ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI EKO JULIANTO
TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL EKSTRAK ETANOL 80% KULIT BATANG CEMPEDAK DENGAN PARAMETER HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN SGPT PADA MENCIT
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI & FITOKIMIA SURABAYA 2011
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan
TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL EKSTRAK ETANOL 80% KULIT BATANG CEMPEDAK DENGAN PARAMETER HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN SGPT PADA MENCIT SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat Mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2011
Oleh :
Eko Julianto NIM : 050710052
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Herra Studiawan, Apt. MSi. NIP. 19570310198601101
Skripsi
Pembimbing Serta
Ajik Azmijah ,S.U,drh NIP. 195011191978832001
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul: “Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80 % Kulit Batang cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT dan SGPT Pada Mencit“ untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 14 Agustus 2011
Eko Julianto NIM: 050710052
i Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa sesungguhnya hasil skripsi/tugas akhir ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Surabaya, 14 Agustus 2011
Eko Julianto NIM: 050710052
ii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, hanya karena rahmat dan ridha-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan judul “Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80 % Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT dan SGPT Pada Mencit“ ini dapat saya selesaikan dengan sebaik – baiknya. Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan fasilitas selama mengikuti kuliah dan melakukan penelitian ini. 2. Drs. Herra Studiawan, MS, Apt selaku dosen pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberi petunjuk, bimbingan serta dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ajik Azmijah ,S.U,drh selaku dosen pembimbing serta yang juga telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini terselesaikan. 4. Dr. Agil Mangestuti, Msi dan Dr. Achmad Fuad.,Apt selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi ini. 5. Dr. Aty Widyawaruyanti, Msi selaku dosen proyek penelitian ini yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan petunjuk, bimbingan serta dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Dr. Bambang Prayogo.,Apt sebagai dosen wali yang telah sabar membimbing dan memberikan motivasi selama masa pendidikan sarjana ini. 7. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah mendidik dan membimbing saya sampai menyelesaikan pendidikan sarjana ini. 8. Laboran Departemen Farmakognosi dan Fitokimia serta lab.Patologi FKH Unair yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Kedua Orang tuaku serta seluruh keluargaku tercinta yang selalu menyayangi dan mendoakan, memberi bantuan baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Teman – teman ”komunitas lab.hewan” yang telah banyak memberikan motivasi dan pencerahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
11. Mbak Lidya,Mbak Anggi,Rori,Dina,Ima,Dewi,Suci,Widji,Prita,Nike yang telah memberi banyak masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Riga Ayu Dinar yang telah menemani dalam suka maupun duka serta memberikan masukan dan memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat banyak kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembaca pada umumnya demi kemajuan Universitas Airlangga. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
iv Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN TOKSISITAS AKUT DAN SUBAKUT GRANUL EKSTRAK ETANOL 80% KULIT BATANG CEMPEDAK DENGAN PARAMETER HISTOPATOLOGI HATI SERTA ENZIM SGOT DAN SGPT PADA MENCIT Eko Julianto Penggunaan tanaman obat sebagai obat alternatif dalam pengobatan oleh masyarakat semakin meningkat sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan khasiat dan keamanan tanaman obat tersebut. Pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut dan subakut dengan parameter histopatologi hati serta enzim SGOT dan SGPT mencit pada granul ekstrak etanol 80% kulit batang Artocarpus champeden Spreng atau lebih banyak dikenal dengan nama cempedak. Uji toksisitas akut dan subakut dilakukan dengan hewan coba mencit. Untuk Uji toksisitas Akut menggunakan mencit sebanyak 20 ekor yang dibagi ke dalam 2 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit yaitu masing-masing 5 ekor jantan dan 5 ekor betina . Kelompok kontrol diberikan CMC-Na 0,5%. Kelompok I merupakan kelompok uji yang diberikan granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) yang diberikan dalam bentuk suspensi CMC-Na 0,5%. Dosis yang diberikan pada kelompok I merupakan dosis tertinggi (dosis LD50 yang relatif tidak berbahaya) yaitu 21 g ekstrak/Kg BB mencit atau 0,42 g / 20 g BB mencit. Pemberian sediaan dilakukan satu kali dengan cara per oral. Kemudian diamati jumlah hewan coba yang mati selama 24 jam setelah pemberian dan dilanjutkan pengamatan selama 7 hari. Hasil uji toksisitas akut pada mencit menunjukkan bahwa pada dosis tersebut tidak menimbulkan kematian pada hewan coba sehingga dapat disimpulkan bahwa semua toksisitas akut yang berbahaya dapat disingkirkan dan LD 50 tidak perlu ditentukan. Parameter yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah aktivitas enzim SGOT, SGPT dan gambaran histopatologi organ hati. Dipilihnya aktivitas enzim SGOT dan SGPT sebagai tolak ukur kemungkinan terjadinya kelainan hati oleh karena peningkatan aktivitas enzim-enzim tersebut merupakan indikator yang kuat dan peka terhadap adanya kelainan sel-sel hati. Parameter lain yang digunakan pada penelitian ini adalah melihat gambaran histopatologi organ hati, karena efek toksik terlihat dari adanya kelainan hati berupa deganerasi dan nekrosis. Pada uji toksisitas subakut dilakukan pemberian suspensi granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng ) sehari sekali dengan rute per oral selama 14 hari. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan 36 ekor dibagi dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok 9 ekor. Setiap kelompok diuji dengan dosis yang berbeda yaitu kelompok yang diuji dengan dosis efektif 10 mg/ kg BB mencit atau 0,2 mg / 20 g BB mencit (KEL.I), 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g BB mencit (KEL.II), dan 10x dosis efektif 2 mg / 20 g BB mencit (KEL.III). Pada kelompok kontrol diberikan CMC-Na 0,5%. Dosis efektif yang digunakan adalah dosis yang mempunyai aktivitas obat pada manusia sehat yang dikonversikan pada hewan
v Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
coba. Pada akhir masa uji dilakukan pembedahan dan diambil organ hati serta darahnya dari jantung (intra cardial). Kemudian diamati perubahan yang terjadi pada preparat histopatologi yaitu berupa degenerasi dan nekrosis. Perubahan diamati pada lima lapang pandang, diberi skor kemudian diolah datanya. Data dari enzim SGOT dan SGPT setelah didapat dianalisis menggunakan uji ANAVA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil yang didapat untuk SGPT setelah dianalisis didapatkan harga sig= 0,225. Sig tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kontrol dengan semua kelompok perlakuan . Sedangkan enzim SGOT setelah dianalisis didapatkan harga sig = 0,978. Sig tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kontrol dengan semua kelompok perlakuan. Sedangkan hasil analisis Histopatologi dengan menggunakan uji Kruskal Wallis untuk degenerasi pada perubahan degenerasi didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig.) = 0,000 . Harga signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji. Selanjutnya dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok 1x dosis efektif ; kontrol dengan 5x dosis efektif ; kontrol dengan 10x dosis efektif, didapatkan hasil adanya perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok uji. Sedangkan hasil analisis Kruskal Wallis untuk histopatologi hati pada perubahan berupa nekrosis didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig.) = 0,548 signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji. Berdasarkan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) dapat menyebabkan perubahan histopatologi hati berupa degenerasi. Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut yakni pengujian enzim SGOT, SGPT dan pengamatan histopatologi dari hati mencit dapat disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) tidak mempengaruhi terhadap peningkatan enzim SGOT dan SGPT mencit, sedangkan penggunaan granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) selama 14 hari dapat menyebabkan degenerasi sel hati. Sehingga dapat dikatakan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Atrocarpus champeden Spreng) tidak menyebabkan hepatotoksik.
vi Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
The test was about acute toxicity and subacute toxicity effects from granul ethanolic 80% extract of cempedak(Artocarpus champeden Spreng) The effect of its use was observed by SGOT and SGPT enzyme activities and the histopathology of the liver organ of male white mice. Study of acute toxicity used twenty mice for each extract and for subacute toxicity used thirty six mice and divide into four groups, one as control group with CMC-Na 0,5% and three groups were tested (Group I,Group II and Group III). Study of acute toxicity, control group only be given CMC-Na 0,5% suspension. Test group I was given higher dose of granul ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng). Each test groups was given ethanolic extract cempedak (Artocarpus champeden Spreng) orally 1,0 ml during 24 hours and observe for seven days. Study of subacute toxicity, control group only be given CMC-Na 0,5% suspension. Test group I was given effective dose granul ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng), test group II was given 5x effective dose of ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng), and test group III was given 10x effective dose of ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng). Each test groups was given granul ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng) orally one ml during a two weeks every day. After a two weeks those mice in eutanasi, be cut opened and then take the liver and blood from intra-cardial. Data from SGOT and SGPT enzymes were analyzed using ANAVA 95%. The change on the histopathology picture of the liver organ was recorded, and then scored and processed using the Kruskal-Wallis test. The result showed that SGOT value of sig = 0,978. That sig was higher than 0,05. Its mean that there was no significant differences between control and treatment group. SGPT value value of sig = 0,225. That sig was higher than 0,05. It means that there was no significant differences between control and treatment group. And the result of Kruskal-Wallis Analysis for degeneratif value show that Asymp. Sig = 0,000 that lower than 0,05. It means that there was have differentiation between treatment groups was significant. And than necrosys value show that Asymp. Sig = 0,548 that higher than 0,05. Its mean that the differentiation between treatment groups was no significant. It means that granul ethanolic extract of cempedak (Artocarpus champeden Spreng) didn’t have hepatotoxic effect on mice liver. Keyword : cempedak (Artocarpus champeden Spreng), hepatotoxic effects, SGOT and SGPT, liver histopathology, acute and subacute toxicity
vii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………… LEMBAR PERNYATAAN................................................................. KATA PENGANTAR………………………………………………. RINGKASAN……………………………………………………….. ABSTRAK…………………………………………………………… DAFTAR ISI…………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR………………………………………………… DAFTAR TABEL…………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1.1. Latar Belakang……………………………………………. 1.2. Rumusan Masalah………………………………………… 1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………. 1.3.1. Tujuan Umum ……………………………………… 1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………… 1.4 Hipotesis…………………………………………………... 1.5 Manfaat Penelitian………………………………………... BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 2.1. Tinjauan tentang Artocarpus champeden Spreng………… 2.1.1. Klasifikasi Tanaman………………………………... 2.1.2. Nama Daerah Tanaman……………………………... 2.1.3. Deskripsi Tanaman…………………………………. 2.1.4. Kandungan Kimia…………………………………... 2.1.5. Bioaktivitas dan Kegunaan Tanaman………………. 2.2. Tinjauan Toksisitas……………………………………….. 2.2.1. Tujuan Studi Toksisitas…………………................ 2.2.2. Macam Studi Toksisitas……………………………. 2.2.2.1. Toksisitas Akut………………………………… 2.2.2.2. Toksisitas Sub Akut…………………………… 2.3. Tinjauan Hati………..…………………………………… 2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Hati……………………….. 2.3.2. Fungsi Hati………………………………………... 2.3.2.1. Fungsi Vaskular untuk Menyimpan Darah…. 2.3.2.2. Fungsi Metabolisme…………………………. 2.3.2.3. Fungsi Ekskresi……………………………… 2.3.2.4. Fungsi Proteksi……………………………… 2.3.2.5. Fungsi Detoksifikasi………………………… 2.3.3. Test Gangguan Hati………………………………. 2.3.4. Tinjauan Parameter Kerusakan Hati……………… 2.4. Tinjauan Enzim…………………………………………. 2.4.1. Sifat Umum Enzim………………………………. 2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berlangsungnya Reaksi Enzim……………………………………
Halaman i ii iii v vii viii xi xii xiii 1 1 4 4 4 4 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9 9 9 10 11 11 13 13 13 14 14 14 15 15 18 18 18
viii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.4.2.1. Kadar Enzim dan Substrat…………………. 2.4.2.2. Suhu………………………………………… 2.4.2.3. pH………………………………………….. 2.4.2.4. Inhibitor……………………………………. 2.4.3. Tinjauan Enzim SGOT dan SGPT……………… BAB III KERANGKA KONSEPTUAL…………………………. 3.1. Skema Kerangka Penelitian……………………………. BAB IV METODE PENELITIAN……………………………… 4.1. Bahan ……….………………………………………….. 4.1.1. Bahan Kimia………….…………………………... 4.1.2. Bahan Larutan Uji Toksisitas……………………... 4.1.3. Bahan Uji…………………………………………. 4.2. Hewan Coba…………………………………………….. 4.3. Alat-Alat Penelitian…………………………………….. 4.4. Penyiapan Obyek Penelitian……………………………. 4.5. Cara Kerja……………………………………………….. 4.5.1. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Akut...…………… 4.5.2. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Subakut…………... 4.5.3. Penyiapan Bahan Uji………………………………. 4.5.4. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Akut…………… 4.5.5. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Subakut………. 4.5.6. Analisis Data Uji Toksisitas Akut………….......... 4.5.7. Analisis Data Uji Toksisitas Subakut…………….. 4.5.7.1. Pemeriksaan Preparat………………………. 4.5.7.2. Analisis Data Preparat………………………. 4.5.7.3. Pembuatan Preparat Histopatologi…………. 4.5.7.4. Analisis Enzim SGOT dan SGPT……………. BAB V HASIL PENELITIAN…………………………….............. 5.1. Data Hasil Penelitian….…………….…………………… 5.1.1. Uji Toksisitas Akut…….…………………………… 5.1.2. Uji Toksisitas Subakut………………………………. 5.1.2.1. Nilai Skor Perubahan Gambar Histopatologi Hati Pada Mencit…………………………….. 5.1.2.2. Hasil Pengamatan Histopatologi Hati Pada Mencit………………………………………... 5.1.2.3. Hasil Pengamatan Enzim SGOT & SGPT Mencit………………………………………... 5.2. Analisis Data………………………………………………. 5.2.1. Uji Toksisitas Akut…………………………………… 5.2.2. Histopatologi Sel Hati………………………………... 5.2.2.1. Uji Statistik Kruskal-Wallis…………………… 5.2.2.2. Uji Mann Whitney U………………………….. 5.2.3. Aktivitas Enzim SGOT & SGPT Mencit……………. 5.2.3.1. Uji ANAVA (One Way)……………………… BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………… BAB VII KESIMPULAN...................................................................... 7.1. Kesimpulan…………………………………………………. 7.2. Saran………………………………………………………..
18 19 19 19 19 22 24 25 25 25 25 25 26 26 26 26 26 27 27 27 28 28 28 28 29 29 30 34 34 34 35 35 36 38 40 40 40 40 42 43 43 46 52 52 52
ix Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… LAMPIRAN…………………………………………………………..
