FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS SENTRAL PADA KADER KESEHATAN DI WILAYAH UPT PUSKESMAS KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK TAHUN 2013 Khiyarotun Nisa’1, Sandra Fikawati2
1
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Kecamatan Sawangan tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional menggunakan data primer terhadap 108 responden. Hasil penelitian menunjukkan 58,3% responden mengalami obesitas sentral. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara IMT, riwayat keluarga, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan aktivitas fisik dengan obesitas sentral (lingkar pinggang). Analisis multivariat menunjukkkan aktivitas fisik ringan sebagai faktor dominan terhadap obesitas sentral. Peneliti menyarankan adanya pemantauan status gizi secara rutin, peningkatan aktivitas fisik, penurunan asupan makan berupa gorengan, pengaturan pola makan, dan pengurangan porsi makan. Kata Kunci : obesitas sentral, cross-sectional, faktor dominan ABSTRACT The general objective of this study was to determine the dominant factors associated with central obesity on health cadres in UPT Puskesmas Sawangan District 2013. This study is a descriptive cross-sectional study design using primary data on 108 respondents. The results showed 58.3% of respondents had central obesity. Bivariate analysis showed association between BMI, family history, intake of energy, carbohydrate, protein, fat, and physical activity with central obesity (waist circumference). Multivariate analysis indicating light physical activity as a dominant factor for central obesity. Researchers suggest the routine monitoring of nutritional status, increased physical activity, decreased food intake in the form of fried foods, dietary adjustments, and reduced portions. Keywords: central obesity, cross-sectional, the dominant factor PENDAHULUAN Obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif (Sugianti, Hardinsyah, dan Afriansyah, 2009). Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan obesitas
sentral meliputi penyakit kardiovaskuler (Seidell et al., 2001; Zhu et al., 2002), sindrom metabolik (Lee et al., 2007), dislipidemia (Janssen, Katzmarzyk, and Roset, 2004), diabetes tipe-2 dan hipertensi (Abolfotouh et al., 2008).
1 Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
2
Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak pada bagian perut atau pusat (WHO, 2000). Penentuan obesitas sentral dapat dilakukan menggunakan pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang dengan lingkar panggul (Griesemer, 2008). Dari berbagai penelitian, pengukuran obesitas sentral dengan lingkar pinggang ternyata lebih tepat untuk memprediksi gangguan metabolik (Saaristo et al., 2008), penyakit kardiovaskuler, dan resiko kesehatan lainnya dibandingkan dengan pengukuran menggunakan IMT (Dunkley et al., 2009; Zhu et al., 2002; Janssen et al., 2004) dan rasio lingkar pinggang dengan lingkar panggul (Wang et al., 2005 dalam Dunkley et al., 2009; Abolfotouh et al., 2008). Cut off point lingkar pinggang yang dapat meningkatkan resiko gangguan metabolik menurut WHO (2011) adalah >94 cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita. Obesitas sentral merupakan masalah kesehatan yang terjadi di segala penjuru dunia. Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey 2005-2006 di Amerika Serikat, didapatkan prevalensi obesitas sentral penduduk dewasa usia ≥20 tahun sebesar 49,9% pada pria dan 63,5% pada wanita berkulit putih. Sedangkan prevalensi penduduk berkulit hitam sebesar 43,3% pada pria dan 73,2% pada wanita (Griesemer, 2008). Hasil penelitian tentang kejadian obesitas sentral pada usia dewasa (≥18 tahun) di Desa Legian, Kuta, Bali didapatkan prevalensi obesitas sentral sebesar 45,1% pada pria dan 54,9% pada wanita (Ayu dkk., 2011). Penelitian yang sama dilakukan pada orang dewasa (30-60 tahun) di Padang dengan hasil prevalensi obesitas sentral sebesar 38,5% pada pria dan 58,5% pada wanita (Erlinda dan Susmiati, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas sentral, meliputi usia, riwayat keluarga, paritas, asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, protein, serat), dan aktivitas fisik. Permasalahan ini merupakan tanggung jawab semua kalangan, salah satunya adalah kader kesehatan (Depkes, 2012). Kader kesehatan adalah orang yang dijadikan sebagai panutan oleh masyarakat dalam hal kesehatan (Ruziana, 2008). Namun, hasil penelitian awalan menunjukkan bahwa 50% kader kesehatan (30-50 tahun) di wilayah UPT Puskesmas Kecamatan Sawangan Kota Depok mengalami obesitas sentral. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan prevalensi obesitas sentral secara nasional, yaitu sebesar 18,8% (Riskesdas, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2013 adar diketahui cara penanggulangan yang paling tepat.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
3
