ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain mudah dibudidayakan ikan lele juga cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan ikan tawar konsumsi lainnya. Ikan lele termasuk 5 jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia dan pada tahun ke tahun permintaan untuk konsumsi lele terus meningkat, Akibatnya produksi budidayanya juga berkembang. Pada tahun 2010 – 2013 produksi ikan lele di Indonesia terus meningkat, dari 270.600 ton menjadi 670.000 ton per tahun dan target untuk tahun 2014 produksi ikan lele ditargetkan 900.000 ton per tahunnya ( Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2013). Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya (Amrina dkk., 2013). Pada budidaya perikanan, biaya pakan yang dihabiskan selama proses budidaya mencapai 60% dari biaya produksi dan komponen utama dalam pakan ikan ialah tepung ikan (Wibowo, 2006) dan harga tepung ikan sebagai bahan utama penyusun pakan ikan relatif mahal yaitu Rp.8.000/kg dengan kandungan protein 40%, hal ini menyebabkan harga pakan buatan komersil menjadi relatif tinggi (Handajani dkk., 2013). Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah membuat sendiri pakan ikan dengan bahan baku yang mudah diperoleh, murah, bergizi tinggi dan bukan merupakan bahan primer yang dibutuhkan manusia (Risanti, 2008). Pemanfaatan limbah perikanan menjadi bahan pakan dapat memberikan arti penting bagi pembudidaya, salah satunya limbah padat ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) pada produk surimi.
Usaha untuk pengolahan
limbah tersebut melalui proses biologi, yaitu dengan cara memnfermentasikan bahan limbah dengan probiotik yang bertujuan meningkatkan kualitas pakan dengan menambahkan bahan aditif berupa probiotik yang berisi mikroba pengurai ke dalam pakan sehingga meningkatkan nilai protein dan menurunkan serat kasar dalam bahan pakan. Hasil proksimat limbah padat ikan swanggi yang telah difermentasikan menunjukan nilai protein meningkat dari 46% meningkat menjadi
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
51% dan nilai serat kasar dari 7,3% turun menjadi 6,19% (beerdasarkan bk 100%) (Maya, 2014). Pemanfaatan limbah dalam ransum pakan diharapkan dapat menggantikan penggunaan tepung ikan yang sampai saat ini masih bernilai relatif tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi ikan Lele (Clarias.sp.) serta menekan biaya produksi. Setelah dilakukan peransuman, pakan dapat diaplikasikan pada ikan lele (Clarias sp.). Peningkatan laju pertumbuhan erat hubungannya dengan efisiensi pakan. Indikator yang digunakan oleh (Li et al.,2006) yaitu untuk menentukan efektifitas pakan adalah tinggi rendahnya efisiensi pakan. Tingginya efisiensi pakan yang ditandai dengan rendahnya rasio konversi pakan menunjukkan penggunaan pakan yang efisien METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 19 Oktober 2014 – 19 November 2014 di Laboratorium Pendidikan Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan dan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Materi Penelitian Peralatan Penelitian Dalam pembuatan pakan dibutuhkan blender, timbangan listrik, mixer dan mesin pencetak pelet. Untuk pemeliharaan ikan dibutuhkan 20 akuarium 30 x 20 x 20 cm, selang air, jaring dan gayung untuk sampling Pengukuran kualitas air diginakan DO kit dan pH meter. Pengukuran pertumbuhgan ikan digunakan timbangan dan penggaris Bahan Penelitian Hewan uji berupa ikan lele ( Clarias sp.) umur 6-7 minggu dengan ukuran 5-7 cm sebanyak 140 ekor. Pellet buatan berupa tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dedak halus, minyak ikan, multivitamin, dan tepung tapioka. Tepung limbah ikan swanggi. probiotik. Probiotik yang digunakan adalah probiotik komersil raja lele.
