After School Club by Orizuka
Rada bingung juga bagaimana harus memulai review untuk novel ini..hehe. Jujur saja, novel ini adalah novel yang paling aku nanti-nantikan dan aku punya banyak harapan. Harapan yang tinggi pada novel ini. Di tengah berkurangnya pemasokan teenlit yg 'asyik' di toko buku, kemunculan novel ini serasa angin segar untukku. Hoaahheeem... sebenarnya aku lagi ngantuk dan lagi kelaparan, jadi agak malas nulis komentar. Tapi berhubung aku tipe orang malas, yang biasanya kalau sudah baca kemarin terus reviewnya baru kapan tau, yang ada aku bakal malas nulisnya. Jadi mending nulis sekarang, mumpung juga ingatan masih segar karena baru selesai baca novel ini beberapa menit yang lalu..hehe. Seperti yang tertera di sinopsisnya, pasti kita sudah mendapat gambaran seperti apakah 'After School Club' itu. *ayo..check sinopsis di atas ini* Karena itu lah, Putra yang awalnya 'terpaksa' masuk kelas itu karena nilai Fisikanya anjlok, merasa dirinya nyaris 'akan' gila kalau terus-terusan bergelut di After School Club. Putra yang 'katanya' cool dan popular itu, bukannya merasa malu dirinya tergabung dalam kelas yang disebut 'kumpulan anak dodol' itu, hanya dia merasa 'agak' tidak tahan dengan kegilaan dan berbagai keusilan yang diperbuat anak-anak tersebut. After School Club ini sendiri adalah kelas tambahan khusus yang diadakan setiap pulang sekolah, yang muridnya adalah gabungan dari murid-murid kelas lain yang nilainya juga anjlok. Tidak salah kalau banyak yg bilang kelas ini adalah 'kumpulan anak2 dodol'. ....rrrr.. Itu saja kali ya yang perlu kujabarkan, karena aku rasa sinopsis di belakang buku ini sudah cukup 'sangat' menjelaskan garis besar ceritanya. Sinopsis itu sudah mencakup hampir semuanya.
....rrrr.. Itu saja kali ya yang perlu kujabarkan, karena aku rasa sinopsis di belakang buku ini sudah cukup 'sangat' menjelaskan garis besar ceritanya. Sinopsis itu sudah mencakup hampir semuanya. Cuap-cuap: Aku tidak tahu apa yang salah. Aku tidak tahu, diriku yang salah, atau novelnya yang salah? Hehehe. Bukannya aku bilang ceritanya jelek. Ceritanya menarik, kok. Tapi, entah kenapa aku tidak merasakan sesuatu yang 'wah' saat membacanya. Tidak seperti saat membaca HSP yang bikin aku membacanya dalam satu kali duduk (kayak cerpen), asli tanpa jeda sedikit pun. Atau seperti Fate yang membuatku terus-terusan ingin membaca halaman selanjutnya saking penasarannya. Waktu membaca novel ini, aku membacanya sambil main HP. Baca beberapa halaman-main HP-baca beberapa halaman-main HP- begitu seterusnya sampai aku selesai membaca keseluruhannya. Bahkan aku sempat memotongnya dengan waktu makan dan tidur dan nonton TV. Tidak biasanya kan? Itu karena aku merasa ceritanya biasa-biasa saja. Dan aku merasa bosan. Nggak ada sesuatu yang bikin aku excited. Padahal sebelumnya aku sangat berharap banyak pada novel ini, apalagi saat membaca