1
Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Aspek Reproduksi Ikan Platy (Xiphophorus maculates). Rahadian Maha Putra1, Usman Bulanin2, Lisa Deswati2 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2) Dosen Fakultas Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universtas Bung Hatta, Padang E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap Aspek reproduksi induk ikan platy (Xiphophorus maculates). Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah metoda eksperimen dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan A pemberian pakan jentik nyamuk, perlakuan B pemberian pakan cacing sutera (Tubifex sp), perlakuan C pemberian pakan buatan (Pelet) dan perlakuan D pemberian pakan kombinasi dari jentik nyamuk, cacing sutera dan pakan buatan (pelet) yang diberikan 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB . Ikan uji yang digunakan adalah Induk Ikan platy (Xiphophorus maculates) sebanyak 48 ekor yaitu induk jantan sebanyak 16 ekor dan induk betina 32 ekor yang berukuran sama dengan perbandingan 1 induk jantan dan 2 induk betina. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecepatan waktu pencapaian matang gonad terbaik terdapat pada perlakuan B yaitu 20 hari, diikuti dengan perlakuan A yaitu 23 hari, kemudian diikuti dengan perlakuan C yaitu 29,25 hari dan kecepatan waktu pencapaian matang gonad yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 34 hari. Sedangkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu 40,75 ekor, diikuti pada perlakuan B yaitu 35 ekor, kemudian pada perlakuan C sebanyak 22 ekor dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan D yaitu 21,75 ekor.
Kata Kunci : Platy (Xiphophorus maculates), Pakan, Reproduksi.
2
Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Aspek Reproduksi Ikan Platy (Xiphophorus maculates). Rahadian Maha Putra1, Usman Bulanin2, Lisa Deswati2 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2) Dosen Fakultas Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universtas Bung Hatta, Padang E-mail :
[email protected]
ABSTRACT This research aims for know the influence gave feed which is different on about aspects of reproduction in platy fish (Xiphophorus maculates). The method used for this research is method and used a completely randomized design with 4 treatment and 4 replication. Treatment of A feed mosquito larva, treatment of B ( tubifek worm), treatment of C artificial feed and treatment of D gave combination in feed mosquito larva, (tubifek worm) and artificial feed which is give 2 times a day at 08.00 and 16.00 pm. The fish of a test used platy fish (Xiphophorus maculates) as many as 48 fish, the male broostock as many as 16 fish and the pamale broostock as many as 32 fish with comparison 1 male broostock and 2 female broostock. The result of research showed the speed of timing the best achievement of the ripe gonads is presents at treatment B is 20 days in following treatment C is 29,25 days, and the speed of time is achievement of mature gonads in the lowest for treatment D is 34 days. While the average number of baby fish was high born to treatment A is 40,75 fish, in following for treatment B is 35 fish, next to treatment C is 22 fish and the lowest got for treatment D is 21,75 fish.
Keywords : Xiphophorus maculates, Feed, Reproduction PENDAHULUAN Latar Belakang
sangat cocok digunakan sebagai ikan hias pada aquascaping. Ikan ini sangat mudah beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik
Ikan platy (Xiphophorus maculates)
dalam berbagai kondisi lingkungan tempat
berasal dari Amerika Tengah dan Utara
hidupnya. Ikan platy menyukai habitat
(Clidad Veracruz, Meksiko Utara Belize).
dengan banyak tanaman, karena Ikan ini
Ukuran maksimum dari ikan platy yaitu
cenderung berenang dan berkembang biak
mencapai 5 cm. Ikan ini memiliki sifat yang
diantara tanaman. Ikan ini menyukai arus
ramah dan tidak agresif, oleh karena itu
sedang (Anonim, 2010).
3
Salah satu segi terpenting pada makhluk
hidup
adalah
pada setiap jenis hewan air berbeda-beda,
kemampuannya
tergantung kondisi lingkungan. Ada yang
berkembang biak (reproduksi). Reproduksi
berlangsung setiap musim atau kondisi
pada makhluk hidup merupakan suatu
tertentu setiap tahun. Gonad adalah bagian
proses alam dalam usaha mempertahankan
dari organ reproduksi pada ikan yang
keturunan dan keberadaan jenisnya di alam.
menghasilkan telur pada ikan betina dan
Ada dua cara berbeda pada makhluk hidup
sperma
dalam
yaitu
umumnya mempunyai sepasang gonad dan
secara
jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan
aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena
memiliki ukuran dan jumlah telur yang
bertemunya gamet jantan (sperma) dengan
berbeda,
gamet betina (sel telur) dalam suatu proses
habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah
pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada
telur banyak, namun berukuran kecil sebagai
reproduksi
konsekuensi dari kelangsungan hidup yang
membentuk
reproduksi
secara
keturunan, seksual
aseksual,
dan
keturunan
yang
terbentuk tanpa melalui proses pembuahan.
seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya (Fahmi, 2001). Reproduksi
ikan
tergantung
jantan.
