PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DAN AUDIT JUDGMENT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI GORONTALO) SULASTRI MAYANG1, ZULKIFLI BOKIU2, LUKMAN PAKAYA3
ABSTRAK Sulastri Mayang, NIM 921 409 215. 2014. “Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit Atas Laporan Keuangan (Studi pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Gorontalo). Skripsi, Program Studi S-1 Akuntansi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah bimbingan Bapak Zulkifli Bokiu, SE., Ak., M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Lukman Pakaya S.Pd., MSA selaku pembimbing II. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh skeptisme profesional auditor dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada BPK RI perwakilan provinsi Gorontalo. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 20 responden. A1nalisis untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur atau path analysis. Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional auditor dan audit judgment berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Secara simultan variabel skeptisme profesional auditor dan audit judgment berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Secara parsial skeptisme profesional auditor berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Secara parsial audit judgment berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Kata kunci: skeptisme profesional auditor, audit judgment, dan ketepatan pemberian opini audit.
1
Sulastri Mayang, Mahasiswa S1, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Zulkifli Bokiu, SE., Ak., M.Si, Dosen Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 3 Lukman Pakaya, S.Pd., MSA, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, perubahan itu diantaranya adalah diberikannya wewenang dan keleluasaan bagi daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sendiri sumber daya yang dimilikinya secara optimal. Selain itu, dengan adanya reformasi tersebut memberikan tanggungjawab bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif. Pemerintah daerah baik kabupaten, kota maupun provinsi diwajibkan untuk menerbitkan laporan keuangan sebagai wujud pertanggungjawaban telah berakhirnya tahun anggaran. Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan negara, menyebutkan bahwa salah satu upaya nyata dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Laporan pertanggungjawaban keuangan merupakan laporan keuangan yang berisikan informasi keuangan yang informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Melihat pentingnya informasi keuangan tersebut dan agar informasi ini dapat dipercaya oleh pengguna informasi maka diperlukan pemeriksaan/audit terhadap laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan (audit) dilakukan oleh badan yang memiliki kompetensi dan independensi untuk mengukur apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. UUD 1945 menciptakan BPK sebagai lembaga tinggi negara dengan tugas pokok melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik berupa stok asetnya maupun transaksi dalam membelanjai kegiatannya. BPK memeriksa keuangan negara di semua lapisan tingkat pemerintahan di Indonesia. Undang-Undang (UU) Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, juga menetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah daerah pada dasarnya harus diaudit oleh BPK. Tugas dari Badan Pemeriksaan Keuangan adalah melaksanakan pemeriksaan keuangan, kemudian hasil dari pemeriksaan BPK akan dikeluarkan pendapat atau opini yang merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Sarjono (2012) dalam artikelnya menyatakan bahwa opini suatu laporan keuangan menjadi begitu penting saat dihubungkan dengan tujuan laporan keuangan yaitu menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Opini auditor bertujuan untuk memberikan keyakinan pada pengguna bahwa informasi yang ada telah disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Opini auditor merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria: (1) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (2) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (3) kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan, dan (4) efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat empat jenis opini yang bisa diterbitkan oleh BPK, yaitu 1) Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), 2) Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), 3) Tidak Wajar (Adverse Opinion) dan, 4) Tidak Memberikan Pendapat atau Menolak Memberikan Pendapat Dari hasil audit BPK pada LKPD provinsi Gorontalo pada tahun 2007 s/d 2012 telah dikeluarkan opini audit dan hanya kabupaten Gorontalo yang telah mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian yaitu pada tahun 2009, 2010 dan 2012, sedangkan
