SATU HAPPY MERRIAGE
Dan masih terngiang alunan lancaran Ibu Pertiwi , Udan Mas , Kebo Giro , dan seterusnya dalam benak anganku ketika aku bersama Rina dan Ayesha meninggalkan gedung megah yang menjadi saksi pernikahan kami yang merupakan pernikahan lain daripada yang lain , mungkin baru terjadi sekali ini dalam seabad ini atau bahkan malah baru yang pertama ini terjadi. Tapi apapun itu , aku sangat bersyukur karena acara prosesi dan resepsi pernikahan ini bisa berjalan lancar. Tamu undangannya gak banyak , karena memang kami sesuai komitment gak banyak mengundang dan menyebar undangan. Kepada orang tua kami , selain kami sudah meminta maaf dengan membatasi undangan yang selain keluarga inti dan saudara dekat , kami ini hanya membatasi undangan untuk kolega dan relasi orang tua kami masing-masing sepuluh undangan. Dan masingmasing dari kami , juga terjatah hanya sepuluh undangan. Itupun banyak yang sisa , ambil contoh Ayesha yang kuberi sepuluh undangan ternyata malah gak ada sama sekali yang dipakai , karena dari awal Ayesha hanya berniat mengundang Yuli , teman-teman sekolahnya gak ada yang diundang , lha kalau cuman mengundang Yuli , lha khan Yuli sendiri sudah termasuk keluarga intiku. Terus Rina…, ternyata juga sama , Rina gak mengundang teman-teman sekolah maupun teman kuliahnya , “ Gimana siych…, masak kalian gak ada mengundang sahabat atau teman-teman yang kalian anggap sangat dekat dan pantas untuk menghadiri acara sakral ini..? “ Tanyaku yang penasaran saja ketika mereka mengembalikan jatah undangan padaku. Ayesha tersenyum , “ Dari semenjak pesen undangan , dan kita sepakat bahwa masing-masing kita dapat jatah undangan sepuluh , semula yang terbersit dibenak Ayesha …wuah kok sedikit banget , rasanya kurang dech…, tapi Ayesha semalaman mikir siapa yang akan Ayesha undang , pikar-pikir pikar-pikir , kok rasanya ya yang pantas diundang kok hanya Yuli….” Ujar Ayesha sambil terus cengar-cengir , dan gaya cengar-cengir yang kayak gini ini yang bikin aku gemes pingin ndang cepet-cepet aku lucuti dan uyel-uyel… “ Lha kalau Yuli khan adikku tho Sha…, enggak usah dikasih undangan , dia juga pasti ngintil sakpaket dengan keluarga besarku….” Kataku
10
menahan gemes. “ Terus Rina, lha kenapa kau juga ikut-ikutan nggak ada yang kau undang teman-temanmu ? “ “ Aku ini baru menyadari , kalau aku ini kayak orang yang gak punya sahabat atau teman , teman kampus, teman SMA memang punya , tapi aku reject aja , aku gak perlu mengundang mereka , karena kejadian yang sudah-sudah , dari pengalaman kalau mendatangi undangan nikahan teman…selalu saja lebih banyak dicacatnya, lebih banyak dicelanya daripada dipujinya , bojone elek , makanannya gak enak , hiburane ndeso banget , riasane penganten norak, dan lain-lain. Intinya selalu banyak cemoohannya, terlalu banyak yang nyacat dari pada yang muji. Ada yang muji diawal , tapi ujung-ujungnya juga akhirnya nyacat. Pengantenne ayu lan ngganteng , mergo sing ngrias penganten hebat….., itu sama aja khan nyacat temantenne atau pengantinnya elek . Makanannya enakenak , sayange jam siji kok wis kenthek’an , mesti olehe pesen catering sithik...., itu khan sama juga kalaumau bilang yang punya hajad pelit dan perhitungan banget. Dan lain-lain Rin…., jadi aku pikir ya aku gak perlu ngundang temantemanku saja daripada nantinya juga aku dicacat , apalagi aku ini khan sudah duluan….” Belum sampai selesai kalimatnya, aku sudah menutup bibir Rina dengan telunjukku…” Sstt…, jangan diteruskan , nanti Ayesha dengar….” Kataku Ayesha langsung mencubit lenganku…” Iiiih Mas Randy ini apaan sich...?, Ayesha khan juga sudah tahu…., lagian Mbak Rina juga sudah cerita semua padaku ….” “ Ada siych sebenarnya yang ingin banget aku beri undangan…, tapi setelah aku pikir-pikir lagi , gak jadi...., gak usahlah….” Kata Rina kalem tapi mengundang penasaran. “ Siapa ? “ Tanyaku....ya otomatis aku jadi penasaran aja , karena kok kalimat Rina ada pakai embel-embel...gak jadi..., gak usahlah...., “ Siapa Rin ? “ Tanyaku lebih lanjut.... “ Keluarga Pak Dirman , orang-tuanya Rudy…” Jawab Rina dengan nada suara yang datar. “ Lha kenapa enggak diundang saja Mbak ? “ Tanya Ayesha polos. Kulihat Rina lalu menggelengkan kepalanya lemah “ Enggaklah…., takutnya malah membuka luka lama , atau mungkin disisi Pak Dirman undangan itu malah membuatnya bagai memupus harapan…” Aku tersenyum...., aku bisa memahami apa yang jadi pertimbangan Rina. Rina lalu menghela nafas…., “ Mau mengundang Nana , pasti itu sudah masuk daftar list tamu undanganmu Rand…, jadi mau ngundang siapa lagi....?? ”
11
“ Oooo ya jelas , keluarga Priyo , keluarga Tarto , keluarga Yadi , Pak Narto , Pak Sukaryo, Pak Mochtar , Pak Yustelu , Pak Arief…., itu pasti masuk list daftar tamuku..., jadi Nana sudah termasuk didalamnya “ Kataku yang sambil menyebut beberapa daftar tamu undanganku. “ Kau gak ngundang Diah…? ” Tanya Rina...wuah yang ini kayaknya ada unsur nggodain aku..... “ Enggak usah ! “ Langsung kujawab dengan suara mantap dan tegas. “ Kenapa ? “ Tanya Ayesha yang memang pada akhirnya sudah tahu ceritanya tentang aku , Diah , dan Rina. “ Aku nggak mau Diah tahu kalau aku sudah menikah...,aku gak mau kalau Diah tahu aku menikahimu dan Ayesha....bisa nggeblak dia…!.” Kataku menjawab pertanyaan yang secara asal usul harusnya Rina-lah yang bertanya akan ini, tapi malah Ayesha yang bertanya. “ Maksudmu…kau gak ingin Diah tahu kalau kau sudah menikah denganku…, apa lantaran kau ingin Diah tahunya kau ini masih tetep jomblo ? , biar kau bisa dekatan lagi ? , atau biar dia bisa ndekatin kau lagi ? “ Kata Rina yang setengah bertanya dengan penuh kecurigaan. “ Ah ngawur ikw…, ya enggaklah….” Kataku , tumben banget Rina menunjukkan sikap cemburunya. “ Soale Diah khan ayu dan sexy banget…., Mahasiswi paling cantik dan kembang kampus seangkatanmu….” Seloroh Rina menggodaku. Menggoda atau cemburu ya ?? , asli ini pasti Rina lagi sensi dan mudah terbakar cemburu. “ Emangnya mantan Mas Randy, Mbak Diah itu apa cantik banget Mbak ? “ Tanya Ayesha kepada Rina… “ Hayyyaaah…ini lagi , kok kamu malah yang seperti cemburu tho Sha…?, don’t worry...Diah itu sudah masa lalu...sudah jadi sejarah, gak perlu di uthik-uthik... “ Tanyaku sambil memencet hidung Ayesha yang mancung artistik. “ Wis puokokke yang namanya Diah itu asli keren banget Sha…., makanya kita harus waspada…, jangan sampai Mas Randy itu tergiur dan tergoda lagi sama Diah “ Kata Rina yang sedikit ngomporin Ayesha. “ Wualaaah…ya enggaklah Rin…., kalian gak perlu khawatir aku kepincut ama Diah , dia telanjangpun didepanku aku gak bakalan ngiler….” Kataku. Wuiiih…..hebat banget olehku ngomong , mosok siych kalau Diah menggodaku sampai dengan acara pakai telanjang , aku ini tetep gak bergeming ? , terus mana ada siych kucing yang gak mau ikan ? , dalam hati aku merevisi langsung kalimat yang telah kulontarkan tadi. “ Pokoknya aku gak rela kalau kau sampai kepincut lagi sama Diah…., aku gakkan rela Rand…” Kata Rina.
