PENGEMBANGAN MODEL FASILITASI KEGIATAN PESERTA DIDIK MENGOBSERVASI DAN MENGASOSIASI DALAM PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) KELAS VIII BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
Intan Febry Sulasiwi(1), Sugiyanto(2) dan Parno(3) Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] Mahasiswa Jurusan Fsika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Abstrak: Peranan guru bukan lagi sebagai transfer of knowledge maupun satu-satunya sumber belajar (teacher center). Dalam hal ini, peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Adapun tujuan penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah mengembangkan dan mengetahui kelayakan model fasilitasi kegiatan peserta didik mengobservasi dan mengasosiasi dalam pembelajaran IPA (Fisika) berbasis pendekatan saintifik. Berdasarkan uraian hasil analisi data uji coba terbatas produk yang telah direvisi, diketahui persentase rata-rata kelayakan produk model fasilitasi menurut validator adalah sebesar 99.75 %. Kelayakan produk ketika diaplikasikan di lapangan mendapat penilaian dengan persentasi 96.67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model fasilitasi kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria layak dan secara keseluruhan dinyatakan baik serta dapat diujicobakan lebih luas sehingga nantinya dapat digunakan dalam pembelajaran Kata Kunci: Model fasilitasi, mengobservasi, dan mengasosiasi Era transformasi pendidikan abad ke-21menuntut keakftifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peranan guru bukan lagi sebagai transfer of knowledge maupun satu-satunya sumber belajar (teacher center).
Dalam hal ini, peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Pada survei awal (maret, 2015 di SMPN Binangun 1) ditemukan bahwa kegiatan mengobservasi masih didominasi oleh indera penglihatan yang tidak detail. Hal ini di dukung hasil penelitian terkait kemampuan peserta didik mengoptimalkan daya guna alat indera selama mengobservasi masih rendah. Persentase peserta didik dalam menggunakan indera penglihatannya adalah sebesar 97% (Unver, 2009). Sebagian besar peserta didik belum tergerak untuk menyentuh objek yang berada dihadapannya tersebut. Hanya sebagian kecil dari mereka yang melakukan pengukuran terhadap objek yang diamati. Menurut hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, kemampuan peserta didik untuk menggunakan alat indera selama mengobservasi masih berkisar antara 56.30 % (Handayani, 2013). Peranan guru sebagai fasilitator dalam hal ini sangat penting. Namun, apabila pemahaman guru terkait kegiatan fasilitasi selama mengobservasi dan mengasosiasi masih terbatas, layanan yang diberikan kepada peserta didik juga akan terbatas. Selama melakukan kegiatan observasi dan asosiasi, peserta didik sudah mendapatkan pendampingan dari guru baik secara lisan maupun tertulis. Namun, lebih dari sebagian peserta didik mengalami kebingungan selama kegiatan mengasosiasi dan mengobservasi. Diantaranya berkenaan dengan fokus objek yang harus diamati peserta didik. Selain itu, peserta didik mengalami kebingungan ketika pada lembar kegiatan terdapat istilah yang asing. Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa fasilitasi yang diberikan guru belum maksimal terkait kedetailan instruksi selama kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi. Peserta didik belum mendapatkan fasilitasi yang memadai untuk melakukan kegiatan observasi dan asosiasi. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimum dalam pembelajaran dibutuhkan penghayatan kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi baik oleh guru maupun peserta didik. Melihat kenyataan yang demikian, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian dan pengembangan “model fasilitasi untuk kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi pembelajaran IPA (Fisika) kelas VIII berbasis pendekatan saintifik”.
Kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi merupakan kegiatan yang dominan bagi peserta didik dalam melakukan penggalian konsep. Tanpa mengurangi esensi dari kelima kegiatan pada tahap pendekatan saintifik, kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi peserta didik kelas VIII perlu ditingkatkan. Hal ini dapat menjadi dasar untuk melakukan pembelajaran yang lebih mendalam di jenjang pendidikan selanjutnya. Demikian pula berhubungan dengan materi fisika, dimana peristiwa dan objek kajiannya dapat diamati di lingkungan sekitar peserta didik begitupun dengan asosiasi yang dapat terjadi otomatis setelah peserta didik mengobservasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Ahtee (2009) menyatakan bahwa sangat sedikit penelitian yang dilakukan terkait pembelajaran sains yang memperhatikan masalah peserta didik dalam mengobservasi dan mengasosiasi. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern yaitu menggunakan pendekatan saintifik sebagai katalisator dalam pembelajaran. Pada pendekatan saintifik, guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika peserta didik mengalami kesulitan, dan guru bukan satu-satunya sumber belajar. Kriteria pendekatan saintifik dalam model fasilitasi diantaranya (a) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; (b) penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; (c) mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; (d) mendorong dan
menginspirasi
peserta
didik
dalam
memahami,
menerapkan,
dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran; (e) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; dan (f) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik dalam sistem penyajiannya. Berawal dari uraian sebelumnya, penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kelayakan model fasilitasi kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi dalam pembelajaran IPA (Fisika) berbasis pendekatan saintifik khususnya kegiatan peserta didik mengobservasi dan mengasosiasi.
