan cucuran air mata bahagia sanak keluarga mengantar bus-bus rombongan saat keluar dari pendopo Widya Graha Kabupaten Ngawi menuju asrama haji Sukolilo Surabaya. Jumlah CJH Kab. Ngawi yang berangkat tahun ini berjumlah 215 orang (105 lakilaki, dan 110 perempuan). Umar Zaini Bin M. Dahlan yang berusia 38 tahun asal Desa Walikukun Kec. Widodaren menjadi CJH termuda. Sedangkan Suki Iro Giyo yang berusia 85 tahun asal Ds. Waru Kalong Kec. Kwadungan Kabupaten Ngawi menjadi CJH Kab. Ngawi yang tertua. Rencananya, dari Asrama Haji Sukolio Surabaya CJH bersama dengan para petugas haji (TPHD, TPHI, TPIHI juga TKHI) akan diterbangkan ke tanah suci tergabung dalam kloter 2 pada tanggal 22 Agustus 2015 pukul 15.30 WIB. Dan pada saat pelaksanaan haji di tanah suci, para jama’ah haji akan dikoordinir oleh lima Karom (Ketua Rombongan) dan 20 Karu (Ketua Regu). •Guh
OUTBOUND TRAINING MI NEGERI MEDALI KAB. MOJOKERTO – Kegiatan outbound kali ini menjadi salah satu dari rangkaian PPDB MIN Medali Puri Mojokerto tahun pelajaran 2015-2016. Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Wisata Desa Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto pada tanggal 5 September 2015 ini, siswa-siswi kelas I diperkenalkan dengan permainan birma crosser, flying fox, menangkap ikan dan renang. Menurut Waka Kesiswaan, Abd. Salam, S.Pd.I., dengan mengikuti outbound training ini para siswa diharapkan dapat melatih percaya diri untuk menghadapi segala ujian dan rintangan yang dihadapi di kehidupan sehari-hari. Juga untuk melatih mengerjakan sesuatu sesuai dengan tahapannya serta melatih keberanian dan kedisiplinan. Untuk menunjang hal tersebut, para siswa dibantu dengan alat bantu yang meliputi bambu, karmentel, kong, snappling, webbing, kaos tangan dan helm. Para siswa begitu antusias dan sangat senang saat mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dimulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB ini. Mereka juga merasa terdampingi dan terbimbing karena guru kelas I, juga Pembina Ekstrakurikuler Sugeng, S.Pd.I langsung memantau jalannya outbound kali ini. •AA
KAKANWIL MEMBUKA ACARA WORKSHOP KUB DI MALANG KOTA MALANG – Kakanwil Kemenag Provinsi Jatim Drs. H. Mahfud Shodar, M.Ag didampingi Kepala Pusat KUB Kemenag RI H. Mubarok, SH, M.Sc membuka secara resmi Workshop Manajemen Pengelolaan Tempat Ibadah Agama Khonghucu bertempat di Regent Park Hotel Malang, (16/9). Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta terdiri dari unsur umat Khonghucu 38 orang, 4 orang Kasubag TU (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu & Blitar), 4 orang pengurus FKUB Kota Malang, 1 staf Subag TU dan 3 wartawan. Kakanwil dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting sekali dilaksanakan dalam upaya lebih meningkatkan peran aktif umat Khonghucu untuk ambil bagian mengawal terciptanya kerukunan umat beragama. Sementara itu Kabid Bimas Khonghucu Kemenag RI Dra. Hj. Emma Nurmawati Hadian, MM selaku ketua panitia menyampaikan bahwa workshop ini merupakan wahana bertukar pikiran dan silaturrahmi untuk peningkatan layanan keagamaan khususnya agama Khonghucu. Workshop ini diisi berbagai materi dari Kapus KUB Kemenag RI, Kabag TU Kanwil Kemenag Provinsi Jatim, Kabid Bimas Islam, Kabid Bimas Khonghucu dan Kakankemenag Kota Malang. •BHN MPA 349 / Oktober 2015
55
LINTAS PERISTIWA Mengoptimalkan Peran Pemerintah dan Tokoh Agama dalam Stabilitas Keamanan
Seluruh jajaran dari unsur Forpimda, Muspika, MUI dan tokoh agama se-Kabupaten Madiun siap jaga kerukunan umat beragama.
KAB. MADIUN – Dalam rangka memberikan pemahaman peran serta pemerintah dan tokoh agama, Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Madiun menyelenggarakan Sosialisasi Peraturan Bersama Menag dan Mendagri No. 8 dan 9 tahun 2006, (9/9). Kegiatan ini dilangsungkan di aula Kankemenag dihadiri 200 orang dari unsur Forpimda, Muspika, MUI dan tokoh agama se-Kabupaten Madiun. Dalam sambutannya Bupati Madiun H. Muhtarom mengapresiasi FKUB karena telah berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat Madiun yang beragama, toleransi, menjaga kerukunan dan gotongroyong, sehingga tercipta keamanan, damai dan sejahtera. “Kondisi yang kondusif ini juga akan berpengaruh terhadap kemajuan perekonomian masyarakat,” ungkapnya. Nara sumber yang hadir pada sosialisasi ini adalah Kapolres Madiun AKBP Y. Toni Surya Putra, SIK, Kepala Staf Distrik Militer Madiun Mayor Suyono dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama KH. Mukharromaini Ihsan. Kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai ajang diskusi membahas tentang problematika dan solusi umat beragama di Kab. Madiun untuk menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah. •Arf
Walikota Pasuruan Memberangkatkaan Calon Jamaah Haji di Depan Masjid Agung al-Anwar KOTA PASURUAN – Bertempat di depan Masjid Agung alAnwar Kota Pasuruan, Walikota Pasuruan H. Hasani SH, MSi, memberangkatkan CJH Kota Pasuruan tahun 2015, (8/9). Acara ini juga dihadiri oleh Kapolres, Dandim, Ketua MUI, Ketua NU dan seluruh ulama’ Kota Pasuruan. Kakankemenag Kota Pasuruan H. Ma’mur Salim, Msi selaku Ketua Panitia Pemberangkatan CJH Kota Pasuruan mengucapkan terima kasih kepada semua masyarakat Kota Pasuruan khususnya Walikota Pasuruan yang mendukung acara pemberangkatan 274 CJH Kota Pasuruan ini. Sekaligus mengharapkan agar jama’ah yang berangkat selamat hingga kembali pulang dan mendapat predikat sebagai haji mabrur. Sedangkan Walikota Pasuruan selain mengucapkan selamat jalan kepada para CJH juga berpesan agar jika nanti berada di tanah suci, jama’ah haji Kota Pasuruan selalu mendoakan Kota Pasuruan menjadi kota yang kondusif, aman tentran, damai, sejahtera lahir dan batin. Acara pemberangkatan diakhiri dengan penekanan tombol sirine oleh Walikota Pasuruan menandai berangkatnya CJH Kota Pasuruan
Kakankemenag Kota Pasuruan melambaikan tangan kepada CJH didampingi Kapolres, Dandim, Ketua MUI, Ketua NU dan ulama’ Kota Pasuruan.
yang direncanakan tiba kembali pada di Kota Pasuruan pada tanggal 17 Oktober 2015. •Mdk
Workshop Penyusunan SOP Pelayanan Ibadah Haji Bertumpu pada Mutu dan Layanan
Kasi Sistem Informasi Haji Bidang Gara Zawa Kanwil Kemenag Prov. Jatim H. M. Naim sedang memberikan pengarahan kepada para peserta.
