Siapa sih yang dimaksud dengan kelompok puritan dalam lagu Puritan (God Blessed Fascists)? Sebenarnya yang kau deskripsiin, yamgpernah aku ceritain itu udah masuk sih. Puritan itu adalah orang-orang yang merasa berhak untuk memurnikan sesuatu, maksudnya tatanan masyarakat, konteksnya waktu tahun lagu itu dibuat. Lagu itu dibuat antara tahun 1999, aku lupa juga ya, aku maiininnya tahun 1999, jadi lagunya dibuat sebelum tahun 1999, tahun 1999-2002 itu ada yang namanya pemberangusan gerakan kiri. Pasca reformasi itu gerakan kiri naik lagi dan ada counter. Jadi pasca reformasi itu kan gerakan kiri naik karena Soeharto jatuh, kemudian pas awal-awal Gus Dur itu kan ngedukung banget menghilangkan pasal anti-komunisme. Pasal berapa itu ya? Tap MPR kayaknya? Nah iya. Makanya muncul counter. Counter-nya itu rata-rata dari, pertama organisasi yang di bawah tentara. AMS, Angkatan Muda Siliwangi kalau di Bandung. Ya itu lumayan gede. Kalau Pemuda Pancasila dimana-mana ada kan? Pemuda Pancasila, Angkatan Muda Siliwangi, KPPI… KPPI itu forum apa ya? Forum Komunikasi Putra Putri TNI gitu apalah. Pokoknya itu anak-anak tentara semua. Itu model-model kayak gitu. Mereka bikin semacam forum. Namanya Forum… FAK, Front Anti-Komunis. Kalau di berita namanya AAK? Beda kota beda nama. Di Bandung itu FAK. Aktornya sama ormas kepemudaan seperti itu. Di Jakarta AAK, di Bandung FAK, macem-macem. Pada praktiknya mereka itu juga bergandengan tangan dengan ormas-ormas keagamaan. Pas masamasa itu malah belum ada FPI. Justru kalau orang-orang bilang lagu ini buat FPI sebenernya nggak juga. Karena waktu itu pas awalnya FPI belum semasif sekarang. Baru awal-awal aja dia. Baru dibikin sama tentara siapa itu? Jenderal siapa ya yang waktu itu ? Pokoknya buat ngamanin aksi Semanggi awalnya. Wiranto Bukan? Bukan. Sesudah Wiranto. Bisa dilacak. Ada kok gampang. Tapi yang pasti sih gerakan pemuda Ka’bah itu udah ada. Ya, jadi mereka itu udah ada. Organisasi apalagi ya? Keagamaan itu kayak Persis. Di Bandung itu Persis. Mereka itu jadi satu. Pendek cerita mereka jadi satu dan kemudian bikin semacam sweeping apalah, aksi demonstrasi, propaganda, spanduk, wah, sepanduk dimana-mana, ya gitu-gitu. Ada spanduk juga? Wah, banyak. Dulu kalau Bandung tu tiap belokan ada. Waspada bahaya laten komunis, kayak gitu-gitu itu. Khas ya? Khas banget. Kata-katanya kayak udah disetting. Di setting sana semua. Nah kemudian aksinya itu salah satunya adalah pembakaran buku “kiri”. Itu cuman salah satu sebenernya aksinya itu. Jadi banyak. Tapi yang kita respon itu ke buku “kiri” karena disitu kita ngeliat bahwa itu pintu untuk membuka konsolidasi dengan elemen masyarakat lain karena yang namanya buku itu nggak melulu kemudian dia buku “kiri”, buku “kanan”, buku apapun pembakaran buku itu biasanya bisa jadi aksi popular gitu. Tapi intinya sih waktu itu kita melawan puritanisme mereka. Mereka tu mencoba bilang bahwa ini tu landasan pembenarannya adalah sejarah versi Soeharto itu bahwa komunisme itu kayak gini, kayak gini, kayak gini ya doktrin banget lah. Ya