sinopsisnya yang terdengar begitu menarik. Bukannya ceritanya klise loh ya (walau adegannya memang ada beberapa yg klise). Cuma...menurutku, ceritanya agak bertele-tele (seperti aku yg bertele-tele ngasih komentarnya hehehe *nyengir*). Oke, mungkin sebenarnya nggak bertele-tele, tapi untuk aku...ceritanya terlalu banyak hal nggak penting dan terkesan biasa saja. Cerita ini kayak film yang menggunakan alur lambat, lalu pada akhirnya dihajar habis-habisan di ending. Kesannya seperti itu. Jadi..ya gitu deh, awal-awalnya ceritanya terkesan biasa saja, dan baru mulai menarik saat mendekati ending. Itu pun tidak semenarik yg aku pikirkan. Mungkin akunya kali yang salah? Mungkin akunya yang terlalu banyak berharap kalau cerita ini bakal penuh keramaian konflik. Novelnya sih nggak salah..karena mungkin memang plotnya sudah begitu, hanya kisah seputar perilaku bengal anak After School Club dan masalah 'cita-cita' Putra yang lagi-lagi... 'biasa aja'. Padahal aku merasa ada banyak kesempatan buat Kak Orizuka untuk memuat sesuatu hal yang menarik :(. Dilihat dari banyaknya tokoh ini,seharusnya kak Ori bisa memanfaatkan mereka, biar mereka kesannya nggak cuma tokoh tempelan doang. Aku mungkin bakal lebih suka sama ceritanya kalau seandainya dibuat masing-masing anak After School Club punya konflik masing-masing yang akhirnya mereka cari solusinya bareng-bareng. Kayak ceritacerita drama jepang gitu loh. Nggak perlu konflik yg njelimet. Nggak jauh-jauh contohnya kayak HSP. Walau konflik utamanya bola, tapi tetap ada konflik pada masing-masing tokoh walaupun hanya 'konflik cinta'. Itu lebih baik, daripada ceritanya seperti ini..hanya diisi dengan tingkah 'bengal' mereka yang malah jatuhnya membuat cerita jadi bertele-tele di mataku. Dan omong-omong soal drama jepang, cerita ini kayaknya memang jatuhnya drama jepang banget. Unsur-unsur 'kelebaian' yang biasa adanya di drama jepang tuh ada di sini..hehehe. Dari panca yang jadi ileran mendadak kalau lihat Rachel, terus tingkah-tingkah konyol lainnya..itu drama jepang banget hewhewhew. Tapi yah itu tidak memberikan efek apa-apa..malah membuat ceritanya jadi semakin terlihat konyol. .___. Sewaktu ada konflik antara Zia dan Ruby, aku sudah punya harapan 'ting ting' di kepalaku. Tapi...ternyata...aku hanya bisa berkomentar 'hah? cuma gitu doang?'. Trus, apa urusannya gitu dengan Zia kena cacar, kalau ternyata nggak ada efek apa-apa sama ceritanya?? .___. #garuk aspal Dan Vero, sedikit banyak aku pikir dia bakal berperan dalam cerita... Tapi, lagi dan lagi dia juga cuma tokoh tempelan yang nggak ada artinya. Padahal secara karakter, aku merasa tokoh Vero itu 'unik' :p. Oh ya aku lupa..kalau nggak ada Vero, perayaan ultah Putra nggak bakal terjadi, cleo nggak bakal kecebur ke kolam renang, dan putra nggak bakal ngasih napas buatan buat Cleo dan juga nggak bakal dapat kado-kado aneh dari anak ASC hehe..
