ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN BIOFERTILIZER (1:10) DENGAN KOMBINASI DOSIS DAN INTENSITAS YANG BERBEDA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA LAHAN SAWAH
SKRIPSI
FAWA’IDUL KHOIR
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
i SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
ii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
iii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penulis dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
iv SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas rahmat dan karuniaNya yang dianugrahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skrpsi ini dengan lancar dan sukses. Skripsi penelitian ini berjudul “Aplikasi Formulasi Pengenceran Biofertilizer (1:10) dengan Kombinasi Dosis dan Intensitas yang Berbeda Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Lahan Sawah’’ yang disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S-1 pada program studi Biologi di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak. Mudah-mudahan skripsi ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga pembaca pada umumnya.
Surabaya, 25 juli 2016 Penyusun.....................
Fawa’idul Khoir..........
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
v SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Kemudahan dan kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini merupakan karunia rahmat dan ridlo Allah Subhanallahu Wa Ta’ala melalui bantuan atau wasilah, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak yang turut membantu, utamanya Ibu penulis Artatik atas segala do’a dan ridlonya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA. selaku Ketua Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. 2. Drs. Salamun, M. Kes. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak pelajaran berharga, ilmu, waktu, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini. 3. Tri Nurhariyati, S.Si, M.Kes. selaku dosen pembimbing II atas pengarahan, kegigihan serta kesabaran dalam membimbing, memberikan ilmu, pengalaman,
pelajaran berharga,
waktu,
dan
pengarahan
selama
penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Agus Supriyanto, M.Kes. selaku penguji III sekaligus dosen pemimpin penelitian yang sudah memberikan ilmu, bimbingan, jasa, waktu, dan pengarahan dengan ikhlas, sabar dan telaten selama penyusunan skripsi ini. 5. M. Hilman Fua’adil Amin, S.Si., M.Si. selaku penguji IV yang sudah memberikan
masukan
dan
pengarahan
yang
membangun
dalam
penyusunan skripsi. 6. Prof,. Dr. Bambang Irawan, M.Sc. selaku dosen wali yang senantiasa menyediakan waktu, memberikan saran dan bantuannya selama menjadi mahasiswa Universitas Airlangga fakultas Sains dan Teknologi. 7. Dr. Dwi Winarni, M.Si., Dr. Nur Chamidah, S.Si, Drs. Eko Tjahjono, M.Si, dan Mbak Viras, S.Si selaku guru yang telah memberikan banyak waktu dan ilmu terkait analisis statistik (SPSS). 8. Bapak Suwarni selaku penjaga laboran dan mas Subkhan (Sasing) yang telah senantiasa membantu dalam melancarkan penyelesaian skripsi. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
vi SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Rafdi, Intan, Kiki, Icha, Yanti, Wulan, dan Tika selaku satu tim penelitian yang telah memberikan dukungan dan kerjasama yang baik selama penyusunan skripsi. 10. Bapak/Ibu dosen pengajar yang selama ini memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, jasamu tak lekang oleh waktu dan tempat. 11. Keluarga tercinta (Ibu Artatik dan Bapak Syafi’in. Alm), atas do’a, cinta kasih yang tulus, dukungan, perhatian dan kepercayaan kepada penulis. Skripsi ini akan menjadi pra awal dari deretan kado terindah selanjutnya untuk keluargaku dan (Kartini) orang yang akan menjadi pendampingku nanti. 12. Karyawan dan laboran : Mas Eko, Pak sunar, Mbah Ji, Mas yanto, Mas Joko, Mbak Ari dan Bu Yatmina, atas bantuan dan kerja sama yang baik. 13. Semua teman-teman Biologi angkatan 2012 dan semua yang mewarnai kehidupan penulis yang belum tertulis, terima kasih banyak. 14. Dan Teman “Perjaka Tujuoe7B (Alfin, Tahol, Amin, Adi, Jamil, Daus, Pepen)” yang senantiasa ada ketika susah dan bahagia.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut telah berpartisipasi dalam mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga penulisan skirpsi ini dapat bermanfaat ilmunya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan mensejahterakan rakyat ”Kun Faya Kun, Istajib Lana Ya Allah”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Esa. Penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi teman-teman dan adik yang ingin mempelajarinya.
Surabaya, 25 juli 2016. Penulis.........................
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
Fawa’idul Khoir........... FAWA'IDUL KHOIR
vii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Fawa’idul khoir, 2016. Aplikasi Formulasi Pengenceran Biofertilizer (1:10) dengan Kombinasi Dosis dan Intensitas yang Berbeda Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Lahan Sawah. Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Salamun, M.Kes dan Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. Program Studi Biologi. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Abstrak
Kacang hijau sebagai komoditi hortikultura, untuk meningkatkan hasil produksinya, umumnya petani menggunakan pupuk kimia. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi tanah adalah dengan tekonologi pemupukan secara hayati (biofertilizer). Untuk mencapai efektivitas dalam pemberian dilakukan pengenceran dengan perbandingan 1 L pupuk biofertilizer dengan 9 L air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (Vigna radiata L.) pada lahan sawah. Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari kombinasi dosis biofertilizer (5, 10, 15 mL/tanaman) dengan intensitas (1, 2, 3 kali pemberian) serta kimia (5 mL/tanaman) dan tanpa pemupukan (0 mL/tanaman) dengan intensitas 3 kali pemberian. Parameter pertumbuhan dan produktivitas yang di ukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman, panjang akar, berat akar, jumlah bintil akar, berat bintil akar, jumlah polong, berat polong, dan berat biji. Hasil pengamatan di uji dengan deskriptif kuantitatif dan Manova 1 arah α 5% yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada beda pemberian formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau dengan parameter jumlah daun, panjang akar, jumlah bintil akar, berat bintil akar, jumlah polong, berat polong dan berat biji. Hasil produktivitas terbaik ditunjukkan oleh perlakuan dosis 15 mL dan Intensitas 3 kali yaitu jumlah polong sebesar 100.00 per perlakuan, berat polong sebesar 89.26 g/perlakuan, dan berat biji sebesar 67.57 g/perlakuan dengan nilai RAE (Relativity Agronomic Effectiveness) tertinggi sebesar 158,3%.
Kata kunci: Kacang hijau (Vigna radiate L), Pengenceran biofertilizer 1:10, Pertumbuhan, Produktivitas.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
viii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Fawa’idul khoir, 2016. Application of Dilution Formulations Biofertilizer 1:10 in Combination with Different Doses and Intensities in Promoting Growth and Productivity of Green Beans (Vigna radiata L.) in Fields. This study was under the direction of Drs. Salamun, M.Kes and Tri Nurhariyati, S.Si., M.Kes. Biology Course. Departement Biology. Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
Abstract Green beans as horticulture, to improve its products, mostly farmers use chemical fertilizers. One alternative to improve soil conditions with tekonologi fertilization is bioavailable (biofertilizer). To achieve effectiveness in the provision, dilution with a ratio of 1 L manure biofertilizer with 9 L of water. This study aims to determine the application of dilution formulations biofertilizer 1:10 in combination with different doses and intensities in promoting growth and productivity of green beans (Vigna radiata L.) in fields. This experimental research using completely randomized design (CRD). The treatment consists of combination dose of biofertilizer (5, 10, 15 mL / plant) with intensity (1, 2, 3 feedings) and chemical (5 mL / plant) and without fertilization (0 mL / plants) with intensity 3 times Award. Growth and productivity parameters measured were plant height, leaf quantity, plant dry weight, root length, root weight, number of nodules, nodule weight, number of pods, pod weight, and the weight of seeds. The results of the observations in the test with quantitative descriptive and Manova one direction α of 5%, followed by Duncan test. The results showed that the application of dilution fertilizer formulations biofertilizer 1:10 with dose combination and intensity of 15.3 and significantly affect the productivity of green beans with parameter number of pods and seed weight. The results of the observations in the test with quantitative descriptive and Manova one direction α of 5%, followed by Duncan test. The results showed of difference giving biofertilizer 1:10 dilution with formulations in various dosage combinations and intensity on the growth and productivity of green beans with parameter number leaf, root length, number root nodul, weight nodul, number of pods and seed weight. The best productivity results shown by the treatment dose of 15 mL and Intensity 3 times is the amount of 100.00 pods per treatment, pod weight of 89.26 g/treatment and seed weight of 67.57 g/treatment with highest effectiveness biofertilizer were 158,3%.
Key words: Green beans (Vigna radiate L), biofertilizer dilution 1:10, Growth, productivity. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
ix SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL.................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ............................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................ v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi ABSTRAK.............................................................................................. viii ABSTACT .............................................................................................. ix DAFTAR ISI .......................................................................................... x DAFATAR TABEL ............................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5 1.3 Asumsi ................................................................................... 5 1.4 Hipotesis Penelitian ................................................................ 6 1.4.1 Hipotesis kerja .............................................................. 6 1.4.2 Hipotesis statistik .......................................................... 6 1.5 Tujuan Penelitian .................................................................... 7 1.6 Manfaat Penelitian .................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kacang Hijau (V. radiata L.). ....... 9 2.1.1 Deskripsi tentang tanaman kacang hijau (V. radiata L.) . 9 2.1.2 Manfaat dan kandungan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) ................................................................. 13 2.1.3 Syarat tumbuh tanaman kacang hijau (V. radiata L.) ................................................................. 15 2.1.4 Hasil penelitian yang relevan ........................................ 16 2.1.5 Pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.) ......................................... 17 2.2 Tinjauan Umum Biofertilizer .................................................. 17 2.2.1 Mikroba pemfiksasi nitrogen ......................................... 20 2.2.2 Mikroba pelarut fosfat ................................................... 22 2.2.3 Mikroba pendegradasi bahan organik ............................ 24 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
x SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 27 3.2 Sampel, Bahan dan Alat Penelitian ........................................ 27 3.2.1 Bahan penelitian........................................................... 27 3.2.2 Alat penelitian .............................................................. 28 3.3 Rancangan Penelitian ............................................................. 29 3.4 Variabel Penelitian................................................................. 30 3.5 Prosedur Penelitian ................................................................ 30 3.5.1 Pembuatan media ......................................................... 30 3.5.2 Tahap analisis sampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan.................................................................... 32 3.5.2.1 Pengukuran pH ampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan ............................................. 32 3.5.2.2 Preparasi sampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan .......................................................... 32 3.5.2.3 Preparasi sampel pupuk biofertilizer.................. 33 3.5.3 Persiapan lahan ............................................................ 34 3.5.4 Penanaman kacang hijau ............................................. 35 3.5.5 Perlakuan penelitian tanaman kacang hijau .................. 35 3.5.6 Pemeliharaan dan pengambilan data pertumbuhan tiap minggu ......................................................................... 36 3.5.6.1 Pemeliharaan tanaman kacang hijau .................. 36 3.5.6.2 Pengambilan data mingguan .............................. 36 3.5.6.3 Pengambilan data produktivitas ......................... 36 3.5.6.4 Pengambilan data pertumbuhan akhir ................ 37 3.6 Analisis Data ......................................................................... 38 3.7 Penghitungan Nilai RAE (Relativity Agronomic Effectiveness) ....................................... 38
SKRIPSI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 40 4.1.1 Lahan tanah dan pupuk hayati ...................................... 40 4.1.2 Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.)............................................................... 45 4.1.3 Efektifitas pupuk biofertilizer terhadap hasil produktivitas tanaman ................................................... 63 4.2 Pembahasan .......................................................................... 65 4.2.1 Lahan tanah dan pupuk biofertilizer ............................. 65 4.2.2 Pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.). ..... 70 4.2.3 Produktivitas kacang hijau (V. radiata L.). ................... 85 4.2.4 Efektifitas formulasi terhadap produktivitas kacang hijau (V. radaita L.) pada lahan sawah. ......................... 91 4.2.5 Faktor yang mempengaruhi efektifitas pupuk biofertilizer terhadap pertumbuhan dan hasil APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR xi SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
produktivitas kacang hijau ............................................ 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan............................................................................ 94 5.2 Saran ..................................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 103 LAMPIRAN ........................................................................................... 104
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
xii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 4.1
Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16
SKRIPSI
Judul
Halaman
Kandungan gizi kacang hijau per 100 gram ...................................14 Persyaratan khusus biofertilizer .....................................................18 Rancangan penelitian.....................................................................29 Uji kuantitatif jumlah mikroba pelarut fosfat, pendegradasi bahan organik pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan menggunakan metode TPC ............................................................41 Pengukuran pH pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan.42 Uji kuantitatif mikroba pemfiksasi nitrogen pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan ...........................................43 Uji kuantitatif jumlah mikroba pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organik pada pupuk biofertilizer ..........................................43 Uji kuantitatif mikroba pemfiksasi nitrogen pada pupuk biofertilizer .........................................................................44 Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau ...............45 Nilai rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau ....47 Hasil uji duncan terhadap berat kering tanaman pada tiap perlakuan.......................................................................................50 Hasil uji duncan terhadap panjang akar tanaman pada tiap perlakuan.......................................................................................52 Hasil uji statistik berat akar tanaman pada tiap perlakuan ..............54 Hasil uji duncan terhadap jumlah bintil tanaman pada tiap perlakuan.......................................................................................56 Hasil berat bintil akar tanaman pada tiap perlakuan .......................57 Rata-rata hasil uji Duncan pada jumlah polong per perlakuan ........59 Rata-rata hasil uji Duncan pada berat polong per perlakuan ...........61 Rata-rata hasil uji Duncan pada berat biji per perlakuan.................62 Presentasi hasil perhitungan efektivitas pengenceran pupuk biofertilizer 1:10. ...........................................................................63
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
xiii SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Judul
Halaman
Tanaman kacang hijau .................................................................. 9 Pembentukan bintil akar oleh bakteri Rhizobium sp. ..................... 10 Morfologi kacang hijau secara keseluruhan. ................................. 13 Tahap-tahap pertumbuhan tanaman kacang hijau .......................... 16 Kurva laju pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau ................... 46 Kurva laju pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau ......... 48 Grafik hasil ujiDuncan berat kering tanaman kacang hijau ............ 50 Grafik hasil uji Duncan panjang akar tanaman kacang hijau ......... 52 Grafik hasil uji Statistik berat akar tanaman kacang hijau ............. 54 Grafik hasil penghitungan jumlah bintil berat akar tanaman kacang hijau ................................................................... 55 Grafik hasil penimbangan berat bintil akar tanaman kacang hijau . 58 Grafik hasil penghitungan jumlah polong tanaman kacang hijau ... 60 Grafik hasil penimbangan berat polong tanaman kacang hijau ...... 61 Grafik hasil penimbangan berat biji tanaman kacang hijau ............ 63
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
xiv SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Judul
1. 2. 3. 4.
Lampiran 1. Data pertumbuhan dan produktivitas. Lampiran 2. Penghitungan nilai RAE tanaman kacang hijau. Lampiran 3. Gambar alat dan bahan. Lampiran 4. Gambar pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) tiap minggu. 5. Lampiran 5. Uji sampel tanah dan biofertilizer. 6. Lampiran 6. Hasil analisis data produksi menggunakan Manova satu arah.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
xv SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, kacang hijau (V. radiata L.) merupakan komoditi dari jenis tanaman leguminosa yang mempunyai arti ekonomis penting dan digemari oleh banyak kalangan masyarakat. Posisinya menduduki urutan ke tiga setelah kedelai dan kacang tanah. Kandungan dan manfaat kacang hijau (V. radiata L.) sebagai penghasil bahan makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak mengandung vitamin, karbohidrat, dan protein yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat yang relatif kurang tercukupi (Purwono dan Hartono, 2005). Konsumsi kacang hijau (V. radiata L.) di Indonesia hingga saat ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun peningkatan daya konsumsi terhadap kacang hijau (V. radiata L.) tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dari tanaman ini, dimana produksi kacang hijau dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa timur pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa produksi kacang hijau pada tahun 2013 adalah 57.686 ton/ha, pada tahun 2014 menurun menjadi 56.348 ton/ha, dan kemudian pada tahun 2015 juga mengalami penurunan yaitu menjadi 55.310 ton/ha. (Anonim, 2015). Dengan demikian, permintaan dan target produksi kacang hijau (V. radiata L.) yang cukup tinggi belum dapat dipenuhi secara maksimal oleh hasil sektor petanian kacang hijau di Indonesia, sehingga pemerintah harus impor kacang hijau dari negara lain. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
1 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyebab penurunan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.) yaitu rendahnya ketertarikan para petani untuk menanam kacang hijau yang disebabkan harga pupuk kimia yang digunakan relatif mahal dan efek negatifnya yang bisa merusak lahan pertanian menjadi tandus menjadikan para petani melakukan alih fungsi lahan, sedangkan pemupukan dan lahan subur merupakan indikator utama dalam meningkatkan hasil produktivitas tanaman kacang hijau (Anonimus, 2010). Alternatif lain yaitu menggunakan biofertilizer karena harganya yang ekonomis, dapat memperbaiki kualitas tanah, dan mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Biofertilizer adalah suatu hasil dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari beberapa konsorsium mikroba yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman agar mampu tumbuh secara maksimal. Sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Simanungkalit dkk., (2006) yang menyatakan bahwa biofertilizer merupakan pupuk hayati yang di dalamnya terdapat berbagai konsorsium mikroba yang mampu menyediakan unsur hara N, P, dan K serta zat pengatur tumbuh. Biofertilizer mengandung beberapa konsorsium mikroba, diantaranya adalah bakteri penambat nitrogen seperti Azospirillum sp. dan Azotobacter sp. yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang mampu menyediakan unsur hara fosfat melalui pelarutan unsur hara fosfat dari bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk yang tersedia (Goenarto, 2000).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Aplikasi pemberian dosis dan intensitas pemupukan merupakan hal penting dalam menentukan produktivitas tanaman secara efektif. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Finlay, (1974) bahwa pengaturan waktu dan dosis pemupukan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman, karena waktu dan dosis pemupukan berpengaruh terhadap produksi yang dicapai dan berapa besar modal yang harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, waktu dan dosis pemupukan perlu di perhatikan agar dalam mengusahakan satu jenis tanaman dapat memberikan hasil yang baik. Pemupukan dengan menggunakan biofertilizer dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau sudah pernah dilakukan, pada penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) mengemukakan bahwa dengan dosis 15 mL/tanaman dan frekuensi 3 kali pemberian, mampu meningkatkan hasil produktivitas tanaman kacang hijau di polybag. Namun, dalam penelitian tersebut tidak dilakukan pengenceran sehingga dimata masyarakat aplikasi pupuk biofertilizer murni pada lahan sawah dinilai kurang efisien. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan dilakukan pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 sebagai efesiensi dalam penggunaan biofertilizer dan menentukan aturan baku dalam penggunaan pengenceran pupuk biofertilizer 1:10. Pengenceran biofertilizer 1:10 dilakukan berdasarkan hasil penelitian oleh Sajmin, (1999) yang mengemukakan bahwa dengan pengenceran pemupukan mikroba Bacillus sp. 1:40 dalam pupuk organik cair mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman rumput P. Maximum. Dan untuk mengetahui kombinasi dosis dan intensitas yang optimal SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam pemberian pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 maka digunakan kombinasi dosis 0 mL, 5 mL, 10 mL, dan 15 mL dengan intensitas pemberian 1 kali, 2 kali, 3 kali. Digunakan kombinasi dosis dan intensitas demikian untuk mengetahui apakah kombinasi dosis dan intensitas yang lebih rendah mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau yang setara dengan kombinasi dosis dan intensitas yang lebih tinggi, dan dalam kombinasi dosis dan intensitas yang lebih tinggi apakah mampu melipatgandakan hasil dari produktivitas tanaman kacang hijau. Sehingga, dapat diketahui kombinasi dosis dan intensitas pengenceran pupuk biofertilizer yang optimal dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Aplikasi formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (Vigna radiata L.) pada lahan sawah“. Sehingga, dengan adanya pengembangan penelitian ini, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan yang baru tentang penggunaan biofertilizer dan bisa beralih dari pemakaian pemberian pupuk kimia menjadi pemakaian pupuk biofertilizer.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Apakah ada beda formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah ? 2. Apakah ada beda formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap hasil produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah ? 3. Berapa
nilai
efektivitas
dari
pemberian
formulasi
pengenceran
biofertilizer (1:10) terhadap hasil produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah ?
