Perkawinan Adat Jawa di Trenggalek
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Prodi Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan Desain
Disusun oleh : ANGGA SETYO APRIYONO NIM. 14148139
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat tuhan yang maha kuasa, atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah penelitian tentang “Perkawinan Adat Jawa di Trenggalek” sebagai tugas tengah semester mata kulia Wawasan Budaya Nusantara tepat waktu. Terimakasih pada Bapak Ranang Agung Sugihartono, S.pd., M.Sn. selaku dosen mata kuliah wawasan budaya nusantara yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini. Harapan penulis makalah ini dapat berguna dalam menambah pengetahuan tentang wawasan budaya nusantara terutama tentang pernikahan adat Jawa di Trenggalek. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan di buat penulis kedepannya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang tepat di dalam makalah ini.
Surakarta, 20 Desember 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................ ...... i KATA PENGANTAR .............................................................................. ..... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... .. v BAB
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah... ................................................................ 2 1.3 Tujuan ..................................................................................... 2 1.4 Tinjauan Teori ......................................................................... 2 1.5 Metode Penelitian.................................................................... 5
BAB
II WUJUD BUDAYA PERNIKAHAN ADAT JAWA DI TRENGGALEK 2.1 Wujud Budaya Konsep ........................................................... 6 2.1.1 Makna Mbalang Gantal/Suruh ........................ 6 2.1.2 Makna Midhak Tigan/Endog............................ 7 2.1.3 Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh.................... 8 2.2 Wujud Budaya Tindakan......................................................... 9 2.2.1 Ngirim Luwur ................................................... 9 2.2.2 Ijab Qobul ........................................................ 11 2.2.3 Jemuk Pengantin .............................................. 12 2.2.4 Mbubak............................................................. 18 2.3 Wujud Budaya Artefak ........................................................... 18 2.3.1 Sajen ................................................................. 18 2.3.2 Pakaian Pengantin ............................................ 19 2.3.3 Kembar Mayang ............................................... 20
BAB
III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
iii
LAMPIRAN .............................................................................................. ..... 24
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Prosesi Adat Mbalang Suruh......................................................6, 12 Gambar 2. Tetua mendoakan pengantin.............................................................8 Gambar 3. Pengantin wanita membasuh kaki pengantin laki-laki............8, 13 Gambar 4. Salah satu anggota keluarga menebar air Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh..................................................................................9 Gambar 5. Slametan Ngirim luwur.....................................................................10 Gambar 6. Prosesi Ijab Qobul.............................................................................11 Gambar 7. Prosesi Sinduran...............................................................................14 Gambar 8. Prosesi Bobot Timbang.....................................................................14 Gambar 9. Prosesi Kacar Kucur.........................................................................15 Gambar 10. Prosesi Dhahar Klimah...................................................................16 Gambar 11. Prosesi Mertui.................................................................................16 Gambar 12. Pengantin Sungkem kepada orang tua pengantin perempuan...17 Gambar 13. Pengantin Sungkem kepada orang tua pengantin perempuan...17 Gambar 14. Sajen.................................................................................................19 Gambar 15. Pakaian Adat...................................................................................20 Gambar 16. Kembar Mayang...............................................................................21
v
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Trenggalek merupakan kabupaten kecil di Jawa timur yang memiliki penduduk mayoritas beragama islam namun masih memegang teguh kepercayaan adat Jawa. Di Trenggalek semua kejadian-kejadian dalam kehidupan selalu dihubungkan dengan hal-hal gaib. Hal ini sangat menarik mengingat perkembangan dunia yang semakin modern, perkembangan teknologi semakin maju namun peninggalan nenek moyang mereka tidak ditinggalkan. Kentalnya unsur adat Jawa terlihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Trenggalek di antaranya pada sistem perkawinannya. Sisitem perkawinan di Trenggalek masih menggunakan cara-cara adat Jawa sebagai bagian sakralnya sebuah perkawinan. Dari awal penentuan tanggal pernikahan sampai sesudah pernikahan berlangsung adat Jawa menjadi unsur utama yang menjadi landasan. Selain itu yang menarik adalah perilaku masyarakat Trenggalek ketika menyambut sebuah pernikahan begitu antusias, meskipun yang menikah bukanlah dari anggota keluarganya sendiri. Sejak jauh-jauh hari masyarakat Trenggalek ketika akan melangsungkan pernikahan sudah menyiapkan semua kebutuhan bahjan sejak berminggu-minggu sebelumnya. Perkawinan adat juga menjadi ajang untuk berkumpulnya keluarga besar yang telah lama tidak bertemu karena tempat tinggal yang berjauhan. Pernikahan adat juga menjadi sebuah ajang untuk mengeratkan hubungan silaturahmi antar tetangga. Sejak berminggu-minggu sebelum acara berlangsung para tetanggapun sudah di beritau oleh orang yang punya hajat untuk ikut membantu berlangsungnya acara yang akan di laksanakan. Banyak istilah-istilah unik yang khas pada acara pernikahan adat Jawa di Trenggalek yang menarik untuk di kaji. Istilah-istilah seperti, nyambung tuwuh nyiram tuwu, ngirim luwur, mbubak dan masih banyak lagi memiliki keunikan tesendiri. Selain istilah setiap prosesi yang ada dalam pernikahan adat Jawa di Trenggalek merupakan simbol dari tujuan-tujuan dan nasehat yang luhur yang merupakan hasil pemikiran para leluhur (Mukti, 2010). 1
Simbol-simbol tersebut terkemas rapi dalam ritual-ritual adat serta artefak yang digunakan dalam perkawinan adat Jawa di Trenggalek. Banyak hal yang menarik pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek bisa menjadi kajian ilmu budaya.
