ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PENDAHULUAN Latar Belakang Udang windu merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dalam sektor perikanan. Kegiatan produksi calon induk udang windu merupakan rangkaian proses domestifikasi dan pemuliaan untuk menghasilkan induk unggul. Proses domestifikasi berguna untuk membuat sebuah broodstock center udang windu (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014). Produksi hasil tangkapan udang windu menurun karena kurangnya ketersediaan udang windu di laut, maka produksi udang hasil budidaya harus ditingkatkan. Pengembangan teknik pembenihan udang dan pemeliharaan calon induk udang harus terus dilakukan. Hal ini berguna untuk menunjang kegiatan budidaya udang windu (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2013). Benih udang windu yang Specific Pathogen Free (SPF)
tidak bisa
menjamin keberhasilan budidaya di tambak dengan pasti, karena masih banyak faktor lingkungan dan pengelolaan yang berpengaruh dalam budidaya udang. Teknik pemeliharaan calon induk udang windu yang benar dibutuhkan untuk mewujudkan calon induk udang windu yang secara fisik, kemampuan reproduksi dan kemampuan genetiknya lebih baik daripada udang windu di alam (Sumarwan, 2008). Latar belakang inilah kemudian menjadikan rumusan masalah yaitu bagaimana teknik pemeliharaan calon induk udang windu. Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui teknik dan kendala pemeliharaan calon induk udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa tengah. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang ini adalah mendapatkan gambaran secara langsung tentang lingkungan kerja yang sebenarnya dan pengetahuan serta ketrampilan tentang teknik pemeliharaan calon induk udang windu.
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jalan Cik Lanang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 20 Januari - 14 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan adalah mengikuti secara langsung kegiatan praktek kerja lapang dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan partisipasi aktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengadaan dan Seleksi Calon Induk Calon Induk udang windu berasal dari pembesaran larva hasil perkawinan sendiri. Seleksi calon induk dilakukan secara pengamatan visual pada seluruh organ tubuh. Jika terdapat cacat pada organ reproduksi maka udang harus diafkirkan. Hal lain yang diperhatikan yaitu berat udang minimal 50 gram, tidak ada keretakan pada punggung, tidak berparasit, gerakan lincah, warana loreng cerah. Dari calon induk udang yang diseleksi ternyata hanya 93 ekor yang lolos yaitu jantan 52 ekor dan betina 41 ekor. Perbedaan Udang Windu Jantan dan Betina Udang windu jantan mempunyai tubuh lebih kecil, memanjang, dan terdapat alat kelamin
(petasma) di ujung kaki renang yang ditandai dengan
tonjolon yang menjulur. Sedangkan udang windu betina mempunyai bentuk tubuh oval, ukuran lebih besar, terdapat alat kelamin betina (thelicum) yang bentuknya melembung dan terletak di antara dasar kaki jalan. Teknik Pemeliharaan Calon Induk Udang Persiapan Bak Persiapan bak tersebut yang pertama yaitu menyikat bak untuk menghilangkan lumut. Kemudian bak dan alat disterilisasi dengan kaporit 5001000
ppm dan dibilas dengan air tawar. Bak dibiarkan 2-3 hari untuk
pengeringan. Setelah itu, perlengkapan bak (aerasi) dipasang sesuai sop. Kemudian, bak diisi air laut steril setinggi 40–60 cm. Hal ini sesuai dengan