53 57
x Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 3.1. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 5.1. Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Pohon dan buah cempedak……………………………. Kulit batang pohon cempedak……………………….... Gambaran histopatologi sel hati normal yaitu sitoplasma tidak mengalami pembengkakan dan tidak pucat serta pada inti tidak terjadi penggumpalan kromatin, sinusoid (s)……………………………….. Gambaran histopatologi sel hati yang mengalami degenerasi yaitu terjadinya pembengkakan pada sitoplasma nampak bervakuola dan lebih pucat daripada sel normal ………………………………… Gambaran histopatologi sel hati yang mengalami nekrosis berupa piknotik yaitu terjadinya penggumpalan kromatin, inti tampak lebih padat dan bewarna gelap hitam…………………………………... Reaksi penentuan aktivitas enzim SGOT…………….. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGPT…………….. Skema kerangka konseptual………………………… Skema pemberian bahan uji toksisitas akut………….. Skema pemberian bahan uji toksisitas subakut……… Gambaran histopatologi hati normal pada perbesaran 400x…………………………………………………… Gambaran histopatologi hati pada perbesaran 400x yang terjadi degenerasi yakni terjadi pembengkakan pada sitoplasma, sitoplasma Nampak bervakuola daripada sel normal……………………………………. Gambaran histopatologi hati pada perbesaran 400x yang terjadi nekrosis berupa piknotik yakni terjadinya penggumpalan kromatin dan tidak dikenali lagi inti (nukleus), inti tampak lebih padat dan berwarna gelap hitam…………………………………………………...
Halaman 6 7
17
17
18 20 21 24 31 32 37
37
38
xi Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel II.1. Tabel IV.1. Tabel IV.2. Tabel V.1. Tabel V.2. Tabel V.3. Tabel V.4. Tabel V.5. Tabel V.6. Tabel V.7. Tabel V.8. Tabel V.9. Tabel V.10. Tabel V.11. Tabel V.12. Tabel V.13. Tabel V.14. Tabel V.15. Tabel V.16.
Kategori Toksisitas Zat Kimia Pada Tikus……………………… Formulasi Granul Sediaan Kapsul Ekstrak Kulit Batang Cempedak………………………………………………………... Skor Perubahan Gambaran Histopatologi Hati Mencit…………. Hasil Uji Toksisitas Akut pada Mencit…………………………. Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Kelompok Perlakuan yang mengalami perubahan berupa degenerasi……… Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Kelompok Perlakuan yang mengalami perubahan berupa nekrosis………… Aktivitas Enzim SGOT Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan………………………………………………………… Aktivitas Enzim SGPT Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan………………………………………………………… Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi pada Perubahan berupa Degenerasi……………………………………………….. Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Perubahan berupa Degenerasi….. Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi pada Perubahan berupa Nekrosis……………………………………………….. Hasil Uji Kruskal-Wallis pada Perubahan berupa Nekrosis…….. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 1 yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi………………… Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 2 yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi………………… Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol dengan Kelompok 3 yang Mengalami Perubahan berupa Degenerasi………………… Hasil Rerata Aktivitas SGOT Hewan Coba Tiap Kelompok…… Ringkasan ANAVA untuk Aktivitas Enzim SGOT Hewan Coba Hasil Rerata Aktivitas SGPT Hewan Coba Tiap Kelompok…… Ringkasan ANAVA untuk Aktivitas Enzim SGPT Hewan Coba
10 25 29 34 35 36 38 39 41 41 41 42 42 43 43 44 44 44 45
xii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
Contoh Perhitungan Toksisitas Akut……………………….. Contoh Perhitungan Toksisitas Subakut…………………….. Pengambilan dan pemeriksaan serum………………………. Pembuatan preparat histopatologi hati……………………... Hasil skoring histopatologi hati……………………………. Data hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT…………………. Hasil uji Kruskal-Wallis……………………………………. Hasil uji Mann-Whitney U…………………………………. Hasil uji ANAVA…………………………………………… Klasifikasi toksisitas……………………………………….. Konversi dosis……………………………………………… Volume maksimum pemberian obat pada hewan coba…….. Hasil pemeriksaan organ hati mencit……………………….
Halaman 57 58 60 61 63 67 70 72 75 77 78 79 80
xiii Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Saat ini, dunia berada dalam iklim back to nature atau dikenal dengan gerakan kembali ke alam yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan alami. Semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang, salah satunya adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan (Kardinan & Kusuma, 2003). Para ahli dari berbagai negara seperti Jerman, India, Cina, Australia, Indonesia dan sebagainya, tidak henti-hentinya mengadakan penelitian dan pengujian berbagai tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk penyembuhan penyakit tertentu. Hasil penelitian dan pengujian secara ilmiah tersebut disimpulkan bahwa dapat dipertanggungjawabkan sebab telah diketahui adanya komposisi kandungan kimiawi yang berguna sebagai obat (Thomas,1992). Di Indonesia penggunaan obat tradisional masih banyak dilakukan dan hal ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia sejak lama. Sampai saat ini masyarakat masih menggunakan obat tradisional, bahkan ada kecenderungan hal tersebut meningkat, karena obat tradisional dianggap relatif tidak menimbulkan efek samping yang bermakna (Sutarjadi, 1991). Tumbuhan Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang dikenal masyarakat dengan nama daerah cempedak, secara empirik digunakan untuk bahan ramuan tradisional, antara lain sebagai obat demam,disentri, malaria, dan penyakit kulit. Cempedak mempunyai tujuh kandungan
senyawa flavonoid :
artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E, artoindosianin R, artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007) dan empat senyawa flavon : artocarpon A
& artocarpon B (Widyawaruyanti et al, 2007),
artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1999). Selain itu terdapat kandungan lain yaitu empat senyawa triterpen : sikloeukalenol, glutinol, sikloartenon, 24-metilsikloartenon serta suatu senyawa sterol yaitu β-sitosterol (Hakim et al, 1996).
1 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2
Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporakan bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum . Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah terinfeksi
malaria
(Utomo,2003;Hidayati,2004).
Aktivitas
malaria
juga
ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari tanaman ini dan salah satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu flavon terprenilasi menunjukan aktivitas yang lebih poten daripada kloroquin (Widyawaruyanti et al, 2007). Maretnowati (2007) telah melakukan uji toksisitas akut dan subakut ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden Spreng dengan parameter histopatologi hati mencit menunjukkan bahwa harga LD50 ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang cempedak di atas 21 g/kg BB untuk mencit relatif kurang berbahaya. Akan tetapi pada pemberian ekstrak etanol dapat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran histopatologi berupa degenerasi dan nekrosis pada dosis 10x dosis lazim sedangkan ekstrak air dapat menyebabkan terjadinya degenerasi dan tidak terjadi nekrosis. Penelitian lainnya uji toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak juga menunjukkan zat yang relatif kurang berbahaya akan tetapi pula ekstrak ini dapat menyebabkan perubahahan morfologi hati dan meningkatkan kadar enzim SGOT dan SGPT pada mencit (Wardhani, 2008). Mengingat cempedak mempunyai aktivitas yang poten sebagai obat antimalaria dan prospektif untuk obat fitofarmaka sehingga perlu dikembangkan. Pengembangan produk fitofarmaka ini perlu dilakukan untuk menjamin keefektifan,khasiat,keamanannya. Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu untuk melanjutkan penelitian dengan melakukan uji toksisitas tablet obat antimalaria yang berasal dari ekstrak etanol 80% kulit batang Artocarpus champeden Spreng diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi keamanan pemakaian obat tersebut terhadap manusia.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
3
Pada penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus). Uji toksisitas yang dilakukan yaitu uji toksisitas akut dan subakut. Uji toksisitas akut dilakukan dengan menggunakan parameter LD50 untuk mendapatkan dosis yang aman. Sedangkan uji toksisitas subakut dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi organ hati untuk mengetahui derajat kerusakan yang mungkin di timbulkan akibat pemakaian obat dalam jangka waktu tertentu dan peningkatan enzim SGOT dan SGPT. Pemilihan hati sebagai organ sasaran yang mungkin dirusak oleh adanya efek toksik dari obat dikarenakan hati merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksik. Kerentanan tersebut terkait dengan posisinya dalam sirkulasi cairan tubuh. Hati memiliki dua sumber suplai darah, yaitu dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatika, dan dari aorta melalui arteri hepatika. Setelah diabsorbsi, zat-zat toksik maupun bahan obat akan masuk ke peredaran darah dan kemudian didetoksifikasi dalam hati menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi melalui ginjal. Adanya zat-zat toksik dalam jumlah besar dan terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel hati (Koeman, 1987 ; Price dan Wilson, 2002). Selain itu, hati merupakan organ parenkim terbesar dan memegang peranan penting pada proses metabolisme tubuh (Hadi, 2002). Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah aktivitas enzim SGOT dan SGPT karena aktivitas enzim-enzim tersebut merupakan indikator yang kuat dan peka terhadap adanya kerusakan atau kelainan sel-sel hati. Terjadinya kerusakan sel-sel tersebut menyebabkan bebasnya enzim-enzim intraseluler masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadarnya di dalam darah meningkat (Hadi, 2002). Parameter yang lain adalah gambaran histopatologi organ hati. Ini digunakan untuk mengetahui derajat kerusakan yang mungkin ditimbulkan akibat pemakaian obat dalam jangka waktu tertentu. Sel hati yang mengalami kerusakan ditandai dengan adanya degenerasi dan nekrosis (meliputi piknosis, karioeksis, dan kariolisis). Pada penelitian toksisitas ini mengacu pada peneltian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wardhani pada tahun 2008. Uji toksisitas yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu menguji ekstrak kulit batang cempedak dengan etanol
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4
80 % sedangkan pada penelitian ini menggunakan sediaan granul yang dibuat berasal dari penelitian sebelumnya. Diharapkan pada penelitian ini sediaan granul ini dapat meningkatkan kemananannya dibanding dalam keadaan ekstraknya.
1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dapat menimbulkan efek toksisitas akut berdasarkan parameter LD50 ? 2. Apakah granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dapat menimbulkan efek toksisitas subakut berdasarkan parameter histopatologi organ hati dan aktivitas enzim SGOT dan SGPT ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas akut dan subakut dari granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) pada mencit.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menentukan toksisitas akut dari granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) berdasarkan parameter LD50 2. Mengetahui efek toksisitas subakut dari granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) berdasarkan parameter histopatologi organ hati dan aktivitas kadar enzim SGOT dan SGPT pada mencit
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
5
1.4. Hipotesis Granul berasal dari ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) tidak menimbulkan efek toksik dan tidak mempengaruhi aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada hati mencit.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Untuk memperkirakan spektrum efek toksik berdasarkan toksisitas relatifnya dengan keamanan penggunaan tablet berasal dari granul ektrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) 2. Untuk memberikan informasi dalam merencanakan pengujian pada manusia
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Artocarpus champeden Spreng 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Divisi
:
Spermatophyta
Sub divisi
:
Angiospermae
Kelas
:
Monocotyledoneae
Sub kelas
:
Monochlamydae
Bangsa
:
Morales
Suku
:
Moraceae
Marga
:
Artocarpus
Jenis
:
Artocarpus champeden Spreng (Van Steenis, 1975;
Backer & Van den Brink,1965)
Gambar 2.1. Pohon dan buah cempedak
6 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
7
Gambar 2.2. Kulit batang pohon cempedak
2.1.2. Nama Daerah Tanaman Di beberapa daerah, Artocarpus champeden Spreng. Dikenal dengan berbagai nama antara lain : Sunda
: Campedak, cempedak, nangka beuri
Jawa
: Campedak, cepedak, cempedak, nangka cina
Madura
: Nangka, comedak, cempedak (Van Steenis, 1975; Backer & Van Den Brink, 1965)
2.1.3. Deskripsi Tanaman Habitus
: Pohon berumah satu, tinggi 10-20 m, liar atau ditanam, berbuah pada Juli sampai September
Batang
: Tumbuhan berbatang sedang, membulat dengan banyak getah yang rekat
Daun
: Helaian daun tipis berbentuk bulat 10-25 x 5-10 cm dengan panjang tangkai 1-3 cm, terdapat banyak trikoma pada tulang daun, betajuk pangkal pendek yang menyempit, tepi rata, warna daun mengkilat hijau tua.
Bunga
: Karangan bunga jantan atau betina. Bulir betina berbentuk gada memanjang, bunga tenggelam dalam poros, bagian yang bebas panjangnya ± 3 mm, pada ujung yang berpori muncul kepala putik yang tunggal serupa cacing. Bulir jantan silindris
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
8
hijau pucat atau kekuningan, bunga sangat kecil dengan bertajuk dua pipih pada ujungnya dan satu benang sari Buah
: Buah semu, silindris memanjang, bau menusuk, berbentuk segi 4-7.
Biji
: Biji panjangnya 2-3 cm, diliputi oleh semacam lapisan daging biji berwarna kuning tua, lembut, tipis mengandung banyak air terasa manis (Van Steenis, 1975; Morton, 1987).
2.1.4. Kandungan Kimia Hakim et al (1998) melaporkan adanya senyawa flavonoid yang diberi nama siklocampedol telah ditemukan pada kulit batang tumbuhan ini, bersamasama dengan empat senyawa triterpen,
yakni sikloeukalenol, glutinol,
sikloartenon, dan 24-metilsikloartenon, serta suatu sterol, β-sitosterol (Hakim, 1996). Selain itu cempedak mempunyai tujuh kandungan senyawa flavonoid lainnya : artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E, artoindosianin R, artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007) dan empat senyawa flavon : artocarpon A & artocarpon B (Widyawaruyanti et al, 2007), artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1999).
2.1.5. Bioaktivitas dan Kegunaan Tanaman Artocarpus champeden Spreng adalah tumbuhan pangan yang endemik untuk Indonesia, kayunya keras, awet, dan digunakan sebagai bahan bangunan (Heyne, 1987). Buah dan bijinya digunakan sebagai bahan pangan, sedangkan beberapa bagian tanaman lain digunakan untuk bahan ramuan tradisional, antara lain digunakan sebagai obat demam, malaria, dan penyakit kulit. Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporkan bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum . Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah terinfeksi malaria (Utomo,2003;Hidayati,2004).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
9
Aktivitas malaria juga ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari tanaman ini dan salah satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu flavon terprenilasi menunjukan aktivitas yang lebih poten daripada kloroquin (Widyawaruyanti,2006).
2.2. Tinjauan Toksisitas 2.2.1. Tujuan Studi Toksisitas Untuk menjamin keamanan dari suatu produk obat perlu dilakukan uji toksisitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari studi toksisitas (Ghosh, 1971; Loomis, 1978). Manfaat antara lain adalah : a) Mendapatkan gejala-gejala yang timbul akibat pemberian obat. b) Mengetahui batas keamanan obat. c) Mengetahui derajat kematian hewan coba akibat pemberian. Dari hasil-hasil tersebut di atas, akan dapat dilakukan evaluasi obat dalam bidang medis. Selain itu juga dapat juga menunjukkan organ sasaran (misalnya hati), sistem (misalnya sistem kardiovaskular), atau toksisitas khusus (misalnya karsinogenitas) yang membutuhkan penelitian lebih lanjut (Lu, 1995).