1.2 Rumusan Masalah Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui wujud budaya yang ada pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek. dengan rumusan masalah sebagai berikut : -
Bagaimana wujud budaya ide/konsep pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek ?
-
Bagaimana wujud budaya tindakan/kegiatan pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek ?
-
Bagaimana wujud budaya artefak/benda pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek ?
1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : -
Untuk mendeskripsikan wujud budaya yang ada pada pernikahan adat Jawa di Trenggalek.
1.4 Tinjauan Teori 1.4.1
Sistem Kepercayaan Masyarakat Jawa -
Koentjoroningrat (1994 : 30), Masyarakat Jawa mayoritas beragama islam. Namun sebelum islam masuk ke pulau Jawa, Hindu dan Budha berkembang sangat pesat. Banyak ajaran-ajaran hindu budha yang akhirnya berakulturasi dengan ajaran islam seperti slametan atau kirim doa yang memakai sesajen yang masih berhubungan dengan ajaran
2
dari hindu budha. Pada umumnya masyarakat Jawa percaya hidup diatur oleh alam, sehingga mereka cenderung bersikap nrimo (pasrah). Masyrakat Jawa juga sangat mempercayai keberadaan roh/arwah leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit dan jin. 1.4.2
Perkawinan Adat Jawa -
Koentjoroningrat (1994 : 130), bagi masyarakat Jawa pernikahan anak wanita yang pertama terutama merupakan kejadian yang sangat penting. Berminggu-minggu sebelum acara penikahan, pihak keluarga wanita sudah melakukan persiapan untuk perayaan bahkan keluarga dekat dari ayah atau ibu mempelai wanita diminta untuk datang ikut membantu persiapan pernikahan. Dua hari sebelum acara pernikahan dilakukan upacara Slametan secara sederhana dengan menggundang para tetangga pria yang tinggal paling dekat.
-
Menurut Sumarsono (2007) sebagai mana dikutip Najwa Thalia dalam makalah Mengenal Tata Upacara Pengantin Adat Jawa ada 5 babak tata upacara pernikahan adat Jawa yaitu sebagai berikut : 1.4.2.1 Babak 1 Tahap ini merupakan tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai ke tahap melamar serta menentukan hari pernikahan
3
1.4.2.2 Babak 2 Tahap ini merupakan tahap peneguh pembicaraan yang
disaksikan oleh pihak ketiga yaitu warga
kerabat dan atau para sesepuh di kanan kiri tempat tinggalnya melalui acara seperti, srah-srahan, Paningsetan Lamabang (bertukar cicin), Asok Tukon (penyerahan sejumlah uang), Gethok Dino (menentukan kepastian hari ijab qobul dan resepsi). 1.4.2.3 Babak 3 Pada tahap ini yang punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk melaksanakan kegiatan
acara-acara
pada
waktu
sebelum,
bertepatan dan sesudah hajatan seperti Sedhahan, Kumabakarnan
(pembentukan
panitia
resepsi),
jenggolalan (melapor ke KUA). 1.4.2.4 Babak 4 Tahap
ini
adalah
untuk
menunjukkan
atau
menciptakan nuansa bahwa hajatan sudah tiba. 1.4.2.5 Babak 5 Tahap ini adalah tahap puncak dan yang paling penting. Acara-acara sakral dilakukan pada tahap ini, mulai dari ijab qobul, hingga upacara panggih kemanten yang terdiri dari banyak prosesi-prosesi yang sangat sacral.
4
1.5 Metode Penelitian 1.5.1
Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang Penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu penggunaan data lisan atau kata tertulis terhadap seorang subjek yang diamati dan memiliki kompetensi serta pengetahuan di bidang penelitian yang dilakukan. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan mengungkap fakta dan kejadian yang terjadi pada saat penelitian sedang berlangsung.