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metoda eksperimen, menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Menurut Kusriningrum (2008), rumus yang digunakan untuk menentukan ulangan yang dilakukan adalah: Keterangan :
t (n-1) ≥ 15
t = total perlakuan ; n = jumlah ulangan Metode penelitian adalah eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : P0
: 100% tepung ikan, 0% Tepung ikan Swanggi (Kontrol)
P1
: 75% tepung ikan, 25% Tepung ikan Swanggi
P2
: 50% tepung ikan, 50% Tepung ikan Swanggi
P3
: 25% tepung ikan, 75% Tepung ikan Swanggi
Prosedur Kerja Persiapan pakan ransum Limbah ikan swanggi dibersihkan selanjutnya dikeringkan dan digiling. Probiotik ditambahkan sebanyak 9% (sesuai dengan penelitian Marera, 2014). Campuran tersebut diaduk 3-4 kali setiap hari selama empat hari, kemudian hari ke-5 sampai ke-7 diaduk satu kali sehari. Setelah itu dilakukan analisis proksimat. Diaplikasikan pada ikan lele sebagai pakan subtitusi untuk mengetahui pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan. Pembuatan Pakan Perlakuan Bahan pakan diayak terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang lembut. Semua bahan siap baru ditimbang sesuai dengan formulasi yang dikehendaki, kemudian ditimbang bahan yang berukuran mikro dicampur jadi satu sampai merata atau homogen, setelah itu baru yang ukuran makro dicampur ke dalam campuran mikro satu persatu sampai merata dalam wadah atau loyang. Bahan pakan yang telah tercampur merata dimasukan ke dalam loyang dan dikukus sampai 10 menit. Setelah adonan siap, kemudian dicetak dengan menggunakan mesin pellet atau mesin penggiling daging. Pellet yang sudah
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
setengah jadi kemudian dikeringkan dengan suhu 600C selama 24 jam dengan menggunakan oven, setelah di oven selama 24 jam pellet siap digunakan Cara pembuatan pakan lele pada setiap perlakuan P0, P1, P2, dan P3 sama dengan yang di atas. Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pellet kering yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Persiapan akuarium dan Air Media pemeliharaan Akuarium yang akan digunakan berukuran (panjang x lebar x tinggi) 30x20x20 cm. Akuarium dibersihkan dan disterilisasi terlebih dahulu agar terhindar dari penyakit. Akuarium pAenelitian dicuci menggunakan sabun detergen dan dibilas sampai bersih selanjutnya bak dikeringkan. Media pemeliharaan adalah air tawar yang sebelumnya diaerasi selama satu hari. Air tersebut ditempatkan di dalam akuarium yang berjumlah 20 buah dan dilengkapi dengan aerator. Persiapan ikan uji Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Ikan Lele (Clarias sp.). Benih ikan Lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang sehat dan tidak terserang penyakit dengan ukuran 5-7 cm. Setiap akuarium diisi 7 ekor benih ikan Lele yang diadaptasikan dengan pakan uji yang mengandung hasil pengolahan limbah surimi secara biologi Pemeliharaan Ikan Lele (Clarias sp.) Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan Lele (Clarias sp.). Ikan Lele dimasukkan dalam akuarium yang berukuran 30x20x20 cm. Selama pemeliharaan, air diganti setiap hari sebanyak 50% agar kualitas air tetap terjaga. Penyiponan kotoran sisa pakan dan feses dilakukan setiap hari di pagi hari. Pakan diberikan tiga kali dalam sehari pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00 sebanyak 5% dari biomassa ikan (Honorius, 1996). Jumlah pakan yang dikonsumsi dicatat setiap hari. Pakan percobaan diberikan selama 30 hari. Setiap 10 hari dilakukan penimbangan berat ikan. Sebelum penimbangan, ikan dipuasakan sehari sebelumnya dan ikan ditimbang dari setiap wadah akuarium percobaan. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak yang diukur setiap sepuluh hari sekali.
