ABSTRAKSI Isna, Nikmatul. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Jurusan Syari‟ah dan Ekonomi Islam, Program Studi Mu‟amalah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Pembimbing Ika Susilowati M. M. Kata Kunci: Etika Bisnis Islam, Pengukuran atau penakaran, dan Penetapan Harga Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis. Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainya. Etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan secara professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap berkesinambungan secara terus-menerus dan benar-benar menghasilkan keuntungan, jika dilakukan atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Seperti halnya konsep etika bisnis dalam jual beli di Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo yang tidak sesuai dengan etika bisnis Islam. Petani menawarkan gabah kepada tengkulak, dalam jumlah yang sedikit ataupun banyak yang nantinya akan dijual lagi. Dalam akad jual beli tersebut, pihak tengkulak tidak melihat seperti apa kualitas gabahnya, langsung saja di berikan harga yang sama seperti gabah yang kualitasnya baik. Selain itu dalam setiap penimbangan gabah itu selalu dikurang 0,5 kg atau lebih untuk mengambil keuntungan dan juga sebagai ganti rugi ketika terjadi kerugian pada waktu pihak tengkulak menjualnya lagi ke tengkulak yang lebih besar. Berdasarkan latar belakang di atas penulis membahas skripsi ini dengan judul “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo”, dengan rumusan masalah (1) Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo (2) Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo? Menurut jenisnya penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data menggunakan metode wawancara (interview) dengan informan yakni orang yang terlibat dalam pelaku akad yaitu para penjual gabah dan tengkulak sebagai pembeli gabah. Setelah data diperoleh kemudian data tersebut dianalisa dengan metode deduktif. Dari hasil pembahasan dan analisa dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tersebut bertentangan dengan etika bisnis Islam karena tidak sesuai denga prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam. Pemotongan berat timbangan oleh pihak tengkulak bertentangan dengan etika bisnis Islam karena dalam melakukan pemotongan berat timbangan dilakukan secara sepihak.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis. Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus,
benar, salah, dan lain sebagainya
membenarkan kita untuk
mengaplikasikannya atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam berperilaku. Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat keyakinan benar dan tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah bila melakukan sesuatu yang diyakininnya tidak benar berangkat dari normanorma, moral dan perasaan
self-respect (menghargai diri) bila ia
meninggalkannya.
yang
Tindakan
diambil
olehnya
harus
ia
pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian.1 Secara normatif, etika dalam al-Qur‟an belum memperlihatkan sebagai suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya, sebagaimana terpahami dari ilmu dan akhlak. Struktur etika dalam al-Qur‟an
1
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 6.
3
lebih banyak menjelaskan tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat atau ide hingga perilaku dan perangai. Hal ini lebih tegas lagi bila dilihat dari penggambaran sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW yang disebut dalam al-Qur‟an sebagai pemiliki akhlak yang agung. Keberadaan nilai-nilai ini bersifat terbuka, menjelajah memasuki semua lini bidang kehidupan. Etika bisnis dalam al-Qur‟an dari sudut pandang ini, tidak hanya dapat dilihat dari aspek etika secara parsial, karena bisnis pun dalam pandangan al-Qur‟an telah menyatu dengan nilai-nilai etika itu sendiri. AlQur‟an secara jelas menggambarkan perilaku-perilaku bisnis yang tidak etis, yang dapat ditelusuri dari muara kebatilan dalam bisnis.2 Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam kehidupan ekonomi muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem ekonomi kapitalis ke sistem ekonomi syariah termasuk dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dari etika bisnis. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara etika bisnis dan kesuksesan suatu perusahaan. Pada akhirnya praktek bisnis yang tidak jujur, hanya memikirkan keuntungan maksimal dan merugikan pihak lain akan membawa perusahaan, yang tergolong raksasa sekalipun akan hancur juga. Pada hakikatnya etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan secara professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap berkesinambungan secara terus-menerus dan benar-benar menghasilkan Muhammad, R. Lukman Fauroni, Visi Al Qur‟an Tentang Etika Bisnis, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 40. 2
4
keuntungan, jika dilakukan atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Demikian pula suatu bisnis dalam perusahaan akan berlangsung bila bisnis itu dilakukan dengan memberi perhatian kepada semua pihak dalam perusahaan. Inilah sebagian dari tujuan etika binis, yaitu agar semua orang yang terlibat dalam bisnis mempunyai kesadaran tentang adanya dimensi etis dalam bisnis itu sendiri, dan agar belajar bagaimana mengadakan pertimbangan yang baik secara etis maupun ekonomis. Secara prinsip aktifitas bisnis didalam Islam tidak boleh lepas dari nilai-nilai spiritual. Sebagaimana aktifitas bisnis tidak dapat terpisahkan dari nilai-nilai akhlaqi. Sehingga antara agama, etika dan bisnis saling berkaitan antara satu sama lain. Dalam hal ini bisnis yang menguntungkan adalah bisnis yang sesuai dengan ajaran Qur‟ani yaitu yang didalamnya terdapat kolaborasi antara bisnis, etika dan agama.3 Dalam al- Qur‟an memberikan dasar-dasar etika sebagai berikut: 1. Menyeru kepada hidup 2. Mengamalkan kebaikan 3. Menyuruh yang ma‟ruf 4. Mencegah yang munkar 5. Mempergunakan amal dan ilmu.4 Sebagai sumber agama Islam setidaknya dapat menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan 3 Muhammad Djakfar, Agama, Etika dan Ekonomi (Malang: UIN Malang Press, 2007), 152. 4
Bambang Eko Sutrisno, Etika Bisnis (Bandung: Mandar Maju, 2007), 5.
5
dengan pekembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Islam seringkali dijadikan sebagi tatanan kehidupan tersebut, termasuk tatanan kehidupan bisnis.5 Selain itu Islam juga mewajibkan setiap muslim mempunyai tanggungan unuk bekeja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia mencari nafkah. Allah melapangkan bumi dan seisinya dengan berbagai rezeki, antara lain dalam firman Allah SWT Q.S. al-Mulk ayat:15 yang berbunyi:
ِ اأ َ ي َاُ وي َ ْا ُ يِ َيالَ اِِ َ ي َ ُا ُ ِيا ْ ي ِأْ ِ ِي َ ِاَْ ِي الّ ُ ُأي ْ ُ َ ي اّ ي َ َ َياَ ُ ُي Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Namun dalam perkembangannya, etika bisnis Islam tidak sedikit dipahami sebagai representasi dan peraturan dari aspek hukum. Misalnya keharaman jual beli gharar, menimbun, mengurangi timbangan dan lain- lain. Pada tataran ini, etika bisnis Islam, tidak jauh berbeda dengan peraturan hukum
dalam
fiqih
mu‟amalah.
Dengan
kondisi
demikian
maka
pengembangan etika bisnis Islam yang mengedepankan etika sebagai filosofinya merupakan agenda yang signifikan untuk dikembangkan.6
Jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo dilakukan pada saat musim panen tiba dan gabah petani mengering, para petani di Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo 5
Muhammad dan Alimin. Etika dan perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam (yogyakarta: BPFE, 2004), 67. 6 Muhammad dan Lukman Faurozi, Visi Misi al- Qur‟an tentang Etika Bisnis Islam, 3.
6
akan menjual hasil panen mereka. Hal ini dilakukan oleh petani untuk memenuhi kebutuahan sahari-hari seperti makan, minum dan juga biaya pendidikan sebagai juga modal untuk menanam padi pada musim selanjutnya.
Akad jual beli yang terjadi seperti jual beli pada umumnya yaitu petani langsung menawarkan kepada tengkulak, dalam hal ini tengkulak membeli gabah dalam jumlah yang sedikit ataupun banyak yang nantinya akan dijual lagi. Dalam akad jual beli gabah tersebut, yaitu pada saat akad, penjual menyatakan bahwa dia menjual gabahnya sebanyak 1 ton kepada pihak tengkulak, dan perkilonya dihargai dengan harga semisal Rp. 5.500,- tetapi gabah tersebut oleh pihak tengkulak tidak dilihat seperti apa kualitas gabahnya apakah baik ataukah buruk, langsung saja di berikan harga yang sama seperti gabah yang kualitasnya baik. Sehingga dikemudian hari mengakibatkan salah satu pihak ada yang dirugikan.
Selain itu dalam setiap penimbangan gabah itu selalu dikurangi 0,5 kg atau lebih untuk mengambil keuntungan dan juga sebagai ganti rugi ketika terjadi kerugian pada waktu pihak tengkulak menjualnya lagi ke tengkulak yang lebih besar. 7
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam penulisan skripsi dengan judul: “TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP JUAL BELI GABAH DI DESA
7
Lihat transkip wawancara: 14/1-W/16-V/2015.
7
GANDUKEPUH
KECAMATAN
SUKOREJO
KABUPATEN
PONOROGO”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. D. Kegunaan Penelitian Harapan penulis ini dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak diantara sebagai berikut: 1. Kegunaan Ilmiah (teoritis) Hasil
penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
umumnya
bagi
pengembangan kemajuan khazanah ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu tentang etika bisnis Islam dan sebagai kajian penelitian selanjutnya.
8
2.
Kegunaan Terapan (praktis) Penelitian ini secara praktis berguna untuk memberikan solusi terhadap masalah- maslah etika bisnis Islam, khususnya bagi masyarakat Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
E. Telaah Pustaka Kajian pustaka yang telah dilakukan penulis menghasilkan satu hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan jasa usaha laundry, diantaranya: Skipsi Fatimatuz Zahro dengan judul “Tinjuan Fiqih Terhadap Praktek Jual Beli Gabah Yang Ditangguhkan Barangnya Di Desa Kedondong Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”, menjelaskan bahwa akad jual beli gabah di desa kedondong kecamatan kebonsari kabupaten Madiun merupakan transaksi jual beli yang belum sah karena tidak terpenuhinya salah satu rukun jual beli yaitu ijab dan qabul. Dimana salah satu syarat rukun ijab dan qabul yang tidak terpenuhi yaitu penetapan batas waktu pengambilan. Penetapan harga yang dilakukan oleh petani dan tengkulak dalam jual beli gabah bertentangan dengan fiqih. Karena harga diawal akad perjanjian ketika waktu pengambilan tidak sesuai, sehingga menimbulkan spekulasi harga. Selain itu wanpestasi yang dilakukan oleh petani dilarang dalam fiqih karena dalam wanprestasi tersebut terdapat pengingkaran terhadap perjanjian yang telah dibuat diawal.8 Kemudian dalam skripsi yang ditulis oleh Istiqomah yang berjudul “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Bahasa Iklan (Studi Kasus Iklan Fatimatuz Zahro, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Gabah Yang Ditangguhkan Di Desa Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun” (Skripsi:STAIN Ponorogo, 2014). 8
9
Produk Jamu Tolak Angin dan Bintangin)” dalam skripsi ini membahas Sikap dan perilaku masyarakat terhadap bahasa iklan Tolak Angin positif sedangkan Bintangin negatif. Tolak
Angin Melalui penggunaan bahasa iklan yang
konsisten serta dikemas dengan format iklan dan model iklan yang sedang diidolakan masyarakat, terbukti ampuh merebut hati masyarakat dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan Keberadaan iklan Bintangin dengan bahasa iklannya membuat masyarakat semakin ragu untuk mengkonsumsi jamu tersebut dikarenakan takut dianggap bodoh walaupun sebenarnya juga tidak pintar. Selain itu membahas tentang Iklan Tolak Angin sudah sesuai dengan etika bisnis Islam. Sedangkan iklan Bintangin tidak sesuai dengan etika Bisnis Islam karena bertentangan dengan firman Allah SWT QS. Al Hujurat: 12. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian fatimatuz Zahro adalah bahwa penelitian ini
menggunakan landasan etika bisnis Islam
sedangkan penelitian Fatimtuz Zahro mengunkan landasan hukum Islam, akan tetapi keduanya sama-sama mengunakan objek yang sama dengan rumusan masalah yang berbeda. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Istiqomah adalah sam-sama menggunakan landasan Etika bisnis Islam dengan objek dan masalah yang dibahas berbeda. Dari pengamatan tersebut maka penelitian ini bermaksud membahas mengnai “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo”.
