ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH VARIASI DOSIS PROBIOTIK PADA AIR BUDIDAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone)
SKRIPSI
MUHAMMAD BACHRUDDIN
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH VARIASI DOSIS PROBIOTIK PADA AIR BUDIDAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone)
SKRIPSI
MUHAMMAD BACHRUDDIN
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
i
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penulis dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini adalah hak milik Universitas Airlangga.
iv
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi Dosis Probiotik Pada Air Budidaya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone)” dengan lancar. Skripsi disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 pada program studi Biologi di Universitas Airlangga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga pembaca pada umumnya dan menjadi sumber informasi bagi kita semua.
Surabaya, Agustus 2016 Penulis
Muhammad Bachruddin
v
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmatNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Drs. Agus Supriyanto, M.Kes. selaku dosen pembimbing proyek dan dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan nasihat, masukan, ilmu dan bimbingan dari awal proyek ini dilaksanakan hingga penulisan skripsi, 2.
Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. selaku Pembimbing II dan dosen wali yang senantiasa memberikan masukan, nasihat, koreksi, waktu, dan ilmunya selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini,
3. Prof. Win Darmanto, M.Si., Ph.D. selaku dosen penguji yang senantiasa membimbing, menasehati, memberikan masukan, koreksi dan ilmunya hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan, 4. Keluarga tercinta : Ibu Lilik Farida, Ayah Untung Suyitno, dan Adik Muhammad Robeth Aulia yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa dan motivasi positif, dan dukungan moril maupun materiil yang tiada batasnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, 5. Segenap staf laboratorium dan seluruh staf pengajar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga atas segala ilmu, bantuan, pelayanan yang baik selama proses penelitian dan perkuliahan hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan,
vi
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Beberapa rekan di Desa Tlasih, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Cak Wa dan Mas Mei yang sudah membantu penelitian selama di lapangan, 7. Teman-teman proyek probiotik akuakultur Muhammad Bachruddin, Erick Fernando, Hilda Lolita, Amirotul Latifah, dan Fauziah Rizki yang berjuang bersama-sama selama di laboraturium, lapangan dan sampai penulisan skripsi ini selesai, 8. Teman-teman dari maba sampai sekarang Fairuz Nabil Izdihar, Muhammad Nadhif, Ahmad Rafdi Wiharja, Satria Permana Putra, Sadewo Dwi Cahyo, Radityo Dharmawan, dan Purnomo yang tak pernah lelah mendengar keluh kesah, yang selalu memotivasi dari masa perkuliahan, proposal hingga penulisan dan penyelesaian skripsi, hingga 9. Teman-teman Biologi angkatan 2012 terima kasih untuk semangat, momen berharga, ilmu dan pertemanan yang indah selama empat tahun perkuliahan yang diberikan kepada penulis. Semoga kita semua sukses.
vii
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Muhammad Bachruddin. 2016. Pengaruh Variasi Dosis Probiotik Pada Air Budidaya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone). Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Agus Supriyanto, M.Kes, dan Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada beda variasi dosis probiotik pada air budidaya terhadap petumbuhan dan mortalitas Udang Vaname. Penelitian ini bersifat ekperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri atas perlakuan kontrol dan perlakuan variasi dosis probiotik. Perlakuan kontrol (0 mL/10 L air), P1 (1 mL/10 L air), P2 (2 mL/10 L air), P3 (3 mL/10 L air), dan P4 (4 mL/10 L air), yang diberikan pada udang vaname dengan interval pemberian satu kali semingggu. Probiotik mengandung bakteri yang dipakai terdiri atas Lactobacillus plantarum, Lactobacillus fermentum, Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Nitrobacter sp., dan Notrosomonas sp. Variabel terikat pada penelitian ini adalah berat udang, panjang udang, mortalitas, dan nilai konversi pakan. Distribusi data berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnow dan uji Levene test menunjukkan data normal dan homogen. Maka dilakukan uji One Way ANOVA (Analysis Of Varians) dengan derajat signifikansi 5%. Selanjutnya dilakukan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan beda antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beda variasi dosis probiotik pada air budidaya terhadap pertumbuhan dan mortalitas udang vaname. Hasil optimal ditunjukkan pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) dengan nilai rerata berat udang vaname sebesar 7,447 ± 1,193 g/ekor, panjang sebesar 10,390 ± 0,469 cm/ekor, mortalitas sebesar 41%, dan nilai FCR sebesar 0,91.
Kata kunci: Udang vaname, pertumbuhan, probiotik, mortalitas.
viii
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Muhammad Bachruddin. 2016. The Effect of Various Dose Probiotics In The Water To The Growth and Mortality of Vaname Shrimp (Litopenaeus vannamei Boone). This Study was supervised by Drs. Agus Supriyanto, M.Kes, and Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. Department of Biology, Faculty of Sains and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT This study was aimed to determine the different of various dose probiotics in the water to the growth and mortality of Vaname shrimp. This is experimental study by using a completely randomized design. This study consist of treatment control and treatment of various dose of probiotics. Control (0 mL/10 L water), P1 (1 mL/10 L water), P2 (2 mL/10 L water), P3 (3 mL/10 L water) and P4 (4 mL/10 L water) treatment, given to the vaname shrimps with intervals once per week. This probiotic consist of Lactobacillus plantarum, Lactobacillus fermentum, Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Nitrobacter sp., and Notrosomonas sp. Dependent variables in this study are weight of shrimp, length of shrimp, mortality and feed conversion ratio. Data distribution by Kolmogorov-Smirnow and Levene test showed normal and homogeneous. Then tested with One Way ANOVA (Analysis Of Variance) with α = 5%. The next test is Duncan's Multiple Range Test (DMRT) to compare differences between treatments. The results had different of various dose probiotics application in the water showed significance for each treatment on growth and mortality of vaname shrimp. The best results were shown in treatment P2 (2 mL/10 water) with mean value of vaname shrimp weight is 7,447 ± 1,193 g/shrimp, the length is 10,390 ± 0,469 cm/shrimp, mortality is 41%, and the value of FCR is 0.91.
Key words: Vaname shrimp, growth, probiotics, mortality.
ix
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................. ii i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ............................................................ iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... vi ABSTRAK................................................................................................................ viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5 1.3 Asumsi Penelitian ................................................................................ 5 1.4 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 6 1.4.1 Hipotesis kerja............................................................................. 6 1.4.2 Hipotesis statistik ........................................................................ 6 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8 2.1 Tinjauan Umum Udang Vaname ......................................................... 8 2.1.1 Klasifikasi udang vaname .......................................................... 8 2.1.2 Morfologi udang vaname........................................................... 8 2.1.3 Daur hidup udang vaname ......................................................... 10 2.1.4 Penebaran udang vaname .......................................................... 11 2.1.5 Pakan udang vaname ................................................................. 12 2.2 Kualitas Air .......................................................................................... 13 2.3 Tinjauan Umum Probiotik ................................................................... 17 2.3.1 Probiotik ..................................................................................... 17 2.3.2 Mekanisme kerja probiotik ........................................................ 19 2.3.3 Manfaat probiotik ....................................................................... 20 2.4 Tinjauan Umum Bakteri Probiotik ....................................................... 20 2.4.1 Bakteri perombak bahan organik ............................................... 20 2.4.2 Bakteri nitrifikasi ....................................................................... 24 2.4.3 Bakteri asam laktat .................................................................... 26 BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 29 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29 3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................... 29 3.2.1 Bahan penelitian ......................................................................... 29 3.2.2 Alat penelitian ............................................................................ 30
x
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.3 Rancangan Penelitian .......................................................................... 30 3.3.1 Variabel penelitian ..................................................................... 31 3.4 Prosedur Penelitian .............................................................................. 31 3.4.1 Tahap sebelum pemeliharaan .................................................... 31 3.4.2 Tahap persiapan dan penebaran benur udang vaname .............. 33 3.4.3 Tahap pemeliharaan udang vaname .......................................... 34 3.4.4 Tahap pemanenan udang vaname .............................................. 35 3.4.5 Prosedur pengumpulan data ....................................................... 36 3.4.6 Skema prosedur penelitian ......................................................... 38 3.5 Analisis Data ........................................................................................ 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40 4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 40 4.1.1 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap berat udang vaname .................................................... 40 4.1.2 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap panjang udang vaname................................................ 42 4.1.3 Pengaruh pemberian probiotik berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname ........................................................... 44 4.1.4 Penghitungan nilai FCR............................................................. 45 4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47 4.2.1 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap berat udang vaname .................................................... 47 4.2.2 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap panjang udang vaname................................................ 49 4.2.3 Pengaruh pemberian probiotik berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname ........................................................... 50 4.1.4 Penghitungan nilai FCR............................................................. 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 53 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 53 5.2 Saran ..................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55 LAMPIRAN
xi
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Nomor 2.1 2.2 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4
Judul
Halaman
Persentase Pakan Udang Vaname ............................................ Parameter Kualitas Air Tambak ............................................... Rancangan Penelitian ............................................................... Rata-rata berat udang vaname .................................................. Rata-rata panjang udang vaname ............................................. Persentase mortalitas udang vaname ........................................ Perhitungan rasio konversi pakan atau FCR ............................
13 14 31 41 43 44 46
xii
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Judul
Halaman
Udang vaname .............................................................................. Morfologi Udang Vaname ............................................................ Daur Hidup Udang Vaname ......................................................... Sel Bacillus subtilis dengan SEM ................................................. Sel Bacillus megaterium dengan SEM ......................................... Sel Bacillus licheniformis dengan mikroskopis cahaya (x1000) .. Sel Nitrosomonas sp. dengan SEM .............................................. Sel Nitrobacter sp. dengan SEM .................................................. Sel Lactobacillus plantarum dengan SEM ................................... Sel Lactobacillus fermentum dengan mikroskop cahaya (x1000) Grafik berat udang vaname........................................................... Grafik panjang udang vaname ...................................................... Grafik pengaruh pemberian probiotik terhadap mortalitas udang
8 8 10 21 22 23 24 25 26 27 41 43 45
xiii
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2 3 4 5
6
Judul
Halaman
Data berat dan panjang udang vaname selama 60 hari ................. 62 Tabel pemberian pakan selama 60 hari ........................................ 69 Tabel parameter lingkungan ......................................................... 71 TPC starter mikroba probiotik ...................................................... 72 Analisis statistik data laju berat dan panjang udang vaname ....... 73 5.1 Uji Normalitas data ................................................................. 73 5.2 Uji Homogenitas data ............................................................. 74 5.3 Uji One Way ANOVA (Analysis Of Varian) ........................... 74 5.4 Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) ............................. 75 Foto alat, bahan, dan hasil penelitian ........................................... 76
xiv
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negeri kepulauan, negeri bahari dengan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Hampir 75% dari seluruh wilayah Indonesia merupakan perairan pesisir dan lautan. Terbentang di garis khatulistiwa, perairan laut nusantara menopang aneka kehidupan hayati (Dahuri, 2003). Dahuri (2004) mengemukakan bahwa data potensi luas lahan tambak di Indonesia mencapai 913.000 Ha dan yang dapat termanfaatkan baru sekitar 40% atau seluas 344.759 Ha. Kontribusi produk perikanan yang berasal dari tambak udang cukup tinggi, yaitu mencapai 38% dari hasil produk budidaya perikanan secara keseluruhan (Cholik et al., 2005). Menurut data yang ada bahwa lebih dari 65% produksi udang dunia adalah udang vaname (Newman, 2010). Sejak 4 tahun terakhir, budidaya udang ini mulai merebak dengan cepat di kawasan Asia, seperti Taiwan, Cina, dan Malaysia, bahkan kini di Indonesia (Haliman dan Adijaya, 2007). Baru-baru ini kultur udang hampir di seluruh dunia mengalami kontaminasi virus dan bakteri yang menyebabkan kerugian besar (Nogami and Meada, 1992). Di Cina misalnya, produksi udang menurun drastis dari 200.000 ton pada 1992, turun menjadi hanya 55.000 ton dalam tahun 1994 (Sugita dan Ahibuya, 1996). Penurunan drastis ini karena beberapa faktor, antara lain adanya bakteri patogen, dan limbah dari sisa pakan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, mortalitas udang dan kualitas air budidaya.
