1
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2013
ABSTRAK 3
1
Rhamadan Paera ,Zulkifli Bokiu2,Yayu Isyana D. Pongoliu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independen) yaitu Komisaris Independen (X1) dan Komite Audit (X2), variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE), dan variabel terikat (dependen) yaitu Kinerja Keuangan yang dinilai dari return on investment (Y). Sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang diamati selama periode 2010-2013. Sedangkan secara parsial, komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, komite audit berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Kata kunci:
Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Kinerja Keuangan.
1
Rhamadan Paera, Mahasiswa Program Studi Sarjana Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Zulkifli Bokiu, SE.,Ak.,M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Yayu Isyana D. Pongoliu, SE.,M.Sc, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
2
Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di indonesia, pada saat sejumlah negara-negara di asia timur dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan. Banyak kalangan menyebutkan bahwa lemahnya good corporate governance yang menjadi pemicu terjadinya krisis ekonomi di negara-negara asia khususnya di Indonesia. Selain itu, lemahnya perlindungan hukum terhadap hak-hak pemegang saham minoritas yang diakibatkan oleh perbedaan kepentingan para manajemen juga menjadi penyebab runtuhnya perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, good corporate governance menjadi perhatian pemerintah untuk pembenahan dan pengembangan pengelolaan perusahaanperusahaan di Indonesia dalam rangka pemulihan perekonomian di Indonesia (Lestariningsih,2008). Pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini di lingkungan BUMN, melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Komitmen GCG juga diberlakukan pada sektor swasta non-BUMN. Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang sekarang sudah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal peraturan pencatatan efek nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai komisaris independen, komite audit, memberikan peran aktif sekretaris perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan. Dengan komitmen penerapan good corporate governance yang diberlakukan di PT Bursa Efek Indonesia sebagai pelaksana pasar modal di Indonesia, maka diharapkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa mendapatkan kepercayaan dari para pelaku bisnis, dan diharapkan mampu meningkatkan knierja keuangan. Penelitian ini termotivasi oleh keseriusan pemerintah dalam melakukan reformasi ekonomi dengan meningkatkan kualitas good corporate governance pada perusahaanperusahaan di indonesia, yang pada gilirannya hal ini dapat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Munisi and Randoy, 2013). Beberapa penelitian tentang variasi corporate governance pada tingkat perusahaan lebih banyak dilakukan di Amerika dan negara-negara anggota OECD
3
(Organization for Economic Co-operation and Development) (Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu,2004). Selain itu, penelitian-penelitian tentang good corporate governance juga banyak dilakukan di negara-negara berkembang, seperti penelitian dari Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu (2004), Kappler and Love (2003), Munisi and Randoy (2013). Dalam penelitian ini konsep indikator yang dipakai dalam mekanisme good corporate governance terdiri dari: ukuran komisaris independen dan komite audit. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal peraturan pencatatan efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit. Selain ukuran komisaris independen, dan komite audit, peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol yang mengontrol komisaris independen dan komite audit. ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan (Salaf, 2010). Sementara untuk mengukur kinerja keuangan, ada banyak pilihan diantaranya adalah di lihat dari return on asset, return on equitas, debt to asset ratio,dan sebagianya. Namun dalam penelitinan ini peneliti menggunakan hasil pengembalian investasi (ROI) untuk mengukur kinerja keuangan. Hasil pengembalian investasi (ROI) dapat menunjukan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Dengan mengetahui besarnya hasil pengembalian investasi (ROI) suatu perusahaan, maka para investor juga akan mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian dividen yang akan diterima sehingga saham perusahaan tersebut diminati oleh para investor. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Secara langsung keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya (Amri,2011). Semakin banyak komisaris independen dalam suatu perusahaan maka pengawasan terhadap manajer perusahaan akan semakin baik pula, jika pengawasan terhadap manajer semakin baik maka akan
4