pendek kata sih sebenernya kalau untuk pertanyaan untuk siapa, ya orang-orang itu. Latar belakangnya seperti itu. Berarti lebih ke ormas yang terlibat aksi itu ya? Iya. Ormas keagamaan sama ormas kepemudaan. Tapi kalau misalnya kita mau telaah lagi mereka itu adalah type of an iceberg. Jadi, dia itu permukaan es. Jadi, sebenernya dia itu miniatur peta pemikiran konservatif masyarakat Indonesia pada umumnya kalau mau diliat itu. Apa yang mereka cetuskan itu kan sebenernya adalah pemikiran mayoritas bangsa Indonesia yang setelah bertahun-tahun didoktrinasi oleh ideologi ala Soeharto, ya bahwa komunis itu salah, bahwa kemudian komunis itu ateis atau apalah segala macem, bahwa yang benar itu hanya ini. Nah, kayak gitu. Jadi meskipun yang kita serang adalah ormas keagamaan senenernya yang lebih kita serang lagi adalah kemudian cara berpikir ala orbanya itu. Cara puritanisme itu. Kalau misal pemikiran Islam itu Islam yang wahabi. Nah, kayak gitu. Itu yang kita serang sebenernya. Jadi, kalau misalnya pertanyaannya untuk menyerang ya itu, menyerang untuk objek, objek yang riilnya adalah ormas kepemudaan sama ormas keagamaan. Tapi kalau objek yang lebih besarnya lagi ya pola pemikiran. Hubungannya dengan fasis berarti tindakan kekerasan yang mereka lakukan? Oh ya itu otomatis, bahwa pemikiran seperti itu nggak mungkin nggak diikutsertakan dengan perilaku-perilaku fasis. Perilaku itu datang dari pemikiran. Kalau lu merasa paling benar, pasti kau akan melakukan segala macam cara. Fasisme itu nggak ada yang kemudian ideologi aja. Dia juga harus ada perangkat fisiknya. Itu dimana-mana. Mau di Jerman, mau di Itali, mau di Indonesia semuanya sama. Pernah dapet anceman nggak waktu bikin lagu ini? Awalnya enggak sih. Awalnya itu waktu tahun dibuatnya atau tahun dirilisnya itu enggak. Ngaak ada masalah. Maksudnya ya yang denger, maksudnya kan distribusi di kawan-kawan itu terbatas karena main juga di acara-acara yang kayak gitu-gitu juga. Maksudnya kalau gara-gara lagunya itu enggak. Tapi kalau gara-gara kita bagian dari gerakan yang dicap komunis itu iya. Tapi kalau gara-gara lagunya enggak. Belum. Itu baru mulai, kan dirilis kemudian beredar, ya jaman dulu kan internet masih juga belum populer, baru warnet-warnet gitu lah. Jadi, perlu berapa tahun kemudian untuk jadi populer lagu itu. Jadi, saya mulai dapet masalah itu mulai 2005-an lah. 2005 ke sini. gara-gara lagu itu. Justru kemudian setelah masanya udah berganti dan kemudian FPI mulai gede. Di tahun itu FPI mulai gede. Tapi memang setelah aksi itu masih ada aksi yang sama kayaknya? Aksi pembakaran gitu, ya isu-isu anti-komunis. Itu sih laten, setiap tahun semenjak orba juga ada terus. Sampai sekarang juga masih ada. Tiap ulang tahun ABRI di Bandung, itu sepanduk ada terus. Itu laten. Itu terusterusan. Itu bukan fenomena sesaat. Karena memang yang kita serang selama ini ya memang pola pemikiran awamnya itu. Jadi, itu kan kita bukan pekerjaan satu hari untuk melawan satu itu. Kalau kalian melawan satu, apa namanya? Satu fenomena yang taktis strategis kayak misalnya undang-undang itu gampang kan? Ini bukan. Yang kita lawan itu tatanan masayarakat, pola pikir. Itu lama. Kalau dari MUI sendiri sempat ada fatwa apa gitu nggak? Nggak-nggak. Tapi untuk komunismenya ada. Udah tau kan MUI ngeluarin fatwa? Ada fatwanya. MUI itu jauh hari sebelum mengeluarkan fatwa tentang liberalisme itu