1 SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
Kenyataannya banyak mikroorganisme patogen yang hidup di perairan seperi Vibrio (Lay, 1992). Bakteri Vibrio pada umumnya menyerang larva udang pada stadia zoea, mysis dan awal pascalarva (Lavilla-Pitogo et al., 1990) sehingga menjadi kendala dalam penyediaan benih udang yang sehat dalam jumlah besar yang diperlukan untuk produksi udang. Sebagian besar budidaya tambak menggunakan antibiotik dalam mengatasi
bakteri
patogen,
namun
ternyata
beberapa
tahun
kemudian
menimbulkan adanya bakteri resisten terhadap antibiotik dalam lingkungan akuatik (Xianghong et al., 1997). Namun penggunaan antibiotik untuk perikanan juga tidak terkendali, misal pemberian dengan dosis yang belum efektif dan berulang-ulang, kandungan jumlah mikroba yang terkandung dalam suatu produk belum relevan dengan kadar yang ditentukan (Soeharsono et al., 2010). Harga antibiotik cukup mahal sehingga membutuhkan biaya tambahan dalam budidaya udang vaname dan penggunaan antibiotik tidak ramah lingkungan. Apalagi dari berbagai sumber ilmiah disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik menyebabkan mutasi kromosom patogen atau akuisisi plasmid (Soeharsono et al., 2010). Selain itu, penurunan budidaya udang disebabkan oleh adanya bahan organik pada perairan budidaya. Bahan organik yang berasal dari pakan yang tidak termakan, plankton mati, aplikasi pemupukan dan feses udang secara berkelanjutan akan terakumulasi di dasar tambak (Boyd, 1990). Akumulasi bahan organik yang tinggi akan meningkatkan laju dekomposisi bahan organik secara anaerob yang menghasilkan senyawa-senyawa toksik seperti amonia. Kondisi anaerob di dasar tambak menyebabkan udang tidak nafsu makan dan akan mudah
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
terserang penyakit. Toksisitas amonia mampu mempengaruhi pH perairan, jika toksisitas amonia meningkat, pH perairan meningkat (Racotta et al., 2003). Akumulasi bahan organik pada sistem tambak udang sudah dapat dideteksi sejak awal masuknya pakan buatan (pelet) ke dalam sistem perairan tambak, sehingga terjadi pencemaran organik yang terakumulasi di sedimen perairan tambak (Garno, 2004). Menurut Raj and Raj (1982), salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan sintasan pada udang yang akan menghadapi fluktuasi perubahan salinitas secara cepat dan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim. Konsumsi makanan dan efisiensi konversi pakan yang merupakan komponen utama pada pertumbuhan dan sintasan dari udang vaname dipengaruhi oleh salinitas dan temperatur (Venkataramaiah et al., 1972). Menurut Verschuere et al., (2000), probiotik adalah agen mikroba hidup yang mampu memberikan keuntungan bagi inang dengan memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan, meningkatkan respon inang terhadap penyakit, dan memperbaiki kualitas lingkungan. Sehingga penggunaan probiotik menjadi solusi untuk menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya produksi seperti pakan, mengganti penggunaan antibiotik yang pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah diperairan (Iribarren et al., 2012). Banyak peneliti berusaha memanfaatkan probiotik dalam air akuakultur untuk mengontrol mikroorganisme patogen, untuk dekomposisi zat
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
organik yang tidak diharapkan dan memperbaiki lingkungan air akuakultur (Soeharsono et al., 2010). Oleh karena itu, pemberian probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan maupun air budidaya (Irianto, 2007). Beberapa jenis mikroba probiotik yang digunakan sebagai perombak bahan organik dari sisa pakan seperti Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, selain itu juga terdapat bakteri nitrifikasi untuk mengurangi kadar amonia seperti Nitrobacter sp. dan Nitrosomonas sp., serta bakteri penghasil asam laktat untuk memperbaiki sistem pencernaan dan menjaga kadar pH air agar optimal seperti Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum. Penggunaan probiotik belum efektif dan efisien, karena dosis yang diberikan belum tepat dan hasil penerapannya berbeda. Sebagaimana umumnya, penerapan pada skala laboratorium lebih terkontrol dibandingkan pada skala lapangan. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya penerapan probiotik pada air budidaya dilakukan pada skala laboratorium dengan menggunakan akuarium bukan pada skala lapangan menggunakan kolam tambak sehingga pengaruh dari berbagai konsentrasi probiotik, kualitas air, dan perlakuan pengelolaan budidaya berbeda. Dengan latar belakang ini, maka penelitian ini diharapkan penggunaan probiotik pada air budidaya yang diberikan dengan dosis yang efektif dari berbagai dosis dengan skala lapangan pada kolam dari drum dengan volume 210 L mampu memperbaiki kualitas air, meningkatkan pertumbuhan udang dan menurunkan mortalitas udang vaname.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap berat udang vaname?
2.
Apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap panjang udang vaname?
3.
Apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap mortalitas udang vaname?
4.
Berapa nilai rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) pada udang vaname?
1.3 Asumsi Penelitian Budidaya
udang
vaname
dihadapkan
beberapa
masalah
dalam
pengembangan tambak udang di Indonesia antara lain kecenderungan penurunan produktivitas dan tingkat mortalitas udang yang tinggi, salah satu penyebabnya adalah bakteri patogen yang menimbulkan penyakit dan rendahnya kualitas air tambak. Selain itu, kualitas air terutama bahan organik dan kadar total amonia yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor penyebab penurunan produksi udang. Probiotik
merupakan
konsorsium
mikroba
menguntungkan
yang
bermanfaat untuk meningkatan produksi akuakultur sebagai makanan tambahan, meningkatan kinerja pertumbuhan, resistensi terhadap penyakit, dan meningkatan kualitas air. Beberapa jenis mikroba probiotik yang digunakan diantaranya bakteri perombak bahan organik seperti Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
megaterium, selain itu juga terdapat bakteri nitrifikasi seperti Nitrobacter sp. dan Nitrosomonas sp., serta bakteri penghasil asam laktat seperti Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum. Penggunaan probiotik akan dilakukan pada air budidaya dengan penelitian dalam skala lapangan sehingga sangat berpengaruh pada dosis yang diberikan. Dari penjelasan tersebut, penelitian diasumsikan bahwa pemberian variasi dosis probiotik yang efektif pada air budidaya akan meningkatkan pertumbuhan dan dapat menurunkan mortalitas udang vaname. 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja Jika pemberian variasi dosis probiotik dapat meningkatkan mutu biota akuatik, maka ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap pertumbuhan dan mortalitas udang vaname. 1.4.2 Hipotesis statistik Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : H0a : Tidak ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dalam berbagai variasi dosis terhadap berat udang vaname. H1a : Ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dalam berbagai variasi dosis terhadap berat udang vaname. H0b : Tidak ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dalam berbagai variasi dosis terhadap panjang udang vaname. H1b : Ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dalam berbagai variasi dosis terhadap panjang udang vaname.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Mengetahui bahwa apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap berat udang vaname. 2. Mengetahui bahwa apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap panjang udang vaname. 3. Mengetahui bahwa apakah ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan berbagai variasi dosis terhadap tingkat mortalitas udang vaname. 4. Mengetahui nilai rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) pada udang vaname. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian akuakultur diharapkan dapat memberikan manfaat yakni, dapat menurunkan penggunaan antibiotik dalam budidaya udang vaname sehingga beralih ke penggunaan probiotik, serta mengetahui pemberian dosis probiotik pada air budidaya yang efisien dan efektif sehingga mendukung kualitas air budidaya, meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan mortalitas udang vaname serta dapat digunakan sebagai informasi ilmiah untuk kepentingan budidaya udang vaname di Indonesia.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Udang Vaname 2.1.1 Klasifikasi Udang Vaname Menurut Wyban et al., (2000), klasifikasi udang vaname sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Anthropoda
Kelas
: Crustacea
Ordo
: Decapoda
Famili
: Penaidae
Genus
: Litopenaeus
: Litopenaeus vannamei Boone Gambar 1. Udang vaname. Sumber: Boone, 2007 2.1.2 Morfologi Udang Vaname
Spesies
Gambar 2. Morfologi Udang Vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) Keterangan: 1. Kelopak mata 2. Antennulae 3. Antenna 4. Maxilliped I
7. Pleopod 8. Rostrum 9. Antennal spine 10. Supraorbital spine
13. Hepatic 14. Cardia cregion 15. Telson 16. Uropod
8 SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Maxilliped II 6. Periopod
9
11. Orbital spine 12. Hepatic spirse
Tubuh udang yang dilihat dari luar terdiri dari bagian, yaitu bagian depan yang disebut cephalothorax, karena menyatunya bagian kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut abdomen dan terdapat ekor (uropod) diujungnya (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Cephalothorax udang vaname terdiri dari antenna, antennulae, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala ditutupi oleh cangkang yang memiliki ujung runcing dan bergigi yang disebut rostrum. Kepala udang juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki jalan (periopod). Maxilliped memiliki fungsi sebagai sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan (Haliman dan Adijaya, 2005). Bagian abdomen terdiri dari enam ruas, terdapat lima pasang kaki renang pada ruas pertama sampai kelima dan sepasang ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor (telson) pada ruas yang keenam. Dibawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus) (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Ciri khas yang dimiliki oleh udang vaname adalah adanya pigmen karotenoid yang terdapat pada bagian kulit. Kadar pigmen ini akan berkurang seiring dengan pertumbuhan udang, karena saat mengalami molting sebagian pigmen yang terdapat pada kulit akan ikut terbuang. Keberadaan pigmen ini memberikan warna putih kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005).
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
2.1.3 Daur Hidup Udang Vaname
Gambar 3. Daur Hidup Udang Vaname (Atmomarsono et al., 2014) Larva berukuran antara 0,32-0,58 mm, sistem pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia zoea terjadi berkisar antara 15-24 jam setelah stadia nauplius. Larva sudah berukuran antara 1,05-3,30 mm (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia zoea memiliki tiga sub stadia, yang ditandai dengan tiga kali molting. Tiga tahap molting atau tiga sub stadia itu disebut dengan zoea 1, zoea 2 dan zoea 3. Stadia ini, larva sudah dapat makan plankton yang mengapung dalam kolom air. Tubuh akan semakin memanjang dan mempunyai karapaks. Lama waktu dari stadia ini menuju stadia berikutnya berkisar antara 4-5 hari (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia mysis memiliki durasi waktu yang sama dengan stadia sebelumnya dan memiliki tiga sub stadia, yaitu mysis 1, mysis 2 dan mysis 3. Perkembangan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
tubuhnya dicirikan dengan semakin menyerupai udang dewasa serta terbentuk telson dan pleopods. Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. PL-1 berarti Post Larva berumur satu hari. Saat stadia ini, udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan dan sifatnya cenderung karnivora. Umumnya, petambak akan melakukan tebar dengan menggunakan udang yang sudah masuk dalam stadia antara PL-10 hingga PL-15 yang sudah berukuran rata-rata sepuluh millimeter (Haliman dan Adijaya, 2005). Pertumbuhan udang vaname dipengaruhi dua faktor yaitu frekuensi molting/ganti kulit (waktu antara molting) dan pertumbuhan pada setiap molting. Tubuh udang mempunyai karapaks/kulit luar yang keras, sehingga pada setiap kali berganti kulit, karapaks terlepas dan akan membentuk karapaks baru. Ketika karapaks masih lunak, udang berpeluang untuk dimangsa oleh udang lainnya (Atmomarsono et al., 2014). 2.1.4 Penebaran Udang Vaname Menurut Sumantadinata et al., (1985), kepadatan merupakan jumlah organisme budidaya (ekor) yang ditebar per satuan luas atau volume kolam atau wadah pemeliharaan lain. Sifat dan tingkah laku udang, jenis dan media maupun daya dukung perairan tambak menentukan kepadatan udang yang dipelihara (Tarsim, 2000). Udang vaname dapat tumbuh baik dengan kepadatan tebar yang tinggi, yaitu 60-150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004). Strumer et al., (1992) menyatakan bahwa udang vaname dapat ditebar dengan kepadatan 50-200 ekor/m2.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan panjang dan berat individu (Gomes et al., 2000). Kepadatan tebar sangat mempengaruhi produksi budidaya udang (Jackson and Wang, 1998). Pada Brycon cephalus, meningkatnya kepadatan menurunkan pertumbuhan dan homogenitas tetapi meningkatkan produksi (Gomes et al., 2000). Savolainena et al., (2004) menyatakan bahwa peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan berat dan panjang individu yang dihasilkan tetapi akan meningkatkan biomassa total. Beberapa hal penting proses penebaran udang yakni warna, ukuran, panjang dan bobot sesuai umur Post Larva (PL), kulit dan tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif, dan menyebar di dalam wadah (Haliman dan Adijaya, 2005). Selain itu, aklimatisasi atau proses adaptasi benur terhadap suhu maupun salinitas juga merupakan hal penting dalam penebaran benur (Haliman dan Adijaya, 2005). 2.1.5 Pakan Udang Vaname Menurut Allsopp et al., (2008) budidaya secara intensif merupakan budidaya
dengan
kepadatan
tinggi
dan
pemberian
pakan
sepenuhnya
menggunakan pakan buatan. Udang hanya dapat meretensi protein pakan sekitar 16,3-40,87% (Avnimelech, 1999; Hari et al., 2004) dan sisanya dibuang dalam bentuk feses dan residu pakan. Kandungan protein pada pakan untuk udang vaname relatif lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al., (2004), udang vaname membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%. Namun, ukuran dan jumlah
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat, sehingga udang tidak mengalami kekurangan dan kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005). Tabel 2.1. Persentase Pakan Udang Vaname Umur Udang (hari)
Bentuk Pakan
Frekuensi Pakan (Hari)
1-15
Crumble
2
16-30
Crumble
2
31-45
Pellet
2
46-60
Pellet
2
61-75
Pellet
2
76-90
Pellet
2
91-105
Pellet
2
Sumber: Atmomarsono et al., (2014) 2.2 Kualitas Air Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal. Oleh karena itu, kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama (Haliman dan Adijaya, 2005). Salinitas dan pH air di tambak berhubungan erat dengan keseimbangan ionik dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Udang muda yang berumur antara 1-2 bulan memerlukan kadar garam yang berkisar antara 15-25 ppt agar pertumbuhannya dapat optimal. Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada kisaran salinitas 5-30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat musim kemarau, salinitas air tambak dapat menjadi hypersaline (berkadar garam tinggi, lebih dari 40 ppt). Air tambak memiliki pH ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya (Haliman dan Adijaya, 2005). pH air tambak dapat berubah menjadi
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
asam karena meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa pakan atau yang lain. pH air yang asam dapat diubah menjadi alkalis dengan penambahan kapur (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Suhu optimal untuk pertumbuhan udang vaname adalah berkisar antara 2632 °C. Jika suhu lebih dari angka optimum, maka metabolisme udang akan berlangsung cepat dan kebutuhan oksigen akan meningkat. Kadar oksigen dalam tambak mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7-8 ppm. Namun udang dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum berkisar antara 4-6 ppm (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Beberapa parameter kualitas air yang harus terus diamati selama proses budidaya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.2. Parameter Kualitas Air Tambak Parameter
Optimal
Toleransi
DO
>4 ppm
>3 ppm
Temperatur
28-32 °C
26-35 °C
Salinitas
15-25 ppt
0-35<35 ppt
pH
7,5 – 8
7-8,5
NH3
0 ppm
0,1-0,5 ppm
NO2-
0 ppm
0,1-1 ppm
H2S
0 ppm
0,001 ppm
Alkalinitas
100-120 ppm
>100 ppm
Kecerahan
25-40 cm
Pestisida/insektisida
0 ppb
Warna air
Hijau kecoklatan
Sumber: Atmomarsono et al., (2014)
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Kadar gas-gas yang mencemarkan perairan, seperti amonia (NH3), gas metana dan asam sulfida (H2S) harus selalu dipantau dan diperhatikan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Amonia berasal dari hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran udang. Oleh karena amonia dan nitrit adalah senyawa beracun, maka harus diubah menjadi nitrat. Kekeruhan air tambak berhubungan erat dengan banyaknya fitoplankton yang tumbuh dalam tambak. Batas kekeruhan air tambak yang dianggap cukup adalah bila angka seichi disk berkisar antara 25-45 cm (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Suhu air optimal bagi perkembangan hidup udang adalah antara 28-30 ºC. Pada kisaran suhu tersebut konsumsi oksigen cukup tinggi sehingga nafsu makan udang tinggi dan pada suhu dibawah 20 ºC, nafsu makan udang menurun (Wardoyo, 1997). Menurut Chien (1992), udang bersifat euryhaline yaitu mampu menyesuaikan diri pada kisaran salinitas yang cukup tinggi 3-45 ppt. Udang mempunyai tekanan osmosis tubuh tertentu, sehingga jika salinitas lingkungan perairan tidak sesuai akan mengakibatkan energi untuk osmoregulasi menjadi lebih besar (Harris, 1998). Ginting (1985) menyatakan bahwa salinitas habitat tambak kurang dari 10 ppt atau lebih besar dari 34 ppt akan mengakibatkan udang stress yang lebih lanjut dapat menyebabkan kematian. Udang akan tumbuh baik pada salinitas 15-35 ppt (Budiardi, 1999), dan salinitas ideal untuk pembesaran udang antara 15-25 ppt. Perubahan salinitas secara cepat umumnya menyebabkan tingkat kematian udang yang tinggi (Chien, 1992).