METODE Penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan peneliti menerapkan model prosedural. Model pengembangan prosedural yang digunakan mengacu pada model penelitian dan pengembangan Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Sukmadinata (2013: 184-187). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut terdiri atas: (1) Studi pendahuluan, diantaranya: survei lapangan dan studi pustakan; (2) Pengembangan, meliputi: penyusunan draf model, review draf model dan revisi draf model; pengembangan produk; validasi produk; revisi produk; (3) uji coba terbatas; (4) revisi produk dan (5) produk akhir model fasilitasi. HASIL Produk utama dari penelitian pengembangan ini terdiri atas (a) Skenario Kegiatan Peserta Didik Mengobservasi (SKPDMo); (b) Skenario Fasilitasi Kegiatan Peserta Didik Mengobservasi (SFKPDMo); (c) Skenario Kegiatan Peserta Didik Mengasosiasi (SKPDMa); dan (d) Skenario Fasilitasi Kegiatan Peserta Didik Mengasosiasi (SFKPDMa). Sebagai pelengkap produk utama, dalam penelitian ini dikembangkan pula Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendekatan saintifik; Bahan Bacaan (BB); Lembar Temuan Observasi Bahan Bacaan (LTOBB); Lembar Observasi (LO); Lembar Eksperimen (LE); dan Lembar Asosiasi (LA). PEMBAHASAN Pada tahap studi pendahuluan, peneliti melakukan: survei lapangan dan studi kepustakaan. Tahap pertama adalah melakukan survei lapangan dengan tujuan mengetahui kebutuhan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran khususnya mengobservasi dan mengasosiasi. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam survei lapangan adalah melakukan wawancara dengan guru, wawancara dengan peserta didik serta peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Setelah melakukan survei lapangan, peneliti mendapatkan beberapa kata kunci terkait kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi. Kata kunci tersebut diperluas dan digali melalui kegiatan studi pustaka. Pada awalnya, studi kepustakaan difokusan untuk mencari produk yang bersesuaian dengan kebutuhan dilapangan dalam proses mengobservasi dan mengasosiasi. Dilakukan penyususnan draf model yang berpedoman atas dasar survei lapangan dan studi pustaka. Draf model tersebut didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan disinkronkan dengan teori yang sudah ada. Selanjutnya dilakukan uji coba kebutuhan model fasilitasi. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan uji coba awal dengan melakukan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan peserta didik terhadap kedetailan fasilitasi yang seharusnya diberikan. Setelah mengetahui kebutuhan peserta didik, dilakukan revisi terhadap draf model kemudian draf hasil refisi tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan produk pertemuan kedua hingga kelima. Setelah melalui serangkaian panjang proses pengembangan, dilakukan uji kelayakan terhadap produk model fasilitasi. Uji kelayakan pertama adalah dengan melakukan validasi produk dengan 2 orang dosen ahli jurusan fisika sebagai validator. Kemudian dilakukan uji coba terbatas. Uji coba terbatas dilakukan pada dua subjek coba yaitu seorang guru pengapu mata pelajaran IPA (fisika) kelas VIII dan satu kelas peserta didik dengan dilakukan pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan sessuai dengan produk yang dikembangkan yaitu kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi. Rincian kegiatan yang dilakukan adalah mengobservai bahan bacaan sebagai kegiatan prasyarat, mengamati video gelombang permukaan air secara individu dengan instruksi klasikal, mengamati gambar
gelombang secara berpasangan dengan instruksi klasikal,
dan
mengasosiasi gelombang secara individu dalam kelompok. Berikut disajikan ringkasan hasil validasi dan uji coba terbatas subjek coba guru untuk kelayakan produk model fasilitasi kegiatan peserta didik mengobservasi dan mengasosiasi dalam pembelajaran IPA (Fisika) kelas VIII dengan pendekatan saintifik.