Ikan
tingkah
laku
pada
dan
rendah (Anita, 2010).
Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum bereproduksi secara
pada
Pakan
alami
umumnya
selalu
bergerak di dalam air, sehingga menarik perhatian
ikan
untuk
memangsanya.
Biasanya ada tiga jenis pakan alami yang biasanya diberikan untuk ikan hias platy dalam suatu pemeliharaan (pembesaran) yaitu
daphnia, jentik nyamuk dan cacing
sutera. adalah
kemampuan
individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi
Pada
ketiga
jenis
pakan
alami
tersebut mempunyai kandungan nutrisi (gizi) yang berbeda. Menurut Makmur (2004) bahwa kandungan nutrisi yang
terdapat
dalam pakan sangat berpengaruh terhadap hasil panen, yang merupakan tujuan akhir dari proses budidaya. Nutrisi yang baik,
4
tentunya akan memacu pertumbuhan yang
terpenuhi secara terus-menerus (Djarijah,
baik pula. Terkait hal itu, perlu adanya
1995)
sebuah penelitian tentang jenis pakan alami yang berbeda sehingga biasa diketahui jenis pakan alami mana yang sesuai dengan pertumbuhan
ikan
platy
(Xiphophorus
maculates)
Berdasarkan
hal
tersebut,
maka
penelitian tentang pemberian pakan yang berbeda perlu dilakukan, sehingga dapat mempengaruhi reproduksi dari induk ikan platy (Xiphophorus maculates).
Keberhasilan usaha budidaya ikan hias, memerlukan suplai pakan yang tepat
METODE DAN MATERI PENELITIAN
untuk
Ikan uji yang digunakan adalah
perkembangan reproduksi dapat terpenuhi
induk ikan platy jantan sebanyak 16 ekor
agar benih ikan tersedia dalam jumlah yang
dan induk platy betina sebanyak 32 ekor
cukup, bermutu baik serta tersedia setiap
yang terdapat di Laboratorium Terpadu,
saat. Salah satu pakan alami yang digunakan
Fakultas
dalam budidaya ikan adalah cacing sutera
Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera
(Tubifex sp). Cacing sutera mempunyai
Barat.
agar
nutrisi
yang
diperlukan
kelebihan dalam hal nutrisinya. (Pursetyo, 2003) menambahkan bahwa cacing sutera memiliki kandungan gizi yang cukup baik yaitu protein (57%), lemak (13,3%), serat
Perikanan
Wadah
yang
Ilmu
Kelautan,
digunakan
dalam
penelitian adalah 16 buah akuarium dengan ukuran 40 x 20x 15 cm diisi air setinggi 10 cm yang dilengkapi dengan aerasi.
kasar (2,04%), kadar abu (3,6%) dan air nutrisi
Pakan uji yang digunakan adalah
demikian, cacing sutera tergolong pakan
jentik nyamuk sebagai sebagai perlakuan A,
alami yang baik sebagai sumber pakan ikan
cacing sutera (Tubifex sp) sebagai perlakuan
hias air tawar. Pakan alami yang digunakan
B, Pakan Buatan (Pelet) sebagai perlakuan C
dalam penelitian ini adalah Cacing sutera
dan Pakan Kombinasi Jentik nyamuk, cacing
(Tubifex sp) dan Jentik Nyamuk. Pakan
Sutera dan Pakan buatan (Pelet) sebagai
tersebut merupakan pakan yang umum
perlakuan D yang digunakan pada semua
digunakan oleh pembudidaya (Breeder)
perlakuan dan diberikan secara adlibitum.
(87,7%).