kolam renang, dan putra nggak bakal ngasih napas buatan buat Cleo dan juga nggak bakal dapat kado-kado aneh dari anak ASC hehe.. Tapi trus...? Memang itu penting? Rasa-rasanya semua yg diatas aku sebutkan nggak ngefek apa-apa ah sama ceritanya .__. Jadi ya gitu..tante Vero tetap aja cuma jadi tokoh hiasan nggak penting. Yg aku tahu dia cuma wanita yg punya hobby belanja keluar negeri .___. hewhew... Dan Rachel...juga salah satu tokoh yg aku sayangkan banget. Karena semestinya dia punya kesempatan untuk berperan besar, tapi oleh kak Ori dia juga cuma dibuat sebagai hiasan saja. Aku malah jadi berpikir, "nggak apaapa deh Rachel jadi tokoh antagonis ala cewek2 genit yang di sinetron, setidaknya minimal dia membuat warna pada cerita". Tapi ternyata peran Rachel cuma sebatas itu doang, nggak lebih. Aku mau ngomong dulu ah sama Rachel, *toel2 pundak Rachel* "Ya ampuunnn ..Rachel. Kamu itu loohh.. masa cuna segitu doang usahamu ngejar-ngejar Putra?? Nggak ada usahanya sama sekalii. Manaa ekspresimu...manaaa?? :p. Masa kamu nyerah gitu aja sih..?? Belum pernah nonton Sinetron apa ya?? Contoh dongg ituu...cewek-cewek di sinetron...mereka itu gigih bangett ngejar2 gebetan merekaaa..mau pake cara kotor sekali pun juga dijabaniinn. Lain kali, kalo suka sama cowok, jangan mauuu gebetanmu direbut gitu ajaa sama cewek lainnn!! Tunjukkan taringmuu!! Rawwrr..!" *sambil bergaya ala macan pengen nerkam*. "Gituuu. Okeee??" Itu status Rachel yang anaknya pemilik sekolahan kayaknya nggak ngefek apa-apa .__. Intinya, aku nggak tahu peran Rachel itu apa selain cewek centil yg nggak 'pintar' nyebrang. Omong-omong soal karakter/tokoh.. Putra, cowok yang katanya 'popular' dan 'cool'. 'Cool'nya sih aku dapet. Tapi ...popularnya...hum..aku kok merasa kepopularannya nggak begitu diperlihatkan ya? Selain tokoh Rachel yang hobi menggandengnya sesuka hati dengan gayanya yang centil, aku nggak menemukan sesuatu yang membuatku jadi merasa 'Waahh..Putra itu popular yaaa..' Aneh. Nggak biasanya kak Orizuka nggak bisa memuaskanku dengan pendeskripsian karakter tokohnya. Serius. Selama ini aku selalu senang dengan cara kak Orizuka mendeskripsikan karakternya , karena mudah aku tangkap. Seperti tokoh Cokie dalam HSP, aku setuju dengan kata-kata orang yang bilang, kalau kak Orizuka berhasil membuat kita merasa Cokie itu ganteng dan popular tanpa harus menjelaskan detail-detail 'apa yang Cokie pakai' atau 'seperti apa ciri2 Cokie' dll. Apa mungkin karena Putra terkesan introvert dan kurang berinteraksi kali ya? Ah...tapi tokoh Benji di I For You juga introvert dan kurang berinteraksi, tapi aku bisa menangkap dan merasa banget kalau dia itu cowok popular. Nggak..bukan karena Benji selalu diperhatikan mata banyak cewek setiap dia datang ke sekolah.. karena Putra sendiri pun juga begitu, kok. Tapi tetap saja aku nggak merasakan kepopularan Putra .__. Begitu juga dengan Nino di Our Story. Kak ori cukup menunjukkan lesung pipi Nino dan itu sukses bikin aku klepek-klepek membayangkan betapa kerennya Nino. >_ Oh ya.. Putra juga memang punya lesung pipi... tapi nggak tau kenapa, lesung pipinya nggak ada efek apa-apanya sama sekali .___. (Lesung pipinya nggak semaut lesung pipi Nino.. hehe..) Untuk tokoh-tokoh lain, aku juga nggak bisa menemukan karakter khusus mereka. Semua terlihat sama dan biasa saja, nggak ada yg menonjol. Dan hal ini sempat membuatku bingung di awal-awal, agak sulit buatku mengingat dan membedakan mereka, walau pada akhirnya aku bisa mengenal 'Ruby' 'Mario' dan 'Panca' dengan baik...tapi itu pun setelah nyaris mendekati ending. Aku tidak tahu apa pun dari mereka kecuali 'ruby dan mario' yang bagaikan duo, 'ruby' yang sempat ada 'problem' dengan Zia, dan 'panca' yang selalu ileran kalau melihat Rachel.