1.5.2
Objek Kajian 1.5.2.1 Nama Objek :
Pernikahan Adat Jawa di Trenggalek
1.5.2.2 Lokasi
Rumah
:
Bapak
Wagini
Desa
Sambirejo Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek
1.5.2
1.5.2.3 Waktu
:
Rabu, 14 Oktober 2015
1.5.2.3 Instrumen
:
Kamera Dslr 60 D dan Hp Samsung Galaxi star mini untuk mengambil gambar
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi merupakan teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan dengan mengamati setiap kejadian-kejadian yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan persaan. Sementara metode kedua dengan cara wawancara dengan pendekatan kualitatif yakni dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang bersifat deskriptif.
5
BAB II Wujud Budaya Pernikahan Adat Jawa di Trenggalek 2.1 Wujud Budaya Ide/Konsep 2.1.1.
Makna Prosesi Mbalang Gantal/Suruh Kepercayaan orang Jawa akan mahluk selain manusia banyak menjadi dasar dari pelaksanaan ritual-ritual adat, seperti dalam prosesi pernikahan adat. Mbalang suruh merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Jawa di Trenggalek yaitu ketika pengantin pria dan pengantin wanita secara bersama-sama saling melemparkan daun sirih. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) daun sirih yang digunakan terdiri dari daun sirih yang digulung, di ikat dengan benang lawe putih dan berisi injet (kapur sirih) serta gambir.
Gambar 1 : Prosesi Adat Mbalang Suruh (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Menurut Yatemi
(Wawancara, 13 Desember 2015)
Balangan suruh yang di bawa pengantin wanita disebut Godhang Kasih dan yang di bawa pengantin laki-laki disebut Gondhang Tulur. Makna sebenarnya dari prosesi ini sebagai wujud “Katresnan lan kasetyan ing antarane pengantin kakung lan 6
pengantin putri” yaitu sebagai wujud sayang dan setianya antara kedua pengantin. Daun sirih jika dilihat berbeda kedua sisinya namun ketika digigit atau dirasa sama, ini merupakan simbol dari bersatunya dua manusia yang berbeda, laki-laki dan perempuan dengan tekad yang sama. Selain itu daun sirih dipilih yang temu rose atau bertemu dengan ujung batang agar diharapkan pasangan pengantin bisa menjadi satu lahir dan batin, menghindari perbuatan yang membuat sesangra sehingga bisa bahagia dunia dan akhirat. Tali lawe yang digunakan pada gulungan sirih juga sebagai perlambangan sebagai pengerat hubungan suami istri dalam membangun rumah tangga dan tidak melupakan tujuan utamanya sebagai keluarga. Dalam kepercayaan orang Jawa sendiri daun sirih merupakan daun yang banyak kegunaannya diantaranya sebagai pengusir jin. Maka dalam prosesi Balang Suruh, sirih saling dilemparkan kepasangan untuk mengetahui bahwa calon suami/istrinya merupaka manusia asli bukan jelmaan dari jin. Ada yang berpendapat pula siapa yang bisa mengenai lebih dulu akan lebih dominan dalam keluarga.
2.1.2.
Makna Prosesi Midhak Endog/Midhak Tigan Midhak Endog/Midhak Tigan merupaka prosesi dimana pengantin pria menginjak sebuah telur ayam kampung atau Antiga hingga pecah dan dibasuh oleh pengantin wanita. Sebelum pengantin pria menginjak telur hingga pecah terlebih dahulu seorang tetua memberikan doa-doa dengan menyatukan tangan kedua pengantin. Prosesi ini salah satunya melambangkan kepala keluarga yang bertanggung jawab akan keluargnya.
7
Gambar 2 : Tetua Mendoakan Pengantin (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Gambar 3 : Pengantin Wanita Membasuh Kaki Pengantin Laki-laki (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Pecahnya telur ayam yang di injak pengantin pria melambangkan terlepas atau terpisahnya tanggung jawab orang tua dari putrinya. Sementara prosesi pengantin wanita membasuh kaki pengantin laki-laki melambangkan pengantin wanita yang telah siap berbakti kepada suami, suami harus menghargai bakti seorang istrinya dan rumah tangga yang mereka bangun bisa menjadi teladan.
2.1.3.
Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam pernikahan adat jawa. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember, 2015) Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh merupakan semacam gelas/wadah yang berisi air dan 3 tanaman yakni, daun andong, puring dan anakan gedang (pohon pisang kecil). Daun andong sering dimaknai sebagai “andinga’aken mugi-mugi tetukulan, hewan dan manusia lestari” atau dalam bahasa indonesia mendoakan semoga tanaman, hewan dan manusia mendapat keselamatan.
