ADAPTATION DAN ADJUSTMENT: SEBUAH STUDI TENTANG HUBUNGAN AKTIVITAS MANUSIA DENGAN RUMAHNYA PADA PERUMAHAN FORMAL Nicky Putra Perwira Meliala Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia karena ia mengakomodasi berbagai macam aktivitas manusia sehari-hari. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan rumah adalah pembangunan perumahan formal. Pembangunan perumahan formal juga ditujukan untuk membentuk masyarakat dan lingkungan yang berkualitas. Rumah pada perumahan formal biasanya dibuat identik satu sama lain sementara aktivitas manusia biasanya berbeda satu sama lain. Rumah pada perumahan formal merupakan sebuah ruang yang asing bagi penghuni karena belum diketahui kesesuaiannya dengan aktivitas penghuni. Saat manusia menggunakan ruang tersebut, ada dua hal yang mungkin terjadi, yaitu adaptation –manusia mengubah aktivitasnya agar sesuai dengan lingkungan– dan adjustment –manusia mengubah lingkungan agar sesuai dengan aktivitasnya. Tulisan ini membahas proses adaptation dan adjustment yang terjadi pada perumahan Greenland, Depok, Jakawa Barat. Saya melakukan pengamatan dan pemetaan kegiatan di dalam rumah serta wawancara terstruktur dengan 5 (lima) pemilik tipe rumah yang berbeda. Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif, saya mengidentifikasi kedua kegiatan tersebut terjadi sebagai konsekuensi perbedaan antara prediksi yang dilakukan oleh pengembang dengan jenis kegiatan dan kualitas ruang yang dibutuhkan oleh penghuni. Kata kunci: Adaptation; Adjustment; Aktivitas; Lingkungan Baru; Perumahan Formal; Rumah
ABSTRACT The house is one of the essential needs of human beings due to its capability to accommodate various everyday human activities. One of the methods to meet the human needs of having a house is the construction of formal housing. It is also created in order to form a high quality environment and society. Houses in a formal housing usually are built identical with each other, however human daily activities are different in one person to another. These houses will become a new environment for the inhabitants. During the process of entering a new, unknown, environment, humans tend to make adaptations and adjustments. The former is human altering their activities in order to match the environment, the latter is where they change their environment to their needs. This writing tries to explain the process of adaptation and adjustment according to the case studied in Greenland Housing, Depok, West Java. It is based on activities researching, mapping, and interviewing with 5 different families. By doing qualitative researching method, I indicated that both of those activities, adaptation and adjustment, are happened as a dissimilarity
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
in accommodating activities between developer prediction and the inhabitants needs in their house. Key words: Activity; Adaptation; Adjustment; Formal Housing; House; New Environtment
PENDAHULUAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.Tidur, makan, memasak, membersihkan diri, dan lain-lain adalah aktivitas yang sehari-hari dilakukan manusia di dalam rumahnya. Namun, aktivitas apa saja dan seperti apa pola beraktivitas yang terjadi di rumah cenderung berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Hal ini terjadi karena ada banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas manusia. Seperti pernyataan Lang berikut, “People‟s activity systems reflect their motivation, attitudes, and knowledge about the world within constrain of their incomes, competencies, and cultural norms” (Lang, 1987 : 116). Pernyataan Lang diatas menyiratkan bahwa aktivitas tiap manusia akan cenderung berbeda satu sama lain karena latar belakang terbentuknya aktivitas manusia, yaitu motivasi, sikap, pengetahuan, dan kebudayaan cenderung berbeda-beda pada setiap manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk pada suatu negara, kebutuhan rumah akan semakin besar. Sementara itu, pembangunan rumah yang dibangun masyarakat kota seringkali dianggap tidak layak karena tidak memenuhi syarat kebutuhan fisik suatu rumah. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dengan pengadaan perumahan formal, yaitu menciptakan rumah dalam jumlah yang massal dan dilakukan oleh instansi resmi. Pembangunan perumahan formal ini
juga ditujukan untuk menciptakan satu kesatuan
permukiman masyarakat sehingga berpengaruh secara positif pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial suatu kota. Pembangunan perumahan formal dilakukan secara massal dan dirancang tanpa sebelumnya diketahui siapa yang akan tinggal dan seperti apa kebutuhan aktivitasnya secara spesifik. Pada umumnya, rumah-rumah pada perumahan formal dibuat dengan desain yang identik dan tata letak ruang atau program yang serupa terutama untuk tipe rumah yang sama. Di satu sisi, rumah pada perumahan formal, yang dibuat dengan rancangan yang identik dan berdasarkan standarstandar tertentu, ditujukan untuk mengakomodasi aktivitas-aktivitas masyarakat pada rumahnya secara umum serta mempermudah proses pembangunan. Namun, di sisi lain, aktivitas setiap