Aku tidak tahu apa pun dari mereka kecuali 'ruby dan mario' yang bagaikan duo, 'ruby' yang sempat ada 'problem' dengan Zia, dan 'panca' yang selalu ileran kalau melihat Rachel. Sayang sekali ya, Panca pada akhirnya hanya bisa eksis di kepalaku dengan status 'cowok ileran' -p hehehe.. Secara fisik pun aku sulit membayangkan bentuk mereka seperti apa.
Cleo sendiri sang tokoh cewek utama... hehehe.. bingung mengomentarinnya. Cleo, cewek yang super ceria, kelebihan energi, ceriwis, dan sepertinya nggak pernah kenal lelah..hihihi..mungkin kalau mau dibayangkan, dia ini seperti hasil kolaborasi Julia HSP dan Jingga IY kali ya? hehehe. Tapi walau begitu, entah kenapa aku merasa Cleo nggak ada special-specialnya. I don't know.. why.. kenapa aku merasa seperti itu.. Julia dan Jingga masing-masing punya sesuatu yang menurutku menarik. But, Cleo...sorry aku harus bilang sama sekali nggak ada yang menarik dari dia. Malah menurutku terkesan agak aneh (dan mungkin itu memang sifat dan ciri khas dia kali ya? hehehe). Karakter Cleo.. membosankan, untukku. (Nggak tahu.kalau buat pembaca yang lain, hehe). Oke, jadi dengan cerita yang seperti itu, dan karakter tokoh yang seperti itu..aku menarik kesimpulan.. Novel ini biasa saja. Tapiiii..ada beberapa hal yang aku sukkaaa dari novel ini. Ceritanya walau pun biasa saja, tapi ada beberapa hal yang membuatku bersyukur ceritanya nggak 'sinetron banget'..hehe. Aku tadinya sudah nyaris bertekad akan memberi nilai 2 bintang kalau saja kak Orizuka membuat cerita ala sinetron pada halaman 165! Hehehe. Tapi, syukurlah kak Orizuka nggak berpikiran begitu. Dan halaman ini lah yang membuatku jadi menambahkan satu bintang pada novel ini. Aku yang awalnya nggak suka dengan ayah Putra, karena aku merasakan firasat yang sama seperti yang Cleo bilang, akhirnya jadi berbalik cinta mati pada beliau -p. Ternyata beliau itu nggak seburuk yang aku kira..hihihi. Beliau ternyata bisa dibilang sosok ayah yang cukup baik. I am sorry, karena awal-awalnya aku sempat berpikir dia adalah ayah super menyebalkan yang harus disepak keluar dari cerita ini. Hehe..karena aku awalnya takut firasatku benar..untungnya ternyata tidak. Dan oh yaaa...aku sukaaaa banget sama adegan di pantai -) dan adegan yang dikurung di dalam kelas. Dialog soal bintang-bintang itu looohhh...kereeennnnn banget. Walaupun adegannya agak biasa aja sebenarnya, tapi dialognyaa..nyessss!! Hehe. Dan memang itu kelebihannya novel ini. Ceritanya tampil apa adanya layak anak sekolahan pada umumnya, nggak ada kesan dilebih-lebihkan :). Dan ini juga yang membuatku akhirnya maklum dan bisa menerima penokohan karakter 'yang kusebutkan di atas'. Setelah aku pikir-pikir... Penokohan mereka masing-masing memang normal dialami oleh murid SMA pada umumnya :). Justru akan jadi aneh kalau Rachel dibuat antagonis kayak di sinetron2, dan tokoh-tokoh lain dibuat njelimet dengan konflik2, mungkin jatuhnya bakal 'drama banget' kali ya? Dengan penokohan mereka yang apa adanya, aku jadi merasa kalau ASC di dalam novel ini tuh memang ada dan nyata. Dan aku bisa terkekeh dan tersenyum geli setiap melihat tingkah mereka, dan bahkan berkomentar, "aku juga dulu begini waktu SMA" atau "mungkin kalau aku di posisinya aku juga bakal gini". Aku pun sangat memahami perasaan Putra saat dia belum bisa menentukan apa yang dia mau dan di lain sisi juga nggak mau ngikutin kemauan orang tua ... karena aku pun merasakan seperti itu saat naik kelas 2 SMA. Beda dengan Putra yang akhirnya tahu apa yg dia mau dan bisa memantapkan.pilihan...aku malah pengecut nggak bisa mengemukakan apa yg aku inginkan dan akhirnya terjerumus ke jurusan IPA ... Jaaahhh...jahhh...malah jadi curcoll hehe. Oke lanjuttt... Soal kekecewaanku sebelumnya tentang tokoh, itu mungkin hanya efek dari rasa kecewaku pada ceritanya.
