Berkeliling dunia, adalah mimpi setiap orang. Saya salah satunya. Setiap kesempatan travelling membuat saya menemukan gairan dah antusiasme yang meluap-luap. Tapi kadang-kadang keinginan tidak sesuai dengan isi kantong. Karena tidak bisa disangkal, traveling lintas negara, pastinya butuh dana yang tidak sedikit. Bagaimana ngakalinnya ya?
SEBELUMNYA, saya sudah menjelajahi negara-negara di Asia Tenggara (Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja) dan Asia (Hongkong dan Macau). Selepas itu saya ingin memuaskan hobi jalan-jalan saya dengan negara lain diluar benua Asia.
Meski awalnya hanya
angan, lantaran ongkosnya terlalu mahal. Tapi seperti patah bule katakan ‘Never Let Go Your Dream’. Saya memelihara mimpi itu.
Dan jawaban mimpi itu seperti bermunculan kemudian. Inikah jawaban mimpi saya? Entahlah, tapi bagaimana menjelaskan diterimanya adik ipar saya [laki-laki] di Flinders
Universitydi
Adelaide,
Australia
ketika
mengajukan beasiswa sekolah, adalah hal unik. Alasan adik saya, karena Austalia relatif lebih dekat dengan
Indonesia, dan
ada jurusan Kebijakan Publik, yang
dipilihnya. Jurusan tersebut memang termasuk favorit di sana. Selain itu Adelaide termasuk kota yang relatif murah untuk biaya hidup sehari-hari dibandingkan dengan Sidney atau Melbourne.
Setelah adik ipar saya berangkat dan mendapatkan tempat tinggal, beberapa bulan setelah itu, barulah saya dan adik saya berburu tiket ke Adelaide. Rencananya saya akan menemani adik dan dan anaknya yang masih berumur 1 tahun mengunjungi suaminya.
Sayang, ketika itu
maskapai murah favorit saya, Air Asia, tidak punya rute penerbangan langsung ke Adelaide, mereka hanya melayani penerbangan ke Sidney dan
Melbourne.
Sementara penerbangan lain seperti Garuda Indonesia atau Qantas, harganya tidak “miring”.
Sampai suatu ketika, saya membaca di salah satu surat kabar, iklan Air Asia yang baru saja membuka rute penerbangan ke Adelaide dengan harga promo. Oh My God, pucuk dicinta ulam tiba nih. Saat itu saya langsung menghubungi adik saya dan sudah bertekad ketika sampai di kantor, pekerjaan yang harus dilakukan pertama kali
adalah : membuka web Air Asia untuk mencari penerbangan ke Adelaide. Siapa cepat dia dapat bukan?
Pada iklan yang tertera di Kompas, periode booking adalah antara 30 Juli 2013 – 4 Agustus 2013 dengan Periode Terbang : 30 Oktober 2013 – 5 Agustus 2014. Setelah beberapa kali heboh bertelepon ria untuk mencocokan jadwal dengan adik saya, kami sepakat memilih tanggal keberangkatan 5 April 2014. Kalau saya pulang pada tanggal 14 April 2014, adik saya sepertinya akan stay lebih lama di sana karena akan bepergian bersama suaminya. Total yang harus dibayar untuk tiket PP Jakarta – Adelaide adalah 4.291.000,- ditambah biaya pembayaran dengan menggunakan kartu kredit sebesar Rp. 108.000,- sehingga jumlah seluruhnya adalah 4.399.000,- Lebih murah setengahnya dibandingkan tiket ketika tidak sedang harga promo. Lumayanlah. Rejeki memang tidak kemana.
Seperti pengalaman sebelumnya, jika membeli tiket murah jauh-jauh hari seperti saya ini, sekitar 8 bulan, maka akan banyak kejadian yang tidak terduga. Seperti yang terjadi
terhadap
saya
dan
adik
saya
yang
mengalami
miskomunikasi sehingga saya menjadi bimbang apakah jadi berangkat atau tidak. Tetapi akhirnya, setelah kurang 1 bulan dari tanggal keberangkatan, keadaan mulai membaik sehingga saya harus buru-buru apply visa hanya sekitar 3 minggu sebelum tanggal keberangkatan.
Prosedur Permohonan Visa ke Australia : Yang paling penting adalah, 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan saldo di tabungan harus mencukupi, kurang lebih sekitar Rp. 10 juta. Kemudian transaksi keluar masuk uang juga harus wajar. Sebenarnya pada sekitar hari H saya apply visa yang terburu-buru tersebut uang saya sudah berkurang banyak karena terpakai untuk bermacam keperluan sehingga ada sekitar Rp. 6 juta uang masuk hanya untuk keperluan print buku tabungan. Tetapi selain itu saya juga melengkapi rincian keuangan saya dengan Tabungan Rencana dan Asuransi. Sehingga untuk keuangan saya merasa cukup dan tidak terlampau was-was tidak diapprove. Yang menjadi masalah untuk saya adalah waktu permohonan visa yang mepet dengan tanggal keberangkatan.
Persyaratan untuk mengajukan visa Australia saya siapkan hanya dalam waktu setengah hari. Perhatikan syaratsyaratnya:
Surat pernyataan bekerja di perusahaan, yang menjelaskan bahwa benar bekerja di perusahaan tersebut dan perusahaan memberi ijin untuk cuti selama berapa hari dan akan kembali bekerja pada hari setelah cuti.