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
manusia cenderung berbeda satu sama lainnya. Dari kedua pernyataan ini muncul pertanyaan bagaimana rumah pada perumahan formal mampu mewadahi semua kebutuhan aktivitas penghuni-penghuni yang akan tinggal di dalamnya. Bell (2011) mengatakan agar lingkungan baru dapat sesuai dengan aktivitas manusia, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu adaptation dan/atau adjustment.Adaptation adalah usaha dimana aktivitas manusia (sebagai respons) berubah
agar
sesuai
dengan
bagaimanaruang/lingkungan
lingkungan.Sedangkan,
(sebagai
stimulus)
diubah
adjustment
agar
sesuai
adalah dengan
usaha aktivitas
manusia.“Adaptation refers to changing the respons to the stimulus, whereas Adjustment refers to changing the stimulus itself”. (Bell, et.al 2001 : 111). Dari uraian di atas, saya tertarik untuk melihat bagaimana adaptation dan adjustment terjadi pada rumah di perumahan formal, serta seperti apa pengaruh kedua hal tersebut pada tujuan pembangunan perumahan formal untuk masyarakat yang dilakukan lewat unit-unit rumah di dalamnya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami bagaimana rumah pada perumahan formal mampu mewadahi kebutuhan manusia yang tertuang lewat aktivitas manusia itu sendiri di dalam rumahnya. TINJAUAN TEORITIS Kebutuhan akan hunian atau tempat tinggal telah ada sejak jaman manusia purba. Pada awalnya, manusia hidup secara individual di hutan dan gua-gua.Seiring dengan berjalannya waktu, hunian mengalami perkembangan, mulai dari rumah, hingga menjadi townhouse, apartment, towerblock, maupun superblock (Schoenauer, 2000). Pertambahan jumlah penduduk, kurangnya pengetahuan, dan keterbatasan lahan membuat pembangunan rumah di kota dengan cara informal menjadi kurang tepat. Kecarutmarutan ini merusak lingkungan dan menghasilkan rumah yang berkualitas rendah.Salah satu solusi yang dilakukan pengambil kebijakan di dalam suatu Negara adalah pembangunan perumahan formal. Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun oleh suatu institusi/lembaga yang berbadan hukum seperti BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, atau yayasan
. Perumahan formal terbentuk karena adanya kebutuhan tempat tinggal dalam jumlah massal suatu masyarakat, kebutuhan akan menata kota lebih baik, serta
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
didukung dengan adanya kemajuan teknologi. Pembangunan rumah yang dilakukan secara massal ini juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang tepat. Standardisasi Rumah pada Perumahan Formal Rowe (1995) mengatakan bahwa masalah lingkungan dan masalah kemasyarakat menjadi latar belakang pembangunan perumahan dalam standardisasi tertentu. Standardisasi ini bukan hanya menyangkut hal-hal makro, seperti jumlah perumahan di dalam area tertentu, fasilitasfasilitas yang harus disediakan, dan lain-lain, akan tetapi, juga menyangkut hal-hal mikro, yaitu terkait dengan spesifikasi di dalam rumah itu sendiri. “Environmental and social problems caused by overcrowding in the industrial cities generated reform leading to new standards in housing space and layout” (Rowe, 1995 : 40). Fenomena konsep rumah „minimalis‟ yang belakang marak digaung-gaungkan oleh pengembang perumahan di Indonesia juga ada kaitannya dengan standardisasi ruang-ruang di dalam perumahan.Standardisasi ini berisi jenis-jenis ruang yang harus ada di dalam rumah dan luas ruang dibuat seminimal mungkin. Seperti kata Rowe (1995) “A key concern over conditions in the industrial cities was the low standards endured by many urban dwellers. The main focus – and achievement – of housing reform in the twentieth century was to move from this situation to one in which almost every household has a self-contained dwelling designed to good space standards” (Rowe, 1995 : 40). Standardisasi ini tentunya berdasarkan dari pengalaman dan penelitian yang sudah dilakukan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Menurut Rowe (1995) secara fundamental, konsep standar ruang pada perumahan dibuat berdasarkan penelitian tingkah laku manusia sehari-hari.Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari fenomena manusia dalam beraktivitas. Pernyataan ini dipertegas Conrads, “On the whole, the necessities of life are the same for majority of people. The home and its furnishings are mass consumer goods, and their design is more a matter of reason than of passion” (Conrads, 1964 : 95 dalam Rowe, 1995 :45). Standardisasi dan efisiensi waktu inilah yang mengarahkan pada desain rumah-rumah pada suatu perumahan formal menjadi identik satu sama lain, termasuk tata letak ruang-ruang di dalam rumah.