Dengan
kandungan
benih. Selain itu, pakan alami tersebut dapat
5
Metode yang akan digunakan pada
menggunakan pakan cacing sutera yaitu 20
penelitian ini adalah metode eksperimental
± 3,16 hari, kemudian diikuti dengan
yakni 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan
perlakuan A dengan menggunakan pakan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
jentik nyamuk sebanyak 23. ± 4,06 hari, dan
(RAL)
perlakuan C dengan menggunakan pakan buatan (pelet) dengan rataan selama 29,25 ±
HASIL DAN PEMBAHASAN
7,36 hari, sedangkan untuk perlakuan yang
Kecepatan Waktu Pencapaian Matang
terendah terdapat pada perlakuan D dengan
Gonad
menggunakan Dari hasil pengamatan selama 46
hari, rata-rata kecepatan waktu pencapaian
pakan
kombinasi
(jentik
nyamuk, cacing sutera dan pakan buatan) dengan rataan waktu 34 ± 8,52 hari.
matang gonad ikan platy yang diberi pakan
Untuk lebih jelas rata-rata lama
dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat
waktu pencapaian matang gonad dapat
pada tabel 1.
dilihat pada gambar 1.
Tabel 1. Kecepatan Waktu Pencapaian 40
Perlakuan
Hari
Matang Gonad
0
Kecepatan waktu matang
A
goand (Hari) ± SD
A
23 ± 4,06a
B
20 ± 3,16a
C
29.25 ± 7,36ab
D
34 ± 8,52b
kecepatan
C
D
Gambar 1 : Diagram Kecepatan Waktu Pencapaian Matang Gonad yang Dihasilkan Untuk Setiap Perlakuan
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase
B
Perlakuan
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji One Way Anova (P<0,05).
rata-rata
20
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata
kecepatan
waktu
pencapaian
matang gonad yang tercepat terdapat pada perlakuan B (20 ± 3,16) ini disebabkan
waktu
karena pada perlakuan B menggunakan
pencapaian matang gonad ikan platy yang
cacing sutera memiliki kandungan protein
paling cepat terdapat pada perlakuan B yang
yang tinggi.
6
Menurut
Priyambodo
dan
tertuju untuk perkembangan gonad. Semakin
Wahyuningsih (2004), bahwa tubifex atau
bertambah berat gonad diimbangi dengan
cacing rambut berukuran kecil dengan
bertambah besar ukurannya.
panjang 10-30 mm, ramping dan terdiri dari 30-60 segmen, dimana mengandung 17,19% kadar air, 57% protein, 13,30% lemak, 2,04% serat kasar dan 3,60% abu.
Menurut Syafei et al., (1992) bahwa perkembangan
gonad
dipengaruhi
faktor dalam (jenis ikan, dan hormon) dan faktor luar (suhu, makanan,
Berdasarkan hasil penelitian dari
oleh
cahaya
intensitas
dll). Faktor luar yang sering
perlakuan D dengan pakan kombinasi antara
mendapatkan
jentik nyamuk, cacing sutera dan pakan
memacu perkembangan gonad adalah pakan.
buatan diperoleh hasil kecepatan waktu
diimbangi
pencapaian matang gonad
yang lama.
ukurannya. Sjafei et al., (1992) menyatakan
Karena pemberian makanan tidak teratur
bahwa pakan merupakan komponen penting
yang
kombinasi
dalam proses pematangan gonad khususnya
makanan yang diberikan terhadap induk
ovarium karena pada proses vitelogenesis
secara bergantian antara jentik nyamuk,
(akumilasi
cacing sutera dan pelet.
membutuhkan nutrien.
disebabkan
adanya
Menurut penelitian Trisnawati et al.,
(2014)
perhatian
dengan
nutrisi
khusus
bertambah
dalam
sel
untuk
besar
telur)
Menurut Kemler (1992) bahan dasar
bahwa pada perlakuan E
proses pematangan gonad ikan terdiri atas
kombinasi pakan buatan 100% dan cacing
kharbohidrat lemak dan protein. Ikan yang
tanah 0% memberikan nilai pertumbuhan
diberi pakan yang mempunyai nilai nutrisi
terendah,
dicerna
yang tinggi akan memproduksi energi yang
menghasilkan energi yang lebih sedikit
tinggi pula sehingga selain dimanfaatkan
dibandingkan pada perlakuan lain sehingga
untuk bertumbuh energi juga digunakan
mengakibatkan pertumbuhan yang lebih
untuk berkembang biak.
sedikit
diduga
pakan
dibandingkan
yang
dengan
perlakuan
lainnya. Effendie (1979) menyatakan bahwa
Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (2004) tidak semua makanan yang dimakan
oleh
ikan
digunakan
untuk
dalam proses reproduksi, sebelum terjadi
pertumbuhan sebagian besar energi dari
pemijahan sebagian besar hasil metabolisme
makanan digunakan untuk metabolisme
7
(pemeliharaan), sisanya digunakan untuk
berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah
aktifitas,
anak yang dilahirkan ikan platy.
pertumbuhan
Selanjutnya
Alexander
dan
reproduksi.