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Kadar O2 terlarut di perairan untuk pertumbuhan yang normal bagi udang yaitu berada pada kisaran 4-7 mg/L (Poernomo, 1988). Lebih lanjut dinyatakan bahwa udang telah memperlihatkan gejala abnormal, dengan berenang ke permukaan pada kadar O2 terlarut 2,1 mg/L pada suhu 30 ºC, dan pada kadar 3 mg/L walaupun tidak memperlihatkan gejala abnormal tetapi masih dibawah kondisi optimum, sehingga dalam jangka panjang akan mempengaruhi laju pertumbuhan udang. Boyd (1991) mengemukakan bahwa kandungan O2 terlarut yang dapat menunjang kehidupan udang secara normal dan baik untuk pertumbuhan adalah 5 mg/L sampai konsentrasi jenuh. Lebih lanjut dinyatakan bahwa untuk kandungan O2 yang kurang dari 1 mg/L dapat menyebabkan kematian jika berlangsung selama beberapa jam dan untuk kisaran O2 antara 1-5 mg/L pertumbuhan akan terganggu jika berlangsung secara terus-menerus. Perubahan nilai pH berpengaruh terhadap laju reaksi kimia serta tekanan osmosis yang terjadi di perairan dan tubuh udang (Wardoyo, 1997). Menurut Wardoyo (1997), nilai pH yang ideal untuk udang ialah 6,8-9,0 sedangkan pH air dengan kisaran antara 4,5-6,0 dan 9,8-11,0 menyebabkan terganggunya metabolisme udang. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa pada pH <4,0 dan >11,0 udang akan mati. Amonia merupakan senyawa nitrogen yang bersifat toksik bagi udang (Handojo, 1994). Menurut Zoneveld et al., (1991), dalam bentuk yang tidak terionisasi amonia merupakan racun bagi organisme budidaya walaupun pada saat
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
konsentrasi sangat rendah. Menurut Boyd (1982) bahwa konsentrasi letal amonia adalah 0,4-2,0 mg/L. 2.3 Tinjauan Umum Probiotik 2.3.1 Probiotik Arti kata probiotik mengandung arti “pro” dan “bios” berasal dari bahasa Yunani. Selanjutnya secara luas digunakan definisi menurut Yousefian and Amiri (2009), yaitu suplementasi sel mikroba hidup pada pakan yang menguntungkan inangnya dengan memperbaiki keseimbangan dalam intestinalnya. Dalam Irianto (2003) dinyatakan bahwa probiotik selain untuk perbaikan pakan, dimaksudkan juga untuk perbaikan lingkungan hidupnya. Yousefian and Amiri (2009) menyatakan bahwa probiotik dalam akuakultur berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan sistem imun dengan perubahan komunitas bakteri intestinalnya. Beberapa karakter penting yang digunakan dalam memilih jenis bakteri probiotik yang akan diaplikasikan dilapangan meliputi (1) tidak bersifat patogen pada inang dan konsumen (jika diproduksi massal), (2) tidak mengganggu keseimbangan ekosistem usus, (3) bakteri yang digunakan dapat diproduksi dan memiliki potensi yang tinggi dalam membunuh bakteri patogen, (4) mudah diperbanyak dan dipelihara, (5) dapat hidup, bertahan dan berkembangbiak di dalam usus inang, (6) mampu hidup pada kisaran pH yang lebar, (7) dapat hidup dan berkembang didalam wadah pemeliharaan ikan, (8) dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala industri, (9) dapat bertahan pada waktu yang lama
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
pada penyimpangan maupun dilapangan (Fuller, 1989; Feliatra et al., 2004; Verschuere et al., 2000). Penggunaan probiotik pada akuakultur adalah antisipasi sebagai strategi yang paling baik untuk pencegahan dari infeksi mikrobia dan untuk mengganti antibiotik dan kemoterapi. Keuntungan dan keamanan yang didapatkan dari industri di luar akuakultur tentang bakteri asam laktat, telah mempercapat diterimanya probiotik dalam bidang akuakultur (Zizhang et al., 2009). Pertumbuhan yang cepat budidaya perikanan telah menyokong kebutuhan sektor produksi pangan sehingga membutuhkan intensifikasi dan diversifikasi budidaya perikanan (Denev et al., 2009). Hagi and Hoshimo (2009) menyatakan bahwa
akuakultur
dikembangkan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
keberlanjutan kebutuhan udang tangkapan, tetapi seringkali dikultur dengan kepadatan tinggi untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, hingga kematian udang cenderung mudah terjadi dan menyebar dengan cepat. Moriarty (1999) dan Suprapto (2005) menggunakan probiotik yang mengandung Bacillus, Lactobacillus, Nitrobacter sp. dan Nitrosomonas sp. untuk tambak udang dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas air melalui dekomposisi materi organik, menyeimbangkan komunitas mikroba serta menekan pertumbuhan patogen sehingga menyediakan lingkungan yang lebih baik bagi kehidupan udang. Bakteri probiotik akan melakukan aktivitas penghambatan terhadap patogen jika berada dalam jumlah yang besar yaitu saat jumlah substansi yang dihasilkan seperti asam amino, vitamin, molekul anti mikroba, tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat untuk melakukan aktivitas.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Pemberian secara berkelanjutan selama periode breeding merupakan aturan yang harus diberikan untuk menjaga ketersediaan dan rata-rata jumlah probiotik yang tinggi supaya jumlahnya bisa permanen dalam saluran pencernaan maupun media akuakultur (Soeharsono et al., 2010). 2.3.2 Mekanisme Kerja Probiotik Prinsip mekanisme kerja probiotik pada akuakultur meliputi (1) Kompetisi eksklusif (competitive exclusion) terhadap bakteri patogen misalnya Pseudomonas terhadap beberapa Vibrio sebagai patogen pada udang (2) Pengaktifan respon imun atau menstimulasi imunitas (3) Kompetisi untuk reseptor perlekatan pada epitel saluran pencernaan (4) Kompetisi untuk mendapatkan nutrisi (5) Mengeluarkan substansi antibakteri dan (6) Dekomposisi zat organik yang tidak diharapkan, sehingga lingkungan akuakultur lebih baik (Soeharsono et al., 2010). Aplikasi probiotik di air pemeliharaan telah dilaporkan mampu memperbaiki kualitas air. Bacillus spp. salah satu contoh bakteri probiotik yang efisien digunakan dalam budidaya perairan karena mampu mengubah bahan organik (sisa pakan) menjadi CO2 yang digunakan dalam metabolisme sel. Namun, tidak semua bakteri probiotik memiliki kemampuan memperbaiki kualitas air. Bakteri lain seperti Nitrobacter, Pseudomonas, Enterobacter, dan Cellulomonas hanya mampu melakukan proses nitrifikasi pada kolam pemeliharaan dengan kadar amonia tinggi (Rengpipat et al., 2000).
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
2.3.3 Manfaat probiotik Menurut Simarmata (2006) mekanisme penggunaan probiotik dalam meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan pengendalian secara biologis dapat diringkas sebagai berikut: Menguraikan senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama NH3, NO2- dan H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada dasar tambak. Antagonisme yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan patogen. Kompetisi yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen dalam memanfaatkan faktor tumbuh. Immunostimulan yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari inang atau organisme menguntungkan dalam ekosistem tambak. Meningkatkan
status
nutrisi
yaitu
mikroba
probiotik
meningkatkan
ketersediaan hara dan penguraian hara pada inang. Penggunaan probiotik mampu memperbaiki lingkungan tambak seperti memperbaiki nilai potensial redoks sedimen tambak, menurunkan konsentrasi amonia, bahan organik total (BOT) dan menekan populasi Vibrio sp. di air tambak (Gunarto et al., 2006). 2.4 Tinjauan Umum Bakteri Probiotik 2.4.1 Bakteri Perombak Bahan Organik Penggunaan bakteri probiotik sebagai bakteri pengurai bahan organik juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan lingkungan budidaya yang berefek
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
pada peningkatan kesehatan udang sehingga tidak mudah stress sehingga tahan terhadap serangan penyakit. Bakteri perombak bahan organik terdiri atas Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis. Penggunaan probiotik di tambak pembesaran umumnya ditujukan untuk memperbaiki kualitas air seperti menguraikan bahan organik dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, dan juga oleh kotoran udang. Semakin tinggi dosis pakan yang digunakan tentunya akan semakin banyak sisa pakan yang tidak termanfaatkan sehingga akan mencemari lingkungan budidaya itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan probiotik untuk menguraikan sisa pakan tersebut. Penggunaan probiotik pada dosis pakan yang berbeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan probiotik tersebut untuk menguraikan bahan organik dari sisa pakan yang berlebih (Muliani et al., 2010). A. Bacillus subtilis Klasifikasi bakteri Bacillus subtilis adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Species
: Bacillus subtilis
(Garrity et al., 2004)
Gambar 4. Sel Bacillus subtilis dengan SEM. Sumber: Morikawa et al., 2006
Bacillus subtilis memiliki bentuk batang dengan ukuran 0,3-3,2 μm x 1,277,0 μm. Bacillus subtilis sebagian motil, flagellumnya khas lateral, membentuk endospora dimana endosporanya tidak lebih dari satu sel sporangium, merupakan bakteri Gram positif, merupakan organisme kemoorganotrof, dan bersifat aerobik sejati atau anaerobik fakultatif (Pelczar dan Chan, 2012). Ciri pembeda yang
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
menonjol dari bakteri ini adalah kemampuannya dalam membentuk endospora. Endosporanya memiliki resistensi tinggi terhadap panas dan dapat bertahan hidup lama (Pelczar dan Chan, 2010). Kemampuan bakteri Bacillus subtilis yang diberikan pada hewan akuatik mampu meningkatkan pertumbuhan dan resisten terhadap infeksi bakteri patogen Vibrio (Rengpipat et al., 2000). Hal ini dipengaruhi oleh keberadaan bakteri probiotik yang meningkatkan sistem imunitas tubuh inang tersebut. Aplikasi probiotik di air pemeliharaan telah dilaporkan mampu memperbaiki kualitas air. Bacillus spp. salah satu contoh bakteri probiotik yang efisien digunakan dalam budidaya perairan karena mampu mengkonversi bahan organik (sisa pakan) menjadi CO2 yang digunakan dalam metabolisme sel. B. Bacillus megaterium Klasifikasi bakteri Bacillus megaterium adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Species
: Bacillus megaterium
(Garrity et al., 2004)
Gambar 5. Sel Bacillus megaterium dengan SEM. Sumber: Morikawa et al., 2006
Bacillus megaterium merupakan bakteri berbentuk batang, biasanya berantai, termasuk dalam kelompok bakteri Gram positif, merupakan organisme aerob, namun juga dapat hidup dalam keadaan anaerob, resisten terhadap kondisi ekstrim karena mempunyai endospora. Bacillus megaterium bergerak (motil) menggunakan flagel, sporanya lebih tahan dibandingkan bentuk vegetatifnya
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
terhadap pemanasan, kekeringan, bahan preservatif makanan, dan pengaruh lingkungan lainnya (Naim, 2003). Berdasarkan kemampuan degradatif terhadap bahan organik, beberapa jenis bakteri Bacillus telah digunakan sebagai pupuk biologi atau konsorsium bakteri
sebagai
inokulasi
penanganan
limbah
organik
secara
aerobik
(Sutariningsih, 2002). C. Bacillus licheniformis Klasifikasi bakteri Bacillus licheniformis adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Family
: Bacillaceae
Gambar 6. Sel Bacillus licheniformis dengan mikroskop cahaya Species : Bacillus licheniformis (x1000). Sumber: Bahamdain (Garrity et al., 2004) et al., 2015 Genus
: Bacillus
Bacillus licheniformis merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang dengan panjang antara 1,5-3 µm dan lebar antara 0,6-0,8 µm. Spora dari bakteri ini pada sentral atau parasentral berbentuk batang silindris. Suhu pertumbuhannya adalah 50-55 °C dan suhu minimumnya 15 °C (Mao et al., 1992). Bacillus
licheniformis
merupakan
spesies
bakteri
yang
mampu
menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi (Mao et al., 1992), dan berkembang biak dengan cepat sehingga menjadi protein mikrobial. Bacillus licheniformis bersifat proteolitik sehingga membantu mencerna protein (Rao et al., 1998), sehingga membantu kecernaan protein dibanding mikroba lainnya.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
2.4.2 Bakteri Nitrifikasi Boyd (1990) menyatakan nitrifikasi adalah oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri autotrof Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. adalah termasuk genera dari bakteri autotrof di dalam air tawar, laut dan payau. Tahapan nitrifikasi pada siklus nitrogen dinyatakan dalam bagan siklus nitrogen (Whitehead and William, 1982). Nitrifikasi merupakan suatu proses oksidasi enzimatik yang dilakukan oleh sekelompok jasad renik/bakteri dan berlangsung dalam dua tahap yang terkondisikan sebagai berikut: 1. Tahap pertama yaitu nitritasi. Pada proses ini reaksi berlangsung dari amonia diubah menjadi nitrit yang melibatkan bakteri Nitrosomonas sp. dengan persamaan reaksi (Effendi, 2003) sebagai berikut. 2NO2- + 2H+ + 2H2O
2NH3 + 3O2 Nitrosomanas sp.
