ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Oleh: NI KOMANG APRILINA WIDI SUPUTRI NIM 061111059
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
i SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
Lembar Pengesahan PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Oleh: Ni Komang Aprilina Widi Suputri 061111059
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Ajik Azmijah, drh., S.U.) Pembimbing utama
SKRIPSI
(Retno Bijanti, drh., M.S.) Pembimbing serta
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surabaya, 10 Agustus 2015
Ni Komang Aprilina Widi Suputri NIM. 061111059
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal: 8 Juli 2015
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN Ketua
: Chairul Anwar, drh., M.S.
Sekertaris
: Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes.
Anggota
: Lianny Nangoi, drh., M.S.
Pembimbing Utama : Ajik Azmijah, drh., S.U. Pembimbing Serta
SKRIPSI
: Retno Bijanti, drh., M.S.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
Telah diuji pada Tanggal: 7 Agustus 2015
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua
: Chairul Anwar, drh., M.S.
Anggota
: Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes. Lianny Nangoi, drh., M.S. Ajik Azmijah, drh., S.U. Retno Bijanti, drh., M.S.
Surabaya, 10 Agustus 2015 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Hj Romziah Sidik, Ph.D., drh. NIP. 195312161978062001
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
THE EFFECT OF GIVING SHALLOT EXTRACT (Allium ascalonicum L) TO HISTOPATHOLOGICAL FEATURE OF RAT (Rattus norvegicus) LIVER INDUCED BY ALLOXAN
Ni Komang Aprilina Widi Suputri
ABSTRACT
This study was aimed to know the effect of giving shallot extract (Allium ascalonicum L) to histopathological feature of rat (Rattus norvegicus) liver induced by alloxan. Alloxan were intraperitoneally injected 120 mg/KgBW (single dose). A total of twenty male wistar rats of three months old were used in study. The rats were devided into five groups. 1) negative control group (K-) treated by CMC Na 0.5 %, 2) positive control group (K+) treated by metformin 45 mg/KgBW as a standard drug, 3) extract of Allium ascalonicum 250 mg/KgBW (P1), 4) extract of Allium ascalonicum 500 mg/KgBW (P2), 5) extract of Allium ascalonicum 750 mg/KgBW (P3). Rats were treated for 14 days. The data of this study were analyze by Kruskal Wallis Test, then it continued by Mann-Whitney Test. The result of this study is Allium ascalonicum can improve histopathological feature of rats liver incuced by alloxan.
Keyword : Allium ascalonicum, alloxan, liver, Rattus norvegicus.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. Atas kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Ajik Azmijah, drh., S.U., selaku pembimbing pertama dan Retno Bijanti, drh., M.S., selaku pembimbing serta, atas saran dan bimbingannya baik tenaga, waktu, pikiran, doa, kesabaran dan perhatian untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Komisi penguji, Chairul Anwar, drh., M.S., selaku ketua penguji, Dr. Tutik Juniastuti, drh., M.Kes., selaku sekertaris penguji, dan Lianny Nangoi, drh., M.S., selaku anggota penguji, atas saran dan masukan yang telah diberikan. Retno Bijanti, drh., selaku dosen wali yang telah memberikan banyak motivasi dibidang akademis.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas wawasan ilmu yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Orang tua penulis, bapak I Wayan Widiadnya dan ibu Ni Ketut Parningsih, yang selalu memberikan cinta dan dukungan, terimakasih atas segala doa, cinta , perhatian, semangat, motivasi, yang tak ternilai oleh apapun. Terimakasih atas kasih sayang sepanjang masa kalian sehingga penulis mampu sampai ke titik ini. Teruntuk kakak Niluh Apriliyanti, kakak Ni Made Septina, adik Kadek Ramawan, keponakan yang paling lucu Sena dan Radha penulis ucapkan terimakasih atas segala doa, dukungan, canda, tawa yang selalu hadir dalam kebersamaan. Untuk orang yang special Made Mahaguna Putra yang selalu ada saat penulis membutuhkan bantuan dalam keadaan apapun, terima kasih atas segala doa, cinta dan motivasi yang sangat besar. Sahabat – sahabat Black dahlia yang tak henti-hentinya memotivasi penulis hingga di titik ini : Granita, Tanti, Wenika, Pipit, Yovita, Faulanni, Risky, Jimmy, Ghozi, dan Nimas. Teman-teman kelas A angkatan 2011, terima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Angkatan 2011 dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, doa, serta semangat yang tak terhingga. Terima kasih kepada Granita, Tanti, Wenika dan Asri, teman satu penelitian yang membantu penulis saat penelitian berlangsung hingga saat penelitian selesai.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
Terakhir penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis sepenuhnya menyadari masih banyak terdapat kekurangan, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis hanya mampu berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Salam sukses !
Surabaya, 10 Agustus 2015
Penulis
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... iii HALAMAN IDENTITAS .......................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vii DAFTAR ISI................................................................................................ x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG .................................................... xv
SKRIPSI
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1.3 Landasan Teori ......................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 1.6 Hipotesis ..................................................................................
1 1 3 3 6 6 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2.1 Tinjauan Tentang Bawang Merah ............................................ 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi bawang merah ....................... 2.1.2 Manfaat bawang merah ................................................... 2.2 Tinjauan Tentang Hiperglikemia ............................................. 2.3 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus ........................................ 2.3.1 Definisi diabetes mellitus ................................................ 2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus ........................................... 2.3.3 Gejala diabetes mellitus .................................................. 2.3.4 Diagnosa diabetes mellitus.............................................. 2.3.5 Terapi diabetes mellitus .................................................. 2.4 Tinjauan Tentang Aloksan ....................................................... 2.5 Tinjauan Tentang Metformin ...................................................
7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 12 13
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
2.6 Tinjauan Organ Hepar .............................................................. 2.6.1 Anatomi hepar ................................................................. 2.6.2 Histologi hepar ................................................................ 2.6.3 Fungsi hepar .................................................................... 2.6.4 Patologi hepar ................................................................. 2.7 Tinjauan Tentang Tikus Putih ..................................................
14 14 14 16 17 19
BAB 3 MATERI DAN METODE ............................................................. 21 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 21 3.2 Rancangan Penelitian ................................................................ 21 3.3 Variabel penelitian .................................................................... .21 3.4 Materi penelitian ....................................................................... .22 3.4.1 Bahan penelitian .............................................................. 22 3.4.2 Instrumen penelitian ......................................................... 22 3.4.3 Populasi dan sampel ......................................................... 22 3.5 Metode Penelitian ..................................................................... 23 3.5.1 Persiapan hewan coba ...................................................... 23 3.5.2 Pembuatan ekstrak bawang merah ................................... 24 3.5.3 Penetapan dosis ekstrak bawang merah ........................... 24 3.5.4 Penetapan dosis aloksan ................................................... 25 3.5.5 Penentuan dosis metformin .............................................. 25 3.5.6 Pengukuran kadar glukosa darah ..................................... 26 3.5.7 Perlakuan.......................................................................... 26 3.6 Prosedur Pengambilan Data ...................................................... 28 3.6.1 Pembuatan preparat histopatologi .................................... 28 3.6.2 Pemeriksaan preparat histopatologi ................................. 28 3.7 Analisis Data ............................................................................. 29 3.8 Diagram Alur Penelitian .......................................................... 30 BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................... 31 4.1 Degenerasi sel hepar ................................................................ 32 4.2 Nekrosis sel hepar .................................................................... 35 BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 38 5.1 Degenerasi sel hepar ................................................................ 39 5.2 Nekrosis sel hepar .................................................................... 41 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 43 6.1 Kesimpulan ............................................................................. 43 6.2 Saran ........................................................................................ 43 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44 RINGKASAN .............................................................................................. 51 LAMPIRAN ................................................................................................. 53
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Kadar glukosa darah normal, prediabetes dan diabetes mellitus ...... 11 3.1 Skoring penilaian derajat histopatologi sel hepar ............................. 28 4.1 Nilai median degenerasi sel hepar .................................................... 32 4.2 Nilai median nekrosis sel hepar ........................................................ 35
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Bawang merah .................................................................................. 7 2.2 Struktur kimia aloksan ...................................................................... 13 2.3 Histologi hepar normal...................................................................... 15 4.1 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K-..................... 33 4.2 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3 . 34 4.3 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K- ........................ 36 4.4 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3 ..... 37
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Prosedur pembuatan preparat jaringan hepar ...................................... 53 2. Kadar glukosa darah tikus putih sebelum diinduksi aloksan .............. 56 3. Kadar glukosa darah tikus putih 4 hari setelah diinduksi aloksan ...... 57 4. Kadar glukosa darah tikus putih setelah diterapi selama 14 hari ........ 58 5. Hasil skoring degenerasi sel hepar ...................................................... 59 6. Data statistik degenerasi sel hepar ...................................................... 60 7. Hasil skoring nekrosis sel hepar.......................................................... 62 8. Data statistik nekrosis sel hepar .......................................................... 63 9. Konversi perhitungan dosis berbagai jenis hewan dan manusia ......... 71 10. Perhitungan dosis .............................................................................. 72 11. Dokumentasi penelitian..................................................................... 75
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xv
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
SKRIPSI
β
= Beta
ATP
= Adenosin triphospat
BNF
= Buffer Neutral Formalin
CCI4
= Carbontetrachlorida
CMC Na
= Carboxymethylcelluloce Natrium
HE
= Haematoxylin Eosin
IDDM
= Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM
= Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
RPM
= Rotation Per Minute
SPSS
= Statistical Product and Service Solutions
TBHP
= ter-Butilhidroperoksida
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang terus bertambah jumlahnya di Indonesia. Meningkatnya prevalensi penyakit ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Diabetes mellitus (DM) terjadi akibat menurunnya fungsi pankreas untuk memproduksi insulin atau reseptor insulin tidak peka sehingga terjadi gangguan metabolisme, dimana glukosa tidak diubah menjadi glikogen dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga glukosa darah meningkat (Setiawan dkk., 2011). Manifestasi klinis mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang kemudian akan merangsang kondisi hiperglikemia. Lalu kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus (Nugroho, 2006). Gejala yang ditimbulkan pada penderita diabetes mellitus yaitu poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering merasa haus), polifagia (sering merasa lapar), dan penurunan berat badan (BB) yang cepat dan tidak diketahui penyebabnya. Keluhan lain yang timbul dapat berupa lemah badan, parestesi, gatal, mata kabur, gairah seks menurun, dan luka yang sukar sembuh (Setiawan dkk., 2011). Dalam penanggulangan diabetes, obat antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Sementara penggunaannya harus dipahami, agar ada kesesuaian dengan indikasinya tanpa menimbulkan kondisi hipoglikemia. Oleh karena itu,
1 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
para ahli mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk penyakit diabetes mellitus yang relatif aman dengan menggunakan bahan asal tanaman herbal (Studiawan dan Santosa, 2005). Salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif adalah bawang merah (Allium ascalonicum L). Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dikonsumsi manusia (Irfan, 2013). Sebagai bahan obat, bawang merah dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula serta kolesterol. Selain itu, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat penyakit diabetes mellitus (Samadi dan Cahyono, 2005). Kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et al., 2007). Penelitian ini menggunakan aloksan untuk menginduksi kondisi diabetes mellitus pada hewan coba. Pemberian aloksan dapat meningkatkan kadar glukosa darah sehingga menyebabkan terganggunya produksi insulin karena rusaknya sel β pankreas. Terganggunya pemasukan glukosa ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah tinggi (Prabowo, 1997). Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008). Hepar adalah organ yang potensial mengalami kerusakan karena merupakan organ pertama setelah saluran pencernaan yang terpapar oleh bahan yang bersifat toksik. Proses metabolisme oleh hepar akan mendetoksifikasi bahan toksik tersebut (Handajani, 2008). Oleh karena itu, pengamatan terhadap
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
gambaran histopatologi hepar sangat penting untuk mengetahui perubahan sel hepar yang terjadi. Dari keterangan di atas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