untuk daerah lain yang terdapat pada Provinsi Gorontalo belum mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel: Opini BPK atas laporan keuangan Provinsi Gorontalo OPINI BPK ATAS LKPD TAHUN 2007 S/D 2012 WILAYAH PROVINSI GORONTALO NO
NAMA PEMDA
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1
Provinsi Gorontalo
WTP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
2
Kab. Boalemo
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
3
Kab. Gorontalo
WDP
WDP
WTP
WTP
WDP
4
Kota Gorontalo
TMP
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
5
Kab. Pohuwato
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
6
Kab. Bone Bolango
WDP
TMP
WDP
WDP
WDP
WDP
7
Kab. Gorontalo Utara
-
WDP
WDP
WDP
WDP
WDP
WTP
Sumber: Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, http://www.bpkp.go.id (29 Mei 2014) Tabel diatas menunjukkan opini BPK atas LKPD bahwa opini audit laporan keuangan provinsi adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dengan demikian LKPD perlu ditingkatkan lagi kualitas informasinya agar dapat dipercaya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban daerah kepada publik. Sedangkan untuk tahun 2013 opini atas LKPD provinsi Gorontalo telah mengalami peningkatan yakni dengan diperolehnya opini Wajar tanpa Pengecualian (WTP) setelah pencapaian terakhirnya pada tahun 2007. Hasil laporan audit BPK diatas menjadi pertanyaan peneliti apakah hasil pemberian opini oleh BPK selama ini disebabkan oleh kualitas LKPD provinsi Gorontalo ataukah ada faktor-faktor lain seperti profesional dan kompetensi auditor BPK yang menjadi sebab diberikannya opini audit tersebut. Perumusan opini pada laporan keuangan pemerintah merupakan hal terpenting dalam kegiatan audit keuangan. (Hasyim, 2013) menyatakan bahwa selain menjadi ukuran atas kualitas laporan keuangan pemerintah, opini yang dikeluarkan auditor juga mencerminkan kualitas dari pekerjaan audit itu sendiri. Namun seringkali dalam proses pemeriksaan, auditor dihadapkan pada kondisi adanya pembatasan lingkup audit yang dilakukan oleh auditee. Pembatasan lingkup audit ini berupa keengganan auditee dalam memberikan seluruh bukti, dokumen ataupun informasi yang berhubungan dengan hal pemeriksaan. Hal ini dapat mempengaruhi opini yang akan dikeluarkan oleh BPK, karena bukti dan dokumen merupakan salah satu bagian yang paling krusial dalam melakukan tugas meneliti. Pada dewasa ini, opini audit menjadi pusat sorotan masyarakat yang dianggap sebagai pencerminan dari kesehatan instansi-instansi maupun badan organisasi pemerintahan. secara nasional banyak kalangan yang salah persepsi tentang pemberian opini audit oleh BPK. Beberapa kalangan menganggap bahwa dengan diberikannya opini wajar tanpa pengecualian (WTP) maka instansi/ entitas maupun pemerintah telah bebas dari korupsi, atau sudah menjadi pemerintahan yang sehat, dan begitupun sebaliknya.
Melihat begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah instansi, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat (Gusti dan Ali, 2008). Selain harus memiliki sikap independensi, dalam memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan seorang auditor juga harus memiliki sikap atau pikiran yang dinamakan skeptisme. The glossary of the IAASB Handbook (2008) (dalam Quadackers, 2009) mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap yang mencakup pikiran, pertanyaan dan penilaian yang kritis terhadap bukti. Sama halnya dengan SPKN, SAS 1 (AU 230) pun mewajibkan audit harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan tingkat keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun kecurangan yang material yang terkandung dalam laporan keuangan. Untuk melaksanakan hal tersebut, audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan penerapan sikap skeptisme profesional dalam segala aspek penugasan (Arens et. al., 2003). Selain harus bersikap skeptisme dalam proses pemeriksaan, auditor juga seringkali harus menggunakan judgment untuk menentukan kompetensi suatu bukti dengan menentukan jumlah dan