12
“ Kenapa siych ? , kau sebel ya..? “ Tanyaku yang melihat ternyata pada diri Rina ada kayak rasa kebencian dan dendam tersendiri kepada Diah. “ Ho’oh…., aku sebel tur nganggo buanget ! , makanya aku gak rela kalau kau sampai tergoda ama Diah ! “ Ungkap Rina yang baru kutahu banget ternyata Rina begitu dendam dan punya rasa sebel banget dengan Diah…., haaiii….kenapa Rina bisa sampai sesebel itu ? , atau karena tunangannya yaitu si Rudi direbut sama Diah ? , lho..lho..lho…sebenarnya Diah yang merebut Rudi dari Rina atau Rudi-kah yang merebut Diah dari aku ? , sedang kalau dari sisi Rina..., Rina merasa bahwa Diah-lah yang merebut Rudi dari sisinya…! , wuuaah apa ini bisa ku-artikan bahwa sebenarnya Rina masih suka sama Rudi ? , apakah Rina masih mencintai Rudi ? , hatiku mulai berkecamuk, aku gak rela rasanya kalau Rina ada rasa cinta kepada Rudi, sementara besok sabtu , Rina resmi menyandang gelar sebagai istriku . Wualaaaah…kok aku sampai sebegitunya ?. Apakah aku sudah masuk perangkap rasa cinta yang bahwa cinta itu afdolnya harus memiliki ?. “ Aku akan lebih rela kau berselingkuh sama Nana , Jeanne atau Sheila , daripada kau sampai kepincut dan jatuh dipelukkan si Diah lagi ! “ Ucap Rina kemudian dengan sorot mata yang nanar memandangiku…., wuiiih kalau Nana dan Jeanne denger bisa berbunga-bunga tuch dua cewek satu bule satu setengah bule itu….., bagai serasa dapat lampu ijo dari Rina. Astaghfirulloh….itu lampu ijo dari Rina tapi tetep aja lampu merah dari Gusthi Allah. “ Whaaattss…..??? “ Seru Ayesha yang spontan kaget mendengar kalimat yang barusan meluncur manis tapi tajam banget dari bibir Rina. Hmm…reaksi Ayesha, kayaknya lain…gak lampu ijo , tapi kayaknya malah langsung lampu merah…. “ Ayesha…, Mbak sekarang bertanya padamu , kenapa Shasha mau menikah dengan Mas Randy yang bahkan Shasha juga tahu persis bahwa Mas Randy menjatuhkan pilihan ingin menikahi Mbak ? “ Tanya Rina sambil jemari tangannya mulai merangkum jemari tangan Ayesha, sementara aku yang memang dari dulu pingin tahu alasannya dan bertanya-tanya dalam hati akan hal ini bagai mendapati peribahasa saja pucuk dicinta ulam tiba , aku gak perlu bertanya akan hal itu pada Ayesha, kini aku lebih baik menyimak , mendengarkan apa alasannya. Dan Ayeshapun mulai nampak juga kebingungan akan pertanyaan Rina yang muncul tiba-tiba sebagai reaksi rasa kagetnya yang sederhana….whaaattss…! . Ayesha melihatku sejenak. “ Ayesha cinta Mas Randy “ , hmmm… ini bukan mbahas lagi lampu merah atau hijau lagi yaa... , tapi lagi mbahas klausul cinta... keagungan cinta , atau malah kepasrahan dari rasa cinta.