1.2 Rumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan ?
1.3 Landasan Teori Pada penderita diabetes mellitus (DM) tubuh kekurangan insulin atau tubuh sedikit menghasilkan insulin (DM tipe 1) atau insulin tetap dihasilkan dalam jumlah yang normal (DM tipe 2), namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau terjadi resistensi insulin karena reseptor insulin pada membran sel berkurang atau strukturnya berubah. Kondisi ini menyebabkan glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang. Akibatnya, sel kekurangan glukosa sehingga kemungkinan tidak terjadi penimbunan glikogen. Sebaliknya, akan terjadi mobilisasi cadangan glikogen di hepar maupun di otot untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan dilepas ke pembuluh darah sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia (Suarsana dkk., 2010).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008). Stress oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme lipid, protein termasuk enzim, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila hal ini berlanjut maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar (Mahdi dkk., 2007). Keadaan hepar pada kondisi diabetes mellitus akan mengalami degenerasi dan kongesti. Degenerasi ditunjukkan dengan adanya sel hepar berwarna lebih gelap dan mengalami pembengkakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan degradasi glikogen dan glukoneogenesis karena pemanfaatan glukosa terhambat (Hussain dkk., 2008). Penderita diabetes mellitus juga mudah mengalami kondisi hyperlipidemia. Gangguan metabolisme lipid menyebabkan adanya kelainan pada hepar dengan pembentukan radikal bebas, sehingga mengoksidasi lipid dan protein yang dapat berakibat terjadinya kerusakan pada hepar (Ardiani et al., 2011). Pada tikus putih yang mengalami kondisi diabetes mellitus juga didapati kerusakan hepar berupa nekrosis. Hal itu ditunjukkan dengan kondisi jarak nukleus menjadi berjauhan, batas antar sel menjadi tidak jelas, hepatosit menjadi tidak teratur, mengecilnya inti sel dan rusaknya membran plasma (Kresnamurti dan Agnes, 2011). Menurut Kumalaningsih (2007), dalam keadaan normal, pembentukan radikal bebas akan diikuti oleh pembentukan antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Keadaan suatu molekul dimana jumlah radikal bebas lebih banyak dari antioksidan akan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Langkah yang paling tepat untuk mengurangi stress oksidatif adalah dengan mengurangi radikal bebas atau mengoptimalkan pertahanan tubuh dengan memperbanyak antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan atau menangkap radikal bebas dan melindungi jaringan biologis dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan berperan untuk memperbaiki sel hepar yang rusak akibat radikal bebas, memperbaiki
sel β pankreas yang rusak sehingga dapat
meningkatkan sekresi insulin pada penderita diabetes mellitus, dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus (Algameta, 2009). Senyawa yang termasuk golongan polifenol selain mempunyai aktivitas sebagai antioksidan juga memiliki fungsi biologis yang lain seperti memperbaiki metabolisme glukosa (Suarsana dkk., 2010). Bawang merah sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk menghambat radikal bebas. Bawang merah diyakini mengandung komponen kimia yang mempunyai efek antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antioksidan seperti quercetin (Galeone et al., 2006). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida (Fattoruso et al., 2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai aktivitas antidiabetes (Kim et al., 2006).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
Begitu pula dengan bawang merah, kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et all., 2007). Menurut Atsushi et al., (2008), Nuraliev dan Avezov (1992) bahwa quercetin juga memiliki efek penghambatan terhadap degradasi glikogen di hepar. Hambatan degradasi glikogen secara langsung akan mengurangi pelepasan glukosa di hepar sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
1.5 Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) yang dapat digunakan sebagai pencegah kerusakan hepar akibat induksi aloksan. 1.6 Hipotesis penelitian Pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Bawang Merah 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi bawang merah Menurut (Samadi dan Cahyono, 2005) tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum L) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Subdivisi Class Ordo Family Genus Spesies
: Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Liliales : Liliaceae : Allium : Allium Ascalonicum L
Gambar 2.1. Bawang merah (Pitojo, 2003)
7 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Bawang merah (Allium Ascalonicum L) merupakan salah satu anggota dari familia Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Bawang merah mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Rukmana, 1994). 2.1.2 Manfaat bawang merah Bawang merah adalah jenis tanaman sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain dipakai sebagai bahan untuk bumbu masakan, bawang merah juga sering digunakan sebagai bahan obat untuk penyakit tertentu dan juga dikenal sebagai tanaman rempah dan obat. Sebagai bahan obat, bawang merah dapat menyembuhkan luka luar maupun dalam contohnya penyakit maag, masuk angin, dan menurunkan kadar gula serta kolesterol. Selain itu, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kencing manis atau diabetes mellitus. Sebagai obat, bawang merah dapat diberikan dalam bentuk mentah dan utuh, artinya tidak dicampur dengan bahan lain atau dalam bentuk olahan seperti ekstrak tepung, minyak atsiri ataupun sari bawang (Samadi dan Cahyono, 2005). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan glikosida (Fattoruso et al., 2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai aktivitas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
antidiabetes (Kim et al., 2006). Begitu pula dengan bawang merah, kandungan flavonoid yang dominan di dalam umbi bawang merah terutama quercetin, diduga memiliki efek hipoglikemik dan bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus (Azuma et al., 2007). 2.2 Tinjauan Tentang Hiperglikemia Hiperglikemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi normal. Hal ini karena defisiensi insulin akibat kerusakan sel β pankreas dan atau terjadi resistensi insulin pada hepar dan otot. Hiperglikemia kronik pada penyakit diabetes mellitus memiliki peranan penting terhadap kerusakan berbagai organ, termasuk jantung, mata, tulang, ginjal, saraf dan sistem vaskular, yang pada akhirnya menimbulkan komplikasi diabetes mellitus (Apriani dkk., 2011). Terjadinya degenerasi sel β pankreas menyebabkan produksi insulin terganggu sehingga terjadi defisiensi insulin. Penurunan hormon insulin menyebabkan seluruh glukosa yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, akibatnya kadar glukosa dalam tubuh meningkat (Greenspan, 1998).
2.3 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus 2.3.1 Definisi diabetes mellitus Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang disebabkan akibat menurunnya fungsi pankreas untuk memproduksi insulin atau reseptor insulin tidak peka sehingga terjadi gangguan metabolisme. Glukosa tidak diubah menjadi glikogen dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga glukosa darah meningkat (Setiawan dkk., 2011).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus Secara umum diabetes mellitus dibagi menjadi : 1) Diabetes mellitus tipe I (IDDM = Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Pada DM tipe I, sel β pankreas yang menghasilkan insulin mengalami kerusakan. Akibatnya, sel β langerhans pada pankreas tidak dapat mensekresi insulin. Kerusakan pada sel β langerhans disebabkan oleh peradangan pada pankreas (pankreatitis) yang dapat disebabkan oleh infeksi virus (Wijayakusuma, 2004). 2) Diabetes mellitus tipe II (NIDDM = Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Pada DM tipe II, sel β pankreas tidak rusak walaupun mungkin hanya terdapat sedikit sel yang normal sehingga masih bisa mensekresi insulin tetapi dalam jumlah kecil. Merupakan penyakit yang diwariskan (Wijayakusuma, 2004). 2.3.3. Gejala diabetes mellitus Gejala pada penderita diabetes mellitus menurut (Wijayakusuma, 2004) antara lain: 1) Lemah dan berat badan turun. Gejala awal berat badan turun dalam waktu yang relatif singkat dan merasa lemah. Disebabkan glukosa yang merupakan sumber energi dan tenaga tidak dapat masuk ke dalam sel. 2) Poliuria (banyak kencing). Kadar glukosa darah yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urin. Akibat tingginya kadar glukosa darah, maka timbul rasa ingin buang air dan volume urin banyak. 3) Polidipsia (banyak minum). Makin banyak urin yang dikeluarkan, tubuh makin kekurangan air. Akibatnya timbul rasa haus dan sering minum. 4) Polifagia (banyak makan). Kadar glukosa yang tidak masuk ke dalam sel menyebabkan timbul rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar, akibatnya sering makan. 5) Jumlah glukosa besar. Jumlah glukosa besar dalam
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
urin dapat menyebabkan iritasi pada daerah genital akibat infeksi jamur. 6) Lensa mata berubah. Bentuk lensa mata sedikit berubah dan mengaburkan penglihatan untuk sementara waktu. 7) Luka sulit sembuh. Jika terjadi luka maka sangat sulit untuk sembuh. Hal ini berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh penderita diabetes yang menurun. 2.3.4
Diagnosa diabetes mellitus Apabila penderita telah menunjukkan gejala diabetes mellitus yang khas
yaitu poliuria dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu diperiksa > 200 mg/dl telah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Hasil pemerikaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis diabetes mellitus (Ratimanjari, 2011). (Tabel 2.1) Tabel 2.1 Kadar glukosa darah normal, prediabetes, dan diabetes mellitus Kelompok Glukosa darah puasa Glukosa darah 2 jam (mg/dl) setelah makan (mg/dl) Normal
< 100
< 140
Pradiabetes
100-125
140-199
Diabetes mellitus
> 126
> 200
Sumber : (Dipiro et al., 2005) 2.3.5
Terapi diabetes mellitus Terapi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penanganan suatu
penyakit. Tujuan terapi adalah untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Berikut contoh terapi yang dapat dilakukan pada kasus diabetes mellitus antara lain : 1) Terapi diet. Diet yang dianjurkan adalah diet dengan kadar protein tinggi dan rendah karbohidrat. Kucing yang diberikan diet protein tinggi dan rendah
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
karbohidrat membuat kadar glukosa dalam darah tetap normal (Anderson et al., 2001). 2) Terapi insulin. Insulin membantu memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel sehingga sel dapat memanfaatkan untuk membentuk energi. Pemberian insulin pada hewan penderita dapat dilakukan dua kali sehari (Horn and Mitten, 2000).