2. Tahap kedua yaitu nitratasi. Pada proses tahap kedua reaksi diperankan oleh bakteri Nitrobacter sp. yang melakukan oksidasi dari nitrit ke nitrat dengan persamaan reaksi. 2NO2- + O2
2NO3Nitrobacter sp.
A. Nitrosomonas sp. Klasifikasi bakteri Nitrosomonas sp. adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria
SKRIPSI
Phyllum
: Proteobacteria
Class
: BetaProteobacteria
Ordo
: Nitrosomonadales
Family
: Nitrosomonadaceae
Genus
: Nitrosomonas
Gambar 7. Sel Nitrosomonas sp. dengan SEM. Sumber: Engel, 1961
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Species
25
: Nitrosomonas sp.
(Garrity et al., 2004) Bakteri Nitrosomonas sp. merupakan bakteri yang berperan dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit dalam siklus nitrogen. Secara morfologis bakteri ini berbentuk batang pendek, memiliki bentuk sel elips, motil dan non motil, terdapat dalam bentuk konsorsium, berpasangan sebagai rantai pendek maupun sendiri. Bakteri ini adalah bakteri Gram negatif. Sel tumbuh bebas pada medium dan membentuk matriks tipis. Bakteri ini dapat tumbuh optimum pada suhu 5-30 °C dan pH optimum 5,8-8,5 serta hidup pada habitat air laut, air tawar dan tanah (Holt et al., 1994) Nitrosomonas sp. adalah bakteri yang mengoksidasi amonia menjadi nitrit sebagai proses metabolisme. Nitrosomonas sp. ditemukan di tanah, air tawar, dan pada permukaan bangunan, terutama di daerah yang mengandung tingkat tinggi senyawa nitrogen. Nitrosomonas sp. lebih menyukai pH optimum 7,5-8,5 dan kisaran suhu 20-30 °C (Boyd, 1990). B. Nitrobacter sp. Klasifikasi bakteri Nitrobacter sp. adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Proteobacteria
Class
: AlphaProteobacteria
Ordo
: Rhizobiales
Family
: Bradyrhizobiaceae
Genus
: Nitrobacter
Species
: Nitrobacter sp.
(Garrity et al., 2004)
SKRIPSI
Gambar 8. Sel Nitrobacter sp. dengan SEM. Sumber: Zavarzin et al., 1959.
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Bakteri Nitrobacter sp. berperan dalam siklus nitrogen dengan mengoksidasi nitrit yang merupakan hasil dari oksidasi bakteri Nitrosomonas sp. menjadi nitrit. Nitrobacter sp. menggunakan energi oksidasi dari ion nitrit menjadi nitrat. Habitat Nitrobacter sp. berada dalam tanah, air tawar, laut, payau, lumpur, dan batuan berpori-pori. Berbentuk batang, ellipsoidal, dan spiral, Gram negatif, sel motil, dan non motil serta kemoautotrof. Sel motil memiliki flagel polar atau lateral. Nitrobacter sp. membutuhkan pH yang optimum untuk pertumbuhannya antara 5,8-8,5 (Holt et al., 1994). 2.4.3 Bakteri Asam Laktat Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri Gram positif berbentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora, tidak motil dan bersifat anaerob. Kelompok bakteri ini sangat diperlukan, hal ini dikarenakan bakteri asam laktat membentuk senyawa antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. A. Lactobacillus plantarum Klasifikasi bakteri Lactobacillus plantarum adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Lactobacillales
Family
: Lactobacillaceae
Genus
: Lactobacillus
Spesies
: Lactobacillus plantarum Gambar (Garrity et al., 2004).
9. Sel Lactobacillus plantarum dengan SEM. Sumber: Bronze, 2008
Lactobacillus plantarum merupakan bakteri Gram positif yang ditemukan dalam berbagai relung. Relung ini termasuk susu, daging, sayur fermentasi, dan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
saluran pencernaan manusia. Bakteri ini berbentuk batang dan tidak mempunyai spora, tumbuh baik pada suhu 15-45 ºC dan pH asam yaitu 3,2, termasuk bakteri fakultatif anaerob yang berarti dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen, dan merupakan bakteri asam laktat heterofermentatif. Fungsi utama dari bakteri ini adalah konversi fermentasi gula hadir dalam bahan baku menjadi asam laktat (De Vries et al., 2006). B. Lactobacillus fermentum Klasifikasi bakteri Lactobacillus fermentum adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Lactobacillales
Family
: Lactobacillaceae
Genus
: Lactobacillus
Spesies
: Lactobacillus fermentum
Gambar
10.
(Garrity et al., 2004).
Sel Lactobacillus fermentum. Sumber: Claesson et al., 2007
Lactobacillus fermentum mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan mengkilat. Secara mikroskopis Lactobacillus fermentum memiliki ciri selnya berbentuk basil, Gram positif, tidak motil, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, termasuk anaerob fakultatif, katalase negatif, dan oksidase positif (Holt, 1994). Aktivitas antimikroba BAL disebabkan terutama oleh asam organik yang diproduksi sebagai hasil metabolisme glukosa seperti asam laktat dan asam asetat (Bogaert and Naidu, 2000). Lactobacillus sp memiliki mekanisme kerja dengan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
tidak dapat mendisosiasi asam organik yang masuk kedalam sel bakteri dan mendisosiasi sitoplasma, penurunan pH intraseluler secara berkala atau akumulasi interseluler dari ionisasi asam organik sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Markas and De Vyust, 2006).
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yakni di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya digunakan untuk membuat probiotik dan di Desa Tlasih, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo untuk pemeliharaan dan pengambilan data. Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan dimulai bulan September 2015 sampai Mei 2016. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit udang vaname, air, konsorsium mikroba yang terdiri atas Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis,
Bacillus
megaterium,
Nitrobacter
sp.,
Nitrosomonas
sp.,
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum. Media pertumbuhan yang digunakan untuk mikroba tersebut adalah Nutrient Agar (NA) (Oxoid), Yeast Extract 1% (YE) (Oxoid), glukosa 1%, akuades steril, dan molase. Media Total Plate Count (TPC) adalah Nutrient Agar (NA) (Oxoid), glukosa 1%, dan akuades steril.
29 SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
3.2.2 Alat penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ada dua tipe penggunaan, yakni alat-alat yang digunakan di laboratorium dan alat-alat yang digunakan di lapangan. Alat-alat yang digunakan di laboratorium antara lain autoclave (OSK 6500, ALP Co. Ltd), shaker (GFL), timbangan analitik (Shimadzu), colony counter (Galaxy 230), botol kaca (250 mL dan 500 mL), labu Erlenmeyer (Herma dan Duran), Petri dish, tabung reaksi (Pyrex), bunsen, jarum ose, pipet ukur (Pyrex), kapas, cling wrap, gelas ukur (Pyrex), gelas beaker (Pyrex), kertas label, aluminium foil, tisu, kompor listrik, Laminar Air Flow (ESCO), cuvet, spectrophotometer, dan pengaduk. Sedangkan alat-alat yang digunakan digunakan di lapangan antara lain drum dengan volume 210 L, termometer, pH meter, refraktometer, jaring, jerigen, HVS, pensil, timbangan kasar, dan mistar. 3.3 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Aplikasi probiotik diberikan setiap minggu ke air budidaya dengan 5 perlakuan yaitu 1 mL/10 L air budidaya, 2 mL/10 L air budidaya, 3 mL/10 L air budidaya, 4 mL/10 L air budidaya, dan kontrol (pemberian probiotik dosis 0 mL/10 L air budidaya). Setiap perlakuan terdiri dari 6 ulangan dan setiap ulangan diambil 5 sampel udang. Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.1.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian No
Perlakuan
Keterangan
1
K
Probiotik dengan dosis 0 mL/10 L air budidaya
2
P1
Probiotik dengan dosis 1 mL/10 L air budidaya
3
P2
Probiotik dengan dosis 2 mL/10 L air budidaya
4
P3
Probiotik dengan dosis 3 mL/10 L air budidaya
5
P4
Probiotik dengan dosis 4 mL/10 L air budidaya
3.3.1 Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu: a. Variabel bebas
: Dosis probiotik (mL/10 L air)
b. Variabel terikat
: Pertumbuhan meliputi panjang udang (cm), berat udang (gram) dan mortalitas udang vaname yaitu persentase udang mati (%).
c. Variabel kontrol
: Varietas benur udang vaname, umur udang (hari), nilai OD600=1 mikroba dalam probiotik.
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Tahap sebelum pemeliharaan 1. Persiapan Media dan Isolat Sebelum memulai peremajaan isolat, media disiapkan terlebih dahulu, yaitu NA (Nutrient Agar), YE (Yeast Extract), dan glukosa 1%. Semua media yang dilarutkan dengan akuades dan dipanaskan sampai larut dan homogenkan dengan steering hot plate. Peremajaan isolat mikroba pada agar miring meliputi tujuh spesies bakteri, diantaranya Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis,
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
Bacillus megaterium, Nitrobacter sp., Nitrosomonas sp., Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum. Pada masing-masing isolat bakteri diambil satu ose biakan bakteri lalu diinokulasikan ke media NA miring dalam keadaan steril dan diinkubasi di suhu ruang selama 24 jam. 2. Pembuatan Starter Mikroba yang telah diremajakan dan sudah tumbuh, diambil masing masing dua sampai tiga ose lalu diinokulasikan ke media 100 mL YE + glukosa 1%. Proses inokulasi dilakukan di Laminar Air Flow. Setelah itu kultur dihomogenkan menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 5 sampai 6 jam, selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. 3. Pengukuran Kuantitas Mikroba Penghitungan kuantitas bakteri probiotik, dilakukan kultur mikroba dalam media Yeast Extract dilakukan dengan dua pengukuran. Pertama semua kultur masing-masing diukur OD600 = 1 dengan spektrofotometer. Setelah itu dilakukan pengukuran dengan metode Total Plate Count (TPC). Untuk pencawanan dilakukan dengan menggunakan metode pour plate dengan cara menuang 1 mL biakan mikroba dan ± 15 mL media NA + glukosa 1%. Setelah koloni tumbuh pada cawan petri, lalu dilakukan penghitungan koloni menggunakan colony counter dan data yang digunakan adalah data pada seri pengenceran dengan hasil koloni berkisar antara 30-300. Tujuan penghitungan kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah mikroba hidup yang terdapat dalam kultur.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
4. Pembuatan probiotik Pembuatan probiotik cair yakni dengan mencampurkan masing-masing tujuh starter mikroba pada media YE + glukosa 1% sebanyak 100 mL menjadi satu pada wadah konsorsium. Sehingga didapat starter konsorsium dari ketujuh mikroba dengan volume 700 mL. Probiotik terdiri atas 10% starter dan 90% carrier. Carrier dalam probiotik ini berupa molase 3% dan 87% akuades. Probiotik dibuat dengan cara mencampur 700 mL konsorsium mikroba dengan 189 mL molase + 6111 mL akuades. 3.4.2 Tahap persiapan dan penebaran benur udang vaname A. Persiapan media pertumbuhan udang vaname Mempersiapkan kolam dari drum dengan volume 210 liter sebanyak 5 kolam. Mengisi air pada setiap kolam dengan volume 150 L. Memasang aerator yang dihubungkan dengan selang untuk aerasi setiap kolam. Memberi tanda setiap kolam perlakuan yang terdiri dari perlakuan P1 (1 mL/10 L air budidaya), perlakuan P2 (2 mL/10 L air budidaya), perlakuan P3 (3 mL/10 L air budidaya), perlakuan P4 (4 mL/10 L air budidaya), dan perlakuan K (0 mL/10 L air budidaya). B. Penebaran benur udang vaname Pemilihan benur udang yang unggul dan pilih secara acak. Penebaran benur dilakukan pada air yang sudah siap dan dilakukan pada pagi hari. Benur vaname yang digunakan adalah PL-12 (usia 12 hari) dengan berat awal 0,016 g/ekor dan panjang 0,7 cm. Pemilihan benur vaname yang baik adalah setelah mencapai ukuran PL-12 atau organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata,