13
“ Hanya itukah ? “ Tanya Rina. Ayesha mengangguk, sekali lagi pandangan matanya tertuju padaku. “ Hanya itukah jawabanmu , gak ada sebab atau karena-karena yang lainnya ? , se-sederhana itukah ?“ Tanya Rina lagi yang bagai mencercar. Dan sekali lagi Ayesha hanya menganggukkan kepalanya pelan . Dalam hati aku ingin menyudahi….aduuh Rin , udahlah jangan bebani Ayesha yang masih belia ini dengan hakekat dan makna cinta . Cinta Ayesha masih terlalu muda dan sederhana. “ Sekarang Mbak Rina mau bertanya , sebesar apakah rasa cintamu kepada Mas Randy ? “ Tanya Rina lagi. Ayesha kuperhatikan , jemari tangannya terlihat merangkum semakin erat pada jemari tangan Rina. “ Sebesar….Ayesha ingin selalu bisa membahagiakan Mas Randy , dengan merelakan diri Ayesha menjadi istri Mas Randy, siapapun itu Mas Randy “ Kata Ayesha ….” Please Mbak Rina…, jangan bertanya terus mengapa Ayesha mencintai Mas Randy , bahkan rela dan ikhlas menjadi istrinya , ya secara sederhananya karena Ayesha ingin bisa hidup bersama Mas Randy dan membuatnya bahagia.., Ayesha ingin mengabdikan cinta Ayesha kepada Mas Randy…, khan cinta Ayesha ke Mas Randy itu simple Mbak...., pokoknya Ayesha cinta , apapun yang terjadi Ayesha mau hidup bersama dan membahagiakan Mas Randy..., sekalipun disisi Mas Randy juga ada Mbak Rina....., kita yuuk berbagi untuk membahagiakannya...” Ujar Ayesha melengkapi kalimat sebelumnya. “ Subhanallah….. “ Rina spontan kulihat memeluk Ayesha. “ Mbak pun juga punya rasa seperti itu, Mbak juga mencintai Mas Randy dengan tujuan ingin membahagiakannya…., tanpa syarat , tanpa ketentuan , tanpa embelembel…..” Demi mendengar itu semua dari duo calisku , aku langsung memeluk mereka...Rina dan Ayesha dalam rangkulan tanganku…” I love you all…..Rina , Ayesha…., thanks….matur nuwun banget , kalian telah rela dan ikhlas mencintaiku….dengan mutu cinta yang sangat tinggi dan istimewa yang kuyakin tak kudapati pada cewek-cewek lainnya…” Kataku. Dan kalau sudah begini , siapakah lelaki paling bahagia didunia ini ? , ya tentulah aku ini…., dan kusyukuri nikmat Allah akan karunia ini . Setidaknya aku tahu bahwa baik Ayesha maupun Rina, dia bener-bener mencintai aku apa adanya . Mereka mencintaiku bukan karena wajahku , yang kuyakin masih banyak cowok dinegeri ini yang lebih ngganteng daripada aku.