10
F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitin Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sebuah penelitian terhadap realita kehidupan sosial masyarakat secara langsung9. Penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti. Tujuanya adalah melakukan penyelidikan
secara
mendalam
mengenai
subjek
tertentu
untuk
memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu 10. Gambaran yang lengkap ini meliputi gambaran mengenai latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat yang khas itu dijadikan suatu yang umum 11. Penelitian ini dilakukan dengan mencari data secara langsung dengan melihat dari dekat objek yang diteliti,yaitu dengan melihat dan mengamati secara langsung bagaimana transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang berusaha mengungkap berbagai keunikan individu,
kelompok,
masyarakat
atau
organisasi
tertentu
dalam
kehidupannya sehari-hari secara komperhensif dan rinci.12 Dalam hal ini peneliti akan mengungkap berbagai kegiatan jual beli gabah yang terjadi di
9
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 52. Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010),21. 11 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 57. 12 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 23. 10
11
Desa Gandukepuh. Dan selanjutnya akan dideskipsikan tentang ucapan dan berbagai perilaku yang terjadi di Desa tersebut. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Dengan pertimbangan lokasi ini sangat mudah dijangkau oleh penulis sehingga memudahkan penulis untuk melakukan pengamatan sehingga benar- benar dihasilkan data yang akurat. 4. Subjek Penelitian Istilah tersebut menunjukkan pada orang atau individu atau sekelompok yang dijadikan unit satuan (kasus) yang diteliti.
13
Adapun
subjek dalam penelitian ini adalah tengkulak gabah dan para penjual di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. 5. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah yang memberikan informasi langsung kepada pengumpul data.14 Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari wawancara kepada penjual atau pembeli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. b. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau publikasi atau laporan penelitian dari dinas atau instansi ataupun sumber data 13
Sanapiah Faisal, Format- format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), 109. Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), 211. 14
12
lainnya yang menunjang.15 Data sekunder ini diperoleh dari buku dokumentasi Desa Gandukepuh. 6. Tehnik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan beberapa cara, yakni sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Atau dengan kata lain, wawancara adalah suatu metode pengumpilan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu.16 Penulis berkomunikasi langsung dengan para penjual (petani) dan pembeli (tengkulak) gabah di Desa Gandukepuh untuk memperoleh informasi, terutama dalam kualitas dan pemotongan berat timbangan gabah. Model wawancara yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para penjual mupun pembeli gabah. b. Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen 15
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
Deni Hermawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 13. 16 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, 212.
13
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.17 Contoh dokumen yang penulis dapatkan berupa data mengenai profil desa yang berupa dokumen dari Balai Desa Gandukepuh.
7. Teknik Pengolahan Data Adapun tehnik pengolahan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang terkumpul, terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keselarasan satu dengan yang lainnya, dan beragam masing-masing dalam kelompok data.18 b. Organizing, menyusun data dan sekaligus mensistematis data-data yang diperoleh dalam rangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya sesuai dengan permasalahannya.
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabeta, 2005), 82. Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3IES, 1982), 191. 18
14
c. Penemuan Hasil Melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan kaidah dan dalil-dalil sehingga diperoleh kesimpulan sebagai pemecahan dari rumusan yang ada. 8. Teknik Analisa Data Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam rangka mempermudah pembahasan skripsi, penulis menggunakan metode induktif yaitu menyimpulkan berbagai penemuan kedalam kesimpulan umum. Selain itu juga menggunakan penalaran secara deduktif, yaitu metode berfikir yang diawali dengan teori-teori, dalil-dalil dan ketentuan yang bersifat umum. Selanjutnya dikemukakan dengan kenyataankenyataan yang bersifat khusus. G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan menjadi V (lima) bab. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum untuk memberi pola pemikiran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
telaah
pustaka,
sistematika pembahasan.
metode
penelitian
dan
15
BAB II :
ETIKA BISNIS DALAM ISLAM Bab ini merupakan landasan teori hukum Islam yang terkait dengan etika bisnis dalam Islam, meliputi: pengertian etika bisnis dan etika bisnis Islam, dasar hukum etika bisnis Islam, prinsip-prinsip etika bisnis Islam, serta larangan dalam bisnis Islam, etika bisnis Nabi Muhammad SAW.
BAB III :
PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA DESA GANDUKEPUH
KECAMATAN
SUKOREJO
KABUPATEN PONOROGO Bab ini merupakan hasil penelitian tentang praktik jual beli gabah
di
Desa
Gandukepuh
Kecamatan
Sukorejo
Kabupaten Ponorogo Isi yang akan ada di bab ini meliputi: gambaran umum Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari sejarah desa, letak geografis,
keadaan
penduduk,
keadaan
pendidikaan,
keadaan sosial agama, dan keadaan perekonomiannya, Kualitas dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan
Sukorejo
Kabupaten
Ponorogo,
praktik
penimbangan dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo,
16
BAB IV :
ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL
BELI
GABAH
DI
DESA
GANDUKEPUH
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO Bab ini merupakan pokok bahasan dari permasalahan skripsi yang meliputi: Tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, Tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. BAB V :
PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dari rumusan permasalahan, serta saran-saran dari penulis yang ditujukan kepada pihakpihak yang terlibat dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
17
BAB II TEORI ETIKA BISNIS ISLAM A. Pengertian Etika Bisnis Islam Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan yang merupakan bagian dari filsafat. Menurut webster dictionary, Etika ialah ilmu
tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisir
tentang tindakan moral yang benar. Perbedaan akhlaq dan etika ialah etika merupakan cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal dan pikiran, sedangkan akhlaq ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan ajaran dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.19 Ini berarti secara etimologi, etika identik dengan moral karena telah umum diketahui bahwa istilah moral berasal dari kata mos (dalam bentuk tunggal) dan mores (dalam bentuk jamak) dalam bahasa Latin yang artinya kebiasaan atau cara hidup.20 Moral berasal dari bahasa Inggris yaitu moral, bahasa Latin mores dan bahasa Belanda moural yang bermakna budi pekerti, kesusilaan
dan adat kebiasaan. Secara terminologi, etika adalah ilmu pengetahuan tentang moral (kesusilaan). Setiap orang memiliki moralitasnya masingmasing namun tidak semua orang perlu melakukan pemikiran secara kritis
19
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009), 204. 20 Sondang Siagian, Etika Bisnis (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996), 2.
18
terhadap moralitas yang menjadi kegiatan etika.21 Menurut Istianto Wahyu dan Ostaria adalah cabang utama filsafat mempelajari nilai dan kualitas. Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep seperti benar-salah atau baik-buruk, dan tanggung jawab. Etika adalah ilmu berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak kewajiban moral. Menurut Rafik Issa Bekum, Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dan buruk. Etika adalah ilmu yang bersifat normatif, karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.22 Menurut kamus besar bahasa Indonesia, etika adalah kemampuan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. 23 Sedangkan bisnis adalah sebagai organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. 24 Dalam Islam, istilah yang dekat berhubungan dengan istilah etika di dalam al-Qur‟an adalah khulu>q. Al-Qur‟an juga mempergunakan sejumlah istilah lain untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: Khayr 21
Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) 78. 22 Veithzal Rivai, Amiur Nuruddin Dkk, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan dan Ekonomi (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 2- 3. 23 Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics And Finance: Ekonomi dan Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), 215. 24 Veithzal Rivai dan Andi, 231.
19
(kebaikan), birr (kebenaran), qist (persamaan), adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma‟ruf (mengetahui dan menyetujui), dan taqwa (ketakwaan). Adapun yang berhubungan dengan etika dalam al-Qur‟an yang secara langsung adalah al- khulu>q. Al- khulu>q dari kata dasar khaluqa-khuluqan, yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan, kesatriaan. Dan di dalam tradisi pemikiran Islam dari kata khulu>q ini kemudian lebih dikenal dengan akhlak. Menurut Ahmad Amin akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Atau merupakan gambaran rasional mengenai hakikat dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan atau dilarang.25 Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan normanorma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etika profesi bisnis, merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan keterampilan memenuhi tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman, dan sebagainya. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan.
25
40.
Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan, 2004), 38-
20
Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang atau jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al- Baqarah (2) ayat 188:
ِْ ِويتَأْ ُا ُ يأ َْا اَ ُ ْ يبَْ لَ ُ ْ يبِ اَْ ِط ِ ي تُ ْداُ ِيَِ يِ ََي ُْْ ّ ِمياِتَأْ ُا ُ ي َ ِري ًق ِيا ْ يأ َْا ِلي الّ ِسيب إْي َ َ َ َ َأَْتُ ْ يتَ ْ َ ُ َين Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. Etika Bisnis Islam menurut Muhammad Djakfar adalah norma-norma etika yang berbasiskan al-Qur‟an dan hadits yang harus dijadikan acuan oleh siapapun dalam aktivitas bisnis. Dengan kata lain bagaimanapun etika bisnis yang berbasis kitab suci dan sunah Rasulullah SAW, sebagaimana halnya etika bisnis modern, tidak cukup dilihat secara partialistik semata, tetapi perlu dilihat juga dalam fungsinya secara utuh (holistik). Dalam arti etika bisnis Islam perlu diposisikan sebagai komboditas akademik yang bisa melahirkan sebuah cabang keilmuan, sekaligus sebagai tuntutan para pelaku bisnis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.26 Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etika adalah suatu hal yang dilakukan secara benar dan baik, tidak melakukan keburukan, melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan moral dan 26
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang: UII Malang Press, 2008), 84-85.