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus. Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi dengan mengapungkan kantung plastik berisi benur udang di media air. Selanjutnya memasukkan air dari media air budidaya ke kantung plastik benur secara bertahap. Pelepasan benur udang ke media air dengan menenggelamkan kantung plastik berisi benur udang secara perlahan. Benur keluar dengan sendirinya ke kolam. Jika sisa benur yang tidak keluar dari kantung plastik maka dibantu pengeluarannya secara hati-hati. 3.4.3 Tahap pemeliharaan udang vaname A. Pemberian pakan Pemilihan pakan yang baik yaitu telah bersertifikat dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pagi hari, siang hari, dan sore hari. Dosis pakan sesuai dengan Tabel 2.1. Aerator dimatikan 15 menit sebelum dilakukan penebaran pakan. Pakan ditebar secara merata. Aerator dinyalakan 15 menit setelah penebaran pakan. Penyimpanan pakan ditempatkan pada tempat yang terlindung dari hewan dan kering. B. Pengukuran pH Pengukuran menggunakan pH meter. Sebelum dan sesudah pemakaian pH meter, dilakukan pembilasan pada elektroda pH meter dengan akuades. Pengukuran dilakukan pada awal sebelum penebaran dan selanjutnya dilakukan pengukuran tiap seminggu sekali. Pengukuran dengan menempelkan sampel air ke elektroda pada pH meter. Pengukuran dilakukan pada awal sebelum penebaran dan selanjutnya dilakukan pengukuran tiap seminggu sekali setelah pemberian
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
probiotik. C. Pengukuran Suhu Pengukuran menggunakan termometer. Penggunaan termometer dengan menempelkan ujung termometer yang berisi air raksa ke permukaan air. Pengukuran dilakukan dilakukan pada awal sebelum penebaran dan selanjutnya dilakukan pengukuran tiap seminggu sekali setelah pemberian probiotik. D. Pengukuran salinitas Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer. Sebelum dan sesudah pemakaian refraktometer, pembilasan kaca prisma pada refraktometer dengan akuades. Selanjutnya menetaskan sampel air ke refraktometer, pengamatan di tempat yang bercahaya. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya. Setelah pemakaian dilakukan pembilasan kaca prisma dengan akuades, dan menyimpan refraktometer di tempat kering. Pengukuran dilakukan dilakukan pada awal sebelum penebaran dan selanjutnya dilakukan pengukuran tiap seminggu sekali setelah pemberian probiotik. 3.4.4 Tahap pemanenan udang vaname Udang vaname siap panen setelah umur pemeliharaan 60 hari. Pada penelitian ini diukur pertumbuhannya yaitu meliputi panjang dan berat udang serta menghitung mortalitas udang. Kemudian udang diambil menggunakan jaring dan ditampung ke bak penampungan untuk proses pengumpulan data.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
3.4.5 Prosedur pengumpulan data A. Pengukuran Pertumbuhan udang vaname Pengumpulan data pertumbuhan udang dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang udang dari bagian rostrum sampai bagian uropod (cm) dan berat udang (gram). Pengukuran panjang udang yakni dengan meluruskan tubuh udang lalu mengukur menggunakan mistar. Pengukuran pertumbuhan udang dilakukan pada awal pemeliharaan sampai masa panen, yaitu saat benur akan ditebar dan setelah udang berumur 60 hari. Pengukuran berat udang menggunakan timbangan analitik dengan skala 200 gram. Menurut Haliman dan Adiwijaya (2005), rumus untuk menghitung laju pertumbuhan Growth Rate (GR) adalah sebagai berikut: 𝑮𝑹 = 𝑾𝒕 − 𝑾𝒐 Keterangan: GR = Laju pertumbuhan berat (gram) Wt = Bobot rata-rata udang pada akhir pemeliharaan (gram) W0 = Bobot rata-rata udang pada awal pemeliharaan (gram) Pertumbuhan panjang menggunakan rumus Effendi (1997) sebagai berikut: 𝑷 = 𝑷𝒕 − 𝑷𝒐 Keterangan: P = Pertumbuhan panjang mutlak udang (cm) Pt = Panjang udang pada akhir pemeliharaan (cm) P0 = Panjang udang pada awal pemeliharaan (cm)
B. Penghitungan mortalitas udang vaname Pengumpulan data mortalitas udang dilakukan dengan menghitung jumlah
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
larva udang pada awal pemeliharaan hingga udang pada masa panen. Penghitungan mortalitas menggunakan alat hitung yakni hand counter. Perhitungan mortalitas berdasarkan Effendi (1997) adalah : 𝑴= Keterangan: M = Persentase mortalitas
𝑨 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑩
A = Jumlah udang yang mati selama pemeliharaan (ekor) B = Jumlah udang yang ditebar saat awal pemeliharaan (ekor) C. Penghitungan nilai konversi pakan dan berat udang Perhitungan rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) adalah jumlah (berat pakan yang dapat membentuk suatu unit pada ikan). Sehingga yang diukur meliputi berat pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan pertambahan berat udang sejak awal penebaran benur hingga panen. Adapun rumus menghitung FCR dari Effendi (1997) adalah: 𝐹𝐶𝑅 =
SKRIPSI
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
3.4.6 Skema prosedur penelitian Persiapan Media dan Mikroba
Peremajaan Isolat Mikroba Pembuatan Starter Mikroba Penghitungan Starter Mikroba
Pengukuran OD Starter
Pembuatan Probiotik Pembuatan Media Pemeliharaan Penebaran Benur Udang Pemeliharaan dan Pengamatan Udang Pemanenan dan Pengambilan Data Analisis Data GAMBAR 10. Skema prosedur penelitian
3.5 Analisis Data Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan udang vaname maka data yang diperoleh dibandingkan dan dianalisis secara statistik (Program SPSS), sedangkan data mortalitas dan nilai rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data diuji normalitas dan homogenitasnya berturut-turut dengan uji Kolmogorov Smirnow dan Levene test. Apabila data normal dan homogen, maka
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
data dianalisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA) satu arah (One Way Anova) dengan derajat signifikansi 5%. Apabila data memiliki pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan antar perlakuan. Bila data tidak normal dan tidak homogen diuji dengan menggunakan uji KruskalWallis dan jika berpengaruh maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi probiotik terhadap pertumbuhan udang vaname dapat diketahui dengan cara melihat hasil parameter pengamatan yaitu berat, panjang, mortalitas udang vaname, dan nilai konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio). 4.1.1 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap berat udang vaname Pada hasil uji statistik terhadap berat udang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, hal ini dapat dilihat pada uji normalitas berat udang sebesar 0,395 karena 𝑃 > 𝛼, maka keputusan yang diambil yaitu tolak H0, demikian pula hasil uji homogenitas terhadap berat udang sebesar 0,072. Karena data berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan berat udang. Setelah dilakukan uji ANOVA satu arah menunjukkan nilai sebesar 0,000 yang membuktikan tolak H0 dan terima H1, yang artinya terdapat pengaruh pemberian probiotik dalam variasi dosis terhadap berat udang vaname. sehingga dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan uji beda antar perlakuan. Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) terdapat pada tabel 4.1.
SKRIPSI
40 PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Tabel 4.1. Rata-rata berat udang vaname setelah pemberian probiotik berbagai konsentrasi selama 60 hari. No
Perlakuan
Rata-rata berat udang (gram)
1
K (0 mL/10 L air)
4,701 ± 0,341a
2
P1 (1 mL/10 L air)
5,467 ± 0,305a
3
P2 (2 mL/10 L air)
7,447 ± 1,193b
4
P3 (3 mL/10 L air)
7,204 ± 0,498b
5
P4 (4 mL/10 L air)
5,277 ± 0,607a
11.00
Berat Udang (gram)
10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 b
5.00 a
4.00
3.00
b
a
a
2.00 1.00 0.00 K
P1
P2
P3
P4
Perlakuan Gambar 11. Grafik berat udang vaname setelah pemberian probiotik berbagai konsentrasi selama 60 hari (K = 0 mL/10 L air, P1 = 1 mL/10 L air, P2 = 2 mL/10 L air, P3 = 3 mL/10 L air, dan P4 = 4 mL/10 L air). Gambar 11 menunjukkan pengaruh pemberian probiotik dalam berbagai dosis yaitu kontrol (0 mL/10 L air), P1 (1 mL/10 L air), P2 (2 mL/10 L air), P3 (3 mL/10 L air), dan P4 (4 mL/10 L air) terhadap berat udang vaname selama 60 hari. Berat udang vaname tertinggi hingga hari ke-60 terdapat pada P2 (2 mL/10 L air) dengan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
nilai rata-rata berat udang vaname sebesar 7,447 ± 1,193 gram. Sedangkan berat udang vaname terendah hingga hari ke-60 terdapat pada kontrol (0 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata berat udang vaname 4,701 ± 0,341 gram. 4.1.2 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap panjang udang vaname Pada hasil uji statistik terhadap panjang udang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, hal ini dapat dilihat pada uji normalitas panjang udang sebesar 0,908 karena 𝑃 > 𝛼, maka keputusan yang diambil yaitu tolak H0, demikian pula hasil uji homogenitas terhadap panjang udang sebesar 0,309. Karena data berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan panjang udang. Setelah dilakukan uji ANOVA satu arah menunjukkan nilai sebesar 0,000 yang membuktikan tolak H0 sehingga dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan uji beda antar perlakuan. Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) terdapat pada tabel 4.2.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Tabel 4.2. Rata-rata panjang udang vaname setelah pemberian probiotik berbagai konsentrasi selama 60 hari. No
Perlakuan
Rata-rata panjang udang (cm)
1
K (0 mL/10 L air)
8,450 ± 0,688a
2
P1 (1 mL/10 L air)
9,357 ± 0,395b
3
P2 (2 mL/10 L air)
10,390 ± 0,469c
4
P3 (3 mL/10 L air)
10,300 ± 0,302c
5
P4 (4 mL/10 L air)
8,914 ± 0,322ab
11.00 10.00
Panjang Udang (cm)
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 K
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 12. Grafik panjang udang vaname setelah pemberian probiotik berbagai konsentrasi selama 60 hari (K = 0 mL/10 L air, P1 = 1 mL/10 L air, P2 = 2 mL/10 L air, P3 = 3 mL/10 L air, dan P4 = 4 mL/10 L air). Gambar 12 menunjukkan pengaruh pemberian probiotik dalam berbagai dosis yaitu kontrol (0 mL/10 L air), P1 (1 mL/10 L air), P2 (2 mL/10 L air), P3 (3 mL/10 L air), dan P4 (4 mL/10 L air) terhadap panjang udang vaname selama 60 hari. Panjang udang vaname tertinggi hingga hari ke-60 terdapat pada P2 (2 mL/10 L air) dengan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
nilai rata-rata panjang udang vaname sebesar 10,390 ± 0,469 cm. Sedangkan panjang udang vaname terendah hingga hari ke-60 terdapat pada kontrol (0 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata panjang udang vaname 8,450 ± 0,688 cm. 4.1.3 Pengaruh pemberian probiotik berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname Data mortalitas udang vaname didapat dengan membandingkan jumlah udang setelah 60 hari dengan jumlah udang yang ditebar pada awal perlakuan. Hasil dari pemberian probiotik dalam berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname disajikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Persentase mortalitas udang vaname setelah pemberian probiotik berbagai konsentrasi selama 60 hari.
SKRIPSI
K
Jumlah udang yang ditebar 100
Jumlah udang setelah 60 hari 51
Persentase mortalitas 49 %
2
P1
100
56
44 %
3
P2
100
59
41 %
4
P3
100
57
43 %
5
P4
100
50
50 %
No
Perlakuan
1
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Persentase Mortalitas (%)
60 50 50
49 44
40
41
43
30 20
10 0 K
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 13. Grafik pengaruh pemberian probiotik berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname yaitu K = 0 mL/10 L air, P1 = 1 mL/10 L air, P2 = 2 mL/10 L air, P3 = 3 mL/10 L air, dan P4 = 4 mL/10 L air dengan persentase mortalitas. Pada Gambar 13 jumlah udang yang ditebar pada masing-masing perlakuan yakni 100 ekor. Setelah 60 hari pemeliharaan, tiap perlakuan dihitung jumlah udang yang hidup. Jumlah udang yang hidup tertinggi hingga hari ke-60 terdapat pada P2 (2 mL/10 L air) dengan jumlah udang vaname yang hidup sebesar 59 ekor dan persentase mortalitas rendah sebesar 41 %. Sedangkan Jumlah udang yang hidup terendah hingga hari ke-60 terdapat pada P4 (4 mL/10 L air) dengan jumlah udang vaname yang hidup sebesar 50 ekor dan persentase mortalitas rendah sebesar 50 %. 4.1.4 Penghitungan nilai FCR Perhitungan rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) pada tiap perlakuan yakni terdapat pada tabel 4.4.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Tabel 4.4. Perhitungan rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio)
No .
Perlakuan
1.
