PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DI SEKITAR PENGUMUMAN LABA
Disusun oleh: DHINAR ADI NUGROHO NIM. F0305044
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
1
2
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DI SEKITAR PENGUMUMAN LABA
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh: DHINAR ADI NUGROHO NIM. F0305044
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
3
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP PENURUNAN ASIMETRI INFORMASI DI SEKITAR PENGUMUMAN LABA
Surakarta, Desember 2009 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. NIP. 19651001 199412 2001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, januari 2010
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak.
(.................................)
2. Dr. Payamta, M.Si.,Ak, CPA
(.................................)
3. Drs. Sri Hanggono, M.Si., Ak
(.................................)
5
MOTTO
..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri sendiri.. (QS. Ar Raad : 11)
“Kalau mau pintar, belajar.. Kalau mau sukses, usaha..” (Laskar Pelangi)
”kesulitan datang agar kita mau belajar dan menjadi orang yang lebih baik..”
Apa yang kita yakini, itulah diri kita..
Perjuangan tidak akan mengenal kata “sia-sia”, karena sesungguhnya semua yang terbaik telah disiapkan olehNya.. ..Work Hard, Play Hard, Pray Hard..
Don’t Say “I Can’t”, Before You Try…
6
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
¯ Bapak Ibu tercinta dan terbaik di dunia, yang telah memberikan smua kasih sayangnya kepadaku. Terimakasih atas semuanya, aku akan berusaha menjadikan bapak ibu bangga dan bahagia. Semoga do’a dan restumu selalu mengiringii setiap nafasku. ¯ Adekku, Achie, terima kasih atas semua doa, support, dorongan, semangat, canda tawa dan tangis, dan waktu yang tersita selama ini. Kakak bukan apa—apa tanpa adek.. ¯ Kakak-kakakku, AEBWCD atas doa dan restunya. Dan juga keponakankeponakan tercinta, Tika Alya Raihan Zahra Olif Dika atas canda dan tawanya. ¯ Cengoherz 05, saudara seperjuangan dan para calon orang sukses, terima kasih atas semua yang tidak mungkin ku sebut satu per satu. Aku tidak pernah melupakan masa-masa menyenangkan di Akuntansi bersama kalian Sobat..
7
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Assalamu’allaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit Independen terhadap Penurunan Asimetri Informasi di Sekitar Pengumuman Laba” ini dengan baik, guna melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UNS Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat berbagai kendala yang mewarnainya, tetapi penulis yakin bahwa di balik permasalahan itu terdapat jalan keluar melalui pihak-pihak yang dikehendaki Allah
SWT.
Dengan
segala
ketulusan
dan
kerendahan
hati,
penulis
menyampaikan terimakasih dan semoga Alloh SWT membalas setiap kebaikan yang penulis terima dari pihak-pihak yang membantu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. ALLAH SWT, atas seluruh anugerah dan hidayah yang diberikan tanpa henti. 2. Ayah, ibu, kakak-kakak, dan keponakanku, serta keluargaku yang lain, atas doa dan restu yang tak pernah putus. 3. Adekku, Sekar Ratri A, yang selalu support dan ada di sampingku di kala senang dan sedih.
8
4. Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan ikhlas hati membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhirnya selesai sudah skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan dan kemuliaan kepadanya. 5. Bp. Agus Budiatmoko; Bp. Anis.; dan Bp. Hartoko selaku penguji ujian komprehensif serta Bp. Payamta dan Bp. Sri Hanggono selaku penguji ujian skripsi. 6. Prof. Drs. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 7. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 8. Pak Timin, yang melayani mahasiswa dengan ramah dan baik. 9. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi UNS, atas ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang diberikan. 10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi UNS, atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Alm.Reza FM dan Aditya WW, sahabatku semenjak kecil. 12. Cengoherz 05(fijri, ayok, munawir, indro, bagir, begug, mochi, feby, yoga, surib, elik, hentai, manchu, profesor, kardjo, kipli, dony, sapto, ahmad), kalian tidak hanya teman kuliah, tapi kalian juga saudaraku, smoga kita semua sukses dunia akhirat. 13. Accounting 05 female (umi, adjenk, rita, mbaqo, uli, mari, meri, lina, isti, eria, dita, chusnul, tanti, mbak dila, dan teman-teman lain yang tidak tersebut dalam tulisan ini). 14. Teman-teman Akuntansi seluruh angkatan, dan anak-anak HMJ Akuntansi (mas danang, mbak marihot, mbak shinta, mbak putri, mas riky, mas herman, mbak anis, mbak anjala, mas okky, mbak desta, mbak yayuk, mas azmi, tryas, alfin, hani, fela, finik, loggar, dedi, dela, dewilis, puput, handoko, irla, dika, dan teman-teman yang belum tersebut dalam tulisan ini).
9
15. Teman-teman yang pernah bekerja sama dalam DEMA FE UNS ’07 dan DEMA UNS ’08, terima kasih atas pengalaman-pengalaman berharganya. 16. Congers Teater Gadhang, mas wuri, belle, arif, mbak dika, icha, mbak mita, mas puput, mas budjang, mbak vita, almh.anggra, ari, mas sugeng, mas ndolly, dan semuanya, Gadhang Coong !! 17. Semua pihak yang tidak bisa kusebut satu per satu. Anda semua tetap tertulis di pikiranku. Thank you.
Lembaran kertas ini tak akan ada tanpa campur tangan mereka. Penulis berharap dapat memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya. Akhir kata, masukan dan kritik yang membangun dari semua pihak senantiasa penulis nantikan untuk sebuah proses kemajuan dan perbaikan di masa yang akan datang. Wassalamu’allaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Surakarta, Desember 2009 Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN
JUDUL
.................................................................................................................................... ...i ABSTRAK .................................................................................................................................... . ii ABSTRACT............................................................................................................... .iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ..............iv HALAMAN
PENGESAHAN
.................................................................................................................................... .v HALAMAN
MOTTO
.................................................................................................................................... .vi HALAMAN
PERSEMBAHAN
.................................................................................................................................... vii
11
KATA
PENGANTAR
................................................................................................................................... viii DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar
Belakang
Masalah
............................................................................................................... ..1 B. Perumusan
Masalah
............................................................................................................... ..7 C. Tujuan
Penelitian
............................................................................................................... ..8 D. Manfaat
Penelitian
............................................................................................................... ..9
12
E. Sistematika
Penulisan
............................................................................................................... ..9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Good
Corporate
Governance
(GCG)
..............11 B. Asimetri
Informasi
………....................................................................17 C. Volume
Perdagangan
Saham
..............20 D. Pengumuman
Laba
..............21 E. Study
Peristiwa
(Event
Study)
..............22 F. Penelitian
Terdahulu
..............23 G. Hipotesis................................................................................................ 24 BAB III. METODE PENELITIAN A.
Ruang
Lingkup
Penelitian
............................................................................................................... 28
13
B. Populasi,
Sampel,
dan
Teknik
Sampling
............................................................................................................... 28 C. Metode
Pengumpulan
Data
............................................................................................................... 29 D. Definisi
Operasional
Variabel
dan
Pengukurannya
............................................................................................................... 31 1. Reaksi Pasar.....................................................................................31 2. Pengumuman
Laba
..........................................................................31 E. Teknik
Analisis
Data..............................................................................32 1. Uji
Normalitas Data.........................................................................33
2. Uji
Hipotesis Pertama......................................................................33
3. Uji
Hipotesis Kedua.........................................................................35
4. Uji
Hipotesis Ketiga.........................................................................36
14
5. Uji
Hipotesis Keempat.....................................................................38
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi
Data
.............................................................................................................. .40 B. Pengujian
Hipotesis
Pertama
.................................................................................................. .43 C. Pengujian
Hipotesis
Kedua....................................................................47 D. Pengujian
Hipotesis
Ketiga....................................................................50 E. Pengujian
Hipotesis
Keempat................................................................51 BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................................... 56 B. Keterbatasan ............................................................................................................... 59
15
C. Saran...................................................................................................... .59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 4.1. Kriteria Sampling…………………………………………………..............41 4.2. Hasil Uji Normalitas Data TVA, Komisaris Independen, dan Komite Audit Independen ........................................................................................................……….. 44 4.3. Hasil Uji Normalitas Data TVA, Komisaris Independen, dan Komite Audit Independen (setelah menggunakan metode Ln) ........................................................................................................……….. 45 4.4. Hasil Uji Regresi Komisaris Independen – TVA .....................……………46 4.5. Hasil Uji Regresi Komite Audit Independen – TVA ................……………48 4.6. Hasil Uji Chi Square Komite Audit Independen - TVA........... ……………49 4.7. Hasil Uji Normalitas Data TVA perusahaan sampel yang memiliki KAI dan tidak
17
........................................................................................................……….. 51 4.8. Hasil Uji Normalitas Data TVA perusahaan sampel yang memiliki KAI dan tidak (setelah menggunakan metode Ln) ........................................................................................................……….. 52 4.9. Hasil Uji T TVA perusahaan yang memiliki KAI dengan yang tidak memiliki KAI (output pertama)................………………………………….53 4.10.Hasil Uji T TVA perusahaan yang memiliki KAI dengan yang tidak memiliki KAI (output kedua) ........................................................................................................……….. 45
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I.
Kriteria Pengambilan Sampel .......................................................
