Abstrak
Perilaku Ekonomi Rumah Tangga dan Perumusan Value Chain Conflict Sensitivity (Studi Kasus Mantan Kombatan GAM dan PETA pada Konflik Aceh)
Studi pada daerah konflik menyebutkan bahwa rumah tangga korban konflik yang menjadi miskin selama proses perdamaian berpotensi memicu konflik baru. Mantan kombatan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) merupakan korban konflik yang kenyataannya dan berdasarkan hasil penelitian memiliki keterbatasan aset produktif, pendidikan yang rendah dan tidak berpengalaman berdampak pada berkurangnya penerimaan pendapatan. Bagi mereka yang mengusahakan komoditi Kopi perlu mengetahui efisiensi ekonomi dengan tujuan memahami faktor produksi yang penting dan berpengaruh terhadap upaya meningkatkan pendapatan. Selain itu mereka perlu menyadari adanya hubungan antara curahan waktu kerja, kegiatan produksi dan pola pengeluaran rumah tangga serta pola investasi. Dalam konteks yang lebih luas dan melibatkan pelaku lainnya, mereka perlu memahami bersama para pelaku terkait bahwa perlunya merumuskan pengembangan komoditi strategis menggunakan pendekatan value chain conflict sensitivity. Desain penelitian menggunakan pendekatan survei dan diskusi kelompok terfokus. Survei dilakukan terhadap 200 responden dan diskusi kelompok melibatkan 40 tokoh kunci di sentra produksi kopi dataran tinggi gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah). Penelitian menyertakan responden dari Mantan kelompok PETA untuk memperbandingkan perbedaan efisiensi ekonomi dan pola perilaku ekonomi rumah tangga petani. Analisis menggunakan uji statistik regresi ganda pada fungsi produksi dan menyusun permodelan ekonometrika pada perilaku ekonomi rumah tangga mantan kombatan. Perumusan value chain conflict sensitivity yang dilakukan juga menyertakan analisis kinerja value chain yang sedang berlangsung.
1
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Aceh masih bertumpu pada sektor yang terkait pada rekonstruksi, perdagangan, dan transportasi. Seiring dengan akan berakhirnya upaya rekonstruksi, pertumbuhan sektor-sektor tersebut telah melambat, sementara pelambatan tersebut belum diisi oleh sektor-sektor lain dalam perekonomian (misalnya, pertanian dan industri) (Anonim, 2009). Sektor yang menunjukkan pertumbuhan positif dan terus tumbuh adalah sektor pertanian. Hal ini memperlihatkan penghidupan masyarakat masih bergantung kepada pertanian. Tetapi masih terdapat keterbatasan di dalam sistem budidaya dan manajemen agribisnis serta industri pasca panen dan pengolahan yang berdampak terhadap daya saing pertanian Aceh. Selama tiga dekade Aceh pernah mengalami konflik bersenjata berkepanjangan dan menyebabkan penghidupan masyarakat terbatas.
Sejak Perjanjian Helsinki 2005,
masyarakat Aceh berharap besar terhadap proses pemulihan ekonomi dapat menyentuh penghidupan mereka. Pembangunan ekonomi yang berhasil pada masyarakat korban konflik diyakini membantu proses perdamaian pasca konflik jangka panjang (Mac Ginty, 2009). Selain itu pemulihan kehidupan mantan kombatan ke dalam masyarakat sipil adalah salah satu kunci keberhasilan proses perdamaian (Watson, 2009). Pasca perdamaian 2005 telah berjalan tujuan tahun. Apakah selama ini mantan kombatan mengalami perubahan penghidupan yang lebih baik atau menjadi lebih rentan? Selain itu, apakah terdapat perbedaan perubahan penghidupan dengan mantan PETA (Pembela Tanah Air). Studi Justino (2007) menyatakan bahwa rumah tangga korban konflik yang menjadi miskin kembali selama proses perdamaian berpotensi memunculkan konflik baru. Salah satu komoditi pertanian Aceh berpotensi penyumbang pertumbuhan ekonomi dan penggerak pembangunan pedesaan adalah Kopi.
Tanaman ini memiliki nilai
strategis sosial ekonomi karena telah lama dibudi dayakan oleh masyarakat Aceh dan memiliki indikasi geografis (Kopi Gayo). Bagaimana komoditi bernilai ekonomi tinggi tersebut dapat dijadikan sumber penghidupan utama bagi mantan kombatan diperlukan kebijakan dan upaya pengembangan strategis. Hal ini memerlukan analisis efisiensi ekonomi yang berbasis pada alokasi faktor produksi, analisis perilaku ekonomi rumah 2
tangga dan pengembangan komoditi berbasis kepada Value Chain Approach (dikembangkan oleh Collins (2006)) yang dimodifikasi USAID (2008) menjadi Value Chain Development in Conflict Affected Environment.
1.2 Rumusan Masalah Rumah tangga mantan kombatan yang penghidupannya berasal dari pertanian terkait kepada upaya memanfaatkan faktor produksi untuk memaksimalkan pendapatan dari hasil panen. Pertanyaan penelitian yang perlu ditelesuri adalah seberapa besar pengaruh faktor tersebut mempengaruhi pendapatan dan bagaimana strategi mengalokasikan faktor produksi yang belum efisien.
Sehingga diharapkan mantan
kombatan dapat memahami hubungan sebab akibat di dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, pada kenyataannya rumah tangga mantan kombatan tidak hanya bergantung kepada pertanian semata melainkan pendapatan berasal dari pekerjaan lainnya.
Anggota rumah tangga yang lain seperti istri dan anak juga memiliki
kontribusi menambah pendapatan rumah tangga.
Pertanyaan penelitian yang perlu
ditelusuri adalah seberapa besar dan pengaruh alokasi waktu kerja dan kontribusi pendapatan yang berasal dari penghidupan pertanian (komoditi Kopi) dan dari penghidupan di luar pertanian terhadap perilaku ekonomi rumah tangga mantan kombatan dan bagaimanakah pola pengeluaran untuk konsumsi dan investasi rumah tangga mantan kombatan. Konflik
berkepanjangan
berakibat
pada
rusaknya
ekonomi
masyarakat,
infrastruktur dan pasar yang hancur, buruknya sektor publik, terlantarnya lahan pertanian dan hubungan sosial masyarakat yang mundur (Watson, 2009). Pasca konflik pengembangan komoditi pertanian strategis memerlukan pendekatan value chain yang berbasis kepada sensitifitas konflik. Gündüz (2008) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan sensitifitas konflik diperlukan untuk memahami kaitan antara pembangunan dan konflik; dan untuk beradaptasi terhadap kemungkinan munculnya konflik yang potensial dan mengurangi kekerasan. Pertanyaan penelitian yang perlu ditelusuri adalah bagaimana kinerja value chain yang saat ini berlangsung di wilayah yang melibatkan mantan kombatan dan PETA sebagai petani, dan bagaimana
3
menggambarkan dan memahami para pelaku yang terlibat di dalam value chain di dalam model saluran dan struktur serta proses dinamisasi terkait.
1.3 Tujuan Khusus Penelitian memiliki tujuan menganalisis status dan hubungan sosial ekonomi rumah tangga dan penghidupan mantan kombatan dibandingkan mantan kelompok PETA terkait atas 1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan dan strategi mengalokasi faktor produksi yang belum efisien 2. Alokasi waktu kerja dan kontribusi pendapatan yang berasal dari penghidupan pertanian (komoditi Kopi) dan dari penghidupan di luar pertanian 3. Pola pengeluaran untuk konsumsi dan investasi 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan keputusan ekonomi (curahan waktu kerja, produksi dan pengeluaran rumah tangga) 5. Kinerja value chain pada komoditi Kopi di kedua wilayah 6. Saluran dan struktur serta proses dinamisasi value chain pada komoditi Kopi
1.4 Urgensi/Manfaat Penelitian Penelitian memiliki urgensi/manfaat terhadap 1.
Kajian dan disiplin ilmu “Konflik dan Pembangunan” untuk memahami perilaku ekonomi rumah tangga mantan kombatan dan hubungannya dengan efisiensi ekonomi diperbandingkan dengan penghidupan mantan PETA.
2.
