ABSTRAKSI Siti Latifah, Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor, Jurusan Kependidikan Islam program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2011. Mendapatkan pendidikan yang berkualitas merupakan hak setiap anak, akan tetapi dalam mencapai harapan itu orang tualah yang menentukan pilihan. Karena untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sekarang ini bukanlah barang murah, orang tua harus mengeluarkan biaya pendidikan yang cukup besar untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Karena tidak sedikit sekolah yang memiliki kualitas pendidikannya baik menetapkan biaya pendidikan yang mahal. Oleh karena itu hal ini sangat mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan yang ada di SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor. Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu berusaha untuk menyajikan fakta-fakta atau kenyataan yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dengan cara menanyakan langsung ke beberapa orang tua siswa SD Islam Terpadu Nida El-Adabi dilengkapi pula dengan penjelasan dari pihak sekolah. Kemudian hasil penelitian disajikan dengan cara analisis kualitatif, untuk mengolah data yang diperoleh dari wawancara orang tua siswa dengan hasil wawancara pihak sekolah yang disertai dengan bukti dokumentasi. Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh hasil bahwa berdasarkan persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi yaitu cukup baik. Hal itu dinyatakan oleh beberapa orang tua siswa bahwa kualitas input, proses dan output SD Islam Terpadu Nida El-Adabi sudah cukup baik dan memuaskan. Meskipun diakui masih adanya kekurangan yang dirasakan siswa atau orang tua siswa khususnya sarana penunjang kegiatan belajar di kelas. Kesimpulannya persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor sudah cukup baik. Saran yang disampaikan orang tua dan digunakan dalam skripsi ini yaitu pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Keyword: Persepsi, Kualitas dan Pendidikan
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN SD ISLAM TERPADU NIDA EL-ADABI PARUNGPANJANG BOGOR
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Siti Latifah 106018200786
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN SD ISLAM TERPADU NIDA EL-ADABI PARUNGPANJANG BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Siti Latifah 106018200786
dibawah bimbingan
Drs.H. Mudjahid Ak, M.Sc NIP 19470714 196510 1 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/ 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul “Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor,” telah diujikan pada sidang munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada hari kamis, tanggal 05 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) program strata satu (S1) pada jurusan KI-Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 05 Mei 2011 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan KI-MP)
Tanggal
Ketua Rusdy Zakaria.M.Ed, M.Phil NIP.19560530 198503 1 002 Sekretaris Drs.H. Mua’rif SAM, M.Pd NIP. 19650717 199403 1 005 Penguji I Prof.Dr.Abudin Nata, MA NIP. 19540802 198503 1 002 Penguji II Fauzan, MA NIP. 19761107 200701 1 013 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof.Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
Tanda Tangan
ABSTRAKSI Siti Latifah, Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor, Jurusan Kependidikan Islam program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2011. Mendapatkan pendidikan yang berkualitas merupakan hak setiap anak, akan tetapi dalam mencapai harapan itu orang tualah yang menentukan pilihan. Karena untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sekarang ini bukanlah barang murah, orang tua harus mengeluarkan biaya pendidikan yang cukup besar untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Karena tidak sedikit sekolah yang memiliki kualitas pendidikannya baik menetapkan biaya pendidikan yang mahal. Oleh karena itu hal ini sangat mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan yang ada di SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor. Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu berusaha untuk menyajikan fakta-fakta atau kenyataan yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dengan cara menanyakan langsung ke beberapa orang tua siswa SD Islam Terpadu Nida El-Adabi dilengkapi pula dengan penjelasan dari pihak sekolah. Kemudian hasil penelitian disajikan dengan cara analisis kualitatif, untuk mengolah data yang diperoleh dari wawancara orang tua siswa dengan hasil wawancara pihak sekolah yang disertai dengan bukti dokumentasi. Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh hasil bahwa berdasarkan persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi yaitu cukup baik. Hal itu dinyatakan oleh beberapa orang tua siswa bahwa kualitas input, proses dan output SD Islam Terpadu Nida El-Adabi sudah cukup baik dan memuaskan. Meskipun diakui masih adanya kekurangan yang dirasakan siswa atau orang tua siswa khususnya sarana penunjang kegiatan belajar di kelas. Kesimpulannya persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor sudah cukup baik. Saran yang disampaikan orang tua dan digunakan dalam skripsi ini yaitu pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Keyword: Persepsi, Kualitas dan Pendidikan
i
Kata Pengantar Alhamdulillahirobbil „Alamiin, atas rahmat yang tidak terhingga, atas segala nikmat yang telah diberikan dengan tiada hentinya, dan atas izin-Nya untuk meneguk
segala
kenikmatan,
dan
atas
izin-Nya
pula
akhirnya
dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan kecerahan bagi kehidupan manusia. Rasa terima kasih yang tidak terhingga dan yang mendalam penulis haturkan atas bantuan, bimbingan, serta dorongan kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Prof.Dr. Dede Rosyada, MA. 2. Ketua jurusan Kependidikan Islam sekaligus dosen pembimbing akademik kami Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phil, serta ketua prodi Manajemen Pendidikan Bapak Drs. Mua‟rif SAM, M.Pd. 3. Bapak Drs. Mudjahid AK, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 4. Untuk kedua orang tua ku mama dan abah,yang tidak putus-putusnya mendo‟akan ananda, memberikan dukungan baik moril maupun materiil untuk lebih maju dan berkarya lagi. 5. Terkhusus untuk my old sister “teh Eroh” terima kasih atas segala dukungannya terutama dukungan
baik sarana bagi penulis maupun
materiil yang tidak bisa di jumlah berapa banyaknya. Dan umumnya untuk seluruh keluarga dan saudara-saudaraku terimakasih atas do‟anya. 6. Untuk kepala sekolah, TU, Dewan guru dan para orang tua SDIT NIDA EL-ADABI terima kasih atas sambutan positifnya kepada penulis, bantuan dan partisipasinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 7. Teruntuk my soulheart thanks for u’r spirit yang penuh keikhlasan sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
ii
8. Untuk seluruh rekan-rekan KIMP angkatan 2006 semoga kesolidan kita dalam berteman dapat terus terjalin dan semangat terus dalam menggapai mimpi, get our dreams! 9. Untuk sahabat-sahabat ku “VV, Reta, Uly, I‟ah” terima kasih atas semangat yang kalian berikan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.Amiiiin 10. Untuk photo copy “Diaz” pesanggrahan terima kasih banyak atas pelayanannya semoga usaha kalian dapat terus maju. Amiiiin 11. Untuk teman-teman ku di ikatan remaja mesjid Al-Makmur terima kasih atas dukungan dan do‟anya. Hanya Allah AWT yang mampu membalas budi baik saudara semua.
Jakarta 04 April 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI ABSTRAKSI......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
4
1. Identifikasi Masalah ........................................................
4
2. Pembatasan Masalah .......................................................
4
3. Perumusan Masalah ........................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
5
D. Sistematika Penelitian ...........................................................
5
PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN YANG BERMUTU A. Persepsi .................................................................................
7
1. Pengertian Persepsi .........................................................
7
2. Faktor-faktor Persepsi ..................................................... 10 B. Kualitas Pendidikan .............................................................. 12 1. Pengertian Kualitas Pendidikan ...................................... 12 2. Dasar-dasar Program Mutu/Kualitas Pendidikan ............ 16 3. Prinsip-prinsip Kualitas/Mutu Pendidikan ...................... 17 4. Faktor-faktor Kualitas/Mutu Pendidikan ........................ 20 5. Ciri-ciri Sekolah Dasar yang Berkualitas ........................ 23 6. Upaya peningkatan Pendidikan ....................................... 27
iv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ................................................................ 38 B. Metode Penelitian, Jenis Data, dan Penentuan Sumber Data 39 C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 39 D. Teknik Analisis Data ............................................................. 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Nida El-Adabi ................................ 43 B. Persepsi Orang Tua tentang Kualitas Pendidikan ................. 48
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 64 B. Saran-saran ............................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel 1:
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang
kualitas Tabel 2:
Jadwal penelitian
Tabel 3:
Kisi-kisi wawancara
Tabel 4:
Keadaan sarana dan prasarana
Tabel 5:
Keadaan guru
Tabel 6:
Keadaan siswa
Tabel 7:
Peralatan sekolah
Tabel 8:
Keadaan staf dan karyawan
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Peta komponen pendidikan sebagai system ...................................... 21 Gambar 2: Struktur Organisasi
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1:
Hasil Wawancara orang tua siswa
Lampiran 2:
Hasil wawancara kepala sekolah
Lampiran 3:
Hasil wawancara guru
Lamipran 4:
Hasil wawancara kepala Tata usaha
Lampiran 5:
Keadaan sarana dan Prasarana
Lampiran 6:
Keadaan guru
Lampiran 7:
Keadaan staf dan karyawan
Lampiran 8:
Keadaan siswa
Lampiran 9:
Keadaan peralatan sekolah
Lampiran 10: Tata tertib sekolah Lamipran 11: Drap RAPBS Lampiran 12: Struktur Organisasi Lampiran 13: Struktur Kurikulum Lampiran 14: Prestasi Sekolah Lampiran 16: Laporan Dana BOS
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dan penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu negara. Hal itu terlihat dari usaha pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang ke depannya diharapkan muncul generasigenerasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan dalam tujuan dan fungsi pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 No.20 tahun 2003 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.1
1
Undang-undang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaan 2000-2004, (Jakarta: Tamita Utama, 2004), h. 7
1
2
Tujuan dari undang-undang pendidikan diatas sejalan dengan hadist Nabi Muhammad saw yang menggambarkan variasi muatan materi bidang pendidikan dibawah ini dapat diberi makna sebagai pengakuan Islam terhadap adanya variasi keragaman potensi yang dimiliki peserta didik :
“Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi nama baik mendidik sopan santun serta mengeajari menulis, berenang, memanah, member makan dengan baik dan mengkawinkannya jika anak telah mencapai dewasa.”2 Hakikat pendidikan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Ilmu Teoritis dan Praktis” berpendapat bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak untuk memimpin perkembangan rohaniyah ke arah kedewasaan.3 Selanjutnya dalam buku Pengantar Dasar-dasar Pendidikan pengertian pendidikan
adalah
aktivitas
dan
usaha
manusia
untuk
meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan).4 Dari dua definisi yang dikatakan oleh para ahli pendidikan tersebut, maka jalan yang terbaik dalam mencapai kedewasaan anak adalah dengan melakukan proses pendidikan baik di lembaga formal, non formal maupun informal. Meskipun pada dasarnya masyarakat lebih mempercayakan proses pendidikan tersebut ke lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. 2
H. Ahmad Syar’i, M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, 2001, pustaka Firdaus, Jakarta. Cet-2. H. 47 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosydakarya, 1985), Edisi ke-1, h. 11 4 Tim Dosen FIP- IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), cet. Ke-3, h. 7 3
3
Kebutuhan masyarakat akan suatu pendidikan baik formal, informal maupun non formal akan semakin meningkat, karena untuk sekarang ini tidak hanya sekedar kemampuan saja yang dapat diandalkan akan tetapi dari segi akademik pun menjadi pertimbangan. Pendidikan sekarang ini menjadi tema pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan di tengah masyarakat. Isu-isu pendidikan yang berkembang antara lain adalah mulai dari biaya pendidikan, kualitas pendidikan, evaluasi pendidikan, dan perubahan kurikulum, dll. Berangkat dari beberapa isu-isu di atas, ada beberapa hal menjadi dasar yang mempengaruhi pola pemikiran para orang tua dalam memasukkan anak-anak mereka ke dalam sebuah lembaga pendidikan yaitu sekolah. Banyak para orangtua di masyarakat mengupayakan anaknya untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak dan berkualitas, meskipun dengan berbagai konsekwensi yang harus dihadapi. Tidak sedikit para orang tua menyekolahkkan anaknya ke sebuah lembaga pendidikan bermutu tinggi, akan tetapi mereka harus mengeluarkan biaya pendidikan yang mahal. Tidak sedikit pula para orang tua menyekolahkan anak mereka ke lembaga yang pendidikan biasa-biasa saja dengan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikan anak mereka, asalkan anak mereka dapat memperoleh pendidikan formal yang layak. Kedua kenyataan di atas merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri, karena semua itu merupakan pilihan para orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka, agar anak-anak mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas sangat belandaskan pula dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan bahwa masa anak-anak mereka akan berbeda dengan orang tuanya.