KAB. PASURUAN – Bertempat di Royal Tretes View Prigen, Seksi PHU Kankemenag Kab. Pasuruan melaksanakan Workshop 56
MPA 349 / Oktober 2015
Penyusunan SOP Pelayanan Ibadah Haji, (21/8). Sebagai nara sumbernya adalah H. M. Naim (Kasi Sistem Informasi Haji Bidang Penyelenggara Haji Zakat & Wakaf Kankemenag Prov. Jatim) yang mengingatkan kembali Program Kerja Kemenag sehingga dalam melaksanakan tugas harus bersumber pada Standard Operasional Pelaksanaan (SOP) yang bertumpu pada mutu dan pelayanan. Menurutnya, mutu diindikasikan pada kesesuaian dengan kegunaan, persyaratan, dan memenuhi harapan serta kepuasan pelanggan. Sedangkan pelayanan dilihat dari outpunya terukur dan bervariasi, juga adanya pelibatan pelanggan memvalidasi proses layanan jasa, serta adanya hubungan langsung. Sedangkan pengukuran keberhasilannya antar lain dapat dilihat melalui communication (komunikasi), credibillity (kepercayaan), security (keamanan), knowing the costomer (pemahaman terhadap pelanggan), tangibles (standart ukuran), reliability (konsistensi), responsiveness (tanggapan), competence (kemampuan), acces (akses), dan courtresy (perhatian). •Fin
LINTAS PERISTIWA JELANG QURBAN, SOSIALISASIKAN PRODUK HALAL BANGKALAN – Bertempat di aula Kankemenag Bangkalan, telah dilaksanakan pembinaan masyarakat tentang produk halal, (22/9). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Drs. KH. Syarifuddin Damanhuri selaku ketua MUI Kabupaten Bangkalan dengan 40 peserta yang terdiri dari pelaku usaha, penyuluh, takmir masjid, panitia penyembelih hewan qurban dan masyarakat. Drs. H. Syamsul Muarif, M.Pd. I., Plt. Kakankemang Kab. Bangkalan dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam hal melakukan pembinaan terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi kehalalan. Baik proses penyembelihan maupun penyimpanan dan pengolahannya. Kegiatan pembinaan ini merupakan momentum yang tepat karena sebentar lagi umat Islam akan melaksanakan hari raya Idul Adha. Yang mana di dalamnya ada rangkaian penyembelihan hewan qurban. “Diharapkan pada para peserta bisa memahami pentingnya makanan halal dan mengetahui praktek penyembelihan hewan secara syar’i,” ujarnya. Dalam pemaparannya, Ketua MUI Bangkalan menjelaskan dengan gamblang bagaimana cara penyembelihan, penyimpanan dan pengolahan yang sesuai syari’at. •Sulaiman
PEMBINAAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN DALAM RANGKA PENDATAAN ULANG PNS SURABAYA – Bertempat di aula Kankemenag Kota Surabaya, diselenggarakan Pembinaan Administrasi Kepegawaian dalam rangka pelaksanaan Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS) berdasarkan PerKa BKN No. 19 tahun 2015, (13/9). Kegiatan ini diikuti 100 peserta dari pejabat struktural dan fungsional (JFU dan JFT ) di lingkungan Kankemenag Kota Surabaya. Dalam kata sambutan selaku ketua panitia sekaligus Kasubbag TU, Drs. H. Nurhasan, M.HI menuturkan bahwa tujuan diselenggarakan pembinaan PUPNS ini adalah untuk memperoleh data PNS yang akurat, terpercaya, dan terintegrasi. Juga untuk pendataan ulang PNS melalui sistem teknologi informasi yang meliputi tahap pemutakhiran data oleh setiap PNS, validasi dan verifikasi data secara menyeluruh oleh instansi daerah hingga pusat. Beliau menuturkan bahwa jika sampai akhir bulan Desember 2015 tidak regrestrasi pada PUPNS, maka PNS bersangkutan dianggap mengundurkan diri dari PNSnya. Sementara itu penyaji materi terkait dengan implementasi e-PUPNS disampaikan oleh Anwari Mustofa Zaman, SE salah satu Staf JFU Kepegawaian Kankemenag Kota Surabaya. •Dori
PEMBINAAN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) KEMENAG. KAB. BLTAR KAB. BLITAR – “Jika negara ingin jaya, maka cerdaskanlah PNS-nya. Jika negara ingin bermartabat maka berilah martabat para PNS”, ujar Kepala Balai Diklat Keagamaan Surabaya, DR. Moh. Toha, M.SI, saat membuka orasinya dalam acara Pembinaan ASN di lingkungan Kemenag Kab. Blitar, (3/9). Orasi tersebut membuat 910 PNS yang hadir di gedung 511 TNI-AD terpukau. Menurutnya, di negara Indonesia yang luasnya terbentang ini ada dua instansi yang mampu menjadi pemersatu, yaitu ABRI dan PNS. Jika keduanya bersinergi maka akan semakin jaya dan besarlah NKRI ini. Bersinerginya kedua instansi ini akan menghilangkan segala perbedaan di negara ini. Slogan “Bhinneka Tungga Ika” akan terwujud jika setiap ASN/PNS mampu meningkatkan peran fungsinya dan merubah mindset yang selama ini berlaku. Mindset PNS sebagai pihak yang dilayani harus dirubah menjadi ‘pelayan’ yang siap melayani. Mengakhiri pembinaan dan arahannya, beliau menegaskan bahwa untuk membuka mindset dan kecerdasan PNS, maka setiap PNS wajib mengikuti berbagai diklat guna meningkatkan kompetensi diri PNS sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. •Aya
SELAMATAN PENUTUPAN MANASIK HAJI PROBOLINGGO KAB. PROBOLINGGO – Seluruh CJH Kab. Probolinggo berkumpul di Pendopo Kabupaten, dengan raut muka yang tampak sumriah dan ceria. Ini merupakan acara selamatan yang digagas Pemkab Probolinggo dengan Kemenag menjelang pemberangkatan mereka, (27/8). CJH Kab. Probolinggo tahun ini berjumlah 676 orang yang tergabung dalam 2 kloter yaitu kloter 47 dan 48. Acara ini dihadiri seluruh SKPD, Camat, Kepala KUA, Kakankemenag, Kasi PHU, Kasi Bimas Islam, TPHI juga tampak Kasubag TU, Muhtasyar PCNU, Wakil Bupati, Kapolres, dan KH. Munir Holili salah seorang Pengurus MUI Kab. Probolinggo. Bupati Probolinggo Hj. Tantriana Sari, SE didampingi anggota Komisi VIII DPR RI Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si saat memberikan pengarahan kepada CJH memberitahukan bahwa penutupan bimbingan manasik ini bertujuan untuk mendoakan agar para calon tamu Allah hajinya menjadi maqbul dan mabrur. “Gunakanlah kesempatan ini. Niati untuk selalu beristiqomah dalam melakukan ibadah dan amaliyah yang mengarah pada taqarrub kepada Allah. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan, agar mampu menjaga dan melakukan ibadah haji dengan baik,” pesannya. •Ansori
