ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN EKSTRAK PISANG RAJA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI DAN PERKEMBANGAN TUNAS EMBRIO ANGGREK Dendrobium lasianthera J.J. Smith
SKRIPSI
INAYAH MAHMUDAH
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN EKSTRAK PISANG RAJA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI DAN PERKEMBANGAN TUNAS EMBRIO ANGGREK Dendrobium lasianthera J.J. Smith
SKRIPSI
INAYAH MAHMUDAH
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
i SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk digunakan sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penulis dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga
iv SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Shubhanallah wa ta’ala atas segala limpaan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini dengan baik. Naskah skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Ekstrak Pisang Raja Terhadap Perkecambahan dan Perkembangan Tunas Embrio Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith” disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Biologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih belum sempurna, sehingga masih membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan naskah skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset di bidang kultur jaringan dan aplikasinya untuk tanaman.
Surabaya, Juli 2016 Penulis
Inayah Mahmudah
v SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa pula, shalawat dan salam penulis panjatkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat islam ke jalan kebenaran. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Air Kelapa Dan Ekstrak Pisang Raja Terhadap Perkecambahan Biji Dan Perkembangan Tunas Embrio Anggrek Dendrobium Lasianthera J.J. Smith” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana sains, jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini
penulis telah banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya : 1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tak terhingga. 2. Adik-adikku tercinta Nurmaulida, Khoirun Nafis, Muhammad Farhan atas doa, dukungan dan hiburan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. 3. Dr. Edy Setiti Wida Utami., M.S selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, serta selalu sabar dan telaten dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan serta motivasi selama penelitian. 4. Dr. Y. Sri Wulan Manuhara., Dra., M.Si selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi motivasi dan arahan selama penulisan skripsi ini. 5. Dr. Junairiah selaku penguji III yang telah bersedia memberikan koreksi redaksional, serta kritik dan saran yang membangun dalam skripsi ini. 6. Dr. Alfiah Hayati selaku penguji IV yang telah memberikan koreksi redaksional dan saran yang membangun dalam skripsi ini. vi SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7. Drs. H. Saikhu Akhmad Husen, M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi,dukungan dan arahan yang membangun selama 4 tahun masa perkuliahan ini. 8. Sahabat terbaik, Mita, Bilqis, Ella yang selalu memberikan keceriaan, hiburan, saran, dan saling memberikan motivasi. 9. Teman-teman satu dosen wali Bilqis, Ella, Joko, Ipung, Mar’atus, Fatin, Purnomo, Dita, Isti, Indri atas kritik dan saran yang telah diberikan 10. Teman satu tim penelitian Mita dan Rere yang saling membantu selama penelitian. 11. Teman-teman dan kakak S2 Maya, Mita, Bilqis, Isti, Indri, Annisa, Mbak Risa, Mbak Tari yang telah memberi masukan, arahan, motivasi, dan bantuan selama masa penelitian sampai sidang skripsi 12. Keluarga Lab 317, Mita, Annisa, Indri, Artifa, Rere, Fatin, Purnomo, Nabila, Fairuz, Lia F, Mbak Risa, Mbak Tari, Mbak Tika, Mbak Ayu, Mbak Vika, Mbak Silfi yang selalu memberi saran dan saling membantu selama penelitian dan dalam proses penulisan skripsi ini. 13. Teman-teman Biologi angkatan 2012 yang selalu membantu dalam suka maupun duka, saling memberi motivasi, dan berbagi kebersamaan selama ini. 14. Seluruh dosen, laboran, dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga atas segala ilmu, bantuan dan masukan yang telah diberikan selama ini. 15. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.
vii SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Inayah, Mahmudah. 2016. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Dan Ekstrak Pisang Raja Terhadap Perkecambahan Biji Dan Perkembangan Tunas Embrio Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Skripsi Ini Dibawah Bimbingan Dr. Edy Setiti Wida Utami., M.S dan Dr. Y. Sri Wulan Manuhara., M.Si. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK Dendrobium lasianthera J.J. Smith merupakan salah satu anggrek alam di Indonesia. Modifikasi komposisi media dalam kultur in vitro diperlukan dalam perbanyakan anggrek untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bibit anggrek. Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi air kelapa (0%, 5%, 10%, 15%, 20%) terhadap perkecambahan biji anggrek. Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja (0g/L, 25g/L, 50g/L, 75g/L) yang dikombinasikan dengan konsentrasi terbaik air kelapa yang diperoleh pada tahap 1 (20%) terhadap perkembangan tunas embrio anggrek. Variabel yang diamati adalah persentase biji berkecambah, jumlah daun, jumlah akar, panjang daun, panjang akar, berat kering tunas, berat kering akar, dan berat kering total atau berat kering planlet. Analis data pada tahap pertama menggunakan uji anova, dan analis data pada tahap kedua menggunakan uji multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa dengan konsentrasi 15% merupakan konsentrasi terbaik untuk perkecambahan. Interaksi kombinasi air kelapa 20% dengan ekstrak pisang raja 25g/L, 50 g/L, 75 g/L menunjukkan hasil yang terbaik pada peningkatan jumlah akar, jumlah daun, berat kering tunas, berat kering akar, dan berat kering total. Perlakuan air kelapa 20% dan ekstrak pisang raja 50 g memberikan hasil yang terbaik pada peningkatan panjang daun dan panjang akar. Dari hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja mempengaruhi perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
Kata kunci : Dendrobium lasianthera J.J. Smith, ekstrak pisang, air kelapa, perkecambahan biji, perkembangan tunas
viii SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Inayah, Mahmudah. 2016. Effect Of Coconut Water And Banana Extract On Germination Seed And Shoot Embryo Development Of Dendrobium lasianthera J.J. Smith. This Thesis Is Under Guidance of Dr. Edy Setiti Wida Utami., M.S and Dr. Y. Sri Wulan Manuhara., M.Si. Biology Department, Fakulty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT Dendrobium lasianthera J.J. Smith is one of natural orchid in Indonesia. Modification of medium composition on in vitro culture is required in orchid propagation to enhance the productivity and quality of orchid seeds. This study was conducted in 2 phases. The first phase was aimed to determine the effect of coconut water (0%, 5%, 10%, 15%, 20%) on orchid seeds germination. The second phase was aimed to determine the effect of banana extracts (0g/L, 25g/L, 50g/L, 75g/L) combined with the best concentration of coconut water from first phase (20%) on shoot embryo development. The variables that included are the presentation of germination, leaf number, root number, leaf length, root length, shoot dry weight, root dry weight, and planlet dry weight. The result showed that 15% coconut water gave the best result on orchid seed germination. Interaction between 20% and 25g/L, 50 g/L, 75 g/L banana extract gave the best result on leaf number, root number, shoot dry weight, root dry weight, and planlet dry weight. The 20% coconut water and 25 g banana extract gave the best result on leaf length and root length. The results presented above have proved that as natural addition, coconut water and banana extract, were affected the germination and shoot embryo development.
Keywords: Dendrobium lasianthera J.J. Smith, coconut water, banana extract, germination, shoot development
ix SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ............................. KATA PENGANTAR ............................................................................. UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................... ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Asumsi Penelitian .................................................................... 1.4 Hipotesis Penelitian ................................................................. 1.4.1 Hipotesis kerja ................................................................... 1.4.1 Hipotesis statistik ............................................................... 1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Anggrek Dendrobium...................... 2.2 Tinjauan Tentang Dendrobium lasianthera J.J. Smith ............ 2.3 Tinjauan Umum Kultur Jaringan ............................................. 2.4 Tinjauan Umum Medium Vacin And Went ............................ 2.5 Tinjauan Tentang Mikropropagasi Anggrek ........................... 2.5.1 Perkecambahan biji anggrek ............................................. 2.5.1 Perkembangan tunas embrio ............................................. BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................. 3.2 Bahan Dan Alat Penelitian ...................................................... 3.2.1 Bahan hayati ...................................................................... 3.2.2 Bahan kimia ...................................................................... 3.2.3 Alat penelitian ................................................................... 3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 3.3.1 Pembuatan stok mikronutrien 100mL ................................
Halaman i ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv 1 5 6 7 7 8 10 11 12 15 18 22 26 26 28 30 30 30 30 31 31 31
x SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.3.2 Pembuatan stok zat besi ..................................................... 3.3.3 Pembuatan stok vitamin ..................................................... 3.3.4 Pembuatan media VW........................................................ 3.3.5 Pembuatan ekstrak buah ..................................................... 3.3.6 Sterilisasi alat ..................................................................... 3.3.7 Sterilisasi bahan ................................................................. 3.3.8 Sterilisasi ruang kerja ......................................................... 3.4 Tahapan Penelitian.................................................................... 3.5 Rancangan Penelitian................................................................ 3.6 Variabel Penelitian.................................................................... 3.7 Pengumpulan Data .................................................................... 3.8 Analisis Data ............................................................................ BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ..................................................................... 4.1.1 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-4 ........................................................... 4.1.2 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-8 ........................................................... 4.1.3 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 ......................................................... 4.1.4 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan konsentrasi air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 ........................................ 4.1.5 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan konsentrasi air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 ...................................... 4.2 Pembahasan .............................................................................. 4.2.1 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek Dendrobium lasianthera ..................................................................... 4.2.2 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap jumlah daun anggrek D. lasianthera ...............................
31 32 32 33 34 34 34 35 37 38 39 39 42
42
44
45
47
48 50
51
55
xi SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2.3 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap jumlah akar anggrek D. lasianthera ................................ 4.2.4 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap panjang daun anggrek D. lasianthera ............................ 4.2.5 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap panjang akar anggrek D. lasianthera .............................. 4.2.6 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering tunas anggrek D. lasianthera ..................... 4.2.7 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering akar anggrek D. lasianthera........................ 4.2.8 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering planlet anggrek D. lasianthera ................... 4.2.9 Morfologi perkecambahan dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith secara in vitro. ................................................................ BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 5.2 Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN
56
58
60
61
63
65
66 71 72 73
xii SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Nomor 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4
4.5
Judul
Halaman
Jenis Perlakuan Pada Tahap 1 Jenis Perlakuan Pada Tahap 2 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio pada minggu ke-4 setelah kultur Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio pada minggu ke-8 setelah kultur Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio pada minggu ke-12 setelah kultur Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio pada minggu ke-6 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio pada minggu ke-12
37 37 43 44 46
47
49
xiii SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
2.1 2.2 2.3 2.4 4.1
Bagian Bunga Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith Tanaman Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith Bunga Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith Buah Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith Rata – rata persentase biji berkecambah embrio anggrek D. lasianthera antar perlakuan pada minggu ke-4 Rata – rata persentase biji berkecambah embrio anggrek D. lasianthera antar perlakuan pada minggu ke-8 Rata – rata persentase biji berkecambah embrio anggrek D. lasianthera antar perlakuan pada minggu ke-12 Rata – rata jumlah daun anggrek D. lasianthera antar perlakuan pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 Rata – rata jumlah akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam Rata – rata panjang daun anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam Rata – rata jumlah akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam Rata – rata berat kering tunas anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 setelah tanam Rata – rata berat kering tunas anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah tanam Rata – rata berat kering akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 setelah tanam Rata – rata berat kering akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah tanam Rata – rata berat kering total planlet anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 setelah tanam Rata – rata berat kering total planlet anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah tanam Morfologi perkecambahan biji dan perkembangan embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith, Morfologi perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada berbagai perlakuan pada minggu ke-6 Morfologi perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada berbagai perlakuan pada minggu ke-12
4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16
Halaman 14 16 17 18 52 53 53 55 56 58 60 61 62 63 64 65 65 67 68 69
xiv SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara megabiodiversitas di dunia. Dari ujung Sabang sampai dengan Merauke, di daratan dan di perairan. Indonesia memiliki berbagai jenis makhluk hidup yang begitu melimpah dengan berbagai keunikannya terutama tanaman anggrek. Diantara 26.000 jenis anggrek di dunia, 5000 jenis anggrek merupakan plasma nutfah terbesar di Indonesia. Saat ini sekitar 70 jenis anggrek dari jumlah tersebut diduga telah punah pada habitatnya, karena penebangan liar (Wirakusuma, 2006). Dendrobium lasianthera J.J Smith termasuk salah satu jenis tanaman anggrek yang hampir punah yang telah dimasukkan dalam kriteria Appendiks II oleh Convention on Internasional Trade in Endangered Species Wild Fauna and Flora (CITES). Tanaman anggrek mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan
mengingat
keanekaragaman
anggrek
tersebut
terancam
kelestariannya (Sandra, 2010). Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pertanian menetapkan tanaman anggrek sebagai komoditas hortikultura unggulan yang memiliki prospek agribisnis untuk dikembangkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007), oleh karena itu perlu dilakukan upaya konservasi untuk menjaga kelestariannya. Upaya untuk meminimalisir punahnya tanaman anggrek perlu dilakukan budidaya tanaman. Secara umum, budidaya tanaman terbagi menjadi 2 cara yaitu secara generatif dan vegetatif.
1 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan bagian dari tanaman tersebut. Teknik perbanyakan vegetatif antara lain cangkok, stek, okulasi dan sebagainya. Kelemahan dari perbanyakan vegetatif secara konvensional adalah sangat lambat menghasilkan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat, tidak dapat dilakukan untuk tanaman tertentu, sistem perakarannya lebih lemah. Selain perbanyakan vegetatif, budidaya tanaman anggrek dapat juga dilakukan dengan perbanyakan secara seksual atau generatif. Perbanyakan generatif adalah proses perbanyakan dengan menggunakan biji. Perbanyakan generatif bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu in vivo dan in vitro. Kendala utama perbanyakan anggrek generatif secara in vivo adalah biji anggrek tidak memiliki endosperm. Biji ini hanya akan dapat tumbuh apabila bersimbiosis dengan jamur (mikoriza) yang sesuai (Arditti & Ernst, 1993).