Setiap intervensi program reintegrasi ekonomi dan sosial yang dilakukan pemerintah dan pihak swasta diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan efisiensi ekonomi komoditi strategis yang diusahakan mantan kombatan dan PETA.
3.
Para pihak untuk mengadopsi kerangka Value Chain yang sensitif terhadap konflik sehingga mengakomodir dan mempertegas dukungan para pihak terhadap upaya mengintegrasikan unit ekonomi mantan kombatan dan PETA ke dalam pasar di tingkat domestik, nasional dan global.
4
2.
Studi Pustaka dan Landasan Teori
2.1 Mantan kombatan dalam isu Konflik dan Pembangunan Isu terhadap mantan kombatan terkait kepada tantangan terbesar memperbaiki human security dan mempertahankan keberlanjutan perdamaian melalui upaya mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan normal bersama masyarakat sipil lain. Dengan kata lain, mengeluarkan mereka dari kehidupan bergerilya dan dalam posisi berkonflik menjadi warganegara yang memiliki pekerjaan dan pendapatan. Jika mantan kombatan berperan dalam pembangunan secara konstruktif maka kehadiran dan partisipasi mereka memberikan pandangan positif bagi masyarakat lainnya secara umum. Bukan hanya bermanfaat bagi proses perdamaian melainkan dalam jangka panjang berkontribusi positif pada reintegrasi ekonomi dan sosial. Tetapi kenyataan menunjukkan mantan kombatan memiliki tingkat pendidikan rendah dan keterampilan terbatas serta tidak adanya pengalaman pekerjaan. Kondisi ini diperparah dengan aset produktif dan infrastruktur ekonomi yang rusak akibat konflik berkepanjangan (Watson, 2009). Penelitian yang berasal dari Survei Penghidupan dan Reintegrasi Aceh atau Aceh Reintegration and Livelihood Surveys (ARLS) yang dilakukan pada tahun 2008 menyebutkan bahwa mantan kombatan dengan aset lebih sedikit dan tingkat pendidikan yang lebih rendah tampaknya bagi mereka hanya tersedia pilihan lebih sedikit di dalam bekerja dan hal ini berhubungan dengan pendapatan mereka yang lebih rendah (Tajima, 2010).
2.2 Ekonomi Rumah Tangga Petani Becker (1965) dalam teorinya memandang rumah tangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumah tangga yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang digunakan yaitu (1) waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumah tangga, dan (3) rumah tangga bertindak sebagai produsen dan konsumen. Beckerlah yang pertama kali memformulasikan dan menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumah tangga yaitu proses produksi yang digambarkan oleh fungsi produksi dan waktu luang yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu menurut Lokollo (2005), permasalahan 5
yang menyangkut perilaku rumah tangga petani yang perlu diteliti adalah bagaimana alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran rumah tangga petani dan faktor-faktor apa yang yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga petani (waktu kerja, produksi dan pengeluaran) rumah tangga petani. Setiap strategi pengurangan kemiskinan di Aceh harus difokuskan pada peningkatan produktifitas sektor-sektor pertanian dan perikanan. Hal ini harus dihubungkan dengan strategi untuk memperbaiki kemampuan orang-orang miskin (pengembangan keterampilan, rehabilitasi aset-aset fisik) dan menghubungkan mereka dengan kutub pertumbuhan di wilayah perkotaan (prasarana pedesaan dan akses ke pasar yang lebih baik) (Anonim, 2008).
2.3 Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Model yang digunakan untuk melihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Pemilihan bentuk fungsi produksi Cobb Douglas sebagai alat pendekatan didasarkan pada pertimbangan (1) bentuk fungsi produksi ini mengurangi terjadinya heteroskedastisitas, (2) parameter-parameter penduga yang terdapat dalam fungsi produksi langsung dapat menunjukkan elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan, (3) jumlah elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang diduga sekaligus merupakan penduga bagi keadaan skala usaha (return to scale) dari proses produksi yang berlangsung, (4) bentuk fungsi Cobb Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian khususnya penelitian bidang pertanian dan (5) perhitungan sederhana dan dapat dilakukan dengan program komputer yang telah tersedia (Rohim, 2008).
2.4 Kinerja Value Chain Kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah Kinerja value chain dapat diukur melalu variabel sebagai berikut 1. Nilai tambah Nilai Tambah produk pada masing-masing pelaku rantai nilai kopi berbeda-beda bergantung kepada ketinggian lokasi masing-masing areal lahan serta aktifitas pengolahan (budidaya)/ pengemasan yang dilakukan. Besarnya nilai tambah produk menjadi salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan para pelaku rantai nilai.
6
2. Risiko Risiko merupakan hal penting untuk diperhitungkan agar dalam rantai nilai tidak menanggung kerugian hanya di satu pihak. Risiko yang diterima pada setiap anggota rantai nilai berbeda-beda. Pada petani, risiko yang dihadapi adalah gagal panen (pengolahan) akibat keadaan alam dan cuaca serta pengembalian produk oleh pelaku rantai nilai berikutnya (pengumpul atau pedagang pengumpul). Risiko tersebut sepenuhnya masih ditanggung petani. Pada tingkat pengumpul dan pedagang pengumpul pada umumnya risiko terjadi hanya pada fluktuasi harga di lapangan walaupun sebagian kecil pelaku tersebut ada juga yang melakukan pengolahan produk lebih lanjut. 3. Kualitas Kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai nilai kopi dataran tinggi Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk mendukung strategi terhadap diferensiasi, biaya rendah, respon cepat serta reputasi dan tingkat kepercayaan. Peningkatan kualitas membantu pelaku rantai nilai kopi meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya dimana kedua hal ini akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan sering terjadi bersamaan dengan peningkatan kualitas produk karena dapat mengurangi biaya dengan jalan meningkatkan produktifitas dan menurunkan rework, bahan yang terbuang (scrap) dan biaya garansi.
2.5 Value Chain Sensitifitas Konflik "Setiap proyek pembangunan yang ditetapkan di wilayah rawan konflik pasti akan berdampak pada perdamaian dan lingkungan konflik yang positif atau negatif, langsung atau tidak langsung, disengaja atau tidak disengaja” adalah pernyataan Kenneth Bush (2001) yang dikutip di dalam Gündüz (2008). Analisis konflik atau analisis yang komponen utamanya sensitif terhadap isu konflik adalah studi terhadap profil, penyebab, pelaku dan dinamika konflik serta hubungan diantaranya.