4
“ajarilah anak-anakmu sekalian karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk masanya bukan di masamu (orang tua)”.5 Begitupun fenomena yang terjadi di tengah masyarakat khususnya yang ada di desa Kabasiran Parungpanjang Bogor. Banyak Sekolah Dasar bermunculan yang melakukan berbagai penawaran dalam rangka untuk menarik perhatian para orang tua. Ada sekolah yang menawarkan biaya pendidikan yang terjangkau bahkan sampai dengan menggratiskan uang pangkal sekolah. Adapula sekolah yang lebih mengutamakan kualitas pendidikan baik intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler, meskipun dengan pembelajaran yang relativ mahal dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya. Semua itu dilakukan untuk menarik perhatian para orang tua yang ingin anak mereka mendapatkan pendidikan layak untuk bekalnya kemudian. Jika melihat kondisi ekonomi sekarang di desa Kabasiran, secara tidak langsung layaknya para orang tua akan memilih sekolah yang biaya pendidikannya terjangkau. Kualitas pendidikan menjadi prioritas yang kedua dalam pertimbangan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Bagi sekolah yang menawarkan pendidikan berkualitas tetapi mahal mungkin akan kalah dalam persaingan ini. Akan tetapi lain halnya dengan kondisi yang dialami oleh SDIT Nida ElAdabi, meskipun sekolah ini baru beberapa tahun berdiri dan baru meluluskan 2 angkatan. Akan tetapi sekolah ini sudah memiliki nama di mata masyarakat desa Kabasiran khususnya dan masyarakat Parungpanjang umumnya. Salah satu contohnya saja dari segi prestasi yang pernah diraih yaitu menjuarai lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten dan bahkan menjadi perwakilan Kabupaten ke tingkat Provinsi.6
55 6
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam … h. 48 Dokumentasi prestasi SDIT Nida El-Adabi
5
SD Islam Terpadu Nida El-Adabi merupakan salah satu sekolah yang menetapkan biaya pendidikan yang relativ tinggi jika dibadingkan dengan SD-SD umum lainnya. Akan tetapi sekolah ini tidak kalah bersaing dengan sekolahsekolah umum lainnya yang biayanya lebih rendah dari SD Islam Terpadu NidaEl-Adabi. Hal ini akan menjadi sesuatu yang berbeda mengingat latar belakang pendapatan masyarakat khususnya Kecamatan Parungpanjang, yakni menengah kebawah. Akan tetapi mereka tidak ragu untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah ini. Tidak lain semua ini adalah merupakan usaha dari SD Islam Terpadu Nida El-Adabi dalam memasarkan produknya kepada masyarakat Parungpanjag, sehingga masyarakat merasa yakin untuk menyekolahkan anaknya di SD Islam Terpadu Nida El-Adabi. Hal ini karena masyarakat sudah menganggap pendidikan sebagai nilai investasi masa depan, sehingga membuat masyarakat desa Kabasiran lebih menjadi lebih cerdas. Sejauh ini masih saja ada orang tua siswa yang merasa kurang dengan hasil yang diperoleh anaka mereka dibandingkan dengan apa yang sudah dikeluarkan. Akan tetapi banyak masyarakat luar (bukan orang tua siswa) yang menganggap kualitas pendidikan yang ada di SDIT Nida El-Adabi sudah baik. Berarti ada ketidak seimbangan persepsi antara orang tua siswa dengan masyarakat luar. Dari latar belakang dan kenyataan yang terjadi dimasyarakat maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor”.
B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana Strategi pemasaran yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi. 2. Bagaimana persepsi orangtua terhadap kualitas pendidikan yang ada di SDIT Nida El-Adabi . 3. Apakah biaya pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas pendidikan di SDIT Nida El-Adabi .
6
4. Apakah latar belakang ekonomi orang tua siswa dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi.
C. Pembatasan Masalah Agar tidak meluasnya pembahasan maka berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis akan membatasi masalah pada persepsi orang tua terhadap kualitas pendidikan dengan latar belakang ekonomi orang tua siswa SDIT Nida ElAdabi Parungpanjang- Bogor. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana persepsi orang tua terhadap kualitas pendidikan di SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang - Bogor. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nida El-Adabi ParungpanjangBogor. Adapun hasil penelitian tentang persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SDIT Nida El-Adabi ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat kegunaan antara lain: 1. Penelitian ini diharapkan dapatkan memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, dan menjadi masukkan orang tua khususnya mengenai kualitas pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Desa Kabasiran serta menjadi bahan masukkan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan hasil penelitian lain. 2. Untuk masyarakat, sebagai bahan masukkan dan acuan dalam menentukan sekolah yang tepat untuk anaknya, sehingga dapat memenuhi harapan yang ingin dicapai.
7
D. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini penulis susun dalam bentuk lima bab dan tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab pembahasan dengan sistematika penulisan: Bab I
Pendahuluan, yang didalamnya meliputi latar belakang masalah, identifikasi
masalah,
pembatasan
masalah,
perumusan
masalah,
manafaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Persepsi Tentang Pendidikan Yang Berkualitas, yang didalamnya membahas
tentang
pengertian
Persepsi,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persepsi, pengertian kualitas pendidikan, dasar-dasar program kualitas/mutu pendidikan, factor-faktor yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan. ciri-ciri sekolah yang berkualitas/bermutu, upaya dalam meningkatkan kualitas/mutu pendidikan. Bab III Metodologi Penelitian yang didalamnya meliputi, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian jenis data dan penentuan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian, pada bab ini akan membahas tentang gambaran tentang profil SDIT Nida El-Adabi, dan persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan yang ada di SDIT Nida El-Adabi. Bab V
Penutup, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang terkait.
BAB II PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Dalam kamus lengkap Psikologi “persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”.1 Menurut Irwanto, dkk, dalam bukunya Psikologi Umum, bahwa “persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak”.2 Sementara itu Kata “persepsi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.”3
1
James P. Chaplin, kamus lengkap Psikologi (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2006), Ed. I hal. 358
2
Irwanto, dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 37
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 675
8
9
Sedangkan Menurut Bimo Walgito bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.4 Selanjutnya Sarlito W. Sarwono, “persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.”5 Lebih jauh Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”6 Alisuf Sabri, dalam bukunya Psikologi umum dan Perkembangan, bahwa “persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objektif dengan menggunakan alat-alat indera.”7 Sedangkan menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab dalam bukunya Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam ”persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8 Selanjutnya Rita L. Atkinson, dkk mengartikan persepsi dalam bukunya Pengantar Psikologi (yang tela diterjemahkan) adalah “bagaimana kita
4
Bimo Walgito, Pengantar Psikolgi Umum, (Yogyakarta:ANDI, 2004), Ed. Ke-4, h. 8788
5
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), cet. ke-7, h. 39
6
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), ed. Revisi, cet. ke-2, h. 51
7
M. Alisuf Sabri, Psikologi umum dan Perkembangan, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h.45
8
Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar:Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Prenada Media,2004), cet.I, h,88-89
10
mengintegrasikan sensasi ke dalam percept itu untuk mengenali dunia (percept adalah hasil dari proses perceptual.”9 Kemudian menurut Abrahah H. maslow dalam bukunya Motivation and Personality menerjemahkan persepsi sebagai berikut: “stereotyping is a concept that can apply not only to the social psychology of prejudice, but also to the basic process of perceiving, perceiving may be something other than the absorption or registration of the intrinsic nature of the real event. It is more often classifying, ticketing, or labeling of the experience rather than an examination of it, and ought therefore to be called by a name other than true perceiving.”10 Persepsi juga sesungguhnya telah dijelaskan dalam Al-qur’an , dalam bahasa Al-Qur’an beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan. Dalam QS. Al-mukminun ayat 12-14 disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan.
12 13 14 Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan. Beberapa ayat lain juga mengungkapkan hal yang sama, antara lain:11
9
Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, (Interaksara) ed.I, jil. I, h. 276-277
10
Abrahahm H. Maslow, Motivation and Personality, (New york:Longman, 1970), third edition, h. 198
11
Saleh dan Wahab, Psikologi suatu pengantar:Dalam perspektif Islam…, h.126
11
1. Persepsi penginderaan fisik/non fisik (Fushilat:53)
53 2. Isytiflaf, pengetahuan peristiwa yang berada jauh dari jangkauan (QS. Yusuf:94)
94 3. Kasyf Dari beberapa definisi tentang persepsi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses penerimaan tanggapan yang dilakukan oleh beberapa fungsi penginderaan manusia (mata dan telinga) sehingga dari proses tersebut dapat berfungsi sebagai jalan untuk mengenali suatu objek.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sementara itu menurut Bimo Walgito, Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi sebagai berikut:12 1. Objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima 12
Bimo Walgito, Pengantar Umum Psikologi, … h. 89-90
12
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran . sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. 3. Perhatian, untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Selain itu menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi, antara lain:13 a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterima, untuk itu individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. c. Nilai dan kebutuhan individu Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya. d. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman
terdahulu
sangat
mempengaruhi
bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya. Dalam ruang lingkup pembahasan ini tentang persepsi terhadap kualitas pendidikan, berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggan berdasarkan waktu sebelum, pada saat, dan sesudah membeli suatu produk, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1
13
Shaleh dan Wahab, Psikologi suatu pengantar:Dalam perspektif Islam …, h.118-119
13
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang kualitas14 Tabel 1 Sebelum membeli produk
Saat membeli produk
Sesudah membeli produk
Image (citra) dan nama merek Spesifikasi perusahaan performansi/kinerja Pengalaman sebelumnya
Komentar produk
dari
Kemudahan instalasi dan penggunaan penjualan Penanganan, perbaikan, pengaduan, jaminan.
Opini dari teman Kondisi atau persyaratan Reputasi took atau tempat jaminan penjualan Kebijaksanaan perbaikan dan Publikasi hasil-hasil pengujian pelayanan produk Program-program pendukung Harga (untuk performansi) yang diiklankan Harga (untuk performansi) yang ditetapkan
Ketersediaan suku cadang (spare part) Efektifitas pelayanan purnajual Keandalan produk Performansi komparatif
Jika dianalogikan tabel diatas dalam dunia pendidikan, bahwasanya faktor yang mempengaruhi persepsi pelanggan (orang tua) tentang memandang kualitas suatu adalah dikategorikan ke dalam tiga aspek ini yaitu faktor sebelum membeli, biasanya orang tua akan mencari sekolah yang memang pencitraan namanya baik, sebelumnya sudah merasakan hasil dari pembelajaran, masukan dari orang lain, tempat atau fasilitas sekolah tersebut, transparan dalam hal prestasi siswanya kepada masyarakat dan tentunya biaya yang akan ditawarkan. Kemudian
faktor
yang
mempengaruhi
kedua
yaitu
pada
saat
menggunakan jasa pendidikan biasanya para orang tua akan mempersepsikan kualitas suatu pendidikan yaitu dengan melihat kinerja para tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan, keluhan selama dalam kegiatan belajar mengajar, keadaan sesungguhnya di lapangan, tanggap terhadap kesalahan dan langsung 14
Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Manajemen, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2005), ed. Ke-2, h.51
14
memperbaikinya, program kegiatan yang mendukung siswa, dan konsisten dalam pembiayaan. Dalam faktor yang terakhir yaitu ketika sudah menggunakan jasa pendidkan sekolah, orang tua akan menilai suatu sekolah berkualitas ketika harapan yang diinginkan sesuai dengan tujuan, menerima masukan dari masyarakat, menunjukkan performan melalui prestasi siswa dan tentunya diterima di masyarakat.
B. KUALITAS PENDIDIKAN 1. Pengertian Kualitas Pendidikan Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kualitas/mutu berarti ukuran baik buruknya suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya).15 Selanjutnya kata mutu dalam buku Sudarwan Danim, mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa.16Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat.17 Dalam bukunya Dorothe Wahyu Ariani, mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu mempunyai nilai subyektifitas yang tinggi antara satu konsumen dengan konsumen lain atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mutu produk atau jasa itu akan dapat diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan (custumer satisfaction).18 15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, … h. 467
16
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju Organisasi Sekolah Efektif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet.3, h. 53
17
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan, 2007, (Yogyakarta:Pustaka Belajar), cet.4, hal. 75
18
Dorothe Wahyu Ariani, Manajemen Kualitas, (Yogyakarta: Andi Offset), cet. 1, h. 6
15
Ditambahkan kembali dalam bukunya M. Nur Nasution: 2005 tentang Manajemen Mutu terpadu mengartikan mutu ke dalam beberapa elemen sebagai berikut:19 a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan c. Kualitas merupakan saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan maupun keluaran (hasilnya). Artinya mutu pendidikan mengacu pada input (siswa, tenaga pendidik, pembiayaan, kebijakan progarm) yang kemudian diproses dalam kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan output yang baik. Kualitas atau mutu pada umumnya adalah gambaran dan karakteristik menyuluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolute dan relativ (Edward dan Sallis, 1993). Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tinggi atau sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan, dalam konsep relativ, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sesuai dengan tujuan (fit for their purpose). Edwad dan Sallis (1993) dalam Nurkolis, mengemukakan kualitas dalam konsep relativ berhubungan dengan produsen, maka kualitas berarti sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pelanggan. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam konsep relativ, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan. pelanggan
19
M. Nur Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Managemen), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Ed. II, h. 3
16
pendidikan aa dua aspek, yaitu palanggan internal dan eksternal (Nurkholis, 1997). Pendidikan berkualitas apabila: a) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah) berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara lain mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitasnya. b) Pelanggan eksternal: 1. Eksternal primer (para siswa): menjadi pembelajaran sepanjang hayat, komunikator yang baik dalam bahasa nasional maupun internasional, punya keterampilan teknologi untuk lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari, integritas pribadi, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, menjadi warga Negara yang bertanggungjawab (Phillip Hallinger, 1998, dalam Nurkholis). Para siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan hidupnya. 2. Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintah dan perusahaan); para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua, pemerintah dan pemimpin perusahaan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerjaan yang diberikan. 3. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas); para lulusan memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Berbicara mengenai pelanggan ada beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan, yaitu sebagai berikut.
Pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi
Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting, yaitu pelanggan yang membeli berkali-kali.
Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan perbaikan terus-menerus.
17
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa suatu lembaga dapat dikatakan bermutu
apabila
lembaga
tersebut
mampu
memenuhi
harapan-harapan
pelanggannya. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam kategori pelanggan khususnya lembaga pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh greenwood sebagai berikut:20
1. Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran. 2. Orang tua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak langsung untuk biaya pendidikan anak-anaknya. 3. Pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa melanjutkan studi. 4. Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil, memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai dengan kebutuhan. 5. Negara yang memerlukan pegawai terdidik dengan baik. Seperti dikutif dalam bukunya Abdul Rahman Shaleh (2006:250) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak merata adalah peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini pada umunya lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas).21 2. Dasar-Dasar Program Mutu Pendidikan Dasar-dasar program Mutu Pendidikan antara lain: 1. Komitmen pada perubahan, pemeimpin atau kelompok yang ingin menerapkan program mutu harus memiliki komitmen atau tekad untuk berubah. 2. Pemahaman yang jelas tentang kondis yang ada, banyak kegagalan dalam melaksanakan perubahan karena melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu jelas. 20
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan…, h. 270
21
Abdul Rachaman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan anak Bangsa, …h. 249
18
3. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan, hendaknya perubahan yang akan dilakukan berdasarkan visi tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah, dan peluang yang akan dihadapi pada masa yang akan datang . 4. Mempunyai rencana yang jelas, mengacu pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas. Rencana menjadi pegangan dalam proses pelaksanaan program mutu.22
3. Prinsip-Prinsip Mutu/Kualitas Di bawah ini 14 perkara yang menggambarkan apa yang dibutuhkan sebuah kegiatan bisnis untuk mengembangkan budaya mutu yang dikembangkan oleh Dr. W. Edward Deming, antara lain: 23 1. Menciptakan konsistensi tujuan. Menciptakan konsistensi tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa, dimaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia. 2. Mengadopsi mutu total. Pendidikan berada dalam lingkungan yang benarbenar kompetitif dan hal tersebut dipandang sebagai salah satu alasan mengapa Amerika kalah dalam kompetitifnya. 3. Mengurangi kebutuhan pengujian. Mengurangi kebutuhan pengujian dan inpeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan membangun mutu dalam layanan pendidikan. 4. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Nilailah bisnis sekolah dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah sebagai pemasok
siswa
dan
kelas
satu
sampai
kelas-kelas
selanjutnya.