Di alam, biji-biji yang
berkecambah kurang dari 1% (Gunawan, 2003). Kemampuan biji anggrek untuk berkecambah secara alami sangat rendah, oleh karena itu diperlukan teknik kultur jaringan (in vitro) untuk membantu perkecambahan pada anggrek. Perbanyakan melalui kultur in vitro diharapkan dapat memperbanyak tanaman anggrek dalam jumlah besar, homogen dan bermutu, sehingga masyarakat dapat menikmati nilai estetika yang tinggi dari masing-masing anggrek. Kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat syarat yang diperlukan terpenuhi. Ada lima syarat yang harus dipenuhi dalam teknik kultur jaringan, yaitu seleksi bahan tanam, teknik sterilisasi eksplan, komposisi medium dasar, keterlibatan zat pengatur tumbuh, seta faktor lingkungan dimana kultur di tempatkan (Zulkarnaen, 2009)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
Mikropropagasi adalah suatu bentuk aplikasi teknik kultur jaringan yang bertujuan untuk perbanyakan tanaman. Teknik mikropropagasi dimulai dari bagian tanaman yang terorganisasi, seringkali berupa suatu mata tunas, selanjutnya proses kultur dengan memelihara organisasi jaringan ini sambil mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan, selanjutnya penggandaan dan regenerasi tanaman lengkap (Zulkarnain, 2009). Mikropropagasi anggrek dengan kultur biji memerlukan 3 tahapan yaitu (1). Penaburan biji yang bertujuan untuk mengecambahkan biji membentuk tunas embrio, (2). Subkultur I yang dilakukan untuk menginduksi terbentuknya akar pada tunas embrio membentuk planlet, (3). Subkultur II untuk memacu pertumbuhan optimal pada planlet dengan sistem perakaran yang kuat dan siap diaklimatisasi. Di dalam penelitian ini, penulis hanya mengamati perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio. Medium yang paling sering digunakan untuk kultur embrio anggrek adalah medium Vacin and Went atau yang biasa disebut dengan media VW (Damayanti, 2006) yang megandung unsur makro, unsur mikro, zat pengatur tumbuh (ZPT), dan vitamin. Penambahan zat-zat organik di dalam media kultur jaringan memberikan pengaruh terhadap perkecambahan biji anggrek (Arditti, 1979). Beberapa jenis bahan organik yang bisa ditambahkan dalam media tumbuh antara lain ekstrak yeast, air kelapa, tomat, pisang, jeruk, tauge, alpukat, dan lain-lain (Masyarah, 2012). Penelitian ini menggunakan modifikasi media untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perbanyakan anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
dengan penambahan air kelapa (untuk tahap perkecambahan biji) dan ekstrak buah pisang raja (untuk tahap perkembangan tunas embrio). Air kelapa yang baik untuk media kultur jaringan adalah buah kelapa yang masih muda karena mengandung bermacam-macam senyawa penting seperti hormon sitokinin, karbohidrat, asam amino, asam nukleat, dan vitamin (George, 1993), hormon auksin, sukrosa, dan asam lemak (Arditti, 1993) . Menurut Salisbury dan Ross (1995), sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil. Sitokinin merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sistensis protein. Sitokinin yang bekerja sama dengan auksin berperan penting dalam morfogenesis tumbuhan dengan memacu pembentukan akar dan tunas (Werner. T et al, 2001). Hasil penelitian Arditti dan Ernts (1992) menunjukkan bahwa buah pisang mengandung hormon tumbuh seperti auksin dan giberelin serta nutrisi penting lainnya. Ekstrak pisang raja mengandung nutrien penting bagi pertumbuhan planlet, secara khusus mengandung thiamin yang berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar. Ekstrak pisang raja juga mengandung unsur kalsium (Ca). Menurut Salisbury dan Ross (1995) unsur kalsium (Ca) berperan dalam pembentukan bulu-bulu akar dan pemanjangan akar. Penelitian Maryoni (2005), menyatakan pemberian konsentrasi air kelapa meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada setek tanaman panili. Penelitian Sari (2007), menyatakan konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman panili pada
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas. Berdasarkan penelitian Geranita (2012), menyatakan bahwa pemberian air kelapa dengan konsentrasi 20% mampu meningkatkan jumlah perkecambahan biji anggrek. Penelitian Sandoval Prando, et al (2014) menunjukkan bahwa penambahan 20% air kelapa meningkatkan pembentukan tunas per eksplan dan penambahan 2 mg/L BAP, 0,01 mg/L IAA dan 0,5 mg/L GA3 mempengaruhi pemanjangan tunas pada tanaman Corylus avellana L. (hazelnut). Penelitian Santi Tresia dkk (2012) menunjukkan bahwa komposisi media VW dengan penambahan ekstrak pisang raja konsentrasi 50g/L memberikan hasil terbaik pada pertambahan berat tanaman, jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas berat basah dan berat kering anggrek Dendrobium Candy Stripe lasianthera. Penelitian Kasutjianingti dan Rudi Irawan (2013) menunjukkan bahwa penambahan 2 mg/L BAP, air kelapa 150 mL/L, dan ekstrak pisang 50 g/L memberi pengaruh pada penambahan jumlah tunas anggrek Phalaenopsis amabilis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja terhadap perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith ”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
1. Apakah pemberian air kelapa pada media VW dengan konsentrasi yang berbeda (mL/L) memberikan pengaruh pada persentase biji berkecambah anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith? 2. Berapa konsentrasi air kelapa (mL/L) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal persentase biji berkecambah anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith? 3. Apakah pemberian ekstrak pisang raja dengan konsentrasi yang berbeda pada media VW yang mengandung air kelapa 20% memberikan pengaruh pada perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith? 4. Berapa konsentrasi ekstrak pisang raja yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal dari perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith?
1.3 Asumsi Penelitian Air kelapa muda merupakan bahan organik yang umum ditambahkan dalam medium pertumbuhan. Keuntungan menggunakan bahan organik karena terkandung zat-zat kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh, seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan sumber gula (Raharja, 2009). Ekstrak pisang raja mengandung nutrien penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman seperti air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, posfor, thiamin, dll. Selain itu ekstrak pisang raja juga mengandung hormon giberelin dan auksin yaitu zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pertumbuhan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
terutama dalam pembesaran, pemanjangan dan pembelahan sel (Tresia dkk, 2012). Sehingga dapat diasumsikan bahwa pemberian air kelapa dan pisang raja pada media VW dapat mempengaruhi perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith.
1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja 1. Jika pemberian air kelapa pada media VW berpengaruh terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith, maka terdapat perbedaan persentase biji berkecambah pada perlakuan media yang diberi air kelapa dengan media yang tidak diberi air kelapa. 2. Jika pemberian air kelapa pada media VW mempengaruhi perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith, maka terdapat perbedaan persentase biji berkecambah pada berbagai konsentrasi air kelapa yang diberikan. 3. Jika pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20% berpengaruh terhadap perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith, maka terdapat perbedaan perkembangan tunas embrio pada perlakuan media yang diberi ekstrak pisang raja dengan media yang tidak diberi ekstrak pisang raja. 4. Jika pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20% berpengaruh terhadap perkembangan tunas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith, maka terdapat perbedaan perkembangan tunas embrio pada berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang diberikan. 1.4.2 Hipotesis statistik 1. H0
: Pemberian air kelapa pada media VW tidak mempengaruhi
persentase biji berkecambah anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Ha
: Pemberian air kelapa pada media VW mempengaruhi persentase
biji berkecambah anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 2. H0
: Tidak ada perbedaan persentase biji berkecambah anggrek
Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada berbagai konsentrasi air kelapa yang diberikan pada media VW. Ha
: Ada perbedaan persentase biji berkecambah anggrek Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada berbagai konsentrasi air kelapa yang diberikan pada media VW. 3. H0
: Pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media
VW yang mengandung air kelapa 20% tidak mempengaruhi pertambahan jumlah daun pada tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Ha
: Pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media
VW yang mengandung air kelapa 20% mempengaruhi pertambahan jumlah daun pada tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 4. H0
: Tidak ada perbedaan panjang daun pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
Ha
: Ada perbedaan panjang daun pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. 5. H0
: Tidak ada perbedaan pertambahan jumlah akar pada tunas embrio
Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. Ha
: Ada perbedaan pertambahan jumlah akar pada tunas embrio
Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. 6. H0
: Tidak ada perbedaan panjang akar pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. Ha
: Ada perbedaan panjang akar pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith dengan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. 7. H0
: Tidak ada perbedaan berat kering tunas pada tunas embrio
Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. Ha
: Ada perbedaan berat kering tunas pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
8. H0
: Tidak ada perbedaan berat kering akar pada tunas embrio
Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. Ha
: Ada perbedaan berat kering akar pada tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. 9. H0
: Tidak ada perbedaan berat kering planlet tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%. Ha
: Ada perbedaan berat kering planlet tunas embrio Dendrobium
lasianthera J.J. Smith pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20%.
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh pemberian air kelapa pada media VW terhadap perkecambahan biji Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 2. Konsentrasi air kelapa yang sesuai untuk perkecambahan biji Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 3. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW yang mengandung air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
4. Konsentrasi ekstrak pisang raja yang sesuai untuk perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith dengan berbagai konsentrasi air kelapa dan ekstrak pisang raja yang ditambahkan dalam media VW.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Anggrek Dendrobium Anggrek Dendrobium termasuk famili Orchidaceae. Tanaman berbunga indah ini, tersebar luas di pelosok dunia, termasuk di Indonesia. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar. Dan 20.000 spesies anggrek yang terbesar di seluruh dunia, 6.000 diantaranya berada di hutan Indonesia. Anggrek Dendrobium termasuk anggrek epifit. Anggrek epifit mempunyai akar yang menempel pada batang atau dahan tanaman lain. Akar yang menempel umumnya berbentuk agak mendatar mengikuti bentuk permukaan batang, sedangkan rambut akarnya pendek-pendek. Akar ini mempunyai filamen yang memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Velamen juga berfungsi sebagai alat pernapasan. Velamen terdiri dari jaringan bunga karang dengan selubung luar berupa selaput bewarna putih dan keadaan biasa sel-selnya hanya berisi udara (Widhiastuti, dkk,2007). Anggrek Dendrobium berbatang ganda yang tumbuh ke samping dari rhizome yang menjalar ke medium tempat tumbuh. Pada ruas-ruas rhizome atau pangkal batang terdapat tunas tidur yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru dan batangnya di sebut “bulb” atau pseudobulb (Ginting, 1990).
12 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
Anggrek Dendrobium berbunga saat batang semunya telah dewasa dan dengan cadangan makanan yang memadai sehingga pembungaannya terpacu. Begitu selesai mengalami proses pembungaan, segera tumbuh tunas vegetatif baru yang akan berubah menjadi bunga setelah tunas serabut dewasa. Proses pembungaan dapat terpacu lebih cepat jika jumlah batang semu dan daun Dendrobium dewasa sudah cukup banyak (Sandra, 2001). Bentuk daun tanaman anggrek menyerupai jenis tanaman monokotil pada umumnya, yakni memanjang seperti pedang dan ukuran panjang daunnya bervariasi. Selain itu, daun juga mempunyai ketebalan berbeda sesuai dengan jenisnya (Ashari, 1995). Buah anggrek berbentuk kapsular yang di dalamnya terdapat biji yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung. Biji-biji anggrek tersebut tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam perkecambahannya diperlukan nutrisi dari luar atau lingkungan sekitarnya (Widiastoety, 2003). Dendrobium memiliki sepal (kelopak) bunga berbentuk segitiga. Bagian dasar bunga bersatu membentuk taji. Petal (mahkota) bunga biasanya lebi tipis dari kelopaknya dan bibirnya terbelah. Dendrobium memiliki kuntum bunga berjumlah banyak dalam satu tangkai. Warna bunganya menarik dan beraneka ragam (Agromedia, 2007).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
Gambar 2.1. Bagian-bagian bunga anggrek Dendrobium (Subhan, 2010). Secara
umum
dapat
dikatakan
bahwa
anggrek
Dendrobium
memerlukan sinar sebanyak 50-60 %; ini berarti bahwa jenis anggrek tersebut menyukai tipe sinar yang agak teduh. Anggrek Dendrobium merupakan jenis anggrek epifit, sehingga keteduhan yang diperlukannya diperoleh dengan selalu berada di bawah dedaunan pohon yang ditumpanginya tersebut (Gunadi, 1985). Suhu maksimum untuk anggrek ialah 400 C dan minimum 100 C. Suhu berhubungan erat dengan intensitas cahaya dan mempengaruhi proses asimilasi. Intensitas cahaya yang tinggi akan lebih cepat meningkatkan suhu. Proses asimilasi pada anggrek akan meningkat melampaui titik optimumnya. Pembungaan jenis anggrek tertentu dipengaruhi oleh suhu malam hari kira-kira 210 C. Tanaman anggrek pada umumnya membutuhkan kelembaban cukup tinggi yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi (RH) yang dibutuhkan tanaman anggrek berkisar antara 60-80 %. Fungsi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
kelembaban yang tinggi ini antara lain untuk menghindari proses respirasi atau penguapan yang berlebihan (Iswanto, 2002).
2.2. Tinjauan Tentang Dendrobium lasianthera J.J. Smith Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith merupakan tanaman asli dari daerah tropis Asia dan Pasifik, tepatnya di Papua (Gilbert, 1953). Taksonomi anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith adalah : Kingdom : Plantae Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Order
: Asparagales
Family
: Orchidaceae
Genus
: Dendrobium
Species
: Dendrobium lasianthera J.J. Smith (Simpson, 2006 dan Anonim,
2008) Akar anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith bebentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar tampak berwarna putih keperakan dan hanya bagian ujung akar berwarna hijau atau tampak keunguan. Akar mempunyai filamen, yaitu lapisan luar terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar (Destri dan Jodi, 2006). Filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
membantu akar melekat pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar (Darmono, 2008). Batang anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith berbentuk ramping memanjang dan tingginya hampir mancapai tiga meter (Gilbert, 1953). Anggrek Dendrobium lasiantera J.J. Smith termasuk dalam anggrek tipe simpodial karena memiliki batang utama dan pertumbuhan batangnya tidak terbatas.
Gambar 2.2. Tanaman anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith (David, 2010) Daun anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith berbentuk bulat telur memanjang, daun tebal agak berdaging dan kaku. Bagian tepi tidak bergerigi, tidak bertangkai, dan sepenuhnya duduk pada batang. Tulang daun sejajar dengan tepi daun berakhir di ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua (Latif, 1960). Bunga anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith tersusun dalam karangan bunga dan pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith memiliki lima bagian
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
utama bunga seperti bunga anggrek Dendrobium lainnya yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal berjumlah tiga buah, sepal bagian atas disebut sepaldorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Petal berjumlah tiga buah, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal, dan petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum (Latif, 1960).
PD PD
SD SL
SL
L Gambar 2.3. Bunga anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith, PD = petal dorsal, L = Labellum, SD = sepal dorsal, SL = sepal lateral (Anonim, 2012) Pada anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith modifikasi sepal dan petal yang terlihat melintir menyerupai spiral tidak terlihat seperti layaknya sepal dan petal anggrek Dendrobium lainnya. Column (tungu) yang terdapat di bagian tengah bunga merupakan tempat alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung column (tungu) terdapat anther atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak dibawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di bawah column, sepal dan petal (Latif, 1960).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
Menurut Sumartono (1981), buah anggrek mengandung ribuan sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara lainnya, karena biji anggrek tidak mengandung endosperma atau cadangan makanan. Pembiakan dengan biji yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan varietas baru.
Gambar 2.4. Buah anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith (Dokumentasi pribadi)
2.3.