Soal kekecewaanku sebelumnya tentang tokoh, itu mungkin hanya efek dari rasa kecewaku pada ceritanya. *ngeles kayak bajaj hehe* Tapi bagaimana pun..kadang-kadang cerita yang agak berlebihan itu diperlukan untuk membuat pembaca tertarik. Walau aku senang dengan penampilan cerita dan tokoh yang apa adanya ini, tapi di sisi lain aku menginginkan sesuatu yang 'wah' yang membuatku jadi berpikir... "nggak apa-apa deh ceritanya kayak sinetron, yang penting nggak biasa-biasa aja kayak gini". Maka itu aku sangat mengharapkan tokoh-tokoh hiasan kayak Vero, Rachel, Zia, Ruby , bisa jadi salah satu twist dalam cerita ini. Tapi, ternyata kak orizuka lebih senang berfokus pada kebengalan anak ASC dibandingkan membuat konflik tambahan yang bisa bikin cerita makin menarik (tentunya dengan tak lepas dari konflik utamanya) Bahkan menurutku, saking cerita ini lebih berfokus pada 'kebengalan' anak-anak itu, aku sampai tidak merasakan chemistry antara Cleo dan Putra. Serius! Bahkan, aku justru bingung saat tahu-tahu Cleo ada perasaan pada Putra. Tidak ada 'sesuatu' yang menunjukkan hal itu soalnya. Aku padahal ingih kak Orizuka memberikan sedikit gambaran, kenapa Cleo bisa timbul perasaan pada Putra dan sebaliknya. Misalnya dari tingkah Cleo atau perasaan Cleo gitu, kak Ori bisa nunjukkin sedikit gejala-gejala jatuh cinta..hum.. misalnya pada saat di kolam renang yang incident 'ciuman pernapasan' itu. Kan bisa saja sebenarnya Cleo tahu dia ditolong Putra, terus di rumah jadi kebayang-bayang Putra dan akhirnya sadar dengan perasaannya, atau saat lagi isengin Putra, bisa kak Orizuka selipkan perasaan Cleo pada saat itu bagaimana. Aah..pokoknya apapun deh yang bisa membuatku maklum kenapa Cleo tahu-tahu ada perasaan pada Putra, dan begitu juga sebaliknya. Soalnya jujur saja aku sempat bengong waktu tahu anak-anak ASC pada ngegodain Cleo yang ketahuan ada rasa sama Putra. Cek halaman 106! Aku kutip saja dialog Ruby, "Siapa sih yang nggak tahu kalau Cleo, si Ratu Iblis ini, suka sama Pangeran?" Saat itu aku langsung komentar, "Aku. Aku nggak tau loh, Ruby. Ini juga baru tahunya dari kamu." .___. Habis...nggak ada tanda-tanda apapun sih dari Cleo. -___Ya..memang sih dari awal juga kedekatan Cleo dengan Putra sudah kelihatan dilihat dari tingkah Cleo yang selalu kayak sok akrab dengan panggilan 'puput'nya dan 'cubitan pipi'nya itu. Tapi...itu malah terlihat konyol di mataku. .___. Tapi setelah dipikir-pikir ulang... itu sepertinya bukan hal yang konyol ..karena dilakoni oleh anak umur 15 th. Hehehe... kalau tokohnya usia 23-24 kayak Jingga IY...nahhh itu baru jadinya konyol banget hihi. Jahh melenceng lagi. oke..oke..kembali.ke Cleo-Putra.. Dan bahkan seterusnya sampai ending pun aku nggak merasakan adanya chemistry pada dua tokoh itu. Apa mungkin memang karena mereka anak umur 15th kali ya? *mikir di stasiun* Sekilas hubungan mereka mungkin mirip Sid-Julia . Tapiiii...sumpah demi apapun, Sid-Julia itu keraaasssaaaaa banget chemistrynya ..! Bahkan jauuuhhhh sebelum mereka menyadari perasaan mereka. Padahal nih hubungan Sid-Julia jauuuhh lebih 'korslet' dari pasangan CleoPutra. Tapi anehnya chemistry mereka malah dapet banget. Kok cleo-putra malah nggak dapet sama sekali ya? *garuk2 kepala* Apa karena Putra itu orangnya nggak peka an ya?? Humm...tapi Sid juga sama kok nggak pekanya . .