3. LANDASAN TEORI 3.1. Analytical Hierarchy Process Ai?nl~?rcnlHrermc/?j9P~~ocess (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA)
ditujukan untuk membuat suatu model pel-inasalahan yang tidak mempunyai struktur dan biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur (kuantitatif) maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (plu'gen~ent).
AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1993). Proses hirarki analitik merupakan suatu analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem Pengambil keputusan berusaha memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan (Saaty, 1993) Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : 1 ) Menggambarkan dan inenguraikan secara hirarkis, yang disebut tnenyusun
secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. 2) Pembedaan prioritas dan sintesis, yang disebut penetapan prioritas, yaitu
menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. 3) Konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
3.1.1. Pembandingan Berpasangan
Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen keputusan yang ada pada setiap jenjang keputusan, penilaian pendapat (judgenter~~) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikom5inasikan dengan intuisi, perasaan dan penginderaan.
Penilaian pendapat ini dilakukan dengan
menggunakan teknik pembandingan berpasangan (painvise con~parison),yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat jenjang secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Untuk nlengkuantitatifkan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Menurut Saaty (1993) untuk berbagai permasalahan, skala 1 sampai 9 merupakan skala yang terbaik untuk mengkuantitaifkan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya yang ditunjukkan oleh nilai RMS (Root Mecrir ,Sqlla~.e
De\iatiot~)dan M A D (Mean Absolllte Deviatioit). Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala banding secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 . Skala Pembandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan
Definisi
Penjelasan
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen penting dibanding elemen atas yang lainnya lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu sangat penting dibanding elemen atas elemen yang elemen lainnya lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat dari elemen lainnya disokong dan dominannyatelah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen penting dibanding elemen yang satu atas yang lain lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai-nilai antara diantara dua Kompromi diperlukan antara 2,4,6,8 pertimbangan yang berdekatan dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty (1 993) 1
Kedua elemen sama pentingnya
3.1.2. Matriks Pendapat Individu
Jika C1, C2, .. ., Cn merupakan set elemen suatu tingkat keputusan dalam hirarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil pembandingan berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A yang berukuran nxn. Jika Ci dibandingkan dengan C;, maka a,; ~nerupakannilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan C; terhadap C;. Nilai matriks a,, = I/aij, yaitu nilai kebalikan dari matriks ai;. Untuk i matriks a;,
=
a;;
=
= j,
maka nilai
1, karena pembandingan elemen terhadap elemen itu sendiri
adalah 1. Formulasi matriks pendapat individu adalah sebagai berikut :
3.1.3. Matriks Pendapat Gabungan
Matriks pendapat gabungan (G) merupakan matriks baru yang elemenelemen matriksnya (g,;) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Formulasi perolehan rata-rata geometrik adalah sebagai berikut :
dimana g;; a;; (k)
= =
elemen matriks pendapat gabungfan pada baris ke-i kolom ke-j elemen matriks pendapat individu pada baris ke-i kolom ke-j untuk matriks pendapat individu dengan rasio konsistensi (CR) yang memenuhi persyaratan ke-k
3.1.4. Pengolahan Horizontal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut : a) Perkalian Baris (Z)
b) Perhitungan Vektor Prioritas (Vpi)
c) Nilai Eigen Maksimum (A,,,)
I 'A = (a,,) * Lp , dengan VA = (va,) I 'H = 5, dengan VB = (vbi)
dimana : VA = Vp VB
=
hmax
=
vai vbi aij
=
=
= =
Vektor antara Vektor prioritas Nilai Eigen Nilai Eigen maksimum Vektor antara pada baris ke-i Nilai Eigen pada baris ke-i Elemen matriks pada baris ke-i kolom ke-j
d) Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)
e) Perhitungan Rasio Konsistensi (CR)
dimana : CI = Indeks konsistensi CR = Rasio konsistensi RI = lndeks acak (Rarldoi~?Ir1dek.r) dari Oak Ridge kd7oratc11-jidari matriks berorde 1 - 15 yang menggunakan sampel berukuran 100. Tabel Rl dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Xcrt~u'omIt~deks
Nilai rasio konsistensi (CR) digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi dalam analisis komparasi berpasangan.
Nilai CR yang lebih kecil atau sama
dengan 0,l merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik. Dengan demikian nilai CR merupakan tolok ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil komparasi berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993).
f ) Revisi Pendapat
Revisi pendapat dapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat cukup tinggi, dengan mencari deviasi RMS dari baris-baris (aij) dan perbandingan nilai bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu :
Penggunaan revisi pendapat ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.