TINJAUAN TEORITIS Obesitas sentral didefinisikan sebagai kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat (WHO, 2000). Menurut Kamus Gizi, disebut mengalami obesitas sentral jika lingkar perut lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm pada wanita. Obesitas sentral merupakan indikator resiko terhadap beberapa penyakit dan kematian (Sandjaja dkk., 2009). Obesitas sentral yang diukur menggunakan lingkar pinggang ini memiliki hubungan erat dengan obesitas umum berdasarkan IMT. IMT memiliki korelasi yang sangat bermakna dengan besar lingkar pinggang pada penduduk dewasa (≥20 tahun) Amerika Serikat (Flegal et al., 2009). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian obesitas sentral pada pegawai kantor (19-56 tahun) di Jakarta Timur (Nurviati, 2012). Obesitas sentral dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko. Faktor usia memiliki pengaruh dalam kejadian obesitas sentral. Menurut Sugianti (2009), semakin tua usia seseorang, maka resiko obesitas sentral pun semakin tinggi. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa usia 35-54 tahun memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan usia 15-34 tahun, dan usia ≥55 tahun memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan usia 35-35 tahun. Terdapat hubungan nyata positif antara umur dan kejadian obesitas sentral. Semakin meningkatnya usia, terjadi peningkatan kejadian obesitas sentral secara signifikan (Abolfotouh et al., 2008). Riwayat keluarga juga memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sentral. Penelitian menunjukkan bahwa faktor riwayat keluarga/ genetik mempengaruhi besar IMT seseorang sebanyak 70% (Stunkard et al., 1990 dalam Karastergiou et al., 2012). Faktor genetik berhubungan dengan variasi berat badan dan komposisi tubuh seseorang (Cardon et al.,1994 dalam Kantachuvessiri et al., 2005). Hasil penelitian Kantachuvessiri et al (2005) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara saudara atau pasangan yang obesitas dengan kejadian obesitas pada subjek. Faktor poligenik merupakan efek gen utama yang menghasilkan fenotip obesitas. Faktor genetik berpengaruh 25%-75% terhadap kejadian obesitas. Namun, terdapat faktor lain yang berpengaruh, yaitu pola asuh anak serta adanya interaksi antara gen dengan lingkungan. Paritas memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita. Melahirkan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan komposisi tubuh dan bentuk tubuh pada wanita. Kehamilan berhubungan terjadinya peningkatan jaringan lemak viseral dan sentral setelah melahirkan (WHO, 2011). Menurut hasil penelitian Hajian-Tilaki dan
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
4
Heidari (2007) di Iran dan Erem et al (2004) pada penduduk Turki usia ≥20 tahun didapatkan hubungan yang sangat erat antara jumlah paritas/ melahirkan dengan kejadian obesitas maupun obesitas sentral. Faktor lain yang berhubungan dengan obesitas sentral adalah asupan zat gizi, meliputi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Obesitas sentral juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi. Asupan zat gizi berupa energi, karbohidrat, protein, lemak, dan serat merupakan faktor resiko yang berpengaruh langsung terhadap kejadian obesitas sentral. Hasil penelitian Mustamin (2010) terhadap ibu rumah tangga (45-54 tahun) di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara total asupan energi dengan obesitas sentral. Hasil penelitian yang dilakukan di Kota Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatra Barat pada wanita usia dewasa (30-50 tahun) didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan lemak dengan obesitas sentral (Trisna dan Hamid, 2009). Hasil penelitian Lin et al (2011) juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan besar lingkar pinggang. Penelitian kohort prospektif yang dilakukan di Eropa pada orang dewasa (20-78 tahun) yang diikuti selama 6,5 tahun menghasilkan hubungan signifikan berbanding terbalik antara asupan serat dengan obesitas sentral. Asupan serat akan menurunkan lingkar pinggang sebesar 0,08 cm per tahun (Du et al., 2010). Aktivitas fisik juga merupakan faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral. Penelitian Trisna dan Hamid (2009) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral. Aktivitas fisik yang kurang memiliki resiko obesitas yang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat menurunkan obesitas sentral melalui penggunaan lemak dari daerah perut, sebagai hasil redistribusi jaringan adiposa. yang cukup (Sudikno, 2010). Begitu pula hasil penelitian Tilaki dan Heidari (2006) di Iran yang menyatakan bahwa aktivitas fisik yang rendah sangat berpengaruh terhadap kelebihan lemak tubuh, baik obesitas umum maupun obesitas sentral. Okusun et al (2006) dalam Gearhart et al (2008) menyatakan bahwa aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap penurunan prevalensi akumulasi lemak abdominal. METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di wilayah UPT Puskesmas Sawangan yang meliputi
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
5
Kelurahan Sawangan dan Sawangan Baru. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2013 yang berjumlah 114 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Namun, hanya terdapat 108 orang kader kesehatan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kader kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Sawangan dan tidak sedang dalam kondisi hamil. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data diambil oleh dua orang enumerator yang telah terlatih. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah obesitas sentral. Varuabel independen dalam penelitian ini adalah IMT, usia, paritas, riwayat keluarga, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, asupan serat, dan aktivitas fisik. Data obesitas sentral berupa lingkar pinggang diperoleh melalui pengukuran fisik dengan cara mengukur titik tengah antara tulang iliac paling atas dan tulang iga paling bawah saat responden melakukan ekspirasi normal menggunakan pita ukur ketelitian 0,1 cm. Data IMT diperoleh melalui pengukuran berat badan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 kg dan pengukuran tinggi badan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm. Data aktivitas fisik diperoleh melaui wawancara kuesioner GPAQ. Data asupan zat gizi juga diperoleh melalui wawancara food recall 2x24 jam. Data lainnya, yaitu usia, paritas, dan riwayat keluarga diperoleh melalui wawancara kuesioner. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Tahap dalam pengolahan data meliputi penyuntingan, pengodean, pemasukan data, pengoreksian dan penyaringan data. Analisis data dilakukan tiga tahap, meliputi univariat, bivariat, dan multivariat. Univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran setiap variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan analisis chi square. Sedangkan analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan yang paling dominan terhadap variabel dependen dengan analisis regresi logistik ganda.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