Bekerjasama dengan para orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian sistem. 22
Nana Syaodih Sukamadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:konsep,prinsip, dan instrumen, (Bandung: Refika Aditama, 2006), cet. Ke-6, h. 8-9
23
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan…hal. 85-89
19
5. Memperbaiki
mutu
dan
produktivitas
serta
mengurangi
biaya.
Memperbaiki mutu dan produktivitas, sehingga mengurangi biaya, dengan melembagakan proses “rencanakan/periksa/ubah”. 6. Belajar sepanjang hayat. Mutu diawali dan diakhiri dengan latihan. Bila anda mengharapkan orang mengubah cara bekerja mereka, anda mesti memberi mereka perangkat yang diperlukan untuk mengubah proses kerja mereka. Pelatihan memberikan perangkat yang dibutuhkan untuk memperbaiki proses kerja. 7. Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk memberikan arahan. Para manajer dalam pendidikan mesti mengembangkan visi dan misi untuk wilayah, sekolah atau jurusannya. Visi dan misi harus diketahui dan didukung oleh para guru, staf, siswa, orang tua dan komunitas. 8. Mengeliminasi rasa takut. Lenyapkanlah bekerja karena dorongan rasa takut dari wilayah, sekolah atau jurusan, maka setiap orang akan bekerja secara efektif untuk perbaikan sekolah. 9. Mengeliminasi hambatan keberhasilan. Manajemen bertanggung jawab untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi orang mencapai keberhasilan dalam menjalankan pekerjaannya. 10. Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu jangan biarkan gerakan menjadi bergantung pada seseorang atau sekelompok orang. 11. Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna;karena itu, carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu. 12. Membantu siswa berhasil. Hilangkanlah rintangan yang merampok hak siswa, guru atau administrator untuk memiliki rasa bangga pada hasil karyanya. 13. Komitmen. Manajemen. Manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya
mutu.
Manajemen
mesti
berkemauan
untuk
mendukung
memperkenalkan cara baru dalam mengerjakan sesuatu ke dalam sistem pendidikan.
20
14. Tanggung jawab. Biarkanlah setiap orang di sekolah untuk bekerja menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas setiap orang. Selanjutnya dalam buku Nana Syaodih tentang pengendalian Mutu, ada beberapa prinsip yag perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:24 a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional dalam bidang pendidikan. b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah ketidak mampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada. c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi. e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada perubahan. f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan keahlian dalam menyiapkan para siswa memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaianpenyesuaian dan penyempurnaan. h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. 24
Nana Syaodih Sukmadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:konsep,prinsip, dan instrumen, … h. 9-11
21
i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan programprogram singkat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Dalam bukunya prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk tentang pengendalian mutu pendidikan bahwa: Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula,terjadi pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan professional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan kegiatan pendidikan, atau disebut sebagai mutu total atau “total quality”. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai suatu kualitas pendidikan tidak cukup dengan hanya satu atau dua komponen saja yang ditingkatakan kualitasnya akan tetapi peningkatan tersebut harus dilakukan secara keseluruhan, karena satu komponen pendidikan dengan komponen pendidikan yang lain saling berkaitan, sehingga jika ada dari salah satu komponen tersebut diabaikan maka akan berpengaruh terhadap hasil dari kualitas pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan mutu pendidikan secara sistemik dapat dilihat pada gambar berikut.25
25
Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah (Konsep, Prinsip, dan instrumen)… hal.7
22
Gambar 1 Peta komponen pendidikan sebagai sistem
Instrumental Input: Kebijakan pendidikan Program pendidikan kurikulum Personil;KS, Guru, Staf TU Sarana, fasilitas, media, biaya
Proses Pendidikan: RAW input (siswa):
- Pengajaran
- Intelek
- Pelatihan
- Fisik-kesehatan
- Pembimbingan
- Sosial-afektif - Peer grooup
- Evaluasi
Output (lulusan): - Pengetahuan - Kepribadian - performasi
- Ekstra kurikuler - pengelolaan
Environmental Input: - Lingkungan sekolah - Lingkungan keluarga - Masyarakat - Lembaga sosial, unit kerja
Dalam tataran input salah satu yang termasuk ke dalam bagian instrumental input adalah biaya atau pembiayaan pendidikan. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (disekolah). Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang
23
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang). Biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah (termasuk dari hibah dan pinjaman luar negeri), keluarga siswa (baik disalurkan melalui sekolah maupun dibelanjakan sendiri), dan masyarakat (selain keluarga siswa).26 Lebih lanjut mengenai sumber pendanaan pendidikan ini dijelaskan dalam UU SISDIKNAS pasal 47 ayat 2 yaitu pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.27 Dalam implikasi diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah, adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk mengelola dana sendiri. Sekolah diberi kewenangan untuk mencari dana dan menggunakannya dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. Strategi yang digunakan untuk mengatasi pembiayaan pendidikan dalam menyukseskan manajemen pendidikan berbasis sekolah, dapat dilakukan dengan meminta bantuan komite sekolah. Disamping komite sekolah, kepala sekolah melakukan pendekatan yang bersifat khusus kepada warga masyarakat yang memiliki kemampuan dalam memberikan dana. Walaupun pekerjaan mencari dana tidaklah mudah, namun beberapa sekolah dalam usahanya telah menerima bantuan dari masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Oleh karenanya, setiap sekolah sebaiknya melakukan pendekatan kepada warga masyarakat tertentu yang dianggap dapat memberikan bantuan terhadap sekolah. Bagaimanapun, dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
26
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h. 3 dan 26
27
Depdiknas, Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaanya 20002004, (Jakarta: Tamita Utama, 2004), h. 25
24
sekolah tidak bisa tidak harus mencari warga masyarakat yang mau memberikan bantuan.28
5. Ciri-ciri Sekolah Dasar yang berkualitas Merujuk pada pendapat Edward Sallis (1993), sekolah yang bermutu becirikan sebagai berikut.29 1. Sekolah berfokus pada pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal. Pada sekolah yang bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga akademik, dan pemimpin melakukan tugas pokok untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut Edward Sallis (1993) pelanggan jasa umumnya dan sekolah khususnya adalah semua pihak yang memerlukan, terlibat di dalam, dan berkepentingan terhadap jasa pendidikan itu. Pelanggan sekolah terdiri dari tiga komponen utama. Pertama, pelanggan primer, adalah siswa atau pihak-pihak yang menerima jasa pendidikan secara langsung. Kedua, pelanggan sekunder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap mutu jasa pendidikan. Seperti, orang tua siswa, instansi atau penyandang dana beasiswa, pemeritah yang menanggung biaya pendidikan yang bersangkutan, tenaga akademik dan tenaga administrasi sekolah. Selanjutnya ketiga, pelanggan tersier, adalah pelanggan yang terkait langsung dengan pelayanan jasa pendidikan, tetapi berkepentingan terhadap
mutu
jasa
layanan
kependidikan
itu
karena
mereka
memanfaatkan hasil jasa layanan. Seperti, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah.
28
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Ciputat, Quantum Teaching, 2006), cet. Ke-1, h. 115-119
29
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju Organisasi Sekolah Efektif…, h. 54-55
25
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal. 3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya 4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administrasi. 5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrument untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya. 6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. 7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya. 8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas. 9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kearah kerja secara vertikal dan horizontal. 10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas. 11. Sekolah memandang dan menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut. 12. Sekolah memandang kualitas sebagai jalan integral dari budaya kerja. 13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan. Selanjutnya dalam bukunya Abdul Rahman tentang Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, bahwa dalam manajemen peningkatan mutu pendidikan memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, maka sejumlah karakteristik berikut ini perlu dimiliki, yaitu karakteristik dari sekolah efektif (effektif school). Manajemen peningkatan mutu merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik berikut memuat secara
26
inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output. 30 Perangkat/karakteristik peningkatan mutu pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Input: kebijakan mutu dan harapan. Sumber daya (kesediaan masyarakat), berorientasi siswa, manajemen (pembagian tugas, tugas perencanaan, kendali mutu,dll). 2. Proses: pembelajaran yang berorientasi (learning to know, learning to do, learning, to be, learning to live together), kepemimpinan yang kuat/demokratis (kemampuan manajerial, kemampuan memobilisasi, memiliki otonomi luas), lingkungan (aman, nyaman, manusiawi), pengelolaan tenaga yang efektif (perencanaan, pengembangan, penilaian, imbalan jasa), memiliki budaya mutu (kerjasama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri, terbuka), tim kerja (kompak, cerdas, dinamis), partisipasi masyarakat tinggi, memiliki akuntanilitas (laporan prestasi, respon/tanggapan masyarakat). 3. Output: prestasi akademik (NEM, STTB, taraf serap, lomba karya ilmiah, lomba keagamaan), prestasi non akademik (olah raga, kerapian/ketertiban, kepramukaan,
kebersihan,
toleransi,
ketulusan,
kesenian,
disiplin,
kerajinan, solidaritas, silaturahmi, dll). Selanjutnya ditambahkan dalam buku MBS yang dibuat oleh Departemen Pendidikan bahwa karakteristik dari sekolah efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:31 1. Output yang diharapkan Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achivement) dan output prestasi non akademik (nonacademic achivement). 30
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa…hal. 252-254
31
Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta:Depdiknas, 2007), h. 16-25
27
2. Proses Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut: a. Proses Belajar Mengajar yang Efektifivitasnya Tinggi b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib d. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif e. Sekolah Meiliki Budaya Mutu f. Sekolah Meiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dn Dinamis g. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian) h. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat i. Sekolah memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen. j. Sekolah Memiliki Kemauan Untuk Berubah (psikologis dan pisik) k. Sekolah melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan l. Sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan m. Memiliki komunikasi yang baik n. Sekolah memiliki akuntabilitas o. Manajemen lingkungan hidup sekolah yang bagus p. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas 3. Input Pendidikan a. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas b. sumberdaya tersedia dan siap c. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi e. Fokus pada pelanggan (khususnya) f. Input manajemen
6. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Sekolah Dasar alangkah baiknya kita mengetahui indikator-indikator yang dapat memecahkan mutu pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
28
Secara kuantitatif, kinerja pendidikan nasional dapat diukur dari angka partisipasi terhadap pendidikan dengan fokus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada tingkat SD sebagai penggal pertama pendidikan dasar, angka partisipasi kasar (APK), yaitu ratio antara jumlah seluruh siswa dengan kelompok umur 7-12 tahun dilaporkan telah mencapai 110%; sedangkan angka partsipasi murni yaitu ratio antara jumlah siswa usia 7-12 tahun dengan kelompok umur 712 sebesar 95%. Angka ini menunjukkan bahwa secara nasioal wajib belajar pada tingkat SD hampir tuntas. Namun jumlah 5% anak –anak usia 7-12 tahun yang belum bersekolah terdiri atas anak-anak keluarga kurang beruntung (miskin, terpencil, cacat) yang jauh lebih sulit dibandingkan kelompok anak-anak yang saat ini telah berada di sekolah, meskipun jumlah 5% anak-anak yang belum terjangkau pendidikan kelihatannya kecil saja, akan tetapi sesungguhnya populasi mereka sekitar 1,2 juta orang. Meskipun lazimnya APK itulah yang menjadi ukuran (kuantitatif) keberasilan wajib belajar, khusus untuk tingkat SD, APM (Angka Partisipasi Murni) seharusnya digunakan sebagai indikator keberhasilan apabila program ini benar-benar ingin tuntas. Selain APM (Angka Partisipasi Murni) yang menjadi indikator yang bersifat kuantitatif, upaya penekanan angka putus sekolah dan tinggal kelas harus menjadi prioritas juga. Karena jika masalah yang satu itu tetap dibiarkan, maka hal itu secara langsung akan menghambat laju pendidikan untuk selanjutnya dan yang akan merugi adalah Negara sendiri. Jika dilihat dari segi mutu/kualitas, pendidikan SD di Indonesia umumnya masih bermutu rendah. Bila dilihat dari segi NEM (Nilai Ebtanas Murni) atau sekarang yang lebih dikenal dengan UASBN (Ulangan Akhir Sekolah Berstandar Nasional) sebagai salah satu indikator mutu yang sejauh ini paling tangible dan datanya tersedia, hanya sekitar 10% SD yang tergolong bermutu baik. Mutu juga menunjuk pada efisiensi eksternal, yaitu sejauh manakah hasil belajar siswa di sekolah relevan dengan tuntutan belajar pada jenjang pendidikan selanjutnya dan dengan kebutuhan hidupnya sebagai anggota masyarakat. Indikator-indikator kuantitatif yang dicatat menunjukkan bahwa APK meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya ruang belajar, jumlah guru, dan
29
fasilitas belajar lainnya. Usaha-usaha intensif yang dilakukan sejauh ini telah berhasil meningkatkan APK SLTP + SMP hingga mencapai 70%.32 Selanjutnya untuk mencapai mutu dalam pendidikan, berikut langkahlangkah yang perlu dilakukan sekolah dalam menjaga maupun meningkatkan kualitasnya (Sallis, 1993:48-49), antara lain:33 a. Rumuskan tujuan yang konstan untuk perbaikan dalam produk dan layanan. b. Gunakan filosofi baru! Sebuah sekolah tidak akan mampu berkompetisi jika terus menerima dan memaafkan keterlambatan, kesalahan, atau melahirkan hasil yang tidak tepat. c. Berhentilah menggunakan pengawasan publik untuk mencapai kualitas! Pengawas publik yang dilakukan unit inspeksi tidak menjamin kualitas. d. Tingkatkan kualitas palayanan dan produk layanan e. Lakukan on the job training! Pelatihan merupakan salah satu yang paling penting untuk peningkatan kualitas. f. Tugas manajemen adalah memimpin bukan mengawasi, pemimpin harus mampu berperan untuk mendorong kemajuan dalam proses pelaksanaan pekerjaan agar menghasilkan layanan produk terbaik. g. Hindari rasa takut, yakni bahwa produktivitas pegawai juga dipengaruhi oleh perasaan rasa aman bekerja di tempat dia bekerja. h. Atasi berbagai kendala hubungan antara unit atau departemen, karena mereka yang ada dalam unit tersebut memerlukan kerja sama sebagai sebuah tim. i. Kurangi slogan, nasihat, target dan permintaan untuk peningkatan produktivitas baru tanpa ada pengarahan pada para pegawai tentang metode-metode baru untuk menghasilkan pekerjaan yang baik.