Termasuk kedalamnya adalah memunculkan pandangan
perbedaan individu dan kelompok serta menyertakan pandangan tersebut di dalam kerangka analisis yang lebih besar. Sehingga melengkapi dan memperkaya analisis Value Chain. Karena sebenarnya analisis konflik membutuhkan dan menganalisis para pelaku yang tidak selalu berhubungan dengan Value Chain tetapi relevan dengan isu 7
konflik. Sehingga merencanakan standar Value Chain Sensitifitas Konflik bukanlah pekerjaan yang mudah (Gündüz (2008)). Conflict Analysis Tools bermanfaat sebagai langkah awal memahami konteks konflik yang lebih luas termasuk (1) profilnya (sejarah konflik, demografi yang relevan, faktor geostratik dan geografis dan sebagainya), (2) dinamika (melacak perubahan dalam lintasan konflik dari waktu ke waktu dan melihat tingkat konflik dan jenisnya); (3) aktor (termasuk pihak dalam konflik, pihak perdamaian, pihak ketiga seperti mediator, politisi, pemimpin masyarakat, bisnis, LSM, lembaga keagamaan seperti mesjid) dan (4) penyebab dan pencetus konflik (dari aspek politik, sosial, ekonomi dan masalah lain) (Gündüz (2008)). Praktisi Value Chain harus menyusun analisis pada tingkat makro saat awal konflik muncul kemudian mempersempit analisis dengan melihat variabel yang terkait pada konflik yang berhubungan langsung dengan Value Chain. Analisis konflik dapat dilakukan pada berbagai tingkatan (domestik, nasional, regional atau global) dan berusaha membangun keterkaitan diantara tingkatan tersebut. Berbagai alat analisis konflik sekarang ada dan tergantung pada tujuan analisis dan aspek-aspek tertentu dapat ditekankan secara berbeda (Gündüz (2008)). Komponen Value Chain yang menjadi ruang bagi analisis konflik adalah bagian yang dikenal dengan (1) pasar akhir, (2) iklim kondusif berbisnis dan (3) para pelaku Value Chain dan Hubungan diantara mereka. Menurut Kumar et al (2010) dan Teressa dan Blackhurst (2009) bahwasanya terdapat resiko. Resiko ini sendiri dipahami ke dalam bentuk konflik yang terjadi di dalam value chain atau supply chain. Kedua resiko konflik ini terbagi menjadi dua yaitu internal dan external. Resiko internal terjadi akibat aktifitas di dalam sphere (wilayah) dari masing–masing rantai nilai yang diamati, sedangkan risiko external terjadi akibat konfigurasi (bentuk) jaringan rantai nilai itu sendiri. Konfigurasi disini diartikan sebagai konflik (risiko) akibat tingkat kepentingan yang saling bertolak belakang dari setiap tingkatan di dalam sphere rantai nilai yang ada (gambar). Oleh teresa konflik (risiko) internal itu dijabarkan secara lebih terperinci ke dalam konflik (Risiko) tidak sitematis begitu sebaliknya sitematis untuk risiko external
8
2.6 Kerangka Pemikiran Survei Penghidupan dan Reintegrasi Aceh atau Aceh Reintegration and Livelihood Surveys (ARLS) yang dilakukan pada tahun 2008 menyediakan data terkait keputusan dan dampaknya pada mantan kombatan dan masyarakat sipil dan konteks pasca perang. Survei Ekonomi Rumah Tangga yang dilakukan di dalam penelitian ini diharapkan memperkuat data ARLS yang ada melalui analisis hubungan antara aset produktif dan keputusan ekonomi mantan kombatan di dalam penghidupan mereka yang terkait atas pengembangan komoditi coklat, kopi dan nilam. Selain itu, penelitian ini merumuskan pengembangan komoditi coklat, kopi dan nilam melalui pendekatan Value Chain Conflict Sensitivity yang berpedoman pada Gündüz (2008). Analisis yang digunakan untuk memahami perilaku ekonomi rumah tangga dan proses merumuskan pengembangan komoditi berbasis Value Chain Conflict Sensitivity diharapkan memberikan gambaran tentang penghidupan reintegrasi ekonomi mantan kombatan dan PETA (Gambar 1.)
9
Value Chain Conflict Sensitivity
RUMAH TANGGA PETANI MANTAN KOMBATAN DAN PETA Perilaku Ekonomi Rumah Tangga - Pendapatan Pertanian dan Non Pertanian - Curahan Waktu Kegiatan Pertanian dan Non Pertanian - Pengeluaran Pangan dan Non Pangan - Investasi Pendidikan - Investasi Komoditi
PEDAGANG PENGUMPUL
PEDAGANG
Efisiensi Produksi Usaha Tani Kopi -
Lahan Tenaga Kerja Bibit Herbisida Pupuk Penjemuran Umur Petani
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
10
KOPERASI/ EKSPORTIR
3.
Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2012 pada dua kabupaten sentra produksi kopi yaitu Bener Meriah dan Aceh Tengah. Penelitian pendahuluan bersifat desk research dan wawancara kepada tokoh kunci dilakukan di Maret 2012 dan survei wawancara dilakukan di April 2012. Kegiatan diskusi kelompok terfokus dilakukan pada bulan Maret – Mei 2012 sesuai jadwal pelaksanaan di lapangan.
3.2 Pengumpulan Data Selama penelitian, data yang dikumpulkan bersifat primer dan sekunder. Data primer berasal dari (1) wawancara kuesioner ekonomi rumah tangga dan (2) kelompok diskusi perumusan Value Chain Conflict Sensitivity. Data sekunder dikumpulkan dari laporan, jurnal dan laporan statistik terkait dari berbagai pihak. Jenis data primer dikategorikan berdasarkan variabel dan sampel penelitian (Tabel 1.) Tabel 1. Kategori Data Primer No. Variabel Teknik Pengambilan Data 1 Populasi dan Sampel Wawancara Mendalam Penelitian 2 Model Value Chain Wawancara Mendalam 3 Konflik Masa Lalu Wawancara Mendalam
4 5 6
Ekonomi Rumah Tangga Petani Kinerja Value Chain Value Chain Conflict Sensitivity
Survei Survei Diskusi Kelompok Terfokus
Responden Pimpinan BRA dan PETA Pelaku di Value Chain Pimpinan BRA dan PETA di Bener Meriah dan Aceh Tengah Petani mantan kombatan dan PETA Pelaku di Value Chain Tokoh Kunci di Value Chain
3.3 Penentuan Sampel Penentuan sampel dibagi atas dua teknik sampling yaitu teknik sampling acak terstrata untuk survei ekonomi rumah tangga terhadap 200 responden di dua wilayah dan teknik sampling purposive pada kegiatan diskusi perumusan Value Chain Conflict Sensitivity 11
melibatkan 50 tokoh kunci. Penentuan sampel untuk survei kinerja Value Chain melalui dua tahapan, yaitu 1. Pengambilan sampel gugus bertahap untuk penentuan lokasi dan area sampling. Pengambilan sampling dengan metoda ini bertujuan untuk memudahkan penentuan lokasi wilayah sampel karena berkaitan dengan luasan area geographic yang cukup luas
Gambar 2. Tahapan sampling gugus bertahap 2. Pengambilan sampel pelaku Value chain (VC) menggunakan metode stratified random sampling. Pengukuran dan penyebaran kuisiner dilakukan pada masing-masing tingkatan pelaku yang terlibat di dalam rantai nilai kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
3.4 Desain dan Analisis 3.4.1 Adminitrasi Penelitian Sebelum penelitian di laangan dilakukan diperlukan persiapan adminitrasi penelitian sebagai berikut, diantaranya -
Memastikan proposal diperbaiki sesuai revisi
-
Menyusun daftar personel kunci sebagai pihak pertama yang terkait survei ekonomi rumah tangga dan personel sebagai responden di dalam diskusi kelompok terfokus.