8
Gambar 4 : Salah satu anggota keluarga menebar air Nyambung Tuwuh Nyiram Tuwuh (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember, 2015) Air yang bercampur dengan ke 3 tanaman tersebut dipercaya dalam menjadi pengusir jin atau roh jahat. Maka pada malam sebelum hari pernikahan secara diam-diam keluarga yang mempunyai hajat menebarkan air tersebut ke sekeliling rumah dan tempat pernikahan adat akan berlangsung agar acara pernikahan berlangsung lancar dan tidak ada gangguan dari jin atau roh jahat. Air ini biasanya juga diberikan untuk di minum kepada seluruh anggota keluarga dan para tetangga yang ikut membantu menyiapkan pernikahan adat sebagai tolak balak dan pelindung dari gangguan jin.
2.2 Wujud Budaya Tindakan 2.2.1.
Ngirim Luwur Dalam tradisi orang Jawa, mereka dikenal sangat dekat dengan para leluhurnya. Hampir pada setiap acara adat yang dilakukan oleh orang jawa mereka selalu mengagungkan para leluhurnya. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) Ngirim Luwur berasal dari 2 suku kata Ngirim yang berarti mengirim dan Luwur/Luhur/Leluhur berarti nenek moyang/ kerabat
9
yang sudah meninggal. Bisa di artikan Ngirim Luwur yaitu mengirim para leluhur atau kerabat yang telah meninggal dengan doa-doa dan sesaji sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan di alam kubur. Tradisi ini juga dianggap sebagai ritual untuk meminta doa restu kepada para leluhur agar nantinya pernikahan yang akan dilangsungkan berjalan lancar dan rumah tangga pengantin diberikan kebahagian dan kelanggengan.
Gambar 5 : Slametan Ngirim luwur (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) tradisi ngirim luwur biasanya di lakukan paling lama 1 minggu sebelum acara pernikahan adat dilakukan dan maksimal 2 hari sebelum pernikahan adat. ngirim luwur biasanya dilakukan dengan mengundang masyarakat sekitar bersama tokoh yang dituakan dan tokoh agama sekitar untuk melakukan selamatan/berdoa bersama. Doa-doa diawali dengan doa berbahasa jawa yang berisi pujianpujian kepada nabi dan rosul serta doa-doa untuk para leluhur agar dimudahkan di alam kubur yang dibacakan oleh tokoh yang dituakan kemudian diakhiri dengan doa berbahasa arab yang dibacakan oleh pemuka agama sekitar.
10
2.2.2.
Ijab Qobul Pengaruh ajaran agama islam di Jawa sangatlah kuat begitu juga di Trenggalek. Mayoritas penduduk Trenggalek bergama islam sehingga banyak acara adat yang ada saat ini telah bercampur dengan unsur-unsur ajaran islam, diantaranya dalam proses pernikahan adat. Dalam pernikahan adat di Trenggalek, sebelum prosesi pernikahan adat dimulai terlebih dahulu dilakukan ijab qobul berdasarkan ajaran islam.
Gambar 6 : Prosesi Ijab Qobul (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Tata cara ijab qobul Seperti yang telah di tuliskan dalam kitab suci umat islam. Ijab Qobul bisa dilakukan oleh ayah dari pengantin putri atau dia mewakilkan kepada seorang penghulu dengan disaksikan oleh 2 orang wakil dari keluarga laki-laki dan 2 orang wakil dari keluarga perempuan. Mas kawain yang digunakan biasanya merupakan sejumlah uang ditambah dengan seperangkat alat solat dan cincin emas.
11
2.2.3.
Jemuk Penganten Jemuk penganten merupakan acara puncak dalam prosesi pernikahan
adat
Jawa
di
Trenggalek.
Prosesi
ini
yaitu
mempertemukan kedua penganti berserta kedua belah keluarga besar. Prosesi inilah yang terbilang paling sakral dalam pernikahan adat Jawa. Dimulai dari ketika pengantin laki-laki datang bersama dengan 2 orang kembar mayang laki-laki serta rombongan keluarganya dan pengantin wanita bersama 2 orang Kembar Mayang perempuan menunggu di untuk menyambut calon suaminya. Menurut Wagini (Wawancara, 14 Desember 2015) Setelah kedua pengantin bertemu kemudian berlanjut dengan prosesi berikut : 2.2.3.1. Mbalangan Gantal/Suruh
Gambar 1 : Prosesi Adat Mbalang Suruh (Foto : Angga Setyo Apriyono, 2015)
Ini merupaka prosesi awal dari rangkaian prosesi jemuk penganti. Kedua pengantin saling melemparkan daun sirih yang sudah digulung, di isi injet dan di tali dengan tali lawe. Prosesi ini biasanya berlangsung sangat 12
cepat, ada yang berpendapat siapa yang berhasil mengenai duluan pasangannya dia akan dominan dalam kehidupan rumah tangga kelak. 2.2.3.2 Ngidhak Tigan/Endog
Gambar 3 : Pengantin Wanita Membasuh Kaki Pengantin Lakilaki (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Setelah prosesi Mbalang Gantal selesai maka prosesi berlanjut keprosesi Ngidhak Endog. Menurut Wagini (Wawancara,13 Desember 2015) Prosesi ini di awali dengan disatukannya tangan kedua pengantin oleh seorang tetua dan di ucapkannya doa-doa kepada kedua pengantin. Setelah itu kedua penganti dengan di kelilingi 2 orang kembar mayang laki-laki dan 2 orang kembar mayang perempuan mengelilingi telur yang akan di injak sebanyak 7 kali. Setelah itu barulah pengantin laki-laki boleh menginjak telur dan dilanjutkan dengan mengantik perempuan
dengan
berjongkok
membersihkan
kaki
pengantin laki-laki dengan air lalu mengelapnya. Setelah selesai pengantin laki-laki menuntun pengantin wanita untuk kembali berdiri.