21
melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan dalam Islam etika adalah akhlak seorang muslim dalam melakukan semua kegiatan termasuk dalam bidang bisnis. Oleh karena itu, jika ingin selamat dunia dan akhirat, kita harus memakai etika dalam keseluruhan bisnis kita. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar benar atau didukung oleh penalaran yang baik.27
B. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam Dasar hukum etika bisnis Islam antara lain adalah: 1. Firman Allah SWT. a) Surat al-Baqarah ayat 42 :
َويتَ ِْ ُ ي َْْ ّ يبِ اَْ ِط ِ ي َ تَ ْتُ ُ ي َْْ ّ ي َأَْتُ ْ يتَ ْ َ ُ َني Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” b) Surat an-Nisa‟ ayat 29:
ِ ِ ِ يع ْ يتَ َر ٍ ي َ يآالُ يويتَأْ ُا ُ يأ َْا َ اَ ُ ْ يبَْ لَ ُ ْ يبِ اَْ ط ِ يِويأَ ْنيتَ ُ َنيَِ َأًة َ َ يَ يأَيّ َ ي اّ ي ِ ِ ِ ِ ً اْل ُ ْ ي َويتَ ْقتُ ُ يأَْ ُف َ ُ ْ ي ّني اّ َي َا َنيب ُ ْ َيأح Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”28
27 28
Rivai, Islamic Bussines, 3-4. Depag RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya (Semarang: PT. Karya Toha Putra), 153.
22
c) At-Taubah : 24
ِ لََق ْد نَصرُكم اللّه فِي مو اط َن َكثِ َيرةٍ َويَ ْو َم ُحنَ ْي ٍن إِ ْذ أَ ْع َجبَْت ُك ْم َكثْ َرتُ ُك ْم فَلَ ْم تُغْ ِن َع ْن ُك ْم ََ ُ ُ ََ ِ ّ ِ ْ َ ْيً و َ اَ ْ َعلَْي ُكم ين َ َ ااأ ُ َ َأ ُحبَ ْ ُ ّم َول ْيتُ ْم ُم ْد ِر ُ Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” d) An-Nuur : 37
صاةِ َوإِيتَ ِء ال ّزَك ةِ يَ َخ فُو َن ّ ِأ َج ٌل ا تُ ْل ِهي ِه ْم تِ َج َأةٌ َوا َ ْي ٌع َع ْن ِذ ْك ِر اللّ ِه َوإِاَ ِم ال ِِ ص ُأ َ ْ وو َواا ُ ُيَ ْوًم تَتَ َقلّ ُ فيه الْ ُقل Artinya: “lalaki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang.” e) Ash-Shaff : 10
ِّ ٍ َ ين َمنُوا َ أَ ُلّ ُك ْم َعلَ تِ َج َأةٍ تُ ْن ِجي ُك ْم ِم ْن َع او أَلِ ٍيم َ يَ أَيّ َه ال ْ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih.”29
29
Al-Qur‟an, 61: 10.
23
2. Al-Hadits a. Hadits tentang larangan menipu
ِ ِ َ ع ْن اَِْي ِه، َ َح ّد َنَ ُس ْفيَ ُن َع ِن اْ َلع َاء ْ ِن َع ْب ِدال ّر ْح ٰ ِن.َح ّد َنَ ِ َ ُم ْ ُن َع ّ ٍأ ْ َع ْن ا، ِ .فََ ْ َ َ يَ َد ُ فِ ْي ِه. صل َ اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ ْم َِر ُج ٍ يَبِْي ُع طَ َع ًم َ ا َ َل َم ّرَأ ُس ْو ُل اه:َُ َريْ َرة ِ ِ . ّ َ صلَ اهُ َعلَْي ِه َو َسلَ ْم لَْي َ ِمنّ َم ْن َ فَ َق َل َأ ُس ْو ُل اه. ٌ فَ ذَا ُ َوَمغْ ُ ْو Artinya: Mewartakan kepada kami Hisyam bin “Ammar, mewartakan kepada kami Sufyan, dari Al- Ala-Bin‟ Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, Dia berkata: Rasulullah Saw. Lewat pada seseorang yang menjual makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut. Ternyata makanan tersebut telah dicampur. Maka Rasulullah SAW. Pun bersabda: Bukan dari golongan kami orang yang menipu.30 b. Hadits anjuran jujur
َِ َع ْن ا،لحس ِن َ َع ْن اَِ َح ْ َزة، َ َح ّد َنَ َع ْن ُس ْفيَ َن.ُ ص َ َح ّد َنَ اَبِْي:ُ َّح ّد َنَ َ ن َ َ ْع ِن ا، ص ُد ْو ُ اْا َِم ْي ُن َم َع النَبِ يِ ْي َن ّ التّ ِج ُرال:صلّ اهُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم اَ َل َ َس ِع ْي ٍد َ ع ِن النّبِ ِي، .صدِيِْق ْي َن َوال ّ َهداَِء ِ َوال Artinya: Hanad menceritakan kepada kami, Qubaisah menceritakan kepada kami dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Al Hasan dari Abu Said dari Nabi SAW. bersabda:Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya ia beserta para Nabi , orangorang yang jujur dan orang-orang yang mati sahid‟. 31 c. Hadits tentang takaran yang baik
ِ َح ّد َنَ َعلِ ُي:اَ َا،وُم َح ّ ُد ْ ُن َع ِق ْي ِ ْ ِن ُ َويْلِ ٍد، َ َح ّد َنَ َع ْب ُدال ّر ْح ِن ْ ُن ِ ْ ِرْن ل َ ْح َك ِم ٍِ ي؛أَ ّن ِع ْك ِرَم َ َح ّد َهُ َعنِ ْ ِن ّ ّح ِو ْ َح ّد َنِ ْ يَ ِزيْ ُدالن. ْ َِس ْي ِن ْ ِن َوااد َح ّد َنِ ْ أ ُ ْْ ُن ا َ لح ِ لَ ّ اَ ِدم لنّبِ ّي صلَ اه َعلَْي ِه وسلَم الْ ِديْنَ َ َك نُواِْمن اَ ْ ب:ا ا َ َل ِ ّث الن ِ َّعب ا َ َ ْ ُ َ َ ََ ِ ِ . َ ِسنُواْال َك ْي َ َ ْع َدذَل ْ َفََنْ َز َل اهُ ُس ْب َح نَهُ ( َويْ ٌ ل ْل ُ َِفف ْي َن) ف.َك ْي ًا َ َح Artinya: Mewartakan kepada kami „Abdurrahman bin Bisyr bin AlHakam dan Muhammad bin „Aqil bin Khuwailid, keduanya 30 31
Abdullah Shonhaji, Terj. Sunan Ibnu Majah vol.III (Semarang: Asy-Syifa‟, 1993), 71. Moh Zuhri , Terj. Sunan At Tirmidzi Vol.I (Semarang: As-Syifa‟, 1992), 561.
24
berkata: mewartakan kepada kami „Aliy bin Husain bin Waqid; merwatakan kepadaku ayahku ;mewartakan kepadaku Yazid An-Nahwiy, bahwasannya Ikrimah mewartakan padanya, dari Ibnu Abbas, dia berkata “ tatkala Nabi SAW tiba di Madinah. Saat itu mereka adalah seburukburuk manusia dalam menakar. Kemudian Allah menurunkan surat Al-Mutaffifi>n. Sesudah itu mereka membaguskan takaran.32
C.
Prinsip- Prinsip Etika Bisnis Islam Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam al-Qur‟an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara halal.
َوأح ّ اَللّهُ الْبَ ْي ُع َو َح ّرَم ال ِرَوا Artinya: “Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba”. (QS. Al-Baqarah: 275). Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis di tengah kegiatan manusia mencari penghidupan. Kunci
rezeki dan
etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada
pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah SAW ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq. Pada derajat ini Allah SWT akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut, 32
Ibid., 70.
25
akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya. Akhlak yang lain adalah amanah, Islam menginginkan seorang pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas atau sia-sia. Seorang pebisnis Muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia tidak mendholimi kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Konsekuen
terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain dalam hal apapun sesungguhnya Allah memerintah kita untuk hal itu. Prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang perlu diterapkan dalam bisnis Islam adalah: 1. Kesatuan (tauhid) Alam semesta, termasuk manusia,
adalah milik Allah, yang
memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-makhlukNya. Konsep tauhid berati Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batas-batas tertentu atau perilaku manusia sebagai khalifah,
26
untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.33 Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah selaku Tuhan semesta alam. Segala sesuatu yang ada dialam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut atas semua yang diciptakan-Nya. Karena itu, segala aktvitas manusia, khususnya dalam muamalah dan bisnis, hendaknya mengikuti aturanaturan yang ada, jangan sampai menyalahi batasan-batasan yang diberikan.34 Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Diskriminasi tidak bisa diterapkan atau dituntut hanya berdasarkan warna kulit, ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin, atau umur. Hak-hak dan kewajiban ekonomi setiap individu disesuaikan dengan kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki dan sinkronisasi pada setiap peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial. Kapan saja ada perbedaan-perbedaan seperti ini, maka hak-hak dan kewajibankewajiban mereka harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta keseimbangan. Islam tidak mengakui adanya kelas-kelas sosiol ekonomis sebagai sesuatu yang bertentangan dengan prinsip persamaan maupun dengan prinsip persaudaraan (ukhuwah). Karena mematuhi ajaran-ajaran
33
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 89. Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics And Finance: Ekonomi Dan Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), 229. 34
27
Islam dalam semua aspeknya, dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan ridho Allah SWT.35 2.
Keseimbangan atau kesejajaran (al- ‘adl wa al-ihsan) Berkaitan dengan konsep kesatuan, dua konsep Islam al-„adl dan al-ihsan menunjukkan suatu keadaan keseimbangan atau kesejajaran
sosial. Al-Qur‟an menyatakan:
ِِ ِ ِ ىيع ِ ي اْ َف ْح َ ِءي َ اْ ُ ْل َ ِري َ اَْ ْغ ِيي َ َ إح َ ني َ ِيتَ ءي ي اْ ُق ْرََي َ يَْل ْ َ ِ ّني اّ َييَأْ ُا ُريبِ اْ َ ْدلي يَ ِ ُ ُ ْ ياَ َّ ُ ْ يتَ َ ّا ُر َين Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”.