2.2.2. Macam Studi Toksisitas 2.2.2.1 Toksisitas Akut Sebagian besar penelitian semacam ini dirancang untuk menentukan dosis letal median (LD50) toksikan, menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Lu, 1995). Biasanya terlebih dahulu dilakukan range finding test sebelum mengamati gejala pada hewan coba untuk mendapatkan tolok ukur dosis penyebab kematian. Cara pemberian harus diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia, biasanya pemberian per oral. Dosis diberikan sekali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. Setelah selang waktu 7-14 hari kemudian, atau 24 jam kemudian diamati gejala yang terjadi pada hewan coba. Gejala yang dimaksud adalah jumlah hewan yang mati, waktu kematian dan tanda-tanda toksisitasnya untuk memperkirakan LD50. Otopsi kasar perlu dilakukan pada semua hewan yang
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
10
mati dan pada beberapa hewan hidup terutama hewan yang tampak sakit pada akhir percobaan. Otopsi dapat memberikan informasi yang berharga tentang organ sasaran, terutama bila kematian tidak terjadi dengan segera setelah pemberian obat (Andreas et al., 1992; Lu, 1995). LD50 merupakan dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan coba. Nilai LD50 berguna untuk hal-hal sebagai berikut : a) Mengevaluasi efek keracunan yang tidak disengaja b) Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya c) Perencanaan penelitian toksisitas sub akut dan kronik pada hewan d) Memberikan informasi tentang reaktivitas suatu populasi hewan e) Memberikan sumbangan informasi yang dibutuhkan dalam merencanakan pengujian obat pada manusia dan dalam pengedalian mutu zat kimia f) Deteksi pencemaran toksik serta perubahan fisik yang mempengaruhi bioavaibilitas (Lu, 1995).
Tabel II.1. Kategori Toksisitas Zat Kimia Pada Tikus Kategori
LD50
Luar biasa toksik
≤ 1 mg/kg BB
Sangat toksik
1-50 mg/kg BB
Cukup toksik
50-500 mg/kg BB
Sedikit toksik
0,5-5 g/kg BB
Praktis tidak toksik
5-15 g/kg BB
Relatif kurang berbahaya
> 15 g/kg BB
(Loomis, 1978)
2.2.2.2. Toksisitas Sub Akut Pada uji toksisitas ini dilakukan dengan memberikan bahan uji berulangulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu tiga bulan untuk tikus dan satu atau dua tahun untuk anjing. Meskipun demikian, beberapa peneliti menggunakan jangka
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
11
waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 dan 28 hari (Lu, 1995). Pengamatan yang perlu dilakukan pada toksisitas sub akut meliputi : a. Berat badan dan konsumsi makanan Kedua hal tersebut harus diukur setiap minggu. Berkurangnya pertambahan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensistif. Konsumsi makanan merupakan indikator yang berguna sebab bila konsumsi makanan berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau memperberat manifestasi toksik zat kimia. b. Pengamatan umum Hal yang harus diamati adalah penampilan, perilaku dan semua abnormalitas. Hewan yang mati atau sakit harus dipisah dari kandang untuk diperiksa secara umum dan kalau mungkin secara mikroskopik. c. Uji laboratrium Pemeriksaan
hematologik
biasanya
mencakup
hematokrit,
hemoglobin, hitung leukosit total dan hitung jenis leukosit. Uji laboratrium klinik biasanya mencakup glukosa darah puasa, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, protein total, albumin, globumin, BUN dan unsur-unsur seperti natrium, kalium, kalsium dan klorit. Sedangkan urinalis mencakup warna, berat jenis, protein, glukosa, keton, unsur berbentuk kristal dan benda amorf (Lu, 1995).
2.3. Tinjauan Hati 2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1.500 g, atau 2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati mempunyai dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
12
falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. ( Price & Wilson, 1995). Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati yang merupakan struktural silindris dengan panjang beberapa milimeter dan garis tengah 0,8-2 mm. Hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus (Guyton & Hall, 1997). Lobulus hati terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang bermuara ke dalam vena hepatika dan kemudian ke dalam vena cava. Lobulus sendiri dibentuk terutama dari banyak lempeng sel hati yang memancar secara sentrifugal dari vena sentralis seperti jeruji roda. Masing- masing lempeng hati tebalnya satu sampai dua sel, dan diantara sel-sel yang berdekatan terdapat kanalikuli biliaris di dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus hati yang berdekatan (Guyton & Hall, 1997). Dalam septa juga terdapat venula porta kecil yang menerima darah terutama dari vena saluran pencernaan melaui vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke sinusoid hati gepeng dan bercabang yang terletak diantara lempenglempeng hati dan kemudian masuk vena sentralis. Dengan demikian, sel hati terus menerus terpapar dengan darah vena porta (Guyton & Hall, 1997). Selain vena porta, juga ditemukan arteriol hati di dalam septum interlobularis. Arterol ini menyuplai darah arteri ke jaringan septum diantara lobulus yang berdekatan,dan banyak arteriol kecil juga mengalir langsung ke sinusoid hati, paling sering pada sepertiga jarak ke septum interlobularis (Guyton & Hall, 1997). Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis sel yaitu sel endotel dan sel kupffer besar yang merupakan makrofag jaringan (sel retikoloendotel), yang mampu menjaga fagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah sinus hepatikus. Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori yang sangat besar, beberapa diantaranya berdiameter hampir satu mikrometer. Di bawah lapisan ini, terletak diantara sel endotel dan sel hepar, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit yang disebut ruang disse. Jutaan ruang disse kemudian menghubungkan pembuluh limfe di dalam septum interlobularis. Oleh karena itu, kelebihan cairan di dalam ruang ini dikeluarkan melalui cairan limfatik ( Guyton & Hall, 1997).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
13
2.3.2. Fungsi Hati Hati merupakan organ parenkim terbesar dan menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktifitas yang berbeda. Telah dilakukan penenlitian pada hewan coba, bahwa pengambilan 80-90% parenkim hati, hewan masih dapat menunujukkan fungsi hati yang normal. Sehingga untuk menghabiskan daya cadangan ini, diperlukan penyakit yang mengenai seluruh parenkim hati (Robbin & Kumar , 1995 ; Price & Wilson, 1995). Hati merupakan kelenjar tubuh terbesar dan memiliki multifungsi komplek, diantaranya adalah : 1. Fungsi vaskular untuk menyimpan darah, 2. Fungsi metabolisme, 3.Fungsi ekskresi, 4. Fungsi proteksi, 5. Fungsi detoksifikasi
2.3.2.1. Fungsi Vaskular untuk Menyimpan Darah Kira-kira 1100 ml darah mengalir dari vena porta ke sinusoid hati setiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir ke sinusoid dari arteri hepatika, dengan total rata-rata 1450 ml/menit. Jumlah ini sekitar 29% dari sisa curah jantung, hampir satu pertiga dari aliran total darah tubuh. Karena hati merupakan suatu organ yang dapat diperluas, sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal hati, meliputi yang di dalam vena hati dan yang di dalam jaringan hati, adalah 450 ml, atau hampir 10 % dari total volume darah tubuh. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik di dalam hati , hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 L cadangan darah kadang-kadang disimpan di dalam vena hepatika dan sinus hepatika. Keaadaan ini terjadi terutama pada gagal jantung disertai dengan kongesti perifer (Guyton & Hall, 1997).
2.3.2.2. Fungsi Metabolisme Hati terutama penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah (fungsi penyangga glukosa dari hati). Misalnya, penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya ke darah bila konsentrasi glukosa darah mulai
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
14
turun terlalu rendah. Walaupun beberapa metabolisme lemak dapat terjadi di semua sel tubuh, aspek metabolisme lemak tertentu terjadi di hati. Beberapa fungsi spesifik dalam metabolisme lemak adalah pembentukan sebagian besar lipoprotein, kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat untuk mensuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, pembentukan sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid, pengubahan sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi lemak. Fungsi hati yang paling penting dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan protein plasma. Selain itu fungsi metabolik hati yang lain adalah penyimpanan vitamin dan besi (Guyton & Hall, 1997).
2.3.2.3. Fungsi Ekskresi Empedu disekresi secara terus menerus oleh hati. Empedu hati tidak dapat segera masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke dalam duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter Oddi (Price & Wilson, 1995).
2.3.2.4. Fungsi Proteksi Hati berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh karena pada hati terdapat sel kupffer yang mempunyai kemampuan memfagositosis sel-sel yang sudah tua, partikel atau benda asing, sel tumor, bakteri, virus dan parasit di dalam hati (Sherlock, 1995).
2.3.2.5 Fungsi Detoksifikasi Dalam tubuh zat-zat yang bersifat toksik akan mengalami proses detoksikasi dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau konjugasi. Zat akan diubah menjadi zat yang dapat larut air dan dikeluarkan melalui urin (Hadi, 2002).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
15
2.3.3. Test Gangguan Hati Untuk mengetahui gangguan fungsi organ tubuh dapat ditentukan melalui test laboratrium atau diagnosa dengan pemeriksaan jaringan. Test laboratrium untuk evaluasi penyakit hati pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi : 1. Diagnosis terhadap hasil ekskresi dan sekresi dari hati Dapat dilakukan dengan pemeriksaan bilirubin dalam serum dan urin. Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan warna jaringan menjadi kuning dan disebut sebagai ikterus. Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sklera, kulit, atau urine yang menjadi gelap bila serum mencapai 2 sampai mg/dl (bilirubin serum normal adalah 0,3 sampai 1,0 mg/dl). Jaringan permukaan yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya menjadi kuning pertama kali. Bilirubin terkonjugasi diekskresi dalam urin bila kadarnya meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi pada sel hati atau saluran empedu (Prince & Wilson, 1995). 2.
Diagnosis terhadap fungsi biokimia yang spesifik Beberapa enzim yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis
adanya kerusakan parenkim hati adalah : a.
Glutamat Piruvat Transaminase (GPT), Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT), Laktat Dehidrogenase (LDH) adalah enzim intrasel terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet, yang dilepaskan dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis), meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokard.
b.
Alkali fosfatase adalah enzim yang dibentuk dalam tulang, hati, ginjal, usus halus dan
diekskresikan ke dalam empedu. Kadarnya
meningkat pada obstruksi biliaris, penyakit tulang dan metastasis hati. Dari enzim-enzim tersebut GPT dan GOT lebih sering digunakan untuk menilai adanya kerusakan parenkim hati (Price & Wilson, 1995).
2.3.4. Tinjauan Parameter Kerusakan Hati Apabila jaringan hati normal diamati secara mikroskopik, maka akan terlihat penampang jaringan organ yang
kompak. Penggunaan pewarnaan
Hematoxylin Eosin metode Harris, maka akan tampak sel-sel tersusun teratur
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
16
radial, inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna merah. Sitoplasma sel terlihat penuh dan tidak berlubang-lubang. Tanda-tanda kerusakan hati yang dapat diamati secara mikrokopis adalah degenerasi. Degenerasi merupakan perubahan morfologi sel akibat dari luka yang tidak mematikan (non letal injury) yang bersifat reversibel. Dikatakan reversibel karena apabila rangsangan yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel akan kembali seperti semula. Tetapi apabila berjalan terus menerus dan dosis berlebihan, maka akan mengakibatkan nekrosis atau kematian sel yang tidak dapat pulih kembali (Price & Wilson, 1995 ; Himawan, 1994). Degenerasi bengkak keruh atau dapat juga disebut cloudy swelling merupakan degenerasi yang paling ringan dan merupakan degenerasi yang terdeteksi paling dini dari suatu keadaan patologik. Apabila diamati dibawah mikroskop, maka akan terlihat perubahan-perubahan berupa pembengkakan mitokondria, sitoplasma tampak keruh karena kadar protein atau asam amino bertambah, inhibisi sel oleh protein serum dan hidrasi ion natrium akibat permeabilitas dinding sel hati
yang terganggu. Bengkaknya sel hati dengan
sitoplasma berbutir keruh disebabkan oleh pengendapan protein yang disebut juga albuminous degeneration. Pada kelainan ini, sitoplasma akan tampak sedikit bervakuola dan lebih gelap daripada biasanya akibat dari kadar glikogen yang berkurang (Himawan,1994). Degenerasi hidropik atau hydropic deneration adalah degenerasi yang ditandai dengan penumpukan air dalam sel. Pada prinsipnya sama dengan bengkak keruh, tetapi tingkat kerusakan jaringan yang ditimbulkan lebih berat dengan jangka waktu yang lebih lama. Nekrosis adalah kematian sel tau jaringan yang merupakan kelanjutan dari denerasi sel yang sifatnya irreversibel sebab nekrosis pada sel hati adalah rusaknya susunan enzim dari sel. Tampak atau tidaknya kerusakan pada sel tergantung pada lama dan jenis nekrosis. Tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis, karioeksis, dan kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya penggumpalan kromatin dan inti (nukleus) tidak dikenali lagi, inti tampak lebih padat dan berwarna gelap hitam. Karioeksis ditandai dengan terjadinya kerusakan pada inti yaitu inti pecah berkeping-keping sehingga bentuknya menjadi tidak teratur.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
17
Sitoplasma mulai memanjang dan menyerap zat warna lebih banyak sehingga warna menjadi lebih gelap setelah dilakukan pewarnaan. Kariolisis ditandai dengan inti yang mulai hilang hingga sulit dikenali secara mikroskopik, bentuk sel lebih memanjang dan warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaan (Himawan, 1994). Gambaran Hispatolgi hati hewan coba ditujukan pada gambaran 2.3, 2.4, 2.5 (Donald & Zachary, 2007)
Gambar 2.3. Gambaran histopatologi sel hati normal yaitu sitoplasma tidak mengalami Pembengkakan dan tidak pucat serta pada inti tidak terjadi penggumpalan kromatin, sinusoid (s)
Gambar 2.4. Gambaran hispatologi sel hati yang mengalami degenerasi yaitu terjadinya pembengkakan pada sitoplasma, sitoplasma nampak bervakuola dan lebih pucat daripada sel normal
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
18
Gambar 2.5. Gambaran hispatologi sel hati yang mengalami nekrosis berupa piknotik yaitu terjadinya penggumpalan kromatin, inti tampak lebih padat dan berwarna gelap hitam 2.4. Tinjauan Enzim 2.4.1. Sifat Umum Enzim Enzim befungsi sebagai katalisator dalam sel dan mempunyai sifat yang sangat khas. Sebagian besar reaksi kimia dalam sel hidup akan terjadi sangat lambat jika tidak dikatalisa oleh enzim (Wilson, 1982). Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, dan pelarut organik yang bisa menyebabkan denaturasi protein (Girinda, 1986). Pada keadaan patologis tertentu kadar enzim dalam serum dapat digunakan sebagai parameter diagnostik yang penting (Wilson, 1982).