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pernyataan Nurdjana (1983) bahwa karakteristik bak yaitu berbentuk persegi empat, terdapat aerasi. Sedangkan dalam membersihkan bak, BBPBAP Jepara menggunakan kaporit yang tidak sesuai dengan pernyataan Nurdjana yaitu menggunakan khlorin. Hal ini dilakukan karena harga kaporit yang lebih murah. Manajemen pakan Udang windu diberi pakan alami berupa cacing tanah dan pakan buatan. Dosis pakan buatan adalah 4% atau 200 gram per hari dan pakan alami berupa cacing tanah 6% atau 300 gram per hari. Hal ini tidak sesuai sesuai dengan pernyataan Laining (2012) yang memberikan kombinasi pakan buatan calon induk udang windu 60%, dan pakan alami 40%, karena pada BBPBAP jepara ingin mempercepat kematangan gonad dengan memberikan jumlah pakan alami yang lebih tinggi. Pengelolaan Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor utama dalam budidaya udang, sehingga suatu penyiapan lahan dan sistem pemeliharaan mutu air menjadi kunci utama keberhasilan budidaya udang (Purwanta, 2002). Calon induk udang windu dipelihara dalam bak beton yang tertutup. Hal ini berpengaruh terhadap kestabilan suhu, salinitas, dan didukung dengan suplai oksigen yang berlimpah. Air tawar diperoleh dari sumur unit pembenihan. Air payau diperoleh dari air laut tepat dibelakang unit pembenihan. Air laut disedot dengan pompa, kemudian ditampung di bak pengendapan air laut. Selanjutnya air disaring dengan alat Filter Pressure, Carbon Filter, Tabung Filter. Air hasil saringan diproses lagi dengan bak filter dengan lapisan pasir, ijuk, kain kasa. Kadar oksigen terlarut yang optimal mendukung untuk pertumbuhan udang yaitu 4,38-7,07 ppm. pH air akan konstan karena tidak adanya produksi karbon dioksida oleh mikroorganisme air yaitu 7,8-8,2. Salinitas rendah yaitu berkisar antara 21-27 ppt, karena salinitas sumber air laut 17 ppt. Suhu air berkisar 27,8-29,7°C, yang menandakan bahwa suhu stabil karena media air tersebut berada dalam bak yang tertutup dan selisih antara suhu tertinggi dengan
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
suhu terendah yaitu sebesar 1,9°C. Ketinggian air media pemeliharaan calon induk udang windu yaitu mulai 40-60 cm dimana tingkat kecerahan sampai dasar. Pergantian air berkisar 50-80% dari volume bak dilakukan apabila parameter kualitas air dalam bak sudah menurun atau 2 minggu sekali agar amoniak perairan hilang melalui sistem pipa goyang. Penyiponan menggunakan selang berdiameter 5 cm yang bertujuan untuk membuang sisa kotoran, sisa pakan yang mengendap selama 1 minggu sekali. Penggosokan dasar bak dilakukan ketika air terlihat hijau tua sebagai indikator bahwa lumut banyak. Manajemen penyakit Penyakit yang pernah muncul pada udang adalah White Spots Syndrome Virus. Penyakit ini berdiagnosa yaitu adanya bercak-bercak putih pada udang, nafsu makan menurun, gerakan udang lurus seperti pesawat yang menabrak dinding bak. Pencegahannya dengan persiapan bak yang baik, pengadaan calon induk bebas virus, peralatan sarana-prasarana yang steril dengan penerapan biosecurity. Pengendaliannya adalah monitoring rutin yaitu sampling, menjaga kualitas udang dan kualitas lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arianni (2003), bahwa tindakan pencegahan meliputi: membersihkan bak pemeliharaan sebagai persipan bak; mengaklimatisasi udang; memberikan makanan yang baik; mempertahankan kualitas air atau lingkungan udang. Udang yang moulting mempunyai ciri warna putih kekuning-kuningan atau krem muda, tidak berbau, tekstur kaku, semua bagian tubuh lengkap. Sedangkan udang yang mati mempunyai ciri-ciri: warna biru muda dimana dorsal lebih gelap, bau amis tetapi tidak terlalu, tekstur tubuh lembek, mata, kaki renang, kaki jalan, antena hilang. Adanya kematian udang diduga karena penyakit biru udang dimana hal itu ditandai dengan tubuh udang windu yang mati berwarna biru. Hal ini bisa dicegah dengan penambahan ekstrak karatenoid Callyspongia basilana sebagai bahan pakan tambahan untuk udang windu (Rosmiati, 2010). Pengamatan Kesehatan dan Pertumbuhan Udang Pemantauan dilakukan setiap hari terutama pada kondisi krtitis (pagi hari) yang meliputi gerakan, warna, kondisi usus, nafsu makan. Udang sehat berwarna
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