32
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), cet. II, h. 95-97
33
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demikratis: sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (Bogor: Kencana, 2007), Cet.1 h.262-264
30
j. Kurangi standarisasi pekerjaan dengan indikator angka numeric, karena standarisasi numeris atau kuantitas sering kali akan mengurangi kualitas. k. Hilangkan berbagai kendala yang akan mengurangi kebanggaan pegawai terhadap pekerjaan, l. Lembagakan
pendidikan
dan
pelatihan
pegawai
yang
dapat
meningkatkan semangat kerja pegawai dan peningkatan kualitas dengan dirinya sendiri. m. Posisikan setiap orang dalam institusi untuk bekerja dan melaksanakan transformasi. Oleh karena itu pentingnya peranan pemimpin dalam memberikan pengarahan kepada bawahannya, tidak lain untuk mencapai tujuan dan harapan yang telah dirancang oleh organisasi dan menjadi impian para warga sekolah lainnya. Karena tidak ada lagi pigur yang patut di contoh dalam sebuah organisasi kecuali pemimpinnya sendiri. Keberhasilan suatu sekolah dari tingkat kualitasnya, tidak terlepas dari kepiawaian seorang kepala sekolah yang menerapkan tipe kepemimpinan dilembaganya. Karena penelitian tentang efektifitas sekolah menegaskan pentingnya apa yang terjadi diruang kelas, dan kepemimpinan pendidikan dipandang sebagai upaya memberikan sebuah kultur pengajaran dan pembelajaran yang kondusif. Kepemimpinan pendidikan juga akan menjadi sentral bagi negosiasi tentang apa yang bisa dinilai dalam kurikulum dan apa yang dipandang baik dalam metode pengajaran. Kepala sekolah yang efektif tidak hanya menghabiskan waktunya untuk melakukan control internal secara eksplisit, seperti memonitor pengajaran, tapi harus lebih menekankan pada penetapan tujuan dan mekanisme consensus tujuan untuk mengarahkan perhatian para guru terhadap output organisasi (Goldring dan Pasternak, 1994,hal. 251) dalam terjemahan buku Tony Bush dan Marianne Coleman.34
34
Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan (Yogyakarta: IRGISoD, 2008), cet. II, h. 80-81
31
Pemberian otonomi kepada kepala sekolah, sebagai konsekuensi otonomi sekolah, mengharuskan kepala sekolah meningkatkan kemampua intelegensi manajerialnya. Intelegensi manajerial adalah kecerdasan memimpin dan terampil mengelola organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada atau yang tersedia, sehingga dengan seluruh perangkat yang dimiliki organisasi menciptakan sinerji, diarahkan untuk menuju kepada pencapaian tujuan organisasi secara maksimal. Intelegensia manajerial oleh Kydd, Crawford, dan Riches (2004:11-13) diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Mencipta Memiliki gagasan bagus Menemukan pemecahan orisinal bagi masalah yang bersifat umum. Mengantisipasi konsekuensi pengambilan keputusan dan tindakan Menerapkan pemikiran Menggunakan imajinasi dan intuisi
2.
Merencanakan Mengaitkan kebutuhan masa kini dengan masa yang akan dating Mengenali apa yang penting dan apa yang semata mendesak Mengatasi tren masa depan Menganalisis
3.
Mengorganisasikan Membuat tuntutan yang adil Mengambil keputusan dengan cepat
32
Berada di depan bilamana perlu Tetap tenang dalam situasi yang sulit Mengetahui kapan pekerjaan selesai 4.
Berkomunikasi Memahami orang Mendengarkan Menjelaskan Komunikasi tertulis Menggugah sesama untuk berbicara Taktis Bersikap toleran terhadap kekeliruan sesama Berterima kasih dan memberikan dorongan Memastikan setiap orang menerima informasi Memanfaatkan teknologi informasi
5.
Memotivasi Mengilhami sesama Menyuguhkan tantangan yang realistis Membantu sesama untuk menetapkan tujuan dan target Membantu sesama untuk menghargai sumbangsih dan prestasi mereka sendiri
6.
Mengevalusi
33
Membandingkan hasil dengan niat Menilai diri sendiri Mengevaluasi pekerjaan sesama Meralat kekeliruan di mana perlu Berbagai kemampuan di atas adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar bagi kepala sekolah dalam konteks kepemimpinan masa depan yang menerapkan manajemen pendidikan berbasis sekolah. Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai Negara dalam konteks manajemen pendidikan, menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kekuasaan dan wewenang ini terkait dengan tanggung jawab kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas sekolah yang dipimpinnya. Beberapa studi yang dilakukan di Indonesia sebagaimana yang disurvei oleh Achmady dan Supriadi (1996) dalam Jalal dan Supriadi (2001:287-288) menunjukkan bahwa: 1. Ciri-ciri kehidupan sekolah yang mutunya baik dan mutunya kurang baik di sekolah dasar banyak berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah. 2. Survey puluhan SMU menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang mutunya baik dan memiliki preferensi yang tinggi dimasyarakat memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang mutunya biasa dalam hal gairah belajar siswa, motivasi guru, hasil belajar, dan iklim sekolah secara keseluruhan. Ciri-ciri tersebut diatribusikan oleh kepemimpinan kepala sekolah, 3. Penempatan kepala SMK yang dipilih secara ketat melalui prosedur yang standar menghasilkan perubahan yang semakin meningkat. Kepemimpinan
kepala
sekolah
secara
signifikan
mempengaruhi
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan setiap
34
sekolah. Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai pengarah, pengendali sekaligus melakukan control terhadap pelaksanaan seluruh rencana yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Kepala sekolah dalam hal ini, menjadi penanggung jawab utama untuk mencapai tujuan pendidikan persekolahan.35 Oleh karena itu pentingnya suatu lembaga atau organisasi ditangani oleh orang yang memang memiliki kemampuan dalam bidangnya. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
Dengan demikian, pemimpin pendidikan:
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berpartisipasi dalam proses perubahan guna merefleksikan praktek dan mengembangkan pemahaman personal tentang sifat dan implikasi perubahan terhadap diri mereka;
Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi perbaikan untuk membentuk kelompok-kelompok sosial dan membangun tradisi saling mendukung selama proses perubahan;
Membuka peluang feedback bagi semua pihak yang terlibat dalam perubahan; dan
Harus
sensitif
terhadap
outcomes
proses
pengembangan
dan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi feedback yang dibutuhkan, kemudian menindak lanjutinya dengan melibatkan beberapa pihak dalam mendiskusikan ide-ide dan prakteknya (Duignan dan Macpherson, 1992, hal. 84) dalam buku Tony Bush dan Marianne Coleman.
35
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, … h. 109-113
35
Seorang pemimpin pendidikan yang menerapkan program mutu pada lembaga pendidikannya, dibutuhkan prinsip-prinsip yang dijadikan tuntunan baginya agar tidak melenceng dengan komitmen yang telah dibuat. Berikut merupakan prinsip-prinsip yang diberlakukan bagi kepemimpinan bermutu antara lain:36 1. Dalam kepemimpinan mutu, seseorang mengukur keberhasilannya dari keberhasilan orang-orang (semua anggota) dalam organisasi. 2. Tanggung jawab berbagi. Semua unsur dalam organisasi sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Tugas majelis sekolah, pengawas, dan administrator memberikan fokus serta pengarahan terhadap sekolah semua anggota organisasi sekolah memiliki visi tentang masa depan yang sama, memahami program mutu dan tugas-tugasnya. Setiap anggota disorong untuk terbuka, kreatif, dan inovatif sehingga memungkinkan mencapai visi dalam sistem yang luas. 3. Perbaikan mutu berkelanjutan. Unsur-unsur pimpinan mendorong guru dan staf untuk mencapai tujuan akhir oraganisasi yaitu penyempurnaan yang berkelanjuran. 4. Dalam piramid kepemimpinan mutu, majelis sekolah, pengawas, dan adaministrator harus menyediakan bahan serta alat-alat (resources) yang dibutuhkan guru dan staf. Dengan demikian, tidak ada lagi kekuasaan mutlak dalam kepemimpinan itu. 5. Peran guru dan staf. Semua orang dalam piramid kepemimpinan mutu adalah pemimpin. Untuk mencapai mutu visi mutu dalam pendidikan, guru harus menanamkan visi ini kepada siswa. Siswa harus mempunyai visi dan kemampuan untuk berbuat secara kreatif dan inovatif untuk mencapai visi tersebut. 6. Sebagai pemimpin mutu, tiap orang bertanggung jawab menghilangkan hambatan yang mencegah performansi yang tinggi.
36
Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah (Konsep, Prinsip, dan instrumen)…hal. 14
36
7. Tiap orang ingin menjadi orang yang unggul. Tantangan utama untuk pendidikan
bermutu
adalah
menghilangkan
hambatan-hambatan
organisasional yang menghambat orang untuk berhasil. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas pula dari peran guru, karena guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional akan menghasilkan murid yang bermutu, dan murid yang bemutu akan mampu mengangkat pendidikan bermutu pula. Oleh karena itu dibutuhkan figur guru masa depan yang akan diidamkan oleh banyak pihak, diantaranya:37 1. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas. 2. Innovator, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan pembaharuan yang berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. 3. Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya. 4. Capable,
maksudnya
guru
diharapkan
memiliki
pengetahuan,
kecapakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. 5. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri dan menularkan kemampuan dan keterampilan anak didiknya dan untuk semua orang. Jadi guru masa depan adalah guru yang menjadi fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah);
37
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1, h.82-85
37
Selain itu juga guru masa depan secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerjasama, serta memupuk kemampuan otodidak anak didik, memberi reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk menghargai orang lain, baik pendapat maupun prestasinya. Menurut zuhairi, dkk (1994) dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan pendidik sangat penting, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. Hal inidisebutkan pada surat Al-Mujadallah (58) ayat 11 :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang berilmu pengetahuan beberapa derajat …”38
38
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, 2001, pustaka Firdaus, Jakarta.Cet 2, h. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Adapun sekolah yang akan dijadikan penelitian ini Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nida El-Adabi desa KabasiranParungpanjang-Bogor. Berikut jadwal penelitian, yaitu: No
Jenis Kegiatan
1
Penyusunan proposal
2
Penyusunan instrumen penelitian dan revisi instrumen penelitian
3
Pengumpulan data
4
Pengolahan analisis penelitian
5
Penyusunan laporan penelitian
Oktober
November
dan data
38
Desember
Januari
Februari
Maret
39
B. Metode Penelitian, Jenis Data, dan Penentuan Narasumber Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode penelaahan deskriptif analitis dengan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti. Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data–data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder tentang data sekolah. Seperti hasil wawancara dengan para orang tua, kepala sekolah, guru, tata usaha. Narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala Tata Usaha, guru dan 10 orang tua siswa SDIT Nida El-Adabi (anggota komite).
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah: 1. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.1 Adapun teknik ini digunakan untuk dan mencari informasi dengan cara mengamati pola pendidikan yang dilakukan SDIT Nida El-ADABI dalam memberikan materi pengajaran kepada siswa baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:pendekatankuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, cet. ke 6, hal.203
40
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.2 Teknik ini digunakan untuk menggali data persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor. 3. Studi Dokumentasi Dokumen ialah setiap bahan ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.3 Dengan kata lain studi dokumentasi adalah mempelajari suatu kejadian yang sedang diteliti melalui dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh/ mendapatkan data statistik siswa yang masuk, guru, dan dokumentasi tentang pembiayaan sekolah SDIT Nida ElAdabi. D. Teknik Analisis Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan pengecekkan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Dalam hal ini peneliti membandingkan data dari hasil wawancara, studi dokumentasi dengan referensi dari buku sebagai pendukung keabsahan data, berikut macam triangulasi yang digunakan: 1. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2. Triangulasi metode terdapat dua strategi, yaitu: a. Pengecekkan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu berupa wawancara langsung.
2
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), cet. 20, hal.186
3
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif …hal. 216
41
b. Pengecekkan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam hal ini melalui sumber data yaitu orang tua siswa, kepala sekolah, TU, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, ketua komite sekolah dan guru dengan metode wawancara. 3. Triangulasi teori, yaitu menguji data dengan membandingkan data dengan mengadakan pengecekkan referensi pendukung untuk lebih mengangkat derajat kepercayaan. Dalam hal ini peneliti membandingkan data dari hasil wawancara dengan referensi dari buku sebagai pendukung keabsahan data.4 Teknik analisa data ini menggunakan deskriptif analisis, setelah diperoleh dari lapangan, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan.