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berlangsungnya Reaksi Enzim 2.4.2.1. Kadar Enzim dan Substrat Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator dalam reaksi itu. Banyak substrat yang ditransformasikan sesuai dengan tingginya konsentrasi enzim yang digunakan. Michelis dkk menyatakan bahwa reaksi yang dikatalis oleh enzim pada berbagai konsentrasi substrat mengalami dua fase yaitu : (1) jika konsentrasi substrat masih rendah, daerah yang aktif pada enzim tidak semuanya terikat dengan substrat dan (2) jika jumlah molekul substrat meningkat maka daerah yang aktif pada enzim terikat
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
19
seluruhnya oleh substrat dan pada saat itu enzim telah bekerja dengan kapasitas penuh (Girinda, 1986).
2.4.2.2. Suhu Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikan. Sehingga daya kerja enzim menurun. Pada suhu di atas 45°C timbul efek denaturasi termal dan pada suhu yang mendekati 55°C fungsi katalisis enzim hilang (Girinda, 1986).
2.4.2.3 pH Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH karena sifat gugus karboksil dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH. Di dalam sel dan lingkungan sel sekelilingnya, pH dalam keadaan normal harus tetap sebab adanya perubahan akan menyebabkan pergeseran aktivitas enzim. Hal ini akan mempengaruhi sistem katabolik dan anabolik dalam sel dan jaringan (Girinda, 1986).
2.4.2.4. Inhibitor Enzim sangat peka terhadap senyawa atau gugus senyawa yang diikatnya. Senyawa atau gugus senyawa yang menghambat aktivitas enzim disebut inhibitor. Tidak semua inhibitor bersifat merugikan karena dalam sel bisa juga terdapat inhibitor yang berfungsi sebagai regulasi reaksi enzim. Dalam hal ini inhibitor mengontrol produk enzim sehingga hanya cukup untuk kebutuhan sel saja (Girinda, 1986).
2.4.3. Tinjauan Enzim SGOT dan SGPT Transaminase adalah sekelompok enzim dan bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugusan amino antara suatu asam alfa amino dengan asam alfa keto (Page, 1997). Enzim serum Glutamat Oxaloasetat Transaminase (SGOT) terdapat dalam sel-sel organ tubuh, yang terbanyak pada otot jantung, kemudian sel-sel hati, otot ginjal dan pankreas. Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan yang
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
20
akut, kadarnya dalam serum meningkat. Kadar yang meningkat terdapat pada hepatoseluler nekrosis atau infark miokard (Hadi, 2002). Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGOT adalah Glutamat Oksaloasetat Transaminase mengkatalisis reaksi antara asam α-ketoglutarat dengan asam L-aspartat menghasilkan suatu asam oksaloasetat dan asam Lglutamat. Asam oksaloasetat yang terbentuk, dengan adanya MDH, akan direduksi menjadi asam malat, bersamaan dengan itu NADH menjadi NAD+. NADH diabsorbsi pada panjang gelombang 340 nm. Kecepatan penurunan absorbsi pada panjang gelombang tersebut sebanding dengan aktivitas SGOT. Persamaan reaksi yang digunakan untuk menentukan aktivitas enzim SGOT ditunjukkan pada gambar 2.6 (Amadea, 1987).
Gambar 2.6. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGOT
Enzim Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) banyak terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah sel-sel hati, sedang dalam jantung dan otot-otot skelet agak kurang jika dibandingkan dengan GOT. Kadar
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
21
dalam serum meningkat terutama pada kerusakan dalam hati jika dibandingkan dengan GOT (Hadi, 2002). Prinsip reaksi penentuan kadar enzim SGPT adalah Glutamat Piruvat Transaminase mengkatalisis reaksi antara α-ketoglutarat dengan L-alanin menghasilkan suatu asam piruvat dan asam L-glutamat. Asam piruvat yang terbentuk, dengan adanya LDH, akan direduksi menjadi asam laktat, bersamaan dengan itu NADH menjadi NAD+. NADH diabsorbsi pada panjang gelombang 340 nm. Kecepatan penurunan absorbsi pada panjang gelombang tersebut sebanding dengan aktivitas SGPT. Persamaan reaksi yang digunakan untuk menentukan aktivitas enzim GPT ditunjukan pada gambar 2.7 (Amadea, 1987).
Gambar 2.7. Reaksi penentuan aktivitas enzim SGPT
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
Saat ini, dunia berada dalam iklim back to nature atau dikenal dengan gerakan kembali ke alam yang dalam pelaksanaanya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan alami. Semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang, salah satunya adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan (Kardinan & Kusuma, 2003). Di Indonesia penggunaan obat tradisional masih banyak dilakukan dan hal ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Indonesia sejak lama. Sampai saat ini masyarakat masih menggunakan obat tradisional, bahkan ada kecenderungan hal tersebut meningkat, karena obat tradisional dianggap relatif tidak menimbulkan efek samping yang bermakna (Sutarjadi, 1991). Tumbuhan Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang dikenal masyarakat dengan nama daerah cempedak, secara empirik digunakan untuk bahan ramuan tradisional, antara lain sebagai obat demam,disentri, malaria, dan penyakit kulit. Cempedak mempunyai tujuh kandungan
senyawa flavonoid :
artonin A , sikloheteropilin, heteroflavon C, artoindosianin E, artoindosianin R, artoindosianin A-2, heteropilin (Widyawaruyanti et al, 2007) dan empat senyawa flavon : artocarpon A
& artocarpon B (Widyawaruyanti et al, 2007),
artoindosianin A & artoindosianin B (Hakim et al,1998). Selain itu terdapat kandungan lain yaitu empat senyawa triterpen : sikloeukalenol, glutinol, sikloartenon, 24-metilsikloartenon serta suatu senyawa sterol yaitu β-sitosterol (Hakim et al, 1996). Berdasarkan penelitian penelitian Boonlaksiri et al, (2000) melaporakan bahwa senyawa stilbene terprenilasi dari Artocarpus intreger (nama lain dari cempedak) mempunyai aktivitas anti malaria in vitro pada Plasmodium falcifarum . Sedangkan penelitian yang lain menunjukkan kulit batang cempedak dapat menurunkan jumlah parasit Plasmodium berghei darah mencit yang telah terinfeksi malaria (Utomo,2003;Hidayati,2004). Aktivitas malaria juga ditunjukkan dari beberapa isolat yang diperoleh dari tanaman ini dan salah satunya isolat terindentifikasi sebagai heteroflavon C, suatu
22 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
23
flavon
terprenilasi
menunjukan
aktivitas
yang
lebih
poten
daripada
kloroquin(Widyawaruyanti,2007). Maretnowati(2007) telah melakukan uji toksisitas akut dan subakut ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden Spreng dengan parameter histopatologi hati mencit menunjukkan bahwa harga LD50 ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang cempedak di atas 21 g/kg BB untuk mencit relatif kurang berbahaya. Akan tetapi pada pemberian ekstrak etanol dapat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran histopatologi berupa degenerasi dan nekrosis pada dosis 10x dosis lazim sedangkan ekstrak air dapat menyebabkan terjadinya degenerasi dan tidak terjadi nekrosis. Penelitian lainnya uji toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak juga menunjukkan zat yang relatif kurang berbahaya akan tetapi pula ekstrak ini dapat menyebabkan perubahahan morfologi hati dan meningkatkan kadar enzim SGOT dan SGPT pada mencit (Wardhani, 2008). Mengingat cempedak mempunyai aktivitas yang poten sebagai obat antimalaria dan prospektif untuk obat fitofarmaka sehingga perlu dikembangkan. Pengembangan produk fitofarmaka ini perlu dilakukan untuk menjamin keefektifan,khasiat,keamanannya. Menindaklanjuti penelitian tentang cempedak yang telah dilakukan, pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut dan subakut dari granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya untuk menjamin keamanan dari produk tersebut. Pada uji toksisitas akut digunakan dosis tertinggi untuk menentukan parameter LD50 sedangkan uji toksisitas subakut diberikan dosis yang mengacu pada dosis efektif. Selanjutnya pada uji toksisitas akut dilakukan pengamatan adanya kematian pada dosis tertinggi sedangkan uji toksisitas subakut dilakukan pengamatan organ hati untuk mengetahui kerusakan tersebut. Selain itu juga dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan harga SGOT & SGPT untuk mengetahui fungsi normal hati.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
24
3.1. Skema Kerangka Konseptual Indonesia kaya dengan aneka ragam flora (The second mega biodiversity)
Dimanfaatkan manusia untuk tujuan pengobatan
Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
Sebagai produk fitofarmaka ANTIMALARIA
Paradigma QUALITY
Paradigma SAFETY
Uji toksisitas subakut
Paradigma EFFICACY
Uji toksisitas akut
Uji praklinik
Studi bioaktivitas Pemeriksaan histopatologi hati & aktivitas enzim SGOT & SGPT
Parameter LD50
Kriteria Toksisitas
Granul dari ekstrak etanol 80% dari kulit batang cempedak relatif aman berdasarkan parameter LD50 dan tidak menimbulkan efek toksik pada hati terhadap mencit
Gambar 3.1. Skema kerangka konseptual
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Bahan 4.1.1. Bahan Kimia Bahan untuk penentuan toksisitas dan keamanan : Formalin 10%, hematoxylin eosin, xylol, paraffin cair, dan kanada balsam
4.1.2. Bahan Larutan Uji Toksisitas CMC Na 0,5% , Granul dari ekstrak 80% etanol dari kulit batang cempedak diperoleh dari
desa Mugirejo, Samarinda, Kalimantan Timur. Tgl
pemanenan 17 Juni 2009, ketinggian permukaan tanah ± 50 m DPL, ketinggian pohon ± 15 m, diameter pohon ± 80 cm, usia tanaman ± 6 tahun.
4.1.3. Bahan Uji Bahan yang digunakan berasal dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak kemudian diformulasikan menggunakn metode granulasi basah oleh bagian tehknologi farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dengan spesifikasi pada tabel berikut :
Tabel IV.1. Formulasi Granul Sediaan Kapsul Ekstrak Kulit Batang Cempedak Bahan
Jumlah
Ekstrak cempedak
15 mg
PEG 6000
15 mg
PVP K25
3 mg
Etanol 95%
± 25 mL
Laktosa
178,5 mg
Avicel PH 101
76,5 mg
Primogel
12 mg
Berat granul/kapsul
300 mg
25 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
26
4.2. Hewan Coba Hewan coba yang digunakan untuk penentuan uji toksisitas adalah mencit jantan dan betina dewasa (2-3 bulan dengan berat 20-30 g), galur BALB/C yang diperoleh dari Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.
4.3. Alat-Alat Penelitian Alat untuk penentuan toksisitas dan keamanan : Alat-alat bedah (gunting,pisau,pinset), alat-alat gelas, kaca objek, alat sonde, labu ukur, gelas beker, cawan porselen, batang pengaduk, sudip, mortir, stamper, lemari pendingin, timbangan hewan, mikroskop cahaya, spet injeksi, venoject, pot plastik, bak hewan, dan kawat penutup.
4.4. Penyiapan Obyek Penelitian Mencit yang akan digunakan diadaptasikan dengan lingkungan minimal 1 minggu. Semua mencit dipelihara dengan cara yang sama dan diberi diet makanan
sama pula. Sebelum perlakuan semua mencit ditimbang untuk
mengetahui berat badan sehingga mempermudah pengaturan dosis.
4.5. Cara Kerja 4.5.1. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Akut Pemilihan dosis awal yang digunakan untuk penelitian ini dipilih dosis dengan harga tertinggi dari suatu bahan yang dikategorikan sebagai “relatively harmless” menurut tabel Toxicity Rating (Dorelanko, 1995). Dinyatakan bahwa suatu bahan dikatakan praktis tidak beracun jika jumlah bahan uji pada tikus 15 g/kg BB. Kemudian dilakukan penyetaraan dosis dari tikus ke mencit, dan diperoleh dosis sebesar 21 g/kg BB mencit. Dosis yang digunakan pada mencit 20 g adalah 20/1000 x 21 g = 0,42 g ekstrak. Dari hasil tersebut dosis diturunkan untuk mendapatkan dosis yang membunuh mencit kurang dari 50% tetapi tidak 0% dan membunuh lebih dari 50% tetapi tidak 100% (Ghosh, 1971).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
27
4.5.2. Pemilihan Dosis Uji Toksisitas Subakut Dosis yang digunakan pada uji toksisitas ini adalah dosis efektif dari kulit cempedak dari penelitian antimalaria Dr. Aty Widyawaruyanti sebesar 10 mg/kg BB mencit. Dari dosis efektif ini ditingkatkan lagi menjadi 5 kali dan 10 kalinya berdasarkan penelitian uji toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak oleh Esti Eka Wardhani pada tahun 2008 untuk mengetahui perbedaan kerusakan hati yang ditimbulkan dari ketiga dosis yang berbeda tersebut apabila digunakan secara oral sebanyak 1 kali pada mencit selama 14 hari. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah 1x dosis efektif ; 5x dosis efektif ; dan 10x dosis efektif.
4.5.3. Penyiapan Bahan Uji Pemberian tiap dosis dalam bentuk ekstrak kering yang disuspensikan dalam mucilago CMC Na 0,5%. Kontrol negative diberi mucilage CMC Na 0,5%. Pembuatan mucilago CMC Na 0,5% dengan cara ditimbang 0,5 g CMC Na, ditaburkan di atas air panas secukupnya, dibiarkan mengembang ± 15 menit di dalam mortir. Digerus sampai homogen, setelah homogen beri sedikit air agar sediaan menjadi encer kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur dan ditambah dengan aquadest sampai 100 ml. Mucilago CMC Na ini diberikan ke kelompok kontrol sebanyak 1ml secara oral.