(1967)
dalam
Fujaya (1999) menjelaskan jika ikan makan dengan suplai makan yang normal tetapi aktivitasnya
dikurangi
makan
nilai
pertumbuhan (G) dan pembentukan gamet (H) akan meningkat, karena sebagian energi untuk aktifitas ikan akan di alihkan keararah pertumbuhan
dan
pembentukan
gamet.
Solang et al., (2009) menyatakan jika ikan makan dengan suplai makanan yang normal tapi aktivitasnya berkurang, maka nilai pertumbuhan dan reproduksinya meningkat. Pemberian
pakan
harus
disesuaikan
dengan ukuran mulut ikan, agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ikan Saparinto, (2009)
Dari hasil perhitungan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan selama penelitian pada Ikan platy, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Anak Yang Dilahirkan Perlakuan
Jumlah anak (ekor) ± SD
A
40,75 ± 5.12a
B
35 ± 6.27a
C
22 ± 3.36b
D
21,75 ± 3.30b
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf superscrip yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji One Way Anova (P>0,05).
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa pemberian pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah anak
Jumlah Anak Yang Dilahirkan Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa
yang dilahirkan ikan platy (F hitung > F tabel 0,05). Dari uji lanjut Duncan’s
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan yang
Multiple
tertinggi ditunjukan pada perlakuan A yaitu
memperlihatkan
sebanyak 40,75 ± 5.12 ekor, diikuti dengan
memberi
perlakuan B sebanyak 35 ± 6.27 ekor dan
sedangkan perlakuan B, C dan D memberi
kemudian diikuti dengan perlakuan C
pengaruh tidak nyata terhadap perlakuan A
sebanyak 22 ± 3.36 ekor, sedangkan yang
(P<0,05).
paling rendah jumlah anak yang dilahirkan pada perlakuan D sebanyak 21,75 ± 3.30 ekor. Hasil analisis varian menunjukan bahwa pengaruh pemberian pakan yang
Range
Test
bahwa
pengaruh
(DMRT)
perlakuan nyata
A
(P<0,05)
Untuk lebih jelas rata-rata jumlah anak yang dihasilkan, dapat dilihat pada gambar 5.
8
menjelaskan mengandung
40
12,20%
30 Ekor
bahwa
dan
67%
jentik
protein,
10%
nyamuk karbohidrat
lemak.
Sementara
perlakuan D yang menggunakan pakan
20
kombinasi menghasilkan 21,75 ekor anak
10
Ikan platy yang merupakan hasil terendah.
0 A
B
C
D
Pemijahan dipengaruhi oleh kondisi
Perlakuan
lingkungan (eksternal) misalnya : hujan, Gambar 2 : Diagram jumlah anak yang dilahirkan setiap perlakuan
habitat, oksigen terlarut, daya hantar listrik, cahaya, suhu, kimia, fisika air, waktu
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa
(malam hari) dan lain – lain. Kondisi
pada setiap perlakuan menghasilkan anak
lingkungan ini akan mempengaruhi kontrol
ikan platy yang sangat berbeda. Pada
endokrin untuk menghasilkan hormon –
perlakuan A yang menggunakan pakan
hormon
jentik nyamuk menghasilkan 40,75 ekor
perkembangan
larva ikan platy, pada perlakuan B dengan
(Fujaya, 2004). Faktor – faktor tersebut
menggunkan
berpengaruh terhadap jumlah telur yang
pakan
cacing
sutera
mengahasilkan 35 ekor, pada perlakuan C
yang
mendukung gonad
dan
proses pemijahan
akan dihasilkan Heriyanto, (2011).
yang menggunakan pakan komersil atau pelet menghasilkan 22 ekor dan pada perlakuan D dengan pakan kombinasi (jentik nyamuk,
cacing
sutera
dan
pelet)
menghasilkan 21,75 ekor anak ikan platy.