13
2.2.3.3 Sinduran
Gambar 7 : Prosesi Sinduran (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Sinduran merupakan prosesi dimana orang tua lakilaki dari penganten putri menuntun pasangan pengantin berjalan dengan pelan-pelan dengan kain Sindur. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) sinduran melambangkan bahwa pasangan pengantin telah di terima sebagai anggota dari keluarga masing-masing. 2.2.3.4 Bobot Timbang
Gambar 8 : Prosesi Bobot Timbang (Foto : Angga Setyo A, 2015)
14
Prosesi ini merupakan prosesi dimana pasangan pengantin terlebih dahulu di pangku (duduk di atas) ayah pengantin perempuan sebelum di dudukkan berdua di pelaminan. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) ini merupakana perlambangan dari wujud sayang orang ketua kepada anak dan menantunya yang di anggap sama sebagai anaknya. Di akhir prosesi ini orang tua lakilaki akan mendudukkan pasangan pengantin secara bersamaan di pelaminan. 2.2.3.5 Kacar Kucur
Gambar 9 : Prosesi Kacar Kucur (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Kacar Kucur yaitu prosesi dimana pengantin lakilaki memberikan uang koin yang dicampur dengan beras kuning di wadah kain besar kepada pangkuan pengantin perempuan. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) prosesi ini melambangkan jika seorang suami haruslah bertanggung jawab memberikan nafkah kepada istrinya untuk keperluan rumah tangga. Begitu juga dengan pengantin putri yang bertanggung jawab untuk mencukupkan nafkah dari suami untuk keperluan rumah tangga. 15
2.2.3.6 Dhahar Klimah
Gambar 10 : Prosesi Dhahar Klimah (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Prosesi ini adalah prosesi dimana kedua pengantin saling
menyuapi
(Wawancara,
13
pasangannya. Desember
Menurut
2015)
Ini
Yatemi
merupakan
perlambang bahwa pengantin siap menjalani hidup bersam, susah maupun senang mereka tetap berbagi dan saling menyayangi. Sesudah prosesi ini akan dilanjutkan dengan prosesi minum air wening atau air putih dari dalam kendi. 2.2.3.6 Mertui
Gambar 11 : Prosesi Mertui (Foto : Angga Setyo A, 2015)
16
Mertui merupakan prosesi penjemputan orang tua pengantin laki-laki oleh orang tua pengantin perempuan sebagai tuan rumah. Setelah kedua orang tua bertemu kemudian keduanya saling berjabat tangan, orang tua lakilaki pengantin perempuan dengan orang tua laki-laki pengantin laki-laki dan orang tua perempuan pengantin perempuan dengan orang tua perempuan pengantin lakilaki. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) ini merupakan perwujutan dari telah di terimanya juga keluarga pengantin laki-laki sebagai anggota baru dari keluarga perempuan. 2.2.3.7 Sungkeman
Gambar 12 : Pengantin Sungkem
Kepada orang tua pengantin perempuan (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Gambar 13 : Pengantin Sungkem Kepada orang tua
pengantin perempuan (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Sungkeman merupakan prosesi dimana kedua pengantin menunduk (menyembah) kedua orang tua pengantin laki-laki dan perempuan untuk meminta restu untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Prosesi ini di awali dengan kedua pengantin sungkem (meminta restu) kepada kedua orang tua dari pengantin perempuan terlebih dahulu, setelah selesai barulah pengantin menghampiri orang tua pengantin laki-laki juag untuk meminta restu dari mereka. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) prosesi ini melambangkan bahwa meski kedua 17
pengantin telah memiliki rumah tangga sendiri tetapi mereka harus tetap berbakti kepada kedua orang tua mereka baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) dari semua rangkaian prosesi Jemuk Pengantin tersebut merupakan proses sakral dan dibaliknya banyak terkandung nasehat-nasehat yang luhur. Pernikahan tidak hanya menyatukan 2 orang saja namun juga 2 keluarga besar dari kedua belah pihak.