haram apa segala macem itu duluan komunismenya. Komunisme, anarkisme, apalah isme-isme itu. Kalau selain dari lagu itu pernah nggak ikut gabung ke aksi yang lain? Mungkin dari Homicide ? Atau dari Kang Ucok sendiri ? Gabung sama ormas apa gitu? Maksudnya gimana? Aksi lain selain bikin lagu menentang aksi itu, pernah nggak bikin aksi lain? Misalnya mungkin waktu manggung bikin apa gitu, Kang. Selain apa ya, protes ya? Protes kalau aku bilang. Selain lagu protes itu? Ummm.. Agak susah ngejelasinnya. Justru aksi protes melawan mereka-mereka ini justru porsinya lebih sedikit dibanding aksi-aksi lain. Justru saya pikir juga yang kenapa kita jadi ancaman waktu itu, atau kawan-kawan lain, saya nggak mengatasnamakan Homicide karena Homicide itu cuman media saya buat bikin sesuatu, bikin lagu aja, aktivitas saya itu ada di lapangan bersama kawan-kawan lain lebih luas jangkauannya. Lebih luas pemetaannya gitu. Bukan cuman musisi doang. Nah, yang dulu kita menjadi ancaman itu justru ketika waktu gerakan kiri memang sedang naik-naiknya. Gerakan kiri dalam artian kita ngedukung gerakan buruh, kita ngedukung gerakan petani juga, kemudian kita ngedukung gerakan kaum miskin kota, gerakan ruang publik di kota. Ya kayak gitu-gitu. Itu mulai naik, dan itu dimana-mana saya pikir. Dari mulai Jogja, Jakarta, itu naik. Turun lagi juga baru tahun 2006. Kesininya baru mulai turun lagi. Pas tahun-tahun itu lagi naik-naiknya. Lagi gedegedenya. Makanya kita itu di counter. Nah, cara counter-nya seperti itu. Itu dimanamana. Di Jogja itu bahkan sampai ada yang meninggal. Aku lupa kasusnya apa. Tapi ada yang meninggal waktu itu. Ada satu kawan yang di Jogja malah masuk rumah sakit itu limpanya diangkat karena ketusuk sama tulang rusuk. Diinjek. Ya pas tahuntahun itu. Tapi apapun itu gerakan melawan fasisme tahun-tahun segitu itu cuman sebagian kecil aja sebenernya. Itu gara-gara ada satu aksi, ada satu fenomena besar, kemudian mereka meng-counter, nah kita meng-counter balik. Itu aja sebenernya. Justru awalnya bukan gara-gara itu. Itu tu cuman respon mereka, respon tentara untuk menghadapi gerakan-gerakan kiri. Mereka pengen meredam. Karena mereka pikir udah, kan otak-otaknya tentara juga. Di balik semua ini otak-otaknya tetep aja tentara. Nah mereka ini pengen meredam gerakan kiri, tapi gimana caranya karena pas waktu itu tentara lagi kenceng-kencengnya dikritisi. Tahu kan yang cabut dwifungsi ABRI. Itu udah mulai dari 1999 tu gaungnya udah ada. Pada akhirnya MPR memang menempatkan ABRI balik ke barak lagi tahun berapa itu pas Gus Dur kalau nggak salah. Nah itu mereka lagi disorot banget tentara. Jadi mereka nggak bisa turun secara langsung. Akhirnya mereka make ormas-ormas buat perpanjangan tangan. Kayak gitu sebenernya. Nah, pertanyaannya kalau apakah ada yang lain, justru aksi-aksi yang lainnya yang memicu mereka keluar. Misal kita mengadvokasi kaum miskin kota, PKL, kayak gitu-gitu. Ini jadi anceman buat mereka. Advokasi kawan-kawan petani di Bandung utara yang waktu itu sedang menghadapi pematokan lahan. Penyerobotan lahan. Itu kan itu sebenernya justru awalnya. Jadi, kalau dibilang Homicide itu “kiri” ? Apalagi Kang Ucok pernah bikin kaos bergambar mikrofon-sabit? Oh, iya itu. Kalau mau maen simbolisasi mungkin bisalah. Tapi sebenernya kalau pake wacana justru kita nggak. Justru kita untuk beberapa hal kita keluar dari tradisi kiri yang selama ini. Tradisi kiri selama ini di Indonesia kan marxisme-leninisme. PKI itu marxisme-leninisme dan kita keluar dari situ. Tapi kita landasan berpikirnya masih
tetep pake Marx. Tapi kalau misal dibilang kiri juga nggak mengkritisi gerakan kiri.