-
Mempersiapkan surat perijinan dan surat undangan terkait
12
3.4.2 Penelitian Lapangan Penelitian di lapangan dilakukan melalui dua metode yaitu 1. Survei Ekonomi Rumah Tangga dan Kinerja Value Chain Peneliti berkunjung langsung ke lokasi. Peneliti melakukan wawancara dengan panduan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung. Pengamatan langsung diperlukan untuk memahami profile rumah tangga dan penghidupan usaha yang dijalani secara visual. 2. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) Peneliti menyelenggarakan diskusi kelompok bersama tokoh masyarakat lokal, petani senior, pedagang di semua level, pemilik modal informal, lembaga keuangan terkait, dinas dan LSM (forum komoditi). 3.4.3 Analisis yang digunakan Penelitian menggunakan tiga metode analisis yaitu 1. Penyusunan Model Ekonomi Rumah Tangga Perumusan model ekonometrik terdiri dari 20 persamaan yaitu 10 persamaan struktural dan 10 persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari (1) dua persamaan curahan waktu kerja anggota rumah tangga pada usahatani komoditi, (2) tiga persamaan curahan waktu kerja anggota rumah tangga pada usaha non pertanian, (3) satu persamaan produksi komoditi, (4) dua persamaan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi dan (5) dua persamaan pengeluaran rumah tangga untuk investasi. Persamaan identitas terdiri dari (1) satu persamaan curahan waktu kerja pada usaha tani komoditi, (2) dua persamaan biaya produksi usahatani padi, (3) tiga persamaan pendapatan rumah tangga dan (4) empat persamaan pengeluaran rumah tangga. Persamaan tersebut dituliskan sebagai berikut : a. Persamaan curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi adalah CKSU = a0 + a1 CKSN + a2 BTK + a3 PGTK + a4 US + a5 PS + µ1 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah a1 , a2 , a4 < 0 ; a3 , a5 > 0 dimana CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun) CKSN = curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian (jam/tahun) 13
BTK = biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp/tahun) PGTK = pengeluaran total rumah tangga (Rp/tahun) US = umur suami (tahun) PS = pendidikan suami (tahun)
b. Persamaan curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi adalah CKIU = b0 + b1 CKIN + b2 BTK + b3 PGTK + b4 JAB + µ2 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah b1 , b2 , b4 < 0 ; b3 > 0 dimana CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun) CKIN = curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian (jam/tahun) BTK = biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp/tahun) PGTK = pengeluaran total rumah tangga (Rp/tahun) JAB = jumlah anak balita (orang)
c. Persamaan curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi adalah CKKU = CKSU + CKIU dimana CKKU = curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi (jam/tahun) CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun) CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun)
d. Persamaan curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian adalah CKSN = c0 + c1 PDSN + c2 CKSU + c3 US + c4 PS + µ3 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah c1 , c4 > 0 ; c2 , c3 < 0 dimana CKSN = curahan waktu kerja suami pada usaha non pertanian (jam/tahun) PDSN = pendapatan suami dari usaha non pertanian (Rp/tahun) CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun) US = umur suami (tahun) PS = pendidikan suami (tahun)
e. Persamaan curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian adalah CKIN = d0 + d1 PDIN + d2 CKIU + d3 JAB + µ4 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah d1 > 0 ; d3 , d3 < 0 dimana CKIN = curahan waktu kerja istri pada usaha non pertanian (jam/tahun) PDIN = pendapatan istri dari usaha non pertanian (Rp/tahun) CKIU = curahan waktu kerja istri pada usaha komoditi (jam/tahun) 14
JAB = jumlah anak balita (orang)
f. Persamaan curahan waktu kerja anak pada usaha non pertanian adalah CKAN = e0 + e1 PDAN + e2 UA + e3 PA + µ5 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah e1 , e2 , e3 > 0 dimana CKAN = curahan waktu kerja anak pada usaha non pertanian (jam/tahun) PDAN = pendapatan anak dari usaha non pertanian (Rp/tahun) CKSU = curahan waktu kerja suami pada usaha komoditi (jam/tahun) UA = umur anak (tahun) PA = pendidikan anak (tahun)
g. Persamaan biaya produksi usaha komoditi adalah BPU = BTK + BSP BSP = BB + BP + BPS dimana BPU = Biaya produksi usahatani padi (Rp/tahun) BTK = Biaya tenaga kerja luar keluarga pada usaha komoditi (Rp/tahun) BSP = Biaya sarana produksi (Rp/tahun) BB = Biaya Bibit (Rp/tahun) BP = Biaya Pupuk (Rp/tahun) BPS = Biaya Pestisida (Rp/tahun)
h. Persamaan produksi adalah PROD = f0 + f1 CKKU + f2 BSP + f3 LH + µ6 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah f1 , f2 , f3 > 0 dimana PROD = produksi usaha komoditi (kg/tahun) CKKU = curahan waktu kerja rumah tangga pada usaha komoditi (jam/tahun) BSP = Biaya sarana produksi (Rp/tahun) LH = luas lahan usaha komoditi (meter persegi)
i. Persamaan pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi adalah PDKU = PNKU - BPU PNKU = PROD * HJ dimana PDKU = pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun) PNKU = penerimaan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun) BPU = biaya produksi usaha komoditi (Rp/tahun) 15
PROD = produksi usaha komoditi (kg/tahun) HJ = harga jual komoditi (Rp/kg)
j. Persamaan pendapatan total rumah tangga adalah PDTK = PDKU + PDKN dimana PDTK = pendapatan total rumah tangga (Rp/tahun) PDKU = pendapatan rumah tangga dari usaha komoditi (Rp/tahun) PDKN = pendapatan rumah tangga dari usaha non pertanian (Rp/tahun)
k. Persamaan pendapatan disposibel adalah PDD = PDTK – PBB dimana PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun) PDTK = pendapatan total rumah tangga komoditi (Rp/tahun) PBB = pajak bumi dan bangunan (Rp/tahun)
l. Persamaan konsumsi pangan adalah KP = g0 + g1 PDD + g2 PSP + g3 JAR + µ7 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah g1, g3 > 0 ; , g2 < 0 dimana KP = konsumsi pangan (Rp/tahun) PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun) PSP = pengeluaran selain pangan (Rp/tahun) JAR = jumlah anggota rumah tangga (orang)
m. Persamaan konsumsi non pangan adalah KN = h0 + h1 PDD + h2 PSNP + h3 JAR + µ8 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah h1, h3 > 0 ; , h2 < 0 dimana KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun) PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun) PSNP = pengeluaran selain non pangan (Rp/tahun) JAR = jumlah anggota rumah tangga (orang)
n. Persamaan konsumsi total adalah KT = KP + KN dimana KT = konsumsi total (Rp/tahun) KP = konsumsi pangan (Rp/tahun) 16
KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun)
o. Persamaan investasi produksi adalah IPR = i0 + i1 PDD + i2 IPD + i3 KT + µ9 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah i1 > 0 ; i2 , i3 < 0 dimana IPR = investasi produksi (Rp/tahun) PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun) IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun) KT = konsumsi (orang)
p. Persamaan investasi pendidikan adalah IPD = j0 + j1 PDD + j2 IPR + j3 KT + + j4 JAS + µ9 Tanda parameter dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah j1 , j4 > 0 ; j2 , j3 < 0 dimana IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun) PDD = pendapatan disposibel (Rp/tahun) IPR = investasi produksi (Rp/tahun) KT = konsumsi total (Rp/tahun) JAS = jumlah anak sekolah (orang)
q. Persamaan pengeluaran selain pangan dan non pangan adalah PSP = KN + IPR + IPD PSNP = KP + IPR + IPD dimana PSP = konsumsi total (Rp/tahun) KP = konsumsi pangan (Rp/tahun) KN = konsumsi non pangan (Rp/tahun) IPR = investasi produksi (Rp/tahun) IPD = investasi pendidikan (Rp/tahun)
2. Analisis Efisiensi Ekonomi Analisis menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut : Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 ebu Du eu dimana : Y
=
Produksi berat komoditi (kg)
X1
=
Luas lahan (ha)
X2
=
Jumlah tenaga kerja orang (HOK)
X3
=
Jumlah bibit yang digunakan (batang) 17
X4
=
Jumlah herbisida yang digunakan (kg)
X5
=
Waktu yang diperlukan untuk Pengeringan (jam)
Du
=
Umur Petani (dummy) : 1 = muda (22-39 tahun), 0 = tua (40-55 tahun)
a
=
Intercep
bi
=
Parameter regresi, i = 1,2,3,4,5
bu
=
Parameter peubah dummy
e
=
2,7182
u
=
Galat sisa usahatani
Efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dapat dilihat dari perbandingan atau rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) dari masing-masing faktor produksi. NPM didapat dengan cara mengadakan produk fisik marjinal (PFM) dengan harga hasil produksi (Hy). Sedangkan besarnya PFM sendiri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan matematika sebagai berikut : PFMXi = Y bi Xi dimana : PFM Xi = Produk Fisik Marjinal faktor produksi ke-i bi = elastisitas produksi faktor produksi ke-i Y = rata-rata geometrik hasil produksi Xi = rata-rata geometrik faktor produksi ke-i
Biaya Korbanan Marjinal (BKM) sama dengan harga satu satuan dari masingmasing faktor produksi yang digunakan pada musim tanam yang bersangkutan. Untuk menentukan efisiensi ekonomi, Nilai Produksi Marginal (NPM) harus sama dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM). Dengan kata lain perbandingan antara NPM dengan BKM yang sama untuk seluruh faktor produksi yang digunakan adalah bernilai satu. Pada kondisi yang demikian dapat dikatakan bahwa keuntungan maksimal telah tercapai atau penggunaan faktor-faktor produksi telah berada pada tingkat yang optimum sesuai dengan teknologi yang ada. Menurut Soekartawi (1994) dalam bentuk kenyataan nilai produksi marginal tidak selalu sama dengan biaya korbanan marginal yang sering terjadi adalah sebagai berikut 18
1. (NPMx/Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah. 2. (NPMx/Px) < 1; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi.