Tinjauan Umum Kultur Jaringan Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode yang untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril, dan dalam kondisi yang aseptik dan lingkungan yang terkontrol, sehingga bagian – bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Perbanyakan anggrek secara kultur jaringan dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase transformasi meristem ke dalam bentuk
SKRIPSI
Protocorm Like Boddies (PLBs), memisahkan PLBs
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
kebagian-bagian kecil dan menumbuhkan PLBs untuk menjadi tanaman sempurna (Pierik, 1987). Kultur jaringan tumbuhan didasarkan pada teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schleiden dan Schwan, bahwa setiap sel memiliki seluruh informasi genetik yang sama dengan induknya dan mampu membentuk individu baru apabila dipelihara dalam lingkungan yang sesuai. Menurut Mantell dan Smith (1983) teknik kultur jaringan menjadi alternatif yang paling mungkin dikembangkan untuk memproduksi tanaman secara besar-besaran. Arditti (1977) dan Pierik (1998), melaporkan keuntungan penggunaan teknik kultur jaringan sebagai berikut: (i) dapat memproduksi tanaman dalam jumlah besar dan cepat; (ii) dapat diperoleh bibit dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat; (iii) dapat dilakukan setiap waktu, tidak tergantung musim dan iklim; (iv) planlet hasil kultur dapat disimpan dan dipelihara dalam ruang kultur tidak terlalu luas; (v) kondisi lingkungan yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dapat dijaga dan diatur; (vi) memungkinkan dilakukannya rekayasa genetik, isolasi sel, isolasi protoplas dan fusi protoplas untuk berbagai keperluan pemuliaan tanaman. Dengan teknik kultur jaringan diharapkan perbanyakan tanaman anggrek dapat berlangsung cepat, dan diperoleh bibit bermutu dalam jumlah banyak. Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan halhal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
sebagai bahan awal kultur. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003). Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Harus diingat bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila media yang dipilih mempertimbangkan apa-apa yang diperlukan oleh tanaman. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang diperlukan (Santoso dan Nursadi, 2001). Kesamaannya adalah tanaman memerlukan hara makro dan mikro, vitaminvitamin, karbohidrat (gula), asam amino dan zat organik, zat pengatur tumbuh, zat pemadat dan kadang ada penambahan bahan-bahan seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik, ataupun arang aktif (Zihan, 2011). Kondisi yang menentukan keberasilan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya dibutuhkan untuk mengatur proses foto morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas, dan kualitasnya. Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan. Energi radiasi dekat spektrum ultra violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang paling efektif
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
untuk merangsang pembentukan tunas, sedangkan pembentukan akar dirangsang oleh cahaya merah dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap multiplikasi tunas digunakan untuk pencahayaan dengan lampu fluoroscent (TL). Secara umum, intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur tahap inisiasi kultur adalah 1-1000 lux, tahap multiplikasi sebesar 100010000 lux, tahap pengakaran sebesar 10000-30000 lux, dan aklimatisasi sebesar 30000 lux (Yusnita, 2003). Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu umum yang digunakan adalah 26-200 C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 200 C) dapat mengambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 320 C) menyebabkan tanaman mati (Yusnita, 2003). Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah pH yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperatikan kepantingan fiiologi sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garamgaram penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-garam lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar 5,5 – 5,8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
2.4.
Tinjauan Umum Medium Vacin And Went Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persentase daya kecambah biji anggrek tersebut adalah dengan cara in vitro, dengan menggunakan medium tumbuh. Medium tumbuh yang biasa digunakan untuk perkecambahan biji anggrek adalah medium Vacin and Went (VW). Selain medium, hormon juga memegang peranan penting dalam perkecambahan dan pertumbuhan (Yusnida et al, 2006) Medium yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik medium akan mempengaruhi
pertumbuhan
kultur,
kecepatan
pertumbuhan
dan
diferensiasinya. Keadaan fisik medium ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam medium serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan Pada umumnya komposisi utama medium tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila medium tersebut ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat medium (agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, akuades, dan bahan organik tambahan ( Luri, 2009). Penambahan zat-zat organik di dalam media kultur jaringan memberikan pengaruh terhadap perkecambahan biji anggrek (Arditti, 1979). Pada penelitian ini, bahan organik yang ditambahkan antara lain :
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
a. Air kelapa Air kelapa merupakan salah satu diantara beberapa persenyawaan kompleks alamiah yang sering digunakan dalam kultur jaringan untuk perbanyakan mikro anggrek. Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik merupakan salah satu cara untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis yang dipakai dalam pembuatan media kultur, seperti kinetin. Hal ini disebabkan karena, buah kelapa yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau lebih murah dibandingkan bahan sintetis yang sulit didapatkan dan harganya yang relatif lebih mahal. Selain itu, keunggulan air kelapa juga sepadan dengan bahan sintetis yang mengandung sitokinin atau merupakan hormon pengganti sitokinin (Tuhuteru dkk, 2012).
Penggunaan air kelapa dalam media kultur anggrek telah banyak dilakukan (Ang et al, 2005). Air kelapa yang baik untuk media kultur jaringan adalah buah kelapa yang masih muda karena mengandung bermacam-macam senyawa penting seperti hormon sitokinin non purin, karbohidrat, asam amino, asam nukleat, dan vitamin (George, 1993). Morel (1974) mengatakan bahwa air kelapa menstimulir pembelahan epidermis dan mengarah pada pembentukan protocorm jaringan supaya beregenerasi lebih lanjut dan lebih cepat.
Air kelapa mengandung glukosa, lipid, asam amino, senyawa nitrogen, asam organik dan enzim(Tulecke et al, 1961). Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Air kelapa mengandung komposisi kimia dan nutrisi yang lengkap (hormon, unsur hara makro, dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
unsur hara mikro), sehingga apabila diaplikasikan pada tanaman akan berpengaruh positif pada tanaman (Permana, 2010). Air kelapa merupakan endosperm cair yang mengandung difenil urea sehingga dapat memacu pembelahan sel (Hendaryono dan Wijayati, 1994). Menurut Yusnida (2006), air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Sitokinin merupakan salah satu fitohormon yang berperan dalam pembelahan sel, pembentukan aktivitas meristem tunas, perkecambahan biji, dan pertumbuhan akar (Haberer dan Kieber, 2002) Selain adanya sitokinin, pertumbuhan yang baik akibat pemberian air kelapa diduga pula karena kandungan auksin. Menurut Saidah (2005), auksin diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif (yaitu tunas, daun muda
dan
buah).
Auksin
juga
berperan
dalam
embriogenesis,
organogenesis, dan pembentukan jaringan vaskular (Yong et al, 2009). b. Buah pisang raja Selain air kelapa, salah satu bahan organik lain yang sering ditambahkan pada media kultur adalah ekstrak pisang (Molnár et al, 2011). Ekstrak pisang raja mengandung nutrien yang penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu antara lain air, protein, lemak, karbohidrat, kalium, fosfor, magnesium, zat besi, dan vitamin ((Kardarron, 2009). Pisang merupakan sumber Kalium, Magnesium, Cu, Mn, dan vitamin (Wall, 2006) dengan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
adanya hormon tumbuh antara lain IAA, GA7, GAx, Zeatin (Van Staden, 1975). Data PKBT (2007) menunjukkan bahwa vitamin yang terkandung dalam pisang adalah vitamin A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin (vitamin B6) dan asam askorbat (vitamin C). Sedangkan gula dalam pisang terdiri atas senyawa 4.6% dextrosa, dan 2% sukrosa. Selain itu, pada ekstrak pisang juga ditemukan adanya sitokinin, auksin, dan giberellin (Khalifah, 1966). Sitokinin alami yang terdapat pada buah pisang mengambat inisiasi kultur, tetapi mampu mendorong terbentuknya diferensiasi tunas (Whithner, 1974). Pertumbuhan akar tergantung pada peran unsur fosfor, kalsium, mangan, zat besi, dan boron. Unsur fosfor yang diberikan dalam jumlah yang tinggi berpengaruh terhadap pertambahan jumlah akar melebihi tunas (Salisbury dan Ross, 1995). Kandungan dalam pisang raja memberikan pengaruh yang positif terhadap proses metabolisme. Dengan meningkatnya proses metabolisme maka pertumbuhan planlet juga dapat meningkat (Santi Tresia, dkk 2012). Menurut Arditti dan Ernst (1993) bahwa dalam buah pisang terdapat hormon auksin dan sitokinin. Watimena et al. (1992) juga menyatakan bahwa setiap buah yang masak terdapat hormon auksin di dalamnya. Auksin dalam kultur jaringan, selain berfungsi untuk merangsang pemanjangan sel juga pembentukan kalus, klorofil, morfogenesis akar dan tunas, serta embriogenesis.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26
2.5. Tinjauan Tentang Mikropropagasi Anggrek 2.5.1. Perkecambahan biji anggrek Biji anggrek merupakan organ tumbuhan yang siap untuk tumbuh menjadi tanaman lengkap. Biji anggrek perlu ditanam dalam botol karena tidak mempunyai cadangan makanan (endosperm) yang dapat digunakan pada awal perkecambahannya. Oleh karena itu, anggrek perlu diberi makanan yang bisa diambil dari media kultur. Media kultur biasanya ditambah dengan bahan organik seperti kelapa, tomat, kentang atau pisang (Sandra, 2003). Penaburan biji pada medium padat merupakan cara perbanyakan tanaman yang paling sering dilakukan. Hal ini karena laju pertumbuhan biji menjadi calon plantlet, hingga menjadi plantlet lebih cepat daripada melalui perbanyakan pada media cair. Biji anggrek yang akan ditabur harus diambil dari buah anggrek yang tepat masak. Anggrek yang akan dihasilkan nanti diharapkan memiliki sifat yang lebih baik seperti tahan terhadap penyakit dan tekanan lingkungan (Sriyanti, 2007). Perkecambahan adalah munculnya individu baru dari suatu biji tanaman. Peristiwa ini merupakan salah satu tahapan pada siklus hidup tumbuhan. Tidak hanya secara in vivo, perkecambahan juga dapat dilakukan secara in vitro melalui teknik kultur jaringan dimana prosesnya lebih sering disebut sebagai kultur organ (biji). Menurut Johnson dan Kane (2007) perkecambahan dan perkembangan protocorm anggrek melalui beberapa tahapan yang berbeda, tergantung dari spesiesnya. Pada anggrek Dendrobium, tahapan tersebut meliputi: Tahap 0,
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
embrio dilindungi oleh testa; Tahap 1, embrio membengkak dan ukuran bertambah besar; Tahap 2 testa pecah, embrio muncul dari testa (berkecambah); Tahap 3, embrio lepas dari testa; Tahap 4, embrio dengan Shoot Apical Meristem (SAM); Tahap 5, tunas dengan daun pertama. Perkecambahan dan pertumbuhan anggrek dipengaruhi oleh banyak faktor yang kompleks dan spesies yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda pula. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan anggrek antara lain (Pierik, 1987): a. Temperatur. Pada umumnya biji anggrek berkecambah pada temperatur 20–250 C. b. Penyinaran. Penyinaran yang dibutuhkan 12-16 jam/hari dengan intensitas rendah 2.5 –10 W.m2. Namun pada Paphiopedilum dan Cypripedium, biji hanya dapat tumbuh apabila pada fase awal perkecambahan tidak diberikan perlakuan penyinaran. c. Agar. Disarankan agar ditambahkan dengan konsentrasi 0.6 –0.8%. d. Mineral. Pada umumnya perkecambahan biji anggrek tidak membutuhkan mineral dalam konsentrasi tinggi, bahkan pada Paphiopedilum dapat berkecambah dengan baik pada medium yang tidak mengandung kalsium. e. Gula. Dibutuhkan untuk sumber energi. Gula ditambahkan pada medium dengan konsentrasi 1-3%. f. pH.
Rentang
pH
medium
yang
biasanya
digunakan
pada
perkecambahan biji anggrek adalah 4.8 –5.8.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
g. Vitamin. h. Zat Pengatur Tumbuh. Pada perkecambahan biji anggrek biasanya tidak perlu ditambahkan Zat Pengatur Tumbuh, karena memberikan efek yang tidak diinginkan (misalnya pembentukan kalus atau tunas adventif). i. Senyawa kompleks. Senyawa kompleks yang biasa digunakan antara lain air kelapa, juice pisang, peptone, juice nenas, casein hydrolisate. j. Arang aktif. Pada spesies anggrek tertentu dibutuhkan penambahan arang aktif ke dalam medium. Arang aktif merupakan arang yang telah dipanaskan selama beberapa jam dengan menggunakan uap air atau udara panas (George dan Sherrington, 1984). 2.5.2. Perkembangan tunas embrio Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Menurut Harjadi (1993), pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter dan luas bagian tanaman. Perkembangan adalah penjumlahan seluruh perubahan secara progresif merincikan tubuh organisme. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedanya meristem, hasil asimilasi, hormon, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner et al, 1991)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
Menurut Heddy dkk (1994), secara umum tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman meliputi perkecambahan, pertumbuhan bibit, fase muda (Vegetatif), fase masak, dan fase senesensi. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, batang,. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting yaitu: (1). Pembelahan sel, (2). Pemanjangan sel, (3). Tahap awal dari diferensiasi sel (Harjadi, 1993). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya temperatur, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen (Gardner et al., 1991; Harjadi, 1993).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga, selama 7 bulan, mulai bulan Oktober 2015 hingga April 2016.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1. Bahan hayati Bahan hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith yang berusia 4 bulan setelah polinasi yang diperoleh dari “DD Orchid” Batu, Malang. Bahan hayati lain yang digunakan adalah air kelapa muda dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% (v/v) dan ekstrak buah pisang raja yang telah masak dengan berbagai konsentrasi (25 g/L, 50 g/L, 75 g/L). 3.2.2. Bahan kimia Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bahan – bahan penyusun media VW (Vacin dan Went) (lampiran 1), alkohol 70%, aquades, dan spiritus. 3.2.3. Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kultur, gelas ukur, labu erlenmeyer, spatula, pinset, timbangan analitik, scalpel, blade,
30 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
cawan petri, pengaduk, gelas beaker, aluminium foil, LAF (laminar air flow), autoclave, oven, stirer, kompor listrik, plastic wrap, kertas label, korek api, kertas pH, kamera digital, micropipet, korek api, masker, sarung tangan, kertas coklat, kain lap, bunsen.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pembuatan stok mikronutrien 100 mL (100 kali konsentrsi) Mikronutrien diperlukan dalam jumlah sangat sedikit, oleh karena itu stok mikronutrien dibuat dalam satu erlenmeyer sebagai stok campuran. Untuk membuat larutan stok mikronutrien langkah yang harus dilakukan adalah menimbang bahan kimia mikronutrien dengan timbangan analitik. Setelah itu bahan kimia yang sudah ditimbang dimasukkan satu persatu kedalam erlenmeyer 250 mL yang telah berisi akuades kurang lebih 80 ml. Setiap kali memasukkan bahan kimia harus segera dilarutkan dengan menggunakan magnetic stirer untuk menghindari terjadinya presipitat. Setelah semua bahan larut dengan sempurna, ditambahkan akuades steril sampai volume menjadi 100 mL dan diaduk hingga semua larutan bercampur dengan sempurna. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol khusus, ditutup dengn aluminium foil, dan diberi label “MIKRO 100X 1mL/L”. Larutan disimpan dalam lemari es. 3.3.2. Pembuatan stok zat besi Untuk membuat stok laruran zat besi, hal yang harus dilakukan adalah menimbang Na2EDTA dan Fe2SO4.7H2O. Kedua bahan tersebut dilarutkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
dalam 75 akuades secara terpisah. Larutan Fe2SO4.7H2O dipanaskan sampai mendidih, kemudian larutan Na2EDTA dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan menggunakan magnetic stirer hingga larutan menjadi bening dan berwarna kuning. Larutan dibiarkan dingin kemudian ditambahkan akuades sampai volume 200 ml. Selanjutnya botol ditutup dengan aluminium foil dan diberi label “ZAT BESI VW 40X 5 mL/L. Larutan stok zat besi disimpan dalam lemari es. 3.3.3. Pembuatan stok vitamin Pembuatan larutan stok vitamin dilakukan dengan cara menimbang bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan vitamin dengan timbangan analitik. Satu persatu bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi akuades steril kurang lebih 150 ml. Setelah semua bahan larut, tambahkan akuades sampai volume 200 ml. Setelah itu botol ditutup rapat dengan menggunakan aluminium foil dan diberi label “VITAMIN VW 50X 4mL/L”. Kemudian stok vitamin disimpan di dalam lemari es. 3.3.4. Pembuatan media VW Pembuatan media VW dilakukan dengan cara menimbang senyawa makronutrien
satu
persatu
dengan
timbangan
analitik
kemudian
melarutkannya dalam 250 mL akuades, kecuali bahan kimia kalsium phosphate (Ca3(PO4)2) harus dilarutkan terlebih dahulu dengan HCl karena (Ca3(PO4)2) sukar larut dalam air. Semua bahan diaduk dengan menggunakan
SKRIPSI
magnetic
stirrer.
