ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN PADA VARIETAS PISANG (Musa acuminata C.) MELALUI PENDEKATAN FENETIK DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG
SKRIPSI
RACHMAWATI
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN PADA VARIETAS PISANG (Musa acuminata C.) MELALUI PENDEKATAN FENETIK DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG
SKRIPSI
RACHMAWATI
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
SKRIPSI
i STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
Scanned by CamScanner
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak di publikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai reverensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai dengan kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi merupakan hak milik Universitas Airlangga.
SKRIPSI
iv STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa’Taala, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan naskah skripsi yang berjudul ”Studi Hubungan Kekerabatan Pada Varietas Pisang (Musa acuminata C.) Melalui Pendekatan Fenetik di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang” dengan baik dan lancar. Terselesaikannya skripsi ini tentu saja berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun menyampaikan mohon maaf apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Penyusun juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bimbingan, saran, bantuan dan dorongan dari semua pihak yang bersangkutan. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun maupun pembaca. Akhir kata, penyusun memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, sekian dan terima kasih.
Penyusun,
Rachmawati
SKRIPSI
v STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji bagi Allah karena atas rahmat-Nya dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi Hubungan Kekerabatan Pada Varietas Pisang (Musa acuminata C.) Melalui Pendekatan Fenetik di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, sehingga penulis mengucapkan terimakasih setinggitingginya kepada : 1. Dr. Hamidah, M. Kes. selaku dosen pembimbing I/penguji I yang penuh kesabaran telah membimbing, memberikan semangat, nasehat serta arahan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi, 2.
Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing II/penguji II atas segala bimbingan dan perhatian yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
3. Dr. Rosmanida, M. Kes. selaku dosen penguji III yang memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi, 4. Dr. Dwi Winarni, M.Si., selaku dosen penguji IV yang memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi, 5. Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. selaku dosen wali yang selalu memberikan dukungan sedari awal semester hingga akhir semester dan penyelesaian penulisan skripsi,
SKRIPSI
vi STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Keluarga besar, Ayah, Mama, Kak Alim, Kak Rikin, Mas Apank, Mbak Dinda, Ardiansyah (Ay), Faro, dan Zhafran yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, serta dukungan baik moril maupun materil yang tiada batasnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan, 7. Keluarga CEMARA yang telah menemani dengan penuh kasih sayang dalam suka maupun duka selama empat tahun berkuliah di biologi, 8. Keluarga proyek Ajeng, Juju, Patricia, Metty, Husnus, Latifah, Lia, Sarah, dan Nindy yang telah memberikan saran, informasi, semangat, serta kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan akhirnya sarjana, 9. Keluarga besar Pak Shokib yang telah membantu dalam penyediaan tempat tinggal selama ada di Lumajang, pengambilan sampel, menyusuri kebon pisang dan hutan. Semoga selalu diberi kesehatan dan rejeki yang lancar, 10. Papa-nya Ajeng, Om Kholil dan Om Dolah yang telah mendampingi serta mengantarkan ke Lumajang saat penelitian, 11. Segenap tim pengajar, staf departemen biologi, dan staf laboratorium atas segala ilmu, bantuan, dan pelayanan yang baik selama saya berkuliah di Biologi, 12. Teman-eman Biologi angkatan 2012 terimakasih untuk segala momen berharga yang telah diberikan dalam hidup saya selama 4 tahun ini, semoga teman-teman bisa sukses dan bertemu kembali di lain waktu.
SKRIPSI
vii STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rachmawati. 2016. Studi Hubungan Kekerabatan Pada Varietas Pisang (Musa acuminata C.) Melalui Pendekatan Fenetik di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Hamidah, M. Kes. dan Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D., Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas dari spesies M. acuminata C. yang ada di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang, hubungan kekerabatan antar varietas, dan karakter yang membedakan varietas tersebut. Lokasi pengambilan sampel di enam perkebunan pisang milik petani di daerah Pasrujambe. Ada 59 karakteristik yang diamati meliputi karakter perawakan, batang semu, daun, jantung, dan buah. Penelitian ini bersifat observasional. Karakter diamati dengan melakukan pengukuran dan pengamatan morfologi. Dilakukan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis fenetik. Hasil deskripsi menunjukan adanya keanekaragaman morfologi pada tujuh varietas M. acuminata C. yaitu varietas Kongkong, Susu, Kavendis, Barlian, Mas Kirana, Ambon, dan Agung Semeru. Hasil analisis data dengan metode fenetik dengan program SPSS 22.0 diperoleh dendrogram yang menunjukkan kelompok A dan kelompok B berpisah dikarenakan nilai koefisien yang cukup rendah pada 0,227. Kelompok B beranggotakan varietas Agung Semeru. Kelompok A memisah menjadi kelompok C dan D pada nilai koefisien 0,314. Kelompok D terpisah pada nilai koefisien 0,361 beranggotakan kelompok G dan H. Kelompok G beranggotakan varietas Barlian, kelompok H beranggotakan varietas Ambon dan Kavendis. Pada kelompok C memisah pada nilai koefisien 0,408 yang membentuk kelompok E dan F. Kelompok E beranggotakan varietas Mas Kirana, kelompok F beranggotakan varietas Kongkong dan Susu. Berdasarkan hasil dari PCA (Principal Component Analysis) karakter yang berpengaruh dalam pengelompokan antara lain adalah karakter perwawakan, batang semu, daun, bunga/jantung dan buah, serta karakteristik yang berpengaruh dalam pengelompokan varietas terdiri dari berat buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai tandan, panjang braktea, rasio braktea, laju warna braktea, tinggi tanaman, tinggi batang semu, arah tumbuah daun, bangun daun, dan tekstur permukaan daun. Kata Kunci : M. acuminata C. , Morfologi, Fenetik, Dendrogram, PCA.
SKRIPSI
viii STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rachmawati. 2016. Study of Relationship on Varieties of Banana (Musa acuminata C.) in Pasrujambe District Lumajang by Phenetic Approach. This Thesis guided by Dr. Hamidah, M. Kes. and Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D., Biologi Dept, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT This reserch aims to determine the varieties of the species M. acuminata C. in Pasrujambe district Lumajang, relationship between these varieties, and character that differentiate these varieties. Sampling location in six banana plantations owned by the farmers in the area Pasrujambe. There are 59 characters observed were plant stature, pseudo-stem, leaf, male bud and fruit. This study is observational. The characteristic was observed by measuring and morphological observation. Conducted two analyzes are descriptive and phenetic. The results showed a description of morphological diversity in seven varieties of M. acuminata C., namely verietas Kongkong, Susu, Kavendis, Barlian, Mas Kirana, Ambon, and Agung Semeru. The results of the data analysis with SPSS 22.0 phenetic obtained dendrogram that shows the group A and group B split due to fairly low coefficient at 0.227. Group B consists of varieties Agung Semeru. Group A split into groups C and D on the value of the coefficient of 0.314. Group D apart at 0.361 coefficient value group consisting of G and H. The group G consists of varieties Barlian, group H consists of varieties of Ambon and Kavendis. In group C segregate at 0.408 coefficient values which form groups E and F. Group E consists of varieties of Mas Kirana, the group consisting of F Kongkong and Susu. Based on results of PCA (Principal Component Analysis) influential characters in the grouping include plant stature, pseudo-stem, leaf, male bud and fruit, and the characteristic that influence the grouping of varieties consisting of fruit weight, diameter of fruit stalk, length of fruit stalk, fruit length, fruit diameter, shape the tip of the fruit, length of the stem bunches, long bract, the ratio bract, the rate of color bract, plant height, pseudo-stem height, leaves growth direction, shape leaf, and leaves surface texture. Key Words : M. acuminata C. , Morphology, Phenetic, Dendrogram, PCA.
SKRIPSI
ix STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ...................................................... iv KATA PENGANTAR.................................................................................... v UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 7 1.3 Asumsi Penelitian ............................................................................................. 8 1.4 Hipotesis Kerja ................................................................................................. 8 1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pisang (M. acuminata C.).................................................... 10 2.1.1 Morfologi pisang (M. acuminata C.)................................................................ 11 2.1.2 Klasifikasi pisang (M. acuminata C.)............................................................... 17 2.1.3 Syarat tumbuh pisang (M. acuminata C.)......................................................... 17 2.1.4 Kandungan buah pisang (M. acuminata C.) ..................................................... 19 2.2 Tinjauan Tentang Hubungan Kekerabatan ....................................................... 20 2.3 Tinjauan Metode Fenetik .................................................................................. 21 2.4 Tinjauan Tentang Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang .......................................................................................................... 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 25 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................................ 25 3.2.1 Bahan penelitian ............................................................................................... 25 3.2.2 Alat penelitian................................................................................................... 25 3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 26 3.3.1 Persiapan penelitian.......................................................................................... 26 3.3.2 Pengumpulan spesimen .................................................................................... 26 3.3.3 Parameter penelitian ......................................................................................... 26 3.3.4 Pengumpulan data............................................................................................. 27 3.4 Cara Kerja......................................................................................................... 28
SKRIPSI
x STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.5
Analisis Data..................................................................................................... 29 3.5.1 Analisis deskriptif............................................................................................. 29 3.5.2 Analisis metode fenetik .................................................................................... 29 3.6 Alur Penelitian .................................................................................................. 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian................................................................................................. 33 4.1.1 Varietas Pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang .................................................................... 33 4.1.2 Analisis variasi karakteristik pada varietas M. acuminata C. berdasarkan karakter morfologi ............................................ 34 4.1.2.1 Deskripsi analitik..................................................................................... 34 4.1.2.2 Deskripsi diagnostik diferensial .............................................................. 69 4.1.3 Pengenalan varietas M. acuminata C. dengan kunci determinasi........................................................................................................ 111 4.1.4 Analisis variasi karakteristik pada varietas M. acuminata C. berdasarkan metode fenetik .................................................. 112 4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 119 4.2.1 Varietas M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang........................................................................................ 119 4.2.2 Analisis variasi karakteristik pada varietas M. acuminata C. berdasarkan karakter morfologi ............................................ 121 4.2.3 Karakter dan karakteristik pembeda dalam pengelompokan M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang .................................................................... 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 129 5.2 Saran ................................................................................................................. 130 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 131 LAMPIRAN
SKRIPSI
xi STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Nomor 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
SKRIPSI
Judul Kandungan buah M. acuminata C. Tabel gambar yang menunjukkan karakter morfologi tiap varietas sampel Tabel karakter varietas sampel Tabel Proximility Matrix (Nilai kesamaan) Tabel koefisien Average Linkage Nilai komponen utama karakter sampel varietas
xii STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Halaman 19 99 104 113 114 117
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19
SKRIPSI
Judul
Halaman 11 13 13 14 15 16 17 24
Perawakan tanaman pisang Morfologi daun pisang Bunga banci dan rangkaian bunga majemuk M. acuminata Morfologi tandan buah dan jantung M. acuminata Morfologi tandan buah M. acuminata C. var. Mas Buah pisang M. acuminaya C. var. Mas Kirana Penampag melintang buah pisang Peta Kecamatan Pasrujambe Morfologi perawakankan bercak batang semu M. acuminata C. var. Kongkong 35 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Kongkong 36 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Kongkong 37 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Kongkong 37 Morfologi jantung dan helaian braktea M. acuminata C. var. Kongkong 38 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Kongkong 38 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Kongkong 39 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Susu 40 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Susu 41 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Susu 42 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Susu ............................. 42 Morfologi jantung dan helaian braktea M. acuminata C. var. Susu 43 Morfologi pangkal dan ujung helaian braktea M. acuminata C. var. Susu 43 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Susu 44 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Kavendis 45 helaian daun M. acuminata C. var. Kavendis 46 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Kavendis 47 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Kavendis 47 Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Kavendis 48
xiii STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36 4.37 4.38 4.39 4.40
SKRIPSI
Morfologi pangkal dan ujung helaian braktea M. acuminata C. var. Kavendis Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Kavendis Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Barlian Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Barlian Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Barlian Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Barlian Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Barlian Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Barlian Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Barlian Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Mas Kirana Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Mas Kirana Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Ambon Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Ambon Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Ambon Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Ambon Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Ambon
xiv STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
48 49 50 51 52 52 53 53 54 55 56 57 57 58 58 59 60 61 62 62 63
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.41 4.42 4.43 4.44 4.45 4.46 4.47 4.48 4.49 4.50
SKRIPSI
Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Ambon Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Ambon Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Morfologi helaian daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Morfologi ujung dan pangkal daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Potongan melintang tangkai daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Morfologi helaian braktea M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Morfologi buah dan penampang melintang buah M. paradisiaca L. var. Agung Semeru Dendrogram hubungan antara varietas M. acuminata C. berdasarkan analisis karakteristik morfologi
xv STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
63 64 65 65 67 67 68 68 69 115
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
SKRIPSI
Judul
1
Tabel nilai karakter
2
Tabel karakter varietas sampel
3
Tabel hasil skoring
4
Tabel ketentuan pengambilan data
5
Indeks RGB
xvi STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia dan Asia Tenggara merupakan pusat keanekaragaman genetik
(Musaceae) dan memiliki banyak jenis pisang yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Lebih dari 200 varietas ditanam oleh petani yang seluruh varietas itu merupakan varietas alam yang belum mengalami perbaikan/pemuliaan (Crouch et al., 1999). Sebagian pisang liar terdapat di Asia Tenggara, sehingga daerah IndoMalaya (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan New Guinea) merupakan pusat keragaman pisang. Selanjutnya menyebar ke daerah tropik dan Sub tropik di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia (Espino et al., 1997). Pisang adalah salah satu buah tropis yang sudah popular di masyarakat, potensial dikembangkan di Indonesia. Saat ini pisang merupakan komoditas unggulan dan memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi buah-buahan nasional. Selain rasanya yang enak pisang juga mengandung gizi, vitamin dan kalori, sehingga bermanfaat untuk kesehatan (Prahardini et al., 2010). Kabupaten Lumajang Jawa Timur merupakan salah satu wilayah yang mempunyai keragaman plasma nutfah pisang. Di daerah Kabupaten Lumajang terdapat 33 plasma nutfah pisang yang terdiri atas pisang sebagai buah meja dan sebagai pisang olahan. 14 varietas pisang ada di daerah Kecamatan Senduro dan Pasrujambe (Prahardini et al., 2010). Pisang merupakan hasil perkebunan tertinggi yang dihasilkan di Kabupaten Lumajang. Lahan seluas 5juta hektare merupakan lahan produktif tanaman pisang di wilayah Kabupaten Lumajang. Produksi pisang
1 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
dari tahun ke 2007 sampai 2013 di Kabupaten Lumajang mengalami kenaikan dan penurunan. Pada data hasil produksi pisang tahun 2013, dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Lumajang rata-rata hasil produksi pisang sebesar 200,18 kuintal/Ha. Sedangkan pada Kecamatan Pasrujambe menempati produksi pisang tertinggi di Kabupaten Lumajang yaitu sebesar 459ribu kuintal pertahunnya (Dinas Pertanaian Kabupaten Lumajang, 2013). Dengan data-data tersebut dapat diketahui bahwa pisang memiliki potensi yang cukup tinggi di Kabupaten Lumajang, utamanya di Kecamatan Pasrujambe. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pasrujambe dikarenakan berbagai asapek yang ada di Kecamatan Pasrujambe dapat mendukung untuk pelaksaan penelitian tentang hubungan kekerabatan dan variasi karakter pisang. Di Kabupaten Lumajang juga terdapat varietas pisang di kecamatan yang lain, namun terhalang akses yang sulit untuk menuju lokasi serta lahan yang ditumbuhi pisang di kecamatan-kecamatan lainnya tidak cukup luas. Lahan yang luas serta banyaknya tanaman pisang pada suatu daerah penelitian nantinya juga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Menurut Dispertan tanaman pangan Prov. Kalimantan Timur (2013) pemilihan lokasi penanaman pisang dapat mempengaruhi pertumbuhan pisang tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain adalah faktor eksternal seperti cuaca, ketinggian, suhu rata-rata, kelembaban, pH tanah, kemiringan tanah, tekstur tanah, dan intensitas penyinaran di wilayah penanaman tersebut. Dengan keadaan lingkungan yang mendukung dan sesuai, maka akan menghasilkan tanaman pisang dengan kualitas yang baik.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Penelitian sebelumnya tentang karakterisasi pisang dilakukan oleh Prahardini et al., (2010) di Kecamatan Pasrujambe terdapat lahan 659,3 ha yang ditanami pisang dan tumbuh dengan baik, maka dari itu Kecamatan Pasrujambe juga menjadi rekomendasi dari penelitian sebelumnya. Dari penelitian tersebut juga dapat diperkirakan kondisi lingkungan yang ada di wilayah Kecamatan Pasrujambe merupakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman pisang. Pisang banyak dikonsumsi oleh masyarakat berbagai kalangan dan usia, baik dewasa sampai bayi. Pisang banyak yang dikonsumsi sebagai buah segar dan juga dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Manfaat pisang sekarang sudah mulai banyak yang diteliti salah satunya dalam dunia kesehatan. Salah satunya adalah manfaat pisang yang mampu memberikan imunitas yang baik pada tubuh manusia (Wahyuningsih, 2014). Ada empat jenis pisang yang biasa dikonsumsi, yaitu pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak, pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak, pisang yang diambil seratnya dan pisang berbiji. Berdasarkan cara konsumsinya buah pisang dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu pisang golongan banana (dikonsumsi langsung) seperti pisang ambon, pisang raja, pisang muli, dan lainlain, sedangkan pisang plantain (dikonsumsi setelah dimasak terlebih dahulu) seperti pisang kepok, pisang tandung, dan pisang janten (Musita, 2009). Pisang komersial berasal dari persilangan M. acuminata dengan M. balbisiana. Persilangan pisang liar M. acuminata
dengan M. balbisiana
menghasilkan individu pisang diploid, triploid dan juga tetraploid (Espino, et al.,
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
1997). Contoh pisang yang masuk dalam varietas M. acuminata C. antara lain adalah pisang Ambon, Barangan dengan genom triploid AAA, dan pisang Mas dengan genom diploid AA. (Luqman, 2012). Spesies M. acuminata (genom AA) memiliki beberapa karakter yang berbeda spesies pisang lain. Beberapa karakter yang membedakan antara lain adalah karakter batang semu, jantung/bunga, dan lain-lain, sedangkan karakteristinya meliputi warna batang semu, gulungan jantung, bentuk jantung, dan karakter lainnya (Robinson, 1999). Misalkan pada karakter buah, umunya karakteristik bentuk buah dan warna buah masak ataupun muda memiliki warna yang cukup beragam setiap varietasnya. Maka dari itu terkadang cara mengenali varietas paling mudah adalah mengenali bagaimana bentuk dan warna buahnya. Keragaman fenotip dapat diketahui dengan mengidentifikasi perbedaaan dan persamaan fenotip tanaman pisang. Besarnya kemiripan fenotip memberikan gambaran mengenai hubungan kekerabatan antar aksesi pisang tersebut. Nilai jarak genetik memeberikan informasi mengenai tingkat keasamaan karakterkarakter yang dimiliki oleh varietas pisang (Sukartini, 2007). Fenetik digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan kesamaan fenotip. Taksonomi fenetik berusaha mengelompokkan organisme berdasarkan semua kesamaan, biasanya yang digunakan adalah kesamaan morfologi atau semua sifat yang dapat diobservasi tanpa memperhatikan filogeninya atau hubungan evolusi (Irawan, 2011). Pendekatan karakter antar varietas pisang dapat dilihat dari penampilan tanaman (morfologi) baik itu pada bagian batang, daun, bunga, dan buah. Sifat atau karakter tersebut dapat dijadikan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
modal dalam perbaikan sifat genetik tanaman. Dengan keanekaragaman karakter dan karakteristik varietas pisang maka pengembanganya diarahkan menurut kesesuaian varietas dengan agroekologi (Prahardini, et al., 2010). Kekerabatan secara fenetik merupakan kekerabatan yang didasarkan pada analisis sejumlah penampilan fenotip dari suatu organisme. Hubungan kekerabatan antara dua individu atau populasi dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter–karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Karakter pada makhluk hidup dikendalikan oleh gen. Gen merupakan potongan DNA yang hasil aktivasinya (ekspresinya) dapat diamati melalui perubahan karakter morfologi yang dapat diakibatkan oleh pengaruh lingkungan (Purwantoro et al, 2005). Identifikasi morfologi suatu populasi plasma nutfah adalah suatu kegiatan memeriksa keragaman aksesi berdasarkan sejumlah karakter perinci morfologi tanaman (Sukartini, 2007). Identitas morfologi yang terkumpul dapat digunakan untuk analisis kekerabatan antar spesies. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak sedikitnya jumlah karakter morfologi yang mempunyai heritabilitas/repeatabilitas tinggi
akan
menentukan
keakuratan
pengelompokkan
spesies-spesies
(Lamadji,1998). Rinaldi et al., (2014) menyatakan hasil varietas pisang dengan genom AA, AAA, AAB, dan AB. Hasil dendrogram kekerabatan dari 20 varietas pisang terdiri atas empat kelompok, yaitu kelompok I,III dan IV yang cenderung dekat dngan M. acuminata dan kelompok II cenderung arah M. Balbisiana. Pengelompokan pada penelitian tersebut merupakan pengelompokan berdasarkan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
kesamaan dan perbedaan karakter yang dimiliki oleh setiap varietasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Prahardini et al., (2010) ada 33 varietas pisang di Kabupaten Lumajang yang menyebar di beberapa kecamatan. Dari 33 varietas, terdapat 14 varietas yang ada di kecamatan Senduro dan Pasrujambe. Varietas pisang tersebut terdiri atas pisang sebagai buah meja dan pisang sebagai buah olahan. Namun pada penelitian ini yang diamati karakter morfologinya hanyalah pisang yang merupakan varietas unggul yang ada di Kabupaten Lumajang yaitu pisang Agung Semeru (M. Paradisisaca L.) dan Mas Kirana (M. Acuminata C.). Perawakan pisang Mas Kirana (M. Acuminta C.) dan pisang Agung Semeru (M. Paradisiaca L.) cukup berbeda jika dibandingkan dari tinggi tanaman. Pisang Agung Semeru memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pisang Mas Kirana, ukuran buah dari keduanya juga sangat berbeda, pisang Mas Kirana panjang buahnya tidak lebih dari 15 cm, sedangkan Agung Semeru panjang buahnya bisa mencapai 30 cm. Dan masih banyak lagi karakter pembeda dari dua spesies pisang tersebut. Susanti (2013) menjelaskan adanya kesamaan dan perbedaan karakter morfologi, maka dengan mudah dapat mengelompokkan kultivar pisang yang diamati, serta didukung dengan metode genetik. Keanekaragaman populasi tanaman pisang dinilai sangat diperlukan dalam penyusunan strategi pemuliaan guna mencapai perbaikan varietas pisang secara efisien kedepannya. Dengan adanya dasar pemuliaan tanaman maka dapat dipelajari bagaimana hasil analisis kekerabatan antar pisang (Wijayanto et al., 2013).
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Penelitian terdahulu yang membahas tentang banyaknya varietas di Kabupaten Lumajang berpotensi untuk dikembangkan menjadi varietas unggul. Hanya masing-masing satu varietas dari dua spesies pisang di Kabupaten Lumajang yang dikarakterisasi di penelitian sebelumnya yaitu pisang Mas Kirana (M. Acuminata C.) dan pisang Agung Semeru (M. Paradisiaca L.), maka perlu dilakukan karakterisasi varietas dan hubungan kekerabatan antar varietas pada spesies M. acuminata C. yang lain di Kabupaten Lumajang terutama di Kecamatan Pasrujambe. Para petani pisang hanya membedakan varietas pisang di daerahnya dengan melihat bentukan dari buahnya saja, namun sebenarnya perbedaan dapat dilihat dari morfologi batang, daun, dan bagian yang lainnya, sehingga dapat mempermudah membedakan varietas-varietas pisang yang ada dengan benar. Diharapkan dengan adanya karakter-karakter yang sama atau yang berbeda pada varietas M. Acuminata C. dapat terbentuk hubungan kekerabatan dan terlihat keanekaragamanya. Karakterisasi yang dilakukan pada varietas pisang dapat mempermudah menentukan varietas dengan melihat morfologi yang khas dari pisang tersebut. Karakterisasi yang akan dilakukan pada beberapa varietas dari M. acuminata C. lain di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dapat juga nantinya digunakan sebagai informasi dasar untuk para petani agar dapat melakukan pemuliaan tanaman pisang.
1.2
Rumusan Masalah
1. Ada berapa varietas pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang ?
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
2. Bagaimana hubungan kekerabatan antar varietas pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang ? 3. Karakter dan karakteristik apakah yang dapat digunakan sebagai pembeda dalam pengelompokan pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang ?
1.3
Asumsi Penelitian Identifikasi morfologi yang dilakukan dapat digunakan untuk melakukan
analisis kekerabatan antara varietas. Pendekatan fenetik merupakan salah satu pendekatan untuk menentukan kekerabatan suatu tumbuhan yang didasarkan pada kesamaan karakter atau ciri morfologi. Karakter-karakter yang dimiliki masingmasing pisang memiliki variasi yang cukup banyak, misalnya pada bagian daun, batang, serta buahnya. Dengan demikian dapat diasumsikan melalui pendekatan karakter morfologi dan mengetahui kesamaan karakter maka dapat diketahui karakter dan karakteristik khas yang dimiliki varietas yang ada di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang serta bagaimana pengelompokan dan hubungan kekerabatan pada pisang (M. acuminata C.).
1.4 1.
Hipotesis Kerja Jika melalui pendekatan morfologi yang diperoleh banyak persamaan karakter dan karakteristik dari beberapa pisang (M. acuminata C.), maka akan dketahui kedekatan hubungan kekerabatannya.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
2.
Jika terdapat perbedaan morfologi, maka akan ditemukan karakter dan karakteristik pembeda pada beberapa pisang (M. acuminata C.)
1.5
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui :
1. Jumlah varietas pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 2. Hubungan kekerabatan pada pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang melalui pendekatan morfologi. 3. Karakter dan karakteristik morfologi yang dapat membedakan sampel pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
1.6
Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk :
1. Informasi jumlah varietas pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 2. Informasi ilmiah tentang keanekaragaman dan karakter morfologi pada pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 3. Informasi ilmiah tentang kekerabatan pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. 4. Dasar dan bahan penelitian selanjutnya dalam mengidentifikasi hubungan kekerabatan pada pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dengan menggunakan karakter morfologi.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Tentang Pisang (M. acuminata C.) Pisang adalah tanaman buah yang banyak ditanam di daerah tropis. Pisang
memiliki keragaman kultivar pisang yang tinggi. Tanaman ini berasal dari kawasan Asia tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini mudah didapat karena daerah distribusinya luas serta masa berbuahnya tidak mengenal musim sehingga dapat berbuah sewaktu-waktu dan berdampak pada harganya relatif murah. Selain itu, buah pisang banyak digemari karena rasanya yang manis dan sering digunakan sebagai makanan penutup (Khasanah dan Marsusi, 2014). Pisang merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang tumbuh subur dan mempunyai persebaran merata di seluruh wilayah Indonesia. Pisang yang ada sekarang diduga merupakan hasil persilangan alami dari pisang liar dan telah mengalami domestifikasi. Beberapa litelatur menyebutkan pusat keanekaragaman tanaman pisang berada di kawasan Asia Tenggara. Para ahli memastikan daerah asal tanaman pisang adalah India, Malaya, dan Filipina (Luqman, 2012). Sudarnadi (1995) menyebutkkan bahwa kultivar pisang konsumsi merupakan keturunan dari dua jenis tetua pisang liar yaitu M. Acuminata C. (genom AA) dan M. balbisiana (genom BB). Persilangan tersebut menimbulkan berbagai variasi genetik melalui beberapa proses yang berperan penting dalam evolusi. Menurut INIBAP (2003) evolusi dapat terjadi karena adanya mutasi genetik, sedangkan ditambahkan oleh Kaemmer et al., (1997) evolusi dapat terjadi dikarenakan ada campur tangan manusia dan menurut Simmonds (1962) evolusi
10 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11 dapat disebabkan oleh adanya kegiatan persilangan sendiri dalam satu jenis, antar jenis, maupun dengan induknya. 2.1.1 Morfologi pisang (M. acuminata C.) Robinson (1999) Tanaman pisang merupakan tanaman tahunan yang bersifat monokotil, herba dan Evergreen. Bagian ujung meristem membentuk bunga atau jantung pisang lalu berkembang menjadi tandan buah. Tanaman pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali dalam seumur hidupnya, kemudian mati. Habitus tanaman pisang berupa herba bebatang basah (Gambar 2.1) (Luqman, 2012). Pohon pisang dewasa biasanya memiliki tinggi 5 sampai 6 meter tergantung dari varietasnya (Prahardini et al., 2010).