3. Analisis Kinerja Value Chain Analisis dilakukan terhadap atribut dan metrik kinerja value chain. Suatu metrik dapat digunakan sebagai kriteria atau indikator yang menggambarkan suatu kondisi atau performa suatu manajemen rantai. Metrik merupakan ukuran derajat kuantitatif dari atribut tertentu pada suatu sistem, komponen atau proses. Melalui proses pengukuran, dapat memberikan indikasi dari pengembangan mengenai jumlah, dimensi, kapasitas atau ukuran dari beberapa atribut produk atau proses. Dalam menentukan daftar metrik, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa metrik harus komplit, berhubungan dengan variabel bebas, praktis dan metrik dan metrik merupakan kriteria yang popular untuk perbandingan di pasar. Selain itu merupakan proses yang dapat diulang (repeatable) dan harus sesuai dengan aktifitas proses yang dilakukan oleh perusahaan atau pelaku di dalam rantai nilai. Karena itu, tidak semua metrik yang diberikan untuk pengembangan Supply Chain Operation Reference (SCOR). Dalam model SCOR versi 6.0, metrik-metrik untuk mengukur performa perusahaan merupakan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh supply chain council. Metrik tersebut terbagi ke dalam dua tujuan. Tujuan pertama menerangkan metrik yang diinginkan oleh pasar (customer/external), sedangkan tujuan kedua menerangkan metrik yang dihadapi oleh perusahaan serta pemegang saham (internal). Uraian metrik dalam metode SCOR, disajikan pada Tabel 2.
19
Tabel 2. Metrik level 1 atribut pengukuran kinerja SCOR value chain kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah Metrik level 1 Pemenuhan pesanan Kinerja pengiriman Kesesuain dengan standar Mutu Siklus pemenuhan pesananan Lead time pemenuhan pesanan Fleksibilitas rantai pasok Biaya SCM Siklus Cash to cash Inventory days of supply
Atribut Kinerja External (customer) Internal Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya X
Aset
X X
X
X
X X X X
Metrik kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan dan kesesuaian dengan standar adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan (pelaku rantai nilai) dalam memenuhi permintaan konsumen.
Pemenuhan permintaan secara
sempurna tersebut meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, kesesuaian dengan persyaratan mutu yang diminta, ketepatan tempat pengiriman dan ketepatan dokumentasi data pengiriman. Metrik kesesuian dengan standar mutu merupakan metrik baru yang ditambahkan dalam SCOR card level 1 ini karena karakteristik produk pertanian yang berbeda dengan produk manufaktur lainnya. Sama halnya dengan produk pertanian secara umm, kopi mempunyai karakteristik perishable. Metrik kesesuaian dengan standar mutu mencakup aspek-aspek penampakan, keterandalan produk. Bagi industri kopi (eksportir), performa metriks tersebut sangat penting untuk membangun kepercayaan (reliabilitas) pada pelanggan. Semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai nilai yang dibangun, semakin baik pula tingkat 20
kepercayaan atau trust building yang diberikan oleh pelaku antai nilai berikutnya terutan sekali pihak buyer (importir) dari luar negri. Manajemen rantai nilai akan berlangsung dengan baik dan lancar ketika trust building diantara anggota rantai nilai akan terbagun dengan baik. Untuk itu, perlu dipertimbangkan metrik ini sebagai salah satu acuan peningkatan pengelolaan rantai nilai kopi di dataran tinggi Aceh Tengah dan Bener Meriah. Metrik siklus pemenuhan pesanan atau order full fillment cycle time menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan (koperasi, CV dan lainlain) maupun pelaku rantai nilai untuk memenuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian metrik tersebut meliputi siklus waktu dari pemasok (source), siklus waktu produksi (make) dan siklus pengiriman produk (deliver) semakin cepat siklus waktu pemenuhan pesanan, semakin responsif pula bagi pelaku rantai nilai/perusahaan dalam melayani permintaan pelaku berikutnya di dalam rantai nilai. Metrik ini sangat penting karena mutu produk kopi yang rentan terhadap waktu pemrosesan. Metrik fleksibilitas rantai nilai bagian hilir adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam melayani peningkatan pesanan yang tidak terduga. Fleksibilitas disini meliputi kemampuan pemasok untuk menyediakan tambahan pasokan serta distribusi sebesar nilai peningkatan fleksibility nya. Nilai pengkatan untuk flesibilitas diambil dari rata-rata fluktuatif peningkatan permintaan produk kopi. Metrik penyesuaian rantai nilai hilir (atas) menerangkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyediaan produk dalam menuhi permintaan pasar dalam kurun waktu 30 hari (kontrak). Sebaliknya metrik penyesuaian rantai nilai bawah adalah penurunan kapasitas pesanan yang sanggup dihadapi perusahaan tanpa membuat tambahan biaya yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari. Kedua metrik tersebut cukup penting diperhatikan oleh para pelaku rantai nilai kopi. Semakin baik nilai yang ditunjukkan kedua metriks tersebut, semakin fleksibel perusahaan dalam memnuhi permintaan konsumen.
21
Metrik biaya manajemen rantai pasok menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga ke pelaku berikutnya.metrik ini didapat dari jumlah satuan kopi yang diproses dibagi dengan biaya yang dikeluarkan biaya manajemen rantai nilai. Metrik siklus cash to cash atau cash to cash cycle time menerangka perputaran uang perusahaan uang mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok hingga pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. Sementara itu, metrik inventory days of supply mengukur kecukupan persediaan dengan waktu (hari) yang berarti lamanya rata-rata (dalam hari) suatu pelaku rantai nilai bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimilikinya. Kinerja rantai nilai dikatakan bagus jika mampu memutar aset dengan cepat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa metrik adalah variabel kuantitatif bebas dari suatu sistem. Maka pada perhitungan metrik level 1 kinerja rantai nilai kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, merupakan hasil perhitungan metrik level 2 dan level 3. Merik level 2 dan 3 merupakan breakdown dan penjabaran dari metrik level 1. Penjabaran sementara metrik performa rantai nilai kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah dan aliran material komoditi kopi dijelaskan dalam Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel 2. Kartu SCOR Atribut performa
Level 1 Pemenuhan pesanan
Reliabilitas
Kinerja pengiriman Kesesuain dengan standar mutu dan volume
Responsivitas
siklus pemenuhan pesanan
22
Hierarki level matrik Level 2 Level 3 (sementara) % pemenuhan ketepatan jenis, pesanan ketepatan jumlah Akurasi dokumentasi dokumentasi pengiriman, keluhan dan waktu pembayaran % pesanan terkirim Ketepatan jadwal ketepatan waktu, ketepatan lokasi % kehilangan berat/volume % pemenuhan standar bebas kerusakan, penyakit, mutu return siklus source waktu transfer, verifikasi dan validasi pembayaran siklus make waktu penyiapan material, produksi, dan penyimpanan siklus deliver waktu pengemasan,
Lead time pemenuhan pesanan Fleksibilitas
Fleksibilitas rantai nilai Biaya SCM
waktu pemesanan waktu pengiriman fleksibilitas source Fleksibilitas make fleksibilitas deliver Biaya plan Biaya source Biaya Make Biaya deliver
Biaya rantai nilai
Biaya return
siklus Cash to cash Aset rantai nilai inventory days of supply
rentang pembayaran utang rentang hari pembayaran piutang jumlah persediaan lama persediaan
verifikasi pengiriman, pemuatan barang, transportasi dan verifikasi biaya forecasting penjualan, produksi dan bahan baku biaya outsource kopi biaya manajemen supplier biaya manajemen pelanggan, biaya penerimaaan pesanan, biaya outbound tranportation biaya return produk, biaya return bahan baku -
Sumber : Supply Chain Council 2006 (diolah berdasarkan desk research dan hasil wawancara sementara)
23
Gambar 2. Aliran material kopi (diolah berdasarkan desk research dan hasil wawancara sementara)
24
Dari hasil analisis inefisiensi yang terjadi di dalam aliran material melalui observasi yang mendetail pada setiap proses yang berkaitan, serta umpan balik dari perusahaan, maka dirumuskan faktor-faktor inefisiensi yang menyebabkan performa rantai pasokan tidak optimal. Faktor inefisiensi tersebut dirumuskan dalam diagram tulang ikan (fishbone analysis). Diagram fishbone induk disajikan seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram fishbone induk (big Fish)
25
Tabel 3. Garis besar Kuisiner Penelitian untuk Pengukuran Kinerja Value Chain No Atribut Metrik kinerja Satuan Cara perhitungan Kerja Pengiriman pesanan yang 1 Reliabilitas Kinerja pengiriman adalah persentase pengiriman % tepat waktu/ total pesanan pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal kosumen pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen. Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah Permintaan konsumen yang permintaan dipenuhi tanoa menunggu. dipenuhi dalam waktu dan % jumlah yang sesuai dan full/ total pesanan. Kesesuaian dengan standar mutu
2
Kecepatan tanggapan
%
Lead time pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memnuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok hinggan ke tangan konsumen. Siklus pemenuhan pesanan
3
Flesibilitas
4
Biaya
Fleksibilitas rantai nilai adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai nilai apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan pesanan tanpa terkena biaya penalti. Biaya total manajemen rantai nilai adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga ke konsumen. 26
Hari
Pengiriman yang sesuai/ jumlah pengiriman
Jumlah hari sejak produk diproduksi/diproses (dibudidayakan) hingga dikirim sampai ketangan konsumen Hari Siklus (source + make + delivery) Hari Jumlah dari siklus mencari barang + siklus membuat + siklus mengirim + lead time Rupiah Jumlah biaya dari (perencanaan+ pengadaan+pembuatan+pe ngiriman+pengembalian)
Verifikasi data Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
Kusioner kusioner, focus disscusion focus disscusion, kuisioner
5
Aset
Cash to cash cycle time adalah perputaran uang perusahaan (pelaku rantai nilai) mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, hingga pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen.