4
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif …hal. 330-331
42
Kisi-kisi wawancara Tabel 3 Fokus Penelitian
Dimensi
Persepsi Orang tua Input Tentang kualitas pendidikan SDIT Nida El-Adabi
Indikator Visi, misi, tujuan dan sasaran Kurikulum Ketenagaan Peserta didik Sarana dan prasarana Pembiayaan Regulasi sekolah Organisasi Administrasi Peran serta masyarakat Budaya sekolah
Proses
Proses Belajar Mangajar
Output
Prestasi akademik Prestasi non-akademik Angka mengulang Angka putus sekolah
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor 1. Sejarah singkat SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor SDIT Nida El-Adabi lahir berangkat dari keprihatinan para pendiri SD Nida, yang melihat ada beberapa alasan yang mendasari sekolah ini ada. Pertama, keprihatinan yang terjadi pada pola pendidikan yang ada saat ini khususnya untuk daerah Parungpanjang, yaitu kurangnya waktu belajar anak di sekolah, pada hal anak pada usia dini itu adalah masa-masa emas (golden age), jadi pada umur itu anak-anak pakai diisi dengan hal-hal yang positif dan manfaat. Kedua, karena Yayasan Nida El-Adabi memiliki perguruan tinggi dengan salah satu jurusannya yaitu Tarbiyah, maka para pendiri menginginkan suatu wadah yang dapat dijadikan laboratorium, sehingga para mahasiswanya dapat tersalurkan keahliannya dengan melakukan praktek mengajar di sekolah ini. Ketiga, karena khususnya di daerah Parungpanjang ini masih kurang sekolah umum yang memadukan ilmu agama dengan menerapkan sistem fullday school, maka para pendiri berinisiatif untuk mendirikan sekolah yang berbeda dengan yang ada.1 SD Islam Terpadu Nida El-Adabi adalah sekolah dasar Islam yang berlokasi di Parungpanjang Bogor. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Nida El-
1
Hasil wawancara dengan kepala sekolah bapak M. Rochanda, M.si
43
44
adabi, berdasarkan akta notaris no. 4 tanggal 19 oktober 2000. SDIT Nida ElAdabi mulai melakukan kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran 2003/2004, disahkan berdasarkan surat keputusan menteri Pendidikan Nasional nomor keputusan 421.2/456- Disdik/2006 tentang persetujuan penyelenggaraan sekolah swasta. SDIT Nida El-Adabi memiliki 6 lokal, berdiri di atas tanah seluas 520 m2 resmi dibangun pada tanggal 14 oktober 2000 dan terakreditasi terakhir “B” dengan nomer akreditasi no. 17/BASKAB. 20/DS/IV/2007. SDIT Nida El-Adabi ini memiliki luas tanah 2.420 m2. Sekolah dengan ini telah meluluskan dua angkatan yaitu pada tahun pertama berjumalah 6 orang dan tahun kedua berjumlah 26 orang. Yayasan ini melaksanakan kegiatan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan Sekolah Tinggi Agama Islam.2 SDIT Nida El-Adabi di bawah Departemen pendidikan Nasional. Memiliki keunggulan dalam segi kurikulum yaitu dengan menambahkan materi muatan lokal pendidikan agama yang cukup banyak jika dibandingkan dengan Sekolah Dasar lainnya. Kurikulum yang dipakai oleh
Nida El-Adabi adalah KTSP sama dengan
sekolah dasar pada umumnya. Tetapi sekolah ini memberikan tambahan pelajaran seperti yang dijelaskan di atas seperti tahsin hadits, tahfidz Al-Qur’an dan Bahasa Arab. Inilah yang menjadi kelebihan dari sekolah dasar Nida El-Adabi jika dibandingkan dengan sekolah dasar lain di wilayah Parungpanjang dan sekitarnya. Sejak awal dibuka siswa yang mendaftar jumlahnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah tiap kelas pertahunnya. Seperti data yang telah terlampir.
2. Visi, Misi dan Tujuan Adapun visi, misi dan tujuan SDIT Nida El-Adabi adalah sebagai berikut: a. Visi “Terwujudnya sekolah berkualitas dengan siswa yang cerdas, terampil, mandiri dan berakhlakul karimah”. 2
Hasil wawancara dengan bagian Tata Usaha
45
Indikator pencapain visi
Peningkatan nilai KKM dan UASBN;
Unggul dalam lomba mata pelajaran;
Unggul dalam kegiatan lomba Ekstrakurikuler;
Teladan dalam etika kehidupan, perilaku dan ucapan serta pengamalan agama;
Unggul dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
b. Misi
Menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan
Memfasilitasi terbentuknya siswa yang memiliki pola pikir yang Islami, pola hati yang imani dan pola tindak yang ihsani
Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada nilainilai keagamaan.
Memberikan keterampilan untuk hidup sederhana, disiplin, teliti dan mandiri melalui kegiatan pramuka, drum band, outing class, malam bina taqwa, komputer, sempoa dan tahfidzul Qur’an- Hadits.
3. Tujuan Pada tahun 2013/2014 dalam jangka waktu 4 (empat) tahun diharapkan Sekolah Dasar Swasta NIDA EL-ADABI memiliki tingkat ketercapaian:
Memiliki sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya proses belajar Mengajar yang efektif.
Berprestasi dibidang akademik.
4. Keadaan guru Jumlah guru yang ada di SDIT Nida El-Adabi sebanyak 15 orang. Dengan rincian guru laki-laki berjumlah 7 orang dan jumlah guru perempuan sebanyak 8 orang. Adapun latar belakang pendidikan guru SD Islam Terpadu Nida El-Adabi
46
hampir keseluruhan sudah menyelesaikan program S1 bahkan sudah ada yang S2, akan tetapi ada 2 orang guru yang masih melanjutkan program S1 nya. Adapun jumlah guru tidak tetap yang ada di SDIT Nida El-Adabi sebanyak 3 orang yaitu guru mata pelajaran mulok dan pembina ekstarakurikuler atau disebut guru visit. Adapun sistem pengajar di SDIT Nida El-Adabi menggunakan asisten guru kelas, yaitu ada kelas-kelas yang menggunakan 2 guru dalam belajar yaitu kelas 1 s/d kelas 4. (lihat lampiran 6)
5. Keadaan siswa Secara keseluruhan jumlah siswa SDIT Nida El-Adabi yaitu 180 siswa dengan rincian jumlah laki-laki dari kelas 1 s/d kelas 6 sebanyak 104, sedangkan jumlah siswa perempuan berjumlah 76 dari kelas 1 s/d kelas 6.3 Dilihat dari jumlah siswa perkelas, banyaknya jumlah siswa cukup fluktuatif karena hal itu terlihat dari jumlah siswa kelas 4 yang mengalami penurunan yaitu 23 siswa, mungkin hal ini disebabkan dari siswa yang melakukan mutasi mengikuti orang tuanya atau ke sekolah lain. Jumlah siswa yang dimiliki oleh Nida El-Adabi memang tidak terlalu banyak karena hal ini beralasan persaingan dengan sekolah gratis dan faktor biaya ekonomi, meskipun demikian peningkatan jumlah siswa setiap tahun selalu mengalami peningkatan hal itu terlihat dari jumlah siswa 3 tahun terakhir. (lihat lampiran 8).
6. Keadaan staf dan karyawan Untuk membantu kelancaran administrasi sekolah, kebersihan dan keamanan sekolah. staf dan karyawan yang berada di SDIT Nida El-Adabi berjumlah satu orang pegawai tata usaha dan satu orang petugas kebersihan. Adapun latar belakang dari masing-masing staf dan karyawan di atas adalah SMA untuk tenaga administrasi atau TU dan SMP untuk petugas kebersihan dan keamanan.(lihat lampiran 7) 3
hasil wawancara dengan bagian tata usaha
47
7. Kurikulum yang digunakan Untuk membantu menyesuaikan pendidikan yang ada sekarang ini SDIT Nida El-Adabi mengunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Hal ini dimaksudkan agar setara dengan sekolah-sekolah lain yang setingkat dalam menyesuaikan program pendidikan. SDIT Nida El-Adabi menggunakan kurikulum KTSP sejak tahun 2008/2009. SDIT Nida El-Adabi ini menerapkan kurikulum yang tidak berbeda dengan SD/MI yaitu kurikulum yang diperkaya dengan 8 pelajaran untuk kelas 1 sd 4 dari hari senin sampai hari jum’at dan 9 jam pelajaran untuk kelas 5 dan kelas 6 dari hari senin dan hari jum’at. Sisa waktu di hari sabtu digunakan untuk berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.4 Kegiatan ekstrakurikuler adalah aktivitas yang dilakukan diluar jam tatap muka, dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, mengarahkan bakat yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kulikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan di SDIT Nida EL-Adabi antara lain: Drumband, broad casting, T2Q, saint club, English club, dokter cilik, sepak bola, futsal, pramuka, malam bimbingan iman dan taqwa.5
8. Sarana dan prasarana SDIT Nida El-Adabi Dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, tidak terlepas dari ketersediaannya sarana dan prasarana yang memadai. Kemampuan dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan sangat penting, karena dapat menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang ada di sekolah tersebut. Secara umum keadaan sarana dan prasarana yang ada di SDIT Nida El-Adabi cukup memadai, meskipun belum maksimal sebagai mana seharusnya. Diantaranya sarana dan prasarana yang tersedia di SDIT Nida El-Adabi sebagai
4 5
hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kesiswaaan
48
berikut: ruang belajar siswa sebanyak 6 ruang, laboratorium komputer, mushola, perpustakaan, lapangan olah raga, kamar mandi dsb. (lihat lampiran 5)
9. Struktur Organisasi SDIT Nida El-Adabi Struktur organisasi yang dimiliki SDIT Nida El-Adabi sangat sederhana, seperti pada umumnya untuk wewenang tertinggi berada di bawah pimpinan yayasan. Kemudian didelegasikan langsung ke kepala sekolah dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Kepala sekolah memiliki dua orang wakil yaitu wakil kepala bidang kurikulum dan wakil kepala bidang kesiswaaan. Wakil kepala bidang kurikulum posisinya sebagai pengatur jalannya regulasi kegiatan proses belajar mengajar dan sebagai pimpinan dari pada para guru kelas dan asisten kelas. Sedangkan wakil kepala bidang kesiswaan mengatur jalannya kegiatan ekstrakurikuler, selain itu juga wakil kepala bidang kesiswaan ini merangkap juga sebagai petugas laboran perpustakaan. (lihat lampiran 12 )
B. Persepsi Orang tua Tentang Kualitas Pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang Dalam pembahasan ini akan disajikan data hasil penelitian berupa deskripsi dari data yang diperoleh selama penelitian. Sebagian besar orang tua siswa yang ada berpandangan tentang SDIT Nida El-Adabi bahwa “ sekolah ini tidak hanya mengedepankan pendidikan umumnya saja tapi juga menanamkan nilai-nilai akidah kepada siswa dilihat dari hasil yang kami rasakan selama ini”. Selain itu pula orang tua tua berpendapat bahwa” SDIT Nida El-Adabi ini merupakan sekolah yang sesuai dengan masyarakat Parungpanjang yang mempuanyai kecenderungan orang tuanya sibuk bekerja dengan latar belakang agama yang kuat. Jadi umumnya para orang tua siswa SDIT Nida El-Adabi bermotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah ini adalah dengan adanya nilai tambah dari ilmu agama yang diajarkan kepada anakanak mereka selain itu pula membantu para orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak dapat mengontrol anaknya dengan baik.
49
1. Input a. Visi dan Misi SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa hampir semuanya memiliki kesamaan pendapat bahwa visi dan misi yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi sudah sesuai dengan tuntutan zaman. “…untuk saat ini visi dan misi yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi sangat cocok untuk membentuk karakter siswa yag berakhlakul karimah dan sesuai dengan kebutuhan zaman.” “…menurut saya visi misinya bagus dengan memadukan teknologi dan akhlak jadi seimbang”. “…sudah cukup pembelajaran.”