___. Atau karena saking introvertnya? Ah...Rayan IY juga sama cool dan introvertnya. .___.
Ah...Rayan IY juga sama cool dan introvertnya. .___.
Hum...nggak tau deh dimana letak kesalahannya. Mungkin otakku yang korslet kali..hihi :p Btw, ayo komentarin covernya yuk -) Covernya menarik loh kalau diliat sekilas, bikin yang lihat jadi punya rasa tertarik untuk mengetahui isi ceritanya hehe. Dan cover ini memang menggambarkan isi ceritanya. Tapi gambar tokoh-tokoh di cover nya juga membuatku agak 'tergelitik' sedikit hihihi. Dalam hati aku bertanya-tanya, 'apakah gambar tokoh-tokoh di cover novel ini adalah anak-anak After School Club?' Hehehe. Aku sampai natapin gambarnya satu persatu...mencoba menebak-nebak yang mana Zia, yang mana Cleo, yang mana Putra dll. Aku coba menebak...kayaknya sih kalau Putra adalah ganbar cowok yang bertopang dagu dengan kedua tangannya itu hehe. Soalnya terlihat banget tampangnya bosan dan sangat nggak menikmati..sudah kayak orang sakit gigi..hihihi. Tapi, kalau Cleo yang mana ya? *mikir di pojokan*. Nggak ada gambar cewek berambut pendek di situ soalnya .. Ohh..atau mungkin gambar cewek yang duduk dengan mengenakan sweater merah itu ya? Rambutnya pendek soalnya, walau nggak sesuai bayanganku. Di dalam bayanganku itu, rambut Cleo pendek dan di potong bob hehehe. Sampai-sampai aku ngebayangin presenter Kiss jadi Cleo .___. Sumpah loh aku nggak niat ngebayangin...tapi image artis itu masuk sendiri ke kepalaku...hewhew.. Padahal semestinya Chika si host dahsyat itu lebih cocok kayaknya jadi Cleo. Ciri-ciri mirip..dan dia cocok meranin anak SMA umur 15 th :p hehehe #dirajam pembaca ASC Nah..terus Pak Ramli mana Pak Ramli?? Hehehe #dikeplak ramai-ramai Oke-oke, sebelum saya makin menggila mari kita akhiri saja cuap-cuap nggak jelas ini dengan kesimpulan..hehehe. Kesimpulannya.. Cerita After School Club nggak jelek. Aku saja nggak mungkin bisa buat cerita sebagus ini..huhu (jadi nggak enak udah komentarin sana-sini.. Kayak aku bisa aja buat cerita kayak gini .___. Maaf kak Oriii..eka nggak bermaksud apa-apa .. *takut dijitak kak ori*) Hanya saja khusus untukku tidak ada yang 'wah' seperti saat aku membaca novel-novel kak Orizuka yang sebelumnya. Dan aku memberikan tiga bintang untuk novel ini. Aku berpikir aku akan mencoba membaca ulang novel ini di lain waktu, dan ada kemungkinan penilaianku pada novel ini bisa berubah..heheh. Who knows? :) Mungkin saja karena lagi puasa, jadinya pas baca otakku rada error gitu dan nggak bisa mencerna dengan baik..hihihi. Ya udah gitu aja, .. CU :)