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Widyati, 2013). Berdasarkan penjelasan diatas maka penelti mengambil hipotesis: H1 = Komisaris Independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan (diproksikan dengan return on investment) Komite audit sebagai salah satu mekanisme corporate governance, mampu mengurangi praktek manipulasi dan kecurangan dengan menjujung prinsip corporate governance. Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Keberadaan komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya (IKAI). Jumlah komite audit yang banyak memberikan kontrol yang lebih baik terhadap proses akuntansi dan keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan (Widyati,2013). Berdasarkan penjelasan diatas maka penelti mengambil hipotesis: H2 : Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan (diproksikan dengan return on investment) Komisaris independen mempunyai tanggung jawab terhadap pengawasan yang lebih terhadap manajer. Komposisi komisaris indpenden yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholders perusahaan (Hanifa dan cooke,2002) dalam sekaredi (2011). Untuk menjalankan fungsi pengawasannya, baik dewan komisaris maupun komisaris independen dibantu oleh komite audit. Komite audit merupakan suatu komite yang bekerja secara professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris, dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan (Widyati, 2013). Berdasarkan penjelasan diatas maka penelti mengambil hipotesis: H3 : diduga komisaris indepen dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan (diproksikan dengan return on investment) METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Keseluruhan
5
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 23 perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang telah disusun dalam bentuk file (data documenter) dan telah dipublikasikan. Peneliti menggunakan data periode 2010-2013. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi: (1) pengujian asumsi klasik dan (2) pengujian regresi data panel. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka diperlukan pengujian hipotesis yang meliputi (1) Uji T atau uji parsial, (2) Uji F atau uji simultan dan (3) Koefisien Determinasi. Persamaan umum regresi berganda yang digunakan sebagai berikut: Y = β0 + β1 KI + β2 KA + (SIZE) + e HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas diuji melalui Jarque Berra (JB) agar hasilnya lebih dapat diandalkan. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan bantuan Program EViews adalah sebagai berikut: 8 Series: Standardized Residuals Sample 2010 2013 Observations 92
7 6 5 4 3 2 1 0 -0.05
0.00
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
4.77e-18 -2.24e-05 0.070314 -0.077396 0.038975 0.046048 2.054109
Jarque-Bera Probability
3.462236 0.177086
0.05
Gambar 4.1 : Hasil Uji Normalitas Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pengujian JB sebesar 0,177086. Probabilitasnya lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengujian normalitas, data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
6
Uji Multikolinearitas Hasil pengujian asumsi klasik multikolinearitas dengan menggunakan E-Views diperoleh Variance Inflation Factor (VIF) yang disajikan sebagai berikut ini: Tabel 1: Pengujian Multikolinearitas Nilai R-
Variabel
VIF
Kesimpulan
Square Kimisaris Independent
0,07277
1,07848
Non Multikolinearitas
Komite Audit
0,05224
1,05511
Non Multikolinearitas
Ukuran Perusahaan
0,11944
1,13564
Non Multikolinearitas
Sumber: Data Diolah, 2014
Berdasarkan hasil pada tabel di atas terlihat bahwa semua variabel bebas memiliki VIF dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebasnya. Uji Autokorelasi Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridaksis dkk, 1983) : Jika nilai: 1,65 < DW < 2,35, maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala autokorelasi, Jika nilai: 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79, maka tidak dapat diambil kesimpulan, dan Jika nilai DW < 1,21 atau DW > 2,79, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi. Tabel 2 Hasil pengujian Autokorelasi Model
Durbin-Watson
1
2,318
Sumber: Data Diolah, 2014
Dari hasil analisis diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,318. Nilai ini berada pada interval 1,65 < DW < 2,35. Dapat disimpulkan bahwa dalam model yang dianalisis tidak terjadi gejala autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian heterokedastisitas dengan metode uji Glejser ditampilkan pada tabel berikut ini:
7
Tabel 3: Hasil pengujian Heterokedastisitas R-squared Adjusted R-squared
0.032759
Mean dependent var
0.025096
-0.000215
S.D. dependent var
0.032075
S.E. of regression
0.032078
Akaike info criterion
-3.998760
Sum squared resid
0.090554
Schwarz criterion
-3.889117
Log likelihood
187.9429
F-statistic
0.993480
Durbin-Watson stat
0.952885
Prob(F-statistic)
0.399774
Sumber: Data Diolah, 2014 Dari hasil pengujian heterokedastisitas denga metode Glejser di atas didapat nilai F-hitung penelitian ini sebesar 0,9934 dengan nilai signifikansi sebesar 0,3997. Nilai signifikansi ini lebih besar dari nilai alpha (0,05) sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, tidak terjadi gejala heterokedastisitas dalam model regresi. Hasil Analisis Regresi data panel Hasil regresi data panel dengan bantuan E-Views sebagai berikut: Tabel 4: Model Analisis Regresi Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
0.082118
0.046480
1.766720
0.0819
KI?
0.197276
0.013161
14.98993
0.0000
KA?
-0.019729
0.034650
-0.569384
0.5710
UP?
