ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TIONGHIOA DI PECINAN SEMARANG Oleh: Titiek Suliyati Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT As part of Indonesian society, Chinese society prosseses unique custom and tradition. Although Chinese society has settled for centuries in Indonesian and has adapted to Indonesia culture, they still carry out their marriage ceremony called “cio tao”. The marriage sense for Chinese society is “xiao” i.e. the respect to their parent, ancestors and the welfare for both families. It is recognized that Chinese society in Indonesia can be classified into two groups, i.e. pure-blooded and half-bred. Both groups organize different marriage custom. Pure-blooded group still follow the traditional custom while the half-bred left the traditional custom and attached either to their religion or Western style. At the present time the Chinese society tends to follow the traditional style as the consequence of the decree of president Abdurachman Wachid No.6/2000. Keywords: Chinese society, marriage ceremony, Pecinan Semarang
karena merupakan salah satu upacara daur A. PENDAHULUAN
hidup seseorang. Upacara perkawinan
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,
dilaksanakan sesuai dengan aturan agama
masyarakat Tionghoa memiliki keunikan adat
yang dipeluk oleh kedua mempelai dan
dan tradisi. Walaupun masyarakat
ditambah dengan upacara tradisi ciotao.
Tionghoa sudah menetap sangat lama di seluruh
Makna perkawinan bagi masyarakat
wilayah Indonesia termasuk
Tionghoa adalah salah satu bentuk xiao
Semarang dan sudah beradaptasi dengan
(bakti kepada orang tua dan kepada
budaya Indonesia, tetapi ada tradisi-tradisi
leluhur yaitu untuk melanjutkan keturunan
dari tanah asalnya yang masih diterapkan di
Indonesia.
Salah
satu
dan pemujaan kepada leluhur (Cheng,
keunikan
1946 : 168-169). Tujuan perkawinan
tradisinya ditampilkan dalam upacara adat
bukan hanya untuk kebahagiaan kedua
perkawinan.
mempelai
Upacara perkawinan merupakan hal yang penting dalam budaya Tionghoa 218
saja,
tetapi
juga
untuk
kesejahteraan dua keluarga yang disatukan
lebih memilih model perkawinan modern
dalam perkawinan tersebut.
atau model perkawinan Barat.
Secara
umum
masyarakat
Saat
ini
ada
kecenderungan
Tionghoa di Indonesia terbagi atas dua (2)
masyarakat Tionghoa melaksanakan adat
golongan yaitu golongan Tionghoa Totok
perkawinan dengan adat dari negara asal.
dan
Hal
Tionghoa
Peranakan.
Golongan
ini
disebabkan
kebijakan
Tionghoa Totok adalah golongan orang
Presiden
Tionghoa yang dilahirkan di Cina, dan
mencabut Instruksi Presiden No. 26/1967
masih memegang teguh adat, tradisi dan
melalui Keputusan Presiden No.6/ 2000,
kepercayaan dari negeri Cina. Secara
yang
umum golongan Tionghoa Totok ini
masyarakat Tionghoa untuk melakukan
kurang beradaptasi dengan budaya lokal.
aktivitas budaya dan kepercayaannya.
Golongan Tionghoa Peranakan adalah
Aktivitas budaya masyarakat Tionghoa
orang-orang Tionghoa yang dilahirkan di
yang semakin marak akan menambah
Indonesia
kekayaan
dan
merupakan
hasil
perkawinan antara orang Tionghoa dengan warga
lokal
serta
sudah
Abdurahman
oleh
memberi
dan
wachid
keleluasaan
keragaman
dalam
MASYARAKAT TIONGHOA
berbeda.
budaya
beradaptasi B.
adat
kepada
masyarakat Indonesia.
dengan budaya lokal. Kedua golongan ini melaksanakan
yang
pekawinan
ADAT
PERKAWINAN
Golongan Tionghoa Totok di
Syarat perkawinan yang penting
Semarang walaupun jumlahnya sedikit,
diperhatikan adalah larangan untuk kawin
tetapi mereka masih melaksanakan adat
dengan orang Tionghoa dari satu she
perkawinan
sesuai
adat
(marga). Calon mempelai yang berasal
perkawinan
dari
asalnya.