Lampiran II. Data Komite Audit Independen dan Komisaris Independen ........ Lampiran III. Penghitungan Data Trading Volume Activity (TVA).................... Lampiran IV. Hasil Uji Normalitas Data Trading Volume Activity (TVA) dengan One Sample Kolmogorov Smirnov................................................ Lampiran V. Hasil Uji Normalitas Data Trading Volume Activity (TVA) dengan One Sample Kolmogorov Smirnov (setelah menggunakan metode Ln) .................................................................................... Lampiran VI. Hasil Uji Regresi Prosentase Komisaris Independen – TVA ....... Lampiran VII. Hasil Uji Regresi Komite Audit Independen – TVA.................... Lampiran VIII. Hasil Uji Chi Square Korelasi TVAwin-nonwin dengan Prosentase Komite Audit Independen........................................... Lampiran IX. Penghitungan Data Trading Volume Activity (TVA) perusahaan non KAI......................................................................................... Lampiran X. Hasil Uji Normalitas Data Uji T Trading Volume Activity (TVA) dengan One Sample Kolmogorov Smirnov ................................... Lampiran XI. Hasil Uji Normalitas Data Uji T Trading Volume Activity (TVA) dengan One Sample Kolmogorov Smirnov (setelah menggunakan metode Ln) .................................................................................... Lampiran XII. Hasil Uji Beda (independent sample T-Test) perusahaan yang memiliki KAI dengan yang tidak memiliki KAI ..........................
19
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Transparansi keuangan perusahaan merupakan salah satu kunci dari good corporate governance. Fenomena sekarang ini merefleksikan pentingnya keterbukaan informasi yang dulunya menjadi sumber krisis ekonomi Asia pada tahun 1998. Good Corporate Governance mendapat perhatian banyak pihak selama dekade terakhir. Perhatian itu disebabkan tiga hal, yang pertama adanya kecenderungan diversifikasi dan perluasan entitas yang memerlukan pemisahan pemilik dan manajemen. Kedua, adanya perubahan teknologi yang mendorong kebutuhan dana dari pihak lain dan penggunaan para profesional dalam manajemen entitas. Ketiga, perkembangan pasar modal yang menyediakan dana dan mengakibatkan munculnya kepemilikan minoritas publik. (Fortuna, 2007). Terkait dengan economy recovery, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan konsep good corporate governance (GCG) ini sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di
20
negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders. Keasey dalam Sunarto (2003) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Sunarto (2003) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance yang baik dan proporsi kepemilikan serta proporsi board of directors yang relatif seimbang akan dapat menciptakan good corporate governance (GCG). Apabila GCG tercapai, maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat, meliputi ROE yang lebih tinggi, profit margin yang lebih tinggi, dan membayar kas deviden yang lebih. (Moksin, 2007). Pemeringkatan corporate governance yang dilakukan majalah SWA dan IICG berdasarkan 7 (tujuh) kriteria, yaitu (1) komitmen perseroan terhadap corporate governance, (2) pelaksanaan RUPS dan perlakuan terhadap minority shareholders, (3) dewan komisaris, (4) struktur direksi, (5) hubungan dengan stakeholder, (6) transparansi dan akuntabilitas, serta (7) tanggapan terhadap riset IICG, menjadikan indeks ini sebagai indikator (benchmark) yang akan selalu menjadi pegangan investor.
21
Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03/PM/2000 yang mengatur tentang pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit. Peraturan mewajibkan perusahaan tercatat memiliki komite audit. Komite audit harus beranggotakan minimal tiga orang independen dan salah satunya memiliki keahlian dalam bidang akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus berasal dari komisaris independen, yang merangkap sebagai ketua komite audit. Salah satu ciri perusahaan yang dikelola dengan baik (good corporate governance) adalah menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat, dan lengkap (Arifin, 2003). Suatu informasi dianggap informatif, jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru pula di kalangan investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. Penilaian terhadap perusahaan sangat membutuhkan informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laporan laba dapat digunakan untuk memprediksi laba masa depan maupun arus kas. Informasi laba dapat berupa good news ataupun bad news. Pelaporan laba mempunyai kandungan informasi. (Ball dan Brown, 1968; Finger, 1994).
22
Oleh karena itu pelaporan laba dapat mempengaruhi harga saham dan volume saham yang juga berperan dalam mengurangi asimetri informasi. Corporate Governance menekankan pengendalian dan prosedur yang ada untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan pemilik. Penelitian-penelitian sebelumnya (Ajinkya dkk; Karamanou dan Vafeas; Klein; dalam Kanagaretnam, 2007) menunjukkan bahwa Dewan Komisaris yang memonitor manajemen lebih efektif, akan meningkatkan kualitas dan frekuensi informasi yang diterbitkan manajemen. Infomasi ini tidak hanya informasi laba tetapi termasuk penjelasan laporan keuangan yang sifatnya sukarela (voluntary). Peningkatan voluntary disclosure akan menurunkan asimetri informasi. Dikarenakan semakin kecilnya celah informasi antara pihak eksternal dan internal perusahaan. Fama (1980) dalam Eng dan Mak (2003) menyatakan bahwa komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Eng dan Mak (2003) menyatakan semakin banyak jumlah anggota independen pada komisaris, mengurangi pengungkapan sukarela perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan semakin banyak jumlah komisaris independen, semakin efektif pengawasan sehingga menghasilkan pengungkapan sukarela yang lebih tinggi. Beberapa penelitan telah melaporkan hasil penelitian tentang hubungan komite audit dan kualitas pelaporan keuangan. Beberapa penelitian cenderung untuk mendukung keberadaan komite audit karena meningkatkan
23
kualitas pelaporan keuangan (Klien, 2002; DeFond dan Jiambalvo, 1994; McMulen, 1996; Beasly dan Salterio, 2001; McMullen dan Raghunandan, 1996). Di sisi lain hasil penelitian tidak menemukan perbedaan antara perusahaan yang membentuk dan tidak membentuk komite audit (Beasley, 1996; Kalbers, 1992; Crowford, 1987 di dalam McMullen, 1996). Brown dan Hillegeist (2003) menyatakan bahwa asimetri informasi di pasar terjadi karena satu atau lebih investor memiliki informasi private tentang nilai perusahaan sedangkan investor lainnya tidak. Tingkat asimetri informasi dapat diketahui dari resiko perdagangan dengan seorang investor yang mempunyai informasi private. Kualitas disclosure yang lebih baik akan menurunkan dorongan untuk mencari informasi private melalui penurunan harapan karena perolehan informasi private. Earnings atau laba merupakan komponen keuangan yang menjadi pusat perhatian sekaligus dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan untuk menilai kinerja perusahaan ataupun kinerja manajer sebagai dasar untuk memberikan bonus kepada manajer, dan juga digunakan sebagai dasar penghitungan penghasilan kena pajak. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang
24
saham dan stakeholder lainnya. dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Trading Volume Activity (TVA) sebagai indikator variabel volume perdagangan saham, digunakan untuk melihat apakah investor secara individual menilai laporan keuangan sebagai sesuatu yang informatif, dalam arti dengan informasi tersebut investor dapat membuat keputusan perdagangan di atas normal. Perbedaaan penting antara pengujian harga dan volume adalah bahwa harga merefleksikan perubahan dalam pengharapan pasar sebagai suatu keseluruhan sedangkan volume merefleksikan perubahan dalam pengharapan investor secara individual (Beaver, 1968; Baron, 1995 dalam Bandi dan Hartono, 1999). Suatu informasi, misalnya pengumuman laba atau pengumuman dividen mungkin netral dalam arti tidak mengubah pengharapan tentang pasar sebagai suatu keseluruhan tetapi mungkin mengubah pengharapan investor secara individual. Dalam situasi seperti ini, tidak akan ada reaksi harga, tetapi mungkin ada pergantian dalam posisi portofolio yang merefleksikan reaksi volume. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji ”Pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit Independen terhadap Penurunan Asimetri Informasi di Sekitar Pengumuman Laba”.
25
Fungsi dari Komisaris dan Komite Audit adalah mengawasi kinerja manajemen perusahaan agar perusahaan berjalan sesuai dengan harapan pemilik. Dengan tingginya tingkat independensi dari komisaris dan komite audit akan berdampak pada tingginya tingkat pengawasan terhadap manajemen, sehingga terdapat peningkatan voluntary disclosure yang menyebabkan terjadi penurunan asimetri informasi. Hal tersebut merupakan hal yang positif di mata investor karena informasi yang sampai ke tangan investor memiliki nilai kepercayaan yang lebih yang baik guna pengambilan keputusan. Berdasar teori sinyal, pihak manajemen memberikan sinyal kondisi perusahaan melalui pengumuman atau publikasi informasi seperti pelaporan laba, pengumuman deviden, dan corporate action lain. Informasi tersebut disikapi investor dengan reaksi dalam pasar modal. Reaksi ini dapat membuat perubahan dalam harga atau pun volume saham. Jika reaksi investor baik dan memiliki dampak positif pada perdagangan saham, akan terjadi perubahan harga atau volume saham yang diperdagangkan. Pengambilan keputusan oleh investor untuk bereaksi dikarenakan informasi yang didapat dirasa memiliki nilai yang tinggi dan dapat dipercaya. Informasi yang informatif tersebut tentunya terkait dengan pengawasan komisaris dan komite audit. Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam dkk (2007) yang menguji apakah good corporate governance menurunkan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba triwulanan. Ada beberapa hal yang menyebabkan penelitian ini berbeda dengan penelitian
26
sebelumnya. Pertama, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2003 – 2007 dan menerbitkan laporan laba rugi tahunan tahun 2004-2006. Kedua, good corporate governance didasarkan pada aturan Bapepem-Surat Edaran No. SE-03/PM/2000 yang mensyaratkan bahwa “setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk Komite Audit dengan anggota minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan”. Ketiga, proksi untuk asimetri informasi adalah selisih Trading Volume Activity pada periode window dengan periode non window. Proksi ini berdasarkan penelitian Hua dkk (2006), sedangkan Kanagaretnam (2007) menggunakan ask bid spread.