sesuai
tinggal
realisasinya
saja
dalam
proses
“…cukup bagus jika dibadingkan dengan sekolah yang biasa.” “… sudah bagus”. Berdasarkan hasil data dokumentasi yang diperoleh, pada dasarnya sekolah ingin mewujudkan pola pendidikan yang memadukan antara pendidikan umum dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai keagamaan. Ini artinya sekolah tidak menginginkan lulusannya hanya memiliki bekal dari segi pengetahuan saja, akan tetapi juga memiliki bekal keagamaan yang cukup kuat. Hal ini dapat diikuti dari berbagai uraian visi dan misi yang tidak meninggalkan unsur-unsur agama di dalamnya. Untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut sekolah menerapkan dalam kurikulum dengan menambahkan mata pelajaran Agama lebih banyak. Senada dengan hal itu, ungkapan para orang tua tentang keunggulan dari sekolah ini adalah karena sekolah ini memiliki nilai-nilai lebih dalam segi materi agama tidak seperti sekolah dasar umum lainnya.6 “menurut saya selam anak saya 5 tahun sekolah di SDIT Nida El-Adabi biasanya dibandingkan dengan teman-temannya yang di sekolah umum atau SD biasa, memang ada nilai plusnya terutama dari segi ibadah dan sekarang untuk shalat 5 waktu itu suatu hal kewajiban dan tidak perlu di suruh-suruh lagi.” 6
wawancara dengan orang tua siswa
50
b. Kurikulum SDIT Nida El-Adabi Seperti yang telah disinggung di awal bab ini, kurikulum yang digunakan oleh SDIT Nida El-Adabi ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan perpaduan kurikulum lokal. Dalam hal ini sekolah menyusun dan mengatur sendiri struktur kurikulum dan muatan kurikulum yang akan digunakan, disesuaikan dengan standar isi yang telah ditetapkan dalam pedoman kurikulum. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa bahwa kurikulum yang digunakan oleh sekolah ini sudah cukup sesuai. “…untuk sementara sesuai tapi perlu ada penambahan misalkan dalam pemahaman tentang lingkungan.” “…kurikulum yang diterapkan sudah sesuai tepatnya pemberian materi tambahan seperti tahfidz memang harus diajarkan sejak dini.” “…sudah sesuai.” “…menurut saya sesuai dengan system kurikulum yang sekarang.”7 Alasan utama sekolah menggunakan kurikulum KTSP ini barangkali ingin menyesuaikan dengan pelaksanaan MBS di sekolah, selain itu juga agar sekolah setara dengan sekolah-sekolah dasar lain. Adapun muatan kurikulum yang ada disusun ke dalam 5 kelompok mata pelajaran yaitu mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani, Olah raga dan kesehatan. Masing-masing mata pelajaran tersebut mendapat alokasi waktu 35 menit. Akan tetapi, ada beberapa mata pelajaran yang mendapat penambahan jam yaitu pada mata pelajaran calistung (baca, tulis dan hitung) sebanyak 4 jam khusus di kelas 1 dan mata pelajaran sains 2 jam. Jadi keseluruhan penambahan jam yang ada sebanyak 6 jam.8 Hal ini dilakukan mungkin karena jumlah muatan pelajaran agama yang banyak dan adanya penambahan waktu praktek dalam pelajaran sains. Oleh karena itu, maka penerapan jam sekolah di Nida El-Adabi berbeda dengan sekolah dasar umum yang ada. Sebagaimana diutarakan oleh wakabid. 7 8
hasil wawancara dengan orang tua siswa dokumentasi struktur kurikulum sekolah
51
Kurikulum bahwa jam masuk di sekolah ini pukul 07.30- 14.00 WIB khusus untuk kelas 1 sampai dengan kelas 4. Sedangkan untuk kelas 5 dan 6 dari 07.30 – 15.30 WIB. Pembedaan waktu ini karena adanya pemberian pelajaran tambahan atau pemantapan materi untuk persiapan ujian Nasional bagi kelas 5 dan 6 nanti.9Menurut Wakabid Kurikulum juga, “sebelum masuk jam pelajaran biasanya dilakukan pengajian rutin. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengaji sebelum belajar dan bagian dari budaya sekolah itu sendiri”. Meskipun waktu belajar yang yang digunakan cukup lama akan tetapi para siswa tidak jenuh. Hal ini sesuai dengan pendapat orang tua siswa. “..menurut anak saya, belajar di sekolah ini menyenangkan, kalau system pembelajarannyadikejar waktu, karena di sini pembelajarannya tidak monoton belajar karena ada mainnya, jam istirahatnya 2x, jadi tidak terlalu di fokuskan untuk belajar.” Adapun mutan lokal yang ada di SDIT Nida El-Adabi terbagi ke dalam 2 kategori yaitu muatan lokal wajib dan muatan lokal pilihan. Adapun pelajaran yang termasuk ke dalam muatan lokal wajib adalah bahasa Sunda dan bahasa Inggris, sedangkan untuk muatan lokal pilihan adalah Bahasa Arab, Sempoa, Tahfidz, Tahsin Al-quran dan hadits. Selanjutnya untuk kegiatan evaluasi pembelajaran biasanya sekolah melakukan 3 bulan sekali tes atau disebut mid test. Kegiatan evaluasi khusus muatan lokal agama dibuat oleh sekolah sendiri. Oleh karena itu sekolah memberikan 3 raport yaitu raport khusus untuk tahfidz, raport lembaga dan raport umum yang disediakan bagi siswa. Selanjutnya menurut wakabid. “Kesiswaaan kegiatan pengembangan diri di SDIT Nida El-Adabi ini cukup variatif. Ada sebagian kegiatan pengembangan diri yang masuk ke dalam kegiatan intrakurikuler seperti pramuka, drum band, UKS dan kegiatan organisasi.”10 Adapun alasan dari keempat kegiatan tersebut masuk ke dalam program intrakurikuler, karena menurut kepala sekolah “kegiatan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak. Misalnya sekolah 9
wawancara dengan wakabid.kurikulum hasil wawancara dengan wakabid.kesiswaan
10
52
memaksakan dalam pengadaan alat-alat drumband, karena dalam kegiatan drumband ini terdapat manfaat yang berpengaruh baik dalam perkembangan anak yaitu melatih konsentrasi, belajar bekerjasama, menumbuhkan rasa percaya diri, melatih kesabaran, dan melatih mental anak.”11 Selain kegiatan di atas ada juga kegiatan ekstrakurikuler lain seperti broad casting, Saint club, English club, dokter cilik, sepak bola dan futsal. Semua kegiatan-kegiatan ini diadakan sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk sekarang kegiatan eksatrakurikuler hanya diikuti oleh siswa kelas 2 sampai dengan kelas 6 saja. akan tetapi menurut kepala sekolah untuk rencana ke depan kegiatan ekstrakurikuler akan diikuti oleh seluruh siswa tanpa terkecuali. c. Tenaga Pendidik Berdasarkan hasil wawancara orang tua siswa bahwa tenaga pendidik yang ada di SDIT Nida El-Adabi cukup baik. “…Alhamdulillah dapat mengakomodir siswa, mengayomi, penyampaiana materi kepada siswanya baik, komunikasi berjalan dengan wali murid”. “…Saya lihat orang-orang yang ada di sini cukup kekeluargaan, mereka disamping sebagai pengajar yang punya mutu bagus, tidak seperti di SDSD lain cara mengajarnya yang berbeda karena mementingkan azas kebersamaan, disamping itu pula anak-anakpun jadi dekat.” “…Tenaga pengajarnya cukup baik.” “…Cukup bagus jika di lihat dari hasil belajar anak.” “…guru-gurunya kreatif dan bagus.” Sama halnya dengan gambaran tentang keadaan tenaga pendidik di awal, jumlah tenaga pendidik yang ada di SDIT Nida El-Adabi ini berjumlah 15 orang, dengan klasifikasi masing-masing 8 orang guru laki-laki dan 7 orang guru perempuan. Sebagian besar tenaga pendidik yang ada di sekolah ini sudah menyelesaikan S1 nya dengan latar belakang jurusan pendidikan walaupun ada juga yang bukan dari pendidikan tapi guru tersebut memiliki sertifikat akta IV mengajar, dan ada pula beberapa guru yang belum menyelesaikan kuliahnya. 11
hasil wawancara dengan kepala sekolah
53
Adapun masa jabatan para guru yang mengajar di SDIT Nida El-Adabi ini 50% sudah lama bergabung cukup lama atau diatas 5 tahun dan 50% relativ tergolong baru atau dibawah 5 tahun. Masing-masing status dari para guru tersebut adalah 13 guru tetap dan 2 orang bukan guru tetap yaitu guru bidang studi mulok dan pembina drum band, kedua guru itu biasanya disebut dengan guru visit Namun masih ada orang tua yang masih meragukan para tenaga pendidik yang ada di SDIT Nida El-Adabi ini, karena hampir 80% tenaga pengajar yang ada merupakan lulusan dari perguruan tinggi yang dimiliki oleh Nida El-Adabi sendiri. “ … secara umum belum merata untuk kemampuannya seperti banyak juga guru yang belum mencapai standar karena memang masih banyak lulusannya yang belum menyelaesaikan perguruan tinggi, seperti masih ada yang baru lulusan SMA, masih kuliah, kemampuan untuk mengajarnya belum bagus tapi ada sebagian yang sudah bagus seperti ibu eli, leli.”12 Lebih lanjutnya adapula orang tua yang menambahkan “…masih perlu diperbaiki terutama masih ada guru yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikan.” Oleh sebab itu mereka masih meragukan kompetensi yang dimiliki oleh para tenaga guru tersebut, sehingga menjadi pertimbangan para orang tua pula untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.13 Tapi kenyataannya setiap tahun jumlah siswa yang masuk ke SD ini semakin naik. Akan tetapi menurut pandangan penulis sendiri, bahwa kinerja tenaga pendidik yang ada di sekolah ini cukup mempunyai dedikasi yang tinggi, meskipun sebagian besar merupakan lulusan dari perguruan tinggi yayasan Nida El-Adabi sendiri. Hal itu dapat terlihat dari para output SDIT Nida El-Adabi yang dapat melanjutkan ke sekolah yang cukup bonafit serta menjadi juara juga di sekolahnya, selain itu juga memiliki siswa-siswi yang berbakat dan mampu berkompetitif dengan sekolah lain, hal ini dapat dilihat pada daftar prestasi siswa dalam setiap perlombaan baik akademik maupun non akademik (lampiran14).
12 13
wawancara dengan orang tua siswa wawancara dengan wali murid dengan beberapa masyarakat
54
Semua ini tidak dapat diraih jika bukan dari para tenaga pendidiknya yang cukup profesional. Jadi bukan berarti tenaga pendidik yang merupakan output perguruan tinggi terkemuka dapat lebih baik karena itu kembali lagi kepada masing-masing individu.
d. Peserta Didik Seperti yang telah digambarkan pada awal bab ini, sekolah ini memiliki murid dengan keseluruhan berjumlah 180 siswa, dengan klasifikasi laki-laki berjumlah 104 siswa sedangkan jumlah siswa perempuan keseluruhan yaitu 76 siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa bahwa peserta didik yang bersekolah di SDIT Nida El-Adabi lebih baik dibandingkan dengan siswasiswa yang lainnya (Parungpanjang). “…selama ini siswa yang ada di sini cukup berprestasi jika dibandingkan dengan dengan SDN yang ada di kecamatan Parungpanjang.” “…kondisi lulusan SD islam Nida El-Adabi sangat diterima dengan baik di sekolah –sekolah yang lebih atas, lebih berjiwa pemimpin dan percaya diri.” 14 Memang jumlah siswa di SDIT Nida El-Adabi ini tidak begitu banyak, menurut kepala sekolah, sekolah sengaja membatasi jumlah siswa maksimal 35 orang perkelas hal ini disebabkan sekolah belum memiliki lokal lebih selain itu juga yang paling utama untuk menjaga kualitas pendidikan yang diperoleh siswa nantinya, karena sekolah tidak mau mengambil resiko besar yang nantinya akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat.15 Secara keseluruhan siswa yang bersekolah di SDIT Nida El-Adabi ini berlatar belakang dari keluarga ekonomi cukup, hal ini dapat dilihat dari data penghasilan atau rata-rata > 1,5 – 5 juta. Jika diklasifiksikan rata-rata siswa dengan latar belakang profesi orang tua sebagai pegawai sebanyak 45%, PNS
14 15
hasil wawancara dengan orang tua siswa wawancara dengan kepala sekolah
55
20%, dan pedagang 35%, ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar di sekolah ini merupakan golongan orang tua yang kemampuannya menengah keatas. Menurut salah satu orang tua siswa “sekolah juga memberikan keringanan kepada siswa yang tidak mampu bahkan yatim tidak dipungut biaya sedikitpun.”16artinya sekolah memiliki program bantuan khusus bagi siswa-siswa yang tidak mampu secara finansial.
e. Sarana dan Prasarana Demi kelancaran proses belajar mengajar, adanya sarana dan prasarana yang memadai sangat dibutuhkan setiap lembaga pendidikan. Menurut sebagian besar para orang tua siswa berpendapat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi sudah cukup memadai, hal ini dapat dilihat mulai dari gedung sekolah, fasilitas olah raga, kamar mandi siswa, mushola, laboratorium komputer dan perpustakaan, meskipun masih disayangkan ada beberapa fasilitas yang belum disediakan oleh sekolah seperti laboratorim MIPA, aula khusus pertemuan, dan gedung mushola terpisah sendiri dan kurangnya alat belajar komputer bagi siswa. “… alhamdulillah sudah mencukupi meskipun masih ada yang kurang seperti mushola, laboratorium.” “…sudah memadai.” “…mencukupi artinya toiletnya rapi, bersih, tempat bermain anak tersedian, dan kantin juga ada.” “…sarana dan prasarananya cukup memadai karena kita perbandingannya dengan sekolah umum cukup baguslah, apalagi sekarang alhamdulillah. Mungkin untuk sarana olah raga karena keterbatasan lahan, lab. lapangan olah raga ada tapi tidak mencukupi, aualanya cukup memadai. Jadi ukurannya cukup baik tapi belum mencapai maksimal. 17 Meskipun adapula orang tua yang beranggapan bahwa sarana dan prasarana yang ada di SD Islam Nida El-Adabi kurang memadai, berikut pernyataanya. “… Kurang memadai, kalau bias dikategorikan bias disebut “C” (cukup) untuk ukuran SDIT. Tapi kalau perbandingannya SD biasa mungkin lebih baik,misalnya fasilitas olah raga, tidak adanya aula pertemuan, laboratorium.” 16 17
wawancara dengan wali murid sekaligus anggota komite wawancara dengan para wali murid
56
“masih perlu diperbaiki terutama dalam bidang sarana olah raga seperti voly, sepak bola.18 Penulis pun menambahkan masih kurangnya referensi buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan, penghijauan sekolah dan ruang makan khusus bagi siswa sehingga ketika siswa makan siang tidak perlu di pelataran sekolah. Di samping itu pula SDIT Nida El-Adabi menyediakan jasa pelayanan cattering dan jemputan bagi siswa yang tidak membawa makan siang oleh orang tuanya dan jauh dari jarak rumah. Jasa layanan cattering ini sifatnya bukan paksaan, sehingga para orang tua boleh membawa makanan sendiri dari rumah.