Selanjutnya
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
ditambahkan
stok
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
mikronutrien, stok zat besi, dan stok vitamin sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah itu ditambahkan Mio-Inositol dan sukrosa. Apabila semua bahan telah terlarut maka ditambahkan akuades hingga volume mencapai 1 liter. Larutan 1 liter tersebut dibagi ke dalam 5 erlenmeyer volume 250 mL. Selanjutnya pH diukur dengan menggunakan kertas pH. Ukuran pH media adalah 5,6-5,8, bila terlalu asam maka ditambahkan beberapa tetes NaOH 1N dan apabila terlalu basa maka ditambahkan HCl 1N dengan menggunakan pipet sampai diperoleh pH yang sesuai. Setelah itu, agar-agar ditimbang dan dimasukkan ke dalam media. Kemudian ditambahkan air kelapa sesuai perlakuan (5%, 10%, 15%, 20%). Untuk perlakuan P0, tidak diberi air kelapa. Selanjutnya, larutan media diaduk dan dipanaskan sampai mendidih. Larutan yang sudah jadi dituang ke dalam botol kultur. Dalam keadaan masih cair, media dibagi dalam botol kultur ±20 mL/botol. Kemudian, botol kultur yang telah berisi larutan media ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Setelah itu, media disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210 C dan tekanan 1 atm selama 15 menit, kemudian disimpan dalam ruang inkubasi. 3.3.5. Pembuatan ekstrak buah Ekstrak dari buah pisang didapatkan dengan cara menghancurkan buah pisang raja dengan mortar kemidian dibagi sesuai perlakuan sebanyak 25 mg/l, 50 mg/L, dan 75 mg/L.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
3.3.6. Sterilisasi alat Alat – alat yang digunakan (pinset, scalpel, petri dish, spatula) dicuci bersih dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan. Setelah itu alat dibungkus dengan kertas payung (kertas coklat). Semua alat dimasukkan ke dalam autoclave untuk dilakukan sterilisasi dengan suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 20 menit. Setelah disterilkan semua alat disimpan di dalam oven sebelum digunakan untuk penanaman eksplan. 3.3.7. Sterilisasi bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji anggrek yang masih terbungkus oleh kulit buah, oleh karena itu metode sterilisasi yang digunakan adalah metode secara mekanis. Prasterilisasi yang perlu dilakukan adalah buah anggrek direndam dalam air sabun selama 10 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir hingga bersih. Setelah itu buah anggrek direndam dalam larutan clorox 20% selama 5-10 menit kemudian dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali. Langkah selanjutnya adalah sterilisasi buah anggrek. Buah anggrek dicelup atau disemprot dengan alkohol 70% kemudian dilewatkan di atas api bunsen dan diulangi 3 kali. 3.3.8. Sterilisasi ruang kerja Ruang kerja yang digunakan untuk menanam biji adalah Laminar Air Flow (LAF). Untuk sterilisasi Laminar Air Flow (LAF) langkah yang perlu dilakukan adalah menyiapkan kain lap dan alkohol 70%. Dinding dalam Laminar Air Flow (LAF) dibersihkan dengan kain lap yang telah dibasahi dengan alkohol 70% sampai merata. Setelah itu lampu UV yang
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35
terdapat pada Laminar Air Flow (LAF) dinyalakan selama 15 menit. Setelah itu, matikan lampu UV dan diganti dengan lampu neon. Laminar Air Flow (LAF) siap digunakan.
3.4. Tahap penelitian Penelitian ini dilakukan melalui 2 tahapan yaitu : 1. Tahapan perkecambahan biji Perkecambahan
biji
pada
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengecambahkan biji anggrek. Tahap ini dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF). Semua alat, media, dan bahan yang digunakan harus dimasukkan ke dalam LAF. Api bunsen dinyalakan dan semua alat yang terbungkus kertas coklat dibuka. Petri dish, scalpel, spatula, dan pinset disterilkan dengan melewatkannya di atas api bunsen. Buah anggrek yang sudah disterilisasi diletakkan diatas petri dish steril dan dipotong membujur dan melintang dengan menggunakan blade yang sudah terpasang scalpel, kemudian biji dilepaskan dari buah menggunakan spatula (Parthibhan et al., 2012). Biji Dendrobium lasianthera J.J. Smith. ditabur ke dalam botol kultur yang telah berisi media VW yang telah disiapkan dengan menggunakan spatula. Kemudian botol kultur ditutup kembali dengan menggunakan aluminium foil dan seal plastic. Kultur dikeluarkan dari LAF dan diberi label yang berisi tanggal penanaman. Kultur disimpan dalam ruang inkubasi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36
dengan suhu ±250C. Pengamatan terhadap biji berkecambah dilakukan pada minggu ke 4, 8, 12 setelah kultur 2. Tahapan perkembangan tunas embrio Tahap perkembangan tunas embrio atau overplanting dilakukan setelah tahap
perkecambahan biji. Tahap overplanting ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan tunas embrio. Setelah biji anggrek tumbuh dengan baik, maka perlu dilakukan penjarangan atau overplanting untuk memacu pertumbuhan maksimal dari tunas embrio dan terbentuknya akar. Langkah-langkah
melakukan
penjarangan
(overplanting)
yaitu
mensterilkan botol yang berisi media dan botol yang berisi plantet dengan cara membasuh dengan alkohol 70%, kemudian memasukkannya ke dalam LAF (Laminar air Flow). Setelah semua alat dan bahan dimasukkan ke dalam LAF (Laminar air Flow), perlu dilakukan sterilisasi dengan menggunakan sinar UV selama 15-20 menit. Langkah selanjutnya adalah melakukan penanaman dengan cara membuka tutup botol yang berisi eksplan dan membakar mulut botol di atas lampu spiritus kemudian mengambil eksplan dengan pinset dan menaruhnya di petridish. Setelah itu membuka tutup botol yang berisi media baru, kemudian membakar mulut botol di atas lampu spirtus. Eksplan yang terdapat pada petridish diambil dengan pinset dan ditanam pada media baru. Pada saat penanaman, diusahakan agar mulut botol tidak tersentuh oleh tangan dan ujung pinset tidak boleh tersentuh oleh benda-benda di sekitarnya. Apabila ujung pinset tersentuh dengan benda lain di sekitarnya, maka masukan ujung pinset ke
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37
dalam kotak yang berisi tablet formalin agar tetap steril. Setelah selesai penanaman, mulut botol dilap/dibasuh dengan alkohol 70% agar sisa-sisa media yang ikut terbawa pada saat penanaman yang menempel pada mulut botol jadi bersih dan steril. Setelah proses overplanting selesai, botol yang berisi eksplan hasil overplanting dikeluarkan dari LAF dan disimpan pada rak khusus. Hal yang perlu diamati pada tahap ini adalah jumlah dan panjang daun, jumlah dan panjang akar, berat kering akar, berat kering daun, berat kering total. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 6 dan 12 setelah overplanting. Untuk mengetahui berat kering akar, tunas, dan berat kering planlet dilakukan dengan cara mengeringkan planlet di dalam oven selama 7 hari dengan suhu 60°C. Kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dengan satuan mg. Untuk pengukuran panjang daun dan panjang akar dilakukan dengan cara mengukur panjang masing-masing daun ataupun akar menggunakan penggaris dengan satuan cm.
3.5
Rancangan Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
laboratorium
menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Jenis perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
Tabel 3.1. Jenis perlakuan pada tahap 1: perkecambahan biji Media VW yang dimodifikasi Jenis Perlakuan Tanpa pemberian air kelapa
P0
Air kelapa 5%
P1
Air kelapa 10%
P2
Air kelapa 15%
P3
Air kelapa 20%
P4
Tabel 3.2. Jenis perlakuan pada tahap 2: perkembangan tunas embrio Media VW yang dimodifikasi
Jenis Perlakuan
3.6
Media VW
P0
Media VW+ Air kelapa 20%
P0+
Media VW + esktrak pisang raja 25 g/L
P5
Media VW + esktrak pisang raja 50 g/L
P6
Media VW + esktrak pisang raja 75 g/L
P7
Media VW+ Air kelapa 20% + ekstrak pisang 25 g/L
P8
Media VW+ Air kelapa 20% + ekstrak pisang 50 g/L
P9
Media VW+ Air kelapa 20% + ekstrak pisang 75 g/L
P10
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas, yaitu konsentrasi air kelapa (5%, 10%, 15%, 20 %) dan ekstrak pisang raja (25 g/L, 50 g/L, 75 g/L). 2. Variabel terikat yaitu perkecambahan biji (persentase biji berkecambah) dan perkembangan tunas embrio (jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, panjang daun, berat kering tunas, berat kering akar, berat kering total)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39
3. Variabel terkendali yaitu umur buah Dendrobium lasianthera J.J. Smith., pH media, intensitas cahaya, suhu.
3.7
Pengumpulan Data Data yang diamati dari penelitian ini adalah : 1. Perkecambahan biji: perkecambahan biji terdiri atas 5 fase. Jumlah biji yang berkecambah
dapat
diketahui
dari
hasil
perhitungan
persentase
perkecambahan biji mulai dari fase 2 sampai fase 5 pada minggu ke 4, minggu ke 8, dan minggu ke 12. Untuk menghitung persentase biji berkecambah digunakan rumus sebagai berikut :
% biji berkecambah =
jumlah biji yang berkecambah 𝑥 100% jumlah biji yang diamati (150)
2. Perkembangan tunas embrio: mengamati jumlah daun, panjang daun, jumlah akar, panjang akar, berat kering tunas, berat kering akar, dan berat kering total yang terbentuk dari setiap perlakuan. Pengamatan untuk perkembangan tunas embrio dilakukan pada minggu ke 6, dan minggu ke 12 setelah overplanting.
3.8
Analisis Data Data perkecambahan biji dan perkembangan tunas embrio yang didapat pada penelitian merupakan data parametrik. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa terhadap perkecambahan biji anggrek D. lasianthera dilakukan uji Anova. Data perkecambahan pada minggu ke-4 dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40
ke-12 menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, sehingga analisis lanjutan yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji Kruskall Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan pada tiap perlakuan. Data perkecambahan pada minggu ke-8 menunjukkan data terdistribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov,
sehingga
analisis
data
selanjutnya
adalah
uji
homogenitas dengan menggunakan uji Levene Test. Untuk mengetahui perbedaan pada setiap perlakuan pada pengamatan minggu ke-8 dilakukan uji Duncan dengan α 0,05. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera dilakukan uji multivariat. Data perkembangan tunas embrio pada parameter jumlah daun, jumlah akar, panjang daun, dan panjang akar, berat kering tunas (minggu ke-12) dan berat kering akar(minggu ke-6) anggrek D. Lasianthera meunjukkan bahwa data terdistribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, kemudian dilanjutkan dengan uji multivariat dan uji Duncan dengan α 0,05 untuk mengetahui perbedaan pada setiap perlakuan. Data perkembangan tunas embrio pada parameter berat kering akar dan berat kering planlet pada minggu ke-6 menunjukkan bawa data terdistribusi normal berdasarkan uji KolmogorovSmirnov tetapi data tidak homogen, sehingga perlu dilakukan uji Games Howell untuk mengetahui perbedaan pada tiap perlakuan. Data perkembangan tunas embrio pada parameter berat kering akar dan berat kering planlet pada minggu ke-12 menunjukkan bawa data tidak terdistribusi normal berdasarkan uji
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41
Kolmogorov-Smirnov, sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskall Wallis dan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi air kelapa 0%, 5%, 10%, 15%, 20% v/v terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J Smith dalam kurun waktu yang berbeda (4 minggu, 8 minggu, 12 minggu). Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi terbaik air kelapa dari fase 1, ekstrak pisang raja dengan berbagai konsentrasi (25g/L, 50g/L, 75g/L) serta kombinasinya terhadap perkembangan tunas embrio. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, jumlah akar, panjang daun, panjang akar, berat kering tunas, berat kering akar, berat total pada anggrek D. lasianthera. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk diagram batang, gambar, dan tabel. 4.1.1 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada minggu ke-4 Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel embrio pada 5 titik yang berbeda pada setiap perlakuan dan dilakukan di bawah mikroskop binokuler dan stereo. Variabel yang diamati adalah tahapan perkembangan embrio anggrek D. lasianthera (fase 0 – fase 5). Hasil pengamatan menunjukkan respons yang berbeda pada tiap perlakuan.