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasar uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah keberadaan Komisaris Independen berpengaruh pada penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba? 2. Apakah keberadaan Komite Audit Independen berpengaruh pada penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba? 3. Apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang ada anggota komisaris independen dengan yang tidak ada?
27
4. Apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang ada anggota komite audit independen dengan yang tidak ada?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh keberadaan Komisaris Independen terhadap asimetri informasi 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh keberadaan Komite Audit Independen terhadap asimetri informasi 3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai perbedaan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota Komisaris Independen dengan yang tidak mempunyai anggota Komisaris Independen. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai perbedaan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota Komite Audit Independen dengan yang tidak mempunyai anggota Komite Audit Independen.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan masukan kepada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mendorong penerapan good corporate governance (GCG) sehingga pihak yang
28
mempunyai kepentingan terhadap perusahaan dapat terlindungi dan harapan investor akan tingkat pengembalian (return) saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut dapat dipertahankan. 2. Bagi investor Dengan adanya penelitian ini, investor diharapkan dapat mempertimbangkan keputusan investasinya untuk dapat memilih perusahan yang telah menerapkan good corporate governance (GCG). 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan dan peneliti selanjutnya yang membutuhkan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Konsep corporate governance timbul karena adanya keterbatasan dari teori keagenan dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari teori keagenan (Ariyoto dkk., 2000). Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders (majalah SWA 2006). Patricia Aburdene dalam majalah SWA (2006) menyatakan bahwa saat ini dan di masa depan, para stakeholders semakin kritis dan memiliki fungsi kontrol yang sangat kuat atas perusahaan. Para stakeholders yang meliputi para pemegang saham, karyawan, pemerintah, LSM, konsumen, dan masyarakat hanya mau menghargai perusahaan yang dikelola secara transaparan dan bertanggung jawab sosial. Menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), good corporate governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
29
30
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai “seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka”. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihakpihak pemegang kepentingan. Corporate Governance yang tidak efektif merupakan penyebab utama terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan berbagai perusahaan di Indonesia akhir-akhir ini. Bank, BUMN dan perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham, sebagai tulang punggung perekonomian nasional, diharapkan menjadi teladan dalam menerapkan corporate governance yang efektif. Penerapan corporate governance yang efektif pada Bank, BUMN dan perusahaan publik, memberikan sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di masa mendatang (Herwidayatmo, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Oleh karena itu penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme
31
dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders. Manfaat menerapkan GCG juga dirasakan oleh beberapa perusahaan di Indonesia. Bagi PT Astra International Tbk, segala bentuk intervensi (seperti permintaan upeti atau sumbangan yang tidak jelas) sulit masuk serta mampu melindungi hak-hak pemegang saham minoritas terhadap kepentingan sepihak pemegang saham mayoritas. Bagi PT Astra Graphia Tbk, para mitra bisnisnya cenderung tidak berani main-main (minta uang sogok), proses bisnis menjadi lebih aman dan lancar karena mitra bisnis tidak perlu takut dituduh ada permainan pasar atau proyeknya menjadi masalah hukum, banyak didekati kreditor, serta kinerja perusahaan jauh lebih efisien (majalah SWA, 2006). Salah satu ciri perusahaan yang dikelola dengan baik (good corporate governance) adalah menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat, dan lengkap (Zainal Arifin, 2003). Suatu informasi dianggap informatif, jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Salah satu informasi yang terdapat di pasar modal, adalah pengumuman laba. Agar penyelenggaraan corporate governance dapat berjalan dengan baik (good corporate governance), pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03/PM/2000 menyaratkan bahwa “setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk Komite Audit dengan anggota minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
32
independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan”. Sementara bagi perusahaan BUMN/ BUMD, sesuai dengan keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. 117/M-MBU/2002 menyatakan bahwa “Komisaris/ Dewan Pengawas harus membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris/ Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris/ Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal”. Komite Audit berperan dalam pengeluaran statemen terkait resiko-resiko yang dihadapi perusahaan. Bisa disebut bahwa Komite Audit merupakan alat bagi banyak pihak untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan. Berdasar Pedoman Komisaris Independen dalam FCGI, komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Yang dimaksud dengan terafiliasi di sini adalah tidak adanya hubungan keluarga, hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari pihak tersebut, hubungan antara dua perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama, hubungan antara perusahaan dan pihak, hubungan antar dua perusahaan yang dikendalikan baik langsung atau pun tidak langsung, dan hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
33
Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya. Dengan proporsi anggota independen yang besar dalam struktur dewan komisaris, akan memberikan efek pengawasan yang lebih baik dan dapat membatasi perluang-peluang kecurangan pihak manajerial (Fama dan Jensen , 1983 dalam Eng dan Mak, 2003). Komite Audit terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Tanggung jawa komite audit antara lain memilih auditor independen, mengawasi proses audit, dan meyakinkan integritas dari pelaporan keuangan. Terdapat dua keuntungan monitoring potensial yang didapat dari memberikan tanggung jawab tersendiri kepada komisi ini, yaitu independensi dan efisiensi dewan. Independensi dan integritas monitoring dapat meningkat dengan adanya laporan dari internal dan eksternal auditor kepada dewan yang terdiri dari outside director. Bukan kepada seluruh BOD karena di dalamnya terdapat CEO yang kinerjanya menjadi pertanyaan oleh auditor. Komite ini dapat membantu menaikkan tingkat efisiensi dari fungsi Dewan itu sendiri. Hal ini menjadi sangat penting jika ukuran dari Dewan
34
tersebut besar. Komite audit merupakan pihak akhir yang memonitor proses pelaporan keuangan perusahaan dan mereka akan mempengaruhi kebijakan yang diambil perusahaan berkaitan dengan prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan. Urgensi keberadaan komite audit ada pula kaitannya dengan belum optimalnya peran pengawasan yang diemban dewan komisaris di banyak perusahaan di negara-negara korban krisis yang lalu. Indonesia khususnya semakin diperparah dengan adanya karakteristik umum yang melekat pada entitas bisnis kita berupa pemusatan kontrol atau pengendalian kepemilikan perusahaan di tangan pihak tertentu atau segelintir pihak saja. Dechow et al. (1996), McMullen (1996), dan Beasley et al. (2000) menyatakan bahwa adanya komite audit berhubungan dengan tingkat kecurangan yang lebih rendah. Menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), good corporate governance berasaskan lima hal, berikut ini : 1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
35
2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
36
B. ASIMETRI INFORMASI Earnings atau laba merupakan komponen keuangan yang menjadi pusat perhatian sekaligus dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Isu corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan (di pihak investor/ principal) dengan pengelolaan (manajer/ agent) suatu perusahaan, yang dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agent. Jensen dan Meckling (1976) memandang baik principal dan agent merupakan pemaksimum kesejahteraan sehingga ada kemungkinan besar bahwa agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal.
37
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti pengumuman laba. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/ kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
38
Friedman dkk., (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif terhadap pasar saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. Johnson, dkk mendefinisikan corporate governance sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimasi konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham minoritas. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi (Rahmawati, 2006). Menurut teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan investor tidak. Gelb (1994) dalam Setiawan dan Subekti (2005) membuktikan bahwa dividen merupakan suatu sinyal yang baik untuk menyampaikan maksud perusahaan kepada investor. Pengumuman dividen dapat digunakan investor untuk memperkecil asimetri informasi dengan manajer, sehingga
39
pengumuman dividen merupakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi investor. Demikian pula dengan laporan yang dipublikasikan lainnya, misalnya laporan laba.
C. VOLUME PERDAGANGAN SAHAM Semenjak trading volume menjadi faktor yang fundamental menaikkan nilai pasar dan berhubungan dengan likuiditas, kekuatan untuk mengendalikan trading volume ini menjadi topik yang menarik dalam keuangan (Lo dan Wang, 2000 dalam Chae, 2002). Menurut Widayanti (2005), Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi investor. Harga sekuritas terjadi setelah adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran sekuritas. Permintaan dan penawaran ini juga berhubungan dengan jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Jumlah lembar saham yang terjadi dalam transaksi inilah yang disebut sebagai volume perdagangan. Pengamatan terhadap volume perdagangan biasanya menggunakan indikator Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity (TVA) digunakan untuk melihat apakah investor secara individual menilai laporan keuangan informatif, dalam arti
40
apakah dengan informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas normal (Husnan, et.al, 1996 dalam Wuryanti, 2004). Di dalam TVA tidak memisahkan antara informasi positif (pembelian) maupun informasi negatif (penjualan). Milgrom dan Stokey (1982) dan Black (1986) dalam Chae (2002) menyatakan bahwa asimetri informasi dapat menjadikan volume perdagangan menjadi turun.