4.5.4. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Akut Disiapkan dua kelompok mencit untuk tiap granul dari ekstrak etanol yang masing-masing menerima dosis yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor betina, tiap hewan coba diberi granul esktrak etanol cempedak sesuai dengan dosis masing-masing, kecuali kelompok kontrol. Pemberian dilakukan secara per oral sebanyak satu kali, kemudian dilakukan pengamatan selama 7 hari. Kontrol
: Sebagai kelompok kontrol, diberi suspensi CMC Na 0,5%
Kelompok I
: Diberi granul dari ekstrak cempedak dosis tertinggi yang setara dengan 0,42 g granul /20 g BB mencit
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
28
4.5.5. Pengumpulan Data Uji Toksisitas Subakut Disiapkan 4 kelompok mencit untuk tiap granul ekstrak yang masingmasing menerima dosis yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor mencit jantan. Tiap hewan coba diberi granul ekstrak etanol cempedak sesuai dengan dosis masing-masing, kecuali kelompok kontrol. Pemberian dilakukan secara per oral sebanyak 1 kali selama 14 hari, kemudian hewan coba dikorbankan diambil organ hatinya untuk dibuat preparat dan darahnya secara intra cardial. Kemudian diukur aktivitas enzim SGOT dan SGPT-nya. Kontrol
: Sebagai kelompok kontrol, diberi suspensi CMC Na 0,5%
Kelompok I
: diberi granul dari esktrak cempedak setara dengan dosis efektif yaitu 10 mg/kg BB atau 0,2 mg / 20 g BB mencit
Kelompok II : diberi granul dari ekstrak cempedak dengan 5x dosis efektif yaitu 50 mg/kg BB atau 1 mg / 20 g BB mencit Kelompok III : diberi granul dari ekstrak cempedak dengan 10x dosis efektif yaitu 100 mg/kg BB atau 2 mg / 20 mg BB mencit
4.5.6. Analisis Data Uji Toksisitas Akut Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan probit analisis, suatu program komputer yang dibuat untuk menentukan LD50 dari granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak yang diuji. Prinsip pengolahan data dari program ini adalah mengintrapolasikan dosis bahan uji dengan persen letalitas (kematian) mencit yang diuji.
4.5.7. Analisis Data Uji Toksisitas Subakut 4.5.7.1. Pemeriksaan Preparat Pada penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya agar dapat mengamati secara mikroskopik preparat hati mencit. Mula-mula digunakan perbesaran 100 kali kemudian digunakan perbesaran 400 kali. Setiap preparat hati mencit diamati perubahannya melalui lima lapang pandang yang berbeda. Setiap lapang pandang, diamati perubahan-perubahan yang terjadi. Setiap preparat digeser minimal lima kali lapang pandang kemudian diskor,
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
29
dijumlah dan dibagi lima, maka hasil dari lima kali pergeseran itu adalah data dari satu preparat. (Sukardja, 1998). Tabel IV.2. Skor Perubahan Gambaran Histopatologi Hati Mencit Tingkat Perubahan Gambaran Skor Histopatologi Hati Normal (0%)
0
Degenerasi < 25%
1
Degenerasi 25-50%
2
Degenerasi 51-75%
3
Degenerasi > 75%
4
Nekrosis < 25%
1
Nekrosis 25-50%
2
Nekrosis 51-75%
3
Nekrosis > 75%
4
4.5.7.2. Analisis Data Preparat Data Perubahan gambaran histopatologi hati mencit yang telah diberi skor, diolah dengan penilaian peringkat (rank) lalu dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis. Dipilih uji Kruskal Wallis karena data yang diperoleh berdasarkan nilai skoring ataua penilaian derajat perubahan. Bila terjadi perbedaan yanga nyata diantara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan Uji Perbandingan Berganda (uji Z) 5% (Daniel, 1989).
4.5.7.3. Pembuatan Preparat Histopatologi Pembuatan preparat histopatologi dilaksanakan di laboratrium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Cara pembuatannya melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1. Fiksasi dengan formalin 10% dilanjutkan pencucian dengan air, 2. Dihidrasi dan clearing, 3. Infiltrasi, 4. Pembuatan blok paraffin, 5. Pemotongan blok paraffin dengan mikrotom, 6. Pewarnaan dengan menggunakan Hematoxylin Eosin, 7. Pemberian lapisan Kanada Balsam pada gelas objek yang telah diwarnai.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
30
4.5.7.4. Analisis Enzim SGPT dan SGOT Data yang diperoleh dari aktivitas enzim SGOT dan SGPT, dianalisis dengan ANAVA (one way) pada derajat kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho : Tidak ada perbedaan bermakna aktivitas enzim SGOT dan SGPT antar kelompok perlakuan. Ha : Ada perbedaan bermakna aktivitas enzim SGOT dan SGPT antar kelompok perlakuan Untuk menilai hipotesis statistik, dilihat harga Sig. harga ini kemudian dibandingkan dengan α (0,05). Bila Sig. < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna, dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference). Dari hasil uji kemudian dilihat harga Sig. harga ini kemudian dibandingkan dengan α (0,05). Bila Sig. < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
31
Skema Pemberian Bahan Uji Toksisitas Akut
Granul dari ekstrak 80% etanol kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng )
Kontrol
Dosis I
4 jam pertama Pengamatan 24 jam – 7 hari
Hitung jumlah mencit mati
Analisis data Gambar 4.1. Skema pemberian bahan uji toksisitas akut Keterangan gambar 4.1. : Kelompok Kontrol
= sebagai kontrol , diberi suspensi CMC-Na 0,5%
Kelompok Dosis I
= diberi granul dari ekstrak etanol 80%
kulit batang
cempedak dengan dosis 21 g/kg BB atau 0,42 g / 20 mg BB mencit
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
32
Skema Pemberian Bahan Uji Toksisitas Subakut
Granul dari ekstrak 80% etanol kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng )
Dosis II
Dosis I
Dosis III
Dosis IV
Pemberian sediaan sehari satu kali selama 14 hari
Pengambilan organ hati
Pengambilan darah
Pembuatan preparat hati
Pengamatan SGOT & SGPT
Pengamatan mikroskopik
Analis data
Analisis data Gambar 4.2. Skema pemberian bahan uji toksisitas subakut Keterangan gambar 4.2. : Kelompok Kontrol
= sebagai kontrol , diberi suspensi CMC-Na 0,5%
Kelompok Dosis I
= Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak dengan dosis efektif 10 mg/kg BB atau 0,2 mg / 20 g BB mencit
Kelompok Dosis II
= Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak dengan dosis efektif 50 mg/kg BB atau 1 mg / 20 g BB mencit
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
33
Kelompok Dosis III
= Diberi granul dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak dengan dosis efektif 100 mg/kg BB atau 2 mg / 20 g BB mencit
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Data Hasil Penelitian 5.1.1. Uji Toksisitas Akut Hasil uji toksisitas akut sediaan suspensi dari sediaan granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak pada mencit ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel V.1. Hasil Uji Toksisitas Akut pada Mencit Kelompok
Jumlah Mencit Jantan Mati
Hidup
Kontrol
0
5
I
0
5
Kelompok
Jumlah Mencit Betina Mati
Hidup
Kontrol
0
5
I
0
5
Keterangan : KEL Kontrol
= Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I
= Kelompok perlakuan yang diberi granul dari ekstrak etanol 80%
kulit batang cempedak
dengan dosis
tertinggi 0,42 g / 20 g BB mencit atau 21 g/ kg BB mencit
Skripsi
34
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
35
5.1.2. Uji Toksisitas Subakut 5.1.2.1. Nilai Skor Perubahan Gambar Histopatologi Hati Mencit Untuk mengetahui efek hepatotoksik granul ekstrak etanol 80 % kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) selain dilakukan pengukuran aktivitas dari enzim SGOT dan SGPT pada hewan coba, dilakukan pula pengamatan histopatologi sel hepar hewan coba. Pengamatan histopatologi ini untuk melihat kerusakan sel hati secara mikroskopis. Perubahan yang nampak pada gambaran histopatologi hati mencit diperoleh dari pengamatan secara mikroskopik melalui lima lapang pandang yang berbeda terhadap seluruh kelompok perlakuan, dicatat, diskor lalu diolah dengan penilaian peringkat (rank), seperti dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3 sebagai berikut : Tabel V.2. Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi Akibat Pemberian Granul Ekstrak Etanol Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) Replikasi KONTROL KEL I KEL II KEL III 1
0.4
0.4
0
2
2
0
1.8
0
2.4
3
0.4
1.4
1.2
2.2
4
0
1.6
1.2
1.6
5
0.6
3.2
0.8
2
6
0
0
2
1.2
7
0.2
1.6
1.4
2.2
8
0
0.8
1.8
2.2
9
0
1
2
3.6
Rerata
0,18
1,31
1,16
2,16
Keterangan :
Skripsi
Replikasi
= Ulangan
KEL Kontrol
= Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I
= Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II
= Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III
= Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
36
Tabel V.3. Nilai Skor Perubahan Histologi Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan yang Mengalami Perubahan Berupa Nekrosis Akibat Pemberian Granul Ekstrak Etanol Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) Replikasi KONTROL KEL I KEL II KEL III 1
0
0,2
0,8
0,6
2
0
2,2
0,6
1
3
0,6
1,4
0,6
0,6
4
0,6
0,6
0,4
0,4
5
0,6
0,4
0
0,4
6
0,4
0
0,8
1
7
0,6
1
0,6
0,8
8
1,0
0
1,2
0,6
9
0,6
0
1
0,8
rerata
0,49
0,64
0,67
0,69
Keterangan : Replikasi
= Ulangan
KEL Kontrol
= Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I
= Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II
= Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III
= Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
5.1.2.2. Hasil Pengamatan Histopatologi Hati Pada Mencit Irisan organ hepar yang didapat diproses untuk pembuatan sediaan mikroskopis kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Irisan kemudian dievaluasi adanya kerusakan yang terjadi. Sel hati yang mengalami kerusakan ditandai adanya degenerasi sel yang meliputi perubahan hidropik ataupun degenerasi lemak maupun nekrosis, meliputi piknosis, karioreksis, kariolisis. Gambaran histopatologi hati hewan coba disajikan pada gambar di bawah ini:
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Gambar 5.1 Gambaran Histopatologi Hati Normal pada Perbesaran 400x
Gambar 5.2 Gambaran Histopatologi Hati Pada Perbesaran 400x yang Terjadi Degenerasi Yakni Terjadi Pembengkakan pada Sitoplasma, Sitoplasma Nampak Bervakuola Daripada Sel Normal
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Gambar 5.3 Gambaran Histopatologi Hati Pada Perbesaran 400x yang Terjadi Nekrosis Berupa Piknotik Yakni Terjadinya Penggumpalan Kromatin dan Tidak Dikenali Lagi Inti (nukleus), Inti Tampak Lebih Padat dan Berwarna Gelap Hitam
5.1.2.3. Hasil Pengamatan Enzim SGOT dan SGPT Mencit Tabel V.4. Aktivitas Enzim SGOT Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan Replikasi Aktivitas Enzim SGOT ( U / L )
Skripsi
KONTROL
KEL I
KEL II
KEL III
1
63
72
48
31
2
51
28
66
85
3
39
96
66
78
4
73
54
73
64
5
74
50
46
56
6
74
79
45
56
7
70
59
43
46
8
64
36
78
73
9
31
53
74
70
rerata
59,89
58,56
58,89
62,11
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
39
Keterangan : Replikasi
= Ulangan
KEL Kontrol
= Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I
= Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II
= Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III
= Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
Tabel V.5. Aktivitas Enzim SGPT Mencit pada Seluruh Kelompok Perlakuan Replikasi Aktivitas Enzim SGPT ( U / L ) KONTROL
KEL I
KEL II
KEL III
1
18
21
33
60
2
12
25
23
20
3
15
21
16
25
4
48
26
72
13
5
26
15
77
19
6
20
21
17
34
7
25
12
36
18
8
22
22
22
21
9
25
26
19
18
rerata
23,45
21,00
35,00
25,33
Keterangan :
Skripsi
Replikasi
= Ulangan
KEL Kontrol
= Kelompok Kontrol diberi suspensi CMC-Na 0,5%
KEL I
= Kelompok Dosis 0,2 mg/ 20 g BB mencit
KEL II
= Kelompok Dosis 1 mg/ 20 g BB mencit
KEL III
= Kelompok Dosis 2 mg/ 20 g BB mencit
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
40
5.2. Analisis Data 5.2.1. Uji Toksisitas Akut Pada uji toksisitas akut pada mencit digunakan dosis yang tertinggi yaitu 21 g/kg BB mencit kemudian disetarakan ke mencit dengan berat 20 g sehingga didapatkan dosis 0,42 g / 20 g BB mencit. Hasil uji toksisitas akut dengan dosis tertinggi tersebut tidak menunjukkan kematian pada mencit sehingga disimpulkan bahwa LD50 tidak perlu ditentukan atau dapat pula dianggap dosis yang digunakan yaitu dosis yang tergolong klasifikasi relatif tidak berbahaya tersebut dijadikan sebagai LD50 untuk sediaan suspensi granul ekstrak etanol 80% dari kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ). Dengan demikian dapat pula disimpulkan bahwa LD50 untuk ekstrak etanol kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) di atas dosis 0,42 g / 20g BB mencit.
5.2.2. Histopatologi Sel Hati 5.2.2.1. Uji Statistik Kruskal-Wallis Data skoring masing-masing perubahan patologis yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis Kruskal-Wallis. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ho: Tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok. Ha : Ada perbedaan bermakna antar kelompok Untuk menilai hipotesis statistik, terlebih dahulu ditentukan harga signifikasi (Asymp. Sig.) yang akan dibandingkan dengan harga tingkat kepercayaan 95%. Bila signifikansi (Asymp. Sig.) < (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk mengetahui kelompok mana saja yang berbeda makna, maka dilakukan uji U Mann-Whitney. Tabel V.6. Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi Hati pada Perubahan Berupa Degenerasi Kelompok N Rerata Perubahan Simpangan Baku Histopatologi Kontrol
Skripsi
9
0,18
0,23
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
41
I
9
1,31
0,98
II
9
1,16
0,89
III
9
2,16
0,65
. Tabel V.7. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pada Perubahan Berupa Degenerasi Chi-Square 19,873 Derajat Bebas
3
Asymp.Sig
0,000
Dari tabel ringkasan uji Kruskal-Wallis histopatologi hati pada perubahan degenerasi didapatkan harga signifikasi (Asymp. Sig.) = 0,000 signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Tabel V.8. Harga Rerata Hasil Pengamatan Histopatologi Hati pada Perubahan Berupa Nekrosis Kelompok N Rerata Perubahan Simpangan Baku Histopatologi Kontrol
9
0,49
0,32
I
9
0,64
0,76
II
9
0,67
0,35
III
9
0,69
0,23
Tabel V.9. Hasil Uji Kruskal-Wallis Pada Perubahan Berupa Nekrosis Chi-Square 2.118 Derajat Bebas 3 Asymp.Sig
0.548
Dari tabel ringkasan uji Kruskal-Wallis histopatologi hati pada perubahan nekrosis didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,548 signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
42
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
5.2.2.2. Uji Mann-Whitney U Hasil perhitungan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji U Mann-Whitney. Hasil analisis data dengan uji Mann-Whitney U akan dapat diketahui urutan tingkat perubahan gambaran histopatologi hati diantara kelompok uji.
Tabel V.10. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok I yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi DEG Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 53.500 Z -2.886 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed .003a Sig.)] Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok I didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,004 signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok.