42 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43
Tabel 4.1. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio D. lasianthera pada minggu ke-4 setelah kultur Fase perkecambahan embrio (%) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Fase 0 49,6±0,6d 50,3±0,6e 48,4±0,3c 31,2±0,3a 46,7±0,3b
Fase 1 Fase 2 26,6±0,5d 7±0,6b 16,6±0,3c 5,9±0,6a 29,7±0,4e 6,7 ±0,3b 9,9± 0,3a 15,4±0,3d 14,6±0,5b 12,2±0,6c
Fase 3 Fase 4 13,5±0,6b 3,1± 0,3a 24,1±0,6d 3,2±0,5a 9,8± 0,6a 5,2±0,6b 29,3±0,5e 14,1±0,3c 20,5±0,3c 5,7±0,4b
Fase 5 0 0 0 0 0
Total biji berkecambah 23,6 ± 0,4b 33,2 ± 0,5c 21,7 ± 0,6a 58,8 ± 0,4e 38,4 ± 0,7d
Keterangan : P0 = air kelapa 0%, P1 = air kelapa 5%, P2 = air kelapa 10%, P3 = air kelapa 15%, P4 = air kelapa 20%, Fase 0 (embrio dilindungi oleh testa); Fase 1 (embrio membengkak dan ukuran bertambah besar); Fase 2 (berkecambah); Fase 3 (embrio lepas dari testa); Fase 4 (embrio dengan Shoot Apical Meristem (SAM)); Fase 5 (tunas dengan daun pertama). Rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Mann-Whitney pada taraf signifikasi 5%. Dari 5 perlakuan yang diberikan, seluruhnya memberikan basil yang berbeda nyata melalui uji statistik. Untuk mengetahui beda nyata pada setiap perlakuan dilakukan uji Mann-Whitney dengan α = 0,05. Berdasarkan total biji berkecambah pada tabel 4.1 diketahui bahwa perlakuan yang memberikan hasil terbaik dalam perkecambahan adalah perlakuan P3 (air kelapa 15%) dengan total biji berkecambah 58,8% dan persentase terendah terdapat pada perlakuan P2 (air kelapa 10%). Dari tabel 4.1 diketahui bahwa fase 2 pada perlakuan P0 (air kelapa 0%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (air kelapa 10%), demikian pula dengan fase 4 pada perlakuan P0 (air kelapa 0%) tidak berbeda nyata dengan P1 (air kelapa 5%) dan P2 (air kelapa 10%) tidak berbeda nyata dengan P4 (air kelapa 20%).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44
Berdasarkan basil pengamatan terhadap perkecambahan biji pada minggu ke-4 (tabel 4.1) diketahui bahwa tidak ditemukan adanya embrio fase 5, fase 4 dengan persentase terendah (3,1%) pada perlakuan P0 (air kelapa 0%), dan tertinggi (14,1%) terdapat pada perlakuan P3 (air kelapa 15%). Fase 0 persentase tertinggi (50,3%) ditemukan pada perlakuan P1 (air kelapa 5%). Persentase tertinggi (29,7%) fase 1 ditemukan pada perlakuan P2 (air kelapa 10%). Fase 2 dengan persentase tertinggi (15,4%) dijumpai pada perlakuan P3 (air kelapa 15%). Fase 3 dengan persentase tertinggi (29,3%) ditemukan pada perlakuan P3. 4.1.2 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-8
terhadap
Pengamatan pada minggu ke-8 dilakukan dengan cara mengamati tahapan perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera . Tabel 4.2. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio D. lasianthera pada minggu ke-8 setelah kultur Fase perkecambahan embrio (%) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Fase 0 19,5±0,3d 12,9±0,4c 10,9±0,4b 9,9±0,3a 9,6±0,4a
Fase 1 9,5±0,3b 10,5±0,4c 10,5±0,4c 6,9±0,4a 14,4±0,4b
Fase 2 10,4±0,4b 11,5±0,6c 13,7±0,4d 14,1±0,3d 9,6±0,3a
Fase 3 23,7±0,4e 20,4±0,6d 14,3±0,4a 16,5±0,6b 14,2±0,4c
Fase 4 23,1±0,4c 26,9±0,4d 23,5±0,6c 17,7±0,4b 9,5±0,4a
Fase 5 13,9±0,6a 17,7±0,6b 27,1±0,6c 34,8±0,3d 36,8±0,3e
Total berkecambah 71,1± 0,4a 76,5±0,9b 78,5±0,5c 83,2 ± 0,3e 80,8±0,5d
Keterangan : P0 = air kelapa 0%, P1 = air kelapa 5%, P2 = air kelapa 10%, P3 = air kelapa 15%, P4 = air kelapa 20%, Fase 0 (embrio dilindungi oleh testa); Fase 1 (embrio membengkak dan ukuran bertambah besar); Fase 2 (berkecambah); Fase 3 (embrio lepas dari testa); Fase 4 (embrio dengan Shoot Apical Meristem (SAM)); Fase 5 (tunas dengan daun pertama). Rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf signifikasi 5%.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa persentase perkecambahan tertinggi (83,2%) terdapat pada perlakuan P3 (air kelapa 15%), sedangkan persentase perkecambahan terendah (71,1%) ditemukan pada perlakuan P0 (air kelapa 0%). Untuk mengetahui adanya beda nyata pada tiap perlakuan dilakukan uji Duncan dengan α = 0,05. Dari data pada tabel 4.1 diketahui bahwa fase 0 pada perlakuan P3 (air kelapa 15%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4 (air kelapa 20%), fase 1 pada perlakuan P1 (air kelapa 5%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (air kelapa 10%), fase 2 pada perlakuan P2 (air kelapa 10%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (air kelapa 15%), dan fase 4 pada perlakuan P0 (air kelapa 0%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (air kelapa 10%). Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa fase 0 ditemukan dengan persentase tertinggi (19,5%) pada perlakuan P0 (air kelapa 0%), persentase fase 1 paling banyak ditemukan pada perlakuan P1 (air kelapa 5%) dan P2 (air kelapa 10%) dengan jumlah 10,5%, fase 2 pada perlakuan P3 (air kelapa 5%) memiliki persentase tertinggi (14,1%), fase 3 dengan jumlah tertinggi ditemukan pada perlakuan P0 (air kelapa 0%), fase 4 banyak ditemukan pada perlakuan P1 (air kelapa 5%) dengan jumlah 26,9%, dan fase 5 dengan jumlah tertinggi (36,8%) ditemukan pada perlakuan P4 (air kelapa 20%). 4.1.3 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 Data yang didapatkan pada pengamatan minggu ke-12 di uji Anova dengan α = 0,05, dan hasil yang didapatkan adalah P<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46
pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap perkecambahan embrio anggrek D. lasianthea. Tabel 4.3. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap perkecambahan embrio D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah kultur Fase perkecambahan embrio (%) Perlakuan Fase 0 Fase 1 Fase 2 d a 16,5±0,3 6,4±0,3 11,7±0,4d 6,36±0,3b 10,3±0,4d 7,7±0,4a 5,7±0,4a 10,1±0,3d 8,5±0,3b 6,3±0,4b 7,7±0,4b 10,4±0,4c 6,9±0,4c 8,4±0,4c 8,4±0,4c
P0 P1 P2 P3 P4
Fase 3 24,4±0,4e 19,7±0,4d 17,9±0,3c 15,1±0,4b 12,1±0,3a
Fase 4 20,4±0,4a 26,3±0,4b 27,5±0,6c 28,9±0,4d 30,5±0,3e
Total Fase 5 berkecambah a 20,4±0,4a 76,9 ± 0,4 b 29,7±0,4b 83,5 ± 0,3 c 30,3±0,4c 84,1 ± 0,3 86 ± 0,5d 31,6±0,4d e 33,6±0,4e 84,6 ± 0,4
Keterangan : P0 = air kelapa 0%, P1 = air kelapa 5%, P2 = air kelapa 10%, P3 = air kelapa 15%, P4 = air kelapa 20%, Fase 0 (embrio dilindungi oleh testa); Fase 1 (embrio membengkak dan ukuran bertambah besar); Fase 2 (berkecambah); Fase 3 (embrio lepas dari testa); Fase 4 (embrio dengan Shoot Apical Meristem (SAM)); Fase 5 (tunas dengan daun pertama). Rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Mann-Whitney pada taraf signifikasi 5%. Hasil pengamatan terhadap biji berkecambah pada minggu ke-12 setelah kultur ditampilkan pada tabel 4.3. Persentase biji berkecambah tertinggi (86%) ditemukan pada perlakuan P3 (air kelapa 15%). Berdasarkan basil uji Mann-Whitney dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa total biji berkecambah pada perlakuan P0 (air kelapa 0%) berbeda nyata dengan perlakuan yang lain (P1, P2, P3, dan P4). Fase 0 pada perlakuan P0 (air kelapa 0%) ditemukan dengan persentase tertinggi (16,5%), fase 1 dengan persentase tertinggi (10,3%) ditemukan pada perlakuan P1 (air kelapa 5%), perlakuan P0 (air kelapa 0%) memiliki persentase fase 2 dengan tertinggi sebanyak 11,7%, persentase fase 3 paling tinggi (24,4%) ditemukan pada
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47
perlakuan P0 (air kelapa 0%), fase 4 dan fase 5 dengan persentase tertinggi ditemukan pada perlakuan P4 (air kelapa 20%) sebanyak 30,5% dan 33,6%. Berdasarkan data yang didapatkan selama 3 bulan pengamatan perkecambahan, dapat diketahui bahwa perlakuan P4 (air kelapa 20%) merupakan konsentrasi terbaik yang berperan dalam pembentukan tunas, sedangkan perlakuan terbaik untuk perkecambahan (fase 2 – 5) adalah perlakuan P3 (air kelapa 15%). 4.1.4 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 setelah dikultur Pengamatan perkembangan tunas embrio diamati secara destruktif tiap 6 minggu selama 12 minggu. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, jumlah akar, panjang daun, panjang akar, berat kering tunas, berat kering akar, berat total planlet. Tabel 4.4. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 Perlakuan
Jumlah daun
Jumlah akar
P0 P0+ P5 P6 P7 P8 P9 P10
0,8±0,4 1,5±0,8 1,4±0,7 1,3±0,4 1,05±0,5 1,85±0,6 1,5±0,7 1,7±1
0 1,5±0,5 1,1±0,6 0,8±0,6 1,2±0,8 1,6±0,8 1,5±0,6 1,2±0,8
Berat Berat Berat Panjang Panjang kering kering kering daun akar daun akar planlet (cm) (cm) (mg) (mg) (mg) 0,3±0,1 0 0,7±0,3 0 0,7±0,3 0,5±0,2 0,4±0,2 1,5±0,5 0,43±0,2 1,9±0,6 0,3±0,1 0,2±0,1 1,1±0,3 0,2±0,1 1,32±0,3 0,37±0,1 0,16±0,1 1,03±0,5 0,2±0,1 1,23±0,6 0,35±0,1 0,23±0,2 1,2±0,4 0,27±0,2 1,5±0,5 0,35±0,1 0,32±0,2 1,44±0,5 0,36±0,2 1,8±0,6 0,4±0,1 0,3±0,1 1,6±0,6 0,44±0,2 2,1±0,7 0,34±0,1 0,3±0,2 1,3±0,7 0,35±0,3 1,6±0,7
Keterangan : P0 = Kontrol, P0+ = CW 20%, P5 = ekstrak pisang raja 25 g, P6 = ekstrak pisang raja 50 g, P7 = ekstrak pisang raja 75 g, P8 = CW 20% + ekstrak pisang raja 25 g, P9 = CW 20% + ekstrak pisang raja 50 g, P10 = CW 20% + ekstrak pisang raja 75 g.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada perlakuan P0 (kontrol) tidak dijumpai akar muncul, sehingga pengukuran panjang akar dan berat kering akar tidak ada. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan P8 dengan rata – rata 1,85 dan jumlah terendah terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 0,8, jumlah akar tertinggi terdapat pada perlakuan P8 yaitu sebesar 1,6 dan jumlah terendah terdapat pada perlakuan P0. Rata – rata panjang daun dan panjang akar tertinggi ditemukan pada perlakuan P0+ dengan rata – rata berturut – turut yaitu 0,45 cm dan 0,37 cm, dan rata – rata panjang daun dan panjang akar terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 0,3 cm dan 0 cm. Perlakuan P9 memiliki berat kering tunas, berat kering akar, dan berat kering planlet tertinggi bernilai 1,6 mg; 0,44 mg; 2,06 mg, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan rerata berturut – turut 0,7 mg ; 0 mg ; 0,7 mg. 4.1.5 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan konsentrasi air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12. Pengamatan pada minggu ke-12 dilakukan secara destruktif.. Uji statistik yang digunakan untuk pengamatan perkembangan tunas embrio adalah uji multivariat. Dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal berdasarkan uji normalitas. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, jumlah akar, panjang daun, panjang akar, berat kering tunas, berat kering akar, berat total planlet.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49
Tabel 4.5 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap perkembangan tunas embrio D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah kultur Perlakuan
Jumlah daun
Jumlah akar
Panjang daun (cm)
Panjang akar (cm)
Berat kering daun (mg)
Berat kering akar (mg)
Berat kering total (mg)
P0
1,65±0,6
1,6±0,8
0,46±0,1 0,46±0,3
1,6±0,5
0,72±0,4
2,3±0,7
P0+
2,25±0,9
2,6±0,9
0,58±0,1 0,55±0,2
2,5±0,7
1,83±1,1
4,3±1,5
P5
2,05±1,2
1,8±0,8
0,57±0,2 0,65±0,2
2 ± 0,6
0,92±0,2 2,93±0,7
P6
2,25±1,1 1,95±1,3 0,59±0,1 0,67±0,3 1,76±0,9 0,73±0,5
P7
2,65±0,6
2,4 ± 1
0,57±0,2 0,56±0,2 2,53±1,2 1,35±0,7 3,88±1,8
P8
2,8±1,2
3 ± 1,2
0,56±0,2 0,66±0,2 2,75±1,6 1,92±1,4 4,68±2,9
P9
2,05±1,1 2,45±1,3 0,52±0,1 0,59±0,1 2,48±1,6 1,67±1,3 4,1 ± 2,8
P10
1,9 ± 0,9 2,1 ± 1,5 0,52±0,1 0,62±0,4 2,58±1,3 1,3 ± 1,1 3,88±2,3
2,5±1,2
Keterangan : P0 = Kontrol, P0+ = CW 20%, P5 = ekstrak pisang raja 25 g, P6 = ekstrak pisang raja 50 g, P7 = ekstrak pisang raja 75 g, P8 = CW 20% + ekstrak pisang raja 25 g, P9 = CW 20% + ekstrak pisang raja 50 g, P10 = CW 20% + ekstrak pisang raja 75 g. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa rata – rata tertinggi jumlah daun terdapat pada perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g) yaitu sebesar 2,8, dan rata – rata terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 1,65. Rata – rata tertinggi jumlah akar terdapat pada perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g) dengan nilai 3, dan rata – rata terendah juga terdapat pada pelakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 1,6. Perlakuan terbaik untuk rata – rata panjang daun dan panjang akar terdapat pada perlakuan P6 (ekstrak pisang raja 50 g) yaitu berturut – turut sebesar 0,9 cm dan 0,67 cm, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 0,5 cm dan 0,53 cm. Rata – rata berat kering tunas, berat kering akar, dan berat kering plantlet tertinggi terdapat pada perlakuan P8 ((air
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50
kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g) dengan nilai rerata sebesar 2,75 mg ; 1,92 mg ; 4,68 mg. Nilai rerata terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 1,6 mg ; 0,72 mg ; 2,32 mg.
4.2 Pembahasan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman adalah pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter, dan luas bagian tanaman. Perkembangan adalah penjumlahan seluruh perubahan secara progresif yang merincikan tubuh organisme (Haryadi, 1993). Menurut Heddy et al (1994), secara umum fase pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman meliputi perkecambahan, pertumbuhan bibit, fase vegetatif, fase masak, dan fase penuaan. Penelitian yang dilakukan melalui 2 tahapan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan organik yang ditambahkan dalam media VW terhadap perkecambahan dan perkembangan anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Tahap pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Eksplan yang digunakan adalah biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith berusia 4 bulan setelah polinasi. Dari hasil yang didapatkan, air kelapa mempengaruhi perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi air kelapa dan ekstrak pisang raja terhadap perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51
Eksplan yang digunakan pada tahap kedua ini adalah tunas embrio yang diperoleh dari hasil penelitian tahap 1 pada perlakuan P4 (CW 20%). Dari hasil yang didapatkan, pemberian kombinasi air kelapa dan ekstrak pisang raja memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap parameter perkembangan. 4.2.1 Pengaruh konsentrasi air kelapa 0%, 5%, 10%, 15%, 20% v/v terhadap perkecambahan embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith Menurut Abidin (1991) perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru, perkecambahan ditandai dengan terbentuknya protocorrm diikuti dengan munculnya radikula dan plumulae. Pemilihan medium, kondisi tanaman, dan lingkungan tumbuh pada tanaman sangat mempengaruhi perkecambahan anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui biji berkecambah menggunakan mikroskop binokuler dengan mengamati tahapan perkecambahan biji yang terjadi. Pada pengamatan minggu ke-4 setelah biji ditanam mengalami perubahan yaitu embrio mulai membengkak dan membentuk protocorm, namun pada minggu ke-4 ini belum dijumpai adanya fase 5 (tunas dengan daun pertama). Pada pengamatan minggu ke-8 sudah dijumpai fase 5 tapi dalam jumlah yang masih sedikit dan pada minggu ke-12 jumlah fase 5 meningkat. Pada biji anggrek, perkecambahan ditandai dengan terbentuknya protocorm dan diikuti dengan radikula dan plumulae. Hal ini menunjukkan bahwa perkecambahan biji dimulai pada minggu ke-4, dan pembentukan tunas dimulai pada minggu ke-8.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 12 minggu terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J.Smith menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian air kelapa terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith dengan adanya peningkatan persentase perkecambahan pada setiap perlakuan yang diberikan. Hal ini dapat terjadi mengingat bahwa air kelapa mampu menstimulasi pembelahan epidermis dan mengarah pada pembentukan protocorm jaringan supaya bergenerasi lebih lanjut dan lebih cepat (Morel, 1974). Untuk mengetahui adanya pengaruh pada pemberian air kelapa terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith perlu dilakukan uji anova. Uji Anova yang dilakukan pada pengamatan minggu ke-4, 8, dan 12 dengan derajat signifikasi (α) 0,05 menunjukkan P<0,05, hal ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh pada perkecambahan embrio. Peningkatan persentase perkecambahan disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut. Rata-rata persentase biji berkecambah (%)
70
d
60 50
e
40 30
b a
c
20 10 0
P0
P1
P12 Perlakuan
P3
P4
Gambar 4.1 Rerata persentase biji D. lasianthera berkecambah pada minggu ke-4 pada berbagai perlakuan. Nilai rerata persentase biji berkecambah yang
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53
diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney (α = 5%). e
Rata-rata persentase biji berkecambah (%)
85
d 80
c
b
75
a 70 65 60
P0
P1
P12 Perlakuan
P3
P4
Gambar 4.2 Rerata persentase biji D. lasianthera berkecambah pada minggu ke-8 pada berbagai perlakuan. Nilai rerata persentase biji berkecambah yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%).