Sebagai cita-cita sosial, prinsip keseimbangan atau kesejajaran menyediakan penjabaran yang komplit seluruh kebajikan dasar institusi sosial, hukum, politik dan ekonomi. Pada dataran ekonomi, prinsip tersebut menentukan konfigurasi aktivitas-aktivitas ditribusi, konsumsi serta produksi yang terbaik, dengan pemahaman yang jelas bahwa kebutuhan seluruh anggota masyarakat yang kurang berutung dalam masyarakat Islam didahulukan atas sumber daya riil masyarakat. 36 Dalam presfektif Islam, keberagaman harus diseimbangkan agar menghasilkan tatana yang baik. Allah SWT berfirman:
35
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 90. Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 39-40. 36
28
إِنّ ُك ّ َ ْي ٍء َ لَ ْقنَ ُ َِق َد ٍأ Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” Keseimbangan juga hurus terwujud dalam kehidupan ekonomi. Dalam segala jenis bisnis yang dijalaninya, Nabi Muhammad SAW menjadikan nilai adil sebagai standar utama. Kedudukan dan tanggung jawab para pelaku bisnis dibangunnya melalui prinsip “akad yang saling setuju”.37 Implementasi ajaran keseimbangan dan keadilan pada kegiatan bisnis harus dikaitkan dengan pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung sesuai dengan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan terhadap keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara seimbang dan adil atau sepadan. Manfaat yang diraih harus didistribusikan sesuai dengan peraturan atau kesepakatan yang adil dan seimbang. Demikian pula jika terjadi resiko maka hal inipun terdistribusi sesuai dengan kontribusi beban dan peran yang diberikan oleh pihakpihak tertentu yang relevan dengan peran yang diberikan. Dan segala pengukuran dan penakaran atas segala sesuatu yang diperdagangkan dan dipertukarkan antara hak dan kewajiban para pelaku yang bertransaksi dan bersepakat untuk memberikan hak orang lain atau partner kerja, atau 37
59-40.
Muhammad Hidayat, An Introduction The Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010),
29
menerima hak sesuai dengan kewajiban yang diberikan. Hal ini harus diberikan suatu hak dan kewajiban yang sebanding sesuai dengan kontribusi yang diberikan dalam membentuk nilai ekonomi dan sosial yang diberikan dalam ukuran martabat kemanusiaan, maka prinsip keadilan dan keseimbangan dalam memenuhi kewajiban dalam memberikan hak pihak partner Islam sangat concern terhadap masalah ini. Jika prinsip ini dijalankan dengan benar, maka dalam pergaulan hubungan ekonomi akan tercipta suatu kondisi hubungan kerjasama yang saling memberikan manfaat ekonomi yang adil dan sepadan dan ini sesuai dengan ajaran ekonomi Islam. Etika bisnis di dalam tuntunan Islam yang menekankan pada keseimbangan dan keadilan adalah pengelolaan bisnis yang dilakukan oleh orang Islam yang beriman dan qiyas. Konsep al-Qur‟an mencegah ketidak adilan dan menganjurkan pengelolaan yang adil dan seimbang sesuai dengan peran dan kontribusi masing-masing pihak yang berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam ikut serta untuk mencapai tujuan bisnis dan tujuan bersama dengan para partner kerja dan masyarakat. 38 3.
Kehendak bebas (ikhtiyar) Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak bebas yakni, dengan potensi menentukan diantara pilihan-pilihan yang beragam. 38
Muslich, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), 32- 33.
30
Karena kebebasan manusia tidak dibatasi dan bersifat voluntaris, maka dia juga memiliki kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah. Dan untuk kebaikan manusia sendiri pilihan yang benar.39 Pada tingkat tertentu, manusia diberi kehendak bebas untuk mengendalikan
kehidupannya
sendiri
manakala
Allah
SWT
menurunkannya ke bumi. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntut oleh hukum yang diciptakan Allah SWT. Ia diberi kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting bertindak berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Tidak seperti halnya ciptaan Allah SWT yang lain di alam semesta, ia dapat memilih perilaku etis ataupun tidak etis. 40 Prinsip kebebasan inipun mengalir dalam ekonomi Islam. Prinsip transaksi ekonomi yang menyatakan asas hukum ekonomi adalah halal, seolah mempersilahkan para pelakunya melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi dan ekspansi seluas dan sebesar-sebesarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapa pun secara agama.41 Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. 39
Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 42. 40 Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN), 55- 56. 41 Hidayat, An Introduction The Sharia Economic , 60.
31
Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terusmenerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak, dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem sosial yang ada.42 4.
Tanggung jawab (fardh) Nabi Muhammad SAW mewariskan pilar tanggung jawab dalam kerangka etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggung jawaban manusia. Setelah menentukan daya pilih antara baik dan buruk, manusia harus menjalani konsekuensi logisnya. Allah SWT berfirman :
ِ ٌ َسبَ ْ َأِ ين َ ُك ّ نَ ْف ٍ َ َك Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. al- Muddatstsir: 38) Karena keuniversalan sifat al-„adl, maka setiap indvidu harus mempertanggung jawabkan tindakannya. Tidak seorangpun dapat lolos dari konsekuensi perbuatan jahatnya hanya dengan mencari kambing hitam. Bukan itu saja, manusia juga dimintai pertanggung jawaban atas kejahatan 42
yang
berlangsung
disekitarnya.
Karena
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 96.
itu
manusia
32
diperingatkan terlebih dahulu. Pertanggung jawaban sepenuhnya atas ketiadaan usaha untuk membentuk masa depan yang lebih baik juga dipikulkan atas pundak manusia. Wujud dan etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair dan bertanggung jawab. Nabi Muhammad SAW menunjukan intergritas yang tinggi dalam memenuhi segenap klausa kontraknya dengan pihak lain. Di samping itu, beliau kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Untuk itu beliau melarang diperjualbelikan produk-produk yang dapat merusak masyarakat dan lingkungan.43 5.
Kebajikan Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.44 Penerapan konsep kebajikan dalam etika bisnis menurut al-
Ghaza>li> terdapat enam bentuk kebajikan: a) Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus memberikannya, dengan mengambil
keuntungan
yang sedikit
mungkin. Jika yang memberi melupakan keuntungannya, maka hal tersebut akan lebih baik baginya.
43 44
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic , 61- 63 Muhammad, Etika Bisnis, 57.
33
b) Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik baginya untuk membayarnya sedikit lebih banyak dari harga yang sebenarnya. c) Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus bertindak secara bijaksana dengan memberi waktu yang lebih kepada yang meminjam untuk membayar hutangnya dan jika diperlukan seseorang boleh mengurangi pinjaman untuk meringankan beban sang peminjam. d) Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barangbarang
yang
sudah
dibeli
seharusnya
diperbolehkan
untuk
melakukannya demi kebajikan. e) Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika mereka membayar hutangnya tanpa harus diminta. 45
D. Larangan-larangan dalam Bisnis Islam Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa aktivitas yang dilarang, antara lain: 1.
Larangan Najasah. Praktik perdagangan dimana seorang berpura-pura sebagai pembeli yang menawar tinggi harga barang dagangan dengan disertai
45
Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis, 43-44.
34
memuji-muji kualitas barang tersebut secara tidak wajar, tujuannya adalah untuk menaikkan harga barang. 46 2. Larangan khalabah Khalabah berati menyesatkan, seperti merayu-merayu klien
yang polos dan kurang hati-hati dengan melebih-lebihkan mutu komoditi. Hal ini dilarang karena tidak etis seseorang menampilkan produknya dengan cara tertentu, sementara kenyataannya tidak begitu. Oleh sebab itu, pemasaran manipulatif dan berlebihan, serta tidak sesuai fakta dagangannya adalah dilarang. 3. Keterbukaan, Transparan, dan Membantu Pemeriksaan Syariah menaruh keutamaan besar bagi peran informasi dalam pasar. Seseorang harus memberikan kesempatan luas kepada klien untuk melihat dan memeriksa komonditas yang akan dibelinya. Informasi yang tidak akurat atau menipu adalah dilarang dan dinilai sebagai dosa. Merahasiakan informasi sangat penting untuk kontrak adalah sama saja dengan pelanggaran atas norma Islam dalam bisnis dan pihak yang dirugikan atas informasi tersebut di dalam kontrak berhak untuk membatalkan kontrak. Banyak kebiasaan Nabi Muhammad SAW menekankan kebutuhan akan informasi dan keterbukaan serta melarang praktik menghalangi informasi mengenai harga dan mutu komboditas kepada pembeli dan penjual. Tetap diam dan tidak membolehkan pembeli 46
60.
Jusmaliani Dan Masyhuri Dkk, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
35
mengetahui bila ada cacat padahal diketahui oleh penjual adalah kebohongan. Maka, sitem etika Islam mengharuskan seluruh informasi yang terkait dengan penilaian aset harus sama-sama bisa diakses oleh seluruh investor di dalam pasar. Hal ini konsisten dengan hak-hak para pihak untuk memiliki informasi yang penting dan bebas dari salah tafsir.47 Kontrak
bisnis dan keuangan berkonsekuensi pada hak dan
kewajiban para pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan tak hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama. 4.
Memenuhi kesepakatan dan kewajiban Kontrak bisnis dan keuangan berkonsekuensi pada hak dan kewajiban para pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan tak hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama. Salah satu ciri dari kemunafikan, yang dijelaskan dalam syariah adalah bahwa mereka tak pernah memenuhi janji. Untuk itu, para ahli masa kini dengan tegas memandang janji yang mengikat. Dalam keuangan Islam, konsep janji ditarik dalam murabaha menjadi pemesan pembelian, persewaan, mengurangi musharakah, dan sebagainya. Di dalam semua kesepakatan ini, jika yang memberi janji tak
47
Rivai, Amiur Nuruddin Dkk, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan dan Ekonomi, 404- 405.
36
bisa memenuhi janjinya, maka yang menerima janji berhak untuk medapatkan lagi kerugian aktual yang dialami dikarenakan pelanggaran janji.48 5.
Kerja sama dan Menghilangkan Kesengsaraan Saling membantu, solidaritas dan menanggung bersama atas kerugian dan bahaya adalah norma-norma penting lain dari kerangka ekonomi Islam dibandingkan dengan struktur ekonomi konvensional, dimana persaingan yang kejam menibulkan banyak praktik tidak etis, memenuhi membantu sesama disaat membutuhkan dan melarang perilaku apa pun yang menyebabkan kerugian atau berbahaya bagi orang lain. 49
Firman Allah SWT dalam surah al-Maa>idah ayat 2:
ِ وتَع ونُوا َعلَ الْبِ ِر والتّ ْقوى وا تَع ونُوا َعلَ اإ ْ ِم والْع ْدو ان َواتّ ُقواللّهَ إِ ّن اللّهَ َ ِدي ُد َ ُ َ ََ َ َ َ ََ َ ِ ال ِْع َق و Artinya: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
48 49
Ibid., 406. Ibid, 407.
37
6.
Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga Yang Adil Islam memberikan kebebasan asasi untuk memasuki jenis usaha atau transaksi halal apapun. Meskipun demikian, ini tidak berarti bebas tak terkendali untuk berkontrak. Perdagangan diizinkan jika dilakukan atas komoditas yang dibolehkan dan sesuai dengan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh syariah Islam, sehubung dengan adanya berbagai jenis transaksi seperti bai‟, ijarah, dan jasa. Islam memandang pasar bebas dimana harga yang adil ditetapkan oleh permintaan dan pemasokan. Harga-harga akan diperdagangkan adil jika memang itu adalah hasil fungsi kekuatan pasar sejati. Tidak boleh ada campur tangan dalam peran bebas kekuatan permintaan dan pemasokan, demikian juga mencegah ketidak adilan atas nama pemasok barang, yang berarti menjual sesuatu dengan harga lebih tinggi dan memberi kesan kepada klien bahwa ia dipaksa membayar sesuai dengan tingkat harga pasar. Harga komoditas apapun ditentukan dengan memperhitungkan input, dan biaya produksi, gudang, transportasi dan biaya-biaya lainnya, jika ada, serta marjin laba sang pedagang. Jika seseorang mulai menjual barang dagangannya di pasar dengan harga kurang dari harga biaya, di luar kebaikan dan kedermawanannya, ia akan membuat masalah untuk yang
38
lain, dengan mana pemasok atau komoditas dimaksud akan terganggu nantinya, dan pada akhirnya orang lain akan menderita.50 7. Bebas dari Dharar (kerusakan) Jika sebuah kontrak antara dua pihak sudah disahkan disertai mufakat bersama, ternyata merugikan kepentingan pihak ketiga, pihak ketiga ini boleh menikmati opsi dan hak tertentu. Kasus yang tepat adalah hak antisipasi dari seseorang mitra dalam kepemilikan bersama. 8. Larangan Terhadap Kecurangan Dalam Takaran dan Timbangan (ghabn ) Istilah ghabn secara bahasa berarti pengurangan. Dengan kata lain, ghabn merupakan pengurangan jumlah objek akad sehingga tidak sesuai denngan hasil kesepakatan. Dalam hukum bisnis syariah, ghabn hukumnya diharamkan, karena dengan mengurangi objek akad tersebut berarti akan merugikan pihak lain.
ِ ِ ِ ُ ّ َ ُ َأَْ ُ ي اْ َ ْ َي َ اْ َز َنيبِ اْق ْ طيوي َ َ في َ ْف ً يِوي ُ ْس Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.(QS.Al-An‟am[6]:15)51
Kecurangan dalam menakar dan timbangan mendapat perhatian khusus dalam al-Qur‟an, karena praktik, seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain itu, praktik ini juga menimbulkan dampak yang sangat Rivai, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan Dan Ekonomi, 408- 409. 51 Burhanuddin, Hukum Bisnis Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2011), 233. 50
39
buruk dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya ketidak percayaan pembeli terhadap para pedagang yang curang. Oleh karena itu, pedagang yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat acaman siksa diakhirat. Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidak adilan dalam masyarakat, padahal keadilan diperlukan dalam setiap perbuatan agar tidak menimbulkan perselisihan. Pemilik timbangan senantiasa dalam keadaan terancam dengan adzab yang pedih apabila ia bertindak curang dengan timbangannya itu. Pedagang beras yang mencampur beras mutu bagus dengan beras mutu rendah, penjual daging yang menimbang daging dengan campuran tulang yang menurut kebiasaan tidak disertakan dalam penjualan, pedagang kain yang ketika kulakan membiarkan kain dalam keadaan kendor tetapi pada saat menjual ia menariknya cukup kuat sehingga ia memperoleh tambaahan keuntungan dari cara pengukurannya itu, semua itu termasuk kecurangan yang akan mendatangkan adzab bagi pelakunya.52 9. Larangan Rekayasa Harga Rasulullah SAW menyatakan bahwa harga dipasar itu ditentukan oleh Allah SWT. Ini berarti harga di pasar tidak boleh diintervensikan oleh siapapun. Harga itu ditentukan berdasarkan mekanisme pasar yang alamiah. Hal ini dapat dilakukan ketika pasar dalam keadaan normal,
52
Ibid, 411- 416.
40
tetapi apabila tidak dalam keadaan sehat, yakni terjadi kedzaliman seperti kasus penimbunan, riba, dan penipuan maka pemerintah hendaknya dapat bertindak untuk menentukan harga apabila terjadi praktik kedzaliman di pasar. Rekyasa harga dapat terjadi ketika ada seseorang yang menjdi penghubung (makelar ) antara pedagang yang dari pedesaan, kemudian ia membeli dagangan itu sebelum masuk pasar sehingga para pedagang desa belum tahu harga di pasar yang sebenarnya. Kemudian, pedagang penghubung tadi menjualnya dikota dengan mengambil keuntungan besar yang diperoleh dari pembeli mereka terhadap pedagang pedesaan. Praktik seperti ini dilarang oleh Rasulullah SAW karena dapat menimbulkan penyesalan terhadap pedagang pedesaan tersebut. 10. Larangan Menimbun Barang (Ihtikar) Islam mengajak kepada para pemilik harta untuk mengembangkan harta mereka dan menginvestasikannya. Sebaliknya melarang mereka untuk membekukan dan tidak memfungsikannya. Maka tidak boleh bagi pemilim tanah menelantarkan tanahnya dari pertanian, apabila masyarakat memerlukan apa yang dikeluarkan oleh bumi berupa tanaman-tanaman dan buah-buahan. Demikian pula pemilik pabrik dimana manusia memerlukan prodaknya, karena ini bertentangan dengan prinsip istikhlaf (amanah peminjaman dari Allah). Demikian juga dengan tidak diperbolehkan bagi pemilik uang untuk menimbun dan menahannya dari peredaran, sedangkan umat dalam keadaan membutuhkan
untuk
memfungsikan uang itu untuk proyek-proyek yang bermanfaat dan dapat
41
membawa dampak berupa terbukanya lapangan kerja bagi para pengangguran dan menggairahkan aktivitas perekonomian.53 E. Etika Bisnis Nabi Muhammad S.A.W Nabi Muhmmad SAW banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, diantaranya ialah: Pertama , bahwa prinsip esensial dalam
bisnis
adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Nabi Muhmmad SAW sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Beliau sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk disebelah bawah dan barang baru dibagian atas. Kedua , kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku
bisnis menurut Islam tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyakbanyaknya, sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta‟awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis bukan hanya mencari keuntungan material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.
54
Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW
sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Keempat, ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis. Kelima , tidak boleh berpura53
Ibid., 417-419. Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 51.
54
42
pura menawar harga tinggi agar orang lain membeli dengan harga tersebut. Keenam, tidak boleh menjelek-jelekan bisnis orang lain agar orang membeli
kepadanya. Ketujuh, tidak melakukan ihtikar.
Ihtikar ialah menumpuk dan
menyimpan barang dalam masa tertentu dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh. Kedelapan, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan.55 Allah SWT berfirman:
ِ ِ ِ )ي َ ِ َ ي َا اُ ُ ْ يأَْ ي َ َ ُ ُ ْ ي۲(يعَىي الّ ِسييَ ْ تَ ْ ُ َني َ ُ)ي اّ ي َ يِ َ ي ْاتَ ا۱(ني َ َ يْ ٌيا ْ ُ طَفّف )۳(ي ُْ ِ ُر َين Artinya:“ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orangorang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”56 (QS. Al- Muthaffifin: 1-3)
Kesembilan, bisnis tidak boleh menggangu kegitan ibadah kepada
Allah SWT. Kesepuluh, membayar upah sebelum keringat karyawan kering. Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan. Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegititimasi monopoli dan oligopoli. Contohnya yang sederhana adalah ekploitsi (pengusaha) individu tertentu atas hak milik sosial; sepeti air, udara, tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang dalam Islam.
55 56
Ibid., 51-53. Al-Qur‟an, 83: 1-2.
43
Kedua belas, tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi mudhrat
yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya larangan melakukan bisnis senjata disaat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal seperti menjual anggur kepada produsen minuman keras. Karena ia diduga keras mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak esensi hubungan sosil yang jutru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat. Ketiga belas, komonditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan
halal, bukan barang yang haram seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan lain sebagainya. Keempat belas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Kelima belas, segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Keenam belas, memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum
mampu membayar. Ketujuh belas, bisnis yang dilakanakan bersih dari unsur riba. 57 Sampai hari ini, perbincangan seputar riba selalu hangat karena interprestasi terhadapnya selalu bermuatan kontraversial. Ulama telah berkonsensus bahwa riba itu terlarang (haram). Namun ketika menangani pesoalan bunga bank dan asuransi yang mempraktikkan bunga, para ulama tidak bersepakat. Mayoritas ulama tetap menganggapnya sebagai riba, sedangkan yang lain tidak demikian. Adapun ulama yang membolehkannya dengan alasan darurat, yaitu kebolehan bunga bank, tidak bersifat mutlak.
57
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 53-55.
44
Artinya apabila
telah ada bank Islami, maka kedudukan bunga bank
konvesional menjadi terlarang. Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan sistem transaksi bisnis yang pada akhirnya menentukan nasib bisnis yang dijalankan seseorang. Sisi yang cukup menonjol dalam peletakan etika bisnis Nabi Muhammad SAW adalah nilai spiritual, humanisme, kejujuran, keseimbangan, dan semangatnya untuk memuaskan mitra bisnisnya. Nilainilai tersbut telah melandasi tingkah laku dan sangat melekat serta menjadi ciri kepribadian sebagai manajer profesional. Implementasi bisnis yang dilakukanya berporos pada nilai-nilai tauhid yang diyakininya.58
58
Ibid., 55.
45
BAB III PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA GANDUKEPUH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo 1.
Sejarah Desa Gandukepuh Pada zaman dahulu pemerintah batoro katong arah barat daya Dusun Mirah Desa Nambangrejo. Berdiri sebuah pondok pesantren yang dipimpin oleh Kyai Ageng Imam Musakaf putra Ki Ageng Mirah penghulu kadipaten Ponorogo zaman batoro katong. Pada suatu hari satri Kyai Imam Musakaf menanak nasi selalu gagal. Setelah mendapat pengamatan yang cermat ternyata diganggu genderuwo atau jin. Pada suatu hari
Kyai Ageng Imam Musakaf tahu
bahwa genderuwo atau jin tersebut mengganggu liwet yang sedang dimasak oleh santri, pada suatu hari timbulah perang tanding antara genderuwo dengan Kyai Ageng Imam Musakaf. Genderuwo tersebut kalah dan nangis. Mulai saat ini ia telah takluk dan tidak mengganggu lagi, sehingga dusun tersebut dinamakan Dusun Pohgero. Secara kebetulan padi atau beras yang dimasak oleh Kyai Ageng Imam Musakaf adalah padi gadu, jadi secara luas nama desa yang terdiri 4 dusun dinamakan Gandukepuh sampai sekarang.59
59
Dokumentasi Balai Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun 2015.