Gambar 2.1 Habitus tanaman pisang. (a) helaian daun yang sudah membuka sempurna, (b) tangkai tandan buah, (c) tandan buah, (d) rakis, (e) jantung pisang (jantung pisang yang hanya berisi bunga jantan), (f) batang semu, (g) anakan pisang, (h) helaian daun yang masih menggulung (Sumber : Champion, 1963).
Akar pada tanaman pisang memiliki rambut-rambut halus dan sangat banyak. Pohon pisang berakar halus dan juga dilengkapi dengan rimpang.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 Biasanya akar pisang berukuran sekitar 75 – 150 cm, akar yang berada pada bagian samping umbi batang yang nantinya akan tumbuh ke samping (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Bagian umbi atau bonggol pisang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu umbi bagian dalam dan umbi bagian luar. Batang yang dimiliki oleh tanaman pisang merupakan batang semu (Kuswanto, 2007). Batang tanaman pisang yang sesungguhnya berada sebagian atau seluruhnya di dalam tanah yang dikenal sebagai tuberous rhizome. Rhizome yang telah dewasa memiliki diameter dan tinggi sekitar 300 mm namun ada perbedaan setiap varietasnya. Rhizome merupakan organ penyimpan penting untuk mendukung pertumbuhan buah dan perkembangan anakan (Purseglove, 1972). Daun pisang merupakan daun sempurna atau daun lengkap yang memiliki helaian daun, tangkai daun, dan pelepah daun (Gambar 2.2) (Tjitrosoepomo, 1994). Daun pisang bentuk ujungnya mebulat dan tepinya rata. Bentuk daunnya semakin ke ujung semakin kecil dan sempit. Daun pisang dibagian luarnya licin seperti lilin. Pada bagian tepi daun pisang itu hanya berbingkai tipis, sehingga pada umumnya mudah robek bila tertiup angin (Kuswanto, 2007). Daun pisang memiliki bentuk yang panjang pipih dengan warna bagian atas daun hijau tua mengkilap dan warna bawah daunnya hijau muda (Prahardini et al., 2010). Ukuran daun pisang dewasa dapat memiliki panjang sekitar 1,5 sampai 2,8 m dan lebarnya sekitar 0,7 m sampai 1,0 m. Pada bagian permukaan atas dan bawah daunnya memiliki stomata (Robinson, 1999). Pada bagian daun terdapat tipe tangkai daun yang berbeda pada masingmasing kultivar, yakni tipe membuka dan menutup. Selain itu terdapat variasi
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13 pada warna, bentuk ujung, panjang tangkai, serta panjang dan lebar daun pada masing-masing kultivar pisang (Khasanah dan Marsusi, 2014).
HD
TLD
Gambar 2.2 Morfologi daun pisang. (a) helaian daun, (b) ibu tulang daun, (c) kanal (cekungan) tangkai daun (penampang melintang tangkai daun), (d) tangkai daun, (e) pelepah daun, (f) penampang melintang pelepah daun, (g) pelepah daun, (h) tepian pelepah daun, (i) bercak pelepah daun (Sumber : Champion, 1963; De Langhe 1961).
Gambar 2.3 Bunga banci dan rangkaian bunga majemuk M. acuminata. Bunga banci akan berkembang menjadi buah (Kanan) (Sumber : Champion, 1967). Satu rangkaian bunga majemuk/Jantung pisang M. acuminata C. (Kiri) (Sumber : Susanti, 2013).
Bunga dari tanaman pisang tersusun dalam tandan, bunga pisang disebut sebagai bunga majemuk (inflourecensia). Warna dari seludang bunga bervariasi
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14 dari merah muda hingga merah tua keunguan (Khasanah dan Marsusi, 2014). Bagian-bagian yang ada pada jantung pisang antara lain adalah braktea, bunga jantan, stigma, tepal, tepal bebas, tabung stigma, tepal, ovarium, anter, dan filamen (Gambar 2.3). Kelompok varietas pisang M. acuminata memiliki bentuk jantung seperti gasing dengan ujung braktea yang runcing pula. Warna permukaan luar braktea jantung pisang biasanya berwarna kuning kemerahan hingga merah, dengan warna permukaan dalamnya kuning kemerahan hingga ungu (Gambar 2.4). Warna yang ada pada braktea seragam mulai dari pangkal braktea hingga ujung braktea (Siddiqah, 2002). Bentuk dari bunga pisang adalah tongkol atau yang sering disebut dengan jantung. Bunga jantan dan bunga banci terjalin dalam satu rangkaian yang terdiri dari 5-20 bunga. Rangkaian bunga ini nantinya akan membentuk buah dalam satu sisir (Amilda, 2014).
Gambar 2.4 Morfologi tandan buah dan jantung M. acuminata. (a) jantung pisang, (b) helaian braketa, (c) sisir buah pisang (Sumber : Anonim, 2015).
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15 Menurut Ashari (1995) pada ujung bunga terdapat kuncup bunga dibungkus oleh seludang (braktea). Braktea tersebut jatuh ke tanah apabila bunga telah membuka. Bunga betina berkembang secara normal. Dalam bakal buahnya terdapat 3 ruang yang menyatu, bentuknya menjadi segitiga. Sedangkan bunga jantan ada di daerah ujung bunga dan tidak berkembang. Bunga betinanya memiliki 5 buah benang sari, jarang menghasilkan tepung sari. Pada saat bunga betina yang berada pada dasar bunga berkembang, bunga jantan tetap tertutup seludang. Tiap kelompok bunga disebut sisir yang jumlahnya beragam. Seluruh sisir tersusun rapi dalam satu tandan buah (Gambar 2.5).
Gambar 2.5 Morfologi tandan buah M. acuminata C. var. Mas (Sumber Hapsari, 2015)
Buah pisang tersusun dalam bentuk tandan. Tiap tandannya terdiri atas beberapa sisir, setiap tandan terdiri atas 15-23 sisir dan setiap sisir terdiri atas 2225 buah pisang (Prahardini et al., 2010). Ukuran buah pisang bervariasi,
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16 panjangnya berkisar antara 10-18 cm dengan diameter sekitar 2,5 - 4,5 cm. Buah bergilir 3-5 alur, agak bengkok dengan ujung meruncing atau membentuk leher botol.
Gambar 2.6 Buah M. acuminata C. Var. Mas Kirana. Berwarna kuning saat matang dan berwarna hijau saat belum matang. (Sumber : Anonim, 2015).
Pada bagian daging buahnya tebal dan bertekstur lunak. Di bagian luar buah ditutupi kulit buah yang memiliki perbedaan warna saat masih muda dan sudah matang. Saat masih muda kulit buah cenderung berwarna hijau (Gambar 2.6), namun setelah matang berubah menjadi kuning dan memiliki ketebalan yang berbeda. Bentuk, warna dan rasa buah digunakan untuk menentukan kultivar pisang. Adapun pembentukan buah pisang sesudah jantung/ bunga pisang keluar, maka akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan membentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya. Jantung pisang perlu dipotong sebab sudah tidak dapat menghasilkan sisir lagi (Amilda, 2014). Ketebalan kulit buah dibedakan dalam 3 macam yaitu berkulit tipis, sedang dan tebal. Serat buah dibagi menjadi 2 macam yaitu halus dan kasar, sedangkan penampang melintang buah pada seluruh kultivar yang ditemukan diketahui terdapat dalam 3 macam bentuk yaitu bulat, segitiga dan polygonal. Kebanyakan pisang buah tidak memiliki biji, namun ada pada beberapa varietas
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17 yang memiliki biji (Gambar 2.7) (Khasanah dan Marsusi, 2014). Kulit buah pada kelompok pisang M. acuminata biasanya sekitar 0,046 cm. Buahnya sendiri memiliki rasa yang manis dan aroma yang harum lembut (Prahardini et al., 2010).
Gambar 2.7 Penampang melintang buah pisang. (a) Buah pisang yang tidak berbiji, (b) buah pisang yang berbiji. (Sumber : Anggarini, 2004).
2.1.2 Klasifikasi pisang (M. acuminata C.) Klasifikasi tanaman pisang (M. acuminata C.) sebagai berikut (Simpson, 2006; USDA, 2009) : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Musales
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: M. acuminata C.
2.1.3 Syarat tumbuh pisang (M. acuminata C.) Menurut Kuswanto (2007) syarat-syarat tumbuhnya tanaman pisang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Iklim, pisang dapat tumbuh di daerah tropika dan sub tropika. Hampir semua pulau di Indonesia telah di tumbuhi berbagai jenis pisang baik yang
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18 hidup
secara
liar
atau
ditanam
oleh
penduduk.
Pisang
dalam
pertumbuhannya menghendaki iklim yang sedang atau panas. 2. Tanah, pada hakekatnya pisang dapat tumbuh di tanah kering, tetapi tidak memilih jenis tanah untuk tumbuhnya. Bila pisang ditanam di daerah yang subur dan tempat terbuka, maka akan menghasilkan buah pisang yang berkualitas tinggi. 3. Daerah penanaman, tanaman pisang akan dapat tumbuh baik jika di tanam di daerah tropis atau sub tropis yang ketinggiannya antara 0 sampai dengan 1000 mdpl. Ada beberapa jenis pisang yang mampu tumbuh dengan produksi yang memuaskan diatas tanah yang ketinggiannya 1000 sampai dengan 2000 mdpl. 4. Curah hujan dan air, pisang akan tumbuh di daerah yang curah hujan dalam satu tahun harus diimbangi dengan keadaan air tanah. 5. Angin, untuk menghindari robeknya daun pisang yang diakibatkan oleh tiupan angin yang telalu kencang, maka sebaiknya di sekeliling pohon pisang supaya diberi pagar. Selain kondisi-kondisi tersebut ada pula yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang. Produktifitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan faktor genetik (Allard, 1998). Faktor lain yang mempengaruhi adalah pH tanah, pH tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pisang yang optimal adalah 4,5-7,5 (Prahardini et al., 2010). Kelembaban pada daerah penanaman sebaiknya berkisar 80-88% dengan suhu udara berkisar 22,8oC-32,4oC. Tekstur tanah yang tepat untuk pertumbuhan pisang adalah tanah yang subur dengan lapisan top soil yang cukup tebal, tanah bertekstur pasir, serta
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19 mengandung banyak humus (Dispertan tanaman pangan Prov. Kalimantan Timur, 2013). 2.1.4 Kandungan buah pisang (M. acuminata C.) Sesuai dengan yang di terbitkan oleh USDA (2009) kandungan yang ada pada pisang antara lain adalah air, protein, lemak, karbohidrat, serat, gula, kalsium, zat besi, magnesium, potassium, sodium, zinc, vitamin C, thiamin, riboflavin, niacin, folat, vitamin A, vitamin E, dan vitamin K. Kandungan yang paling tinggi ada pada pisang adalah potassium, yaitu sebesar 258 mg/100 g. Potasium pada pisang dapat bermanfaat untuk mencegah hilangnya ion kalsium dari tubuh yang diakibatkan karena tubuh mengalami stress serta mensuplai nutrisi pada otak dan berdampak baik pada bagi ginjal. Ashari (1995) menyatakan bahwa setiap varietas pisang mengandung gizi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tabel 2.1 Kandungan buah M. acuminata C. (Sumber : Palisuri (2016))
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20 2.2
Tinjauan Tentang Hubungan Kekerabatan Kekerabatan dalam sistematik tumbuhan dapat diartikan sebagai pola
hubungan atau total kesamaan antara kelompok tumbuhan berdasarkan sifat atau ciri tertentu dari masing-masing kelompok tumbuhan tersebut. Berdasarkan jenis data yang digunakan untuk menentukan jauh dekatnya kekerabatan antara dua kelompok tumbuhan, maka kekerabatan dapat dibedakan atas kekerabatan fenetik dan kekerabatan filogenetik (filetik). Kekerabatan fenetik didasarkan pada persamaan sifat-sifat yang dimiliki masing-masing kelompok tumbuhan tanpa memperhatikan sejarah keturunannya, sedangkan kekerabatan filogenetik didasarkan pada asumsi evolusi sebagai acuan utama (Stuessy, 1990). Tjitrosoepomo (2009) menjelaskan bahwa taksonomi merupakan bagian terbesar dari biosistematika yang meliputi identifikasi, deskripsi, klasifikasi, dan nomenklatur. Klasifikasi memiliki arti sebutan untuk aktivitas taksonomi dan sebutan untuk produk atau hasil dari aktivitas taksonomi. Produk berupa penempatan suatu organisme ke dalam suatu hierarki kelompok yang eksklusif yaitu Divisio (divisi), Classis (kelas), Ordo (bangsa), Famili (suku), Genus (marga), dan Species (jenis). Tujuan dari kegiatan biosistematika bukanlah
menemukan
nama
tumbuhan, tetapi menemukan hubungan dan kedekatan suatu organisme tumbuhan dengan yang lainnya, sehingga dapat dikenali sepenuhnya kemiripan dan perbedaannya. Hasil analisis inilah yang nantinya dipakai untuk menata organisme tumbuhan tersebut ke dalam taksa sehingga menjadi lebih sistematis. Suatu organisme dikarakterisasi menjadi dua jenis asal usul, monofiletik dan nonmonofiletik. Hasil akhir dari biosistematika adalah taksonomi. Takson
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21 menunjukkan keanekaragaman yang luas dari tumbuhan yang ada di alam dan hubungan dari aspek genetik , evolusi, dan hereditas tumbuhan itu sendiri (Lawrence, 1995).
2.3 Tinjauan Tentang Metode Fenetik Analisis fenetik merupakan salah satu pendekatan untuk menentukan kekerabatan suatu tumbuhan yang didasarkan pada kesamaan karakter atau ciri morfologi. Fenetik digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan kesamaan fenotip. Taksonomi fenetik berusaha mengelompokkan organisme berdasarkan semua kesamaan, biasanya yang digunakan adalah kesamaan
morfologi
atau
semua
sifat
yang
dapat
diobservasi
tanpa
memperhatikan filogeninya atau hubungan evolusi (Irawan, 2011). Data morfologi memberikan gambaran yang jelas antara faktor genetika dan evolusinya terutama pada karakter bunga serta memberikan petunjuk cara-cara tumbuhan mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan. Data morfologi juga dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam (Tjitrosoepomo, 1994). Mayr dan Ashlock (1991) menjelaskan bahwa ciri taksonomik meliputi ciri morfologi, anatomi, fisiologi, ekologi, dan geofrafi. Ciri yang dibandingkan sebanyak mungkin paling tidak ada 50 ciri. Makin banyak jumlah ciri yang mirip antara dua takson yang dibandingkan, berarti makin dekat hubungan kekerabatannya dan sebaliknya. Hasil perbandingan antara ciri yang mirip dengan semua ciri yang digunakan berupa nilai rata-rata kemiripan ciri, sekligus
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22 menunjukkan tingkat hubungan kekerabatan antara taksa yang dibandingkan. Nilai rata-rata kemiripan ciri, selanjutnya dapat digunakan untuk membuat fenogram. Setiap karakter memiliki nilai yang dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Karakter yang berkaitan dengan bentuk dan struktur merupakan karakter kualitatif. Sedangkan karakter yang mendeskripsikan ukuran, panjang, dan jumlah merupakan karakter kuantitatif. Secara umum, karakter kualitatif lebih berguna dalam membedakan taksa pada tingkat taksonomi yang lebih tinggi. Sementara karakter kuantitatif banyak digunakan untuk membedakan kategori taksonomi pada tingkatan yang lebih rendah (Singh, 1999) Dalam prakteknya kekerabatan fenetik lebih sering digunakan daripada kekerabatan filogenetik. Hal tersebut disebebkan karena adanya kesulitan untuk menemukan bukti-bukti evolusi pendukung sebagai penunjang dalam menerapkan klasifikasi secara filogenetik dan bila cukup banyak bukti yang dipertimbangkan biasanya kekerabatan fenetik juga akan dapat menggambarkan kekerabatan filogenetik (Davis dan Heywood, 1973). Sokal dan Sneath (1963) mendefinisikan taksonomi numerik (taksonometri) sebagai metode kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, serta penataan golongan-golongan tersebut melalui analisis kluster ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan tersebut. Taksonometri didasarkan atas bukti-bukti fenetik, yaitu kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan dicatat, dan bukan berdasarkan kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Gotto (1982) dalam Hasanuddin dan Fitriana (2014) menyebutkan bahwa paling sedikit ada 50 ciri yang harus dibandingkan. Hubungan kekerabatan antar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23 jenis tanaman dapat dianalisis untuk menentukan sejauh mana ketidakmiripannya dengan cara menghitung koefisien korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi, dan dapat pula dengan menggunakan analisis kelompok. Secara umum semua cara pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar jenis tanaman yang di bandingkan berdasarkan sejumlah karakter. Karakter morfologi dianggap masih belum cukup untuk mencari kedudukan yang jelas sehingga perlu metode lain sebagai komplemen untuk menegevalusasi kekerabatan, namun karakterisasi secara morfologi merupakan informasi awal yang di perlukan dalam upaya mencari karakter unggul dan keragaman yang ada masih diperlukan (Santo et al., 2011).
2.4 Tinjauan Tentang Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang Kecamatan Pasrujambe merupakan salah satu dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lumajang. Luas Kecamatan Pasrujambe adalah 97,30 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 37.724 jiwa yang tersebar pada 7 Desa (Gambar 2.8). Penggunaan lahan di Kecamatan Pasrujambe dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lahan sawah dan lahan non sawah. Persentase lahan sawah mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan Pasrujambe yaitu sebesar 75 % dari luas Kecamatan Pasrujambe. Wilayah Kecamatan Pasrujambe terletak kurang lebih ± 23 km ke arah sebelah selatan Kota Lumajang dengan ketinggian rata-rata 75-2500 mdpl. Curah hujan rata-rata 1 tahun = 952 mm. Jumlah hari hujan 1 tahun = 220 hari. Adapun batas-batas secara administrasi Kecamatan Pasrujambe adalah sebelah utara dan barat berbatasan dengan Kecamatan Senduro, sebelah timur berbatasan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24 dengan Kecamatan Sumbersuko, dan sebelah selatan Kecamatan Candipuro (Pemerintah Kabupaten Lumajang, 2014).
Gambar 2.8 Peta Kecamatan Pasrujambe (Sumber : Puja, 2012).
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2016 di enam perkebunan pisang milik petani yang berada di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang dan Laboratorium Biosistematika (R. 124) Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen segar dari spesies M. acuminata C. varietas Kongkong, Susu, Kavendis, Barlian, Mas Kirana dan Ambon, satu varietas outgroup dari spesies M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. Spesimen segar tersebut didapatkan di perkebunan pisang Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Informasi varietas-varietas didapatkan dari data yang dimiliki oleh Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim). Masing-masing varietas yang diamati diwakili oleh 3 pohon berbeda. Bagian tanaman pisang yang diteliti adalah perawakan tanaman, batang semu, helaian daun, tangkai daun, bunga/jantung, dan buah. 3.2.2 Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jangka sorong, meteran, gunting, kantong plastik, label, kamera, hagameter, indeks RGB, dan program komputer IBM SPSS 22.0.
SKRIPSI
25 STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan penelitian Persiapan penelitian meliputi survey tempat penelitian untuk menentukan spesimen yang akan diamati, penentuan spesimen dilakukan dengan cara pemilihan varietas dari M. acuminata C. Kemudian penentuan lokasi yang untuk melakukan sampling, penentuan tempat sampling pisang ada di beberapa kebun pisang milik petani di Kecamatan Pasrujambe. Pengumpulan informasi mengenai varietas pisang apa saja yang ditanam di Kecamatan Pasrujambe. Nama varietas yang ada di Kecamatan Pasrujambe didapat dari informasi yang diberikan oleh para petani. Persiapan alat-alat yang digunakan untuk pengambilan spesimen. 3.3.2 Pengumpulan spesimen Pengumpulan spesimen dilakukan dengan mengamati sampel yang akan diteliti karakter morfologinya seperti pada lampiran 2 yaitu perawakan tanaman, batang semu, daun, pelepah daun, tangkai daun, bunga/jantung, dan buah di lokasi sampling yang bertempat di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. Setiap varietas yang diamati dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan pohon yang berbeda. 3.3.3 Parameter penelitian Parameter
yang
diteliti
dari
spesimen
adalah
karakter-karakter
morfologisebagai berikut: a. Perawakan tanaman, dipilih yang bagian tanamannya lengkap dan dapat dilihat perawakan, diukur tinggi tanaman mulai dari bagian tanaman yg ada di permukaan tanah hingga bagian tertinggi tanaman, serta jumlah anakan.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
b. Batang semu, dipilih batang semu yang masih utuh dan dapat diukur diameter batang semu, lingkar batang semu, terlihat jelas warna batang semu, bercak dan tekstur permukaannya. c. Daun, pelepah dan tangkai daun, dipilih daun tanaman yang keadaannya baik dapat dilihat arah tumbuhnya, warna permukaan atas dan bawah, bangun daun, ujung, pangkal, tepi, ukuran lebar dan panjang, tonjolan tulang daun, tekstur atas dan bawah daun, warna tangkai daun, tipe pangkal tangkai daun, setra panjang dan lebar tangkai daun. d. Bunga/jantung, dipilih bagian bunga/jantung pisang yang utuh bagian brakteanya sehingga dapat diukur lebar dan panjang, serta diamati ujung, pangkal, dan warnya, dan lengkap bagian-bagian bunga/jantungnya sehingga dapat diamati bentuknya. e. Buah, dipilih buah pada tandan buah dengan keadaan yang baik dapat diukur panjang dan diameter buah, panjang dan diameter tangkai buah, berat buah, warna daging buah, tebal kulit, serta jelas penampakan warnanya. 3.3.4 Pengumpulan data Data diambil dari masing-masing spesimen. Rincian data yang harus diambil adalah sebagai berikut: a. Perawakan meliputi habitus, tinggi tanaman dan jumlah anakan. b. Batang semu meliputi bentuk batang semu, bercak batang semu, permukaan batang semu, tinggi batang semu, lingkar batang semu dan diameter batang semu. c. Daun meliputi arah tumbuh daun, warna permukaan atas dan bawah daun,
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
bangun daun, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, tebal daun, panjang helaian daun, lebar helaian daun, rasio daun, tonjolan tulang daun, tekstur permukaan atas dan bawah daun, jumlah daun dalam satu pohon, warna tangkai daun, bentuk penampang melintang tangkai daun, panjang tangkai daun, lebar tangkai daun. d. Bunga meliputi tipe bunga, bentuk jantung, bentuk pangkal braktea, bentuk ujung braktea, warna braktea, laju warna pada braktea, panjang helaian braktea, lebar helaian braktea, rasio braktea, bekas braktea pada rakis, pola pelepasan braktea, panjang tangkai tandan, diameter tangkai tandan, dan warna tangkai tandan. e. Buah meliputi bentuk buah, panjang buah, diameter buah, rasio buah, penampang melintang buah, bentuk ujung buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, tebal kulit buah, warna daging buah, jumlah buah dalam satu sisir, panjang tangkai buah, diameter tangkai buah, berat buah, jumlah sisir dalam satu tandan dan biji.
3.4 Cara Kerja 1. Karakter morfologi diidentifikasi pada setiap varietas yang tercantum pada tabel lampiran 2, 2. Deskripsi analitik dan diagnostik diferensial dibuat dari data identifikasi karakter morfologi, 3. Data identifikasi karakter morfologi diolah menjadi data kualitatif (skoring),
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
4. Hasil data kualitatif (skoring) dianalisis dengan menggunakan progam komputer untuk mengetahui indeks kesamaan, average linkage, PCA dan Dendrogram.
3.5 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara dua tahap, yaitu analisis dengan analisis deskriptif dan analisis metode fenetik. 3.5.1 Analisis deskriptif Analisis data secara deskriptif dibuat dari data yang telah didapat dari identifikasi morfologi pisang. Seluruh karakter yang diamati harus ada dalam analisis deskriptif. Seluruh varietas sampel dideskripsikan secara lengkap. Deskripsi yang pertama harus dibuat adalah deskripsi analitik, dan yang kedua deskripsi diagnostik diferensial. Deskripsi analitik merupakan deskripsi atau penjelasan yang dapat menggambarkan keseluruhan karakter morfologi yang telah diamati pada varietas sampel. Deskripsi ini dilakukan dengan menuliskan secara lengkap keadaan morfologi dari spesimen tersebut. Deskripsi diagnostik diferensial adalah deskripsi atau penjelasan yang menggambarkan adanya perbedaan karakter morfologi antar varietas sampel yang diamati. 3.5.2 Analisis metode fenetik Analisis data dengan metode fenetik menggunakan kesamaan dan perbedaan karakter untuk pengelompokan varietas sampel. Data hasil identifikasi sifat morfologi yang meliputi bagian tanaman seperti batang, daun, bunga dan buah disusun dalam matriks Operational Taxonomic Unit (OTU) dan karakter tersebut dibandingkan untuk dikuantifikasikan (scorring). OTU dinyatakan dalam jenis
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
sampel penelitian spesies pisang yang diteliti dan karakter sampel merupakan multivariate dari data morfologi yang ada diperoleh pada setiap sampel penelitian yang digunakan. Setelah melakukan scorring data dimasukkan dalam progam komputer untuk membantu analisis data hasil scorring. Hal ini dilakukan untuk mencari indeks kesamaan (OTU vs OTU). Karakter morfologi yang dimiliki oleh sampel kemudian digabungkan dengan average linkage, untuk menentukan OTU yang
akan
mengelompok
mempengaruhi
dengan
pengelompokan
sesamanya.
OTU
dalam
Indeks
similaritas
akan
average
linkage.
Hasil
pengelompokan melalui average linkage akan di konfirmasi ulang melalui PCA (Principal Component Analyses). Hasil PCA (Principal Component Analyses) digunkan untuk mengetahui bobot nilai karakter pembeda dalam pemisahan OTU. Data yang didapatkan dalam analisis PCA (Principal Component Analyses) merupakan data yang ada hubungannya dengan hasil skoring dan hasil dendrogram. Komponen yang ada pada kolom tabel PCA (Principal Component Analyses) merupakan komponen yang saling mempengaruhi. Akhirnya akan mengahsilkan bentuk dendrogram yang akan menunjukkan bagaiman hubungan kekerabatan takson atau disebut juga dendrogram. Pemisahan OTU dapat dilihat melalui dendrogram hasil pengelompokan average linkage dan PCA (Principal Component Analyses) yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerbatan antara OTU berdasarkan analisis karakter morfologi (fenotip) (Prayekti, 2007; Hamidah, 2009). Analisis pengelompokan ini menggunakan program komputer IBM SPSS 22.0 yang akan menghasilkan dendrogram, proximality matrix, indeks kesamaan,
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
dan PCA (Principal Component Analyses). Data penelitian dianalisis, dengan cara memasukkan data pada variable view (terletak di samping data view). Pada baris pertama (di bawah kolom name) diisi varietas/ spesies/ genus/ jenis/ dll diisi karakter, nama untuk setiap baris disingkat karena ada batasan untuk pemberian nama pada tiap kolom pada tiap kolom pada data view. Type untuk baris kedua dan seterusnya dibiarkan secara otomatis akan terisi. Penulisan variable pada kolom tersebut tanpa disertai dengan spasi. Pada kolom data view (dilihat pada lembar table bagian kiri bawah) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.4, pada bagian kolom (kedua atas hingga menyamping kekanan dan seterusnya) diisi karakter yang akan digunakan, pada baris (mulai kolom pertama atas diisi judul varietas sampel yang digunakan). Setelah seluruh data lengkap dimasukkan pada kolom-kolom data view, data dianalisis dengan cara berikut, a. Memilih Analyze pada bar menu, kemudian classify, dan dilanjutkan dengan Hierarchical Cluster Analysis. b. Kolom Variable(s) berisi semua karakter yang dipakai, sedangkan pada kotak Label cases by berisi varietas yang digunakan. c. Dalam menu statistics terdapat pilihan proxymality matrix yang diberi tanda centang dan pada menu Single solution diisikan dengan angka 3. d. Dalam menu Plots diberikan tanda centang pada Dendrogram e. Dalam menu Method bagian interval dipilih pearson correlatiton f. Untuk PCA (Principal Component Analyses) digunakan menu Factor yang ada pada baris Dimension Reduction pada bar menu Analyze.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
g. Pada kotak variables diisi dengan karakter yang nialinya memiliki berbepaan pada setiap varietas.
3.6 Alur Penelitian
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan
tujuh varietas sampel, terdiri atas enam varietas dari spesies M. acuminata C. (Kongkong, Susu, Kavendis, Barlian, Mas Kirana, dan Ambon) dan satu varietas dari spesies M. paradisiaca L. (Agung Semeru) sebagai outgroup. 4.1.1 Varietas Pisang (M. acuminata C.) di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang Varietas pisang yang masuk dalam spesies M. acuminata C. yang ada di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang ada enam varietas. Berikut enam varietas pisang M. acuminata C. yang ada di Kecamatan Pasrujambe : 1. M. acuminata C. var. Kongkong 2. M. acuminata C. var. Susu 3. M. acuminata C. var. Kavendis 4. M. acuminata C. var. Barlian 5. M. acuminata C. var. Mas Kirana 6. M. acuminata C. var. Ambon Seluruh varietas pisang yang masuk dalam spesies M. acuminata C. di kecamatan Pasrujambe dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini sampel M. paradisiaca L. var. Agung Semeru diambil luar daerah Pasrujambe yaitu dari kecamatan Senduro.