karena kita juga
Jadi apa dong? Ya gerakan sosial baru aja. Gerakan sosial baru. Ya pengennya kita gitu lah. Kita tu juga pengen anak-anak muda itu kritis. Permasalahannya itu bukan apa kita memiliki ideologi. Permasalahannya kita yang selama ini dimiliki ideologi. Bukan kita yang memiliki. Kalau kita yang memiliki ideologi itu bisa seenaknya aja mau ngenamain “kiri”, mau ngenamain “kanan”. Namanya juga ideologi, itu kan cuman simbolisasi pemetaan orang-orang buat ngenamain sesuatu. Kalau ini kita sebut pohon ya pohon kan? Kalau misal saya sebut pohon jambu beda lagi. Aku jadi penasaran nih, waktu bikin album itu ada covernya kan. Itu maksudnya gimana? Itu tu sebenernya adaptasi kita dari, aliran seninya itu realisme sosialis. Itu tu adaptasi dari karakter poster-poster Uni Soviet pas tahun-tahun segitu. Poster propaganda. Tekniknya itu kayak gitu. Mirip itu yang pake sinar-sinar, kemudian gambar orangnya. Ya kayak-kayak gitu. Kita mengadaptasi itu. Gambar mikrofon tiga karena memang waktu itu pas bikinnya kita masih tiga orang. Pas akhir-akhir itu si Lephe keluar. Dulu kan MC-nya ada tiga. Makanya mikrofonnya ada tiga. Terus kesininya pas mau bikin album ini si Lephe keluar. Tinggal saya sama Aszi. Tapi ya covernya udah bagus gitu. DJ-nya malah nggak aku simpen. Si Iwan itu kan. Kan namanya juga cuman simbolisasi jadi ya aku biarin. Ada pengaruhnya nggak waktu jalan bertiga sampai akhirnya Homicide cuman menyisakan satu MC? Pengaruhnya waktu bikin lagu. Maksudnya kan kalau bertiga ada tiga kepala, berarti kan lebih banyak ide? Oh, nggak. Nggak gitu juga. Si Lephe itu udah ada tanda-tanda mau keluar. Pas tahuntahun terakhir itu saya sudah berdua aja sama Aszi. Lephe itu udah mulai agak menarik diri itu semenjak 1998. Jadi dia nggak begitu banyak terlibat dengan penulisan atau apa segala macem. Alasannya? Ya dia udah mulai ada aktivitas lain aja. Udah nggak begitu tertarik aja mungkin. Terus album setelah Godzkilla itu Nekrophone? Itu gimana? Nekrophone itu sebenernya kumpulan sih. Sesudah Godzkilla itu sebenernya Barisan Nisan. Cuman memang nggak begitu banyak aku bikin. Nekrophone itu justru kumpulan single sama kumpulan EP. Godzkilla, Barisan Nisan, sama beberapa single disatuin gitu. Nah itu kan gambarnya tukang gali kubur sama ada boombox itu maksudnya apa? Sebenernya itu cuman simbolisasi sederhana dari, apa sih namanya? Gini, tempat paling sunyi itu sebenernya makam. Satirnya itu adalah kemudian kita pasang tukang gali kubur bawa boombox. Boombox itu mewakili hip-hopnya sebenernya. Taroh disana supaya ngerepresentasiin bahwa harus ada yang bikin kebisingan di ruang yang sesunyi makam. Jadi selama ini kita berusaha ngasih representasi dunia ini kayak makam. Sunyi nggak ada protes nggak ada apa gitu. Meskipun ada susuatu juga dibiarin gitu aja.