Surat keterangan gaji
Print buku tabungan selama 3 bulan terakhir, saya print dari fasilitas internet banking.
Sertakan juga fotokopi tabungan untuk simpanan yang lain, misalnya tabungan rencana atau deposito
Fotokopi asuransi jika ada. Saya mempunyai Asuransi Prudential dan saya sertakan saja fotokopinya.
Bukan asuransi perjalanan yang
saya beli khusus untuk keperluan ini.
Foto kopi pasport yang telah bertanda cap imigrasi.
Print booking hostel
Print tiket penerbangan.
Saya membuat foto visa di studio foto yang banyak terdapat di daerah Sabang, Jakarta. Mereka sudah mengetahui ukuran dan warna background untuk foto visa yang diperlukan untuk bepergian ke luar negeri. Pokoknya tinggal menyebutkan hendak pergi ke negara mana, kita tinggal difoto dengan latar belakang yang sesduai
dan
dalam
hitungan
menit
saya
sudah
mendapatkan 4 lembar foto beserta CDnya. Harga yang harus dibayar adalah Rp. 50.000,-
Selesai foto, saya segera menuju ke Plaza Abda untuk memasukkan berkas dokumen-dokumen permohonan visa ke kantor tempat permohonan visa Australia dimasukkan. Saat ini kantor tersebut telah menempati lokasi baru di : Kuningan City Lantai 2 No. L2-19, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Setiabudi, Kuningan, Jakarta 12940 Indonesia. Untuk websitenya dan keterangan lain tentang Visa Australia bisa membuka webnya di : http://www.vfs-auid.com/ Semua penjelasan mengenai visa dan lain-lainnya bisa dibaca disana.
Setelah menitipkan HP ke satpam di meja penerima tamu, saya masuk ke dalam ruangan dan langsung menuju meja penerimaan dokumen yang masih kosong. Petugas penerima visa saya saat itu adalah seorang cowok yang keliatan masih muda.
Dengan berdebar-debar saya
menyerahkan semua dokumen untuk diperiksa beserta paspor asli. Paspor asli dipergunakan untuk memverifikasi fotokopi paspor saya sehingga langsung dikembalikan lagi. Setelah memeriksa keseluruhan dokumen ternyata masih ada tiga dokumen lagi yang belum lengkap. Dokumen tersebut bisa dikirimkan kepada kedutaan melalui email. Dokumen tersebut adalah Fotokopi Surat Nikah, Foto Kopi Akte Kelahiran dan Surat Keterangan ijin dari suami.
Selain itu saya mendengar kabar yang cukup membuat saya cemas karena ada kemungkinan visa disetujui melebihi tanggal keberangkatan saya.
Karena saya
memasukkan aplikasi visa sekitar 3 minggu sebelum keberangkatan, dan waktu yang diperlukan untuk proses aplikasi visa maksimal adalah 17 hari kerja, ada kemungkinan pada saat keberangkatan saya visa saya belum jadi. Sehingga petugas kedutaan tersebut memberi
saya nomor telepon kedutaan jika pada tanggal 1 April visa saya belum jadi. Yang membuat hari kerja menjadi lebih sedikit waktunya adalah karena adanya tanggal merah dalam waktu 3 minggu tersebut.
Untuk menghubungi kedutaan pun ada aturannya, karena sebelum menelpon saya harus mengirimkan email permintaan ijin jika hendak menelpon kedutaan guna menanyakan aplikasi visa. Wah, ternyata untuk telepon saja cukup merepotkan ya.. Bikin tambah deg-degan.
Hampir setiap hari saya mengecek situs aplikasi visa guna memantau sampai dimana proses permintaan visa saya dan tulisan yang mucul selalu sama : dokumen aplikasi visa telah diterima. Padahal saya tanya ke teman-teman, pengalaman mereka apply visa hanya sekitar 5 hari- 1 minggu visa sudah disetujui.
Akhirnya karena pada
tanggal 1 belum ada kabar, saya terpaksa mengirim email terlebih dahulu ke kedutaan Australia pada pagi hari dan sekitar jam 14 siang, saya menelpon kedutaan.
Ini
pengalaman pertama saya menelpon kedutaan dan sudah bersiap-siap untuk melakukan percakapan dalam bahasa
Inggris dan ternyata ada pilihan untuk memakai bahasa Inggris atau Indonesia. Ahh, lega deh.
Setelah menjelaskan mengenai permasalahan yang saya alamai, petugas laki-laki yang menjawab telepon di seberang dengan nada tegas mengatakan bahwa dokumen saya sedang diproses pada hari ini. Dan meminta saya untuk menunggu saja. Ketika saya mengatakan bahwa telah mempunyai tiket keberangkatan, ternyata pihak kedutaan tidak mensyaratkan pembelian tiket untuk permohonan visa. Misalnya visa tidak diapprove dan tiket yang sudah dibeli hangus, itu menjadi tanggung jawab sendiri.
Pasrah, hanya itu yang bisa dilakukan, masih ada waktu tiga hari lagi sebelum keberangkatan tanggal 5 April. Akhirnya penantian saya tidak perlu selama itu, karena sekitar pukul 16 sore, muncul pemberitahuan email dari kedutaan Australia yang berisi surat konfirmasi bahwa “your visa has been approved.”
Asyiiiik.. akhirnya jadi juga saya ke Australia, Adelaide i’m comiiiing.........................