Hari
Persediaan harian untuk memasok
Hari
27
Rata-rata persediaan (per hari) + rata-rata konsumen membayar (hari) – rata-rata perusahaan membayar ke pemasok (hari) waktu yang dibutuhkan sampai barang dikirim ke pelanggan
Kuisioner, focus disscusion
Kuisioner
4.
Rencana Operasional
4.1 Tahapan Penelitian meliputi tahapan pada Tabel 1. Tabel 1. Tahapan Penelitian No Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13
Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penentuan Populasi dan Sampel Pengujian Kuesioner Perijinan Survei Studi Awal Value Chain Pengolahan Data Survei FGD Value Chain Conflict Sensitivity Penulisan draft 1 Hasil Awal Penelitian Workshop Presentasi Hasil Awal Penelitian Pengajuan abstrak ISIC 2012 Brisbane Penulisan draft 2 Revisi Penulisan Artikel Ilmiah dan Laporan Penelitian
4.2 Pembiayaan
Kegiatan penelitian mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.050.000,00 (lima puluh juta lima puluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut : No Nama Kegiatan 1 Perijinan di Banda Aceh 2 Perjalanan 1 : Survei Awal Responden, Perijinan di Tiga Lokasi, Studi Awal Value Chain, Validasi Kuesioner, 3 anggota peneliti 3 Perbanyakan Kuesioner 4 Perjalanan 2 : Survei di Aceh Tengah (Enumerator) 5 Perjalanan 3 : Survei di Bener Meriah (Enumerator) 6 Perjalanan 4 : Akomodasi dan Transportasi Peneliti 7 FGD Value Chain Conflict Sensitivity 8 Pengolahan Data Survei 9 Penulisan draft 1 Hasil Awal Penelitian 10 Penulisan draft 2 Revisi
Satuan
Unit
hari hari
3 9
pieces 350 kuesioner 150 kuesioner 150 hari 30 paket 2 paket 1 paket 1 paket 1
Harga
Harga Total
300.000 600.000
900.000 5.400.000
3.000 35.000 35.000 250.000 3.000.000 3.000.000 500.000 500.000
1.050.000 5.250.000 5.250.000 7.500.000 6.000.000 3.000.000 500.000 500.000
11 Penulisan Artikel Ilmiah dan Laporan Penelitian
paket
1
700.000
700.000
12 Penyajian di Forum Ilmiah
paket
1
5.000.000
5.000.000
13 Honor Peneliti
paket
1
9.000.000
Total Pembiayaan Penelitian
28
9.000.000 50.050.000
Daftar Pustaka
Anonim, 2009. Diagnosis Pertumbuhan Aceh : Mengidentifikasi hambatan-hambatan utama pertumbuhan ekonomi pasca konflik dan pasca bencana. Bank Dunia Indonesia. Jakarta. Anonim. 2008. Dampak Konflik, Tsunami dan Rekonstruksi terhadap Kemiskinan di Aceh. BRR NAD-Nias, Bappeda Provinsi Aceh, Bank Dunia Indonesia. Jakarta. Becker, G. S. 1965. The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press. Chicago. Gündüz, C and Klein, D. 2008. Conflict Sensitive Approaches to Value Chain Development. United States Agency for International Development. Washington. Justino, P. 2007. On the link between Violent Conflict and Household Poverty : How Much Do We Really Know?. MICROCON Research Working Paper 1. Institute Development Studies, University of Sussex. United Kingdom. Lokollo, E. M. dan Rochaeni, S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi Volume 23 No. 2, Oktober 2005: 133-158. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Balitbang Pertanian. Bogor. Mac Ginty, R. and William, A. 2009. Conflict and Development. Routledge – Taylor & Francis Group. London and New York. Rohim, A. dan Hastuti, D. R. D. 2008. Ekonomika pertanian. Penebar swadaya. Jakarta. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta. Tajima, Y. 2010. Understanding the Livelihoods of Former Insurgents: Aceh, Indonesia. Indonesian Social Development Paper No. 17. Conflict and Development Team - World Bank Indonesia. Jakarta. Watson, C. 2010. Socio-economic reintegration of ex-combatants – Understanding and addressing key challenges. Reintegration Briefing Paper – 1.1. International Alert, Brussel.
29
Lampiran 1. Kuesioner Ekonomi Rumah Tangga KUESIONER EKONOMI RUMAH TANGGA
Responden
:
___________________________________________________
Nomor
:
______
Tanggal
:
__________________________
Enumerator
:
__________________________
INTERNATIONAL CENTER FOR ACEH AND INDIAN STUDIES 2012 30
I.
Identitas Responden 1. Nama Kepala Rumah Tangga 2. Kategori
3. 4. 5. 6. II. No
: ______________________________ : a. Mantan Kombatan b. Mantan PETA c. Masyarakat Dampak Konflik Jenis Kelamin : ______________________________ Umur : ______________________________ Lama Menjadi Petani Sebelum Konflik : _________________ tahun Kembali menjadi Petani Setelah Konflik : _________________ tahun
Susunan Keluarga dan Pendidikan Formal Status Dalam Keluarga
Jenis Kelamin (L/P)
Umur SD
Pendidikan (Tahun) SLTP SLTA
1 Kepala Keluarga 2 Isteri 3 Anak ke-1 4 Anak ke-2 5 Anak ke-3 6 Anak ke-4 7 Anak ke-5 Keterangan : T= Tamat BT= Belum Tamat TT=Tidak Tamat Serta Lamanya Waktu (tahun yang digunakan dalam mengikuti pendidikan formal) III. Keterangan Lain 1.
Jarak antara rumah dengan tempat bekerja Kebun. ……………….…………Km
2.
Jarak antara rumah dengan tempat bekerja selain kebun …………………….Km
3.
Mengikuti/tidak mengikuti kursus/penyuluhan/latihan kerja yang diberikan Dinas Pertanian atau instansi lain yang terkait……………………………………………. ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………
31
PT
IV. Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Total Keluarga No 1 2 3 4 5
No 1 2 3 4 5 6 7
Sumber Pendapatan Bukan Hasil Bekerja Menyewakan Tanah/Sawah Menyewakan Rumah Menyewakan Sepeda Motor Warisan Lain-lain (sebutkan) ……………………….. ……………………..... Total Anggota Keluarga Kepala Keluarga Isteri Anak ke-1 Anak ke-2 Anak ke-3 Anak ke-4 Anak ke-5
Besarnya Pendapatan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/hari
Pekerjaan Utama
Rp/hari
V.
Alokasi Waktu Anggota Rumah Tangga
5.1.