14
Mereka mencintai aku bukan karena aku ini kaya , karena mereka mencintaiku saat aku ini sebagai Randy yang hanya tukang loper koran , jauh hari sebelum mereka tahu siapa aku ini sesungguhnya. Mereka juga mencintaiku bukan lantaran aku ini berpendidikan tinggi , karena mereka tahunya aku ini berawal dari hanya sebagai tukang loper koran , bukan berawal dari seorang mahasiswa. Rina tahunya aku ya ketika dia menyerempetku ketika aku ini lagi menjalankan peranku sebagai tukang loper koran. Ayesha tahunya aku ya berawal dari saat kelempar wajahnya dengan gulungan koranku saat aku mendistribusikan dirumahnya, sama khan keduanya tahunya aku berawal saat aku menjalankan peran sebagai tukang loper koran. Dan yang kini dapat aku rasakan mereka mencintaiku karena mereka ingin membahagiakan aku, diantara mereka gak ada rasa saling cemburu , diantara mereka berlomba memberikan rasa cinta yang terbaik untukku dengan juri penilai paling adil dan terbaik yaitu Dia Sang Maha Cinta. Aku jadi teringat sekitar dua bulan yang lalu dimana aku suatu sore menemui Ustadz Ja’far berdiskusi mengupas akan niatku yang ingin memperistri Ayesha dan Rina dalam satu perhelatan pernikahan sekaligus. Sore itu begitu kusampaikan maksudku , nampak Ustadz Ja’far kaget dan mungkin merasa tak percaya, peci ketu ala Mesir-nyapun langsung dilepas dari kepalanya dan sambil manggut-manggut dan garuk-garuk kepala , beliau menyengir melihatku. “ Yang namanya memperistri lebih dari satu wanita itu dinamakan poligami , dan memang berpoligami itu diperbolehkan dalam islam...itu sebagai kelebihan makhluk yang bernama manusia dan berjenis kelamin laki-laki , namun sebaliknya poliandri tidak diperbolehkan bahkan dilarang dalam islam..., poliandri itu wanita menikah lebih dari satu lelaki....itu nyalahi hukum alam...itu nyalahi takdir Allah , ini bukan omonganku yang dijuluki ustadz..., tapi ini adalah aturan Allah !. Nah.... kalau kau bisa berpoligami....itu bagus..., aku saja Rand...., terus terang...aku gak sanggup untuk berpoligami....., walau aku yakin bisa berbuat adil , tapi melihat sifat dan karakter dari istriku, aku takut....takut kalau aku ini tetep gak bisa berbuat adil....” Ujar Ustadz Ja’far. “ Jadi maksud Ustadz Ja’far....bahwa sebenarnya inti dari menciptakan keadilan dalam berpoligami itu dimulai dari sisi istri kita ? “ Tanyaku , dan dalam hati aku memang yakin bahwa kuncinya ada pada istri. “ Ya iyalah Rand..., sifat dasar perempuan itu yang dominan adalah cemburu , dan dia tidak mau disamakan....inilah yang menjadi pemicu ketidak adilan....., aku ini punya mbakyu..... kakak-beradik sekandung , mereka itu gak mau disamakan..., masing-masing merasa lebih baik , lebih hebat . Lha
15
apalagi bila perempuan dihadapan suaminya...., pasti akan bersaing..., pasti akan minta dinomorsatukan. Maka hati-hatilah Rand...” Kata Ustadz Ja’far menerangkan sekaligus mewanti-wanti. Sejenak kemudian Ustadz Ja’far tersenyum...., “ Namun mendengar ceritamu tentang dua calon istrimu ini...., aku yakin mereka itu wanita-wanita hebat pada jamannya , jaman millenium ini, mereka wanita terpilih , wanita yang memahami apa arti mencintai...., terutama Ayesha...Rand..., karena dia itu masih muda , dan bila dia bisa menerima konsep pernikahan yang kau tawarkan , bahkan menurutmu malah dia yang memintamu.....maka dia itu wanita hebat...” Aku hanya bisa mengangguk-angguk , sejenak aku bayangkan wajah Ayesha...lalu kuhubungkan dengan kata-kata Ustadz Ja’far barusan...., dan tanpa sadar akupun berkata lirih......” Iya....Ayesha memang gadis yang hebat..., gadis yang mencintaiku , dan