6
HASIL PENELITIAN Hasil Univariat Tabel 1.1.Hasil Univariat Prevalensi Variabel Dependen dan Independen No
Variabel
1
Obesitas sentral Ya (> 80 cm) Tidak (≤ 80 cm) Status Gizi Gemuk (> 25 kg/m2) Normal ( 18,5-25 kg/m2) Kurus (< 18,5 kg/m2) Usia Resiko tinggi (≥ 35 tahun) Resiko rendah (< 35 tahun)
2
3
Persentase (%)
No 6
58,3 41,7 7 58,3 39,8 1,9 8 88,0
Variabel Asupan energi Lebih (> 100% AKG) Cukup (≤ 100% AKG) Asupan karbohidrat Lebih (> 65% AKG) Cukup (≤ 65% AKG) Asupan Protein Lebih (> 100% AKG) Cukup (≤ 100% AKG)
Persentase (%) 30,6 69,4 13,9 86,1 55,6 44,4
12,0 4 5
Paritas Tinggi (> 2 kali) Rendah (≤ 2 kali) Riwayat keluarga Ya Tidak
9 58,3 41,7 10 38,9 61,1 11
Asupan lemak Lebih (> 25% AKG) Cukup (≤ 25% AKG) Asupan serat Kurang (< 19 gr/ hari) Cukup (≥ 19 gr/hari) Aktivitas fisik Ringan Sedang Berat
61,1 38,9 98,1 1,9 38,0 41,7 20,4
Hasil Bivariat Status gizi yang diukur berdasarkan IMT memiliki hubungan yang sangat erat dengan dengan lingkar pinggang. Hal ini diperlihatkan oleh nilai p-value = 0,000 dengan nilai r = 0,845. Selain itu, hbungan keeratan antara IMT dengan lingkar pinggang diperlihatkan dalam grafik di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Plot IMT dengan LP
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
7
Grafik di atas menunjukkan hubungan positif antara IMT dengan lingkar pinggang. Semakin dekat sebaran data dalam gambar menunjukkan hubungan yang semakin erat antara IMT dengan lingkar pinggang. Tabel 1.2.Analisis Variabel Independen dengan Obesitas Sentral No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Obesitas sentral Ya (%) Tidak (%)
Variabel Usia Resiko tinggi Resiko rendah Paritas Tinggi Rendah Riwayat Keluarga Ya Tidak Asupan energi Lebih Cukup Asupan karbohidrat Lebih Cukup Asupan protein Lebih Cukup Asupan lemak Lebih Cukup Asupan serat Kurang Cukup Aktivitas fisik Ringan Sedang Berat
p-value
95% CI
OR
60,0 46,2
40,0 58,3
0,516
0,55-5,61
1,75
63,5 51,5
36,5 48,9
0,276
0,76-3,62
1,66
76,2 47,0
23,8 53,0
0,005*
1,53-8,53
3,61
87,9 45,3
12,1 54,7
0,000*
2,80-27,33
8,74
86,7 53,8
13,3 46,2
0,034*
1,19-26,17
5,59
70,0 43,8
30,0 56,2
0,011*
1,36-6,63
3,00
74,2 33,3
25,8 66,7
0,000*
2,47-13,43
5,76
58,5 50,0
41,5 50,0
1,000
0,09-23,14
1,41
82,9 48,9 31,8
17,1 51,5 68,2
0,000* 0,189
3,10-34,94 0,70-5,98
10,41 2,05
*berarti meliliki hubungan bermakna dengan obesitas sentral
Hasil Multivariat Tabel 1.3.Analisis Multivariat Faktor Dominan Variabel Independen Asupan energi Asupan karbohidrat Asupan protein Asupan lemak Aktivitas fisik_1 Aktivitas fisik_2 Riwayat keluarga
P-value 0,024 0,782 0,127 0,004 0,001 0,014 0,102
OR 16,15 0,68 0,33 6,98 18,68 6,41 2,42
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
CI 95% 1,44 – 181,39 0,05 – 10,09 0,08 – 1,37 1,84 – 26,48 3,53 – 98,70 1,45 – 28,25 0,84 – 6,98
8
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan obesitas sentral. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai OR yang paling tinggi. Berdasarkan analisis regresi logistic, didapatkan hasil bahwa aktivitas fisik ringan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral pada responden. PEMBAHASAN Hasil pengukuran lingkar pinggang terhadap kader kesehatan di Puskesmas Sawangan menunjukkan 58,3% responden mengalami obesitas sentral. Proporsi ini tidak jauh berbeda dengan hasil survey awalan yang pernah dilakukan, yaitu sebesar 50%. Proporsi ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan prevalensi obesitas sentral secara nasional, yaitu sebesar 18,8% (Riskesdas, 2007). Selain itu, proporsi tersebut masih lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian tentang obesitas sentral yang pernah dilakukan pada wanita usia dewasa. Penelitian yang pernah dilakukan di Padang terhadap wanita usia dewasa menunjukkan proporsi obesitas sentral sebesar 49,7% (Trisna dan Hamid, 2008). Proporsi ini juga lebih besar dibandingkan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia dewasa di Mesir, yaitu sebesar 32,6% (Abolfotouh et al., 2008). Besarnya proporsi obesitas sentral pada kader kesehatan ini diduga karena ketidakseimbangan energi. Jumlah energi total yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dibandingkan dengan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value < 0,05 (0,000) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT) dengan besar lingkar pinggang pada kader kesehatan di Puskesmas Sawangan. Selain itu, hasil analisis data juga menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara IMT dengan lingkar pinggang, dibuktikan dengan nilai r = 0,845. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Flegal et al (2009) terhadap orang dewasa usia ≥ 20 tahun dengan jumlah responden sebanyak 12901 warga Amerika Serikat. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Berdasarkan hasil uji korelasi, didapatkan nilai r antara 0,852 – 0,941 yang berarti bahwa terdapat hubungan positif yang sangat erat. Selain itu, penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Nurviati (2012) dan Auliyah (2012) yang menyatakan hubungan yang sangat erat antara status gizi (IMT) dengan lingkar pinggang. Bahkan, Smith (2007) dalam Auliyah (2012) menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan lingkar pinggang pada setiap negara di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