Tabel V.11. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok II yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi DEG Mann-Whitney U 13.000 Wilcoxon W 58.000 Z -2.506 Asymp. Sig. (2-tailed) .012 Exact Sig. [2*(1-tailed .014a Sig.)] Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok II didapatkan harga signifikansi (Asymp. Sig.) = 0,012 signifikansi tersebut lebih
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
43
kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok. Tabel V.12. Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok III yang Mengalami Perubahan Berupa Degenerasi DEG Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 45.000 Z -3.625 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed .000a Sig.)] Dari tabel uji Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok III didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig.) = 0,000 signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok.
5.2.3. Aktivitas Enzim SGOT / SGPT Mencit 5.2.3.1. Uji ANAVA ( One Way ) Dari data di atas dilakukan analisis dengan uji ANAVA ( One Way ) menggunakan pada tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ) untuk membuktikan apakah ada perbedaan bermakna yang ditunjukkan antar kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Tabel V.13. Hasil Rerata Aktivitas SGOT Hewan Coba Tiap Kelompok Kelompok N Rerata kadar SGOT Simpangan Baku U/L
Skripsi
Kontrol
9
59,9
16,00
I
9
58,6
21,12
II
9
55,2
14,20
III
9
62,1
16,82
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
44
Tabel V.14. Ringkasan ANAVA Untuk Aktivitas Enzim SGOT Hewan Coba Sumber Variasi Jumlah db Rata-rata F Sig Kuadrat Kuadrat Antar 58.667 3 19.556 .066 .978 Kelompok Dalam 9494.889 32 296.715 Kelompok Total 9553.556 35 Dari Tabel di atas, diperoleh harga signifikansi = 0,978 untuk SGOT, harga sigfikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Tabel V.15. Hasil Rerata Aktivitas SGPT Hewan Coba Tiap Kelompok Kelompok N Rerata kadar SGPT Simpangan Baku U/L Kontrol
9
23,5
10,36
I
9
21,0
4,80
II
9
35,0
23,43
III
9
25,3
14,25
Tabel V.16. Ringkasan ANAVA Untuk Aktivitas Enzim SGPT Hewan Coba Sumber Variasi Jumlah db Rata-rata F Sig Kuadrat Kuadrat Antar Kelompok 1015.417 3 338.472 1.534 .225 Dalam Kelompok Total
7060.222
32
8075.639
35
220.632
Untuk SGPT didapatkan nilai signifikansi = 0,225 , harga tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
45
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI PEMBAHASAN
Penggunaan
tanaman obat tradisonal di Indonesia masih banyak
dilakukan dan hal tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat sejak lama. Sampai saat ini masyarakat
sering menggunakan obat tradisional untuk berbagai
pengobatan penyakit karena mempunyai efek samping yang relatif tidak bermakna (Sutarjadi, 1991). Salah satu tumbuhan yang sering di gunakan masyarakat sebagai pengobatan adalah Artocarpus champeden (suku Moraceae) atau yang dikenal masyarakat dengan nama daerah cempedak. Cempedak tersebut mempunyai
aktivitas
sebagai
antimalaria
sehingga
berpotensi
untuk
dikembangkan sebagai sediaan fitofarmaka. Keamanan dalam penggunaan sediaan merupakan salah satu syarat sediaan fitofarmaka. Hal ini dilakukan dalam upaya melindungi masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional. Pada penelitian ini dilakukan pengujian toksisitas akut untuk melihat LD50 dan subakut untuk melihat gambaran histopatologi hati serta aktivitas enzim SGOT dan SGPT dari hati mencit selama 14 hari dengan menggunakan granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak. Uji toksisitas akut dilakukan dengan pemberian granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dengan disuspensikan ke dalam CMC-Na 0,5%. Dosis yang digunakan yaitu dosis tertinggi 15 g/kg BB tikus tabel toxicity rating (Loomis,1987). Dinyatakan bahwa suatu bahan disebut relatif tidak berbahaya jika pada pemberian dosis
15 g/kg BB tikus tidak
memberikan kematian pada hewan coba. Kemudian dilakukan penyetaraan dosis dari tikus ke mencit dan diperoleh dosis sebesar 21 g/kg BB mencit. Dari dosis tersebut disetarakan ke mencit dengan berat badan 20 g didapat 20/1000x 21 g ekstrak = 0,42 g. Pada penelitian uji toksisitas akut ini dibagi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Sebagai kontrol, jumlah mencit yang digunakan ada 10 mencit masing-masing terdiri 5 mencit jantan dan 5 mencit betina. Kelompok kontrol diberikan suspensi CMC-Na 0,5%. Kemudian pada kelompok perlakuan , mencit yang digunakan ada 10 mencit masing-masing terdiri 5 mencit jantan dan 5 mencit betina. Kelompok perlakuan ini diberikan
Skripsi
46
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
47
dosis tertinggi sebesar 0,42 g / 20 g BB mencit. Pada uji toksisitas akut dilakukan dengan pemberian bahan uji sebanyak satu kali kemudian diamati jumlah mencit yang mati setelah pemberian bahan uji selama empat jam dan 24 jam. Apabila setelah 24 jam tidak terjadi kematian maka pengamatan dilakukan lagi selama satu minggu. Hasil dari uji toksisitas akut dengan menggunakan dosis tertinggi yaitu dosis 21 g/kg BB mencit atau 0,42 g / 20 g BB mencit disimpulkan tidak berbahaya karena tidak terjadi kematian pada hewan coba. Sehingga dengan demikian, LD50 dari granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dikategorikan sebagai bahan yang relatif tidak berbahaya (Loomis,1987). Uji toksisitas subakut dilakukan dengan pemberian granul ekstrak etanol 80 % kulit batang cempedak yang disuspensikan dalam CMC-Na 0,5% pada mencit jantan. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah dosis efektif dari kulit cempedak sebesar 10 mg/kg BB mencit. Dari dosis efektif ini ditingkatkan lagi menjadi 5 kali dan 10 kalinya berdasarkan penelitian uji toksisitas ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Wardhani,2008). Untuk mengetahui perbedaan kerusakan hati yang ditimbulkan dari ketiga dosis yang berbeda tersebut apabila digunakan secara oral sebanyak 1 kali sehari pada mencit selama 14 hari. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas subakut adalah 1x dosis efektif atau 0,2 mg / 20 g BB mencit; 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g BB mencit; dan 10x dosis efektif atau 2 mg / 20 g BB mencit. Uji toksisitas subakut pada percobaan ini dibagi menjadi menjadi empat kelompok yaitu kontrol yang diberi suspensi CMC-Na 0,5% , kelompok 1 yang diberi 1x dosis efektif atau 0,2 mg / 20 mg BB mencit, kelompok 2 yang diberi 5x dosis efektif atau 1 mg / 20 g BB mencit, dan kelompok 3 yang diberi 10x dosis efektif atau 2 mg / 20 g BB mencit. Setelah 14 hari dilakukan pembedahan untuk diambil darah dari jantung (intracardial) dan organ hati. Pengamatan histopatologi hepar mencit bertujuan untuk melihat kerusakan yang terjadi pada sel hati secara mikroskopis akibat pemberian bahan uji. Irisan organ hepar yang diperoleh diproses untuk pembuatan sediaan mikroskopis kemudian diwarnai dengan pewarnaan Hematoksillin Eosin (HE). Pemeriksaan
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
48
histopatologi dilakukan melalui pengamatan mikroskopik preparat histopat hati mencit dengan perbesaran 400x. Pengamatan histopatologi hepar dilakukan pada lima lapang pandang yang berbeda. Setiap lapang padang diamati perubahanperubahan yang terjadi pada sel hepar yaitu degenerasi dan nekrosis kemudian diskor dan dirata-rata lima kali hasil skor setiap pergeseran maka itu adalah data yang diperoleh dari satu preparat. Data yang didapat selanjutnya dianalisis dengan uji statistik Kruskal Wallis. Apabila dari hasil uji terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U untuk mengetahui perbedaan antara kelompok. Berdasarkan hasil analisis Kruskal Wallis untuk histopatologi hati pada perubahan degenerasi didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig) = 0,000. Harga sigfikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji. Untuk mengetahui perbedaan tersebut dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney U antara kelompok kontrol dengan kelompok 1x dosis efektif ; kontrol dengan kelompok 5x dosis efektif ; kontrol dengan kelompok 10x dosis efektif, didapatkan hasil ada perbedaan terhadap semua kelompok. Sedangkan hasil analisis Kruskal Wallis untuk histopatologi hati pada perubahan berupa nekrosis didapatkan harga signifikansi (Asymp.Sig) = 0,548. Harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara semua kelompok uji. Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dapat menyebabkan perubahan histopatologi hati berupa degenerasi. Degenerasi merupakan perubahan morfologi sel akibat dari luka yang tidak mematikan (non lethal injury) yang bersifat reversibel dikarenakan apabila rangsangan yang menimbulkan cedera tersebut dihentikan, maka sel akan kembali sehat seperti semula. Tetapi apabila berjalan terus-menerus dan diberikan dengan dosis yang berlebihan, maka akan mengakibatkan nekrosis atau kematian sel yang bersifat irreversibel (Himawan, 1994 ; Price & Wilson, 2002). Degenerasi umumnya disebabkan oleh kerusakan mitokondria yang nyata. Mitokondria berfungsi sebagai sumber tenaga dalam sel yang dihasilkan dalam bentuk ATP. Apabila mitokondria terganggu, maka pembentukan ATP juga akan
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
49
terganggu. Akibatnya proses transfer sel mengalami gangguan. Salah satu proses transfer sel yang penting adalah pompa natrium. Mekanisme ini penting untuk mempertahankan tekanan osmotik dalam sel. Apabila mekanisme ini terganggu, maka akan mengakibatkan sel tidak mampu memompa ion natrium yang cukup keluar sel. Akibat dari peningkatan konsentrasi ion natrium dalam sel menyebabkan masuknya air ke dalam sel. Perubahan pembengkakan sel tidak nyata secara mikroskopik dan hanya menyebabkan sedikit pembesaran sel dan sedikit perubahan susunan. Pembesaran jaringan atau organ bersangkutan dapat diketahui karena berat yang sedikit yang meningkat dan organ terlihat lebih pucat. Keadaan seperti ini disebut dengan degenerasi hidropik karena pada pengamatan mikroskopik terlihat vakuola yang jernih berisi air dalam sitoplasma (Price & Wilson, 2002). Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang merupakan kelanjutan dari degenerasi sel yang sifatnya irreversibel sebab nekrosis pada sel hati adalah rusaknya susunan enzim dari sel. Tampak atau tidaknya kerusakan pada sel tergantung pada lama dan jenis nekrosis. Tahap-tahap nekrosis meliputi piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Piknosis ditandai dengan terjadinya penggumpalan kromatin dan tidak dikenali lagi anak inti tampak lebih padat dan berwarna gelap hitam. Karioeksis ditandai dengan terjadinya kerusakan pada inti yaitu inti pecah berkeping-keping sehingga bentuknya menjadi tidak teratur. Sitoplasma mulai memanjang dan menyerap zat warna lebih banyak sehingga warna menjadi gelap setelah dilakukan pewarnaan. Kariolisis ditandai dengan inti yang mulai hilang hingga sulit dikenali secara mikroskpis, bentuk sel lebih memanjang dan warnanya menjadi tidak jelas setelah dilakukan pewarnaan (Himawan, 1994). Menurut Achmad (2004) cempedak (Artocarpus champeden Spreng) mempunyai kandungan utama yaitu senyawa flavonid dan berdasarkan penelitian sebelumnya marker dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak merupakan senyawa flavonoid yang terkandung dalam suku Moraceae adalah khalkon (Widyawaruyanti, 2008). Pada penelitian lainnya senyawa khalkon diujikan terhadap mencit yang mengalami kerusakan liver akut
mempunyai aktivitas
hepatoprotektif yang kuat melalui penekanan TNF alpha , mengurangi perubahan histopatologi di dalam hati, dan melemahkan apoptosis hepatosit (Guan, 2005).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Selain itu senyawa khalkon
juga dilaporkan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan enzim Glutation S-Transferase di hati (Kohno, 2002). Glutation STransferase adalah enzim detoksifikasi utama fase II yang ditemukan di sitosol dan enzim ini mempunyai aktivitas menghambat N-kinase sehingga melindungi sel melawan H2O2 yang menyebabkan kematian sel (Sheehan, 2001). Dengan adanya peningkatan enzim Glutation S-Transferase , maka senyawa karsinogen akan mengalami detoksifikasi sehingga lebih cepat diekskresikan dan tidak sempat megalami tahap-tahap perkembangan menjadi kanker (Sugianto, 2009). Degenerasi pada sel hati kemungkinan disebabkan karena glikosida flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng). Senyawa flavonoid dapat menyebabkan kegagalan fungsi liver dan bersifat toksik bagi mitokondria sel plasma ,akan tetapi efek toksik tersebut jarang terjadi sehingga relatif aman untuk dikonsumsi (Galati,2004). Toksisitas pada senyawa flavonoid terhadap hewan rendah, hal tersebut ditunjukkan penelitian harga LD50 tikus 2-10 g untuk kebanyakan macam flavonoid. Jika dosis tersebut diberikan pada manusia sangat tidak realistis karena ada peringatan bahwa pemberian flavonoid untuk manusia harus kurang dari 1 mg per hari (Tapas, 2008). Selain melalui pengamatan terhadap histopatologi hati mencit, aktivitas enzim SGOT dan SGPT juga menjadi paremeter dalam penelitian uji toksisitas subakut. Dipilihnya aktivitas enzim SGOT dan SGPT sebagai tolak ukur kemungkinan terjadinya kelainan hati karena peningkatan aktivitas enzim-enzim tersebut merupakan indikator kuat dan peka terhadap adanya kelainan sel-sel hati. Enzim SGOT merupakan enzim mitokondria yang banyak ditemukan dalam jantung, hati, otot tubuh, dan ginjal. Nilainya akan meningkat bila terjadi kerusakan sel yang akut Kadar yang meningkat terdapat pada hepatoseluler nekrosis atau infark myokard (Hadi, 2002). Enzim SGPT banyak terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh dan sumber utama adalah se-sel hati, sedang dalam jantung dan
otot-otot
skelet
agak
kurang
jika
dibandingkan
dengan
SGOT.
Peningkatannya lebih khas untuk kerusakan hati. Kenaikan kadar transaminase dalam serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya akan transaminase mengalami nekrosis atau hancur (Hadi, 2002).