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Aktivitas Manusia dan Rumah pada Perumahan Formal Lingkungan mempengaruhi sikap dan sifat seseorang karena di dalam lingkungan terdapat unsur-unsur alam, makhluk hidup, masyarakat dan kebudayaan. Seperti kata Lang, “Environment is that surroundings of humans consist of terrestrial, animate, social, and cultural component. Each of these affects the lives of people and the nature of their attitudes.” (Lang, 1987 : 21). Sementara, aktivitas adalah hal yang dilakukan. “activity is thing to be done: occupation” (Oxford, 1987). Aktivitas merupakah tingkah laku manusia yang sudah terkait dengan lingkungannya, seperti definisi yang dipaparkan di dalam kamus Oxford diatas yang memakai istilah occupation atau okupansi. Aktivitas akan selalu terkait dengan penggunaan ruang, alat, dan waktu. Pada konteks perumahan formal, dapat dikatakan bahwa rumah di dalamnya merupakan suatu given-place atau suatu lingkungan baru karena tidak diketahui kesesuaiannya terhadap kebutuhan aktivitas penghuni yang akan tinggal di dalamnya. Hubungan antara aktivitas manusia dengan lingkungan baru bukanlah merupakan hubungan searah, dimana lingkungan selalu akan mempengaruhi aktivitas manusia sementara aktivitas manusia tidak mempengaruhi lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan sebagai rangsangan (Stimulus) dan aktivitas manusia sebagai respon. Lang mengatakan bahwa hubungan lingkungan dengan aktivitas manusia bukan sekedar hubungan stimulus-response (S-R) akan tetapi kedua komponen tersebut mempengaruhi satu sama lainnya. “Most of the ideological stances in the design fields are based on naïve stimulus-response (S-R) model of the relationship between environment and human behavior. In this model the built environment is regarded as stimulus and human behavior as the response. But they also linked casually”. (Lang, 1987 : 11). Hubungan antar kedua hal ini (stimulus-respons) dapat ditanggapi manusia dengan dua cara yaitu adaptation atau adjustment. “Adaptation refers to changing the respons to the stimulus, whereas Adjustment refers to changing the stimulus itself”. (Bell, et.al 2001 : 111). Adaptation dan Adjustment merupakan hal yang berbeda.Apabila Adaptation adalah perilaku mengubah respons (tingkah laku) terhadap stimulus, maka Adjustment adalah perilaku yang mengubah stimulus (lingkungan) itu sendiri. Kaliandi (2011) mencontohkan, Adaptation merupakan perilaku manusia dalam merespons suhu panas dengan melibatkan sistem metabolism tubuh, sehingga tubuh manusia akan terbiasa dengan panas tersebut dan akan berkeringat. Sedangkan Adjustment merupakan perilaku manusia dalam merespons suhu panas dengan
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
memasang mesin pendingin pada ruangan.Dari kedua istilah, Adaptation dan Adjustment, dapat diketahui bahwa apabila manusia melakukan Adaptation, maka aktivitas manusianya yang berubah.Sementara itu, apabila yang terjadi adalah Adjustment, maka lingkunganlah yang berubah. Adaptation Adaptation adalah pola aktivitas yang tercipta karena setting ruang rumah sebagai lingkungan baru yang ditinggali manusia.Rumah merupakan sebuah place yang memiliki tata letak ruang, yaitu hubungan antara satu ruang dengan lainnya dan setiap ruang memiliki kualitasnya masing-masing. Hubungan satu ruang dengan ruang lainnya tentu akan mempengaruhi pola aktivitas penghuninya. Apabila manusia memasuki lingkungan yang baru, keadaan lingkungan tersebut akan mengintervensi aktivitas yang akan dilakukan manusia tersebut. “Space lies open; it suggest the future and invites action” (Tuan, 1977 : 51). Menurut Lang (1987), lingkungan atau milieu yang berbeda dapat menciptakan aktivitas yang berbeda. “That different structures, or patterns, of the milieu afford different behavior that create different activity system.” (Lang, 1987 : 113) Walaupun manusia ingin bertinggal di lingkungan yang tepat untuk dirinya, seperti pernyataan Schulz (1984) bahwa lingkungan digunakan untuk mengidentifikasi diri kita. Namun, tentu saja kualitas lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal baru bagi seseorang memungkinkan berada diluar ekspekstasinya. Ketika kualitas fisik tempat manusia tinggal tidak sesuai dengan pola aktivitas sehari-hari, maka salah satu kemungkinan yang terjadi adalah manusia menyesuaikan pola aktivitasnya sehingga fit pada lingkungannya. Adjustment Adjustment adalahperubahan yang dilakukan manusia untuk mewadahi aktivitas sehariharinya.“The dwelling becomes a home through an active process in which people transform their surroundings, creating links to the place they have chosen in order to satisfy their needs and wishes.” (Tognoli, 1987; 202).Tognoli mengatakan bahwa rumahberubah melalui proses transformasi yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ketika dikaitkan kembali dengan rumah, penyesesuaian ini, menurut Honikman, salah satunya ditujukan kepada pengakomodasian aktivitas seseorang. “liked or disliked room in house would result in