K (0 mL/10 L air) 𝐹𝐶𝑅 =
Jumlah Rata-Rata Pakan Berat Tiap Pemeliharaan Perlakuan (g) (g) 400 4,7
Jumlah Udang Hidup (ekor) 51
Jumlah Berat Udang (g) 4,7 𝑥 51 = 239,7
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 400 = = 1,66 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 239,7 5,467 𝑥 56
2
P1 (1 mL/10 L air)
400
5,467
56 = 306,152
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 400 = = 1,307 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 306,152 7,447 𝑥 59
3
P2 (2 mL/10 L air)
400
7,447
59 = 439,373
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 400 = = 0,91 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 439,373 7,204 𝑥 57
4
P3 (3 mL/10 L air)
400
7,204
57 = 410,628
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 400 = = 0,974 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 410,628 5,277 𝑥 50
5
P4 (4 mL/10 L air)
400
5,277
50 = 263,85
𝐹𝐶𝑅 =
SKRIPSI
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 400 = = 1,516 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 263,85
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Pada tabel diatas rasio konversi pakan udang vaname terendah hingga hari ke60 terdapat pada P2 (2 mL/10 L air) dengan nilai FCR sebesar 1 : 0,91. Sedangkan rasio konversi pakan udang vaname tertinggi hingga hari ke-60 terdapat pada K (0 mL/10 L air) dengan nilai FCR sebesar 1 : 1,66. 4.2 Pembahasan Penggunaan
dalam
probiotik
dalam
pemeliharaan
udang
vaname
mempengaruhi berat, panjang, mortalitas udang vaname, nilai konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio), dan kualitas air selama 60 hari. 4.2.1 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap berat udang vaname Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (Tanuwidjaya, 2002). Pada pengaruh probiotik terhadap pertumbuhan udang vaname yaitu berat udang dan panjang udang. Pada awal pemeliharaan berat udang diperoleh sebesar 0,016 gram untuk semua perlakuan. Dan menghasilkan berat yang berbeda-beda pada akhir pemeliharaan selama 60 hari. Pada perlakuan K (0 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata berat udang sebesar 4,701 ± 0,341 gram merupakan nilai terendah sedangkan pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata berat udang sebesar 7,447 ± 1,193 gram merupakan nilai tertinggi yang tidak signifikan dengan P3 (3 mL/10 L air) sebesar 7,204 ± 0,498 gram. Berdasarkan hasil analisis ragam secara statistik
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
diperoleh bahwa pengaruh pemberian probiotik dalam berbagai konsentrasi pada pakan terhadap pertambahan berat udang vaname pada penelitian ini berbeda nyata (p>0,05). Tingginya hasil P2 (2 mL/10 L air) menunjukkan bahwa penggunanaan probiotik yang efektif mampu meningkatkan berat udang dengan mikroba probiotik yang membantu mendegradasi limbah pakan pada air dengan bantuan Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. sehingga meminimalisir dampak limbah yang dihasilkan udang akibat adanya aktivitas mikroorganisme yang terkandung dalam probiotik (Burhanuddin & Gunarto, 2008). Dengan adanya kelompok bakteri Lactobacillus dalam probiotik pada air mampu menyeimbangkan kadar pH dan dapat melawan bakteri patogen, karena bersifat asam. Sedangkan hasil terbaik penelitian Suwoyo dan Mangampa (2010) yakni pada perlakuan B dengan dosis 2 mg/L air menghasilkan berat akhir udang 0,646 ± 0,057 gram. Hal ini membuktikan hasil penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian Suwoyo dan Mangampa (2010) dikarenakan kandungan mikroba dalam probiotik hanya mengandung Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. berbeda dengan probiotik yang digunakan pada penelitian ini mengandung konsorsium mikroba berupa kelompok bakteri Bacillus, kelompok bakteri Lactobacillus, Nitrosomonas sp., dan Nitrobacter sp. Dalam volume air yang diberi probiotik berbagai dosis, penelitian Suwoyo dan Mangampa membutuhkan dosis probiotik yang besar yakni dari hasil terbaik membutuhkan dosis probiotik 2 mg/L air, sehingga probiotik yang dibutuhkan lebih besar dan menambah biaya sedangkan dalam penelitian ini, hasil terbaik membutuhkan dosis probiotik 2 mL/10 L air.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Rendahnya berat udang vaname pada perlakuan K (0 mL/10 L air) disebabkan karena tidak menggunakan probiotik sehingga tidak adanya aktivitas bakteri yang merombak bahan organik dari sisa pakan dan feses udang dalam media pemeliharaan sehingga terjadi penumpukan dan akumulasi bahan organik yang meningkat seiring lama waktu pemeliharaan dan menyebabkan kualitas air berkurang. Hal ini menyebabkan udang mengalami stress yang ditandai kurang aktif bergerak yang menyebabkan nafsu makan juga berkurang sehingga berpengaruh pada hasil rendahnya berat udang pada perlakuan K (0 mL/10 L air). 4.2.2 Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap panjang udang vaname Pada awal pemeliharaan panjang udang diperoleh 0,7 cm untuk semua perlakuan. Dan menghasilkan panjang yang berbeda-beda pada akhir pemeliharaan selama 60 hari. Pada perlakuan K (0 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata panjang udang sebesar 8,450 ± 0,688 cm merupakan nilai terendah, sedangkan pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) dengan nilai rata-rata panjang udang sebesar 10,390 ± 0,469 cm merupakan nilai tertinggi yang tidak signifikan dengan perlakuan P3 (3 mL/10 L air) sebesar 10,300 ± 0,302 gram. Berdasarkan hasil analisis ragam secara statistik diperoleh bahwa pengaruh pemberian probiotik dalam berbagai konsentrasi pada pakan terhadap pertambahan berat udang vaname pada penelitian ini berbeda nyata (p>0,05). Hasil dari panjang dan berat udang sama yakni memiliki pengaruh pemberian probiotik terhadap pertumbuhan udang. Hasil perlakuan P2 (2 mL/10 L air)
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan K (0 mL/10 L air) dikarenakan adanya kelompok bakteri Bacillus yang bersifat proteolitik yang mendegradasi sisa pakan yang mengandung protein. Panjang udang dipengaruhi oleh kepadatan. Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan panjang dan berat individu (Gomes et al., 2000). Pada perlakuan K (0 mL/10 L air) yang lebih rendah dikarenakan tidak adanya pemberian probiotik sehingga kualitas air tidak mendukung dalam meningkatkan pertumbuhan udang vaname. Hal ini ditunjukkan adanya penurunan tingkat pertumbuhan karena faktor tingkah laku seperti kompetisi dan interaksi antara individu. Meningkatnya interaksi dan antagonisme atau saling memakan dapat menyebabkan kerusakan kondisi sedimen dan meningkatnya bahan buangan. 4.2.3 Pengaruh pemberian probiotik berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname Berdasarkan data mortalitas udang vaname didapat dengan membandingkan jumlah udang yang ditebar pada awal pemeliharaan dengan jumlah udang setelah 60 hari yakni terdapat pengaruh setiap perlakuan dari pemberian probiotik dalam berbagai dosis terhadap mortalitas udang vaname. Pada perlakuan P4 (4 mL/10 L air) persentase mortalitas tertinggi sebesar 50% sedangkan persentase mortalitas terendah pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) sebesar 41%. Beragam hasil persentase mortalitas udang vaname disebabkan oleh pengaruh lingkungan, sisa pakan dan agresif udang. Sisa pakan yang tersisa dan terakumulasi pada media air pemeliharaan menghasilkan ammonia yang menjadi racun bagi udang. Adanya pemberian probiotik yang
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
mengandung bakteri Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. sebagai perombak amonia. Boyd (1990) menyatakan nitrifikasi adalah oksidasi amonia secara biologis menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. Pertumbuhan udang vaname dipengaruhi dua faktor yaitu frekuensi molting/ganti kulit (waktu antara molting) dan pertumbuhan pada setiap molting (Atmomarsono, 2014). Tubuh udang mempunyai karapaks/kulit luar yang keras, sehingga pada setiap kali berganti kulit, karapaks terlepas dan membentuk karapaks baru. Ketika karapaks masih lunak, udang berpeluang untuk dimangsa oleh udang lainnya. 4.2.4 Penghitungan nilai FCR Rasio konversi pakan digunakan dalam penelitian ini untuk mengatahui efektivitas penggunaan pakan sehingga tidak adanya pakan tersisa dan menghasilkan keuntungan dalam budidaya. Nilai FCR setiap perlakuan beragam, nilai FCR terendah pada perlakuan K (0 mL/10 L air) sebesar 1,66. Sedangkan nilai FCR tertinggi pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) sebesar 0,91. FCR yang umum antara 1,2 -1,5. Semakin kecil nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang diperoleh (Atmomarsono, 2014). Perbandingan untuk perlakuan P2 (2 mL/10 L air) yaitu 1 : 0,91 yang diartikan bahwa 1 gram berat udang vaname membutuhkan 0,91 gram pakan. Kualitas air pemeliharaan memiliki peranan penting sebagai pendukung kehidupan dan pertumbuhan udang vaname. Hasil parameter kualitas air yakni suhu, salinitas, dan pH atau derajat keasaman. Kualitas air pada media pemeliharaan dapat
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
mempengaruhi tinggi dan rendahnya tingkat pertumbuhan, mortalitas, frekuensi ganti kulit, dan peningkatan bakteri yang merugikan. Kualitas air media pemeliharaan selama penelitian masih berada pada kisaran yang layak bagi pertumbuhan dan mortalitas udang vaname. Kadar salinitas air budidaya sebesar 5 ppt. Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan berkisar 28-32 ºC, kenaikan dan penurunan suhu selama pemeliharaan dipengaruhi oleh lingkungan, dimana pada masa pemeliharaan memasuki musim hujan sehingga suhu tidak terlalu tinggi tetapi air hujan juga mempengaruhi pH dan salinitas. Suhu optimum pertumbuhan udang vaname antara 26-31 ºC (Haliman & Adijaya, 2005). Kadar pH air selama pemeliharaan berkisar 7,5-8,1. Wyban & Sweeny (1991) mengemukakan bahwa kisaran pH air yang cocok untuk budidaya udang vaname secara intensif berkisar 7,4-8,9 dengan nilai optimum 8,0. Fluktuasi pH air pemeliharaan udang vaname selama pemeliharaan dipengaruhi oleh air hujan, dimana air hujan akan menurunkan pH air pemeliharaan. Nilai pH 5,6 adalah batas normal dari keasaman air hujan, dimana air murni berada pada kesetimbangan dengan konsentrasi CO2 global (330 ppm) di atmosfer, dan pH 5,6 digunakan sebagai garis batas keasaman air hujan (Seinfeld, 1986). Aktivitas mikroba BAL dapat menurunkan pH secara berkala dan dapat menghambat bakteri patogen (Markas and De Vyust, 2006).
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian pengaruh variasi dosis probiotik pada air terhadap pertumbuhan dan mortalitas udang vaname adalah : 1. Ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan variasi dosis terhadap berat udang vaname. Perlakuan P2 (2 mL/10 L air) memiliki nilai rata-rata berat udang vaname sebesar 7,447 gram memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 2. Ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan variasi dosis terhadap panjang udang vaname. Perlakuan P2 (2 mL/10 L air) memiliki nilai rata-rata panjang udang vaname sebesar 10,390 cm memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 3. Ada beda pemberian probiotik pada air budidaya dengan variasi dosis terhadap tingkat mortalitas udang vaname. Jumlah udang yang hidup tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (2 mL/10 L air) dengan jumlah udang vaname yang hidup 59 ekor dari 100 ekor dan persentase mortalitas rendah yakni 41%. 4. Nilai rasio konversi pakan atau FCR (Feed Convertion Ratio) pada udang vaname. Perlakuan P2 (2 mL/10 L air) memiliki nilai rasio konversi pakan terendah dengan nilai FCR sebesar 1 : 0,91.
SKRIPSI
53 PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
5.2 Saran 1. Dari hasil penelitian ini disarankan penggunaan probiotik pada air dengan dosis 2 mL/10 L air adalah nilai dosis yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan mortalitas udang vaname. 2. Pada penelitian ini terkendala dengan kadar salinitas air, sehingga banyak udang yang mati. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu ditetapkan kadar salinitas yang optimal.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PUSTAKA Allsopp, M., P. Johnston and D. Santillo. 2008. Challenging the Aquaculture Industry on Sustainability:Technical Overview. Washington: Greenpeace Research Laboratories Technical. Atmomarsono, M. Supito. Mangampa, M. Pitoyo, H. Lideman. Tjahyo, S.H. Akhdiat, I. Wibowo, H. Ishak, M. Basori, A. Wahyono, N.T. Latief, S.S. dan Akmal. 2014. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tim Perikanan WWF-Indonesia. Atmomarsono, M., dan T. Ahmad. 1998. Manajemen Lingkungan Tambak Udang. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros, 07 pp. Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio as a Control Element in Aquaculture System. Aquaculture, 176: 227-235. Bahamdain, Lina, Fatma Fahmi, Sahira Lari, Mada Ali. 2015. Characterization of Some Bacillus Strains Obtained from Marine Habitats Using Different Taxonomical Methods. Life Science Journal. Faculty of Science. King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi Arabia. Balcazar, J.L., I. deBlas, I., R. Zarzuela I., Cunningham, D., Vendrell, D., and Muszquiz, J.L., 2006. The Role of Probiotic in Aquaculture. Veterinary Microbiology 114:173-186. Bogaert J. C., and A. S. Naidu. 2000. Lactic acid. Di dalam: Natural Food Antimicrobial System. AS.Naidu (editor).Florida : CRC Press. Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Pub. Co. Amsterdam. Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aqua Culture. Alabama Agricultural Experiment Station. Elsevier Scientific Pub. Co. Auburn University. 482 pp. Boyd, C.E. 1991. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming. Elsevier Scientific Pub. Co. American Soybean Association-US Wheat Associates. USA. Boyd, C.E. and Clay, J.W. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture LTD, A Superintensive Shrimp Aquaculture System. Report prepared under The World Bank, NACA, and FAO Consorsium. Work in progress for Public Discussion. Published by The Consorsium.