Kalau warna hitam? Box-nya ya? Oh, nggak ada apa-apa itu. Yang terakhir berarti Illsurrekshun? Yang ada foto orang bawa bendera merah sama gedung Marcedez ya? Itu simbolisasi apa? Nggak. Itu cuman foto aja sih. Foto bagus waktu kawan-kawan aksi di Jakarta. Itu ada bendera hitem merah kan itu? Ada hitamnya cuman emang nggak begitu kelihatan. Mungkin berkibarnya itu merah. Hitam-merah itu gambar anarko sindikalis. Jadi, apa namanya, benderanya anarkisme dunia itu hitam-merah dan kebeneran pas dipotret di bundaran HI itu potretnya pas banget disitu pas ada gedungnya. Dulu ada versi yang nggak pake gedung Marcedeznya juga karena waktu itu si sipa sih, Jaya, nggak begitu baguslah. Kembali ke lagu Puritan, di bagian akhir lagu itu ada orasi. Itu diambil darimana? Nah itu orasi FAK. Itu orasi FAK-nya. Jadi pas mereka bikin aksi kita rekam. Nah, itu mereka bilang buat kita. Itu khusus buat Homicide? Enggak-enggak. Jadi sampai selesai penulisan lagu itu nggak ada urusan sama Homicide. Urusan sama Homicide itu malah belakangan, tahun 2005 kesininya. Si Thufail segala macem itu. Itu baru ada. Tahun-tahun segitu nggak ada. Mana ada urusan mereka sama Homicide. Homicide itu nggak ada apa-apanya lah. Memang bukan apa-apa juga. Cuman gara-gara lagu itu aja jadi ya gitulah. Yang ngomong di orasi itu siapa ya? Nggak tahu aku siapa. Siapa-siapanya nggak tahu. Tapi yang pasti aku datang ke satu aksi mereka. Dateng kesana bawa recorder, ngerekam. Mereka bilang bahwa “mereka adalah orang-orang yang akan meracuni anak cucu kita”. Ya kayak gitu emang. Pikirannya kayak gitu. Sempit banget.
Oia, tadi judul albumnya lupa belum dijelasin? Godzkilla itu apa? Terus Nekrophone? Illsurrekshun? Soalnya itu kata-katanya aneh-aneh. Di kamus nggak ada itu. Illsurrekshun itu, kalau kau ngikutin hip-hop sih pasti paham kalau ill itu di hip hop itu konotasinya untuk sesuatu yang mencengangkan. Bikin heboh gitu. Nah itu ill. Sesuatu yang lu bikin bisa keren banget. Kayak ginilah, kata gantinya sick. Nah kayak gitulah. Nah, urrekshunnya itu dari insurrection, insureksi. Cuman itu diplesetin aja. Kalau Godzkilla itu mah sudah jelas-jelas itu. Jadi itu sebenernya waktu pas, materi itu kan dibikin juga pas split sama Balcony Himne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan. Kurang lebih sih artinya Prosa Tanpa Tuhan itu. Jadi Godzkilla itu adalah pembunuh Tuhannya. Necronometry-nya itu adalah pengukur sesuatu yang mati. Orang-orang mati itu ada ukurannya. Ada alat parameternya gitu. Ya kayak gitu. Kalau Nekrophone itu slank dari mikrofon. Necro sama mikrophone. Kalau buku-buku yang mempengaruhi Kang Ucok dalam menulis lagu, terutama Puritan apa aja? Ummm, nggak ada buku spesifik yang aku baca untuk Puritan ya. Mungkin karena
saking banyaknya buku yang dibaca sebelumnya jadi kayak udah semacem masuk alam bawah sadar aja gitu, untuk referensinya ya. Karena yang namanya Puritan itu sudah jelas-jelas hal yang, konotasinya adalah orang-orang yang ingin memurnikan sesuatu dan percaya segala sesuatu harus murni, yang kaya-kayak gitulah. Jadi artinya kalau buku spesifik untuk itu kayaknya nggak ada. Tapi secara general sih buku-buku bacaan kawan-kawan pas waktu itu ya buku-buku “kiri baru”, buku-buku anarkisme. Justru banyaknya bukan buku juga. Kayak pamflet-pamflet, fanzine, kayak gitu-gitu. Bagaimana tanggapan Kang Ucok soal Thufail? Apa itu karena dia salah memaknai lagu Puritan? Kalau disebut