46
2. Keadaan Geografis Desa Gandukepuh terdiri dari empat Dusun, 10 RW dan 29 RT, yaitu: a. Dusun Tempuran terdiri dari 2 RW dan 5 RT b. Dusun Sekayu terdiri dari 2 RW dan 7 RT c. Dusun Sawahan terdiri dari 2 RW dan 5 RT d. Dusun Ngujung terdiri dari 4 RW dan 12 RT Desa Gandukepuh terletak disebelah ujung Timur wilayah Kecamatan Sukorejo yang berjarak 4 km dari ibukota Kecamatan dan sekitar 3 km dari ibukota Kabupaten Ponorogo. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kalimalang, sebelah timur dengan kelurahan Pinggirsari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Carat dan Desa Golan, dan sebelah utara berbatasan
dengan Desa Nambangrejo.
Menurut topografisnya Desa Gandukepuh merupakan desa yang wilayahnya berupa dataran dengan luas wilayah keseluruhan 290,000 hektar (2,900 km²).60 3. Keadaan Penduduk Pencatatan
penduduk
mengenai
kelahiran,
kematian
dan
perpindahannya telah dilaksanakkan di Desa Gandukepuh secara teratur. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2015, jumlah Penduduk Desa Gandukepuh terdiri 4.502 jiwa. Terdiri dari 2.259 laki-laki dan 60
Lihat transkip wawancara nomor: 01/1-W/4-XII/2015.
47
2.243 perempuan. Jumlah penduduk di Desa Gandukepuh dapat dikatakan relatif banyak jika dibandingkan dengan luas wilayah desa. Dengan kepadatan penduduk per km² sekitar 1.552 jiwa. Jumlah keluarga di Desa Gandukepuh sebanyak 1.352 KK. Jika dibandingkan
dengan
total
penduduknya,
kepadatan
penduduk
perkeluarga adalah 3,33 artinya rata-rata tiap keluarga terdiri 3,33 anggota keluarga. Berdasarkan pendataan tersebut 268 KK di Desa Gandukepuh termasuk dalam KK miskin. Prosentasi
ini relative
meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun sedikit, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Penduduk Desa Gandukpuh sebagian besar 829 jiwa (18,41%) memiliki pencaharian sebagai petani. Terdiri dari 538 jiwa (11,95%) berstatus sebagai pemilik sekaligus penggarap, dan 291 jiwa (6,46%) sebagai buruh tani. Kondisi ini didukung dengan rata-rata kedalaman sumber air 55 m dari permukaan tanah. Sehingga petani menggarap sawahnya sepanjang tahun. Pengangguran di
Desa Gandukepuh
sebanyak 429 jiwa, tidak termasuk ibu rumah tangga dan anak usia sekolah. 61
61
2015.
Dokumentasi Balai Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun
48
4. Keadaan sosial Jumlah rumah tangga di Desa Gandukepuh 997 unit. Mayorita penduduk di Desa Gandukepuh telah memiliki rumah yang merupakan bangunan permanent yaitu 840 unit (85,98%), namun demikian masih ada 137 unit (14,02%) yang bukan pemanen. Rasio antara bangunan rumah dengan jumlah keluarga adalah 5:1, yang artinya tiap rumah rata-rata ditempati oleh 5 orang. Listrik telah masuk Desa Gandukepuh sejak tahun 1980 dan 93,3% keluarga di Desa ini telah menggunakan listrik untuk penerangan.62 Dibidang pendidikan, 4% penduduk menyelesaikan pendidikan sampai dengan tingkat perguruan tinggi, 30% SLTA atau sederajat, 32% SLTP atau sederajat, dan 18% sekolah dasar. Sementara hanya 8% saja yang tidak mengenyam pendidikan sekolah. Di Desa Gandukepuh terdapat 3 TK dan 2 SD, untuk menunjang sarana pendidikan formal di Desa ini, di dukung oleh sarana pendidikan non formal seperti Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah. Sebagai gambaran lain yang menunjukan semangat warga untuk memperoleh pendidikan. Sarana kesehatan yang ada di Desa Gandukepuh adalah polides dengan pelayaanan kesehatan oleh bidan desa. Disamping itu tim penggerak PKK Desa Gandukepuh yang diketahui oleh ibu kepala Desa
62
Ibid.
49
Gandukepuh juga memberikan andil yang sangat besar dalam ikut memelihara kesehatan masyarakat. Dengan kegiatan sebagai berikut: a) Memberikan makanan tambahan kepada balita b) Pemeriksaan ibu hamil c) Penimbangan bayi atau balita d) Imunisasi Kesadaran masyarakat yang cukup tinggi dalam menjaga kesehatan dan juga ikut memelihara kebersihan serta melestarikan lingkungan hidup, terbukti dengan tidak menimbun sampah dan tidak buang hajat di sembarang tempat, walaupun Desa Gandukepuh dilalui oleh 2 sungai.63 5. Keadaan Ekonomi Sebagian besar masyarakat Desa Gandukepuh menjadi petani, maka perekonomian didukung dari sektor pertanian. Disamping itu ada juga warung, kios maupun pasar krempyeng yang ikut mendukung perekonomian Desa Gandukepuh dari sektor perdagangan. Home industri dan pertukangan kayu maupun batu juga ikut mendukung perekonomian walaupun tersendat-sendat karena kekurangan modal.64
63
64
Ibid. Lihat transkip wawancara nomor: 02/1-W/11-XII/2015.
50
B. Praktik jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo 1. Kualitas jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Mayoritas dari masyarakat Desa Gandukepuh memeluk agama Islam, meskipun banyak juga diantara masyarakat yang belum memahami serta mengamalkan
ajaran
agamanya,
akan
tetapi
telah
sedikit
dapat
mempengaruhi kebiasaan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terbukti dengan adanya kegiatan yasinan serta pengajian rutin yang dilakukan warga sekitar. Selain itu masyarakat juga sangat menjaga solidaritas sesama, rasa gotong-royong yang sangat besar juga dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Tolong menolong yang terjalin antara sesama terwujud ketika ada warga yang mengalami musibah maka masyarakat yang lain senantiasa membantu secara suka rela. Hal itupun biasanya terlihat pula dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, masyarakat saling menolong dengan berbagai cara.65 Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat biasa melakukan transaksi jual beli, dan salah satu transaksi jual beli yang dilakukan masyarakat di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten
65
Lihat transkip wawancara nomor: 03/1-W/F-1/6-I/2016.
51
Ponorogo ini adalah jual beli gabah. Masyarakat memilih jual beli gabah karena mayoritas masyarakat di Desa Gandukepuh adalah menanam padi. Jenis-jenis padi yang ditanam masyarakat di Desa Gandukepuh berbeda-beda semua tergantung selera individu, diantara jenis benih padi yang ditanam masyarakat Desa Gandukepuh adalah: Serang, IR-64, Situbagendit, dan Sri kuning. Jenis benih yang paling banyak ditanam di Desa Gandukepuh adalah Serang karena menurut mayarakat jenis benih ini berkualitas bagus. Kualitas gabah masyarakat di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo berbeda-beda, semua hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena serangan hamma tikus, wareng, belalang, ulat, dan lain sebagainya. 66 Sebagian besar masyarakat di Desa Gandukepuh menanam padi sebayak 2 kali dalam 1 tahun. Pada saat panen tiba, para petani mencari buruh tani untuk memanen padinya. Setelah semua sudah dipanen, mereka menjual gabahnya kepada pihak tegkulak, ada yang menjual gabahnya dalam keadaan masih basah (dari sawah langsung) dan ada juga yang menjual gabahnya dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu) baru dijual kepada kepada pihak tengkulak. Harga
gabah
berbeda-beda
67
tergantung
kualitasya
dan
harga
pasarannya. Gabah yang basah biasannya dihargai dengan harga Rp.
66 67
Lihat transkip wawancara nomor: 04/1-W/F-1/8-III/2016. Lihat transkip wawancara nomor: 05/3-W/F-1/10-III /2016.
52
3.500,- perkilonya sedangkan gabah yang kering dihargai dengan harga Rp.4.500,- per kilonya. Cara tengkulak melihat kualitas gabah di Desa Gandukepuh tidak dilihat kualitasnya. Pihak tengulak menghargai semua jenis gabah sama dengan harga rata-rata yaitu Rp.4.500,- perkilonya. Walaupun gabah yang dijual sebenarnya kualitasnya tidak baik, tetapi pihak tengkulak memberikan harga yang sama dengan harga yang kualitas gabahnya bagus. Akan tetapi untuk gabah yang masih basah pihak tengkulak melihat kualitasnya karena masih akan dijemur sedang untuk gabah yang kering langsung disimpan tanpa harus dijemur sehingga tidak perlu melihat kualitasnya68 Jika hal tersebut dilakukan terus-menerus maka akan merugikan salah satu pihak. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Mujiatin, Saya menjual gabah kering sebanyak 267 kg kepada ibu fatimah, kualitas gabah saya lumayan baik dan bersih di bandingkan dengan yang lain. Akan tetapi Ibu Fatimah tidak melihat seperti apa kualias gabah saya, beliau hanya memberikan harga sesuai harga pasaran Rp.4.500,- perkilonya. Saya merasa kurang puas karena gabah saya kualitasnnya lumayan bagus tetapi hanya dihargai seperti itu.69 Selain itu, ibu Karti juga pernah menjual gabahnya kepada Ibu Fatimah sebanyak 4 karung. Setelah di timbang beratnya adalah 147 kg,
68
69
Lihat transkip wawancara nomor: 06/4-W/F-1/15-IV/2016. Lihat transkip wawancara nomor: 07/5-W/F-1/14-I/2016.
53
Ibu Fatimah memberikan harga Rp.4.500,- perkilonya, karena menurut beliau berat gabah tersebut lumayah banyak, sehingga dapat diperkirakan bahwa gabahnya berkualitas baik. Dari hasil penjualan tersebut adalah berat gabah 147,5 kg x Rp.4.500,- = Rp.663.750,-. Disisi lain Ibu Karti juga pernah menjual gabahnya yang masih basah sebanyak 2 karung. Setelah ditimbang beratnya adalah 85 kg, setelah itu gabah tersebut dikeluarkan dari karung untuk dijemur serta dilihat kualitasnya oleh Ibu Fatimah, ternyata kualitasnya kurang baik, gabah tersebut masih kotor tercampur dengan daun-daun dan batang batang padi. Sehingga gabah tersebut hanya dihargai dengan Rp.3.200,- perkilonya.70 Cara pihak tengkulak menentukan kualitas gabah hanya dengan cara melihat beratnya ketika gabah 2 karung dalam 1 timbangan memiliki berat banyak atau mencapai 1 kwintal berati gabah tersebut kualitasnya bagus (berisi). Dan apabila gabah tersebut ringan atau tidak mencapai 1 kwital berati kualitasnya tidak bagus (gabuk). 71 2. Praktik penimbangan dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Masalah penimbangan sering kali menjadi salah satu sumber konflik dan penipuan. Ketetapan timbangan merupakan cerminan kualitas moral seseorang pedagang, jika selalu berorientasi pada keuntungan saja, bukan
70 71
Lihat transkip wawancara nomor: 08/6-W/F-1/16-I/2016. Lihat transkip wawancara nomor: 08/5-W/F-1/20-I/2016.
