ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB dan APK kadang-kadang sulit, khususnya ketika ADB yang bersamaan dengan APK. Pada keadaan kebutuhan besi meningkat dan peningkatan proliferasi sel maka ekspresi transferrin receptor (TfR) pada membran sel meningkat. Penelitian dilakukan bertujuan mengevaluasi kegunaan serum transferrin receptor (sTfR) dan indeks sTfR-Feritin untuk mendiagnosa ADB. Metode dan cara: Pasien dengan Hb<13 g/dl (laki-laki dewasa), Hb<12 g/dl (perempuan dewasa) dan feritin serum<15ug/L dikatakan ADB. Pasien dengan Hb<13 g/dl (laki-laki dewasa), Hb<12 g/dl (perempuan dewasa), feritin serum>15ug/L dan CRP positip dikatakan APK. Dilakukan pemeriksaan sTfR dan penghitungan indeks sTfR-F pada pasien ini. Keseluruhan pasien APK (total APK) dibagi dua berdasarkan nilai indeks sTfR-F dengan cut-off 1,5. Kelompok APK dengan indeks sTfR-F<1,5 adalah APK murni dan kelompok APK dengan indeks sTfR-F >1,5 adalah kombinasi APK dengan ADB. Pemeriksaan feritin dengan menggunakan Cobas e 601 dengan prinsip electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA). Pemeriksaan CRP dengan C-Reactive protein (CRP) latex reagent set dengan prinsip aglutinasi latex. Pemeriksaan menggunakan
Cobas
c
501
dengan
metode
sTfR dengan
particle
enhanced
immunoturbidimetric.
xi Universitas Sumatera Utara
Hasil: Nilai sTfR dan indeks sTfR-F pada ADB murni lebih tinggi dibandingkan total APK. Nilai sTfR dan indeks sTfR-F pada kombinasi APK dengan ADB lebih tinggi dibandingkan APK murni.
Kesimpulan: membedakan ADB
Pemeriksaan
sTfR
dan
indeks
sTfR-F
dapat
dengan APK. Pemeriksaan ini juga dapat
mendeteksi adanya defisiensi besi pada APK.
xii Universitas Sumatera Utara
RINGKASAN
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah klinis yang dalam beberapa keadaan relatif mudah didiagnosa dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium status besi konvensional seperti serum iron, total iron binding capacity (TIBC), saturasi transferin dan serum feritin. Serum iron mengalami variasi diurnal, nilai TIBC pada keadaan inflamasi dan hypoalbuminemia menurun, feritin berperan sebagai protein fase akut. Pewarnaan besi sumsum tulang dengan Prussian blue merupakan marker pasti, akan tetapi tidak praktis, tidak nyaman dan sulit dilakukan. Anemia defisiensi besi sering bersamaan dengan APK dan keduanya
memberikan
gambaran
penurunan
besi
serum.