9
Distribusi usia responden sebesar 88,0% merupakan usia yang berisiko (≥35 tahun) terhadap obesitas sentral. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value > 0,05 (0,516) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan obesitas sentral. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Abolfotouh et al (2008) terhadap penduduk Mesir berusia ≥ 18 tahun. Penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin meningkatnya usia, prevalensi obesitas sentral semakin meningkat. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Trisna dan Hamid (2009) pada wanita dewasa di Kecamatan Lubuk Sikaping menyatakan hubungan tidak bermakna antara usia dengan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang (p-value 0,081). Kondisi gizi yang berlebih banyak dialami oleh kelompok usia dewasa. Kondisi ini semakin parah, bahkan menyerang kelompok usia muda (Hidayanti, 2009). Ketidakbermaknaan hasil penelitian ini terjadi karena banyaknya responden yang masih berusia kurang dari 35 tahun, tetapi memiliki lingkar pinggang > 80 cm. Usia merupakan karakteristik yang dimiliki responden. Usia merupakan faktor internal yang tidak dapat diubah. Faktor risiko usia menghilang dikarenakan faktor lingkungan yang lebih dominan. Asupan makanan yang berlebih tanpa diiringi dengan aktivitas fisik yang cukup mampu menimbulkan obesitas sentral walaupun usia mereka < 35 tahun. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value > 0,05 (0,276) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan obesitas sentral. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Tilaki dan Heidari (2007) di Iran dan Erem et al (2004) pada penduduk Turki usia ≥20 tahun yang menyatakan hubungan bermakna antara jumlah paritas/ melahirkan dengan kejadian obesitas maupun obesitas sentral. Meskipun demikian, hasil tabulasi silang pada penelitian ini menunjukkan kecenderungan bahwa pada orang yang memiliki paritas tinggi, 63,5% diantaranya berisiko mengalami obesitas sentral. Tilaki dan Heidari (2007) menyatakan bahwa pada saat kehamilan akan terjadi resistensi insulin. Perubahan hormon tersebut menyebabkan memendeknya siklus ovulasi, aktivitas glukokortikoid, dan timbunan berlebih jaringan lemak di daerah sekitar paha, pinggang, dan panggul. Perubahan yang terjadi selama kehamilan inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara paritas dengan obesitas sentral pada wanita. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Koch C et al (2008) yang menyatakan bahwa paritas berhubungan positif dengan IMT, tetapi tidak berhubungan dengan lingkar pinggang maupun rasio lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Hubungan antara status reproduksi seperti paritas dengan obesitas sentral ini masih diselidiki, karena hasilnya memang masih
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
10
kontroversial. Terdapat sekitar 30 faktor perancu yang menghubungkan antara paritas dengan obesitas sentral. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa obesitas sentral lebih banyak terjadi pada orang dengan riwayat keluarga obesitas/ obesitas sentral. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan nilai p-value < 0,05 (0,005) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga obesitas/ obesitas sentral dengan kejadian obesitas sentral pada kader kesehatan di Puskesmas Sawangan. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Tilaki dan Heidari (2007) yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat obesitas pada orang tua dengan kejadian obesitas sentral di Iran Utara. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga obesitas/ obesitas sentral akan berisiko mengalami obesitas sentral 2,43 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga obesitas/ obesitas sentral. Faktor genetik berpengaruh hingga 70% terhadap obesitas pada seseorang (Stunkard et al., 1990 dalam Karastergiou et al., 2012). Bahkan, Moore (1994) menyatakan bahwa anak dari orang tua obesitas cenderung tiga sampai delapan kali menjadi obesitas jika dibandingkan dengan orang tua dengan berat badan normal walaupun anak tersebut tidak diasuh oleh orang tuanya. Sebagian besar responden memiliki asupan total energi yang cukup dengan jumlah persentase 69,4%. Sedangkan hasil tabulasi silang antara asupan energi dengan obesitas sentral menunjukkan 87,9% responden yang mengkonsumsi energi secara berlebih mengalami obesitas sentral. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan obesitas sentral. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Trisna dan Hamid (2009) pada wanita dewasa (30-50 tahun) di Kecamatan Lubuk Sikaping yang menyatakan hubungan bermakna antara asupan energi dengan obesitas sentral dengan p-value 0,014 dan nilai OR 2,854. Begitu pula hasil penelitian Mustamin (2010) pada ibu rumah tangga di Makasar yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara asupan energi dengan obesitas sentral pada wanita usia dewasa (pvalue 0,022). Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah Duvigneaud et al (2007) pada orang dewasa di Flemish yang menyatakan bahwa asupan energi total berhubungan dengan tingginya kejadian obesitas, baik diukur menggunakan IMT maupun lingkar pinggang (p-value < 0,001). Energi tidak termasuk dalam zat gizi, tetapi total energi sangat berkaitan erat dengan asupan karbohidrat, protein, dan lemak (Hill et al., 2006 dalam Pujiati, 2010). Asupan makanan yang berlebih jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi akan menimbulkan keseimbangan energi positif (Jalal dkk., 2008). Asupan energi yang