54
tidak mungkin seorang pedagang berani meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan sehingga disadari atau tidak, ia memanipulasi hak orang lain. Padahal sebagai seorang muslim seharusnya selalu berbuat adil terhadap sesama. Oleh karena itu Tuhan memperingatkan langsung kepada para pedagang agar selalu berbuat adil dalam menetapkan timbangan. Dalam praktik perdagangan, pedagang bisa saja mengkonstruksi alat timbangan agar berat timbangan berpihak pada dirinya. Caranya dengan jalan menempelkan logam pada bagian tertentu yang sulit dideteksi oleh
orang
lain.
Atau
kecurangan
tersebut
dilakukan
dengan
mempermainkan alat timbangan pada saat penimbangan berlangsung. Untuk mebuktikan berat pada saat penimbangan berlangsung. Cara menimbang yang lazim dilakukan oleh pihak tengkulak di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo adalah dengan cara penjual meletakkan 1 karung atau 2 karung gabah diatas timbangan duduk, kemudian pihak tengkulak menimbangnya dan dalam setiap penimbanganya pihak tengkulak mengurangi timbangannya. Menurut keterangan Ibu Mesinah selaku penjual gabah, beliau pernah menjual gabah 2 karung kepada pihak tengkulak, ketika gabah tersebut ditimbang beratnya adalah 70,½ kg. Kemudian pihak tengkulak mengatakan dengan jumlah 70 kg bukan 70,½ kg.72
72
Lihat transkip wawancacara nomor: 10/7-W/F-2/19-III/2016.
55
Selajutnya Bapak Geger yang juga pernah menjual gabah kepada Ibu Fatimah, memberi keterangan bahwa beliau adalah seorang buruh tani, beliau memanen padi di sawah Bapak Meselan, setelah selesai panen
beliau
langsung
menjual
bawon
hasil panen ke pada Ibu
Fatimah, sebelumnya bawon tersebut sudah ditimbang disawah dan beratnya adalah 35 kg, setelah ditimbang lagi oleh Ibu Fatimah hanya 34,3 kg. Dan kemudin Ibu Fatimah menghitungnya hanya 34 sehingga hasil penjualan gabah tersebut 34 kg x Rp.3.500,- adalah Rp.11.9000,-.73 Hal
tersebut
dilakukan
semata-semata
hanya
untuk
mencari
keuntungan. Sedangkan menurut Ibu Fatimah selaku pihak tengkulak, motif dalam memainkan pengurangan timbangan tesebut merupakan cara untuk mendapatkan keuntungan dan pengganti kerugian apabila suatu saat terjadi kerugian di pihak tengkulak yang lebih besar. Beliau menyakini bahwa apa yang ia lakukan itu wajar karena setiap pihak tengkulak wajar jika mencari keutungan. Beliau melakukan itu semua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, biaya sekolah anak, dan lain sebagainya 74 Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Mini selaku penjual, bahwa dalam hati kecilnya ia tidak sepakat jika berat gabah yang ditimbang tersebut dikurangi 0,5 kg atau lebih, dengan alasan untuk mengurangi berat karung tidak diganti. Kalau tujuan pengurangannya adalah untuk 73 74
Lihat transkip wawancacara nomor: 11/8-W/F-2/22-III/2016. Lihat transkip wawancacara nomor: 12/4-W/F-2/2-III/2016.
56
mengurangi berat karung maka ia menginginkan agar karung tersebut ditimbang dengan benar bukan dengan perkiraan, bahkan sering terjadi karung yang dikembalikan kepadanya bukan karung yang sebenarnya, terkadang karung yang dikembalikan sudah rusak. Akan tetapi ia pribadi tidak mau mengambil resiko karena hal itu sudah menjadi kebiasaan, dia tidak ingin hubungan baik yang terjalin selama ini menjadi renggang hanya gara-gara mempersalahkan karung yang tidak begitu berharga. 75
75
Lihat transkip wawancacara nomor: 13/1-W/F-2/30-III/2016.
57
BAB IV ANALISA TENTANG ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA GANDUKEPUH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO
A. Analisa Etika Bisnis Islam Terhadap Kualitas Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo 6. Ditinjau Dari Prinsip Kesatuan (tauhid) Landasan tauhid merupakan landasan yang sangat filosofis yang dijadikan sebagai pondasi utama setiap langkah seorang muslim yang beriman
dalam
menjalankan
fungsi
kehidupannya.
Seperti
yang
dinyatakan oleh firman Allah di dalam al-Qur‟an pada surat al-An‟am ayat 126 dan 127 yang artinya: "Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.
Sikap dan perilaku atau perbuatan yang lurus yang dinyatakan dalam surat ini secara logis mencerminkan sikap dan perbutan yang benar, baik, sesuai dengan perintah-perintah Allah dan sesuai dengan tolak ukur dan penilaian Allah (bersifat mutlak atau pasti kebenarannya).76 Disini jelas bahwa transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh tanpa melihat kualitas gabanya tidak sesuai dengan prinsip tauhid karena 76
Muslich, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta:EKONISIA, 2010), 27- 28.
58
pihak tengkulak tidak bersifat sesuai dengan perintah-perintah Allah dan sesuai dengan tolak ukur dan penilaian Allah, yang mana pihak tengkulak harus melihat kualitas gabah dalam setiap transaksinya seperti yang dijelaskan dalam etika bisnis Islam. Agar antara tengkulak dan petani sama-sama merasa puas dengan transksi tersebut. 7. Ditinjau Dari Prinsip Keseimbangan atau Kesejajaran (al-„adl wa al-ihsan) Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat
adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.
Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta, hak Allah, dan hak Rasul-Nya berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut
harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai aturan
syariah). Dalam perniagan, persyaratan adil yang paling mendasar adalah dalam menentukan mutu (kualitas) dan ukuran (kuantitas) dalam setiap takaran atau timbangan.77 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa kualitas gabah penjual di Desa Gandukepuh yang dijual kepada pihak tengkulak tidak dilihat kualitasnya oleh pihak tengkulak, semua dihargai dengan harga yang sama baik itu yang berkualitas baik ataupun tidak. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga beli gabah tanpa melihat kualitas gabah terlebih dulu bertentangan dengan
77
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 91-992.
59
prinsip-prinsip etika bisnis Islam tentang keseimbangan atau kesejajaran (al-„adl wa al-ihsan), karena pihak tengkulak tidak memberikan harga
sesuai dengan kualitas gabah. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian pada pihak penjual ketika kualitas gabahnya baik tetapi dibeli dengan harga biasa serta membuat pihak penjual tidak puas atas harga gabah tersebut. 8.
Ditinjau Dari Prinsip Kehendak Bebas (ikhtiyar ) Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan pencapaiaan kesucian diri. Manusia dianugrahi kehendak bebas untuk
membimbing
kehidupannya
sebagai
khalifah.
Berdasarkan
kehendak bebas ini, dalam bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk menepati atau mengingkarinya.78 Kebebasan manusia dalam bereaksi menggunakan potensi sumber daya dalam pilihannya ada dua konsekuensi yang melekat pada pilihanpilihan penggunaan tersebut. Disatu sisi ada niat dan konsekuensi buruk yang dapat dilakukan dan diraih, tetapi disisi lain ada niat dan konsekuensi baik dan buruk oleh manusia yang diberi kebebasan untuk memilih, tentu sudah harus diketahui sebelumnya sebagai suatu resiko dan manfaat yang bakal diterimanya. Tetapi harus diingat bahwa dalam memfungsikan potensinya manusia membutuhkan orang lain dalam melaksanakan kerja sama untuk Muhammad dan Lukman fauroni, Visi Al-Qur‟an Tentag Etika Dan Bisnis (jakarta: Salemba Diniyah, 2001), 12. 78
60
menghasilkan prestasi-prestasi atau produktivitas dan hasil budidayanya. Oleh karena itu dalam berprestasi ini manusia tidaklah sendirian dalam menggapai prestasi-prestasi tersebut.79 Pemberian harga gabah tanpa melihat kualitasnya seperti yang telah dijelaskan dalam Bab III tidak sesuai dengan prinsip bebas berkehendak, karena pihak tengkulak bebas memberikan harga tanpa melihat kualitas gabahnya, serta tidak memperhatikan pihak penjual apakah mereka setuju atau tidak jika gabahnya dihargai dengan harga yang telah ditentukan pihak tengkulak. Seharusnya, meskipun pihak tengkulak bebas berkehendak ia juga harus mementingkan kepentingan kolektif sehingga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas transaksi yang terjadi tersebut. 9.
Ditinjau Dari Prinsip Tanggung Jawab Aksioma tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaranajaran Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi, penerimaan pada prinsip tanggung jawab individu berati setiap orang akan diadili secara pesonal dihari kiamat kelak. Di dalam bab III jelas bahwa pihak tengkulak tidak perduli terhadap kerugian yang terjadi pada penjual, ketika gabah yang dijual kepadannya tidak dilihat kualitasnya terlebih dahulu, pihak tengkulak hanya memikirkan keuntungannya sendiri. Bagaimana ia bisa dikatakan tanggugjawab jika hubungan baik dengan manusia aja tidak bisa ia pertanggung jawabkan, apalagi pertanggung
79
Muslich, Etika Bisnis Islami, 34-35.
61
jawaban dengan Allah. Seharusnya pihak tengkulak ataupun pihak penjual melakukan transaksi tersebut dengan sebuah kontrak jadi ketika ada pihak yang dirugikan maka akan ada pihak yang harus bertanggung jawab. 10. Ditinjau dari prinsip Kebajikan Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.80 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa pihak tengkulak dalam memberikan harga gabah tanpa melihat kualitas gabahnya apakah baik atau tidak. Misalnya: Ibu Mujiatin, menjual gabah kering sebanyak 267 kg kepada Ibu Fatimah (tengkulak), kualitas gabahnya lumayan baik dan bersih di bandingkan dengan gabah yang lain. Akan tetapi Ibu Fatimah tidak melihat seperti apa kualias gabah Ibu Mujiatin, beliau hanya memberikan harga sesuai harga pasaran Rp.4.500,- perkilonya.81 Ditinjau dari prinsip etika bisnis Islam tentang Kebajikan (ihsan), maka hal ini tidak sesuai prinsip kebajikan karena dalam prinsip kebajikan dijelaskan bahwa dalam transaksi apapun kita harus lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri dan tidak boleh merugikan orang lain pula. Sehingga jelas bahwa hal tersebut tidak sesuai karena pihak tengkulak tidak perduli dengan para penjual apakah mereka 80
Muhammad Hidayat, An Introduction The Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), 27. 81 Lihat transkip wawancara: 07/5-W/F-1/14-I/2016.