PEMBINAAN PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI NGAWI – Bertempat di gedung BP. AlFalah Kankemenag Kab. Ngawi dilaksanakan kegiatan pembinaan perpustakaan dan dokumentasi bagi pegawai KUA dan madrasah di lingkungan Kankemenag Kab. Ngawi, (26/8). Dalam laporannya, Kasubbag TU Kankemenenag Kab. Ngawi, Drs. Zaenal Arifin, M.PdI, menyampaikan bahwa pembinaan ini bertujuan agar peserta memahami kebijakan pemerintah tentang perpustakaan dan sebagai upaya peningkatan kualitas SDM yang terkait dengan pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi. Pada acara pembukaan kegiatan, Kakankemenag Kab. Ngawi Drs. Syahidan, MH menyampaikan bahwa perpustakaan adalah soko guru untuk mengenal, memahami nama, sejarah, keberhasilan serta kebesaran sebuah organisasi, lembaga maupun bangsa. “Di sisi lain, perpustakaan berfungsi sebagai sumber acuan atau landasan kerja sekaligus penyelamat dari hasil kerja karena perpustakaan sebagai sarana kekuatan hukum,” ungkapnya. Materi yang disampaikan oleh nara sumber dari Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Ngawi adalah tentang implementasi UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan dan teknik pengelolaan perpustakaan dengan sistem aplikasi SLIM. •Guh
PENGURUS BWI KABUPATEN TUBAN DIKUKUHKAN TUBAN – Dr. Faishol Haq, M.Ag., Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jatim bertempat di aula Kankemenag Kabupaten Tuban mengukuhkan Pengurus Perwakilan BWI Kabupaten Tuban, (25/8). BWI Kabupaten Tuban beranggotakan 12 orang dinahkodahi H. Sutrisno Rachmat sebagai ketua dan Nur Taufiq sebagai sekretaris untuk periode 3 tahun kedepan (2015 – 2018). Kakankemenag Kab. Tuban Drs. Abd. Wahib, M.Pd.I menyambut baik dengan dikukuhkannya BWI Kabupaten Tuban. Karena dengan keberadaan BWI ini, paling tidak permasalahan-permasalahan perwakafan yang ada di Kabupaten Tuban segera tertangani. Beliau juga berterima kepada Pemerintah Daerah yang telah membantu persertifikatan tanah wakaf di Tuban. Sementara itu Ketua BWI Jatim dalam sambutannya menyampaikan bahwa pekerjaan BWI merupakan pekerjaan yang sangat mulia, karena mengurusi masalah keagamaan. “Untuk itu segera laksanakan atau segera selesaikan wakaf yang belum sertifikat,” tegasnya. Kegiatan pengukuhan yang berlangsung lancar ini juga dihadiri Kepala Bidang Penais dan Zawa, Sekda Tuban, Kabag Kesra, Kasi, Penyuluh Agama Islam, Nadzir serta Kepala KUA se-Kab. Tuban. •Taar MPA 349 / Oktober 2015
57
KULINER
Sop Buah Praktis BAHAN: l 200 gram avokad, potong-potong l 100 gram tomat, buang bijinya, potong-potong l 150 gram pepaya, potong-potong l 1 butir kelapa muda, keruk memanjang l 100 gram belewah, keruk memanjang l 150 gram apel, potong-potong l 100 gram stroberi, potong-potong l 500 ml minuman bersoda manis l Sirup stroberi secukupnya l Susu kental manis secukupnya l Es serut secukupnya CARA MEMBUAT: 1. Letakkan dan susun ke daiarn mangkijk atau geias saji avolod, tomat, pepaya, keiapa muda, belewah, ape!, dan stroberi, Tuanc minuman bersoda dan sirup. 2. Tambahkan susu kentai manis dan es serut. Sajikan dingin.
Telur Puyuh Bumbu Pedas BAHAN: l 250 gr udang l 15 btr telur puyuh, rebus kupas l 1 bh tomat potong l 2 bh cabe merah, iris halus l 1 bh cabe hijau, iris tipis l 100 ml air l 1 papan petal, belah 2 bagian l Garam secukupnya l Gula secukupnya l Minyak untuk menumis l Saus tomat
CARA MEMASAK: 1. Tumis tomat, cabe merah, cabe hijau sampai layu. 2. Masukkan petai, aduk rata. 3. Tambahkan udang, aduk sampai berubah warna. 4. Masukkan telur puyuh, garam dan gula. Aduk sampai matang dan kuah mengental.
Tengiri Asam Pedas BAHAN: l 1 ekorikan tenggiri l 2 cm jahe.memarkan l 1 lembar daun kunyit l 3 buah asam kandis l 4 Lembar daun jeruk BUMBU DIHALUSKAN: l 10 buah cabai merah l 6 buah bawang merah l garam secukupnya
58
MPA 349 / Oktober 2015
CARA MEMBUAT: 1. Cud dan bersihkan ikan hingga bersih. Lumuri ikan dengan garam secukupnya, diamkan 15 menit. 2. Tumis bumbu yang dihaluskan bersama jahe, daun kunyit, asam kandis, dan daun jeruk hingga harum. 3. Tuang air, masak hingga mendidih. Masukkan ikan, masak hingga matang dan mengental. 4. Angkat dan sajikan.
COVER LAA
Alvina Fauziyah
Melenggang ke Jakarta Angkat Nama Desa
D
engan berdandan ala kakek-kakek bungkuk muka keriput, ber-wig putih dan memakai tongkat serta penjiwaan total, Alvina, siswi MIN Begal Kedunggalar Ngawi membawakan sebuah cerita asal usul dusun Reco Banteng. Sebuah perkampungan yang merupakan salah satu cagar budaya di kabupaten Ngawi. Sungguh, tak ada yang menyangka anak yang berperawakan kecil ini mampu menghipnotis para penoton dan dewan juri. Tak hanya itu, tiap pertanyaan yang diajukan dewan juri pun mampu dijawabnya dengan polos dan lucu khas ala anak-anak. Tak heran jika, aktingnya ini mengundang tawa dan tepuk tangan penonton saat tampil di panggung arena lomba Story Telling yang digelar di Surabaya pada tanggal 28 Juli 2015 silam. Ya, pemilik nama lengkap Alvina Fauziyah ini mampu menorehkan tinta emas untuk daerah tercintanya. Sebab dia berhasil meraih juara I dalam ajang kompetisi Story Telling (lomba bercerita) tingkat SD/MI se Jawa Timur. Menariknya, gelar jawara ini diraih tepat pada hari ulang tahunnya yang ke- 11. Sebelumya Si cabe rawit ini juga telah menjuarai lomba yang sama di tingkat Kabupaten.