Rata-rata persentase biji berkecambah (%)
88
d
86
b
84
c
c
82 80
a
78 76 74 72 70
P0
P1
P21 Perlakuan
P3
P4
Gambar 4.3. Rerata persentase biji D. lasianthera berkecambah pada minggu ke-12 pada berbagai perlakuan. Nilai rerata persentase biji berkecambah yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney (α = 5%). Dari gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 diketahui bahwa pada masing – masing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persentase biji berkecambah. Pengamatan minggu ke-4, 8 , dan 12 total persentase berkecambah tertinggi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54
ditemukan pada perlakuan P3 (air kelapa 15%). Hal ini diduga karena air kelapa mengandung hormon sitokinin, auksin dan giberelin yang mampu menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan, tetapi apabila jumlah hormon berlebihan maka akan bersifat menghambat. Sebagaimana yang dijelaskan Gardner (1991), respons auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat. Menurut Handayani (2008) dalam Islami (2012) bahwa pemberian air kelapa 15% menunjukkan peningkatan perkecambahan embrio anggrek Dendrobium sp. selama 3 bulan setelah tanam. Pada penelitian ini perlakuan P4 (air kelapa 20%) memiliki persentase berkecambah lebih rendah dibanding dengan P3 (air kelapa 15%). Namun, pada perlakuan P4 (air kelapa 20%) dapat dijumpai munculnya tunas (fase 5 ) dengan persentase tertinggi. Menurut George dan Sherrington, 1984 dalam Tuhuteru 2012, bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai pengganti hormon sitoknin. Pada tingkat konsentrasi tertentu air kelapa dapat menginisiasi terbentuknya tunas. Berdasarkan penelitian Prando (2014) didapatkan hasil bahwa air kelapa 20% memberikan pengaruh terhadap meningkatnya jumlah tunas pada eksplan. Air kelapa merupakan bahan organik kompleks yang mengandung banyak nutrisi dan hormon. Air kelapa merupakan endosperm cair yang mengandung asam amino, asam organik, asam nukleat, vitamin, karbohidrat, zeatin, dan mineral. Selain itu, air kelapa juga mengandung zat pengatur tumbuh auksin, sitokinin, giberelin, dan asam absisat (Yong, 2009 dalam Prando 2014; George et al., 2008 dalam Rahayu, 2011). Auksin berfungsi untuk pemanjangan sel dan untuk perkembangan lainnya termasuk untuk inisiasi akar. Sitokinin berfungsi dalam memacu pembelahan sel dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55
morfogenesis. Sementara giberelin berperan dalam perkecambahan biji, pembungaan dan pembuahan, sedangkan asam absisat berperan dalam pemasakan biji dan proses membuka serta menutupnya stomata (Hopkins, 1999). 4.2.2 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap jumlah daun anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
Rata-rata Jumlah Daun
4
P0 P0 b
3,5 3
ab ab
2,5 bc
2
bc bc
abc
P0+ P0+
b
a
ab
P5 P5 ab
P6 P6 P7 P7
abc
1,5 1
c
ab
ab
P8 P8
a
P9 P9
0,5
P10 P 10
0 Minggu 6
Minggu 12 Minggu Ke-
Gambar 4.4. Rata – rata jumlah daun anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%). Jumlah rerata daun yang muncul pada minggu ke-6 dan 12 tertinggi terdapat pada perlakuan P8 (CW 20% + pisang 25 g). Penambahan air kelapa dan ekstrak pisang raja memberikan hasil yang optimal terhadap jumlah daun yang muncul pada eksplan anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Hasil ini sesuai dengan laporan peneliti sebelumnya yang menunjukkan bahwa penambahan pisang pada media kultur mampu memicu pertumbuhan akar dan daun pada kultur anggrek Dendrobium dan Phalaenopsis (Widiastoety et al., 2004 dalam Rahayu, 2011). Hasil penelitian Prando
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56
(2014) menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa 20% merupakan konsentrasi optimal dalam menghasilkan jumlah tunas terbanyak. Hal ini diduga, karena adanya kandungan sitokinin dalam air kelapa yang tinggi dibandingkan auksin yang terdapat dalam eksplan, sehingga proses pembelahan sel lebih mengarah pada pembentukan tunas (Tuhuteru, 2012). Menurut George dan Sherrington, 1984 dalam Tuhuteru, 2012, menyatakan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai pengganti hormon sitokinin. Pada tingkat konsentrasi tertentu air kelapa dapat menginisiasi terbentuknya tunas. Ekstrak pisang raja merupakan sumber K, Mg, Cu, Mn, vitamin C , vitamin A (Wall, 2006) dan mengandung hormon auksin dan sitokinin (Arditti dan Ernst, 1993). Armini et al., (1991) menyatakan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin yang tinggi akan mempengaruhi pembentukan tunas. Selain keberadaan auksin dan sitokinin pada air kelapa dan ekstrak pisang raja, kandungan unsur-unsur makro dan mikro lainnya juga mampu mempengaruhi terbentuknya tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 4.2.3 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap jumlah akar anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57
Gambar 4.5. Rata – rata jumlah akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%). Penambahan air kelapa 20% yang dikombinasikan ekstrak pisang raja 25 g pada media VW memberikan hasil terbaik pada rata – rata jumlah akar eksplan anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith yang terbentuk pada minggu ke-6 dan 12. Penelitian Rahayu (2011) menunjukkan bahwa rerata tertinggi jumlah akar terdapat pada media KC dengan penambahan air kelapa (150 mL/L) dan ekstrak pisang raja (100g/L). Seperti diketahui bahwa ekstrak pisang raja mengandung nutrien penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu antara lain air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, phosfor, All (Kardarron, 2009 dalam Sallolo, 2012). Pertumbuhan akar tergantung pada peran unsur fosfor, kalsium, mangan, besi dan boron. Unsur fosfor yang diberikan dalam jumlah yang tinggi berpengaruh terhadap penambahan jumlah akar (Salisbury dan Ross, 1995). Selain mengandung nutrien yang dibutuhkan tanaman, ekstrak pisang raja juga mengandung hormon giberellin dan auksin (Arditti dan Ernst, 1993) yaitu zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pertumbuhan terutama dalam pembesaran, perpanjangan, dan pembelahan sel (Sallolo, 2012). Pemberian air kelapa 20% memberikan pengaruh yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jumlah daun dan akar. Hal ini diduga karena kandungan sitokinin pada perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25g) lebih tinggi dari pada kandungan auksin, sehingga mampu menstimulasi terbentuknya daun dan tunas. Meskipun perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58
pisang raja 25g) ini memberikan pengaruh terhadap munculnya akar, akar yang terbentuk berukuran kecil. Hal ini terjadi karena terdapat kandungan auksin yang merangsang pembentukan akar, tetapi apabila kandungan auksin rendah maka akar yang terbentuk akan berukuran kecil (Tuhuteru, 2012). 4.2.4 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap panjang daun anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
0,8
Rata-rata Panjang Daun (cm)
0,7
b
0,6
b
b
b
c abc a
P0 P0 ab ab
0,5 0,4
b
ab
P5 P5
bc abc abc
P0+ P0+
ab
P6 P6
a
0,3
P7 P7
0,2
P8 P8 P9 P9
0,1
P10 P10
0 Minggu 6
Minggu 12 Minggu Ke-
Gambar 4.6. Rata – rata panjang daun anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%). Berdasarkan gambar 4.2 dapat kita ketahui bahwa rata – rata panjang daun tertinggi pada minggu ke-6 terdapat pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%). Penelitian Tuhuteru (2012) menyatakan bahwa air kelapa dengan konsentrasi 50 dan 100 ml/L menghasilkan rerata panjang daun tertinggi pada perkembangan anggrek Dendrobium anosmum. Penelitian Parthibhan (2015) menunjukkan bahwa
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59
penambahan air kelapa 5% (dari konsentrasi 1%, 3%, 5%, 7%, 10%) mampu meningkatkan panjang daun pada anggrek Dendrobium aqueum Lindley. Kandungan sitokinin dan auksin pada air kelapa diduga mampu meningkatkan efektivitas pembelahan sel semakin tinggi. Selain adanya sitokinin dan auksin, air kelapa juga mengandung zat hara, asam amino dan beberapa vitamin. Selain itu, senyawa nitrogen yang terdapat pada media berperan dalam sintesis asam amino dan protein secara optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Tuhuteru, 2012). Pada minggu ke-12, rata – rata panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan P6 (ekstrak pisang raja 50g). Penambahan ekstrak pisang raja pada media VW mempengaruhi panjang daun pada minggu ke-12. Hal ini diduga karena kandungan karbohidrat dan glukosa yang terdapat pada ekstrak pisang raja yang merupakan sumber energi pada proses metabolisme. Menurut Salisbury dan Cleon (1995) dalam Sallolo (2012) metabolisme adalah reaksi kimia yang memungkinkan adanya kehidupan. Dengan adanya proses metabolisme, maka akan terjadi pertumbuhan. Pemanjangan batang terjadi karena adanya proses pembelahan, pemanjangan, dan pembesaran sel – sel baru yang terjadi pada meristem ujung batang yang menyebabkan tanaman bertambah tinggi (Gardner et al., 1985)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60
4.2.5 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap panjang akar anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
0,9 b
Rata-rata Panjang Akar (cm)
0,8 0,7
ab
0,5
d
bc
0,2
P0+
P6 P7
bcd
0,3
P0 ab
P5
cd cd cd
0,4
0,1
ab
a
0,6
b
b
b
P8
b
P9 a
P10
0 Mingggu 6
Minggu 12 Minggu Ke-
Gambar 4.7. Rata – rata jumlah akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 dan minggu ke-12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%). Pada minggu ke-6 rata – rata panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%). Hal ini diduga karena kandungan sitokinin yang terdapat pada air kelapa yang berfungsi untuk memicu pertumbuhan sel. Selain sitokinin, air kelapa juga mengandung vitamin B1 (Thiamin). Thiamin berfungsi memacu pembelahan sel pada meristem akar. Air kelapa juga mengandung unsur kalsium (Ca). Menurut Salisbury dan Ross (1995), unsur kalsium berperan dalam pemanjangan akar dan pembentukan bulu – bulu akar. Nutrien lain yang dimiliki oleh air kelapa adalah unsur fosfor. Unsur fosfor pada media berfungsi untuk memacu jaringan meristematik akar sehingga mampu mempengaruhi panjang akar.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61
Pada Minggu ke-12, panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan P6 (ekstrak pisang raja 50 g). Ekstrak pisang raja mengandung nutrien penting bagi pertumbuhan planlet, diantaranya adalah Thiamin. Thamin berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar. Selain itu, ekstrak pisang raja juga mengandung unsur kalsium (Ca). Menurut Salisbury dan Ross (995) unsur kalsium (Ca) berperan dalam pembentukan bulu – bulu akar dan pemanjangan akar. Hal ini sesuai dengan penelitian Vyas et al (2009) yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pisang pada media KC mempengaruhi panjang akar. 4.2.6 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering tunas anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
Rata-rata berat kering tunas (mg)
2,5
2
b ab
ab
1,5
1
b
b ab
ab
P5
PMinggu P67 6
a
0,5
0
P0
P0+
P8
P9
P10
Perlakuan
Gambar 4.8. Rata – rata berat kering tunas anggrek D. lasianthera pada minggu ke6 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Games-Howell (α = 5%).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62
Rata-rata berat kering tunas (mg)
4 c
3,5 bc 3
bc
c
P9
P10
bc
2,5
abc
2
ab
a
1,5 1 0,5 0
P0
P0+
P5
P127 P6 Minggu
P8
Perlakuan
Gambar 4.9. Rata – rata berat kering tunas anggrek D. lasianthera pada minggu ke12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%). Pada pengamatan berat kering tunas minggu ke-6 perlakuan terbaik yang mempengaruhi berat kering tunas adalah perlakuan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g). Sedangkan, pada pengamatan minggu ke-12 rata – rata berat kering tunas tertinggi terdapat pada perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g). Kombinasi air kelapa dan ekstrak pisang raja memberikan pengaruh yang positif terhadap berat kering tunas anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuhuteru (2012) dan Sallolo (2012), bahwa pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja mampu memacu pertambahan berat kering tunas. Seperti yang diketahui, bahwa air kelapa dan ekstrak pisang raja mengandung ion anorganik seperti magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), dan zat besi (Fe), dan ion
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63
anorganik lainnya (Arditti dan Ernst, 1992). Adanya kandungan ion anorganik ini mampu mempengaruhi proses metabolisme yang terjadi pada tanaman, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tunas yang menyebabkan bertambahnya berat kering tunas. 4.2.7 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering akar anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 0,6 c
c
Rata-rata berat kering akar (mg)
0,5
bc
0,4
bc
bc
0,3
b b
0,2 0,1 a 0 Minggu 6
Perlakuan
Gambar 4.10. Rata – rata berat kering akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke6 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 5%).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64
Rata- rata berat kering akar (mg)
3 c
ab 2,5
c ab
2
ab
1,5 1
ab a
ab
0,5 0 Minggu 12
Perlakuan
Gambar 4.11. Rata – rata berat kering akar anggrek D. lasianthera pada minggu ke12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney (α = 5%). Rata – rata tertinggi berat kering akar pada minggu ke 6 terdapat pada perlakuan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g), tetapi rata – rata yang didapatkan tidak berbeda jauh dengan rata – rata pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%). Pada minggu ke-12 rerata tertinggi terdapat pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%). Pertambahan berat kering akar ini terjadi karena meningkatnya proses metabolisme. Proses metabolisme dipengaruhi oleh berbagai ion antara lain Mg, K, Ca, Fe, dan ion anorganik yang lain. Selain kandungan ion yang terdapat dalam air kelapa dan ekstrak pisang raja, kedua bahan organik ini memiliki hormon giberelin dan auksin yang berperan dalam pertumbuhan terutama dalam pembesaran, pembelahan, dan pemanjangan sel.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65
4.2.8 Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja yang dikombinasikan dengan air kelapa 20% terhadap berat kering total planlet anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith.