62
rugi atau tidak, pihak tengkulak hanya mementingkan kepentinganya sendiri, yang penting ia mendapatkan keuntungan seperti yang mereka inginkan.
B. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Penimbangan Gabah Dalam Jual Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo 11. Ditinjau Dari Prinsip Kesatuan (tauhid) Sumber utama etika bisnis islam adalah kepercayaan penuh dan murni teradap kesatuan Tuhan. Ini secara khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam yang menghubungkan institusi-institusi sosial yang terbatas dan tak sempurna dengan Dzat yang sempurna dan tak terbatas. Landasan tauhid ini bertitik tolak pada keridhaan Allah SWT. Tauhid dalam bidang ekonomi mengantarkan para pelaku ekonomi untuk berkeyakinan bahwa harta benda adalah milik Allah SWT. Ini adalah konsep tauhid yang berati semua aspek dalam hidup dan mati adalah satu, baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun agama adalah berasal dari satu sistem nilai yang paling berintregasi yang terkait dan konsiten. Tauhid adalah sistem yang harus dijalankan dalam mengelola kehidupan. Didalam bab III jelas bahwa pemotongan berat tibangan dalam transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh tidak sesuai dengan prinsip Tauhid karena dalam pemotongannya pihak tengkulak tidak meminta
63
kesepakatan pihak penjual dan juga dalam pemotongannya tidak sewajarnya. Sedangkan manusia hanya mendapatkan amanah. Oleh karena itu, seluruh aset dan anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki, yaitu Allah SWT. Dan didalam transksi tersebut pihak tengkulak tidak mengelola sesuai dengan ketentuan Allah dan Etika bisnis Islam. 12. Ditinjau Dari Prinsip Keseimbangan atau Kesejajaran (al-„adl wa alihsan)
Ajaran Islam memang berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan perilaku yang seimbang dan adil dalam hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan. Pada praktekya jual beli gabah di Desa Gandukepuh setelah melakukan penimbangan pihak tengkulak memotong berat gabah seperti yang dijelaskan pada bab III, maka pengurangan berat timbangan yang dilakukan oleh pihak tengkulak itu tidak sesuai dengan prinsip etika bisnis keseimbangan atau kesejajaran, karena Implementasi ajaran keseimbangan dan keadilan pada kegiatan bisnis harus dikaitkan dengan pembagian manfaat kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan terhadap keberhasilan atau kegagalan dari kegitan bisnis yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara seimbang dan adil atau sepadan. Manfaat yang
64
diraih harus didistribusikan sesuai dengan peraturan atau kesepakatan yang adil dan seimbang. 82 Sedangkan dalam pemotongan berat timbangan pihak tengkulak tidak memperhatikan apakah antara dirinya dengan penjual sama-sama mendapatkan manfaat yang seimbang atau tidak, pihak tengkulak juga memotong berat timbangan tanpa meminta kesepakatan dari pihak penjual sehinga antara kedua belah tidak mendapakan manfaat atau keuntungan yang seimbang. 13.
Ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis tentang kebebasan
kehendak Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif atau orang lain. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan bagi seseorang untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tidak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem sosial yang ada. Bahwa pemotongan berat timbangan oleh pedagang (tengkulak) juga tidak sesuai dengan prinsip kehendak bebas karena meskipun
82
Muslich, Etika Bisnis Islam, 31-32.
65
seseorang bebas berkehendak tetapi tetap tidak boleh merugikan orang lain. Dan dalam penimbangan berat gabah di atas jelas merugikan penjual karena tidak akurat dalam memotong berat timbangan yaitu pihak tengkulak memotong jumlah timbangan tanpa meminta kesepakatan dari pihak penjual. Selain itu pedagang dalam menimbang gabah tidak sesuai dengan berat aslinya, mereka secara diam-diam mengurangi berat timbangan. 14. Ditinjau Dari Prinsip Tanggung Jawab Manusia memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Ini berati bahwa manusia (yang bebas) harus sensitif terhadap lingkungannya. Dia juga harus peka terhadap konsekuensi dari pelaksanaan hak-haknya sendiri, bahkan jika bahaya mengancam masyarakat baik karena tindakannya sendiri ataupun tidakan orang lain, dia harus bertindak secara poitif. 83 Bahwa pemotongan berat timbanga di Desa Gandukepuh seprti yang dijelaskan dalam bab III tidak sesuai dengan prinsi tanggung jawab, karena pihak tengkulak tidak bertanggung jawab atas kerugian penjual, pihak tengkulak hanya mementingkan keuntungannya sendiri ia tidak merasa bahwa ada orang lain (penjual) ada yang merasa dirugikan seperti Ibu Mini,
beliau tidak mau mengambil resiko karena hal itu sudah
menjadi kebiasaan, dia tidak ingin hubungan baik yang terjalin selama ini menjadi renggang hanya gara-gara mempersalahkan karung yang tidak
83
Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 48.
66
begitu berharga sehingga ia tidak mau mengatakan kepada Ibu Fatimah bahwa dirinya merasa dirugikan. 15. Ditinjau dari prinsip Kebajikan Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun. Pemotonga berat timbangan seperti yang telah dijelaska dalam Bab III tidak sesuai dengan prinsip kebajikan, karena pihak tengkulak memotong gabah tersebut tidak sewajarnya ia memotong lebih dari 0,5 atau lebih dan tanpa meminta kesepakatan penjual sehingga kebajika atau kebaikan terhadap orang lain tidak ada, akan tetapi malah merugikan orang lain. 16. Ditinjau dari larangan terhadap kecurangan dalam takaran dan timbangan Praktik kecurangan dalam mengurangi timbangan dan takaran sangat diancam Allah sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur‟an surat alMuthafiffin. Praktik kecurangan dengan mengurangi timbangan dan takaran semacam ini hakikatnya suatu tindakan yang telah merampas hak orang lain dalam bentuk penipuan atas ketidak akuratan timbangan dan takaran. Oleh karena itu, praktik perdagangan semacam ini sangat dilarang dalam al-Qur‟an.84
84
Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 60.
67
Bahwa pemotongan berat timbangan seperti yang dijelaskan pada Bab III bahwa pedagang dalam melakukan pemotongan berat timbangan ini dilakukan secara sepihak yaitu hanya pihak tengkulak, penjual tidak bisa menawar mengenai pemotongan berat timbangan gabah. Jadi pihak tengkulak disini adalah seakan-akan raja mereka bebas menentukan potongan berat timbangan tanpa meminta kesepakatan pihak penjual. Ditinjau dari larangan terhadap kecurangan dalam takaran dan timbangan maka hal ini tidak sesuai, karena didalam etika bisnis Islam mengurangi berat takaran dan timbangan dilarang. Karena dengan mengurangi timbangan tersebut berati akan merugikan pihak lain.
68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan bab-bab yang telah dibahas sebelumya dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian harga gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tanpa melihat
kualitasnya bertentanggan dengan
prinsip etika bisnis Islam. Karena ketika gabah tersebut berkualitas baik dan diberi harga rendah maka pihak penjual akan mengalami kerugian, dan sebaliknya ketika kualitas gabah tersebut buruk dan diberikan harga sama dengan yang kualitasnya baik maka pihak tengkulak akan mengalami kerugian. Hal ini jelas bertentangan dengan etika bisnis Islam karena merugikan salah satu pihak. 2. Pemotongan berat timbangan oleh pihak tengkulak bertentangan dengan etika bisnis Islam karena dalam melakukan pemotongan berat timbangan dilakukan secara sepihak. Dan alasan pihak tengkulak melakukan pemotongan berat timbangan adalah berat karung (sak) dan untuk mencari untung banyak. Hal ini jelas tidak sesuai karena beratnya karung (sak) itu tidak mungkin mencapai 0,5 kg dan mencari keuntungan itu tidak sewajarnya saja. Dan pihak tengkulak yang menimbang gabah yang tidak sesuai dengan berat aslinya, hal ini jelas termasuk memakan harta orang lain dan dalam etika bisnis Islam itu sangat dilarang.
69
B. Saran 1. Bagi para pihak tengkulak harus teliti dalam menimbang sehingga tidak merugikan orang lain, begitu juga dalam melakukan pemotongan sebaiknya dilakukan tawar-menawar supaya bisa tercipta keadilan antara penjual dengan pembeli. Dan jika ingin mendapatkan keuntungan, akan lebih baik jika melihat kualitas barang dan juga memberikan harga sesuai dengan harga pasaran. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. 2. Bagi pihak penjual sebaiknya harus berhati-hati apabila melakukan transaksi karena pada zaman modern ini bayak pihak-pihak tengkulak yang curang demi mendapatkan keuntungan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dan Priansa, Donni Juni.Manajemen Bisnis Syariah.Bandung: Alfabeta, 2009. Badroen,Faisal. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang. Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Islam. Malang: UII Malang Press, 2008. Efendi, Masri Singarimbun dan Sofyan, Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3IES, 1982. Faisal, Sanapiah. Format- format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994. Fatimatuz, Zahro.Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Gabah Yang Ditangguhkan Di Desa Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.
Skripsi:STAIN Ponorogo, 2014. Haqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Hermawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Hidayat, Muhammad. An Introduction The Sharia Economic. Jakarta: Zikrul Hakim, 2010. Jusmaliani. dkk. Bisnis Berbasis Syariah.Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
71
Muhammad. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. -----------Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan, 2004. Muhammaddan Alimin. Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta, 2004.
Muhammad, R. Lukman Fauroni. Visi Al Qur‟an Tentang Etika Bisnis. Jakarta: Salemba Diniyah, 2002. Muslich, Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: EKONISIA, 2010. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.
Siagiaan,Sondang.Etika
Bisnis. Jakarta: Pustaka Binamanpressindo, 1996.
Shonhaji, Abdullah .Terj.Sunan Ibnu Majah vol.III. Semarang: Asy-Syifa‟, 1993. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta, 2005. Sutrisno,Bambang Eko Etika Bisnis. Bandung: Mandar Maju, 2007. Suwandi, dan Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Usman, Suparman.Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia . Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
72
Rivai, Veithal dan Usman, Antoni Nizar. Islamics And financeEkonomi dan Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2012. ---------Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an Dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan Dan Ekonomi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Zuhri, Moh.Terj. Sunan At Tirmidzi Vol.I.Semarang: As-Syifa‟, 1992.