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
11
berlebih akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan dalam jangka pendek. Sedangkan cadangan energi dalam jangka panjang akan disimpan dalam bentuk lemak (Hardinsyah dan Tambunan, 2004). Asupan energi yang selalu berlebih akan menimbulkan akumulasi lemak di jaringan adiposa abdominal (Cefalu, 2007 dalam Jalal dkk., 2008). Bahkan, kelebihan asupan energi sebanyak 5% saja setiap harinya akan menyebabkan peningkatan berat badan yang memicu obesitas umum maupun obesitas sentral (Djoko, 1995 dalam Trisna dan Hamid, 2009). Terdapat 86,7% responden yang mengkonsumsi asupan karbohidrat secara berlebih mengalami obesitas sentral. Sedangkan golongan responden yang memiliki asupan energi cukup, tetapi mengalami obesitas sentral sebesar 53,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value < 0,05 (0,034) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas sentral. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Trisna dan Hamid (2009) terhadap wanita usia dewasa di Padang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas sentral (p-value 0,000). Analisis multivariatnya pun juga menunjukkan bahwa asupan karbohidrat merupakan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Duvigneaud et al (2007) pada wanita dewasa di Flemish juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas sentral (p-value < 0,001). Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah hasil penelitian Koh-Banerje et al ((2003) pada penduduk Amerika Serikat usia 40-75 tahun yang menyatakan bahwa konsumsi karbohidrat selama 9 tahun akan meningkatkan lingkar pinggang sebesar 0,77 cm. Karbohidrat dalam tubuh digunakan untuk keperluan energi segera dalam bentuk glukosa yang berada dalam sirkulasi darah. Karbohidrat lainnya disimpan dalam hati sebanyak 60-90 gram dan jaringan otot sebanyak 300-400 gram sebagai glikogen. Sedangkan sisanya, karbohidrat diubah menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan lemak sebagai cadangan energi (Almatsier, 2006). Kapasitas pembentukan glikogen terbatas, sehingga apabila penimbunan glikogen telah mencapai batasnya maka karbohidrat yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak (Almatsier, 2006). Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Duvigneaud et al (2007) pada 485 pria dan 362 wanita di Flemish menggunakan desain studi cross sectional menyatakan adanya hubungan yang bermakna positif antara asupan protein dengan obesitas sentral pada wanita dewasa dengan nilai p-value 0,003. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah Lin et al (2011)
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
12
dan Erlinda dan Susmiati (2009) yang menyatakan hubungan bermakna antara asupan protein dengan obesitas sentral berdasarkan lingkar linggang dengan nilai p-value 0,000. Protein yang berlebih dalam tubuh akan mengalami deaminase. Deaminase adalah pelepasan gugus amino (NH2) dari asam amino. Nitrogen dikeluarkan dari dalam tubuh, sehingga sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak. Lemak tersebut akan disimpan dalam tubuh sehingga menyebabkan obesitas umum maupun obesitas sentral (Almatsier, 2006). Kejadian obesitas sentral lebih banyak dialami oleh orang yang mengkonsumsi lemak secara berlebih dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi cukup lemak. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value < 0,05 (0,000) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan obesitas sentral. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Trisna dan Hamid (2009) dan Erlinda dan Susmiati (2009) yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Duvigneaud et al (2007) pada penduduk Flemish juga menyatakan hal yang sama ditunjukkan oleh nilai p-value < 0,001. Kelebihan konsumsi lemak akan langsung disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak merupakan zat gizi yang paling mudah disimpan dalam tubuh dibandingkan dengan karbohidrat maupun protein. Lemak juga dapat disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, tidak seperti karbohidrat ataupun protein. Tubuh melakukan proses pembakaran terhadap asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh secara berurutan. Bahan makanan yang dibakar pertama kali adalah alkohol, diikuti oleh protein, karbohidrat, dan terakhir adalah lemak (Anomin, 2003). Sebanyak 98,1% responden memiliki asupan serat yang kurang. Hasil analisis univariat ini sama dengan hasil review artikel oleh Azadbakht et al (2013) terhadap penelitian-penelitian di Iran yang menyatakan bahwa asupan serat penduduk Iran masih berada di bawah AKG (Angka Kecukupan Gizi). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan nilai p-value > 0,05 (1,000) yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan obesitas sentral. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Koh-Banerjee et al (2003) dan Du et al (2010) yang menyatakan terdapat hubungan signifikan berbanding terbalik antara asupan serat dengan obesitas sentral. Semakin banyak asupan serat yang dikonsumsi, maka risiko untuk mengalami obesitas sentral semakin rendah. Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Sugianti (2009) yang menganalisis data Riskesdas 2007. Serat mampu memberikan rasa kenyang yang lama pada tubuh karena sifat serat yang menyerap air dan mengembang. Hal tersebut akan memperlambat gerak makanan pada pencernaan bagian atas sehingga rasa kenyang akan