Tabel 3.1 Ringkasan Kelayakan Produk Persentase No
Deskriptor
Rata-rata V1 dan V2
Keterang
Persentase
Keterang
an
Uji Coba
an
1.
SKPDMo
99.86 %
Layak
91.7 %
Layak
2.
SFKPDMo
99.56 %
Layak
96.5 %
Layak
3.
SKPDMa
100 %
Layak
98.61 %
Layak
4.
SFKPDMa
99.31 %
Layak
98.02 %
Layak
5.
Pemberdayaan Alat
100 %
Layak
98.5%
Layak
99.75 %
Layak
96.67 %
Layak
dan bahan Rata-rata
Pada tabel ringkasan kelayakan model fasilitasi dapat diketahui bahwa persentase rata-rata kelayakan produk model fasilitasi menurut validator adalah sebesar 99.75 %. Tidak jauh dari nilai validasi tersebut, kelayakan produk ketika diaplikasikan di lapangan mendapat penilaian dengan persentasi 96.67%. Berdasarkan perolehan nilai persentase tersebut, dapat dikatakan bahwa model fasilitasi yang dikembangkan telah memenuhi kriteria layak, sangat baik dan tidak perlu dilakukan revisi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa produk model fasilitasi yang dikembangkan dapat diaplikasikan atau digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dudukung dari hasi perolehan peserta didik selama melakukan observasi dan asosiasi ketika uji coba dengan pembelajaran di dalam kelas berlangsung. Peserta didik dapat menuliskan bagian yang diamati dengan detail sekaligus memberikan deskripsi terhadap apa yang diamati dengan terfokus. 85.29 % peserta didik merasa bahwa bahan bacaan yang diberikan membantu selama pengamatan terkait informasi/pengetahuan awal pendukung pengamatan. 91.18 % peserta didik merasa konsep yang diterima dapat difahami dengan baik, berkat adanya fasilitasi yang diberikan oleh guru. Apabila ditinjau dari peserta didik yang dapat melakukan analisis dengan sangat baik dan dapat melakukan analisis dengan baik, model fasilitasi telah memenuhi kelayakan dengan persentase total keduanya adalah 82.35 %.
KESIMPULAN DAN SARAN Produk yang telah direvisi menjadi produk jadi berupa model fasilitasi kegiatan untuk kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi lengkap dengan perangkat pembelajarannya. Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah diujicobakan terbatas dan direvisi dilihat pada CD pembelajaran. Produk model fasilitasi ini memuat pola-pola kegiatan untuk mengamati dan menganalisis pokok bahasan KD 3.10 dan KD 4.10 kelas VIII SMP Semester 2. Tampilan dari scenario pembelajaran berupa tabel dimana pada tiap tabel terdapat langkah pembelajaran, kegiatan peserta didik, alat dan bahan serta kegiatan
fasilitasi
yang
diberikan.
Disusun
demikian
ditujukan
untuk
mempermudah pengguna dalam memperoleh informasi kegiatan dan konsep apa yang ingin diamati dari fakta yang disajikan. Adapun kelebihan produk model fasilitasi ini, antara lain: 1.
Memiliki pola kegiatan yang jelas dan seragam untuk 5 pertemuan yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan observasi (secara individu, berpasanagn, dan kelompok) dan asosiasi secara kelompok
2.
SKPDMo memuat kegiatan observasi dengan melibatkan alat indera yang bersesuaian dan memungkinkan peserta didik melakukan interaksi secara langsung dengan objek/peristiwa beserta SFKPDMo sebagai kegiatan fasilitasinya
3.
SKPDMo mencakup kegiatan observasi yang memungkinkan peserta didik melakukan observasi secara detail terhadap peristiwa/objek terkait konsep yang dipelajari beserta SFKPDMo sebagai kegiatan fasilitasinya
4.
SKPDMo mencakup kegiatan observasi yang memungkinkan peserta didik merekam data hasil pengamatan terkait konsep yang dipelajari dengan urutan sistematis beserta SFKPDMo sebagai kegiatan fasilitasinya
5.