D. PENGUMUMAN LABA Dalam beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengumuman laba dan pengumuman-pengumuman perusahaan lainnya, sepertinya terdapat asimetri informasi yang tinggi sebelum pengumuman. Pengumuman laba merupakan salah satu bentuk pengumuman yang dilakukan perusahaan. Pengumuman laba ini tidak hanya direspon oleh investor yang memiliki informasi saja, akan tetapi investor yang tidak memiliki informasi perusahaan pun, akan melakukan reaksi ketika pengumuman laba. Karena tiap pelaku pasar berpandangan akan ada informasi penting yang disampaikan ke pasar oleh perusahaan (Chae, 2002). Atiase dan Bamber (1994) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara volume perdagangan pada pengumuman laba, dengan asimetri informasi. Chae (2002) menemukan bahwa penurunan asimetri informasi terjadi hanya sebelum adanya pengumuman laba.
41
Krinsky dan Lee (1996) dalam Fabiano (2008), menyatakan sikap investor sebelum pengumuman laba dipengaruhi tingginya asimetri informasi diantara para investor.
E. STUDY PERISTIWA (EVENT STUDY) Penelitian ini termasuk studi peristiwa (event study). Menurut Hartono (2000), event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (informationt content) dari suatu pengumuman dan juga dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan.
F. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian mengenai corporate governance dan atau suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman sudah banyak dilakukan. Pengumuman tersebut dianggap memiliki kandungan informasi apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
42
Salah satu bagian penelitian Kanagaretman dkk (2007) menunjukkan perusahaan yang semakin besar prosentase komisaris independennya, rata-rata kenaikan ask-bid spread-nya secara signifikan semakin mengecil di sekitar pengumuman laba. Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas good corporate menurunkan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba. Keberadaan Komisaris Independen memiliki pengaruh terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer (Fama, 1980). Ajinkya dkk; Karamanou dan Vafeas; Klein; dalam Kanagaretnam, 2007 menyatakan Dewan Komisaris yang memonitor manajemen lebih efektif, akan meningkatkan kualitas dan frekuensi informasi yang diterbitkan manajemen. Peningkatan voluntary disclosure akan menurunkan asimetri informasi. Dikarenakan semakin kecilnya celah informasi antara pihak eksternal dan internal perusahaan. Hal tersebut berbeda dengan temuan Eng dan Mak (2003) yang menyatakan semakin banyak jumlah anggota independen pada komisaris, mengurangi pengungkapan sukarela perusahaan. Penelitian Klien (2001); DeFond dan Jiambalvo (1991); McMulen (1996); Beasly dan Salterio (2001); McMullen dan Raghunandan (1996) mendukung keberadaan komite audit yang dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Hal ini menandakan investor telah melihat nilai lebih
43
pada perusahaan yang mempunyai komite audit independen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Beasley (1996); Kalbers (1992); Crowford (1987) di dalam McMullen (1996) dan juga Menon dan Williams (1994), menunjukkan tidak adanya perbedaan antara perusahaan yang memiliki komite audit independen dengan yang tidak. Yang menandakan ketidakpercayaan investor terhadap kemampuan komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.
G. HIPOTESIS Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Komite Audit adalah komite dalam Dewan Direksi (BOD) yang mengerjakan beberapa tanggung jawab dari Dewan tersebut. Tanggung jawabnya antara lain memilih auditor independen, mengawasi proses audit, dan meyakinkan integritas dari pelaporan keuangan.
44
Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. Oleh karena itu kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Penman, 2001). Kandungan informasi dari suatu pengumuman (event), dalam hal ini laba perusahaan, tidak hanya berpengaruh pada harga tapi juga pada volume perdagangan saham. Beaver (1968) dalam Bandi dan Jogiyanto (1999) menyatakan bahwa suatu laporan yang diumumkan (event) memiliki kandungan informasi, apabila jumlah lembar saham yang diperdagangkan menjadi lebih besar ketika earnings diumumkan daripada waktu lain selama tahun tersebut. Berdasarkan intuisi dari Beaver tersebut, Bandi dan Jogiyanto (1999) berpendapat bahwa secara logis bisa disebutkan adanya kandungan informasi juga, apabila jumlah lembar saham yang diperdagangkan menjadi lebih kecil ketika suatu event terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya bad news. Bamber dan Cheon (1995) menyatakan bahwa dalam investasi saham di pasar modal, volume perdagangan saham merupakan tindakan atau perdagangan
45
investor individual. Jadi volume merefleksikan perubahan dalam pengharapan investor individual. Sedangkan menurut Ambar dan Bambang (1998) dalam Almilia dan Sifa (2006), volume perdagangan saham menunjukkan jumlah saham emiten yang ditransaksikan dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli selama periode transaksi. Volume perdagangan saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator Trading Volume Activity (TVA). Penelitian ini menguji reaksi pasar yang dilihat dari volume perdagangan saham terhadap pengumuman laba perusahaan yang memiliki anggota Komisaris Independen dan Komite Audit Independen. Berdasarkan konsep dan hasil penelitian–penelitian di atas maka kami rumuskan hipotesis sebagai berikut: H01 : Tidak terdapat pengaruh keberadaan anggota komisaris independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. H02 : Tidak terdapat pengaruh keberadaan anggota komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Selain itu, dengan membandingkan TVA antara perusahaan yang memiliki anggota Komisaris Independen dan Komite Audit Independen dengan yang tidak, kita dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan reaksi pasar.
46
H03 : Tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komisaris independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komisaris independen. H04 : Tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen.
BAB III METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah event study, yang digunakan untuk mengetahui reaksi pasar yaitu variabilitas tingkat keuntungan saham dan volume perdagangan saham terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumuman laba pada perusahaan yang masuk Indonesian Capital Market Directory 2007 dan listing dari 20032007. Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu, yaitu pada tahun 2004 – 2006. Penelitian ini merupakan event study terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristikya hendak diduga (Djarwanto dan Subagyo, 1993). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan laba tahunan pada tahun 2004 – 2006. Djarwanto dan Subagyo (1993) menyatakan sampel merupakan sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap bisa 47
48
mewakili keseluruhan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mengumumkan laba tahunan pada tahun 2004 – 2006. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan purposive sampling method yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini, adalah: 1. Perusahaan terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory 2007 2. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 – 2007. Sampel tahun 2008 tidak disertakan karena pengaruh krisis ekonomi global yang akan mempengaruhi transaksi saham. 3. Perusahaan yang mempunyai anggota independent dalam komisaris dan komite auditnya. 4. Data Trading Volume Activity dan Laporan Laba Tahunan 2004-2006 lengkap. 5. Perusahaan tidak mempunyai pengumuman lain pada periode window yaitu 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah pengumuman laba serta periode non window. Hal ini untuk menghindari adanya confounding effect akibat pengumuman lain seperti merger, akuisisi, right issue, dan stock split.
C. METODE PENGUMPULAN DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pemilihan data sekunder dalam penelitian ini dimaksudkan agar hasil yang
49
akan diperoleh dalam penelitian dapat diandalkan. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: a. Data nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Jakarta diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2007. b. Data nama perusahaan yang mengumumkan Laporan Laba Tahunan diperoleh dari data base pojok BEI dan internet. c. Data tentang aktivitas volume perdagangan saham harian dari data base pojok BEI FE UNS. d. Data tentang pengumuman spesifik perusahaan (corporate action) yang dilakukan oleh perusahaan sampel yang diperoleh dari Jakarta Stock Exchange Statistic tahun 2004-2006. e. Data prosentase Komisaris Independen dan Komite Audit Independen dari web masing-masing perusahaan sampel. Saat pelaporan laba tahunan diperoleh dari tanggal publikasi laporan keuangan, kemudian dari tanggal tersebut ditetapkan 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah tanggal publikasi. Dengan demikian terdapat event window sebanyak 5 hari. Pemilihan window 5 hari bertujuan untuk meminimalisir hal lain yang dapat mengganggu (confounding effect), apabila lebih lama dari 5 hari kemungkinan ada unsur-unsur lain selain publikasi laporan keuangan tahunan yang dapat mengganggu. Sebaliknya, apabila lebih pendek dari 5 hari ada kemungkinan belum ada pengaruhnya. Non event window berdasar penelitian sebelumnya, ditentukan 2 hari menjelang 4 minggu sebelum publikasi laporan keuangan (Kanageratnam, 2007).
50
D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAN PENGUKURANNYA 1. Reaksi Pasar Reaksi pasar dalam penelitian ini adalah volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/ TVA). Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham diukur berdasarkan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan alat untuk melihat apakah investor secara individual menilai laporan keuangan informatif, dalam arti apakah dengan informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas normal. Penelitian Chae (2002) menunjukkan bahwa asimetri informasi secara konsisten berhubungan dengan volume perdagangan saham di sekitar pengumuman laba. Rumus untuk menghitung Trading Volume Activity (TVA): TVAit = Jumlah saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t Jumlah saham perusahaan i yang beredar pada waktu t 2. Pengumuman Laba Penelitian ini menggunakan tanggal publikasi laporan keuangan tahunan pada perusahaan yang dalam terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengumumkan laba tahunan pada tahun 2004 – 2006.