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
13
terasa lebih lama (Sudiarti dan Indrawani, 2007). Pada penelitian ini, asupan serat tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas sentral. Hal ini terjadi karena hampir seluruh responden mengkonsumsi serat kurang dari anjuran AKG, yaitu kurang dari 19 gram per hari. Hanya dua orang dari 108 responden yang mengkonsumsi serat secara cukup. Maka dari itu, uji statistik tidak mampu menunjukkan adanya perbedaan proporsi kejadian obesitas sentral pada golongan responden yang mengkonsumsi serat secara kurang dan cukup. Karena kelompok obesitas sentral dan tidak obesitas sentral sama-sama memiliki asupan serat yang rendah, asupan zat gizi lainlah yang lebih berperan sebagai faktor risiko obesitas sentral. Hasil tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral menunjukkan bahwa semakin ringan aktivitas fisiknya, proporsi obesitas sentralnya semakin meningkat. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan nilai p-value < 0,05 (0,000) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral. Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral. Penelitian Tilaki dan Heidari (2006) di Iran terhadap 1800 wanita dewasa dan 1800 pria dewasa usia 20 – 70 tahun menyatakan hubungan yang bermakna secara negatif dengan pvalue < 0,001 dan nilai OR 0,58. Begitu pula dengan hasil penelitian Trisna dan Hamid (2009) pada wanita dewasa (30-50 tahun) di Kecamatan Lubuk Sikaping yang menyatakan hubungan bermakna dengan nilai p-value 0,000 dan nilai OR 5,655. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Koh-Banerjee et al (2003) dan Sugianti (2009) yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral. Aktivitas fisik berhubungan berbanding terbalik dengan obesitas sentral. Semakin berat aktivitas seseorang, risiko obesitas sentralnya semakin rendah. Dalam hal ini, berlaku konsep keseimbangan energi. Sisa energi yang tidak digunakan untuk beraktivitas akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Aktivitas fisik merupakan pengeluaran energi yang paling fleksibel dan mempunyai pengaruh besar pada total energy expenditure sehingga dapat menurunkan risiko obesitas sentral (Hill et al., 2006 dalam Auliyah, 2012). Aktivitas fisik ringan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada penelitian ini, karena hasil analisis menunjukkan nilai OR yang paling tinggi, yaitu sebesar 18,68. Hal ini dapat diartikan bahwa orang yang memiliki aktivitas fisik ringan berpeluang mengalami obesitas sentral 18,68 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki aktivitas fisik berat. Aktivitas fisik sedang juga merupakan faktor risiko obesitas sentral dengan nilai OR 6,41. Orang yang memiliki aktivitas fisik sedang memiliki peluang obesitas sentral 6,41 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
14
aktivitas fisik berat. Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu, aktivitas fisik merupakan faktor risiko dari obesitas sentral. Hasil penelitian Samaras et al (1999) juga menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor independen terkuat terhadap total lemak tubuh dan obesitas sentral dalam model regresi yang meliputi usia, diet, merokok, penggunaan HRT, dan status sosial ekonomi. Begitu pua hasil review artikel oleh Azadbakht et al (2013) terhadap beberapa penelitian di Iran yang menyatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi terjadinya obesitas sentral adalah rendahnya aktivitas fisik. Hasil penelitian Sugianti (2009) juga menyatakan bahwa aktivitas fisik yang tidak berat merupakan faktor risiko obesitas sentral di Gorontallo dan DKI Jakarta berdasarkan data Riskesdas 2007. Selain itu, hasil penelitian Trisna dan Hamid (2009) juga menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko obesitas sentral pada wanita dewasa di Kecamatan Lubuk Sikaping dengan nilai OR 5,65. Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyumbangkan total energy expenditure. Menurut Koh-Banerjee et al (2003), aktivitas fisik berat lebih dari 0.5 jam/hari mampu menurunkan lingkar perut sebesar 0.91 cm. Selain beraktivitas fisik dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, peningkatan total energy expenditure dapat dilakukan dengan olahraga dengan intensitas dan frekuensi yang teratur. Hasil penelitian Koh-Banerjee et al (2003) menyatakan olahraga teratur dengan durasi 370 menit/minggu pada pria dan 295 menit/minggu pada perempuan mampu menurunkan risiko obesitas sentral pada seseorang. KESIMPULAN 1. Prevalensi obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah Puskesmas Sawangan tahun 2013 sebesar 58,3%. 2. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara IMT, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, aktivitas fisik, riwayat keluarga dengan obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah Puskesmas Sawangan tahun 2013. 3. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan merupakan faktor dominan (OR = 18,68) yang berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan obesitas sentral adalah aktivitas fisik sedang (6,41), asupan energi (16,15), dan asupan lemak (6,98).
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
15
SARAN a. Bagi Puskesmas •
Diharapkan Puskesmas memiliki program pemantauan status gizi dan kesehatan kader kesehatan di wilayah kerjanya. Pemantauan ini dapat mendeteksi obesitas umum maupun obesitas sentral secara dini, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya berbagai penyakit akibat obesitas sentral.