(nb: ini ditulis jam 5 sore sebelum buka puasa hehe)|Satu kata buat buku ini: CACAT! ...dalam kategori baik tentunya. XD Gila ini novel penghapus penat saya yang lagi ditimpa jungkir baliknya SMA, lagi adaptasi sama suasana baru. Yang namanya pulang sore, kebanyakan tugas, berasa fresh baca buku ini. Akhirnya kebeli juga setelah penantian lama~ susah banget dapet buku ini karena stoknya udah mulai abis ditoko buku -__Cover? Oke. Cover buku mbak Orizuka kali ini lucu dan sinopsisnya menggiurkan. Ceritanya juga ringan namun menarik, sampe saya ga sadar tiga jam ngabisin buku ini dengan kilat ._.v Dan lagi, karakter tiap buku mbak Orizuka emang selalu beda-beda dan gak bikin bosen. Kali ini si Putra, anak orang kaya yang masuk After School alias belajar tambahan gratis akibat nilainya jeblok. Bertemu dengan anakanak After School Club yang dodolnya kelewatan. Polos, dodol, norak, ajaib, jadi satu semua.
orang kaya yang masuk After School alias belajar tambahan gratis akibat nilainya jeblok. Bertemu dengan anakanak After School Club yang dodolnya kelewatan. Polos, dodol, norak, ajaib, jadi satu semua. Cleo, si komandan After School Club yang unyu. Anaknya easy-going dan urat malunya kayaknya udah putus lol. Banyak banget adegan kocak dibuku ini. Ditambah ada bumbu-bumbu anime kayak Naruto, Bleach, dll makin membuat menarik. Bener-bener kehidupan anak SMA sekarang deh, kerjaannya nge-anime, beli majalah, dsb. Tapi anak ASC yang paling gokil adalah si Panca! Ngingetin saya sama anime Baka and Test. XD unyu maksimal waktu dia ngeces ngeliatin Rachel dan duo kembar heboh sama ilernya si Panca. Bagian favorit: waktu Putra nyebur nolongin Cleo dan Vero langsung teriak "ARMANI!" dan dengan dodolnya si Ruby nyeletuk, "Putra, Tante." LOL! Ngakak berat! Tapi dibalik kekonyolan anak-anak After School Club, saya suka penggambaran mbak Orizuka pas Cleo ngomongin tentang cita-cita sama ayahnya Putra. Bener-bener ngena. :D No more spoilers, I rate this book 4/5 stars. Love it.|Hahaha gokil untuk bab-bab awal! Serius, saya nggak bisa berhenti ketawa. Tingkah konyol Cleo CS itu menghibur banget. Apalagi waktu pertama kali Putra masuk ke kelas After School, yang kursinya pake kain buat diacara nikahan itu, warna ungu pula ya Tuhaaan bikin ketawa ngakak sampai sakit perut. Sampai pertengahan saya masih begitu menikmati tapi entah mengapa semakin lama, saya semakin ngerasa kalau ceritanya monoton. Ya git-gitu aja, bahkan lelucon pun nggak terasa lucu lagi. Ceritanya muter-muter di situ terus jadi bikin saya males bacanya tapi alhamdulillah kelar hehe Karakter Putra, Putra itu dingin dan cool banget tapi kepopulerannya kurang ditonjolkan. Sedangkan Cleo sendiri udah kuat banget karakternya. Satu lagi Rachel, diawal-awal Rachel digambarkan seperti orang centil yang bego wkwk tapi ternyata dia antagonis abis-abisan. Ya, Orizuka