mau menyerahkan hidupnya padaku...” “ Rand....andai aku menemui perempuan-perempuan seperti itu...., aku juga sudah berpoligami , karena poligami itu sebenarnya mudah , dan semua lelaki yang bertemu perempuan dengan watak dan tabiat seperti Ayesha dan Rina, mereka pasti bisa berpoligami..., tugasmu tinggal memanage sedikit aja , agar balance....” Saran Ustadz Ja’far sambil trsenyum. Mendadak Ayesha menepuk pahaku dengan mengagetkanku , mungkin Ayesha melihatku malah ngalamun atau bengong... “ Mas Randy malah ngalamun ikw..., ngalamunin apa ? , tamu undangan , atau yang lainnya ? “ Ujar Ayesha sambil terus menatap wajahku dengan berbinar-binar persis didepan wajahku dalam jarak yang cukup dekat. “ Ini lho lagi mikirin tentang jatah undangan kalian...” Kataku mengelak dari lamunanku yang sebenarnya , toch Ayesha juga gak bakalan tahu , aku sedang ngalamun apa.... “ Lha khan udah cukup....” Seru Ayesha.. “ Jadi kalau kalian pada akhirnya , gak ada lagi yang mau diundang lagi untuk menyaksikan pernikahan kita….hmmm…, jadi sisa banyak dong undangannya…..” Kataku sambil terus garuk-garuk kepala “ Apa perlu kita bagi lagi ke orang tua kita , cobalah nanti kau tanyakan Rin…Sha…, apakah dari kolega atau sedulur orang-tuamu ada yang perlu diberi undangan lagi ? , akupun juga akan bertanya pada Papa dan Mama. “ Kataku. “ Hmm….ya tadi ada nama Jeanne dan Sheila , apa Mas Randy gak mau mengundangnya juga ? “ Tanya Ayesha sambil terus meringis…” Soalnya Ayesha pingin tahu juga siapa itu Jeanne dan siapa itu Sheila…., di bayangan Ayesha , mereka pasti juga cantik-cantik… “ Lanjut Ayesha.
16
Sejenak aku mulai sibuk mencari gambaran wajah ayu Sheila dan Jeanne dari kisi-kisi ruang waktu otakku Kupandangi Ayesha…” Kalau Sheila terus terang aku juga enggak tahu dimana keberadaannya , jadi gak perlu diundang , sedang kalau si Jeanne….” Aku menghentikan kalimatku , kupandangi wajah Rina , karena dulu memang Rinalah yang sempat terbakar api cemburu akan si Jeanne. Rinapun tersenyum….” Kalau kau berniat mengundang Geng Bule Jogya , aku enggak pa pa kok Rand…. “ Kata Rina yang seakan menjawab pertanyaan dalam hatiku. “ Aku enggak cemburu lagi kok sama si Jeanne…, inilah akibat kecemburuanku..” Lanjut Rina sambil mengelus-elus perutnya , sementara Ayesha yang mengetahui akan itu tersenyum…. “ Bener niych….gak ada acara cemburu-cemburuan lagi ? “ Kataku menggoda Rina. “ Enggak…, asli…swear….” Jawab Rina , ada senyum manis menghiasi bibir ranumnya… Tapi aku terus menepuk jidatku…., “ Gak bakalan keburu kalau dikirim undangannya, karena pakai kilat khususpun paling cepet dua atau tiga hari baru sampai Jogya , atau sekarang aja ya aku berangkat ke Jogya , bermalam di Jeanne dan besok pagi balik “ Rina langsung memandangku sambil mengacungkan kepalan tangannya. “ Ini lho kalau kamu mau ke Jogya dan bermalam ditempatnya si Jeanne “ Kata Rina sambil senyam-senyum padaku...., dan itu sempat sembuatku tersenyum juga...., duuuh Rina cemburu.. !. Ayesha tertawa melihat Rina dengan gayanya pakai acara mengacungkan kepalan tangan segala kepadaku. “ Cari penyakit aja…., nanti kalau ada apa-apa denganmu gimana , dua hari kita ini menikah…” Kata Rina mengingatkan. “ Ya ditelepon aja…” Lanjutnya memberi solusi yang tercepat dan aman gak menanggung resiko akan efek kenakalanku. “ Iya Mas Randy..., ditelepon aja...,jadi juga bisa tanya sekalian, apakah mereka mau datang di acara pernikahan kita...” Ujar Ayesha....., sejenak kupandangi wajah Rina dan Ayesha, akupun lalu manggut-manggut Akhirnya memang undangan untuk menyampaikan langsung dengan cara meneleponnya.