1.3
Asumsi Kacang hijau (V. radiata L.) merupakan tanaman yang dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor pemupukan yang merupakan penyedia nutrisi dan menentukan hasil produktivitas tanaman. Biofertilizer mengandung mikroba fungsional tanah yang mampu memobilisasi bahan nutritif dari bentuk yang belum dapat diserap menjadi bentuk yang siap diserap oleh tanaman melalui proses biologi (Tien et al., 1979). Mikroba yang digunakan dalam biofertilizer memiliki peranan masing-masing yaitu bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, mikroba pendegradasi bahan organik, dan mikroba penyedia faktor tumbuh sehingga dapat SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi lebih berkualitas. Aplikasi formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda merupakan faktor penting dalam penentuan pemenuhan kebutuhan tanaman, formulasi pengenceran, dosis, dan intensitas biofertilizer belum memiliki aturan baku dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa penentuan formulasi pengenceran, dosis dan intensitas biofertilizer sangat berpengaruh terhadap efektifitas dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.).
1.4
Hipotesis Penelitian
1.4.1 Hipotesis kerja Jika ada beda formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.), maka formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) yang berbeda akan memberikan perbedaan terhadap pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.). 1.4.2 Hipotesis statistik Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : H01 : Tidak ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan kacang hijau (V. radiata L.).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ha1 : Ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan kacang hijau (V. radiata L.). H02 : Tidak ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap hasil produktivitas kacang hijau (V. radiata L.). Ha2 : Ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap hasil produktivitas kacang hijau (V. radiata L.).
1.5
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada beda formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah. 2. Untuk mengetahui apakah ada beda formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap hasil produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah. 3. Untuk
mengetahui
nilai
efektivitas
dari
formulasi
pengenceran
biofertilizer (1:10) terhadap hasil produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
pemakaian dan perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas terhadap pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.). Selain itu juga diharapkan dari penelitian ini mampu diketahui kombinasi dosis dan intensitas biofertilizer yang optimal sehingga dapat diaplikasikan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau pada lahan sawah.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Umum Tanaman Kacang Hijau (V. radiata L.)
2.1.1 Deskripsi tentang tanaman kacang hijau (V. radiata L.) Tanamana kacang hijau (V. radiata L.) termasuk famili leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan menurut Backer CA and RC Bakhuizen van den Brink, (1968) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisi
: Spermatophyta
Divis
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata L.
Varietas
: VIMA-1
Gambar 1. Tanaman Kacang Hijau (Sumber : Dok. pribadi)
Secara morfologi tanaman kacang hijau memiliki batang pendek dan daun cukup banyak dan buah lebat dibagian kuncupnya. Morfologi tanaman kacang hijau (V. radiata L.) yaitu sebagai berikut: SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
9 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Rukmana, 1997). Pada bagian akar, utamanya pada rambut akar terdapat bintil-bintil akar yang merupakan bentuk simbiosis antara akar dengan bakteri Rhizobium japanicum (Lamina, 1989).
Gambar 2. Pembentukan bintil akar oleh bakteri Rhizobium sp. (Sumber: Ramadana, 2015)
Keterangan : (1) Akar dari Pisum sativum dengan bintil yang dibentuk oleh Rhizobium. (2) Bintil akar berkembang sebagai hasil dari simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan rambut akar tanaman. (a) Bakteri mengenal rambut akar dan mulai membelah, (b) Masuknya rhizobia ke akar melalui infeksi sehingga bakteri masuk ke dalam sel akar, (c) Membelah menjadi bentuk nodula (Dewi, 2007 dalam Ramadana, 2015). Rhizobium masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali dapat memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Dewi, 2007 dalam SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ramadana, 2015) bahwa terbentuknya bintil akar dimulai dengan masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan bintil di mana bakteri ini membelah dan menggandakan diri. Ukuran dan bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya. Ada dua tipe bintil akar, yaitu efektif dan inefektif. Bintil efektif dibentuk oleh strain efektif dari Rhizobium. Bintil ini berkembang dengan baik, berwarna merah muda akibat adanya pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi dengan baik dengan banyak bakteroid (Dewi, 2007 dalam Ramadana, 2015). Surtiningsih, et al., (2009) menyatakan terbentuknya bintil akar efektif yang lebih banyak mampu meningkatkan penambatan nitrogen yang selanjutnya untuk membentuk klorofil dan enzim. Peningkatan klorofil dan enzim
mampu
meningkatkan
fotosintesis
yang
pada
akhirnya
dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (hasil produksi biji) tanaman. Berbeda dengan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk bintil umumnya kecil dan berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan akumulasi tepung dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam bintil inefektif berisi glikogen. Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada hijau dan ada juga ungu (Andrianto dan Indarto, 2004). Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
masing-masing daun berupa daun majemuk. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 30-110 cm dan cabangnya menyebar kesegala arah (Rukmana, 1997). Daun tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip (Andrianto dan Indarto, 2004). Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang dan dapat menyerbuk sendiri. Bunga keluar secara berkelompok sebanyak 4-8 kuntum pada tiap-tiap tangkai bunga yang panjang dan tegak. Seperti tanaman polong-polongan lain bunga kacang hijau berbentuk kupu-kupu (Idris et al., 1982). Van der maesen dan soematmadja. (1993) menyatakan bahwa waktu terbentuknya bunga kacang hijau pada umur 30 hari setelah tanam. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6–15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan berwarna hitam atau coklat ketika tua, dengan isi polong 10–15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004). Polong biasanya matang pada waktu 19-22 hari setelah berbunga, Apabila 50% polong telah matang biasanya akan terjadi pengeluaran bunga sekali lagi. Oleh karena itu, pemanenan kacang hijau perlu dilakukan beberapa kali dengan jarak waktu panen dari 20-25 hari (Idris et al., 1982).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Biji kacang hijau berukuran relatif lebih kecil dari pada biji kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap. Ada beberapa biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam (Andrianto dan Indarto, 2004). Dan menurut Rukmana. (1997) Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan berat tiap butir 0,5-0,8 mg.
Gambar 3. Morfologi kacang hijau secara keseluruhan. (Sumber: Dok. pribadi)
2.1.2 Manfaat dan kandungan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) 1. Kandungan gizi kacang hijau Kacang hijau (V. radiata L.) merupakan sumber protein nabati, vitamin (A, B, C, dan E) serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, kandungan zat gizi yang baik, kacang hijau banyak digunakan sebagai bahan makanan bayi dan minuman siap saji dalam kotak atau pun dalam kaleng. Adapun nilai kandungan gizi kacang hijau per 100 g, kacang hijau, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.1. Kandungan gizi kacang hijau per 100 g.
(Sumber: S. Rositawaty 2009 dalam Khairani, 2008)
2. Manfaat kacang hijau Kacang hijau (V. radiata L.) memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 22% dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacangkacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi, asupan lemak tak jenuh SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung, selain itu kacang hijau mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan (Purwono et al., 2005). 2.1.3 Syarat tumbuh tanaman kacang hijau (V. radiata L.) Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi luas di berbagai daerah yang beriklim panas (tropik). Di indonesia, kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl). Menurut Irwan (2005) syarat tumbuh kacang hijau yaitu terdiri dari: 1. Iklim Kacang hijau dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25° C - 27° C, dengan tingkat kelembaban udara antara 50% - 89%. Tanaman ini termasuk golongan tanaman C3 dengan panjang hari maksimum sekitar 10 jam/hari. Curah hujan yang dikehendaki untuk pertumbuhan kacang hijau berkisar antara 700-900 mm/tahun, dan memiliki toleransi yang baik pada curah hujan yang lebih renah dengan memanfaatkan kelembaban tanah dan air tanah. Demikian juga terhadap suhu, dimana suhu optimum sekitar 28° C - 30° C cukup baik pada pertanaman kacang hijau (Irwan, 2005). 2. Tanah Jenis tanah yang yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik. Untuk pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengandung bahan organik (humus) aerasi dan drainasinya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8-6,5 (Rukamana, 1997).
Gambar 4. Tahap-tahap pertumbuhan tanaman kacang hijau Gambar 4. tahapan pertumbuhan kacang hijau (V. radiata L.). (Sumber : Purwono, 2005) 2.1.4 Hasil penelitian yang relevan Chusnia (2012) telah melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (V. radaiata L.) pada polybag, bahan yang digunakan adalah konsorsium mikroba yang terdiri dari 3 bakteri penambat nitrogen, 3 bakteri pelarut fosfat, dan 2 bakteri ditambah 1 yeast pendegradasi bahan organik. Dosis yang diberikan yakni 0 mL, 5 mL, 10 mL, dan 15 mL per tanaman. Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa dengan pemberian pupuk hayati dapat berpengaruh nyata terhadap tinggi batang, jumlah daun, jumlah bintil akar, berat kering tanaman, berat polong, dan berat biji per tanaman. Selain itu dengan pemberian dosis 15 mL dapat memberikan nilai tertinggi untuk tinggi, jumlah bintil akar, berat kering tanaman, berat polong, dan berat biji total kacang hijau (V. radiata L.) dibanding dengan perlakuan lainnya. Menurut (Hadisuwito, 2012) mengatakan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bahwa dosis yang dianjurkan untuk tanaman sayur, tanaman hias, dan tanaman pangan berkisar 5-15 mL. Dan menurut Sajmin, (1999) menyatakan bahwa pemberian konsentrasi POC (pupuk organik cair) 1:40 berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari rumput gajah P. maximum. 1.1.5 Pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.) Pertumbuhan adalah aspek penting yang harus diperhatikan dalam sistem tanaman yang berhubungan dengan hasil, karena hasil tanaman tidak dipanen dan terbentuk secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berangsur-angsur dari waktu ke waktu dan melalui beberapa generasi. pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran volume. massa maupun sel yang dapat dinyatakan dengan satuan (kuantitatif). bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversibel) (Sitompul dan Bambang, 1995). Produktivitas merupakan jumlah produksi per satuan luas lahan tanaman. produktivitas diartikan sebagai kemampuan tanaman untuk menghasilkan suatu produk atau hasil yang biasa dilihat dari jumlah polong, berat polong, dan pengukuran massa kering biji sebagai hasil akhir dari suatu tanaman yang diperoleh setelah panen pertumbuhan selesai (Gardner, 1991).
2.2.
Tinjauan Umum Biofertilizer Biofertilizer atau pupuk hayati merupakan bahan yang mengandung
mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman, dengan cara mengubah unsur hara dari bentuk yang belum dapat digunakan menjadi bentuk tersedia bagi tanaman melalui proses biologi baik SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan hidup bebas di dalam tanah atau berasosiasi dengan tanaman (Subba Rao, 1993; Tien et al., 1979). Dewasa ini, biofertilizer dipergunakan untuk mempengaruhi peningkatan hasil panen berkelanjutan di bawah berbagai kondisi iklim agronomi. Biofertilizer sebagai bahan pembawa mikroba hidup berperan sebagai sumber daya yang murah untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman dengan cara sintesis faktor pertumbuhan (Subba Rao et al., 1993). Adapun syarat yang harus ada dalam kandungan biofertilizer menurut Peraturan Mentri Pertanian (permentan, 2009) yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2. Persyaratan Khusus Biofertilizer
(Sumber: Permentan, 2009)
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Sumber: Permentan, 2009)
Mikroba yang terkandung dalam biofertilizer ini memiliki peran masingmasing dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman, seperti melalui penambatan nitrogen, pelarutan fosfat, dan pendegradasian bahan organik tanah. Beberapa mikroba tanah yang sering digunakan dalam biofertilizer adalah Bacillus subtilis, B. megaterium, B. licheniformis. Pseudomonas putida dan P. fluorescens yang berperan sebagai bakteri pelarut fosfat. Bakteri Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Rhizobium sp. yang berperan sebagai bakteri penambat nitrogen. Bakteri Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum., Cyophaga sp., Cellvibrio sp., dan yeast dari golongan Saccharomyces cerevisiae yang berperan sebagai mikroba SKRIPSI
pendegradasi bahan organik serta beberapa diantara mikroba tersebut berperan APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagai penghasil antibiotik dan penyedia faktor tumbuh bagi tanaman (Simanungkalit, 2001). 2.2.1 Mikroba pemfiksasi nitrogen Nitrogen merupakan nutrisi penting bagi tumbuhan dan diperlukan dalam jumlah besar. Nitrogen di udara sekitar 79%, tetapi organisme tidak dapat menggunakan secara langsung dalam bentuk N2, kecuali organisme tingkat rendah. Tumbuhan menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat (NO 3-) dan ion ammonium (NH4). Nitrogen dikatakan penting bagi tumbuhan karena bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun protoplasma, molekul klorofil, asam nukleat, dan asam amino yang merupakan penyusun protein. Dampak dari kekurangan unsur nitrogen tanah dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu serta produktivitas tanaman menjadi menurun akibat dari pembentukan klorofil pada saat proses fotosintesis terganggu. Hal ini didukung pula oleh Sumiati dan Gunawan (2007) bahwa defisiensi unsur nitrogen akan membatasi pembelahan dan perbesaran sel, dan menurut Hedge (1988) berpendapat bahwa pupuk nitrogen dosis tinggi tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap produksi tanaman. Oleh karena itu, pemberian dosis tinggi tidak menjamin peningkatan hasil. Fiksasi nitrogen oleh mikroba merupakan salah satu dari banyak proses biokimiawi di dalam tanah yang memainkan peranan penting bagi penyediaan nutrisi tanaman, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N 2 atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan (nitrogen tertambat) (Pelczar dan Chan,
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012). Konversi N2 dari udara menjadi ammonia dimediasi oleh enzim nitrogenase. Bakteri yang mampu memfiksasi nitrogen yang hidup bebas antara lain Azotobacter chrococcum, Clostridium
pasteurianum, dan Rhodospirillum
rubrum (Susilowarno dkk., 2001). Bakteri Azotobacter memiliki peran utama dalam menambat nitrogen dari atmosfer secara non-simbiotik. Selain itu, bakteri ini mampu menghasilkan zat pengatur tubuh seperti giberelin, sitokinin, dan asam indol asetat, sehingga dapat memacu pertumbuhan akar secara langsung dengan menstimulasi pemanjangan atau pembelahan sel (Hindersah dan Simarmata, 2004). Beberapa bakteri yang berperan dalam fiksasi nitrogen yaitu: Azotobacter sp. dikenal sebagai penghasil polisakarida ekstraseluler seperti alginat dan polimer, Alginat berfungsi melindungi nitrogenase, sehingga meningkatkan fiksasi nitrogen (Sabra et al., 2000 dalam Sholichah, 2015). Azospirillum mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui banyak mekanisme, termasuk fiksasi N2, produksi fitohormon dan biokontrol (Reis et al., 2011). Rhizobium dapat meningkatkan produksi pertanian dengan cara mengikat nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Ramadana, 2015). Banyaknya N2 yang dikonversi menjadi ammonia sangat tergantung pada kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan sumber karbon organik di SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lingkungan rhizosfir merupakan faktor utama yang menentukan banyaknya nitrogen yang dihasilkan (Alexander, 1977). Oleh karena itu, penambahan sisasisa tanaman (biomassa) sebagai sumber karbon ke dalam tanah dapat memacu perkembangan populasi bakteri penambat nitrogen.
2.2.2 Mikroba pelarut fosfat Fosfat termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungannya didalam tanah lebih rendah dibanding nitrogen dan kalium. Tanaman menyerap fosfat dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- dan HPO42-. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH tanah yang lebih tinggi bentuk HPO42- lebih dominan. Soepardi (1983) menyatakan bahwa peranan fosfat penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat jaringan akar agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji serta memperkaya daya tahan terhadap penyakit. Penelitian dan pemanfaatan mikroba pelarut fosfat sudah mulai dilakukan sejak tahun 1930-an (Waksman dan Starkey, 1931; Gerretsen, 1948). Selain berperan dalam pelarut fosfat, mikroorganisme ini juga diketahui mampu memproduksi asam amino, vitamin, serta substansi pemacu pertumbuhan seperti IAA dan giberelin yang dapat membantu pertumbuhan tanaman (Ponmurugan dan Gopi, 2006). Fosfat di dalam tanah secara alami terdapat dalam bentuk organik dan SKRIPSI
anorganik. Kedua macam bentuk tersebut merupakan bentuk fosfat yang tidak APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
larut atau sedikit larut, sehingga ketersediaannya bagi biota tanah sangat terbatas. Mineral fosfat anorganik pada umumnya terikat sebagai AlPO 4.2H2O (variscite) dan FePO4.2H2O (strengite) pada tanah masam dan sebagai Ca3(PO4)2 (trikalsium fosfat) pada tanah. Asam-asam organik sangat berperan dalam pelarutan fosfat karena asam organik tersebut relatif kaya akan gugus-gugus fungsional karboksil (-COO-) dan hidroksil (-O-) yang bermuatan negatif sehingga memungkinkan untuk membentuk senyawa komplek dengan ion (kation) logam yang biasa disebut chelate (Wagner & Wolf, 1998 dalam Intan, 2007). Mekanisme pelarutan fosfat dari Al-P atau Fe-P pada tanah terjadi dengan cara asam-asam organik mengchelate Al dan Ca, sehingga mengakibatkan fosfat terlepas dari ikatan AlPO4.2H2O dan Ca3(PO4)2. Keadaan ini akan meningkatkan ketersediaan fosfat dalam larutan tanah (Santosa, 2005 dalam Intan, 2007). Mikroorganisme pelarut fosfat yang sering digunakan untuk melarutkan fosfat antara lain adalah anggota genus Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. serta beberapa bakteri lainnya (Alexander, 1977). Bacillus subtilis mampu melarutkan fosfat melalui aktivitas fosfatase dan fitase (enzim yang menghidrolisis fosfat organik sukar larut atau fitat). Selain itu, Bacillus subtilis juga memiliki potensi untuk memproduksi asam indol asetat (AIA) yang merupakan hormon auksin utama pada tumbuhan yang mengendalikan berbagai proses fisiologi penting meliputi pembelahan dan perkembangan sel, dan diferensiasi jaringan (Idriss et al., 2002 dalam Intan, 2007). Bacillus megaterium mempunyai kemampuan melarutkan fosfat anorganik tak larut dengan mensekresikan asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH, dengan adanya perubahan pH berperanan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penting dalam peningkatan kelarutan fosfat yang selanjutnya asam-asam organik ini akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+, atau Mg2+ membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat dan oleh karena itu dapat diserap oleh tanaman (Chen, 2002 dalam Intan, 2007) selain sebagai pelarut fosfat, bakteri ini juga mampu memproduksi hormon IAA sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dan berperan sebagai agen biokontrol dengan menginduksi
sistem kekebalan tanaman serta menghasilkan antibiotik.