salah memahami nggak juga. Dia punya kepentingan politik itu. Kalau disebut salah memahami saya rasa enggak juga karena dia paham Puritan itu apa, dia paham lagu itu untuk siapa. Cuman dia mengidentifikasi dirinya bagian dari itu. Gitu. Kan dia bangga dia Puritan. Makanya jadi defensif banget. Tapi awal-awalnya enggak sih. Thufail itu nggak kayak gitu. Pendapat Kang Ucok soal wacana anti-komunisme? Gimana maksudnya? Gimana pendapat Kang Ucok soal masyarakat yang seragam dalam memandang komunisme? Ah, itu mah karena 32 tahun dijajah Soeharto aja. Itu udah jelas-jelas itu. Itu mungkin waktu Kang Ucok bilang di bagian lirik “warisan pekan orientasi mahasiswa”? Warisan Soeharto gitu? Iya. Pekan orientasi mahasiswa jaman Soeharto kayak apa sih? Ya kayak gitu. Kayak apa sih? Ya pencucian otak. Dulu itu ada yang namanya P4. Sekarang udah nggak ada ya ? Dulu ada penataran P4. Jadi sebelum ospek itu harus lulus penataran P4 dulu. P4 itu Pengamalan Penghayatan Pancasila. P satunya lupa. Ya model-model kayak gitu lah. Itu harus lulus. Kayak kewarganegaraan? Iya, iya kayak kewarganegaraan gitu tapi lebih sadis lagi. Kewarganegaraan itu masih mending ya. Istilahnya juga udah dijinakkan jadi kewarganegaraan. Dulu P4, Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila. P4. Itu harus lulus. Mau masuk apapun, mau masuk SMP, SMA, kuliah. Tiga kali dapet, satu generasi. Isinya sama itu? Isinya sama. Bobotnya aja beda-beda. Kebayangkan? Jadi di tiap level pendidikan itu ada P4. Gimana anak muda pas jaman itu kecuci otaknya kayak apa. Dulu gila itu. Gila banget. Kalian nggak bisa ngedebat sesuatu di luar itu. Bahkan untuk sejarahsejarah yang sudah jelas gitu ya, kan kita ada sejarah-sejarah yang jelas, kayak Tan Malaka, kayak-kayak gitu itu diilangin. Sejarah itu diilangin. Tokoh-tokoh sejarahnya dan bagaimana itu terjadi itu semua diilangin, diselewengin itu segala macem. Itu udah terang-terangan. Jadi citranya bener-bener dibangun di situ ya? Hu'umh. Soeharto itu sangat sangat pintar. Jadi dia tahu untuk membikin suatu tatanan
masyarakat yang bisa diatur itu memang harus didoktrinasi dulu. Tatanan masyarakatnya dihabisin dulu, dibantai kan? Itu hampir tiga juta orang konon. Tahun 1965 itu. Habisin dulu tatanan masyarakat lamanya, bikin takut dulu, teror dulu, baru dipulihin lewat doktrin. Kayak gitu terapinya. Soeharto itu bukan orang bodoh. Kalau bodoh nggak mungkin 32 tahun. Iya, pake strategi perang di politik. Gilalah kalau kau ngalamin jaman-jaman itu pasti paham itu doktrinnya kayak apa. Ngomong-ngomong nih, mau tanya soal arti lirik target operasi diantara segudang fasis seperti FBR di Karbala. Itu maksudnya apa ya? Itu sebenernya partnya Aszi. Jadi Aszi dulu baru gue. Sarkasz dulu baru gue. Tapi ya gue paham bener. Target operasi seperti FBR di Karbala.. Lu tau Karbala nggak? Karbala Syiah. Yang Hassan-Hussein dibantai. Nah itu kan sebenernya sejarah Islam. Islam, pada akhirnya gitu. Cuman ada Islam yang fasisnya. FBR di Karbala itu ya siapa gitu? FBR itu tau nggak? Front Betawi Rempug. Mereka itu di Jakarta masuk Front Anti Komunis. FAK Jakarta itu dia masuk. Jadi itu. Memang sih hal-hal yang seperti itu kalau nggak tahu momennya memang agak susah untuk memahaminya. Tapi kalau buat orang-orang yang tahu, siapa yang terlibat pas saat itu itu udah tahu lagu Puritan itu udah jelas bener itu dah dan menohok banget. Jadi kayak FBR itu siapa, Atang Ruswita itu siapa. Atang