2.4 Tinjauan Tentang Aloksan Aloksan (C4H2N2O4) merupakan suatu senyawa kimia bersifat hidrofilik yang tidak stabil dan toksik terhadap hepar dan ginjal. Waktu paruh aloksan pada pH 7,4 dengan suhu 37˚C adalah 1,5 menit dan lebih lama pada suhu yang lebih rendah (Szkudelski, 2001). Sebagai diabetogenik pada hewan coba, pemberian aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal, dan subkutan (Nugroho, 2006). Pemberian aloksan disarankan dilakukan pada periode puasa (Frode and Madeiros, 2008). Aloksan bersifat diabetogen, secara toksik merusak sel β dari pulau langerhans pada pankreas yang mensekresi hormon insulin (Suharmiati, 2003). Aloksan bekerja merusak sel β pankreas melalui pembentukan oksigen reaktif. Pembentukan oksigen reaktif diawali dengan proses reduksi aloksan. Reduksi aloksan menghasilkan asam dialurat disertai adanya oksigen radikal yang kemudian berubah menjadi hydrogen peroksida (H2O2). Target dari oksigen reaktif tersebut adalah DNA dari sel β langerhans dan kerusakan DNA tersebut menstimulasi rusaknya seluruh komponen sel β langerhans pada pankreas (Lenze, 2008).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Gambar 2.2 Struktur Kimia Aloksan (Nugroho, 2006)
2.5 Tinjauan Tentang Metformin Metformin adalah obat oral anti hiperglikemia golongan biguanida. Metformin bekerja mengurangi kadar glukosa darah dengan menghambat produksi glukosa hepatik (dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan mengurangi resistensi insulin terutama di hepar dan rangka otot (Maric, 2010). Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam dan tidak terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme, dan diekskresikan oleh organ ginjal sebagai senyawa aktif (Katzung, 2002). Metformin memiliki keuntungan yang melebihi insulin dan sulfonilurea, yaitu metformin merupakan suatu agen hemat insulin, tidak menyebabkan hipoglikemia, dan tidak meningkatkan berat badan karena agen ini bersifat menekan nafsu makan sehingga berat badan tidak meningkat dan dapat diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan obesitas. Metformin juga merupakan obat yang mempunyai kontra indikasi pada pasien dengan disfungsi pada ginjal,
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
alkoholisme, penyakit hati, atau predisposisi untuk terjadinya anoksia jaringan karena
pemberian
metformin
dengan
adanya
penyakit
tersebut
dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan resiko asidosis laktat yang akan berakibat fatal apabila tidak segera ditangani (Katzung, 2002 ; Raja, 2008).
2.6 Tinjauan Organ Hepar 2.6.1 Anatomi hepar Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, merupakan organ lunak yang lentur dan terletak oleh struktur sekitarnya. Hepar memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak dibawah bagian kanan dan sebagian di bawah kiri diafragma (Price dan Wilson, 2006). Hepar mempunyai 2 lobus utama, yaitu lobus kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissure segmentalis dextra yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligament falsiformis yang terlihat dari luar. Lobus dextra terletak di regio hipokondrium kanan lebih besar dibandingkan lobus sinistra, sedangkan lobus sinistra terletak di region epigastrik dan hipokondrium kiri (Snell, 2006). 2.6.2. Histologi hepar Lobulus hepar membentuk bagian terbesar dari substansi hepar. Pada daerah ini terdapat beberapa saluran disebut daerah portal, yang terdiri dari cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan duktus biliaris, serta pembuluh limfe yang berada diantara jaringan ikat interlobularis. Lobulus hepar secara makroskopis pada potongan melintang tampak mempunyai 6 sudut (heksagonal)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
dengan ukuran yang bervariasi (Fawcett, 2002). Pada potongan melintang, lobulus hepar terdiri dari deretan sel parenkim hepar yang tersusun radier yang saling berhubungan dan bercabang membentuk anyaman tiga dimensi dengan pusat pembuluh kecil ditengahnya yaitu vena sentralis, dan dipisahkan oleh celah yang disebut sinusoid hepar (Nurdjaman dkk., 2001). Sinusoid hepar merupakan cabang vena porta dan arteri hepatica yang merupakan kapiler diantara lempengan sel hepar (Bijanti, 2011). Sel-sel hepar (hepatosit) tersusun berderet secara radier dalam lobulus hepar. Sel-sel hepar ini berbentuk polyhedral dengan ukuran yang berbeda-beda (Kusuma, 2010).
Gambar 2.3 Histologi hepar normal. (1) Tanda panah hitam menunjukkan sinusoid, (2) Tanda panah merah menunjukkan vena sentralis, (3) Tanda panah kuning menunjukkan sel hepatosit (Rahardhian dkk., 2014)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
2.6.3
Fungsi hepar Hepar mempunyai fungsi yang sangat komplek. Fungsi sirkulasi dari hepar
adalah mengalirkan darah dari vena porta ke sistem sirkulasi, aktifitas dari Retikulum Endoplasmik Sel (RES) dalam mekanisme pertahanan dan sebagai penyimpan darah atau sebagai pengatur jumlah darah (Bevelander dan Ramaley, 1998). Beberapa fungsi lain dari hepar menurut Junquiera et al., (1995); Fox, (1999); Guyton et al., (2006); Boyer et al., (2006); dan Kuntz and Kuntz, (2008) yang penting dan perlu diketahui yaitu : 1) Fungsi detoksifikasi. Detoksifikasi dilakukan oleh enzim melalui proses oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi terhadap berbagai substansi yang dianggap dapat membahayakan tubuh. Substansi tersebut akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak berbahaya. Fungsi ini berlaku untuk berbagai agen asing, baik endogen maupun eksogen bahkan terhadap bahan obat dan logam berat. 2) Fungsi Sekresi Empedu. Hepar mensekresi empedu yang dihasilkan oleh hepatosit ke dalam saluran pencernaan. Sekresi empedu sangat diperlukan untuk membantu mencerna makanan, mengekskresikan zat lain yang tidak diperlukan oleh tubuh dan membawa bilirubin. 3) Fungsi Hematologi. Pada masa embrio, pembentukan komponen darah terjadi di hepar. Fungsi ini berangsur akan berkurang sejalan dengan bertambahnya umur dan aktifnya sumsum tulang sebagai proses homopoesis. Setelah
dewasa,
hepar
akan
menjadi
tempat
pembentukan
fibrinogen,
prothrombin, dan heparin yang berperan dalam proses pembekuan darah. 4) Fungsi Metabolisme. Fungsi metabolisme pada hepar meliputi metabolisme
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
karbohidrat, lemak, protein, dan steroid. Fungsi lain hepar adalah menyimpan vitamin yang larut dalam lemak, mineral, memproduksi senyawa yang berperan pada proses koagulasi darah dan ekskresi bahan obat serta hormon. 5) Fungsi Proteksi. Hepar memiliki fungsi penting dalam hal pertahanan tubuh. Fungsi ini dilakukan oleh sel kuppfer, yaitu sel yang sangat fagositik sehingga mengangkut 99% atau lebih bakteri yang berada dalam aliran vena porta sebelum sampai ke sinusoid. Jumlah sel kuppfer dalam sinusoid akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme di dalam tubuh. 2.6.4
Patologi hepar Hepar merupakan organ yang terlibat dalam metabolisme zat makanan
serta sebagian besar obat dan toksikan. Oleh karena itu hepar merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan karena salah satu fungsi hepar sebagai detoksifikasi (Maharani, 2007). Bentuk toksin yang menginduksi lesi pada hepar berbeda tergantung dari tipe, dosis, dan lamanya paparan begitu juga faktor lainnya seperti logam, mineral, dan zat kimia lain yang terabsorpsi masuk menuju portal darah yang ditransportasikan ke hepar (Thomson, 2001). Beberapa jenis kerusakan hepar yang dapat terjadi antara lain : 1) Degenerasi. Kerusakan sel (degenerasi) akibat gangguan zat yang bersifat toksik dapat menyebabkan sel hepar mengalami pembengkakan, sehingga tampak rongga-rongga yang melebar. Degenerasi pada sel hepar ini disebabkan oleh gangguan pada membran sel akibat dari denaturasi protein yang terjadi karena sebagian besar komponen membran sel adalah protein (Susantoputro, 2011). Degenerasi dapat terjadi pada inti maupun sitoplasma. Degenerasi pada inti
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
sebagai contoh berupa vakuolisasi dan inclusion bodies. Degenerasi pada sitoplasma berupa degenerasi melemak yang terlihat ukuran sel membesar, inti sel terdesak ke tepi dan vakuola lemak tampak kosong, sedangkan degenerasi hidropik terlihat ukuran sel membesar akibat akumulasi cairan pada sitoplasma namun inti sel normal (Sarjadi, 2003). 2) Nekrosis. Nekrosis adalah kematian sel hepar. Inti sel yang mati dapat terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti tampak lebih padat dan gelap (piknotik) yang dapat hancur atau pecah menjadi beberapa segmen (karioreksis) dan kemudian inti sel tidak tampak karena telah mengalami lisis sempurna (kariolisis). Sel hepar yang mengalami nekrosis dapat meliputi daerah yang luas atau daerah yang kecil. Berdasarkan lokasi dan luas nekrosis dapat dibedakan sebagai berikut : Nekrosis fokal, adalah kematian sel atau kelompok kecil sel dalam satu lobus. Nekrosis zonal, adalah kerusakan sel hepar pada satu lobus. Nekrosis massif, yaitu kerusakan sel hepar pada daerah yang luas (Kasno, 2003). Berdasarkan bentuknya nekrosis dapat digolongkan menjadi nekrosis koagulatif, nekrosis liquefaktif dan nekrosis kaseosa. Nekrosis koagulatif terjadi akibat hilangnya fungsi sel secara mendadak yang diakibatkan hambatan kerja sebagian besar enzim. Nekrosis liquefaktif terjadi karena pencairan jaringan akibat enzim hidrolitik yang dilepaskan oleh sel yang mati, sedangkan nekrosis kaseosa merupakan bentuk campuran dari liquefaktif dan koagulatif (Sarjadi, 2003). 3) Inflamasi. Peradangan atau inflamasi merupakan suatu perlawanan tubuh terhadap semua bentuk ancaman. Peradangan juga dapat didefinisikan sebagai reaksi pertahanan diri sebagai respon cedera. Hasil dari reaksi peradangan adalah netralisasi dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan perbaikan pada jaringan yang rusak (Robbins dan Kumar, 2001). Inflamasi terbagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronik. Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan eksudasi cairan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol. Sedangkan inflamasi kronik berlangsung lebih lama (beberapa hari hingga beberapa tahun) dan ditandai khas dengan adanya limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh darah (Susantoputro, 2011). 4) Fibrosis. Fibrosis hepar merupakan hasil dari respon penyembuhan luka terhadap lesi berulang. Jika hepar terpapar jejas terus menerus, akhirnya proses regenerasi gagal terjadi, selanjutnya sel hepar akan digantikan oleh protein matriks ekstraseluler, termasuk kolagen fibrilar. Distribusi materi fibrosis ini tergantung penyebab jejasnya. Apabila penyakit hepar fibrotik berlanjut, progresi penyakit berlangsung dari berkas kolagen berlanjut menjadi sirosis (Andhika, 2009). 2.7 Tinjauan Tentang Tikus Putih Klasifikasi tikus putih sebagai berikut : Phylum Divisi Class Ordo Famili Genus Spesies
: Chordata : Vertebrata : Mammalia : Rodentia : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus (Boolootion,1991)
Tikus putih memiliki beberapa keuntungan yaitu daya imunitas yang baik dan pertumbuhan yang optimal pada umur dua bulan. Dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain adalah tikus tidak mudah muntah karena struktur
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
anatomi yang tidak lazim di tempat esophagus bermuara ke dalam lambung dan tidak memiliki kantung empedu (Kusumawati, 2004). Kadar glukosa darah pada tikus tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan waktu sejak makan terakhir (Rachael, 2010). Kadar glukosa darah puasa pada tikus antara 50-109 mg/dl (Wulandari, 2010), sedangkan kadar glukosa darah normal pada tikus berkisar antara 95–125 mg/dl (Gulfraz et al., 2007
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 MATERI DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015 pada empat lokasi yaitu di Laboratorium Hewan Coba, Departemen Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran Hewan, pembuatan preparat histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) di Gedung Diagnostic Center RSUD Dr.Soetomo Surabaya, serta pengamatan dan skoring preparat histopatologi di Departemen Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
3.2 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hal tersebut dikarenakan semua kondisi lingkungan dan umur tikus putih dibuat homogen dan perlakuan sampel dilakukan secara acak. Dalam rancangan percobaan yang digunakan hanya terdapat satu sumber keragaman yakni pengaruh perlakuan, sehingga hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan pengaruh perlakuan (Kusriningrum, 2008).