Dari kecil Alvina memliki hobi membaca buku cerita. bahkan gadis mungil ini memiliki falsafah “Teman terbaik adalah Buku“. Jadi tak heran kalo dia juga pandai bercerita. Kepiawaian bercerita dan memainkan berbagai karakter ini semakin terasa ketika Alvina menjadi anggota Teater Matahari MIN Begal yang dibina oleh bu guru Afrida Khusnul laili, M.Pd.I. Talenta yang dimilikinya selain Story Teller, mahir berpidato dan pernah menyabet juara I di lomba pidato bahasa Indonesia di AKSIOMA MI tingkat Kabupaten Ngawi tahun 2015. Wahib Burhani M.Pd.I, Kepala MIN Begal Ngawi menuturkan bahwa Putri dari Istikomah dan Prapto ini dibesarkan dari keluaraga sederhana. Bapaknya bekerja sebagai buruh di luar jawa. Sedangkan sang ibu demi mencukupi Alvina dan dua
adiknya yang masih kecil-kecil menjadi pedagang jajanan kecil di desanya. Alvina Fauziyah merupakan sosok yang rendah hati, penyabar, suka berbagi ilmu dengan kawan-kawannya ini selain membaca buku cerita dia juga sangat gemar membaca kisah para ilmuwan muslim. Inilah yang menginspiasinya kelak ingin menjadi seorang ilmuan muslim. Ketika ditanya ilmuan muslim yang mana fovorit juara kelas ini? dengan lantang dia menjawab Ibnu Sina. Kini siswi kelas VI MIN Begal Kedunggalar Ngawi ini menatap dengan tajam kejuaraan story telling tingkat nasional di Jakarta. Di ibukota ini, dia pun mematok target juara demi mengharumkan nama madrasah dan desanya. Selamat berjuang Alvina. •Afrida Khusnul Laili dan Puguh Ngawi MPA 349 / Oktober 2015
59
SARI HIKMAH
Jangan Marah Seperti yang telah kita ketahui bersama, pada masa awal dakwah Rasulullah, beliau amat ditentang oleh pamannya sendiri yang bernama Abdul Uzza bin Abdul Muthalib atau Abu Lahab dengan sangat kejam. Sebab itulah turun firman Allah berupa Surat Al-Lahab, surat yang berisi ancaman siksa kepada Abu Lahab beserta istrinya, Ummu Jamil.
T
ak pelak lagi, ketika mendengar ada ayat yang menyangkut dirinya dan suaminya, Ummu Jamil sangat murka. Dengan berbekal batu di tangan, dia berniat menemui Rasulullah yang sedang duduk bersama Abu Bakar di dekat Kabah. Setelah sampai, ternyata dia tidak melihat Rasulullah di sana. Hanya Abu Bakar yang dilihat oleh Ummu Jamil. Padahal Rasulullah sedang duduk di samping Abu Bakar. “Hai Abu Bakar!” panggilnya. “Di mana temanmu itu? Aku dengar dia telah menyerangku dengan kata-kata. Aku tidak terima! Akan kulempar dia dengan batu ini jika bertemu nanti!” teriak Ummu Jamil kesal. Karena yang dicari tidak ada, dia pun berbalik pulang. Abu Bakar keheranan dengan kejadian itu. “Ya Rasulullah, bukankah dia melihatmu tadi?” tanya Abu Bakar.
60
MPA 349 / Oktober 2015
Dengan tenang Rasulullah menjawab, “Tidak. Dia tidak melihatku karena Allah telah menghapus penglihatannya.” Dari kisah di atas, sangat terlihat akibat dari memuncaknya amarah yang tak terkendali dari Ummu Jamil. Selain karena kuasa Allah yang telah menghapus penglihatannya, amarah yang memuncak juga menjadi penghalang indranya untuk berfungsi normal. Dia tidak dapat melihat Rasulullah yang sudah jelas berada di depan mata. Kemarahan yang berlebihan sungguh sangat merugikan. Baik bagi diri sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Bagi diri sendiri, kemarahan dapat menimbulkan rusaknya akal pikiran. Orang yang sedang marah akan lupa diri dan hilang kendali. Dalam
keadaan demikan, sangat mungkin terjadi perselisihan dengan orang lain yang berujung pada rusaknya silaturahmi. Jadi, sangat tepat jika kita renungkan kembali Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw: Wahai Rasulullah, nasehatilah saya. Beliau lalu bersabda: “Jangan engkau marah.” Ia menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda: “Jangan engkau marah.” (HR. Bukhari). Dalam riwayat lain mengatakan bahwa Rasulullah mengulangi sabda ‘Jangan engkau marah’ hingga tiga kali. Itu menunjukkan bahwa kemarahan merupakan hal yang patut kita waspadai. •Khoirur Rohmah/ dari berbagai sumber
CUPLIKAN TARIKH
Tiga Panglima
yang Diimpikan Rasulullah Oleh : Muhammad Fadli Al Fauzi *)
Nabi Muhammad Saw. pernah bermimpi sesaat setelah terjadinya Perang Muktah. Beliau melihat tiga orang sahabatnya yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Mereka tidur di atas tiga buah ranjang emas di surga.