Sebagai Petani
No 1 2 3 4 5 6
Status Dalam Keluarga Kepala Keluarga Isteri Anak ke-1 Anak ke-2 Anak ke-3 Anak ke-4 Anak Ke-5 Total
Jam/hari
Besarnya Pendapatan Rp/minggu Rp/bulan Rp/tahun
Curahan Kerja Keluarga Jam/minggu Jam/bulan
32
Rp/tahun
Jam/tahun
5.2. No
1 2 3 4 5 6 7
Diluar Petani Anggota Keluarga
Jam/hari I II III
Curahan Kerja Keluarga Jam/minggu Jam/Bulan I II III I II III
Jam/Tahun I II III
Kepala Keluarga Istri Anak ke-1 Anak ke-2 Anank ke-3 Anak ke-4 Anak ke-5 Total
VI. Pengeluaran Total Rumah Tangga 6.1.
Konsumsi Pangan
No
Komoditi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Beras Jagung Singkong Ikan Daging Telur Susu Tahu/Tempe Sayuran Buah-Buahan Kelapa Bumbu Dapur Gula Kopi Teh Minyak Goreng Minyak Tanah Gas Rokok ……………….. ………………. ………………. Total
Hari Rp Unit
Minggu Rp Unit
33
Bulan Rp Unit
Tahun Rp Unit
6.2.
Konsumsi Non Pangan
No
Komoditi Rp/hari
1 2 3 4 5 6 7
Rata-Rata Kebutuhan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/tahun
Pakaian Pasta Gigi Sabun Mandi Sabun Cuci/Sabun Colek Sikat Gigi Listrik Air Galon ……………………….. ……………………….. Total
6.3. Pengeluaran Lain No
Komoditi Rp/hari
1 2 3
4 5 6 7
Rata-Rata Kebutuhan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/tahun
Rata-Rata Kebutuhan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/tahun
TV Radio Iuran PBB Pajak Lain Peralatan Rumah Tangga Membayar Ansuran Hand Phone Pulsa Hand Phone
Total 6.4. Investasi Sumber Daya Manusia No
Komoditi Rp/hari
1
2
Biaya Sekolah : Pakaian Tas Buku-Buku Alat Tulis Transportasi SPP 34
3
Biaya Perawatan Kesehatan
Total VII. Tabungan No 1 2 3
Rp/hari
Rata-Rata Tabungan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/tahun
Rp/hari
Rata-Rata Kebutuhan Rp/minggu Rp/bulan
Rp/tahun
Besar tabungan Bunga tabunga Biaya menabung
VIII. Pinjaman No 1 2
Besar pinjaman Bunga pinjaman
35
Lampiran 2. Penduan Pertanyaan Assessment Konflik A. INCENTIVES FOR VIOLENCE ETHNIC AND RELIGIOUS DIVISIONS: 1. Apakah terdapat hubungan antara kelompok etnis/agama yang berbeda yang ditandai dengan dominasi, dominasi potensial atau tingginya tingkat fragmentasi? 2. Di manakah kelompok tersebut saat ini tinggal dan berapa jumlahnya? Apakah mereka terpusat di kantong regional atau tersebar? Jika terkonsentrasi, apakah mereka membentuk mayoritas atau menjadi minoritas di daerah tersebut? 3. Apa terdapat sejarah hubungan antar kelompok? Apakah ada pola diskriminasi sistematis atau pernah terjadi hubungan relatif damai dan inklusif? 4. Apakah perbedaan lainnya, misalnya pengucilan politik atau ketidaksetaraan ekonomi telah memperkuat perpecahan etnis? 5. Apakah ada elit yang menghadapi atau menggunakan insentif ekonomi atau politik untuk memobilisasi kekerasan etnis? 6. Apakah etnis ekstremis atau retorika agama masih terjadi atau meningkat? Apakah elit mulai menciptakan atau mempromosikan “mitos” etnis? ECONOMIC CAUSES: 1. Apakah ekonomi negara dalam kondisi tumbuh, stagnan atau menurun? (Berapa persen)? 2. Apakah negara (atau wilayah) termasuk negara berpenghasilan rendah? 3. Apakah pernah terjadi -dan masih ada terjadi- kesenjangan besar pada sosialekonomi? Apakah ini memperkuat jalur perbedaan/pembedaan seperti etnisitas? 4. Apakah ekonomi sangat bergantung pada komoditas primer atau telah terjadi di masa yang lalu? Apakah komoditas ini mudah "lootable" (mudah diusahakan oleh individu atau kelompok pekerja yang tidak terampil)? 5. Apakah kekuatan ekonomi terkait dengan kekuasaan politik? 6. Jika ada ekonomi informal besar, apakah sah atau ilegal (misalnya bisnis narkoba, perdagangan manusia, dll)? Apakah perubahan ini dengan transisi dari konflik? 7. Apa kapasitas ekonomi formal/informal untuk menyerap pendatang atau bisnis baru? 8. Bagaimana tingkat pengangguran, khususnya bagi para pemuda di daerah perkotaan? 9. Apakah ada kecocokan antara keterampilan pemain baru dan kebutuhan perekonomian? 10. Apakah ekonomi yang ada sangat bergantung pada akses ke pasar global? Bagaimana kerentanannya terhadap guncangan ekonomi? ENVIRONMENTAL CAUSES: 1. Apakah terdapat kelangkaan pada sumber daya utama? 2. Apa saja penyebab utama dari kelangkaan? 3. Apakah kelangkaan menyebabkan penangkapan sumber daya? 4. Apakah kelangkaan menyebabkan perpindahan (migrasi) penduduk? 5. Apakah efek dari kelangkaan (sumber daya tangkap dan migrasi penduduk) memperkuat pembagian atas (etnis, agama, ekonomi) dan atau menghasilkan persaingan antar kelompok? 36
6. 7.
Apakah elit bersaing atas kontrol terhadap sumber daya alam yang berharga (baik terbarukan dan tidak terbarukan atau langka atau tidak?) Apakah sumber daya tertentu (seperti tanah) digunakan sebagai alat dalam persaingan politik?
DEMOGRAPHIC TRENDS 1. Apakah tingkat pertumbuhan populasi berbeda di seluruh tempat berbeda, masyarakat yang berdekatan? 2. Apakah terdapat faktor lain (misalnya, migrasi ekonomi) yang tip keseimbangan demografis terhadap satu kelompok tertentu? 3. Apakah penduduk perdesaan berkembang? Jika demikian, apakah ada akses terhadap tanah atau apakah ada “katup pengaman lain” untuk tekanan populasi (misalnya, migrasi ke negara yang berdekatan atau kesempatan ekonomi di pusatpusat kota)? 4. Berapa tingkat urbanisasi? Apakah penduduk perkotaan yang berkembang pada masa pertumbuhan ekonomi atau saat penurunan ekonomi? 5. Berapa ukuran kelompok pemuda relatif terhadap jumlah penduduk? 6. Apakah pada wilayah tertentu (pusat-pusat kota, daerah yang berbeda) di mana kelompok pemuda adalah tidak proporsional besar? 7. Apakah orang-orang muda radikalisasi? Jika demikian, di sekitar isu-isu apa?Jika tidak, apa yang membuat hal ini terjadi? 8. Apakah ada peningkatan terhadap pemuda, profesional terdidik yang tidak memiliki kesempatan untuk kemajuan politik atau ekonomi? INTERACTION EFFECTS 1. Apakah ada banyak insentif untuk kekerasan (baik ekonomi dan non-ekonomi) atau sedikit? 2. Apakah insentif tersebut sudah berjalan lama dan kronis atau bersifat biasa saja ssat ini dibandingkan awalnya? 3. Apakah insentif untuk kekerasan bersifat tumpang tindih dan saling memperkuat satu sama lain atau melintasi pada perbedaan/pembedaan? Misalnya apakah akses kepada peluang ekonomi tumpang tindih dengan atau melintasi perbedaan etnis? 4. Apakah ada keselarasan antara keluhan (grievances) sosial-politik dan motivasi ekonomi? Apakah para elit dengan insentif politik/ekonomi untuk memobilisasi kekerasan pada posisi yang baik untuk memasuki sebuah keluhan (grievances) yang kuat?
B. MOBILIZATION: ACCESS TO CONFLICT RESOURCES ORGANIZATIONAL RESOURCES 1. Apakah struktur organisasi menjembatani atau memperkuat perbedaan dalam masyarakat? Sebagai contoh, adalah kelompok masyarakat sipil mono-etnis atau multi-etnis? 2. Apakah ada asosiasi etnis atau agama mapan yang dapat digunakan untuk memobilisasi kekerasan? 3. Apakah struktur ini mengambil bagian untuk menyediakan layanan penting, seperti akses terhadap pekerjaan atau pendidikan, dalam konteks sebuah negara lemah? 37
4. 5.