dari satu she dianggap memiliki hubungan
Golongan Tionghoa Peranakan dalam
darah dan hal ini akan berdampak buruk
melaksanakan adat perkawinan, biasanya
pada keturunan yang akan dilahirkan
sudah tidak terlalu dipengaruhi oleh adat
(Sugiastuti, Natasya Yunita, 2003 : 341-
perkawinan dari negara asal. Bahkan
342).
dengan negara
cenderung melakukan perkawinan sesuai
Saat ini dimungkinkan perkawinan
dengan aturan agama yang dianut serta
antara laki-laki dan perempuan yang memiliki
219
she sama,
sejauh bukan
merupakan kerabat dekat, yaitu misalnya
dan keluarga suami, melahirkan keturunan
perkawinan
yang dapat melanjutkan pemujaan kepada
perempuan
antara yang
laki-laki
memiliki
dan
hubungan
leluhur (Hidayat, Z.M, 1993 : 201).
sebagai sepupu (anak-anak dari dua orang
Masyarakat Tionghoa di Indonesia
yang bersaudara, baik dua bersaudara laki-
secara
laki,
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
kali-laki
dan
perempuan,
dua
umum
melakukan
perkawinan
bersaudara perempuan ). Dalam budaya
a. Upacara Adat Perkawinan
Tionghoa tidak diharapkan perkawinan
Masyarakat Tionghoa.
antara laki-laki dan perempuan kerabat
Masyarakat Tionghoa yang telah lama
dekat
kekerabatan
tinggal di Indonesia tidak meninggalkan
perempuan yang lebih tua, misalnya
budaya dari negara asalnya, termasuk adat
perkawinan laki-laki dengan saudara atau
perkawinan. Walaupun adat perkawinan
sepupu ibu/ayahnya).
masyarakat Tionghoa ini sudah mengalami
dengan
status
Aturan adat yang lain adalah sangat
perempuan
tetapi warna asli budaya Tionghoa masih
kawin mendahului kakak perempuannya.
sangat dominan. Upacara adat perkawinan
Demikian juga seorang laki-laki tabu
Tionghoa
kawin mendahului kakak laki-lakinya.
sebagai berikut :
Sebaliknya, adik perempuan boleh kawin
1. Lamaran
mendahului kakak laki-lakinya dan adik
Lamaran dilakukan ketika kedua calon
laki-laki juga boleh kawin mendahului
mempelai sudah saling mengenal dan
kakak perempuannya. Bila terjadi keadaan
melakukan proses pendekatan (pacaran).
yang memaksa tidak ditaatinya adat ini,
Lamaran dilakukan oleh keluarga calon
maka laki-laki atau perempuan yang akan
mempelai
kawin harus memberikan barang kepada
mengirimkan utusan ke rumah pihak calon
kakaknya yang
dilangkahi (Vasanty,
mempelai perempuan. Lamaran dilakukan
Puspa dalam Koentjaraningrat, 2002 : 362).
setelah ada kepastian bahwa lamaran akan
Esensi perkawinan bagi perempuan
diterima. Kepastian terhadap penerimaan
adalah
ditabukan
seorang
percampuran dengan budaya setempat,
untuk
kepentingan
lamaran
melalui
tahapan-tahapan
laki-laki
sangat
penting,
dengan
karena
cara
bila
keberlangsungan pemujaan arwah leluhur
lamaran ditolak akan menimbulkan sakit
dari pihak suami, pelayanan kepada suami
hati, malu
220
dan kesedihan di pihak
keluarga calon mempelai laki-laki. Pihak
peruntungan calon mempelai melalui feng
kekuarga calon mempelai laki-laki tidak
shui dengan menghitung unsur-unsur pada
akan menyentuh hidangan yang telah
shio
disajikan keluarga mempelai perempuan
ditemukan ketidakcocokan, maka ada
sampai
berbagai macam cara pemecahan yang
ada
kepastiannya
lamarannya
diterima.
masing-masing.