•
Penyuluhan mengenai obesitas sentral perlu dilakukan untuk mencegah ataupun mengatasi kejadian obesitas sentral pada kader kesehatan di wilayah Puskesmas Sawangan. Selain mampu memberikan pemahaman tentang bahaya obesitas sentral kepada kader kesehatan, penyuluhan ini juga dapat disampaikan kepada warga di setiap RW oleh masing-masing kader kesehatan.
b. Bagi Kader Kesehatan •
Aktivitas seorang kader yang merupakan ibu rumah tangga tergolong kurang, sehingga mereka harus melakukan aktivitas fisik berupa olahraga secara rutin. Olahraga secara rutin setiap hari dapat dilakukan dengan lari di tempat selama 30 menit/hari. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan dengan mengurasi durasi menonton televisi, dan mengganti waktu luang dengan berjalan kaki atau melakukan pekerjaan rumah tangga.
•
Kader kesehatan perlu menjaga asupan makanan yang dikonsumsi dengan memperhatikan jenis makanannya. Kebiasaan memakanan gorengan setiap hari harus dikurangi. Sebaiknya setiap hari selalu mengkonsumsi buah dan sayur sebagai sumber serat.
•
Kader kesehatan harus memperhatikan pola makan mereka. Cara untuk menurunkan berat badan atau mengurangi lingkar pinggang bukan dengan menghilangkan salah satu waktu makan utama. Namun, dengan mengurangi porsi di setiap makan utama.
c. Bagi Peneliti •
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian lanjutan. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan variabel yang lebih bervariasi.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
16
DAFTAR PUSTAKA Abolfotouh , Soliman, Mansour, Farghaly, and El-Dawaiaty, 2008, ‘Central obesity among adults in Egypt: prevalence and associated Morbidity’, Eastern Mediterranean Health Journal, 14 (1): 57-67. Almatsier, Sunita, 2006, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Anonim, 2003, ‘Causes of Obesity’, Strategy for the Prevention of Obesity – Malaysia, 21-42. Auliyah, Aidah, 2012, Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Obesitas Sentral pada Pegawai Satlantas dan Sumda di Polresta Depok Tahun 2012, Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi Universitas Indonesia. Ayu, Kandarini, Widiana, Sudhana, Loekman, dan Suwitr, 2011, ‘Prevalensi dan Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Penyakit Ginjal Kronik Pada Populasi Desa Legian, Kuta Bali’, J Peny Dalam, 12(2): 103-108. Azadbakht L, Zaribaf F, Haghighatdoost F, Surkan P, Esmaillzadeh A, 2013, ‘Determinants of Central Adiposity among Iranian Population’, Zahedan J Res Med Sci, 15(3): 7-13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia, Depkes RI. Du H, Daphne L van der A, Boshuizen HC, Forouhi NG, Wareham NJ, Halkjær J, et al, 2010, ‘Dietary Fiber and Subsequent Changes in Body Weight and Waist Circumference in European Men and Women’, Am J Clin Nutr, 91: 329-36. Duvignedaud N, Winjdaele K, Matton L, Philippaerts R, Lefevre J, Thomis M, Delecluse C, Duquet W, 2007, ‘Dietary Factors Associated with Obesity Indicators and Level of Sports Partisipations in Flemish adult:a cross-sectional study’, Nutrition Journal, 6:26. Dunkley AJ, Stone MA, Patel N, Davies MJ, and Khuntiet K, 2009, ‘Waist circumference measurement: knowledge, attitudes and barriers in patients and practitioners in a multi-ethnic population’, Family Practise. Erem C, Arslan C, Hacihasanoglu A, Deger O, Topbaş M, Ukinc K, Ersöz H, Ö, and Telatar M, 2004, ‘Prevalence of Obesity and Associated Risk Factors in a Turkish Population (Trabzon City, Turkey)’, Obesity a Research Journal, 12 (7) : 1117–1127. Erlinda, Vitria dan Susmiati, 2009, Pola Konsumsi Orang Dewasa Minangkabau dan Hubungannya Dengan Ukuran Lingkar Pinggang, Artikel Penelitian Dosen Muda Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Flegal K, Shepherd JA, Looker AC, Graubard BI, Borrud LG, Ogden CL, et al, 2009, ’Comparisons of Percentage Body Fat, Body Mass Index, Waist Circumference, and Waist-Stature Ratio in Adults’, Am J Clin Nutr, 89:500–8.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
17
Gearhart Jr, RF, Gruber DM, Vanataet DF, 2008, Obesity in the Lower Socio-Economic Status Segments of American Society, Forum on Public Policy. Griesemer, Rebecca Lynn, 2008, Index of Central Obesity as a Parameter to Evaluate Metabolic Syndrome for White, Black, and Hispanic Adults in the United States, Public Health Theses Georgia State University, Paper 42. Hardiansyah & Tambunan, V, 2004, Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak Dan Serat Makanan Dalam Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi VIII, Ketahan Pangan Dan Gizi Di Era Otonomi Daerah Dan Globalisasi (pp, 317-330). Hidayanti, Healthy, 2009, Obesitas Pada Kelompok Ekonomi Rendah di Sulawesi, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jalal F, Liputo NI, Susanti N, Oenzil F, 2008, ‘Lingkar Pinggang, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat’, Media Medika Indonesiana, 43(3): 129-137. Janssen I, Katzmarzyk PT, and Roset R, 2004, ’Waist circumference and not body mass index explains obesityrelated health risk’, Am J Clin Nutr, 79:379–84. Kantachuvessiri A, Sirivichayakul C, KaewKungwal J, Tungtrongchitr R and Lotrakul M, 2005, ‘Factors Associated with Obesity Among Workers in A Metropolitan Waterworks Authority’, Southeast Asian J Trop Med Public Health, 36 (4): 1057 – 1065. Karastergiou K, Smith SR, Greenberg AS, Fried SK, 2012, ‘Sex Differences in Human Adipose Tissues – The Biology of Pear Shape’, Biology of Sex Differences, 3:13. Koch E, Bogado M, Araya F, Romero T, D´ıaz C, Manriquez L, Paredes M, Rom´an C, Taylor A, Kirschbaum A, 2008, ‘Impact of parity on