Seberapa dekat sumber daya organisasi (misalnya, kelompok etnis atau jaringan patronase) sejajar dengan insentif untuk kekerasan? Jika insentif dan organisasi selaras, apakah organisasi-organisasi ini mampu memantau perilaku kelompok dan menghukum pembelot dari tujuan kelompok?
FINANCIAL RESOURCES 1. Apakah kelompok dengan insentif untuk memobilisasi kekerasan berafiliasi dengan kelompok dukungan asing (misalnya, diaspora masyarakat, pemerintah asing, kelompok agama atau etnis transnasional) yang dapat menyumbangkan dana? 2. Dapatkah orang-orang termotivasi untuk terlibat dalam kekerasan mendapatkan kontrol dari "lootable" komoditas primer? 3. Apakah sumber daya yang tersedia melalui korupsi pemerintah atau jaringan patronase? 4. Dapatkah sumber daya yang ada bisa diperoleh melalui kegiatan penyelundupan, penculikan, perampokan atau lainnya di pasar gelap atau abu-abu? HUMAN RESOURCES Apakah ada populasi siap rekrut (misalnya, pemuda yang menganggur di daerah perkotaan atau semi-perkotaan) yang tersedia untuk aktor termotivasi untuk terlibat dalam kekerasan? GENERAL QUESTIONS 1. Apakah kelompok dengan insentif untuk kekerasan memiliki akses ke semua sumber konflik yaitu organisasi, keuangan dan sumber daya manusia atau hanya beberapa? 2. Apa tingkat sumber daya yang dimiliki kelompok dan tingkat seperti apa yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan mereka? Apakah terdapat kecocokan? 3. Dari manakah sumber daya berasal (misalnya sumber daya alam, jaringan korupsi/ patronase, diaspora, rekrutmen asing, sumber lokal/internasional) dan apakah hal ini menyiratkan terhadap kemudahan akses dan keberlanjutan?
C. INSTITUTIONAL CAPACITY AND RESPONSE REGIME TYPE AND LEGITIMACY 1. Apakah rezim demokratis, otoriter, atau campuran? 2. Sudah berapa lama sistem rezim tersebut terbentuk? 3. Apakah dalam masa transisi atau erosi? 4. Apakah ada aturan yang berlaku umum untuk kompetisi politik? 5. Bagaimana tingkat keseluruhan menghormati otoritas nasional? INCLUSION/EXCLUSION 1. Apakah kebijakan pemerintah mendukung satu kelompok dibandingkan kelompok yang lain? Misalnya mengenai layanan yang diberikan pemerintah sama-sama kepada seluruh kelompok etnis atau agama yang berbeda. 2. Apakah keberadaan organisais masyarakat sipil memperkuat atau meredam perpecahan?
38
3.
4. 5.
Seberapa kuat organisasi multi-etnis atau multi-agama? Apakah mereka memiliki basis massa (misalnya serikat buruh, asosiasi bisnis) atau mereka terbatas pada lapisan elit saja? Bagaimana isu-isu etnis/agama diajarkan di sekolah? Apakah pers mempromosikan intoleransi etnis atau agama?
RULE OF LAW/PROVISION OF SECURITY 1. Seberapa kuat sistem peradilan yang berlaku? 2. Apakah terdapat kebebasan sipil dan politik yang dihormati? 3. Apakah hak-hak asasi manusia diakui? 4. Apakah ada kekerasan negara yang melanggar hukum itu? 5. Apakah kekuatan sipil mengontrol pihak keamanan? 6. Apakah pemerintah dapat mengendalikan secara efektif terhadap teritorial? 7. Apakah pihak keamanan (polisi dan peradilan) secara efektif dan tidak memihak dalam menyelesaikan perselisihan antara kelompok atau apakah terjadi persepsi bias diantara mereka? 8. Sejauh mana pihak keamanan terlibat dalam aktivitas ekonomi ilegal? 9. Apakah lembaga pemerintah secara efektif mengatur perdagangan senjata, aspek legalitas kepemilikan senjata dan mencegah perdagangan senjata ilegal atau mereka berpartisipasi di dalamnya? ECONOMIC GOVERNANCE 1. Apakah kebijakan ekonomi mendorong pertumbuhan atau mengurangi hambatan? 2. Apakah saja kebijakan yang kondusif bagi stabilitas ekonomi makro? 3. Apakah pemerintah bersama organisasi masyarakat sipil secara efektif mengawasi dan menegakkan transparansi keuangan dan akuntabilitas? 4. Apakah pemerintah mampu melakukan kontrol ekonomi atas wilayah negara atau terdapat zona khusus bagi kegiatan ekonomi yang lebih luas dan bersifat otonom? 5. Apakah kebijakan pemerintah mendorong kecocokan yang baik antara keterampilan tenaga kerja yang tersedia dan tuntutan pasar? 6. Apakah kebijakan ekonomi negara mendukung satu kelompok dengan mengorbankan kelompok lain? 7. Apakah pemerintah daerah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan investasi serta mengatasi permasalahan ekonomi di daerah? 8. Apakah masyarakat akar rumput dan/atau lembaga nasional terlibat secara konstruktif mengembangkan pembangunan ekonomi bagi kelompok marjinal dan kurang terwakili? 9. Apakah program pemerintah secara konstruktif melibatkan kelompok kerja berpotensial misalnya pemuda yang menganggur? NATURAL RESOURCE MANAGEMENT 1. Apakah kebijakan pemerintah berusaha untuk meningkatkan pengelolaan berkelanjutan terhadap sumber daya alam? 2. Apakah ada lembaga yang efektif menengahi klaim atau konflik terhadap sumber daya alam seperti tanah atau air? 3. Apakah elit lokal/nasional mendapatkan hasil yang signifikan (di luar pendapatan) dari kegiatan eksploitasi sumber daya alam? 39
4.
5.
Bagaimana pandangan elite Negara terhadap keberadaan sumber daya alam? Apakah sebagai sumber daya negara yang berharga atau sumber daya yang diperebutkan dalam kompetisi politik? Apakah negara dapat menanggapi guncangan kerusakan lingkungan atau sumber daya alam?
DEMOGRAPHIC FACTORS 1. Apakah kebijakan pemerintah menyebabkan pergeseran demografis, misalnya melalui transmigrasi yang disponsori pemerintah atau program pertanian? 2. Apakah pemerintah merespon tuntutan baru yang diciptakan oleh perubahan demografis? Misalnya apakah hak suara terikat atas tempat tinggal menetap atau asal tempat kelahiran. D. REGIONAL AND INTERNATIONAL FACTORS 1. Apakah adanya perpecahan etnis dan/atau agama diperkuat oleh hubungan paralel di negara tetangga? 2. Apakah kerusakan lingkungan memiliki lintas batas penyebab atau efek? 3. Apakah kegiatan ekonomi (baik legal maupun ilegal) terkait erat dengan dinamika regional atau perubahan global? 4. Apakah ekonomi sangat rentan terhadap guncangan ekonomi global? 5. Apakah pergeseran demografis terkait dengan kejadian lokal? 6. Apakah mobilisasi yang difasilitasi oleh dukungan pemerintah negara lain atau kelompok etnis dan agama di luar negeri? E. WINDOWS OF VULNERABILITY 1. Apakah reformasi pemerintah direncanakan dapat mengakibatkan pergeseran kekuasaan politik atau ekonomi (misalnya, desentralisasi, anti korupsi, reformasi sektor keuangan)? 2. Apakah terjadi pemilu yang kontroversial? 3. Apakah negara rentan terhadap bencana alam? 4. Apakah pemerintah efektif merespon kerusakan yang disebabkan bencana alam? 5. Apakah ekonomi negara sangat rentan terhadap guncangan ekonomi global? 6. Apakah lembaga pemerintah memiliki pengalaman yang efektif menanggapi krisis politik dan ekonomi? 7. Apakah pemerintah daerah secara efektif dan konstruktif mampu menanggapi ketidakstabilan lokal?
40