SKPDMa mencakup kegiatan asosiasi yang memungkinkan peserta didik menghubungkan fakta-fakta dan data-data hasil observasi terkait konsep yang dipelajari beserta SFKPDMa sebagai kegiatan fasilitasinya Disamping kelebihan diatas, produk ini juga mempunyai kekurangan yaitu
untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model fasilitasi di dalam kelas dibutuhkan seperangkat komputer atau laptop dan LCD yang tidak
semua sekolah mempunyai perangkat tersebut seringkali kegiatan dilakukan di lab dan meja di lab tidka memungkinkan peserta didik berhadapan ketika melakukan diskusi. Berdasarkan uraian hasil analisi data uji coba terbatas produk yang telah direvisi, diketahui tingkat kelayakan model fasilitasi kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi yang dikembangkan secara keseluruhan untuk masing-masing pertemuan telah mencapai nilai di atas 80 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa model fasilitasi kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria layak dan secara keseluruhan dinyatakan baik serta dapat diujicobakan lebih luas sehingga nantinya dapat digunakan dalam pembelajaran. Adapun saran–saran yang dapat diberikan adalah: 1.
Melakukan uji coba lebih lanjut terhadap produk model fasilitasi kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi mengingat peneliti hanya melakukan 5 daro 10 tahap penelitian dan pengembanagan yang seharusnya.
2.
Melakukan penelitian secara eksperimen dengan menguji cobakan produk model fasilitasi untuk kegiatan mengobservasi dan mengasosiasi
dengan
menggunakan satu kelas eksperimen dan kelas lain sebagai kelas control 3.
Melakukan penelitian lebih lanjut pada KD lain selain KD 3.10 dan KD 4.10 maupun pada jenjang kelas lain selain kelas VIII SMP untuk memperkaya dan meningkatkan kualitas pengamatn dan asosiasi peserta didik
4.
Melakukan penelitian lebih lanjut pada KD 3. 10 dan KD 4.10 maupun KD yang lain dengan tahap pendekatan saintifik yang lain misalnya menanya, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikaskan.
5.
Melakukan penelitian dan pengembanagan lebih kanjut untuk mengetahui kebutuhan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan kebutuhan apa yang seharusnya dipenuhi selama kegiatan tersebut berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN Ahtee, Maija. 2009. Primary School Student Teacher’s Views about Making Observation, NorDiNa 5 (2) 128-141. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rinea Cipta.
Atsnan, M. F & Rahmita Yuliana Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta 9 November. Eberbach, Catherine & Kelvin Crowley. 2008. From Everyday to Scientific Observation: How Children Learn to Observe the Biologist’s World. University of Pittsburgh: Review of Educational Research as of May 17, 2008. Elam, Kathleen G. & Marty Duckenfield. 2000. Creating a Community of Learners (Using the Teacher as Facilitator Model). Clemson University: College of Health, Education, and Human Development. Handayani, Reni. 2013. Analisis Kemampuan Observasi Siswa Pada Konsep Wujud Zat dan Perubahannya dengan Menggunakan Metode Eksperimen (Penelitian Deskriptif di SMP 2 Mei Ciputat). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahKrathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory into Practice. 41 (4) 212-218. Krathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory into Practice. 41 (4) 212-218. Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Unesa, 3 (1) 28-35 Mayer, Richard E. 2002. Rote Versus Meaningful Learning. Theory into Practice. 41 (4) 226-232 Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 (Lampiran IV) tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. (Online), (http://www.permendikbud.81a.go.id) diakses 10 April 2014
Rustaman, Nuryani. 2003. Kemampaun Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Bandung: UPI. (online) (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= 2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu %2FDirektori%2FSPS%2FPRODI.PENDIDIKAN_IPA%2F19501231197 9032-NURYANI_RUSTAMAN%2FKeterampilan_Proses_UIN03.pdf&ei=hrRqVJ_HEoKauQSB6YDYCQ&usg=AFQjCNHFCAULBHs l7qxWs1daErjRFj72Iw&sig2=7PWThqxi-12F8-ivvABU7A) diakses pada 17 November 2014 Sitepu, BP. 2008. Pengembangan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur, 11 (7) 79-92 Sujarwanta, Agus. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan, 16 (1) 75-83Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Atas Kerjasama Program Pasca Sarjana U PI dengan PT Remaja Rosdakarya Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Atas Kerjasama Program Pasca Sarjana U PI dengan PT Remaja Rosdakarya. Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Unver, Ayse Oguz & Kemal Yurumezoglu. 2009. A Theaching Strategy for Developing The Power of Observation in Science Education. 28 (ISSN:1300-302X) 105-119