3.3 Variabel penelitian Adapun klasifikasi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel bebas
: berbagai konsentrasi ekstrak bawang merah.
Variabel tergantung
: gambaran histopatologi hepar.
21 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Variabel terkendali
:umur,
berat
badan,
pakan,
jenis
kelamin
tikus
putih (Rattus norvegicus), waktu pemberian ekstrak bawang merah.
3.4 Materi Penelitian 3.4.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang merah (Allium Ascallonicum), aloksan, metformin, CMC Na 0,5%, pakan ayam, aquadest, air minum, sekam untuk alas kandang, alkohol 70%. 3.4.2 Instrumen penelitian Instumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lima buah kandang plastik polipropilen berukuran 40 cm x 60 cm dengan tutup anyaman kawat, alat penimbang berat badan, tempat pakan, botol air minum, alat pengukur glukosa darah merk EasyTouch, strip glucometer, alat suntik, sonde lambung, sarung tangan, kapas, toples, kertas label, alat tulis, dan alat dokumentasi. Pembuatan ekstrak bawang merah diperlukan gelas ukur, baskom plastik, timbangan, blender, saringan, spatula, corong Buchner, pompa hisap, rotavapour, labu pisah, kertas saring, dan lemari pendingin. Pemeriksaan histopatologi diperlukan optilab, dan mikroskop. 3.4.3 Populasi dan sampel Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar berumur tiga bulan dengan berat badan 150-200 gram, memiliki aktivitas normal dan tidak tampak kelainan tubuh.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Tikus putih diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu. Sebelum percobaan, tikus putih dipuasakan selama 10 jam dengan tetap diberikan air minum. Besarnya ulangan pada setiap perlakuan pada penelitian ini berdasarkan rumus Federer (1963) dalam Kusriningrum (2010) : t (n-1) ≥ 15 Keterangan : t = banyaknya perlakuan n = banyaknya ulangan Maka banyaknya ulangan pada penelitian ini adalah : 5 (n – 1)
≥ 15
5n – 5
≥ 15
n
≥ (15 + 5) / 5
n
≥4
3.5 Metode Penelitian 3.5.1 Persiapan hewan coba Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dengan berat badan 150-200 gram, berumur tiga bulan, dan berjumlah 20 ekor dimasukkan ke dalam lima buah kandang berukuran 40 cm x 60 cm. Tiap kandang diisi empat ekor tikus putih yang di pilih secara acak. Tikus putih diadaptasikan selama satu minggu dengan tujuan untuk meminimalisir efek stres pada tikus putih yang dapat
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
berpengaruh pada metabolisme tubuh dan dapat mengganggu penelitian karena berada di lingkungan yang baru. Tikus putih yang digunakan dalam penelitian ini harus sehat dengan tanda-tanda bulu normal, warna putih bersih, mata jernih, tingkah laku normal dan tidak terdapat kelainan atau cacat tubuh. Selama diadaptasikan tikus putih diberi pakan ayam dan minum ad libitum. 3.5.2 Pembuatan ekstrak bawang merah Sebanyak 8000 gram bawang merah dikupas dan diiris tipis lalu di keringkan dengan cara diangin-anginkan dalam suhu kamar sampai menjadi simplisia. Simplisia merupakan bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali proses pengeringan. Simplisia bawang merah dihaluskan dengan cara digiling menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh kemudian diekstrasi dengan cara maserasi dengan merendam pada pelarut etanol 96%, kemudian disaring hingga menghasilkan filtrat. Filtrat lalu di ekstraksi dalam rotavapour pada suhu 50˚C dengan kecepatan 40 rpm, hingga diperoleh ekstrak bawang merah yang kental dan berwarna coklat kehitaman. Hasil ekstrak tersebut diencerkan dengan menggunakan CMC Na 0,5% kemudian dilakukan perhitungan sesuai dosis pada setiap perlakuan. 3.5.3 Penetapan dosis ekstrak bawang merah Penetapan dosis ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) pada penelitian ini berdasarkan pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian Aryanti dan Linda (2010) didapatkan dosis efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Ratus norvegicus) yaitu 300 mg/kg BB dengan perlakuan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
pemberian glukosa untuk membuat kondisi hiperglikemia, yang selanjutnya dosis efektif ini akan dijadikan sebagai acuan dosis tengah. Dengan pertimbangan pada penelitian Aryanti dan Linda (2010) bahwa aloksan memiliki kenaikan kadar glukosa darah yang lebih tinggi daripada glukosa, maka dosis tengah yang akan digunakan pada penelitian ini dinaikkan menjadi 500 mg/kg BB, untuk dosis terendah diambil 250 mg/kg BB dan dosis tertinggi diambil 750 mg/kg BB. Dengan demikian dosis pemberian ekstrak bawang merah pada penelitian ini adalah 250 mg/ kg BB, 500 mg/kg BB dan 750 mg/ kg BB. 3.5.4 Penetapan dosis aloksan Menurut (Nugroho, 2006) tikus hiperglikemik dapat dihasilkan dengan menginjeksikan aloksan dengan dosis 120 – 150 mg/kg BB secara intraperitonial. Sehingga dosis aloksan yang diperlukan untuk satu ekor tikus putih dengan berat badan 150 gram adalah : x 120 mg/kg BB = 18 mg/150 gram BB 3.5.5 Penentuan Dosis Metformin Dosis metformin yang lazim digunakan untuk menimbulkan efek hipogligemik terhadap kadar glukosa darah berdasarkan literatur adalah 500 mg – 2,25 gram per hari pada manusia yang mempunyai berat badan 70 kg yang diberikan secara oral dengan dosis tunggal (Katzung, 2007). Maka dilakukan perhitungan dosis sebagai berikut :
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Dosis metformin
= Dosis teoritis x faktor konversi tikus = 500 mg x 0,018 = 9 mg/ 200 gram BB atau 45 mg/kg BB
3.5.6 Pengukuran kadar glukosa darah Pengukuran kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) dilakukan dengan menggunakan alat glucometer merk EasyTouch. Cara pengambilan darah yaitu bersihkan ekor dengan kapas yang diberi air agar kotoran yang melekat hilang, lalu bersihkan kembali dengan alkohol 70%. Pangkal ekor ditusuk dengan jarum kecil, darah yang keluar kemudian disentuhkan pada strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terbaca di layar setelah 10 detik dan dinyatakan dalam mg/dl. Pengukuran kadar glukosa darah tikus di ukur sebelum perlakuan dan empat hari setelah pemberian aloksan. 3.5.7 Perlakuan Penelitian ini dilakukan secara in vivo terhadap 20 ekor tikus putih jantan galur wistar yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, tiap kelompok berisi empat ekor tikus putih. Perlakuan terdiri dari K-, K+, P1, P2, P3. Pada hari pertama seluruh tikus putih diukur kadar glukosa darahnya untuk memastikan kadar glukosa darah normal. Selanjutnya seluruh tikus putih diinduksi aloksan dosis 18 mg / 150 gram BB secara intraperitoneal. Pemberian aloksan dilakukan satu kali pada hari pertama perlakuan. Setelah empat hari dari proses induksi aloksan (untuk mendapatkan kenaikan kadar glukosa darah konstan) kemudian diukur kembali kadar glukosa darahnya. Setelah terjadi kenaikan kadar glukosa darah, pada kelompok K- diberikan CMC Na 0,5% lalu
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
pada kelompok K+ diberikan metformin dosis 45 mg/kg BB, sedangkan kelompok P1, P2, P3 diberikan ekstrak bawang merah dengan dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB. Pada penelitian Martia (2015) pemberian terapi selama 14 hari dengan penggunaan metformin dan ekstrak air Cynodon dactylon dapat memberikan efek terapi yang baik, dan selanjutnya dijadikan sebagai acuan lama pemberian terapi selama 14 hari. Perlakuan pada hewan coba dilakukan sebagai berikut : K-
: Kontrol negatif diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi intraperitoneal) dan pemberian larutan CMC Na 0,5% (peroral) selama 14 hari
K+
: Kontrol positif diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi intraperitoneal) dan pemberian metformin 45 mg/kg BB (peroral) selama 14 hari
P1
: Perlakuan 1 diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi intraperitoneal) dan pemberian ekstrak bawang merah dengan dosis 250 mg/kg BB (peroral) selama 14 hari
P2
: Perlakuan 2 diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi intraperitoneal) dan pemberian ekstrak bawang merah dengan dosis 500 mg/kg BB (peroral) selama 14 hari
P3
: Perlakuan 3 diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi intraperitoneal) dan pemberian ekstrak bawang merah dengan dosis 750 mg/kg BB (peroral) selama 14 hari
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
3.6 Prosedur Pengambilan Data 3.6.1 Pembuatan preparat histopatologi Setelah dilakukan perlakuan pada tikus putih tahap selanjutnya dilakukan euthanasia. Euthanasia dilakukan dengan menggunakan chloroform, kemudian dilakukan pembedahan terhadap tikus putih untuk diambil organ hepar. Hepar yang telah diambil lalu di fiksasi pada suatu tempat yang berisi larutan BNF 10%. Setelah itu, dilakukan pembuatan preparat histopatologi menggunakan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Pembuatan preparat histopatologi dilakukan di Gedung Diagnostic Center RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 3.6.2 Pemeriksaan preparat histopatologi Pemeriksaan preparat histopatologi hepar menggunakan mikroskop. Pemeriksaan di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 400 kali terhadap lima lapangan pandang yang berbeda untuk tiap slide. Kriteria penilaian untuk mengetahui seberapa berat perubahan histopatologi hepar tikus putih pada tiap preparat menggunakan metode scoring Brunt (2000). (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Skoring penilaian derajat histopatologi sel hepar (Brunt et al., 2000) Degenarasi Nekrosis
SKRIPSI
None
0
0
Minimal (0-25%)
1
1
Mild (25-50%)
2
2
Moderate (50-75%)
3
3
Severe (75-100%)
4
4
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