Geng Bule Jogya aku
17
“ Pokoknya kalian harus datang diacara pernikahanku ini “ Kataku setengah memaksa ketika menelepon si Jeanne. “ Tentu Mas Randy , Insya Allah…., Jeanne , Astrid , Marla , Jordan dan Fergison, kami berlima akan datang mewakili kota Jogya diacara bahagiamu ini , pokok’e percados kemawon kalih Jeanne “ Kata Jeanne yang selalu nyempil-nyempil gak lali lan gak ketinggalan pakai bahasa jawa.. “ Okey…., siip-lah kalau gitu…, okey.. tengkyu and matur nuwun sanget ya Jeanne….” Kataku kemudian sebelum kuakhiri dengan memberi salam “ Wassalamu’alaikum Warrohmahtullohi Wabarrokatuh “ “ Wa’alaikum salam Warrohmatullohi Wabarrokatuh “ Jawab si Jeanne yang langsung mematikan sambungan telepon selulernya.
18
Sejenak kemudian kupandangi baik Ayesha maupun Rina yang sedari tadi memperhatikan aku yang sedang mengundang si Jeanne untuk menghadiri resepsi pernikahanku , mengundang tanpa dengan undangan tapi langsung aku sendiri yang meneleponnya. Dan bagi Jeanne apa yang kulakukan ini adalah hal yang lebih terhormat daripada mengundang lewat kartu undangan. “ Undangan telah sampai Jogya , dan langsung dijawab dengan kesediaan datang…., beres khan..? “ Kataku sambil terus tersenyum. Rina tersenyum…..” Nah gitu khan jadi lebih aman , lebih irit dan gak pakai acara modus-modusan…” Ujar Rina yang membuat kami bertiga akhirnya tertawa. Dan pas hari H acara pernikahan , terutama untuk undangan tetanggaku dan warga TRP 1 yang di Pawiyatan Luhur , maka aku sengaja meminta Tarto untuk bisa menyediakan dua buah mobil L 300 untuk mengangkut semua personil TRP 1 berikut beberapa warga di sekitar RT/RW yang aku undang khusus seperti Pak Narto , Pak Yustelu , dan Pak Arief…, soalnya kasian juga kalau mereka harus ke jalan Pahlawan , susah rute jalur angkotnya. Saat acara pernikahan aku begitu senang ketika melihat keluarga Pak Sukaryo dan Pak Malik bisa menghadiri dengan personil lengkap , artinya baik Pak Sukaryo maupun Pak malik datangnya bersama keluarganya yaitu mengajak istri dan ank-anaknya , dan yang membuatku sempat trenyuh ati yaitu menurut informasi yang aku terima ketika acara sudah selesai , bahwa Pak Malik dan Pak Sukaryo datang dengan kendaraan andalan mereka yaitu becak. Mereka mengayuh becak dari tempatnya Pak Malik di daerah Karang Anyar - Loyola dua becak beriringan menuju gedung dimana aku melangsungkan prosessi dan resepsi pernikahan. “ Mas Randy…, Mbak Rina…., saat seperti ini pernah hadir dalam mimpi saya lho…, bener khan Mas Randy yang pernah saya sampaikan waktu itu……, dan ini buktinya….Subhanallah, semoga Allah selalu meridhoi keluarga ini….” Kata Pak Sukaryo ketika menyalamiku dipanggung pelaminan. Senyumannya menandakan bukan hanya kebahagiaan karena melihat akhirnya aku menikah dengan Rina , tapi juga Pak Sukaryo merasa bahagia karena apa yang dia ceritakan dulu soal mimpinya jadi suatu kenyataan....., tapi kapan ya Pak Sukaryo cerita itu...?? Aku sempat sejenak memacu otakku untuk mengingat kapan Pak Sukaryo bercerita tentang mimpi aku menikahi Rina , tapi memang aku pernah mendengar kalau Pak Sukaryo menceritakan mimpinya itu , dimana ya ? , dan
19