51
E. TEKNIK ANALISIS DATA Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi tanggal pengumuman laba. Untuk mempermudah pembahasan maka tanggal pengumuman laba ditetapkan sebagai hari ke nol (t=0). 2. Menentukan event window pengukuran reaksi pasar dari pengumuman laba. Event window yang digunakan yaitu t – 2 sampai dengan t + 2. 3. Menentukan non event window yaitu 2 hari menjelang 4 minggu sebelum pengumuman. 4. Menghitung TVA dan rata-rata TVA periode window dan non periode window. 5. Menguji normalitas rata-rata TVA dengan One Sample KolmogorovSmirnov test 6. Menghitung prosentase anggota komisaris independen. 7. Menghitung prosentase anggota komite audit independen 8. Melakukan uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan otokorelasi. 9. Menguji hipotesis 1 dan 2 dengan alat uji regresi berganda. Alat analisis ini digunakan untuk tujuan menghubungkan variabel y dengan sekelompok variabel prediktor (Mendenhall dan Beaver, 1992, p 501). 10. Menguji hipotesis 3 dan 4 dengan alat uji beda independen sampel t test.
52
Uji Normalitas Data Pengujian normalitas untuk seluruh data Trading Volume Activity (TVA) menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan menggunakan uji ini, maka dapat diketahui nilai sampel yang menjadi pengamatan telah sesuai dengan distribusi normalitas. Hipotesis nol yang diajukan adalah bahwa data terdistribusi normal. Kriteria yang digunakan adalah dengan pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05. Apabila p-value > 0,05, maka data terdistribusi normal. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows 16.0.
Uji Hipotesis Pertama Pengujian statistik terhadap volume perdagangan saham pada pengujian hipotesis pertama, bertujuan untuk menghubungkan variabel Y dengan sekelompok variabel prediktor. Besar variabel Y ditunjukkan dengan selisih volume perdagangan saham periode window dengan non-window. Sedangkan variabel prediktor adalah prosentase anggota Komisaris independen. Pengujian statistik untuk hipotesis pertama ini menggunakan alat uji regresi berganda. Langkah-langkah pengujian hipotesis satu dilakukan dengan multiple regressions. Alfa (α) ditentukan 5%. Apabila nilai t variabel independen, p valuenya ≤ 5% maka hipotesis nol ditolak.
53
Asumsi regresi yang harus dipenuhi meliputi normalitas dan tidak adanya otokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Otokorelasi adalah korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (data time series) atau rangkaian ruang (data cross sectional). Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan linear di antara variabel bebas. Heteroskedastisitas terjadi apabila varian faktor pengganggu tidak sama atau tidak konstan. (sumodiningrat, 1996, hal 269). Persamaan yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah: Y = a + bX1 + e TVA w - TVA nw = a + KI x + e TVA = jumlah saham perusahaan I yang diperdagangkan pada waktu t Jumlah saham perusahaan I yang beredar pada waktu t
TVA w = rata-rata trading volume activity periode window TVA nw = rata-rata trading volume activity non window KI
= % anggota komisaris independen
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen dan variable independent. Variabel dependen merupakan selisih rata-rata trading volume activity periode window (4 hari yang terdiri dari 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah pengumuman laba) dengan rata-rata trading volume activity periode non window (2 hari). Periode non window diambil 2 hari perdagangan menjelang 4 minggu sebelum pengumuman laba (Kanagaretnam et al., 2007).
54
Variabel independen terdiri dari prosentase anggota independen dalam dewan komisaris.
Uji Hipotesis Kedua Pengujian statistik terhadap volume perdagangan saham pada pengujian hipotesis kedua, bertujuan untuk menghubungkan variabel Y dengan sekelompok variabel prediktor. Besar variabel Y ditunjukkan dengan selisih volume perdagangan saham periode window dengan non-window. Pengujian statistik untuk hipotesis kedua ini juga menggunakan alat uji regresi berganda seperti pada pengujian hipotesis pertama. Langkah-langkah pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan multiple regressions. Alfa (α) ditentukan 5%. Apabila nilai t variabel independen, p valuenya ≤ 5% maka hipotesis nol ditolak. Asumsi regresi yang harus dipenuhi meliputi normalitas dan tidak adanya otokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Otokorelasi adalah korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (data time series) atau rangkaian ruang (data cross sectional). Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan linear di antara variabel bebas. Heteroskedastisitas terjadi apabila varian faktor pengganggu tidak sama atau tidak konstan. (sumodiningrat, 1996, hal 269).
55
Persamaan yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah: Y = a + bX2 + e TVA w - TVA nw = a + KAI x + e TVA = jumlah saham perusahaan I yang diperdagangkan pada waktu t Jumlah saham perusahaan I yang beredar pada waktu t
TVA w = rata-rata trading volume activity periode window TVA nw = rata-rata trading volume activity non window KAI
= % anggota komite audit independen
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen dan variable independent. Variabel dependen merupakan selisih rata-rata trading volume activity periode window (4 hari yang terdiri dari 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah pengumuman laba) dengan rata-rata trading volume activity periode non window (2 hari). Periode non window diambil 2 hari perdagangan menjelang 4 minggu sebelum pengumuman laba (Kanagaretnam et al., 2007). Variabel independen terdiri dari prosentase anggota independen dalam komite audit.
Uji Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis tiga dilakukan dengan uji beda independen t tes. Tingkat signifikansinya 5 %, apabila p value ≤ 5% maka hipotesis nol ditolak. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian hipotesis keempat dengan alat uji one sample t-test, adalah sebagai berikut:
56
1. Menyusun hipotesis H03 : Tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komisaris independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komisaris independen. H3 : Terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komisaris independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komisaris independen. 2. Menentukan level of significant sebesar 5% atau α = 0,05. 3. Menentukan kriteria pengujian H03 diterima apabila α ≥ 0,05. H03 ditolak apabila α < 0,05. 4. Menghitung nilai thitung dari sampel. 5. Membuat kesimpulan Uji t dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows yang langsung dapat dilihat signifikansinya. Apabila nilai α ≥ 0,05, maka H0 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat reaksi pasar terhadap pengumuman laba perusahaan yang memiliki Komisaris Independen yang ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan volume perdagangan saham yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman laba.
57
Uji Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis empat juga dilakukan dengan uji beda independen t tes. Tingkat signifikansinya 5 %, apabila p value ≤ 5% maka hipotesis nol ditolak. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian hipotesis ketiga dengan alat uji one sample t-test, adalah sebagai berikut: 1. Menyusun hipotesis H04 : Tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen. H4 : Terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen. 2. Menentukan level of significant sebesar 5% atau α = 0,05. 3. Menentukan kriteria pengujian H03 diterima apabila α ≥ 0,05. H03 ditolak apabila α < 0,05. 4. Menghitung nilai thitung dari sampel. 5. Membuat kesimpulan Uji t dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows yang langsung dapat dilihat signifikansinya. Apabila nilai α ≥ 0,05, maka H0 diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat reaksi pasar terhadap
58
pengumuman laba perusahaan yang memiliki Komite Audit Independen yang ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan volume perdagangan saham yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman laba.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji reaksi pasar terhadap pengumuman Laba pada perusahaan yang termasuk Good Corporate Governance dengan dasar penilaian adanya komite audit independen dan komisaris independen. Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows 16.0 untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keberadaan anggota komisaris independen dan komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya variabel Y yang didapat dari selisih volume perdagangan saham perusahaan sampel selama event window dengan non window, yang sebelumnya telah dilakukan perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel. Volume perdagangan saham diukur berdasarkan indikator Trading Volume Activity (TVA).
A. DESKRIPSI DATA Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diambil dari ICMD 2007 yang mengumumkan laba tahunan pada tahun 2004 – 2006. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
59
60
purposive sampling method yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian dan dapat mewakili populasinya, seperti yang dijelaskan dalam bab III. Dari semua perusahaan yang sahamnya masuk dalam ICMD pada tahun 2007, dilakukan penyaringan dengan kriteria bahwa perusahaan mengumumkan laba tahunan pada tahun 2004 – 2006 dan tidak melakukan corporate action lainnya di sekitar tanggal pengumuman laba. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan, maka diperoleh sebanyak 86 sampel akhir. Perusahaan-perusahaan sampel tersebut tersebar dalam berbagai kelompok bidang usaha, yang dapat dilihat pada halaman Lampiran I. Tabel 4.1 berikut menyajikan kriteria pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini: Kriteria Sampling Keterangan
2004
2005
2006
Total Sampel
Total peserta ICMD 2007
343
Perusahaan yang listing di tahun
(61)
2003-2007 Perusahaan yang tidak memiliki
-
-
-
(60)
anggota Independen dalam komisaris dan komite audit Total Perusahaan
222
61
Keterangan
2004
2005
2006
Total Sampel
Total Perusahaan Data tidak lengkap (tidak ada
222 192
196
192
-
-
-
30
26
30
data aktivitas saham harian dan saham beredar, laporan keuangan tidak dipublikasikan di internet ) Perusahaan yang mempunyai pengumuman lain pada periode window dan non-window Total sampel
86
Sumber : Data Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa total perusahaan yang terdaftar di BEI, yang didapat dari ICMD 2007 sebanyak 343 perusahaan. Perusahaan yang terdaftar dari tahun 2003-2007, ada 282 perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang tidak mempunyai anggota independen dalam Komisaris dan Komite Auditnya 60 perusahaan. Sehingga tersisa 222 perusahaan. Dari jumlah tersebut, pengamatan pada tahun 2004 – 2006, ada 192 perusahaan tahun 2004, 196 perusahaan tahun 2005, dan 192 perusahaan tahun 2006, yang tidak mempublikasikan laba pada akhir tahun, data laporan keuangan tidak dapat ditemukan, atau pun data komite audit tidak lengkap. Tidak ditemukan perusahaan yang melakukan event lain selain pengumuman laba pada periode window dan non-window. Dengan demikian, diperoleh sampel akhir sebanyak 86 dalam penelitian ini. Setelah diketahui nama-nama dan jumlah sampel yang digunakan, dilakukan pengamatan terhadap data
62
transaksi harian dengan fokus pada jumlah lembar saham yang diperdagangkan, dan jumlah lembar saham yang beredar perusahaan sampel. Periode pengamatan dalam penelitian ini diperoleh dari tanggal pengumuman laba, kemudian dari tanggal tersebut ditetapkan 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah tanggal pengumuman laba. Dengan demikian terdapat event window sebanyak 5 hari. Non event window berdasar penelitian sebelumnya, ditentukan 2 hari menjelang 4 minggu sebelum publikasi laporan keuangan.