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Cara Penimbangan Ikan Sebelum ditimbang ikan dipuasakan selama 1 hari kemudian ditimbang dengan cara mengambil wadah kecil yang telah diberi air tawar dan ditimbang terlebih dahulu. Ikan dimasukkan ke dalam wadah dan ditimbang lagi. Hasil berat ikan yang didapat yaitu berat akhir timbangan dikurangi dengan berat timbangan awal. Parameter Uji Penghitungan pertumbuhan benih Ikan lele (Clarias.sp.) dilakukan setiap 10 hari dari awal sampai akhir penelitian. Penghitungan laju pertumbuhan harian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Huismann (1976), sebagai berikut: SGR = ln Wt – ln Wo x 100% t Keterangan: SGR
= Spesific Growth Rate - Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt
= berat rata-rata pada waktu ke-t (g)
Wo
= berat rata-rata awal (g)
t
= waktu (hari) Menurut (Takeuchi, 1988) nilai efisiensi pakan dihitung berdasarkan
selisih biomassa ikan diakhir penelitian dengan biomassa ikan diawal penelitian dibagi dengan berat pakan yang diberikan dengan menggunakan rumus : Wt-Wo+D EP = −−−−−−−−−− x 100% F Keterangan : EP
=
Efisiensi Pakan ( % )
F
=
Jumlah pakan kering yang diberikan (gram)
Wt
=
Biomassa ikan pada waktu t (gram)
Wo
=
Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram)
D
=
Bobot ikan yang mati selama penelitian (gram)
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Parameter Penunjang Parameter penunjang yang diperiksa pada penelitian ini adalah kualitas air yaitu: suhu, pH, oksigen terlarut dan amoniak yang dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Analisis Data Data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan Analysis of Variance (ANAVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang diberikan. Jika terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf nyata α = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan hasil tertinggi dan terendah (Kusriningrum, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Laju Pertumbuhan Harian Hasil pengamatan laju pertumbuhan harian pada benih ikan lele selama 30 hari dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Laju pertumbuhan harian rata-rata benih ikan lele pada setiap perlakuan. Perlakuan P0 P1 P2 P3
Keterangan :
Laju Pertumbuhan Harian ± SD 2.402% ± 0.085 2.453% ± 0.105 2.500% ± 0.057 2.529% ± 0.034
Transformasi √y ± SD 1,55 ± 0,028 1,57 ± 0,034 1,58 ± 0,018 1,59 ± 0,011
SD : Standar Devisiasi Data laju pertumbuhan harian rata-rata terdapat pada Lampiran 2. Dari hasil uji statistk laju pertumbuhan harian menunjukkan bahwa pakan substitusi fermentasi limbah padat surimi ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) dalam ransum pakan sebagai substitusi tepung ikan tidak berbeda
nyata terhadap
pertumbuhan harian pada ikan lele (p>0,05).. Data bobot rata-rata ikan lele selama penelitian terdapat pada Lampiran 4 dan data laju pertumbuhan harian benih ikan lele terdapat pada Lampiran 5.
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Efisiensi Pakan Data efisiensi pakan benih ikan lele selama pemeliharaan 30 hari terdapat pada Lampiran 6. Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan lele selama pemeliharaan 30 hari terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan lele pada setiap perlakuan selama penelitian 30 hari. Perlakuan P0 P1 P2 P3
Efisiensi Pakan ± SD 51.928% ± 0.884 52.911% ± 0.853 53.244% ± 1.227 53.643% ± 1.291
Keterangan :
SD : Standar Devisiasi Efisiensi pakan rata-rata yang terdapat pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan substitusi fermentasi limbah padat surimi ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) dalam ransum pakan sebagai substitusi tepung ikan tidak berbeda nyata terhadap efisiensi pakan pada ikan lele (p>0,05). Kualitas Air Tabel 9. Nilai Kisaran Kualitas Air Selama Pemeliharaan 30 Hari Parameter
P0
P1
P2
P3
Suhu (oC)
26-28
26-28
26-28
26-28
Oksigen Terlarut (mg/liter)
5-8
5-8
5-8
5-8
Ph
7-8
7-8
7-8
7-8
0-1,5
0-1,5
0-1,5
0-1,5
Amoniak (mg/liter) Pembahasan Laju Pertumbuhan Harian
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik berat maupun panjang. Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan. Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh. Tidak semua pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan, sebagian besar energi dari pakan digunakan untuk pemeliharaan tubuh sisanya digunakan untuk aktivitas pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya, 1994).