cerah dengan warna belang tubuh terlihat jelas. Tubuh terasa bersih dan licin bila dipegang. Insang terlihat bersih dan tidak menunjukan adanya pembengkakkan. Ekor membuka seperti kipas bila dipegang dengan gradasi warna belang yang jelas antara hitam atau hijau tua dan transparan. Udang yang sakit mempunyai kotoran yang putus-putus berwarna putih. Pengamatan populasi dan pertumbuhan udang yang dipelihara dilakukan secara teratur yaitu dua minggu sekali dengan melakukan sampling. Sampling menggunakan alat jaring, penggaris, ember dan timbangan elektrik. Sampling juga berfungsi untuk mengetahui jumlah udang yang masih hidup dan menentukan jumlah pakan buatan pada minggu berikutnya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Setiawan (2004) yang melakukan sampling 7-10 hari sekali, karena pertumbuhan calon udang windu di BBPBAP tidak seragam. Pemanenan Calon Induk Udang Windu Pemanenan merupakan proses akhir dalam kegiatan pemeliharaan calon induk udang windu yang dilakukan setelah udang windu matang gonad tingkat satu. Untuk menghindari adanya stress sebaiknya pemanenan dilakukan serempak dalam 1 bak. Cara memanen dengan mendahului pengurangan volume air media 50-70%. Pemanenan biasanya disertai dengan kegiatan sampling ukuran dan panjang udang windu, tetapi calon induk udang windu belum matang gonad, sehingga kegiatan pemanenan belum bisa dilakukan. Analisis Pertumbuhan Pertumbuhan adalah salah satu indikator dalam keberhasilan pemeliharaan udang windu. Pertumbuhan udang windu dihitung berdasarkan nilai laju pertumbuhan = (Wt – Wo)/t (Efendi, 1979). Benih udang windu dipelihara pada tambak B4 dengan padat tebar 1000 ekor dan berat rata-rata 2,9 gram. Kemudian udang windu dipelihara di tambak B4 dan bak S1. Calon induk udang windu dipelihara di bak S1 yang diberi pasir hitam dengan padat tebar 96 ekor dimana udang berumur 5 bulan dan berat rata-rata 50 gram. Ternyata udang windu yang dipelihara di bak S1 pertumbuhannya lebih baik daripada tambak B4 dengan nilai laju pertumbuhan pada bak S1 0,2171
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
gram/bulan (7,25 bulan) sedangkan tambak B4 0,2055 gram/bulan (8,25 bulan). Hal ini bisa terjadi karena pada bak S1 terdapat aerator, kualitas air baik, pakan lengkap, dan bak tertutup. Setelah pemeliharaan 1 bulan pada bak S1, udang windu dipindah ke bak S2 karena tingkat pertumbuhan kurang baik dengan nilai laju pertumbuhan pada bak S1 0,3204 gram/bulan (1 bulan) sedangkan bak S2 0,5253 gram/bulan (0,5 bulan). Hal ini terjadi karena pada bak S1 terdapat sisa-sisa kotoran dan pakan yang tersangkut di pasir sehingga pakan yang diberikan tidak optimal. Di samping itu, pemindahan ini bertujuan untuk membuat sistem resirkulasi tertutup dengan ekosistem rumput laut sebagai biofilter dimana bak S1 ditebar 2 sak rumput laut. Kendala BBPBAP Jepara kesulitan dalam mendapatkan larva udang windu yang berkualitas, maka BBPBAP Jepara melakukan kegiatan pembenihan udang windu sendiri dengan induk dari alam yang kualitasnya baik. Calon udang windu di BBPBAP Jepara pertumbuhannya tidak seragam. Hal tersebut menjadikan pemeliharaan udang windu dengan tata ruang gerak yang lebih luas dan pemberian pakan yang diupayakan merata, sehingga pertumbuhan udang windu diharapkan menjadi seragam. Kemudian adanya kematian udang windu dimana diduga karena penyakit biru udang. SIMPULAN Teknik pemeliharaan calon induk udang windu di BBPBAP Jepara mempunyai padat tebarnya 1 ekor/m². Persiapan bak pemeliharaan yaitu dengan sterilisasi menggunakan kaporit 500-1000 ppm dan dibilas dengan air tawar. Calon Induk udang windu berasal dari pembesaran larva hasil perkawinan sendiri dan udang windu jantan mempunyai tubuh yang lebih kecil daripada betina. Pakan yang diberikan berkisar 4% pelet (200 gram/hari) dan 6% cacing Lumbricus sp. (200 gram/hari). Adanya sistem filter dan bak tertutup menimbulkan parameter kualitas air yang baik yaitu kadar oksigen terlarut optimal, pH air konstan, suhu air stabil, kecerahan air sampai dasar, warna air hijau muda dan kadar amoniak terlarut rendah.
ARTIKEL ILMIAH
TEKNIK PEMELIHARAAN CALON INDUK UDANG WINDU...
EKO AGUS ISNAWAN