anthropometric measures of obesity controlling by multiple confounders: a cross- sectional study in Chilean women’, http:// jech.bmj.com/content/vol62/ issue5. Koh-Banerjee P et al, 2003, ‘Prospective Study of The Association of Changes in Dietary Intake, Physical Activity, Alcohol Consumption, and Smoking with 9-Y Gain in Waist Circumference Among 16 587 US Men’, Am J Clin Nutr, 78:719–27. Lee SY et al, 2007, ‘Appropriate waist circumference cutoff points for central obesity in Korean adults’, Diabetes Research and Clinical Practice , 75(1):72-80. Lin Y et al, 2011, ‘Plant and animal protein intake and its association with overweight and obesity among the Belgian population’, British Journal of Nutrition, 105:1106–1116. Moore, Mary Courtney, 1994, Terapi Diet dan Nutrisi (Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy) Edisi II alih bahasa oleh Dr,Liniyanti D,Oswari M,N,S,MSc, Jakarta: Hipokrates. Mustamin, 2010, ‘Asupan Energi dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar’, Media Gizi Pangan, 10 (2): 60-65.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
18
Nurviati, RF, 2012, Hubungan Karakteristik Individu dan Gaya Hidup dengan Indikator Obesitas Sentral (Lingkar Pinggang) pada Pegawai Kantor Pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur Tahun 2012, Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pujiati, Suci, 2010, Prevalensi dan Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Penduduk Dewasa Kota dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007, Depok, Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ruziana, 2008, Kalau Kader Posyandu Unjuk Kebolehan, ina,blogspot,com/2008/11/kalau-kader-posyandu-unjuk-kebolehan,html Desember 2012 pukul 18,12 WIB.
http://beritadiakses 18
Saaristo TE et al, 2008, ‘High prevalence of obesity, central obesity and abnormal glucose tolerance in the middle-aged Finnish population’, BMC Public Health, 8:423. Samaras K, Kelly PJ, Chiano MN, Spector TD, and Campbell LV, 1999, ‘Genetic and Environmental Influences on Total-Body and Central Abdominal Fat: The Effect of Physical Activity in Female Twins’, Ann Intern Med, 1999;130(11):873-882. Sandjaja, dkk, 2009, Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga oleh Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia), Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Seidell JC, Pérusse L, Després J-P, and Bouchard C, 2001, ’Waist and hip circumferences have independent and opposite effects on cardiovascular disease risk factors: the Quebec Fa mily Study’, Am J Clin Nutr, 74:315–21. Sudiarti, Trini dan Indrawani YM, 2007, Ilmu Gizi Dasar, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudikno, 2010, Aplikasi Regresi Logistik Pada Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007), Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Sugianti E, Hardinsyah, dan Afriansyah N, 2009, ‘Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa di DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007’, Gizi Indon, 32(2):105-116. Sugianti, Elya, 2009, Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di Sulawesi Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta, Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tilaki, Hajian and Heidari, 2007, ‘Prevalence of obesity, central obesity and the associated factors in urban population aged 20-70 years, in the north of Iran: a population-based study and regression approach’, Obes Rev, 8(1):3-10. Trisna, Ida dan Sudihati Hamid, 2009, ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 tahun) di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun 2008’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2): 68-71.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013
19
Wang Y, Rimm EB, Stampfer MJ, Willett WC, and Hu FB, 2005, ‘Comparison of abdominal adiposity and overall obesity in predicting risk of type 2 diabetes among men’, Am J Clin Nutr, 81:555–63. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004, Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi, Jakarta: Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi BIdang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. WHO, Global Physical Activity Questionnaier (GPAQ) Analysis Guide, Surveillance and Population-Based Prevention Department of Chronic Diseases and Health Promotion World Health Organization 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland,http://www.who.int/chp/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdf WHO Media Centre, 2012, Obesity and Overweight, Fact sheet No 311: November 2012, http://www,who,int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index,html. WHO Nutrition, 2012, Controlling The Global Obesity Epidemic, Programmes and Projects Nutrition Topics, November 2012, http://www,who,int/nutrition/topics/obesity/en/. WHO, 2000, Obesity : Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series, 894. WHO, 2011, Waist Circumference and Waist–Hip Ratio: Report of a WHO Expert Consultation, Geneva, 8–11 December 2008, Geneva : WHO Document Production Services. WHO, 2012, Obesity, Health Topics, November 2012, http://www,who,int/topics/obesity/en/. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004, Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi, Jakarta, 17-19 Mei 2004. Zhu S, Wang Z, Heshka S, Heo M, Faith MS, and Heymsfield SB, 2002, ’Waist Circumference and Obesity-Associated Risk Factors Among Whites in The Third National Health and Nutrition Examination Survey: Clinical Action Thresholds’, Am J Clin Nutr, 76:743–9.
Faktor dominan…, Khiyarotun Nisa, FKM UI, 2013