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
51
Pada penelitian uji toksisitas subakut data enzim SGOT dan SGPT yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANAVA pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis pada aktivitas enzim SGOT diperoleh harga Sig. (0,978) lebih besar dari pada 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok. Demikian pula pada aktivitas enzim SGPT, dari hasil analisis diperoleh harga Sig. (0,225) lebih besar dari pada 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok. Berdasarkan pada pengamatan kedua parameter tersebut yaitu pengamatan terhadap histopatologi hati mencit dan pengukuran aktivitas enzim SGOT dan SGPT, disimpulkan bahwa granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak pada dosis efektif (0,2 mg/20 g BB mencit), 5 x dosis efektif (1 mg/ 20 g BB mencit), dan 10 x dosis efektif (2 mg / 20 g BB mencit)
tidak bersifat
hepatotoksik. Dari hasil analisis SGOT dan SPGT dinyatakan bahan uji tidak bersifat hepatotoksik akan tetapi sediaan granul aman digunakan.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Harga LD50 granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) diatas 21 g/kg BB mencit atau 0,42 g / 20 g BB mencit sehingga granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) termasuk zat yang relatif kurang berbahaya. 2. Pemberian granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) selama 14 hari pada dosis 0,2 mg / 20 g BB mencit, dosis 1 mg / 20 g BB mencit, dosis 2 mg / 20 g BB mencit dapat menyebabkan terjadinya perubahan histologi pada hati, yaitu berupa degenerasi. 3. Pemberian granul ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) selama 14 hari pada dosis 0,2 mg / 20 g BB mencit, dosis 1 mg / 20 g BB mencit, dosis 2 mg / 20 g BB mencit tidak menyebabkan peningkatan aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada mencit.
7.2. Saran Saran–saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain : 1. Diharapkan selanjutnya dilakukan pengujian toksisitas cempedak ( Artocarpus champeden Spreng ) terhadap hewan coba yang memiliki sel mirip dengan sel manusia yaitu primata. 2. Perlu dilakukan uji toksisitas yang lebih lanjut terhadap organ lain seperti ginjal dan usus.
Skripsi
52
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A., 2004. Empat Puluh Tahun Dalam Kimia Organik Bahan Alam Tumbuh-Tumbuhan Tropika Indonesia : Rekoleksi Dan Prospek. Bull Soc Nat Prod Chem 4 : 35-54 Amadea, J., Pesce, L., Kaplas, A. 1987. Methods in Clinical Chemistry. The C.V. Mosby Company St. Louis, Washington DC. Toronto. P. 10621093. Andreas, J. M. 1992. The Mouse, in : Gad, S. C., Chengelis, C.P., (Eds.), Animal Models in Toxicology. Marcell Dekker Inc, New York. Backer, C. A. dan Backhuizen Van Den Brink, B. C., 1965. Flora of Java Vol. II. Groningen The Netherland :NVP. Noordhoff, hal.19 Boonlaksiri, C., Oonanant, W., Kongsaeree, P., Kittakoop, P., Tanticharoen, M., Thebtaranonth, Y., 2000. An antimalarial stillbene from Artocarpus intreger. J. Phytochem 54: 415-417. Daniel, W.W. 1989. Statistika Non Parametrik Terapan (Terjemahan oleh Elex dan Kantjono W). PT Gramedia, Jakarta. Donald, M.G., Zachary, F. J. 2007. Pathologic Basic of Veterynary Disease. Fourth Edition. By Mosby. Inc. an Affiliate of Elsevier Inc. Dorelanko MJ, Holinger MA, 1995. CRC Handbook of Toxicology, CRC Press, New York Galati, G., O’brien, P.J. 2004. Potential toxicity of flavonoid and other dietary phenolics: significance for their chemopreventive and anticancer properties.http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S089158490 4003806. diakses tanggal 7-8-2011. Guan, L.P., Nan, J.X, Jin, Q.H.,Kwak, K.C., Chai, K.Y., Quan, Z.S. 2005. Protective Effect of Chalcone Derivatives for Acute liver Injury in Mice. Arch Pharm 28: 81-86. http://www.springerlink.com/content/enrh871520562p1u/. diakses tanggal 5-82011. Ghosh, M., N. 1971. Fundamental of Eksperimental Pharmacology. Scientific Book Agency, Calcutta. hal. 84-90
Skripsi
53
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
54
Girinda, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Guyton, C.A. & Hall, J.E. 1997. In : Setiwan, I. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. hal. 1103-1109 Hadi, S. 2002. Gastroenterology. Penerbit Alumni, Bandung. Hal. 402-420 Hakim, E., H., Achmad, S., A., Juliawaty, L., D., Makmur, L., Suyatno, 1996, A New Prenylated Flavone from Artocarpus champeden. J. Nat. Prod. 59, 878-879. Hakim, E., H., Fahriyati, A., Kau, M., S., Achmad, S., A., Makmur, L., Ghisalberti, E., L., Nomura, T., 1999, Artoindosianin A and B, Two New prenylated Flavones from the Root of Artocarpus champeden. J. Nat. Prod.62, 613-615. Heyne K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II, diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta, hal. 18171818 Hidayati, A.R. , 2004. Skripsi : Aktivitas Antimalaria Fraksi Kloroform Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng.) terhadap Plasmodium berghei in vivo Himawan, S. 1994. Patologi. Edisi 1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. hal. 226-249 Kardinan, A. dan Kusuma,F.R.,2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami.Jakarta:2004, hal. 2 Koeman, J.H. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. hal. 39 Kohno, H., Yamaguchi, K., Taima, M., Tanaka, T. 2002. Prevention of Colonic Aberrant Crypt Foci by Dietary Feeding of Chalcone and 2Hydroxychalcone in Male F344 Rats. J Toxicol Pathol 15: 137-143. Lu,F.C. 1995. Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko.Edisi II. Jakarta : UI Press , hal. 85-100.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
55
Loomis, T. 1978. Essential of Toxicology. 3rd edition, Lea & Febriger, Philadephia. hal. 22 Marenowati, N. , 2005. Skripsi : Uji Toksisitas Akut dan Subakut Esktrak Etanol dan Esktrak Air Kulit Batang Artocarpus champeden Spreng dengan Parameter Hispatologi Hati Mencit
Morton, J., 1987. Fruits of Warm Climates. Creative Resource System Inc. Miami, Florida Page, D. S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Edisi kedua. Jakarta : Erlangga. hal. 86 Price, A. S. & Wilson, M. L. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. hal. 426-430. Sheehan, D., Meade, G., Foley, V.M., Dowd, C.A. 2001. Structure, function and evalution of glutathione tranferases: implications for classification of non-mammalian members of an ancient enzyme superfamily. Biochem J. 360: 1-16. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1222196/ diakses tanggal 5-8-2011. Sherlock, S. 1995. Penyakit Hati dan System Saluran Empedu. Jakarta : Widya Mandala. hal. 15 Steenis C.G.G.J van. 1975., Flora Untuk Sekolah di Indonesia. diterjemahkan oleh Jurusan Botani UGM. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, hal. 406407. Sugianto, Hamid, I.S., Meiyanto, E., Widyarini, S. 2009. Ekspresi CYP1A1 dan GSTµ hepatosit terinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasena dan pengaruh pemberian ekstrak etanolik Gynura procumbens. Majalah Farmasi Indonesia 20: 198-206. Sukardja, I.D.G 1998. Correlation of Clinical and Pathological Diagnosis of Neoplasm. Modern Pathology for Service and Research on Cancer. Hal 15-35. Sutarjadi. 1991. Dari Jamu Menjadi Obat Tradisional Menuju ke Fitofarmaka. Lab.Botani-Farmakognosi UNAIR, Surabaya. Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., Kakde, R.B.2008. Flavonoid as Nutraceuticals: A Review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3): 1089-1099
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
56
Thomas, 1992. Tanaman Obat Tradisional 2 .Yogyakarta:Kanisius, hal 9 Utomo, N. D. W, 2003. Skripsi: Aktivitas Antimalaria Ekstrak Metanol Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng.) terhadap Plasmodium berghei in vivo Wardhani, E. E., 2008. Skripsi : Uji Toksisitas Akut dan Subakut Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng) dengan parameter Histopatologi Hati dan Enzim SGOT/SGPT pada Mencit Widyawaruyanti, A. 2008. Ekstrak Terstandar Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng) Sebagai Bahan Baku Obat Fitofarmaka Antimalaria Potensial. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Perguruan Tinggi Proyek DP3M Tahun Anggaran 2008 Widyawaruyanti, A., Subehan, Kalauni, S., K., Asih B., S., Nindatu, M., Awale S., Kadota, S., Sjafruddin, Zaini, N., C., 2007, New prenylated flavones from Artocarpus champeden, and their antimalarial activity in vitro. J. Nat. Med.61.410-413. DOI :10.1007/s11418-007-0153-8 Wilson dan Gusvald. 1982. Textbook of Organic Medical and Chemistry, Bag. I Penerjemah Achmad Mustafa Fatah, IKIP Semarang Press.
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 1 Contoh perhitungan dosis toksisitas akut : Kelompok I Dosis 21 g / kg BB = 21000 mg / 1000 g BB = 420 mg / 20 g BB Untuk 10 ekor mencit = 10 x 420 mg = 4200 mg Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl = 2000 µl = 2 ml Granul yang ditimbang = 4200 mg = 4,2 g dilarutkan dalam 2,5 ml CMC – Na Catatan : karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml. Sehingga 4,2 g dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk mencit 20 g menjadi 0,4 ml atau 4,2 g dilarutkan dalam 10 ml CMC Na maka penyodean untuk mencit 20 g menjadi 0,8 ml
57 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 2
Contoh perhitungan toksisitas subakut : Kelompok I Dosis 10 mg / kg BB = 10 mg / 1000 g BB = 0,2 mg / 20 g BB Untuk 10 ekor mencit = 10 x 0,2 mg = 2 mg Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl = 2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak x 1 mg = 40,59 mg
maka granul yang diperlukan adalah
Granul yang ditimbang = 40,59 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na. karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml Sehingga 40,59 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk mencit 20 g menjadi 0,4 ml
Kelompok II Dosis 5 x 10 mg / kg BB = 1 mg / 20 g BB Untuk 10 ekor mencit = 10 x 1 mg = 10 mg Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl = 2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak maka granul yang diperlukan adalah
x 1 mg = 202,96 mg
Granul yang ditimbang = 202,96 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na . karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml Sehingga 202,96 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk mencit 20 g menjadi 0,4 ml
Kelompok III Dosis 10 x 10 mg / kg BB = 2 mg / 20 g BB Untuk 10 ekor mencit = 10 x 2 mg = 20 mg Bila disonde 200 µl per mencit dengan BB 20 g maka diperlukan = 10 x 200 µl = 2000 µl = 2 ml. Dalam 1 mg granul mengandung 0,04927 mg ekstrak cempedak maka granul yang diperlukan adalah
x 1 mg = 405,93 mg
58 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
59
Granul yang ditimbang = 405,93 mg dilarutkan dalam 2 ml CMC – Na karena labu ukur ukuran 2 ml tidak ada maka dilarutkan dalam labu ukur ukuran 5 ml Sehingga 405,93 mg dilarutkan dalam 5 ml CMC Na maka penyondean untuk mencit 20 g menjadi 0,4 ml
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 3 PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SERUM
Pengambilan Serum Pengambilan darah dilakukan melalui jantung (intrakardial) dengan alat suntik sebanyak 1 ml. Darah yang telah diambil dimasukkan dalam tabung venoject yang bersih dan kering, kemudian disentrifus dengan kecepatan 300 rpm selama 10 menit. Serum yang sudah terpisah diambil dan dimasukkan dalam tabung lain yang bersih kering dan ditutup. Jika serum tidak langsung diperiksa, maka harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC selama maksimal 4 hari. Jika lebih dari 4 hari serum akan mengalami degradasi aktivitas sebesar 10% (Anonim,1986). Pemeriksaan Aktivitas Enzim SGOT Serum dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan larutan pereaksi sebanyak 1 ml kemudian dikocok sampai homogen dan ditunggu selama satu menit sebelum diukur. Setelah satu menit, diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm, dicatat ∆Anya setiap menit selama tiga menit. Kemudian ∆A dikalikan factor yang tertera pada prosedur kerja kit. Pemeriksaan Aktivitas Enzim SGPT Serum dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan larutan pereaksi 1 ml kemudian dikocok sampai homogen dan ditunggu selama satu menit sebelum diukur. Setelah satu menit, diukur dengan dengan panjang gelombang 340 nm, dicatat ∆Anya setiap menit selama 3 menit. Kemudian dikalikan factor yang tertera pada prosedur kerja kit.
60 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 4 PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI
Cara pembuatannya melalui beberapa tahap yaitu: 1.
Fiksasi dengan formalin 10% dilanjutkan pencucian dengan air Tujuan : • Mencegah degenerasi post mortem • Mematikan kuman atau bakteri • Meningkatkan afinitas jaringan terhadap bermacam-macam zat warna • Menjadikan jaringan lebih keras, sehingga mengawetkan bentuk sebenarnya dan mudah dipotong • Meningkatkan indeks refraksi berbagai komponen jaringan Cara kerja : Segera setelah hewan percobaan dikorbankan, diambil organ hati dan dimasukkan dalam formalin 10% sekurang-kurangnya 24 jam, kemudian dilakukan pencucian dengan air kran.
2.
Dehidrasi dan clearing Tujuan : • Menarik air dari jaringan • Membersihkan dan menjernihkan jaringan Reagen : • Alkohol bertingkat : alkohol 70%, 80%, 90% • Xylol I dan II Cara kerja : Hati yang telah dicuci air kran dimasukkan kedalam reagen alkohol selama masing-masing 30 menit kemudian direndam dengan xylol yang diganti sebanyak 2 kali untuk penjernihan jaringan.
3.
Infiltrasi Tujuan : Jaringan lebih tahan terhadap pemotongan Reagen : Parafin I dan II Cara kerja : Jaringan dimasukkan dalam parafin I yang mencair, kemudian dimasukkan dalam oven selama 30 menit, lalu dimasukkan dalam parafin II dan dimasukkan oven selama 30 menit pada suhu 600 C.
61 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
62
4.
Pembuatan balok paraffin Tujuan : Supaya jaringan mudah dipotong Reagen : Parafin cair Cara kerja: Disediakan beberapa cetakan besi yang sudah diolesi gliserin dengan untuk mencegah lekatnya parafin dengan cetakan, kemudian hati yang dipotongpotong tadi dimasukkan kedalam dengan pinset dan ditunggu sampai paraffin membeku.
5.
Pemotongan balok paraffin dengan mikrotom Tujuan : Mendapatkan jaringan yang setipis mungkin agar mudah dilihat dengan mikroskop. Alat : Mikrotom Cara kerja : Pemotongan dilakukan secara random yaitu tiap 15 kali pemotongan dilakukan secara seri, diambil satu dengan ketebalan empat sampai tujuh micron. Kemudian dicelupkan air hangat dengan suhu 200C sampai jaringan mengembang dengan baik kemudian diletakkan pada obyek glass sebelum diolesi dengan egg albumin, lalu dikeringkan dengan hot plate.