jenis bukti yang diperlukan untuk mendukung simpulan auditor (SPKN, 2007). Hogarth (1992) (dalam Praditaningrum, 2012) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir auditor atas laporan keuangan suatu entitas (Kristianti, 2012). Swart (2013) menyatakan bahwa pertimbangan profesional dan bentuk skeptisme profesional merupakan persyaratan mendasar dalam setiap audit modern. Standar tersebut ditulis sedemikian rupa yang menunjukkan bahwa auditor harus menerapkan pertimbangan profesionalnya sesuai dengan ISA 200 (2012), tetapi juga harus menyadari kebutuhan untuk melakukan tugasnya dengan skeptisme profesional. Selain menyangkut masalah skeptisme dan judgment tersebut, para pengguna laporan keuangan sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, tak terkecuali masyarakat provinsi Gorontalo, sehingga opini yang diberikan menjadi hal yang patut dinantikan. Karena opini tersebut menjadi pencerminan atas pengelolaan keuangan daerah provinsi Gorontalo yang beberapa tahun terakhir mendapatkan WDP, sehingga ketika provinsi Gorontalo mendapatkan predikat lebih tinggi yakni WTP, tak menimbulkan pertanyaan akan sikap skeptisme profesional dan audit judgment yang digunakan auditor terhadap tepat tidaknya opini ini dikeluarkan. Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh skeptisme profesional auditor dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan pemerintah daerah pada BPK RI perwakilan provinsi Gorontalo. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini bertempat di BPK RI Perwakilan Provinsi Gorontalo Jln. Tinaloga No. 3, Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Proses penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yakni bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey. Adapun ciri-ciri dari metode survei adalah tujuannya dapat bersifat deskriptif dan juga verifikatif. Data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan, data variabel penelitian dijaring dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu, yaitu kuesioner (Karlinger (1990) dalam Lantowa (2012).
Dalam penelitian ini dilakukan proses pengumpulan data yang kemudian dilakukan analisis dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak dan mencari hubungan sebab akibat atau keterkaitan antar variabel penelitian bila ada, dengan kata lain menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat (Sewall Wright). Sehingga dapat dikategorikan bahwa penelitian ini berbentuk deskriptif verifikasi dengan menggunakan survey. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan variabel yang bersifat kausal. Karena penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik diferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel skeptisme profesional, dan audit judgement. Sedangkan analisis statistik diferensial akan digunakan untuk melihat pengaruh di antara variabel-variabel yang tengah diteliti. dan untuk tujuan analisis data dan pengujian hipotesis, digunakan taraf signifikansi sebesar 5%. Agar sesuai dengan tujuan penelitian, analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk menjelaskan dan mendiskripsikan hubungan variabel yang diteliti dengan landasan teori yang dipakai, melalui uraian yang sistematik. Selanjutnya untuk analisis statistik diferensial dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan ‘path analysis’ (analisis jalur) yang diolah menggunakan software komputer SPSS for Windows versi 16. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam struktur path analysis yakni sebagai berikut: 1. Membuat persamaan struktural, yaitu:
Y= Pyx1X1 + Pyx2X2 + € 2.
Menghitung korelasi antar variabel dengan rumus korelasi dan membuat matriks korelasi antara X dan Y
rxy
=
nΣxi yi – (Σxi)( Σyi)
√ (nΣxi2 – (Σxi)2) (nΣyi2 – (Σyi)2)
Koefisien korelasi ini akan besar jika tingkat hubungan antar variabel kuat. Demikian jika hubungan antar variabel tidak kuat maka nilai r akan kecil, besarnya koefisien korelasi ini akan diinterprestasikan sebagai berikut: Tabel 3.2: Interpretasi Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 (Sugiyono, 2012: 184)
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Matriks korelasi: X1
R=
1
X2
Y
rx1x2
rx1y
rx2y 1 Menghitung korelasi antara variabel eksogenus: 1
3.
R1 =
4.
X1
X2
1
rx1x2
1 Menghitung matriks invers R1-1, yaitu: X1 C11
R1-1 =
X2 C12 C22
5.
menghitung koefisien jalur Pyx1 (i = 1,2) dengan rumus sebagai berikut: Pyx1
ryx1 -1
Pyx2
6.