3.7 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil skoring gambaran histopatologi hepar dianalisa dengan uji Kruskall-Walis dan bila terdapat perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji MannWhitney (Daniel, 1991). Analisis statistika dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 20.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
3.8 Diagram Alur Penelitian 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan diadaptasikan selama 1 minggu Dipuasakan 10 jam, pengukuran kadar glukosa darah untuk memastikan kadar glukosa darah tikus putih normal
K-
K+
P1
P2
P3
Diinduksi aloksan 18 mg / 150 gram BB satu kali (intraperitoneal) sebanyak 0,5 ml
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah untuk memastikan tikus hiperglikemia
KCMC Na 0,5 %
K+ Metformin 45 mg/kg BB
P1 Ekstrak bawang merah 250 mg/kgBB
P2 Ekstrak bawang merah 500 mg/kgBB
P3 Ekstrak bawang merah 750 mg/kgBB
Euthanasia Pembuatan preparat histopatologi hepar
Pemeriksaan histopatologi hepar
Analisis data
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan dengan empat ulangan. Sebelum dibagi menjadi kelompok perlakuan, semua tikus putih diinduksi aloksan dengan dosis 18 mg/ 150 gram BB secara intraperitoneal. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan 18 mg/ 150 gram BB secara intraperitoneal menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah melebihi kisaran normal yang signifikan. Pemeriksaan kadar glukosa darah tikus putih menggunakan alat glukometer merk EasyTouch. Setelah terjadi kondisi hiperglikemia, kelompok K- diterapi dengan CMC Na 0,5 % sebanyak 0,5 ml dengan pemberian satu kali sehari selama 14 hari secara peroral. Untuk kelompok K+ diterapi dengan metformin dengan dosis 45 mg/kg BB dengan pemberian satu kali sehari selama 14 hari secara peroral, sedangkan pada kelompok P1, P2, dan P3 diterapi dengan ekstrak bawang merah dengan dosis 250 mg/kg BB (P1), 500 mg/kg BB (P2), dan 750 mg/kg BB (P3) dengan pemberian satu kali sehari selama 14 hari secara peroral. Hasil yang didapat dari penelitian ini ditentukan melalui pengamatan terjadinya degenerasi dan nekrosis pada sel hepar tikus putih. Kemudian hasil yang diperoleh diolah dengan program SPSS for Windows 20 menggunakan uji Kruskal-Wallis dan bila terdapat perbedaan yang nyatadiantara kelompok perlakuan (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
31 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
4.1 Degenerasi sel hepar Hasil pengamatan mikroskopis degenerasi sel hepar tikus putih menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (p>0,05). Hasil analis statistik pengamatan degenerasi sel hepar dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Nilai median degenerasi sel hepar Perlakuan
Median
K-
2.8000ª
K+
2.0000ª
P1
2.4000ª
P2
2.3000ª
P3
2.1000ª
Keterangan : a superskrip yang sama menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (p>0,05). Pada kelompok K- yang diberi perlakuan aloksan dan CMC Na 0,5% terjadi degenerasi paling parah (2.8000), jika dibandingkan dengan kelompok K+ yang diberi perlakuan aloksan dan metformin 45 mg/kg BB terjadi degenerasi dengan nilai (2.0000). Kelompok P1, P2 dan P3 yang diberi perlakuan aloksan dan ekstrak bawang merah 250mg/ kg BB, 500mg/kg BB dan 750mg/kg BB menunjukkan hasil statistik degenerasi dengan nilai median (2.4000), (2.3000) dan (2.1000). Hasil menunjukkan angka yang berbeda pada tiap perlakuan, tetapi pada uji statistik kruskal-wallis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Gambaran histopatologi sel hepar tikus yang mengalami degenerasi dapat dilihat pada gambar berikut.
1
2
KGambar 4.1 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K-. (1) Sel hepar normal. (2) Sel hepar yang mengalami degenerasi terlihat mengalami pembengkakan sehingga tampak rongga yang melebar (Pewarnaan HE; pembesaran 400x).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
2
2
P1
K+ 2
2
P2
P3
Gambar 4.2 Histopatologi degenerasi sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3. (2) Sel hepar yang mengalami degenerasi terlihat mengalami pembengkakan sehingga tampak rongga yang melebar (Pewarnaan HE; pembesaran 400x).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
4.2 Nekrosis sel hepar Hasil pengamatan mikroskopis nekrosis sel hepar tikus putih menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (p<0,05). Hasil analis statistik pengamatan nekrosis sel hepar dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Nilai median nekrosis sel hepar Perlakuan
Median
K-
1.6000ª
K+
1.4000ª
P1
1.3000ª
P2
1.0000ᵇ
P3
1.0000ᵇ
Keterangan : a dan b superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tahap kepercayaan (p<0,05). Analis statistik terjadinya nekrosis sel hepar pada kelompok K-, K+, dan P1 tidak terdapat perbedaan yang nyata pada ketiga perlakuan tersebut. Pada kelompok P2 dan P3 juga tidak terdapat perbedaan yang nyata. Akan tetapi, pada kelompok perlakuan K-, K+, dan P1 menunjukkan hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3 dilihat dari superskrip yang tertera.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
Gambaran histopatologi sel hepar tikus yang mengalami nekrosis dapat dilihat pada gambar berikut. 2
1
3
4
K-
Gambar 4.3 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K-. (1) Sel hepar normal. (2) Sel hepar mengalami nekrosis berupa piknotik. (3) Inti sel hepar mengalami karioreksis. (4) Inti sel hepar mengalami kariolisis. (Pewarnaan HE; pembesaran 400x).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
1 1 4 4
K+
P1
4 1
1
4
P2
P3
Gambar 4.4 Histopatologi nekrosis sel hepar tikus perlakuan K+, P1, P2, P3. (1)Inti sel hepar normal. (4) Inti sel hepar mengalami karyolisis. (Pewarnaan HE; pembesaran 400x).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Hasil statistik terjadinya degenerasi sel hepar menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata, sedangkan terjadinya nekrosis sel hepar terdapat perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan. Hal ini cukup membuktikan bahwa ekstrak bawang merah berperan cukup baik dalam memperbaiki kerusakan sel hepar akibat induksi aloksan. Pemberian aloksan dapat meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih sehingga menyebabkan terganggunya produksi insulin karena rusaknya sel β pankreas. Senyawa ini dapat masuk dengan cepat ke dalam sel β pankreas dan mengalami reduksi menjadi asam dialurat yang kemudian akan teroksidasi kembali menjadi aloksan yang menghasilkan siklus redoks dengan hasil akhir senyawa radikal peroksida. Senyawa radikal peroksida ini akan mengalami proses dismutase menjadi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida bersama dengan Fe²+ akan membentuk senyawa radikal hidroksil (OHˉ) yang reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada sel β pankreas. Terganggunya pemasukan glukosa ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabowo, 1997). Kondisi hiperglikemia ini dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dari beberapa organ antara lain hepar, jantung, otak, serta otot rangka (Widowati, 2008). Stress oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme lipid, protein termasuk enzim, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif,
38 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
apabila hal ini berlanjut maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar (Mahdi dkk., 2007). Organ hepar berfungsi dalam proses biotransformasi dan detoksifikasi substansi endogen dan eksogen yang masuk kedalam tubuh, serta berfungsi untuk menyaring darah dari berbagai organ yang mengandung sari makanan, obat, toksikan dan bakteri. Keadaan diabetes akan mempengaruhi terjadinya perubahan morfologi sel dari organ hepar (Kusuma, 2014). 5.1 Degenerasi sel hepar Degenerasi adalah suatu keadaan penurunan perubahan biokimia intraselular disertai perubahan morfologis akibat jejas nonfatal pada sel atau sebagai reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible terjadi proses penimbunan (storage) atau akumulasi cairan atau zat lain dalam organel sel (Arimbi dkk, 2013). Berdasarkan
hasil
analisis
statistik
dengan
uji
Kruskal
Wallis
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata tiap kelompok perlakuan (p>0,05). Pada perlakuan K- (2.8000) menunjukkan gambaran degenerasi yang paling parah jika dibandingkan dengan perlakuan K+ (2.0000), hal ini jelas terjadi karena pada perlakuan K(-) tidak diberikan terapi dan hanya diberikan CMC Na 0,5 % yang tidak memberikan efek terapi pada hepar, sedangkan pada perlakuan K+ diberikan terapi dengan obat metformin dosis 45 mg/kg BB. Metformin adalah obat oral anti hiperglikemia golongan biguanida. Metformin bekerja mengurangi kadar glukosa darah dengan menghambat produksi glukosa hepatik
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
(dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan mengurangi resistensi insulin terutama di hepar dan rangka otot (Maric, 2010). Pada kelompok P1, P2, dan P3 yang diterapi dengan ekstrak bawang merah dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB menunjukkan hasil statistik nilai median (2.4000), (2.3000) dan (2.1000). Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah nilai rerata degenerasi sel hepar jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan K- yang hanya diberi CMC Na 0,5%. Hal ini berarti bahwa ekstrak bawang merah dapat menjadi salah satu referensi alternatif terapi untuk memperbaiki gambaran histopatologi hepar yang diinduksi aloksan. Bawang merah sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk menghambat radikal bebas. Kemampuan bawang merah sebagai antioksidan dapat dilihat dari beberapa penelitian. Penelitian pada hewan coba
yang dipapar CCI4