2.2.4
Mbubak Setelah prosesi pernihan semua selesai, ada sebuah ritual lagi yang biasanya harus di lalui. Menurut Wagini (Wawancara, 13 Desember 2015) Ritual Mbubak yaitu ritual dimana orang tua perempuan dan kedua pengantin di bangunkan oleh seorang tetua dan di beri cerita-cerita tentang kehidupan rumah tangga yang luhur dan patut di jadikan teladan untuk kedua pengantin memulai kehidupan rumah tangga. Biasanya Mbubak dilakukan secara diam-diam tidak banyak orang yang tahu karena Mbubak biasanya dilakukan tepat tengah malam pada hari pernikahan.
2.3 Wujud Budaya Artefak/Benda 2.3.1
Sajen Sajen merupakan salah satu syarat wajib dalam ritual-ritual adat Jawa di Trenggalek. Hampir setiap acara selalu menggunakan sajen. Sajen dimaksudkan sebagai persembahan untuk nenek moyang dan sang pencipta alam sebagi bentuk rasa syukur mereka karena telah diberikan rejeki. Dalam pernikahan adat Jawa juga menggunakan sesajen. Diantaranya pada saat ritual ngirim luwur satu minggu sebelum acara pernikahan adat dan juga pada malam sebelum hari pernikahan adat juga dibuat sesajen.
18
Gambar 14 : Sesajen yang digunakan pada saat ritual Ngirim Luwur (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) isi sesajen untuk pernikahan biasanya rokok, menyan tidak dibakar, gedang rojo setangkep (Pisang Raja), kambil (kelapa), bedak, sisir, minyak vambo dan cok bakal. Cok bakal sendiri merupakan telur ayam kampung yang di jadikan satu dengan bawang merah, miri dan bunga setaman yang ditempatkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari daun pisang.
2.3.2
Pakaian Pengantin Pakaian
pengantin
pada
pernikahan
adat
Jawa
di
Trenggalek memiliki beberapa variasi. Namun ada beberapa ciri khas yang sama dari semua variasi tersebut. Untuk pengantin pria memakai mahkota atau penutup kepala, memakai kemben batik di bagian bawahnya, Bertelanjang dada namun ada juga beberapa yang tidak bertelanjang dada, memakai semacam kalung dari 19
untaian melati serta beberapa aksesori yang berwarna keemasan dan juga membawa keris yang dihiasu roncean melati.
Gambar 15 : Pakaian Pengantin (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Untuk Wanita juga menggunakan kemben atau dodotan dari kain batik yang langsung dibalutkan pada tubuh pengantin. Aksesoris yang digunakan juga hampir sama dengan pengantin laki-laki, yakni memakai kalung dari untaian melati, memakai banyak aksesoris yang berwarna keemasan dan juga memakai sanggul dengan tusuk konde berjumlah 5.
2.3.1
Kembar Mayang Kembar mayang merupakan hiasan simbolik yang terbuat dari rangkaian janur, debog (batang pohon pisang), buah dan kembang panca warna. Menurut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) Biasanya kembar mayang biasanya dibuat
20
setinggi satu meter dan dibawa oleh 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan saat prosesi jemuk pengantin. Untuk kembar mayang yang dibawa laki-laki dan yang dibawa perempuan ada bagianbagian khusus yang berbeda seperti di bagian atas untuk yang dibawa laki-laki berbentuk lancip sementara untuk yang dibawa perempuan tidak ada.
Gambar 16 : Kembar Mayang (Foto : Angga Setyo A, 2015)
Menerut Yatemi (Wawancara, 13 Desember 2015) sebagai salah satu elemen perlengkapan ritua; pengantin Jawa, disetiap bahan yang digunakan menggandung simbol doa dan harapan keluarga terhadap jalannya prosesi perkawinan. Janur yang dibuat seperti keris menjadi simbolmelindungi dari marabahaya, hal ini dimaksudkan agar kedua pengantin selalu hati-hati. Sementara janur yang di anyam menyerupai walang/belalang, mengandung doa agar kehidupan berkeluarga kedua pengantin langgeng tidak ada halang suatu apapun. Adapun daun andong sebagai simbol doa agar kedua pengantin selalu menjaga sopan santun.