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
sets of construct covering its ability to accommodate activity.” (Honikman, 1980 : 79). Apabila ada yang tidak sesuai bagi seseorang di dalam rumahnya, terutama pada ruang-ruang di dalam rumahnya, ia akan mereferensi pada aktivitas sehari-harinya. Lang mengatakan bahwa kadang aktivitas yang dilakukan manusia pada rumahnya itu bersifat unik.Keunikan inilah yang membuat dilakukannya perubahan pada bangunan.“One of the basic reasons for creating or redeveloping building is to provide for some existing or potential set of human activities. Sometimes these are everyday activities of walking, watching, working, sleeping, recreating, and eating, and sometimes they are unique activities.” (Lang, 1987 : 113). Dari berbagai sumber yang sayabaca, ada beberapa faktor yang menentukan bagaimana manusia beraktivitas, yaitu; pertama, pengaruh dari kultur atau kebudayaan yang ia jalani. “The way such activities as sleeping, cooking, and eating are carried out varies culturally.” (Lang, 1987 : 122). Kedua, pola hubungan dalam bermasyarakat.Perbedaan hubungan keluarga yang individualis dengan keluarga yang berhubungan baik dengan masyarakat sekitarnya akan mempengaruhi aktivitas di depan rumahnya. Ketiga, aktivitas manusia juga terbentuk karena kebiasaan sehari-hari manusia dan seringkali muncul karena pengalaman-pengalaman yang selama ini ia rasakan. “to „be at home‟ is to experiences what it is to know a place, to belong to a place, and to realize that the place has conditioned our own being, our personality” (Schulz, 1984 : 9). Keempat, manusia yang mengontrol aktivitas di dalam suatu rumah.“Many activityspace are differentiated on the basis of who controls activity.” (Lang, 1987 : 114). Kelima, waktu menjadi faktor yang mempengaruhi aktivitas karena setiap manusia memiliki lifecycle-nya sehari-hari.Dalam konteks manusia urban, yang sehari-hari bekerja, pola aktivitasnya tentu berbeda dengan manusia yang sehari-hari berada di rumah. Perbedaan waktu juga akan menghasilkan kualiatas lingkungan yang berbeda. Malam yang menciptakan gelap dan dingin, siang yang menciptakan panas dan terang, tentu mempengaruhi manusia dalam beraktvitas.“All individual‟ action take place in time and place” (Davies, dalam May dan Thrift, 2001 : 133). Dari uraian di atas, dapat dikatakan aktivitas satu manusia dengan lainnya akan cenderung berbeda karena banyaknya faktor yang menentukan bagaimana manusia beraktivitas. “Different organismic characteristic of individual result in different activity system” (Lang, 1987 : 120). Perbedaan inilah yang akan menentukan seperti apa adjustment yang akan dilakukan
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
manusia pada rumahnya. Dengan demikian, apabila rumah tidak mampu mewadahi semua aktivitas manusia atau paling tidak aktivitas yang menurut manusia tersebut penting untuk diwadahi maka akan tercipta adjustment di dalamnya. Prinsip Adjustment Aktivitas membutuhkan batas, baik batas fisik maupun non fisik. Batas ini akan menciptakan pemisahan-pemisahan ruang. Pemisahan ruang akan terlihat secara kasat mata apabila batas yang dibutuhkan untuk mengakomodasi aktivitas tersebut berupa batas fisik, misalnya dinding. “Boundary arise when there is activities that need to be segregated” (Lang, 1987 : 114). Sebagai contoh, kamar mandi membutuhkan ruang yang dibatasi secara fisik dengan tempat beriteraksi dengan orang lain karena di dalam aktivitas membersihkan diri hal-hal pribadi manusia terbuka. Dapat juga dikatakan bahwa aktivitas mengubah keadaan rumah tergantung dari kualitas ruang yang dibutuhkan oleh aktivitas itu sendiri.“In deciding what boundaries condition are necessary, one must first decide what degree of segregations is necessary between activity system” (Lang, 1987 : 119). Proses adjustment juga dapat dilakukan lewat pengaturan furniture atau dalam bahasa Brand (1994) berupa stuff. “Building partially resolve the paradox by offering the hierarchy of pace-you can fiddle with the stuff and all you want while the structure and the site remain solid and reliable” (Brand, 1994, dalam Nasution, 2012 : 7). Hal ini dapat terjadi karena salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas manusia adalah alat yang digunakan. Selain itu, kualitas suatu ruang akan tepengaruh dengan keberadaan furniture di dalamnya karena keberadaan furniture memakan tempat. Rybczynski (1986) juga mengatakan bahwa perubahan furniture yang terjadi berkaitan dengan perubahan pada penghuni manusia. Dengan melihat furniture, kita dapat melihat gambaran bagaiamana kehidupan suatu keluarga di dalam rumah, “Furniture tells all. One can reconstruct domestic interior, and the attitudes of its inhabitant, from a single chair” (Rybczynski, 1986 dalam Nasution, 2012 : 12).