6.
Pewarnaan dengan menggunakan Hematoxylin Eosin Tujuan : Memudahkan melihat perubahan pada jaringan. Cara kerja : • Tempatkan cover glass yang telah diberi sediaan pada rak pewarnaan • Tetesi sediaan dengan hematoxylin selama 1 menit • Lepaskan warna dengan dialiri air • Cuci hingga jernih • Tetesi sediaan dengan eosin selama 1-2 menit • Lepaskan warna dengan dialiri air • Cuci hingga air jernih • Dilakukan dehidrasi dengan larutan alkohol (50%, 70%, 80%, 95% x 2, 100% x 2) • Dilakukan clearing dengan xylene (3-4 x)
7) Pemberian lapisan kanada balsam pada gelas obyek yang telah terwarnai 8) Kemudian ditutup dengan cover glass
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 5 HASIL SKORING HISTOPATOLOGI HATI
Tabel Tingkat dan Jumlah Skor Perubahan Histopatologi Hati Mencit yang Mengalami Degenerasi KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5% Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 1 0 0 0 2 0 0 0 3 1 0 0 4 0 0 0 5 0 1 1 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0
5 1 0 0 0 0 0 1 0 0
Rata-rata skor 0,4 0 0,4 0 0,6 0 0,2 0 0
KELOMPOK 1 DOSIS (0,2 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 4 2 2 0 0 5 4 2 4 2 6 0 0 0 0 7 3 2 1 1 8 1 1 1 0 9 1 2 1 1
5 0 1 1 2 4 0 1 1 0
Rata-rata skor 0,4 1,8 1,4 1,6 3,2 0 1,6 0,8 1
KELOMPOK 2 DOSIS (1 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 2 2 0 0 4 1 1 1 1 5 2 0 0 1 6 1 2 3 1 7 1 2 1 2 8 2 1 2 2
5 0 0 2 2 1 3 1 2
Rata-rata skor 0 0 1,2 1,2 0,8 2 1,4 1,8
4 1 0 1 0 1 0 0 0 0
63 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
64
9
2
2
3
2
KELOMPOK 3 DOSIS (2 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 2 2 1 4 2 1 2 3 4 3 3 1 3 1 4 3 0 2 1 5 1 1 2 2 6 0 1 2 2 7 3 1 3 3 8 2 2 1 3 9 3 4 4 3
1
2
5 1 2 3 2 4 1 1 3 4
Rata-rata skor 2 2,4 2,2 1,6 2 1,2 2,2 2,2 3,6
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Rata-rata Perubahan Degenerasi Yang Terjadi Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
65
Tabel Tingkat dan Jumlah Skor Perubahan Histopatologi Hati Mencit yang Mengalami Nekrosis KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5% Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 1 0 0 0 2 0 0 0 3 1 1 1 4 1 0 1 5 1 1 0 6 0 0 1 7 0 1 1 8 1 1 1 9 0 1 1
4 0 0 0 0 1 0 0 1 1
KELOMPOK 1 DOSIS (0,2 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 0 1 0 0 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 4 1 2 0 0 5 0 0 0 2 6 0 0 0 0 7 1 2 2 0 8 0 0 0 0 9 0 0 0 0
KELOMPOK 2 DOSIS (1 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 1 1 1 0 2 1 1 0 0 3 1 1 1 0 4 1 0 0 0 5 0 0 0 0 6 1 1 0 1 7 0 0 1 1 8 1 1 1 2 9 1 1 1 1
Skripsi
5 0 0 0 1 0 1 1 1 0
Rata-rata skor 0 0 0,6 0,6 0,6 0,4 0,6 1,0 0,6
5 0 3 2 0 0 0 0 0 0
Rata-rata skor 0,2 2,2 1,4 0,6 0,4 0 1 0 0
5 1 1 0 1 0 1 1 1 1
Rata-rata skor 0,8 0,6 0,6 0,4 0 0,8 0,6 1,2 1
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
66
KELOMPOK 3 DOSIS ( 2 mg / 20 g BB mencit) Replikasi Lapang Pandang 1 2 3 4 1 1 1 0 1 2 1 1 1 1 3 0 1 0 1 4 1 0 1 0 5 0 1 0 1 6 1 1 1 1 7 1 1 1 1 8 0 0 1 1 9 1 1 1 1
5 0 1 1 0 0 1 0 1 0
Rata-rata skor 0,6 1 0,6 0,4 0,4 1 0,8 0,6 0,8
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Rata-rata Perubahan Nekrosis Yang Terjadi Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng )
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 6 DATA HASIL PEMERIKSAAN ENZIM SGOT & SGPT PADA MENCIT KELOMPOK KONTROL CMC-Na 0,5% N SGOT U/L SGPT U/L 1
63
18
2
51
12
3
39
15
4
73
48
5
74
26
6
74
20
7
70
25
8
64
22
9
31
25
KELOMPOK I DOSIS 0,2 mg / 20 g BB mencit N SGOT U/L SGPT U/L 1
72
21
2
28
25
3
96
21
4
54
26
5
50
15
6
79
21
7
59
12
8
36
22
9
53
26
KELOMPOK II DOSIS 1 mg / 20 g BB mencit N SGOT U/L SGPT U/L 1
48
33
2
66
23
3
66
16
4
73
72
5
46
77
6
45
17
7
43
36
8
78
22
67 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
68
9
74
19
KELOMPOK III DOSIS 2 mg / 20 g BB mencit N SGOT U/L SGPT U/L 1
31
60
2
85
20
3
78
25
4
64
13
5
56
19
6
56
34
7
46
18
8
73
21
9
70
18
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Aktivitas Enzim SGOT Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng )
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
69
Diagram Hubungan Kelompok Uji Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pada Pemberian Granul Ekstrak Etanol Kulit Batang Cempedak ( Artocarpus champeden Spreng )
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 7 HASIL UJI KRUSKAL WALLIS 1. Hasil Uji Kruskal Wallis Degenerasi Ranks kelompok skor
N
Mean Rank
dosis 10
9
19.22
dosis 50
9
18.06
dosis 100
9
29.33
kontrol negatif
9
7.39
Total
36 b,c
Test Statistics
skor Chi-Square
19.873
df
3
Asymp. Sig. Monte Carlo Sig.
.000 Sig. 95% Confidence Interval
.000
a
Lower Bound
.000
Upper Bound
.000
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 743671174. b. Kruskal Wallis Test c. Grouping Variable: kelompok
70 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
71
2. Hasil Uji Kruskal Wallis Nekrosis Ranks kelompok skor
N
Mean Rank
kontrolnegatif
9
15.61
dosis 100
9
21.17
dosis 50
9
20.78
dosis 10
9
16.44
Total
36 b,c
Test Statistics
skor Chi-Square
2.118
df
3
Asymp. Sig. Monte Carlo Sig.
.548 Sig. 95% Confidence Interval
.560
a
Lower Bound
.550
Upper Bound
.570
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1314643744. b. Kruskal Wallis Test c. Grouping Variable: kelompok
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 8 HASIL UJI MANN-WHITNEY U
1.Degenerasi 1.1 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok I Ranks kelompok skor
N
Mean Rank
Sum of Ranks
dosis 10
9
13.06
117.50
kontrol negatif
9
5.94
53.50
Total
18 c
Test Statistics
skor Mann-Whitney U
8.500
Wilcoxon W
53.500
Z
-2.886
Asymp. Sig. (2-tailed)
.004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] Monte Carlo Sig. (2-tailed)
Sig. 95% Confidence Interval
Monte Carlo Sig. (1-tailed)
95% Confidence Interval
.003
a
.003
b
Lower Bound
.002
Upper Bound
.004
Lower Bound
.001
Upper Bound
.002
Sig.
.001
b
a. Not corrected for ties. b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 624387341. c. Grouping Variable: kelompok
72 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
73
1.2 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok II Ranks kelompok skor
N
Mean Rank
Sum of Ranks
dosis 50
9
12.56
113.00
kontrol negatif
9
6.44
58.00
Total
18
c
Test Statistics
skor Mann-Whitney U
13.000
Wilcoxon W
58.000
Z
-2.506
Asymp. Sig. (2-tailed)
.012
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] Monte Carlo Sig. (2-tailed)
Sig. 95% Confidence Interval
Monte Carlo Sig. (1-tailed)
95% Confidence Interval
.014
a
.009
b
Lower Bound
.007
Upper Bound
.011
Lower Bound
.003
Upper Bound
.006
Sig.
.004
b
a. Not corrected for ties. b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 334431365. c. Grouping Variable: kelompok
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
74
1.3 Hasil Uji Mann-Whitney U Antara Kontrol Dengan Kelompok III Ranks kelompok skor
N
Mean Rank
Sum of Ranks
dosis 100
9
14.00
126.00
kontrol negatif
9
5.00
45.00
Total
18
c
Test Statistics
skor Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
45.000
Z
-3.625
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] Monte Carlo Sig. (2-tailed)
Sig. 95% Confidence Interval
Monte Carlo Sig. (1-tailed)
95% Confidence Interval
.000
a
.000
b
Lower Bound
.000
Upper Bound
.000
Lower Bound
.000
Upper Bound
.000
Sig.
.000
b
a. Not corrected for ties. b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1502173562. c. Grouping Variable: kelompok
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 9 HASIL UJI ANAVA 95% 1.SGOT Descriptives N
KONTROL Dosis 10 mg Dosis 50 mg Dosis 100 mg Total
9 9 9 9 36
Mean
Std. Deviati on
Std. Error
59.88 89 58.55 56 59.88 89 62.11 11 60.11 11
16.003 47 21.119 37 14.207 78 16.818 48 16.512 46
5.334 49 7.039 79 4.735 93 5.606 16 2.753 58
95% Confidence Interval for Mean
Minimu m
Maximu m
Lower Bound
Upper Bound
47.5875
72.1902
31.00
74.00
42.3218
74.7893
28.00
96.00
48.9678
70.8100
43.00
78.00
49.1833
75.0389
31.00
85.00
54.5211
65.7012
28.00
96.00
Between Compon ent Variance
ANOVA SGOT
Between Groups
Sum of Squares
df
Mean Square
58.667
3
19.556
Within Groups
9494.889
32
296.715
Total
9553.556
35
F
Sig. .066
.978
75 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
76
2.SGPT Descricptives
N
kontrol
9
Dosis 10 Dosis 50 Dosis 100 Total
9 9 9 36
Mean
Std. Deviat ion
23.44 44 21.00 00 35.00 00 25.33 33 26.19 44
10.36 956 4.795 83 23.43 075 14.24 781 15.18 988
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minim um
Maxim um
Lower Bound
Upper Bound
3.45652
15.4737
31.4152
12.00
48.00
1.59861
17.3136
24.6864
12.00
26.00
7.81025
16.9895
53.0105
16.00
77.00
4.74927
14.3815
36.2852
13.00
60.00
2.53165
21.0549
31.3340
12.00
77.00
Between Compon ent Variance
ANOVA SGPT
Between Groups
Skripsi
Sum of Squares
df
Mean Square
1015.417
3
338.472
Within Groups
7060.222
32
220.632
Total
8075.639
35
F 1.534
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Sig. .225
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 10 KLASIFIKASI TOKSISITAS
Inhalations
LD50 Toxicity
Commonly
Single
Rating
Used Term
Oral Dose Rats
1
2
3
4
5
6
4-hr Vapor Exposure Mortality of
<1
Toxic
mg/Kg
Higly Toxic
1-50 mg
10-100 ppm
Moderately
50-500
Toxic
mg
Toxic Practically Non-Toxic Relatively Harmless
0,5-5 g
5-15 g
LD50 Skin
Lethal
Rabbit
Dose For Man
2/6-4/6 Rats
Extremely
Slightly
Probable
< 10 ppm
< 5 mg/Kg
A taste, 1 grain
5-43
1 teaspoon,
mg/Kg
4 cc
100-1000
44-340
1 ounce, 30
ppm
mg/Kg
gm
1000-10.000
0,35-2,81
1 cup, 250
ppm
g/Kg
gm
10.000-
2,82-22,59
1 quart,
100.000 ppm
g/Kg
1000 gm
>22,6
>1 quart
>100.000
>15 g
ppm
Dikutip dari: Dorelanko, M. J and Holinger, M. A., 1995. CRC Handbook of Toxicology. CRC Press, New York, Hal. 657
77 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 11 KONVERSI DOSIS
Mouse 20 g Rat 200 g
Dog
Man
12
70
Kg
Kg
64,1
124,2
387,9
4,2
9,2
17,8
56,0
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
0,44
1,0
1,08
2,4
4,5
14,2
0,23
0,41
0,92
1,0
2,2
4,1
13,0
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1,0
1,9
6,1
0,008
0,06
0,10
0,22
0,24
0,52
1,0
3,1
0,0026
0,018
0,01
0,07
0,076
0,16
0,32
1,0
Mouse
Rat
20 g
200 g
1,0
7,0
0,14
Guinea
Rabbit
Cat
Monkey
1,5 Kg
2 Kg
4 Kg
12,25
27,8
29,7
1,0
1,74
3,9
0,08
0,57
1,0
0,04
0,25
0,03
Pig 400 g
Guinea Pig 400 g Rabbit 1,5 Kg Cat 2 Kg Monkey 4 Kg Dog 12 Kg Man 70 Kg
Dikutip dari: Ghosh., 1971. Fundamental of Experimental Pharmacology. Calcutta, Scientific Book Agency, page 85.
78 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 12 VOLUME MAKSIMUM DARI OBAT YANG DIBERIKAN PADA HEWAN COBA
Binatang Mencit 20-30 g Tikus 100 g Tupai 50 g Marmut 250 g Merpati 300 g Kelinci 2,5 Kg Kucing 3 Kg Anjing 5 Kg
Volume Maksimum (ml) Intravena Intramuscular Intraperitonial Subkutan
Peroral
0,5
0,05
1,0
0,5-1,0
1,0
1,0
0,1
2,0-5,0
2,0-5,0
5,0
-
0,1
1,0-2,0
2,5
2,5
-
0,25
2,0-5,0
5,0
10,0
2,0
0,5
2,0
2,0
10,0
5,0-10,0
1,0
10,0-20,0
5,0-10,0
20,0
5,0-10,0
1,0
10,0-20,0
5,0-10,0
50,0
10,0-20,0
5,0
20,0-50,0
10,0
100,0
Dikutip dari: Ritschel, W. A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, Drugs Intelegence Inc.
79 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN 13
80 Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
81
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
82
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
83
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
84
Skripsi
Toksisitas Akut Dan Subakut Granul Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang Cempedak Dengan Parameter Histopatologi Hati Serta Enzim SGOT Dan SGPT Pada Mencit
Eko Julianto