33 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
4.1.2 Analisis variasi karakteristik pada varietas M. acuminata C. berdasarkan karakter morfologi Pada penelitian diamati morfologi enam varietas M. acuminata C. yaitu, M. acuminata C. var. Kongkong, M. acuminata C. var. Susu, M. acuminata C. var. Kavendis, M. acuminata C. var. Barlian, M. acuminata C. var. Mas Kirana, M. acuminata C. var. Ambon dan satu outgroup yaitu M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. Karakter yang diamati pada penelitian ini meliputi perawakan tanaman, batang semu, helaian daun, bunga atau jantung, dan buah. Terdapat tiga karakteristik perawakan, tujuh karakteristik batang semu, semnilan belas karakteristik helaian daun, empat belas karakteristik bunga atau jantung, dan enam belas karakteristik buah. Berdasarkan hasil karakterisasi variasi karakteristik enam varietas M. acuminata C. dapat disusun deskripsi analitik dan deskripsi diagnostik diferensial. Penyusunan deskripsi ini dilakukan dengan berdasarkan karakter yang dimiliki oleh sampel varietas. Jenis deskripsi yang dipakai ada dua jenis yaitu, deskripsi analitik dan deskripsi diagnostik diferensial. Deskripsi analitik menjelaskan seluruh karakter yang dimiliki oleh sampel varietas, sedangkan deskripsi diagnostik diferensial yang dituliskan adalah perbedaan antar sampel varietas yang diamati. 4.1.2.1 Deskripsi analitik A.
Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Kongkong Pisang varietas Kongkong memiliki perawakan atau habitus herba besar,
dengan tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 651,6-676,2 cm (Gambar 4.1A). Tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar 3-
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
5 anakan dengan ukuran yang beragam. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan springgreen4. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang nampak jelas. Bercak pada batang semu nampak seperti usapan cat searah horizontal, pada satu sisi bercaknya terlihat jelas kecoklatan dan memudar pada sisi yang lain (Gambar 4.1B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 401,4-426,1 cm, dengan lingkar batang semu 44,3-56,2 cm, dan diameter batang semu 14,3-17,6 cm.
Gambar 4.1 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Kongkong. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun darkgreen dan warna pada permukaan bawah daun olivedrab3. Bangun daun lanset (Gambar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
4.2). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat (Gambar 4.3A), dengan pangkal daun kedua sisi meruncingdan sejajar (Gambar 4.3B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,11-0,16 cm, panjang helaian daun sekitar 346,8-356,2 cm, dan lebar helaian daun sekitar 89,4-91,3 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,84-3,93. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam dan tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 8-11 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna Chartreuse. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya, bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka lebar dengan tepi tegak (Gambar 4.4). Panjang tangkai daun sekitar 43,7-49,4 cm dengan lebar tangkai daun sekitar 4,21-4,89 cm.
Gambar 4.2 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Kongkong. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Gambar 4.3 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Kongkong. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, lm. helaian daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, lm. helaian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.4 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Kongkong. jp. jaringan pengangkut tangkai daun
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung agak memanjang (Gambar 4.5A). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.5B). Bentuk pangkal braktea agak melebar (Gambar 4.6A) dengan ujung braktea yang membelah (Gambar 4.6B). Warna dari helaian braktea violetred4 dengan laju warna pada braktea yang seragam. Pada permukaan atas braktea terlihat garis-garis menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 21,3-28,4 cm, lebar helaian braktea sekitar 9,5-12,3 cm, dan rasio braktea sekitar 2,30-2.45. Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
4.5A). Saat braktea mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea tidak menggulung, hanya terbuka kearah luar saja (Gambar 4.5A). Panjang tangkai tandan sekitar 59,8-68,6 cm, diameter tangkai tandan sekitar 6,55-7,53 cm. Warna tangkai tandan darkolivegreen3.
Gambar 4.5 Morfologi jantung dan helaian braktea M. acuminata C. var. Kongkong. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, bg. bunga majemuk br. bekas pelepasan brakteapada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.6 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Kongkong. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea ab. ujung braktea, bu. belahan pada ujung braktea.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Bentuk buah membengkok, hampir menyerupai huruf C (Gambar 4.7A). Panjang buah sekitar 12,2-13,4 cm, diameter buah sekitar 3,1-3,45 cm, dengan rasio buah 3,88-4,07. Potongan penampang melintang buah terdapat sedikit tonjolan pada bagian kulit buah (Gambar 4.7B). Bentuk ujung buah tumpul (Gambar 4.7A). Warna kulit buah muda darkolivegreen3 dan warna kulit buah masak olivedrab2. Tebal kulit buah sedang berkisar 0,17-0,18 cm. Warna daging buah khaki. Jumlah buah dalam satu sisir sekitar 9-12 buah. Panjang tangkai buah sekitar 1,12-1,4 cm dengan diameter tangkai buah 1,1-1,12 cm. Berat buah sekitar 82-90 g. Jumlah sisir pada satu tandan sekitar 12-13 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.7 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Kongkong. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah tf. tangkai buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah sc. daging buah tk. tonjolan pada kulit buah.
B.
Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Susu Pisang varietas Susu memiliki perawakan atau habitus herba besar, dengan
tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 408,1-454,2 cm (Gambar 4..8A). Tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar 6-7 anakan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
dengan ukuran yang beragam. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan yellowgreen. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang nampak jelas. Bercak pada batang semunya beragam dengan bentuk spot, horizontal dan tidak beraturan dengan warna kehitaman (Gambar 4.8B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi batang semu sekitar 211,4-231,8 cm, dengan lingkar batang semu sekitar 45,8-53,4 cm, dan diameter batang semu sekitar 14,4-17,1 cm.
Gambar 4.8 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Susu. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan bawah daun olivedrab1. Bangun daun lanset (Gambar 4.9). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
(Gambar 4.10A), dengan pangkal daun satu sisi membulat dan yang lain meruncing dengan posisi yang tidak sejajar (Gambar 4.10B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,11-0,12 cm, panjang helaian daun sekitar 251,2-286,3 cm, dan lebar helaian daun 72,6-79,5 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,38-3,61. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam, tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 10-11 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna darkolivegreen2. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya dan memuliki cekungan seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka lebar dengan tepi tegak (Gambar 4.11). Panjang tangkai daun sekitar 42,2-54,2 cm, dengan lebar tangkai daun sekitar 3,3-4,51 cm.
Gambar 4.9 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Susu. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Gambar 4.10 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Susu. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, lm. helaian daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.11 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Susu. jp. jaringan pengangkut tangkai daun
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung agak memanjang (Gambar 4.12A). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.12B). Bentuk pangkal braktea agak runcing (Gambar 4.13A) dengan ujung braktea agak runcing (Gambar 4.13B). Warna braktea indianred dengan laju warna pada braktea yang seragam. Pada permukaan atas braktea terlihat garis-garis menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 31,8-39,2 cm, lebar helaian braktea 14,7-16,2 cm, dan rasio braktea 2,09-2,41. Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar 4.12A). Saat braktea mulai membuka maka
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea tidak menggulung, hanya membuka kearah luar saja (Gambar 4.12A). Panjang tangkai tandan sekitar 44,1-50,3 cm, diameter tangkai tandan sekitar 4,57-5,2 cm. Warna tangkai tandan palegreen4.
Gambar 4.12 Morfologi jantung dan helaian braktea M. acuminata C. var. Susu. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, bg. bunga majemuk br. bekas pelepasan brakteapada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.13 Morfologi pangkal dan ujung helaian braktea M. acuminata C. var. Susu. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea. ab. ujung braktea.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Bentuk buah lurus ada bengkok pada bagian pangkal kira-kira sepertiga dari bagian buah (Gambar 4.14 A). Panjang buah sekitar 10,13-11,7 cm, diameter buah sekitar 3,01-3,44 cm, dengan rasio buah 3,14-3,54. Potongan penampang melintang buah bentuknya bulat tanpa tonjolan pada kulit buah (Gambar 4.14B). Bentuk ujung buah leher botol (Gambar 4.14A). Warna kulit buah muda olivedrab3 dan warna kulit buah masak yellow2. Tebal kulit buah tipis-sedang berkisar 0,09-0,1 cm. Warna daging buah lemonchiffon1 (Gambar 4.14B). Jumlah buah dalam satu sisir sekitar 10-11 buah. Panjang tangkai buah 1-1,15 cm dengan diameter tangkai buah 0,83-0,98 cm. Berat buah sekitar 56-71 g. Jumlah sisir pada satu tandan sekitar 11-14 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.14 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Susu. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah tf. tangkai buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah.
C.
Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Kavendis Pisang varietas Kavendis memiliki perawakan atau habitus herba besar,
dengan tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 709,1-758,4 cm
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
(Gambar 4.15A). tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar 56 anakan. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan green3. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang tidak begitu jelas. Bercak pada batang semu nampak seperti titik-titik dengan warna kehitaman agak pudar dan jarang (Gambar 4.15B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 394,6-421,7 cm, dengan lingkar batang semu sekitar 71,983,21 cm, dan diameter batang semu sekitar 22,9-26,5 cm.
Gambar 4.15 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Kavendis. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun green4 dan warna pada permukaan bawah daun darkolivegreen3. Bangun daun lanset (Gambar 4.16). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat (Gambar 4.17A), dengan pangkal daun kedua sisi meruncingdan sejajar (Gambar 4.17B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,12-0,14 cm, panjang helaian daun sekitar 295,3-329.5 cm, dan lebar helaian daun sekitar 94,8108,7 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,01-3,11. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam dan tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 7-8 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna olivedrab3. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya dan memuliki cekungan seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka dengan tepi mengembang (Gambar 4.18). Panjang tangkai daun sekirat 53,6-61,8 cm dengan lebar tangkai daun sekitar 5,54-6,02 cm.
Gambar 4.16 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Kavendis. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Gambar 4.17 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Kavendis. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.18 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Kavendis. jp. jaringan pengangkut tangkai daun.
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung seperti tombak (Gambar 4.19B). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.19A). Bentuk pangkal braktea sempit (Gambar 4.20A) dengan ujung braktea tumpul (Gambar 4.20B). Warna dari helaian braktea palevioletred4 dengan laju warna pada braktea seragam. Pada permukaan atas braktea terlihat garis-garis menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 26,2-31,6 cm, lebar helaian braktea sekitar 11,6-13,5 cm, dan
rasio braktea 2,25-2,39. Lepasnya braktea
meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar 4.19B). Saat braktea
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea tidak menggulung, hanya terbuka kearah luar saja. Panjang tangkai tandan sekitar 51,3-64,3 cm, diameter tangkai tandan sekitar 6,6-7,1 cm. Warna tangkai tandan yellowgreen.
Gambar 4.19 Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Kavendis. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, br. bekas pelepasan brakteapada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.20 Morfologi pangkal dan ujung helaian braktea M. acuminata C. var. Kavendis. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea. ab. ujung braktea. Bentuk buah lurus ada bengkok pada bagian pangkal, bagian buah yang membengkok pasa sekitar seperempat bagian buat yang ada di pangkal buah
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
(Gambar 4.21B). Panjang buah sekitar 16,2-17 cm, diameter buah sekitar 3,314,79 cm, dengan rasio buah sekitar 4,01-4,86. Potongan penampang melintang buah nterdapat sedikit tonjolan pada bagian kulit buah (Gambar 4.21A). Bentuk ujung buah tumpul (Gambar 4.21B). Warna kulit buah muda olivedrab3 dan warna kulit buah masak gold. Tebal kulit buah sedang berkisar 0,19-0,2 cm. Warna daging buah khaki (Gambar 4.2A). Jumlah buah dalam satu sisir sekitar 12-13 buah. Panjang tangkai buah 1,32-1,92 cm, dengan diameter tangkai buah sekitar 1,28-1,4 cm. Berat buah sekitar 142-181 g. Jumlah sisir pada satu tandan 10-11 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.21 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Kavendis. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah, tk. tonjolan pada kulit buah.
D.
Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Barlian Pisang varietas Barlian memiliki habitus herba besar, dengan tinggi
tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 406,4-450,9 cm (Gambar 4.22A). Tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar 2-3 anakan dengan ukuran yang beragam. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
dominan chartreuse2. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang nampak jelas. Bercak pada batang semu nampak searah horizontal dengan warna kecoklatan namun agak pudar (Gambar 4.22B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 228,6-267,2 cm, dengan lingkar batang semu sekitar 37,3-41,8 cm, dan diameter batang semu sekitar 11,6-13,2 cm.
Gambar 4.22 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Barlian. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun darkgreen dan warna pada permukaan bawah daun darkolivegreen2. Bangun daun lanset (Gambar 4.23). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar helaian daun. Ujung helaian daun membulat (Gambar 4.24A), dengan pangkal daun satu sisi membulat dan yang lain meruncing dengan posisi yang
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
tidak sejajar (Gambar 4.24B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,11-0,12 cm, panjang helaian daun sekitar 147,5-168,2 cm, dan lebar helaian daun sekitar 42,2-50,1 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,353,49. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam dan tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 6-7 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna chartreuse3. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya dan memuliki cekungan seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka dengan tepi mengembang (Gambar 4.25). Panjang tangkai daun sekitar 36,6-41,2 cm dengan lebar tangkai daun sekitar 3,4-4 cm.
Gambar 4.23 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Barlian. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Gambar 4.24 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Barlian. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.25 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Barlian. jp. jaringan pengangkut tangkai daun.
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung seperti gasing (Gambar 4.25A). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea(Gambar 4.25B). Bentuk pangkal braktea agak melebar (Gambar 4.27A) dengan ujung braktea yang membelah (Gambar 4.27B). Warna dari helaian braktea lightpink4 dengan laju warna pada braktea seragam. Panjang helaian braktea sekitar 16,9-17,9 cm, lebar helaian braktea sekitar 9,1-9,6 cm, dan rasio braktea sekitar 1,78-1,92. Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar 4.26A). Saat braktea mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea menggulung kearah luar (Gambar 4.26A). Panjang tangkai tandan sekitar 29,6-33,1 cm, diameter tangkai tandan sekitar 4,1-4,32 cm. Warna tangkai tandan oliverdrab3.
Gambar 4.26 Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Barlian. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, br. bekas pelepasan brakteapada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.27 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Barlian. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea ab. ujung braktea, bu. belahan pada ujung braktea. Bentuk buah lurus tidak ada bengkokan pada bagian buahnya, seperti
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
silinder namun pada ujung dan pangkalnya agak mengerucut (Gambar 4.28A). Panjang buah sekitar 8,63-9,12 cm, diameter buah sekitar 2,74-3,03 cm, dengan rasio buah 3-3,14. Potongan penampang melintang buah bulat sempurna tanpa tojolan pada kulit buah (Gambar 4.28B). Bentuk ujung buah leher botol (Gambar 4.28A). Warna kulit buah muda darkolivegreen3 dan warna kulit buah masak yellow2. Tebal kulit buah sedang berkisar 0,19-0,2 cm. Warna daging buah khaki (Gambar 4.28B). Jumlah buah dalam satu sisir 15-16 buah, panjang tangkai buah 1,42-1,42 cm, diameter tangkai buah 0,84-1,1 cm, berat buah 42-50 g, jumlah sisir pada satu tandan 9-11 sisir. Pada daging buah toidak terdapat biji.
Gambar 4.28 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Barlian. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah, tf. tangkai buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah.
E. Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Mas kirana Pisang varietas Mas Kirana memiliki habitus herba besar, dengan tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 638,4-698,8 cm (Gambar 4.29A). tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar 6-8 anakan. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan lightsalmon4. Pada bagian
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
sekeliling batang semu terdapat bercak yang nampak jelas. Bercak pada batang semu Nampak awarna kekuningan yang searah horizontal (Gambar 4.29 B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 307,6-344,2 cm, dengan lingkar batang semu 45,2-48,6 cm, dan diameter batang semu 14,315,4 cm.
Gambar 4.29 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Mas Kirana. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini agak tegak. Yang dimaksutkan agak tegak adalah sebagian besar daun arah tumbuhnya dominan kearah atas, jadi terkesan agak tegak. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun chartreuse4 dan warna pada permukaan bawah daun olivedrab3. Bangun daun lanset (Gambar 4.30). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat (Gambar 4.31A), dengan pangkal daun satu sisi membulat dan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
yang lain meruncing dengan posisi yang tidak sejajar (Gambar 4.31B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,210,27 cm, panjang helaian daun 317,1-349,2 cm, dan lebar helaian daun 85-97,3 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,58-3,81. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam dan tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 8-9 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna yellowgreen. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya dan memuliki cekungan seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka lebar dengan tepi lurus tegak (Gambar 4.32). Panjang tangkai daun 43,7-47,3 cm dengan lebar tangkai daun 4,2-4,6 cm.
Gambar 4.30 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Mas Kirana. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Gambar 4.31 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Mas Kirana. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.32 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Mas Kirana. jp. jaringan pengangkut tangkai daun.
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung agak memanjang (Gambar 4.33A). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.33B). Bentuk pangkal braktea agak melebar (Gambar 4.34A), dengan ujung braktea membelah (Gambar 4.34B). Warna dari helaian braktea indianred4 dengan laju warna pada braktea seragam. Pada permukaan atas braktea terlihat garis-garis menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 18,3-19,1 cm, lebar helaian braktea sekitar 10-10,33 cm, dan rasio braktea sekita 1,77-1,91. Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar 4.33A). Saat
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
braktea mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea menggulung (Gambar 4.33A). Panjang tangkai tandan sekitar 52,3-63,2 cm, diameter tangkai tandan sekitar 5,4-6,3 cm. Warna tangkai tandan darkolivegreen1.
Gambar 4.33 Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Mas Kirana. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, bg. bunga majemuk, br. bekas pelepasan braktea pada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.34 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Mas Kirana. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea ab. ujung braktea, bu. belahan pada ujung braktea.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Bentuk buah lurus tidak ada bengkokan pada buah, hanya saja ada sedikit bengokok di dekat tanglkai buah (Gambar 4.35A). Panjang buah sekitar 10,3411,4 cm, diameter buah sekitar 3,35-3,52 cm, dengan rasio buah 2,98-3,23. Potogan penampang melintang buah terdapat sedikit tonjolan pada bagian kulit buah (Gambar 4.35B). Bentuk ujung buah tumpul (Gambar 4.35A). Warna kulit buah muda darkolivegreen4 dan warna kulit buah masak yellow1. Tebal kulit buah sedang berkisar 0,18-0,2 cm. Warna daging buah khaki (Gambar 4.35B). Jumlah buah dalam satu sisir 19-20 buah. Panjang tangkai buah sekitar 1,94-2,1 cm, dengan diameter tangkai buah 1,02-1,22 cm. Berat buah 85-98 g. Jumlah sisir pada satu tandan 7-9 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.35 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Mas Kirana. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah, tf. tangkai buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah, tk. tonjolan pada kulit buah.
F.
Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Ambon Pisang varietas Ambon memiliki perawakan atau habitus herba besar,
dengan tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 648,8-698,4 cm (Gambar 4.36A). Tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
5-6 anakan dengan ukuran yang beragam. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan olivedrab. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang tidak begitu jelas. Bercak batang semu Nampak seperti bintik-bintik kecoklatan yang pudar seperti dengan posisi menyebar percikan air (Gambar 4.36B).
Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari
pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 375,8-391,6 cm, dengan lingkar batang semu 75,7-83,4 cm, dan diameter batang semu 24,3-27,2 cm.
Gambar 4.36 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. acuminata C. var. Ambon. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak.
Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun seagreen dan warna pada permukaan bawah daun olivedrab3. Bangun daun lanset (Gambar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
4.37). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan lebar helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat (Gambar 4.38A), dengan pangkal daun kedua sisi membulat dengan posisi yang sejajar (Gambar 4.38B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,12-0,14 cm, panjang helaian daun sekitar 339,5-349,2 cm, dan lebar helaian daun 85-97,3 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 3,58-3,81. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun kusam dan tekstur permukaan bawah daun kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 8-9 helaian daun Tangkai daunnya memiliki warna darkolivegreen2. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf
U yang agak membesar
dibagian bawahnya dan memuliki cekungan
seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka lebar dengan tepi tegak (Gambar 4.39). panjang tangkai daun sekitar 42,147,6 cm, dengan lebar tangkai daun sekitar 4,59-4,71 cm.
Gambar 4.37 Morfologi helaian daun M. acuminata C. var. Ambon. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Gambar 4.38 Morfologi ujung dan pangkal daun M. acuminata C. var. Ambon. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.39 Potongan melintang tangkai daun M. acuminata C. var. Ambon. jp. jaringan pengangkut tangkai daun
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung seperti tombak (Gambar 4.40A). Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.40B). Bentuk pangkal braktea melebar (Gambar 4.41A) dengan ujung braktea yang agak runcing (Gambar 4.41B). Warna dari helaian braktea orangered4 dengan laju warna pada braktea yang seragam. Pada permukaan atas braktea terlihat garisgaris menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 35,439,1 cm, lebar helaian braktea sekitar 12,1-14,2 cm, dan rasio braktea 2,75-2,92 Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada rakis yang terlihat jelas (Gambar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
4.40A). Saat braktea mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea tidak menggulung, hanya terbuka kearah luar saja (Gambar 4.40A). Panjang tangkai tandan sekitar 64,4-69,7 cm, diameter tangkai tandan sekitar 5,7-5,93 cm. Warna tangkai tandan darkolivegreen3.
Gambar 4.40 Morfologi helaian braktea dan jantung M. acuminata C. var. Ambon. (A) Jantung. ab. ujung braktea, bb. pangkal braktea, bg. bunga majemuk, br. bekas pelepasan braktea pada rakis, jn. jantung, lb. helaian braktea. (B) Helaian braktea. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.41 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. acuminata C. var. Ambon. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea ab. ujung braktea.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Bentuk buah lurus ada bengkok pada bagian ujung buah, sekitar sepertiga bagian ujung buah yang membengkok (Gambar 4.42B). Panjang buah sekitar 17,2-19,1 cm, diameter buah sekitar 3,43-3,64 cm, dengan rasio buah 5,01-5,3. Potongan penampang melintang buah terdapat sedikit tonjolan pada bagian kuliat buah (Gambar 4.42A). Bentuk ujung buah runcing memanjang (Gambar 4.42B). Warna kulit buah muda darkolivegreen3 dan warna kulit buah masak darkolivegreen1. Tebal kulit buah tebal berkisar 0,2-0,21 cm. Warna daging buah khaki (Gambar 4.42A). Jumlah buah dalam satu sisir 19-22 buah. Panjang tangkai buah sekitar 1,04-1,4 cm dengan diameter tangkai buah sekitar 1-1,43 cm. Berat buah sekitar 128-138 g. Jumlah sisir pada satu tandan 11-13 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.42 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. acuminata C. var. Ambon. (A) Bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah, tf. tangkai buah. (B) Penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah, tk. tonjolan pada kulit buah.
G. Deskripsi analitik M. acuminata C. var. Agung Semeru Pisang varietas Agung Semeru memiliki perawakan atau habitus herba besar, tinggi tanaman setelah atau sedang berbuah sekitar 713,9-758,2 cm
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
(Gambar 4.43A). Tanaman yang telah dewasa biasanya memiliki anakan sekitar sekitar 3-4 anakan. Batang semunya berbentuk silindris, dengan warna dominan darkolivegreen4. Pada bagian sekeliling batang semu terdapat bercak yang nampak jelas. Bercak pada batang semu nampak seperti spot atau titik-titik kehitaman (Gambar 4.43B). Batang semu yang terbentuk atas pertumbuhan serta tumpukan dari pelepah daun ini memiliki permukaan yang halus. Tinggi dari batang semu sekitar 430,9-461,1 cm, dengan lingkar batang semu sekitar 62,871,3 cm, dan diameter batang semu sekitar 19,4-22,4 cm.
Gambar 4.43 Morfologi perawakan dan bercak batang semu M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. (A) Perawakan (B) Morfologi bercak batang semu, bc. bercak. Arah tumbuh daun varietas ini merunduk. Yang dimaksutkan merunduk adalah sebagian dari daun pada pohon posisinya merunduk. Umumnya permukaan daun atas dan bawah berbeda, warna pada permukaan atas daun darkseagreen4 dan warna pada permukaan bawah daun limegreen. Bangun daun memanjang (Gambar 4.44). Penentuan bangun daun ditentukan dari perbandingan pajang dan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
lebar helaian daun. Ujung dari helaian daun membulat (Gambar4.45A), dengan pangkal daun membulat dengan posisi yang sejajar (Gambar4.45B). Tepian daunnya rata dan tipis sehingga mudah robek. Tebal helaian daun sekitar 0,180,22 cm, panjang helaian daun sekitar 235,2-278,6 cm, dan lebar helaian daun 87,9-93,5 cm. Rasio helaian daun dihitung dari hasil pembagian panjang dan lebar daun, rasio daunnya sekitar 2,67-2,97. Tonjolan tulang daun pada bagian permukaan bawah daun terlihat sangat menonjol. Permukaan daunnya memiliki tekstur permukaan atas daun mengkilat dan
tekstur permukaan bawah daun
kusam. Jumlah daun dalam satu pohon ada sekitar 7-8 helaian daun. Tangkai daunnya memiliki warna darkolivegreen4. Tangkai daunnya memiliki bentukan seperti huruf U yang agak membesar dibagian bawahnya dan memuliki cekungan seperti parit pada bagian atasnya. Bentuk penampang melintang tangkai daun terbuka lebar dengan tepi tegak (Gambar4.46). Panjang tangkai daun sekitar 39,647,2 cm dengan lebar tangkai daun sekitar 4,59-4,71 cm.
Gambar 4.44 Morfologi helaian daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. ap. ujung daun, bs. pangkal daun, lm. helaian daun, mg. tepian daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Gambar 4.45 Morfologi ujung dan pangkal daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. (A) Morfologi ujung daun. ap. ujung daun, vn. tulang daun. (B) Morfologi pangkal daun. bs. pangkal daun, pt. tangkai daun, vn. tulang daun.
Gambar 4.46 Potongan melintang tangkai daun M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. jp. jaringan pengangkut tangkai daun
Tipe bunganya majemuk berada dalam satu kesatuan yang disebut dengan jantung. Bentuk jantung seperti tombak. Bunga majemuk pada jantung ditutup oleh seludang bunga atau braktea (Gambar 4.45). Bentuk pangkal braktea melebar (Gambar4.46A) dengan ujung braktea membelah (Gambar 4.46B). Warna dari helaian braktea violetred4 dengan laju warna pada braktea berbeda. Pada permukaan atas braktea terlihat garis-garis menyerupai tulang daun yang sejajar. Panjang helaian braktea sekitar 68,6-80,8 cm, lebar helaian braktea sekitar 18,121,9 cm, dan rasio braktea 3,68-3,86. Lepasnya braktea meninggalkan bekas pada
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
rakis yang terlihat jelas. Saat braktea mulai membuka maka bunga majemuk yang ada didalamnya akan mulai berkembang menjadi buah dan dalam waktu tertentu braktea akan terlepas. Pola pelepasanya braktea tidak menggulung, hanya terbuka kearah luar saja. Panjang tangkai tandan sekitar 29,8-36,7 cm, diameter tangkai tandan sekitar 6,9-7,4 cm. Warna tangkai tandan darkolivegreen4.
Gambar 4.47 Morfologi helaian braktea M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. ab. ujung braktea, bb. Pangkal braktea, lb. helaian braktea.
Gambar 4.48 Morfologi ujung dan pangkal helaian braktea M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. (A) Pangkal brkatea. bb. pangkal braktea (B) Ujung braktea ab. ujung braktea.
Bentuk buah lurus, namun ada bengkok pada bagian ujung buahnya (Gambar 4.49A). Panjang buah sekitar 24,6-28,7 cm, diameter buah 5,8-7,4 cm, dengan
rasio buah 3,87-4,32. Potongan penampang melintang buah terdapat
sedikit sedikit tonjolan pada bagian kulit buah (Gambar 4.49B). Bentuk ujung
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
buah
runcing
memanjang
(Gambar
4.49A).
Warna
kulit
buah
muda
darkolivegreen3 dan warna kulit buah masak yellow1. Tebal kulit buah tebal berkisar 0,38-0,43 cm. Warna daging buah khaki (Gambar 4.49B). Jumlah buah dalam satu sisir 8-11 buah. Panjang tangkai buah sekitar 4,2-5,3 cm, dengan diameter tangkai buah 1,7-2,4 cm. Berat buah sekitar 545-785 g. Jumlah sisir pada satu tandan 1 sisir. Pada daging buah tidak terdapat biji.