Ruswita almarhum itu salah satu pemimpin redaksi Pikiran Rakyat. Itu punya ABRI. Itu koran terbesar di Bandung. Wah, pas jaman-jaman itu tulisan-tulisan Atang Ruswita itu, waaah gila, provokatif banget. “Nggak ada namanya komunis di Indonesia..” “Komunis di Indonesia itu harus..” Ya kayak-kayak gitu. Wah, ngeri banget itu tulisannya. Padahal udah tua, udah botak, dan beberapa tahun setelah itu dia mati. Gila gue nggak abis pikir ada orang-orang tua kayak model Taufik Ismail, si Atang Ruswita, yang saking kolotnya sampai mau mati aja masih tetep gitu. Nggak ngerti gue. Udah tau dia salah. Eh, nggak tau juga ya? Mungkin dia nggak ngerasa salah. Gila itu dah. Gila-gilaan. Di PR itu tiap hari tulisannya ada. Memang nggak selalu tentang komunisme, tapi dari tujuh hari itu ada tiga-empat tulisan tentang.. mengerikan itu. Kalau yang partai bisa ular? Ya itu buat partai-partai yang pas saat itu ngedukung program itu. Jadi pas tahuntahun segitu, itu kan pertama kali pemilu tu. Pertama kali pemilu di Indonesia diadakan multipartai. Nggak tiga partai lagi. Ya itu yang namanya partai-partai baru itu jilat pantat semua kan? Kalau lu pikir tahun sekarang banyak partai, tahun segitu lebih banyak lagi. Pasti ngalamin kau. Ada berapa ratus partai itu. Di Bandung aja partai lokal ada berapa biji. Waaah, itu semuanya ngedukung juga. Masuk aja semuanya ke FAK. Masuk juga di forum itu. Belukar liberal? Nah termasuk orang-orang yang namanya ekonom liberal itu ngedukung juga. Itu konstelasi pilitiknya kayak gitu. Jadi kayaknya semua gerakan itu nyerang gerakan kiri. Karena mereka berkepentingan mungkin ya? Secara ekonomi, secara politik. Nggak tau juga aku. Banyak juga kan kepentingannya. Kayak misalnya partai yang baru yang kita pikir bakalan okelah kayak PDI ternyata nggak juga. Kupikir keberpihakannya bakalan ada di kita gitu ternyata nggak juga. Partai yang liberal kayak PAN gitu, itu kan partai liberal. Amin Rais ngakunya partai liberal kan? Islam liberal kan? Maksudnya Islam yang memang condong ke pluralisme dan segala macem, nggak juga. Anehnya justru yang ngedukung itu NU. NU Gus Dur. Dia ngebela, ikut front kita gitu. Ama PRD ama yang lain-lain itu jadi satu Si Gusdur.
Dulu pernah ikut PRD ya? Pernah dari 1996-1999. Terus mutusin keluar itu kenapa? Karena udah pembusukan juga. Tahun-tahun segitu karena udah banyak konflik internal, kenceng itu kan? Karena Soeharto turun itu rezimnya udah ganti gitu kan? Dan kita kayak kehilangan musuh bersama gitu, dan masing-masing mulai ego ideologisnya mulai keluar. Kalau dulu kita mengesampingkan masalah ideoligis. Kalau dulu aku mah masuk partai itu bukan karena ideologis-ideologis amat. Karena dari dulu ideologi aku anarkisme. Anarkisme itu, aku nggak percaya sama pemerintahan, nggak percaya sama partai segala macem. Aku ikut situ karena aku butuh kendaraan. Dan waktu itu PRD kan bukan partai. Namanya masih Persatuan Rakyat Demokratik. Jadi partai itu ketika Pemilu pertama. Kan ikut Pemilu. Nah disitu aku keluar. Karena udah ada orang-orang di PRD yang mulai jadi bagian dari negosiasi-negosiasi politik dengan rezim. Kayak Andi Arif, Budiman. Negosiasi politiknya udah.. Aduuuuuh! Intinya udah pembusukan aja sih. Kalau dibilang ideologinya anarkisme, berarti mengijinkan kekerasan ya? Saya pikir semua ideologi mengijinkan kekerasan. Mana ada ideologi politik yang pada praktiknya itu tidak mengijinkan kekerasan ketika dibutuhkan? Sebut? Pasifis? Pasifis