= R1 x
ryx2
Menghitung R2y (X1, X2) yaitu koefisien yang menyatakan determinasi total X1, X2 terhadap Y, dengan rumus sebagai berikut: ryx1 2
R y(x1x2) =
ryx2
7. Hitung pengaruh variabel lain (Pyε) dengan rumus sebagai berikut: Pyε = √1 – R2y (x1, x2) Hipotesis penelitian akan diuji dengan mendeskripsikan hasil analisis jalur (path analysis) yang diperoleh. Penelitian menggunakan pengujian hipotesis statistik, taraf signifikan dan uji statistik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur dilakukan dua tahapan yaitu pengujian secara parsial (pengujian pengaruh variabel secara parsial) dan pengujian secara simultan (pengujian model pengaruh variabel secara bersama-sama). Adapun statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut: Pengujian Secara Simultan H0 : pyxi (x1,x2)= 0 Ha : pyxi (x1,x2) ≠ 0
Dengan kriteria penolakan H0 jika Fhitung > Ftabel. Uji signifikansi menggunakan rumus:
F=
(n – k – 1)R2yx1x...xk k(1 – R2yx1x2
Pengujian Secara Parsial Uji signifikan menggunakan dua arah, di mana kaidah keputusannya sebagai berikut: Terima H0 jika –t ½α ≤ thitung ≤ t ½α Tolak H0 jika –t ½α > thitung atau ≤ t ½α < thitung Uji statistik menggunakan rumus:
Pyxi ti =
√
(1 – Ryx1....xk) (n – k – 1)(1 – Rxixj...(xj)...xk)
;1 = 1,2...,k
(Sitepu, 1994 dalam Ristiani, 2013) Statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan derajat bebas n-k-1. Untuk mencari pengaruh langsung variabel X1 dan X2 terhadap Y Variabel X1 a. Pengaruh langsung Y X1 Y : (pYX1)2 b. Pengaruh tidak langsung melalui X2Y 2(X1X2) Y (pYX1)(2 x rx1x2)( (pYX2) Total pengaruh X1 terhadap Y (A+B) Variabel X2 a. Pengaruh langsung Y X2 Y : (pYX2)2 b. Pengaruh tidak langsung melalui X1 Y 2(X1X2) Y (pYX2)(2 x rx1x2)( (pYX1) Total pengaruh X2 terhadap Y (D + E) b. Pengaruh total X1 dan X2 terhadap Y secara simultan: (C+F) c. Pengaruh faktor residu ε (pYε)2 Total Pengaruh (G + H)
=A =B =C =D =E =F =G =H =1
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis Data penelitian dinaikkan skala ukurannya menjadi skala interval, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan pendekatan analsis jalur. Model jalur dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen Skeptisme profesional auditor (X1) dan audit judgment (X2) terhadap variabel dependen ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (Y). Berdasarkan hasil perhitungan matriks korelasi dan matriks invers korelasi antar variabel bebas (independent) di atas, maka diperoleh koefisien jalur masing-masing variabel bebas (independent) Xi terhadap variabel terikat (dependent) Y seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel : Koefisien Jalur Besarnya Pengaruh Masing-masing Variabel Independen X1,X2 dan terhadap Variabel Dependen (Y) Koefisien Jalur Koefisien Jalur X1 Terhadap Y
Py.x1
0,579
Koefisien Jalur X2 Terhadap Y
Py.x2
0,423
Koefisien Determinasi Multipel
R2y,x1,x2
0,581
Py ε
0,419
Koefisien Jalur Variabel Luar Terhadap Y Sumber : Hasil Olah Data 2014
Hasil perhitungan menunjukkan besarnya koefisien jalur variabel skeptisme profesional auditor (X1) terhadap variabel Kualitas ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (Y) sebesar 0.579 atau (57.9%) dan besarnya koefisien jalur variabel audit judgment (X2) terhadap variabel ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (Y) sebesar 0.423 atau (42.3%). Kemudian besarnya koefisien determinasi multipel variabel R2y X1,X2 terhadap variabel (Y) sebesar 0.581 atau 58.1% sedangkan besarnya koefisien determinasi variabel luar (Pyε) adalah 0,419 atau 41.9%. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya melalui hipotesis penelitian, bahwa Variabel dalam penelitian ini adalah variabel (X) yang terdiri dari : Skeptisme profesional auditor (X1) dan Audit judgment (X2) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap variabel Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (Y) sebesar 58.1%, nilai ini bila disesuaikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi (r), maka nilai tersebut termasuk dalam kategori pengaruh yang sedang. Dengan demikian maka jalur struktur variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat digambarkan dalam hubungan kausal sebagai berikut : Gambar : Struktur Hubungan Kausal X1 dan X2 Terhadap Y
ε
X1
0,419
Pyx1= 0,579
rx1x2 =0, 137 Pyx3= 0.423
Y
X2 Uji Signifikansi Untuk mengetahui dan membuktikan apakah Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial (Individu), maka dilakukan pengujian Hipotesis. Pengujian Koefisien Jalur Secara Individu (Parsial) 1. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan Secara individual formulasi Hipotesis untuk variabel X1 (Skeptisme profesional auditor ) terhadap variabel Y (Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan) adalah sebagai berikut : H0 : Skeptisme profesional auditor tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan
H1 :
Skeptisme profesional auditor berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Berdasarkan rumus t diatas maka hipotesis statistik secara parsial untuk variabel X1 dapat diuji sebagai berikut :
Kriteria uji tolak H0 (terima H1) jika thitung > ttabel , berdasarkan tabel t dengan taraf signifikan 0.05 atau 5% dengan derajat bebas 17 (n-k) diperoleh nilai sebesar 1.739. karena nilai thitung (3.925) > ttabel (1.739), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya secara individual (parsial) dapat disimpulkan bahwa Skeptisme profesional auditor berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. 2.
Pengaruh Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan Secara individual formulasi Hipotesis untuk variabel X2 (Audit judgment) terhadap variabel Y (Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan) adalah sebagai berikut : H0 :
Audit judgment tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan H1 : Audit judgment berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Berdasarkan rumus t diatas maka hipotesis statistik secara parsial untuk variabel X2 dapat diuji sebagai berikut :
Kriteria uji tolak H0 (terima H1) jika thitung > ttabel , berdasarkan tabel t dengan taraf signifikan 0.05 atau 5% dengan derajat bebas 17 (n-k) diperoleh nilai sebesar 1.739. karena nilai thitung (2.838) > ttabel (1.739), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya secara individual (parsial) dapat disimpulkan bahwa Audit judgment berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan (Bersama-sama) Untuk mengetahui tingkat signifikansi uji hipotesis pengaruh kedua variabel tersebut (X1 dan X2 secara simultan terhadap Variabel Y) maka secara manual maupun dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16 maka dapat menggunakan tabel-F dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 atau 5%, dengan Formulasi hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : H0 : Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment secara simultan tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan H1 : Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment secara simultan berpengaruh secara siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. laporan keuangan.
Untuk menguji hipotesis diatas digunakan uji F (Uji serentak) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : n = jumlah sampel k = jumlah variabel eksogen = R square
Kriteria pengujian H0 diterima (H1 ditolak) apabila F0 (hitung) ≤ F(tabel) dan H0 ditolak (H1 diterima) apabila F0 (hitung) > F(tabel). Dari tabel F untuk taraf signifikan 0.05 atau 5% dan derajat bebas (2; 17) diperoleh nilai Ftabel sebesar 3.59. Berdasarkan perhitungan diatas terlihat bahwa Fhitung (11.789) > Ftabel (3.59), dengan tingkat kekeliruan 0.05 atau 5% H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment secara simultan berpengaruh positif dan siginfikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangandengan tingkat kepercayaan 95%. Pengaruh Masing-Masing Variabel Eksogen Berdasarkan perhitungan pengaruh masing-masing variabel eksegon (X1 dan X2), dapat dijelaskan bahwa kekuatan variabel X1 (skeptisme profesional auditor) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan variabel Y (Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan) adalah sebesar 0.335 (33.5%), dan yang melalui hubungan dengan variabel X2 (Audit judgment) sebesar 0.0335 (3.35%), dengan demikian secara total variabel skeptisme profesional auditor (X1) menentukan perubahan-perubahan variabel ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (Y) sebesar 0.3688 (36.88%), sedangkan Kekuatan variabel X2 (Audit judgment) secara total mempengaruhi perubahan-perubahan variabel Y (Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan) sebesar 0.2122 (21.22%), dengan perincian 0.178 (17.8%) adalah pengaruh langsung dan sebesar 0.0335 (3.35%) melalui hubungan dengan X1 (Skeptisme profesional auditor). Pengaruh Gabungan atau secara bersama-sama antara Variabel X1 dan X2 ke Y adalah 0.3688 + 0.2122 = 0.581 (58.1%) yang tidak lain adalah nilai R2y(x1x2) = 0.581. Besarnya pengaruh secara Proposional yang disebabkan oleh variabel lainnya diluar variabel X1 dan X2 (yang dinyatakan dengan variabel residu Ɛ),dinyatakan oleh P2yε, yaitu sebesar 1-0.581 = 0.419 atau sebesar 41.9% . Pembahasan Hasil Penelitan Penelitian ini menguji pengaruh skeptisme profesional auditor dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan baik secara simultan dan parsial. 1.
Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor dan Audit Judgment Secara Simultan Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan Secara simultan skeptisme profesional auditor dan audit judgment berpengaruh signifikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diperoleh koefisien determinasi R2y,x1,x2 (Rsquare) sebesar 0.581 atau 58.1%. Berdasarkan Perhitungan dengan menggunakan uji F nilai Fhitung (11.789) > Ftabel (3.59), hasil ini menunjukan bahwa secara simultan Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin baik skeptisme profesional auditor dan audit judgement maka akan semakin baik ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Hal ini membuktikan teori yang dikatakan oleh Parlee et., al (2014), yang menyatakan bahwa banyak perusahaan audit yang mengakui bahwa untuk mendapat opini audit yang baik atas laporan keuangan sangat penting bagi auditor untuk menggunakan/melaksanaan Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment. Lebih lanjut Parlee et., al (2014) menjelaskan bahwa judgement yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh terhadap opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Penelitian ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Quadackers (2009) yang menyebutkan bahwa bentuk skeptisme profesional auditor dan profesional judgement merupakan persyaratan dasar dalam setiap audit yang modern. Sehingga berdasarkan hasil penelitian dan juga berbagi teori yang menunjukan adanya pengaruh positif profesional auditor dan Audit judgment terhadap opini auditor atas laporan keuangan, maka dapat disimpulkan dalam mengahasilkan ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan harus melaksanakan serta selalu menggunakan sikap skeptisme profesionalnya dalam melakukan audit sehingga auditor akan memberikan audit judgment yang tepat atas laporan keuangan yang diaudit. 2.
Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Dan Audit Judgment Secara Parsial Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan. Secara parsial atau secara individual skeptisme profesional auditor dan audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan rumus uji t bahwa variabel skeptisme profesional auditor (X1) memiliki nilai thitung (3.925) yang lebih besar dari ttabel (1.739), begitu juga dengan variabel Audit judgment (X2) yang memiliki nilai thitung (2.838) yang lebih besar dari ttabel (1.739). Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel skeptisme profesional auditor adalah sebesar 0,579 (57.9%). Nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai thitung (3.925) > ttabel (1.739). Hal ini menunjukkan bahwa skeptisme profesional auditor berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan dapat dicapai jika menggunakan skeptisme profesional auditor dengan baik. Skeptisme profesional auditor merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa menggunakan skeptisme profesionalnya dalam melakukan audit, auditor harus melaksanakan tugas dengan sikap tekun dan penuh hati-hati, tidak mudah percaya dengan bukti audit yang telah disediakan, selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit serta selalu mengumpulkan bukti yang cukup, sesuai dengan audit yang dilakukan. Sehingga dengan menggunakan skeptisme
profesionalnya auditor dapat memberikan opini yang tepat atas laporan keuangan yang diaudit. Penelitian membuktikan beberapa teori dan penelitian terdahulu seperti yang diuangkapan oleh Parlee et., al. (2014), skeptisme profesional dipandang penting dalam dunia auditing sebab skeptisme profesional dapat digunakan dalam mencegah terjadinya kegagalan audit, Bell et al, (2005) dalam Januarti dan Faisal (2010) mengungkapkan bahwa semakin skeptis seorang auditor maka semakin mengurangi tingkat kesalahan dalam melakukan audit. Hasil ini juga sependapat dengan Noviyanti, (2008) dalam Kautsarrahmelia (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisme seorang auditor dalam melakukan audit, maka akan berpengaruh pada ketepatan pemberian opini auditor tersebut, penelitian Ida Suraida (2005), Gusti dan Ali (2008) menguji hubungan skeptisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik dan apakah ada hubungan situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik Skeptisme profesional auditor dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor di Provinsi Gorontalo, hal ini sudah sesuai dengan temuan dari lapangan berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi, variabel skeptisme profesional auditor berada dalam kategori sedang, yaitu sebesar 58.1% yang mengindikasikan bahwa para auditor di