Jika
seandainya
bisa dipilih berdasarkan perhitungan feng
Pada jaman dahulu kedua calon
shui. Perhitungan feng shui terkait dengan
mempelai tidak saling mengenal dengan
jam, hari, tanggal dan tahun pelaksanaan
calon istri atau calon suaminya, karena
perkawinan. Untuk menghitung saat yang
perkawinan diatur oleh orang tua. Saat ini
baik ini diperlukan bantuan seorang ahli
telah ada perubahan yang memungkinkan
kwamia sian atau feng shui sianseng
semua orang bergaul secara terbuka dan
(orang
memperoleh kesempatan yang luas untuk
perhitungan jam, hari, tanggal, bulan dan
memilih pasangan hidupnya.
tahun
Pada saat akan meninggalkan rumah
yang
sangat
yang
baik
paham
dan
tentang
membawa
keberuntungan).
calon mempelai perempuan, ayah atau utusan dari pihak calon mempelai laki-laki
3. Sanjit (Seserahan)
menyelipkan angpao yang berisi uang di
Sanjit merupakan seserahan yang berupa
bawah cangkir minuman yang disuguhkan.
makanan
Bila lamaran diterima, sebagai balasan
ditempatkan pada tenong
pihak keluarga calon mempelai perempuan
makanan dari bambu, yang jumlahnya
memperikan tanda kasih berupa perhiasan
harus genap. Selain makanan ada barang-
kepada calon mempelai laki-laki.
barang lain seperti pakaian, sandal, sepatu,
Pada
waktu
lamaran
sekaligus
dan
buah-buahan
yang
atau tempat
alat make-up, accessories, perhiasan, uang
ditentukan pula waktu untuk memberikan
susu
yang
dibungkus
kertas
merah
sanjit atau seserahan.
(angpao) dan lain sebagainya. Barangbarang untuk seserahan dibawa oleh beberapa pemuda dengan harapan agar
2. Penentuan Saat Yang Baik Untuk
para pemuda ini cepat mendapatkan jodoh.
Perkawinan. Dalam
adat
perkawinan
masyarakat
Barang-barang seserahan ini tidak
Tionghoa ada kebiasaan untuk menghitung
diambil seluruhnya oleh keluarga calon
221
mempelai wanita, sebagaian dikembalikan
pengantin
sebelum
termasuk uang susu.
pengantin,
terlebih
digunakan dahulu
oleh
digunakan
untuk menidurkan bayi atau balita dengan harapan agar pengatin segera mendapat
4. Menghias Kamar Pengantin Setelah
acara
Sanjit
selesai,
keturunan. Kamar pengantin juga dihiasi
kedua
dengan tulisan, gambar atau puisi yang
keluarga baik dari pihak calon mempelai
mengandung makna kebahagiaan abadi.
laki-laki dan keluarga calon mempelai perempuan menghias
mempersiapkan kamar
menghias
kamar
seminggu
sebelum
pengantin. pengantin acara
Gambar yang lasim dipasang di kamar
acara
pengantin adalah sepasang naga, sepasang
Acara
burung Phoenix (burung Hong), bebek dan
dilakukan
binatang-binatang yang melambangkan
perkawinan
kebahagiaan.
diadakan. Pihak-pihak yang terlibat dalam
5. Menyalakan Lilin
acara menghias kamar pengantin adalah keluarga
yang
pernikahannya
sudah
menikah
harmonis.