Rata-rata berat kering total planlet (mg)
3 2,5
b ab
ab
b
2 1,5
ab
a
ab
b
1 0,5 0 Minggu 6
Perlakuan
Gambar 4.12. Rata – rata berat kering total planlet anggrek D. lasianthera pada minggu ke-6 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Games-Howell (α = 5%). Rata-rata berat kering total planlet (mg)
7 b 6
b
b 5 4 3
b
ab
ab a
ab
2 1 0 Minggu 12
Perlakuan
Gambar 4.13. Rata – rata berat kering total planlet anggrek D. lasianthera pada minggu ke-12 setelah tanam. Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Mann-Whitney (α = 5%).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66
Pada pengamatan berat kering total atau berat kering planlet pada minggu ke-6 rata – rata tertinggi terdapat pada perlakuan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g). Pada minggu ke-12 rata – rata tertinggi terdapat pada P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g). Dari gambar 4.10 dan 4.11 dapat kita ketahui bahwa pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja pada media VW memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat kering total atau berat kering planlet. Selain mengandung berbagai ion anorganik dan hormon, ekstrak pisang raja juga mengandung karbohidrat dan glukosa. Menurut Marcshener (1995) dalam Sallolo (2012), karbohidrat dan glukosa mempengaruhi proses metabolisme. Karbohidrat dan glukosa merupakan kunci utama dalam proses metabolisme (Sriyanti, 2000). Reaksi metabolisme pada tanaman menghasilkan ribuan senyawa untuk membentuk organ seperti daun, batang, akar, dan struktur lain yang terdapat pada daun (Salisburry dan Ross, 1995). Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan organ organ vegetatif, sehingga peningkatan ini akan menyebabkan peningkatan berat kering planlet. 4.2.9 Morfologi perkecambahan dan perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith secara in vitro. Parameter perkembangan perkecambahan embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith dapat diamati secara destruktif dengan mengamati perubahan morfologi baik bentuk maupun ukuran. Perkembangan perkecambahan embrio disajikan pada gambar 4.9. Embrio fase 0 berwarna kuning kehijauan (gambar 4.9 A) dengan panjang biji 181,56 µm, panjang embrio 77,54 µm, diameter embrio 46,92 µm. Selama perkembangannya, embrio mengalami imbibisi, sehingga terjadi pembengkakan embrio (fase 1) dan terjadi perubahan ukuran embrio dari kondisi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67
awal yaitu diameter embrio menjadi 64,26 µm. Embrio pada fase 1 ini berwarna hijau muda (gambar 4.9 B).
e
t
t
e
e t
d1
sam e e
d2
Gambar 4.14. Hasil pengamatan morfologi perkecambahan biji dan perkembangan embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x, A = fase 0 (biji) ; B = fase 1 (embrio membengkak) ; C = fase 2 (testa lepas dari embrio) ; D = fase 3 (protocorm) ; E = fase 4 (embrio dengan Shoot apical meristem) ; F = fase 5 (embrio dengan daun pertama); d1 = daun pertama ; d2 = daun kedua ; e = Embrio ; sam = Shoot apical meristem ; t = Testa. Pada fase 2 testa embrio pecah (gambar 4.9 C) tampak embrio berwarna hijau muda berbentuk bulat memanjang. Diameter embrio pada fase 2 mengalami perubahan ukuran menjadi sebesar 93,84 µm. Selanjutnya, embrio fase 2 berkembang menjadi embrio fase 3 dengan diameter diameter 168,3 µm. Pada fase 3, embrio terlepas dari testa, berbentuk bulat, dan berwarna hijau (gambar 4.9 D). Fase selanjutnya adalah fase 4 dengan diameter embrio 309,06 µm. Pada fase 4 ditandai dengan adanya perubahan struktur protocorm yang membentuk shoot
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68
apical meristem (gambar 4.9 E). Fase 5 ditandai dengan terbentuknya daun pertama dan kedua (gambar 4.9 F). Ukuran diameter embrio pada fase 5 adalah 1000 µm. Pada penelitian fase kedua, untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan ekstrak pisang raja terhadap morfologi perkembangan tunas embrio, perlu dilakukan pengamatan secara destruktif pada minggu ke-6 dan 12. Pada pengamatan minggu ke-6, terjadi perubahan morfologi pada setiap perlakuan. Perubahan yang terjadi meliputi pertambahan jumlah dan panjang daun, dan akar mulai terbentuk.
Gambar 4.15. Morfologi perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada berbagai perlakuan pada minggu ke-6. A = planlet yang dikultur pada media VW ; B = planlet yang dikultur pada media VW + 20% air kelapa ; C = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 25 g ; D = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 50 g ; E = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 75 g ; F = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g ; G = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g ; H = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 75 g. Berdasarkan gambar 4.9 dapat kita ketahui bahwa pada perlakuan P0 belum terbentuk akar, tetapi sudah mulai terdapat penambahan jumlah daun. Pada
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69
perlakuan P0+, P5, P6, P7, P8, P9, dan P10 nampak sudah terjadi penambahan akar, jumlah dan panjang daun. Akar pada perlakuan P0+ memiliki akar dan daun terpanjang. Perlakuan P8 memiliki jumlah daun terbanyak. Eksplan pada pengamatan minggu ke-6 dalam setiap perlakuan berwarna hijau segar. Pengamatan pada minggu 12 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah daun, akar, panjang daun, dan panjang akar (gambar 4.10). Pada perlakuan P0 sudah mulai tampak terbentuknya akar. Pada perlakuan P0+, P5, P6, P7, P8, P9, dan P10 akar dan daun yang terbentuk mengalami peningkatan. Jumlah daun dan akar pada perlakuan P8 memiliki jumlah daun terbanyak. Perlakuan P0+ memiliki nilai akar dan daun terpanjang.
Gambar 4.16. Morfologi perkembangan tunas embrio Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada berbagai perlakuan pada minggu 12. A = planlet yang dikultur pada media VW ; B = planlet yang dikultur pada media VW + 20% air kelapa ; C = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 25 g ; D = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 50
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70
g ; E = planlet yang dikultur pada media VW + ekstrak pisang raja 75 g ; F = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g ; G = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g ; H = planlet yang dikultur pada media VW + air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 75 g. Hal ini disebabkan karena air kelapa dan ekstrak pisang raja mengandung hormon auksin, sitokinin, dan giberelin yang berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, air kelapa dan ekstrak pisang raja mengandung berbagai macam ion anorganik seperti Mg, Ca, K, P, Fe. Kandungan P (fosfor) yang tinggi mempengaruhi penambahan jumlah akar (Salisbury dan Ross, 1995). Jika pemberian dosis kalium (K), magnesium (Mg), dan zat besi (Fe) dalam jumlah tinggi maka akan mengakibatkan tunas berwarna hijau tua, tetapi pemberian dosis ini dalam jumlah rendah akan mengakibatkan klorosis pada tanaman (Salisbury dan Ross, 1995)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V PENUTUP 5.2 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian air kelapa pada media VW dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh terhadap perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 2. Konsentrasi optimal air kelapa yang dibutuhkan untuk perkecambahan biji anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith adalah 15% 3. Pemberian air kelapa dengan konsentrasi 20% yang dikombinasikan dengan pemberian berbagai konsentrasi ekstrak pisang raja pada media VW mempengaruhi perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith. 4. Konsentrasi optimal yang mempengaruhi perkembangan tunas embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith pada variabel jumlah daun dan jumlah akar terdapat pada perlakuan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g), pada variabel panjang akar dan panjang daun terdapat pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%) dan P6 (ekstrak pisang raja 50 g), pada variabel berat kering tunas teradat pada perlakuan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g) dan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g), pada variabel berat kering akar terdapat pada perlakuan P0+ (air kelapa 20%) dan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g), pada variabel berat kering total planlet terdapat pada
71 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72
perlakuan P9 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 50 g) dan P8 (air kelapa 20% + ekstrak pisang raja 25 g).
5.3 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pertumbuhan dan perkembangan embrio anggrek Dendrobium lasianthera J.J. Smith dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui konsentrasi terbaik yang sesuai untuk perkembangan tunas embrio pada setiap parameter yang diberikan.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Abidin,Z. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung : Angkasa. Ang, S.L.P; Yong, J.W.H. A protocol for in vitro germination and sustainable growth of two tropical mistletoes. Plant cell Tiss. Org. Cult. 2005, 80, 221-228 Anonim, http://alamendah.org/2012/07/12/anggrek-dendrobium-lasianthera-ataud-ostrinoglossum/. Diakses pada tanggal 08 November 2015 pukul 10.50 Anonim, http://www.orchidspecies.com/denlasianthera.htm. Diakases pada tanggal 08 November 2015 pukul 10.55 Arditti, J. 1992. Fundamental of orchid biology. John Wiley & Sons. Amerika. Arditti, J., Ernst, R., 1993. Micropropagation of Orchids. John Wiley and sons, New York. Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta. Azwar. 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan http://www.azwar.web.ugm.ac.id. Akses : Oktober 2015
Anggrek.
BPP Teknologi. 2009. Tanaman Perkebunan. Jakarta : Deputi Menegristek Teknologi. http://www.ristek.go.id. Akses : Oktober 2015. Damayanti. S.P.F. 2006. Pembentukan beberapa hibrida anggrek serta pengaruh beberapa media perkecambahan dan media perbanyakan cepat secara in vitro pada beberapa angrek hibrida. Skripsi. Universitas Padjajaran Bandung. Bandung. Destri and T.Jodi. 2006. Orchids collection of Cibodas Botanic Garden. Cibodas Botanic Garden – LIPI. Cianjur. Indonesia E, Sandra. 2004. Kultur Jaringan Anggrek Rumah Tangga, PT Agro Media Pustaka, Bogor. Gamborg, O. L. dan J. P. Shyluk. 1981. Nutrition, media, and characteristic of plant cell and tissue culture. In: Plant tissue culture methods and applications in agriculture. Thorpe, T. A. (ed), Academic Press, New York. 21p. Gardner, F.P.; R.B. Pearce; R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Jakarta. UI Press George, E.F. 1993. Plant Propagation by Tissue Culture: Part 1 In Practice. England George, E.F. & Sherington. 1984. Plant Propagation By Tissue Culture. Exegetics Limited, England. Ginting, R., 1990. Tanaman Budidaya Anggrek (Orchidaceae sp). Gloria Medan, Medan.
72 SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73
Gunawan, Livy Winata. 2003. Budidaya anggrek. Jakarta. Penebar swadaya. Hal 58. Gunadi, Tom. 1985. Anggrek untuk pemula. Penerbit Angkasa, Bandung. Harberer, G.; Kieber, J.J. Cytokinins. New insights into a classic phytohormone. Plant Physiol. 2002, 128, 354-362. Harjadi, S. S. 1993. Pengantar agronomi. Jakarta: Gramedia Heddy, S., W. H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman Dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hendaryono, D. S. P. Dan A. Wijayati. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta. Hopskin Wg, 1999. Introduction of Plant physiology. 2nd edition. John Wiley & Sons, Inc., New York: 512 Islami, Geranita. 2012. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Phalaenopsis amabilis (L.)BI, In Vitro. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya Iswanto H. 2003. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka :Jakarta. Johnson, T. R. and Kane, M. E. 2007. Asymbiotic germination of ornamental Vanda: in vitro germination and development of three hybrids. Plant Cell Tissue Organ Culture. 91:251-261. Kasutjianingati; Irawan, Rudi. 2013. Media Alternatif Perbanyakan In-Vitro Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis). Jurnal Agroteknos. Jember Kristanto, D. 2009. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta. Lakitan, B. 2000. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Grafindo Persada. Jakarta. Maryoni, K. 2005. Pertumbuhan Setek Tujuh Ruas Panili Dengan Pemberian Beberapa Dosis Vermikompos dan Konsentrasi Air Kelapa. Dikutip dari http://www.bdpunib. Masyarah. 2012. Pertumbuhan Eksplan Manggis (Garcinia mangostana L) Secara In Vitro dengan Air Kelapa, Ekstrak Tauge dan Ragi. Skripsi. Universitas Tanjungpura, Pontianak. Molnár, Zoltán; Virág, Emese; Ördög, Vince. 2011. Natural substances in tissue culture media of higher plants. Acta Biologica Szegediensis. University of West Hungary : Hungary
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74
Morel, G. 1974. Tissue culture: A new means of clonal propagation of orchids. American Orchid Society Bulletin. Vol. 33: 473-478. Oktavina. S, Zihan. 2011. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hibrid Dendrobium schulerii x May Neal Wrap Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Parthibhan, Selvaraju; Rao, Mandali V; Kumar, Thiruppati S., 2015. In vitro regeneration krom protocorms in Dendrobium aqueum Lindley – An Imperial Orchid. Journal Of Genetic Engineering And Biotechnology. India Permana, S. B. 2010. Efektifitas Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Teh Kompos Limbah Kulit Kopi dan Air Kelapa dalam Meningkatkan Keberhasilan Bunga Kakao Menjadi Buah. Fakultas Peranian Universitas Jember. Jember. Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro of Higer Plants. Boston: Martinus Nijhoff Publisher. Prando, M.A. Sandoval; Ciavazza, P.; Faggio, P.; Contessa, C. 2014. Effect of coconut water and growth regulator supllements on in vitro propagation of Corylus avellana L. Italy Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT). 2006. Pisang Rajabulu dan Tanduk. LPPM. Institut Pertanian Bogor. Rahayu, Eka Martha D; Handini, Elizabeth; Mursidawati, Sofi; Isnaini, Yupi. 2011. Penggunaan Bahan Organik Untuk Pembesaran Kultur In-Vitro Anggrek (Phalaenopsis Fuscata Rchb.F). Berkala Penelitain Hayati Edisi Khusus. Bogor Sallolo, Tuhuteru, M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anggrek Dendrobium Anosmum Pada Media Kultur In Vitro Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Ambon : Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura. Saidah, R. 2005. Pengaruh Ekstrak Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Akar Stek Melati (Jasminum sambac W. Ait). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UIN Malang. Sandra, E., 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Salisbury, F.B dan Ross,CW., 1995, Fisiologi Tumbuhan I. Penerjemah Lukman, D.R. dan Sumaryono, ITB Press. Bandung. Sari, K. 2007. Pemberian Air Kelapa Terhadap setek Panili. Skripi. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Simpson, M. G. 2006. Plant Systematics. Elsevier Academic Press. California, USA. Sriyanti, D.H. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan “Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern”. Kanisius. Yogyakarta.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75
Tresia, S.S.; Gusti,I.R.S.; Wijayanto, T. 2012. Pertumbuhan anggrek Dendrobium candy stripe lasianthera pada mdia sapih vaccin and went secara in vitro dengan penambahan ekstrak pisang raja dan fish emulsion. Penelitian Agronomi 1(1): 57-62 Tulecke, W.; Weinstein, L.; Rutner, A.; Laurencot, H. The biochemical composition of coconut water (coconut milk) as related to its use in plant tissue culture. Contrib. Boyce Thompson Inst. 1961, 21, 115-128 Untari, R. dan Dwi M. P. 2006. Pengaruh Bahan Organik dan NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dalam Kultur in Vitro. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Yong, Jean W.H.; Ge, Liya; Fei Ng, Yan; Ngin Tan, Swee; 2009. The Chemical Compounds And Biological Properties Of Coconut (Cocos nucifera L.) Water. Nanyang Technological University. Singapore Yusnita; Kesuma, Candra; Andivianty, Devina; Ramadiana, Sri; Hapsoro, Dwi. 2007. Perbanyakan Klonal Phalaenopsis sp. In Vitro Dari Eksplan Daun Dan Eksplan Tangkai Bunga. Seminar Nasional. Universitas Lampung. Vyas, S., Guha, S., Bhattacharya, M., Rao, I.U., 2009. Rapid regeneration of plants of Dendrobium lituiflorium Lindl. (Orchidaceae) by using banana extract. Sci. Hortic. 121, 32-37 Wattimena, G. A., N. A. Armini, dan L. W. Gunawan. 1992. Perbanyakan Tanaman. Dalam: Achmad Sukardi Abidin (Ed.). Bioteknologi Tanaman: Laboratorium kultur jaringan. DEPDIKBUD. DIRJEN Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi. IPB. Bogor. hal. 12-101 Werner, T.; Motyka, V; Strnad, M.; Schumulling, T. 2001. Regulation of plant growth by cytokinin. Proc. Natl. Acad. USA, 98, 10487-10492. Whithner, C.L., 1974. Developments in Orchid Physiology. In: Whithner, C.L. (Ed), The Orchids : Scientific Studies. Wiley Interscience, New York. Widiastoety, D. dan F.A. Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber Karbohidrat terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium. Jurnal Horltikultura. 5(3):76-80. Widiastoety, D. dan Kartikaningrum. 2003. Pemanfaatan Ekstrak Ragi dalam Kultur In Vitro Planlet Media Anggrek. Jurnal Holtikultura. Vol. 13(2) : 82 – 86. Widiastoety, D. dan Nurmalinda. 2010. Pengaruh Suplemen Non Sintetik Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Vanda. Jurnal Holtikultura. Vol. 20(1) : 60 – 66. Zulkarnain. 2009. Perbanyakan Tanaman Budidaya Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara Jakarta 248 hal.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1 Komposisi Media VW Tabel 1. Komposisi Media VW (Vacin dan Went) 1 Liter No. 1.