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
METODE PENELITIAN Saya menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus yang saya pilih adalah Perumahan Greenland yang berlokasi di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Saya memilih 2 (dua) responden dari 3 (tiga) tipe rumah yang ada di perumahan ini. Oleh karena sulitnya memperoleh kesediaan partisipasi, saya hanya memperoleh 1 (satu) kelurga di tipe 46. Adapun 5 keluarga yang bersedia menjadi responden, yaitu Keluarga H. Ibet dan Keluarga Umam (Tipe 65), Keluarga Syahrir (Tipe 46), Keluarga Azhari dan Keluarga Dwi (tipe 38). Proses pencarian data di Perumahan Greenland ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara, pengamatan langsung, dan partisipasi pemetaan aktivitas pada rumah masingmasing partisipan. Pencarian data difokuskan kepada penggunaan waktu (time budgets), deskripsi aktivitas sehari-hari (censusing), dan pola pergerakan aktivitas sehari-hari (origin and destination studies). Pengamatan ini merupakan cara mengalisis activity system yang dikemukakan oleh Lang (1987). “Activity system can be analyzed in a number of ways, including the use of time budgets, censusing, and origination and destination studies” (Lang, 1987, p.116). HASIL PENELITIAN Adaptation : Penyesuaian Aktivitas karena Ruang Eksisting 1.
Posisi kamar kamar mandi yang berdekatan dengan kamar tidur membentuk pola aktivitas tidur dan membersihkan diri yang berurutan. Hubungan ini membuat aktivitas yang dilakukan sebelum dan setelah tidur adalah membersihkan diri.
2.
Keberadaan ruang tamu yang berdekatan dengan kamar mandi membuat semua kegiatan di ruang utama menjadi tertutup saat terdapat anggota keluarga yang sedang mandi. Apabila sedang ada tamu, aktivitas mandi terjadi dilakukan tanpa berisik.
3.
Ruang yang berada di tengah di antara ruang lain menjadi titik temu pergerakan penghuni di dalamnya. Titik temu ini menjadi tempat berinteraksi anggota-anggota keluarga. Hal ini menciptakan aktivitas sehari-hari (tidak termasuk tidur) lebih banyak dihabiskan di ruang utama, walaupun masing-masing anggota keluarga punya kamarnya masing-masing. Apabila dibentuk alur sirkulasi manusia dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya maka titik temu yang paling banyak terjadi adalah di ruang utama.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
4.
Posisi car port yang berada di depan dan terbuka menciptakan ruang berinteraksi yang cukup sering dengan tetangga, walaupun hampir semua car port mengalami adjustment dengan penambahan atap. Interaksi ini terjadi saat pagi, sore, dan malam hari. Setting ini menciptakan kharakteristik penghuni rumah yang senang bersosialisasi. Aktivitas bersosialisasi menjadi salah satu aktivitas utama penghuni, terutama saat akhir pekan (weekend) atau hari libur.
5.
Ukuran kamar belakang lebih luas daripada kamar depan membuat kepala keluarga dan istri tidur di kamar belakang sementara anak tidur di kamar depan. Biasanya kamar tidur utama berada paling depan agar mempermudah kepala keluarga mengawasi rumahnya demi keamanan, serta paling dekat dengan ruang tamu agar dapat langsung menjamu tamu yang berkunjung. Namun, hal ini tidak berlaku pada empat dari kelima partisipan (Keluarga H. Ibet, Umam, Syahrir, dan Keluarga Azhari). Hal ini menciptakan pola aktivitas yang baru pada mereka, yaitu penggunaan kamar sesuai dengan rancangan pengembang, dimana kamar belakang digunakan sebagai kamar utama.
6.
Ruang tamu menjadi ruang yang digunakan untuk berbagai macam aktivitas (makan, menerima tamu, bermain, berkumpul keluarga, beristirahat) yang dilakukan di ruang yang sama. Konsep rumah yang menggunakan format studio, dimana ruang utama yang fungsi utamanya sebagai ruang tamu, namun dapat digunakan untuk makan, berkumpul bersama keluarga, dan lain-lain. Karena difungsikan untuk berbagai aktivitas, aktivitas makan, bertamu, bersantai, dan menonton menjadi aktivitas yang saling berbaur.
7.
Ketersediaan alternatif akses dari dalam ke luar rumah atau sebaliknya menciptakan pemisahan sirkulasi pembantu dan anggota keluarga. Pada rumah tipe 65 (Keluarga H. Ibet dan Keluarga Umam) terdapat dua akses menuju dan dari kedalam rumah. Hal ini menciptakan sirkulasi yang berbeda antara pembantu dan anggota keluarga. Ruang-ruang utama hanya dimanfaatkan oleh anggota keluarga kecuali saat pembantu melakukan aktivitas bersih-bersih dan menyetrika.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adjustment : Aktivitas Manusia sebagai Latar Belakang Pembentukan Ruang 1.