sedikit nggak konsisten menggambarkan tokoh Rachel, I think ^^ Oh iya, aku suka banget sama analogi bumi-bulan-bintang yang Orizuka usung, nyess banget ke hati hahah tepat seperti apa yang aku rasain sebagai bintang ^^ Oke, sekian :)|Jujur, ini buku kedua Orizuka yang saya baca dan... ga greget sama sekali. Most of times plain and made me roll my eyes. Seru, sih, jujur, dengan kekonyolan yang sederhana tapi lumayan bikin ketawa. Ide-idenya simpel, yet made me like, "Iya ya? Kok ga pernah kepikiran sebelumnya, ya?" Saya juga ngerasain novel ini genuine banget. Benar-benar ditulis dari hati. Tbh I needed time to adjust with the story, and just started to like it when poof, Cleo menghancurkan imaji yang saya bangun susah payah. I know it's unreasonable, but... I. Hate. Her. Tokoh Cleo sendiri terasa kayak cewekcewek di komik shojou banget. Langka banget spesiesnya di dunia nowadays, meski saya tahu mungkin di suatu tempat cewek kayak Cleo betul-betul ada. Meanwhile Putra, saya langsung bisa ngebangun dia dalam kepala saya dari deskripsi pertama. Cowok yang simpel, cool, gasuka ribet. Lebih milih nurut atau asal "iya" ketimbang menolak dan ujung-ujungnya mesti mendebat. After all, it was a fun read, light, cocok buat dibaca di halte bus atau lounge airport. Kurang matching buat mereka yang lebih suka novel mikir atau yang konfliknya belibet dan panjang, kayak saya. 3 stars.|Tidak ada yang pernah menginginkan masuk After School Club, termasuk Putra dan teman-teman ASCnya. Tetapi, ketika mereka bersama di After School Club, semua terasa indah dan menyenangkan. Bahkan ketika sebenarnya tidak perlu lagi mengikuti pelajaran tambahan, kehangatan yang diberikan anggota After School Club menarik para anggotanya untuk tetap bertahan di klub tersebut. Saya cenderung malas kalau membaca kisah anak SMA, karena biasanya cerita yang diberikan cenderung berlebihan dan kayaknya gak sesuai kenyataan banget. Tapi, sekali lagi Orizuka memberikan sentuhan ajaibnya di buku After School Club ini. Temanya memang standar: persahabatan, cinta-cintaan, konflik, cemburu-cemburuan, iri-irian dan semua yang menjadikan masa SMA (katanya) indah- namun saya sama sekali tidak bosan dengan
berlebihan dan kayaknya gak sesuai kenyataan banget. Tapi, sekali lagi Orizuka memberikan sentuhan ajaibnya di buku After School Club ini. Temanya memang standar: persahabatan, cinta-cintaan, konflik, cemburu-cemburuan, iri-irian dan semua yang menjadikan masa SMA (katanya) indah- namun saya sama sekali tidak bosan dengan novel ini. Seperti ciri khasnya Orizuka, novel ini isinya ringan, lucu bahkan saya beberapa kali ketawa ngakak bacanya, tapi intinya tetep dapet. Kamu sangat berarti, istimewa di hati, s'lamanya rasa ini Jika tua nanti kita t'lah hidup masing-masing, ingatlah hari ini... Ya, ini lagu yang popped-up di otak saya ketika baca novel ini. 4 bintang untuk masa-masa SMA yang telah berlalu (buat saya)