Untuk
membedakan ADB dan APK kadang-kadang sulit, khususnya pada ADB awal atau ketika ADB yang bersamaan dengan penyakit kronis. Nilai feritin serum yang lebih rendah dari 15 ug/L
kemungkinan besar merupakan
ADB meskipun bersamaan dengan inflamasi. Dan nilai feritin serum yang meningkat diatas normal
(>150-200 ug/L)
kemungkinan besar bukan
ADB meskipun dengan inflamasi. Nilai feritin serum antara kedua level ini (15-150 ug/L) dan dalam keadaan inflamasi membutuhkan pemeriksaan lain untuk memastikan apakah dijumpai defisiensi besi. Sebab
itu
pemeriksaan parameter besi yang lain diperlukan untuk membedakannya. Transferrin receptor (TfR) merupakan protein transmembran yang berikatan dengan transferin pada proses transportasi besi. Serum xiii Universitas Sumatera Utara
Transferin receptor (sTfR) yang larut dalam plasma berasal dari ektodomain yang mengalami proteolisis. Konsentrasi sTfR sebanding dengan jumlah TfR yang diekspresikan pada
membran sel. Pada
keadaan kebutuhan besi meningkat dan peningkatan proliferasi sel maka ekspresi TfR pada membran sel meningkat. Penelitian dilakukan bertujuan mengevaluasi kegunaan sTfR dan indeks sTfR-F untuk mendiagnosa ADB, dilaksanakan dari tanggal 24 Maret 2010 sampai
29 Mei 2010. Subjek penelitian adalah 36 orang
pasien ADB dan 36 orang APK yang berkunjung ke poliklinik Penyakit Dalam dan yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Diagnosa ADB menurut kriteria WHO yaitu laki-laki dewasa: Hb<13 g/dl, perempuan dewasa: Hb<12 g/dl dan nilai feritin<15ug/L. Diagnosa APK dengan nilai Hb pada laki-laki dewasa <13 g/dl, perempuan dewasa Hb<12 g/dl, nilai feritin>15 ug/L dan CRP positip. Pasien yang mendapat terapi Fe, mendapat transfusi dalam 3 bulan terakhir, anemia hemolitik, anemia megaloblastik, wanita hamil, anemia dengan penyakit ginjal kronis, pasien dengan keganasan, anemia aplastik dikeluarkan dari penelitian ini. Pemeriksaan darah lengkap menggunakan alat cell dyne 3700,dan morfologi darah tepi dengan pembuatan sediaan apus darah tepi dan menggunakan
pewarnaan
giemsa.
Pemeriksaan
feritin
dengan
menggunakan Cobas e 601 dengan prinsip electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA). Pemeriksaan CRP dengan C-Reactive protein xiv Universitas Sumatera Utara
(CRP) latex reagent set berdasarkan prinsip aglutinasi latex. Pemeriksaan sTfR dengan menggunakan alat Cobas c 501 menggunakan metode particle enhanced immunoturbidimetric assay. Nilai indeks sTfR-F dihitung dengan membagi sTfR terhadap log feritin. Kontrol kualitas untuk feritin dilakukan dengan elecsys PreciControl Tumor Marker 1 dan 2. Kontrol kualitas untuk pemeriksaan CRP dengan mengikutkan kontrol CRP positif dan negatif pada setiap melakukan pemeriksaan. Kontrol kualitas untuk sTfr dilakukan dengan
sTfR Control set, dengan memakai 2 nilai
konsentrasi yaitu sTfR control set level 1 dan sTfR control set level 2 untuk memantau akurasi assay sTfR. Pada penelitian ini, nilai sTfR dan indeks sTfR-F kelompok ADB murni lebih tinggi dibandingkan kelompok total APK . Tetapi pemeriksaan ini tidak memberi informasi tambahan untuk membedakan ADB murni dari total APK. Karena parameter lain yaitu Hb, MCV, MCH, dan feritin juga terdapat perbedaan yang bermakna. Dengan menggunakan nilai indeks sTfR-F dengan cut-off 1,5, total APK dibagi menjadi 2 bagian. Kelompok APK yang memiliki nilai indeks sTfR-F <1,5 merupakan APK murni dan kelompok APK yang memiliki nilai indeks sTfR-F >1,5 merupakan kombinasi APK dengan ADB. Nilai sTfR dan nilai indeks sTfR-F kombinasi APK dengan ADB lebih tinggi dibandingkan APK murni. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada parameter lain yaitu Hb, MCV, MCH, MCHC dan feritin antara kelompok APK murni dibandingkan kombinasi APK dengan ADB. xv Universitas Sumatera Utara
Nilai sTfR dan indeks sTfR-F
kelompok ADB murni lebih tinggi
dibandingkan kelompok kombinasi APK dengan ADB. Dijumpai perbedaan bermakna pada nilai sTfR dan indeks sTfR-F antara ADB murni dibandingkan kombinasi APK dengan
ADB. Dijumpai juga perbedaan
yang bermakna antara parameter yaitu Hb, MCV, MCH. MCHC dan feritin, ADB.
xvi Universitas Sumatera Utara