Gambar 4.49 Morfologi buah dan penampang melintang buah M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. (A) bentuk buah. af. ujung buah, bf. pangkal buah, fr. buah, tf. tangkai buah. (B) penampang melintang buah. ec. kulit buah, sc. daging buah, tk. tonjolan pada kulit buah.
4.1.2.2 Deskripsi diagnostik diferensial A.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. acuminata C. var. Susu M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Susu karena Kongkong memiliki tinggi tanaman sekitar 670 cm, sedangkan Susu memiliki tinggi tanaman sekitar 431 cm. Tinggi tanaman antara kedua varietas tersebut berbeda sekitar 2 meter. Anakan Kongkong lebih sedikit sekitar 4, sedangkan Susu anakannya cukup banyak sekitar 6 anakan. Batang semu yang
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
dimiliki Kongkong lebih tinggi dibandingkan dengan Susu, selisihnya sekitar 2 meter. Lingkar dan diameter batang semu pada Kongkong juga lebih besar dibandingkan dengan Susu, selisihnya sekitar 1-3 cm. Pangkal daun pada Kongkong kedua sisinya meruncing, sedangkan pada Susu pangkal daunnya satu sisi meruncing dan satusisinya membulat. Panjang dan lebar helaian daun Kongkong lebih besar jika dibandingkan dengan Susu, selisinya sekitar 100 cm. Tangkai daun yang dimiliki Kongkong ukurannya lebih besar, sedangkan Susu ukurannya lebih kecil. Bentuk jantung Kongkong agak memanjang, sedangkan bentuk jantung Susu agak bulat. Kongkong memiliki bentuk ujung btraktea yang membelah, sengkan Susu agak runcing. Warna braktea pada Kongkong lebih gelap, sedangkan pada Susu lebih cerah. Panjang, lebar dan rasio braktea yang dimiliki oleh Kongkong lebih kecil jika dibandingkan dengan Susu, selisihnya sekitar 4-10 cm. tangkai tandan pada Kongkong memiliki ukuran yang lebih besar dan warna yang lebih cerah, sedangkan Susu memiliki ukuran tandan yang lebih kecil dan warna tandan yang lebih gelap. Pola pelepasan braktea pada Kongkong tidak menggulung, sedangkan pada Susu pola pelepasan brakteanya menggulung. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan pada Susu lurus dengan seditik bengkokan. Panjang, diameter dan rasio buah pada Kongkong lebih besar jika dibandingkan dengan Susu, selisihnya sekitar 1-3 cm. Penampang melintang pada Kongkong memiliki bentuk sedikit menonjol sedangkan Susu memiliki bentuk yang bulat. Kongkong memiliki ujung buah seperti tumpul, sedangkan Susu memiliki ujung buah berbentuk leher botol. Ukuran dan berat buah pada Kongkong lebihbesar dan lebih berat jika dibandingkan dengan Susu.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
B.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. acuminata C. var. Kavendis M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Kavendis karena M. acuminata C. var. Kongkong memiliki perawakan yang ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan Kavendis. Bercak pada batang semu Kongkong lebih terlihat jelas sedankan pada Kevendis bercak batang semu tidak terlihat jelas. Ukuran tinggi, lingkar dan diameter pada varietas Kongkong lebih kecil jika dibandingkan dengan Kavendis. Panjang, lebar dan rasio pada varietas Kongkong lebih besar ukurannya jika dibandingkan dengan varietas Kavendis. Jumlah daun dalam satu pohon Kongkong rata-rata 10 sedangkan dalam satu pohon Kavendis biasanya hanya 7 helaian daun. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Kongkong terbuka lebar dengan tepi tegak, sedangkan pada Kavendis terbuka dengan tepi mengembang. Ukuran tangkai daun yang dimiliki oleh Kongkong lebih besar jika dibandingkan dengan Susu, selisihnya sekitar 10 cm. Bentuk jantung pada Kongkong agak memanjang, sedangkan pada Kavendis seperti tombak. Kongkong memiliki ujung braktea yang membelah dan pangkal yang agak lebar, sedangkan Kavendis memiliki ujung braktea yang tumpul dan pangkal braktea yang sempit. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan pada Kavendis lurus dengan sedikit bengkokan pada pangkal buah. Berat buah pada Kongkong lebih ringan dibandingkan dengan Kavendis, selisihnya sekitar 70g .
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
C.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. acuminata C. var. Barlian M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Barlian karena M. acuminata C. var. Kongkong memiliki perawakan sekitar 6 meter, sedangkan Barlian memiliki perawakan sekitar 4 meter. Batang semu yang dimiliki oleh Kongkong ukurannya lebih besar, sedangkan Barlian ukurannya lebih kecil. Pangkal daun pada Kongkong memiliki bentuk yang meruncing dikedua sisinya, sedangkan Barlian pangkal daunnya satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing. Panjang dan lebar helaian daun yang dimiliki Kongkong hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan Barlian. Bentuk penampang melintang tangkai daun yang dimiliki Kongkong adalah terbuka lebar dengan tepi tegak, sedangkan Barlian memilki tipe bentuk tangkai daun yang terbuka dengan tepi mengembang. Ukuran tangkai daun pada Kongkong lebih besar, sedangkan pada Barlian lebih kecil, selisihnya sekitar 6 cm. Bentuk jantung pada Kongkong agak memanjang, sedangkan pada Barlian bentuk jantungnya seperti gasing. Bentuk pangkal braktea Kongkong agak melebar, sedangkan Barlian melebar. Panjang dan lebar helaian braktea yang dimiliki Kongkong lebih besar jika dibandingkan dengan Barlian, selisihnya sekitar 1-10cm. Pola pelepasan braktea pada Kongkong tidak menggulung, sedangkan pada Barlian pola pelepasannya menggulung. Ukuran tangkai tandan pada Kongkong hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan Barlian. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan pada Barlian lurus tanpa ada bengkokan. Ukuran buah Kongkong lebih besar dibandingkan dengan Barlian, selisihnya sekitar 4 cm.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
penampang melintang Kongkong memiliki sedikit tonjolan, sedangkan Barlian bulat. Berat buah Kongkong hapir dua kali lipat berat buah Barlian. Jumlah sisir dalam satu tandan Kongkong sekitar 12 sisir, sedangkan Barlian sekitar 9 sisir dalam satu tandan. D.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. acuminata C. var. Mas Kirana M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Mas Kirana karena M. acuminata C. var. Kongkong memiliki tinggi batang semu yang lebih besar jika dibandngkan dengan Mas Kirana, selisihnya sekitar 90 cm. Ukuran lingkar dan diameter batang semu Kongkong lebih besar dibandingkan dengan Mas Kirana, selisihnya sekitar 2-3 cm. arah pertumbuhan daun pada Kongkong merunduk, sedangkan pada Mas Kirana agak tegak. Pangkal daun pada Kongkong memiliki bentuk yang meruncing dikedua sisinya, sedangkan Mas Kirana pangkal daunnya satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing. Kulit buah pada Kongkong sedang, sedangkan pada Mas Kirana tebal. Jumlah daun dalam satu pohon Kongkong sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada Mas Kirana rata-rata 8 helaian daun. Bentuk jantung Kongkong agak memanjang, sedangkan Mas Kirana bentuk jantungnya seperti gasing. Panjang braktea Kongkong lebih besar dibandingkan dengan Mas Kirana, selisihnya sekitar 10 cm. pola pelepasan braktea pada Kongkong tidak menggulung, sedangkan pada Mas Kirana pelepasan brakteanya menggulung. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan pada Mas Kirana lurus. Panjang buah antara Kongkong dan Mas Kirana selisihnya sekitar 2 cm. Jumlah buah dalam satu
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
sisir Kongkong biasanya berisi sekitar 10 buah, sedangkan pada Mas Kirana berisi sekitar 18 buah. Panjang tangkai buah Kongkong lebih pendek, sedangkan Mas Kirana lebih panjang. Berat buah Kongkong dan Maskirana selisihnya sekitar 410g . Rata-rata dalam satu tandan Kongkong terdiri atas 12 sisir, sedangkan Mas Kirana hanya 7 sisir. E.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. acuminata C. var. Ambon M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Ambon karena M. acuminata C. var. Kongkong memiliki bercak batang semu yang jelas, sedangkan Ambon bercak batang semunya tidak terlalu jelas. Ukuran tinggi, lingkar dan diameter batang semu Kongkong lebih besar jika dibandingkan dengan Ambon, selisihnya sekitar 10-30 cm. Pangkal daun Kongkong kedua sisinya meruncing, sedangkan Ambon kedua sisinya membulat. Panjang dan lebar helaian daun Kongkong terpaut 10 cm dengan panjang dan lebar helaian daun Ambon. Jumlah daun dalam satu pohon Kongkong biasanya sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada Ambon hanya sekitar 8 daun saja. Bentuk jantung pada Kongkong agak memanjang, sedangkan pada Ambon bentuk jantungnya seperti tombak. Pada Kongkong bentuk pangkal brakteanya agak melebar dan bentuk ujung brakteanya membelah, sedangkan pada Ambon bentuk pangkal brakteanya melebar dan bentuk ujung brakteanya agak runcing. Panjang dan lebar helaian braktea pada Kongkong lebih kecil dibandingkan dengan Ambon, selisihnya sekitar 2-10 cm. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan Ambon buahnya lurus dengan sedikit bengkokan pada ujung. Ukuran panjang buah pada
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Kongkong lebih kecil jika dibandingkan dengan Ambon, selisihnya sekitar 6 cm. jumlah buah dalam satu sisir Kongkong biasanya hanya 10 buah, sedangkan Ambon mencapai 20 buah persisir. Berat buah Kongkong biasanya sekitar 80g, sedangkan Ambon sekitar 130g. Jumlah sisir dalam satu tandan Kongkong biasanya sekitar 12 sisir sedangkan pada Ambon sekitar 11 sisir. F.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kongkong dan M. Paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Kongkong dapat dibedakan dengan M. paradisiaca
L. var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Kongkong memiliki tinggi tanaman sekitar 670 cm, sedangkan Agung Semeru tinggi tanamannya mencapai 730 cm. Jumlah anakan Kongkong rata-rata 4 anakan, sedangkan Agung Semeru sekitar 3 anakan. Tinggi, diameter dan lingkar batang semu pada Kongkong lebih kecil dibadingkan dengan Agung Semeru, selisihnya sekitar 10 cm. Bentuk daun pada Kongkong lanset, sedangkan pada Agung Semeru memanjang. Bentuk pangkal daun pada Kongkong kedua sisi meruncing, sedangkan pada Agung Semeru pangkal daunnya kedua sisi membulat. Panjang helaian daun Kongkong lebih besar dibandingkan dengan Agung Semeru, selisihnya sekitar 100 cm. Tekstur permukaan atas daun pada Kongkong kusam, sedangkan pada Agung Semeru megkilat. Jumlah daun dalam satu pohon Kongkong biasanya 10 helaian daun, sedangkan pada Agung Semeru sekitar 7 helaian daun. Bentuk jantung pada Kongkong agak memanjang, sedangkan pada Agung Semeru bentuk jantungnya seperti tombak. Pangkal braktea pada Kongkong agak melebar, sedangkan pada Agung Semeru melebar. Laju warna pada braktea Kongkong seragam, sedangkan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
pada Agung Semeru berbeda atau tidak seragam. Panjang dan lebar helaian braktea Kongkong setengah dari panjang dan lebar helaian braktea Agung Semeru. Panjang tangkai tandan pada Kongkong dua kali lebih panjang dibandingkan dengan Agung Semeru. Bentuk buah pada Kongkong membengkok, sedangkan pada Agung Semeru lurus, namun terdapat sedikit bengkokan. Panjang dan diameter buah dari Kongkong ukurannya sekitar setengah dari panjang dan diameter buah Agung Semeru. Bentuk ujung buah Kongkong tumpul, sedangkan pada Agung Semeru runcing memanjang. Tebal kulit buah pada Kongkong termasuk tipis, sedangkan Agung Semeru memiliki kulit buah yang tebal. Panjang tangkai buah Kongkong hanya sekitar 1 cm, sedangkan Agung Semeru bisa mencapai 4 cm. Diameter tangkai Kongkong memiliki ukuran sekitar 1 cm sedangkan Agung Semeru mencapai 2 cm. Berat buah Kongkong sekitar 80g, sedangkan Agung Semeru mencapai 630g. Dalam satu tandan Kongkong rata-rata berisi sekitar 12 sisir, sedangkan Agung Semeru hanya satu sisir dalam satu tandan. G.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Susu dan M. acuminata C. var. Kavendis M. acuminata C. var. Susu dapat dibedakan dengan M. acuminata C. var.
Kavendis karena M. acuminata C. var. Susu memiliki Susu memiliki tinggi tanaman sekitar 430 cm sedangkan Kavendis memiliki tinggi tanaman mencapai 730 cm. Bercak pada batang semu Susu telihat jelas, sedangkan pada Kavendis tidak terlihat jelas. Tinggi, lingkar hingga diameter batang semu varietas Susu lebih kecil dibandingkan dengan Kavendis. Bentuk pangkal tangkai daun Susu
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
satu sisi membulat dan yang sisi lain meruncing, sedangkan pada Kavendis kedua sisinya meruncing. Panjang dan lebar helaian daun antara Susu dan Kavendis biasanya selisih sekitar 50 cm. jumlah daun dalam satu pohon Susu biasanya sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada Kavendis biasanya sekitar 7 helaian daun. Tipe pangkal tangkai daun Susu terbuka lebar dengan tepi tegak, sedangkan pada Kavendis memiliki bentuk terbuka dengan tepi mengembang. Panjang dan lebar tangkai daun Susu lebih kecil jika dibandingkan dengan panjang dan lebar tangkai daun Kavendis. Bentuk jantung Susu agak memanjang, sedangkan Kavendis seperti tombak. Pada Susu memiliki bentuk pangkal braktea yang agak melebar dan ujung braktea yang agak runcing, sedangkan pada Kavendis pangkal brakteanya sempit dan ujung brakteanya tumpul. Panjang dan lebar helaian braktea antara Susu dan Kavendis selisih 2-7 cm. Panjang tangkai tandan Susu biasanya sekitar 40 cm, sedangkan Kavendis sekitar 50 cm. Diameter tandan pada Susu sekitar 4 cm, sedangkan pada Kavendis mencapai 6 cm. panjang buah pada Susu lebih kecil dibandingkan dengan Kavendis, selisihnya sekitar 6 cm. Penmapang melintag buah pada Susu memiliki bentuk bulat, sedangkan pada Kavendis memiliki sedikit tonjolan. Ujung buah pada Susu berbentuk leher botol sedangkan pada Kavendis bentuknya tumpul. Rata-rata jumlah buah dalam satu sisir pada Susu sekitar 10 buah, sedangkan pada Kavendis sekitar 12 buah. Panjang dan diameter tangkai buah Susu lebih pendek jika dibandingkan dengan Kavendis, selisihnya skitar 0,4-0,7 cm. Berat buah Susu hanya setengah dari berat buah Kavendis. Dalam satu tandan Susu biasanya berisi 12 sisir, sedangkan Kavendis biasanya berisi 10 sisir.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
H.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Susu dan M. acuminata C. var. Barlian M. acuminata C. var. Susu dapat dibedakan dengan M. acuminata C. var.
Barlian karena M. acuminata C. var. Susu memiliki anakan sebanyak 6 anakan, sedangkan Barlian biasanya memiliki 2 anakan saja. Tinggi, lingkar, dan diameter batang semu Susu lebih pendek jika dibandingkan dengan Barlian, selisihnya sekitar 4- 20 cm. Ukuran panjang dan lebar helaian daun Susu lebih besar dibandingkan dengan ukuran helaian daun Barlian, selisishnya sekitar 30-100 cm. Jumlah daun dalam satu pohon Susu biasanya sekitar 10 helaian daun, sedangkan Barlian hanya 6 helaian daun. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Susu yaitu terbuka lebar dengan tepi tegak, sedangkan pada Barlian adalah terbuka dengan tepi mengembang. Panjang tangkai daun pada Susu lebih panjang dibandingkan dengan Barlian, selisihnya sekitar 10 cm. Lebar tangkai daun antar dua varietas ini selisihnya sekitar 1-2 cm. Bentuk jantung pada Susu agak memanjang, sedangkan Barlian bentuk jantungnya seperti gasing. Pada Susu bentuk pangkal brakteanya agak melebar dan ujung brakteanya agak runcing, sedangkan pada Barlian bentuk pangkal brakteanya melebar dengan ujung yang memeblah. Panjang dan lebar helaian braktea pada Susu hampir dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan panjang dan lebar helaian braktea Barlian. Pola pelepasan braktea pada Susu tidak menggulung, sedangkan pada Barlian pola pelepasan brakteanya menggulung. Panjang tangkai tandan pada Susu sekitar 15 cm lebih panjang dibandingkan dengan Barlian. Bentuk buah pada Susu adalah lurus dengan sedikit bengkokan, sedangkan Barlian bentuk buahnya lurus tanpa
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
ada bengkokan. Panjang dan diameter buah pada Susu selisih 1-2 cm dengan Barlian. Dalam satu sisir pada Susu terdapat sekitar 10 buah, sedangkan pada Barlian terdapat sekitar 15 buah tiap sisirnya. Berat buah Susu sekitar 61 g, sedangkan Barlian sekitar 47 g. Dalam satu tandan pada Susu biasanya terdapat sekitar 12 sisir, sedangkan pada Barlian terdapat sekitar 9 sisir. I.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Susu dan M. acuminata C. var. Mas Kirana M. acuminata C. var. Susu dapat dibedakan dengan M. acuminata C. var.
Mas Kirana karena M. acuminata C. var. Susu memiliki tinggi tanaman sekitar 430 cm, sedangkan pada Mas Kirana tinggi tanaman sekitar 670 cm. Tinggi batang semu pada varietas Susu sekitar 220 cm, sedangkan pada Mas Kirana berkisar 325 cm. Lingkar dan diameter batang semu pada Susu lebih besar jika dibandingkan dengan Mas Kirana. Pertumbuhan daun pada Susu merunduk, sedangkan pada Mas Kirana agak tegak. Panjang dan lebar helaian daun pada Susu lebih kecil jika dibandingkan dengan Mas Kirana, selisihnya sekitar 20-50 cm. jumlah daun dalam satu pohon Susu biasanya sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 8 helaian daun. Bentuk jantung pada varietas Susu agak memanjang, sedangkan pada Mas Kirana bentuknya seperti gasing. Ujung helaian braktea pada Susu bentuknya agak runcing, sedangkan pada Mas Kirana bentuknya membelah. Panjang helaian braktea pada Susu lebih besar hampir dua kali lipat dari ukuran panjang braktea Mas Kirana. Sedangkan lebar helaian brakteanya selisih sekitar 5 cm. Pola pelepasan braktea pada varietas Susu tidak menggulung, sedangkan pada Mas Kirana pola pelepasannya menggulung.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
Panjang tangkai tandan Susu lebih panjang kira-kira sekitar 10 cm dari tangkai tandan Mas Kirana. Sedangkan diameter tangkai tandannya selisih sekitar 1 cm. penampang melintang pada varietas Susu memiliki bentuk bulat, sedangkan Mas Kirana memiliki sedikit tonjolan pada kulit buahnya. Bentuk ujung buah Susu adalah seperti leher botol, sedangkan Mas Kirana bentuk ujungnya tumpul. Tebal kulit buah Susu termasuk tipis, sedangkan Mas Kirana termasuk sedang. Jumlah buah dalam satu sisir pada varietas Susu memiliki 10 buah, sedangkan pada varietas Mas Kirana sekitar 18 buah setiap sisirnya. Panjang dan diameter tangkai buah antar kedua varietas memiliki selisih sekitar 1 cm, ukuran panjang dan diameter pada Susu lebih pendek. Berat buah pada varietas Susu sekitar 61 g, sedangkan Mas Kirana sekitar 90 g. Dalam satu tandan pada varietas Susu memiliki sekitar 12 sisir, sedangkan Mas Kirana hanya sekitar 7 sisir. J.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Susu dan M. acuminata C. var. Ambon M. acuminata C. var. Susu dapat dibedakan dengan M. acuminata C. var.
Ambon karena M. acuminata C. var. Susu memiliki tinggi tanaman sekitar 430 cm sedangkan Ambon memiliki tinggi tanaman sekitar 670 cm. Pada Susu memiliki bercak batang semu yang terlihat jelas, sedangkan pada Ambon bercaknya tidak terlihat jelas. Tinggi, lingkar dan diameter batang semu pada Susu lebih kecil ukurannya dibandingakan dengan Ambon. Pangkal daun pada Susu berbentuk satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing, sedangkan pada Ambon memiliki pangkal daun yang kedua sisinya membulat. Panjang helaian dan kedua varietas tersebut selisihnya sekiyat 80 cm, ukuran panjang helaian daun
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
varietas Susu lebih pendek. Lebar helaian daun pada varietas Susu sekitar 10 cm lebih pendek dari varietas Ambon. Jumlah daun dalam satu pohon pada varietas Susu biasanya sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada varietas Ambon sekitar 8 helaian daun. Bentuk jantung pada Susu adalah agak memanjang, sedangkan pada Ambon seperti tombak. Bentuk pangkal braktea pada varietas Susu agak melebar, sedangkan pada Ambon bentuk pangkal brakteanya melebar. Panjang dan lebar helaian braktea kedua varietas ini memiliki selisih sekitar 2-3 cm. Panjang tangkai tandan pada varietas Susu lebih pendek sekitar 20 cm dari varietas Ambon. Diameter tangkai tandan pada varietas Susu lebih pendek sekitar 1 cm dari varietas Ambon. Panjang dan diameter buah pada varietas Susu lebih kecil jika dibandingkan dengan varietas Ambon. Penampang melintang dari varietas Susu memiliki bentuk yang bulat, sedangkan pada varietas Ambon terdapat tonjolan pada kulit buahnya. Bentuk ujung buah pada varietas Susu seperti leher botol, sedangkan pada varietas Ambon bentuknya runcing memanjang. Tebal kulit pada varietas Susu termasuk tipis, sedangkan pada varietas Ambon kulit buahnya sedang. Dalam satu sisir buah Susu hanya terdapat sekitar 10 buah, sedangkan pada Ambon dalam satu sisir terdapat sekitar 20 buah. Pada varietas Susu panjang tangkai daun sekitar 1 cm dan diameternya sekitar 0,9 cm, sedangkan pada varietas Ambon memiliki diameter tangkai buah sekitar 1,1 cm dan diameter tangkai buah sekitar 1,2 cm. Berat buah Susu sekitar setengah dari berat buah Ambon. Dalam satu tandan buah pada varietas Susu, memiliki 12 sisir, sedangkan pada varietas Ambon memiliki sekitar 11 sisir.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
K.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Susu dan M. paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Susu dapat dibedakan dengan M. paradisiaca L.
var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Susu memiliki tinggi tanaman sekitar 4 meter, sedengkan Agung Semeru memiliki tinggi tanaman sekitar 7 meter. Pada varietas Susu biasanya memiliki sekitar 6 anakan, sedangkan pada Agung Semeru hanya memiliki anakan sekitar 3 anakan. Tinggi batang semu pada varietas Susu hanya setengah dari varietas Agung Semeru. Sedangkan lingkar batang semu pada varietas Susu lebih kecil sekitar 10 cm dari varietas Agung Semeru. Diameter batang semu pada varietas Susu lebih kecil sekitar 4 cm dari varietas Agung Semeru. Bentuk daun pada varietas Susu adalah lanset, sedangkan Agung Semeru memanjang. Bentuk pangkal tangkai daun pada varietas Susu satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing, sedangkan pada Agung Semeru kedus sisi pangkal daunnya membulat. Panjang dan lebar helaian daun pada Susu lebih pendek sekitar 10 cm dari varietas Agung Semeru. Tekstur permukaan atas daun pada Susu kusam, sedangkan pada Agung Semeru mengkilat. Jumlah daun dalam satu pohon Susu sekitar 10 helaian daun, sedangkan pada Agung Semeru hanya sekitar 7 helaian daun. Pada varietas Susu memiliki panjang tangkai daun sekitar 48 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4 cm, sedangkan pada Agung Semeru panjang tangkai daun sekitar 44 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4.6 cm. Pada varietas Susu bentuk jantungnya agak memanjang, sedangkan pada Agung Semeru seperti tombak. Pada varietas Susu memiliki bentuk pangkal agak melebar dan ujung agak runcing, sedangkan pada varietas Agung Semeru memiliki
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
pangkal braktea yang melebar dan ujung yang membelah. Laju warna braktea pada Susu seragam, sedangkan pada Agung Semeru berbeda atau tidak seragam. Ukuran braktea Susu hampir setengah dari braktea Agung Semeru. Panjang dan diameter buah varietas Susu hampir lebih dari setengah ukuran buah Agung Semeru. Potongan melintang buah Susu bentuknya bulat, sedangkan Agung Semeru berbentuk sedikit menonjol pada bagian kulit buahnya. Bentuk ujung buah Susu seperti leher botol, sedangkan pada Agung Semeru berbentuk runcing memanjang. Kulit buah Susu termasuk tipis, sedangkan Agung Semeru termasuk tebal. Jumlah buah dalam satu sisir pada varietas Susu sekitar 10, sedangkan pada Agung Semeru sekitar 9 sisir. Panjang tangkai buah Susu ukurannya setengah dari ukuran tangkai buah Agung Semeru. Berat buah pada varietas Susu hanya sekitar 60 g, sedangkan pada varietas Susu mencapai lebih dari 600 g. Dalam satu tandan Susu memiliki 12 sisir, sedangkan pada Agung Semeru hanya 1 sisir dalam satu tandan. L.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kavendis dan M. acuminata C. var. Barlian M. acuminata C. var. Kavendis dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Barlian karena M. acuminata C. var. Kavendis memiliki tinggi tanaman sekitar 700 cm, sedangkan Barlian tinggi tanamannya hanya sekitar 400 cm. Anakan pada varietas Kavendis ada sekitar 5 anakan, sedangkan pada Barlian sekitar 2 anakan. Bercak pada batang semu varietas Kavendis tidak begitu jelas, sedangkan pada varietas Barlian bercaknya terlihat jelas. Tinggi batang semu pada varietas Kavendis sekitar 408 cm, sedangkan pada Barlian sekitar 246 cm. Pada
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
varietas Kavendis lingkar batang semunya sekitar 77 cm dan diameternya sekitar 24 cm, sedangkan Barlian memiliki lingkar batang semu sekitar 39 cm dan diameternya sekitar 12 cm. Bentuk pangkal daun pada Kavendis kedua sisinya meruncing, sedangkan pada Barlian satu sisinya membulat dan sisi yang lain meruncing. Panjang dan lebar helaian daun pada Kavendis lebih besar dua kali lipat dari panjang dan lebar helaian daun pada Barlian. Jumlah daun dalam satu pohon Kavendis sekitar 7 helaian daun, sedangkan Barlian sekitar 6 helaian daun. Pada varietas Kavendis panjang tangkai daun sekitar 57 cm dan lebarnya sekitar 5 cm, sedangkan Barlian memilki panjang tangkai daun sekitar 39 cm dan lebarnya sekitar 3 cm. Bentuk jantung pada Kavendis seperti tombak, sedangkan bentuk jantung pada Barlian seperti gasing. Pada Kavendis memiliki bentuk pangkal yang sempit dan ujung yang tumpul, sedangkan Barlian memiliki bentuk pangkal yang melebar dan ujung yang membelah. Pada varietas Kavendis memiliki panjang helaian braktea yang lebih pajang dibandingkan dengan Barlian, selisih panjang braktea sekitar 10 cm. Pada varietas Kavendis memiliki lebar helaian braktea yang lebih lebar dibandingkan dengan Barlian, selisih lebar braktea sekitar 4 cm. Pola pelepasan braktea pada Kavendis tidak menggulung, sedangkan pada Barlian menggulung. Pada varietas Kavendis memiliki panjang tangkai tandan yang lebih pajang dibandingkan dengan Barlian, selisih panjang tangkai tandan sekitar 30 cm. Pada varietas Kavendis memiliki diameter tangkai tandan yang lebih besar dibandingkan dengan Barlian, selisihnya sekitar 2 cm. Bentuk buah pada Kavendis memiliki bentuk lurus dengan sedikit bengkokan, sedangkan Barlian memiliki bentuk lurus tanpa bengkokan. Panjang dan diameter buah Kavendis
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
lebih besar hampir dua kali lipat dari Barlian. Penampang melintang Kavendis memiliki bentuk sedikit menonjol, sedangkan pada Barlian bentuknya bulat. Bentuk ujung buah pada Kavendis tumpul, sedangkan pada Barlian seperti leher botol. Jumlah buah dalam satu sisir pada Kavendis berisi sekitar 12 buah, sedangkan pada Barlian sekitar 15 buah. Panjang dan diameter tangkai buah Kavendis lebih besar dibanding dengan Barlian, selisihnya sekotar 0,3-0,4 cm. Kavendis memiliki buah yang beratnya sekitar 3 kali lipat berat buah Barlian. Dalam satu tandan Kavendis terdapat sekitar 10 sisir, sedangkan pada Barlian sekitar 9 sisir. M.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kavendis dan M. acuminata C. var. Mas Kirana M. acuminata C. var. Kavendis dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Mas Kirana karena M. acuminata C. var. Kavendis memiliki tinggi tanaman sekitar 700 cm, sedangkan Mas Kirana sekitar 600 cm. Kavendis memiliki sekitar 5 anakan, sedangkan Mas Kirana hanya sekitar 5 anakan. Bercak batang semu pada Kavendis tidak begitu jelas, sedangkan bercak pada Mas Kirana terlihat jelas. Pada varietas Kavendis memiliki tinggi batang semu lebih panjang dibandingkan dengan Mas Kirana, selisihnya sekitar 90 cm. Kavendis memiliki lingkar batang semu sekitar 77 cm dan diameter sekitar 24 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki lingkar batang semu sekitar 47 cm dan diameter sekitar 14 cm. Tipe pertumbuan daun Kavendis merunduk, sedangkan Mas Kirana agak tegak. Bentuk pangkal daun Kavendis kedua sisi meruncing, sedangkan Mas Kirana satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing. Panjang tangkai daun pada varietas
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
Kavendis sekitar 57 cm, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 45 cm. Lebar tangkai daun pada varietas Kavendis sekitar 5,7 cm, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 4.4 cm. Bentuk jantung pada Kavendis seperti tombak, sedangkan pada Mas Kirana seperti gasing. Pada varietas Kavendis memiliki pangkal braktea yang sempit dan ujung yang tumpul, sedangkan Mas Kirana memiliki pangkal braktea yang agak melebar dan ujung yang membelah. Panjang helaian braktea antara dua varietas ini memiliki selisih sekitar 10 cm. Lebar helaian braktea pada varietas Kavendis sekitar 12 cm, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 10 cm. Pola pelepasan braktea pada Kavendis tidak menggulung, sedangkan pada Mas Kirana pelepasan brakteanya menggulung. Bentuk buah pada Kavendis lurus dengan sedikit bengkokan, sedangkan pada Mas Kirana lurus. Panjang buah pada Kavendis sekitar 16 cm, sedangkan Mas Kirana sekitar 10 cm. Jumlah buah dalam satu sisir Kavendis sekitar 12 buah, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 18 buah. Kavendis memiliki panjang tangkai buah sekitar 1,7 cm dan diameter tangkai daun sekitar 1.3 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki panjang tangkai buah sekitar 2 cm dan diameter tangkai sekitar 1.1 cm. Berat buah Kavendis sekitar 156 g sedangkan Mas Kirana sekitar 90 g. Dalam satu tandan Kavendis berisi sekitar 10 sisir, sedangkan Mas Kirana sekitar 7 sisir dalam satu tandan. N.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kavendis dan M. acuminata C. var. Ambon M. acuminata C. var. Kavendis dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Ambon karena M. acuminata C. var. Kavendis memiliki tinggi tanama yang lebih tinggi dibandingkan dengan Ambon, selisihnya sekitar 60 cm. pada varietas
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
Kavendis memiliki tinggi batang semu sekitar 408 cm, lingkar batang semu sekitar 77 cm, dan diameter 24 cm, sedangkan pada Ambon memiliki tinggi batang semu sekitar 385 cm, lingkar batang semu sekitar 80 cm, dan diameter 26 cm. Bentuk pangkal helaian daun pada Kavendis kedua sisinya meruncing, sedangkan pada Ambon kedua sisinya membulat. Panjang dan lebar helaian daun pada Kavendis lebih panjang daripada Ambon, selisihnya sekitar 20-30 cm. Jumlah daun pada satu pohon Kavendis sekitar 7nhelaian daun, sedangkan pada Ambon sekitar 8 helaian daun. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Kavendis terbuka dengan tepi mengembang, sedangkan pada Ambon bentuknya terbuka lebar dengan tepi tegak. Kavendis memiliki panjang tangkai daun sekitar 57 cm dan lebar sekitar 5 cm, sedangkan pada Ambon panjang tangkai daun sekitar 46 cm dan lebar sekitar 4 cm. Pada Kavendis bentuk pangkal brakteanya sempit dan ujungnya tumpul, sedangkan pada Ambon pangkal brakteanya melebar dengan ujung yang agak runcing. Panjang helaian braktea Kavendis lebih pendek dibandingkan dengan Ambon, selisihnya sekitar 8 cm. Kavendis memiliki panjang tangkai tandan sekitar 58 cm dan lebar sekitar 6 cm, sedangkan pada Ambon panjang tangkai daun sekitar 66 cm dan lebar sekitar 5 cm. Panjang buah pada Kavendis sekitar 16 cm, sedangkan pada Ambon sekitar 18 cm. Bentuk ujung buah pada Kavendis tumpul, sedangkan pada Ambon bentuk ujung buah runcing memanjang. Jumlah buah dalam satu sisir Kavendis biasanya sekitar 12 buah, sedangkan pada Ambon sekitar 20 buah. Pada Kavendis memiliki panjang tangkai buah sekitar 1,71 cm dan diameter tangkai daun sekitar 1,36 cm, sedangkan pada Ambon memiliki panjang tangkai buah sekitar 1,18 dan diameter sekitar 1,28 cm.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
Berat buah pada Kavendis sekitar 156 g, sedangkan pada Ambon sekitar 133 g. Dalam satu tandan Kavendis memiliki sekitar 10 sisir, sedangkan Ambon memiliki sekitar 11 sisir. O.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Kavendis dan M. paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Kavendis dapat dibedakan dengan M. paradisiaca L.