Dapur dibuatkan penutup atap dan dibuat terpisah dengan ruang beraktivitas lain yang bukan aktivitas servis. Latar belakang terjadinya adjustment ini adalah proses aktivitas memasak yang kompleks (tidak instan) yang dikonsumsi sepanjang hari, outputnya yang berupa asap dan bau hasil masakan yang dapat mengganggu aktivitas lain, dilakukan oleh wanita pada pagi hari sekitar pukul 4 sampai 7 pagi, dan ditujukan untuk mengakomodasi kegiatan servis lainnya seperti mencuci dan membersihkan rumah.
2.
Ruang tamu dibuat tanpa furniture karena anak balita membutuhkan ruang gerak yang leluasa yang berada di dalam rumah dan kegiatan berkumpul keluarga yang dilakukan sambil bersantai dengan keadaan badan sambil tiduran.Selain itu, peniadaan furniture juga dipengaruhi oleh aktivitas berkumpul bersama keluarga yang lebih nyaman dilakukan dengan kondisi lesehan. Terkecuali untuk Keluarga H. Ibet, di dalam ruang tamunya terdapat furniture meja dan kursi tamu karena anak-anak dalam keluarga ini tidak berusia balita.
3.
Pintu kamar dibuat pembatas atau penutup berupa tirai. Pembatas ini tercipta karena aktivitas tidur yang membutuhkan kualitas udara yang baik namun tetap tertutup demi menjaga privasi.
4.
Car port ditutup dengan atap danukuran teras yang diperluas untuk menampung aktivitas bermain anak dan bersosialisasi dengan tetangga. Pada pola aktivitas sehari-hari, terutama pada weekend,selalu terdapat aktivitas bermain dan berinteraksi dengan tetangga di ruangteras dan car port.
5.
Teras rumah diletakkan jemuran pakaian. Aktivitas menjemur pakaian membutuhkan ruang terbuka yang terkena panas matahari dan biasanya menggunakan alat jemuran.
6.
Pengadaan ruang gudang sebagai ruang penyimpanan barang-barang rumah tangga. Pengadaan ini terjadi karena aktivitas yang terjadi di dalam rumah biasanya menggunakan barang-barang. Oleh karena itu, barang-barang yang digunakan ini butuh ruang penyimpanan karena beberapa penggunaannya dalam waktu khusus atau tertentu, misalnya alat-alat dapur untuk memasak kebutuhan saat acara di dalam rumah.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
PengaruhAdaptation dan Adjustment Pada Perumahan yang Memiliki Konsep dan Tujuan Aktivitas yang terbentuk dari ruang eksisting di satu sisi memberikan dampak baik, namun di sisi lain juga memberikan dampak buruk. Dampak baikknya, pertama, kebersihan penghuni rumah terjaga, dimana kegiatan membersihkan diri bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan anjuran kesehatan yang menyarankan menyikat gigi sebelum tidur.Kedua, ruang utama yang menciptakan intensitas berkumpul keluarga yang tinggi mampu menciptakan keharmonisan di dalam keluarga.Ketiga, ketersediaan ruang terbuka untuk berinteraksi dengan tetangga dapat menciptakan masyarakat penghuni perumahan yang berjiwa sosial yang tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan perumahan formal yaitu, menciptakan masyarakat yang saling berinteraksi sehingga saling peduli satu sama lain. Terakhir, sirkulasi pembantu yang dibuat berbeda dengan anggota keluarga membuat aktivitas servis yang dilakukan pembantu tidak mengganggu aktivitas yang terjadi di ruang tamu. Adaptation yang memberikan dampak negatif yaitu; pertama ruang-ruang eksisting menimbulkan beberapa kekurangan yaitu privasi yang terganggu saat mandi dan menciptakan ketidaknyaman pada ruang tamu karena bau kamar mandi bisa langsung tercium.Kedua, tingkat keamanan rumah dari faktor eksternal menjadi semakin rendah, karena orang tua sebagai pengawas keadaan rumah tidak bisa mengawasi keadaan luar rumah apabila ada tindak kriminal yang terjadi.Ketiga, rumah dengan format studio, menciptakan bentrok kepentingan, misalnya saat ada tamu yang datang, aktivitas bersantai terpaksa dilakukan di kamar tidur karena dianggap tidak etis jika dilakukan di ruang tamu. Adjustment yang terjadi pada perumahan ini juga memberikan dampak baik dan dampak buruk. Dampak baiknya aktivitas yang tidak terwadahi sama sekali atau tidak terwadahi dengan ruang yang mendukung menjadi terwadahi. Namun dampak buruknya, pertama, dari kesemua partisipan, taman belakang mengalami adjustment menjadi ruang tertutup. Hal ini menyebabkan kualitas udara yang terjadi di rumah menjadi rendah karena tidak ada persilangan sirkulasi udara (crossing ventialation). Kedua, tujuan fasad rumah yang tidak boleh diubah agar tercipta unity menjadi tidak tercapai karena keadaan car port yang bervariasi dan keberadaan jemuran di ruang depan.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