memperlihatkan bahwa hewan coba yang diberi bawang merah menunjukkan pengurangan jumlah peroksida lipid hepar dan membaiknya jumlah glutation hepar. Daya antioksidan ini juga dibuktikan secara in vitro, dengan membebani sel darah merah domba dengan TBHP (Sadikin, 2003). Bawang merah diyakini mengandung komponen kimia yang mempunyai efek antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan antioksidan seperti quersetin (Galeone et al., 2006). Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa bawang merah mengandung quercetin dalam kadar yang tinggi, saponin, isorhamnetin dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
glikosida (Fattoruso et al., 2002). Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan ceratenoid mempunyai aktivitas antidiabetes (Kim et al., 2006). 5.2 Nekrosis sel hepar Nekrosis adalah kematian sel hepar. Inti sel yang mati dapat terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti tampak lebih padat dan gelap (piknotik) yang dapat hancur atau pecah menjadi beberapa segmen (karioreksis) dan kemudian inti sel tidak tampak karena telah mengalami lisis sempurna (kariolisis) (Kasno, 2003). Mekanisme terjadinya nekrosis terjadi pada saat jaringan mengalami hipoksia atau masuknya benda asing yang dianggap racun maka mitokondria akan mengalami luka sehingga mengakibatkan ATP turun dan pomp Na+ dan K+ terganggu. Na+ masuk sel yang mengakibatkan lisosom pecah, mengeluarkan enzim hidrolitik sehingga melarutkan sel (Robbins dan Kumar, 1995). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata tiap kelompok perlakuan (p<0,05) dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Pada kelompok K- (CMC Na 0,5%), K+ (metformin 45 mg/kg BB), dan P1 (ekstrak bawang merah 250 mg/kg BB) tidak terdapat perbedaan yang nyata pada ketiga perlakuan tersebut. Pada kelompok P2 dan P3 juga tidak terdapat perbedaan yang nyata. Akan tetapi, pada kelompok perlakuan K-, K+, dan P1 menunjukkan hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3. Efek penurunan terjadinya nekrosis sel hepar yang berbeda
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
pada tiap perlakuan kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi yang berbeda pada tiap dosis pemberian terapi. Kerusakan hepatosit diawali dengan perubahan permeabilitas membran yang diikuti dengan kematian sel (nekrosis). Peningkatan enzim dalam darah disebabkan oleh kerusakan hepar yang parah dan disertai nekrosis, sehingga enzim dari mitokondria juga ikut keluar sel (Panjaitan, 2007). Bawang merah kaya akan kandungan antioksidan. Kadar flavonoid yang tinggi pada umbi bawang merah menjadikan bawang merah sebagai antioksidan yang baik untuk menghambat radikal bebas (Sadikin, 2003). Oleh karena itu, kerusakan pada sel hepar yang terjadi dapat dicegah dan diperbaiki dengan adanya kandungan antioksidan yang terkandung dalam bawang merah yaitu quercetin.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
6.2 Saran Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah : 1. Ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat dipertimbangkan dan dikembangkan untuk digunakan sebagai obat alternatif kerusakan hepar akibat induksi aloksan. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui uji keamanan dari pemberian konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) pada berbagai dosis dan kondisi. 3. Perlu adanya penelitian khusus tentang senyawa kimia lainnya yang terkandung dalam bawang merah (Allium ascalonicum L).
43 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Algameta, D.E. 2009. Uji Aktivitas Antioksidan Tablet Effervescent Dewandaru (Eugenia uniflora L.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata) pada Tikus yang Dibebani Glukosa [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anderson, F.G., Pazak H, Hodgkins E, Ballam J, Laflamme D. 2001. Use of a High-protein Diet in the Management of Feline Diabetes Mellitus. Veterinary therapeutics. 2(3): 238-246. Andhika, O.A. 2009. Fibrosis Hati. JKM. 8(2) : 198-210. Apriani, N., Suhartono, E., Izaak, Z.A. 2011. Korelasi Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Advanced Oxidation Protein Products (AOPP) Tulang pada Tikus Putih Model Hiperglikemia. 11(1) : 48-55. Ardiani, F.W, Lestariani, E., Wuriyati. 2011. Ekstrak Air Daun Ceplikan (Ruellia tuberusa L) Berpengaruh Terhadap Kadar SGOT, SGPT, Dan Gambaran Histologis Hepar Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. (8):99-105. Arimbi, Ajik, A., Roesno, D., Hani, P., Thomas, V., Djoko, L. 2013. Buku Ajar Patologi Umum Veteriner. Airlangga University Press. Surabaya. Aryanti, D dan Linda R. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol 70% Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan yang Dibebani Glukosa. Universitas Islam Indonesia. 2(4). Atsushi, K., Yuka, M., Jo, Y., Isao, A., Alison, A.W., Robert, J.N. 2008. Protective Effect of Dietary Chamomile Tea on Diabetic Complications. J Agric Food Chem. 56 : 8206-11. Azuma, K., Minami, Y., Ippoushi, K., dan Terao, J. 2007. Lowering Effects of Onion Intake on Oxidative Stress Biomarkers in StreptozotocinInduced Diabetic Rats. J.Clin Biochem Nutr. 40 : 131-140. Bevelander, G. dan Ramaley, J.A. 1998. Dasar-dasar Histologi. Edisi 8. Terjemahan : Wisnu Gunarso. Penerbit Erlangga. Jakarta. 61-88.
44 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Bijanti, R. 2011. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner : Pemeriksaan dan Gangguan Fungsi Hati. Airlangga University Press. 71-85. Boolootion, R.A. 1991. Zoologi. Macmillan Publishing Co. Inc New York. Collier Macmilla Publisher London. Boyer, T.D., T.L. Wright and M.P. Manns. 2006. Hepatology : A Textbook of Liver Disease. 5th Ed. Elsevier Inc. Canada. 3-21. Brunt, E.M. 2000. Grading and Staging the Histopathological Lesions of Chronic Hepatitis: The Knodell Histology Activity Index and Beyond. Hepathology. 31(1) : 241-246. Daniel, W.W. 1991. Statistik Non Parametrik Terapan. Alih Bahasa : Alex Tri Kantjono. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. 272-275. Dipiro, J.T., Talbert, L.R., Yess, C.G., Matzke, R.G., Wells, G.B., Posey, M.L.2005. Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approch. Edisi 6. Mc graw hill. New York. 7(6) : 13-347. Fattorusso, E., Lorizzi, M., Lanzotti, V., Taglialatela, S.O. 2002. Chemical Composition of Shallot (Allium ascalonicum Hort). Journal of Agricultural and Food Chemistry. 50(20): 5686-5690. Fawcett, W.D. 2002. Buku Ajar Histology. Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 583-599. Fox, S.I. 1999. Liver, Gallbladder and Pancreas. In Human Physiology. 6th Ed. Mc Graws-Hills. Boston. 580-585. Frode, T.S and Medeiros, Y.S. 2008. Animals Models to Test Drugs with Potential Antidiabetic Activity. Journal of Ethnopharmacology. 115:173-183. Galeone, C., Pelucchi, C., Levi, F., Negri, E., Franceschi, S., Talamini, R., Giacosa, A. dan La Vecchia, C. 2006. Onion and Garlic Use and Human Cancer. Am J Clin Nutr. 84 : 1027-1032. Greenspan, F.S., MD. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.755. Gulfraz, M., Qadir, G., Noshhen, F., Parveen, Z. 2007. Antihyperglycemic Effects of Berberis Lyceum Royle in Alloxan Induced Diabetic Rats. Diabetologia Croatica. 36(3) : 49-54.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Guyton, A.C. and J.E. Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. W B Saunders Co. Philadhelpia. 859-864. Handajani, F. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Iam) Pada Kadar SGPT Dan SGOT Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Parasetamol Dosis Tinggi Tunggal. Penelitian Eksperimental Laboratoris. Horn, B. and Mitten, R.W. 2000. Evaluation of an Insulin Zinc Suspension for Control of Naturally Occurring Diabetes Mellitus in Dogs. Australian Veterinary Journal. 78(12) : 831-4. Hussain, S.M., Abdul, B., Bhagat, R.C., Darzi, M.M., Abdul, W.S. 2008. Biochemical and Histomorphological Study of StreptozotocinInduced Diabetes Mellitus in Rabbits. Pakistan Journal of Nutrition. 7(2):359-364. Irfan, M. 2013. Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Terhadap Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara. Jurnal Agroteknologi. 3(2) : 35-40. Junqueira, L.C., J. Carniero and R.o. Kelley. 1995. Glands Associated with the Digestive Tract, in Basic Histology. 8th Ed. Appleton & Lange. London. 306-319. Kasno, P.A. 2003. Patologi Hepar dan Saluran Empedu Ekstrak Hepatik. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi II. Salemba Medika. Jakarta. 671-678. Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology (10th ed). The MCGraw-Hill Companies, Inc. Boston. 648-701. Kim, J.S., Ju, J.B., Choi, C.W. dan Kim, S.C. 2006. Hypoglycemic and Antihyperlipidemic Effect of Four Korean Medicinal Plants in Alloxan Induced Diabetic Rats. Biochem and Biotech. (2):154-160. Krisnamurti, A., dan A.S. Husin. 2011. Reduction Of Blood Glucose Levels Of Ethanolic Extract Of Bungur (Lagerstroemia speciosa L. pers) Leaves in Alloxan Induced Diabetic Rats. The 2nd International Conference on Pharmacy and Advance Pharmaceutical Sciences. (1):144-147. Kumalaningsih, S. 2007. Antioksidan alami. Trubus Agrisarana. Surabaya.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Kuntz, B. and H.D. Kuntz. 2008. Hepatology Textbook and Atlas. 3rd Ed. Springer Medizin Verlag Heidelberg. Germany. 16-77. Kusriningrum, R.S. 2010. Perancangan Percobaan. Edisi ke-2. Airlangga University Press. Surabaya. 15. Kusuma, K.A. 2014. Efektivitas Pemberian Ekstrak Etanol Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Dan Metformin Terhadap Histopatologi Sel Hepar Tikus Diabetes Yang Diinduksi Aloksan [Skripsi]. Fakultas Farmasi. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Kusuma, W. 2010. Efek Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Kerusakan Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit dengan Pemanasan Berulang [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. 14-17 Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Lenze, S. 2008. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes. Diabetologia. 51 : 216-226. Maharani, P. 2007. Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus Penderita Diabetes Mellitus Eksperimental [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 13-14. Mahdi, C. Aulaniam. Widodo, M.A. Sumarno. 2007. Yogurt Sebagai Detoksikan yang Efektif terhadap Toksisitas Formalin yang Terpapar dalam Makanan. S3 Biomedik program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Maric, A. 2010. Metformin More than ‘Gold Standard’ in the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetologia Croatica. 39 : 96. Martia, R.T. 2015. Gambaran Histopatologi Pankreas dan Kadar Glukosa Darah Mencit Model Diabetes yang Diterapi Ekstrak Air Cynodon dactylon Fraksi Non-Polisakarida [Skripsi]. Universitas Airlangga Surabaya. Nugroho, A.E. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi dan Mekanisme Anti Diabetogenik. Biodiversitas 7 (4) : 378 – 382. Nuraliev, I.N., Avezov, G.A. 1992. The Efficacy of Quercetin in Alloxan Diabetes. Eksp Klin Farmakol. 52: 42-4.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Nurdjaman, Soejoto, Soetedjo, Faradz, S.M.H., Witjahyo, B., Susilaningsih, dkk. 2001. Histologi II. Semarang : Balai penerbit FK UNDIP. Paget, G.E., and Barnes, J.M. 1964. Toxicity Test In:Laurence, D.R., and Bacharacch, A.L., eds. Evaluation of Drugs Activities Pharmacometrics. Academic and New York. (1):161-162. Panjaitan, D.K. 2007. Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Tikus. Makara Kesehatan. 1(11):11-15. Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 13-16. Prabowo, H.P. 1997. Hubungan Peningkatan Kadar Glukosa Darah dengan Jumlah Sel Pulau Langerhans Kelenjar Pankreas pada Tikus Putih Galur Wistar Jantan [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Phatophysiologi: Clinical Concepts of Disease Processes). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 6(1): 182219. Rachael, G. 2010. Normal Rat Blood Glucose Level. [cited 2015 January 07]. Available from:http://www.ehow.com. Rahardhian, M. R., Mulyadi, Nurkhasanah. 2014. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pada Tikus Sprague Dawley Yang Diinduksi 7,12Dimetilbenz(á)antrasen : Kajian Aktivitas SGPT, SGOT, ALP, dan Gambaran Histopatologi Hepar. Fakultas Pascasarjana Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Raja, L. 2008. Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Mahoni (SwieteniaMahagoni Jacq) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Ratimanjari, D.A. 2011. Pengaruh Pemberian Infusa Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness) Terhadap Glibenklamid dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan yang Dibuat Diabetes [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. 1-17. Robbins, S. L. Dan V. Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi I. Ed 4. Terjemahan Staf Pengajar Lab. Patologi Anatomi. Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Robbins, S.L. and Kumar, V. 2001. Buku Ajar Patologi I (Basic Pathology Part II). Edisi 4. Jakarta. Editor : Dr. Jonatan Oswari. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Sadikin, M. 2003. Manfaat Aneka Bawang. Seminar Obat Tradisional, Suplemen & Health Food. Jakarta. Samadi, B. dan Cahyono, B. 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani. Yogyakarta Penerbit Kanisius. 10-16. Sarjadi. 2003. Patologi Umum. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Setiawan, A.S., Yulinah, E., Adnyana, I.K., Permana, H. dan Sudjana, P. 2011. Efek Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcumma domestica Val.) dengan Pembanding Glibenklamid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. 43(1). Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta. Penerbit : EGC. Studiawan, H. dan Santosa, M.H. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. 21(2). Suarsana, N.I., B.P. Priosoeryanto, M. Bintang dan T. Wresdiyati. 2010. Profil Glukosa Darah dan Ultrastruktur Sel Beta Pankreas Tikus yang Diinduksi Senyawa Aloksan. JITV. 15(2):118-123. Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pusat Penelitian dan Teknologi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Surabaya. 8-11. Susantoputro, S.H. 2011. Potensi Supplement Potasium Klorida dan Sodium Bikarbonat sebagai Thermoregulator Agent pada Hepar Broiler yang Terpapar Heat Stress Kronis [skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. 38-44. Szkudelski, T. 2001.The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action in β Cells of the Rat Pancreas. Physiology Research. 50: 536-54.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Thomson, R.G. 2001. Special Veterinary Pathology. Ed.3. W.B. saunders Company. Philadelphia USA. Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes. JKM. 7(2) : 193-202. Wijayakusuma, H. 2004. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta. Penerbit Puspa Swara. 7-10. Wulandari, C.E. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Wistar dengan Hiperglikemia [Skripsi]. Universitas Diponegoro.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN
NI KOMANG APRILINA WIDI SUPUTRI. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Bawang
Merah
(Allium
ascalonicum
L)
Terhadap
Gambaran
Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan di bawah bimbingan Ajik Azmijah, SU., drh dan Retno Bijanti., drh., M.S. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum L) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 20 ekor tikus putih jantan galur wistar berumur tiga bulan dengan berat badan 150-200 gram yang diadaptasikan selama tujuh hari dengan hanya diberi pakan dan minum secara ad libitum. Selama penelitian menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Data dianalisis menggunakan statistik non-parametrik uji Kruskal Wallis dan bila terdapat perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji MannWhitney. Sebanyak 20 ekor hewan coba diinduksi aloksan sebanyak 18 mg/ 150 gram BB (satu kali injeksi secara intraperitoneal). Setelah empat hari dipastikan hewan coba mengalami kenaikan kadar glukosa darah konstan, lalu pada hari ke-6 diberikan perlakuan. Kelompok perlakuan K- diberi larutan CMC Na 0,5% sebanyak 0,5 ml sehari sekali selama 14 hari. Kelompok perlakuan K+ diberi metformin dengan dosis 45 mg/kg BB sehari sekali selama 14 hari. Kelompok
51 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
perlakuan P1 diberi ekstrak bawang merah dengan dosis 250 mg/kg BB, kelompok P2 diberi ekstrak bawang merah dengan dosis 500 mg/kg BB, dan kelompok P3 diberi ekstrak bawang merah dengan dosis 750 mg/kg BB masingmasing diberikan sehari sekali selama 14 hari. Pada hari ke-21 dilakukan pengambilan darah melalui vena lateralis ekor dan kemudian dilakukan tes glukosa darah menggunakan glukometer untuk memastikan kadar glukosa darah normal. Pada hari yang sama, dilakukan euthanasia, pembedahan untuk pengambilan organ hepar dan pembuatan preparat histologi hepar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada degenerasi dan nekrosis sel hepar perlakuan P1, P2 dan P3 yang diberi ekstrak bawang merah mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok perlakuan K- yang diberi larutan CMC Na 0,5%, dan pada perlakuan K+ yang diberi metformin sebagai pembanding juga menunjukkan hasil penurunan yang baik. Hasil uji statistik degenerasi sel hepar menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (p>0,05), sedangkan pada uji statistik nekrosis sel hepar menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (p<0,05). Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi aloksan.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Lampiran 1. Prosedur pembuatan preparat jaringan hepar Proses pembuatan preparat jaringan hepar dilakukan di Gedung Diagnostic Center RSUD dr.Soetomo Surabaya, melalui tahapan-tahapan berikut : 1. Fiksasi dan pencucian 2. Dehidrasi dan clearing 3. Infiltrasi 4. Pembuatan blok paraffin 5. Pengirisan dengan mikrotom 6. Pewarnaan 7. Mounting 1. Fiksasi dan pencucian Tujuan : - Mencegah terjadinya degenerasi post mortem - Mematikan bakteri - Meningkatkan afinitas jaringan terhadap berbagai zat warna - Membuat jaringan lebih keras sehingga mengawetkan bentuk semula dan mudah dipotong - Meningkatkan indeks refraksi berbagai komponen jaringan Reagen : Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%. Cara kerja : setelah hewan percobaan mati maka segera dilakukan otopsi, lalu jaringan hepar diambil dan dimasukan dalam BNF 10% selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air kran. 2. Dehidrasi dan clearing Tujuan : - Untuk menarik air dari dalam jaringan - Membersihkan dan menjernikan jaringan Reagen : Alkohol 70%, 80%, 96%, Alkohol absolute I, II, III, Xylol I dan II.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
Cara kerja : jaringan hepar yang telah dicuci dengan air kran selama 30 menit, kemudian dimasukkan ke reagen dengan urutan alkohol 70%, 80%, 96%, alkohol absolut I, II, III, xylol I dan II masing-masing selama 30 menit. 3. Infiltrasi Tujuan : untuk menginfiltrasi dengan paraffin. Paraffin akan menembus ruang natar sel dan dalam sel sehingga jaringan lebih tahan terhadap pemotongan. Reagen : paraffin I dan II Cara kerja : jaringan dimasukkan ke dalam paraffin I dan II yang mencair. Kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit, setelah itu dimasukkan ke dalam paraffin I dan II dan dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit pada suhu 30 C.