f. Pembiayaan Pendidikan Biaya merupakan unsur vital dalam setiap kegiatan, karena sifatnya yang pokok maka sering kali masalah muncul dari segi pembiayaan. Begitu pun dengan pendapat sebagian para orang tua yang mengatakan bahwa biaya pendidikan di sini cukup relativ dan sesuai dengan yang diperoleh siswa, jika dibandingkan dengan sekolah dasar, khususnya untuk di wilayah Parungpanjang dan sekitarnya. “… pembiayaan yang ditetapkan oleh sekolah sudah seimbang dengan yang telah diperoleh akan tetapi perlu ditingkatkan lagi mutu pendidikan terhadap anak.” “…uang bayarannya relatif dan seimbang dengan apa yang di peroleh oleh siswa.” “…pembiayaannya sesuai dengan apa yang diterima oleh siswa.” Dalam penyusunan RAPBS SDIT Nida El-Adabi biasanya membentuk sebuah tim khusus dalam penyusunan anggaran biaya belanja pendidikan, biasanya kepanitiaan ini sifatnya tidak permanen atau secara bergantian. Adapun kegiatan perencanaannya sendiri biasanya diadakan pada awal tahun ajaran sekolah. Adapun kegiatan tahap-tahap yang biasa di lakukan dalam penyusunan RAPBS ini antara lain: a. Perencanaan 18
wawancara dengan para wali murid
57
Adapun kegiatan
perencanaan anggaran biasanya ditujukan untuk
kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahanbahan dan alat pengajaran, honorarium dan kesejahteraan. Dalam pengalokasian dana terbesar dalam RAPBS yang dimiliki oleh Nida El-Adabi yaitu di prioritaskan untuk belanja pegawai. Hal ini dimungkinkan untuk akomodasi kegiatan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan biaya alokasi terbesar kedua adalahuntuk belanja barang dan jasa. Adapun anggaran dalam perencanaan ini dimasukkan ke dalam 5 penggunaan antara lain:
1. Dana Komite Biasanya dana ini digunakan oleh para anggota komite untuk membantu dalam kegiatan program-program sekolah seperti kegiatan bakti sosial, berkurban, dan menjenguk wali atau siswa yang sakit, dll. 2. Belanja pegawai Dalam biaya belanja pegawai dana yang dianggarkan untuk penggunaan honararium/ upah para tenaga pendidik dan karyawan serta uang lelah kegiatan, biasanya uang lelah ini biasanya dipakai untuk uang pengawas ujian, kepanitiaan kegiatan latihan, pendidikan, dll. 3. Belanja Barang dan Jasa Untuk anggaran belanja barang dan jasa ditujukan untuk biaya bahan habis pakai, bahan material, biaya jasa kantor, biaya cetak dan penggandaan seperti naskah soal ujian sekolah, dokumentasi laporan-laporan kegiatan, dll. Selanjutnya untuk biaya sewa, belanja pakaian kegiatan, belanja modal perlengkapan kantor, biaya jasa pihak ketiga, biaya modal media pembelajaran/komputer, belanja modal mebeler, belanja modal alat lab/peraga/praktek, belanja modal bangunan dan modal buku pelajaran. 4. Belanja pemeliharaan Pada anggaran belanja pemeliharaan ini dana yang ada digunakan untuk pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan mebeler/perlengkapan. Alokasi biaya
58
terbesar pada pos anggaran ini adalah pemeliharaan mebeler/perlengkapan sekolah. 5. Belanja lainnya Pada anggaran belanja lainnya ini dana yang digunakan untuk biaya makanan minuman dan transport kegiatan. Alokasi biaya terbesar pada pos ini adalah pada transport kegiatan, hal ini dimungkinkan untuk menutupi kekurangankekurangan jika ada kegiatan yang di luar dari program sekolah. b. Mempersiapkan Anggaran Anggaran yang telah ada dipersiapkan dan disesuaikan dengan kegiatan yang sudah direncanakan dalam program sekolah dengan mekanisme anggaran yang telah dibakukan oleh standar pembiayaan yang ada. Adapun bentuk dari penggunaannya dapat berupa barang-barang perlengkapan sekolah, jasa ataupun kegiatan-kegiatan sekolah yang dilaporkan secara terperinci dalam laporan RAPBS. Demikian pula dengan pendistribusian dana disesuaikan dengan keperluan yang dibutuhkan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam perencanaan anggaran sebelumnya. Dalam setiap persiapan anggara SDIT Nida El-Adabi selalu melakukan inventarisasi terhadap kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia seperti penginventarisan kursi untuk siswa dan guru, meja untuk siswa dan guru, tanah, komputer, LCD Proyektor, Alat peraga sains, alat-alat kesenian, dll. c. Mengelola Pelaksanaan Anggaran Dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran biasanya sekolah mendahulukan keperluan yang sifatnya penting seperti belanja pegawai, pengolahan foto siswa dan pemotoan siswa diawal tahun ajaran. Selanjutnya belanja barang dan jasa seperti, belanja alat tulis kantor, belanja alat listrik dan elektronik, belanja perangko, materai, dan benda pos lainnya, pembelian peralatan kebersihan dan bahan pembersih, belanja air, belanja listrik, belanja surat kabar/majalah,belanja penggandaan dan biaya dokumentasi/pemindaian.
59
Setiap transaksi yang dilakukan biasanya pihak tata usaha selalu menuliskannya pada buku pengeluaran dengan melampirkan nota pembelian dan stempel, sehingga dalam pelaporan ada bukti tertulis dan sah. Setiap triwulan/3 bulan sekali pihak SDIT Nida El-Adabi selalu melakukan perhitungan dan laporan pertanggung jawaban dari dana BOS yang diterima untuk nanti dilaporkan kepada pihak komite, Yayasan, UPTK kecamatan untuk kemudian disahkan. d. Menilai Pelaksanaan Anggaran Dalam kegiatan evaluasi pelaksanaan APBS yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi pihak-pihak yang terlibat antara lain para orang tua dalam hal ini diwakili oleh pihak komite sekolah, pihak Yayasan dan pengawas dari UPTK kecamatan. Adapun yang dinilai dalam pelaksanaan anggaran ini adalah menilai pelaksanaan proses belajar-mengajar selama satu tahun yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi, kemudian menilai sejauhmana program yang telah dirumuskan sesuai dengan sasaran yang dicapai, dan membuat rekomendasi perbaikan anggaran yang akan datang.
2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS) Proses pengembangan RAPBS pada umumnya menumbuhkan langkahlangkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut. a. Pada tingkat kelompok kerja Dalam penyusunan rencana anggaran belanja sekolah yang diterapkan oleh SDIT Nida El-Adabi, biasanya sekolah membentuk tim atau kelompok kerja khusus yang bertugas untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang akan diperlukan serta penghitungan biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kemudian
dari
kegiatan
pengidentifikasian
tersebut
selanjutnya
memisahkan kebutuhan yang sifatnya sangat mendesak atau penting dengan kebutuhan yang dapat dikesampingkan, seperti belanja pegawai dan belanja
60
barang dan jasa, kedua kebutuhan ini tidak dapat diganggu karena menyangkut kelancaran proses kegiatan belajar mengajar. b. Pada tingkat kerjasama dengan Komite Sekolah Jika kegiatan pengidentifikasian telah selesai dirumuskan kemudian tim atau kelompok kerja RAPBS melakukan koordinasi dengan pihak komite sekolah yang mewakili pihak orang tua siswa untuk mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBS. Biasanya dalam kegiatan koordinasi ini pihak komite turut membantu dalam kegiatan yang sifatnya baik di dalam atau di luar dari kegiatan rutin di kelas, seperti mengadakan outing class, mengikuti perlombaan tingkat Kecamatan atau Kabupaten dan kegiatan sosial lainnya.
c. Pelaksanaan Keuangan Sekolah Pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan,yakni penerimaan dan pengeluaran. 1. Sumber penerimaan Sejauh ini prosedur pembukuan yang diterapkan dalam manajemen SDIT Nida El-Adabi menganut pola panduan antara pengaturan dan sekolah, karena SDIT Nida El-Adabi sendiri sudah menerapkan manajemen berbasis sekolah, sehingga memiliki wewenang dalam mengatur keuangannya untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Menurt kepala Tata usaha “Adapun sumber dana pendidikan yang diperoleh SDIT Nida El-Adabi merupakan Dana komite, bantuan biaya operasional sekolah (BOS) KITA dan BOS dari provinsi Jawa Barat. Adapun Biaya iuran bulanan yang dikenakan pada setiap siswa sebesar Rp 90.000/bulan; dengan rincian Rp 85.000 untuk operasional sekolah dan Rp 5000 untuk uang komite. Selain iuran bulanan dana komite lainnya adalah bantuan orang tua siswa kelas 1 dan dana sumbangan komite.” Dari data yang ada jumlah pembiayaan yang dikumpulkan mencapai 274.412.500 rupiah pertahun.
61
2. Pengeluaran Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya setiap kebutuhan harus disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah. Sejauh ini pengeluaran yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi sudah sesuai dengan peraturan Mendiknas dan Menkeu dalam penggunaan dana SPP dan DPP yaitu meliputi: pelaksanaan pelajaran, pengadaan prasarana/sarana, pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar, penyelenggaraan ujian, pengiriman/penulisan STTB/NEM, perjalanan dinas supervisi, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, dan pendataan. Dari beberapa penggunaan tadi secara keseluruhan sudah terlaksana dalam pengeluaran anggaran di SDIT Nida El-Adabi. Adapun pengeluaran terperinci dari anggaran yang tersedia dalam RAPBS antara lain meliputi: pembayaran gaji dan kesejahteraan pegawai, administrasi umum sekolah, penerimaan siswa baru, penanggulangan rawan DO, pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, pengadaan buku pelajaran pokok dan penunjang, pelatihan teknis guru dalam pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru melalui gugus/MGMP/K3S, ulangan harian, ulangan sub semester, remedial dan pengayaan, pengendalian mutu pembelajaran, peringatan hari nasional dan keagamaan, pembinaan keagamaan dan sanlat, lomba prestasi dan kreativitas siswa, lomba olah raga, pembinaan dan lomba guru dan siswa berprestasi, ulangan umum akhir semester/ujian kenaikan kelas, tes dasar kemampuan kelas 3 SD, uji mutu pembelajaran, ujian sekolah, pembinaan prestasi olah raga, pembinaan prestasi kesenian, pembinaan dan lomba UKS, peningkatan kemampuan penyelenggaraan pendidikan pramuka, peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi keuangan/BOS, pengadaan alat peraga dan media pembelajaran, pengadaan mebeler sekolah, pembangunan.
62
3. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah a. Evaluasi Dalam evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis sekolah. Pelaksanaan pengawasan keuangan SDIT Nida El-Adabi biasa dilakukan setiap 3 bulan sekali dan yang bertindak sebagai pengawas antara lain dari pihak komite sekolah dan petugas Diknas setempat. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditangani sebagai berita acara, dan setiap ada biaya yang tak terduga biasanya kepala sekolah mengadakan rapat koordinasi dengan pihak komite sekolah, untuk dimintai persetujuannya. Selain itu juga kepala sekolah bertanggung jawab langsung atas pengendalian pengeluaran keuangan.
b. Pertanggung jawaban Dalam mempertanggung jawabkan penerimaan dan penggunaan keuangan SDIT Nida El-Adabi dilaksanakan dalam bentuk laporan triwulan kepada ketua Yayasan, Kepala Dinas Pendidikan kecamatan dalam hal ini diwakilkan oleh UPTK Parungpanjang, kemudian kepala Administrasi Keuangan Daerah (BAKD) dan kantor Dinas Pendidikan. Dalam hal transparansi SDIT Nida El-Adabi cukup transparan, hal ini di perkuat dengan adanya laporan penggunaan dana BOS yang ditempel di papan pengumuman sekolah dan pernyataan dari beberapa elemen seperti guru, pihak tata usaha, kepala sekolah dan para orang tua, sayangnya hanya segelintir orang tua siswa yang tahu akan keberadaan dari laporan keuangan tersebut.19 Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kepekaan dari orang tua juga serta kurang jelasnya informasi yang diberikan sekolah kepada orang tua siswa. Transparansi
dalam
pembiayaan
itu
penting karena
transparansi
merupakan bagian dari akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh suatu lembaga termasuk sekolah.
19
dokumentasi sekolah dan hasil wawancara
63
f. Organisasi Struktur organisasi yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi cukup sederhana, struktur organisasi yang dibuat sudah disesuaikan dengan aturan baku yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun organisasi yang terdapat di SDIT Nida El-Adabi ini hanya dua organisasi saja yaitu struktur organisasi sekolah dengan komite sekolah. Selain dari kedua organisasi tersebut tidak ada karena untuk masalah kehumasan dikerjakan langsung oleh anggota sekolah sendiri dalam hal ini para dewan guru dan tenaga kependidikan. Dalam struktur organisasi ada 3 orang wakil yang membantu kepala sekolah dalam mengatur manajemen sekolah, yaitu ada yang bertindak sebagai pembina kurikulum, kesiswaan, dan keagamaan. Idealnya suatu lembaga, kehumasan harus mempunyai struktur organisasi tersendiri karena organisasi ini akan berhubungan langsung dengan masyarakat luar. Begitupun dengan SDIT Nida El-Adabi perlunya organisasi khusus kehumasan agar jabatannya tidak saling tumpang tindih, hal itu dimungkinkan dengan alasan masih kurangnya SDM yang dimiliki oleh Nida sendiri. Menurut para orang tua siswa para anggota dalam organisasi sekolah ini cukup memiliki kekompakkan, hal ini terlihat dari kerjasama yang dilakukan baik oleh pihak sekolah dan pihak komite sekolah dalam mengadakan setiap kegiatan. “…ya para anggota personil sekolahnya memiliki kekompakkan.” “…ya, sejauh ini kompak dilihat dari kegiatan breaping setiap hari” “…memiliki kekompakkan seperti dalam acara PESTAMU semua guru dan anggota komite dilibatkan” “…kompak walaupun tidak 100% dalam KBM” “…Ya, cukup kompak.” 20
g. Peran Serta Masyarakat Keberadaan organisasi komite yang ada di SDIT Nida El-Adabi dirasa cukup membantu, hal ini disampaikan oleh kepala sekolah bahwa: 20
hasil wawancara dengan pihak orang tua
64
“…komite yang ada di sekolah ini cukup respect dengan keadaan sekolah, mulai dari hubungan komunikasi antar orang tua dan sekolah terjalin erat, sehingga hubungan yang terjalin seperti kekeluargaan. Jadi ketika para orang tua memiliki keluhan biasanya langsung menyampaikannya kepada pihak sekolah.”21 Dalam kegiatan pemantauan pihak orang tua pun di ikut sertakan, hal ini terwakili oleh para anggota komite yang sering memantau langsung ke sekolah setiap minggunya. Akan tetapi tidak semua para orang tua melakukan pemantauan secara langsung ada juga para orang tua yang hanya sebatas memantau perkembangan anaknya saja. Begitu pun dengan kegiatan evaluasi, para orang tua pun dilibatkan langsung. Hal ini dibenarkan oleh para orang tua bahwa sekolah selalu melakukan evaluasi program sekolah minimal 3 bulan sekali dan biasanya para orang tua pun turut di undang. “… Ya, kami terlibat dalam setiap evaluasi yang diadakan sekolah, terutama yang berkaitan dengan dengan perkembangan anak.” “…ya. Terlibat.””dalam evaluasi pembelajaran siswa kami terlibat ya walaupun kadang-kadang para orang tua dilibatkan pula dalam pengembangan sekolah22 Meskipun ada pula orang tua yang tidak menggunakan kegiatan evaluasi yang diadakan oleh sekolah. “…saya jarang terlibat dalam kegiatan evaluasi yang diadakan oleh sekolah” “…forum sih disediakan , tapi jarang terlibat.” Salah satu kegiatan peran serta masyarakat laiannya adalah pembuatan konblok untuk lapangan olah raga. Kegiatan ini melibatkan para orang tua siswa dalam penggalangan dana. Kegiatan ini merupakan salah satu keterlibatan peran serta masyarakat yang berfungsi keterlibatannya dalam pengelolaan sekolah atau lembaga. Selain itu peran serta masyarakat lainnya adalah melakukan koordinasi dengan tim atau kelompok kerja RAPBS dalam mengembangkan kegiatan yang
21 22
hasil wawancara dengan kepala sekolah hasil wawancara dengan orang tua siswa
65
akan di laksanakan. Dengan kata lain peran serta masyarakat dalam hal ini komite sekolah di SD Islam Nida El-Adabi ini sangat dibutuhkan dan dianggap keberadaannya dalam kegiatan sekolah.