Pseudomonas putida dapat meningkatkan fosfat tersedia melalui mekanisme pengkhelatan penjerap fosfat oleh asam organik ataupun melalui persaingan anion antara ortofosfat dengan asam organik pada tapak jerapan koloid tanah yang bermuatan positif. Disamping menghasilkan asam organik, bakteri ini juga menghasilkan fitohormon, antibiotik, dan siderofor yang secara tidak langsung dapat memperbaiki serapan fosfat yang dapat dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman (Premono et al., 1994). 2.2.3 Mikroba pendegradasi bahan organik Mikroba pendegradasi bahan organik merupakan suatu agen bioaktivator yang tumbuh secara alami atau dengan sengaja diberikan pada tanah atau pupuk organik untuk mempercepat proses penguraian bahan organik tersebut menjadi zat yang siap diserap oleh tanaman. Jumlah dan jenis mikroba menentukan keberhasilan proses dekomposisi. Proses dekomposisi ini tidak dilakukan oleh satu mikroba monokultur namun dilakukan oleh konsorsia mikroba. Mikroba pendegradasi bahan organik adalah mikroorganisme pengurai lignin, serat, dan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari sisa-sisa organik jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan dapat juga berperan dalam pengomposan. Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung pada kondisi aerob dan anaerob (Gaur, 1982). Perombakan secara aerob merupakan proses perombakan bahan organik dengan menggunakan O2. Hasil akhir dari perombakan secara aerob merupakan produk metabolisme biologi berupa CO2, H2O, panas, unsur hara, dan sebagian humus. Sedangkan perombakan secara anaerob diartikan sebagai proses dekomposisi bahan organik tanpa menggunakan O2. Reaksi yang terjadi pada perombakan sistem anaerobik, hasil akhirnya yaitu terutama berupa CH4, CO2, dan sejumLah hasil antara; timbul bau busuk karena adanya H2S dan sulfur organik seperti merkaptan (Haug, 1980). Peran jamur dalam mendegradasi bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Kelompok jamur menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata dalam proses ini (Sumarno, 2008 dalam Rasti 215). Hal ini dikarenakan pertumbuhan optimum fungi pada pH 5-5,5. Sebaliknya, pertumbuhan kelompok optimum pada pH netral dan meningkat seiring meningkatnya pH tanah, sedangkan kisaran hidup bakteri adalah pada pH 4 - 6 sehingga aktivitas mikroorganisme pendegradasi bahan organik didominasi oleh kelompok fungi (Ginting et al., 2006). Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam proses pendegradasi bahan organik dalam tanah yaitu: Cellulomonas sp. merupakan organisme SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
selulolitik yang mampu mendegradasi dan memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energinya (Baharuddin et al., 2010 dalam Kusuma., 2015). Bakteri ini dipilih sebagai salah satu mikroba pendegradasi selulosa karena memiliki tingkat optimasi produksi enzim selulase yang tinggi, tahan terhadap kelembaban yang tinggi dimana dalam kelembaban tersebut dibutuhkan untuk dekomposisi selulosa dan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding kelompok mikroba lainnya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk produksi enzim lebih cepat (Baharuddin et al., 2010). Lactobacillus plantarum adalah spesies bakteri yang menghasilkan asam laktat sebagai prodaknya, asam laktat yang dihasilkan dapat menurunkan pH dari lingkungan pertumbuhannya sehingga menimbulkan rasa asam serta menghambat pertumbuhan dari beberapa jenis mikroba patogen pada daerah rhizosfer tanaman (Liu, 2006 dalam Sholichah, 2015). Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme eukariota yang dalam proses fermentasi, selain dapat menurunkan kandungan serat kasar seperti golongan dari polisakarida (selulosa dan lignin) yang nantinya akan didegradasi menjadi gula sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh golongan bakteri asam laktat (BAL) untuk diubah menjadi asam laktat (Umiyasih et al., 2008 dalam Kusuma, 2015).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu di Laboratorium
Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya dan area lahan pertanian di dusun Besuk, desa Lemujut, kecamatan Krembung, kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, pada bulan juni 2015 sampai maret 2016. 3.2
Sampel, Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan penelitian Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan kegunaan dan keperluannya, yaitu bahan yang diperlukan pada lapangan dan bahan yang digunakan pada laboratorium. Bahan yang diperlukan pada lapangan terdiri atas: biji kacang hijau (V. radiata L. Varietas VIMA-1), air untuk menyiram tanaman, pupuk kimia (Vitonic super), pupuk hayati (biofertilizer) dari kelompok tani desa Lemujut (Starter dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga), kertas label, plastik, kapas, tali rafia, es batu, dan spidol permanen. Sedangkan bahan yang digunakan pada laboratorium yaitu akuades, alkohol, spiritus, tissue, aluminium foil, larutan garam fisiologis, cling wrap, media selektif dan spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni populasi mikroba terdiri dari: Nfb semi solid (Nitrogen-fixing bacteria), SKRIPSI
media Pikovskaya, dan CMCA (Carboxymethyl Cellulose Agar). Adapun APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR 27 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kandungan bahan pembuatan media Nfb, Pikovskaya, dan CMCA adalah Nfb (Nitrogen free bromothymol blue) (semi solid) yang terdiri atas asam malat 0,5 g; KOH 0,4 g; K2HPO4 0,05 g; FeSO4 0,005 g; MnSO4 0,001 g; MgSO4 0,01 g; NaCl 0,002 g; CaCl2 0,002 g; Na2MoO2 0,001 g; bromotimol biru 0,3 mL; Agar 1,75 g serta 100 mL akuades, media Pikovskaya terdiri atas glukosa 1 g; Ca3PO4 0,5 g; (NH4)2SO4 0,05 g; KCl 0,02 g; MgSO4 0,01 g; MnSO4 0,01 g; FeSO4 0,01 g; yeast extract 0,05 g; agar 1,5 g; serta 100 mL akuades, dan media CMCA (Carboxy Methyl Cellulose Agar) terdiri atas CMC 1 g; KNO3 0,075 g; MgSO4.7H2O 0,02 g; KH2PO4 0,05 g; FeSO4.7H2O 0,002 g; CaCl2.2H2O 0,004 g; yeast extract 0,05 g; agar 17 g; serta akuades 100 mL. Sedangkan sampel yang digunakan yaitu: Tanah sebelum dan setelah pemberian perlakuan dan pupuk biofertilizer. 3.2.2 Alat penelitian Dalam penelitian ini alat-alat yang digunakan berdasarkan keperluannya terbagi menjadi 2 macam, yaitu alat yang diperlukan dalam laboratorium dan alat yang diperlukan pada lapangan. Alat-alat yang diperlukan dalam laboratorium terdiri dari: autoclave (OSK 6500, ALP Co. Ltd), shaker (GFL), timbangan analitik (Shimadzu), colony counter (Galaxy 230), Petri dish, tabung reaksi (Pyrex) dan rak tabung reaksi, tabung kuvet (Pyrex), Bunsen, jarum ose, pipet ukur (Pyrex), Vein, kapas, gelas ukur (Pyrex), kertas label, aluminium foil, tissue, kompor listrik, cling wrap, Shaker inkubator, gelas obyek, cover glass, micropipate, dan pH meter. Sedangkan alat-alat yang diperlukan pada lapangan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terdiri dari: timbangan digital (HANG), cangkul, meteran, ember plastik, hand sprayer, sarung tangan, tali rafia, spuit (50 mL), linggis, gelas ukur, corong plastik, kantong plastik, kamera digital (OPPO), gunting, sekop kecil, kayu yang bagian ujungnya lancip, toples plastik, boks paravin/termos, dan pinset. 3.3
Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan penelitian
menggunakan Acak Lengkap (RAL) dengan 11 perlakuan setiap perlakuan diulang 3 kali, pada penelitian ini menggunakan formulasi pengenceran biofertilizer (1:10) dengan kombinasi dosis dan intensitas sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan penelitian. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perlakuan KK+ 5.1 5.2 5.3 10.1 10.2 10.3 15.1 15.2 15.3
keterangan K- : Tanpa pemberian pemupukan. K+ : Pupuk kimia (vitonic Super) dengan dosis 5mL frekuensi 3 kali. 5.1 : Biofertilizer dosis 5 mL dengan frekuensi 1 kali. 5.2 : Biofertilizer dosis 5 mL dengan frekuensi 2 kali. 5.3 : Biofertilizer dosis 5 mL dengan frekuensi 3 kali. 10.1 : Biofertilizer dosis 10 mL dengan frekuensi 1 kali. 10.2 : Biofertilizer dosis 10 mL dengan frekuensi 2 kali. 10.3 : Biofertilizer dosis 10 mL dengan frekuensi 3 kali. 15.1 : Biofertilizer dosis 15 mL dengan frekuensi 1 kali. 15.2 : Biofertilizer dosis 15 mL dengan frekuensi 2 kali. 15.3 : Biofertilizer dosis 15 mL dengan frekuensi 3 kali.
Perlakuan dosis biofertilizer diberikan pada 1 minggu setelah tanam, 3 minggu setelah tanam, dan 5 minggu setelah tanam.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.4
Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain:
a.
Variabel bebas
: Kombinasi dosis biofertilizer 0 mL, 5 mL, 10 mL, dan 15 mL. Dan Intensitas pemberian biofertilizer 1 kali, 2 kali dan 3 kali.
b.
Variabel terikat
: Parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun, berat kering tanaman (g), panjang akar (cm), berat kering akar (g), jumlah bintil akar, berat bintil akar (g). Parameter produktivitas meliputi jumlah total buah polong, berat total buah polong (g), berat total biji kacang hijau (g).
c.
Variabel terkendali : Varietas tanaman kacang hijau (VIMA 1), usia bibit tanaman (1 minggu), dan jarak antar tanaman (30 x 40 cm).
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan media a.
Pembuatan media Nfb (Nitrogen Fixation Bacteria) semi solid (Saraswati, dkk., 2007) Bahan media Nfb semi solid adalah Malic acid 0,5 g, asam malat 0,5 g;
KOH 0,4 g; K2HPO4 0,05 g; FeSO4 0,005 g; MnSO4 0,001 g; MgSO4 0,01 g; NaCl 0,002 g; CaCl2 0,002 g; Na2MoO2 0,001 g; bromotimol biru 0,3 mL; Agar 1,75 g dicampur kedalam labu erlenmeyer yang berisi 100 mL akuades SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Saraswati, dkk, 2007). Kemudian direbus di atas kompor listrik sampai agar dan bahan-bahan terlarut sempurna, setelah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 5 mL dan ditutup rapat dengan kapas yang dilapisi dengan aluminium foil untuk kemudian disterilkan dengan autoclave pada tekanan 1 atm, temperatur 1210 C selama 30 menit. b.
Pembuatan media Pikovskaya (Rao, 1981 dalam Saraswati dkk., 2007) Bahan media Pikovskaya yaitu glukosa 1 g; Ca3PO4 0,5 g; (NH4)2SO4
0,05 g; KCl 0,02 g; MgSO4 0,01 g; MnSO4 0,01 g; FeSO4 0,01 g; yeast extract 0,05 g; agar 1,5 g; dicampur ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 100 mL akuades. Kemudian direbus di atas kompor listrik sampai agar dan bahan-bahan terlarut sempurna, setelah itu mulut labu erlenmeyer ditutup dengan kapas dan dilapisi aluminium foil untuk kemudian disterilkan dengan autoclave pada tekanan 1 atm temperatur 1210 C selama 30 menit. c.
Pembuatan media CMCA (Carboxymethyl Cellulose Agar) Bahan media CMCA yaitu CMC 1 g; KNO3 0,075 g; MgSO4.7H2O 0,02
g; KH2PO4 0,05 g; FeSO4.7H2O 0,002 g; CaCl2.2H2O 0,004 g; yeast extract 0,05 g; agar 17 g; dicampur ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 100 mL akuades. Kemudian direbus di atas kompor listrik sampai agar dan bahan-bahan terlarut sempurna, setelah itu mulut labu erlenmeyer ditutup dengan kapas dan dilapisi aluminium foil untuk kemudian disterilkan dengan autoclave pada tekanan 1 atm temperatur 1210 C selama 30 menit.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.5.2. Tahap analisis sampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan 3.5.2.1. Pengukuran pH sampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan Pengukuran pH tanah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanah sebelum diberikan perlakuan dan tanah sesudah diberikan perlakuan. Pada pengukuran pH tanah ini, dilakukan secara acak menggunakan pH meter di tiap tanah yang akan digunakan sebagai media tanam. 3.5.2.2. Preparasi sampel tanah sebelum dan sesudah perlakuan Pengukuran kuantitas mikroba tanah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanah sebelum pemberian perlakuan dan tanah sesudah pemberian perlakuan. Pengukuran kuantitas mikroba tanah dilakukan dengan cara menumbuhkan mikroba menggunakan media spesifik, untuk media Nfb semi solid dilakukan analisis kuantitatif menggunakan metode MPN (Most Probable Number), sedangkan untuk media Pikovskaya dan media CMCA dilakukan analisis kuantitatif menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Cara menumbuhkan mikroba pada beberapa media spesifik yaitu dengan terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel tanah sebanyak 50 g ke dalam botol kultur yang berisi akuades steril 450 mL yang kemudian dihomogenkan menggunakan shaker. setelah itu dilanjutkan dengan seri pengenceran sampai 10-6. Pada metode MPN menggunakan Nfb semi solid dilakukan dengan cara membagi tiga seri pengenceran tiap sampelnya, masing-masing sampel sudah terdapat tiga buah tabung reaksi berisi 6 mL media Nfb semi solid. Seri pertama berisi 10 mL sampel, seri kedua berisi 1 mL sampel dan seri ketiga berisi 0,1 mL SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sampel dan diinkubasi selama 7 x 24 jam. Pada metode TPC menggunakan media Pikovskaya dan media CMCA dilakukan dengan mengambil 1 mL suspensi mikroba dari pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 kemudian ditumbuhkan pada 10 mL media spesifik dan diinkubasi selama 3 x 24 jam. Setelah itu dilakukan perhitungan koloni mikroba yang terbentuk menggunakan Colony Counter yang dilanjutkan dengan perhitungan TPC (Total Plate Count) menggunakan rumus (Rofi’i, 2009):
3.5.2.3. Preparasi sampel pupuk biofertilizer Pengukuran kuantitas mikroba pupuk biofertilizer dilakukan dengan cara menetapkan keberadaan mikroba menggunakan media spesifik, untuk media Nfb semi solid dilakukan analisis menggunakan metode MPN (Most Probable Number), sedangkan untuk media Pikovskaya dan media CMCA dilakukan analisis menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Cara menumbuhkan mikroba pada beberapa media spesifik yaitu dengan terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel biofertilizer sebanyak 50 mL ke dalam botol kultur yang berisi akuades steril 450 mL yang kemudian dihomogenkan menggunakan shaker. Setelah itu dilanjutkan dengan seri pengenceran sampai 10 -6. Pada metode MPN menggunakan Nfb semi solid dilakukan dengan cara membagi tiga seri pengenceran tiap sampelnya, masing-masing sampel sudah terdapat tiga buah tabung reaksi berisi 6 mL media Nfb semi solid. Seri pertama berisi 10 mL sampel, seri kedua berisi 1 mL sampel dan seri ketiga berisi 0,1 mL SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sampel dan diinkubasi selama 7 x 24 jam. Pada metode TPC menggunakan media Pikovskaya dan media CMCA dilakukan dengan mengambil 1 mL suspensi mikroba dari pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 kemudian ditumbuhkan pada 10 mL media spesifik dan diinkubasi selama 3 x 24 jam. Setelah itu dilakukan perhitungan koloni mikroba yang terbentuk menggunakan Colony Counter yang dilanjutkan dengan perhitungan TPC (Total Plate Count) menggunakan rumus (Rofi’i, 2009):
3.5.3
Persiapan lahan
a.
Pembersihan lahan Lahan dibersihkan dari gulma (rumput) dengan cara mencabut gulma
sampai ke akarnya, kemudian membersihkan sebagian sisa jerami padi hasil pasca panen. b.
Pembentukan bedengan Pada penelitian ini, bedengan yang digunakan mempunyai ukuran
panjang 303 cm dan lebar 190 cm. Satu bedengan digunakan untuk 1 jenis perlakuan penelitian. Satu bedengan terdapat 30 populasi tanaman dengan jarak 40 cm x 30 cm. Jarak antar bedengan 20 cm. c.
Pembuatan lubang tanaman Setelah pembuatan bedengan selesai, selanjutnya yaitu membuat lubang
tanam dengan cara menancapkan kayu yang memiliki ujung lancip ke dalam tanah dengan kedalaman 5 cm. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.5.4 Penanaman kacang hijau Penanaman kacang hijau (V. radiata L.) dengan melakukan sistem perlubangan biasa menggunakan kayu berujung lancip, kemudian dimasukan biji kacang hijau masing-masing 3 biji. Setelah proses penanaman selesai dilakuakan penyiraman pertama menggunakan air. 3.5.5
Perlakuan penelitian tanaman kacang hijau Pemberian awal perlakuan dilakukan ketika kacang hijau muncul ke
permukaan tanah yaitu berumur 1 minggu setelah tanam dan terbentuk sepasang daun pertama yang membuka sempurna. Adapun pemberian perlakuan tersebut terdiri dari: a.
Pemberian perlakuan kontrol negatif Pada kontrol negatif tidak diberikan pemupukan sejak satu minggu
setelah tanam, tapi hanya diberikan penyiraman menggunakan air dengan intensitas pemberian 1 minggu, 3 minggu, dan 5 minggu setelah tanam. b.
Pemberian perlakuan kontrol positif Pada kontrol positif dilakukan pengenceran dengan perbandingan 3 mL
pupuk kimia (Vitonic super) dengan 1 L air. Pemupukan diberikan dengan kombinasi dosis (5 mL) dan intensitas 1 minggu, 3 minggu, dan 5 minggu setelah tanam.
c.