BPK-RI perwakilan provinsi Gorontalo telah bertugas dengan sikap tekun dan hati-hati, penilaian kritis, dan evaluasi obyektif dari bukti audit yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa auditor telah berskeptisme profesional. Sikap skeptisme profesional auditor BPK perwakilan Gorontalo selalu digunakan saat mengaudit laporan keuangan daerah dengan cara mengikuti langkahlangkah, alur atau prosedur sesuai aturan pelaksanaan audit yang ada yaitu dengan cara mewawancarai, mengumpulkan bukti-bukti, rekening-rekening yang dibutuhkan dalam kegiatan audit. Namun demikian, melihat hasil dari penelitian ini yang masih pada kategori sedang maka skeptisme profesional auditor masih perlu ditingkatkan lagi demi ketepatan pemberian opini audit. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa untuk dapat memberikan opini audit atas laporan keuangan yang tepat, seorang auditor sangat bergantung sikap skeptisme profesional yang dimilikinya. Jika auditor memiliki sikap skeptisme profesional maka auditor akan dengan mudah melakukan tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam melaksanakan tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitankesulitan sehingga akan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan yang dihasilkan akan rendah. Pengaruh Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit atas Laporan Keuangan. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel audit judgment adalah 0,423 (42.3%). Hasil perhitungan dengan menggunakan t hitung diperoleh nilai thitung (2.838) yang lebih besar dari ttabel (1.739). Hasil ini menunjukkan bahwa Audit judgment berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan, artinya bahwa semakin bagus Audit judgment yang diberikan maka akan semakin baik juga Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Tak terkecuali auditor BPK RI perwakilan Provinsi Gorontalo yang telah menempatkan audit judgment sebagai salah satu proses penting dalam melakukan audit. Digambarkan dengan auditor melakukan cek dan ricek
sebelum melakukan tugas mengaudit. Cek dan ricek ini perlu dilakukan mengingat tidak semua bukti yang didapatkan akan menjadi bahan acuan dalam mengaudit. Cek dan ricek dalam hal ini dapat dimaknai sebagai audit judgment yang merupakan kebijakan auditor di dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit. Seperti yang telah disebutkan, audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti dan bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Judgment adalah perilaku yang paling dipengaruhi oleh persepsi situasi (Robin dan Judge, 2007 dalam Praditaningrum, 2011). Dengan semakin baik seorang auditor dalam memberikan Judgment maka akan mempengaruhi tingkat pencapaian pelaksanaan suatu pekerjaan yang semakin baik atau dengan kata lain Audit judgment yang baik tentunya akan memberikan ketepatan opini audit yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh skeptisme profesional auditor dan audit judgment terhadap ketepatan opini audit atas laporan keuangan baik secara simultan dan parsial, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan skeptisme profesional auditor dan audit judgment secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur diperoleh koefisien determinasi R2y,x1,x2 (Rsquare) sebesar 0.581 atau 58.1%. Berdasarkan Perhitungan dengan menggunakan uji F nilai Fhitung (11.789) > Ftabel (3.59), hasil ini menunjukan bahwa secara simultan Skeptisme profesional auditor dan Audit judgment berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. 2. Secara parsial nilai koefisien jalur variabel skeptisme profesional auditor diperoleh sebesar 0,579 (57.9%). Dengan nilai signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai thitung (3.925) > ttabel (1.739). Hal ini menunjukkan bahwa skeptisme profesional auditor berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. 3. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel Audit judgment adalah 0,423 (42.3%). Hasil perhitungan dengan menggunakan t hitung diperoleh nilai thitung (2.838) yang lebih besar dari ttabel (1.739). Hal ini menunjukkan bahwa Audit judgment berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan mengenai pengaruh skeptisme profesional auditor dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan (studi pada BPK-RI perwakilan provinsi Gorontalo), penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi BPK –RI provinsi Gorontalo agar terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman auditornya melalui: 1) pelatihan di tempat, 2) mengikutsertakan auditor dalam berbagai pelatihan dan seminar yang berkaitan
2.