var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Kavendis memiliki bercak batang semu yang tidak terlihat begitu jelas, sedangkan pada Agung Semeru terlihat bercak yang jelas. Pada Kavendis memiliki tinggi batang semu sekitar 408 cm, lingkar batang semu sekitar 77 cm dan diameter batang semu sekitar 24 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki tinggi batang semu sekitar 442 cm, lingkar batang semu sekitar 66 cm, dan diameter batang semu sekitar 20 cm. Bentuk daun pada Kavendis lanset, sedangkan pada Agung Semeru memanjang. Bentuk pangkal daun pada Kavendis kedua sisinya meruncing, sedangkan pada Agung Semeru kedua sisinya membulat. Kavendis memiliki panjang helaian daun sekitar 313 cm dan lebar helaian daun sekitar 102 cm, sedangkan pada Agung semeru memiliki panjang helaian daun sekitar 252 cm dan lebar helaian daun sekitar 90 cm. Tekstur permukaan atas daun Kavendis kusam, sedangkan Agung Semeru mengkilat. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Kavendis terbuka dengan tepi mengembang, sedangkan pada Agung Semeru terbuka lebar dengan tepi tegak. Pada Kavendis memiliki panjang tangkai daun sekitar 57 cm dan lebar tangkai daun sekitar 5 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki panjang tangkai daun sekitar 44 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4 cm. Kavendis
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
memiliki bentuk pangkal braktea yang sempit dan ujung braktea yang tumpul, sedangkan Agung Semeru memiliki pangkal braktea yang melebar dan ujung yang membelah. Laju warna pada braktea Kavendis seragam, sedangkan pada Agung Semeru memiliki warna yang berbeda atau tidak seragam. Pada Kavendis memiliki panjang helaian braktea sekitar 28 cm dan lebar helaian braktea sekitar 12 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki panjang helaian braktea sekitar 76 cm dan lebar helaian braktea sekitar 20 cm. Pada Kavendis memiliki panjang tangkai tandan sekitar 58 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 6 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki panjang tangkai tandan sekitar 33 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 7 cm. Panjang buah pada Kavendis lebih pendek dibandingkan dengan panjang buah pada Agung Semeru, selisihnya sekitar 10 cm. Begitu pula pada diameter buahnya, selisih diameter buah sekitar 3 cm. Bentuk ujung buah Kavendis tumpul, sedangkan Agung Semeru agak memanjang. Tebal kulit pada Kavendis termasuk Kulit yang tipis, sedangkan Agung Semeru termasuk tebal. Jumlah buah dalam satu sisi Kavendis biasanya berisi sekitar 12 buah, sedangkan Agung Semeru berisi sekitar 9 buah. Pada Kavendis memiliki panjang tangkai buah sekitar 1,7 cm dan diameter tangkai buah sekitar 1,3 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki panjang tangkai buah sekitar 4 cm dan diameter tangkai buah sekitar 2 cm. Buah Kavendis memiliki berat empat kali lebih kecil dibandingkan dengan buah Agung Semeru. Setiap tandan Kavendis biasanya berisi sekitar 10 sisir, sedangkan Agung Semeru hanya satu sisir dalam satu tandan.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
P.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Barlian dan M. acuminata C. var. Mas Kirana M. acuminata C. var. Barlian dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Mas Kirana karena M. acuminata C. var. Barlian memiliki tinggi tanaman sekitar 400 cm sedangkan Mas Kirana memiliki tinggi tanaman sekitar 600 cm. Jumlah anakan yang dimiliki oleh Barlian sekitar 2 anakan, sedangkan Mas Kirana memiliki sekitar 6 anakan. Barlian memiliki tinggi batang semu sekitar 246 cm, lingkar batang semu sekitar 39 cm, dan diameter batang semu sekitar 12 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki tinggi batang semu sekitar 325 cm, lingkar batang semu sekitar 47 cm, dan diameter batang semu sekitar 14 cm. Tipe pertumbuhan tumbuh daun pada Barlian merunduk, sedangkan pada Mas Kirana agak tegak. Panjang dan lebar helaian daun Barlian ukuranya sekitar setengah dari helaian daun Mas Kirana. Jumlah daun dalam satu pohon Barlian biasanya sekitar 6 helaian daun, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 8 helaian daun. Bentuk penampang melintang tangkai daun Barlian terbuka dengan tepi mengembang, sedangkan Mas Kirana terbuka dengan tepi lurus tegak. Barlian memiliki panjang tangkai daun sekitar 39 cm dan lebar tangkai daun sekitar 3 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki panjang tangkai daun sekitar 45 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4 cm. Bentuk pangkal braktea pada Barlian melebar, sedangkan Mas Kirana agak melebar. Panjang helaian braktea dan lebar helaian braktea pada Barlian dan Mas Kirana memiliki selisih sekitar 1 cm. Barlian memiliki panjang tandan sekitar 31 cm dan diameter tandan sekitar 4 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki panjang tandan sekitar 57 cm dan diameter tandan sekitar 5 cm. Barlian
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
memiliki panjang buah sekitar 8 cm dan diameter buah sekitar 2 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki panjang buah sekitar 10 cm dan diameter buah sekitar 3 cm. Bentuk penampang melintang Barlian bulat, sedangkan Mas Kirana ada sedikit tonjolan pada kulit buahnya. Bentuk ujung buah Barlian seperti leher botol, sedangkan Mas Kirana bentuknya tumpul. Jumlah buah dalam satu sisir Barlian sekitar 15 buah, sedangkan pada Mas Kirana sekitar 18 buah. Barlian memiliki panjang tangkai buah sekitar 1,51 cm dan diameter tangkai buah sekitar 0,9 cm, sedangkan Mas Kirana memiliki panjang tangkai buah sekitar 2 cm dan diameter tangkai buah sekitar 1 cm. Berat buah Barlian biasanya sekitar 47 g, sedangkan Mas Kirana sekitar 90 g. Dalam satu tandan Barlian biasanya berisi 9 sisir, sedangkan Mas Kirana biasanya hanya berisi 7 sisir. Q.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Barlian dan M. acuminata C. var. Ambon M. acuminata C. var. Barlian dapat dibedakan dengan M. acuminata C.
var. Ambon karena M. acuminata C. var. Barlian memiliki tinggi tanaman sekitar 400 cm, sedangkan Ambon memiliki tinggi tanaman sekitar 600 cm. Bercak batang semu pada Barlian nampak jelas, sedangkan pada Ambon tidak nampak begitu jelas. Barlian memiliki tinggi batang semu sekitar 246 cm, lingkar batang semu sekitar 39 cm dan diameter batang semu sekitar 12 cm, sedangkan Ambon memiliki tinggi batang semu sekitar 385 cm, lingkar batang semu sekitar 80 cm, dan diameter batang semu sekitar 26 cm. Bentuk pangkal daun Barlian satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing, sedangkan Ambon memiliki pangkal daun yang kedua sisinya membulat. Ukuran helaian daun Barlian sekitar setengah
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
dari ukuran daun Ambon. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Barlian adalah terbuka dengan tepi mengembang, sedangkan pada Ambon, terbuka lebar dengan tepi tegak. Barlian memiliki panjang tangkai daun sekitar 39 cm dan lebar tangkai daun sekitar 3 cm, sedangkan Ambon memiliki panjang tangkai daun sekitar 46 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4 cm. Bentuk jantung pada Barlian seperti gasing, sedangkan pada Ambon seperti tombak. Ujung braktea pada Barlian membelah, sedangkan pada Ambon agak runcing. Barlian memiliki panjang helaian braktea sekitar 17 cm dan lebar helaian braktea sekitar 9 cm, sedangkan Ambon memiliki panjang helaian braktea sekitar 36 cm dan lebar tangkai daun sekitar 12 cm. Pola pelepasan braktea pada Barlian menggulung, sedangkan pada Ambon tidak menggulung. Barlian memiliki panjang tangkai tandan sekitar 31 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 4 cm, sedangkan Ambon memiliki panjang tangkai tandan sekitar 66 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 5 cm. Bentuk buah pada Barlian lurus, sedangkan pada Ambon lurus namun terdapat bengkokan. Barlian memiliki panjang buah sekitar 8 cm dan diameter buah sekitar 2 cm, sedangkan Ambon memiliki panjang buah sekitar 18 cm dan diameter buah sekitar 3 cm. Bentuk potongan melintang buah Barlian berbetuk bulat, sedangkan Ambon terdapat sedikit tonjolan pada kulit buah. Jumlah buah dalam satu sisir Barlian sekitar 15 buah, sedangkan pada Ambon sekitar 20 cm. Berat buah Barlian sekitar 47 g, sedangkan Ambon mencapai 133 g. Pada satu tandan Barlian memiliki 9 sisir, sedangkan pada Ambon terdapat sekitar 11 sisir dalam satu tandan.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
R.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Barlian dan M. paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Barlian dapat dibedakan dengan M. paradisiaca L.
var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Barlian memiliki tinggi tanaman sekitar 400 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki tinggi tanaman sekitar 700 cm. Jumlah anakan pada Barlian sekitar 2 anakan, sedangkan pada Agung Semeru sekitar 3 anakan. Tinggi batang semu pada Barlian lebih pendek dibandingkan dngan Ambon, selisihnya sekitar 200 cm. Barlian memilik lingkar batang semu sekitar 39 cm dan diameter sekitar 12 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki lingkar batang semu sekitar 66 cm dan diameter sekitar 20 cm. Bentuk daun pada Barlian memiliki bentuk lanset, sedangkan Agung Semeru memanjang. Pangkal daun Barlian berbentuk satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing, sedangkan pada Agung Semeru kedua sisinya membulat. Barlian memiliki panjang helaian daun sekitar 155 cm dan lebar helaian braktea sekitar 45 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang helaian daun sekitar 252 cm dan lebar helaian daun sekitar 90 cm. Permukaan atas daun Barlian teksturnmya kusam, sedangkan Agung Semeru teksturnya mengkilat. Jumlah daun dalam satu pohonnya sekitar 6 helaian daun, sedangkan Agung Semeru sekitar 7 cm. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada barlian terbuka dengan tepi mengembang, sedangkan Agung Semeru terbuka lebar dengan tepi tegak. Barlian memiliki panjang tangkai daun sekitar 39 cm dan lebar tangkai daun sekitar 3 cm, sedangkan agung Semeru memiliki panjang tangkai daun sekitar 44 cm dan lebar tangkai daun sekitar 4 cm. Bentuk jantung pada Barlian seperti gasing, sedangkan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
Agung semeru, seperti tombak. Laju warna braktea pada Barlian seragam, sedangkan pada Agung Semeru berbeda atau tidak seragam. Barlian memiliki panjang helaian braktea sekitar 17 cm dan lebar helaian braktea sekitar 9 cm, sedangkan pada Agung Semeru panjang helaian brakteanya sekitar 76 cm dan lebar helaian braktea sekitar 20 cm. Pola pelepasan braktea pada Barlian menggulung, sedangkan pada Agung Semeru tidak menggulung. Barlian memiliki panjang tangkai tandan sekitar 31 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 4 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tangkai tandan sekitar 33 cm dan diameter tangkai tandan sekitar 7 cm. Bentuk buah pada Barlian lurus, sedangkan Agung Semeru lurus namun terdapat sedikit bengkokan. Barlian memiliki panjang buah sekitar 8 cm dan diameter buah sekitar 2 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang buah sekitar 26 cm dan diameter buah sekitar 6 cm. Potongan penampang melintang pada Barlian berbentuk bulat, sedangkan Agung semeru memiliki sedikit tonjolan pada kulit buah. Bentuk ujung buah Barlian seperti leher botol, sedangkan Agung Semeru agak memanjang. Kulit buah pada Barlian termasuk sedang, sedangkan pada Agung Semeru termasuk tebal. Jumlah buah Barlian dalam satu sisir biasanya sekitar 15 buah, sedangkan pada Agung Semeru sekitar 9 buah. Barlian memiliki panjang tangkai buah sekitar 1 cm, dan diameter tangkai buah sekitar 0,9 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tangkai buah sekitar 4 cm dan diameter tangkai buah sekitar 2 cm. Berat buah Barlian sekitar 47 g, sedangkan Agung semeru sekitar 635 g. Pada satu tandan Barlian berisi 9 sisir, sedangkan Agung Semeru berisi 1 sisir.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
S.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Mas
Kirana dan M. acuminata C. var. Ambon M. acuminata C. var. Mas Kirana dapat dibedakan dengan M. acuminata C. var. Ambon karena M. acuminata C. var. Mas Kirana memiliki bercak batang semu yang nempak jelas, sedangkan pada Ambon bercak batang semu tidak terlihat jelas. Mas Kirana memiliki tinggi batang semu sekitar 325 cm, lingkar batang semu sekitar 47 cm, dan diameter batang semu sekitar 14 cm, sedangkan Ambon memiliki tinggi batang semu sekitar 385 cm, lingkar batang semu sekitar 80 cm dan diameter batang semu sekitar 26 cm. Pertumbuhan daun pada Mas Kirana agak tegak, sedangkan Ambon merunduk. Mas kirana memiliki bentuk pangkal daun yang satu sisi membulat dan sisi yang lain meruncing, sedangkan Ambon kedua sisi pangkal daunnya membulat. Bentuk penampang melintang tangkai daun pada Mas Kirasa terbuka dengan tepi lurus tegak, sedangkan pada Ambon terbuka lebar dengan tepi tegak. Bentuk jantung Mas Kirana seperti gasing, sedangkan Ambon seperti tombak. Mas Kirana memiliki bentuk pangkal braktea agak melebar dengan ujung yang membelah, sedangkan Ambon memiliki pangkal braktea yang melebar dengan ujung agak runcing. Mas Kirana memiliki panjang helaian braktea sekitar 18 cm dengan lebar sekitar 10 cm, sedangkan Ambon memiliki panjang helaian braktea sekitar 36 cm dengan lebar 12 cm. Pola pelepasan braktea pada Mas Kirana menggulung, sedangkan pada Ambon tidak menggulung. Panjang tangkai tandan pada Mas Kirana sekitar 57 cm, sedangkan pada Ambon sekitar 66 cm. Bentuk buah Mas Kirana lurus, sedangkan Ambon lurus dan terdapat bengkokan. Panjang buah Mas Kirana sekitar 10 cm, sedangkan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
Ambon sekitar 18 cm. Bentuk ujung buah Mas Kirana tumpul, sedangkan Ambon runcing memanjang. Jumlah buah dalam satu sisir Mas Kirana sekitar 18 buah, sedangkan Ambon sekitar 20 buah. panjang tangkai buah Mas Kirana sekitar 2 cm, sedangkan Ambon sekitar 1 cm. Berat buah Mas Kirana sekitar 90 g, sedangkan Ambon sekitar 133 g. Jumlah sisir Mas Kirana dalam satu tandan sekitar 7 sisir, sedangkan ambon sekitar 11 sisir. T.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Mas Kirana dan M. paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Mas Kirana dapat dibedakan dengan M. paradisiaca
L. var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Mas Kirana memiliki tinggi tanaman sekitar 600 cm, sedangkan Agung Semeru sekitar 700 cm. Mas Kirana memiliki anakan sekitar 6 anakan, sedangkan Agung Semeru sekitar 3 anakan. tinggi batang semu Mas Kiraan sekitar 325 cm, dengan lingkar sekitar 47 cm dan diameter sekitar 14 cm, sedangkan Agung Semeru tinggi batang semunya sekitar 442 cm dengan lingkar sekitar 66 cm dan diameter sekitar 20 cm. Arah tumbuh daun Mas kirana agak tegak, sedangkan Agung Semeru merunduk. Bentuk daun Mas Kirana lanset, sedangkan Agung Semeru memanjang. Bentuk pangkal daun satu sisi membulat dengan sisi yang lain meruncing, sedangkan Agung Semeru kedua sisinya membulat. Mas Kirana memiliki panjang helaian daun sekitar 335 cm dengan lebar sekitar 88 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang helaian daun sekitar 252 cm dengan lebar sekitar 90 cm. Permukaan atas daun Mas Kirana kusam sedangkan Agung Semeru mengkilat. Jumlah daun dalam satu pohon Mas Kirana sekitar 8 helaian daun, sedangkan pada Agung Semeru sekitar
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
7 helaian daun. Tipe bentuk pangkal daun Mas Kirana adalah terbuka dengan tepi lurus tegak, sedangkan Agung Semeru terbuka lebar dengan tepi tegak. Bentuk jantung Mas Kirana seperti gasing, sedangkan Agung Semeru seperti tombak. Bentuk pangkal braktea pada Mas Kirana agak melebar, sedangkan pada Agung Semeru melebar. Laju warna braktea pada Mas Kirana seragam, sedangkan Agung Semeru berbeda atau tidak seragam. Mas Kirana memiliki panjang helaian braktea 18 cm dan lebar helaian braktea sekitar 10 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang helaian braktea 76 cm dan lebar helaian braktea sekitar 20 cm. Pola pelepasan braktea Mas Kirana menggulung, sedangkan Agung Semeru tidak menggulung. Mas Kirana memiliki Panjang tandan sekitar 57 dan diameternya sekitar 5 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tandan sekitar 33 cm dan diameternya sekitar 7 cm. Bentuk buah Mas Kirana lurus, sedangkan Agung Semeru lurus dan memiliki bengkokan. Mas Kirana memiliki panjang buah sekitar 10 cm dengan diameter sekitar 3 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang buah sekitar 26 cm dengan diameter sekitar 6 cm. Bentuk ujung buah Mas Kirana tumpul, sedangkan Agung Semeru runcing memanjang. Kulit buah Mas Kirana termasuk sedang, sedangkan Agung Semeru termasuk tebal. Jumlah buah Mas Kirana dalam satu sisir sekitar 18 buah, sedangkan Agung Semeru sekitar 9 buah. Mas Kirana memiliki panjang tangkai buah sekitar 2 cm dengan diameter 1 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tangkai buah sekitar 4 cm dengan diameter 2 cm. Berat buah Mas Kirana sekitar 90 g, sedangkan Agung Semeru sekitar 635 g. Dalam satu tandan Mas Kirana memiliki sekitar 7 sisir, sedangkan Agung Semeru memiliki 1 sisir.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
U.
Deskripsi diagnostik diferensial antara M. acuminata C. var. Ambon dan M. paradisiaca L. var. Agung Semeru M. acuminata C. var. Ambon dapat dibedakan dengan M. paradisiaca L.
var. Agung Semeru karena M. acuminata C. var. Ambon memiliki tinggi tanaman sekitar 678 cm, sedangkan Agung Semeru sekitar 737 cm. Ambon memiliki tinggi batang semu sekitar 385 cm, lingkar batang semu 80 cm, dan diameter sekitar 26 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki tinggi batang semu sekitar 442 cm, lingkar batang semu 66 cm, dan diameter sekitar 20 cm. Bentuk daun Ambon lanset, sedangkan Agung Semeru memanjang. Ambon memiliki panjang helaian daun sekitar 344 cm dengan lebar sekitar 88 cm, sedangkan pada Agung Semeru memiliki panjang helaian daun sekitar 252 cm dengan lebar sekitar 90 cm. Tekstur permukaan atas daun Ambon kusam, sedangkan Agung Semeru mengkilat. Jumlah daun dalam satu pohon Ambon sekitar 8 helaian daun, sedangkan Agung Semeru sekitar 7 helaian. Bentuk ujung braktea pada Ambon agak runcing, sedangkan Agung Semeru membelah. Laju warna pada braktea pada Ambon seragam, sedangkan pada Agung Semeru berbeda atau tidak seragam. Ambon memiliki panjang helaian braktea sekitar 36 cm dengan lebar sekitar 12 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang helaian braktea sekitar 76 cm dengan lebar sekitar 20 cm. Ambon memiliki panjang tandan sekitar 66 cm dengan diameter sekitar 5 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tandan braktea sekitar 33 cm dengan lebar sekitar 7 cm. Ambon memiliki panjang buah sekitar 18 cm dengan diameter sekitar 3 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang buah braktea sekitar 26 cm dengan diameter sekitar 6 cm. Kulit buah Ambon
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
termasuk sedang, sedangkan Agung Semeru termasuk tebal. Ambon memiliki panjang tangkai buah sekitar 1 cm dengan diameter sekitar 1 cm, sedangkan Agung Semeru memiliki panjang tangkai buah sekitar 4 cm dengan diameter sekitar 2 cm. Berat buah Ambon sekitar 133 g, sedangkan Agung Semeru sekitar 635 g. Dalam satu tandan Mas Kirana memiliki sekitar 11 sisir, sedangkan Agung Semeru sekitar 1 sisir.
Tabel 4.1 Tabel gambar yang menunjukkan karakteristik morfologi tiap varietas sampel No. Karakteristik Varietas sampel 1. Bercak M. acuminata C. var. M. acuminata C. var. M. acuminata C. var. batang Kongkong Susu Kavendis semu
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
2.
Helaian Daun
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Ambon
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
3.
Pangkal daun
M. acuminata C. var. Kongkog
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
4.
Tipe Pangkal tangkai daun
M. acuminata C. var. Kongkog
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
5.
Helaian braktea
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Barlian
SKRIPSI
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102
6.
Pangkal braktea
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
7.
Ujung braktea
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103
8.
Penampang melintang buah
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
9.
Buah
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
M. paradisiaca L. var. Agung Semeru
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No
Karakter
Tabel 4.2 Tabel karakter varietas sampel
Karakteristik
1.
Habitus
1. 2. 3. 1.
2.
Batang semu
2. 3. 4. 5.
6.
Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm)
M. acuminata C. var. Kongkong
M. acuminata C. var. Susu
M. acuminata C. var. Kavendis
M. acuminata C. var. Barlian
M. acuminata C. var. Mas Kirana
M. acuminata C. var. Ambon
Herba besar
Herba besar
Herba besar
Herba besar
Herba besar
Herba besar
M. paradisiaca L. var. Agung semeru Herba besar
± 674.1
± 431.3
± 736.77
± 431.53
± 673.63
± 678.5
± 737.27
±4
±6
±5
±2
±6
±5
±3
Silindris
Silindris
Silindris
Silindris
Silindris
Silindris
Silindris
Springgreen4 (614)
Yellowgreen (657)
Green3 (257)
Chartreuse2 (49)
Lightsalmon4 (428)
Darkolivegree n4 (89)
Bercak jelas
Bercak jelas
Bercak tidak begitu jelas
Bercak jelas
Bercak jelas
Olivedrab (493) Bercak tidak begitu jelas
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
± 412.9
± 220.53
± 408.97
± 246.5
± 325.73
± 385.27
± 442.4
± 50.9
± 50.43
± 77.10
± 39.1
± 47.27
± 80.4
± 66.1
Bercak jelas
104 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
3.
Daun
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7.
Diameter batang semu (cm)
± 16.2
± 16.10
± 24.30
±12.23
± 14.97
± 26.03
± 20.63
1.
Tipe pertumbuha n daun
Merunduk
Merunduk
Merunduk
Merunduk
Agak tegak
Merunduk
Merunduk
2.
Warna permukaan atas daun
Darkgreen (81)
Darkolivegree n4 (89)
Green4 (258)
Darkgreen (81)
Chartreuse4 (51)
Seagreen (574)
Darkseagreen4 (89)
3.
Warna permukaan bawah daun
Olivedrab3 (496)
Olivedab1 (494)
Darkolivegree n3 (88)
Darkolivegree n2 (87)
Olivedrab3 (496)
Olivedrab3 (496)
Limegreen (448)
4.
Bangun daun
Lanset
Lanset
Lanset
Lanset
Lanset
Lanset
Memanjang
5.