Hal
Beberapa hari menjelang (biasanya 3 hari )
dan
acara perkawinan ada tradisi yang wajib
ini
dilakukan oleh kedua orang tua calon
dilakukan dengan harapan perkawinan
mempelai yaitu tradisi menyalakan lilin
yang akan ditempuh kedua mempelai
yang berwarna mearah. Lilin dinyalakan
langgeng dan harmonis.
pada dini hari (sekitar pukul satu) dan
Ada kebiasaan yang unik yaitu sebelum
ranjang
pengantin
harus tetap dijaga supaya menyala sampai
ditata,
tiga hari setelah acara pernikahan. Nyala
beberapa anak yang usianya 3- 5 tahun
lilin sanyat dipercaya dapat mengusir bala
diminta meloncat-loncat di atas ranjang
dan pengaruh buruk serta bermakna
pengantin. Makna dari tradisi ini adalah
sebagai penerang kehidupan yang akan
harapan agar pengatin cepat mendapat
dijalani kedua mempelai.
keturunan. Kamar pengantin dihias dengan
6. Siraman
pernak-pernik yang didominasi warna merah. Warna merah dalam kepercayaan
Pada pagi hari sebelum dilakukan acara
masyarakat Tionghoa adalah warna yang
siraman calon mempelai laki-laki dan
melambangkan
calon mempelai perempuan melakukan
kebahagiaan.
Kamar
222
penghormatan
dan
pemujaan
kepada
Beberapa benda pelengkap tradisi
leluhur di rumah masing-masing. Selanjutnya
menyisir
acara
rambut
calon
mempelai
siraman
perempuan, seperti alat penakar beras
dilakukan terhadap calon mempelai laki-
yang penuh berisi beras, timbangan obat
laki dan calon mempelai perempuan di
China, alat pengukur panjang, cermin, sisir,
rumah
calon
gunting, pedang, pelita, benang sutera lima
mempelai dimandikan dengan air yang
warna, yang kesemuanya diletakkan di
diberi wewangian dan bunga mawar,
atas meja kecil di hadapan calon mempelai
melati, kenanga dan daun pandan. Makna
perempuan. Benda-benda ini mengandung
tradisi
ajaran moral yang sangat berguna bagi
masing-masing.
siraman
Kedua
adalah
untuk
membersihkan diri dari segala hal yang
kedua
buruk serta untuk menolak bala. Acara
kehidupan rumah tangga.
siraman ini dilakukan oleh orang tua dari
mempelai dalam mengarungi
Acara
menyisir
rambut
calon
kedua mempelai dan kerabat dekat yang
mempelai perempuan ini dilakukan oleh
telah menikah.
ibu atau kerabat perempuan yang harmonis rumah tangganya dan memiliki keturunan yang baik.
7. Menyisir Rambut Setelah
acara
siraman
selesai
akan disisir sebanyak empat kali. Setiap
calon
kali menyisir akan diucapkan doa yang
mempelai perempuan diberi pakaian putih
maknanya sebagai berikut :
dan diminta duduk di atas kursi yang
-
dialasi tampah besar yang terbuat dari
Simbol
yin-yang
Sisiran pertama diucapkan doa yang bermakna ”hidup bersama sampai
bambu, yang diberi gambar lambang yinyang.
Calon mempelai perempuan
akhir hayat”
bermakna -
keharmonisan dalam arti yang luas, yaitu
Sisiran kedua diucapkan doa yang bermakna
keharmonisan hubungan antara sesama
“rumah
tangga
yang
bahagia dan harmonis ”
manusia dan keharmonisan hubungan -
antara manusia dengan lingkungan alam dan mahluk-mahluk yang ada di sekitarnya.
Sisiran ketiga diucapkan doa yang bermakna
“diberkati dengan banyak
keturunan yang baik”
Selanjutnya dilakukan upacara tradisi chio thao yaitu tradisi menyisir rambut calon mempelai perempuan.
223
-
Sisiran keempat diucapkan doa yang
kerudung
menanti
bermakna "diberkati dengan kesehatan
mempelai laki-laki.
kedatangan
calon
dan umur panjang”. 9. Menjemput Mempelai Perempuan. 8. Makan 12 jenis sayur/hidangan Mempelai laki-laki yang datang ke rumah Setelah upacara tradisi menyisir rambut
mempelai perempuan disertai keluarga dan
calon mempelai perempuan selesai, calon
kerabatnya
pengantin
perempuan
disambut dengan taburan
dirias
dan
beras kuning, biji kacang hijau, biji kacang
pengantin
untuk
merah, uang logam dan aneka bunga.