N
amun ranjang milik Abdullah terpisah dari kedua sahabatnya yang lain. Kemudian Zaid dan Ja’far naik ke langit. Sedangkan Abdullah bimbang antara naik atau tidak walaupun akhirnya ia menyusul sahabatnya ke langit. Hal itu dikarenakan keragu-raguannya dalam memimpin Perang Muktah. Perang Muktah adalah perang pertama antara kaum muslimin melawan Romawi. Perang yang terjadi setelah hijrahnya Rasulullah Saw. ini menggugurkan tiga orang panglima besar Islam yaitu Zaid bin Haritsah sebagai panglima pertama, Ja’far bin Abi Thalib sebagai panglima pengganti jika Zaid bin Haritsah syahid, dan Abdullah bin Rawahah sebagai panglima terakhir ketika Ja’far bin Abi Thalib syahid. Zaid bin Haritsah adalah seorang panglima yang diangkat sebagai anak oleh Nabi Muhammad Saw. Aisyah ra. pernah berkata, “Rasulullah Saw. tidak pernah mengirim pasukannya, kecuali menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpinnya.” Zaid adalah putra dari pasangan Haritsah dan Su’da binti Tsalabah. Sahabat yang gagah berani ini selalu menjadi tameng bagi Rasulullah ketika berperang. Tak ada satu pun senjata musuh yang dapat menyentuh tubuh Rasulullah sebelum menyentuh tubuh Zaid bin Haritsah. Zaid yang ditunjuk sebagai panglima pertama melakukan tugasnya dengan sangat baik. Ia menumpas pasukan Romawi dengan gagah berani. Namun akhirnya ia gugur dalam perang yang diikuti oleh 3000 pasukan muslimin melawan 200.000 pasukan Romawi itu. Sesuai perintah Rasulullah Saw. komando diberikan kepada panglima kedua. Yaitu Ja’far bin Abi Thalib. Ja’far bin Abi Thalib adalah putra dari paman Nabi Muhammad Saw. yaitu Abu Thalib. Kakak kandung dari Ali bin Abi Thalib itu memiliki budi pekerti yang luhur. Ia sangat menyayangi fakir miskin. Ditengah perang Muktah, Ja’far bin Abi Thalib turun dari kudanya sembari menebas leher kuda itu. Ia takut kudanya jatuh ke tangan musuh. Dengan sigap ia meluncur ke tengah pasukan musuh
mengayunkan pedang di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menggenggam panji Nabi Muhammad dengan erat. Tak lama setelah ia menyerang layaknya singa, tangan kanannya terpotong oleh prajurit musuh. Ia melepas pedang di tangan kirinya untuk digantikan oleh panji komando. Ja’far tetap bertarung tanpa senjata. Kemudian terpotonglah tangan kiri Ja’far. Namun ia tetap tidak mau menjatuhkan panji yang telah diamanatkan kepadanya. Ia memeluk bendera itu dengan kedua tangan yang telah buntung. Tak lama setelah itu, perjuangannya berakhir dengan terpotongnya tubuh Ja’far menjadi dua. Akhirnya panji Islam diselamatkan oleh Abdullah bin Rawahah. Abdullah bin Rawahah adalah seorang sastrawan dan penyair. Ia ahli dalam membuat puisi dan berbagai jenis karya sastra. Karya-karyanya sangat disukai oleh Rasulullah Saw. Keahlian tersebut dijadikan alat untuk mengobarkan semangat pasukan kaum muslimin dalam berperang melawan musuh-musuh Islam. Panglima terakhir yang ditunjuk Nabi
Muhammad Saw. ini awalnya sempat ragu menjadi panglima. Jumlah pasukan yang sangat sedikit membuatnya mundur untuk beristirahat dari pertempuran yang telah menggugurkan kedua sahabatnya itu. Tetapi nikmatnya surga yang dijanjikan Allah Swt. mengalahkan keraguannya. Kemudian ia melesat menuju barisan pasukan musuh dengan menunggang kudanya. Namun setelah cukup lama berjuang menumpas pasukan Romawi, Abdullah bin Rawahah akhirnya gugur sebagai syuhada. Panji Rasulullah yang tak bertuan kemudian diangkat oleh Thabit bin Arqod. Ia berseru kepada seluruh pasukan muslim, “berkumpullah kalian di sekitar seseorang!” Para prajurit seketika berkumpul di sekitar Khalid bin Walid. Itu berarti Khalid ditunjuk menjadi pemimpin melanjutkan perjuangan tiga sahabatnya yang telah bergelar syuhada. Ia berhasil membawa pulang kemenangan dari perang yang menyayat hati tersebut. *) siswa kelas IX-A Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Jember 1 MPA 349 / Oktober 2015
61
PADANG ARAFAH
Di ba’da subuh ini Allahlah sebagai petunjuk jalan kita.
Diringkuk senja temaram Tampak jelas tanah Al-Haram Kisah-kisah sang hamba bertebaran Disela serat kain ihram Padang Arafah Disana terangkum sejarah Merayap hentakkan nyali Disini lalu disana dan dimana-mana Ada tanya tanpa jawab Hanya dari ujung menara Kembang kempis suara adzan menyapa Membias terowongan hati Berjejar deretan arti Yang fasih tanpa harus ditagih Senantiasa kental dalam nafiri Padang Arafah adalah saksi Padang Arafah adalah bukti Dari segala penghambaan diri Pada Ilahi M. SHAFWY HS MTs. Darul Ulum Jl. Toghur Billah Desa Batuputih Kenek Kec. Batuputih Kab. Sumenep MADURA 69453
EMPUKNYA DAGING KURBAN Tangisan kecil itu Masih ku ingat dalam fikirku Saat ia menatap Setusuk sate yang sedang disantap.
Ibu… ingin kuadukan semua itu padamu Tentang adik saat memungut kaleng bersamaku. Namun, Oh… Tak baik mengungkit saat itu Menambah fikir pada ibu.
Anis Choirun Niswah MAN Lamongan, Jalan Veteran 43 Jetis Lamongan Jawa Timur, 62211
SENYUM BAHAGIA SAMBUT HIJRIAH Tahun demi tahun kulewati Angin berhembus menyambut hari Hujan turun saat tahun berganti Uraian kata indah kini bersemi Nuansa malam seakan menjadij pagi
SAJAK PAGI HARI
Bangga ku sambut tahun ini Alunan ayat Al-Qur’an sambut hari yang pagi Rangkaian sholawat bagaikan menuntunku di dalam kegelapan Untuk menuju ke jalan yang terang
Ya Allah Kau anugrahkan nikmatMu hari kemarin Menyusun kerangka cita-cita Dan merangkai mimpi di tengah nyatanya kehidupan
Indahnya hari bak bunga yang bersemi Jadikan diri bagaikan mentari Ridho illahi akan tetap menghampiri Indahnya alam sambut tahun ini Ya Allah penuhilah tahun ini dengan hati yang suci Akan ku usaha untuk jadi yang lebih baik Hijriyah tahun baru kali ini, menjadi kebahagiaan bagi umat islam di bumi Yuli Purwanti MA Raden Paku Wringinanom Gresik
BA’DA SUBUH
Angin berhembus sejuk Embun-embun berkilau bertasbih Memuja nama Tuhannya
Kini kulihat ia Memamerkan gigi ompongnya Besahut dengan senyumnya Bersama empuknya daging kurban
Ceruit burung-burung berdzikir Mengagungkan Asmanya Ba’da subuh Langit benderang Matahari tersenyum merekah Itulah awal kisah catatanmu hari itu
Lailatun Ni’mah Asrama Putri IAIN Jember
Bismillahirrohmaanirrohiim Mulailah langkah sebaik-baik niat
Ya Allah Sungguh engkaulah dzat yang paling sempurna Pencipta langit, alam semesta dan segala isinya Sungguh; tiada dua bagimu