2. Proses kegiatan belajar mengajar SDIT Nida El-Adabi Proses belajar mengajar yang terjadi di SDIT Nida El-Adabi ini, sebelum kegiatan proses belajar mengajar biasanya terlebih dahulu mengadakan pengajian rutin. Dalam kegiatan belajar setiap kelas dipandu oleh 2 orang guru yaitu guru kelas dan asisten guru, fungsi dari asisten guru sendiri menurut salah seorang guru adalah sebagai pemantau anak ketika belajar dalam kelas dan membantu menggantikan guru kelas. Asisten guru kelas hanya di berlakukan bagi kelas 1 sampai dengan kelas 4, hal ini beralasan karena kelas 5 dan 6 dirasa cukup dewasa untuk usia SD.23 Kegiatan belajar di sekolah ini tergolong fullday school, karena anak melakukan kegiatan belajar mulai dari jam 07.30 sampai dengan 14.00 kecuali untuk siswa kelas 5 dan 6 ada penambahan waktu sampai dengan 15.00 atau 15.30. hal ini disebabkan ada pelajaran tambahan untuk persiapan ujian akhir Nasional. Waktu belajar siswa diselingi dengan 2 kali istirahat yaitu istirahat pertama dan istirahat kedua. Pada istirahat pertama biasanya siswa mengerjakan shalat sunnah dhuha, akan tetapi selama peneliti melakukan pengamatan kegiatan shalat dhuha sepertinya sudah jarang dilakukan. Kemudian pada istirahat kedua siswa melakukan makan siang dan shalat dzuhur berjama’ah. Menurut salah satu orang tua siswa waktu belajar selama itu tidak membuat anak jenuh atau bosan karena pola pembelajaran yang diterapkan adalah belajar sambil bermain. Bahkan banyak orang tua yang setuju jika anaknya berlama-lama disekolah, hal itu dikarenakan untuk mencegah agar anak tidak bermain ke hal-hal yang tidak bermanfaat. “…Menurut anak saya, belajar di sekolah ini menyenangkan, kalau system pembelajarannya cukup santai tidak seperti di SD-SD biasa, yang 23
hasil wawancara dengan guru
66
belajarnya dikejar waktu, karena di sini pembelajarannya tidak monoton belajar karena ada mainnya, jam istirahatnya 2 kali, jadi tidak terlalu difokuskan untuk belajar.”24 Disamping itu sekolah juga memiliki program sekolah yaitu outing class merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa diluar ruang sekolah, dengan kata lain sekolah mengadakan outing class ini bagian dari cara agar anakanak tidak jenuh dalam belajar. Kegiatan outing class ini sifatnya tidak wajib diikuti oleh semua siswa, karena biasanya kegiatan ini merupakan kegiatan bergilir yang dilakukan setiap kelas. Biasanya kegiatan outing class ini dapat berupa mengunjungi suatu tempat yang memiliki unsur nilai pendidikan didalamnya.
3. Output SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang a. Prestasi Akademik Semenjak berdirinya sekolah ini, SDIT Nida El-Adabi tidak sepi dari prestasi. Pada prestasi akademik SDIT Nida El-Adabi pernah menjadi juara calistung (baca, tulis dan hitung) sekecamatan Parungpanjang bahkan ketingkat kabupaten, selain itu pula setelah meluluskan 2 angkatan nilai hasil ujian nasionalnya terus meningkat, meskipun menurut kepala sekolah nilainya tidak mencapai angka maksimum akan tetapi nilai yang digunakan adalah nilai asli. Inilah yang menjadi keunggulan dari sekolah-sekolah yang ada. “…Alhamdulillah untuk prestasi akademik khususnya untuk tahun kemarin untuk lingkup kabupaten sudah agak meningkat dan alhamdulillah kita sudah mendapat banyak piala dalam prestasi khususnya untuk kelas 5 juara sekabupaten Bogor dan untuk tahun ini mungkin akan di adakan kembali pada akhir maret nanti. Untuk prestasi non akademik alahamdulillaha menurut saya sudah meningkat, seperti dapat dilihat banyaknya piala yang kami punya, walaupun memang jangan terlalu capat puas dengan apa yang kita peroleh dan itu merupakan suatu hala yang membanggakan kita, mereka seperti itu dan saya juga berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi.” 25
24 25
hasil wawancara dengan orang tua siswa dokumentasi sekolah dan hasil wawancara dengan wakabid kesiswaan dan guru
67
b. Prestasi non Akademik Untuk mengasah kemampuan dan keberanian yang siswa miliki, SDIT Nida El-Adabi tidak pernah absen untuk mengikut sertakan dalam berbagai ajang perlombaan yang diadakan oleh siapapun. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya tropi penghargaan dalam berbagai perlombaan baik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten yang diraih oleh sekolah ini, untuk perlombaan yang baru akhir-akhir ini diikuti adalah lomba yang diadakan oleh pesatren Darunnajah 2 Cipining, SDIT masuk kedalam runner up juara umum perlombaan yang diikuti oleh peserta sejabodetabek. Selain itu masuk ke babak semi final olympiade sains yang diadakan oleh seorang pakar sains Indonesia di Senayan baru-baru ini setelah mengikuti seleksi di tingkat kecamatan.26 Ini menjadi kebanggaan tersendiri khususnya para orang tua siswa dan sekolah memiliki siswa-siswi yang berbakat, dan umumnya bagi masyarakat kecamatan Parungpanjang yang memiliki sekolah yang produktif dalam prestasi.
c. Angka mengulang dan Putus sekolah Menurut pernyataan bagian tata usaha “selama ini belum ada siswa yang mengulang atau tinggal kelas, karena biasanya masing-masing guru kelas memberikan tambahan belajar kepada anak yang belum mampu mengikuti pelajaran seperti siswa lainnya, karena walau bagaimanapun guru dituntut bertanggung untuk pencapaian hasil belajar siswa.” Kegiatan penambahan belajar ini biasanya merupakan inisiatif dari para guru sendiri, kemudian para orang tua pun merespon baik kegiatan tersebut. Hal ini juga benarkan oleh para orang tua siswa bahwa”sejauh ini siswasiswi yang bersekolah di sekolah ini belum pernah mengalami putus sekolah klecuali melakukan pemindahan bahkan sampai tidak naik kelas”.27 Selanjutnya bagian tata usaha menambahkan “selama ini para siswa yang bersekolah di sini tidak sampai mengalami putus sekolah, akan tetapi ada sebagian siswa yang keluar dari sekolah disebabkan mutasi ke sekolah lain atau untuk 26 27
hasil wawancara dengan pihak tata usah dan kepala sekolah hasil wawancara dengan orang tua siswa
68
mengikuti orang tuanya. Seandainya ada siswa yang kurang mampu dalam pembiayaan biasanya sekolah memberikan keringanan.”28
28
hasil wawancara dengan bagian tata usaha
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari berbagai data yang diperoleh dilapangan, dan setelah melalui berbagai proses analisis, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan. 1. Menurut sebagian besar persepsi orang tua tentang kualitas input SDIT Nida El-Adabi sudah cukup baik atau termasuk ke dalam kategori sekolah yang cukup berkualitas. Hal ini dilihat visi, misi, tujuan dan sasaran yang dimiliki sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, kurikulum yang digunakan sudah sesuai, peserta didiknya cukup berkompeten, tenaga pengajarnya cukup handal, keterlibatan orang tua siswa dalam komite sekolah yang harmonis, sarana prasarana yang cukup memadai, organisasi sekolah yang memiliki kekompakkan, pembiayaan sekolah yang cukup transparansi dan bisa dipertanggung jawabkan. Meskipun pada sarana prasarana masih ada kekurangan seperti perangkat komputer belajar siswa yang masih belum memadai, labarotorium IPA dan Matematika untuk menunjang kegiatan proses belajar siswa. 2. Menurut sebagian besar persepsi orang tua tentang kualitas pada proses belajar mengajar SDIT Nida El-Adabi ini dirasakan cukup baik jika. Hal ini didasarkan pada perbandingan dengan pola pembelajaran yang diterapkan di sekolah lain pada umumnya. Tetapi mereka mengeluhkan kegiatan-kegiatan seperti shalat dhuha dan pengajian siang yang kurang berjalan lancar atau mengalami penurunan dari sebelumnya.
69
70
3. Menurut persepsi orang tua kualitas output dari SDIT Nida El-Adabi ini baik dari segi akademik maupun non akademik yang diraih oleh sudah bagus dapat diperhitungkan dalam bersaing dengan Sekolah Dasar yang sudah ada sebelumnya. Hal ini terlihat dari realita keberhasilan dari siswasiswinya dalam setiap mengikuti perlombaan baik tingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat Jabotabek. Selain itu alumni-alumninya dapat diterima di sekolah-sekolah lanjutan yang cukup baik dan masuk ke dalam siswa-siswa berprestasi di sekolahnya.
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran dalam pengembangan meningkatkan kualitas sekolah sebagai berikut:. 1. Hendaklah pihak sekolah dapat melakukan penambahan sumber dana untuk melengkapi kekurangan-kekurangan sarana dan prasarana. 2. Hendaklah pihak sekolah dapat membuatkan ruang makan khusus bagi siswa, kantin sehat, dan ruang tunggu bagi orang tua siswa. Agar siswa ketika makan siang tidak di pelataran sekolah, juga siswa terjaga dari makanan-makanan yang tidak sehat, selain itu juga melatih siswa agar disiplin ketika makan. 3. Hendaklah pihak sekolah menyediakan guru-guru khusus seperti bidang sains dan bahasa Inggris agar siswa lebih faham terhadap kedua mata pelajaran tersebut. 4. Hendaklah pihak sekolah tetap konsisten dengan program yang telah dibuat baik jangka pendek maupun jangka panjang agar citra sekolah tidak menurun di mata masyarakat khususnya orang tua siswa yang selama ini sudah melekat. 5. Hendaklah pihak sekolah jangan terlalu terlena dengan prestasi-prestasi siswa selama ini, akan tetapi pihak sekolah harus tanggap dan sigap terhadap informasi-informasi yang memang sangat bermanfaat bagi kemajuan siswa khususnya.
71
6. Hendaklah pihak sekolah berupaya untuk terus meningkatkan jalinan komunikasi terhadap msyarakat, khususnya orang tua siswa dalam memberikan masukan bagi sekolah agar mengetahui kekurangan yang dimiliki sekolah untuk diperbaiki. Antara lain dengan memberikan angket terutama kepada orang tua siswa kelas 6. 7. hendaklah pihak sekolah membuat program penghijauan di halaman sekolah selain pot-pot bunga yang sudah ada, dengan cara menanamkan pohon-pohon yang cepat tumbuh dan rindang, agar terkesan sekolah sejuk dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakara: Pustaka Belajar. Cet 4 Ariani, Dorothe Wahyu. 200. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Andi Offset. Cet1 Atkinson, Rita L, dkk. Pengantar Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Cet 2 Bush, Tony dan Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: IRGISoO. Cet 2 Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Ed. 1 Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Cet 3 Depdiknas. 2004.
Undang-undang Tentang
SISDIKNAS dan
Peraturan
Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: Tamita Utama Irwanto, dkk. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Utama Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Cet 1 Maslow, Abraham H. 1970. Motivation and Personality. New York: Longman. Ed.3 Nasution, Nur. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Manajemen. Bogor: Ghalia Indonesia. Ed. 2 Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. Cet. 2 Rahman, Abdul dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar: Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media. Cet. 1 Rosyada. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Bogor: Kencana. Cet 1 Sabri, M. Alisuf. 1993. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya Sarwono, Sarlito W. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta:: PT. Bulan Bintang. Cet 2
67
Shaleh, Abdul Rachman. 2006. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Siahaan, Amiruddin, dkk. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Ciputat: Quantum Teaching. Cet 1 Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: PT. Refika Aditama Cet 1 Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet 2 ________. 2005. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet 2 Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Cet 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwanto, Ngalim. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet 1 Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Umum Psikologi. Yogyakarta: ANDI. Ed. 4
68