55 SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Briggs. M, S.F. Smith, R. Subanghe & M. Phillips. 2004. Introduction dan movement of Penaeus vannamei and P. stylirostris in Asia and the Pacific. FAO. Bangkok. P. 40. Bronze, M., Vilas-Boas, L., Catulo, L., Peres, C. Use of Lactobacillus platarum in Treatments of Olive Mill Wastewater. Budiardi, T. 1999. Evaluasi Kualitas Air, Pengelolaan Air, dan Produksi Udang Windu (Penaeus monodon Fabr.) pada Budidaya Intensif. Tesis Program Pascasarjana. Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Burhanuddin & Gunarto. 2008. Penambahan Probiotik Komersil Dibandingkan Dengan Penambahan Pemupukan Susulan Pada Pemeliharaan Benur Windu Skala Laboratorium. Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008. Bidang Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, hlm. I-185-188. Chien, Y. H. 1992. Water Quality Requirements and Management for Marine Shrimp Culture. In . (Editor): Proceedings of the Special Sessien on Shrimp Farming. World Aquaculture Society. P: 144-156. Baton Rounge, Los Angeles. Cholik, F., Ateng, G.J., R.P. Poernomo, & Akhmad, J. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa, Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Akuarium Air Tawar. Jakarta: Taman Mini Indonesia Indah. Claesson, M.J., Sinderen, P.W O’Tole. 2007. The Genus Lactobacillus a Genomic Basic for Understanding its Diversity. FEMS Microbiol, Lett 269: 22-28. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Aset
Pembangunan
Dahuri, R. 2004. Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Nasional, Dalam Kaitannya Dengan Penataan Ruang Nasional dan Daerah, Rakerda BKTRN Pekanbaru 8 Maret 2004. Departemen Kelautan dan Perikanan RI. De Vries M., Vaughan E., Kleerebezem M., De Vos W. 2006. Lactobacillus plantarum Survival, Functional and Potential Probiotic. International Dairy Journal. 16. p: 1018-1028. Denev, S., Y. Staykov.,, R. Moutafchieva and G. Beev. 2009. Microbial Ecology of Gashointestinal Tract of Fish and The Potential Application of Probiotics and Prebiotics in Finfish Aquaculture. Int Aquat Res l: 1-29. Effendi, I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Bogor: Penerbit Yayasan Dwi Sri. Engel, A. 1961. The Morphology and Identification of Nitrosomonas Europe in Soil. Journal gen. Microbiol. 21: 88-92. Feliatra, I. Efendi and E. Suryadi, 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutattus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Natur Indonesia 6(2):75-80. Freitas, P.D., M.R. Calgaro, and P.M. Galleti Jr. 2007. Genetic Diversity Within and Between Broodstocks of the White Shrimp Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) (Decapoda, Penaeidae) and Its Implication for The Gene Pool Conservation. Braz. Journal. Biology, 67(4, Suppl): 939-943. Fuller, Roy. 1992. History and Development of Probiotics. In Probiotics the Scientific Basis. Edited by Fuller. Chapman and Hall. London. New York. Tokyo. Melbourne. Madras. Pp. 87-106. Garno, S.Y. 2004. Biomanipulasi. Paradigma Baru dalam Pengendalian Limbah Organik pada Budidaya Perikanan di Waduk dan Tambak, Orasi Ilmiah Ahli Peneliti Utama. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Garrity, George M., J. A. Bell, T. G. Lilburn. 2004. Taxonomic Outline of The Procaryotes Bergeys Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition. New York: Springer New York. Ginting. 1985. Hubungan kualitas habitat tambak udang windu (Penaeus monodon Fabr.) dengan populasi bakteri Vibrio sp. Tesis Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Gomes, L.C., B. Baldisserotto & J.A. Senhorini. 2000. Effect of Stocking Density on Water Quality, Survival, and Growth of Larvae of The Matrinxa, Brycon cephalus Characidae, in ponds. Aquaculture 183: 73-81. Gunarto, Tangko, A.M, Tampangallo, B.R., & Muliani. 2006. Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) di tambak dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Riset Akuakultur. 1(3): 303-313. Hagi. T. and T. Hoshimo. 2009. Screening and Characterization of Potential Probiotic Lactic Acid Bacteria from Cultured Common Carp Intestinum. Biosci. Biotechnol. Biochem. Haliman, R.W dan D. Adijaya S. 2005. Udang Vaname. Jakarta: Penebar Swadaya. Haliman, R.W dan D. Adijaya S. 2007. Udang Vaname. Jakarta: Penebar Swadaya.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Handojo, K.K. 1994. Dinamika Kandungan Bahan Organik Total Air Media Budidaya Udang Windu dengan Inokulasi Aquazyme. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hari. B., B.M. Kurup, J.T. Varghese, J.W. Schrama and M.C.J. Verdegem. 2004. Effects of Carbohidrate Addition on Production in Extensive Shrimp Culture Systems. Aquaculture. 241: 179-194. Harris, E. 1988. Aspek Teknis Pembesaran Udang. Makalah disajikan dalam seminar memacu keberhasilan dan pengembanagan usaha pertambakan udang. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Holt, J.G., Krieg, N. R., Sneathm, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th ed. Baltimore, MD: Williams and Williams. lrianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisme: Di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman. Iribarren, D., P. Dagá. And M. T. Moreira., G. Feijoo. 2012. Potential Environmental Effects of Probiotics Used in Aquaculture. Aquacult Int 20:779-789. Jackson, C.J. & Y.G. Wang. 1998. Modelling Growth Rate Of Penaeus monodon Fabricius In Intensively Managed Ponds: Effects Of Temperature, Pond Age And Stocking Density. Aquaculture Research. 29 : 27-36. Lavilla-Pitogo CR, Baticados MCL, Cruz-Lacierda ER, De Ia Pena LD. 1990. Occurrence of Luminous Bacterial Diseases of Penaeus monodon Larvae in the Philiphines. Aquaculture. 91: 1-13. Lay B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press. Lilley, D.M. and R.H. Stillwell. 1965. Probiotics: Growth Promoting Factors Produced by Microorganism. Science. 147: 747-748. Mao, W., R.Pan, and D. Freedman. 1992. High Production of Alkaline Protease by Bacillus licheniformis in a Fed-Batch Fermentation Using a Syntetic Medium. Journal of Industrial Microbiology. 11:1-6. Markas and De Vyust. 2006. The in vitro Inhibition of Gram Negatif Pathogen Bacteria by Bifidobacteria is Caused by the Production of Organic Acids. International Dairy Journal. 16: 1049-1057. Muliani. Nurbaya. dan Atmomarsono, M. 2010. Penggunaan Probiotik Pada Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon) Dengan Dosis Pakan
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Yang Berbeda. Sulawesi Selatan: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Moriarty, D.J.W. 1999. Disease Control in Shrimp Aquaculture with Probiotic Bacteria. Proceeding of The 8th International Symposium on Microbial Ecology. Atlantic Canada Society for Microbial Ecology. Halifax. Morikawa, Masaaki, Kagihiro S., Haruki M., Takano M., Branda S., Kolter R., and Kanaya S. 2006. Biofilm Formation by a Bacillus Subtilis Strain that Produces γ-Polyglutamate. Journal of Microbiology. Departement of Material and Life Science. Osaka University Japan. Naim, R. 2003. Endosora Aspek Kesehatan Industri Pangan. Majalah. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Newman, S.G. 2010. Paradigm Shifts In Shrimp Farming, Black Tiger to Whites, Low to High Density. Global Aquaculture Advocate p. 14-15. Nogami, K, and M. Meada. 1992. Bacteria as Biocontrol Agents for Rearing Larvae of The Crab Portunus trituber Culatus. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 49: 2373-2376. Pelczar, M. J. and E. C. S. Chan. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Pelczar, M. J. and E. C. S. Chan. 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Poernomo, A. 1988. Pembuatan Tambak Udang di Indonesia. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Maros. Raccota, I.S, E. Palacios and A.M. Ibbara. 2003. Shrimp Larval Quality in Relation to Brood Stock Condition. Aquaculture. 227: 107 – 130. Raj, P.R. & Raj, P.J.S. 1982. Effect of Salinity on Growth and Survival of Three Species of Penaeid Prawns. Proc. Symp. Coastal Aquaculture, I: 236–243. Rao, M.B., A.M. Tanksale, M.S. Ghatge and V.V. Deshpande. 1998. Molecular and Biotechnological Aspect of Microbial Proteases. Journal Microbiology Molecular. 62(3). Rengpipat, S., S. Rukpratanporn, S. Piyatiratitivorakul and P. Menasaveta, 2000. Immunity Enchacement in Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon) by A Probiont Bacterium (Bacillus S11). Aquaculture 191: 271-288. Savolainena, R., K. Ruohonenb & E. Railoc. 2004. Effect Of Stocking Density On Growth, Survival And Cheliped Injuries Of Stage 2 Juvenile Signal Crayfish Pasifastacus leniusculus Dana. Aquaculture 231 : 237-248.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Simarmata, T. 2006. Revitalisasi Ekosistem Tambak Dengan Pemanfaatan Tehnologi Bioremediasi dan Probiotik. Makalah Pada Seminar Teknologi Bioremediasi dan Probiotik. Banyuwangi. Seinfeld J.H. and Pandis S.N. 1998. Atmospheric Chemistry and Physics from Air Pollution to Climate Change. John Wiley and Sons. INC. New York. hal.1030-1033. Soeharsono, Adriani L, Safitri R, Sjofjan O, Abdullah S, Rostika R, Lengkey H, Mushawwir A. 2010. Probiotik Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek Praktis. Bandung: Widya Padjadjaran. Strumer, N.L., T.M. Samocha dan A.L Lawrence. 1992. Intensification of peneid nursery system. In A.W. Fast and L.J. Lester (Eds). Marine Shrimp Culture: Principles and Practises. Development in Aquaculture and Fisheries Science. 23: 321 – 344. Sugita H., Ahibuya K. 1996. Antibacterial Abilities of Intestinal Bacteria in Freshwater Cultured Fish. Aquaculture. 145(1/4): 195-203. Sumantadinata, K. 1985. Kamus Istilah Budidaya Ikan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suprapto, H. 2005. Penelitian Pendahuluan Penggunaan Bacillus sp. sebagai Probiotik untuk Mengurangi Jumlah Bakteri Vibrio sp. pada Hepatopankreas dan Air Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon). Jurnal Perikanan. 7(1):54-59. Sutariningsih Soetarto,E. 2002. Penggunaan Mikroorganisme sebagai Agensia Bioremedasi, Sanitasi dan Perombak Limbah. Makalah Seminar Sosialisasi Fakultas Biologi UGM ke Beberapa SMU di Surakarta. Surakarta. Suwoyo, H.S dan Mangampa, M. 2010. Aplikasi Probiotik Dengan Konsentrasi Berbeda Pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan. Suyanto, R dan Mudjiman, A. 2001. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya. Tanuwijaya S. 2002. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Dalam: Nahendra (penyunting) Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Edisi Pertama. Sagung Seto. Tarsim. 2000. Studi Kualitas Air dan Produksi Tambak Udang Intensif di PT. Moisson Makmur, Tangerang, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Venkataramaiah, A., Laksmi, G.J., & Gunter, G. 1972. The Effect of Salinity,
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Temperature and Feeding Levels on the Food Conversion, Growth and Survival Rates of the Shrimp Penaeus aztecus. Marine Technology Society, Food-Drugs from the Sea Proceedings, p. 29–42. Verschuere, L., G. Robaut, P. Sorgeloos and W. Verstraete, 2000. Probiotic Bacteria As Biological Control Agents in Aquaculture. A Reviews. Microbiology and Molecular Biology 64(4): 655-671. Wang Xianghong, Li Jun, Ji Wei-Shang, Xu Huai-Shu. 1997. The Isolation and Screening of The Probiotic Bacteria in The Intestine of Wild Adult Shrimp (Penaeus chenesis) and its effect to the shrimp larvae. Wardoyo, T. H. 1997. Pengelolaan kualitas air tambak udang. Makalah disajikan pada Pelatihan Manajemen Tambak Udang dan Hatchery (PMTUH) HIMAKUA. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian. Bogor. Whitehead, P. G., & Williams, R. J. (1982). A Dynamic Nitrogen Balance Model for River Systems. Effects of Waste Disposal on Groundwater and Surface Water. 7 (139) 89–99. Wyban J.A and Sweeney J.N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute. Honolulu, Hawai, USA. Wyban J.A and Sweeney J.N. 2000. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute. Honolulu, Hawai, USA. Yousefian, M. & M. S. Amiri. 2A09. A Review of the Use of Prebiotic in Aquaculture for Fish and Shrimp. African Journal of Biotechnology. Vol. 8 (25), pp. 7313- 7318. Zavarzin, G., Legunkova, R. 1959. The Morphology of Nitrobacter winogradsky. Journal Microbiol. 21. 186-190. Zizhang, Q.,2. Xiao-Hua, N. Boon and P. Bossier. 2009. Probiotics in Aquaculture of China- Current State, Problems and Prospect. Aquacalture 290: 15-21 Zonneveld, N. E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 1. Data pertumbuhan udang vaname No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 4.7 4.1 3.5 4.1 5.2
2
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
3.2 5.5 4.6 4.1 4.6
3
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
4.4 5.6 3.8 3.6 6.5
4
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.2 4.5 3.8 6.9 3.4
Ulangan
1
Rerata
1
Kontrol (Probiotik 0 mL/10 L air)
Rerata
Rerata
Rerata
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 4.684 4.084 3.484 4.084 5.184 4.304 3.184 5.484 4.584 4.084 4.584 4.384 4.384 5.584 3.784 3.584 6.484 4.764 5.184 4.484 3.784 6.884 3.384 4.744
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 7.8 8.2 7.8 8.2 7.6
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
7.4 10 9.2 8.2 9.2
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
9.8 8.8 9.5 8.6 10.4
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.2 9.9 9.4 10.7 8.9
Selisih Panjang (cm) 7.1 7.5 7.1 7.5 6.9 7.22 6.7 9.3 8.5 7.5 8.5 8.1 9.1 8.1 8.8 7.9 9.7 8.72 9.5 9.2 8.7 10 8.2 9.12
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 3.7 5.8 4.2 5.3 4.8
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
4.6 5.5 5.4 6.7 4.2
1
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.2 5.4 4.8 4 5.5
2
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.1 6 6.2 5.5 5.8
Ulangan
5
Rerata
6
Rerata Rerata Perlakuan
2
Perlakuan 1 Rerata (Probiotik 1 mL/10 L air)
Rerata
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 3.684 5.784 4.184 5.284 4.784 4.744 4.584 5.484 5.384 6.684 4.184 5.264 4.70067 5.184 5.384 4.784 3.984 5.484 4.964 5.084 5.984 6.184 5.484 5.784 5.704
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 8.8 9.1 9.3 10.2 10.2