”makan
Makna taburan beras, biji-bijian, uang
duabelas jenis sayur/hidangan”. Tradisi ini
logan dan aneka bunga melambangkan
dilakukan di meja makan di rumah
kemakmuran
masing-masing mempelai.
dicapai oleh kedua mempelai.
mengenakan melakukan
busana upacara
tradisi
Di atas meja tersedia dua belas
yang
Mempelai
diharapkan
laki-laki
dapat
kemudian
macam hidangan yang masing-masing
dipertemukan
ditempatkan dalam dua belas mangkuk.
perempuan
Hidangan-hidangan ini memiliki rasa yang
kerudung. Dalam pertemuan ini kerudung
berbeda yaitu, manis, asin, getir, pahit,
mempelai perempuan belum boleh dibuka
asam,
sampai
hambar,
pedas,
gurih
dan
saat
dengan
mempelai
masih
mengenakan
yang
mereka
tiba
di
rumah
perpaduan dari berbagai rasa tersebut.
mempelai laki-laki. Kerudung penutup
Makna dari dua belas macam rasa
wajah
hidangan ini adalah bahwa hidup memiliki
melambangkan kesucian.
mempelai
perempuan
ini
rasa dan dinamika rasa yang silih berganti. Harapan yang terkandung dalam upacara
10. Penyambutan Pengantin Perempuan
tradisi ini adalah kedua mempelai dapat kokoh
bersatu
melalui
Di rumah mempelai laki-laki terjadi
kemanisan,
kesibukan
kepahitan, kegetiran hidup.
perempuan
dalam
mempersiapkan
penyambutan kedua mempelai. Ketika
Setelah upacara adat ini selesai mempelai
untuk
rombongan kedua mempelai datang, maka
busana
orang tua dan kakek/nenek mempelai laki-
pengatin dengan wajah yang ditutup
laki menyambut kedua mempelai dengan
224
taburan beras kuning, biji kacang hijau,
dilakukan di kelenteng-kelenteng yang
biji kacang merah, uang logam dan aneka
cukup banyak jumlahnya. Di kelenteng-
bunga.
kelenteng selain dewa Budha, juga dipuja Kedua
mempelai
kemudian
dewa/dewi dari ajaran Confusius dan Tao
dibimbing oleh para kerabat menuju ke
Upacara
perkawinan
yang
dilakukan
menurut
kamar pengantin. Di kamar pengantin
agama
inilah kerudung mempelai perempuan
Tionghoa di Pecinan Semarang harus
dibuka oleh mempelai laki-laki. Secara
dibedakan antara upacara dalam agama
simbolik pembukaan kerudung ini menjadi
Budha dan agama Kristen, Katolik dan
lambang sahnya perkawinan ini.
Islam.
Upacara
masyarakat
perkawinan
menurut
agama Budha di lakukan di kelenteng Tri Dharma sesuai dengan ajaran agama
b. Upacara Perkawinan Menurut Agama dan Kepercayaan
Budha,
Tao
Masyarakat Tionghoa.
masyarakat
dan
Confusius.
Tionghoa
yang
Untuk sudah
Masyarakat Tionghoa di Semarang saat ini
memeluk agama Kristen atau Katolik,
telah banyak yang memeluk agama resmi
upacara
yang diakui oleh pemerintah, seperti
dilakukan di gereja. Untuk Tionghoa
agama Budha, Kristen, Katolik dan Islam.
muslim upacara perkawinan mengikuti
Masyarakat
kaidah agama Islam.