Secara umum diagram alir
Ai~aliticalHierarchy Process dapat dilihat pada Gambar I
3.2. Analisa Finansial
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa investasi antara lain 3.2.1. Net Present Value (NPV)
Net Present I,'nl~(e(NPV) adalah metoda yang digunakan untuk menghitung
selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas dimasa yang akan datang.
Menurut Sutojo (1991), untuk menghitung nilai sekarang
ditentukan terlebih dahulu tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dengan memelihara tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau dengan mempergunakan tingkat bunga pinjaman yang hams dibayarkan oleh pemilik proyek. Formulasi yang digunakan untuk menghitung besarnya NPV adalah :
dimana : B, Ct n i
= Pendapatan
proyek pada tahun ke-t (Rp) = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) = umur proyek (tahun) = tingkat suku bunga yang digunakan (96)
Kriteria keputusan yang dipilih dalam analisa ini adalah layak jika nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang lebih besar dari nilai sekarang investasi (NPV > 0), sedangkan apabila lebih kecil (NPV < 0) proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan.
0 Mulai
Pen!- usunan Matrik
Revisi PelIdapat Y
r
+
Vektor Prioritas Sistenl
Gambar 1. Diagram Alir Arzalitical Hierarchy Process (Fewidarto, 1991)
3.2.2. Internal rate of Return (I=)
Inrernal rate o f Returiz adalah tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh selisih kas pada tahun-tahun operasi akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek.
Menurut Gray et a/.
(1992), I R R merupakan tingkat suku bunga dimana nilai NPV proyek adalah nol. Formulasi yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :
dimana B, C, n i
= Pendapatan
proyek pada tahun ke-t (Rp) proyek pada tahun ke-t (Rp) = umur proyek (tahun) = tingkat suku bunga untuk mendiskontokan arus kas (%) = Biaya
Untuk menghitung nilai IRR dapat dilakukan interpolasi dengan cara mencari nilai il yang membuat NPV bernilai negatif (NPV-) dan i2 yang membuat NPV bernilai positif (NPV').
IRR yang berada di atas tingkat suku bunga awal yang
digunakan maka proyek layak diterima, sebaliknya IRR yang berada di bawah tingkat suku bunga awal maka proyek tidak layak diterima.
3.2.3. Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Gray er a/. (1992), metoda Net B/C digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi. Penilaian kelayakan proyek adalah bila Net BIC >I, maka proyek layak dan bila Net B/C <1 proyek dianggap tidak layak. Formulasi yang digunakan adalah :
dimana B, Ct n i
= Pendapatan
proyek pada tahun ke-t (Rp) proyek pada tahun ke-t (Rp) = umur proyek (tahun) = tingkat suku bunga (%) = Biaya
3.2.4. Break Event Point (BEP)
Proyek dikatakan impas bilamana jumlah
hasil penjualan atau total
penerimaan pada satu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung. Menurut Jogiyanto (1 992), analisa titik impas adalah titik dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Titik ini menunjukkan keadaan kesetimbangan antara biaya dan pendapatan. Formulasi yang digunakan adalah Biaya Tetap Penjualan BEP
=
1 - Biaya Variabel
Total Penjualan
VolumeBEP
Biaya Tetaplunit =
Harga Juallunit - Biaya Variabellunit
3.2.5. Pay Rack Period (PBP)
Pay Rack Period atau waktu pengembalian modal adalah waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi awal dimana kriteria keputusan yang diambil berdasarkan kriteria waktu.
Metoda PBP mengukur satuan waktu
pengembalian modal berdasarkan bulan atau tahun proyek (Gray, et a/., 1992). Formulasi yang digunakan adalah :
Investasi awal
PBP
n
x 1 tahun
=
dan
Permintaan Periodik
C At
t= 1
=0
Arus kas tiap periode proyek dilambangkan dengan At dan n adalah waktu atau periode pengembalian modal (PBP).
3.3. Analisa SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Wenh~esses,Oyyortinities dan
Threats yang berarti kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan, dan kendala atau ancaman.
Analisa SWOT merupakan penelitian tentang hubungan atau
interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu strel?gthLsdan wvakr7e.s.re.r, terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu oppor.tz4r~ifiesdan threcrf.~. Teknik analisa SWOT banyak diterapkan untuk tujuan perencanaan termasuk perencanaan perusahaan dan organisasi (Laoh, 199 1) Tujuan dari teknik analisa SWOT ini adalah untuk memperoleh hasil berupa kesimpulan-kesimpulan : (1) Peluang-peluang mana yang perlu dimanfaatkan secara langsung karena dimilikinya kekuatan-kekuatan yang cukup untuk menanganinya. (2) Hambatan-hambatan mana yang perlu di atasi karena adanya kekuatan-
kekuatan yang cukup untuk menanggulanginya. (3) Peluang-peluang mana yang belum dapat dimanfaatkan pada saat sekarang
karena adanya kelemahan-kelemahan yang berarti.