Pemberian perlakuan kombinasi variasi dosis dan intensitas biofertilizer Pada pemberian pupuk biofertilizer, sebelumnya dilakukan pengenceran
dengan perbandingan 1 L pupuk biofertilizer dengan 9 L air. Pemupukan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diberikan dengan kombinasi dosis (5 mL, 10 mL, dan 15 mL) dan intensitas (1 kali, 2 kali dan 3 kali ). Intensitas 1 kali pemupukan yaitu pada 1 minggu setelah tanam, 2 kali pemupukan yaitu pada 1 minggu dan 3 minggu setelah tanam, dan 3 kali pemupukan yaitu pada 1 minggu, 3 minggu, dan 5 minggu setelah tanam. 3.5.6 Pemeliharaan dan pengambilan data pertumbuhan tiap minggu 3.5.6.1 Pemeliharaan tanaman kacang hijau Pemeliharaan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) meliputi penyiangan gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman kacang hijau berumur dua minggu dan penyiangan kedua dilakukan saat tanaman kacang hijau berumur empat minggu. 3.5.6.2 Pengambilan data mingguan Data pertumbuhan tanaman kacang hijau yang diukur tiap minggu meliputi 2 parameter yaitu tinggi tanaman (cm), dan jumlah daun. Selain itu, dilakukan pengamatan lama waktu munculnya bunga, pembentukan polong. Data tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur dari pangkal batang yang muncul di permukaan tanah hingga titik tumbuh pucuk apikal, demikian pula data jumlah daun yang diperoleh cara menghitung seluruh daun yang membuka sempurna menggunakan hand counter. Sedangkan lama waktu kemunculan bunga dan polong diukur dengan cara mencatat awal terbentuknya bunga dan polong. 3.5.6.3 Pengambilan data produktivitas Pemanenan kacang hijau dilakukan setelah seluruh polong berwarna cokelat dengan cara dipetik. Pemanenan kacang hijau dilakukan sebanyak dua SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kali dengan jarak waktu panen 1 dengan panen ke 2 yaitu 15 hari. Data produktivitas meliputi jumlah polong, berat polong (g), dan berat biji (g). Data jumlah dan berat polong diambil dengan cara menghitung seluruh jumlah polong setiap perlakuan yang kemudian dikeringkan selama 3 hari di bawah terik matahari dan dihitung menggunakan hand counter setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik. Untuk data berat biji diperoleh dengan cara mengkupas seluruh polong kemudian dijemur kembali dibawah terik matahari selama 3 hari dan dibersihkan dari sisa-sisa serpihan polong dan selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan analitik. 3.5.6.4 Pengambilan data pertumbuhan akhir Data pertumbuhan akhir diperoleh setelah dilakukan pemanenan yang meliputi 5 parameter yaitu berat kering tanaman (g), panjang akar (cm), berat akar (g), jumlah bintil akar, dan berat bintil akar (g). Data berat kering tanaman ditimbang menggunakan timbangan analitik yang sebelumnya dikeringkan selama 3 hari di bawah terik matahari, data panjang akar tanaman diambil dengan cara mengukur seluruh bagian akar mulai dari ujung pangkal antara batas akar dan batang sampai ujung akar yang paling pucuk kemudian diluruskan dan diukur
menggunakan
penggaris,
data
berat
akar
tanaman
ditimbang
menggunakan timbangan analitik yang sebelumnya dikeringkan selama 3 hari di bawah terik matahari, data jumlah bintil akar diambil dengan cara menghitung seluruh bintil akar yang terbentuk pada bagian akar mulai dari cabang akar sampai rambut akar menggunakan hand counter, dan data berat bintil akar diperoleh dengan cara mengambil seluruh bintil akar yang terbentuk pada serabut SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
akar kemudian dibersihkan dan dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik.
3.6
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pertumbuhan dan produktivitas tanaman
kacang hijau dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif dan uji statistik. Parameter yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun, dan berat bintil akar (g). Sedangkan parameter yang dianalisis secara statistik meliputi berat kering tanaman (g), panjang akar (cm), berat kering akar (g), jumlah bintil akar, jumlah polong, berat polong (g), dan berat biji (g). Setelah itu, data yang dianalisis secara statistik pertama dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan homogenitas dengan menggunakan uji Levene test. Apabila data normal dan homogen maka data dianalisis menggunakan MANOVA (Multivariete Analysis of Varians) satu arah dengan derajat signifikansi 5%. Bila data memiliki pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan DMRT (Duncan’s multiple range test) untuk membandingkan antar perlakuan. 3.7
Penghitungan Nilai RAE (Relativity Agronomic Effectiveness) Saat mendapatkan hasil produktivitas tanaman, maka nilai Relativity
Agronomic Efectivity (RAE) hasil panen dari perlakuan kombinasi variasi dosis dan intensitas pengenceran Biofertilizerdapat dihitung. Efektivtas pupuk dihitung dengan menggunakan nilai Relativity Agronomic Efectivity (RAE). SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nilai RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan pupuk yang diuji dengan kenaikan hasil pada pupuk standar dikalikan 100% (Machay et al., 1984). Penghitungan nilai nilai Relativity Agronomic Efectivity (RAE) dari hasil produktivitas kacang hijau dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(Sumber: Permentan, 2011). Keputusan yang diambil: • Nilai RAE perlakuan standar < 100 • Nilai RAE ≥ 100%, pupuk yang diuji efektif dibanding perlakuan standart (Permentan, 2011).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Lahan tanah dan pupuk hayati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas kacang hijau (V. radiata L.). Pada penelitian dilakukan pada lahan sawah yang terletak di dusun Besuk, desa Lemujut, kecamatan Krembung, kabupaten Sidoarjo dengan karakteristik tanah berupa tanah lempung berwarna hitam. Kemudian digunakan formulasi pengenceran pupuk biofertilizer (1 L pupuk dengan 9 L air), pengenceran dilakukan berdasarkan pernyataan Viaev et al, (1997) yang mengemukakan bahwa pengenceran pada pupuk hayati dapat membuat mobilitas mikroba dalam pupuk hayati dapat tersebar lebih baik pada tanah sehingga mikroba merata ke seluruh bagian perakaran tanaman. Pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 ini di dukung oleh Sajmin, (1999) mengemukakan bahwa dengan pengenceran pemupukan mikroba Bacillus sp. dalam pupuk organik cair mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas lebih baik dibanding tanaman kontrol. Peningkatan produksi rata-rata untuk rumput P. maximum pada pemberian 15 mL pupuk organik cair 1:40 adalah 218.94 g/rumput. Hasil rumput tersebut mendekati produktivitas rumput yang dipupuk tanpa dilakukan pengenceran sebesar 219.54 g/rumput.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
40 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Adapun kandungan mikroba dan pH tanah sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada tebel di bawah ini : Tabel 4.1. Uji kuantitatif mikroba pelarut fosfat, pendegradasi bahan organik pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan menggunakan metode TPC (Fardiaz, 1993). Jenis sampel
media
TB
hasil Standart Plate Count (SPC) sebelum sesudah 3,8x105 33x105 <30x105 (2,1x105)
<30x105 (1,9x 105)
TK+
<30x105 (2,5x105)
<30x104 (9x104)
TB
3,4x105
4.4x105
TK-
<30x105 (2,5x105)
<30x104 (8x104)
<30x105 (1,3x105)
<30x104 (7x104)
TK-
CMCA
Pikovskaya
TK+
Keterangan: TK- = Tanah yang diberi perlakuan tanpa pemupukan, TK+ = Tanah yang diberi pupuk vitonic, TB = Tanah yang diberi pupuk biofertilizer 1:10. Berdasarkan data hasil uji kuantitatif mikroba tanah menggunakan metode TPC pada media Pikovskaya dan CMCA (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa jumlah mikroba tanah terbanyak dari golongan pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organik ditunjukkan oleh hasil uji tanah sesudah perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 (TB), hal ini ditunjukkan dengan penambahan mikroba tanah dari 3,8x105 menjadi 33x105 untuk mikroba golongan pendegradasi bahan organik, demikian pula terjadi penambahan jumlah mikroba SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
golongan pelarut fosfat pada tanah dari 3,4x105 menjadi 4,4x105. Sedangkan, hasil jumlah mikroba tanah terendah dari golongan pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organik ditunjukkan oleh hasil uji tanah sesudah perlakuan pemberian pupuk vitonic super (TK+), hal ini ditunjukkan dengan pengurangan mikroba tanah dari 2,5x105 menjadi 9x104 untuk mikroba golongan pendegradasi bahan organik, demikian pula terjadi pengurangan jumlah mikroba golongan pelarut fosfat pada tanah dari 1,3x105 menjadi 7x104. Tabel 4.2. Pengukuran pH pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pengukuran pH tanah jenis sampel Sebelum Sesudah TB 5.5 6.2 TK5.5 5.4 TK+ 5.3 5.0 Keterangan: TK- = Tanah yang diberi perlakuan tanpa pemupukan, TK+ = Tanah yang diberi pupuk vitonic, TB = Tanah yang diberi pupuk biofertilizer 1:10. Berdasarkan data hasil pengukuran pH tanah menggunakan pH meter (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa perlakuan sesudah pemberian biofertilizer pada lahan tanah memberikan hasil pengukuran pH tanah tertinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan pH tanah dari 5.5 menjadi 6.2. Sedangkan pengukuran pH tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan sesudah pemberian pupuk vitonic, hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan pH dari 5.3 menjadi 5.0.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.3. Uji kuantitatif mikroba pemfiksasi nitrogen pada tanah sebelum dan sesudah diberi perlakuan menggunakan metode MPN (Sutton, S. 2010). Hasil uji Most Probable Number (MPN) jenis mikroba Jml. Jml. sebelum sesudah sampel golongan Mikroba Mikroba 10 1 0,1 10 1 0,1 TB 2 2 1 28 3 3 1 460 Penambat TK3 0 1 38 3 1 1 75 Nitrogen TK+ 3 0 0 23 3 0 1 38 Keterangan: TK- = Tanah yang diberi perlakuan tanpa pemupukan, TK+ = Tanah yang diberi pupuk vitonic, TB = Tanah yang diberi pupuk biofertilizer 1:10. Berdasarkan data hasil uji kuantitatif mikroba tanah (Tabel 4.3) menggunakan metode MPN pada media NFB semi-solid dengan seri tabung 3-3-3 dan kemudian dicocokkan dengan tabel Mc Grady (Sutton, S. 2010). menunjukkan bahwa penambahan jumlah mikroba tanah terbanyak dari golongan penambat nitrogen ditunjukkan oleh hasil uji tanah sesudah perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 (TB), hal ini dibuktikan dengan jumlah mikroba awal sebesar 28 menjadi 460. Sedangkan, penambahan jumlah mikroba tanah terendah dari golongan penambat nitrogen ditunjukkan oleh tanah sesudah pemberian pupuk vitonic (TK+), hal ini dibuktikan dengan dengan jumlah mikroba awal sebesar 23 menjadi 38. Tabel 4.4. Uji kuantitatif mikroba pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organik dalam pupuk biofertilizer (Fardiaz, 1993). Jenis Sampel Pupuk Biofertilizer
SKRIPSI
Mikroba golongan Pelarut Fosfat
hasil Standart Plate Count (SPC) 31x105
Pendegradasi B.O
33x105
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berdasarkan data hasil uji kuantitatif mikroba tanah menggunakan metode TPC pada media Pikovskaya dan CMCA menunjukkan bahwa pupuk hayati yang digunakan mengandung konsorsium mikroba yang terdiri atas 2 golongan yaitu bakteri pelarut fosfat 31x105, dan bakteri pendegradasi bahan organik sebesar 33x105. Tabel 4.5. Uji kuantitatif mikroba pemfiksasi nitrogen dalam pupuk biofertilizer menggunakan metode MPN (Sutton, S. 2010). jenis sampel Pupuk biofertilizer
mikroba golongan Penambat Nitrogen
Hasil uji Most Probable Number (MPN) 10
1
0,1
Jml. Mikroba
3
3
3
>1100
Berdasarkan data hasil uji kuantitatif mikroba dalam pupuk biofertilizer (Tabel 4.5) menggunakan metode MPN pada media Nfb semi-solid dengan seri tabung 3-3-3 dan kemudian dicocokkan dengan tabel Mc Grady (Sutton, S. 2010). menunjukkan bahwa kandungan mikroba golongan penambat nitogen sebesar >1100. Pada uji potensi bakteri penambat nitrogen menggunakan Nfb semi-solid hasil positif ditandai dengan pembentukan pellicle/cincin putih serta perubahan warna media Nfb dari warna kuning menjadi biru, hal ini merupakan ciri-ciri pertumbuhan dan aktivitas nitroginase bakteri penambat nitrogen (Widawati, 2010).
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.1.2 Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) 1.
Hasil data pertumbuhan Pada hasil pertumbuhan dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan
pengambilan data yaitu data hasil pertumbuhan mingguan dan hasil pertumbuhan akhir. 1.1
Pertumbuhan mingguan a. Tinggi batang tanaman Data tinggi batang tanaman diambil setiap 1 minggu sekali, berikut hasil
rata-rata tinggi batang tanaman kacang hijau mulai minggu ke 1 sampai minggu ke 7 pada tiap perlakuan dengan formulasi kombinasi dosis dan intensitas pemupukan yang berbeda : Tabel 4.6. Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman kacang hijau. Waktu Minggu (ST)
Jenis Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
K-
11.83±1.62
17.17±0.35
21.17±0.55
23.70±1.51
32.00±1.47
43.47±5.94
53.31±4.42
K+
7.53±1.69
14.17±1.85
23.20±0.36
32.20±1.47
42.83±1.23
63.73±2.89
72.13±0.17
5.1
10.60±0.26
15.07±1.49
21.47±0.21
23.70±1.32
34.30±3.63
53.13±5.69
70.30±5.91
5.2
9.63±1.89
15.00±1.42
19.13±2.06
19.13±2.06
31.87±2.16
50.67±4.45
69.83±1.06
5.3
8.70±0.95
13.47±0.47
19.17±1.21
23.57±1.81
34.43±0.51
55.30±0.36
69.38±2.53
10.1
9.93±0.90
15.63±0.70
21.53±1.51
24.17±1.47
32.73±0.87
51.17±0.97
69.87±1.78
10.2
10.23±1.81
15.40±1.83
20.83±1.64
23.40±0.98
38.73±2.72
50.07±0.12
70.87±1.69
10.3
9.00.40
14.50±0.62
20.60±0.61
23.83±1.00
33.67±2.94
52.13±2.95
73.56±4.71
15.1
10.93±0.81
17.03±1.76
22.23±2.07
23.97±1.45
36.50±2.39
55.73±5.60
70.30±5.91
15.2
9.90±0.70
14.63±0.60
20.60±0.53
24.73±2.09
37.60±2.01
58.20±0.80
73.77±0.57
15.3
8.57±0.90
13.57±0.72
19.80±0.87
21.40±16.10
36.13±3.95
59.53±2.32
73.25±1.78
Keterangan : K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas kali. SKRIPSI APLIKASI FORMULASI3PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 5. Kurva laju pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda. Pada tabel 4.6. memperlihatkan bahwasannya pertumbuhan tinggi batang tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.2 dengan ratarata tinggi tanaman pada umur 7 minggu sebesar 73,77 ± 0,57 cm/perlakuan. Sedangkan, pertumbuhan tinggi batang tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pemupukan dengan rata-rata tinggi tanaman pada umur 7 minggu hanya sebesar 53,31 ± 4,42 cm/perlakuan. Proses pertumbahan tanaman kacang hijau terhadap pertumbuhan tinggi batang dari umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 7 minggu setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 4. Pada gambar tersebut menggambarkan adanya
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perubahan struktur dan pertumbuhan tinggi batang seiring dengan pertambahan usia tanaman mulai fase vegetatif menuju fase generatif. b. Jumlah daun Data jumlah daun tanaman diambil setiap 1 minggu sekali, berikut hasil rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau mulai minggu ke 1 sampai minggu ke 7 pada tiap perlakuan dengan formulasi kombinasi dosis dan intensitas pemupukan yang berbeda : Tabel 4.7. Nilai rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau. Waktu Minggu (ST)
Jenis Perlakuan 1
2
3
4
5
6
7
K-
4.67±0.58
5.67±0.58
10.00±1.00
16.67±2.08
20.33±4.04
27.00±3.00
29.67±9.71
K+
6.33±0.58
8.00±1.00
12.67±1.20
22.67±0.58
30.33±1.20
49.67±3.06
58.33±4.04
5.1
5.00±0.00
7.67±0.58
11.00±0.00
18.00±1.00
28.33±3.10
43.33±5.86
59.33±11.93
5.2
5.00±0.00
7.33±0.58
10.67±0.58
18.00±0.00
25.33±3.51
48.67±3.06
64.67±2.52
5.3
5.00±0.00
7.67±0.58
10.33±0.58
19.33±1.53
28.33±1.15
51.33±3.22
61.00±1.73
10.1
5.00±0.00
7.67±0.58
11.00±0.00
19.00±1.73
28.00±3.46
49.33±1.12
60.00±4.00
10.2
5.00±0.00
8.00±0.00
10.67±0.58
17.33±2.08
26.33±0.58
45.67±3.79
62.00±9.64
10.3
5.00±0.00
8.00±0.00
11.00±0.00
18.67±0.58
28.67±2.31
46.33±2.31
59.67±2.89
15.1
5.00±0.00
7.67±0.58
11.33±0.58
17.67±0.58
29.33±1.53
50.33±4.04
60.00±3.00
15.2
5.00±0.00
7.33±0.58
11.00±0.00
18.33±0.58
31.67±0.58
48.67±3.01
60.00±7.21
15.3
5.00±0.00
8.00±0.00
11.00±0.00
18.67±1.20
30.67±2.52
52.33±2.08
67.33±5.51
Keterangan : K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 6. Kurva laju pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang hijau pada formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda. Pada tabel 4.7. menunjukkan bahwa jumlah daun terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan rata-rata jumlah daun pada umur 7 minggu sebesar 67,33±5,51 per perlakuan. Sedangkan, jumlah daun yang paling sedikit pada umur 7 minggu setelah tanam ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pemupukan dengan jumlah daun hanya sebesar 29,67±9,71 per perlakuan. Proses pertumbahan tanaman kacang hijau terhadap pertambahan jumlah daun dari umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 7 minggu setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 4. Pada gambar tersebut menggambarkan adanya perubahan struktur dan bertambahnya jumlah daun seiring dengan pertambahan usia tanaman mulai fase vegetatif menuju fase generatif. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.2
Pertumbuhan akhir a.
Berat kering tanaman.
Pada hasil uji statistik terhadap berat kering tanaman menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat dilihat dai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,962 > 0,05 dalam tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dari nilai Sig. sebesar 0,515 > 0,05 dalam tabel Levene’s Tes of Equality of Error Variancesa. Karena data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji MANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan berat kering tanaman. Hasil uji MANOVA satu arah menunjukkan bahwa keputusan yang diambil yaitu tolak Ho1 artinya terdapat perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap penentuan berat kering tanaman, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. 0,000. Karena uji MANOVA satu arah menunjukan Ho1 ditolak (ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Tests) dilakukan. Berikut Hasil uji Duncana pada berat kering tanaman masing-masing perlakuan :
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.8. Hasil uji duncan terhadap berat kering tanaman pada tiap perlakuan. Parameter Jenis Perlakuan Berat kering tanaman
Keterangan :
SKRIPSI
K-
15.9±1.1a
5.1
17.1±1.5
5.2
17.9±0.9b
5.3
17.9±0.7
10.1
18.3±0.7
bc
10.2
18.7±0.7
bc
K+
18.8±0.8bc
15.3
19.8±1.4cd
15.1
20.0±0.3
10.3
20.5±0.5d
15.2
20.6±0.7
ab
b
cd
d
K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 7. Grafik hasil uji Duncan berat kering tanaman kacang hijau pada APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR masing-masing perlakuan yang berbeda. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.8. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap berat kering tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.2 dengan ratarata berat kering tanaman sebesar 20.6±0.7 g/perlakuan. Sedangkan, berat kering tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pemupukan dengan rata-rata 15.9±1.1 g/perlakuan. b.
Panjang akar tanaman.
Pada hasil uji statistik terhadap panjang akar tanaman menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat dilihat dai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,155 > 0,05 dalam tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dari nilai Sig. sebesar 0,255 > 0,05 dalam tabel Levene’s Tes of Equality of Error Variancesa. Karena data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji MANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan panjang akar tanaman. Hasil uji MANOVA satu arah menunjukkan bahwa keputusan yang diambil yaitu tolak Ho1 artinya terdapat perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap penentuan panjang akar tanaman, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. 0,000. Karena uji MANOVA satu arah menunjukan Ho1 ditolak (ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Tests) dilakukan. Berikut Hasil uji Duncana pada panjang akar tanaman masing-masing perlakuan : SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.9. Hasil uji duncan terhadap panjang akar tanaman pada tiap perlakuan. Parameter Jenis Perlakuan
Keterangan :
SKRIPSI
Gambar 8.
SKRIPSI
Panjang akar
K-
8.0±1.0a
5.2
9.7±0.6ab
5.1
10.0±1.0abc
K+
10.3±1.5bcd
5.3
10.3±1.5bcd
10.1
10.7±1.5bcde
10.3
12.0±0.0cde
10.2
12.3±3.5de
15.1
12.7±1.2e
15.2
15.7±1.5f
15.3
16.0±1.0f
K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata
. Grafik hasil pengukuran panjang akar tanaman kacang hijau pada APLIKASI FORMULASI FAWA'IDUL KHOIR masing-masing perlakuanPENGENCERAN yang berbeda. APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap panjang akar tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan ratarata panjang akar tanaman sebesar 16.0±1.0 cm/perlakuan. Sedangkan, panjang akar terpendek ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pemupukan dengan rata-rata 8,0 ± 1,0 cm/perlakuan. c.
Berat akar tanaman.
Pada hasil uji statistik terhadap berat akar tanaman menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat dilihat dai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,690 > 0,05 dalam tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dari nilai Sig. sebesar 0,382 > 0,05 dalam tabel Levene’s Tes of Equality of Error Variancesa. Karena data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji MANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan berat akar tanaman. Hasil uji MANOVA satu arah menunjukkan bahwa keputusan yang diambil yaitu terima Ho1 artinya tidak ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap penentuan berat akar tanaman, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. 0,166 Karena uji MANOVA satu arah menunjukan terima Ho1 (tidak ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Tests) tidak dilakukan. Adapun hasil penimbangan berat akar tanaman sebagai berikut: SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.10. Hasil uji Statistik berat akar tanaman pada tiap perlakuan. Parameter Jenis Perlakuan Berat akar K1.7±0.3 K+ 2.4±0.6 5.1 2.3±0.9 5.2 2.6±0.6 5.3 2.4±0.4 10.1 3.3±1.0 10.2 3.4±0.8 10.3 2.4±1.1 15.1 2.2±0.6 15.2 2.5±1.1 15.3 2.9±0.7 Keterangan : K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali.
Gambar 9.
SKRIPSI
Grafik hasil berat akar tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.10. menunjukkan bahwa hasil berat akar tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer dengan kombinasi dosis dan intensitas 10.2 dengan rata-rata berat akar tanaman sebesar 3.4±0.8 g/perlakuan. Sedangkan, berat akar tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian tanpa pemupukan dengan rata-rata 1,7 ± 0,3 g/perlakuan. d.
Jumlah bintil akar tanaman.
Pada hasil uji statistik terhadap jumlah bintil akar tanaman menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat dilihat dai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,507 > 0,05 dalam tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dari nilai Sig. sebesar 0,088 > 0,05 dalam tabel Levene’s Tes of Equality of Error Variancesa. Karena data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji MANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan jumlah bintil akar tanaman. Hasil uji MANOVA satu arah menunjukkan bahwa keputusan yang diambil yaitu tolak Ho1 artinya ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap penentuan jumlah bintil akar tanaman, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. 0,000 Karena uji MANOVA satu arah menunjukan tolak Ho1 (ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Tests) dapat dilakukan. Berikut Hasil uji Duncana pada jumlah bintil akar tanaman masing-masing perlakuan :
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.11. Hasil uji duncan terhadap jumlah bintil akar tanaman pada tiap perlakuan. Jenis Perlakuan K+ K5.2 5.3 5.1 10.1 10.2 15.1 10.3 15.2 15.3
Parameter Jumlah bintil akar 0.0±0.0a 1.3±0.6ab 2.7±2.1bc 2.7±1.2bc 3.3±0.6c 3.3±1.5c 4.0±1.2c 4.0±1.7c 4.3±1.7cd 5.0±2.0cd 6.7±2.1d
Keterangan :
K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 10.
Grafik hasil penghitungan jumlah bintil berat akar tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.11. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap jumlah bintil akar tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan rata-rata jumlah bintil akar tanaman sebesar 6.7±2.1
per perlakuan.
Sedangkan, jumlah bintil akar tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan dengan pemupukan vitonic dengan rata-rata 0.0±0.0 per perlakuan. e. Berat bintil akar Pada penimbangan berat bintil akar tidak menunjukkan hasil yang setara dengan jumlah bintil akar yang terbentuk. Berikut adalah hasil deskriptif kuantitatif berat bintil akar pada masing-masing perlakuan : Tabel 4.12. Hasil penimbangan berat bintil akar tanaman pada tiap perlakuan. Parameter Jenis Perlakuan Berat bintil akar K0.0±0.0 K+ 0.0±0.0 5.1 0.1±0.0 5.2 0.7±0.6 5.3 0.3±0.0 10.1 0.1±0.1 10.2 0.1±0.0 10.3 0.7±0.2 15.1 0.1±0.1 15.2 0.1±0.0 15.3 0.9±0.3 Keterangan : K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 11.
Grafik hasil penimbangan berat bintil akar tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
Tabel 4.12. menunjukkan bahwa hasil penimbangan berat bintil akar tanaman tidak menghasilkan data yang baik sehingga tidak memenuhi asumsi dilakukan analisis secara uji statistik. Berdasarkan tabel 4.12. hasil penimbangan berat bintil akar teringgi ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan rata-rata berat bintil akar tanaman sebesar 0,9 ± 0,3 g/perlakuan. Sedangkan, berat bintil akar tanaman terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian tanpa pemupukan dan pemupukan pupuk vitonic dengan rata-rata 0,0 ± 0,0 g/perlakuan. 2.
Hasil data produktivitas Pertama data dilakukan uji statistik menggunakan MANOVA satu arah,
data jumlah polong, berat polong dan berat biji dilakukan uji analisis normalitas dan homogeneitas. Dari kedua hasil uji tersebut menunjukkan bahwa ketiga data SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR berdistribusi normal dan homogen, hal ini dapat dilihat dai nilai Asymp. Sig. (2-
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tailed) dalam tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan dari nilai Sig. dalam tabel Levene’s Tes of Equality of Error Variancesa yang menunjukkan bahwa ketiga data tersebut masing-masing memiliki nilai Sig,> 0,05 (lampiran 6). Karena data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji MANOVA satu arah dengan derajat signifikansi 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap penentuan hasil produktivitas. Hasil uji MANOVA satu arah menunjukkan bahwa keputusan yang diambil yaitu tolak Ho2 artinya ada perbedaan formulasi pengenceran biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap penentuan hasil produktivitas tanaman kacang hijau, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. 0,000. Karena dari hasil uji MANOVA satu arah untuk jumlah polong, berat polong dan berat biji menunjukkan Ho2 ditolak (ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Tests) dilakukan. Berikut Hasil uji Duncana pada hasil produktivitas masing-masing perlakuan : Tabel 4.13. Rata-rata hasil uji Duncan pada jumlah polong per perlakuan. Jenis Perlakuan K5.1 5.2 10.2 5.3 15.1 10.1 10.3 K+ 15.2 15.3 SKRIPSI
Keterangan :
SKRIPSI
Parameter Jumlah polong 41.00±4.00a 68.33±2.08b 70.00±5.57bc 74.67±1.16bcd 77.33±8.74bcd 80.67±10.02bcd 82.33±9.02cd 84.33±4.16d 85.67±12.50d 85.67±5.13d 100.00±6.0e
K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN KHOIR mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis FAWA'IDUL 5 mL dan APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 12.
Grafik hasil penghitungan jumlah polong tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
Tabel 4.13. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap hasil jumlah polong terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu sebesar 100.00±6.0 per perlakuan. Sedangkan, hasil jumlah polong terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian tanpa pemupukan yaitu sebesar 41.00±4.00 per perlakuan.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.14. Rata-rata hasil uji Duncan pada berat polong per perlakuan. Jenis Perlakuan K5.2 5.1 10.2 5.3 10.3 15.1 10.1 K+ 15.2 15.3
Parameter Berat polong 39.33±2.54a 52.63±8.45b 62.10±4.20bc 68.07±2.43cd 68.60±9.49cd 72.63±6.50cd 72.90±6.76cd 73.10±4.07cd 76.87±14.06de 79.73±4.07de 89.26±7.55e
Keterangan :
K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 13.
Grafik hasil penimbangan berat polong tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda. APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR
SKRIPSI
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.14. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap hasil berat polong terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu sebesar 89.26±7.55 g/perlakuan. Sedangkan, hasil berat polong terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian tanpa pemupukan yaitu sebesar 39.33±2.54 g/perlakuan. Tabel 4.15. Rata-rata hasil uji Duncan pada berat biji per perlakuan. Jenis Perlakuan
Parameter Berat biji
K-
27.13±2.17a
5.1
40.47±3.31b
5.2
40.97±4.83b
5.3
47.77±4.58bc
10.1
49.23±2.80c
10.3
49.43±2.57c
15.1
52.00±3.58c
K+
52.60±6.71c
10.2
53.03±2.31c
15.2
56.13±4.03c
Keterangan :
SKRIPSI
15.3 67.57±8.17d K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. Huruf di belakang angka menunjukkan derajat signifikansi pada α 0,05. Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan notasi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata.
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 14.
Grafik hasil penimbangan berat biji tanaman kacang hijau pada masing-masing perlakuan yang berbeda.
Tabel 4.15. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan terhadap hasil berat biji terbaik ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu sebesar 67.57±8.17 g/perlakuan. Sedangkan, hasil berat biji terendah ditunjukkan oleh perlakuan pemberian tanpa pemupukan yaitu sebesar 27.13±2.17 g/perlakuan. 4.1.3 Efektivitas pupuk biofertilizer terhadap hasil produktivitas tanaman. Nilai efektitas dari pemberian pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 untuk meningkatkan produktivitas dari hasil tanaman kacang hijau (V. radiata L.) dapat dilihat dari perhitungan nilai RAE (%) pada setiap perlakuan pemberian biofertilizer.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.16. Presentasi hasil perhitungan efektivitas pengenceran pupuk biofertilizer 1:10. Jenis Perlakuan
Penghitungan nilai
K-
x
K+
x
5.1
52.2 % 54.1 % 80.8 % 86.5 % 101.4 % 87.3 % 97.4 % 113.6 % 158.3 % K- ; kotrol negatif, K+ ; kontrol positif, 5.1 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 1 kali, 5.2 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 2 kali, 5.3 ; Kombinasi dosis 5 mL dan intensitas 3 kali, 10.1 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 1 kali, 10.2 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 2 kali, 10.3 ; Kombinasi dosis 10 mL dan intensitas 3 kali, 15.1 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 1 kali, 15.2 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 2 kali, 15.3 ; Kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali.
5.2 5.3 10.1 10.2 10.3 15.1 15.2 15.3
Keterangan :
RAE
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai RAE tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yang memiliki nilai persentase sebesar 158,3 % per perlakuan, artinya formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 yang diberikan dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 efektif untuk diaplikasikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.16 yang menunjukkan nilai perhitungan RAE sebesar 158,3% > 100%, karena nilai perhitungan lebih besar dari pada 100% maka pupuk yang diuji lebih efektif dibanding perlakuan standart SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(Permentan, 2011). Sehingga pada perlakuan tersebut memenuhi syarat untuk diaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai pengganti pupuk kimia. 4.2
Pembahasan
4.2.1 Lahan tanah dan pupuk biofertilizer 1.
Tanah sawah Tanah yang baik dan subur adalah tanah yang mampu menyediakan unsur
hara yang cukup dan seimbang untuk dapat diserap oleh tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman salah satunya adalah unsur hara nitrogen, dan fosfat serta bahan-bahan yang dapat mendegradasi bahan organik di dalam tanah khususnya pendegradasi selulosa. Selain itu, kandungan jumlah mikroba dalam tanah juga berperan penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah terkait penyediaan unsur hara, pendegradasi bahan organik, dan perubahan pH tanah. Hasil uji kuantitas mikroba pada tanah menunjukkan adanya kenaikan jumlah mikroba golongan penambat nitrogen (28 menjadi 460 Sel/100 mL), pelarut fosfat (3,4x105 menjadi 4,4x105 CFU/mL koloni), dan pendegradasi bahan organik (3,8x105 menjadi 33x105 CFU/mL koloni) pada tanah sesudah pemberian pupuk biofertilizer, hal ini dikarenakan adanya penambahan mikroba inokulan dari pupuk biofertilizer yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kemungkinan mampu melakukan interaksi yang bersifat mutualisme terhadap mikroba indegenus. Widowati dan Suliasih (2004) menyatakan bahwa, pemberian pupuk hayati (biofertilizer) dapat menaikan populasi bakteri yang dapat melarutkan fosfat dalam tanah dan nitrogen dari udara sehingga tanah memiliki SKRIPSI
unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tanah bekas pemberian APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pupuk vitonic menunjukkan adanya penurunan jumlah mikroba dari golongan pelarut fosfat (1,3x105 menjadi 7x104 CFU/mL koloni) dan pendegradasi bahan organik (2,5x105 menjadi 9x104 CFU/mL koloni), hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan mikroba inokulan dan berubahnya sifat fisik tanah menjadi keras dan panas akibat efek negatif dari pemberian unsur kimia pada tanah, sehingga menyebabkan kematian pada mikroba indegenus yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Taniwiryono dan Isro’i (2008) dalam Prastyo (2014) yang menjelaskan bahwa pupuk kimia mempunyai kekurangan yaitu lebih mudah terikat oleh mineral fiat tanah, sehingga menyebabkan kondisi yang panas di sekitar tanaman akibatnya populasi bakteri rizosfer menjadi mati. Berbeda halnya mikroba dari golongan penambat nitrogen yang memperlihatkan adanya penambahan jumlah mikroba (23 menjadi 38 Sel/100 mL) dalam jumlah yang tidak besar. Hal ini dikarenakan mikroba golongan penambat nitrogen berasal dari kelompok mikroba Diazotrof endofit fakultatif yang kemungkinan memiliki ketahanan fisik lebih kuat dibanding dari golongan mikroba pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organaik untuk beradapatasi dengan perubahan lingkungan terkait dengan kandungan 02 pada tanah bagi mikroba. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sumarsih (2003) bahwa aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Pada hasil uji pengukuran pH tanah menunjukkan bahwa tanah sesudah pemberian pupuk biofertilizer terjadi peningkatan pH tanah yang awalnya masam menjadi pH optimum bagi tanaman (5.5 menjadi 6.2), hal ini sesuai dengan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pernyataan Purwono (2005) menjelaskan bahwa tanah dengan pH antara 5,5-6,5 merupakan pH optimum yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman secara optimal, jumlah total mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Adanya peningkatan pH pada tanah sesudah pemberian pupuk biofertilizer disebabkan karena adanya penambahan jumlah mikroba yang berasal dari pemberian puuk biofertilizer misalnya dari golongan pelarut fosfat yang menyebabkan jumlah koloni mikroba pada tanah bertambah, menurut Yuliana, (2010) dalam Dewi, A (2007) menjelaskan bahwa mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan fosfat umumnya juga berkemampuan tinggi melarutkan kalium. Dengan bertambahnya jumlah mikroba dari golongan fosfat ini mengakibatkan kandungan fosfat dan kalium pada tanah menjadi tersedia bagi tanaman akibat adanya aktivitas fosfatase dan fitase yang melepaskan senyawa organik (asam-asam organik) yang mampu membuat kationkation pengikat fosfat dan kalium menjadi tidak aktif karena berikatan dengan senyawa organik yang dilepaskan oleh bakteri (Goenadi, dkk. 1999 dalam Dewi, A (2007). Keadaan ini mengakibatkan bentuk mineral fosfat dan kalium menjadi larut dan meningkatkan ketersediaan unsur fosfat dan kalium dalam larutan tanah, kandungan unsur hara fosfat dan kalium yang terlarut dalam tanah akan mengakibatkan kenaikan pH. Darmawijaya (1990) menambahkan bahwa kandungan unsur hara yang yang rendah pada tanah menyebabkan reaksi tanah (pH) sangat rendah yaitu 4-5,5. Secara alami kandungan unsur hara pada tanah sangat bergantung dengan jumlah mikroba, semakin kecil jumlah mikroba pada SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tanah maka semakin sedikit pula kandungan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Budianto dkk., (1995) menerangkan bahwa hubungan derajat keasaman tanah (pH 6,5-7,5) unsur hara tersedia dalam jumlah yang optimal. Pada kebanyakan tanah tersedia fosfat dan kalium maksimum dijumpai pada kisaran 5,5-7,5 dan ketersediaan menurun bila pH tanah rendah dari 5,5 atau lebih tinggi dari 7,5. Di dukung oleh Suntoro, (2001); Cahyani., (1996); dan Dewi, (1996) mengemukakan bahwa peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik telah terdekomposisi lanjut (matang) oleh mikroba, karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa. Pada tanah sesudah pemberian pupuk vitonic menujukkan adanya penurunan pH tanah (5.3 menjadi 5.0), hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya perubahan sifat fisik tanah akibat penambahan unsur kimia sintetis yang menyebabkan penurunan kualitas kesuburan biologis yang ditandai dengan mengerasnya lahan tanah. Pengerasan lahan tanah diakibatkan oleh residu pupuk kimia sintetis di dalam tanah yang menghambat proses dekomposisi secara alami oleh mikroba tanah. Keadaan ini mengakibatkan porositas tanah menjadi menurun, sehingga ketersediaan oksigen bagi mikroba tanah menjadi berkurang yang selanjutnya berdampak pada kematian mikroba tanah dan diikuti dengan penurunan pH tanah. 2.
Pupuk biofertilizer Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2009, tentang Pupuk hayati adalah
inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Pemberian pupuk biofertilizer dengan formulasi kombinasi variasi dosis dan intensitas yang berbeda terhadap suatu tanaman memberikan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan tanaman dalam hal penyediaan unsur hara, dan mengaktifkan mikroorganisme dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Pada hasil uji kuantitas mikroba dalam pupuk biofertilizer menunjukkan bahwa kandungan mikroba pada pupuk biofertilizer yang digunakan terdiri dari golongan mikroba fiksasi nitrogen (>1100), pelarut fosfat (31x105), dan pendegradasi bahan organik (33x105). Sehingga pupuk tersebut telah memenuhi syarat Baku Mutu Permentan Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 (2011) yang menyatakan syarat mikroba yang harus ada dalam kandungan biofertilizer terdiri dari bakteri penambat nitrogen (simbiotik atau non-simbiotik), pelarut fosfat dan fasilitator fosfat, kemudian perombak bahan organik, pengakumulasi logam berat, penghasil anti mroba, dan pemacu tumbuh. Mikroba inokulan pada pupuk biofertilizer yang diaplikasikan dituntut dapat memperbanyak populasi mikroba terpilih sehingga mampu bersaing dan atau berkoloni dengan mikroba pribumi (indigenous). Invasi dan kolonisasi awal dari pupuk mikroba yang di introduksi dalam jumlah banyak dan bermutu unggul yang mampu untuk beradaptasi dan berkolonisasi dengan mikroba indigenous. Di dukung Yuwono, (2006) menjelaskan bahwa secara umum pupuk hayati yang sudah berkembang selama ini dapat dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu (1) penyedia unsur nitrogen, (2) melarutkan unsur phospat, dan (3) penyedia faktor pertumbuhan tanaman (plant growth factor). Unsur nitrogen dan fosfor merupakan dua unsur yang paling banyak dibutuhkan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pupuk hayati yang dikembangkan pada umumnya diarahkan untuk menyediakan kedua macam kebutuhan nutrisi tanaman tersebut. Dalam uji mikroba pada Nfb semi-solid mengandung asam malat sebagai sumber karbon yang dapat digunakan oleh bakteri, setelah diinkubasi akan terbentuk pellicle atau cincin putih yang merupakan salah satu indikator bahwa bakteri tersebut mampu mereduksi sumber nitrogen dari media sebagai aktivitas dari nitrogenase dan perubahan warna media Nfb kuning menjadi biru terjadi karena adanya kandungan BTB (bromothymolblue) sebagai indikator dalam media Nfb (Harran dan Ansori, 1992). Sehingga, perubahan warna menjadi biru menandakan adanya aktivitas nitroginase bakteri penambat nitrogen.
4.2.2 Pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) Pertumbuhan tanaman dapat didefenisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan sel kemudian diikuti oleh pembesaran sel dan terakhir adalah diferensiasi sel (Darmawan dan Baharsjah, 2010 dalam Hasbi 2015). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah penyiapan lahan (media) tanam dalam hal ini pemberian unsurunsur hara berupa pupuk yang sesuai pada lahan (media) tersebut. a. Tinggi batang tanaman Pada hasil pengamatan tinggi batang tanaman menunjukkan bahwa formulasi pemberian pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dosis dan intensitas 15.2 menghasilkan tinggi batang terbaik rata-rata sebesar 73.77±0.57 cm/perlakuan. Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang dihasilkan dari aktivitas biokimiawi mikroba pada penambahan formulasi tersebut mampu bekerja secara optimal sehingga kandungan unsur hara pada tanah tersedia dalam jumlah yang seimbang bagi pertumbuhan batang tanaman kacang hijau. Unsur hara yang dihasilkan oleh mikroba misalnya unsur hara nitrogen, fosfat, dan kalium, serta zat pengatur tumbuh yang semuanya itu sangat berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, utamanya yaitu unusr hara nitrogen. Menurut Gardner., et al (1991), nitrogen merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel, dan menyebabkan batang tanaman tumbuh lebih tinggi dan kokoh. Sehingga, dapat diketahui kemungkinan pada formulasi 15.2 di dominasi oleh bakteri penambat nitrogen baik simbiotik atau non-simbiotik seperti Azotobacter, Azospirillum dan Rhizobium yang memiliki aktivitas biokimiawi untuk mengubah nitrogen atmosfer (N2 atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan (nitrogen tertambat) oleh enzim nitrogenase (Pelczar dan Chan, 1988). Selain itu, golongan mikroba ini mampu menghasilkan suatu senyawa zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang percepatan pertumbuhan batang seperti giberelin dan sitokinin. Giberelin sebagai salah satu hormon tumbuh yang memiliki fungsi antara lain meningkatkan pembelahan sel dan pembesaran sel dalam bentuk memperpanjang ruas batang, memperbesar diameter batang dan mempengaruhi panjang batang (Heddy, 1989 dalam Fahmi 2014). Pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih bagus dibanding dengan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian dosis biofertilizer dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 mampu menghasilkan tinggi batang terbaik dengan rata-rata sebesar 41,10±7,89 cm/tanaman pada media polybag. Pada hasil pemberian tanpa pemupukan menunjukkan hasil tinggi batang tanaman terendah, rata-rata sebesar 53,31 ± 4,42 cm/perlakuan. Hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut hanya dilakukan penyiraman air tanpa penambahan mikroba inokulan atau unsur hara sintetis. Penambahan air dilakukan sebagai penopang aktivitas mikroba indegenus dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, serta sebagai penyusun jaringan tanaman. Namun, aktivitas mikroba indegenus dalam menyediakan unsur hara tidak optimal sehingga kandungan unsur hara yang tersedia di dalam tanah tidak banyak menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tanaman sedikit, akibatnya tanaman kacang hijau tidak mampu mencapai pertumbuhan tinggi yang optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heddy, (1989) dalam Fahmi, (2014) yang menjelaskan bahwa perlakuan tanpa pemupukan unsur hara yang tersedia terbatas akibat kurang optimalnya mikroba indegenus untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, sehingga pada perlakuan ini tanaman hanya mengandalkan air sebagai penunjang pertumbuhan. b. Jumlah daun Pada hasil pengamatan terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 menghasilkan hasil jumlah daun kacang hijau terbanyak SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yaitu rata-rata sebesar 67,33±5,51 per perlakuan. Hal ini dikarenakan pada formulasi tersebut mampu menambahkan jumlah mikroba pada tanah sehingga proses penyediaan unsur hara oleh aktivitas biokimiawi mikroba dapat berjalan dengan optimal, meyebabkan kandungan unsur hara pada tanah tersdia dalam jumlah yang banyak dan seimbang bagi pembentukan jumlah daun tanaman kacang hijau. Pada pemberian bakteri golongan pelarut fosfat dalam pupuk biofertilizer misalnya Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. diketahui selain mampu melarutkan fosfat juga mampu menyediakan unsur hara kalium yang berasal dari pelepasan kalium yang terfiksasi akibat terjerap oleh ruang dalam mineral fiat dan pelindian. Yuliana, (2010) dalam Dewi,A (2007) berpendapat bahwa kadar unsur kalium dalam larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari hasil pelarutan mineral-mineral kalium yang terikat secara lemah pada muatan pertukaran koloidal tanah (terutama fraksi liat tanah dan bahan organik) oleh senyawa asam organik yang diproduksi bakteri tanah menyebabkan terjadinya pelepasan ion-ion kalium ke dalam larutan tanah. Adanya kadar kalium dalam larutan tanah ini mengakibatkan ketersediaan unsur hara kalium yang tersedia bagi tanaman. Menurut Jumani (2011) dalam Rukmi (2009) unsur kalium sangat penting dalam proses metabolisme tanaman, kalium berperan aktif terhadap proses fotosintesis, bila kalium kurang pada daun maka kecepatan asimilasi CO 2 akan menurun. Selain itu, unsur hara nitrogen yang berasal dari aktifitas fiksasi nitrogen bebas oleh mikroba golongan penambat nitrogen sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, sebab nitrogen memiliki fungsi utama sebagai bahan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sintetis klorofil, protein dan asam amino yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan utama terjadinya proses pembelahan dan pembesaran sel pada jaringan meristem tumbuhan tanaman kacang hijau, sehingga daun terlihat berwarna hijau tua dan memiliki luas penampang daun yang lebar. Hasil tersebut sama seperti hasil penelitian sebelumnya oleh Leovini (2012) yang menunjukkan bahwa tanaman tomat yang diberi pupuk organik cair (biofertilizer) 15 mL dan frekuensi 3 kali mampu menghasilkan pertumbuhan jumlah daun yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan yang dipupuk secara anorganik. Pada perlakuan tanpa pemupukan menjukkan hasil terendah terhadap jumlah daun kacang hijau yaitu rata-rata sebesar 29,67±9,71 per perlakuan. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan mikroba inokulan dari biofertilizer atau unsur hara sintetis menyebabkan kandungan unsur hara yang tersedia dalam tanah terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, akibatnya pembentukan daun menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan, (1996) dalam Dwi, A (2008) yang menjelaskan bahwa tanaman yang tidak mendapatkan tambahan unsur hara yang cukup mengakibatkan pembentukan daun terhambat sehingga daun memiliki ukuran yang kecil-kecil, bertekstur tipis, dan jumlahnya sedikit. c. Perbandingan pertumbuhan pada pupuk kimia dan biofertilizer Berdasarkan hasil uji pengamatan pertumbuhan mingguan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk vitonic pada umur tanaman minggu ke 4 memperlihatkan adanya laju pertumbuhan tinggi batang dan pertambahan jumlah daun tercepat yaitu tinggi batang rata-rata sebesar 32.20±1.47 cm/perlakuan dengan jumlah daun rata-rata sebesar (22.67±0.58 per perlakuan), jika SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk biofertilizer dan tanpa pemupukan, hal ini dikarenakan unsur hara yang terkandung dalam pupuk vitonic sudah tersedia bagi tanaman sehingga unsur hara tersebut langsung dapat diserap oleh tanaman dan mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notohadipawiro, (1980) dan Juarsah, (1999) dalam Fahmi (2014) yang menjelaskan bahwa penggunaan pupuk kimia dinilai lebih efesien yaitu mampu mensuplai unsur hara yang lebih tinggi dan tersedia dalam waktu yang relatif lebih cepat dari pupuk kandang. Fakta tersebut dibuktikan dengan kecepatan waktu kemunculan bunga pada minggu ke-5 (Lampiran 1). Berbeda
dengan
pengaruh
pemberian
pupuk
biofertilizer
yang
memperlihatkan laju pertumbuhan tanaman lebih lambat pada umur 4 minggu dibandingkan dengan pemberian pupuk vitonic, hali ini disebabkan karena pemberian pupuk biofertilizer tidak menyediakan unsur hara secara langsung yang tersedia bagi tanaman. Namun, di dalamnya terkandung konsorsia mikroba yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Penyediaan unsur hara bagi tanaman oleh mikroba, membutuhkan proses yang lama terkait dengan adaptasi mikroba inokulan terhadap lingkungan baru dan aktivitas mekanisme biokimiawi mikroba dalam menyediakan unsur hara yang tersedia bagi tanaman, hal tersebut menyebabkan respon pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Namun, dalam proses penyediaan unsur hara oleh mikroba bersifat kontinu, fakta ini dibuktikan dengan hasil pertumbuhan akhir yang ditunjukkan dengan ketahanan secara fisik lebih baik (warna daun lebih hijau, batang lebih kokoh, masa hidup lebih lama,
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan buah polong lebih banyak) bila dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif. d. Berat kering tanaman Berdasarkan hasil uji analisis statistik menunjukkan pengaruh formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.2 menghasilkan berat kering tanaman terbaik yaitu dengan rata-rata berat kering tanaman sebesar 20.6±0.7 g/perlakuan. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada hasil pembentukan daun-daun muda pada tanaman kacang hijau berperan sebagai wadah penampung sekaligus organ penghasil fotosintat yang selanjutnya hasil fotosintat tersebut akan disalurkan dan digunakan untuk menyusun jaringanjaringan batang tanaman kacang hijau, sehingga keadaan ini akan menyebabkan meningkatnya bobot
kering batang tanaman.
Menurut
Lakitan, (2004)
menjelaskan bahwa unsur hara yang diserap oleh tanaman secara optimal dapat digunakan sebagai bahan utama proses fotosintesis oleh daun yang menghasilkan asimilat lebih banyak, selanjutnya hasil asimilat tersebut akan disimpan pada batang berupa karbohidrat yang nantinya digunakan sebagai bahan utama dalam proses pembelahan dan pembesaran jaringan batang tanaman sehingga tanaman memiliki diameter batang yang besar. Berat kering batang paling tinggi menunjukkan tanaman tersebut menyimpan jumlah terbanyak dari hasil asimilat unsur hara yang diserap dan asimilat CO2 dari hasil proses fotosintesis. Pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian biofertilizer dengan dosis dan intensitas 5.3 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menghasilkan berat kering tanaman tertinggi dengan rata-rata sebesar 3,52±3,72 g/tanaman pada media polybag. Hal tersebut di dukung Hadisuwito, (2012) menjelaskan bahwa didalam pupuk organik cair terdapat konsorsia mikroba yang mampu menyediakan unsur hara diantaranya unsur nitrogen yang diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman seperti tinggi batang dan panjang akar tanaman dan lebar diameter batang. Pada hasil uji beda menunjukkan bahwa formulasi 15.2 tidak berbeda nyata dengan pemberian formulasi 15.3, 15.1, dan 10.3 yang menunjukkan pengaruh hasil yang sama. Sesuai dengan pernyataan Sarief (1986) yang menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara dalam tanah yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman, apabila terdapat dengan jumlah yang besar, maka dapat memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Pada perlakuan pemberian tanpa pemupukan menunjukkan hasil berat kering tanaman terendah dengan rata-rata sebesar 15.9±1.1 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan jumlah asimilat unsur hara dan asimilat dari hasil proses fotosintesis yang tersimpan pada batang memiliki jumlah yang sedikit, akibat dari kurangnya kandungan unsur hara pada tanah yang diserap oleh tanaman mengakibatkan pertumbuhan batang tanaman kacang hijau menjadi terhamabat. Pernyataan tersebut sesuai dengan dikemukakan oleh Simarmata, (2004) yang menyatakan bahwa peningkatan tinggi dan berat kering batang pada tanaman terendah ditunjukkan oleh pertumbuhan tanaman yang tidak mendapatkan inokulasi mikroba dalam meningkatkan penyerapan unsur hara pada tanah melalui akar. Banyak sedikitnya unsur hara yang diserap akan digunakan sebagai bahan baku SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terjadinya proses fotosintesis oleh daun yang akhirnya mempengaruhi hasil proses fotosintesis. e. Panjang akar tanaman Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil terbaik terhadap peningkatan panjang akar ditunjukkan oleh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan ratarata panjang akar tanaman sebesar 16.0±1.0 cm/perlakuan. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada pada pupuk biofertilizer yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami pelapukan melalui proses oksidasi enzimetik oleh mikroba pendegradasi bahan organik misalnya seperti Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cereviceae. Karbondioksida yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik akan bereaksi membentuk asam karbonat, Ca 2+, Mg2+, dan K-karbonat atau bikarbonat. Garam-garam tersebut berada dalam bentuk tersedia dan mudah diserap oleh tanaman (Soepardi, 1983), menurut Goenadi, (1994) dalam Dewi, A (2007) menambahkan bahwa pemberian mikroba yang terkandung dalam pupuk organik pada tanah akan meningkatkan kelarutan unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berasal dari mineral tanah dan meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara dengan pembentukan akar rambut lebih banyak dan diikuti dengan penambahan panjang akar tanaman. Mikroba pendegradasi bahan organik kemungkinan memiliki kemampuan untuk memecah struktur bahan organik menjadi tersedia bagi tanaman, penyedia kandungan C-organik yang menyongkong kehidupan berbagai jenis mikroba dan memperbaiki struktur tanah sehingga memiliki tata udara (ruang pori tanah) SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang banyak, keadaan ini akan mendukung pertumbuhan panjang akar untuk menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk menyerap unsur hara dan air bagi tanaman. Selain itu, pada pemberian formulasi 15.3 kemungkinan diketahui mampu menambahkan jumlah konsorsia mikroba dari golongan pelarut fosfat dan penambat nitrogen yang keduanya bertindak sebagai penyedia unsur hara fosfat, kalium dan nitrogen serta zat pengatur tumbuh tanaman seperti auksin, IAA, giberelin, dan senyawa yang menyerupai sitokinin yang mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan. Soegiman, (1982) menambahkan bahwa dengan terdapatnya cukup kalium dalam tanah banyak hubungannya dalam pertumbuhan tanaman yang pada umumnya kuat dan lebat, kalium memiliki fungsi untuk menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu, meningkatkan sistem perakaran, menghalangi efek rebah tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan oleh terlalu banyaknya nitrogen. Kalium bekerja berlawanan dengan pengaruh tinggi tanaman yang dipercepat oleh nitogen dan kematangan yang dipercepat oleh fosfor, secara garis besar kalium memberikan efek keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada fosfor. Sehingga, akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal untuk menyerap unsur hara yang akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan organ tanaman lain seperti batang, daun, dan pertumbuhan generatif, pada pertumbuhan panjang akar tanaman kacang hijau diikuti dengan pengeluaran eksudat akar yang mengandung senyawa triptophan atau senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroba tanah untuk memproduksi asam indol asetat (Elfiati, 2005 dalam Dwi, A. 2008). Dengan adanya produksi asam indol asetat ini mengakibatkan pertumbuhan akar SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tanaman menjadi panjang dan bercabang, hal tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian Lestari et al. (2007), terhadap padi varietas IR64 yang diberi perlakuan tanpa inokulasi dan dengan inokulasi beberapa strain Azospirillum pada berbagai taraf nitrogrn menunjukkan perkembangan akar semakin baik. Perakaran yang paling baik diperoleh pada perlakuan inokulasi Azospirillum Az7 pada taraf 100% nitrogen. Inokulasi Azospirillum memberikan dampak yang lebih baik terhadap perkembangan akar tanaman padi, jumlah akar lebih lebat, dan rambut akar lebih banyak. Semakin tinggi jumlah IAA yang diproduksi oleh Azospirillum, semakin baik pengaruhnya terhadap perkembangan akar padi. Di dukung oleh Suparyono (2011) menjelaskan bahwa tingginya penambahan panjang akar tanaman dikarenakan banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman, sehingga penambahan panjang akar menjadi cepat. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang kurang baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pertumbuhan panjang akar tanaman dengan rata-rata sebesar 27,17±12,59 cm/tanaman pada media tanam polybag. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa pemberian formulasi 15.3 tidak berbeda nyata dengan pemberian formulasi 15.2, hal ini menunjukkan pengaruh yang sama terhadap peningkatan panjang tanaman. Berdasarkan hasil uji beda pada peningkatan panjang akar tanaman menujukkan pengaruh pemberian formulasi 15.3 tidak berbeda nyata dengan pengaruh pemberian formulasi 15.2, hal ini menunjukkan
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 81 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adanya ke dua formulasi tersebut memberikan pengaruh yang sama terhadap peningkatan panjang akar tanaman kacang hijau. Pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan hasil panjang akar terpendek dengan rata-rata 8,0 ± 1,0 cm/perlakuan. Hal ini disebabkan karena ketidak optimalnya kemampuan mikroba untuk menyediakan berbagai unsur hara yang diperlukan bagi tanaman dan kerasnya struktur tanah akibat minimnya jumlah mikroba indegenus pada tanah untuk melakukan aktivitas pelapukan bahan organik, sehingga mejadikan pertumbuhan panjang akar terhambat karena tidak mampu untuk menembus lapisan tanah yang lebih dalam lagi. Akibatnya penyerapan unsur hara oleh akar tanaman tidak optimal dan hal ini akan berdampat pada pertumbuhan yang lain seperti pertumbuhan batang, daun dan pertumbuhan generatif lain. f. Berat kering akar tanaman Pada hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tidak berpengaruh nayata terhadap peningaktan berat kering akar, dan pada hasil penimbangan akar
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
formulasi
pengenceran pupuk biofertilizer dengan kombinasi dosis dan intensitas 10.2 dengan rata-rata berat akar tanaman sebesar 3.4±0.8 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan adanya jaringan xilem dari tanaman batang berkayu berfungsi untuk gerakan ke atas dari unsur hara yang diserap oleh akar tanaman, akibatnya banyak sedikitnya penyerapan unsur hara oleh tanaman hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan batang yang tidak diikuti dengan peningkatan bobot kering akar. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Wachjar et al, (2002) yang SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 82 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyatakan bahwa pemberian pemupukan menggunakan berbagai jenis pupuk organik seperti EMAS (Enhancing Microbial Activities in the soil), EM4 (Effective Microoganisms 4), dan OST (Organic Soil Treatment) terhadap berat kering akar bibit kopi robusta menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Sedangkan pada hasil berat kering akar tanaman pemberian formulasi 10.2 tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pengeringan akar yang tidak homogen sehingga menyebabkan kandungan air dalam akar tidak habis seluruhnya. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang kurang baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pertumbuhan berat kering akar tanaman dengan rata-rata sebesar 10,00±7,94 g/tanaman pada media tanam polybag. Sedangkan, pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan hasil berat kering akar terendah dengan rata-rata 1,7 ± 0,3 g/perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada pemberian perlakuan tersebut menghasilkan rata-rata panjang akar yang pendek sehingga berpengaruh terhadap hasil penimbangan berat keringa akar tanaman. g. Jumlah bintil akar tanaman Berdasarkan hasil uji statistik pada parameter jumlah bintil akar menunjukkan bahwa pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dengan rata-rata jumlah bintil akar tanaman sebesar 6.7±2.1 per perlakuan. Hal ini dikarenakan pada formulasi tersebut menyediakan mikroba dari golongan penambat nitrogen non-simbiotik SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 83 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yaitu Rhizobium sp yang mampu mberadapatasi dan berkembang biak pada bagian perakaran tanaman sehingga membentuk bintil akar. Adapun mekanisme pembentukan bintil akar oleh Rhizobium sp. menurut Dewi (2007) adalah dimulai dengan masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan nodula di mana bakteri inimembelah dan menggandakan diri. Batas pemisah pun berkembang, lokasi pusat di mana bakteri berada dinamakan zona bakteri yang ditandai dengan adanya nodulasi dari bakteri yang menyerangnya. Jaringan nodul tersebut selanjutnya tumbuh dalam berbagai ukuran dan mendorong dirinya melalui akar dan kemudian muncul sebagai tamabahan dalam sistem perakaran. Menurut Surtianingsih et al., (2009) menjelaskan bahwa bintil akar mengandung kompleks enzim nitrogenase yang mereduksi nitrogen di udara menjadi bentuk yang tersedia untuk tanaman, enzim nitrogenase terkandung dalam bintil akar yang efektif terlihat dari ciri warna merah pada korteks bintil akar yang menandakan adanya aktivitas nitrogenase. Akibatnya dengan adanya pembentukan bintil akar tersebut kandungan nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman meningkat yang selanjutnya unsur hara tersebut akan meningkatkan pertumbuhan tanaman baik pada fase fegetatif maupun fase generatif. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang kurang baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pembentukan bintil akar tanaman dengan rata-rata sebesar 10.00±7,94 per tanaman. Berdasarkan hasil uji beda pada pembentukan jumlah SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 84 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bintil akar tanaman menujukkan pengaruh pemberian formulasi 15.3 tidak berbeda nyata dengan pengaruh pemberian formulasi 15.2 dan 10.3, hal ini menunjukkan adanya ke tiga formulasi tersebut memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah pembentukan bintil akar. Pada perlakuan pemberian pupuk vitonic menunjukkan hasil jumlah bintil akar terendah dengan rata-rata sebesar 0.0±0.0 per perlakuan. Hal ini dikarenakan kemungkinan tidak adanya jumlah mikroba penambat nitrogen non-simbiotik pada tanah akibat ketidakkemampuan mikroba untuk beradaptasi dengan perubahan linghungan yang menjadi keras dan panas serta diikuti dengan penurunan pH tanah yang menjadi masam. Menurut Foth (1998) menjelaskan bahwa pada pH tanah yang masam (<5.5) akan menyebabkan penurunan kemampuan
mikroba
golongan penambat
nitrogen
non-simbiosis
untuk
berinteraksi dengan akar tanaman sehingga pembentukan jumlah bintil akar yang terbentuk sangat sedikit. h. Berat bintil akar Berdasarkan hasil analisis deskripif kuantitatif pada berat bintil akar tanaman menunjukkan bahwa hasil berat bintil akar tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 15.3 dengan ratarata sebesar sebesar 0,9 ± 0,3 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan pada pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 15.3 memberikan suplai mikroba yang mampu membentuk bintil akar efektif sehingga bintil akar yang terbentuk memiliki biomassa yang mengindikasikan adanya aktivitas bakteroid dalam bintil akar. Sedangkan, pada perlakuan K- dan K+ yang menunjukkan hasil terendah SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 85 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berat bintil akar dengan rata-rata sebesar 0,0 ± 0,0 g/perlakuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mikroba indegenus pada tanah tidak mampu secara optimal untuk melakukan interaksi dengan akar tanaman yang diakibatkan oleh tidak adanya penambahan jumlah mikroba yang mampu membentuk bintil akar dan karena rusaknya kondisi tanah akibat dari penambahan pemupukan kimia yang mengakibatkan tanah menjadi panas dan keras, sehingga mikroba yang memiliki kemampuan membentuk bintil akar tidak mampu bertahan hidup atau mati. 4.2.3. Produktivitas kacang hijau (V. radiata) a. Jumlah polong Berdasarkan hasil uji analisis secara statistik menunjukkan bahwa hasil terbaik terhadap pembentukan jumlah polong ditunjukkan oleh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu rata-rata sebesar 100.00±6.0 per perlakuan. Hal ini dikarenakan pada formulasi tersebut memiliki pertumbuhan tinggi batang dan jumlah daun yang optimal, keadaan tersebut disebabkan kemungkinan oleh adanya kandungan jumlah koloni mikroba simbiosis atau non-simbiosis pada tanah yang mampu menyediakan unsur hara seimbang serta zat pengatur tumbuh bagi tanaman sehingga dapat diserap oleh akar tanaman secara optimal. Seperti diketahui secara umum daun merupakan organ penghasil fotosintat utama, jumlah daun yang banyak dan memiliki luas penampang yang lebar akan menyediakan tempat untuk fotosintesis lebih banyak, sehingga akan diperoleh hasil fotosintat yang lebih banyak. Jumlah daun yang terbentuk terkait erat dengan tinggi SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 86 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tanaman, karena pertumbuhan daun sangat bergantung pada perolehan sinar matahari setelah tersedianya unsur hara. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et al (1991), yang menjelaskan bahwa penambahan tinggi tanaman secara langsung dapat meningkatkan jumlah daun yang mengandung pigmen klorofil yang berfungsi menyerap cahaya untuk digunakan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat (glukosa) dan oksigen. Pada fase pertumbuhan vegetatif unsur hara yang diserap oleh akar tanaman dan hasil fotosintat dari proses fotosintesis awalnya akan tertimbun pada bagian batang dan daun yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan utama pembentukan polong setelah terbentuknya bunga pada tanaman leguminoseae (Adisarwanto, 2003). Karbohidrat digunakan untuk membentuk senyawa-senyawa lain yang dibutuhkan dalam pembentukan struktur sel tanaman dan untuk mendukung aktivitas metabolisme lain atau diakumulasikan dalam sel organ tertentu sehingga proses pembentukan polong semakin cepat dan menghasilkan polong yang banyak (Sitompul dan bambang, 1995). Akibatnya polong yang terbentuk pada formulasi 15.3 menghasilkan jumlah polong yang terbanyak jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pembentukan jumlah polong tanaman kacang hijau dengan rata-rata sebesar 10,00±7,94 per tanaman pada media tanam polybag. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa pengaruh pemberian formulasi pengenceran pupuk SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 87 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 menghasilkan hasil jumlah polong yang berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain. Pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan hasil jumlah polong terendah dengan rata-rata sebesar 41.00±4.00 per perlakuan. Hal ini dikarenakan pada formulasi tersebut memiliki pertumbuhan vegetatif yang tidak optimal sehingga proses kemunculan bunga terhambat dan berdampak negatif pada pembentukan jumlah polong kacang hijau. b. Berat polong Berdasarkan hasil uji statistik pada parameter berat polong menunjukkan bahwa hasil berat polong terbaik ditunjukkan oleh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu rata-rata sebesar 89.26±7.55 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan kemungkinan pada awal pembentukan biji dalam polong asimilat yang disimpan di dalam kulit polong mampu disalurkan secara optimal melalui unting pembuluh yang bercabang dari jaringan pembuluh yang merentang pada kulit polong dan kemudian lewat melampaui tali pusar ke integument yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses pembentukan biji yang selanjutnya akan menghasilkan berat polong lebih baik (mugnisyah dkk, 1990). Di dukung oleh Ma’rufah, (2008) menyatakan bahwa pada tanaman legum, kebanyakan tidak mampu untuk memobilisasi hasil asimilat (unsur hara dan fotosintat) yang disimpan sebelum pembentukan polong, akibatknya pembentukan biji sangat bergantung pada asimilat yang dibentuk selama pembentukan polong tersebut. Sehingga, semakin tinggi serapan unsur hara dan simpanan hasil fotosintat pada waktu pertumbuhan SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 88 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vegetatif maka semakin banyak pula asimilat yang akan disimpan pada waktu pembentukan polong yang nantinya akan mempengaruhi kualitas biji yang dihasilkan (Syarif, 1993). Menurut Rahmianna dan Bell (1998), menjelaskan bahwa hasil yang tinggi pada berat polong dipengaruhi oleh persentase biji bernas, rendahnya persentase biji muda, dan jumlah polong harnpa serta rata-rata berat satu biji. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pembentukan berat polong tanaman kacang hijau dengan rata-rata sebesar 0,82±0,05 g/tanaman pada media tanam polybag. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa pengaruh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 menghasilkan hasil berat polong yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan formulasi 15.2, dan K+. Sedangkan pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan hasil berat polong terendah dengan rata-rata sebesar 39.33±2.54 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan kurangnya unsur hara dan hasil asimilat yang tersimpan pada kulit polong sehingga menghasilkan biji yang berkualitas tidak baik, sehingga menyebabkan berat polong ringan. c. Berat biji Berdasarkan hasil uji statistik pada parameter berat biji menunjukkan bahwa hasil berat biji terbaik ditunjukkan oleh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 yaitu rata-rata SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 89 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebesar 67.57±8.17 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan kemungkinan pada awal proses
pengisian
biji
sampai
biji
tersebut
masak,
tanaman
mampu
mentranslokasikan berbagai senyawa (asimilat unsur hara dan hasil fotosintat) secara optimal agar biji mengandung cadangan makanan yang cukup, sehingga memiliki tekstur yang besar dan bulat. Untuk perkembangannya, biji menggunakan bahan-bahan terutama karbohidrat hasil fotosintat dari proses fotosintesis dalam bentuk derivat sukrosa dan protein yang berasal dari sintesis unsur nitrogen dalam tanaman, menurut (Mimber, 1990 dalam Muzammil, 2004) mengemukakan bahwa unsur nitrogen merupakan komponen essensial dalam asam amino yang menjadi dasar pembentukan protein, juga dalam basa nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat dan senyawa yang berkerabat sepert ATP (Tjitrosomo dkk., 1993) yang akhirnya menambah berat kering biji, sehingga mampu memproduksi biji dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibanding penelitian sebelumnya oleh Chusnia, (2012) yang mengemukakan bahwa pemberian pupuk biofertilizer dengan dosis dan frekuensi 15.3 mampu meningkatkan pembentukan berat biji tanaman kacang hijau dengan rata-rata sebesar 5,41±0,41 g/tanaman pada media tanam polybag. Berdasarkan hasil uji beda menunjukkan bahwa pengaruh pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 menghasilkan hasil berat biji yang berbeda nyata terhadap hasil perlakuan yang lain. Sedangkan pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan hasil berat polong terendah dengan rata-rata sebesar 27.13±2.17 g/perlakuan. Hal ini dikarenakan kurangnya unsur SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 90 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hara yang diserap dan disimpan oleh tanaman, sedangkan unsur hara sangat berpengaruh terhadap pembentukan biji, akibatnya tanaman menghasilkan biji yang berkuantitas dan berkualitas tidak baik. Dari uraian di atas menjelaskan bahwa pemberian konsorsia mikroba inokulan pada formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 per tanaman merupakan kombinasi dosis dan intensitas optimal dalam meningkatkan hasil produktivitas tanaman, hal tersebut dikarenakan pada formulasi 15.3 mengandung sejumlah konsorsia mikroba yang lengkap dan efektif dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. Selain itu, mikroba inokulasi yang terkandung dalam formulasi tersebut mampu menghasilkan suatu senyawa zat pengatur tumbuh dan senyawa antibiotik yang dapat melindungi tanaman dari hama penyakit sehingga hasil produksi tanaman kacang hijau menjadi optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simanungkalit dan Saraswati, (2007) bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk hayati dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Disamping itu, konsorsia mikroba dalam pupuk hayati mampu menghasilkan fitohormon dan siderofor yang secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Silahoi (2008) yang menjelaskan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup berperan dalam pertumbuhan tanaman dalam fase vegetatif menghasilkan hasil produksi yang tinggi pada fase generatif. Aplikasi pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer 1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 pada pertanian organik efektif untuk meningkatkan hasil panen, selain itu juga lebih hemat dalam pemakaian serta SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 91 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
memiliki keuntungan tertentu yang berdampak positif pada tanah misalnya dapat memperbaiki kualitas tanah baik sifat fisik, sifat biologi dan sifat kimia tanah. Hal ini sesuai dengan Karama et al. (1990) dalam Mukhlis, (2014) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu fungsi fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah, sifat kimia dapat meningkatkan tukar kation tanah, meningkatkan daya sanggah tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara, serta efesiensi penyerapan unsur fosfor, dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktifitas jasad renik tanah. Maka, formulasi ini dapat dijadikan alternatif pengganti pupuk kimia di bidang pertanian, di dukung oleh Stevenson (1982) bahwa di masa sekarang perlu adanya perbaikan lingkungan salah satunya dengan mengaplikasikan bakteri penambat nitrogen bebas yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. 4.2.4 Efektifitas formulasi terhadap produktivitas kacang hijau (V. radaita L.) pada lahan sawah Saraswati (2007) menjelaskan bahwa efektivitas pupuk hayati merupakan salah satu upaya untuk memelihara kesehatan dan kualitas tanah serta mengurangi ktergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia melalui proses biologi. Dalam penelitian ini, digunakan formulasi pengenceran pupuk biofertilizer (1:10) sebagai upaya untuk menemukan ke efektifan dalam penggunaan dan berperan sebagai penyedia nutrisi dan unsur hara yang diperoleh dari bahan organik yang terdapat dalam tanah. Pada penelitian ini, nilai RAE (Relativity Agronomic Effectiveness) SKRIPSI
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan formulasi pengenceran pupuk biofertilizer APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 92 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1:10 dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3, yaitu 158.3 % (tabel 4.16). Hal ini di dukung oleh pernyatan Simarmata (2004) yang mengemukakan bahwa penggunaan berbagai pupuk hayati pada lahan marginal di Indonesia ternyata mampu meningkatkn ketersedian hara dan hasil berbagai tanaman antara 20-100%, serta dapat menekan pemakaian pupuk hayati buatan secara efisien dan meningkatkan efektifitas
pemupukan.
Berdasarkan
hasil
dari
penelitian
sebelumnya yang terkait mengenai pemberian pupuk hayati juga menghasilkan nilai RAE yang tertinggi antara lain, nilai RAE dari pemberian pupuk hayati dengan dosis 15 mL/tanaman ternaman terhadap tanaman kacang hijau pada polybag adalah 347.37% (Chusnia, 2012), pupuk hayati 10 mL/ tanaman terhadap cabai rawit adalah 207,11% (Umah, 2012), dan pemberian pupuk hayati dengan dosis 15 mL/tanaman terhadap tanaman kubis adalah 708,94% (Iwantari, 2012). 4.2.5 Faktor yang mempengaruhi efektifitas pupuk biofertilizer terhadap pertumbuhan dan hasil produktivitas kacang hijau Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan keberhasilan pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer (1:10) pada lahan sawah dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan dan mutu pupuk. Mutu konsorsia mikroba dalam pupuk ditentukan oleh lama penyimpanan dan nutrisi yang terdapat dalam pupuk, mutu konsorsia mikroba dalam penggunaan ditentukan oleh ke efektifan mikroba dalam kemampuannya meningkatkan pertumbuhan organ tanaman melalui penyediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan pembentukan bintil akar pada tanaman serta mampu berkembang biak pada tanah. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Simanungkalit, dkk (2007) pada baku mutu pupuk hayati yang SKRIPSI
merupakan syarat-syarat mutu yang harus dipenuhi oleh suatu pupuk hayati agar APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 93 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
fungsi mikroba yang terkandung dalam pupuk hayati yang bersangkutan dapat memberikan pengaruh positif terhadap tanaman yang diinokulasi. Beberapa karakteristik mikroba yang menentukan mutu suatu pupuk hayati antara lain adalah 1). Jumlah populasi: jumlah minimal populasi mikroba hidup pada waktu produksi dan sebelum kadaluwarsa yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman, 2). Keefektifan mikroba dalam inokulan merupakan mikroba pilihan (unggul) hasil seleksi, pengujian secara sistematis baik di laboratorium, rumah kaca, maupun di lapangan, 3). Bahan pembawa harus dapat memberikan lingkungan hidup yang baik bagi mikroba atau campuran bernbagai mikroba selama produksi, transportasi, dan penyimpanan sebelum inokulan tersebut digunakan.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut: 1. Pemberian pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas dapat meningkatan pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah yang meliputi jumlah daun, panjang akar, jumlah bintil akar, dan berat bintil akar. Adapun kombinasi dosis dan intensitas yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah pada kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. 2. Pemberian pengenceran biofertilizer (1:10) dengan berbagai kombinasi dosis dan intensitas dapat meningkatan hasil produktifitas tanaman kacang hijau (V. radiata L.) pada lahan sawah yang meliputi jumlah polong, berat polong, dan berat biji. Adapun kombinasi dosis dan intensitas yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah pada kombinasi dosis 15 mL dan intensitas 3 kali. 3. Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) tertinggi dari pemberian formulasi pengenceran pupuk biofertilizer (1:10) dengan kombinasi variasi dosis dan intensitas yang berbeda ditunjukkan oleh perlakuan 15.3 dengan nilai sebesar 158,3%.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA'IDUL KHOIR
94 SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 95 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.2
Saran Hasil terbaik untuk meningkatkan hasil produktivitas berupa jumlah
polong, berat polong, dan berat kering biji tanaman kacang hijau dapat diberikan dengan dilakukan pengenceran pupuk biofertilizer (1:10) dengan kombinasi dosis dan intensitas 15.3 dalam selang waktu satu minggu setelah tanam.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2003. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Dilahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 11–15. Agustiono, T. 2012. Inokulasi Bakteri Bintil Akar Rhizobium Pada Tanaman Kedelai Pada Beberapa Tingkat Pemberian Air. Skripsi, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Alexander, M. 1977. Introduction to soil mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley and Sons. New York. 467.da Andrianto, T.T. dan Indarto. N., 2004. Budidaya dan Analisis Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolut. Yogyakarta. Hal : 93, 94, 100. Anonimus 2015, Perkembangan ekspor dan impor jawa timur 2015. http://jatim.bps.go.id diakses tanggal 17 November 2015. Anonimus, 2010, Budidaya Kacang Hijau, http://budidaya-di.blogspot.com/, 21 Juni 2016 Backer CA and RC Bakhuizen van den Brink, 1968. Flora Of Java Vol. III. (Spermatophytes only). WoltersNoordhoff N. V.Groningen- The Netherlands. Budianto, D., D. Probowati dan Sukrinali. 1995. Pengaruh abu jerami padi terhadap pertumbuhan kedelai pada tanah podsolik merah kuning. Dalam Prosiding Kongres Nasional VI P. 671-678. Chusnia, W. 2012. Kajian aplikasi pupuk hayati dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (vigna radiata l.) pada polybag, Skripsi, Departemen Biologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi tanah yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Dewi, A. 2007. Mikroba Pelarut Fosfat (BPF). Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran, Jatinangor. 96 SKRIPSI
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN.... APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
FAWA’IDUL KHOIR
FAWA'IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 97 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dewi, Intan Ratna. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Jatinangor. Dwi, A, 2008, Uji Efektivitas Pupuk Organik Hayati (Bio-Organic Fertilizer) Dalam Mensubstitusi Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman Caisin (Brassica chinensis), Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Skripsi dipublikasikan : Jurusan Keehutanan. fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Fahmi, N. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Skripsi, Jurusan Agroteknologi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Finlay, R.C., 1974 Intecropping Soybeans With Cereals, Regional Soybean Confrence. Oktober 14-17. Fitri, Dyah A. 2004. Pengaruh Ekstrak Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek.) terhadap Pertumbuhan dan Nodulasi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Skripsi, Jurusan Biologi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Foth, H.D. 1988. Dasar –dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Furqon. 2004.Statistika Terapan Untuk Penelitian.AlfaBeta,Bandung. Gardner, F. P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta. Gaur, A.C. 1982. A Manual of rural composting. In Improving Soil Ferftility Through Organic Recycling. Project Field Document No. 15. Food and Agricultural Organization of The United Nation, Rome. Ginting, R. C. B., Saraswati, dan E. Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Balai Besar Litbang. Goenarto, L. 2000. Microba Rizosfer: Potensi dan Manfaatnya. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 19 (2): 39-48. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 98 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. PT. Agro Media Pustaka: Jakarta Selatan. Hafizah, N. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabe Merah Pada Lahan Rawa Lebak. Kalimantan Tengah: Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Harjadi, S.S. 1984. Pola Pertumbuhan Tanaman. Gramedia, Jakarta. Harran, S dan Ansori, N. (Eds) 1992. Bioteknologi Pertanian, Bogor Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Hasbi, N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Rumput Benggala (Panicum maximum). Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Haug, R.T. 1980. Composting Engineering. Ann Arbor Science, Michigan. Hedge, D. M., 1988. Effect of Irrigation and Nitrogen Fertilization on Yield, Quality, Nutrient Uptake, and Water Use of Onion (Allium cepa L.). Singapore J. Primary Industries. 2(16): 111 – 123. Hindersah, R. dan T. Simarmata, 2004. Artikel Ulas Balik. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 5(2). p: 127-133. Idris, M., Mohammad dan Normah, 1982. Tanaman Bijian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Hal : 111113. Intan, R. D. A. 2007. Bakteri pelarut fosfat (BPF), Makalah, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Irwan, W, AEP. 2005, Kebutuhan Air, Iklim, dan Waktu Tanam Kedelai, Kacang Tanah, dan Kacang hijau, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor. Khairani, L. 2008. Respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau (phaseolus radiatus l.) pada beberapa komposisi lumpur kering limbah domestik sebagai media tanam, Skripsi, Departemen Budidaya Pertanian, Universitas sumatera utara, Medan. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 99 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lahuddin. 2007. Suplai Hara NPK dan Perubahan pH serta Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Pemberian Abu Serbuk Gergaji Pada Tanah Ultisol. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra, Medan. Lamina. 1989. Kedelai dan pengembangannya. Simplex. Jakarta. Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lestari, P., D. N. Susilowati, dan E. I. Riyanti. 2007. Pengaruh hormon asam indol asetat yang dihasilkan Azospirillum sp. terhadap perkembangan akar padi. Jurnal AgroBiogen 3(2): 66-72. Ma’rufah, D. 2008. Diktat Pengisian dan Pemasakan Biji. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Masfufah, A. 2011. Pengaruh Pemberian pupuk Hayati (Biofertilizer) Pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) Pada Polybag. Skripsi, Departemen Biologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Mugnisyah, W.Q., Setiawan, A.1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali press. Jakarta. Mukhlis, 2014. Biodegradasi Bahan Organik Oleh Mikroba dan Pengaruhnya Terhadap Tanaman di Lahan Gambut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Kalimantan Selatan. Muzammil, D. Rusmawan, dan Asmarhansyah, 2004. Pengaruh Dosis Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai Di Lahan Bekas Tambang Timah Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan, 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 2. Hal. 849 dan 947. UI Press. Jakarta Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta; UI Press. Publishing.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 100 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Permentan. 2009. Peraturan Menteri Pertanian tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.130/5/2009. Jakarta: KI. Permentan. 2011. Peraturan Menteri Pertanian tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/ Permentan/SR.140/10/2011. Jakarta: KI. Ponmurugan, P dan C. Gopi. 2006. In Vitro Production of Growth Regulators and Phospatase Activity by Phosphate Solubilizing Bacteria. African Journal of Biotechnology. 5(4): 34 Prasetyo, A. 2014. Hubungan Sifat fisik Tanah, Perakaran dan Hasil Ubi Kayu Tahun Kedua Pada Alfisol Jatikerto Akibat Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik (NPK), Jurnal, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Premono, E. M., 1994. Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya terhadap P tanah, dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Purworno, Hartono, dan Rudi, 2005, Kacang Hijau, Niaga Swadaya, Depok. Rahmianna, A.A., dan Bell, M., Tela’ah faktor pembatas hasil kacang tanah, Penelitian Palawija J. 1(1988) 48. Ramdana, S. 2015. Rhizobium : pemanfaatannya sebagai bakteri penambat nitrogen, (Vol 12): 59-62. Makassar: Balai Penelitian Kehutanan Makassar Rasti, Edi, dan Erny, 2015. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati: Organisme Perombak Bahan Organik : 219-221. Makassar: Balai Penelitian Kehutanan Makassar Reis, V. M., K.R. d. S. Teixeira, and R. O. Pedraza. 2011. What Is Expected from the Genus Azospirillum as a Plant Growth-Promoting Bacteria? In Bacteria in Agrobiology: Plant Growth Responses. D. K. Maheshwari (ed.) Springer-Verlag Berlin Heidelberg Rofi’i, F. 2009. Hubungan antar jumlah total bakteri dan angka katalase terhadap daya tahan susu, Skripsi, Jurusan Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 101 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau; Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Jakarta. Rukmi. 2009. Pengaruh Pemupukan Kalium Dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Fakultas Pertanian, Universitas Muria Kudus. Sajmin, 1999. Pengaruh Pemberian Berbagai Cara dan Dosis Bacillus sp. Terhadap Produktivitas dan Kualitas Rumput (Panicum Maximum). Balai Penelitian Ternak, Bogor. Salisbury, FB., CW, Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Bandung: ITB. Saraswati, R. 2007. Metode analisis biologi tanah. Balai besar litbang sumber daya lahan pertanian; Badan penelitian dan pengembangan pertanian, Jawa Barat. Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Sholichah, M. 2015. Biofertilizer berbahan baku limbah cair tepung ikan sebagai alternatif nutrisi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas bayam ( amaranthus hybridus l.) sistem hidroponik rakit apung, Proposal Skripsi, Departemen Biologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Silahoi, 2008. Efek pupuk KCl dan SP 36 terhadap kalium tersedia, Serapan kalium dan hasil kacang tanah ( Arachis hypogaea L ). Bul Agron 36 ( 2) 126-132. Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu. Buletin Agrobio. 4(2): 56-61. Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer and Biofertilizer, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat. Simarmata, T., Hindersah, R. 2004. Enhancing biological nitrogen fixation; An appraisal of current and alternative technologies for N input into plants. Plant and Soil 194; 205-2016. Sitompul, S.M., dan Bambang, G., 1995, Analisis Pertumbuhan tanaman, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN FAWA'IDUL KHOIR Soegiman. 1982. Ilmu tanah Terjemahan, Bratara Karya Aksara, Jakarta.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 102 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor. Stevenson, F.J. 1986. Cycles of soil - carbon. nitrogen, phosphorus, sulfur, micronutrients. John Wiley & Sons. New York. 380 p. Subba Rao, N. S., (1993). Biofertilizers in Agriculture and Forestry, Oxford & IBM publishing Co., (P) Ltd. 3rd edition. Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi dasar., Fakultas Pertanian UPN “ VETERAN”, Yogyakarta. Sumiati, E. dan O. S. Gunawan., 2007. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah. J. Hort. 17(1): 34 – 42. Suntoro, Wongso A. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Jurusan Ilmu Kesuburan Tanah. University Press Surakarta. Suparyono dan Agus Setyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15 : 31–35. Susilowarno, R. Gunawan, R. Sapto H., Mulyadi, Th. Enik M. M., dan Umyati. 2001. Biologi. Jakarta: Grasindo. Sutton, S. 2010. The Most Probable Number Methode and Its Uses in Enumiration, Qualification, and Validation. Journal of Validation Technology, Hal 35-37. Syarif, S. 1993. Ilmu Tanah Petanian. Pustaka Buana Bandung. Hal 157. Tien, T. N., Gaskins, N. H. and Hubbell, D. H., (1979). Plant growth substances produced by Azospirillum brasilense and their effect on growth of Pearl Millet. Applied and Environmental Microbiology. 37: 10161024 Tjitrosomo, G. 1993. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 103 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Van der maesen, L.R.G. & Somaatmadja, S.1993. Sumber Daya Hayati Asia Tenggara 1; Kacang-kacangan. PT. Gramidia Pustaka Utama, Jakarta. Viaev. SD., G. Djeieva. V. Rayyovska, and K. Schugeri. 1997. Cellulose productio by Trichoderma sp grown on corn fibre susbt rate. Procecess Biochemistry. 227:561-565. Wachjar,
Ade, Supijatno, dan D. Rubiana. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Dua Klon Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze). Bul. Agron. (34) (3) 160 – 164.
Waksman, S. A. and R. C. Starkey, 1931. The Soil and the Microbe. John Wiley and Sons. Inc. New York. Wardhani, S. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik. Skripsi, Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Wibowo, A. 2008. Modul SPSS, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya. Widawati, S. 2010. Teknologi inovatif mikroba biofertilizer untuk mempercepat reklamasi lahan pertanian di kawasan penyangga gunung salak dan mikroba endofilitik untuk agen biokontrol., LIPI, Libinong. Widowati, L.R. 2004. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Jakarta; Agromedia Pustaka. Yuwono, T.W. 2006. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta; UGM Press.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1. Data pertumbuhan dan produktivitas. 1. Data pengukuran rata-rata tinggi tanaman tiap minggu.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Data pengukuran rata-rata jumlah daun tanaman tiap minggu.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Data rata-rata waktu munculnya bunga dan polong kacang hijau a. Waktu munculnya bunga
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Waktu kemunculan polong
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Data rata-rata pertumbuhan akhir beberapa parameter.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
SKRIPSI
Data rata-rata hasil produktivitas kacang hijau panen 1 + panen 2.
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2. Penghitungan nilai RAE tanaman kacang hijau 1. Penghitungan Relativity Agronomic Efectivity (RAE) pada pemberian pupuk biofertilizer Penghitungan nilai RAE kacang hijau dapat dihitung menggunakan rumus :
Sumber : Permentan, 2011. 1. Hasil perlakuan 5.1
5. Hasil perlakuan 10.2
2. Hasil perlakuan 5.2
6. Hasil perlakuan 10.3
3. Hasil perlakuan 5.3
7. Hasil perlakuan 15.1
4. Hasil perlakuan 10.1
8. Hasil perlakuan 15.2
9. Hasil perlakuan 15.3
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Gambar alat dan bahan. a. Bahan a.1. Bahan laboratorium a.2. Bahan lapangan b. Alat b.1. Alat laboratorium b.2. Alat Lapangan A
B
E
C
D
F
G
1
2
3
A
: Pupuk vitonic
B
: Pengenceran biofertilizer 1:10
C
: Stock biofertilizer
D
: Spuilt 50 mL
E
: Pupuk biofertilizer
F
: Bibit biji Kacang Hijau Var. VIMA-1
G
: Gelas ukur plastik (1), Corong plastik (2), Jerigen (3)
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
A
C
B
D
E
F
G
A
: Alat yang digunakan mengambil sampel tanah
B
: pH meter
C
: Bahan yang digunakan untuk membuat media spesfik (Pikovskaya, CMC, dan Nfb)
D
: Autoclave kompor
E
: colony counter (Galaxy 230)
F
: Autoclave (OSK 6500, ALP Co. Ltd)
G
: shaker (GFL)
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
A
B
E
F
I
J
C
G
K
A
: Jarum ose
B
: timbangan analitik (Shimadzu)
C
: Laminar Air Flow (LAF)
D
: Shaker
E
: Bunsen
F
: Oven
G
: Vein
H
: Gelas ukur
I
: Erlenmayer
J
: Cawan petri
K
: Timbangan analitik
L
: Inkubator
M
: Tabung reaksi
SKRIPSI
D
H
L
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
M
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4. Gambar pertumbuhan tanaman kacang hijau (V. Radaiara L.) tiap minggu. D
A
E
B
C F
Keterangan : A : Umur tanaman satu minggu. B : Umur tanaman dua minggu. G C : Umur tanaman tiga minggu. D : Umur tanaman empat minggu. E : Umur tanaman lima minggu. F : Umur tanaman enam minggu. G :Umur tanaman tujuh minggu.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 5. Pengamatan uji golongan mikroba pada sampel tanah dan biofertilizer.
A. Gambar Pengamatan mikroba dari golongan pelarut fosfat dan pendegradasi bahan organik.
B
A A
Keterangan : A. visualisasi zona halo (A) pada media Pikovskaya ( ditandai dengan terjadinya perubahan media dari keruh menjadi bening). B. visualisasi zona halo (A) pada media CMCA. Karakteristik
Makroskopis
SKRIPSI
SKRIPSI
warna bentuk Elevasi Permukaan Tepi Ukuran Karakteristik optik
Mikroba golongan pelarut fosfat Putih Bulat Cembung Halus agak licin Rata berombak Sedang
Mikroba pendegradasi bahan organik Putih kekuningan Bulat Cembung Halus Rata agak berombak Kecil
Buram
Buram
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
B. Gambar pengamatan golongan mikroba penambat nitrogen menggunakan MPN.
A B
Keterangan : Visualisasi pada media NFB (Nitrogen Fixation Bacteria) semi-solid terjadi perubahan warna media menjadi biru (B) dan terbentuk cincin putih/Pellicle (A) sebagai indikator adanya aktivitas bakteri penambat nitrogen. Hasil analisis bakteri penabat nitrogen pada media NFB semi-solid yang dicocokkan dengan tabel Mc Grady. Sampel
TK-
TK+
TB
Hasil Pengamtan Sebelum Cincin putih Pelikel Warna biru Cincin putih Pelikel Warna biru Cincin putih Warna biru Pelikel
SKRIPSI
SKRIPSI
1 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
10 2 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
3 Positif Positif Positif Positif Positif Positif negatif negatif negatif
Jumlah volume larutan tanah 1 1 2 3 negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif Positif negatif Positif Positif negatif Positif Positif negatif Positif
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
1 negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
0.1 2 positif positif positif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
NPP 3 negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
4
2,3
2,8
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sampel
TK-
TK+
TB
Hasil Pengamtan Sesudah Cincin putih Pelikel Warna biru Cincin putih Pelikel Warna biru Cincin putih Warna biru Pelikel
1 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
10 2 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
1 Positif Positif Positif
10 2 Positif Positif Positif
Sampel Hasil Pengamtan Cincin putih Pupuk B Warna biru Pelikel
SKRIPSI
SKRIPSI
3 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Jumlah volume larutan tanah 1 1 2 3 Positif negatif negatif Positif negatif negatif Positif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
3 Positif Positif Positif
Jumlah volume larutan tanah 1 1 2 3 Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
1 negatif negatif negatif positif positif positif negatif negatif negatif
0.1 2 positif positif positif negatif negatif negatif Positif Positif Positif
1 Positif Positif Positif
0.1 2 Positif Positif Positif
NPP 3 negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif
7
4
50
NPP 3 Positif Positif Positif
> 100.
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
C. Tabel Mc Grady.
(Sumber : Sutton, S. 2010)
SKRIPSI
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 6. Hasil analisis data pertumbuhan dan produksi menggunakan manova satu arah. a. Hasil analisis data produksi menggunakan manova satu arah. 1. Hasil Uji Normalitas Data Produksi
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 maka Tolak Ho Jika P-value > 0,05 maka Terima Ho Hipotesis Ho2 : Data berdistribusi normal Ha2 : Data tidak berdistribusi normal (Wibowo, 2008).
2. Hasil Uji Analisis Statistik
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan : jika 4 nilai p-value menunjukkan <0,05, maka signifikan pada level kepercayaan 95% (Wibowo, 2008).
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 Jika P-value > 0,05 Hipotesis Ho2 Ha2
maka Tolak Ho maka Terima Ho
: Data berdistribusi homogen : Data tidak berdistribusi homogen (Wibowo, 2008).
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 Jika P-value > 0,05 Hipotesis Ho2 SKRIPSI
maka Tolak Ho maka Terima Ho
: Tidak ada pengaruh perbedaan pemberian variabel independent terhadap variabel dependent. APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ha2
: Ada pengaruh perbedaan pemberian variabel independent terhadap variabel dependent (Wibowo, 2008).
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets 1. Jumlah polong
2. Berat polong
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Berat biji
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Hasil analisis data pertumbuhan akhir menggunakan manova satu arah. 1. Hasil Uji Normalitas Data Pertumbuhan akhir
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 Jika P-value > 0,05 Hipotesis Ho1 Ha1
maka Tolak Ho maka Terima Ho
: Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal
2. Hasil Analisis Data
Keterangan : jika 4 nilai p-value menunjukkan <0,05, maka signifikan pada level kepercayaan 95% SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 Jika P-value > 0,05 Hipotesis Ho1 Ha1
SKRIPSI
maka Tolak Ho maka Terima Ho
: Data berdistribusi homogen : Data tidak berdistribusi homogen
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan : Penerimaan keputusan Jika P-value < 0,05 Jika P-value > 0,05 Hipotesis Ho1 Ha1
maka Tolak Ho maka Terima Ho
: Tidak ada pengaruh perbedaan pemberian variabel independent terhadap variabel dependent. : Ada pengaruh perbedaan pemberian variabel independent terhadap variabel dependent.
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets 1. Berat kering tanaman
2. Panjang akar
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR
ADLN : PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Jumlah bintil akar Juml_bintil Duncan
a,b,c
Perlakuan
N
Subset 1
2
3
4
K+
3
,000
K-
3
1,333
5.2
3
2,667
2,667
5.3
3
2,667
2,667
5.1
3
3,333
3,333
10.1
3
3,333
3,333
10.2
3
4,000
4,000
15.1
3
4,000
4,000
10.3
3
4,333
4,333
15.2
3
5,000
5,000
15.3
3
1,333
6,667
Sig.
,261
,054
,092
,068
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2,005. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = ,05.
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN
SKRIPSI
APLIKASI FORMULASI PENGENCERAN....
FAWA'IDUL KHOIR
FAWA’IDUL KHOIR