B. PENGUJIAN HIPOTESIS PERTAMA Pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh keberadaan anggota komisaris independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba pada perusahaan yang masuk dalam ICMD 2007, berdasarkan volume perdagangan saham. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menghitung nilai selisih rata-rata Trading Volume Activity (TVA) pada periode window dengan nonwindow sebagai indikator volume perdagangan saham untuk masing-masing sampel. Periode window dihitung dengan merata-rata volume perdagangan saham pada 2 hari sebelum dan sesudah tanggal pengumuman laba tahunan perusahaan. Periode non-window dihitung dengan merata-rata volume perdagangan saham pada 2 hari menjelang 4 minggu sebelum tanggal pengumuman laba tahunan perusahaan. Periode window dan non-window ini dikurangkan untuk mendapat selisih TVA, yang merupakan proksi dari asimetri informasi pada penelitian ini. Kemudian menghitung prosentase
63
anggota independen dalam komisaris dengan cara membagi jumlah anggota independen dengan total anggota dewan komisaris. Hal ini juga dilakukan untuk memperolah data Prosentase Komite Audit Independen. Data ini didapat dari company profile di internet. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis pertama, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang akan diuji tersebut sudah atau tidak terdistibusi normal. Pengujian normalitas data selisih Total Volume Activity (TVA), data prosentase Komite Audit Independen dan prosentase Komisaris Independen ini dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 - One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TVAwin-nonwin N Normal Parametersa
Mean
Prosentase KAI
86
86
-3.643513953E-3
36.841%
Prosentase KI 86 45.76827242524 916%
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
12.57886053294
.0262332120
9.3969%
Absolute
.404
.413
.171
Positive
.336
.413
.171
Negative
-.404
-.285
-.149
3.748
3.830
1.582
.000
.000
.013
9458%
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel terlihat bahwa variabel dependen maupun independen tidak terdistribusi normal. Ketiga p-value variabel di atas lebih kecil dari level of significance sebesar 0,05. Sehingga untuk dilakukan pengujian, data tersebut
64
perlu dinormalkan dengan metode Ln. Hasil dari pemakaian metode tersebut sebagai berikut : Tabel 4.3 - One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TVAwin-nonwin N Normal Parametersa
Prosentase KAI
Prosentase KI
52
86
86
Mean
-7.5540
3.5783
3.7867
Std. Deviation
2.11780
.23412
.27358
Most Extreme
Absolute
.184
.388
.142
Differences
Positive
.106
.388
.138
Negative
-.184
-.310
-.142
1.330
3.596
1.314
.058
.000
.063
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel dependen (Y), yaitu TVA window – non window telah terdistribusi normal. Hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa p-value lebih besar dari level of significance sebesar 0,05. Prosentase Komite Audit Independen menunjukkan p-value sebesar 0.000. Hal ini berarti data tidak normal karena lebih kecil dari α 0,05. Untuk variabel X2 ini ketidaknormalan disebabkan perusahaan-perusahaan sampel telah menerapkan ketentuan dalam Surat Edaran Bapepam, yang mensyaratkan jumlah anggota komite audit independen minimal 3. Sebagian besar perusahaan sampel, menerapkan 3 anggota komite audit, dengan 1 anggota komite audit independen yang berasal dari komisaris independen. Kemiripan antara data satu dengan yang lain inilah yang menyebabkan data
65
Prosentase Komite Audit Independen tidak dapat dinormalkan. Sedangkan untuk data Prosentase Komisaris Independen diatas 0,05 yaitu 0,063. Hal ini berarti telah terdistribusi normal. Pengujian hipotesis pertama ini dengan menggunakan alat uji regresi berganda untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut : H01 : Tidak terdapat pengaruh keberadaan anggota komisaris independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. H1
: Terdapat pengaruh keberadaan anggota komisaris independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Berikut disajikan hasil uji regresi dari perusahaan sampel selama
periode peristiwa : b
Tabel 4.4 - Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
R Square .374
a
Estimate
Adjusted R Square
.140
.123
Durbin-Watson
1.98355
1.705
a. Predictors: (Constant), Prosentase KI b. Dependent Variable: TVAwin-nonwin b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
32.017
1
32.017
Residual
196.723
50
3.934
Total
228.740
51
a. Predictors: (Constant), Prosentase KI b. Dependent Variable: TVAwin-nonwin
F 8.138
Sig. .006
a
66
Berdasar tabel 4.4 diperoleh hasil uji regresi untuk variabel independen yaitu Komisaris Independen (KI) signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk Prosentase KI sebesar 0,006 yang di bawah 0,05. Dengan demikian H01 ditolak dan H1 diterima. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa keberadaan anggota Komisaris Independen berpengaruh terhadap asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS KEDUA Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh keberadaan anggota komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba pada perusahaan yang masuk dalam ICMD 2007, berdasarkan volume perdagangan saham. Langkah awal yang dilakukan sama dengan ketika menguji hipotesis pertama. Yaitu menghitung proksi asimetri informasi yang ditunjukkan dengan nilai selisih rata-rata Trading Volume Activity (TVA) pada periode window dengan nonwindow untuk masing-masing sampel. Periode window dihitung dengan merata-rata volume perdagangan saham pada 2 hari sebelum dan sesudah tanggal pengumuman laba tahunan perusahaan. Periode non-window dihitung dengan merata-rata volume perdagangan saham pada 2 hari menjelang 4 minggu sebelum tanggal pengumuman laba tahunan perusahaan. Periode window dan non-window ini dikurangkan untuk mendapat selisih TVA, yang merupakan proksi dari asimetri informasi pada penelitian ini. Kemudian menghitung prosentase anggota independen dalam komite audit dengan cara
67
membagi jumlah anggota independen dengan total anggota komite audit. Data ini didapat dari company profile di internet. Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa data Prosentase Komite Audit Independen telah terdistribusi normal. Karena itu pengujian hipotesis kedua dapat dilakukan. Pengujian hipotesis kedua ini dengan menggunakan alat uji regresi berganda untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut : H02 : Tidak terdapat pengaruh keberadaan anggota komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. H2
: Terdapat pengaruh keberadaan anggota komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Berikut disajikan hasil uji regresi dari perusahaan sampel selama
periode peristiwa :
b
Tabel 4.5 - Model Summary
Model 1
R
R Square .218
a
.048
a. Predictors: (Constant), Prosentase KAI b. Dependent Variable: TVAwin-nonwin
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .029
2.08720
Durbin-Watson 1.489
68
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
10.920
1
10.920
Residual
217.820
50
4.356
Total
228.740
51
F
Sig.
2.507
.120
a
a. Predictors: (Constant), Prosentase KAI b. Dependent Variable: TVAwin-nonwin
Berdasar tabel di atas diperoleh hasil uji regresi untuk variabel independen yaitu Komite Audit Independen (KAI) tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk Prosentase KAI sebesar 0,120 yang di atas 0.05. Dengan demikian H02 dapat diterima dan H2 ditolak. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa keberadaan anggota Komite Audit Independen tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Dengan tidak adanya pengaruh, hubungan antara keduanya belum dapat diketahui. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keberadaan komite audit independen dengan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba, maka peneliti melakukan Uji Chi Square. Uji Chi Square ini merupakan uji non parametrik. Uji ini dipilih dikarenakan data Prosentase KAI tidak terdistribusi secara normal. Uji Chi Square dipandang tepat untuk menguji korelasi keberadaan komite audit independen dengan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba.
69
Berikut disajikan hasil uji Chi Square dari perusahaan sampel selama periode peristiwa : Tabel 4.6 - Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association
df
sided)
2.600E2a
230
.085
106.264
230
1.000
2.435
1
.119
N of Valid Cases
52
a. 282 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02.
Berdasar tabel di atas diperoleh hasil uji Chi Square untuk variabel independen yaitu Komite Audit Independen (KAI) tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk Prosentase KAI sebesar 0,085. Oleh karena nilai signifikansi di atas 0.05, dengan demikian bisa diambil kesimpulan bahwa keberadaan Komite Audit tidak memiliki hubungan korelasi terhadap asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba.
D. PENGUJIAN HIPOTESIS KETIGA Pengujian hipotesis ketiga dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi terhadap keberadaan anggota komisaris independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar
70
tanggal pengumuman laba pada perusahaan yang masuk dalam ICMD 2007, berdasarkan volume perdagangan saham. Uji Beda ini pada akhirnya tidak dapat dilakukan karena ke semua perusahaan yang terdapat dalam ICMD 2007 telah mentaati Surat Edaran Bapepam dengan memiliki anggota independen dalam komisarisnya. Jadi data untuk perusahaan yang tidak memiliki anggota komisaris independen tidak dapat ditemukan. Hal ini berbeda dengan Komite Audit. Masih ada beberapa perusahaan yang tidak memiliki anggota independen dalam Komite Auditnya.