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
9.4 9.8 8.8 9.9 9.2
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.1 9.8 10.1 9.5 10
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.3 10.5 10.3 10.6 10.5
Selisih Panjang (cm) 8.1 8.4 8.6 9.5 9.5 8.82 8.7 9.1 8.1 9.2 8.5 8.72 8.45 9.4 9.1 9.4 8.8 9.3 9.2 9.6 9.8 9.6 9.9 9.8 9.74
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 5.7 5.3 5.3 6.1 5.9
4
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.7 5.9 6.1 5.7 5.2
5
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.3 5.7 4.2 5.4 5.6
6
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.5 5.3 5.8 4.9 6.4
Ulangan
3
Rerata
Rerata
Rerata
Rerata Rerata Perlakuan
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 5.684 5.284 5.284 6.084 5.884 5.644 5.684 5.884 6.084 5.684 5.184 5.704 5.284 5.684 4.184 5.384 5.584 5.224 5.484 5.284 5.784 4.884 6.384 5.564 5.46733
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 10.1 10.2 10.1 10.7 10.7
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.4 10.5 10.7 9.9 10.3
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.1 9.7 9.5 9.8 10.1
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
9.4 9.1 9.5 9.1 10.1
Selisih Panjang (cm) 9.4 9.5 9.4 10 10 9.66 9.7 9.8 10 9.2 9.6 9.66 9.4 9 8.8 9.1 9.4 9.14 8.7 8.4 8.8 8.4 9.4 8.74 9.35667
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 5.9 7 6.9 7.1 6
2
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
10.1 7 11.3 9.5 10.4
3
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.4 6.9 7.2 7.6 6
4
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.7 6.2 8.9 6.1 10.4
Ulangan
1
Rerata
3
Perlakuan 2 Rerata (Probiotik 2 mL/10 L air)
Rerata
Rerata
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 5.884 6.984 6.884 7.084 5.984 6.564 10.084 6.984 11.284 9.484 10.384 9.644 5.384 6.884 7.184 7.584 5.984 6.604 5.684 6.184 8.884 6.084 10.384 7.444
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 10.5 10.9 11 10.8 10.5
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
12.6 11.2 12.9 12.3 10.8
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.2 10.6 11.1 11.1 10.7
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.6 10.4 11.9 10.7 12.4
Selisih Panjang (cm) 9.8 10.2 10.3 10.1 9.8 10.04 11.9 10.5 12.2 11.6 10.1 11.26 9.5 9.9 10.4 10.4 10 10.04 9.9 9.7 11.2 10 11.7 10.5
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 6.8 7.3 6.4 5.9 6.8
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
8.5 7.3 7.8 6.6 8.9
1
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
7 5.2 6.1 6.3 11.5
2
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
9.5 5.9 7.7 6 5.6
Ulangan
5
Rerata
6
Rerata Rerata Perlakuan
4
Perlakuan 3 Rerata (Probiotik 3 mL/10 L air)
Rerata
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 6.784 7.284 6.384 5.884 6.784 6.624 8.484 7.284 7.784 6.584 8.884 7.804 7.44733 6.984 5.184 6.084 6.284 11.484 7.204 9.484 5.884 7.684 5.984 5.584 6.924
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 10.8 11 10.5 10.6 11.1
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
11.4 11.2 10.8 10.3 11.8
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
11.1 9.8 10.6 11 12.8
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
12.5 10.4 11.1 10.5 9.6
Selisih Panjang (cm) 10.1 10.3 9.8 9.9 10.4 10.1 10.7 10.5 10.1 9.6 11.1 10.4 10.39 10.4 9.1 9.9 10.3 12.1 10.36 11.8 9.7 10.4 9.8 8.9 10.12
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 6.3 5.8 10.1 6.2 7.2
4
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
9 6.4 6.3 5.4 5.5
5
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
7.3 6.5 8.7 7.5 7.8
6
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
8.5 7.1 7.9 8.6 7.7
Ulangan
3
Rerata
Rerata
Rerata
Rerata Rerata Perlakuan
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 6.284 5.784 10.084 6.184 7.184 7.104 8.984 6.384 6.284 5.384 5.484 6.504 7.284 6.484 8.684 7.484 7.784 7.544 8.484 7.084 7.884 8.584 7.684 7.944 7.204
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 10.2 10 12.5 10.6 10.9
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
11.6 10.7 10.6 10 10.1
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
11.2 10.9 11.5 11.4 11.9
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
11.3 10.8 11.6 11.1 11.7
Selisih Panjang (cm) 9.5 9.3 11.8 9.9 10.2 10.14 10.9 10 9.9 9.3 9.4 9.9 10.5 10.2 10.8 10.7 11.2 10.68 10.6 10.1 10.9 10.4 11 10.6 10.3
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 5.7 5 4.1 4.4 5.1
2
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.4 4.2 4.9 4.3 5.6
3
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
5.6 4.3 5.2 3.1 5
4
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
6.8 5.3 5 5.5 4.6
Ulangan
1
Rerata
5
Perlakuan 4 Rerata (Probiotik 4 mL/10 L air)
Rerata
Rerata
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 5.684 4.984 4.084 4.384 5.084 4.844 5.384 4.184 4.884 4.284 5.584 4.864 5.584 4.284 5.184 3.084 4.984 4.624 6.784 5.284 4.984 5.484 4.584 5.424
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 9.3 8.7 8.9 9.4 9.7
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.1 8.9 9.5 9.2 10.8
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10 9 9.7 8 9.5
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.9 10 9.4 9.9 9.8
Selisih Panjang (cm) 8.6 8 8.2 8.7 9 8.5 9.4 8.2 8.8 8.5 10.1 9 9.3 8.3 9 7.3 8.8 8.54 10.2 9.3 8.7 9.2 9.1 9.3
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Perlakuan
Ulangan
5
Berat Awal (g) 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
Berat Akhir (g) 6.7 5.8 5.9 4.4 5.8
0.016 0.016 0.016 0.016 0.016
6.5 6.9 5.1 6.4 6.2
Rerata
6
Rerata Rerata Perlakuan
SKRIPSI
Selisih Berat (g) 6.684 5.784 5.884 4.384 5.784 5.704 6.484 6.884 5.084 6.384 6.184 6.204 5.27733
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Panjang Awal (cm) 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
Panjang Akhir (cm) 10.5 10.1 9.8 9.2 9.1
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
10.4 10.2 9.5 9.7 9.2
Selisih Panjang (cm) 9.8 9.4 9.1 8.5 8.4 9.04 9.7 9.5 8.8 9 8.5 9.1 8.91333
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 2. Tabel pemberian pakan selama 60 hari No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
SKRIPSI
Hari/tanggal Sabtu, 2 April 2016 Minggu, 3 April 2016 Senin, 4 April 2016 Selasa, 5 April 2016 Rabu, 6 April 2016 Kamis, 7 April 2016 Jumat, 8 April 2016 Sabtu, 9 April 2016 Minggu, 10 April 2016 Senin, 11 April 2016 Selasa, 12 April 2016 Rabu, 13 April 2016 Kamis, 14 April 2016 Jumat, 15 April 2016 Sabtu, 16 April 2016 Minggu, 17 April 2016 Senin, 18 April 2016 Selasa, 19 April 2016 Rabu, 20 April 2016 Kamis, 21 April 2016 Jumat, 22 April 2016 Sabtu, 23 April 2016 Minggu, 24 April 2016 Senin, 25 April 2016 Selasa, 26 April 2016 Rabu, 27 April 2016 Kamis, 28 April 2016 Jumat, 29 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 Minggu, 1 Mei 2016 Senin, 2 Mei 2016 Selasa, 3 Mei 2016 Rabu, 4 Mei 2016 Kamis, 5 Mei 2016 Jumat, 6 Mei 2016 Sabtu, 7 Mei 2016
Jumlah pakan (g) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 1,3 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 2,5 (Crumble) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet)
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Total
SKRIPSI
Hari/tanggal Minggu, 8 Mei 2016 Senin, 9 Mei 2016 Selasa, 10 Mei 2016 Rabu, 11 Mei 2016 Kamis, 12 Mei 2016 Jumat, 13 Mei 2016 Sabtu, 14 Mei 2016 Minggu, 15 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Selasa, 17 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Kamis, 19 Mei 2016 Jumat, 20 Mei 2016 Sabtu, 21 Mei 2016 Minggu, 22 Mei 2016 Senin, 23 Mei 2016 Selasa, 24 Mei 2016 Rabu, 25 Mei 2016 Kamis, 26 Mei 2016 Jumat, 27 Mei 2016 Sabtu, 28 Mei 2016 Minggu, 29 Mei 2016 Senin, 30 Mei 2016 Selasa, 31 Mei 2016
Jumlah pakan (g) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 10 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 20 (Pelet) 400
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Tabel parameter lingkungan No.
1
2
3
SKRIPSI
Perlakuan
Minggu ke-
1 2 3 4 K (0 mL/10 L air) 5 6 7 8 Rentang 1 2 3 4 P1 (1 mL/10 L air) 5 6 7 8 Rerata 1 2 3 4 P2 (2 mL/10 L air) 5 6 7 8 Rerata
Suhu (°C) 31 29 30 31 30 30 31 32 29-32 31 30 31 30 29 29 31 30 29-31 31 30 30 30 29 28 30 30 28-31
Parameter pH Salinitas (%) 7.5 5% 7.8 5% 7.8 5% 8.1 5% 7.9 5% 7.9 5% 7.9 5% 8 5% 7.5-8.1 5% 7.5 5% 7.8 5% 7.6 5% 7.8 5% 7.5 5 7.6 5 ppt 7.8 5 ppt 7.7 5 ppt 7.5-7.8 5 ppt 7.5 5 ppt 7.8 5 ppt 7.7 5 ppt 7.6 5 ppt 7.8 5 ppt 7.9 5 ppt 7.8 5 ppt 7.6 5 ppt 7.5-7.9 5 ppt
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
No
Perlakuan
4
P3 (3 mL/10 L air)
5
P4 (4 mL/10 L air)
Minggu ke1 2 3 4 5 6 7 8 Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 Rerata
Suhu (°C) 31 31 30 30 30 29 30 31 29-31 31 31 30 31 30 28 31 31 28-31
Parameter pH Salinitas (%) 7.5 5 ppt 7.6 5 ppt 7.8 5 ppt 7.7 5 ppt 7.8 5 ppt 7.9 5 ppt 7.8 5 ppt 7.8 5 ppt 7.5-7.9 5 ppt 7.5 5 ppt 7.6 5 ppt 7.8 5 ppt 7.7 5 ppt 7.8 5 ppt 7.8 5 ppt 7.9 5 ppt 7.8 5 ppt 7.5-7.9 5 ppt
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 4. TPC starter mikroba probiotik No
SKRIPSI
Nama Bakteri
OD
1
Bacillus subtilis
1
2
Bacillus megaterium
1
3
Bacillus licheniformis
1
4
Lactobacillus fermentum
1
5
Lactobacillus plantarum
1
6
Nitrobacter sp.
1
7
Nitrosomonas sp.
1
Jumlah Koloni 10-8 = >300 10-9 = 156 10-10= 75 10-8 = >300 10-9 = 208 10-10= 127 10-8 = 315 10-9 = 173 10-10= 109 10-8 = 500 10-9 = 357 10-10= 109 10-8 = >300 10-9 = >300 10-10= 88 10-7 = 545 10-8 = 314 10-9 = 216 10-8 = >300 10-9 = >300 10-10= 396
PENGARUH VARIASI DOSIS...
Jumlah Bakteri 1,56 x 1011 CFU/mL
2,08 x 1011 CFU/mL
1,26 x 1011 CFU/mL
1,09 x 1012 CFU/mL
8,8 x 1011 CFU/mL
2,16 x 1011 CFU/mL >3,0 x 1012 CFU/mL 3,96 x 1012 CFU/mL
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 5. Analisis data pertumbuhan udang vaname 5.1. Uji Normalitas
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Berat
30
6.01933
1.279544
4.304
9.644
Panjang
30
9.48200
.882947
7.220
11.260
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Berat N
Panjang 30
30
6.01933
9.48200
1.279544
.882947
Absolute
.164
.103
Positive
.164
.092
Negative
-.090
-.103
Kolmogorov-Smirnov Z
.898
.564
Asymp. Sig. (2-tailed)
.395
.908
Mean
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.2. Uji Homogenitas Descriptives N
Mean
Std.
Std.
95% Confidence Interval for
Deviatio
Error
Mean
n
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
6
4.70067
.341389
.139372
4.34240
5.05893
4.304
5.264
1 mL/10 L air
6
5.46733
.305003
.124517
5.14725
5.78741
4.964
5.704
2 mL/10 L air
6
7.44733 1.193477
.487235
6.19486
8.69981
6.564
9.644
3 mL/10 L air
6
7.20400
.498317
.203437
6.68105
7.72695
6.504
7.944
4 mL/10 L air
6
5.27733
.607904
.248176
4.63938
5.91529
4.624
6.204
6.01933 1.279544
.233612
5.54154
6.49712
4.304
9.644
Berat
Total
30
Kontrol
6
8.45000
.688041
.280891
7.72795
9.17205
7.220
9.120
1 mL/10 L air
6
9.35667
.395660
.161527
8.94145
9.77189
8.740
9.740
2 mL/10 L air
6
10.39000
.468658
.191329
9.89817
10.88183
10.040
11.260
3 mL/10 L air
6
10.30000
.301993
.123288
9.98308
10.61692
9.900
10.680
4 mL/10 L air
6
8.91333
.321911
.131420
8.57551
9.25116
8.500
9.300
30
9.48200
.882947
.161203
9.15230
9.81170
7.220
11.260
Panjang
Total
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Berat
2.450
4
25
.072
Panjang
1.268
4
25
.309
5.3. Uji One Way ANOVA (Analysis Of Varian) ANOVA Sum of Squares
Berat
Panjang
Mean Square
Between Groups
36.221
4
9.055
Within Groups
11.259
25
.450
Total
47.480
29
Between Groups
17.386
4
4.347
5.222
25
.209
22.608
29
Within Groups Total
SKRIPSI
df
PENGARUH VARIASI DOSIS...
F
Sig.
20.106
.000
20.809
.000
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.4. Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
Berat a
Duncan
Pertumbuhan Udang
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
Kontrol
6
4.70067
4 mL/10 L air
6
5.27733
1 mL/10 L air
6
5.46733
3 mL/10 L air
6
7.20400
2 mL/10 L air
6
7.44733
Sig.
.072
.536
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Panjang Duncana Pertumbuhan Udang
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
Kontrol
6
8.45000
4 mL/10 L air
6
8.91333
1 mL/10 L air
6
3 mL/10 L air
6
10.30000
2 mL/10 L air
6
10.39000
Sig.
8.91333 9.35667
.091
.105
.736
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 6. Foto alat, bahan, dan hasil penelitian No
SKRIPSI
Gambar
Keterangan
1
Benur udang vaname PL12
2
Starter bakteri
3
Yeast Extract (YE)
4
Akuades steril
5
Pewarna Gram
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
6
Drum
7
Autoclave
8
Cawan petri
9
Tabung reaksi
10
Pipet ukur
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
11
Kapas
12
Labu Erlenmeyer
13
Cling wrap
14
Botol kaca (250 mL)
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
15
Gelas ukur
16
Bunsen dan jarum ose
17
Alumunium foil
18
Tisu
19
Vien
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
20
Shaker
21
Water bath
22
Timbangan analitik
23
Laminar Air Flow
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
24
Pengenceran TPC
25
Spectrophotometer
26
Colony counter
27
pH meter
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
28
Termometer
29
Mistar
30
Refraktometer
31
Aerator
32
Selang
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
33
Pakan udang
34
Proses sterilisasi alat menggunakan autoclave
35
Menimbang YE untuk pembuatan media starter bakteri
36
Melarutkan YE dalam akuades
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
37
Media YE 100 mL pada botol kaca
38
Proses inokulasi bakteri ke media YE 100 mL
39
Pengukuran OD menggunakan spectrophotometer
40
TPC
41
Pencampuran starter dengan carrier probiotik
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
42
Aklimatisasi benur udang vaname PL-12
43
Proses pemberian probiotik pada air
44
Pengukuran suhu air menggunakan termometer
45
Pengukuran salinitas air menggunakan refraktometer
46
Pengukuran pH air menggunakan pH meter
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
47
Proses pemanenan udang vaname
48
Pengukuran berat udang vaname menggunakan timbangan
49
Pengukuran panjang udang vaname menggunakan mistar
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
50
Udang vaname mati yang hilang beberapa bagian tubuhnya
51
Kulit udang vaname sisa dari pergantian kulit
PENGARUH VARIASI DOSIS...
MUHAMMAD B.