0.000131
0.001569
0.083448
0.9337
Sumber: Data Olahan E-Views, 2014
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel di atas maka interpretasinya sebagai berikut ini: (1) Konstanta sebesar 0,082118 berarti bahwa rata-rata Kinerja Keuangan (dinilai dari Return On Invesment) Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diamati selama periode penelitian tahun 2010-2013 adalah sebesar 8,2%. (2) Koefisien regresi variabel Komisaris Independen sebesar 0,197276 berarti bahwa setiap peningkatan rasio Komisaris Independent sebesar 1%, maka akan meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan (Return On Invesment)sebesar 19%. (3) Koefisien regresi variabel Komite Audit sebesar -0.019729 berarti bahwa setiap
8
peningkatan rasio Komite Audit sebesar 1%, maka akan menurunkan Kinerja Keuangan Perusahaan (Return On Invesment) sebesar 1,9%. (4) Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000131 berarti bahwa setiap peningkatan besarnya ukuran perusahaan sebesar Rp. 1,
maka akan meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan
(Return On Invesment) sebesar 0,0131%. Pengujian Simultan Analisis regresi selain digunakan untuk melihat pengaruh juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati. Untuk itu sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan, model yang diperoleh terlebih dahulu harus diuji kebaikannya (Goodness Of Fit). Bentuk pengujiannya adalah: Ho : seluruh koefisien regresi tidak signifikan (model regresi tidak signfikan) H1
: minimal satu koefisien regresi signifikan (model regresi signfikan) Dengan kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel pada α = 5 % H1 diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 % Hasil pengujian model regresi pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan dengan bantuan program E-Views: Tabel 6: Hasil Model Regresi F-Hitung
Probabilitas
F-Tabel
Ketentuan
21058.31
0.000000
2,71
0,05
Sumber: Data Diolah, 2014
Dari hasil diatas didapat F-hitung yang diperoleh jauh lebih besar F-tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Hal yang sama pula dapat dilihat pada tingkat signifikansi, yakni nilai probabilitas yang diperoleh dari pengujian lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dengan demikian secara keselurhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Komisaris Independen, Komite Audit dan ukuran perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Kinerja Keuangan Perusahaan/ Return On Invesment). Pengujian Parsial Setelah pengujian analisis regresi dilakukan selanjutnya akan dilaksanakan pengujian pengaruh secara parsial dari variabel bebas (Komisaris Independen, Komite Audit dan ukuran perusahaan) terhadap variabel terikat yakni Kinerja Keuangan
9
Perusahaan yang dinilai dengan Return On Invesment. Pengujian hipotesis secara parsial menggunakan uji t. jika nilai t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat bebas (NT-N-k) maka H0 ditolak. Adapun hasil pengujian dengan menggukan E-views adalah sebagai berikut: Tabel 7: Hasil Pengujian Parsial Model
Nilai Koefisien (t-
t-tabel
Probabilitas
Hitung)
Alpha
Komisaris Independent
0.0000
14.98993
1.987
0.05
Komite Audit
0.5710
-0.569384
1.987
0.05
Ukuran Perusahaan
0.9337
0.083448
1.987
0.05
(Constant)
Sumber: Data Diolah, 2014
Dari hasil analisis t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel. Nilai probabilitas lebih kecil dari nilai sig 0,05 atau nilai 0,0000<0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Nilai t positif menunjukkan bahwa X1 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% Komisaris Independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan industri barang konsumsi yang diamati selama tahun 2010-2013. Dari hasil analisis nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t-tabel. Nilai probabilitas lebih besar dari nilai sig 0,05, atau nilai 0,5710>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Nilai t negatif menunjukkan bahwa X2 mempunyai hubungan yang tidak searah dengan Y. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% Komite Audit berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dari perusahaan industri barang konsumsi yang diamati selama tahun 2010-2013. Dari hasil analisis nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t-tabel. Nilai probabilitas lebih besar dari nilai sig 0,05, atau nilai 0,9337>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Nilai t positif menunjukkan bahwa X3 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ukuran perusahaan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dari perusahaan industri barang konsumsi yang diamati selama tahun 2010-2013.