4. Pembuatan blok paraffin Tujuan : untuk memudahkan pemotongan jaringan Reagen : paraffin cair Cara kerja : beberapa cetakan besi yang telah diolesi gliserin dengan tujuan untuk mencegah lengketnya paraffin dan cetakan. Kemudian jaringan hepar yang telah dipotong dimasukkan dengan pinset dan ditunggu hingga paraffin membeku. 5. Pengirisan dengan mikrotom Tujuan : untuk mengiris jaringan yang sudah dicetak pada paraffin blok, yang selanjutnya akan ditempel pada objek glass. 6. Pewarnaan Tujuan : untuk memudahkan melihat perubahan pada jaringan. Pada tahap ini digunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Cara kerja : pewarnaan HE dilakukan dengan menggunakan metode Harris yaitu jaringan telah dikeringkan dimasukkan ke dalam : 1. Xylol I
: 3 menit
2. Xylol II
: 1 menit
3. Alkohol absolute I dan II
: 1 menit
4. Alkohol 96%, 80% dan 70%
: 1 menit
5. Air keran
: 1 menit
6. Zat warna
: 5 – 10 menit
7. Air kran
: 2 – 5 menit
8. Acid alkohol
: 3 – 10 celupan
9. Air kran
: 4 – 7 celupan
10. Amoniak
: 6 celupan
11. Aquadest secukupnya 12. Zat warna eosin
: 15 menit
13. Aquadest
: 1 – 2 menit
14. Alkohol
: 1 – 2 menit
15. Dan selanjutnya dibersihkan sisa-sisa pewarnaan. 7. Mounting Tujuan : penutupan objek glass dengan cover glass yang telah ditetesi dengan Canada balsam.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Lampiran 2. Kadar glukosa darah tikus putih sebelum diinduksi aloksan
Tikus ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SKRIPSI
KADAR GLUKOSA DARAH 98,00 101,00 58,00 81,00 77,00 101,00 107,00 90,00 85,00 87,00 77,00 85,00 87,00 77,00 101,00 90,00 90,00 92,00 61,00 90,00
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
MEAN
86,75
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Lampiran 3. Kadar glukosa darah tikus putih 4 hari setelah diinduksi aloksan
KELOMPOK K-
K+
P1
P2
P3
SKRIPSI
N 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
KADAR GLUKOSA DARAH 372,00 325,00 462,00 312,00 215,00 322,00 245,00 284,00 212,00 295,00 347,00 196,00 278,00 600,00 263,00 282,00 358,00 438,00 358,00 285,00
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
MEAN
367,75
266,50
262,50
355,75
359,75
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Lampiran 4. Kadar glukosa darah tikus putih setelah diterapi selama 14 hari
KELOMPOK K-
K+
P1
P2
P3
SKRIPSI
N 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
KADAR GLUKOSA DARAH 340,00 244,00 476,00 365,00 45,00 65,00 86,00 88,00 69,00 90,00 92,00 72,00 67,00 84,00 65,00 90,00 58,00 84,00 60,00 65,00
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
MEAN
356,25
71,00
80,75
76,50
66,75
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Lampiran 5. Hasil skoring degenerasi sel hepar Perlakuan K-
K+
P1
P2
P3
SKRIPSI
1
2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2
2
2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2
Ulangan 3 2 3 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3
4
3 4 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 3 3
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
5
Total 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2
12 16 16 11 9 9 12 11 11 13 13 11 12 11 11 13 9 6 13 12
Ratarata 2.40 3.20 3.20 2.20 1.80 1.80 2.40 2.20 2.20 2.60 2.60 2.20 2.40 2.20 2.20 2.60 1.80 1.20 2.60 2.40
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Lampiran 6. Data statistik degenerasi sel hepar Kruskal-Wallis Test Ranks Perlakuan N KK+ Total.deg
P1 P2 P3 Total
Mean Rank 4 14.75 4 6.50 4 4 4 20
12.00 11.00 8.25
Test Statisticsa,b total.deg Chi-Square 4.982 df 4 Asymp. Sig. .289 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan Summarize Case Processing Summarya Included N Percent rata2.deg * 20 perlakuan a. Limited to first 100 cases.
100.0%
Cases Excluded N Percent 0
0.0%
Total N Percent 20 100.0%
Case Summariesa
Perlakuan
SKRIPSI
K-
1 2 3
rata2.deg 2.40 3.20 3.20
4
2.20
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Total
K+
1 2 3 4 Total
P1
Mean Median
Mean Median
2.0000 2.20 2.60 2.60 2.20
Mean Median
2.4000 2.4000 2.40 2.20
1 2 3 4 Total 1 2
P2
3 4 Total
P3
Mean Median a. Limited to first 100 cases. Total
SKRIPSI
Mean Median
1 2 3 4 Total
2.7500 2.8000 1.80 1.80 2.40 2.20 2.0500
Mean Median
2.20 2.60 2.3500 2.3000 1.80 1.20 2.60 2.40 2.0000 2.1000 2.3100 2.3000
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Lampiran 7. Hasil skoring nekrosis sel hepar Perlakuan K-
K+
P1
P2
P3
SKRIPSI
1
1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
2
2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ulangan 3 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1
4
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
5
Total 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
9 11 7 7 7 7 7 8 6 8 7 6 5 6 5 5 5 5 6 5
Ratarata 1.80 2.20 1.40 1.40 1.40 1.40 1.40 1.60 1.20 1.60 1.40 1.20 1.00 1.20 1.00 1.00 1.00 1.00 1.20 1.00
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Lampiran 8. Data statistik nekrosis sel hepar Kruskal-Wallis Test Ranks Perlakuan N Mean Rank K4 16.50 K+ 4 14.50 P1 4 12.00 Total.nek P2 4 4.75 P3 4 4.75 Total 20 Test Statisticsa,b Total.nek Chi-Square 14.649 df 4 Asymp. Sig. .005 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 5.25 21.00 4 3.75 15.00
Perlakuan KTotal.nek K+ Total
8
Test Statisticsa Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Total.nek 5.000 15.000 -.992 .321 .486b
a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 5.75 23.00 4 3.25 13.00 8
Perlakuan KTotal.nek P1 Total Test Statisticsa
Total.nek 3.000 13.000 -1.488 .137 .200b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties. Mann-Whitney Test
Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.50 26.00 4 2.50 10.00 8
Perlakuan KTotal.nek P2 Total Test Statisticsa
Total.nek .000 10.000 -2.381 .017 .029b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.50 26.00 4 2.50 10.00 8
Perlakuan KTotal.nek P3 Total Test Statisticsa
Total.nek .000 10.000 -2.381 .017 .029b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties. Mann-Whitney Test
Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 5.25 21.00 4 3.75 15.00 8
Perlakuan K+ Total.nek P1 Total
Test Statisticsa Total.nek 5.000 15.000 -.935 .350 .486b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.50 26.00 4 2.50 10.00 8
Perlakuan K+ Total.nek P2 Total Test Statisticsa
Total.nek .000 10.000 -2.428 .015 .029b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.50 26.00 4 2.50 10.00 8
Perlakuan K+ Total.nek P3 Total Test Statisticsa
Total.nek .000 10.000 -2.428 .015 .029b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.25 25.00 4 2.75 11.00 8
Perlakuan P1 Total.nek P2 Total Test Statisticsa
Total.nek 1.000 11.000 -2.124 .034 .057b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties. Mann-Whitney Test
Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 6.25 25.00 4 2.75 11.00 8
Perlakuan P1 Total.nek P3 Total Test Statisticsa
Total.nek 1.000 11.000 -2.124 .034 .057b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Mann-Whitney Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks 4 4.50 18.00 4 4.50 18.00 8
Perlakuan P2 Total.nek P3 Total Test Statisticsa
Total.nek 8.000 18.000 .000 1.000 1.000b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: perlakuan b. Not corrected for ties.
Summarize
rata2.nek * perlakuan
Case Processing Summarya Cases Included Excluded N Percent N Percent 20 100.0% 0 0.0%
Total N Percent 20 100.0%
a. Limited to first 100 cases. Case Summariesa
Perlakuan
K-
1 2 3 4 N Total
SKRIPSI
Mean Median
Rata2.nek 1.80 2.20 1.40 1.40 4 1.7000 1.6000
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
K+
1 2 3 4 Total
P1
N Mean Median
1 2 3 4 N Total
Mean Median
1 2 P2
3 4 Total
P3
1 2 3 4 Total
N Total Mean Median a. Limited to first 100 cases.
SKRIPSI
N Mean Median
N Mean Median
1.40 1.40 1.40 1.60 4 1.4500 1.4000 1.20 1.60 1.40 1.20 4 1.3500 1.3000 1.00 1.20 1.00 1.00 4 1.0500 1.0000 1.00 1.00 1.20 1.00 4 1.0500 1.0000 20 1.3200 1.3000
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
Penentuan superskrip nekrosis sel hepar Perlakuan
K-
K+
P1
P2
P3
K-
-
0.321
0.137
0.017*
0,017*
K+
-
-
0.350
0.015*
0.015*
P1
-
-
-
0.034*
0.034*
P2
-
-
-
-
1.000
P3
-
-
-
-
-
Keterangan : * menunjukkan perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Lampiran 9. Konversi perhitungan dosis berbagai jenis hewan dan manusia (Paget and Barnes, 1964)
Mencit 20 gram Tikus 200 gram Marmot 200 gram Kucing 2 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg
SKRIPSI
Mencit 20 gram
Tikus 200 gram
Marmot 200 gram
Kucing 2 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
1,0
7,0
2,25
29,7
124,2
387,9
0,14
1,0
1,74
4,2
17,8
56,0
0,08
0,57
1,0
2,4
10,2
31,5
0,03
0,23
0,41
1,0
4,1
13,0
0,008
0,06
0,10
0,24
1,0
3,1
0,0026
0,018
0,031
0,076
0,32
1,0
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
Lampiran 10. Perhitungan dosis 1. Perhitungan Dosis CMC Na 0,5 %
2. Perhitungan Dosis Metformin Dosis untuk tikus = 45 mg/kg BB Berat badan tikus = 158 g mg/tikus/hari
SKRIPSI
Metformin yang diperlukan untuk 4 ekor tikus putih selama 14 hari
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
3. Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Merah 250 mg/kg BB
mg/ekor/hari
Bawang merah yang diperlukan untuk 4 ekor tikus putih selama 4 hari
)
4. Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Merah 500 mg/kg BB
mg/ekor/hari
Bawang merah yang diperlukan untuk 4 ekor tikus putih selama 4 hari
)
5. Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Merah 750 mg/kg BB
mg/ekor/hari
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Bawang merah yang diperlukan untuk 4 ekor tikus putih selama 4 hari
)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Lampiran 11. Dokumentasi penelitian
SKRIPSI
Gambar 1. Bahan untuk perlakuan
Gambar 2. Adaptasi tikus putih
Gambar 3. Pengukuran KGD tikus
Gambar 4. Pemberian terapi
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ...
NI KOMANG APRILINA W.S.