21
BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan Pernikahan bagi masyarakat Jawa khususnya Trenggalek merupakan sesuatu yang sangat sakral. Banyak langkah yang harus dilewati tidak hanya sekedarnya dan hanya senang-senang. Pernikahan adat Jawa di Trenggalek memiliki kekhasan istilah dan ritual-ritualnya penuh dengan doa-doa kepada leluhur dan kepada sang pencipta alam. Dibalik ritual-ritual adat yang ada terkandung nilai-nilai yang luhur, nasehat-nasehat yang baik untuk para pengantin maupun orang lain yang mau meresapi dan mencari maknanya. Karena pernikahan bukanlah hanya menjadi suatu ajang untuk menyatukan 2 orang manusia namun juga menyatukan 2 keluarga besar dari masing-masing. Inti dari semua ritual yang ada adalah kita harus menghormati leluhur dan para nenek moyang dan orang tua yang menjaga kita dari kecil. Meskipun kita telah memiliki kehidupan baru, kehidupan sebagai orang yang berumah tangga kita tidak bisa lantas melupakan kedua orang tua kita begitu saja. Pernikahan yang baik hendaknya didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang kepada pasangan kita, kita harus saling menghargai baik suami maupun istri. Suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab memberikan nafkah kepada istri dan istri juga bertanggung jawab untuk berbakti kepada suami mencukupkan nafkah yang telah diberikan oleh sang suami untuk kebutuhan rumah tangganya. Jika semua itu dilakukan maka rumah tangga yang nantinya di lalui akan menjadi rumah tangga yang bahagia dan menjadi teladan yang baik bagi semua orang.
22
DAFTAR PUSTAKA Buku Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka
Makalah Najwa Thalia. 2012. Mengenal Tata Upacara Pengantin Adat Jawa.
Narasumber Yatemi, 85 tahun, salah satu tetua di Desa Sambirejo Trenggalek Sambirejo Trenggalek
,berdomisili di
Wagini, 60 tahun, pemilik hajatan, berdomisili di Desa Sambirejo Trenggalek
Internet Jihan, Pernikahan Adat Jaw a http://duniapustaka.com/index.php?route=product/product&product_id=81 5. Diakses 17 Desember 2015 Desy Permatasari, Sistem Kepercayaan Orang Jawa http://Jawaku.site88.net/sistem_kepercayaan_1 Diakses 17 Desember 2015 Kebudayaan Suku Jawa, Sistem Kepercayaan, dan Kekerabatan http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/suku-jawa-kebudayaansistem-kepercayaan-bangsa-kepercayaan-kekerabatan Diakses 17 Desember 2015
23
Lampiran Transkrip Wawancara Narasumber : Wagini 1. Pak Wingi Pas Sakdurunge acara jemuk matenan ono acara nopo wae ? Yo iku sak durunge mantenan yo ono ngirim luwur, trus nyambung tuwuh nyiram tuwuh. 2. Opo maneh pak ? Opo yo, yo iku 3. Trus sajen-sajen iku pak di damel pas acara nopo? Ya sajen iku digawe pas ngirim luwur iku, terus pas nyambung tuwuh yo ono 4. Lek pas jemuk iku acarane opo wae pak ? Yo iku pertama mantenne midek endok, trus tak tuntun ambek kain mlaku alon-alon nek dekor, bobot timbang, trus dulang-dulangan, sungkeman, mertui, kacar kucur iku trus foto-foto y owes ngono kui 5. Lah iku maknane opo pak ? Lah yen iku kurang ngerti’e aku, mbah mi seng ngerti ngunu-ngunu kui. Seng tak ngerteni sungkeman iku njaluk pangestu yo iku tok . . 6. Lek nyambung tuwuh iku acara ne piye pak ? Nyambung tuwuh iku lo, gawe banyu seng enek kembang setaman terus debok gedang seng cilik terus di siramke muteri ngomah, istilahe pagerpager. Ya mengko nek masalah maknane prosesi tekok’o mbah mi kono . . .. Narasumber : Yatemi 1. Nopo wae pak acara-acara pas mantenan niku ? awit sakdurunge resepsi sampek bar resepsi ? Emm nek niku sak durung’e mantenan niku seminggu sak durunge enek acara slametan ngirim luwur, iku ngirim doa nak leluhur, terus malem resepsi niku ono pager-pager nyambung tuwuh, nyiram tuwuh. Trus isuk’e ijab trus respsi bengine pengantin lan wong tuane di bubak. 24