doang. Pasifis ala Gandhi ya. Itu dia memang yang anti kekerasan. Mau gimana lagi pake kekerasan? Emang namanya udah pasifis. Memang pada titik tertentu kekerasan itu dibutuhkan. Cuman memang orang-orang malu untuk ngomongnya sebagai bagian dari propaganda mereka. Bohong kalau nggak. Ideologi “kanan” mentok, “kiri”, “kiri” mentok itu semuanya bakalan pake kekerasan, pada akhirnya. Karena konflik itu nggak bisa dihindari. Kalau itu pertanyaannya, kalau masalah kekerasan. Karena kalau masalah pemikirannya, idenya, bukan ideologi, ide anarkisme itu bukan tentang kekerasan. Adalah tentang bagaimana melawan penindasan negara., bahwa negara itu menindas dan bla bla bla. Bukan soal kekerasan anarkisme itu. Tapi kalau pertanyaannya adalah apakah anarkisme mengijinkan, saya pikir nggak ada yang nggak mengijinkan. Itu jawabannya. Mau apapun lah, liberal sekalipun pada titik tertentu dia juga pake tentara. Oia, yang terakhir, dulu pernah bikin kaos free Ba'ayir itu maksudnya apa? Dalam pandangan Kang Ucok Ba'asyir tu kayak apa sih kok sampe bikin kaos gitu? Kontelasi politiknya waktu itu konstelasi politik pasca 9/11. Pasca 9/11 itu harus dibaca bahwa ada satu kekuatan dari barat sana untuk mengimplementasikan ideologi anti-teror. Itu kemana-mana termasuk ke Indonesia. Bali itu, tragedi Bali itu ada sesudah 9/11 loh. Kalau memang dari dulu memang ada kayak gitu, kenapa baru ada bom Bali itu setelah 9/11? Kenapa nggak dari dulu? Bali itu udah ada, orang-orang puritan di Indonesai itu udah ada. Ada sesuatu disini. Bahwa ada yang kemudian yang namanya strategi layer kedua dari negara-negara barat untuk mengimplementasikan anti-teror . Kemudian ada hubungannya anti teror ini sama globalisasi, sama neoliberalisme segala macem itu kita udah ngomongin konteks yang lebih luas lagi. Bagaimana mereka membutuhkan ideologi anti-teror, klaim-klaim anti-teror untuk masuk ke negara-negara dunia ketiga untuk mengakses sumber dayanya segala macem. Mereka ke Irak, mereka ke Iran, mereka ke Afganistan, mereka ke Indonesia. Jangan salah, Detasemen 88 itu 100% pendanaannya dari Amerika. Dari gedung
sampai seragam. Detasemen 88 itu dari Amerika dan itu ada pasca 9/11 loh. Kalau memang mau anti-teror emang dari dulu Indonesia nggak ada teror? Kenapa nggak dari dulu? Kenapa baru ada pasca 9/11? Dalam konteks itu kita perlu yang namanya strategi bahasa dan segala macem, simbol. Kita main simbol juga di gerakan. Salah satu simbolnya waktu itu adalah free Ba'asyir lepas dari kemudian apakah strategi itu salah atau benar gitu. Pada akhirnya saya ngerasa ini salah. Soalnya si Ba'asyir ini ternyata memang, dia Puritan mentok. Jadi nggak ngeliat lagi, pokoknya diluar Islam itu kafir. Dia nggak mau kerja sama. Saya pikir waktu itu kawan-kawan adalah strategi gerakan naif. Okelah, mungkin pada satu titik kita bisa ngelawan globalisasi atau neoliberalisme ala barat dengan merangkul elemen-elemen yang anti juga dengan mereka. Tapi seperti peribahasa, musuh dari musuhmu nggak selalu temen lu. Ya kontesnya seperti itu. Dan biasanya kaos itu adalah medium paling ampuh untuk mentriger diskusi. “Anjing, kenapa euy?” Nah gitu kan mereka mulai nyari siapa Ba'ayir? Kenapa harus ditangkep? Waktu itu pas hangat-hangatnya Ba'asyir ditangkep. Belum ada 1-2 bulan waktu itu aku dari pake kaos itu tu. Waktu lagi hangat-hangatnya lah. Belum dua bulan kalau nggak salah. Dan buka cuman kita. Dimana-mana ada.