E. PENGUJIAN HIPOTESIS KEEMPAT Pengujian hipotesis keempat dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi terhadap keberadaan anggota komite audit independen terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba pada perusahaan yang masuk dalam ICMD 2007, berdasarkan volume perdagangan saham. Dalam Uji Beda ini diperlukan Sampel dari perusahaan yang tidak terdapat anggota independen dalam Komite Auditnya. Agar sesuai proporsi, dipilih 26 sampel perusahaan secara acak dan kemudian dibandingkan dengan 26 perusahaan yang terdapat anggota independen dalam komite auditnya. Keseluruhan sampel yang akan dibandingkan ini dihitung TVAwindownonwindownya. Kemudian dilihat apakah data telah distribusi dengan normal dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
71
Hasil uji dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 - One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TVAwin-nonwin N
156
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
-1.591853205E-3 .0156322300
Absolute
.374
Positive
.308
Negative
-.374
Kolmogorov-Smirnov Z
4.668
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel terlihat bahwa data TVAwin-nonwin tidak terdistribusi normal. P-value variabel di atas lebih kecil dari level of significance 0,05. Sehingga untuk dilakukan pengujian, data tersebut perlu dinormalkan dengan metode Ln. Setelah digunakan metode tersebut, output yang dihasilkan sebagai berikut : Tabel 4.8 - One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TVAwin-nonwin N
86
Normal Parametersa
Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
-8.0469 2.44069 .133 .090 -.133 1.234 .095
72
Berdasar tabel 4.8, dapat diketahui bahwa variabel dependen (Y), yaitu TVA window–non window telah terdistribusi normal. Hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa p-value (0,095) lebih besar dari level of significance sebesar 0,05. Pengujian hipotesis ketiga ini dengan menggunakan alat uji T-Test 2 variabel independen untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut : H04 : Tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen. H4
: Terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen.
Berikut disajikan hasil uji T-Test dari perusahaan sampel selama periode peristiwa : Tabel 4.9 - Group Statistics
keterangan LnY
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
KAI
47
-7.4976
2.08431
.30403
nonKAI
39
-8.7089
2.69127
.43095
73
Dari output pertama, terlihat rata-rata penurunan asimetri informasi yang diproksikan dengan TVAwin-nonwin pada perusahaan yang memiliki anggota independen dalam komite auditnya memiliki mean -7,4976. Angka ini relatif sama dengan perusahaan yang tidak memiliki komite audit independen yang memiliki mean -8,7089. Agar terlihat lebih jelas secara statistik, maka dilakukan analisis untuk tabel 4.10 berikut Tabel 4.10 - Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2-
F Y
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference Lower
Upper
Equal variances
3.319
.072
2.351
84
.021
1.21123
.51512
.18686 2.23560
2.297 70.759
.025
1.21123
.52740
.15957 2.26290
assumed Equal variances not assumed
Terlihat dari output SPSS di atas bahwa F hitung levene test sebesar 3,319 dengan probabilitas 0,072. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
74
H04 dapat diterima atau memiliki variance yang sama. Jadi tidak terdapat perbedaan penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba antara perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independen dengan perusahaan yang tidak mempunyai anggota komite audit independen. Secara garis besar penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Komisaris Independen mempengaruhi penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Akan tetapi fungsi Komite Audit Independen masih belum maksimal dilihat dari tidak adanya pengaruh dan hubungan dengan penurunan asimetri informasi. Pengujian hipotesis pertama yang menunjukkan hasil bahwa komisaris independen memiliki pengaruh terhadap penurunan asimetri informasi, menunjukkan bahwa investor berpandangan komisaris independen memiliki nilai positif dalam menjalankan fungsi pengawasan sehingga informasi yang diperoleh investor lebih berkualitas sehingga investor berani bereaksi dalam pasar modal. Hasil pengujian pertama mendukung keberadaan komisaris independen dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanageratnam (2007) dan Fama (1980) dalam Eng dan mak (2003). Hasil hipotesis kedua menunjukkan dalam pandangan investor, independensi komite audit belum memiliki peran yang signifikan terhadap penurunan asimetri informasi. Hal ini menandakan belum optimalnya fungsi dari komite audit. Investor tidak memandang jumlah anggota independen dalam Komite Audit sebagai nilai lebih dalam meningkatkan kualitas pelaporan. Menurut Klien (2001), DeFond dan Jiambalvo (1991), McMullen
75
(1996), dan Beasley et al (2000)., dengan adanya komite audit, tingkat kecurangan dapat ditekan. Akan tetapi penelitian ini menyatakan bahwa tingkat kecurangan yang lebih rendah tidak berhubungan dengan komite audit. Dengan kata lain, penelitian ini tidak mendukung penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini mendorong komite audit perusahaan agar kinerjanya lebih baik dan mendapat kepercayaan di mata investor. Pengujian hipotesis ketiga menghasilkan kesimpulan bahwa saat ini perusahaan telah mentaati peraturan yang dikeluarkan Bapepam dengan baik dalam hal penempatan anggota independen dalam komisaris. Perusahaan telah memandang pentingnya fungsi komisaris independen dalam peningkatan kualitas informasi yang didapat investor. Semakin banyak anggota komisaris independen, investor menjadi lebih memiliki kepercayaan akan kualitas informasi yang didapat. Masih cukup banyak perusahaan yang memandang belum diperlukannya anggota independen dalam komite auditnya. Hal ini terlihat ketika pengambilan sampel. Sikap perusahaan tersebut juga tidak sepenuhnya salah jika dilihat dari pandangan investor. Berdasar penelitian ini, tidak terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan yang memiliki dengan yang tidak memiliki anggota komite audit independen. Di pandangan investor, perusahaan memiliki anggota komite audit independen untuk mentaati peraturan saja sedangkan fungsinya tidak signifikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun investor. Perusahaan akan lebih meningkatkan
76
kualitas pelaporannya dengan meningkatkan kinerja komisaris dan mengoptimalkan peranan komite audit yang selama ini masih dipandang kurang dalam benak investor. Bagi investor, agar mendapat informasi yang benar-benar informatif, harus mempertimbangkan keberadaan komisaris independen dan komite audit independen. Sehingga dengan informasi tersebut, diharapkan investor tidak mengambil kesalahan dalam bereaksi di pasar modal.
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai peranan anggota independen dalam Komisaris maupun Komite Audit terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba terhadap perusahaan yang masuk dalam ICMD 2007 dan listing setidaknya sejak tahun 2003 berdasarkan volume perdagangan saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada tahun 2007 serta mempublikasikan laporan keuangan pada tahun 2004-2006 dan tidak melakukan corporate action lainnya disekitar tanggal publikasi. Selain itu perusahaan sampel harus memiliki anggota independen dalam Komisaris dan Komite Audit. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan dalam Bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Keberadaan
Komisaris
Independen
memiliki
pengaruh terhadap
penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Hal ini sesuai dengan Fama (1980). Tetapi tidak konsisten dengan temuan Eng dan Mak (2003) yang menyatakan
77
78
semakin
banyak
mengurangi
jumlah
pengungkapan
anggota sukarela
independen perusahaan.
pada
komisaris,
Penelitian
ini
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota independen pada komisaris, pengungkapan sukarela semakin tinggi, sehingga asimetri informasi mengalami penurunan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ajinkya dkk; Karamanou dan Vafeas; Klein; dalam Kanagaretnam (2007) yang menunjukkan bahwa Dewan Komisaris yang memonitor manajemen lebih efektif, akan meningkatkan
kualitas dan frekuensi informasi yang diterbitkan
manajemen. Peningkatan voluntary disclosure akan menurunkan asimetri informasi. Dikarenakan semakin kecilnya celah informasi antara pihak eksternal dan internal perusahaan. 2.
Keberadaan Komite Audit Independen tidak berpengaruh dan tidak memiliki korelasi terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar tanggal pengumuman laba. Hal ini menandakan keberadaan komite audit tidak meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan fungsi-fungsi yang diemban belum dijalankan secara optimal. Tidak konsisten dengan temuan penelitian Klien (2001); DeFond dan Jiambalvo (1991); McMulen (1996); Beasly dan Salterio (2001); McMullen dan Raghunandan (1996).
3.
Tidak dapat dilihat adanya perbedaan antara perusahaan yang memiliki komisaris independen dengan yang tidak. Perusahaan-perusahaan dalam ICMD 2007 telah mentaati peraturan dalam hal keberadaan anggota
79
independen dalam komisarisnya. Hal ini memiliki nilai positif karena perusahaan telah menyadari pentingnya pengawasan yang dijalankan komisaris independen. Di mata pemegang saham dan investor di luar perusahaan, keberadaan anggota independen ini dapat mengurangi kesalahan pengambilan keputusan akibat informasi yang berkualitas rendah. 4.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait penurunan asimetri informasi pada perusahaan yang memiliki Komite Audit Independen dengan yang tidak. Fungsi yang belum optimal mengakibatkan kurang dipercayanya komite audit oleh investor. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Beasley (1996); Kalbers (1992); Crowford (1987) di dalam McMullen (1996) dan juga Menon dan Williams (1994). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama
(1980), Fama dan Jensen (1983) dan Kanagaretman dkk (2007) yang menunjukkan perusahaan yang semakin besar prosentase komisaris independennya, rata-rata kenaikan ask- bid spreadnya secara signifikan semakin mengecil di sekitar pengumuman laba dan hal tersebut menandakan semakin efektifnya pengawasan terhadap pihak manajemen. Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat penurunan asimetri informasi pada perusahaan yang memiliki komisaris independen, sedangkan untuk komite audit independen, dianggap belum efisien dalam hal penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba. Hal ini sesuai dengan
80
penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Williams (1994) dimana banyak perusahaan yang kurang percaya terhadap peranan komite audit.