Ujung daun
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
Membulat
105 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kedua sisi meruncing
Satu sisi membulat yang lain meruncing
Kedua sisi meruncing
Satu sisi membulat yang lain meruncing
Satu sisi membulat yang lain meruncing
Keuda sisi membulat
Kedua sisi membulat
6.
Pangkal daun
7.
Tepi daun
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
8.
Tebal daun (cm)
± 0.1
± 0.11
± 0.13
± 0.12
± 0.25
± 0.13
± 0.20
9.
Panjang helaian daun (cm)
± 351.2
± 268.97
± 313.33
± 155.77
± 335.30
± 344.77
± 252.87
10.
Lebar helaian daun (cm)
± 90.4
± 77.07
± 102.33
± 45.53
± 90.47
± 88
± 90.83
11.
Rasio daun
±3.9
± 3.48
± 3.06
± 3.42
± 3.71
± 3.92
± 2.77
12.
Tonjolan tulang daun
Sangat menonjol
Sangat menonjol
Sangat menonjol
Sangat menonjol
Sangat menonjol
Sangat menonjol
Sangat menonjol
106 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13.
Tekstur permukaan atas daun
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Mengkilat
14.
Tekstur permukaan bawah daun
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
15.
Jumlah daun dalam satu pohon
± 10
± 10
±7
±6
±8
±8
±7
16.
Warna tangkai daun
Chartreuse (48)
Darkolivegree n2 (87)
Olivedrab3 (496)
Chartreuse3 (50)
Yellowgreen (657)
Darkolivergree n2 (87)
Darkolivegree n4 (89)
17.
Bentuk penampang melintang tangkai daun
Terbuka lebar dengan tepi tegak
Terbuka lebar dengan tepi tegak
Terbuka dengan tepi mengembang
Terbuka dengan tepi mengembang
Terbuka dengan tepi lurus tegak
Terbuka lebar dengan tepi tegak
Terbuka lebar dengan tepi tegak
18.
Panjang tangkai daun (cm)
± 45.8
± 48.50
± 57.60
± 39
± 45.63
± 46.03
± 44.33
107 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19. 1. 2. 3.
4.
Jantung
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea
± 4.5
±4
± 5.72
± 3.73
± 4.4
± 4.65
± 4.68
Majemuk Agak memanjang
Majemuk Agak memanjang
Majemuk
Majemuk
Majemuk
Majemuk
Majemuk
Seperti tombak
Seperti gasing
Seperti gasing
Agak melebar
Agak melebar
Sempit
Melebar
Agak melebar
Melebar
Melebar
Membelah
Agak runcing
Tumpul
Membelah
Membelah
Agak runcing
Membelah
Violetred4 (645)
Indianred (372)
Palevioletred4 (528)
Lightpink4 (423)
Indianred4 (376)
Orangered4 (507)
Violetred4 (645)
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
Berbeda
± 25.29
± 35.20
± 28.77
± 17.30
± 18.63
± 36.77
± 76.37
± 10.81
± 15.37
± 12.33
± 9.33
± 10.14
± 12.93
± 20.03
± 2.33
± 2.28
± 2.33
± 1.85
± 1.84
± 2.84
± 3.78
Seperti tombak Seperti tombak
108 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10.
11.
12.
13.
14.
5.
Buah
1. 2. 3. 4. 5.
Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm) Warna tangkai tandan Bentuk buah Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Jelas
Tidak menggulung
Tidak menggulung
Tidak menggulung
Menggulung
Menggulung
Tidak menggulung
Tidak menggulung
± 63.20
± 47.77
± 58.43
± 31.37
± 57.40
± 66.33
± 33
± 6.96
± 4.88
± 6.83
± 4.20
± 5.73
5.81
7.17
Darkolivegree n3 (88)
Palegreen4 (518)
Yellowgreen (657)
Oliverdarb3 (496)
Darkolivergree n1 (86)
Darkolivegree n3 (88)
Darkolivegree n4 (89)
Membengkok
Lurus, bengkok pada ujung
Lurus. bengkok pada ujung
Lurus. tidak bengkok
Lurus. tidak bengkok
Lurus. bengkok pada ujung
Lurus. bengkok pada ujung
± 12.93
± 10.88
± 16.53
± 8.93
± 10.78
± 18.37
± 26.13
± 3.26
± 3.25
± 3.66
± 2.89
± 3.44
± 3.56
± 6.43
± 3.96 Sedikit menonjol
± 3.35
± 4.55 Sedikit menonjol
± 3.08
± 3.12 Sedikit menonjol
± 5.17 Sedikit menonjol
± 4.07 Sedikit menonjol
Bulat
Bulat
109 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13. 14. 15. 16.
Bentuk ujung buah Warna kulit buah muda Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Runcing memanjang Darkolivegree n3 (88) Darkolivegree n1 (86)
Runcing memanjang Darkolivegree n3 (88)
Tumpul
Leher botol
Tumpul
Leher botol
Tumpul
Darkolivegree n3 (88) Olivedrab2 (495)
Olivedrab3 (496)
Olivedrab3 (496)
Darkolivegree n3 (88)
Darkolivegree n4 (89)
Yellow2 (654)
Gold (142)
Yellow2 (654)
Yellow1 (653)
± 0.18
± 0.09
± 0.20
± 0.19
± 0.19
± 0.20
± 0.4
Khaki (382)
Lemonchiffon 1 (395)
Khaki (382)
Khaki (382)
Khaki (382)
Khaki (382)
Khaki (382)
± 10
± 10
± 12
± 15
± 18
± 20
±9
± 1.24
± 1.06
± 1.71
± 1.51
± 2.01
± 1.18
± 4.77
± 1.11
± 0.91
± 1.36
± 0.95
± 1.12
± 1.28
± 2.13
± 86.67
± 61.67
± 156
± 47
± 90.33
± 133
± 635
± 12
± 12
± 10
±9
±7
± 11
±1
Tidak ada biji
Tidak ada biji
Tidak ada biji
Tidak ada biji
Tidak ada biji
Tidak ada buah
Tidak ada biji
Yellow1 (653)
110 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111
4.1.3 Pengenalan varietas M. acuminata C. dengan kunci determinasi Karakter morfologi yang didapat pada pengamatan tujuh sampel dengan enam varietas M. acuminata C. Dan satu varietas M. paradisiaca L. digunakan sebagai dasar untuk membuat deskripsi dan kunci identifikasi. Deskripsi dan kunci identifikasi bertujuan untuk mengetahui identitas suatu tumbuhan. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan yang jawabannya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi. Kunci identifikasi memiliki sepasang pertanyaan yang saling bertentangan (kuplet) dan masing-masing satu pertanyaan (bait/lead). Analisis data secara deskripstif dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kunci identifikasi. Kunci identifikasi varietas M. acuminata C. : 1. a. b.
SKRIPSI
Bangun daun tidak memanjang……..…………................................................2 Bangun daun memanjang…................M. acuminata C. var. Agung Semeru
2. a.
Bercak batang semu jelas……………………………………………………...3
b.
Bercak batang semu tidak jelas………………………………………………..4
3. a.
Pangkal braktea tidak melebar……..…….........M. acuminata C. var. Kavendis
b.
Pangkal braktea melebar……..……………........ M. acuminata C. var. Ambon
4. a.
Penampang melintang tidak bulat…...……………...........................................5
b.
Penampang melintang bulat………………………..………..……………..… 6
5. a.
Bentuk buah tidak membengkok………..… M. acuminata C. Var. Mas Kirana
b.
Bentuk buah membengkok...…………......M. acuminata C. var. Kongkong
6. a.
Braktea tidak menggulung…...……..……….… M. acuminata C. var. Susu
b.
Ujung braktea tumpul…….…………..………M. acuminata C. var. Barlian
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
4.1.4 Analisis variasi karakteristik pada varietas M. acuminata C. berdasarkan metode fenetik Setelah mengetahui perbedaan karakter dari enam varietas M. acuminata C. berdasarkan karakter morfologinya secara deskriptif, data karakteristik selanjutnya dianalisis kembali dengan menggunakan program komputer. Analisis dengan metode fenetik bertujuan untuk mengetahui pengelompokan hubungan enam varietas dari M. acuminata C. dan satu varietas dari M. paradisiaca L. berdasarkan 59 karakteristik. Limapuluh sembilan karakteristik yang digunakan meliputi tiga karakteristik perawakan, tujuh karakteristik batang semu, Sembilan belas karakteristik daun, empat belas karakteristik bunga, dan enam belas karakteristik buah. Data karakteristik dinilai secara numerik dengan melakukan skoring. Pemberian skor berdasarkan ketentuan yang terdapat pada lampiran 1. Pengelompokan enam varietas M. acuminata C. dan satu varietas M. paradisiaca L. dilakukan menggunakan analisis Classify Hierarchial Cluster dan analisis PCA (Principal Component Analysis). Data karakteristik yang telah diproses dengan program komputer IBM SPSS 22.0 akan menghasilkan nilai indeks kesamaan antar sampel yaitu Proximility Matrix (Tabel 4.3). Data yang telah ada pada tabel Proximility Matrix selanjutnya akan disambung dengan hasil nilai koefisien pengelompokan kesamaan karakteristik morfologi sampel yang didapatkan dari Agglomerative (pendekatan penggabungan) berdasarkan klaster (Tabel 4.4) yaitu Average Linkage.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.3 Tabel Proxymility Matrix (Nilai kesamaan)
Keterangan : K1 K2 K3 M1 M2 M3
: : : : : :
Kongkong1 Kongkong2 Kongkong3 Mas Kirana1 Mas Kirana2 Mas Kirana 3
S1 S2 S3 A1 A2 A3
: : : : : :
Susu1 Susu2 Susu3 Ambon 1 Ambon 2 Ambon 3
KA1 KA2 KA3 AS1 AS2 AS3
: : : : : :
Kavendis1 Kavendis2 Kavendis3 Agung Semeru1 Agung Semeru2 Agung Semeru3
BA1 BA2 BA3
: : :
Barlian1 Barlian2 Barlian3
113 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
Tabel 4.3 menunjukkan nilai kesamaan diantara sampel yang diamati. Dari tabel tersebut didapatkan beberapa spesimen yang memiliki nilai kesamaan yang beragam. Nilai kesamaan terendah adalah 0,077 yaitu antara sampel AS1 dan S2. Nilai ini menunjukkan bahwa antar varietas tersebut memilik banyak perbedaan karakter. Sedangkan dengan adanya nilai kesamaan yang lebih tinggi maka karakter yang dimiliki oleh sampel memiliki cukup banyak kesamaan. Kesamaan karakter yang dimiliki dapat memperlihatkan bagaimana kedekatan hubungan kekerabatan pada varietas sampel.
Tabel 4.4 Tabel koefisien Average Linkage
Keterangan: 1. Angka yang terdapat pada kolom Cluster 1 dan Cluster 2 menunjukkan angka dari varietas yang dibandingkan.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
2. Angka yang terdapat pada kolom Coeffisients menunjukkan besarnya kesamaan morfologi dari dua varietas (OTU) yang dibandingkan serta menyebabkan kedua varietas (OTU) yang dibandingkan tersebut tergabung dalam satu kelompok. Berikut dendrogram yang terbentuk dari data pada tabel 4.4. :
Gambar 4.50 Dendrogram hubungan antara enam varietas M. acuminata C. berdasarkan analisis karakteristik morfologi Keterangan : 1 : Kongkong1 2 : Kongkong2 3 : Kongkong3 4 : Susu1 5 : Susu2 6 : Susu3 7 : Kavendis1 8 : Kavendis2 9 : Kavendis3
SKRIPSI
10 11 12 13 14 15 16 17 18
: : : : : : : : :
Barlian1 19 : Agung Semeru1 Barlian2 20 : Agung Semeru2 Barlian3 21 : Agung Semeru3 Mas Kirana1 Mas Kirana2 Mas Kirana 3 Ambon 1 Ambon 2 Ambon 3
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
Berdasarkan dendrogram, dengan nilai koefisien 0,227 didapatkan dua kelompok yaitu kelompok A yang beranggotakan Mas Kirana, Kongkong, Susu, Barlian, Ambon, dan Kavendis, serta kelompok B beranggotakan Agung Semeru. Kelompok A memisah pada nilai koefisien 0,314 menjadi kelompok C dan D, kelompok C yang beranggotakan Mas Kirana, Kongkong, dan Susu, serta kelompok D yang beranggotakan Barlian, Ambon dan Kavendis. Kelompok D memisah kembali pada nilai koefisien 0,361 menjadi kelompok G dan H, kelompok G yang beranggotakan Barlian, serta kelompok H yang beranggotakan Ambon dan Kavendis. Kelompok C memisah kembali pada nilai koefisien 0,408 menjadi kelompok E dan F, kelompok E yang beranggotakan Mas Kirana, serta kelompok F yang beranggotakan Kongkong dan Susu. Nilai koefisien yang paling tinggi yang memisahkan dua varietas yaitu pada pisang varietas Susu dan varietas Kongkong sebesar 0,524. Analisis Classify Hierarchial Cluster dengan hasil tabel indeks kesamaan, Average Linkage, dan dendrogram dapat dikonfirmasi kembali dengan menggunakan analisis PCA (Principal Component Analysis). Hasil analisis PCA (Principal Component Analysis) menunjukkan nilai yang menyebabkan sampel yang diamati berada dalam satu kelompok atau tidak dalam satu kelompok. Nilai pada analisis PCA (Principle Component Analysis) yang didapatkan dari hasil analisis perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh setiap varietas pada tabel skoring. Karakteristik yang menunjukkan kesamaan pada seluruh sampel tidak digunakan untuk menentukan nilai dari analisis PCA (Principal Component
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117
Analysis). Hanya karakter yang seluruh varietasnya memiliki perbedaan saja yang digunakan dalam analisis ini. Tabel 4.5 Nilai komponen utama karakteristik sampel varietas Component Matrixa
Jumlah sisir dalam satu tandan Berat buah Diameter tangkai buah Panjang tangkai buah Jumlah buah dalam satu sisir Warna daging buah Tebal kulit buah Bentuk buah Panjang buah Diameter buah Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah Warna buah muda Warn buah masak Warna tangkai tandan Panjang tangkai tandan Diameter tangkai tandan Panjang braktea Lebar braktea Rasio braktea Laju warna pada braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Tinggi tanaman Jumlah anakan Warna batang semu Bercak batang semu Tinggi batang semu Lingkar batang semu Diameter batang semu Warna permukaan atas Warna permukaan bawah
SKRIPSI
Component 1 2 -.604 .648 .945 -.166 .838 -.323 .815 -.526 -.229 .032 -.362 .088 .749 -.279 .342 .596 .941 .169 .905 -.180 .479 .534 -.676 -.369 -.854 -.184 -.443 .393 -.121 -.685 -.085 .138 -.116 .823 .744 .194 .751 .145 .550 -.079 .881 .062 -.815 .526 .118 -.552 -.152 .397 .824 .266 .064 .401 -.311 .386 -.256 -.702 .754 .251 .549 .661 .631 .545 .411 .572 .059 .431
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
3 -.207 -.167 .180 -.159 .412 -.473 .091 -.326 -.161 -.003 -.234 -.581 -.237 -.448 .250 -.605 .430 .254 -.503 -.497 -.364 .159 .432 .078 .416 .304 -.014 .030 .285 .053 -.013 -.477 .415
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
Arah tumbuh daun Bangun daun Bentuk pangkal daun Tebal daun Panjang helaian daun Lebar helaian daun Rasio helaian daun Tekstur permukaan daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun Ujung tangkai daun Panjang tangkai daun Lebar tangkai daun Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Tipe pelepasan braktea
.193 -.815 -.407 .304 .259 .618 -.438 .815 -.231 .275 .079 .130 .402 .121 -.145 .545
.215 .526 .392 -.448 .693 .595 .563 -.526 .520 -.069 -.060 .651 .538 .545 .549 .603
-.909 .159 .146 .727 .571 .424 .379 -.159 -.030 .627 .627 .071 .218 -.495 .277 -.490
Keterangan : 1. Karakteristik yang mempunyai nilai ≥ 0,750 yang berarti karakteristik tersebut mempunyai pengaruh yang kuat dalam pengelompokan sampel varietas. 2. Karakteristik yang mempunyai nilai 0,500≤ x ≤ 0,750 yang berarti karakteristik tersebut cukup mempunyai pengaruh dalam pengelompokan.
Pada Tabel 4.5 komponen matrix PCA (Principal Component Analysis) terdapat 3 komponen utama, yaitu komponen 1, komponen 2, dan komponen 3. Komponen 1 merupakan komponen yang memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap pemisahan sampel varietas. Komponen 2 merupakan komponen karakteristik pendukung pertama yang mendukung komponen 1, dan komponen 3 merupakan komponen karakteristik pendukung kedua yang mendukung komponen 1. Karakteristik pada tabel 4.5 yang mempunyai nilai ≥ 0,750 merupakan karakteristik yang paling berpengaruh terhadap pengelompokan sampel varietas M. acuminata C. dan outgroup. Karakteristik yang memiliki nilai
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119
0,500≤ x ≤ 0,750 merupakan karakteristik yang cukup memiliki pengaruh terhadap pengelompokan sampel varietas M. acuminata C. dan outgroup. Sedangkan karakteristik yang memiliki nilai ≤ 0,500 merupakan karakteristik yang tidak berngaruh kuat terhadap pengelompokan M. acuminata C. dan outgroup. Karakteristik yang berpengaruh kuat terhadap pengelompokan M. acuminata C. dan outgroup (karakteristik yang memiliki nilai ≥0,750) antara lain adalah berat buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai tandan, panjang braktea, rasio braktea, laju warna braktea, tinggi tanaman, tinggi batang semu, arah tumbuh daun, bangun daun, dan tekstur permukaan atas daun.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Varietas M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang Kabupaten Lumajang sendiri dikenal sebagai penghasil pisang terbesar di Jawa Timur. Pasrujambe merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Lumajang yang menghasilkan pisang terbanyak pada tahun 2013. Jenis pisang yang ada di Kecamatan Pasrujambe beragam, namun yang masuk dalam spesies M. acuminata C. ada 6 varietas yaitu, varietas Kongkong, varietas Susu, varietas Kavendis, varietas Barlian, varietas Mas Kirana, dan varietas Ambon. Menurut Prahardini et al., (2010) pisang Mas Kirana termasuk dalam spesies M. acuminata C., menurut Hapsari et al., (2015) pisang Ambon dan pisang Kongkong masuk
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120
dalam spesies M. acuminata C., menurut Amilda (2014) pisang Barlian dan Susu masuk dalam spesies M. acuminata C., menurut Nayoan et al., (2014) pisang Susu dan Kavendis masuk dalam spesies M. acuminata C., sedangkan untuk sampel outgroup diamati di Kecamatan Senduro yang juga merupakan wilayah penghasil pisang di Kabupaten Lumajang. Yang digunakan sebagai outgroup adalah pisang Agung Semeru yang merupakan varietas dari spesies M. paradisiaca L.. Pisang Agung Semeru dipilih karena pisang varietas ini banyak ditanam oleh petani sehingga tidak sulit untuk mendapatkan sampel varietasnya. Serta jika dilihat dari kenampakan morfologinya terlihat jelas perbedaan karakteristik yang ada pada varietas Agung Semeru dengan varietas dari kelompok sampel. Informasi nama varietas-varietas didapatkan dari petani sekitar. Petanipetani di Kecamatan Pasrujambe ini sering diberi pelatihan tentang jenis-jenis pisang, perawatan tanaman pisang dan pengetahuan tentang pertanian oleh pemerintah setempat. Bibit pisang yang mereka tanam juga telah memiliki setifikat serta label dari Dinas Pertanian dan jelas varietasnya, serta dikonfirmasi kembali melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim). Umumnya mereka mengenali jenis-jenis pisang yang ada di daerahnya hanya melihat dari bentuk buahnya atau terkadang perawakannya. Jarang petani atau warga sekitar yang mengetahui bagaimana ciri khas yang dimiliki oleh suatu varietas dari karakter batang semu, daun, ataupun bunganya. Banyak penelitian yang dilakukan di daerah Kabupaten Lumajang mengenai jenis atau varietas-varietas pisang. Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kecamatan Gucialit oleh Arifin et al., (2015) terdapat 30 jenis
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121
pisang. Keanekaragaman varietas pisang di Kabupaten Lumajang cukup tinggi. Dikarenakan banyaknya keanekaragaman pisang di Kabupaten Lumajang, maka Kabupaten digunakan sebagai tempat dilaksanakannya penelitian ini. 4.2.2 Hubungan kekerabatan antar varietas M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang Enam sampel varietas spesies M. acuminata C. dan satu varietas M. paradisiaca L. yang diteliti dalam penelitian ini memiliki tiga kali pengulangan setiap varietasnya menggunakan tiga pohon berbeda. Pengulangan ini perlu dilakukan agar data yang didapat lebih akurat. Pengulangan dilakukan disesuaikan dengan ketersediaan sampel di tempat penelitian dan kebutuhan penelitian. Pemilihan individu varietas yang diamati dipilih yang ukurannya dan pertumbuhannya secara umum hampir sama, serta dalam kondisi yang baik dan lengkap bagiannya. Kelengkapan bagian dari tanaman ini meliputi perawakan tanaman, batang semu, helaian daun, jantung/bunga, dan buah. Suatu bukti morfologi dapat digunakan sebagai penentu hubungan kekerabatan (Arrijani, 2003). Bukti-bukti morfologi yang ada akan diolah dengan menggunakan metode fenetik. Menurut Irawan (2011) yang dinamakan metode pendekatan fenetik merupakan pendekatan untuk menentukan kekerabatan yang didasarkan pada kesamaan karakter. Pendekatan fenetik hanya berdasarkan pada kesamaan karakter yang dimiliki masing-masing tanpa melihat sejarah keturunannya (Stuessy, 1990). Jadi dalam metode ini hanya dapat melihat hubungan kekerabatannya saja berdasarkan kesamaan karakter morfologi yang dimiliki bersama. Dapat disimpulkan secara sederhana, jika suatu organisme
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122
memiliki karakteristik yang sama maka diasumsikan organisme tersebut memang berkerabat dekat. Berdasar pada data morfologi yang dilanjutkan dengan analisis fenetik yaitu melalui Classify Hierarchial Cluster. Analisis dengan program komputer IBM SPSS 22.0 yang menghasilkan beberapa tabel antaralain Proximility Matrix dan Average Linkage. Dengan nilai-nilai yang didapat dari analisis tersebut dapat terbentuk suatu dendrogram. Pada hasil dendrogram terlihat bahwa pengulangan setiap sampel varietas berada dalam satu kelompok berdasarkan kesamaan karakter yang dimiliki bersama. Dengan adanya hal ini maka dapat diketahui bahwa memang benar terbukti adanya persamaan karakter morfologi dapat mengelompokan beberapa sampel menjadi dalam satu kelompok. Menurut Sunaryanti (2012) kedekatan hubungan kekerabatan yang dimiliki oleh jenis sampel dapat dilihat dari kontruksi dendogram yang terbentuk. Dalam penelitian ini digunakan dendrogram sebagai penunjuk hubungan kekerabatan. Terbentuknya dendrogam merupakan hasil dari karakterisasi yang dasarnya merupakan data sebagian kualitatif dan sebagian kuantitatif dikonversi seluruhnya menjadi data kuantitatif atau numerik. Konversi data tersebut disebut proses Skoring. Skoring dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis. Susunan Skoring tersebut seperti yang telah terlampir di lampiran 3. Deretan angka yang ada pada tabel Skoring merupakan kode numerik yang nantinya dapat dianalisis. Dendrogram merupakan hasil akhir dari berbagai serangkaian analisis. Pada tabel kesamaan Proxymility Matrix, dituliskan seberapa besar nilai kesamaan yang dimiliki antar varietas sampel yang dipakai. Nilai pada tabel tersebut
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123
bergantung pada nilai skoring, saat sebagian besar nilai skoring yang dimiliki varietas tersebut sama dengan varietas lain, maka nilai yang muncul pada tabel tersebut akan mendekati angka satu dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan pada tabel Average Linkage menunjukkan pada titik mana varietas sampel yang dipakai berpisah. Berpisah disini maksudnya adalah varietas-varietas sampel yang diamati berpisah satu sama lain dan mengelompok pada kelompok yang memiliki nilai kesamaan tinggi. Nilai koefisien pada tabel Average Linkage dapat menunjukkan titik berpisahnya atau titik mengelompoknya sampel-sampel tersebut. Dengan pengolahan nilai skoring menjadi dua tabel tersebut, maka dapat terbentuklah susunan dendrogram. Dendrogram sendiri bentukannya bercabang-cabang menyerupai sel syaraf. Hasil dari dendogram menunjukkan ada kelompok yang berpisah dikarenakan nilai koefisien yang cukup rendah pada 0,227 yaitu, kelompok A dan kelompok B. kelompok A menunjukkan bahwa seluruh anggotanya merupakan spesies M. acuminata C. dan kelompok B merupakan anggota dari spesies M. paradisiaca L.. Berpisahnya kelompok A dan B meunjukkan bahwa karakteristik yang dimiliki dua spesies tersebut memang cukup berbeda, sehingga memiliki nilai koefisien yang rendah. Misalnya pada karakteristik bangun daun yang dari kedua kelompok tersebut sangat berbeda. Anggota dari kelompok B memiliki bangun daun yang memanjang, sedangkan pada kelompok A memiliki bentuk daun yang lanset. Pada kelompok A memisah menjadi kelompok C dan D pada nilai koefisien 0,314. Kelompok D terpisah terlebih dahulu pada nilai koefisien 0,361 yang beranggotakan kelompok G dan H. kelompok G beranggotakan
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124
varietas Barlian, kelompok H beranggotakan varietas Ambon dan Kavendis. Pada kelompok C memisah kembali pada nilai koefisien 0,408 yang membentuk kelompok E dan F. Kelopmpok E beranggotakan varietas Mas Kirana, kelompok H beranggotakan varietas Kongkong dan Susu. Dengan adanya sampel varietas yang ada dalam satu kelompok menunjukkan kedekatan hubungan kekerabatan antar sampel varietas. Hubungan kekerabatan terdekat pada dendrogram yang terbentuk adalah antara varietas Susu dan Kongkong serta Ambon dan Kavendis dengan nilai koefisien 0,524. Dengan adanya hasil dendrogram varietas Kongkong memiliki hubungan kekerabatan cukup dekat dengan varietas Susu jika dibandingkan dengan varietas Mas Kirana atau dengan varietas yang lain. Hubungan kekerabatan yang sama seperti Kongkong dan Susu juga terlihat pada Kavendis dan Ambon. Beberapa kesamaan karakter yang dimiliki oleh varietas Kongkong dan Susu yang menyebabkan mereka berada dalam satu kelompok adalah karakteristik lingkar batang semu, diameter batang semu, tebal daun, rasio daun, jumlah daun dalam satu pohon, bentuk penampang melintang tangkai daun, dan karakteristik lainnya sesuai dengan hasil skoring. Begitu pula pada varietas lain yang berada dalam satu kelompok pasti memiliki beberapa karakteristik yang sama dalam kelompok tersebut. Dalam dendrogram juga terlihat jelas berpisahnya spesies M. acuminata C. dengan M. paradisiaca L.. Beberapa karakteristik yang terlihat jelas membedakan kedua spesies itu adalah permukaan daun bagian atas, bentuk daun, laju warna pada brkatea, dan ukuran buah meliputi diameter, panjang dan berat
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125
buah. Seluruh varietas M. acuminata C. dalam penelitian ini memiliki permukaan daun bagian atas yang kusam, sedangkan pada M. paradisiaca L. var. Agung Semeru memiliki permukaan daun bagian atas yang agak mengkilat, serta berat buah yang dimiliki jauh lebih besar jika dibandingkan dengan anggota dari spesies M. acuminata C. dan karakter lain yang membedakan spesies tersebut. Selain menggunakan dendrogram, menurut Siddiqah (2002) nilai kesamaan pada tabel Proximility Matrix dapat menggambarkan sejauh mana hubungan kekerabatan antar kultivar pisang berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Antar kultivar yang mempunyai banyak kesamaan atau kemiripan berarti memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, sebaliknya bila mempunyai banyak perbedaan dalam karakter morfologi berarti hubungan kekerabatannya jauh atau tidak sekerabat. 4.2.3 Karakter
dan
karakteristik
pembeda
dalam
pengelompokan
M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang Karakter dan karakteristik yang telah diamati dapat mempengaruhi pengelompokan dan pemisahan sampel varietas. Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya karakter dan karakteristik tersebut, maka dilakukan analisis PCA (Principle Component Analysis). Analisis PCA (Principal Component Analysis) dapat digunakan untuk mencari karakter dan karakteristik mana yang memiliki nilai kontribusi tinggi, baik dalam kontribusi positif maupun negatif terhadap variasinya (Setiawati, 2014). Karakteristik yang dianggap berpengaruh kuat dalam analisis PCA (Principle Component Analysis) adalah karakteristik dengan nilai ≥ 0,750 dan nilai antara 0,500 ≤ x ≤ 0,750 merupakan karakteristik yang cukup
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126
berpengaruh, dan karakteristik dengan nilai ≤ 0,500 merupakan karakteristik yang kurang berpengaruh dalam pengelompokan sampel varietas. Penentuan angka yang berpengaruh atau tidak dalam suatu tabel PCA, bergantung pada hasil analisis tersebut. Dari 59 karakteristik morfologi yang diamati pada seluruh sampel varietas, 10 karakteristik morfologi seluruh sampel varietas memiliki karakter yang sama, dan 49 karakteristik lainnya sebagai pembeda atau karakteristinya beragam antar varietas sampel. Dalam tabel PCA (Principle Component Analysis) dapat dilihat bagaimana karakteristik tersebut berpengaruh terhadap pengelompokan sampel varietas. Hasil yang muncul pada tebel PCA (Principle Component Analysis) tersebut merupakan hasil analisis dari nilai skoring. Maka nilai-nilai yang ada pada tabel PCA (Principle Component Analysis) tersebut dapat tidak lepas dari hasil skoring dan dendrogram. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen penting untuk mengetahui
bagaimakah
pengaruh
karakter
dan
karakteristik
dalam
pengelompokan sampel varietas yang diamati. Semakin besar angka yang terdapat pada karakteristik, maka pengaruhnya semakin kuat pula dan begitupun sebaliknya jika angka yang muncul pada karakteristik tersebut semakin kecil, maka pengaruh terhadap pemisahan sampel varietas juga semakin lemah. Tanda minus dalam tabel tidak berdampak apapun terhadap nilai karakteristik yang memiliki pengaruh pada pemisahan sampel varietas karena nilai tersebut merupakan harga mutlak. Karakteristik yang berpengaruh dalam pengelompokan meliputi karakter perawakan, batang semu, daun, jantung dan buah. Serta karakteristik yang
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127
mempengaruhi cukup kuat dalam pengelompokan sampel varietas ini antaralain berat buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai tandan, panjang braktea, rasio braktea, laju warna braktea, tinggi tanaman, tinggi batang semu, arah tumbuh daun, bangun daun dan tekstur permukaan atas daun. Hasil dari analisis PCA (Principle Component Analysis)juga dapat dilihat melalui bentuk dendrogram yang terbentuk. Karena adanya nilai PCA (Principle Component Analysis) dan komponen pada PCA (Principle Component Analysis) mempengaruhi pula bentuk dari dendrogram. Misalnya dalam nilai analisis PCA (Principle Component Analysis) diketahui nilai analisis paling tinggi ada pada komponen 1 sebesar 0,945 yaitu, pada karakteristik berat buah yang dapat memisahkan varietas tersebut menjadi beberapa kelompok. Pada kelompok A memiliki berat buah dibawah 220 g, sedangkan pada kelompok B memiliki berat buah yang lebih dari 220 g. Jika hasil analisis tersebut disesuaikan dengan hasil dendrogram maka dapat terlihat bahwa karakteristik tersebut memang berpengaruh dalam pengelompokan sehingga muncul nilai yang tinggi dalam tabel PCA (Principle Component Analysis). Sedangkan nilai 0,909 pada komponen 3 menunjukkan nilai yang cukup tinggi dalam analisis PCA (Principle Component Analysis) nilai tersebut menunjukkan karakteristik arah tumbuh daun. Karakter arah tumbuh daun pada varietas Mas Kirana adalah agak tegak, sedangkan pada seluruh varietas lainnya dalam penelitian ini merunduk. Maka dari itu nilai tinggi pada arah tumbuh daun berada pada komponen 3 karena bukan komponen yang utama mempengaruhi pengelompokan pada varietas-varietas tersebut, namun
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128
merupakan komponen pendukung dalam pengelompokan. Letak nilai yang tinggi dalam setiap komponen berarti sama-sama kuat mempengaruhi, namun jika pada komponen utama maka karakteristik tersebut merupakan komponen utama yang mengelompokkan varietas dan selanjutnya didukung dengan komponen kedua dan ketiga. Banyaknya
karakteristik
yang
dipakai
dalam
penelitian
dapat
mempengaruhi bagaimana hasil dari hubungan kekerabatan sampel tersebut. Semakin banyak karakteristik yang dipakai, maka semakin baik pula kualitas dari hasil penelitian. Ada 59 karakteristik telah diteliti dalam penelitian ini. Hasil dari peneltian ini yang berupa karakter dan karakteristik pembeda pada setiap varietas sangat penting sebagai informasi dasar untuk mengetahui varietas-varietas pisang. Seperti pada karakter buah yaitu karakteristik bentuk buah, Pada umunya melihat varietas hanya dari buah karena lebih mudah diamati. Karakteristik lain dapat juga dipakai sebagai pembeda seperti bercak batang semu. Setiap varietas memiliki bercak batang semu yang khas, seperti jelas atau tidaknya bercak batang semu.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
1. Ada enam varietas M. acuminata C. di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang yaitu, M. acuminata C. var. KongKong, M. acuminata C. var. Susu, M. acuminata C. var. Kavendis, M. acuminata C. var. Barlian, M. acuminata C. var. Mas Kirana, dan M. acuminata C. var. Ambon. 2. Hubungan kekerabatan antar varietas spesies M. acuminata C. ditinjau morfologi dan di visualisasi dedendrogram menghasilkan dua kelompok dengan nilai koefisien 0,211, yaitu kelompok A yang beranggotakan varietas dari spesies M. acuminata C. yaitu KongKong, Susu, Kavendis, Susu, Barlian Mas Kirana, dan Ambon, serta kelompok B yang beranggotakan pisang M. paradisiaca L. var. Agung Semeru. Kelompok A memisah kembali pada nilai koefisien 0,314 menjadi kelompok C dan D, kelompok C yang beranggotakan varietas Mas Kirana, Kongkong, dan Susu, serta kelompok D yang beranggotakan varietas Barlian, Ambon dan Kavendis. Kelompok D memisah kembali pada nilai koefisien 0,361 menjadi kelompok G dan H, kelompok G yang beranggotakan varietas Barlian, serta kelompok H yang beranggotakan varietas Ambon dan Kavendis. Kelompok C memisah kembali pada nilai koefisien 0,408 menjadi kelompok E dan F, kelompok E yang beranggotakan varietas Mas Kirana, serta kelompok F yang beranggotakan varietas Kongkong dan Susu.