Tionghoa
di
Pecinan
Semarang mempunyai keunikan dalam beragama
atau
kepercayaannya.
dalam
menurut
agama
Makalah ini hanya akan membahas
melaksanakan
Sebagian
pernikahan
perkawinan
menurut
agama
dan
besar
kepercayaan Tri Dharma yang dilakukan
masyarakat Tionghoa di Pecinan secara
di kelenteng-kelenteng, yang tahapannya
resmi
memeluk agama Budha, yang
sebagai berikut :
merupakan salah satu agama yang diakui
1. Melakukan
Sembahyang
Untuk
pemerintah. Walaupun demikian pada
Penghormatan
kenyataannya masyarakat Tionghoa adalah
Kepada Thian atau Tuhan Yang
penganut Tri Dharma yaitu gabungan
Maha Esa dan Para Leluhur (Cio
antara agama Budha, Confusius dan Tao.
Tao) .
Aktivitas religi/kepercayaan
keagamaan masyarakat
dan
dan
Pemujaan
Upacara perkawinan menurut agama dan
Pecinan
kepercayaan
225
masyarakat
Tionghoa
sebelum upacara perkawinan secara adat,
Upacara ini merupakan upacara yang
yaitu pada pagi hari atau pada malam
sangat
sebelumnya.
perkawinan
Kedua
calon
mempelai
penting
dan
sakral
masyarakat
dalam
Tionghoa.
melakukan sembahyang untuk memuja
Penghormatan kepada kedua orang tua dan
Thian atau Tuhan Yang Maha Esa dan
kerabat
para leluhur dari kedua calan mempelai.
menuangkan secangkir phang teh (teh
Acara
hangat)
sembahyang
ini
diikuti
dan
dilakukan
dengan
cara
oleh kedua mempelai sambil
disaksikan oleh keluarga kedua calon
mengelilingi
mempelai.
bersujud di hadapan kedua orang tua dan
Altar
yang
digunakan
untuk
tampah
dan
kemudian
kerabat. Masing-masing kerabat penghormatan
akan
yang
sembahyang adalah altar tiga tingkat yang
diberi
berwarna merah. Diatas altar tersaji tujuh
dengan memberikan angpao berupa uang
macam hidangan dan buah-buahan. Di
maupun perhiasan. Bila angpao berupa
bawah altar tersedia jambangan berisi air
perhiasan,
dan dihias rumput. Hal ini melambangkan
mempelai perempuan. Bila angpao berupa
keindahan dan kemakmuran. Di bagian
uang, ditampung di nampan atau di simpan
belakang altar diberi tampah bambu besar
oleh mempelai laki-laki.
langsung
membalas
dipakai
oleh
sebagai alas dari tong kayu yang berisi air. Selain itu juga diletakkan
c. Pesta Perkawinan Perkawinan)
timbangan,
(Resepsi
sumpit, dan lain sebagainya . Barangbarang
ini
melambangkan
Setelah acara perkawinan yang terkait
kebaikan,
dengan adat, agama dan
kejujuran, panjang umur dan kesetiaan.
selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah
Acara sembahyangan ini juga dapat dilakukan
di
rumah
mempelai.
Acara
pesta perkawinan. Pesta perkawinan ini
masing-masing
sembahyangan
kepercayaan
merupakan ungkapan rasa syukur karena
ini
upacara
menandai resminya pasangan ini sebagai
perkawinan
telah
selesai
dilakukan dan semua acara berjalan lancar .
suami istri
Pesta perkawinan biasa dilakukan pada malam hari atau siang hari. Tempat
2. Penghormatan Kepada Orang Tua dan Keluarga.
pelaksanaan pesta bisa di rumah, restoran atau hotel, tergantung pada kemampuan
226
keangan keluarga kedua mempelai. Pesta
sepanjang sejarah keberadaan masyarakat
perkawinan ini dihadiri oleh semua sanak
Tionghoa di Indonesia.
keluarga, teman dan relasi usaha dan
Pada dasarnya adat perkawinan
sebagainya.
masyarakat Tionghoa di Semarang juga
Kedua orang tua mempelai laki-
mengalami pergeseran makna, karena
laki dan orang tua mempelai perempuan
masuknya pengaruh budaya lokal
bergabung bersama dalam satu meja yang
pengaruh nilai-nilai agama resmi yang
dialasi taplak merah. Dekorasi dan hiasan
dianut oleh masyarakat Tionghoa di
pelaminan didominasi warna merah dan
Semarang.