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Laju pertumbuhan harian berfungsi untuk menghitung presentasi pertumbuhan berat ikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan harian ikan lele cenderung sama di tiap perlakuan. Perlakuan P0 (kadar tepung limbah padat ikan swanggi 0%), P1 (kadar tepung limbah padat ikan swanggi 10% ), P2 (kadar tepung padat limbah padat ikan swanggi 20%) dan P3 (kadar tepung limbah padat ikan swanggi 30%) memperlihatkan nilai pertumbuhan yang cenderung sama yaitu 2.402 % sampai 2.529 %. Hal ini dikarenakan kandungan protein pada pakan yang diberikan, tidak jauh berbeda, yaitu 30% sampai 31%. Dimana menurut SNI : 01-4087-2006 kandungan protein pada pakan yang dibutuhkan ikan lele yaitu >30%. Pakan dengan kadungan nutrisi yang sama, akan menunjukkan hasil pertumbuhan yang cenderung sama (lovell. T,1989). Hasil ini lebih baik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur (2013) menggunakan pakan komersil dengan nilai laju pertumbuhan harian 1,73 %. Oleh karena itu tepung substitusi fermentasi limbah padat surimi ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) sebagai pengganti tepung ikan dianggap mampu menggantikan tepung ikan sebagai bahan dasar pembuatan ransum pakan ikan lele dengan kadar tepung limbah ikan swanggi hingga 75%. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan bobot dengan pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Bila nilai efisiensi pakan tinggi maka kualitas pakan baik, dan sebaliknya apabila nilai efisiensi pakan rendah maka kualitas pakan buruk. Efisiensi pakan juga berfungsi untuk menilai kualitas pakan (Hariati, 1989). Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian pakan pada masing-masing perlakuan dengan kandungan protein yang sama menunjukkan bahwa pakan memiliki efisiensi pakan yang baik bagi ikan lele namun menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.. Hasil analisi data dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan perlakuan P0 sampai P3 antara fermentasi limbah padat surimi ikan swanggi (Priacanthus Macracanthus) mampu mensubstitusi terhadap tepung ikan efisiensi pakan pada ikan lele. Hasil dari efisiensi pakan dari penelitian ini berkisar antara 51.928% sampai 53.643 %. Nilai efisiensi pakan tersebut berada pada kisaran yang baik, karena menurut Craig dan Helfrig (2002) dalam Ahmadi
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
(2012) bahwa pakan dikatakan baik apabila nilai efisiensi pakan lebih dari 50% atau bahkan mendekati 100%. Hasil ini lebih baik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur (2013) menggunakan pakan komersil dengan nilai efisiensi pakan komersil 30,27%. Tidak adanya perbedaan efisiensi pakan pada penelitian ini disebabkan karena laju pertumbuhan ikan tidak berbeda dengan demikian menyebabkan efisiensi pakan sama, dimana efisiensi pakan akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan , jika ikan mampu mengefisiensikan pakan yang diberikan secara maksimum maka pertumbuhan akan semakin cepat terjadi (Susilo dkk, 2005). Faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi pakan adalah macam sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Susilo dkk, 2005), sehingga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan maka dalam memformulasikan pakan perlu mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dari spesies ikan yang akan dipelihara, diantaranya adalah kebutuhan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Watanabe 1988 dalam Rosmawati 2005). Kualitas Air Menurut Wijanarko (2002) kualitas air adalah kelayakan perairan untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan yang ditentukan oleh fisika dan kimia air. Kualitas air harus diperhatikan agar ikan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kualitas air yang dianggap penting yaitu suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia. Suhu air selama penelitian berkisar antara 26-29oC. Pada kisaran tersebut ikan dapat hidup dengan baik. Kisaran suhu ini sesuai dengan suhu optimal yang dibutuhkan ikan lele (Clarias sp.) adalah 22-32 oC (BBPBAT, 2005). Suhu berpengaruh pada kehidupan dan pertumbuhan ikan, suhu juga mempengaruhi kecernaan makanan, sedangkan peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat menurunkan rasio konversi pakan. Perubahan suhu juga dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme. Pernyataan
ARTIKEL ILMIAH
SUBTITUSI FERMENTASI LIMBAH PADAT SURIMI...
ENTRY LESMANA