10
Interpretasi Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk mengetahui besarnya variasi variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi terletak diantara angka nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel bebas dalam menerangkan variabel bebas sangatlah terbatas. Nilai yang mendekati satu, maka variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi untuk model regresi adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil analsis maka nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,99 Nilai ini berarti bahwa sebesar 99% perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar pada BEI yang diamati selama tahun 2010-2013 dipengaruhi oleh Komisaris Independen, Komite Audit dan ukuran dari perusahaan. Adapun pengaruh dari variabel lain terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan sebesar hanya 1%. PEMBAHASAN Pengaruh Komisaris Independen terhadap kinerja keuangan yang di nilai dari Return on Investment dengan variabel kontrol ukuran perusahaan Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Amri, 2011). Dalam rangka pemberdayaan fungsi pengawasan dewan komisaris, Perusahaan yang menerapkan good corporate governance sangat diwajibkan untuk mempunyai komisaris independen. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (yang diukur dengan return on investment). Hal ini menunujukan bahwa Semakin besar komisaris independen pada perusahaan maka pengawasan terhadap manajemen perusahaan akan semakin baik sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Widyati, 2013). Sementara ukuran perusahaan berhubungan signifikan dengan komisaris independen dalam mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tumpal Manik (2011), yang membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
11
Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan yang di nilai dari Return on investment dengan variabel kontrol ukuran perusahaan Salah satu unsur kelembagaan dalam konsep GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya adalah "Komite Audit". Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya
ditujukan
untuk
memberikan
perlindungan
yang
optimum
kepada
para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, komite audit berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan (yang diukur dengan return on investment). Hal ini menunjukan bahwa semakin besar rasio komite audit, maka akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Artinya rasio komite audit tidak menjamin keefektifitas kinerja komite audit dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja keuangan perusahaan (Widyati, 2013). Sementara ukuran perusahaan berhubungan signifikan dengan komite audit dalam mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Purnama Sari (2010) yang meneliti tentang pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan yang di nilai dari Return on Investment Komisaris independen mempunyai tanggung jawab terhadap pengawasan yang lebih terhadap manajer. Komposisi komisaris indpenden yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholders perusahaan (Hanifa dan cooke,2002) dalam sekaredi (2011). Untuk menjalankan fungsi pengawasannya, baik dewan komisaris maupun komisaris independen dibantu oleh komite audit. Komite audit merupakan suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris, dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan (Widyati, 2013). Ukuran perusahaan (Client size) adalah variabel kontrol dalam penelitian ini yang mengontrol variabel komisaris independen dan komite audit. Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya
12
dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Mukhlasin, 2002) dalam (Salaf, 2010). Ukuran perusahaan digunakan sebagai varabel kontrol untuk memperkuat dan melengkapi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, komisaris independen dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (yang diukur dengan return on investment). Hasil dalam penelitian ini menjawab hipotesis yang ditawarkan yakni Komisaris Independen dan Komite Audit pada tahun penelitian 2010-2013 secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan (yang di nilai dari return on investment) perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar pada BEI. Sehingga dengan demikian hipotesis penelitian diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan bahwa: 1. Komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (yang diukur dengan return on investment) perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. 2. Komite audit berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan (yang diukur dengan return on investment) perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. 3. Secara simultan atau bersama-sama komisaris independen dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dinilai dari return on investment pada perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, maka disarankan bagi perusahaan agar meningkatkan proporsi komisaris independen agar dapat meningkatkan kinerja keuangan. 2. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa rasio komite audit berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, hal ini menunjukan bahwa
13
rasio komite audit bukan merupakan ukuran yang tepat untuk menilai efektivitas komite audit dalam mengawasi kinerja manajemen sehingga diasarankan bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan pengukuran lain seperti jumlah komite audit. DAFTAR PUSTAKA
Amri.
2011. Komisaris Independen dan GCG (http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/komisaris-independen-dangcg.html, diakses 8 mei 2014). Bursa Efek Indonesia. 2014. Laporan Keuangan Tahunan. Bursa Efek Indonesia.(http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument /tabid/91/ language /id-ID/Default.aspx, diakses 8 Mei 2014). Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Keuangan. http://www.komiteaudit.org/komite.html, diakses 8 mei 2014). Klapper and Love. 2003. Corporate Governance, Investor Protection, and Performance in emergings markets. Journal of corporate finance 10 (2004) 703-728. Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada. Lestariningsih. 2008. Perananan Penerapan Good Corporate Governance dalam Pengembangan Perusahaan Publik. Jurnal Akuntansi. Vol 4, No 2, Oktober 2008. Manik. 2011. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Komisarsis Independen, Komite Audit, Umur Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. JEMI, Vol.2, No.2, Desember 2011. Mentri Negara Badan Usaha Milik Negara. Peraturan Mentri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011. Munisi and Randoy. 2013. Corporate Governance and Company Performance across Sub-saharan African Countries. Journal of Economics and Business 70 (2013) 92-110. Salaf. 2010. Ukuran Perusahaan. Artikel, 18 Desember 2010. Sekaredi. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Widyati. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Manajemen, Vol 1, No 1. Januari 2013.
14