2.
3.
4.
Bahan Makronutrien Trikalsium fosfat Potasium nitrat Potasium fosfat Amonium sulfat Magnesium sulfat
Jumlah (mg/L) : Ca3(PO4)2 : KNO3 : KH2PO4 : (NH4)2SO4 : MgSO4. 7H2O
200 525 250 500 250
Mikronutrien Mangan sulfat : MnSO4. 2H2O
7,5
Zat Besi Na2EDTA FeSO4. 7H2O
1,492 1,112
Vitamin Tiamin HCl Piridoksin HCl Asam nikotinat Glisin
1 25 25 100
5. Sukrosa 6. Mio-inositol 7. Agar 8. pH Sumber: Sandra (2003)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
30000 100 8000 5,2-5,6
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 2
Gambar Perlakuan Pada Perkembangan Tunas Embrio Minggu Ke-6 dan 12
Perlakuan
Minggu 6
Minggu 12
P0
P0+
P5
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perlakuan
Minggu 6
Minggu 12
P6
P7
P8
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perlakuan
Minggu 6
Minggu 12
P9
P10
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 3 Analisis Statistik Perkecambahan Pada Minggu Ke-4
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perlakuan N Normal
Parametersa,b
25
25
3,00
35,176
1,443
13,6144
Absolute
,156
,194
Positive
,156
,194
Negative
-,156
-,157
,156
,194
,120c
,016c
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Berkecambah
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Uji Kruskall Wallis Test Statisticsa,b Berkecambah Chi-Square
23,139
df
4
Asymp. Sig.
,000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan
Uji Mann-Whitney Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
SKRIPSI
P0 S S S S
P1 S S S S
P2 S S S S
P3 S S S
P4 S S S S
S
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 4 Analisis Statistik Perkecambahan Pada Minggu Ke-8
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perlakuan N Normal
Parametersa,b
25
25
3,00
78,027
1,443
4,2491
Absolute
,156
,142
Positive
,156
,142
Negative
-,156
-,115
,156
,142
,120c
,200c,d
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Berkecambah
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic 2,218
df1
df2 4
Sig. 20
,104
ANOVA Berkecambah Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
SKRIPSI
df
Mean Square
426,916
4
106,729
6,400
20
,320
433,316
24
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
F 333,528
Sig. ,000
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Uji Duncan Berkecambah Duncana Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
Sig.
N
1
P0
5
P1
5
P2
5
P4
5
P3
5
2
3
4
5
71,067 76,533 78,533 80,800 83,200 1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 5 Analisis Statistik Perkecambahan Pada Minggu Ke-12
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test perlakuan N Normal
Parametersa,b
25
25
3,00
83,020
1,443
3,2351
Absolute
,156
,334
Positive
,156
,161
Negative
-,156
-,334
,156
,334
,120c
,000c
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
berkecambah
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Uji Kruskall Wallis Test Statisticsa,b berkecambah Chi-Square
22,279
df
4
Asymp. Sig.
,000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan
Uji Mann-Whitney Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
SKRIPSI
P0 S S S S
P1 S S S S
P2 S S S S
P3 S S S
P4 S S S S
S
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 6 Analisis Statistik Perkembangan Tunas Embrio Minggu Ke-6 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perlakuan N Normal Parameters
a,b
Jumlah
Panjang
Panjang
Berat
Berat
daun
akar
daun
akar
Kering
Kering
Kering
tunas
akar
planlet
32
32
32
32
32
32
32
790,00
1,394
1,125
,35925
,23378
1,2413
,2831
1,5244
991,909
,4779
,6560
,073769
,125586
,38272
,17708
,53852
Absolute
,389
,151
,154
,098
,144
,085
,101
,086
Positive
,389
,151
,138
,098
,125
,085
,101
,086
Negative
-,268
-,142
-,154
-,074
-,144
-,082
-,101
-,076
,389
,151
,154
,098
,144
,085
,101
,086
c
c
c
c,d
c
c,d
c,d
,200c,d
Mean
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
,000
,061
,052
,200
,090
,200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Uji Multivariat Multivariate Testsa Effect Intercept
Perlakuan
Value
F
Hypothesis df
Error df
Sig.
Pillai's Trace
,985
201,438b
6,000
19,000
,000
Wilks' Lambda
,015
201,438b
6,000
19,000
,000
Hotelling's Trace
63,612
201,438b
6,000
19,000
,000
Roy's Largest Root
63,612
201,438b
6,000
19,000
,000
2,133
1,892
42,000
144,000
,003
,035
2,307
42,000
92,570
,000
Hotelling's Trace
6,194
2,556
42,000
104,000
,000
Roy's Largest Root
3,341
11,455c
7,000
24,000
,000
Pillai's Trace Wilks' Lambda
a. Design: Intercept + Perlakuan b. Exact statistic c. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
SKRIPSI
Berat
32 Std. Deviation
Most Extreme Differences
Jumlah
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
,200
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variancesa F
df1
df2
Sig.
Jumlah daun
1,724
7
24
,151
Jumlah akar
1,756
7
24
,143
Panjang daun
,753
7
24
,631
Panjang akar
2,301
7
24
,060
Berat Kering tunas
2,901
7
24
,024
Berat Kering akar
1,702
7
24
,156
Berat Kering planlet
3,974
7
24
,005
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Perlakuan
Uji Duncan Jumlah daun a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
3
P0
4
,800
P7
4
1,050
1,050
P6
4
1,300
1,300
1,300
P5
4
1,400
1,400
1,400
P9
4
1,500
1,500
P0+
4
1,550
1,550
P10
4
1,700
1,700
P8
4
Sig.
1,850 ,061
,051
,096
The error term is Mean Square(Error) = ,159. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jumlah akar a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
P0
4
P6
4
,850
P5
4
1,100
P7
4
1,200
P10
4
1,200
P0+
4
1,500
P9
4
1,550
P8
4
1,600
Sig.
,000
1,000
,069
The error term is Mean Square(Error) = ,239. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =4,000. b. Alpha = ,05.
Panjang daun a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
3
P0
4
,27625
P5
4
,32675
,32675
P10
4
,34300
,34300
P8
4
,35175
,35175
,35175
P7
4
,35925
,35925
,35925
P6
4
,37025
,37025
,37025
P9
4
,39450
,39450
P0+
4
Sig.
,45225 ,074
,192
,053
The error term is Mean Square(Error) = ,004. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Panjang akar a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
3
4
P0
4
,00000
P6
4
,16500
P5
4
,20750
,20750
P7
4
,23600
,23600
,23600
P10
4
,29000
,29000
P9
4
,30850
,30850
P8
4
,32025
,32025
P0+
4
,34300
Sig.
1,000
,220
,068
,083
The error term is Mean Square(Error) = ,006. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05.
Berat Kering Tunas
Uji Games-Howell Perlakuan P0 P0
P0+
P5
P6
P7
P8
P9
P10
TS
TS
TS
S
TS
S
S
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
P0+
TS
P5
TS
TS
P6
TS
TS
TS
P7
S
TS
TS
TS
P8
TS
TS
TS
TS
TS
P9
S
TS
TS
TS
TS
TS
P10
S
TS
TS
TS
TS
TS
TS TS
Berat Kering Akar a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
P0
4
P5
4
,1850
P6
4
,2050
SKRIPSI
3
,0000
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P7
4
,2700
,2700
P10
4
,3550
,3550
P8
4
,3650
,3650
P9
4
,4400
P0+
4
,4450
Sig.
1,000
,064
,072
The error term is Mean Square(Error) = ,014. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05. Berat Kering Planlet
Uji Games-Howell Perlakuan P0 P0
P0+
P5
P6
P7
P8
P9
P10
TS
TS
TS
S
TS
S
S
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
P0+
TS
P5
TS
TS
P6
TS
TS
TS
P7
S
TS
TS
TS
P8
TS
TS
TS
TS
TS
P9
S
TS
TS
TS
TS
TS
P10
S
TS
TS
TS
TS
TS
SKRIPSI
TS TS
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN 7 Analisis Statistik Perkembangan Tunas Embrio Minggu Ke-6 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perlakuan N Normal Parameters
a,b
Jumlah
Panjang
Panjang
Berat
Berat
Berat
daun
akar
Daun
Akar
Kering
Kering
Kering
Tunas
Akar
planlet
32
32
32
32
32
32
32
32
790,00
2,188
2,238
,54669
,59691
2,2762
1,3056
3,5819
991,909
,5701
,6748
,061438
,103310
,59213
,66001
1,20183
Absolute
,389
,130
,106
,120
,130
,152
,168
,155
Positive
,389
,130
,106
,120
,087
,152
,168
,155
Negative
-,268
-,084
-,090
-,089
-,130
-,097
-,110
-,142
,389
,130
,106
,120
,130
,152
,168
,155
c
c
c,d
c,d
c
c
c
,048c
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Jumlah
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
,000
,184
,200
,200
Error df
Sig.
,180
,057
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Uji Multivariat Multivariate Testsa Effect Intercept
Perlakuan
Value
F
Hypothesis df b
Pillai's Trace
,994
718,213
5,000
20,000
,000
Wilks' Lambda
,006
718,213b
5,000
20,000
,000
Hotelling's Trace
179,553
b
718,213
5,000
20,000
,000
Roy's Largest Root
179,553
718,213b
5,000
20,000
,000
1,805
1,937
35,000
120,000
,005
,085
1,971
35,000
86,562
,006
Hotelling's Trace
3,603
1,894
35,000
92,000
,008
Roy's Largest Root
1,680
5,759c
7,000
24,000
,001
Pillai's Trace Wilks' Lambda
a. Design: Intercept + Perlakuan b. Exact statistic c. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
Uji Homogenitas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
,022
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Levene's Test of Equality of Error Variancesa F
df1
df2
Sig.
Jumlah daun
1,554
7
24
,197
Jumlah akar
1,281
7
24
,301
Panjang daun
1,540
7
24
,202
Panjang akar
2,317
7
24
,059
Berat Kering Tunas
1,761
7
24
,142
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Perlakuan
Uji Kruskall Walis Test Statisticsa,b BK_Akar Chi-Square
BK_Total
13,811
16,015
7
7
,055
,025
df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Uji Duncan Jumlah daun a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
P0
4
1,650
P10
4
1,800
P5
4
2,050
2,050
P9
4
2,050
2,050
P0+
4
2,250
2,250
P6
4
2,250
2,250
P7
4
2,650
P8
4
2,800
Sig.
,139
,067
The error term is Mean Square(Error) = ,241. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =4,000. b. Alpha = ,05.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jumlah akar a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
3
P0
4
1,600
P5
4
1,800
1,800
P6
4
1,950
1,950
P10
4
2,100
2,100
2,100
P7
4
2,400
2,400
2,400
P9
4
2,450
2,450
2,450
P0+
4
2,600
2,600
P8
4
Sig.
3,000 ,080
,099
,061
The error term is Mean Square(Error) = ,341. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05.
Panjang Daun a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
P0
4
,46100
P9
4
,52000
,52000
P10
4
,52025
,52025
P8
4
,56900
P0+
4
,56975
P7
4
,57100
P5
4
,57375
P6
4
,58875
Sig.
,142
,116
The error term is Mean Square(Error) = ,003. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05. Panjang Akar a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
P0
4
,45800
P0+
4
,54925
,54925
P7
4
,56100
,56100
P9
4
,59050
,59050
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P10
4
,62000
P5
4
,65825
P6
4
,66800
P8
4
,67025
Sig.
,058
,096
The error term is Mean Square(Error) = ,008. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05.
Berat Kering Tunas a,b
Duncan
Subset Perlakuan
N
1
2
3
P0
4
1,6050
P6
4
1,7600
1,7600
P5
4
2,0050
2,0050
2,0050
P9
4
2,4800
2,4800
P0+
4
2,4950
2,4950
P7
4
2,5300
2,5300
P10
4
2,5800
P8
4
2,7550
Sig.
,288
,057
,067
The error term is Mean Square(Error) = ,242. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000. b. Alpha = ,05. Berat Kering Akar
Uji Mann-Whitney Perlakuan P0 P0
P0+
P5
P6
P7
P8
P9
P10
TS
TS
TS
TS
S
S
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
P0+
TS
P5
TS
TS
P6
TS
TS
TS
P7
TS
TS
TS
TS
P8
S
TS
TS
TS
TS
P9
S
TS
TS
TS
TS
TS
P10
TS
TS
TS
TS
TS
TS
SKRIPSI
TS TS
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berat Kering Total Planlet
Uji Mann-Whitney Perlakuan P0 P0
P0+
P5
P6
P7
P8
P9
P10
S
TS
TS
TS
S
S
S
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
TS
P0+
S
P5
TS
TS
P6
TS
TS
TS
P7
TS
TS
TS
TS
P8
S
TS
TS
TS
TS
P9
S
TS
TS
TS
TS
TS
P10
S
TS
TS
TS
TS
TS
SKRIPSI
TS TS
PENGARUH PEMBERIAN AIR...
INAYAH MAHMUDAH