129 SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130
3. Karakter dan karakteristik yang dapat membedakan dan mempengaruhi pengelompokkan antar varietas spesies M. acuminata C. dianalisis dengan Analisis PCA (Principal Component Analysis). Karakter yang dapat digunakan sebagai pembeda antara lain adalah perawakan tanaman, daun, jantung/bunga, dan buah. karakteristik yang mempengaruhi pengelompokan terdiri dari berat buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, bentuk ujung buah, panjang tangkai tandan, panjang braktea, rasio braktea, laju warna braktea, tinggi tanaman, tinggi batang semu, arah tumbuh daun, bangun daun, dan tekstur permukaan daun. 5.2
Saran Untuk penelitian yang lebih lanjut karakter yang diamati bisa
ditambahkan. Serta pengulangan pada setiap varietasnya ditambahkan jugsa lebih banyak. Pengambilan sampel yang diamati sebaiknya juga diperhatikan kondisi tanamannya meliputi kondisi perawakan, batang semu, daun, jantung dan buahnya dalam kondisi yang baik dan segar agar hasil penelitian dan dokumentasinya dapat maksimal. Kondisi lingkungan seperti cuaca dan angin yang ada di tempat penelitian atau pengambilan sampel tidak menentu, maka sebaiknya penelitian di jadwalkan dengan baik agar cuaca dan angin dapat mendukung kegiatan penelitian.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1989. Pemuliaan Tanaman 2 . Jakarta. Bima Aksara. Amilda, Y. 2014. Eksplorasi tanaman pisang barangan (M. acuminata) di Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Anggarani, C. 2004. Analisis keragaman dan hubungan kekerabatan serta korelasi antar karakter pada 20 genotipa pisang (Musa sp.) berdasarkan penanda fenotip. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertannian Bogor. Anonim.
2015. Khasiat Jantung petuaideadanpandangan.blogspot.my/. Desember 2015 pukul 9.10.
Pisang. Diakses
http://adanaberkatpada tanggal 29
Anonim. 2000. Pisang (Musa sp.). Jakarta. TTG Budidaya Pertanian. Anonim.
2014. Color. http://msdn.microsoft.com/enus/library/bb980062(v=vs.95).aspx. Diakses pada tanggal 7 Desember pukul 12.05.
Anonim. 2015. Manfaat Pisang Mas Kirana. http://www.pisangmaskirana.com/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2015 pukul 9.10. Arifin, S., Damanhuri, dan Lita S. 2015.Observasi dan karakterisasi pisang (Musa spp.) di Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (6) : 480-486. Arrijani. 2003. Kekerabatan fenetik anggota marga knema, horsfieldia, dan myristica di Jawa berdasarkan bukti morfologi serbuk sari. Jurnal Biodiversitas. 4 (2) : 83-88. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Hal : 375-385. Cahyono, B. 2002. Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta. Kanisus. Champion, J. 1963. Le Bananier. Maisonneuve et Larose eds. Paris, Frence. Champion, J. 1967. Les bananiers et leur culture; tome I: botanique et génétique. SETCO eds. Paris, Frence.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132
Crouch, J. H., Crouch, H. K., Constandt, H., Van, G. A., Breyne, P., Montagu, M. V., Jarret, R. L., dan Ortiz, R. 1999. Comparasion of PCR based molecular marker analyses of Musa breeding populations. Molecular Breeding. (5) : 233-244. Davis, P. H. dan V. H. Heywood. 1973. Principles of Angioperm Taxonomy. New York. Robbert E. K Publisher Company. Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang. 2013. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Buah-buahan. Lumajang. Dinas Pertanian Kab. Lumajang. Dispertan Prov. Kalimanatan Timur. 2013. Budidaya Pisang Kepok. http://dispertan.kaltimprov.go.id/. Diakses pada tanggal 29 Desember 2015 pukul 8.40. Espino, R. C., Jamaludin, S. H., Silayoi, B., dan Nasution , R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 :buah-buahan yang dapat dimakan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Hamidah. 2009. Biosistematika Annona muricata L., Annona squamosal L., dan Annona reticulate L. dengan Pendekatan Numerik. Disertasi. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Hapsari, L., Dewi A. L., Ahmad M. 2015. Album Koleksi Pisang Kebun Raya Purwodadi. LIPI Purwodadi. Hasanudin dan Fitriana. 2014. Hubungan kekerabatan fenetik 12 spesies anggota familia Asteraceae. Jurnal Edubio Tropika Oktober. 2 (2) : 187. Internasional Network for Improvement of Banana Plantain (INIBAP). 2003. Banana Diversity. http://www.inibap.org. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 19.21. Irawan, B. 2011. Diktat Bahan Ajar Biosistematika. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Jones, Jr. S. B., dan Luchsinger, A. E. 1986. Plant Systematic. USA. Mcgraw-hill Book Company, Inc. Kaemmer, D., Fischer, D., Jarret, R. L., Baurens, F. C., Grapin, A., Dambler, D., Noyer, J. L., Lanaud, C., Kahl, G., dan Lagoda P. J. L. 1997. Molecular breeding in the genus Musa: A strong case for STMC marker technology. Euphytica. (96) : 49-63.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133
Khasanah, A. N dan Marsusi. 2014. Karakterisasi 20 kultivar pisang buah domestik (Musa paradisiaca) dari Banyuwangi Jawa Timur. EL-VIVO 2 (1) : 20-27. Kuswanto. 2007. Bertanam Pisang dan Cara Pemeliharaanya. Solo. Deriko. Lamadji, S. 1998. Pemberdayaan sifat morfologi untuk analisis kekerabatan plasma nutfah tebu. Bulletin P3GI. (148) : 17-31 Lawrence, G.H.M. 1955. An Introduction to Plant Taxonomy. Chicago, New York. The Macmillan Company. Luqman, N. A. 2012. Keberadaan jenis dan kultivar serta pemetaan persebaran tanaman pisang (Musa Sp.) pada ketinggian yang berbeda di Pegunungan Kapur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Mayr, E., dan P.D. Ashlock. 1991. Principles of Syatematic Zoology Second Edition. New York. McGraw-Hill, Inc. Musita, N. 2009. Kajian kandungan dan karakteristik pati resisten dari berbagai varietas pisang. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14 (1) : 68-79. Nayoan, I. Y., Nurhayati, dan Puspitasari. 2014. Karakteristik fisikokimia tepung kulit pisang jenis banana. Jurnal Agroteknologi. 8 (1) : 51-54. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Palisuri, P. 2016. Analisis produksi dan agroindustri pisang ambon dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan usaha tani di Kabupaten Gowa. Jurnal ecosystem. 16 (1) : 1-12. Pemerintah Kabupaten Lumajang. 2014. Kecamatan Pasrujambe. http://lumajangkab.go.id/kecpsjb.php. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015 pukul 12.17. Prahardini, P. E. R., Yuniarti, dan Amik K. 2010. Karakterisasi varietas unggul pisang mas kirana dan agung semeru di Kabupaten Lumajang. Buletin Plasma Nutfah. 16 (2) : 126 – 133. Prayekti. E. 2007. Studi taksonomi numerik Annona squamosa dan Annona reticulata dengan menggunakan pendekatan morfologi. Sripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Purseglove, J. W. 1972. Tropical Crops Monocotyledons 2. London. Longman Group Limited.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134
Purwantoro, A., Erlina, A. dan Fitri, S,. 2005. Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian. 12 (1) : 2-9. Puja,
Heni. 2012. Peta Kecamatan Pasrujambe, Lumajang. http://kusukageo.blogspot.co.id/2012/06/peta-kecamatan-pasrujambelumajang.html. Diakses pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 18.59.
Rinaldi, R., Mansyurdin, dan Catur, H. 2014. Pendugaan plodi dan kekerabatan beberapa aksesi pisang hasil koleksi Balitbu Tropika Solok. Jurnal Sainstek Juni 2014 6 (1) : 17-23. Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. New York. CABI Publishing. Rukmana, R. 1999. Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta. Kanisus. Hal 15. Santo, E. A. M. M., Souza, A. P., Viana, A. A. F., dan Almeida, J. C. O . 2011. Multivariate Analysis Multivariate analysis of morphological charateristics of two species of passion flower with ornamental potential and of hybrids between them. Gen. Mol. Res. 10 (4): 2457-2471. Sari, N. 2011. Aplikasi pengelolahan citra digital untuk mempredeksi kandungan gizi pisang (Musa paradisiaca L.) berdasarkan degradasi warna kulit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Setiawati, T., Karyono., Titin, S., dan Agung, K. 2015. Estimasi keragaman dan kekerabatan 60 aksesi kerabat liar ubi jalar berdasarkan karakter morfologi. Jurnal Ilmiah Biologi. Hal : 197-202 Siddiqah, M. 2002. Biodiversitas dan hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi berbagai plasma nutfah pisang. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Singh, G. 1999. Plant Taxonomy. USA. Science Publisher Inc. New Hampshire. Simmonds, N. M. 1962. The Evolution of Thr Bananas. London. Longman. Inc. Simpson, M.G. 2006 Plant Systematics. USA. Elsevier Academic Press. Sokal, R. R. dan P. H. A Sneath. 1963. Principle of Numerical Taxonomy. San Fransisco. W. H. Freeman, Company. Stover, R. H., dan Simmonds, N. W. 1987. Bananas Tropical Agricultura Series ed. 3. Essex. United Kingdom. Longman Scientific & Technical.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135
Stuessy, T. F. 1990. Plant Taxonomy The Systematic Evaluation of comparative data. New York. Columbia University Press. Sudarnadi, H. 1995. Tumbuhan Monokotil. Bogor. Penebar Swadaya. Sukartini. 2007. Pengelompokan aksesi pisang menggunakan karakter morfologi IPGRI. Jurnal Hortikultur. 17 (1) : 26-33. Sunaryanti, D. P. 2012. Analisis keanekaragaman tanaman Kana (Canna sp.) berdasarkan karakter morfologi. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Susanti, Nova. 2013. Karakterisasi morfologi dan genetik lima kultivar pisang (Musa spp.). Skripsi. Universitas Islam Negri Suska Riau. Suyanti, dan Supriyadi,. 2008. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Depok. Penebar Swadaya. Hal 1-12. Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta. Gajah Mada University Press. Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Tumbuhan). Jogjakarta. Gajah Mada University Press.
Taksonomi
Wijayanto, T. Dirvamena, B. dan La Ente. 2013. Hubungan kekerabatan aksesi pisang kepok (Musa paradisiaca Formatypica) di Kabupaten Muna berdasarkan karakter morfologi dan penanda RAPD. Jurnal Agroteknos November. 3 (3) : 163-170. Wahyuningsih, D. 2014 Analisis kandungan inulin pada pisang barangan (Musa acuminata Colla), pisang awak (Musa paradisiaca var. awak) dan pisang kepok (Musa acuminata balbisiana C.). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. USDA. 2009. Taxon M. acuminata. http://www.usda.gov/. Diakses pada tanggal 23 November 2015 pukul 23.00. USDA. 2009. Plant Profie for M. acuminata. http://www.usda.gov/. Diakses pada tanggal 1 November 2015 pukul 11.00.
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel nilai karakter No. 1. Perawakan
2.
3.
SKRIPSI
Batang semu
Daun
Karakter 1. Habitus 2.
Tinggi tanaman
3. 1.
Jumlah anakan Bentuk batang semu
2.
Warna batang semu
3.
Bercak batang semu
4. 5.
Permukaan batang semu Tinggi batang semu
6.
Lingkar batang semu
7.
Diameter batang semu
1.
Arah tumbuh daun
2.
Warna permukaan atas daun
3.
Warna permukaan bawah daun
4.
Bangun daun
5. 6.
Ujung daun Pangkal daun
Karakteristik Herba kecil = 1 ; Herba besar =2 400-499,9 cm = 1 ; 500-599,9 cm = 2 ; 600-699,9 cm = 3 ; 700-799,9 = 4 1-3 = 1 ; 4-6 = 2 ; 7-9 = 3 Kerucut (conical) = 1 ; Conical silindris = 2 ; silindris =3 Chartreuse2= 1 ; Darkolivegreen4 = 2 ; Green3 = 3 ; Lightsalmon4 = 4 ; Olivedrab = 5 ; Springgreen4 =6 Tidak ada bercak = 1 ; Bercak tidak begitu jelas = 2 ; Bercak jelas = 3 Halus = 1 ; Tidak halus = 2 200-299,9 cm = 1 ; 300-399,9 cm = 2 ; 400-499,9 cm = 3 10-39,9 cm = 1 ; 40-69,9 = 2 ; 70-99,9 cm = 3 10-14,9 cm = 1 ; 15-19,9 cm = 2 ; 20-24,9 cm = 3 ; 25-29,9 cm = 4 Merunduk = 1 ; Tegak = 2 ; Agak tegak = 3 Chartreuse4 = 1 ; Darkgreen = 2 ; Darkolivegreen4 = 3 ; Green4 = 4 ; Seagreen = 5 Darkolivegreen2 = 1 ; Darkolivegreen3 = 2 ; Limegreen = 3 ; Olivedrab1 = 4 ; Olivedrab3= 5 Jorong = 1 ; Memanjang = 2 ; Lanset = 3 Runcing = 1 ; Membulat = 2 Kedua sisi membulat = 1 ; Satu sisi membulat, yang lain meruncing = 2 ; Kedua sisi meruncing = 3
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7. 8.
Tepi daun Tebal daun
9.
Panjang helaian daun
10. Lebar helaian daun
11. Rasio daun 12. Tonjolan tulang daun
13. Tekstur permukaan atas daun 14. Tekstur permukaan bawah daun 15. Jumlah daun dalam satu pohon 16. Warna tangkai daun
17. Bentuk penampang melintang tangkai daun
18. Panjang tangkai daun
19. Lebar tangkai daun 4.
SKRIPSI
Bunga (jantung pisang)
1. 2.
Tipe bunga Bentuk jantung
3.
Bentuk pangkal braktea
4.
Bentuk ujung braktea
Rata = 1 ; Tidak rata = 2 0,1-0,15 cm = 1 ; 0,16-0,2 cm = 2 ; >0,2 = 3 100-199,9 cm = 1 ; 200-299,9 cm = 2 ; 300-399,9 = 3 40-59,9 cm = 1 ; 60-79,9 cm = 2 ; 80-99,9 cm = 3 ; 100119,9 cm = 4 2,51-3 = 1 ; 3,01-3,5 = 2 ; 3,51-4 = 3 ; 4,01-4,5 = 4 Tidak menonjol = 1 ; Menonjol = 2 ; Sangat menonjol = 3 Kusam = 1 ; mengkilat = 2 Kusam = 1 ; mengkilat = 2 6-7 = 1 ; 8-9 = 2 ; 10-11 = 3 Chartreuse1 = 1 ; Chartreuse3 = 2 ; Darkolivegreen2 = 3 ; Darkolivegreen4 = 4 ; Olivedrab3 = 5 ; Yellowgreen =6 Terbuka dengan tepi mengembang = 1 ; Terbuka lebar dengan tepi tegak = 2 ; Terbuka dengan tepi lurus tegak = 3 ; Terbuka dengan tepi melengkung ke dalam = 4 ; Terbuka dengan tepi menutup = 5 30-39,9 cm = 1 ; 40-49,9 cm = 2 ; 50-59,9 cm = 3 ; 60-69,9 cm = 4 3-3,99 cm = 1 ; 4-4,99 cm = 2 ; 5-5,99 cm = 3 ; >6 = 4 Tunggal = 1 ; Majemuk = 2 Seperti gasing = 1 ; Seperti tombak = 2 ; Agak memanjang = 3 ; Agak bulat = 4 ; Membulat = 5 Melebar = 1 ; Agak melebar = 2 ; sempit = 3 Runcing = 1 ; Agak runcing = 2 ; Agak tumpul = 3 ; Tumpul = 4 ; Membelah= 5
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
Warna braktea
6. 7.
Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea
8.
Lebar helaian braktea
9.
Rasio braktea
10. Bekas braktea pada rakis 11. Pola pelapasan braktea 12. Panjang tangkai tandan
13. Diameter tangkai tandan
14. Warna tangkai tandan
5.
SKRIPSI
Buah
1.
Bentuk buah
2.
Panjang buah
3.
Diameter buah
4.
Rasio buah
5.
Penampang melintang
6.
Bentuk ujung buah
7.
Warna kulit buah muda
Violetred4= 1 ; Indianred = 2 ; Indianred4 = 3 ; Lightpink4 =4 ; Orangered4 = 5 ; Palevioletred4 = 6 Berbeda = 1 ; seragam = 2 10-19,9 cm = 1 ; 20-29,9 cm = 2 ; 30-39,9 cm = 3 ; >40 cm =4 9-11,9 cm = 1 ; 12-14,9 cm = 2 ; >15 cm = 3 1-1,59 = 1 ; 1,6-2 = 2 ; 2,012,59 = 3 ; 2,6-3 = 4 Jelas = 1 ; Tidak jelas = 2 Menggulung = 1 ; Tidak menggulung = 2 25-39,9 cm = 1 ; 40-54,9 cm = 2 ; 55-69,9 cm = 3 ; ≤ 70 cm = 4 4-4,99 cm = 1 ; 5-5,99 cm = 2 ; 6-6,99 cm = 3 ; 7-7,99 cm = 4 Darkolivegreen1 = 1 ; Darkolivegreen3 = 2 ; Darkolivegreen4 = 3 ; Olivedrab3 = 4 ; Palegreen4 = 5 ; Yellowgreen = 6 Lurus = 1 ; Lurus, bengkok pada ujung = 2 ; melengkung tajam = 3 ; Bentuk “S” = 4 8-11,9 cm = 1 ; 12-15,9 cm = 2 ; 16-19,9 cm = 3 ; ≥ 20 cm =4 2,5-2,99 cm = 1 ; 3-3,49 cm = 2 ; 3,5-3,99 cm = 3 ; 4-4,49 cm = 4 2-2,99 = 1 ; 3-3,99 = 2 ; 44,99 = 3 ; 5-5,99 = 4 Tonjolan jelas = 1 ; Sedikit menonjol = 2 ; Bulat = 3 Runcing = 1 ; Runcing memanjang = 2 ; Tumpul = 3 ; Leher botol = 4 ; Bulat = 5 Darkolivegreen3 = 1 ; Darkolivegreen4 = 2 ; Olivedrab3 = 3
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8.
Warna kulit buah masak
9.
Tebal kulit buah
10. Warna daging buah 11. Jumlah buah dalam satu sisir 12. Panjang tangkai buah 13. Diameter tangkai buah
14. Berat buah
15. Jumlah sisir pada satu tandan 16. Biji
SKRIPSI
Darkolivegreen1 = 1 ; Gold = 2 ; Olivedrab2 = 3 ; Yellow1 = 4 ; Yellow2 = 5 Tipis = 1 ; Sedang = 2 ; Tebal =3 Khaki = 1 ; Lemonchiffon1 = 2 6-10 = 1 ; 11-15 = 2 ; 16-20 = 3 ; >20 = 4 1-1,25 cm = 1 ; 2,51- 4 cm = 2 ; 4,01- 5,5 cm = 3 0,5-1 cm = 1 ; 1,01-1,5 cm = 2 ; 1,51- 2 cm = 3 ; 2,01-2,5 cm = 4 40-99 gr = 1 ; 100-159 gr = 2 ; 160-219 gr = 3 ; ≥ 220 gr = 4 1-5 = 1 ; 6-10 = 2 ; 11-15 = 3 ; 16-20 = 4 Tidak ada biji = 1 ; Ada biji = 2
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2. Tabel karakter M. acuminata Colla.