Terimakasih ya Allah Tlah kau sisipkan semangat merona ketika petang tiba Di sela-sela dinginnya angin kehidupan Menyusup lancang menyusuri atap perumahan Membisikkan petuah bijak pada seluruh insan Terimakasih ya Allah Untuk kesejukan hati saat bersingkuh di hadapanmu Malam terasa panjang; Bukan petang yang malang; Persiapan untuk pagi yang menantang Isa Asmaul Khusna Siswi kelas XI- IPA 1 MAN Tarokan Jl. Kediri-Nganjuk Dsn. Becek Ds. Kalirong Kec Tarokan Kab Kediri Kode pos 64152
SENJAKU
Guratan mega menyisir langit Dimaghrib itu , semua termenung . . . Sekelompok kutilang mengarungi mega Terbang berlalu hilang jejak Meresapi suasana saat itu . . . Seakan malaikat turun Dengan beribu kebahagiaan Mengukir relief awan Membentuk aksara asma-Nya . . . Senja itu mungkin terakhir dalam umurku . . . Senja yang paling indah memberikan hidayah . . . Kesempurnaan Sang Pecipta Memberikan harapan, bersambung kenyataan . .. Yang terlukis dalam senja Berlarut syahdu Dimaghrib itu ... Titin Shilihatin Siswi Kelas X-MIPA 6 MAN Tambakberas Jombang
62
MPA 349 / Oktober 2015
TTM EDISI 349
BULAN OKTOBER 2015
TTM EDISI 349
MPA JAWABAN TTM NO. 348
MENDATAR : 1.BELANDA 5.INI 6.STO 8.BUS 9.REI 10.ASA 12.INTI 15.UGAL 17.SERAM 18.SITU 20.IKAN 23.SUA 25.RSU 26.SIN 27.ARI 28.AIN 29.KERAPAN
DAFTAR PERTANYAAN MENDATAR : 1. Keterangan mengenai peristiwa yang hangat, kabar 4. Ekstra Kurikuler 7. Mandi, Cuci, Kakus 8. Kata Sambung 10. Terusan, saluran air yang besar 12. Organisasi Politik 14. Perkataan/cerita yang dipakai umpama 16. Basah, berlumuran 18. Sisa Pembakaran kayu 20. Selesai, siap 22. Rumah Ibadah 23. Kesopanan, kehalusan budi pekerti 24. Surat Perjalanan Dinas 26. Pengumpulan uang, kemudian diundi secara berkala MENURUN : 1. Angin 2. Menyangkal, tidak mengakui 3. Pesan, perintah 4. Hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya 5. Mengambi perkataan/kalimat dari buku 6. Mengucapkan bunyi bahasa 11. Penerangan biasanya terbuat dari bamboo 13. Memroses, memasak 15. Lapisan udara yang menyelimuti bumi 16. Nama sayuran 17. Gunung berapi aktif di pulau Jawa 18. Pegang lalu dibawa 19. Ganjil, aneh, jarang ada 21. Daging disuwir dan dikeringkan
KUPON
NO : 349
MENURUN : 1.BIBIT 2.LUSA 3.NIRA 4.ASING 5.IMBI 7.ORAL 11.SURAU 13.NYI 14.ISU 15.UMI 16.ADA 18.SAYA 19.TERIK 21.KANAN 22.NIAN 23.SUAR 24.ASAP
PERAIH HADIAH TTM NO. 348 1. SAIFUL ANAM, S.PD.I. JL. MAYJEN SUTOYO 52 PATIHAN WETAN BABADAN PONOROGO 2. HERWIN NUR SANTI MTSN SIDOREJO MAGETAN JL. RAYA SARANGAN NO.1 SIDOREJO MAGETAN (63361) 3. ABDUL KADIR ASMITO RT 02/RT 01 PAJAGALAN KOTA SUMENEP (69416) 4. HAKIM MUMTAZULWAFA KELAS 8 AKSEL MTSN SRONO JL. RAYA SRONO NO. 171 BANYUWANGI 5. ENDAH RATNAWATI MAN NGLAWAK KERTOSONO JL. KH. ABDUL FATTAH-NGLAWAK KERTOSONO-NGANJUK (64351)
KETENTUAN : 1. Jawaban ditulis pada kartu pos dan ditempeli kupon sesuai dengan nomornya. 2. Jawaban dikirim ke redaksi MPA paling lambat akhir Oktober 2015 (cap pos). 3. Peraih hadiah diumumkan pada MPA edisi 350.
MPA 349 / Oktober 2015
63
SAHABAT
Panggilan : Anashrullah
Panggilan : Fait
TTL : Sidoarjo, 27 Nopember 2013
TTL : Sidoarjo, 31 Januari 2013
Alamat : Tambakrejo Krembung, Sidoarjo
Desa Tambakrejo Kec. Krembung
Hobi : Adzan, Naik Kuda, Jalan-jalan
Kab. Sidoarjo
Cita-cita : Dokter Spesialis
Hobi : Bersepeda
Orangtua : Sutrisno, S.Pd.I & Mania Sri Lestari
Cita-cita : Pembalap Orangtua : Mohamad Sobir & Samianah
Panggilan : Bintang
Panggilan : Haidar
TTL : Bondowoso,01 September 2008
TTL : Lumajang, 09 Oktober 2011
Alamat : Griya Panji Mulya O.10 Situbondo
Alamat : Labruk Kidul
Hobi : Menggambar
Kec. Sumbersuko Kab. Lumajang
Cita-cita : Dokter
Cita-cita : Polisi
Orangtua : Nur hasanah,S.Pd.I & Kholip Khoiri,S.Pd.I
Orangtua : Hasbunur Rofiq dan Nuril Hidayah
Panggilan : Sabrina
Panggilan : Izam
TTL : Banyuwangi, 18 APRIL 2008
TTL : Jombang, Juni 2015
Alamat : Rumping RT 01 / VI Plampangrejo
Alamat : Kaliwungu, Kab. Jombang
Cluring - Banyuwangi
Hobi : Menyanyi
Hobi : Menggambar, nonton kartun sama dedek
Cita-cita : -
Cita-cita : Guru
Orangtua : Dianne Putrikumalasari
Orangtua : Anang Ma’ruf M, S.Ag
dan Fanin Kurniawan
dan Siti Mutmainah A.Ma
64
Alamat : Awargunting RT.22 RW.11
MPA 349 / Oktober 2015
Alhamdulillah, Meraih Impian Oleh : M. Sa’i A. Rahim*)
Pagi yang cerah, awan tak terlihat walau segumpalpun, mentari tak enggan lagi menyemprotkan cahayanya ke permukaan bumi, tanah perkampungan dusun Bensari. Di kampung inilah Andi di lahirkan oleh sosok ibu yang sangat mencintai anak-anaknya.
D
ialah Ibu Lastri. Ibu Lastri memiliki tiga anak, Fadil, Sita, dan Andi. Fadil adalah anak pertama yang sudah berkeluarga dan tinggal di kampung sebelah. Sedangkan Sita bersama suaminya serumah dengan ibu Lastri. Andi masih belajar di kelas VI SDN Martapura. “Bu… saya mau berangkat ke sekolah,” kata Andi. “Tunggu dulu, kamu harus sarapan walau sedikit,” sela Ibu sambil menyiapkan sarapan untuk sang suami ke sawah. Pak Rahim, suami bu Lastri memang sosok suami pekerja keras. Dia selalu membanting tulang bekerja di sawah. Pak Rahim dikenal oleh masyarakat seorang petani yang giat bekerja. Dia berangkat ke sawah lebih pagi dari pada orang lain. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “man jadda wajad”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan yang dituju. Begitulah yang dialami oleh pak Rahim, dari jerih payahnya ia memeroleh yang diinginkan yaitu dapat membeli sawah beberapa petak. Pak Rahim adalah macan yang kekar nan kuat untuk mencari makanan bagi keluarganya. Tak heran kalau keluarga pak Rahim termasuk keluarga yang sejahtera, dan berada di kalangan menengah ke atas. Andi sangat mencintai ayahnya dan mengidolakannya. Walaupun setiap kali dia berangkat ke sekolah tidak pernah berpamitan kepada ayahnya, karena ayahnya sudah pergi ke sawah. Andi mengayuh pedal sepeda laksana nelayan mengayu dayung pada sampannya. Bersama teman-temannya, dia berangkat menuju sekolah yang menjadi tumpuan mencari ilmu-ilmu dasar di SDN Martapura yang berada 8 kilometer dari kecamatan. Andi termasuk anak yang tidak pernah mendapat ranking 5 besar. Dia menerima saja hasil belajarnya meskipun hanya 10 besar di kelas. Dia merasa heran dan perhatian terhadap taman-temannya yang mendapat nilai tertinggi. Andi menyadari bahwa temantemannya tersebut termasuk anak-anak yang sungguh-sungguh belajar, belajarnya giat, dan mereka anak-anak yang cerdas. Sebenarnya Andi sangat menyukai pelajaran matematika, IPA, dan IPS. Akan tetapi ada pelajaran yang sangat ia senangi yaitu pelajaran agama.