3.
dengan profesi auditor demi tercapainya ketepatan pemberian opini audit, melihat hasil penelitian ini hanya dalam kategoti sedang yaitu sebesar 58.1%. Bagi para auditor agar lebih memperhatikan indikator-indikator yang mempengaruhi skeptisme profesional auditor seperti faktor kecondongan etika, faktor situasi berupa kesulitan auditor lama dengan auditor baru dalam berkomunikasi serta pengalaman auditor dalam memeriksa dan memperhatikan indikator audit judgment dalam pelaksanaan pemeriksaan seperti pertimbangan tentang hasil hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan, karena skeptisme profesional auditor dan audit judgment merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memberikan opini, karena kedua faktor ini menjadi penentu tepat tidaknya opini audit yang dikeluarkan oleh auditor. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menggunakan variabel lain yang menggukur ketepatan pemberian opini audit atas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan hasil penelitian ini 41,9% di pengaruhi oleh variabel lain.
Daftrar Pustaka Arens, Alvin A. Elder, Randal J. Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halim, Abdul. 2008. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UUP STIM. Januarti, Indira dan Faisal. 2010. Pengaruh moral reasoning dan skeptisme profesional auditor pemerintah terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah daerah. Jurnal SNA XIII. Purwokerto. Kautsarrahmelia, Tania. 2013. Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing Serta Skeptisme Provesional Auditor terhadap ketepatan Pemberian Opini Audit oleh Akuntan Publik. Skripsi: UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Kristianti, Ika. 2012. Pengaruh Tipe Kepribadian dan Penerimaan perilaku Disfungsional. Tesis: universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Maghfirah, Gusti, Syahril Ali. 2008. Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Kehalian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntansi 12 Pontianak. Parlee, Mary c et., al. 2014. Metaphors and auditor professional Judgment: can nonconcious primes activate professionally skeptical mindset. Essay: Bentley University, Massachussets. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. 2010. Jakarta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Quadackers, Lucas mathias. 2009. A study of auditor skeptical caracteristics and their relationship to sceptikal judgment and decision. Dissertation: UV University Amsterdam. Ristiani, Siti. 2013. Pengaruh biaya pemasaran dan omzet penjualan terhadap kinerja perusahaan (studi kasus di PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (persero) cabang Gorontalo). Skripsi: Universitas negri gorontalo. Sarjono. Mengenal opini laporan keuangan pemda. 2012. (Online) http://sarjono2299.blogspot.com/2012/08/mengenal-opini-laporan-keuanganpemda.html ( diakses pada tanggal 19 Mei 2014).
Siregar, Silky Raditya. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Opini Auditor Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Accounting Analysis Journal, 1(2). Semarang: Universitas Negri Semarang. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suraida, Ida. 2005. Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan resiko audit terhadap skeptisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Jurnal sosiohumaniora vol. 7 No. 3. Bandung: Universitas Padjadjaran. Swart, Mr. J. J. 2013. Audit materiality and risk: benchmarks and the impact on the audit process. Dissertation: north-west University. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 2004. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. 2006. Jakarta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2003. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.