SKRIPSI
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
Daun
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun Warna permukaan atas daun Warna permukaan bawah daun Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm)
M. acuminata Colla. var. Kongkong Herba besar Herba besar Herba besar 676,2 694,4 651,6 3 5 5 Silindris Silindris Silindris Springgreen4 (614) Springgreen4 (614) Springgreen4 (614) Bercak jelas Bercak jelas Bercak jelas Halus Halus Halus 411,2 426,1 401,4 44,3 56,2 52,1 14,3 17,6 16,8 Merunduk Merunduk Merunduk Darkgreen (81) Darkgreen (81) Darkgreen (81) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Kedua sisi Kedua sisi Kedua sisi meruncing meruncing meruncing Rata Rata Rata 0,12 0,16 0,11 356,2 350,6 346,8
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10 11 12 13 14 15 16 17
4
SKRIPSI
Jantung
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lebar helaian daun (cm) Rasio daun Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm)
90,5 3,93 Sangat menonjol Kusam
91,3 3,84 Sangat menonjol Kusam
89,4 3,87 Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
8 Chartreuse (48) Terbuka lebar dengan tepi tegak 44,2 4,25 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Membelah Violetred4 (645) Seragam 21,3 9,5 2,24 Jelas Tidak menggulung 59,8
11 Chartreuse (48) Terbuka lebar dengan tepi tegak 43,7 4,21 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Membelah Violetred4 (645) Seragam 28,4 12,3 2,30 Jelas Tidak menggulung 68,6
11 Chartreuse (48) Terbuka lebar dengan tepi tegak 49,4 4,89 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Membelah Violetred4 (645) Seragam 26,16 10,64 2.45 Jelas Tidak menggulung 61,2
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
13
Diameter tangkai tandan (cm)
14
Warna tangkai tandan
1 2 3 4 5 6
Bentuk buah Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah
7
Warna kulit buah muda
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
6,55 Darkolivegreen3 (88) Membengkok 13,2 3,24 4,07 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen3 (88) Olivedrab2 (495) Sedang (0,18) Khaki (382) 10 1,12 1,1 88 12 Tidak ada biji
7,53 Darkolivegreen3 (88) Membengkok 12,2 3,1 3,93 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen3 (88) Olivedrab2 (495) Sedang (0,17) Khaki (382) 12 1,4 1,12 82 13 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
6,8 Darkolivegreen3 (88) Membengkok 13,4 3,45 3,88 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen3 (88) Olivedrab2 (495) Sedang (0,18) Khaki (382) 9 1,2 1,12 90 12 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
Daun
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 1
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun
2
Warna permukaan atas daun
3 4 5
Warna permukaan bawah daun Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Susu Herba besar Herba besar Herba besar 408,1 431,6 454,2 7 6 6 Silindris Silindris Silindris Yellowgreen (657) Yellowgreen (657) Yellowgreen (657) Bercak jelas Bercak jelas Bercak jelas Halus Halus Halus 211,4 218,4 231,8 45,8 52,1 53,4 14,4 16,8 17,1 Merunduk Merunduk Merunduk Darkolivegreen4 Darkolivegreen4 Darkolivegreen4 (89) (89) (89) Olivedab1 (494) Olivedab1 (494) Olivedab1 (494) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat yang lain yang lain yang lain meruncing meruncing meruncing Rata Rata Rata 0,12 0,11 0,11 251,2 286,3 269,4 72,6 79,1 79,5 3,46 3,61 3,38
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13
15
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon
16
Warna tangkai daun
14
17
4
SKRIPSI
Jantung
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm) Warna tangkai tandan
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
11 Darkolivegreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 42,2 3,3 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Agak runcing Indianred (372) Seragam 31,8 15,2 2,09 Jelas Tidak menggulung 50,3 5,2 Palegreen4 (518)
10 Darkolivegreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 54,2 4,51 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Agak runcing Indianred (372) Seragam 39,2 16,2 2,41 Jelas Tidak menggulung 44,1 4,5 Palegreen4 (518)
10 Darkolivegreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 49,1 4,2 Majemuk Agak memanjang Agak melebar Agak runcing Indianred (372) Seragam 34,6 14,7 2,35 Jelas Tidak menggulung 48,9 4,93 Palegreen4 (518)
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
1
Bentuk buah
2 3 4 5 6 7 8 9
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah Warna kulit buah muda Warna kulit buah masak Tebal kulit buah
10
Warna daging buah
11 12 13 14 15 16
Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Lurus, bengkok pada ujung 11,7 3,3 3,54 Bulat Leher botol Olivedrab3 (496) Yellow2 (654) Tipis (0,09) Lemonchiffon1 (395) 10 1,15 0,92 71 11 Tidak ada biji
Lurus, bengkok pada ujung 10,13 3,01 3,36 Bulat Leher botol Olivedrab3 (496) Yellow2 (654) Sedang (0,1) Lemonchiffon1 (395) 10 1,04 0,98 58 13 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Lurus, bengkok pada ujung 10,81 3,44 3,14 Bulat Leher botol Olivedrab3 (496) Yellow2 (654) Tipis (0,08) Lemonchiffon1 (395) 11 1 0,83 56 14 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
SKRIPSI
Daun
1 2 3 1 2
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu
3
Bercak batang semu
4 5 6 7 1 2
Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun Warna permukaan atas daun
3
Warna permukaan bawah daun
4 5
Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Kavendis Herba besar Herba besar Herba besar 742,9 758,4 709 6 5 6 Silindris Silindris Silindris Green3 (257) Green3 (257) Green3 (257) Bercak tidak begitu Bercak tidak begitu Bercak tidak begitu jelas jelas jelas Halus Halus Halus 410,6 421,7 394,6 76,2 83,21 71,9 23,5 26,5 22,9 Merunduk Merunduk Merunduk Green4 (258) Green4 (258) Green4 (258) Darkolivegreen3 Darkolivegreen3 Darkolivegreen3 (88) (88) (88) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Kedua sisi Kedua sisi Kedua sisi meruncing meruncing meruncing Rata Rata Rata 0,14 0,12 0,14 315,2 329.5 295,3 103,5 108,7 94,8 3,04 3,03 3,11
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13
18 19 1 2 3 4
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea
5
Warna braktea
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm) Warna tangkai tandan
14 15 16 17
4
SKRIPSI
Jantung
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
7 Olivedrab3 (496) Terbuka dengan tepi mengembang 57,4 5,6 Majemuk Seperti tombak Sempit Tumpul Palevioletred4 (528) Seragam 26,2 11,6 2,25 Jelas Tidak menggulung 59,7 6,8 Yellowgreen (657)
8 Olivedrab3 (496) Terbuka dengan tepi mengembang 61,8 6,02 Majemuk Seperti tombak Sempit Tumpul Palevioletred4 (528) Seragam 31,6 13,5 2,34 Jelas Tidak menggulung 51,3 7,1 Yellowgreen (657)
8 Olivedrab3 (496) Terbuka dengan tepi mengembang 53,6 5,54 Majemuk Seperti tombak Sempit Tumpul Palevioletred4 (528) Seragam 28,5 11,9 2,39 Jelas Tidak menggulung 64,3 6,6 Yellowgreen (657)
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
1
Bentuk buah
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah Warna kulit buah muda Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Lurus, bengkok pada ujung 16,2 3,33 4,86 Sedikit menonjol Tumpul Olivedrab3 (496) Gold (142) Sedang (0,19) Khaki (382) 12 1,89 1,4 142 11 Tidak ada biji
Lurus, bengkok pada ujung 17 4,23 4,01 Sedikit menonjol Tumpul Olivedrab3 (496) Gold (142) Sedang (0,2) Khaki (382) 13 1,92 1,4 181 10 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Lurus, bengkok pada ujung 16,4 3,42 4,79 Sedikit menonjol Tumpul Olivedrab3 (496) Gold (142) Sedang (0,2) Khaki (382) 12 1,32 1,28 145 10 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
Daun
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 1 2
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun Warna permukaan atas daun
3
Warna permukaan bawah daun
4 5
Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Barlian Herba besar Herba besar Herba besar 437,3 450,9 406,4 3 3 2 Silindris Silindris Silindris Chartreuse2 (49) Chartreuse2 (49) Chartreuse2 (49) Bercak jelas Bercak jelas Bercak jelas Halus Halus Halus 243,7 267,2 228,6 38,2 41,8 37,3 11,6 13,2 11,9 Merunduk Merunduk Merunduk Darkgreen (81) Darkgreen (81) Darkgreen (81) Darkolivegreen2 Darkolivegreen2 Darkolivegreen2 (87) (87) (87) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat yang lain yang lain yang lain meruncing meruncing meruncing Rata Rata Rata 0,11 0,12 0,12 147,5 168,2 151,6 42,2 50,1 44,3 3,49 3,35 3,42
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13 14 15 16 17
4
SKRIPSI
Jantung
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm) Warna tangkai tandan
Sangat menonjol Kusam
Sangatmenonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
6 Chartreuse3 (50) Terbuka dengan tepi mengembang 36,6 3,4 Majemuk Seperti gasing Melebar Membelah Lightpink4 (423) Seragam 17,1 9,6 1,78 Jelas Menggulung 29,6 4,1 Oliverdarb3 (496)
6 Chartreuse3 (50) Terbuka dengan tepi mengembang 41,2 4 Majemuk Seperti gasing Melebar Membelah Lightpink4 (423) Seragam 16,9 9,1 1,85 Jelas Menggulung 31,4 4,18 Oliverdarb3 (496)
7 Chartreuse3 (50) Terbuka dengan tepi mengembang 39,2 3,8 Majemuk Seperti gasing Melebar Membelah Lightpink4 (423) Seragam 17,9 9,3 1,92 Jelas Menggulung 33,1 4,32 Oliverdarb3 (496)
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
1
Bentuk buah
2 3 4 5 6
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah
7
Warna kulit buah muda
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Lurus, tidak bengkok 8,63 2,74 3,14 Bulat Leher botol Darkolivegreen3 (88) Yellow2 (654) Sedang (0,2) Khaki (382) 16 1,62 0,84 42 11 Tidak ada biji
Lurus, tidak bengkok 9,12 3,03 3 Bulat Leher botol Darkolivegreen3 (88) Yellow2 (654) Sedang (0,19) Khaki (382) 16 1,48 0,92 49 9 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Lurus, tidak bengkok 9,04 2,91 3,1 Bulat Leher botol Darkolivegreen3 (88) Yellow2 (654) Sedang (0,19) Khaki (382) 15 1,42 1,1 50 9 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
SKRIPSI
Daun
1 2 3 1
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu
2
Warna batang semu
3 4 5 6 7 1 2 3 4 5
Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun Warna permukaan atas daun Warna permukaan bawah daun Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Mas Kirana Herba besar Herba besar Herba besar 638,4 698,8 683,7 6 8 6 Silindris Silindris Silindris Lightsalmon4 Lightsalmon4 Lightsalmon4 (428) (428) (428) Bercak jelas Bercak jelas Bercak jelas Halus Halus Halus 307,6 344,2 325,4 45,2 48,6 48 14,3 15,4 15,2 Agak tegak Agak tegak Agak tegak Chartreuse4 (51) Chartreuse4 (51) Chartreuse4 (51) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat Satu sisi membulat yang lain yang lain yang lain meruncing meruncing meruncing Rata Rata Rata 0,26 0,21 0,27 317,1 349,2 339,6 85 97,3 89,1 3,73 3,58 3,81
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm)
14
Warna tangkai tandan
14 15 16 17
4
SKRIPSI
Jantung
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
8 Yellowgreen (657) Terbuka dengan tepi lurus tegak 43,7 4,2 Majemuk Seperti gasing Agak melebar Membelah Indianred4 (376) Seragam 18,5 10,1 1,83 Jelas Menggulung 56,7 5,5 Darkolivergreen1 (86)
9 Yellowgreen (657) Terbuka dengan tepi lurus tegak 47,3 4,6 Majemuk Seperti gasing Agak melebar Membelah Indianred (376) Seragam 19,1 10 1,91 Jelas Menggulung 63,2 6,3 Darkolivergreen1 (86)
9 Yellowgreen (657) Terbuka dengan tepi lurus tegak 45,9 4,4 Majemuk Seperti gasing Agak melebar Membelah Indianred4 (376) Seragam 18,3 10,33 1,77 Jelas Menggulung 52,3 5,4 Darkolivergreen1 (86)
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
1
Bentuk buah
2 3 4 5 6
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah
7
Warna kulit buah muda
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Lurus, tidak bengkok 10,34 3,46 2,98 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen4 (89) Yellow1 (653) Sedang (0,2) Khaki (382) 19 1,94 1,02 88 9 Tidak ada biji
Lurus, tidak bengkok 11,4 3,52 3,23 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen4 (89) Yellow1 (653) Sedang (0,18) Khaki (382) 17 2 1,22 98 7 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Lurus, tidak bengkok 10,61 3,35 3,16 Sedikit menonjol Tumpul Darkolivegreen4 (89) Yellow1 (653) Sedang (0,2) Khaki (382) 20 2,1 1,12 85 7 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
SKRIPSI
Daun
1 2 3 1 2
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu Warna batang semu
3
Bercak batang semu
4 5 6 7 1 2 3 4 5
Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun Warna permukaan atas daun Warna permukaan bawah daun Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Ambon Herba besar Herba besar Herba besar 648,8 698,4 688,3 6 5 6 Silindris Silindris Silindris Olivedrab (493) Olivedrab (493) Olivedrab (493) Bercak tidak begitu Bercak tidak begitu Bercak tidak begitu jelas jelas jelas Halus Halus Halus 375,8 391,6 388,4 75,7 82,1 83,4 24,3 27,2 26,6 Merunduk Merunduk Merunduk Seagreen (574) Seagreen (574) Seagreen (574) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Olivedrab3 (496) Lanset Lanset Lanset Membulat Membulat Membulat Keuda sisi Keuda sisi Keuda sisi membulat membulat membulat Rata Rata Rata 0,12 0,14 0,14 353,3 341,5 339,5 93,8 82,9 87,3 3,76 4,11 3,88
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13
15
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon
16
Warna tangkai daun
14
17
4
SKRIPSI
Jantung
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm)
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Sangat menonjol Kusam
Kusam
Kusam
Kusam
8 Darkolivergreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 47,6 4,71 Majemuk Seperti tombak Melebar Agak runcing Orangered4 (507) Seragam 35,8 12,5 2,86 Jelas Tidak menggulung 64,4 5,7
9 Darkolivergreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 42,1 4,66 Majemuk Seperti tombak Melebar Agak runcing Orangered4 (507) Seragam 39,1 14,2 2,75 Jelas Tidak menggulung 64,9 5,8
9 Darkolivergreen2 (87) Terbuka lebar dengan tepi tegak 48,4 4,59 Majemuk Seperti tombak Melebar Agak runcing Orangered4 (507) Seragam 35,4 12,1 2,92 Jelas Tidak menggulung 69,7 5,93
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
14
Warna tangkai tandan
1
Bentuk buah
2 3 4 5
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang
6
Bentuk ujung buah
7
Warna kulit buah muda
8
Warna kulit buah masak
9 10 11 12 13 14 15 16
Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Darkolivegreen3 (88) Lurus, bengkok pada ujung 19,1 3,6 5,3 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Darkolivegreen1 (86) Sedang (0,2) Khaki (382) 19 1,4 1 138 11 Tidak ada buah
Darkolivegreen3 (88) Lurus, bengkok pada ujung 17,2 3,43 5,01 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Darkolivegreen1 (86) Tebal (0,21) Khaki (382) 20 1,04 1,43 128 13 Tidak ada buah
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Darkolivegreen3 (88) Lurus, bengkok pada ujung 18,8 3,64 5,2 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Darkolivegreen1 (86) Sedang (0,2) Khaki (382) 22 1,11 1,4 133 11 Tidak ada buah
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. 1
Habitus
2
Batang semu
3
SKRIPSI
Daun
1 2 3 1
Karakter Habitus Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bentuk batang semu
2
Warna batang semu
3 4 5 6 7 1
Bercak batang semu Permukaan batang semu Tinggi batang semu (cm) Lingkar batang semu (cm) Diameter batang semu (cm) Arah tumbuh daun
2
Warna permukaan atas daun
3 4 5
Warna permukaan bawah daun Bangun daun Ujung daun
6
Pangkal daun
7 8 9 10 11
Tepi daun Tebal daun (cm) Panjang helaian daun (cm) Lebar helaian daun (cm) Rasio daun
M. acuminata Colla. var. Agung Semeru Herba besar Herba besar Herba besar 713,9 739,7 758,2 3 4 4 Silindris Silindris Silindris Darkolivegreen4 Darkolivegreen4 Darkolivegreen4 (89) (89) (89) Bercak jelas Bercak jelas Bercak jelas Halus Halus Halus 430,9 461,1 435,2 62,8 71,3 64,2 19,4 22,4 20,1 Merunduk Merunduk Merunduk Darkseagreen4 Darkseagreen4 Darkseagreen4 (89) (89) (89) Limegreen (448) Limegreen (448) Limegreen (448) Memanjang Memanjang Memanjang Membulat Membulat Membulat Kedua sisi Kedua sisi Kedua sisi membulat membulat membulat Rata Rata Rata 0,2 0,18 0,22 244,8 235,2 278,6 91,1 87,9 93,5 2,68 2,67 2,97
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12 13
15
Tonjolan tulang daun Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon
16
Warna tangkai daun
14
17
4
SKRIPSI
Jantung
18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bentuk penampang melintang tangkai daun Panjang tangkai daun (cm) Lebar tangkai daun (cm) Tipe bunga Bentuk jantung Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna braktea Laju warna pada braktea Panjang helaian braktea (cm) Lebar helaian braktea (cm) Rasio braktea Bekas braktea pada rakis Pola pelapasan braktea Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm)
Sangat menonjol Mengkilat
Sangat menonjol Mengkilat
Sangat menonjol Mengkilat
Kusam
Kusam
Kusam
7 Darkolivegreen4 (89) Terbuka lebar dengan tepi tegak 39,6 4,27 Majemuk Seperti tombak Melebar Membelah Violetred4 (645) Berbeda 68,6 18,1 3,79 Jelas Tidak menggulung 32,5 7,2
7 Darkolivegreen4 (89) Terbuka lebar dengan tepi tegak 47,2 4,92 Majemuk Seperti tombak Melebar Membelah Violetred4 (645) Berbeda 79,7 20,1 3,86 Jelas Tidak menggulung 29,8 6,9
8 Darkolivegreen4 (89) Terbuka lebar dengan tepi tegak 46,2 4,86 Majemuk Seperti tombak Melebar Membelah Violetred4 (645) Berbeda 80,8 21,9 3,68 Jelas Tidak menggulung 36,7 7,4
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI
Buah
14
Warna tangkai tandan
1
Bentuk buah
2 3 4 5
Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Rasio buah Penampang melintang
6
Bentuk ujung buah
7
Warna kulit buah muda
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Berat buah (gr) Jumlah sisir pada satu tandan Biji
Darkolivegreen4 (89) Lurus, bengkok pada ujung 28,7 7,4 3,87 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Yellow1 (653) Tebal (0,4) Khaki (382) 11 4,8 2,4 785 1 Tidak ada biji
Darkolivegreen4 (89) Lurus, bengkok pada ujung 25,1 5,8 4,32 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Yellow1 (653) Tebal (0,43) Khaki (382) 8 5,3 1,7 545 1 Tidak ada biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
Darkolivegreen4 (89) Lurus, bengkok pada ujung 24,6 6,1 4,03 Sedikit menonjol Runcing memanjang Darkolivegreen3 (88) Yellow1 (653) Tebal (0,38) Khaki (382) 10 4,2 2,3 575 1 Tidak ada biji
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Tabel hasil skoring Varietas 1 2 3 1 M. acuminata 2 var. Susu 3 1 M. acuminata 2 var. Kavendis 3 1 M. acuminata 2 var. Barlian 3 1 M. acuminata 2 var. Mas Kirana 3 1 M. acuminata 2 var. Ambon 3 M. paradisiaca 1 2 var. Agung 3 Semeru M. acuminata var. Kongkong
SKRIPSI
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 3 3 1 1 1 4 4 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4
3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 6 6 6 7 7 7 3 3 3 1 1 1 4 4 4 2 2 2 2 2 2
6 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 3 3 3 1 1 1 3 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3
9 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2
10 1 2 2 1 2 2 3 4 3 1 1 1 1 2 2 3 4 4 2 3 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3
12 2 2 2 3 3 3 4 4 4 2 2 2 1 1 1 5 5 5 3 3 3
13 5 5 5 4 4 4 2 2 2 1 1 1 5 5 5 5 5 5 3 3 3
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 2 3
19 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2
20 3 3 3 2 2 2 4 4 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Varietas 1 M. acuminata 2 var. Kongkong 3 1 M. acuminata 2 var. Susu 3 1 M. acuminata 2 var. Kavendis 3 1 M. acuminata 2 var. Barlian 3 1 M. acuminata 2 var. Mas Kirana 3 1 M. acuminata 2 var. Ambon 3 M. paradisiaca 1 2 var. Agung 3 Semeru
SKRIPSI
21 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 1 1 1
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 2 3 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2
26 1 1 1 3 3 3 5 5 5 2 2 2 6 6 6 3 3 3 4 4 4
27 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2
28 2 2 2 2 3 2 3 4 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
29 2 2 2 1 2 2 3 4 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
32 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1
33 5 5 5 2 2 2 4 4 4 5 5 5 5 5 5 2 2 2 5 5 5
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
34 1 1 1 2 2 2 6 6 6 4 4 4 3 3 3 5 5 5 1 1 1
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
36 2 2 2 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4
37 1 2 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 4 5 5 5
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Varietas 1 2 3 1 M. acuminata 2 var. Susu 3 1 M. acuminata 2 var. Kavendis 3 1 M. acuminata 2 var. Barlian 3 1 M. acuminata 2 var. Mas Kirana 3 1 M. acuminata 2 var. Ambon 3 M. paradisiaca 1 2 var. Agung 3 Semeru M. acuminata var. Kongkong
SKRIPSI
41 3 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 1 3 3 2 3 3 3 1 1 1
42 3 4 3 2 1 1 3 4 3 1 1 1 2 3 2 2 2 2 4 3 4
43 2 2 2 5 5 5 6 6 6 4 4 4 1 1 1 2 2 2 3 3 3
44 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
45 2 2 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4
46 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 2 1 2 3 2 3 2 3 5 5 5
47 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 4 4 4 2 3 3
48 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
49 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2
50 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1
51 1 1 1 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 5 5 2 2 2 4 4 4
52 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3
53 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
54 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 1
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3
56 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 4 3 4
57 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 4 4 4
58 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 1 1
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan : 1 : Habitus 41 2 : Tinggi tanaman 42 3 : Jumlah anakan 43 4 : Bentuk batang semu 44 5 : Warna batang semu 45 6 : Bercak batang semu 46 7 : Permukaan batang semu 47 8 : Tinggi batang semu 48 9 : Lingkar batang semu 49 10 : Diameter batang semu 50 11 : Arah tumbuh daun 51 12 : Warna permukaan atas daun 52 13 : Warna permukaan bawah 53 14 : Bangun daun 54 15 : Ujung daun 55 16 : Pangkal daun 56 17 : Tepi daun 57 18 : Tebal daun 58 19 : Panjang helaian daun 59 20 : Lebar helaian daun 21 : Rasio daun 22 : Tonjolan tulang daun 23 : Tekstur permukaan atas daun 24 : Tekstur permukaan bawah daun 25 : Jumlah daun dalam satu pohon 26 : Warna tangkai daun 27 : Bentuk penampang melintang tangkai daun 28 : Panjang tangkai daun 29 : Lebar tangkai daun 30 : Tipe bunga 31 : Bentuk jantung 32 : Bentuk pangkal braktea 33 : Bentuk ujung braktea 34 : Warna braktea 35 : Laju warna pada braktea 36 : Panjang helaian braktea 37 : Lebar helaian braktea 38 : Rasio braktea 39 : Bekas braktea pada rakis 40 : Pola pelapasan braktea
SKRIPSI
: : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Panjang tangkai tandan Diameter tangkai tandan Warna tangkai tandan Bentuk buah Panjang buah Diameter buah Rasio buah Penampang melintang Bentuk ujung buah Warna kulit buah muda Warna kulit buah masak Tebal kulit buah Warna daging buah Jumlah buah dalam satu sisir Panjang tangkai buah Diameter tangkai buah Berat buah Jumlah sisir pada satu Biji
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4. Tabel ketentuan pengambilan data. No. 1. Habitus
SKRIPSI
Karakter
2.
Tinggi tanaman
3. 4.
Jumlah anakan Bentuk batang semu
5.
Warna batang semu
6.
Bercak batang semu
7.
Permukaan batang semu
8.
Tinggi batang semu
9.
Lingkar batang semu
10.
Diameter batang semu
11.
Arah tumbuh daun
12.
Warna permukaan atas daun
13.
Warna permukaan bawah daun
14.
Bangun daun
Keterangan Herba kecil = tinggi tanaman kurang dari 4 meter Herba besar = tinggi tanaman lebih dari 4 meter Diukur mulai dari pangkal batang semu di atas permukaan tanah hingga bagian tertinggi dari tanaman. Diukur mulai dari pangkal batang semu di atas permukaan tanah hingga bagian tertinggi dari tanaman. Dihitung seluruh anakan yang muncul. Kerucut = 2:1 , kerucut silindris = 1,5:1 , silindris = 1:1 Bagian batang semu yang dinilai adalah seluruh bagian batang semu. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue) Bagian batang semu yang dinilai adalah seluruh bagian batang semu. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue) Bagian batang semu yang dinilai adalah seluruh bagian batang semu. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue) Diukur mulai dari pangkal batang semu di atas permukaan tanah hingga bagian pangkal tangkai daun yang paling bawah. Lingkar batang semu yang diukur pada bagian setengah dari tinggi batang semu. Diameter batang semu yang diukur pada bagian setengah dari tinggi batang semu Daun yang diamati adalah daun yang ada pada pohon. Daun yang diamati adalah daun yang ke-4 atau ke-5. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue). Daun yang diamati adalah daun yang ke-4 atau ke-5. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue). Yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5 Penentuan berdasarkan rasio panjang dan lebar daun, Jorong = 1,5-2 : 1; Memanjang = 2,5 -3 ; 1 ; Lanset = 3-5 : 1
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15. 16. 17. 18.
Bentuk ujung daun Bentuk pangkal daun Tepi daun Tebal daun
19.
Panjang helaian daun
20.
Lebar helaian daun
21.
Rasio daun
22.
Tonjolan tulang daun
23. 24.
Tekstur permukaan atas daun Tekstur permukaan bawah daun Jumlah daun dalam satu pohon Warna tangkai daun
25. 26.
SKRIPSI
27.
Bentuk penampang melintang tangkai daun
28.
Panjang tangkai daun
29.
Lebar tangkai daun
30.
Tipe bunga
Daun yang diamati adalah daun yang ke 4. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5, diukur pada titik setengah panjang helaian daun dan dekat tulang daun. Daun yang diukur adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Diukur dari pangkal daun sampai ujung daun. Daun yang diukur adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Diukur pada titik setengah dari panjang daun. Diamati dengan hasil perhitungan panjang helaian daun dibagi lebar helaian daun. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Tulang daun yang dilihat adalah tulang daun pada permukaan bawah daun. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Daun yang diamati adalah daun yang ke 4 atau ke 5. Daun yang diamati adalah seluruh daun yang ada pada pohon. Bagian tangkai daun yang diamati adalah tangkai daun pada daun yang ke-4 atau ke-5.Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue). Bagian tangkai daun yang diamati adalah pelepah daun yang ke 4. Diamati pada titik 5 cm dari pangkal daun.
Tangkai daun yang diamati adalah pelepah daun yang ke 4. Diukur mulai pangkal daun hingga ujung pelepah daun. Tangkai daun yang diamati adalah pelepah daun yang ke 4. Diukur pada titik 5 cm dari pangkal daun. Bunga yang diamati adalah keseluruhan jantung pisang.
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
31.
Bentuk jantung
Jantung pisang yang diamati adalah keseluruhan jantung pisang.
32.
Bentuk pangkal braktea
Braktea yang diamati adalah braktea yang sudah rontok.
33.
Bentuk ujung braktea
Braktea yang diamati adalah braktea yang sudah rontok.
34.
Warna braktea
35.
Laju warna pada braktea
36.
Panjang helaian braktea
Braktea yang diamati adalah braktea yang masih menempel pada jantung pisang. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red-GreenBlue). Braktea yang diamati adalah braktea yang masih menempel pada jantung pisang. Braktea yang diamati adalah braktea yang sudah rontok.
37.
Lebar helaian braktea
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
38.
Rasio braktea
39.
Bekas braktea pada rakis
40.
Pola pelapasan braktea
41.
Panjang tangkai tandan
42.
Diameter tangkai tandan
43.
Warna tangkai tandan
44.
Bentuk buah
Braktea yang diamati adalah braktea yang sudah rontok. Diamati dengan menggunakan hasil perhitungan panjang braktea dibagi lebar braktea. Braktea yang diamati saat buah pisang sudah muncul. Rakis adalah ibu tangkai bunga majemuk, atau yang menjadi tandan buah. Jelas = pada tandan terlihat jelas bekas penempelan braktea. Tidak jelas = pada tandan tidak terlihat jelas bekas penempelan braktea. Braktea yang diamati saat buah pisang sudah muncul. Braktea yang diamati adalah braktea sebelum rontok.
Tandan yang diukur adalah tandan bunga sebelum keluar buah. Diukur dari pangkal tandan hingga ujung tandan (tidak termasuk panjang jantung pisang). Tandan yang diukur adalah tandan bunga sebelum keluar buah. Diameter tandan diukur pada titik setengah dari panjang tangkai tandan. Tandan yang diamati adalah tandan bunga sebelum keluar buah. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red-Green-Blue). Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah sudah matang.
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
45.
Panjang buah
Buah yang diukur adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan dan sisi paling kiri pada sisir buah pertama, lalu dirata-rata. Diukur saat buah sudah matang. Diameter buah diukur pada titik setengah dari panjang buah.
46.
Diameter buah
47.
Rasio buah
48.
Penampang melintang
49.
Bentuk ujung buah
Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah sudah matang.
50.
Warna kulit buah muda
Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah belum matang. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue).
Buah yang diukur adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan dan sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati dengan menggunakan hasil perhitungan panjang buah dibagi diameter buah. Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah sudah matang.
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
51.
Warna kulit buah masak
52.
Tebal kulit buah
53.
Warna daging buah
54.
Jumlah buah dalam satu sisir
55.
Panjang tangkai buah
56.
Diameter tangkai buah
57.
Berat buah
58.
Jumlah sisir pada satu tandan
59.
Biji
Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah sudah matang. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue). Buah yang diukur adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diukur saat buah sudah matang. Tipis = x < 1.5mm, Sedang = 1.5mm ≤ x ≤ 2.5mm, Tebal = x ≥ 2.51mm Buah yang diamati adalah buah yang terletak pada sisi paling kanan atau sisi paling kiri pada sisir buah pertama. Diamati saat buah sudah matang. Standar warna yang digunakan adalah indeks warna RGB (Red Green Blue). Dihitung rata-rata jumlah buah dari sisir pangkal, tengah dan paling ujung tandan. Tangkai buah yang diukur adalah tangai buah yang terletak pada sisi paling kanan dan sisi paling kiri pada sisir buah pertama, lalu dirata-rata. Diukur saat buah sudah matang. Tangkai buah yang diukur adalah tangai buah yang terletak pada sisi paling kanan dan sisi paling kiri pada sisir buah pertama, lalu dirata-rata. Diukur saat buah sudah matang. Buah yang ditimbang adalah tangai buah yang terletak pada sisi paling kanan dan sisi paling kiri pada sisir buah pertama, lalu dirata-rata. Ditimbang saat buah sudah matang. Dihitung seluruh sisir buah yang muncul. Dihitung saat tidak ada lagi sisir buah yang terbentuk dari jantung pisang. Biji diamati pada buah yang diambil secara acak dalam sisir buah.
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 5. Indeks RGB
SKRIPSI
STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN......
RACHMAWATI