Kelemahan-kelemahan
tersebut perlu secepatnya di atasi agar peluang-peluang yang bersangkutan tidak hilang. (4) Kendala-kendala mana yang dapat menjadi ancaman karena dimilikinya
kelemahan-kelemahan yang serius.
Situasi yang gawat akan terjadi jika
kelemahan-kelemahan tersebut tidak cepat ditanggulangi.
Analisa hasil SWOT akan menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain dapat ditentukan strategi yang tepat (Laoh, 1991). 3.3.1. Penentuan Bobot Kepentingan Relatif
Penilaian bobot kepentingan untuk tiap parameter ditentukan dengan metoda rating.
Bobot kepentingan mempunyai selang dari 0,O sampai batas
tertinggi 10,O. Lebih dari sebuah parameter dapat mempunyai bobot yang sama. Nilai bobot 0,O menunjukkan parameter sama sekali tidak penting, sedangkan bobot kepentingan 10,O mempunyai bobot kepentingan maksimum. Bobot kepentingan dari tiap parameter diperoleh dengan rumus :
dimana: j
=
n Wlj
=
W1
=
=
1 = k = WRI=
n jumlah pengambil keputusan bobot kepentingan yang diberikan oleh pengambil keputusan ke-j terhadap parameter ke-1 bobot kepentingan yang diberikan oleh sejumlah n pengambil keputusan terhadap kriteria ke-1 1,2, , , . , k jumlah parameter bobot kepentingan relatif yang diberikan pengambil keputusan terhadap kriteria ke-1 I , 2,
...,
3.3.2. Penentuan Tingkat Daya Tarik dan Tingkat Kekuatan Bisnis Relatif
Pemberian bobot dilakukan berdasarkan skala Likert 1 sampai 4. Skala 1 untuk tingkat daya tarik menunjukkan daya tarik industri yang sangat tidak menarik, sedangkan skala 4 menunjukkan daya tarik industri yang sangat menarik. Tingkat kekuatan industri mulai dari yang sangat lemah hingga sangat kuat
diberikan dalam skala 1 sampai 4.
Penentuan tingkat daya tarik dan tingkat
kekuatan relatif dihitung dengan rumus :
dimana: j = 1,2, ..., n n = jumlah pengambil keputusan Rl; = tingkat daya tarik atau tingkat kekuatan bisnis yang diberikan oleh pengambil keputusan ke-j terhadap parameter ke-1 1 = 1,2, ..., k k = jumlah parameter RRI = tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan relatif yang diberikan pengambil keputusan terhadap kriteria ke-1
3.3.3. Penentuan Bobot Peran Relatif untuk Setiap Parameter
Peran suatu parameter dicirikan oleh bobot peran dari setiap parameter dalam kelompok. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : VRI = (RRI)(WRI) dimana VRI = bobot peran relatif dari parameter ke-1 R I ~ I= tingkat daya tarik industri atau tingkat kekuatan bisnis relatif dari parameter ke-l W R ~= bobot kepentingan relatif dari parameter ke-1
3.3.4. Penentuan Penerapan Strategi
Nilai total bobot peran dari seluruh parameter menunjukkan bagaimana suatu industri bereaksi terhadap faktor-faktor strategis baiic eksternal maupun internalnya. Total skor selanjutnya dimasukkan ke dalam matriks internal-eksternal (Tabel 5) untuk melihat strategi yang tepat untuk diterapkan. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
dimana Ts VRI
Nilai total skor bobot peran dari seluruh parameter bobot peran relatif dari parameter ke-1 1,2, . . . , k jumlah parameter
=
=
1
=
k
=
Tabel 5. Matrik Internal-Eksternal
Total Skor Faktor Internal RATA-RAT A 2.0
LEMAH
I Pertumbuhan
11 Pertumbuhan
111 Penciutan
l \r Stabilitas
v
VI Penciutan
KUAT 4.0
TINGGI
30
3 .o
Total Skor Faktor Eksternal
MENENGAH
2.0
RENDAH
VII Pertumbuhan
Pertumbuhan Stabilitas VIII Pertumbuhan
1 .0
IX Likuidasi
1.0
Sumber : Rangkuti (200 1) Keterangan : I 11 I I1 IV V
: : : : :
VI VII VIII IX
: : : :
Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal Strategi tunmarorlnd Strategi stabilitas Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba) Strategi divestasi Strategi diversifikasi konsentrik Strategi diversifikasi konglomerat Strategi likuidasi atau divestasi