Parameter Kualitas Air Pengamatan kualitas air pada media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian, yaitu kualitas air awal penelitian dan akhir penelitian. Untuk lebih
Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan A yang menggunakan pakan jentik nyamuk yang menghasilkan 40,75 ekor anak ikan platy merupakan hasil tertinggi dalam menghasilkan anak, ini disebabkan bahwa jentik nyamuk memiliki kadar protein yang tinggi. Bachtiar, (2005)
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
9
selama penelitian masih dalam kisaran yang
Tabel 3. Paremeter Kualitas Air Awal Penelitian Parameter Suhu (°C) pH DO(ppm)
A 26 6 5
B 26 6,5 5
C 26,2 6 5,3
D 26,5 6 5
layak untuk kelangsungan hidup ikan platy
Akhir Penelitian A 27 7 5,5
B 27 7 5
C 27,3 6,5 5
(Xiphophorus maculates). D 27 7 5,5
Kesimpulan
air
Dari hasil penilitian ikan platy
sebagai media ikan hidup ikan harus
(Xiphophorus maculates) yang dilakukan
memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan
selama
ikan, karena kualitas air dapat memberikan
bahwa :
pengaruh terhadap pertumbuhan makhluk
1. Kecepatan waktu pencapaian matang
Menurut
Djatmika
(1986)
pengamatan
ikan
dapat
platy
disimpulkan
hidup di air. Kualitas air merupakan factor
gonad
(Xiphophorus
pembatas biota yang dibudiyakan disuatu
maculates) yang tercepat terdapat pada
perairan (Kordi dan Tancung, 2007).
perlakuan B (Pakan yang menggunakan cacing sutera) yaitu sebesar 20 ± 3,16
Berdasarkan data yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa suhu Selama penelitian berkisar antara 26-27 °C, menurut Lesmana (2001) suhu optimal ikan tropis terutama ikan hias berada pada suhu 22-27 °C tergantung jenisnya. Suhu yang optimal untuk ikan platy berkisar antara 25-28 °C. Drajat
keasaman
(pH)
dari
pengukuran selama penelitian pH berkisar antara 6-7, kisaran ini masih dalam batasan kelanggsungan hidup ikan hias 6,8-6,5 Lesmana terlarut
(2001). selama
Kandungan
penelitian
4-6.
oksigen Untuk
hari, 2. Jumlah anak yang dilahirkan pada masing-masing perlakuan yang tertinggi terdapat
pada
perlakuan
A
(Jentik
Nyamuk) 40,75± 5.12 ekor, 3. Pemberian
pakan
yang
berbeda
memberikan pengaruh terhadap aspek reproduksi
ikan
platy
(Xiphophorus
maculates). Saran 1. Untuk meningkatkan reproduksi pada ikan platy disarankan menggunakan pakan alami yang berbeda-beda.
optimal,
2. Untuk memproduksi anak yang banyak
kandungan oksigen harus dieprtahankan
disarankan untuk menggunakan jentik
diatas 5 ppm. Dari pengukuran kualitas air
nyamuk.
memperoleh
pertumbuhan
10
DAFTAR PUSTAKA Adelina, I., Boer, dan Suharman, 2004. Diktat dan Penuntun Praktikum Analisa Formulasi Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru 2006. 60 hal. Ambarwati, D. V. S. 2008. Studi Biologi Reproduksi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anita,
M.
H. 2010. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonim. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. Jakarta : Agromedia ( http : // books. Goole.co.id // ) Anonim,
2010. Ikhtiolgi Ikan. http://iktiologi-indonesia.org [23 Maret 2012].
Anonim.