PEMBAHASAN Dari identifikasi adaptation dan adjustment yang dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa setiap keluarga melakukan kedua proses ini. Kedua proses ini menciptakan satu kesatuan activity system yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Adaptation terjadi karena ada perbedaan kualitas dan tata letak ruang pada rumah yang dihuni sekarang dengan rumah yang dihuni sebelumnya.Hubungan satu ruang dengan ruang lain serta ukuran ruang mempengaruhi hubungan aktivitas-aktivitas yang diwadahi masing-masing ruang. Oleh karena itu pola ruangan juga membentuk pola aktivitas penghuni.Sesuai pernyataan Lang (1987) “That different structures, or patterns, of the milieu afford different behavior that create different activity system.” (Lang, 1987 : 113). Posisi car port dan teras yang berada didepan dan kualitasnya terbuka menciptakan interaksi sosial yang cukup tinggi. Sesuai dengan pernyataan “Space lies open; it suggest the future and invites action” (Tuan, 1977 : 51). Hal ini juga menciptakan masyarakat yang berkualitas sosial tinggi, sesuai dengan tujuan perumahan yang dikemukakan Rowe (1995). Sementara itu, adjustment dilakukan untuk mendapatkan rumah yang tepat bagi penghuni sehingga membuat penghuni betah menempatinya. Sesuai dengan pernyataan Tognoli (1987) “The dwelling becomes a home through an active process in which people transform their surroundings, creating links to the place they have chosen in order to satisfy their needs and wishes.” (Tognoli, 1987 dalam Kaliandro, 2011).Perasaan betah ini tergantung pada aktivitas yang sehari-hari yang dilakukan bisa terwadahi atau tidak. “liked or disliked room in house would result in sets of construct covering its ability to accommodate activity.” (Honikman, 1980 : 79). Ruang dapur yang dibuat tertutup, pengadaan ruang penyimpanan, pemasangan tirai pada pintu kamar, pengatapan carport, dan pelebaran ruang teras merupakan adjustment yang berupa penciptaan batas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lang (1987) “Boundary arise when there is activities that need to be segregated” (lang, 1987 : 114).Sedangkan adjustment dengan pengaturan furniture terjadi pada ruang tamu yang tidak menggunakan furniture danpenggunaan jemuran di ruang depan. Hal ini yang dalam bahasa Brand (1994) berupa stuff. “Building partially resolve the paradox by offering the hierarchy of pace-you can fiddle with the stuff and
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
all you want while the structure and the site remain solid and reliable” (Brand, 1994, dalam Nasution, 2012 : 7). Rybczynski (1986) juga mengatakan bahwa perubahan furniture yang terjadi berkaitan dengan perubahan pada penghuni manusia. Dengan melihat furniture, kita dapat melihat gambaran bagaiamana kehidupan suatu keluarga di dalam rumah, “Furniture tells all. One can reconstruct domestic interior, and the attitudes of its inhabitant, from a single chair” (Rybczynski, 1986 dalam Nasution, 2012 : 12). Proses adaptation dan adjustment ini membuat keluarga penghuni rumah ini menjadi betah tinggal di perumahan ini. Berdasarkan wawancara dengan kesemua keluarga, mereka merasa sudah tepat memilih Perumahan Greenland sebagai tempat tinggal.Walaupun beberapa ruang di dalam rumah dianggap bermasalah, mereka tetap bisa menyesuaikannya.Hal ini sesuai dengan pernyataan Schulz, “Dwelling demand something from us, as well as from our place.” (Schulz, 1984 : 12). Latarbelakang setiap orang yang berbeda akan membuat pola dan cara beraktivitas di dalam rumah berbeda satu sama lain. Begitu juga dengan ruang pada rumah. Dalam ukuran, pola, dan bentuk yang sama, mereka mungkin membentuk aktivitas yang sama pada keluarga yang berbeda. Misalnya, Car port yang berada di depan menciptakan kualitas masyarakat yang interaksi sosialnya tinggi. Lang (1987) mengatakan, pola hubungan dalam bermasyarakat mempengaruhi aktivitas manusia dan batas fisik di depan rumahnya. KESIMPULAN Perumahan formal memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat. Pemenuhan ini bukan sekadar penyediakan jumlah unit rumah, akan tetapi juga kualitas tiap unit rumahnya. Kualitas rumah pada perumahan formal diharapkan dapat menciptakan kenyamanan pada penghuninya, dimana aktivitas sehari-hari penghuninya dapat terakomodasi.Berbeda dengan rumah informal, dimana penghuni dapat langsung membangun rumahnya sesuai keinginan dan kebutuhannya dalam mengakomodasi setiap aktivitas, pembangunan perumahan formal akan sulit mewadahi setiap aktivitas karena perbedaan latar belakang setiap calon penghuni. Oleh karena itu, manusia saat sudah bertinggal di perumahan formal akan melakukan adaptation dan adjustment.Dengan demikinian, tidak akan ada kondisi dimana rumah pada perumahan formal bisa mengakomodasi setiap aktivitas penghuni-penghuninya. Apalagi kebutuhan ruang beraktivitas manusia akan berubah seiring waktunya.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