Siang merangkak pelan tapi pasti, matahari membakar muka Andi yang kehitaman itu. Dengan lesu, letih, dan lapar Andi menelusuri jalan untuk pulang ke rumah. “Assalamualaikum” sapa Andi kepada gurunya yang pulang juga. “Waalaikum salam,” jawab pak guru sambil menoleh ke arah Andi dan terus saja mengendarai sepeda motornya meninggalkan Andi dan teman-temannya. Haus mencekik leher Andi. Jangankan segelas air es, seteguk air putihpun tidak dapat diteguk oleh Andi. Maklumlah uang jajannya sudah habis untuk membeli es atau minuman. Andi mengayuh pedal sepeda agak cepat, agar dia secepatnya sampai di rumah. “Assalamual’aikum” teriak Andi. Ibunya menjawab “Waalaikum salam. Sudah pulang Andi? Ganti pakaian,
mengambil air wudu, dan salat zuhur dulu,” perintah sang ibu. Andi kurang memerhatikan ucapan sang ibu, hanya dia minum dan bergegas melepas pakaian, menggantinya, lalu pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudu. Setelah itu Andi meleksanakan salat zuhur di musala yang berada tepat di belakang rumahnya. Usai salat, Andi makan siang dan berlarian ke jalan untuk bermain layang-layang. Sore itu, setelah salat asar, Andi duduk di kursi ruang tamu. “Mengapa saya tidak bisa mendapat nilai terbaik di kelas? Setidaknya tidak kalah dengan nilai teman-temanku,” gumam Andi. Andi lalu membaca buku tuntunan salat dan do’ado’a. Di dalam buku itu dijelaskan do’a agar berhasil dan mencapai tujuan. Kalau ingin meraih sukses bacalah surat-surat pendek ini lalu tiupkan di atas air di gelas. Setelah itu, diamkan air tersebut sampai pagi hari, kemudian minumlah. Sebelum meminum air itu, jangan lupa ber do’a sesuai apa yang diinginkan. Begitulah keterangan dalam buku tersebut. Andi menjalankan apa yang dijelaskan dalam buku itu. Pada saat Evaluasi Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) sekarang Ujian Nasional (UN) tingkat SD/MI, Andi merasakan ada perlakuan yang berbeda pada dirinya yang dilakukan oleh pengawas ruang. Pengawas ruang itu bukan gurunya, tapi dari guru SDN lain. Memang pengawasan EBTANAS dalam penyelenggaraanya selalu disilang. “Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah mengabulkan do’aku” begitu kata dalam hati Andi setelah mendengarkan pengumuman, bahwa Andi mendapat DANEM (nilai hasil EBTANAS) tertinggi di kelasnya, bahkan tertinggi se-kecamatan. Begitu senang hati Andi. Meskipun demikian, dia tidak mau menerima tawaran dari Bapak Kepala Sekolah untuk mendapat beasiswa melanjutkan ke SMP Negeri di kecamatan. Andi lebih senang memilih untuk melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) di pondok pesantren. *) Staf Pendidik MAN Lamongan Jalan Veteran nomor 43 Lamongan MPA 349 / Oktober 2015
65
DUNIA ISLAM Eksodus Pengungsi Muslim Timur Tengah Dan Afrika Utara Adalah Tragedi Kemanusiaan Yang Mengerikan
F
oto Aylan Kurdi yang tewas dengan posisi tertelungkup di tepi pantai, dengan sebagian wajah terbenam dalam pasir, sementara ujung ombak terus menerpa wajahnya yang tak berdosa, telah membuat dunia terguncang dan menagis. Foto bocah 3 tahun asal Kobane, Suriah, yang terdampar di sebuah pantai di Semenanjung Bodrum, Turki, pada Rabu 2 September lalu, menjadi simbol kuat yang mengerek issu krisis pengungsi Timur Tengah dan Afrika Utara khusunya Suriah, ke puncak agenda dunia. Setelah menghiasi media massa, foto ini dengan cepat menyebar di media sosial, antara lain menjadi trending picture di media sosial, dengan hastag #KiyiyaVuran-Insanlik (kemanusiaan terdampar di pantai). Foto ini, memicu demonstrasi di banyak negara. Kecaman di alamatkan kepada negara-negara Eropa yang menutup pintu perbatasaannya terhadap pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika Utara itu. Petisi online digalang, demikian pula hastag #refugeeswelcome. Dan tak lama kemudian, kebijakan negaranegara Eropa berubah. Mereka mulai membuka pintu-pintu perbatasannya dan menyampaikan komitmen untuk menampung para pengungsi. Kanselir Jerman, Angela Merkel, dengan semangat misalnya menyatakan negaranya siap menerima 800.000 pengungsi tahun ini. Perdana Menteri Inggris, setelah banyak dikeritik belakang an negaranya, bersedia menampung 20.000 pengungsi. Hingga 1 September lalu, menurut International Organization for Migration (IOM), sekitar 350.000 pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika Utara berbondong-bondong ke Eropa. Mereka hijrah dari negaranya yang tercabik perang, menuju negara-negara Eropa yang menjanjikan kehidupan baru yang lebih baik dan damai. Kendati harus menempuh segala akibat dan mara bahaya bahkan resiko kematian terutama di saat menyeberangi Laut Mediterania dan Laut Aegea. IOM mencatat sekitar 2.643 orang diantaranya tewas. Foto Aylan Kurdi, telah membuka mata dunia untuk melihat horor dari perang, dan krisis kemanusiaan. Dalam kolom bertajuk Can images change history?, kolumis tetap the Guardian, Ian Jack, menulis efek foto Aylan mirip foto bocah perempuan 9 tahun dari Vietnam, Kim Phuc, (bidikan Nick Ut, fotografer Associated Press) yang lari telanjang dengan luka bakar ditubuhnya, saat desanya dihujani bom Napalm, oleh Amerika 1972. Dan foto bocah kelaparan, 66
MPA 349 / Oktober 2015