B. KETERBATASAN Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini hanya menggunakan sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang dijelaskan dalam Bab III.
2.
Laporan keuangan didapat dari internet. Sampel dapat diperluas dengan menggunakan sumber data lain.
3.
Data anggota independen didapat hanya dari situs resmi BEI. Tidak ada data pendukung dari sumber lain.
4.
Dalam
mengidentifikasi
pengumuman-pengumuman
lain
selain
pengumuman laba yang dilakukan oleh perusahaan sampel atau untuk mengetahui adanya confounding effect selama event windows, hanya dari dari situs resmi BEI.
C. IMPLIKASI 1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan masukan kepada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mendorong penerapan good corporate governance (GCG) sehingga pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan dapat terlindungi dan
81
harapan investor akan tingkat pengembalian (return) saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut dapat dipertahankan. Pengoptimalan komite audit akan dapat mendukung peran pengawasan komisaris independen sehingga menambah nilai positif di mata investor dan meningkatkan kualitas informasi yang dikeluarkan perusahaan. 2. Bagi investor Dengan adanya penelitian ini, investor diharapkan dapat mempertimbangkan keputusan investasinya untuk dapat memilih perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance (GCG) dan mempertimbangkan keberadaan komisaris independen dan komite audit independen dalam pengambilan keputusannya. Karena dengan efektif dan independensi komisaris dan komite audit ini akan meningkatkan kualitas informasi. 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan dan peneliti selanjutnya yang membutuhkan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan. Saran-saran untuk penelitian selanjutnya, adalah sebagai berikut: a. Penelitian
selanjutnya
dapat
menambah
jumlah
sampel
dan
memperpanjang periode observasi, tidak hanya 3 tahun. b. Dalam menghitung penurunan asimetri informasi, dapat menggunakan model selain TVA, yaitu Rw2 yang jarang digunakan di Indonesia.
82
c. Penelitian selanjutnya dapat mengelompokkan berdasar bidang perusahaan sehingga dapat terlihat perbedaan antara bidang satu dengan yang lain. d. Penelusuran laporan laba perusahaan tidak hanya dari internet. Banyak perusahaan saat ini yang mempublikasikan dalam media cetak (koran, majalah, dan sebagainya). e. Dalam
mengidentifikasi
pengumuman-pengumuman
lain
selain
pengumuman laba yang dilakukan oleh perusahaan sampel atau untuk mengetahui adanya confounding effect selama event windows, tidak hanya dari dari Jakarta Stock Exchange-Statistic tetapi juga dari sumber lain atau media massa baik cetak maupun elektronik yang mempublikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2003. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Pada Saat Pengumuman Earnings”. Simposium Nasional Akuntansi VI. 16-17 Oktober 2003, Surabaya. Hal 614-621.
Atiase, R., dan Bamber, L.S., 1994. “Trading Volume Reactions To Annual Accounting Earnings Announcements”. Journal of Accounting and Economics 17, 309-329
Ball, Ray dan P. Brown, 1968, “An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers”, Journal of Accounting Research (autumn), pp 159-178
Bandi dan Jogiyanto Hartono. 1999. “Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Dividen”. Simposium Nasional Akuntansi II. 24-25 September 1999, Surabaya.
Beasley, M. S. 1996. “An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud”. The Accounting Review 71, 443—465.
Beasly, M. S. dan Salterio, S. E. 2001. “Relation Between Board Characteristics and Voluntary Improvements in Audit Committee Composition and Experince”. Contemporary Accounting Research, Vol. 18 No. 4 (winter), pp.539—70.
Chau, Gerald, dan Leung, Patrick. 2006. “The Impact of Board Composition and Family Ownership on Audit Commitee Information : Avidence from Hongkong”. Journal of International Accounting, Auditing, and Taxation 15 (2006) 1-15
Chae, joon, 2002. “Timing Information, Information Asymetry, and Trading Volume”. http://www.ssrn.com.
83
84
Dechow, Patricia M. et al. 1995. “Detecting Earnings Management”. The Accounting Review, April Vol. 70 No. 2, pp.351-373
DeFond, M. L. dan Jiambalvo, J. 1994. “Debt Convenant Violation and Manipulation of Accruals”. Journal of Accounting&Ecconomics 17, 145— 176.
Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1993 “Statistik Induktif”. Edisi Keempat, Yogyakarta:BPFE
Eng, dan Mak, 2003, “Corporate Governance and Voluntary Disclosure”, Journal of Accounting and Public Policy 22 (2003) 325-345.
Fama, E.F., 1980. “Agency Problems and Theory Of The Firm”, Journal of Political Economy 88 (2), 288–307.
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). “Agency Problems and Residual Claims”. Journal of Law and Economics, (June), 327–349.
Finger, Catherine A, 1994, “The Ability of Earnings Predict Future Earnings dan Cash Flow”, Journal of Accounting Research, Vol 32, No 2, pp210-223.
Forum for Corporate Governanace in Indonesia (FCGI). “Corporate Governance di Indonesia”. http://www.fcgi.or.id.
Fortuna Antonieta, 2007, “Challenges facing incentives For Effective Corporate Governance: cost and benefit, resistance to change and lack of accountability”, Makalah 15 th Afa Conference, Jakarta.
Hua, Chi Yun; Min-Li Yao; Wen Chih Lee; Wei-Ming Chine. 2006. “Information Asymmetry at Merge and Acquisition- An Investigation on Firm in The Electric Industry”, working paper, 2006.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4. . Oktober 1976. Hal 305-360.
85
Johnson, Simon; P. Boone; A. Breach; dan E. Friedman. 2000. “Corporate Governance in the Asian Financial Crisis”. Journal of Financial Economics 58. Hal 141-186.
Kalbers, L. P. 1992. “An Examination of the relationship between audit committees and external auditors”. The Ohio CPA Journal. December 1992, hal. 19—27.
Kanagaretnam, Kiridaran; Gerald J Lobo; Dennis J Whalen, 2007. “Does Good Corporate Reduce Information Asymmetry Around Quarterly Earnings Announcements?”, Journal of Accounting and Public Policy 26 Hal 497522.
Klien, A. 2001. “Audit Committee, Board of Director Caracteristics and Earnings Management”. Journal Accounting and Economics 33, hal. 375—400.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”. http://www.google.com.
Majalah SWA. 2006. Edisi 26/XXII/11-20 Desember 2006.
McMullen, D. A. dan Raghunandan, K. 1996. “Enhancing Audit Committee Effectiveness”. Journal of Accounting. Agustus 1996.
McMullen, D.A. 1996. “Audit Committee Performance: An Investigation of the Consequences Associated with Audit Committes”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 15, No. 1, 88—103.
Mendenhall, W dan R.J. Beaver, 1992, “A Course in Business Statistics”, Boston: PWC-Kent Publishing Company.
Menon, Krishnagopal and Williams, J. D. 1994. “The Use Of Audit Commitees for Monitoring”. http://www.ssrn.com.
86
Moksin, Pengiran Haji, 2007, “Corporate Governance and Its Impact On A Firm”s Equity Price and Cost of Capital”, Makalah 15 th AFA Conference , Jakarta.
Niyamanusorn, Nataya; A Fuad Rahmany, Liew Kim yuen, 2007, “Past Failures of Bad Corporate Governance: ASEAN Case Studies”. makalah 15 th Afa Conference, Jakarta.
Setiawan, Doddy dan Sitti Subekti. 2005. “Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan: Analisis Pengumuman Dividen Meningkat (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Selama Krisis Moneter)”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 2. Mei 2005. Hal 121-137.
Suaryana, Agung, 2003. “Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba”. http://scholar.google.com.
Sumodiningrat, Gunawan, 1996, “Ekonometrika Pengantar”, Edisi pertama, Penerbit, BPFE, Yogyakarta.
Sunarto. 2003. “Corporate Governance dan Kinerja Saham”. Fokus Ekonomi. Vol. 2, No. 3. Desember 2003. Hal. 240-257.
Susilowati; Morris, R. D; Gray, J. S. 2005. “Factors Influencing Corporate Transparency: a Comparative Empirical Study of Indonesia and Australia”. http://www.ssrn.com.
The Free Encyclopedia, Wikipedia, Information Asymmetry, http://www. en.wikipedia.org/wiki/information economics
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007, Makassar.
87
Widayanti, Nita. 2005. “Pengaruh Publikasi Laporan Keuangan Tahunan terhadap Aktivitas Volume Perdagangan Saham dan Variabilitas Tingkat Keuntungan Saham”. Skripsi tidak dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wuryanti, Tri. 2004. ”Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba Pada Saat Krisis Moneter : Security Return Variability dan Trading Volume Activity”. Skripsi tidak dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ii