2. Niku Nyambung Tuwuh niku nopo ngih lan nopo maknane mbah ? Nyambung tuwuh niku gawe iku, banyu putih seng di isi 3 macem taneman. godong andong, puring dan anakan gedang. Niku godong andong niku ono maknane andinga’aken mugi-mugi tetukulan, hewan dan manusia lestari. Banyune banjur di ombe sebagian keluarga, sebagian maneh di sebar nek ubengan omah. Niku banyunye dipeeryo biso ngusir jin lan roh jahat, makane di sebar nek ubengan omah gen njogo acarane mantenan gen lancar mboten entek alangan nopo-nopo 3. Nek pas prosesi jemuk niku kan enten koyok mindak endog, trus sungkeman ngoten niku maknane nopo ngeh ? Yo prosesi jemuk niku enten maknane katah, isine nasehat nasehat. Koyok mbalang gantal utowo suruh niku makna sebener’e bentuk Katresnan lan kasetyan ing antarane kemanten kakung lan kemanten putri. Ugo suruh kan yen dideleng werno sisi-sisine bedo nanging yen di geget rasane podo, niku teges’e wong lanang lan wong wadon engkah bedo duwe tekat siji kanggo bareng-bareng. Trus suruh niku di pilih engkang temu ros,e mugi kemanten saget dadi siji lahir batin. Suruh’e niku kan yo di taleni tali lawe, tali lawe dadi pangiket kemanten kekalih. 4. Trus suruh’e niku wonten isine nopo mbah ? nopo ngih namung suruh di gulung trus di taleni ? Ngeh niku suruh’e wonten isine injet, engkang biasane damel nginang niku 5. Lah niku teng nopo mbah kok isine injet ? Injet niku damel sesucen, leluhur’e awak’e disek iku percoyo yen injet lan godong suruh niku saget muksane jin. Dadi nopo suruh’e niku di balangne damel mbuktekne yen calon bojone niku dudu jelmaan jin ngoten 6. Yen prosesi sak lanjute nipun niku maknane nopo mbah ? koyok midhek endok ngoten niko ? yen midhek tigan utowo endog niku ngeh katah maknane, engkang utami ngeh wujud lepas’e tanggung jawab wong tua marang kemanten kekalih. Artine kemanten kekalih sampun dianggep siap ngakoni bebrayan dewe. Niku ngeh simbol kepala keluargo engkang kudu tanggung jawab marang
25
bijone lan ngregani bektine wong wadon, bojone ugo kudu ngunu kudu bekti marang kepala keluargane. Yen wes ngoten anggone ngawe bebrayan bakalan lestari lan saget dai tulodo. 7. Yen niku mbah, engkang bobot timbang maknane nopo ? Yen bobot timbang niku tegese yo niku wujud’e katresnan soko wong tua marang kemanten kekalih 8. Yen niku, engkang mlaku alon-alon bapak’e lan kemanten kekalih niku namine nopo mbah ? Niku sinduran, bapak kemantin setri nuntun kemantin kekalih marang singgah sanane. Niku kain engkah di dalam nuntun namine kain sindur 9. Ngih niku sinduran maknanipun nopo ngeh mbah ? Tegese niku pengantin kekalih sampun ditrima marang keluarganipun 10. Yen dulang-dulangan niku maknane nopo mbah ? Yen dhahar klimah niku maknanipun ngeh kemanten kekali sampun siap babrayan bareng-bareng, najan susah tetep bareng-bareng lan podo-podo katresnan 11. Terus yang prosesi kacar-kucur lan sungkeman mbah ? Kacar-kucur niku tegese wong lanang kudu siap tanggung jawab, dadi kepala keluarga kudu biso ngolekke nafkah bojone lahir lan batin damel lestarine bebrayanipun kemanten kekalih. Wong wadon ngeh ngoten kudu sagen ngunakaken sepiro-piro rezeki soko bojone damel bebrayan. Yen sungkeman niku simbole yen meski pengantin kekalih sampun gadah bebrayan tiambak nanging ojo sampek nglalekke wong tuo kekalih. Restune wong tuo loro niku podo karo restune seng kuoso. 12. Yen Mertui lan Mbubak mbah ? Mertui niku ngeh keluarganipun pengantin kakung sampun di trimo marang keluarganipun pengantin setri, sampun dadi dulur.yen mbubak niku manten lan wong tuane di tangekne pas dino mantenan jam 12 bengi terus di ceritani ambek cerito-cerito urip bebrayan engkang sae yo wes koyok ndalang ngono kae. Tapi biasane seng ngerti mbubak iki mek manten karo wong tuane.
26
13. Oh ngeh mbah enten seng kelewatan, menawi ngirim luwur niku makna nipun ? Ngeh ngirim luwur niku asal’e soko ngirim lan luwur, tegese ngirim doadoa marang leluhur damel bekalipun teng alam kubur, ngeh sagetugo di artekke damel njaluk pangestu marang acara-acara seng arep di enekne. Biasane yen arep mantu seminggu sak durunge mesti ono ngirim luwur damel lodho sego gurih lan sesajen 14. Lah niku sesajenipun yen damel nikahan niku isi ne nopo mawon ? Ow niku isine macem-macem, engkang baku niku ngeh rokok, menyan ayu, gedang rojo setangkep, kambil, lawe, wedak, jungkas, minyak vambo trus di tambahi cok bakal 15. Cok bakal niku nopo mbah ? Cok bakal niku tigan utowo endog pitek kampung, brambang, miri lan kembang setaman engkang di pincuk gawe godong gedang.
27