salah satunya albino yang terlihat sulit berdiri, memegang kaleng cornet yang telah kosong, di Biafra, Nigeria, pada 1969 lalu (jepretan Don Mc Cullin fotograper Inggris yang saat itu bekerja untuk Sunday Times Magazine). Peter Bouckaert, direktur Human Rights Watch, menyatakan, etnisitas Aylan Kurdi juga memainkan peran penting dalam membentuk pengaruh terhadap foto tersebut. ”Dia (Aylan Kurdi) adalah seorang anak yang terlihat mirip dengan anak-anak Eropa. (karena) Seminggu sebelumnya, puluhan anak Arika tedampar di pantai Libya dan difoto, tapi tak menciptakan dampak serupa”, katanya. Direktur foto Le Monde, Nicolas Jimenez, menyatakan kepada majalah Time, ”Ini adalah gambar yang bisa meningkatkan perhatian seputar krisis (pengungsi) yang telah begitu lama diabaikan”. Lantas apa yang dirasakan Nilufer Demir, fotografer Dogan News Agency (Dogar Haber Ajansi/DHA), saat mengambil gambar Aylan Kurdi? ”Saat pertama kali melihat mayat bocah 3 tahun Aylan Kurdi, saya terpaku. Saya syok dan terluka melihat bocah tersebut. Satu-satunya yang ada di pikiran saya saat itu adalah memastikan Turki dan seluruh dunia melihatnya. Ini jalan terbaik untuk membuat tragedi ini terdengar,” tuturnya. Walau Ia tidak pernah menyangka bahwa efeknya akan demikian dahsyat. Negara-negara Eropa memang berbeda sikap dan pandangan terhadap para pengungsi yang kini membanjiri wilayah mereka. Pertama, menerima para pengungsi dengan tangan terbuka. Sikap ini didasarkan kepada rasa kemanusiaan dan hak asai manusia. Mereka melihat nasib malang para pengungsi yang sudah diluar batas perikemanusiaan. Kapal-kapal kecil yang ditumpangi pengungsi melebihi kapasitas yang menyebabkannya tenggelam di laut. Lalu ribuan mayat pengungsi yang tedampar di pantai-pantai. Juga pemandangan ribuan bocah dan perempuan pengungsi yang ketakutan, kehausan, dan kelaparan. Termasuk golongan pertama ini antara lain adalah, Jerman yang menampung (98.700 dari 800.000 quota), Swedia (64.700 sebelumnya 84.000 dari Balkan), Perancis (6.700 dari quota 24.000), Denmark (11.300), dan Inggris(7.000 dari quota 20.000). Kedua, menolak kehadiran para pengungsi di daratan Eropa. Alasannya, bisa karna faktor ekonomi, sosial budaya, bahkan rasialisme. Mereka sudah tidak bisa menanggung beban ekonomi tambahan. Apalagi Eropa tengah mengalami krisis pengangguran, terutama dikalangan anakanak muda. Sementara, jaminan sosial
para pensiunan meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Alasan lainnya, adanya kekhawatiran kehadiran para pengungsi akan mengganggu bangunan politik dan sosbud di negara Eropa. Penolakan kepada para pengungsi ini diperparah atau dimanfaatkan oleh para politisi ekstrim kanan yang dikenal anti imigran. Dengan memanfaatkan liputan media, mereka menebarkan rasa ketakutan di masyarakat Eropa. Menurut mereka, kehadiran pengungsi Timteng dan Afrika Utara akan mengurangi peluang kerja, tempat tinggal, dan jaminan sosial bagi masyarakat di negara-negara Eropa sendiri. Apalagi mayoritas pengungsi adalah Muslim. Termasuk golongan kedua ini antara lain, Hungaria (yang malah memasang pagar kawat berduri diperbatasannya, sehingga dikritik keras oleh Perancis, sebagai negara yang tidak berprikemanusiaan). Ketiga, yang hanya mau menerima pengungsi yang beragama Kristen, atau pindah agama, yaitu Slovakia. Pertanyaannya, mengapa negaranegara Islam (atau berpenduduk mayoritas Muslim) dan Arab kayaraya (seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Bahrain) diam dan tak mau menampung mereka para pengungsi itu?. Organisasi Kerjasama Islam(OKI) dan Liga Arab, sepertinya adem ayem saja. Padahal, penyebab utama terjadinya pengungsian adalah adanya konflik, perang, dan rebutan kekuasaan yang terjadi justru di negaranegara Arab dan Islam. Apakah tidak malu kepada sejumlah negara Arab yang lain yang relatif tidak kaya, tetapi bersedia dan telah menampung banyak pengungsi, seperti Turki (1.9 juta), Lebanon (1.1 juta), Yordania (629.000 sebelumnya telah menampung sekitar 3,5 juta pegungsi Palestine), Irak (249.000),dan Mesir (132.000). Kalaulah OKI dan Liga Arab mau menunjukkan tanggung jawabnya, penderitaan para pengungsi pasti bisa berkurang. Namun faktanya untuk mendapatkan suaka politik di negara-negara Teluk dan Arab kaya lainnya, persyaratannya justru lebih sulit dan lebih berat dari pada di sejumlah negara Eropa. Adakah ikatan agama tidak cukup kuat untuk menggerakkan para pemimpin Liga Arab, OKI, untuk membantu para pengungsi? Dimana solidaritas seiman dan se-Islam kita? Rupanya, innamal mu’minuuna ikhwatun sudah berganti dengan bimaa ladaihim faarihun. Wallaahu a’laam. (diolah dari teraju dan resonansi rep. 11-140915) ; •Ahar
Gus Ipul saat melepas kloter terakhir Jamaah Calon Haji Embarkasi Surabaya tanggal 17 September 2015
Gus Ipul saat berbincang dengan salah Jamaah Calon Haji Kloter terakhir Embarkasi Surabaya tanggal 17 September 2015
Gus Ipul dan H. Mahfudh Shodar saat meninjau Pelepasan Kloter terakhir JCH Embarkasi Surabaya tanggal 17 September 2015
Gus Ipul saat memberi sambutan dalam pelepasan Kloter terakhir Jamaah Calon Haji Embarkasi Surabaya tanggal 17 September 2015
Gus Ipul saat berkunjung ke keluarga korban Tragedi Mina asal Jawa Timur
Gus Ipul dan H. Mahfudh Shodar bersama keluarga korban Tragedi Mina asal Malang Jawa Timur
Suasana penyembelihan hewan qurban di Kanwil Kementerian Agama Prov. Jatim
Panitia menimbang dan mentasarufkan hasil penyembelihan hewan qurban di Kanwil Kementerian Agama Prov. Jatim MPA 349 / Oktober 2015
67
(QS. At-Taubah : 20)
68
MPA 349 / Oktober 2015
Masjid Agung Baitur Rahman, Ngawi.
pADA MAJALAH INI TERDApAT KUTIpAN AYAT-AYAT AL QUR’AN. UNTUK ITU JAGA DAN SIMpAN SEBAGAIMANA MESTINYA.
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan."