ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
INDUKSI KALUS EKSPLAN DAUN SIRIH HITAM (Piper betle L.) DENGAN KOMBINASI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH INDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) DAN BENZYL AMINO PURIN (BAP)
SKRIPSI
NABILAH ISTIGHFARI ZURAIDASSANAAZ
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 i SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
iv SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Induksi Kalus Eksplan Daun Sirih Hitam (Piper betle L.) dengan Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP)” dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains bidang biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset di bidang kultur jaringan dan aplikasinya dalam pemuliaan tanaman.
Surabaya, 26 Juli 2016 Penulis
Nabilah Istighfari Z.
v SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu, dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan yang sangat berharga selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si. sebagai pembimbing II yang telah memberikan ilmu dan saran yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Edy Setiti W. U., Dra., M.S. selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 4. M. Hilman Fuadil A., S.Si., M.Si. selaku penguji IV yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 5. Dr. Alfiah Hayati sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam menempuh pendidikan akademik. 6. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat agar dapat menyusun skripsi ini dengan baik. 7. Segenap Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Departemen Biologi yang telah mengajarkan banyak ilmu, pengalaman, dan kebaikan.
vi SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8. Kedua orang tua tercinta, Ayah Ir. Achmad Sulthoni dan Ibu Ainur Rochimah, S.T., terimakasih atas segala do’a, perhatian, kasih sayang, dan semangat yang tak putus-putusnya diberikan. 9. Adik-adik
tercinta,
Niemas
Izdihari
Roudhotushshofiy
dan
Elmassalafi Iftitahi Aualfatih Elfath, terimakasih atas do’a, dan semangat yang selalu diberikan. 10. Rekan satu tim penelitian, Umul Fatin, Artifa Rachmah, Fairuz Nabil Izdihar, dan Purnomo, terimakasih atas kerja samanya selama penelitian hingga skripsi. 11. Teman seperjuangan Biologi angkatan 2012 yang telah memberikan keceriaan dan menjadi teman berbagi cerita yang saling menguatkan khususnya Riza Anggriani, Sugianti Rohmanah, Risca Wulandari, Nadyatul Ilma Indah Savira, dan Manikya Pramudya yang telah menjadi teman terbaik empat tahun lalu sampai seterusnya. 12. Teman, Kakak, dan Adik anggota Kelompok Studi Botani Universitas kebersamaan,
Airlangga keceriaan
periode dan
2010-2016, semangatnya,
terimakasih terimakasih
atas telah
memberikan penulis kesempatan menjadi salah satu ketua dari kelompok studi ini. 13. Segenap warga HIMBIO yang selama ini telah memberikan ilmu dan ajaran diluar akademik yang sangat berharga. Bio Life Himbio Jaya! 14. Seluruh karyawan Departemen Biologi, Bapak M. Sujoko, Bapak Suwarni, Bapak Sunarto, Bapak Eko Suyanto, Bapak Sukadji, Bapak Setyanto, Bapak Catur, Ibu Yatminah dan Ibu Arie atas bantuan pelayanan dan kerjasamanya. 15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan penulis satu per satu.
vii SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nabilah Istighfari Zuraidassanaaz. 2016. Induksi Kalus Eksplan Daun Sirih Hitam (Piper betle L.) Dengan Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole-3Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP). Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes. dan Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si., Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap induksi dan pertumbuhan kalus eksplan daun Piper betle L. serta untuk menentukan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP yang tepat dalam menginduksi kalus eksplan daun Piper betle L.. Eksplan dari daun Piper betle L. ditumbuhkan pada media MS yang diperkaya 25 zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dengan kombinasi konsentrasi masing-masing 0,0;0,5;1,0;1,5;2,0 mg/L. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimen laboratoris berupa rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif didapatkan dari deskripsi morfologi kalus daun Piper betle L., data kuantitaif didapatkan dari persentase eksplan membentuk kalus, pengamatan waktu induksi kalus, berat segar kalus, dan berat kering kalus, kemudian data kuantitatif tersebut dianalisis secara statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan nilai signifikansi (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan daun Piper betle L.. Penambahan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L menunjukkan respon terbentuknya kalus paling cepat yaitu 8,5 hari. Penambahan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L merupakan konsentrasi yang menghasilkan berat segar terbaik yakni 0,6596 gram, sedangkan pada kombinasi konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L merupakan konsentrasi yang menghasilkan berat kering terbaik yakni 0,0727 gram. Sehingga didapatkan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk daun Piper betle L. adalah IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Kalus daun Piper betle L. membentuk dua tekstur kalus yakni kompak dan friabel, serta memunculkan berbagai macam warna seperti putih, putih kehijauan, putih kekuningan, putih kecokelatan, cokelat dan hitam.
Kata kunci: Induksi kalus, Piper betle L., IAA, dan BAP.
viii SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nabilah Istighfari Zuraidassanaaz. 2016. Callus Induction of Black Betel’s Leaf (Piper betle L.) Explant with Combination of Growth Regulators Indole-3-Acetic Acid (IAA) and Benzyl Amino Purin (BAP). This script is guided by Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes., and Dr. Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si., Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT The purpose of this research was to know the influence of growth regulator combination IAA and BAP towards induction and growth of callus from Piper betle L’s leaf explant and to determine the best combination of IAA and BAP concentration for inducing of callus from Piper betle L’s leaf explant. Explant from leaf of Piper betle L. was grown on MS media augmented with growth regulators IAA and BAP with 0.0;0.5;1.0;1.5;2.0 mg/L concentration respectively. This study was an experimental study with a completely randomaized design. The data were analyzed qualitatively and quantitatively. Qualitative data were obtained from the leaf callus morphological descriptions Piper betle L. Quantitative data were obtained from a percentage of callus formed by explant, observation time of callus induction, callus fresh weight and callus dry weight, then the quantitative data were statistically analyzed using a MannWhitney test with significance value (α = 0.05). The result of this research showed that IAA and BAP had effects explant growth on leaf of Piper betle L.. Combination of concentration 0.5 mg/L IAA and 2.0 mg/L BAP showed the fastest induction at 8.5 days. Combination of concentration 1.0 mg/L IAA and 1.5 mg/L BAP showed the best of fresh weight at 0.6596 grams, meanwhile the combination of concentration 0.5 mg/L IAA and 0.5 mg/L BAP showed the best dry weight at 0.0727 grams. The conclusion of this research was that concentration 0.5 mg/L IAA and 0.5 mg/L BAP was the best combination for induction of callus from leaf of Piper betle L. Callus of Piper betle L. had two textures, that were compact and friable, and also showed various kind of color, like white, greenish white, yellowish white, tanned white, brown and black. Key words: BAP, Callus induction, IAA, Piper betle L.
ix SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ......................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. vi ABSTRAK ........................................................................................................ viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar belakang................................................................................ 1 1.2 Rumusan masalah........................................................................... 5 1.3 Asumsi penelitian........................................................................... 6 1.4 Hipotesis penelitian........................................................................ 7 1.4.1 Hipotesis kerja ....................................................................... 7 1.4.2 Hipotesis statistik................................................................... 8 1.5 Tujuan penelitian ............................................................................ 8 1.6 Manfaat penelitian .......................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 10 2.1 Tinjauan umum tentang sirih hitam (Piper betle L.)........................ 10 2.1.1 Sistematika sirih hitam (Piper betle L.)................................. 11 2.1.2 Morfologi sirih hitam (Piper betle L.) ................................... 11 2.1.3 Kandungan sirih hitam (Piper betle L.) ................................. 12 2.1.4 Pemanfaatan sirih hitam (Piper betle L.)............................... 13 2.2 Tinjauan umum tentang kultur jaringan tanaman ............................ 13 2.2.1 Induksi kalus .......................................................................... 15
x SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3 Media kultur jaringan....................................................................... 17 2.4 Zat pengatur tumbuh ........................................................................ 18 2.5 Mekanisme kerja IAA dan BAP ...................................................... 20 BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 23 3.1 Waktu dan tempat penelitian ......................................................... 23 3.2 Alat dan bahan penelitian .............................................................. 23 3.2.1 Alat penelitian ..................................................................... 23 3.2.2 Bahan penelitian .................................................................. 23 3.3 Tahap penelitian............................................................................. 24 3.3.1 Pembuatan larutan stok mikronutrien.................................. 24 3.3.2 Pembuatan larutan stok zat besi .......................................... 24 3.3.3 Pembuatan larutan stok vitamin .......................................... 25 3.3.4 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IAA.............. 25 3.3.5 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh BAP ............. 26 3.3.6 Pembuatan media kultur ...................................................... 27 3.3.7 Sterilisasi alat dan ruang kerja............................................. 28 3.3.8 Penanaman eksplan ............................................................. 28 3.4 Variabel penelitian......................................................................... 30 3.5 Rancangan penelitian..................................................................... 30 3.6 Pengumpulan data.......................................................................... 31 3.7 Analisis data................................................................................... 33 3.8 Diagram alir penelitian .................................................................. 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 35 4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 35 4.1.1 Lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) pada media
MS
dengan
berbagai
macam
kombinasi
konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP ................. 35 4.1.2 Berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP ......................................................... 38
xi SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.1.3 Morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP ..................................................................................... 44 4.2 Pembahasan ................................................................................... 79 4.2.1 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) .................................................. 79 4.2.2 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) ............................. 83 4.2.3 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) .......................................................... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 92 5.2 Saran .............................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 94 LAMPIRAN
xii SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul tabel Halaman 3.5 Rancangan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP ...........................31 4.1 Rerata lama waktu induksi dan persentase kalus yang terbentuk dari eksplan sirih hitam pada media MS berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP............36 4.2 Rerata berat segar dan berat kering kalus sirih hitam selama delapan minggu masa kultur............................................................39 4.3 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................44 4.4 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................46 4.5 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................47 4.6 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................48 4.7 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................50 4.8 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................52 4.9 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................53 4.10 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................55 4.11 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................56 4.12 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................57 4.13 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................59 4.14 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................60 4.15 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................62 4.16 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................63 4.17 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................64 4.18 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................66 4.19 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................67 4.20 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................68 xiii SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27
Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................70 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. ..........................................................71 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. ..........................................................73 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. ..........................................................74 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. ..........................................................75 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. ..........................................................77 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. .........................................................78
xiv SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul gambar Halaman 2.1 Habitus sirih hitam..............................................................................10 2.4 (a) Struktur kimia IAA dan (b) Struktur kimia BAP ..........................19 2.5 Mekanisme sitokinin terhadap pembelahan sel ..................................21 2.6 Mekanisme auksin terhadap pembesaran sel......................................22 3.8 Diagram alir penelitian .......................................................................34 4.1 Rerata lama waktu induksi kalus pada eksplan sirih hitam terhadap berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP......................................................................................37 4.2 Rerata berat segar kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP...............40 4.3 Rerata berat kering kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP...............41 4.4 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................45 4.5 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................47 4.6 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................48 4.7 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................49 4.8 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................51 4.9 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................53 4.10 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................54 4.11 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................55 4.12 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................56 4.13 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................58 4.14 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................60 4.15 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................61 4.16 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................62 4.17 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................64 4.18 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................65 xv SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28
Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................67 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................68 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................69 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................70 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................72 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L ......................................................74 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ......................................................75 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L ......................................................76 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L ......................................................77 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L ......................................................78
xvi SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul lampiran 1 Komposisi media Murashige and Skoog (MS) Padat 2 Tabel waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP 3 Tabel persentase eksplan sirih hitam (Piper betle L.) membentuk kalus pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP 4 Tabel berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP 5 Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4) 6 Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-5 sampai dengan minggu ke-8) 7 Tabel Uji distribusi normalitas 8 Tabel signifikansi lama waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney 9 Tabel signifikansi berat segar induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney 10 Tabel signifikansi berat kering induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji Mann-Whitney 11 Tabel Uji homogenitas varians
xvii SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil pendataan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010, penyakit infeksi (29,5%) merupakan penyebab kematian penduduk Indonesia terbesar kedua. Penyakit ini terjadi akibat keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme host individu. Pada hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Patogen ini merupakan penyebab epidemi penyakit (Wardani, 2012). Selama ini penggunaan antibiotik mampu membunuh bakteri patogen, tetapi perlu disadari bahwa upaya membunuh bakteri penyebab penyakit saja ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut disebabkan akibat kurang tepatnya pemilihan antibiotik dan munculnya resistensi (Nasronuddin, 2007). Berdasarkan Peraturan
Menteri
Kesehatan
2406/MENKES/PER/XII/2011
Republik
menyatakan
bahwa
Indonesia intensitas
nomor penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hasil
penelitian
Antimicrobial
Resistant
in
Indonesia
(AMRIN-Study)
menyebutkan bahwa dari 2.494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli
SKRIPSI
1 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yakni ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol. Hal inilah yang mendorong dan mendasari pencarian sumber obatobatan alami yang murah dan memiliki potensi aktivitas antimikroba (Kumala dan Siswanto, 2007). Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat alami terus meningkat. Saat ini masyarakat lebih tertarik untuk menggunakan obat-obatan alami yang memiliki efek samping lebih rendah dari antibiotik dengan khasiat pengobatan multifungsi berbagai penyakit. Hal ini terbukti bahwa perkembangan industri berbahan baku tanaman obat dalam lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan hasil penjualan produksinya selama kurun waktu tersebut meningkat sebesar 2,5–30% per tahun (Pribadi, 2009). Salah satu contoh
tanaman
yang
biasa
digunakan
masyarakat
adalah
sambiloto
(Andrographis paniculata) yang memiliki sifat melindungi hati (hepatoprotektif), dan terbukti mampu melindungi hati dari efek negatif galaktosamin dan parasetamol. Selain berkhasiat melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Contoh lainnya yakni tanaman brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal yang mempunyai manfaat untuk melancarkan fungsi organ pernafasan, menurunkan kadar gula, pengobatan rematik, memar, demam, merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, dan batuk (Nursiyah, 2013). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah sirih hitam. Sirih hitam (Piper betle L.) merupakan tanaman multifungsi yakni selain sebagai tanaman hias juga bermanfaat sebagai obat berbagai penyakit. Seperti
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
halnya antibiotika, kandungan minyak atsiri pada daun sirih bermanfaat sebagai obat penyakit periodontal dan penyakit saluran pernapasan manusia (Hermawan, 2007). Kandungan fenol juga berperan sebagai racun bagi mikroba dengan menghambat aktivitas enzimnya (Suliantari et al., 2008), selain itu juga terdapat kandungan saponin dan tannin yang bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka serta flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai antiinflamasi (Mursito, 2002). Selain itu juga mengandung nitrogen, protein, karbohidrat, serat, vitamin A, B kompleks, C, D, E, natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, tembaga, dan seng (Yanti, 2012). Sirih hitam sebagai tanaman obat memiliki prospek yang menarik untuk dikembangkan. Menurut Kartika (2013), selama ini senyawa metabolit sekunder diperoleh melalui cara ekstraksi organ tumbuhan secara langsung, akan tetapi cara ini membutuhkan pasokan bahan segar tumbuhan dalam skala besar selain itu juga proses ekstraksi, isolasi, dan pemurniannya membutuhkan biaya yang relatif mahal. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga ketersediaannya serta meningkatkan produksi metabolit sekunder tanpa harus membutuhkan waktu yang lama adalah melalui kultur kalus. Sejauh ini penelitian yang terkait dengan sirih hitam adalah tentang kandungan senyawa metabolit sekunder yang dilakukan oleh Rija’i (2015) dan uji daya antifungal ekstrak etanol daun sirih hitam terhadap penghambatan pertumbuhan Candida albicans oleh Ummah (2014). Sedangkan penelitian sirih
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
hitam terkait perbanyakan tanaman secara in vitro belum banyak dilakukan, sehingga pada penelitian ini dilakukan perbanyakan tanaman secara in vitro menggunakan zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP). Hormon IAA merupakan hormon golongan auksin yang berperan untuk merangsang pembesaran sel, sedangkan hormon BAP merupakan hormon golongan sitokinin yang berperan merangsang pembelahan sel-sel tanaman. Rashid et al. (2009) telah melakukan penelitian mengenai peran hormon IAA dan BAP, hasilnya mengungkapkan bahwa eksplan gandum Pakistan (Triticum aestivum) varietas Tatara menunjukkan hasil induksi kalus maksimum, selain itu pada penelitian dari Abdelmageed et al. (2012) menunjukkan hasil induksi yang maksimum juga pada konsentrasi hormon IAA dan BAP terhadap eksplan cempaka wangi. Salah satu keluarga dari Piperaceae yang sudah pernah dilakukan penelitian mengenai perbanyakan secara in vitro adalah sirih merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav.). Pada penelitian yang dilakukan oleh Suaibah (2014) menjelaskan bahwa induksi kalus sirih merah paling cepat oleh kombinasi zat pengatur tumbuh NAA 3 mg/L dan BAP 0 mg/L, sedangkan Mujahidah (2014) menyebutkan bahwa zat pengatur tumbuh 2,4-D 3 mg/L dan NAA 2,5 mg/L menginduksi kalus sirih merah paling cepat. Penggunaan zat pengatur tumbuh IAA yang dikombinasikan dengan BAP pada tanaman sirih belum dilakukan sehingga pada penelitian ini akan melakukan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP, serta tanaman yang digunakan merupakan dari keluarga Piperaceae lainnya yakni sirih hitam (Piper betle L.). Penelitian sebelumnya belum ditemukan mengenai
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
perbanyakan sirih hitam dengan pengaruh kombinasi pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh, melalui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yaitu IAA dan BAP pada induksi kalus sirih hitam.
1.2
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: 1.
Apakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap waktu induksi dan persentase eksplan membentuk kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.)?
2.
Apakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.)?
3.
Bagaimanakah morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.) setelah pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP?
4.
Berapakah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP yang sesuai untuk induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.)?
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
1.3
Asumsi penelitian Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu komponen media yang
menentukan keberhasilan kultur jaringan (Yusnita, 2003). Peranan auksin dan sitokinin sangat nyata dalam pengaturan pembelahan sel, pemanjangan sel, dan diferensiasi sel (Zulkarnain, 2009). Auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, mendorong proses morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan dapat memengaruhi kestabilan genetik sel tanaman (Santoso dan Nursandi, 2002). IAA digunakan untuk mendorong pemanjangan sel serta menambah kemampuan sel dalam menyerap air, sehingga dapat meningkatkan potensial air jaringan akibatnya sel akan mengalami pemanjangan. Kemampuan IAA dalam proses pengembangan sel terkait dengan kehadiran zat lain, dimana interaksi antara IAA dan sitokinin yang terbentuk secara alami dapat mendorong pembelahan sel (Salisbury dan Ross, 1995). Sitokinin merupakan hormon tumbuhan turunan adenin dan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xilem (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Pemberian sitokinin kedalam media kultur jaringan penting untuk menginduksi perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Apabila ketersediaan sitokinin dalam medium kultur sangat terbatas maka pembelahan sel pada jaringan yang dikulturkan akan terhambat. Akan tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan pada medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka pembelahan sel akan berlangsung secara sinkron (George dan Sherington, 1984). BAP merupakan
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih lama karena tidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman (Yusnita, 2003). Pada beberapa penelitian seperti penelitian dari Rashid et al. (2009) mengatakan bahwa kombinasi dari BAP (2,0 mg/L) dan IAA (0,1 mg/L) memberikan hasil induksi kalus gandum Pakistan (Triticum aestivum) secara maksimum. Selain itu hal yang sama terjadi pada penelitian dari Abdelmageed et al. (2012) mengenai induksi kalus tanaman cempaka wangi (Michelia champaca) dengan teknik kultur jaringan menjelaskan bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (0,5 mg/L) dan BAP (2,0 mg/L). Berdasarkan data tersebut dapat diasumsikan bahwa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap induksi kalus eksplan daun sirih hitam.
1.4
Hipotesis penelitian
1.4.1 Hipotesis kerja Jika kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.), maka akan memberikan hasil yang berbeda pada waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
1.4.2 Hipotesis statistik H0
: Tidak ada pengaruh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
H0
: Ada pengaruh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
1.5
Tujuan penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1.
Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap waktu induksi dan persentase eksplan membentuk kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
2.
Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
3.
Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
4.
Mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP yang sesuai untuk induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.).
1.6
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kombinasi zat pengatur
tumbuh IAA dan BAP yang tepat untuk kultur kalus eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.), selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai induksi kalus yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan produksi metabolit sekunder yang berasal dari tanaman sirih hitam (Piper betle L.).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan umum tentang sirih hitam (Piper betle L.) Sirih hitam merupakan tanaman tahunan dan termasuk dalam keluarga
Piperaceae dan genus Piper. Tanaman merambat ini memiliki ciri pada batangnya yang berwarna merah kehitaman dan daun yang hijau kehitaman seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Habitus sirih hitam, skala bar = 5 cm (Budiman, 2013).
SKRIPSI
10 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
2.1.1
Sistematika sirih hitam (Piper betle L.) Klasifikasi ilmiah sirih hitam menurut Backer dan Bakhuizen van den Brink
jr (1963) dalam buku Flora of Java dan Cronquist (1981) dalam buku An Integrated System of Classification of Flowering Plants adalah: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Classis
: Magnoliopsida
Subclassis
: Magnoliidae
Ordo
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Species
: Piper betle L.
2.1.2
Morfologi sirih hitam (Piper betle L.) Piper betle L. merupakan tanaman herba yang menjalar dan merambat pada
batang pokok di sekelilingnya. Daunnya termasuk daun tunggal bertangkai yang lunak dengan duduk daun yang berseling, helaian daunnya berwarna hijau kehitaman, pangkal daun berbentuk jantung dan ujung meruncing, tepi daunnya rata, memiliki pertulangan daun menyirip. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 - 8 cm dan lebarnya antara 2 - 5 cm, saat penumpu daun rontok akan meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin pada batang, daunnya memiliki bau aromatis yang khas (Abdullah, 2011).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
Bentuk batangnya bulat dengan permukaannya kasar dan beruas, panjang batangnya berkisar 5 - 15 m, berwarna merah kehitaman. Bunganya termasuk dalam bunga majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Bulir jantan memiliki tangkai sepanjang 1,5 - 3 cm dengan dua benang sari, sedangkan panjang tangkai bulir betina berkisar 2,5 - 6 cm dengan 3 - 5 buah kepala putik. Tipe buahnya adalah buah buni dengan ujung bebas dan membulat. Bulir masak berbentuk bulat, berambut abu-abu, rapat dan tebalnya 1 - 1,5 cm. Akar dari sirih hitam ini termasuk akar tunggang, berbentuk bulat dan berwarna cokelat kekuningan (Steenis, 2002). Menurut Abdullah (2011), Sirih dapat hidup subur jika ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Sirih secara umum tumbuh subur di sepanjang Asia hingga Afrika Timur. Sirih dapat ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di Pulau Zanzibar, kepulauan Bonin, kepulauan Fuji, dan kepulauan Indonesia (Moeljanto dan Mulyono, 2004). 2.1.3
Kandungan sirih hitam (Piper betle L.) Piper betle L. diduga memiliki banyak efek farmakologi namun belum
banyak dilakukan penelitian. Menurut penelitian dari Rija’i (2015) ditemukan bahwa metabolit sekunder dalam daun sirih hitam yang terdeteksi yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, triterpenoid, dan polifenolat. Aroma khas pada daun sirih hitam dikarenakan adanya kandungan kavikol yang merupakan senyawa turunan dari fenol. Selain kandungan zat kimia, sirih hitam juga mengandung beberapa nutrisi
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
seperti magnesium, tembaga, zat besi dan pati. Selain itu daun ini juga mengandung serat serta Vitamin A, B kompleks, C, D, dan E (Yanti, 2012). 2.1.4
Pemanfaatan sirih hitam (Piper betle L.) Daun sirih hitam juga memiliki khasiat yang dimiliki oleh daun sirih jenis
lain, secara umum daun ini mampu membantu menghilangkan bau pada badan yang sumbernya karena cendawan serta bakteri, selain itu dapat juga untuk membersihkan organ kewanitaan. Daun ini mampu menahan perdarahan sehingga mempercepat penyembuhan luka pada kulit, sifat lainnya yakni mengerutkan yang berarti mengencerkan dan mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, kegunaan lainnya adalah untuk obat epistaksis, selain itu juga untuk cuci darah, asma, bronchitis, batuk rejan, dan darah tinggi (Moeljanto dan Mulyono, 2004).
2.2
Tinjauan umum tentang kultur jaringan tanaman Kultur jaringan terdiri atas dua kata yakni kultur yang berarti budidaya dan
jaringan berarti sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama (Nugroho dan Sugito, 2005). Kultur jaringan tanaman atau teknik in vitro adalah teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ tanaman dalam kondisi aseptik. Selain dicirikan keadaan yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan zat pengatur tumbuh (ZPT) juga menjadi ciri lain dari teknik in vitro ini (Yusnita, 2003).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Pada Zulkarnain (2009) menjelaskan bahwa prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan kultur jaringan secara in vitro dimulai ketika Schwann dan Schleiden pada tahun 1838 mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom dan mampu berregenerasi menjadi tanaman lengkap. Sel bersifat autonom artinya dapat melakukan metabolisme, tumbuh, dan berkembang secara independen, jika diisolasi dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel tumbuhan (baik sel somatik, sel vegetatif, maupun sel gametik) untuk berregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Yusnita, 2003). Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang ditanam dalam media yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus yaitu bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan tanaman seperti daun, batang dan akar (Nusmawarhaeni et al., 1991). Eksplan yang digunakan pada kultur jaringan harus yang masih muda (primordia), sel-selnya masih bersifat meristematis dan sudah mengalami proses diferensiasi (Yuliarti, 2010). Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda lebih muda tumbuh dan beregenerasi. Ukuran eksplan juga memengaruhi laju keberhasilan kultur jaringan. Apabila eksplan dengan ukuran kecil mudah disterilisasi dan kemungkinan kecil terjadinya kontaminasi, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya (Zulkarnain, 2009).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Respon yang terlihat pertama kali yaitu terbentuknya jaringan penutup luka, sel-selnya terus membelah, jika pembelahannya tidak terkendali akan membentuk massa sel yang tidak terorganisir yang biasa disebut dengan kalus. Pembelahan selsel yang tidak terkendali disebabkan sel-sel tumbuhan yang secara alamiah bersifat autotrof, dikondisikan menjadi heterotrof dengan cara memberikan nutrisi yang cukup kompleks didalam medium kultur. Sel-sel kalus ini berbeda dengan eksplannya, sel-selnya menjadi tidak terdiferensiasi, proses ini disebut dediferensiasi (Yuliarti, 2010). 2.2.1
Induksi kalus Pada budidaya in vitro, menginduksi terbentuknya kalus merupakan salah satu
langkah yang penting. Setelah itu diusahakan rangsangan agar berdiferensiasi membentuk tunas dan akar. Proses mulai terjadinya kalus sampai diferensiasi berbeda-beda, tergantung macam dan bagian tanaman yang dipakai untuk eksplan, metode budidaya in vitro yang digunakan dan zat-zat tanaman yang dicampurkan pada medium dasar (Suryowinoto, 1996). Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur jaringan dengan teknik kultur kalus atau kultur sel. Jika suatu eksplan ditanam pada medium padat atau dalam medium cair yang sesuai, dalam waktu 2–4 minggu, tergantung spesiesnya maka akan terbentuk kalus yang merupakan massa amorf dan tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis yang berkembang dari hasil poliferasi sel-sel jaringan induk akibat adanya perlukaan pada jaringan organ
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
(Yuwono, 2006). Beberapa jaringan tanaman dapat digunakan untuk membentuk biakkan kalus seperti akar, batang, dan daun. Untuk membentuk kalus, jaringan dipisahkan dari tanaman dan permukaan sayatan disterilkan untuk membunuh pengkontaminasi biakkan (Nasir, 2002). Membuat kalus berarti menginduksi dari bagian tanaman tertentu, biasanya dengan jalan dirangsang secara hormonal. Hormon yang banyak digunakan untuk induksi kalus adalah auksin. Induksi kalus dipengaruhi oleh auksin. Tahapan induksi kalus adalah suatu tahapan yang penting dalam budidaya kultur jaringan. Tahapan inilah yang merupakan tahapan untuk mendapatkan tanaman utuh atau untuk tujuan lain sesuai yang diinginkan. Sitokinin sering pula digunakan sebagai bahan kombinasi untuk induksi kalus, untuk menghasilkan kalus yang baik, zat hara sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan sel dengan cepat. Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan di tanah, yaitu meliputi hara-hara makro dan mikro (Santoso dan Nursandi, 2004). Unsur hara esensial ada dua yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar (1 - 15 mg/berat kering tanaman) seperti nitrogen, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Sedangkan hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit (0,1 µg - 0,1 mg/berat kering tanaman) seperti Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl (Goerge dan Klerk, 2008).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
2.3
Media kultur jaringan Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman
secara
kultur
jaringan.
Berbagai
komposisi
media
kultur
telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur secara fisik dapat berbentuk cair atau padat (Yusnita, 2003). Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan pula bahan tambahan seperti agar, gula dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya juga jumlahnya tergantung dengan kebutuhan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Medium MS merupakan media yang secara luas dikembangkan pada tahun 1962. Dari berbagai komposisi dasar ini kadang-kadang dibuat modifikasi, misalnya hanya menggunakan setengah dari konsentrasi garam-garam makro yang digunakan atau menggunakan komponen garam-garam makro berdasarkan MS yang disesuaikan (Gunawan, 1994). Medium yang dikembangkan oleh Murashige dan Skoog (MS) untuk kultur jaringan tanaman digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar demikian juga kultur suspensi sel dalam medium cair. Keistimewaan medium ini yaitu kandungan nitrat, kalium dan amoniumnya yang tinggi (Wetter dan Constabel, 1991). Selain medium MS ada beberapa contoh medium lainnya yaitu komposisi Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg B5 (1976),
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Linsmaier dan Skoog-LS (1965), serta Woody Plant Medium-WPM (Lloyd dan McCown, 1980) (Yusnita, 2003).
2.4
Zat pengatur tumbuh Zat pengatur tumbuh (ZPT) didalam tanaman mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Pada tanaman terdapat fitohormon yang menghambat, zat pengatur tumbuh akan bekerja secara aditif (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan fitohormon yang menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampak dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh dibedakan menjadi ZPT endogen dan ZPT eksogen. ZPT endogen disebut fitohormon, sedangkan ZPT eksogen atau sintetik terdiri dari lima golongan yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen dalam berbagai bentuk (Wattimena, 1991). Pada kultur jaringan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin sangat berpengaruh. Auksin merupakan salah satu jenis hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan proses elongasi sel dan perpanjangan batang seperti halnya diferensiasi sel (Tarabily et al., 2003). IAA adalah hormon auksin endogen yang disintesis dalam batang dan akar. Prinsip karakterisasi adalah mengontrol proses fisiologis dan menstimulasi kapasitas perpanjangan sel dalam batang dan bagian koleoptil mempengaruhi inang pada respon perkembangan termasuk inisiasi akar, differensiasi vaskular, perkembangan bunga maupun buah, bertanggung jawab dalam pola gravitasi dan pencahayaan (Ekowahyuni, 2002).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Menurut Rao (1994), bahwa asam indol asetat (IAA) merupakan salah satu contoh auksin dengan rumus kimia C10H9O2N (Gambar 2.4).
(a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Struktur kimia IAA dan (b) Struktur kimia BAP (Rao, 1994).
Selain IAA, zat pengatur tumbuh yang penting lainnya adalah dari golongan sitokinin. Salah satu jenis ZPT dari golongan sitokinin yang sering dipakai dalam kultur jaringan yaitu BAP (6-benzylaminopurine) (Gambar 2.4). Menurut George dan Sherrington (1984) 6-benzylaminopurine (BAP) merupakan salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih lama karena tidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman. Sedangkan menurut Noggle dan Fritz (1983) BAP memiliki struktur yang mirip dengan kinetin dan juga aktif dalam pertumbuhan dan proliferasi kalus. sehingga BAP merupakan sitokinin yang paling aktif. Selain itu kultur tunas pucuk pada medium MS, baik yang mengandung sitokinin (BAP) tunggal maupun kombinasi menunjukkan respon yang bervariasi.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
2.5
Mekanisme kerja IAA dan BAP Eksplan yang diinokulasikan pada medium dengan kombinasi IAA dan BAP
terinduksi pertumbuhan kalusnya. Keseimbangan antara auksin dan sitokinin akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal (Werner, 2009). Menurut George (1993) menyatakan bahwa jika rasio auksin lebih rendah daripada sitokinin maka organogenesis akan mengarah ke tunas. Sedangkan jika rasio auksin seimbang dengan sitokinin maka akan mengarah ke pembentukan kalus sedangkan jika rasio auksin lebih tinggi daripada sitokinin organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar. Menurut Lee (2002), Auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa jenis interaksi yaitu interaksi yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Pada pembentukan kalus antara auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin berperan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Hal ini mudah dimengerti karena secara seluler auksin berperan dalam pemanjangan sel, sedangkan sitokinin memicu pembelahan sel, morfogenesis dan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti rediferensiasi kalus menuju pembentukan tunas yang dipicu oleh adanya cahaya. Menurut D’Agostino (1999), menyatakan bahwa dalam pembelahan sel sitokinin berperan dalam transisi fase G1→S dan fase G2→M dengan meningkatkan aktifitas fosforilasi sel. George (1993) menyebutkan bahwa (G1 = Gap1) merupakan
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
fase dimana pertumbuhan terjadi meningkatnya kuantitas organela dan meningkatnya volume sitoplasma. Setelah fase G1 siap maka sel akan segera memasuki fase S. Fase S adalah saat terjadinya sintesa DNA yang menghasilkan replikasi DNA yang identik dengan DNA induk. Fase S diikuti oleh fase G2 dimana sel mempersiapkan diri untuk melakukan mitosis. Sedangkan fase M adalah fase mitosis dimana terjadi pembelahan inti (pemisahan kromosom) dan pemisahan sitoplasma. Pada Gambar 2.5 berikut merupakan mekanisme sitonikin terhadap pembelahan sel:
Gambar 2.5 Mekanisme sitokinin terhadap pembelahan sel (D’Agostino, 1999).
Skoog dan Miller (1957) dalam Kieber (2002) mengatakan sitokinin terlibat dalam berbagai aspek pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
perkembangan seluler sitokinin berperan dalam meningkatkan aktivitas pembelahan sel. Sedangkan auksin berperan dalam pembesaran sel melalui hipotesa pertumbuhan asam, dimana auksin dapat memicu pompa proton untuk meningkatkan jumlah H+ ke dalam sel sehingga sitoplasma sel menjadi lebih asam kemudian menyebabkan melonggarnya ikatan polisakarida pada dinding sel, sehingga air dengan mudah berosmosis ke dalam sel dan menyebabkan sel mengalami pembesaran. Pada Gambar 2.6 berikut ini adalah gambar skematik mekanisme auksin terhadap pembesaran sel:
Gambar 2.6 Mekanisme auksin terhadap pembesaran sel (Campbell et.al., 2003).
Rasio auksin yang lebih tinggi pada medium akan memicu pertumbuhan kalus dan menginisiasi terbentuknya akar (George, 1993). Interaksi antara sitokinin dan auksin berperan dalam mengontrol banyak aspek pertumbuhan dan differensasi sel. Ketika dikombinasikan dengan auksin, sitokinin memicu differensiasi dan perkembangan sel, organ dan seluruh bagian tanaman (Hendaryono, 1994).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan selama enam bulan, yaitu pada Bulan Januari sampai
dengan Bulan Juni 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
3.2
Alat dan bahan penelitian
3.2.1 Alat penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, cawan petri, botol kultur, pengaduk kaca, pipet, bunsen, korek api, pinset, gunting, spatula, kertas saring, kertas payung, kertas label, tissue, plastik, alumunium foil, sprayer, kain bersih, timbangan analitik, oven, hot plate magnetic stirrer, magnetic stirrer, micropipette, kompor listrik, autoclave, Laminar Air Flow (LAF), dan kamera. 3.2.2 Bahan penelitian Bahan yang digunakan sebagai eksplan adalah daun sirih hitam (Piper betle L.) yang masih muda, terdapat pada urutan daun kedua sampai keempat dari bagian pucuk tanaman. Sirih hitam ini diperoleh dari Pasar Bunga Bratang, Surabaya. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan-bahan penyusun media Murashige and Skoog (MS) (Lampiran 1), serta zat pengatur tumbuh Indole-3-
SKRIPSI
23 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP), liquid detergent, spiritus, aquades steril, kloroks 20%, dan alkohol 70%.
3.3
Tahap penelitian
3.3.1 Pembuatan larutan stok mikronutrien Pembuatan larutan stok mikronutrien dilakukan dengan pembuatan persediaan dalam 100 ml atau 100 kali konsentrasi, yakni dengan menimbang bahan-bahan kimia mikronutrien (2230 mg MnSO4.H2O; 860 mg ZnSO4.4 H2O; 620 mg H3BO3; 83 mg KI; 25 mg NaMoO4.2 H2O; 2,5 mg CuSO4.5 H2O; 2,5 mg CoCl2.6 H2O), kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan satu per satu ke dalam erlenmeyer ukuran 200 mL yang berisi 80 mL aquades steril. Setiap kali memasukkan bahan kimia harus segera dilarutkan dengan diaduk menggunakan pengaduk kaca secara perlahan, kemudian bahan berikutnya dimasukkan. Apabila semua bahan dimasukkan secara bersamaan akan terbentuk endapan (presipitat). Setelah itu larutan yang sudah jadi ditambahkan aquades steril hingga volume 100 mL. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: Mikronutrien MS 100X, 1 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter media MS memerlukan 1 mL larutan stok mikronutrien. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014). 3.3.2 Pembuatan larutan stok zat besi Pembuatan larutan stok zat besi dengan volume 200 mL atau 40 kali konsentrasi, yakni dengan menimbang bahan-bahan kimia 1112 mg FeSO4.7H2O dan 1492 mg Na2EDTA, kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
erlenmeyer ukuran 200 mL untuk dilarutkan dalam aquades steril sebanyak 75 mL secara terpisah dan larutan FeSO4.7H2O dipanaskan sampai hampir mendidih, selanjutnya larutan Na2EDTA dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Larutan berwarna kuning emas. Setelah itu menambahkan aquades steril hingga volume akhir menjadi 200 mL. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: Zat besi MS 40X, 5 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter media memerlukan 5 mL larutan stok zat besi. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014). 3.3.3 Pembuatan larutan stok vitamin Pembuatan larutan stok vitamin dengan volume 200 mL atau 50 kali konsentrasi, yakni dengan menimbang bahan-bahan kimia (100 mg Glycine; 25 mg Nicotinic acid; 25 mg Pyridoxine-HCl; 5 mg Thiamine-HCl), kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer ukuran 200 mL yang berisi aquades steril sebanyak 100 mL satu per satu hingga homogen menggunakan magnetic stirrer. Setelah itu menambahkan aquades steril hingga volume akhir menjadi 200 ml. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: Vitamin MS 50X, 4 mL/L, artinya untuk setiap pembuatan 1 liter media memerlukan 4 mL larutan stok vitamin. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014). 3.3.4 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh IAA Pembuatan larutan zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid
(IAA)
sebanyak 100 mL dilakukan dengan menimbang 50 mg IAA, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 100 mL dengan ditambahkan beberapa
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
tetes KOH 1N dan dipanaskan hingga larut (jernih), setelah itu ditambahkan 20 mL aquades steril sambil diaduk dan dipanaskan hingga larutan jernih. Kemudian setelah dingin, ditambahkan aquades steril hingga volume akhir sebanyak 100 mL sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer. Stok yang telah siap ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: IAA, 500 ppm (500 mg/l), setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014). 3.3.5 Pembuatan larutan stok zat pengatur tumbuh BAP Pembuatan larutan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purin (BAP) sebanyak 100 mL dilakukan dengan menimbang 50 mg BAP, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 mL dengan ditambahkan beberapa tetes HCl 1N dan dipanaskan hingga larut, setelah itu ditambahkan 20 mL aquades steril sambil diaduk dan dipanaskan hingga larutan jernih. Kemudian setelah dingin, ditambahkan aquades steril hingga volume akhir sebanyak 100 mL sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirrer. Stok yang telah siap ditutup dengan alumunium foil dan diberi label: BAP, 500 ppm (500 mg/L), setelah itu disimpan dalam lemari pendingin (Manuhara, 2014). Untuk membuat medium dengan konsentrasi IAA/BAP tertentu, menggunakan rumus sebagai berikut: V1 . M1 = V2 . M2 Keterangan:
SKRIPSI
V1
: Volume IAA/BAP yang belum diketahui
M1
: Konsentrasi stok IAA/BAP
V2
: Volume total medium yang akan dibuat
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
M2
: Konsentrasi IAA/BAP yang dikehendaki
3.3.6 Pembuatan media kultur Pembuatan media Murashige and Skoog (MS) dengan volume 1000 mL, dimulai dengan menimbang bahan kimia makronutrien (1650 mg NH4NO3; 1900 mg KNO3; 440 mg CaCl2.2H2O; 370 mg MgSO4.7H2O; 170 mg KH2PO4) dan dilarutkan satu per satu dalam erlenmeyer 1000 mL yang berisi 500 mL aquades menggunakan magnetic stirrer. Setelah seluruh bahan larut, ditambahkan 5 mL stok zat besi, 1 mL stok mikronutrien dan 4 mL stok vitamin kemudian ditambahkan 100 mg myo-inositol dan 30 gram sukrosa. Zat pengatur tumbuh IAA dan BAP ditambahkan pada media sesuai konsentrasi yang diinginkan. Setelah itu mengukur pH dengan kertas pH, pH optimal dalam pembuatan media MS berkisar 5,6-5,8. Apabila terlalu asam, maka ditambahkan KOH 1N dan apabila
terlalu basa, maka ditambahkan HCl 1N, kemudian menambahkan
aquades hingga volume akhir 1000 mL (Manuhara, 2014). Media pertumbuhan MS yang dibuat merupakan media padat, sehingga perlu menambahkan 8 gram agar, kemudian memanaskannya menggunakan kompor listrik hingga agar larut. Pada keadaan cair, media dibagi dalam botol kultur ± 10 mL/botol. Botol kultur ditutup dengan alumunium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Botol kultur berisi media yang telah memadat disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 0C selama 15 menit dan tekanan 1,2 atm dan selanjutnya disimpan dalam ruangan penyimpanan/ruang inkubasi (Manuhara, 2014).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
3.3.7 Sterilisasi alat dan ruang kerja Peralatan yang dibutuhkan untuk kultur jaringan, sebelumnya dicuci bersih menggunakan sabun cuci dan dibilas dengan air bersih kemudian dikeringkan. Alat-alat seperti dissecting-set (pinset dan scalpel) serta cawan petri dibungkus rapi menggunakan kertas payung, sedangkan untuk peralatan seperti erlenmeyer dan gelas ukur bagian mulut gelas cukup ditutup dengan alumunium foil. Kemudian seluruh alat tersebut dan botol kultur yang tadi sudah berisi media disterilisasi dengan autoclave (suhu 121 0C, tekanan 1,2 atm) selama 15 menit. Setelah proses autoclave berakhir, peralatan yang telah steril tersebut disimpan dalam oven sebelum digunakan. Selain alat-alat diatas yang perlu disterilkan, ruang kerja juga harus tetap bersih dan steril seperti dinding dan lantai ruangan yang dibersihkan dengan desinfektan, selain itu Laminar Air Flow (LAF) sebagai tempat proses penanaman eksplan juga perlu untuk disterilkan dengan kain bersih yang telah dibasahi dengan alkohol 70% yang diratakan ke meja dan dinding kaca LAF. Setelah itu semua alat yang tadi sudah disterilkan dengan autoclave dimasukkan kedalam LAF yang sebelumnya sudah diratakan dengan kain bersih yang dibasahi alkohol 70%. Kemudian lampu Ultraviolet (UV) dinyalakan dan dibiarkan selama 15-20 menit. Setelah itu, lampu UV dimatikan diganti menyalakan lampu neon dan blower (Manuhara, 2014). 3.3.8 Penanaman eksplan Proses penanaman eksplan dilakukan secara aseptis dalam Laminar Air Flow (LAF). Eksplan yang digunakan adalah daun sirih hitam yang masih muda
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
(daun urutan kedua sampai keempat dari bagian pucuk). Permukaan daun sirih hitam tersebut dicuci dengan cara daun direndam dalam detergen dan digoyanggoyang selama 5 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir sambil digosok dengan tangan secara perlahan, kemudian direndam pada larutan alkohol 70% dan digoyang-goyang selama 6 menit, lalu dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali, selanjutnya daun direndam dalam larutan kloroks 20% dan digoyang-goyang selama 10 menit, setelah itu larutan kloroks dibuang dan daun sirih hitam tersebut dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali (Saputri, 2011). Daun sirih hitam dipindahkan kedalam cawan petri yang telah dialasi dengan kertas saring. Daun sirih hitam dipotong dengan ukuran ±1 cm2, kemudian diletakkan dalam botol kultur sesuai dengan perlakuan. Setiap botol kultur diisi dengan 3 eksplan, kemudian diletakkan dalam ruang inkubasi dengan suhu 20-25 0
C. Penggunaan suhu yang rendah dapat mengurangi aktivitas enzim peroksidase
dan oksidase yang bertindak sebagai katalisator dalam proses oksidasi senyawa fenol. Akibatnya, keracunan oleh eksudat toksik ini dapat ditekan. Namun apabila luka jaringan telah sembuh, maka pemakaian suhu tinggi akan lebih menguntungkan karena pada suhu tersebut aktivitas metabolisme sel lebih tinggi (Saputri, 2011). Pencahayaan yang diperlukan sebagai syarat pokok proses fotosintesis, intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 400-3000 lux. Cahaya yang digunakan dapat berasal dari cahaya matahari difus, lampu neon, dan lampu cool white. Ukuran umum yang sering digunakan ialah lampu neon putih 40 watt diletakkan 1,5 – 2 meter dari rak tempat botol kultur. Semakin kecil daya lampu yang
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
digunakan maka semakin dekat jarak lampu ke tanaman. Peranan cahaya terhadap pertumbuhan eksplan ditentukan oleh intensitas dan kualitas cahaya serta lamanya penyinaran (Saputri, 2011).
3.4
Variabel penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Variabel bebas, berupa kombinasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dengan lima konsentrasi yaitu 0,0 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 1,5 mg/L; 2,0 mg/L.
2.
Variabel terikat, meliputi waktu eksplan membentuk kalus (hari), persentase (%) eksplan membentuk kalus, warna dan tekstur kalus yang terbentuk, berat segar kalus, dan berat kering kalus (gram).
3.
Variabel terkendali, meliputi ukuran eksplan, media kultur, pH media, suhu, dan intensitas cahaya.
3.5
Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimen laboratoris, yakni
berupa rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan faktor berupa konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP. Penelitian ini terdiri atas 25 perlakuan, masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali dengan jumlah eksplan disetiap botol berisi 3 potong eksplan.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Penelitian ini menggunakan berbagai perbandingan konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dengan rancangan kombinasi sebagai berikut (Tabel 3.5):
Tabel 3.5 Rancangan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP. Konsentrasi ZPT IAA
Konsentrasi ZPT BAP (mg/L) 0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
0,0
I0,0 B0,0
I0,0 B0,5
I0,0 B1,0
I0,0 B1,5
I0,0 B2,0
0,5
I0,5 B0,0
I0,5 B0,5
I0,5 B1,0
I0,5 B1,5
I0,5 B2,0
1,0
I1,0 B0,0
I1,0 B0,5
I1,0 B1,0
I1,0 B1,5
I1,0 B2,0
1,5
I1,5 B0,0
I1,5 B0,5
I1,5 B1,0
I1,5 B1,5
I1,5 B2,0
2,0
I2,0 B0,0
I2,0 B0,5
I2,0 B1,0
I2,0 B1,5
I2,0 B2,0
(mg/L)
Keterangan: I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP
3.6
Pengumpulan data Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan selama 8 minggu dengan
parameter yang diamati: 1.
Pengamatan terbentuknya kalus (hari) Menentukan hari mulai terbentuknya kalus dengan mengamati lamanya pembentukan kalus pada eksplan (lampiran 2), dihitung mulai dari satu hari setelah penanaman eksplan pada media dengan zat pengatur tumbuh dan diamati setiap hari sampai terbentuknya kalus.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
2.
Persentase (%) eksplan terbentuk kalus Menentukan persentase (%) eksplan terbentuk kalus yang dihitung dari jumlah eksplan yang membentuk kalus dibagi dengan jumlah eksplan yang ditanam pada media kemudian dikali 100% (lampiran 3).
3.
Penentuan berat segar dan berat kering kalus (gram) Menentukan berat segar kalus dengan cara menimbang berat segar kalus setelah dikultur selama 8 minggu tanpa botol kultur dan media tanamnya, setelah itu dilakukan penimbangan berat kering kalus yang sebelumnya telah di oven selama 48 jam dengan suhu 60 – 70 0C (Andriani, 2014) (lampiran 4).
4.
Pengamatan morfologi kalus Pengamatan morfologi kalus dengan cara mengamati kalus secara visual, baik warna maupun tekstur kalus yang terbentuk dari eksplan. Kalus memiliki macam-macam warna, seperti hijau, hijau keputihan, putih kuning, hijau kekuningan, cokelat, dan sebagainya (Mudyantini et al., 2004). Sedangkan untuk macam-macam tekstur kalus yaitu kompak dan friabel. Kalus friabel yang terbentuk ikatan antar selnya tampak renggang, mudah dipisahkan dan jika diambil dengan pinset, kalus mudah pecah dan ada yang menempel pada pinset, sedangkan kalus yang kompak mempunyai tekstur yang sulit untuk dipisahkan dan terlihat padat (Fitriani, 2008).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
3.7
Analisis data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan secara visual meliputi warna dan tekstur kalus yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari persentase eksplan membentuk kalus, pengamatan waktu induksi kalus, berat segar kalus, dan berat kering kalus. Pada data tiga terkahir yang disebutkan akan dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 22. Data tersebut terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Kemudian
dilanjutkan
uji
homogenitas
variannya
menggunakan Test Homogenity of Variance untuk mengetahui data yang diperoleh merupakan data homogen yakni dengan Levene’s Test. Data berdistribusi normal dan bervariasi homogen jika derajat signifikannya > 0,05 yang kemudian dilanjut dengan analisis uji parametrik yakni ANOVA untuk mengetahui pengaruh kelompok-kelompok perlakuan yang menggunakan uji Duncan. Jika derajat signifikansi pada hasil analisis varians menunjukkan > 0,05 maka data bervariasi homogen, namun jika data tidak bervariasi homogen akan dilanjutkan uji Brown-Forsythe (p < 0,05) dan dilanjutkan uji Games-Howell. Jika data tidak berdistribusi normal maka dianalisis menggunakan uji nonparametrik yakni uji Kruskal-Wallis (p < 0,05) untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh pada setiap perlakuan yang kemudian dilanjut dengan uji lanjutan yakni Mann-Whitney. Pada uji Mann-Whitney, jika derajat signifikannya < 0,05 maka antar perlakuan yang dibandingkan menunjukkan adanya pengaruh (Nazir, 1999).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
3.8
Diagram alir penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.8:
Gambar 3.8 Diagram alir penelitian.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi
zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap waktu induksi kalus, persentase eksplan membentuk kalus, berat segar kalus, berat kering kalus, dan morfologi kalus daun sirih hitam (Piper betle L.). Pada berbagai perlakuan dengan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP menunjukkan adanya respon yang bervariasi terhadap kalus sirih hitam. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan selama delapan minggu masa kultur eksplan. 4.1.1
Lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) pada media MS dengan berbagai macam kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP Tahap induksi kalus pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan kalus
dari eksplan daun sirih hitam. Eksplan daun sirih hitam yang ditumbuhkan pada media Murashige and Skoog (MS) dengan 25 perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP memberikan respon yang bervariasi terhadap lama waktu induksi kalus. Rerata lama waktu terbentuknya kalus sirih hitam terdapat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 2.
SKRIPSI
35 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
Tabel 4.1 Rerata lama waktu induksi dan persentase kalus yang terbentuk dari eksplan sirih hitam pada media MS berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Kombinasi Persentase Konsentrasi (mg/L) Rerata Lama Waktu Eksplan Kode Induksi Kalus (hari) Membentuk IAA BAP Kalus a 0,0 0,0 I0,0 B0,0 19 ± 1,0954 100% cd 0,0 0,5 I0,0 B0,5 15,5 ± 0,5477 100% e 0,0 1,0 I0,0 B1,0 13,5 ± 1,6432 100% no 0,0 1,5 I0,0 B1,5 10,5 ± 0,5477 100% jkl 0,0 2,0 I0,0 B2,0 11,3 ± 0,5164 100% b 0,5 0,0 I0,5 B0,0 16,5 ± 0,5477 100% rs 0,5 0,5 I0,5 B0,5 9,5 ± 0,5477 100% nop 0,5 1,0 I0,5 B1,0 10,5 ± 0,5477 100% rstuvw 0,5 1,5 I0,5 B1,5 9 ± 1,0954 100% wx 0,5 2,0 I0,5 B2,0 8,5 ± 0,5477 100% efgh 1,0 0,0 I1,0 B0,0 12 ± 0,0000 100% nopq 1,0 0,5 I1,0 B0,5 10,5 ± 0,5477 100% stuvwx 1,0 1,0 I1,0 B1,0 9 ± 0,0000 100% hij 1,0 1,5 I1,0 B1,5 11,5 ± 0,5477 100% ef 1,0 2,0 I1,0 B2,0 12,5 ± 0,5477 100% efg 1,5 0,0 I1,5 B0,0 12,5 ± 0,5477 100% hijk 1,5 0,5 I1,5 B0,5 11,5 ± 0,5477 100% rst 1,5 1,0 I1,5 B1,0 9,5 ± 0,5477 100% efghi 1,5 1,5 I1,5 B1,5 12 ± 0,0000 100% jklmn 1,5 2,0 I1,5 B2,0 11 ± 0,0000 100% bc 2,0 0,0 I2,0 B0,0 16 ± 1,0954 100% jklm 2,0 0,5 I2,0 B0,5 11,3 ± 0,5164 100% rstu 2,0 1,0 I2,0 B1,0 9,5 ± 0,5477 100% rstuv 2,0 1,5 I2,0 B1,5 9,5 ± 0,5477 100% opqr 2,0 2,0 I2,0 B2,0 10 ± 0,0000 100% Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada derajat signifikansi 0,05 menurut uji Mann-Whitney.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Eksplan daun sirih hitam yang diinkubasi pada media MS dengan 25 perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP menunjukkan respon yang bervariasi. Pada Gambar 4.1 menunjukkan induksi kalus paling cepat terjadi pada perlakuan kombinasi konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L dengan rerata lama waktu induksi 8,5 hari sedangkan induksi kalus yang paling lama terjadi pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dengan rerata lama waktu induksi 19 hari. Perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.
Gambar 4.1 Rerata lama waktu induksi kalus pada eksplan sirih hitam terhadap berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Persentase eksplan menginduksi kalus ditentukan dengan membandingkan jumlah eksplan yang mampu membentuk kalus dengan jumlah semua eksplan yang ditanam kemudian dikalikan 100%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua eksplan daun sirih hitam membentuk kalus pada setiap perlakuan. Pada Tabel 4.1 dan lampiran 3 menunjukkan bahwa persentase eksplan membentuk kalus pada 25 perlakuan adalah 100%. 4.1.2
Berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP Hasil rerata berat segar dan berat kering kalus yang telah diberikan perlakuan
pada berbagai kombinasi konsentrasi zat pegatur tumbuh IAA dan BAP dapat dilihat pada Tabel 4.2 Pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus menunjukkan nilai rerata yang berbeda (Gambar 4.2 dan Gambar 4.3). Pada perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan nilai rerata berat segar yang paling tinggi yakni 0,6596 gram, sedangkan pada rerata berat kering yang paling tinggi adalah perlakuan dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L dengan nilai rerata 0,0727 gram. Pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L memiliki rerata berat segar dan berat kering yang paling rendah dengan nilai rerata masing-masing 0,0045 gram dan 0,0012 gram.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Tabel 4.2 Rerata berat segar dan berat kering kalus sirih hitam selama delapan minggu masa kultur. Kombinasi Konsentrasi Rerata Kode (mg/L) IAA BAP Berat Segar (gram) Berat Kering (gram) a 0,0 0,0 I0,0 B0,0 0,0045 ± 0,0023 0,0012 ± 0,0002a 0,0 0,5 I0,0 B0,5 0,1155 ± 0,0507g 0,0155 ± 0,0084hijk 0,0 1,0 I0,0 B1,0 0,1441 ± 0,0631gh 0,0061 ± 0,0026cdefg 0,0 1,5 I0,0 B1,5 0,2604 ± 0,0771ijk 0,0128 ± 0,0008h 0,0 2,0 I0,0 B2,0 0,2689 ± 0,0588ijklmn 0,0152 ± 0,0042hij 0,5 0,0 I0,5 B0,0 0,0460 ± 0,0099def 0,0054 ± 0,0008cde 0,5 0,5 I0,5 B0,5 0,5021 ± 0,0805oqrst 0,0727 ± 0,0124x 0,5 1,0 I0,5 B1,0 0,2652 ± 0,0167jkl 0,0143 ± 0,0026hi 0,5 1,5 I0,5 B1,5 0,2195 ± 0,0737hij 0,0193 ± 0,0047jkl 0,5 2,0 I0,5 B2,0 0,6016 ± 0,1602qrstuvw 0,0614 ± 0,0304mnopqrstuvwx 1,0 0,0 I1,0 B0,0 0,0119 ± 0,0049b 0,0021 ± 0,0005b 1,0 0,5 I1,0 B0,5 0,2186 ± 0,0327i 0,0323 ± 0,0117mnopqrs 1,0 1,0 I1,0 B1,0 0,5447 ± 0,1101oqrstuv 0,0491 ± 0,0082tuvw 1,0 1,5 I1,0 B1,5 0,6596 ± 0,1814qrstuvwx 0,0450 ± 0,0123mqrstuv 1,0 2,0 I1,0 B2,0 0,4673 ± 0,1060oqr 0,0296 ± 0,0085klmnopq 1,5 0,0 I1,5 B0,0 0,0384 ± 0,0113de 0,0047 ± 0,0018cd 1,5 0,5 I1,5 B0,5 0,0380 ± 0,0067d 0,0056 ± 0,0023cdef 1,5 1,0 I1,5 B1,0 0,3075 ± 0,0656ijklmnop 0,0288 ± 0,0060mnop 1,5 1,5 I1,5 B1,5 0,6356 ± 0,1267qstuvwx 0,0367 ± 0,0089mopqrst 1,5 2,0 I1,5 B2,0 0,5362 ± 0,0412oqrstu 0,0269 ± 0,0028kmn 2,0 0,0 I2,0 B0,0 0,0221 ± 0,0072c 0,0044 ± 0,0011c 2,0 0,5 I2,0 B0,5 0,2652 ± 0,0692ijklm 0,0282 ± 0,0106mno 2,0 1,0 I2,0 B1,0 0,4415 ± 0,2321ijklmnopq 0,0419 ± 0,0216jlmnopqrstu 2,0 1,5 I2,0 B1,5 0,4701 ± 0,1870lopqrs 0,0318 ± 0,0097mnopqr 2,0 2,0 I2,0 B2,0 0,2852 ± 0,2281ghijklmno 0,0261 ± 0,0152ijklm Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada derajat signifikansi 0,05 menurut uji Mann-Whitney.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dalam rerata berat segar kalus, sedangkan dalam rerata berat kering kalus perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L juga berbeda signifikan terhadap perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L.
Gambar 4.2 Rerata berat segar kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Gambar 4.3 Rerata berat kering kalus sirih hitam dan perlakuan berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Keterangan: I(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA, B(x)= konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP, pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP dalam satuan mg/L.
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa pada perlakuan dengan kombinasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan rerata berat segar yang tinggi, akan tetapi pada nilai rerata berat kering yang tinggi (Gambar 4.3) ditunjukkan oleh perlakuan dengan kombinasi IAA 2,0
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Berat segar kalus sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA dalam konsentrasi rendah yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi tinggi, sedangkan pada berat kering kalus sirih hitam memiliki nilai rerata tinggi pada pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA dalam konsentrasi tinggi yang dikombinasikan dengan zat pengatur tumbuh BAP dalam konsentrasi rendah (Tabel 4. 2). Data rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus sirih hitam kemudian dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 22. Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (nilai signifikansi >0,05) untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data. Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP tidak berdistribusi normal terhadap rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus sirih hitam (Lampiran 7). Kemudian dilakukan uji homogenitas varians menggunakan Levene’s Test (nilai signifikansi >0,05) untuk mengetahui variasi data. Hasil dari Levene’s Test menunjukkan bahwa rerata lama waktu eksplan membentuk kalus, rerata berat segar kalus, dan rerata berat kering kalus tidak bervariasi homogen (Lampiran 11). Selanjutnya dilakukan uji nonparametrik yakni uji Kruskal-Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji MannWhitney (nilai signifikansi <0,05) untuk mengetahui signifikansi antar perlakuan.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney (Lampiran 7) diketahui signifikansi antar perlakuan pada rerata lama waktu eksplan membentuk kalus (Lampiran 8), rerata berat segar kalus (Lampiran 9), dan rerata berat kering kalus sirih hitam (Lampiran 10). Pada hasil rerata lama waktu eksplan membentuk kalus tertinggi adalah perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L yang menunjukkan perbedaaan nyata pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, serta IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L (Lampiran 8). Hasil rerata berat segar kalus sirih hitam tertinggi pada perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan perbedaan nyata pada semua perlakuan kecuali pada 8 perlakuan berikut : IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L (Lampiran 9). Hasil rerata berat kering kalus tertinggi terdapat pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L yang menunjukkan perbedaan nyata terhadap semua perlakuan kecuali perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L (Lampiran 10).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
4.1.3 Morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) dengan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP Pengamatan untuk mengetahui morfologi kalus dilakukan setiap minggu dimulai sejak tumbuhnya kalus hingga minggu ke-8 masa kultur kalus. Pengamatan ini dilakukan secara deskriptif dan memberikan hasil yang bervariasi pada masingmasing perlakuan, sebagaimana yang dijelaskan pada tabel morfologi kalus pada setiap perlakuan selama delapan minggu yang juga diikuti oleh gambar/visualisasi morfologi
perkembangan
kalus
setiap
minggunya,
sedangkan
untuk
data
perkembangan kalus pada masing-masing perlakuan serta ulangannya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 secara lengkap.
Tabel 4.3 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Belum terbentuk kalus 2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna hitam di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6 Eksplan
Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.4 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm. Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan terlihat mulai muncul kalus pada minggu ketiga dan secara berurutan mengalami pencokelatan hingga menghitam mulai dari minggu keempat sampai dengan minggu kedelapan, kalus yang dihasilkan pada perlakuan ini sangat sedikit dan juga pada minggu kedelapan berwarna hitam mengikuti warna eksplannya. Tekstur kalus pada perlakuan ini secara keseluruhan adalah friabel.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan mengalami kecokelatan saat minggu ketiga namun kalus masih berwarna putih kekuningan, dan pada minggu kedelapan kalus berwarna cokelat dan hitam, serta beberapa eksplan menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada yang friabel dan kompak. Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus pada minggu kedua yang berwarna putih dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih dan beberapa putih kecokelatan. Tekstur kalus pada perlakuan ini seluruhnya friabel.
Tabel 4.4 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Belum terbentuk kalus 2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di Friabel ( ) 3 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.5 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.5 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih di tepi Friabel ( ) 2 eksplan ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Minggu ke – 1
Minggu ke – 2
Minggu ke – 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.6 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.6 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk eksplan 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di Friabel ( ) 2 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.7 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm. Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.7 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih dan lainnya hitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih dan lainnya putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel, kompak dan kompak-friabel yang mulai terlihat pada minggu keenam.
Tabel 4.7 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas tekstur kekalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kehijauan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan Kompak ( ) 3 ( ) Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan Kompak ( ) 4 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan dan putih di Kompak ( ) 5 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 7 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 8 eksplan ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan
Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.8 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.9 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu ketiga dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus yang tetap berwarna putih kekuningan dan lainnya hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.10 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan, cokelat dan hitam. Beberapa eksplan juga menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.8 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Belum terbentuk kalus 2 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Friabel ( ) 3 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan dan cokelat di Friabel ( ) 4 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan Friabel ( ) 5 hitam di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna cokelat, putih kekuningan dan Friabel ( ) 6 hitam di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan, cokelat, dan Friabel ( ) 7 hitam di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna hitam dan putih kekuningan di Friabel ( ) 8 tepi eksplan ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke – 7
Minggu ke – 8
Gambar 4.9 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.9 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas tekstur kekalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan Friabel ( ) 2 di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi Friabel ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi Friabel ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan
Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.10 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.11 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan, putih, dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan beberapa kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kecokelatan dan cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Tabel 4.10 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 2 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan
Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.11 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Tabel 4.11 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Friabel ( ) 2 kehijauan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kehijauan di tepi Friabel ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 7 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 8 eksplan ( )
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6 Eksplan
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.12 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.12 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel. Tabel 4.12 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak5 eksplan ( ) Friabel ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak6 Friabel ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak7 Friabel ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/ Kompak8 Friabel ( ) Pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.13 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kehijauan dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak-friabel yang mulai muncl pada minggu kelima.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.13 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.14 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat beberapa kalus mengalami perubahan warna menjadi hitam sedangkan yang lainnya tetap berwarna putih kekuningan. Pada minggu kedelapan beberapa eksplan juga ada yang menghitam. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Tabel 4.13 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 7 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 8 eksplan ( )
Pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.15 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih kekuningan dan beberapa ada juga yang berwarna cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6 Eksplan
Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.14 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.14 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di Kompak ( ) 2 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 3 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan
Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.15 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.16 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan, putih kehijauan, dan putih pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan terdapat kalus yang tetap berwarna putih kekuningan dan lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Tabel 4.15 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di Kompak ( ) 2 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.16 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Pada Tabel 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan dan putih pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus tetap berwarna putih kekuningan dan putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.16 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 7 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 8 eksplan ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6 Eksplan
Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.17 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Tabel 4.17 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas tekstur kekalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Friabel ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 3 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 4 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 5 ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan
Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.18 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.18 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, sampai dengan minggu kedelapan kalus ada yang tetap berwarna putih kekuningan sedangkan yang lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
Pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.19 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, pada minggu kedelapan kalus berubah warna menjadi cokelat. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada kompak.
Tabel 4.18 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kekuningan di Kompak ( ) 2 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
Pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.20 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya, pada minggu kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini berwarna putih kekuningan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.19 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm. Tabel 4.19 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih kehijauan di tepi Kompak ( ) 2 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 3 Kalus berwarna putih kehijauan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 4 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.20 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm. Tabel 4.20 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak7 eksplan ( ) friabel ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak8 eksplan ( ) friabel ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
Pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.21 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya, pada minggu kedelapan terdapat beberapa kalus berwarna putih kekuningan dan yang lainnya putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada kompak dan kompak-friabel yang mulai muncul pada minggu ketujuh.
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan
Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.21 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
Tabel 4.21 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Frekuensi Minggu Morfologi kalus mayoritas tekstur kekalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih di tepi Friabel ( ) 2 eksplan ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 3 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 4 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 5 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 6 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 7 Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Friabel ( ) 8
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.22 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Pada Tabel 4.21 dan Gambar 4.22 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini tetap berwarna putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.
Tabel 4.22 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak6 friabel ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak7 friabel ( ) Kalus berwarna putih di tepi eksplan ( ) Campuran/Kompak8 friabel ( )
Pada Tabel 4.22 dan Gambar 4.23 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih dan putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan seluruh kalus pada perlakuan ini berwarna putih. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak-friabel.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
Minggu ke – 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke – 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke – 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.23 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
Pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.24 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu ketiga dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan beberapa kalus berwarna putih kekuningan dan lainnya berwarna hitam. Beberapa juga terdapat eksplan yang menghitam.Tekstur kalus pada perlakuan ini hanya ada friabel.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
Pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.25 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan beberapa kalus berwarna putih kekuningan, cokelat dan lainnya berwarna hitam. Beberapa juga terdapat eksplan yang menghitam.Tekstur kalus pada perlakuan ini ada friabel dan kompak.
Tabel 4.23 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Belum terbentuk kalus 2 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di Friabel ( ) 5 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di Friabel ( ) 6 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan dan hitam di Friabel ( ) 7 tepi eksplan ( ) Kalus berwarna hitam dan putih kekuningan di Friabel ( ) 8 tepi eksplan ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke – 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke – 6
Eksplan
Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.24 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L. Skala bar = 1 cm. Tabel 4.24 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Kompak ( ) 2 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Kompak ( ) 3 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Kompak ( ) 4 ( ) Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 5 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 6 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 7 Kalus berwarna cokelat di tepi eksplan ( ) Kompak ( ) 8
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6 Eksplan
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.25 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Skala bar = 1 cm. Tabel 4.25 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Kompak ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Kompak ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak6 eksplan ( ) friabel ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak7 eksplan ( ) friabel ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Campuran/Kompak8 eksplan ( ) friabel ( )
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.26 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L. Skala bar = 1 cm. Pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.27 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih, putih kekuningan, dan putih kehijauan pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan kalus pada perlakuan ini tetap berwarna putih, putih kekuningan, dan putih kehijauan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada kompak dan friabel.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
Tabel 4.26 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Friabel ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 3 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 4 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 5 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 6 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 7 eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi Friabel ( ) 8 eksplan ( )
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6 Eksplan
Minggu ke - 7 Minggu ke - 8 Gambar 4.27 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
Tabel 4.27 Morfologi kalus daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Minggu Frekuensi mayoritas Morfologi kalus ketekstur kalus Belum terbentuk kalus 1 Sudah terbentuk kalus berwarna putih Friabel ( ) 2 kekuningan di tepi eksplan ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 3 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 4 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 5 ( ) Kalus berwarna putih kekuningan di tepi eksplan Friabel ( ) 6 ( ) Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan Friabel ( ) 7 ( ) Kalus berwarna putih kecokelatan di tepi eksplan Friabel ( ) 8 ( )
Minggu ke - 1
Minggu ke - 2
Minggu ke - 3
Minggu ke - 4
Minggu ke - 5
Minggu ke - 6
Eksplan Minggu ke - 7
Minggu ke - 8
Gambar 4.28 Morfologi kalus eksplan daun sirih hitam dengan konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Skala bar = 1 cm.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
Pada Tabel 4.27 dan Gambar 4.28 menunjukkan perubahan morfologi eksplan daun sirih hitam pada konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 2,0 mg/L. Eksplan muncul kalus berwarna putih kekuningan pada minggu kedua dibagian tepinya dan pada minggu kedelapan kalus pada perlakuan ini ada yang tetap berwarna putih kekuningan dan yang lainnya putih kecokelatan. Tekstur kalus pada perlakuan ini ada kompak dan friabel.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap lama waktu induksi kalus dan persentase eksplan membentuk kalus daun sirih hitam (Piper betle L.) Penanaman eksplan daun sirih hitam pada medium MS dengan penambahan
kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP memberikan respon yang beragam pada masing-masing perlakuan. Respon yang beragam ini dapat diketahui pada lama waktu terbentuknya kalus. Beberapa eksplan pada minggu kedua sudah terbentuk kalus, namun ada juga yang baru terbentuk pada minggu ketiga. Pada minggu pertama eksplan daun sirih hitam yang diberi perlakuan kombinasi konsentrasi IAA dan BAP belum menunjukkan adanya pembentukan kalus. Hal ini disebabkan unsur-unsur hara yang terdapat pada media MS belum mampu untuk menginduksi terbentuknya kalus. Kalus sirih hitam mulai muncul pada minggu kedua dan ketiga setelah masa kultur yang ditandai dengan munculnya bintikbintik putih bening/ transparan pada tepi eksplan. Menurut Yuliarti (2010) kemunculan tersebut disebabkan eksplan membentuk jaringan penutup luka yang sel-
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
selnya terus membelah dan tidak terkendali yang kemudian membentuk massa sel yang tidak terorganisir yang biasa disebut dengan kalus. Pembelahan sel-sel yang tidak terkendali disebabkan sel-sel tumbuhan yang secara alamiah bersifat autotrof, dikondisikan menjadi heterotrof dengan cara memberikan nutrisi yang cukup kompleks didalam medium kultur. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L mampu menginduksi kalus lebih cepat dari perlakuan yang lain dengan rerata lama waktu induksi kalus 8,5 ± 0,5477 hari. Sedangkan lama waktu induksi kalus terlama terdapat pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L dengan rerata lama waktu induksi 19 ± 1,0954 hari. Menurut Santoso dan Nurhadi (2004) induksi kalus dipengaruhi oleh adanya rangsangan secara hormonal, yakni auksin dan sitokinin merupakan hormon yang tepat dalam menginduksi kalus, dan menghasilkan kalus yang baik yakni dengan merangsang pertumbuhan sel dengan cepat. Hormon IAA dengan konsentrasi 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L yang dikombinasikan mampu merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel eksplan serta telah mencapai keseimbangan yang tepat sehingga sel-sel terinduksi lebih cepat untuk melakukan pembelahan sel secara terus menerus dan melakukan proses dediferensiasi sehingga terbentuk kalus lebih cepat. Konsentrasi BAP yang lebih tinggi daripada konsentrasi IAA pada media MS dapat menginduksi kalus lebih cepat, karena jumlah sel yang mengalami pembelahan akan meningkat (Abdelmageed et al., 2012) dan apabila konsentrasi auksin tinggi justru akan menghambat pertumbuhan tanaman tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
Sedangkan waktu induksi terlama terdapat pada perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L karena pada perlakuan tersebut tidak ditambahkan konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP. Menurut Tarabily et al. (2003) menjelaskan bahwa auksin merupakan salah satu jenis hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan proses elongasi sel, Noggle dan Fritz (1983) menambahkan bahwa BAP memiliki kemampuan yang juga aktif dalam pertumbuhan dan proliferasi kalus. Selain perlakuan IAA 0,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L, perlakuan IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L juga mengalami induksi kalus yang lama dengan rerata 16 ± 1,0954 hari. Hal ini disebabkan tingginya konsentrasi auksin pada media MS. Perbedaan laju pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kemampuan jaringan menyerap zat-zat hara yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh pada media menyebabkan keseimbangan konsentrasi antara auksin eksogen dan sitokinin endogen yang terkandung dalam eksplan. Keseimbangan konsentrasi auksin dan sitokinin dalam kultur in vitro diketahui dapat memacu pembentukan kalus melalui interaksi dalam pembesaran dan pembelahan sel (Allan, 1991; Massa, 2016). Lamanya waktu induksi kalus juga berhubungan dengan waktu inisiasi kalus yang relatif lama karena ketidakseimbangan konsentrasi IAA dan BAP, sehingga sejak awal pertumbuhan kalus berlangsung lambat (Massa, 2016). Perbedaan lama waktu eksplan dalam membentuk kalus tersebut dipengaruhi oleh komposisi zat pengatur tumbuh dalam media serta kondisi fisiologis dari eksplan tersebut. Menurut Yuwono (2006), pembentukan kalus pada eksplan merupakan massa amorf yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis yang
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
berkembang dari hasil proliferasi sel-sel jaringan induk, kemampuan proliferasi sel tersebut tergantung pada medium kultur dan spesies tanamannya. Eksplan daun sirih hitam yang diinkubasi pada media MS dengan perlakuan penambahan 25 kombinasi konsentrasi IAA dan BAP menunjukkan respon yang beragam. Meskipun terdapat respon yang beragam terhadap lama waktu induksi kalus, namun semua perlakuan tersebut mampu menginduksi kalus, sehingga persentase induksi kalus pada eksplan sirih hitam sangat tinggi yakni 100%. Hal ini karena selain diperlukannya keseimbangan konsentrasi antara auksin dan sitokinin untuk pertumbuhan kalus juga perlu diseimbangkan antara jumlah auksin dan sitokinin yang perlu ditambahkan ke dalam media kultur dengan kandungan auksin dan sitokinin endogen pada eksplan (Fitriani, 2008). Kemampuan perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L menginduksi eksplan paling cepat dalam penelitian ini selaras dengan penelitian Abdelmageed et al. (2012) yang menjelaskan bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (0,5 mg/L) dan BAP (2,0 mg/L) pada tanaman cempaka wangi (Michelia champaca) menginduksi kalus lebih cepat. Pada penelitian yang lain seperti pada penelitian Kumlay dan Ercisli (2015) menyatakan bahwa konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 3,0 mg/L membentuk kalus setelah 22 hari setelah masa tanam pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
4.2.2
Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) Pertumbuhan merupakan peningkatan permanen ukuran organisme atau
bagian dari tumbuhan yang merupakan hasil peningkatan jumlah dan ukuran sel. Kalus tumbuh akibat hasil proliferasi sel-sel induk yang terus membelah tidak terkendali. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil dari tiga peristiwa yang sederhana pada tingkat sel, yaitu: pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Pembelahan sel adalah satu sel dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah, yang tidak selalu serupa dengan yang lain. Pembesaran sel ialah salah satu atau kedua sel anak tersebut membesar volumenya. Diferensiasi sel ialah sel yang sudah mencapai volume akhir kemudian menjadi terspesialisai dengan cara tertentu (Salisbury dan Ross, 1995). Pertumbuhan kalus dapat diketahui melalui berat segar dan berat kering kalus. Sebelumnya telah diketahui bahwa waktu induksi tercepat terdapat pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L, namun kemampuan waktu induksi yang cepat tersebut tidak menjadikan perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L memiliki berat segar dan berat kering yang tinggi pula. Perlakuan IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L memiliki rerata berat segar yang paling tinggi yakni 0,6596 ± 0,1814 gram. Berat segar kalus yang tinggi ini disebabkan karena kandungan airnya yang tinggi. Berat segar yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut membelah diri, memperbanyak diri dan dilanjutkan dengan membesarnya kalus
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
(Rahayu et al., 2003). Muryanti et al., (2005) menambahkan bahwa berat segar kalus juga dipengaruhi oleh lingkungan dalam aktivitas metabolisme dan kelembapan. Zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang diberikan pada perbandingan yang tepat dapat menginisiasi pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan sel. Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan diduga menginduksi sekresi ion H+ keluar melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K + diambil, pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel; akibatnya air mudah masuk ke dalam sel dan sel akan membesar (Harjoko, 1999; Maftuchah et al., 1998). Kecepatan sel membelah diri dipengaruhi oleh kombinasi auksin dan sitokinin dalam konsentrasi tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis tumbuhan faktor-faktor lain seperti jenis media, ketersediaan unsur hara makro/mikro, karbohidrat, adanya bahan tambahan seperti air kelapa dan juga faktor-faktor fisik seperti cahaya, pengocokan, suhu, dan pH media (Gunawan, 1994). Pertumbuhan kalus selain ditentukan berat segarnya juga dipengaruhi oleh berat keringnya. pada perlakuan IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L memiliki rerata berat kering yang paling tinggi yakni sebesar 0,0727 ± 0,0124 gram. Tingginya nilai berat kering tersebut disebabkan meningkatnya aktivitas kalus. Di dalam sel, auksin (IAA) diduga mempengaruhi metabolisme RNA, yang mengontrol metabolisme protein, yang kemungkinan dilakukan pada proses transkripsi molekul RNA (Maftuchah et al., 1998). Kenaikan sintesis protein menyebabkan bertambahnya sumber tenaga untuk pertumbuhan. Penggunaan auksin (IAA) dapat memacu
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
pertumbuhan kalus. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya pertambahan ukuran dan berat kering kalus. Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan volume dan jumlah sel, pembentukan protoplasma baru, pertambahan berat dan selanjutnya meningkatkan berat keringnya. Bahan kering ini terdiri dari bahan-bahan organik dan mineral yang penting untuk pertumbuhan kalus (Rahayu et al., 2003). Hasil tersebut juga sama dengan penelitian induksi kalus pada tanaman Cucumis melo L. yang dilakukan oleh Melara dan Arias (2009) yang menyatakan bahwa kombinasi konsentrasi IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L menghasilkan berat kalus yang paling tinggi. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Seswita et al. (1996) menyatakan bahwa kombinasi konsentrasi IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L menghasilkan berat yang tinggi pada tanaman kencur. Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran berat kering dari pada dengan berat segar. Perbedaan berat segar dan berat kering kalus juga dipengaruhi oleh media yang telah diberi perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) dengan berbagai faktor konsentrasi, sehingga memberikan hasil yang berbeda pula pada eksplan yang dikulturkan. Hal ini sesuai dengan George dan Sherington (1984) yang meyatakan bahwa pertumbuhan tanaman secara in vitro yang paling mempengaruhi adalah faktor interaksi dan keseimbangan antara zat pengatur tumbuh dalam media dan produksi zat pengatur tumbuh secara endogen oleh sel kultur.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
Auksin dan sitokinin dapat mengalami beberapa jenis interaksi yaitu interaksi yang bersifat antagonis, maupun sinergis. Namun pada interaksi antara auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) bersifat sinergis. Auksin berperan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel, sedangkan sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Hal ini mudah dimengerti karena secara seluler auksin berperan dalam pemanjangan sel, sedangkan sitokinin memicu pembelahan sel (Lee, 2002). Induksi pembelahan sel dan sintesis protein oleh sitokinin menyebabkan sel berproluferasi, sehingga menyebabkan berat kalus meningkat seiring meningkatnya volume sel yang dihasilkan. Adanya kenaikan sintesis protein oleh eksplan akibat adanya pengaruh dari IAA dan BAP yang digunakan eksplan sebagai sumber energi dalam pertumbuhan eksplan (Wattimena, 1991).
4.2.3 Pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP terhadap morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) Pemberian perlakuan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP pada eksplan daun sirih hitam memberikan respon yang berbeda-beda pada perkembangan masing-masing perlakuan. Respon yang berbeda tersebut ditunjukkan secara visual dapat diamati pada setiap minggu selama masa kultur. Perubahan yang terjadi pada minggu pertama dan minggu kedua dari eksplan sirih hitam adalah melengkung atau menggulung (bagian tepi eksplan bergelombang) yang disebabkan sel pada permukaan bawah eksplan daun sirih hitam membesar karena menyerap nutrisi dari media serta beberapa eksplan lainnya mengalami pelebaran. Setelah itu
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
pada minggu kedua dan minggu ketiga eksplan tersebut bagian tepinya menebal/membengkak yang diikuti dengan tumbuhnya kalus pada bagian tepi eksplan. Penebalan tersebut merupakan interaksi antara eksplan dengan media tumbuh, zat pengatur tumbuh dan lingkungan tumbuh sehingga eksplan bertambah besar (Yelnititis, 2012), setelah itu kalus yang telah terbentuk mengalami pertambahan massa sel dan perubahan warna kalus setiap minggunya. Indikator pertumbuhan eksplan pada kultur in vitro juga dapat dilihat pada warna dan tekstur kalus. Berdasarkan hasil pengamatan menyatakan bahwa mayoritas perlakuan menghasilkan kalus yang friabel/remah. Tekstur kalus yang remah mengalami pembelahan sel yang cepat dari pada tekstur kalus yang kompak. Sel-sel kalus yang terbentuk bersifat remah memiliki ciri-ciri antara satu sel dengan sel lainnya berpisah. Bila kalus diambil dengan pinset, maka kalus tersebut akan menempel pada pinset. Perubahan tekstur kalus yang semakin remah ini menunjukkan terjadinya poliferasi massa sel dalam kalus. Kalus dengan tekstur remah merupakan kalus yang terbentuk dari sekumpulan sel yang mudah lepas. Struktur kalus remah sangat berkorelasi dengan kecepatan daya tumbuh kalus sehingga produksi metabolit sekunder tertentu yang ingin diperoleh lebih cepat dicapai (Fatimah, 2010). Tekstur kalus kompak merupakan efek dari sitokinin yang berperan dalam transport zat hara. Sistem transport sitokinin dari bagian basal ke apeks akan membawa air dan zat hara melalui pembuluh pengangkut dan mempengaruhi potensial osmotik dalam sel. Penambahan sukrosa dalam medium akan mengalir
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
melalui pembuluh floem dan menimbulkan tekanan turgor. Tekanan tersebut muncul akibat adanya perbedaan konsentrasi larutan, sehingga air dan zat hara (sukrosa) dari medium akan masuk kedalam sel melalui cara osmosis. Hal ini akan membuat dinding-dinding sel semakin kaku, sehingga sel kalus akan menjadi kompak (Purwianingsih et al., 2007). Tekstur kalus tergantung pada jaringan, umur kalus, dan kondisi pertumbuhan. Morfologi dan warna kalus biasanya tergantung dari jenis sumber eksplannya, dimana ada yang bertekstur remah (friabel) dan padat (kompak), sedangkan warna kalus biasanya mengikuti warna jenis sumber eksplan. Hal lain yang mempengaruhi morfologi dan pertumbuhan kalus diantaranya adalah sumber eksplan, komposisi media, zat pengatur tumbuh yang digunakan, kondisi pertumbuhan seperti suhu dan cahaya, serta lamanya waktu pertumbuhan kalus (Mahadi et al., 2014). Menurut Dian (2004), warna kalus dapat memperlihatkan baik tidaknya pertumbuhan kalus, pigmen putih dan kuning pada kalus menunjukkan bahwa pertumbuhan kalus tersebut baik. Meningkatnya
konsentrasi
IAA
yang
ditambahkan
dalam
media
mengakibatkan warna kalus cenderung menguning. Hal ini tampak pada perlakuan kombinasi konsentrasi IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L warna kalus yang dihasilkan yaitu putih kekuningan. Selain itu pada penelitian ini juga ditemukan warna lain yang diperlihatkan oleh kalus eksplan daun sirih hitam seperti putih, putih kehijauan, putih kecokelatan, cokelat dan hitam. Perubahan ini diduga karena adanya perubahan pigmentasi pada kalus yaitu berkurangnya pigmen hijau (klorofil). Pada beberapa
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
perlakuan kombinasi konsentrasi seperti perlakuan IAA 1,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L; IAA 1,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L; IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,5 mg/L ini kalus masing-masing perlakuan tersebut banyak yang menampakkan adanya pencoklatan. Hal ini diduga karena kalus terlalu lama berada dalam media kultur dan tidak segera disubkultur, sehingga kalus kehabisan nutrisi pada medianya untuk pertumbuhan (Rahayu et al., 2003). Perbedaan warna kalus menunjukkan tingkat perkembangan dari kalus. Menurut Fatmawati, (2008) dalam Andaryani, (2010), warna kalus mengindikasikan keberadaan klorofil dalam jaringan, semakin hijau warna kalus semakin banyak pula kandungan klorofilnya. Warna terang atau putih dapat mengindikasikan bahwa kondisi kalus masih cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas sebelumnya diperoleh bahwa pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh secara bertingkat antara 0,0 mg/L dan 2,0 mg/L kalus yang terbentuk pada eksplan daun sirih hitam ada yang berwarna putih, putih kekuningan, putih kecokelatan, cokelat, dan hitam. Pengamatan morfologi kalus eksplan daun sirih hitam ini dilakukan selama delapan minggu masa kultur eksplan. Selama pengamatan tersebut terlihat pada beberapa perlakuan yang mengalami perubahan warna kalus, apabila dilihat dari urutan perubahannya, kalus pertama kali terinduksi berwarna putih bening, kemudian berwarna putih atau putih kehijauan, pada minggu kedua dan ketiga rata-rata kalus berubah warna menjadi putih kekuningan yang berubah menjadi putih kecokelatan atau cokelat pada minggu keempat sampai dengan minggu keenam, sedangkan pada minggu ketujuh dan kedelapan banyak kalus yang juga berwarna
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
cokelat dan beberapa menghitam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dobos et al.(1994) dalam Nagata dan Ebizuka (2002) menyatakan bahwa konsentrasi IAA 0,1 mg/L yang dikombinasikan pada BAP (1-2 mg/L) pada kalus Sempervivum tectorum L. menunjukkan berbagai macam warna, seperti warna putih, putih kekuningan, kuning kecokelatan, dan hijau terang. Sirih hitam merupakan tanaman tropika yang mempunyai kandungan metabolit sekunder cukup tinggi, salah satunya adalah senyawa kavikol yang merupakan turunan dari fenol (Rija’i, 2015). Senyawa fenol tersebut akan teroksidasi ketika sel dilukai (George dan Sherrington, 1984). Akibatnya jaringan yang diisolasi menjadi coklat atau kehitaman dan gagal tumbuh. Pencokelatan jaringan terjadi karena aktivitas enzim oksidase yang dilepaskan atau disintesis dan tersedia pada kondisi oksidatif ketika jaringan dilukai (Lerch, 1981; Hutami, 2008). Enzim dan substrat dalam keadaan normal akan tertahan dalam ruang berbeda di dalam sel dan akan keluar bersama-sama pada saat sel dilukai atau hampir mati. Toksisitas fenol kemungkinan disebabkan oleh ikatan reversibel antara hidrogen dan protein. Penghambatan pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki terjadi ketika fenol teroksidasi (Hutami, 2008). Menurut Juma et al. (1994) meneliti kultur jaringan tanaman kopi dan menemukan bahwa tingkat oksidasi fenol tergantung pada sumber potongan ruas batang sebagai eksplan dan spesies tanaman. Sedangkan Ozyigit et al. (2007) melaporkan bahwa terbentuknya senyawa fenol di pengaruhi oleh struktur kimianya,
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
spesies tanaman, proses biologi (organogenesis atau somatik embriogenesis), dan tahap perkembangannya. Menurut Kresnawati (2006), warna kalus dari suatu eksplan dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh. Warna kalus yang bermacam-macam diakibatkan oleh adanya pigmentasi cahaya dan asal eksplan. Pigmentasi bisa merata keseluruh permukaan kalus atau hanya sebagian saja, bisa dilihat adanya perbedaan warna dalam satu kalus yaitu putih, hijau, cokelat, putih kecokelatan, dan putih kehijauan. Warna putih kehijauan memungkinkan warna paling cerah dengan kandungan klorofil lebih sedikit. Warna hijau pada kalus akibat efek sitokinin dalam pembentukan klorofil (Widyawati, 2010). Pada penelitian Kumlay dan Ercisli (2015) menyatakan bahwa konsentrasi IAA 2,0 mg/L dan BAP 3,0 mg/L menghasilkan kalus yang berwarna putih dan kekuningan dengan tekstur friabel yang banyak mengandung air.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) berpengaruh terhadap lama waktu induksi dan persentase eksplan membentuk kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.). Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 2,0 mg/L menunjukkan hasil rerata tertinggi terhadap lama waktu induksi kalus yakni ±8,5 hari (8-9 hari). Persentase eksplan membentuk kalus menunjukkan nilai tertinggi pada semua perlakuan yakni 100%. 2. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap berat segar dan berat kering kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.). Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 1,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L menunjukkan hasil rerata berat segar tertinggi yakni 0,6596 gram, dan rerata berat kering tertinggi terdapat pada kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L yakni 0,0727 gram. 3. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP berpengaruh terhadap morfologi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle
SKRIPSI
92 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
L.). Morfologi kalus yang terbentuk bervariasi warna dan teksturnya. Kalus yang terbentuk umumnya berwarna putih kekuningan dan putih kecokelatan dengan tekstur friabel sebagaimana yang terlihat pada kalus dengan perlakuan kombinasi konsentrasi IAA 0,0 mg/L dan BAP 1,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,0 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L, IAA 0,5 mg/L dan BAP 1,5 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 0,0 mg/L, IAA 2,0 mg/L dan BAP 1,5 mg/L. 4. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan BAP yang sesuai untuk induksi kalus pada kultur eksplan daun sirih hitam (Piper betle L.) adalah kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA 0,5 mg/L dan BAP 0,5 mg/L. Pada kombinasi konsentrasi tersebut memiliki nilai rerata berat kering tertinggi yakni 0,0727 gram yang sesuai untuk produksi metabolit sekunder.
5.2
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang induksi kalus sirih hitam dengan
menggunakan kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang lainnya.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Abdelmageed, A. H. A., Faridah Q. Z., Nor Shuhada K., Julia A. A., 2012. Callus Induction and Plant Regeneration of Michelia champaca (Magnoliaceae): A Multipurpose Tree. Journal of Medicinal Plants Research 6 (17), 3338-3344. Abdullah, M. N., 2011. Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari Denture Stomatitis. Penelitian In Vitro. Universitas Sumatra Utara. Medan. Allan, E., 1991, Plant Cell and Tissue Culture, Wiley Publisher, Singapore. Andaryani., 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-D Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropa curcas) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Andriani, P., 2014. Induksi Kalus dari Eksplan Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.f.) dengan Pemberian Kombinasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D, IBA, dan BAP. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Anonim1., 2010. Penyakit Infeksi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim2., 2011. Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Backer, C. A., dan Bakhuizen van den Brink jr. R. C., 1963, Flora of Java. 1, Wolters-Noordhoof. V. Groningen. Netherland. 170. Budiman., 2013. Sirih Ireng Sirih Hitam (Piper betle Linn.). www.indonetwork.net., Diakses pada tanggal 11 November 2015 pukul 04.18 WIB. Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchel, L. G., 2003. Biology Edisi kelima, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Cronquist, A., 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University Press, New York. XVIII. D’Agostino, I. B., and Joseph J. K., 1999. Molecular Mechanisms of Cytokinin Action. Plant Biology 2, 359–364. Dian. Y. T., 2004. Uji Konsentrasi Hormon 2,4–D pada Pertumbuhan Kalus Dari Eksplan Kotiledon dan Hipokotil Kedelai (Glycine max). Malang. Skripsi.
SKRIPSI
94 INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang. Ekowahyuni, L. P., 2002. Fenomena Vivipary Labu (Sechium edule (jacq.) Swartz) Varietas Lokal Desa Barukupa Bawah Cipanas. Makalah Falsafah Sains Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fatimah., 2010. Pengaruh Komposisi Media Terhadap Pertumbuhan Kalus dan Kadar Tannin dari Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) Secara In Vitro. Bogor : Jurnal LITTRI 16 (1). Fitriani, H., 2008. Kajian Konsentrasi BAP dan NAA Terhadap Multiplikasi Tanaman Artemisia annua L. Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. George, E. F., and Sherrington, P.D., 1984. Plant Propagation by Tissue Culture – Handbook and Directory of Commercial Laboratories, Exegetics Ltd., Eversley, Basingstoke, Hants, England. George, E. F., 1993. Plant Propagation by Tissue Culture, Part 1, 2nd Edition. Exegetic Ltd. England. Goerge, E. F., and de Klerk G. J., 2008. The Component of Plant Tissue Culture Media 1: Macro and Micro Nutrients, Plant Propagation Tissue Culture 3rd Edition 1. Springer, Netherland. Gunawan, L. W., 1994. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU Bioteknologi, Bogor. Institut Pertanian Bogor. Harjoko, D., 1999. Pengaruh Macam-macam Auksin terhadap Poliploidisasi Kalus Tanaman Semangka pada Kultur In Vitro. Surakarta: Fakultas Pertanian UNS. Hendaryono, D. P. S., dan A. Wijayani., 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hermawan, A., 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan E. coli dengan Metode Difusi Disk. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hutami, S., 2008. Ulasan Masalah Pencoklatan pada Kultur Jaringan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. Jurnal AgroBiogen 4 (2), 83-88. Juma, C., J.M. Magambo, and H. Monteith. 1994. Tissue cultur for coffee: The case of Uganda. Biotechnol. Dev. Mon. 20, 19-20.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
Kartika, L., Kianto A., dan Ekawati., 2013. Kecepatan Induksi Kalus dan Kandungan Euglenol Sirih Merah yang diperlakukan Menggunakan Variasi Jenis dan Konsentrasi Auksin. Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Kieber, J., 2002. The Arabidopsis Book: Cytokinins American Society of Plant Biologists, University of North Carolina, Biology Department, Carolina. Kresnawati, E.. 2006. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA Dan Kinetin Terhadap Induksi Kalus Dari Daun Nilam (Pogostemon cablin Beth). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kumala, S., dan Siswanto E.B., 2007. Isolation and Sreening of Endophytic Microbes from Morinda citrifolia and Their Ability to Produce Anti-Microbial Substances. Microbiology Indonesia 1, 145-248. Kumlay, A. M., dan Ercisli, S., 2015. Callus Induction, Shoot Proliferation and Root Regeneration of Potato (Solanum tuberosum L.) Stem Node and Leaf Explants Under Long-day Conditions. Biotechnology & Biotechnological Equipment 29 (6), 1075-1084. Lee, D. J., 2002. The Regulation of Korean Radish Cationic Peroxidase Promoter by a Low Ratio of Cytokinin to Auxin. Plant Science. 162, 345–353. Lerch K., 1981. Tyrosinase kinetics: A semi-quantitative model of the mechanism of oxidation of monohydric and dihydric phenolic substrates. In Sigel, H. (Ed.). Metal Ions in Biology System. 13 Marcel Dekker Inc., New York, Basel. p. 143-186. Maftuchah, A., H.K dan Joko, B.S. 1998. Induksi Kalus Artemisia (Artemisia vulgaris L.) Melalui Kultur In Vitro. Tropika 6 (2), 135-141. Mahadi, I., Wulandari, S., dan Omar, A., 2014. Pembentukan Kalus Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Pada Pemberian Naftalen Acetyl Acid (NAA) Dan Benzyl Amino Purin (BAP) Sebagai Sumber Belajar Konsep Bioteknologi. Jurnal Biogenesis 11 (1). Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP. Universitas Riau Pekanbaru. Manuhara, Y. S. W., 2014. Kapita Selekta Kultur Jaringan Tumbuhan. Airlangga University Press, Kampus C Universitas Airlangga, Surabaya. Massa, G. N. O., 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4 D) dan Benzyl Adenine (BA) Terhadap Induksi dan Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Kalus Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav.). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
Melara, M. V., dan Arias, A. M. G., 2009. Effect of BAP and IAA on Shoot Regeneration in Cotyledonary Explants of Costa Rican Melon Genotypes. Agronomía Costarricense 33(1), 125-131. Moeljanto, R. D. dan Mulyono., 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa Edisi I. Agromedia Pustaka, Jakarta, 8-69. Mudyantini, W., Hardiyanto, A., dan Solichatun, 2004. Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Naftalen Asetat Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Flavonoid Kalus Daun Dewa [Gynura procumbens (Lour) Merr.], Jurnal Biofarmasi 2, 69-74. Mujahidah, F., 2014. Induksi Kalus Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav.) dengan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D dan NAA Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Mulyono, D., 2010. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Auksin : Indole Butiric Acid (IBA) dan Sitokinin: Benzil Amino Purine (BAP) dan Kinetin Dalam Elongasi Pertunasan Gaharu (Aquilaria beccariana). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 12 (1), 1-7. Muryanti, S., dan Anggarwulan, E., 2005. Pertumbuhan dan Produksi Reserpin Kalus Pule Pandak [Rauvolfia serpentine (L.) Bentham ex. Kurz.] pada Pemberian Metil Jasmonat secara in Vitro, Bioteknologi 2 (2). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta. Mursito, B., 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria, PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Nagata, T., dan Ebizuka, Y., 2002. Biotechnology in Agriculture and Foresty 51. Medical and Aromatic Plants XII. Springer Science & Business Media. 348. Nasir, M., 2002. Bioteknologi Potensi Dan Keberhasilannya dalam bidang Pertanian. Grafindo Persada, Jakarta. Nasronudin., 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Airlangga University Press, Kampus C Universitas Airlangga, Surabaya. Nazir, M., 1999. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nisak, K., Nurhidayanti., Tutik., dan Purwani, K.I., 2012. Pengaruh Kombinasi ZPT, NAA dan BAP Pada Kultur Jaringan Tumbuhan Nicotina tabacum var. Prancak 95, Jurnal Sains dan Seni Pomits 1 (1), 1-6. Noggle, G. R., and Frits, G. J., 1983. Introduction Plant Physiology 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
Nugroho, A., dan Sugito, H., 2005. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta, 344. Nursiyah., 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang Digunakan Orangtua untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Nuswamarhaeni, S., Prihatini, D., dan Pohan, E.P., 1991. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta. Ozyigit, I.I., M.V. Kahraman, and O. Ercan. 2007. Relation between explant age, total phenols and regeneration response in tissue cultured cotton (Gossypium hirsutum L.). African J. Biotechnol. 6(1):003-008. Pribadi, E. R., 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute 8 (1), 52 – 64. Purwianingsih, Widi., Kusdianti R., dan Yuniarti Linda., 2007. Anatomi Kalus Yang Berasal Dari Eksplan Daun Catharanthus roseous (L). G. Don (Tapak Dara). Jurnal Seminar Nasional Bioteknologi. Rahayu, B., Solichatun., Endang A., 2003. Pengaruh Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) terhadap Pembentukan dan Pertumbuhan Kalus serta Kandungan Flavonoid Kultur Kalus Acalypha indica L. Biofarmasi 1 (1), 1-6. Rao, N. S., 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBM Publishing Co., London. Rashid, U., Shaukat, A., Ghulam, M. A., Najma, A., Masood, M. S., 2009. Establishment of An Efficient Callus Induction and Plant Regeneration System in Pakistani Wheat (Triticum Aestivum) Cultivars. Electronic Journal of Biotechnology 12 (3), 1-12. Rija’i, A. J., 2015. Telaah Fitokimia Kandungan Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Daun Sirih Hitam (Piper betle L.) dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach.), Skripsi, Universitas Islam Bandung, Bandung. Salisbury, F. B., and Ross, C. W., 1995. Fisiologi Tumbuhan III Edisi 4, Penerjemah Lukman, D.R., dan Sumaryono, ITB, Bandung. Santoso, U., dan Nursandi. F., 2002. Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press. Malang.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
Santoso, U., dan Nursandi. F., 2004. Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press. Malang. Saputri, N. O. S., 2011. Induksi Kalus Tangkai Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh α-napthaleneacetic acid (NAA) dan 6-benzylaminopurine (BAP) secara In Vitro. Skripsi. FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Seswita, D., Marsika, I., Gati, E., 1996. Aplikasi Kultur Jaringan untuk Perbanyakan Klonal Tanaman Kencur. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 3(2), 11-13. Steenis, C. G. G. J van., 2002. Flora Cetakan ke-delapan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta, 163-164. Suaibah., 2014. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak kalus Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav.) Terhadap Penghambatan Candida albicans. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Suliantari, B. S. L., Jenie, M. T., Suhartono., dan Apriyantono, A., 2008. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Bakteri Patogen Pangan, Tesis, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Suryowinoto, M., 1996. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tarabily, K., Nassar, A. H., and Sivasithamparam, K., 2003. Promotion Of Plant Growth By An Auxin- Producing Isolat Of The Yeast Williopsis Saturnus Endophytic In Maize Roots. The Sixth U.A.E University Research Conference, 60-69. Ummah, Y. P. I., 2014. Uji Daya Antifungal Ekstrak Etanol Daun Sirih Hitam (Piper betle L. Var. Nigra) dan Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang. Wardani, L. A., 2012. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Visibel, Skripsi, Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Wattimena, G. A., 1991. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Werner, T., and Thomas, S., 2009. Cytokinin Action in Plant Development. Current Opinion in Plant Biology 12, 527-538.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
Wetter, L. R., dan Constabel, F., 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung. Yanti., 2012. Piper betle var. Nigra. www.thebest-healthy-foods.com . Diakses pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 07.08 WIB. Yelnititis., 2012. Pembentukan Kalus Remah Dari Eksplan Daun Ramin (Gonystylus bancanus (Miq) Kurz.). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 6 (3), 181-194. Yuliarti, N., 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Lily Publisher. Yogyakarta. Yusnita., 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta. Yuwono, T., 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Zulkarnain., 2009. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya, Bumi Aksara, Jakarta.
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi media Murashige and Skoog (MS) Padat
SKRIPSI
Bahan makronutrien NH4NO3 KNO3 CaCl2.2H2O MgSO4.7H2O KH2PO4 Stok mikronutrien MnSO4.H2O ZnSO4.4H2O H3BO3 KI NaMoO4.2H2O CuSO4.5H2O CoCl2.6H2O Stok zat besi Na2.EDTA Fe2SO4.7H2O
Untuk 1 liter media (mg) 1650 1900 440 370 170 Konsentrasi 100x (mg/100 ml) 2230 860 620 83 25 2,5 2,5 Konsentrasi 40x (mg/200ml) 1492 1112
Stok vitamin Glycine Nicotinic acid Pyridoxine-HCl Thiamine-HCl Bahan organik Myo-inositol Sukrosa Agar
Konsentrasi 50x (mg/200 ml) 100 25 25 5 Untuk 1 liter media (gram) 0,1 30 8
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
Keterangan Untuk 1 liter media diperlukan 1 ml
Keterangan Untuk 1 liter media diperlukan 5 ml Keterangan Untuk 1 liter media diperlukan 4 ml
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2. Tabel waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP. No
SKRIPSI
Kombinasi Konsentrasi IAA + BAP (mg/L)
1
IAA 0,0 + BAP 0,0
2
IAA 0,0 + BAP 0,5
3
IAA 0,0 + BAP 1,0
4
IAA 0,0 + BAP 1,5
5
IAA 0,0 + BAP 2,0
6
IAA 0,5 + BAP 0,0
Replikasi Hari ke-… 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
20 20 20 18 18 18 15 15 15 16 16 16 12 12 15 15 15 12 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 12 12 17 17 17 16
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
Rerata
Standar deviasi
19
1,0954
15,5
0,5477
13,5
1,6432
10,5
0,5477
11,3
0,5164
16,5
0,5477
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
7
IAA 0,5 + BAP 0,5
8
IAA 0,5 + BAP 1,0
9
IAA 0,5 + BAP 1,5
10
IAA 0,5 + BAP 2,0
11
IAA 1,0 + BAP 0,0
12
IAA 1,0 + BAP 0,5
13
IAA 1,0 + BAP 1,0
5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1
16 16 9 9 9 10 10 10 11 11 11 10 10 10 10 10 10 8 8 8 8 8 8 9 9 9 12 12 12 12 12 12 10 10 10 11 11 11 9
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
9,5
0,5477
10,5
0,5477
9
1,0954
8,5
0,5477
12
0,0000
10,5
0,5477
9
0,0000
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
14
IAA 1,0 + BAP 1,5
15
IAA 1,0 + BAP 2,0
16
IAA 1,5 + BAP 0,0
17
IAA 1,5 + BAP 0,5
18
IAA 1,5 + BAP 1,0
19
IAA 1,5 + BAP 1,5
2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
9 9 9 9 9 11 11 12 12 12 11 13 13 13 12 12 12 12 12 12 13 13 13 11 11 11 12 12 12 10 10 10 9 9 9 12 12 12 12
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
11,5
0,5477
12,5
0,5477
12,5
0,5477
11,5
0,5477
9,5
0,5477
12
0,0000
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
20
IAA 1,5 + BAP 2,0
21
IAA 2,0 + BAP 0,0
22
IAA 2,0 + BAP 0,5
23
IAA 2,0 + BAP 1,0
24
IAA 2,0 + BAP 1,5
25
IAA 2,0 + BAP 2,0
5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
12 12 11 11 11 11 11 11 17 17 17 15 15 15 12 11 11 11 11 12 10 10 10 9 9 9 9 9 10 10 10 9 10 10 10 10 10 10
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
11
0,0000
16
1,0954
11,3
0,5164
9,5
0,5477
9,5
0,5477
10
0,0000
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Tabel persentase eksplan sirih hitam (Piper betle L.) membentuk kalus pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP.
SKRIPSI
Kombinasi Konsentrasi IAA + BAP (mg/L)
Jumlah eksplan yang membentuk kalus
Persentase
IAA 0,0 + BAP 0,0 IAA 0,0 + BAP 0,5 IAA 0,0 + BAP 1,0 IAA 0,0 + BAP 1,5 IAA 0,0 + BAP 2,0 IAA 0,5 + BAP 0,0 IAA 0,5 + BAP 0,5 IAA 0,5 + BAP 1,0 IAA 0,5 + BAP 1,5 IAA 0,5 + BAP 2,0 IAA 1,0 + BAP 0,0 IAA 1,0 + BAP 0,5 IAA 1,0 + BAP 1,0 IAA 1,0 + BAP 1,5 IAA 1,0 + BAP 2,0 IAA 1,5 + BAP 0,0 IAA 1,5 + BAP 0,5 IAA 1,5 + BAP 1,0 IAA 1,5 + BAP 1,5 IAA 1,5 + BAP 2,0 IAA 2,0 + BAP 0,0 IAA 2,0 + BAP 0,5 IAA 2,0 + BAP 1,0 IAA 2,0 + BAP 1,5 IAA 2,0 + BAP 2,0
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4. Tabel berat segar dan berat kering kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP. No
SKRIPSI
Kombinasi Konsentrasi IAA + BAP (mg/L)
1
IAA 0,0 + BAP 0,0
2
IAA 0,0 + BAP 0,5
3
IAA 0,0 + BAP 1,0
4
IAA 0,0 + BAP 1,5
5
IAA 0,0 + BAP 2,0
6
IAA 0,5 + BAP 0,0
Replikasi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
Berat segar (gram) 0,0047 0,0071 0,0019 0,0067 0,0048 0,0017 0,1811 0,1381 0,1603 0,0790 0,0696 0,0646 0,1668 0,1111 0,1972 0,0513 0,2222 0,1160 0,3242 0,3610 0,2899 0,2218 0,1588 0,2067 0,1631 0,2461 0,2925 0,2780 0,3295 0,3042 0,0395 0,0414 0,0333 0,0562 0,0585
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
Berat kering (gram) 0,0011 0,0013 0,0010 0,0014 0,0014 0,0010 0,0149 0,0316 0,0152 0,0137 0,0102 0,0076 0,0049 0,0058 0,0085 0,0027 0,0096 0,0048 0,0128 0,0131 0,0112 0,0133 0,0130 0,0135 0,0096 0,0112 0,0184 0,0139 0,0183 0,0198 0,0048 0,0057 0,0068 0,0053 0,0054
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
7
IAA 0,5 + BAP 0,5
8
IAA 0,5 + BAP 1,0
9
IAA 0,5 + BAP 1,5
10
IAA 0,5 + BAP 2,0
11
IAA 1,0 + BAP 0,0
12
IAA 1,0 + BAP 0,5
13
IAA 1,0 + BAP 1,0
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
0,0468 0,5853 0,4516 0,5711 0,4140 0,4234 0,5670 0,2710 0,2859 0,2485 0,2796 0,2445 0,2616 0,3099 0,2655 0,2666 0,1986 0,1163 0,1599 0,3496 0,7088 0,8116 0,6365 0,5131 0,5900 0,0045 0,0090 0,0176 0,0165 0,0107 0,0133 0,2451 0,2408 0,2335 0,2386 0,1797 0,1738 0,6303 0,5536
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
0,0046 0,0876 0,0621 0,0809 0,0589 0,0639 0,0828 0,0122 0,0191 0,0141 0,0153 0,0131 0,0121 0,0181 0,0156 0,0171 0,0287 0,0177 0,0187 0,0205 0,0310 0,0627 0,0884 0,0697 0,0962 0,0012 0,0021 0,0021 0,0029 0,0020 0,0021 0,0445 0,0231 0,0412 0,0429 0,0225 0,0196 0,0569 0,0482
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
14
IAA 1,0 + BAP 1,5
15
IAA 1,0 + BAP 2,0
16
IAA 1,5 + BAP 0,0
17
IAA 1,5 + BAP 0,5
18
IAA 1,5 + BAP 1,0
19
IAA 1,5 + BAP 1,5
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
0,6342 0,6112 0,4882 0,3508 0,8658 0,7144 0,5845 0,5936 0,3740 0,8250 0,3827 0,5075 0,5997 0,4684 0,5364 0,3088 0,0393 0,0275 0,0432 0,0537 0,0231 0,0438 0,0330 0,0497 0,0308 0,0386 0,0401 0,0357 0,3744 0,3197 0,2355 0,2243 0,3148 0,3764 0,7489 0,4773 0,5140 0,6044 0,7937
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
0,0581 0,0467 0,0354 0,0491 0,0582 0,0476 0,0392 0,0378 0,0282 0,0592 0,0144 0,0315 0,0342 0,0301 0,0397 0,0279 0,0049 0,0032 0,0053 0,0078 0,0029 0,0042 0,0058 0,0098 0,0060 0,0040 0,0049 0,0032 0,0294 0,0275 0,0203 0,0260 0,0312 0,0383 0,0421 0,0267 0,0293 0,0332 0,0508
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
20
IAA 1,5 + BAP 2,0
21
IAA 2,0 + BAP 0,0
22
IAA 2,0 + BAP 0,5
23
IAA 2,0 + BAP 1,0
24
IAA 2,0 + BAP 1,5
25
IAA 2,0 + BAP 2,0
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
0,6750 0,4600 0,5500 0,5274 0,5525 0,5463 0,5812 0,0265 0,0283 0,0299 0,0135 0,0143 0,0202 0,3807 0,2444 0,1899 0,2586 0,3055 0,2118 0,4560 0,6710 0,5012 0,1618 0,1703 0,6887 0,3920 0,3385 0,6869 0,5119 0,6710 0,2203 0,4938 0,5830 0,3768 0,0765 0,0834 0,0974
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
0,0382 0,0232 0,0297 0,0244 0,0289 0,0260 0,0294 0,0049 0,0053 0,0058 0,0036 0,0031 0,0035 0,0457 0,0208 0,0209 0,0284 0,0353 0,0183 0,0498 0,0559 0,0516 0,0138 0,0159 0,0644 0,0200 0,0239 0,0374 0,0471 0,0310 0,0314 0,0354 0,0497 0,0313 0,0123 0,0136 0,0141
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 5. Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4).
No
1
IAA 0,0 + BAP 0,0
2
IAA 0,0 + BAP 0,5
3
IAA 0,0 + BAP 1,0
4
SKRIPSI
Kombinasi Konsentrasi IAA + BAP Replikasi (mg/L)
IAA 0,0 + BAP 1,5
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
Minggu 1 Tekstur -
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Warna Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna -
F F -
F F F
P P P P P
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK P P P PK P P P P
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK C C PK C C P P P PK P P P P
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
6
SKRIPSI
IAA 0,0 + BAP 2,0
IAA 0,5 + BAP 0,0
7
IAA 0,5 + BAP 0,5
8
IAA 0,5 + BAP 1,0
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
-
-
F K K K K K K F F F -
F F F F K K F K K K F
P PH PH PH PH PH PH P P P PK PK PK PK PK PK P PH PH PK PK
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K K K K F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P PH PH PH PH PH PH P P P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK P PK PK PK PK
F K K K K K K F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P PK PK PK PH PH PH P P P C C PK PK PK PK PC PC PC C PK PK P PK PK PK PK
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
9
IAA 0,5 + BAP 1,5
10
IAA 0,5 + BAP 2,0
11
IAA 1,0 + BAP 0,0
12
IAA 1,0 + BAP 0,5
13
IAA 1,0 + BAP 1,0
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
-
-
F F F F F F F K K K F F F F F K K K K K K K K K K F F
PK PH PH PH PH PH PH PK PK PK PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK P
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F F F F F F F K K K F F F F F K K K K K K K K K K F F
PK PH PH PH PK PK PK PK PK PK PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK P
F F F F F F F K K K F F F F F K K K K K K K K K K F F
PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PH PK PH C C PK PK PK PK PC PC PC C PK PK PK P
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
14
IAA 1,0 + BAP 1,5
15
IAA 1,0 + BAP 2,0
16
IAA 1,5 + BAP 0,0
17
IAA 1,5 + BAP 0,5
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
-
-
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PH PH PH P P PK PK PK P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PH PH PH PH PK
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PH PH PH PH PK
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PH PH PH PK PK
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
18
IAA 1,5 + BAP 1,0
19
IAA 1,5 + BAP 1,5
20
IAA 1,5 + BAP 2,0
21
IAA 2,0 + BAP 0,0
22
IAA 2,0 + BAP 0,5
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
-
-
F K K K K K K F F F F F F F F F K K K -
F F
PH PK PK PK PK PK PK P P P P P P P P P PK PK PK PK PK
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K K K K F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PH PK PK PK PK PK PK P P P P P P P P P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK
F K K K K K K F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK P P P P P P P P P PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
IAA 2,0 + BAP 1,0
24
IAA 2,0 + BAP 1,5
25
IAA 2,0 + BAP 2,0
Keterangan: a. Warna kalus : - PH : Putih kehijauan - PK : Putih kekuningan - PC : Putih kecokelatan
SKRIPSI
-
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
-
-
F K K K K K K K K K F F F F F K F F F K K K
PK PH PH PH PK PK PK PH PH PK P P PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK
P : Putih C : Cokelat H : Hitam
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K K K K K K K F F F F F K F F F K K K
PK PK PK PH PK PK PK PH PH PK P P PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK
F K K K K K K K K K F F F F F K F F F K K K
PK PK PK PK PK PK PK PH PH PK P P PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK
b. Tekstur kalus: - K : Kompak - F : Friabel - KF : Kompak dan friabel
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 6. Tabel morfologi kalus sirih hitam (Piper betle L.) pada berbagai kombinasi konsentrasi IAA dan BAP (minggu ke-5 sampai dengan minggu ke-8).
No
SKRIPSI
Kombinasi Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Konsentrasi IAA + BAP Replikasi Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna Tekstur Warna (mg/L)
1
IAA 0,0 + BAP 0,0
2
IAA 0,0 + BAP 0,5
3
IAA 0,0 + BAP 1,0
4
IAA 0,0 + BAP 1,5
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK C C C C C P P P PK P P P P
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK C C C C C C P P P PC P P P P
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK C C C C C C H H H P P P PC P P P P
F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK H H H C C C H H H P P P PC P P P P
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
5
IAA 0,0 + BAP 2,0
6
IAA 0,5 + BAP 0,0
7
IAA 0,5 + BAP 0,5
8
IAA 0,5 + BAP 1,0
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
F K K K K K K F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P H PK PK PK PK PK P P P H C PK PK PK PK PC PC PC C PK PK P P P PK PK
F K K K K K KF F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P H PK PK PK PK P P P P H H PK C C C C C C H PK PK P P P PC PC
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K K K KF F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P H H PC PK PK P P P P H H PK C H H C C C H PK PK PC PC PC PC PC
F K K K K K KF F F F F F F F F F F F F F K K F K K K F
P H H H PK PK P P P P H H PK H H H C C C H PK PK PC PC PC PC C
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
9
IAA 0,5 + BAP 1,5
10
IAA 0,5 + BAP 2,0
11
IAA 1,0 + BAP 0,0
12
IAA 1,0 + BAP 0,5
13
IAA 1,0 + BAP 1,0
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
F F F F F F F KF KF K F F F F F K K K K K K K K K K F F
PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK C C PK PK PK PK C C C C PK PK PK P
F F F F F F F KF KF KF F F F F F K K K K K K K K K K F F
PC PK PK PK PK PK PK P P P PK PK PK H H PK PK PK PK C C C C PK PK PK P
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F F F F F F F KF KF KF F F F F F K K K K K K K K K K F F
PC PK PK PK PK PK PK P P P PK PK PK H H PK PK PK PK C C C C PK PK PK P
F F F F F F F KF KF KF F F F F F K K K K K K K K K K F F
C PK PK PK PK PK PK P P P PK PK PK H H PK PK PK PK C C C C PK PK PK P
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
14
IAA 1,0 + BAP 1,5
15
IAA 1,0 + BAP 2,0
16
IAA 1,5 + BAP 0,0
17
IAA 1,5 + BAP 0,5
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P PK PK PK PK PK PK PK PK PK C C C PK PK PK PK PK
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P P P P PK PK PK PK PK PK C C C PK PK PK PK PK
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P P P P PK PK PK C C C C C C PK PK PK PK PK
F K K K F F K K K F F F F K K K K K K K K K K K K F K
P PK PK PK P P PK PK PK P P P P PK PK PK C C C C C C PK PK PK PK PK
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
18
IAA 1,5 + BAP 1,0
19
IAA 1,5 + BAP 1,5
20
IAA 1,5 + BAP 2,0
21
IAA 2,0 + BAP 0,0
22
IAA 2,0 + BAP 0,5
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
F K K K K K K F F F F F F F F F K K K F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK P P P P P P P P P PK PK PK C C PK C C C C C
F K K K K K K F F F F F F F F F KF KF KF F F F F F F F F
PK PK PK PK PK PK PK P P P P P P P P P P P P H H PK C C C C C
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F KF KF KF K K K F F F F F F F F F KF KF KF F F F F F F F F
PK P P P PK PK PK P P P P P P P P P P P P H H PK H H H C C
F KF KF KF K K K F F F F F F F F F KF KF KF F F F F F F F F
PK P P P PK PK PK P P P P P P P P P P P P H H PK H H H C C
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
IAA 2,0 + BAP 1,0
24
IAA 2,0 + BAP 1,5
25
IAA 2,0 + BAP 2,0
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Keterangan: a. Warna kalus : - PH : Putih kehijauan - PK : Putih kekuningan - PC : Putih kecokelatan
SKRIPSI
F K K K K K K K K K F F F F F K F F F K K K
-
C C C PK PK PK PK PH PH PK P P PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK
F K K K KF KF KF K K K F F F F F K F F F K K K
C C C PK PK PK PK PH PH PK P P PH PH PH PK PK PK PK PK PK PK
P : Putih C : Cokelat H : Hitam
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
F K K K KF KF KF K K K F F F F F K F F F K K K
C H H PK P P P PH PH PK P P PH PH PH PK PC PC PC PK PK PK
F K K K KF KF KF K K K F F F F F K F F F K K K
C H H PK P P P PH PH PK P P PH PH PH PK PC PC PC PK PK PK
b. Tekstur kalus: - K : Kompak - F : Friabel - KF : Kompak dan friabel
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 7. Tabel Uji distribusi normalitas. NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lama_Waktu N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Berat_Segar
Berat_Kering
150
150
150
Mean
11.69
.294775
.024689
Std. Deviation
2.657
.2309118
.0209511
Absolute
.233
.102
.129
Positive
.233
.100
.125
Negative
-.116
-.102
-.129
.233
.102
.129
c
c
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
.001
c
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Kruskal-Wallis Test Test Statistics Lama_Waktu Chi-Square
a,b
Berat_Segar
Berat_Kering
139.230
128.757
129.247
24
24
24
.000
.000
.000
Df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 8. Tabel signifikansi lama waktu induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji MannWhitney. Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SKRIPSI
1
2 S
3 S S
4 S S S
5 S S S S
6 S S S S S
7 S S S S S S
8 9 S S S S S S TS S S S S S S TS S
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S TS S S S TS S S S TS TS S S TS S S S S S S TS S S S S S S S TS S S S S S S S TS S S TS S S TS S TS S S S S S S S S S S S S TS S S S S S TS S S S S TS S S S S TS S S TS S S S S S S S TS S S S TS S S TS S S S S TS S S S S TS S S TS S S S S S S S S S S S S TS TS TS TS S TS S S S S S S S S S S S TS S S S S S S S TS S S S S TS S S TS S TS TS S TS S TS S S TS S S S S S S TS S S S S S TS TS S TS S S S S S TS S S S S S TS S S S
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
24 S S S S S S TS S TS S S S TS S S S S TS S S S
25 S S S TS S S TS TS TS S S TS S S S S S TS S S S
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
S
22 23 24 25 Keterangan : I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1 I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2 I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3 I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4 I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5 I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6 I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7 I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8 I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9 I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10 I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11 I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12 I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13 I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14 I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
SKRIPSI
I1,5 B0,0 I1,5 B0,5 I1,5 B1,0 I1,5 B1,5 I1,5 B2,0 I2,0 B0,0 I2,0 B0,5 I2,0 B1,0 I2,0 B1,5 I2,0 B2,0
S TS
S TS TS
: Perlakuan ke-16 : Perlakuan ke-17 : Perlakuan ke-18 : Perlakuan ke-19 : Perlakuan ke-20 : Perlakuan ke-21 : Perlakuan ke-22 : Perlakuan ke-23 : Perlakuan ke-24 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L) - B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 9 Tabel signifikansi berat segar induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji MannWhitney. Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SKRIPSI
1
2 S
3 S TS
4 S S S
5 S S S TS
6 S S S S S
7 S S S S S S
8 9 10 11 12 13 S S S S S S S S S S S S S TS S S S S TS TS S S TS S TS TS S S TS S S S S S S S S S TS S S TS TS S S S S S S TS S S S TS S S S
14 S S S S S S TS S S TS S S TS
15 S S S S S S TS S S TS S S TS TS
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
16 S S S S S TS S S S S S S S S S
17 S S S S S TS S S S S S S S S S TS
18 S S S TS TS S S TS TS S S TS S S S S S
19 S S S S S S TS S S TS S S TS TS S S S S
20 S S S S S S TS S S TS S S TS TS TS S S S TS
21 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
22 S S S TS TS S S TS TS S S TS S S S S S TS S S S
23 S S S TS TS S TS TS TS TS S TS TS TS TS S S TS TS TS S
24 S S S S S S TS TS S TS S S TS TS TS S S TS TS TS S
25 S TS TS TS TS S TS TS TS S S TS TS S TS S S TS S TS S
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TS
22 23 24 25 Keterangan : I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1 I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2 I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3 I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4 I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5 I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6 I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7 I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8 I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9 I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10 I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11 I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12 I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13 I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14 I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
SKRIPSI
I1,5 B0,0 I1,5 B0,5 I1,5 B1,0 I1,5 B1,5 I1,5 B2,0 I2,0 B0,0 I2,0 B0,5 I2,0 B1,0 I2,0 B1,5 I2,0 B2,0
S TS
TS TS TS
: Perlakuan ke-16 : Perlakuan ke-17 : Perlakuan ke-18 : Perlakuan ke-19 : Perlakuan ke-20 : Perlakuan ke-21 : Perlakuan ke-22 : Perlakuan ke-23 : Perlakuan ke-24 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L) - B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 10. Tabel signifikansi berat kering induksi kalus eksplan sirih hitam (Piper betle L.) berdasarkan uji MannWhitney. Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SKRIPSI
1
2 S
3 S S
4 S TS S
5 S TS S TS
6 S S TS S S
7 S S S S S S
8 9 10 S S S TS TS S S S S TS S S TS TS S S S S S S TS S S S
11 S S S S S S S S S S
12 13 14 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S TS TS TS S S S S TS TS
15 S TS S S S S S S TS TS S TS S TS
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
16 S S TS S S TS S S S S S S S S S
17 S S TS S S TS S S S S S S S S S TS
18 S S S S S S S S S TS S TS S S TS S S
19 S S S S S S S S S TS S TS TS TS TS S S TS
20 S TS S S S S S S S TS S TS S S TS S S TS S
21 S S TS S S TS S S S S S S S S S TS TS S S S
22 S S S S S S S S S TS S TS S S TS S S TS TS TS S
23 S S S S TS S S S TS TS S TS TS TS TS S S TS TS TS S
24 S S S S S S S S S TS S TS S TS TS S S TS TS TS S
25 S TS S S TS S S TS TS TS S TS S TS TS S S TS TS TS S
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TS
22 23 24 25 Keterangan : I0,0 B0,0 : Perlakuan ke-1 I0,0 B0,5 : Perlakuan ke-2 I0,0 B1,0 : Perlakuan ke-3 I0,0 B1,5 : Perlakuan ke-4 I0,0 B2,0 : Perlakuan ke-5 I0,5 B0,0 : Perlakuan ke-6 I0,5 B0,5 : Perlakuan ke-7 I0,5 B1,0 : Perlakuan ke-8 I0,5 B1,5 : Perlakuan ke-9 I0,5 B2,0 : Perlakuan ke-10 I1,0 B0,0 : Perlakuan ke-11 I1,0 B0,5 : Perlakuan ke-12 I1,0 B1,0 : Perlakuan ke-13 I1,0 B1,5 : Perlakuan ke-14 I1,0 B2,0 : Perlakuan ke-15
SKRIPSI
I1,5 B0,0 I1,5 B0,5 I1,5 B1,0 I1,5 B1,5 I1,5 B2,0 I2,0 B0,0 I2,0 B0,5 I2,0 B1,0 I2,0 B1,5 I2,0 B2,0
TS TS
TS TS TS
: Perlakuan ke-16 : Perlakuan ke-17 : Perlakuan ke-18 : Perlakuan ke-19 : Perlakuan ke-20 : Perlakuan ke-21 : Perlakuan ke-22 : Perlakuan ke-23 : Perlakuan ke-24 : Perlakuan ke-25
- I(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA (mg/L) - B(x) = Konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP (mg/L)
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 11. Tabel Uji homogenitas varians.
General Linear Model Multivariate Tests Effect
Value
Intercept
Perlakuan
a
F
Hypothesis df
123.000
.000
b
3.000
123.000
.000
b
3.000
123.000
.000
b
3.000
123.000
.000
2.305
17.270
72.000
375.000
.000
.005
25.803
72.000
368.445
.000
25.664
43.368
72.000
365.000
.000
21.386
c
24.000
125.000
.000
.997
15374.908
Wilks' Lambda
.003
15374.908
Hotelling's Trace
374.998
15374.908
Roy's Largest Root
374.998
15374.908
Wilks' Lambda Hotelling's Trace Roy's Largest Root
Sig.
3.000
Pillai's Trace
Pillai's Trace
Error df
b
111.388
a. Design: Intercept + Perlakuan b. Exact statistic c. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. Levene's Test of Equality of Error Variances F
df1
df2
a
Sig.
Lama_Waktu
317.005
24
125
.000
Berat_Segar
8.129
24
125
.000
Berat_Kering
8.389
24
125
.000
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Perlakuan
SKRIPSI
INDUKSI KALUS EKSPLAN ...
NABILAH ISTIGHFARI Z.