Hal yang menarik dari kepastian bahwa manusia akan melakukan adaptation dan adjustment saat manusia mulai tinggal di perumahan formal adalah pengembang dapat membuat skenario pembentukan aktivitas yang diinginkan lewat setting ruang rumah sehingga penghuni mungkin melakukan adaptation sesuai dengan yang diinginkan pengembang. Ukuran dan terbuka atau tertutupnya suatu ruang mempengaruhi pembentukkan aktivitas, sedangkan tata letak mempengaruhi hubungan satu aktivitas dengan aktivitas lain. Pola aktivitas yang terbentuk ini dapat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Sesuai pernyataan Lang (1987) “That different structures, or patterns, of the milieu afford different behavior that create different activity system.” (Lang, 1987 : 113). Namun disisi lain, pengembang juga harus memperhatikan kemungkinan adjustment yang terjadi sebagai tanggapan manusia pada rumahnya. Ketika ada aktivitas yang dianggap penting untuk diwadahi sementara ruang yang disediakan tidak mampu mewadahi, manusia akan melakukan adjustment akan ruang itu. Ada beberapa cara yang dilakukan di dalam proses adjustment, dan hal inilah yang perlu diperhatikan. Pertama, penciptaan batas fisik mulai dari atap, dinding, hingga lantai.Kedua, pengaturan furniture karena mempengaruhi keterbasan manusia dalam beraktivitas dan menjadi alat manusia saat beraktivitas.Dengan, pengembang perumahan formal harus paham betul aktivitas secara umum yang harus diwadahi agar semakin kecil kemungkinan untuk terjadinya adjustment. Kepastian terjadinya proses adaptation dan adjustment ini harus ditanggapi dengan tepat saat merancang rumah pada perumahan formal. Dari studi yang saya lakukan pada skripsi ini, ada beberapa kegiatan yang pola dan cara berkegiatannya sama pada setiap keluarga yang menjadi studi kasus di dalam skripsi ini, yaitu memasak, tidur, dan mandi. Oleh karena itu, kualitas ruang-ruang yang ditujukan untuk pengakomodasian masing-masing aktivitas ini mungkin dapat berlaku untuk setiap rumah pada satu konteks daerah tertentu. Namun, untuk aktivitas yang sifatnya tergantung dengan latar belakang seseorang, yang perlu diperhatikan adalah
fleksibilitas
dan
ketersediaan
ruang
yang
akan
dijadikan
sebagai
ruang
pengakomodasiannya. Adjustment dapat menghilangkan tujuan dari pembangunan perumahan, misalnya pada studi kasus yang terjadi adjustment ruang dapur mengasilkan kualitas udara yang buruk.Padahal, menurut Rowe (1995) sejarah pembangunan perumahan pada awalnya ditujukan untuk mengahasilkan rumah yang sehat bagi masyarakat.Oleh karena itu, sebaiknya pengembang
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013
menciptakan “ruang” bagi penghuni untuk melakukan adjustment agar adjustment tersebut tidak merusak ide dan tujuan awal pembangunan perumahan formal. KEPUSTAKAAN Budihardjo, Eko. (1994). Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Canter, D. (1980). The Empirical Classification of Building Aspects and Their Attributes. In G. Broadbent, Meaning and Behavior in the Built Environment (pp. 1-19). Chicester: The Pitman Press, Bath, Avon. Douglas, Marry. (2007). The Idea of Home. In B. M. Lane, Housing and Dwelling : Persperctive on Modern Domestic Architecture (pp. 61-68). New York: Routledge. Dripps, R. D. (1997). The First House : Myth, Paradim, and the Task of Architecture. The MIT Press. Geoffrey Broadbent, R. B. (1980). Meaning and Behavior in The Built Environment. Chicester: The Pitman Press, Bath, Avon. Kaliandi, Andro. (2011). Ruang Bawah Tanah sebagai Dwelling Alternatif. Depok: Universitas Indonesia Lang, Jon. (1987). Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design. New York: Van Nostrand Reinhold. Morris, E. W., & Winter, M. (1975). A Theory of Family Housing Adjustment. Journal of Marriage and Family , 79-88. Nasution, Talita Y. (2013). Adaptasi Ruang Domestik terhadap Penghuninya Seiring Waktu. Depok: Universitas Indonesia. Schulz, Christian N. (1993). Concept of Dwelling. New York: Rizzoli. Rapoport, Amos. (1990). Housing and Culture. Dalam Lisa Taylor (Ed). Housing: Symbol, Structure, site. Amerika Serikat : The Smithsonian Institution. Rowe, Peter G. (1995). Modernity and Housing. London: MIT Press. Tuan, Yi-Fu. (2007). Attachment to Homeland. In B. M. Lane, Housing and Dwelling : Persperctive on Modern Domestic Architecture (pp. 408-415). New York: Routledge.
Adaptation dan..., Nicky Putra Perwira Meliala, FT UI, 2013