2011. Defenisi Ikan. http://www.inaheart.or.id [22 Maret 2012].
Bachtiar, Y. Tim Lentera. 2004. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Penerbit PT Agromedia Pustaka ; Depok Bachtiar, Y. 2005. Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. 76 hal
Basri, Y., 1997. PenambahanVitamin E Pada Pakan Buatan dalam Usaha Meningkatkan Potensi Reproduksi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lacepede). Thesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal. Budiono, H. 2004. Pengaruh Pengelolaan Pemberian Pakan (Feeding Management) Terhadap Kelulus hidupan dan Pertumbuhan Larva Ikan Baung (Mystus nemurus C.V). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI.. Devlin and Nagahama, 2002. Devlin, R. H., and Y. Nagahama. 2002. Sex and Sex Differentiation in Fish: an Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: 191–364. ( dalam e-Jurnal, Dwi Mulyasih. 2012 ) Dj. Y,. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Calossoma macropomum) Pada Masa Pendederan. Skripsi Pakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 49 Hal (Tidak diterbitkan). Djangkaru, Z. 1995. Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio) secara intensif dalam Kolam Air Djajasewaka, H. 1985. Makanan Ikan. Penerbit Amrico. Bandung. Djarijah, A,S. 1995. Pakan Alami Ikan. Yogyakarta : Kanisius
11
Djatmika, 1986. Usaha Perikanan Air Deras. Simplek. Jakarta Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yasaguna. Jakarta. Effendie, M. I., 1986. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112 Halaman. Fahmi. 2001. Tingkah Laku Reproduksi pada Ikan. Jurnal Oseana, Volume XXVI, Nomor 1: 17 – 24. LIPI, Jakarta. Febriyantoro, D. 2014. Pengamatan Pergerakan Sirip – Sirip Ikan dan Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin, Makassar Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan Pertama. Rineka Putra. Jakarta. Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Kelautan Unhas. Heriyanto,
T. 2010. Fekunditas dan Diameter Telur . Diakses Pada Mei 2012. http://www.Scribd.com/doc/170 726700/Fekunditas#Scribd.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Kemler, E. 1992. Early life history of fish and energetic approach. Chapman and Hall. London Kimball, J.W. 1994. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta : 755 hal. Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta. Lingga, P. 2003. Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Lovell, R. T., 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold. New York. 269 p. Makmur. 2004. Proses Metabolisme Protein Pakan pada Ikan. Palembang : Balai Riset Perikanan Umum. Melisa, D. F. 2012. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan dan Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Pekanbaru. Mudjiman, A. 1995. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 halaman. Mudjiman, 1999. Makanan Ikan. Cetakan ke-12. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 halaman. National Research Council (NRC).,1993. Nutrient Requirementof Warm Water Fishes. National Academy of Science, Washington D. C.78 p. NRC] National Research Council, Subcommite on Warmwater Fish Nutrition. 1993. Nutrient requirements of fish. Washington DC : National
12
Academy of science, 114 pp. Peres H. and Teles AO. 1999. Effect of dietary lipid level on growth performance and feed utilization by European sea bass juveniles (Dicentrarchus labrax). Aquculture, 179: 325334. Nugroho, S. 2008. Analisis Finansial Usaha Ikan Hias Air Tawar Heru Fish Farm Di Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Priyambodo
dan Wahyuningsih. 2004. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 54-59.
Pursetyo, K. T. 2011. Pengaruh Pemupukan . Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 2, November 2011. Saanin, H. 1984. Klasifikasi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Binacipta Jakarta. 145 halaman. Saparinto, C. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Jakarta : Lewis Publisher. Satyani, D. 2005. Catfish Kecil Unik, Corydoras Sp. Untuk akuarium, Tingkah Laku Biologi dan Reproduksinya. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume V, Nomor 1 : 25-64. Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok. Sjafei, D. S., M. F. Raharjo., R. Affandi., M. Brajo & Sulistiono. 1992. Fisiologi ikan II.
Solang dan Lamondo (2009), Peningkatan Pertumbuhan dan Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) Melalui Pemotongan Sirip Ekor. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Negri Gorontalo. Sulmartiwi, L.. Triastuti J. Dan Masithah E. D. 2003. Modifikasi Media dan Arus Air Dalam Kultur Tubifex sp. Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Warna Ikan Hias.Lembaga Penelitian Universitas Air langga. Surabaya. 27 hal. Susanto,
1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta. 152 halaman.
Susanto,
1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Cetakan ke-15. Penebar Swadaya, Jakarta. 152 halaman.
Timang, Y., Sitti, R. A., Muhammad, R. A dan Rispa, P. 2010. Mekanisme Pergerakan Sirip-sirip Ikan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Trisnawati, Y, Suminto, Agung Sudaryono. 2014, Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan dan Cacing Tanah (Lumbricius rubellus) Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.\ Yurisman dan Sukendi. 2004. Biologi dan Kultur Pakan Alami. Pekanbaru. UNRI Press
13
Zainudin. 2012. Pergerakan Sirip Ikan dan Mekanisme Mengambil Makanan Serta Laju Penghancuran Makanan di Lambung. Fakultas MIPA. Universitas Riau, Pekanbaru.