kuning yang melambangkan kemakmuran
serta
Pemahaman masyarakat Indonesia
dan kebahagiaan.
terhadap budaya masyarakat Tionghoa akan membantu proses akulturasi budaya
d. Tul Sam Ciao (membawa pulang calon mempelai perempuan)
dan mempercepat terwujudnya harmoni sosial. Keunikan budaya Tionghoa akam
Setelah seluruh rangkaian upacara dilalui,
memperkaya khasanah budaya Indonesia.
maka tiba saat mempelai perempuan
Satu hal yang perlu menjadi bahan
diboyong ke rumah mempelai laki-laki.
pemikiran, yaitu karena adat perkawinan
Mempelai perempuan memulai perannya
masyarakat
sebagai istri yang harus mengabdi dan berbakti kepada
Tionghoa
dilakukan
berdasarkan adat, agama dan kepercayaan,
suami dan keluarga
ada kecenderungan masyarakat Tionghoa
suaminya (Widy, Hastuti N, 2004 : 56) .
lalai mencatatkan perkawinannya pada
Mulai saat itulah, mempelai perempuan
lembaga negara yang resmi. Masyarakat
tinggal bersama dan serumah dengan
Tionghoa
keluarga mempelai laki-laki.
berpandangan
bahwa
perkawinan yang dilakukan secara adat dan agama tetap sah hukumnya walaupun
C. KESIMPULAN
tidak dicatatkan sesuai aturan perundang-
Adat perkawinan masyarakat Tionghoa yang
dilaksanakan
berdasarkan
undangan
adat,
serta
proses
adaptasi
berlaku.
Pencatatan
perkawinan ini sangat penting mengingat
agama dan kepercayaan mencerminkan asal-usul
yang
status keluarga yang baru terbentuk serta
dan
anak-anak yang akan dilahirkan harus
akulturasi budaya yang telah berlangsung
mendapat pengakuan resmi oleh negara.
227
(diedit oleh Th.Sumartana et.al.) Seri Dian III Tahun III. Yogyakarta : Penerbit INTERFIDEI Sun Ai Lee Park.1995. ”Konfusianisme dan Kekerasan Terhadap Perempuan ”, dalam Konfusianisme Di Indonesia. Pergulatan Mencari Jati Diri (diedit oleh Th.Sumartana et.al.) Seri Dian III Tahun III. Yogyakarta : Penerbit INTERFIDEI To Thi Anh. 1985. Nilai Budaya Timur dan Barat: Konflik atau Harmoni?. (Diterjemahkan oleh: Jhon Yap Pareira). Jakarta: Gramedia Tu Wei Ming. 2005. (Terjemahan : Zubair). Etika Konfusianisme. Jakarta : Teraju Widy, Hastuti N, 2004. Diskriminasi Gender (Potret perempuan dalam hegemoni laki-Laki): Suatu Tinjauan Filsafat Moral. Yogyakarta: Hanggar Kreator. Yang, C.K. 1959. Chinese Communist Society : the Family and The Village. Massachusetts: The M.I.T. Press
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Z.M.1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung : Penerbit Tarsito. Kelleher, Theresa. 1987. ”Confusianism” dalam Arvind Sharma (Ed).Women in World Religions. New York: State University of New York Koentjaraningrat, 2002. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta : Penerbit : Djambatan Kwee Kek Beng, 1955. Kung Fu Tze: Artinja, Pengaruhnja, Penghidupannja, Peladjarannja. Djakarta : Thung Lioe Goan Natasya Yunita Sugiastuti, Tradisi Hukum Cina : Negara dan Masyarakat, Studi Mengenai PeristiwaPeristiwa Hukum di Pulau Jawa Zaman Kolonial (1870-1942), (Jakarta : Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003 Pratiwi, Restu.1995. ”Wanita pada Masa Tradisional Cina”, dalam Konfusianisme Di Indonesia. Pergulatan Mencari Jati Diri
228