ANALISIS BIONOMIK NYAMUK ANOPHELES DI DESA RANOKETANG TUA KECAMATAN AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 2011. Chreisye Mandagi**, Rutler P. Masalamate*, Henny Altje Rompis** *Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Abstrak Malaria menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan di Indonesia. Desa Ranoketang Tua merupakan desa dengan tingkat kejadiaan malaria yang tinggi di Sulawesi Utara. Salah satu pencegahan Malaria adalah dengan melakukan pengontrolan nyamuk Anopheles dengan memperhatikan pola bionomiknya. Bionomik adalah pengaruh lingkungan terhadap perilaku nyamuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Spesies nyamuk Anopheles yang ada di Ranoketang Tua serta mengetahui hubungan antara aktivitas menggigit dengan suhu dan kelembaban. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekologi dengan mengambil data sekunder dari Januari 2011 sampai Desember 2011 dan dilakukan di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini mengambil seluruh total populasi nyamuk sebagai sampel penelitian yang menggigit umpan. Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk grafik dan dianalisis dengan analisis korelasi Pearson. Hasil penelitian menemukan Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles sp paling tinggi berada di bulan Februari dan Maret, spesies nyamuk yang ada di Ranoketang Tua adalah An. Barbitrosis, An. Flavirostris, An. Parangensis dan An.Tessallatus, suhu rata-rata 24,5 dan kelembaban rata-rata 80%, ada hubungan antara variasi menggigit nyamuk keempat spesies nyamuk yang ada di Desa Ranoketang Tua dengan variasi suhu tapi hanya An. Barbitrosis dan An. Parangensis yang memiliki hubungan yang bermakna. Kelembaban tidak ada hubungan yang bermakna dengan aktivitas menggigit nyamuk Anopheles. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bionomik nyamuk Anopehles di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 memiliki hubungan antara aktivitas menggigit nyamuk dengan suhu. saran yang dapat diberikan adalah bagi masyarakat sebaiknya melakukan tindakan pencegahan sebelum bulan Februari dan Maret dan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan sebaiknya menyusun program memperhatikan pola bionomik nyamuk Anopheles yang ada. Kata Kunci : Bionomik, nyamuk Anopheles, Aktivitas Menggigit
Abstarct Malaria has been one of the main causes of deaths in the world and particularly in Indonesia. Ranoketang Tua Village is a village having a high incidence of Malaria in North Sulawesi Province of Indonesia. One of the prevention measures of Malaria is to controlling the vector of Malaria that is Anopheles spp. Bionomics is the influence of environment to the behavior of mosquitoes. The objective of this study was to find out the behavior of Anopheles spp. in Ranoketang Tua Village and to analyze the correlation between mosquitoes-biting activity with temperature and humidity. This study was an ecological research using secondary data of Malaria in the period of January to December 2011 and was carried out in Ranoketang Tua Village, District of Amurang of South Minahasa Regency. The population of the study was all the units of population of mosquitoes (total population) biting the bait. The collected data were then presented in graphics and analysed using Pearson-Correlation Analysis (CI=95% and α=0.05).
1
The results showed that the species of Anopheles having biting-activity were An. Barbirostris, An Flavirostris, An. Parangensis dan An.Tessallatus. An. Barbirostris was the species that bite most frequently. Biting-activity of the mosquitoes was mostly found at around 11 to 12 a.m. Based on the results of Pearson-Correlation Analysis, there were correlation between the variation of mosquito-biting activity with temperature variation and humidity variation but in week strength of association. As indicated by the graphic, the highest variation was found in January and February and the temperature along this two months was higher than of other months. The graphic also displayed that the higher the temperature, the higher the biting-activity of mosquitoes. The conclusions of this study were that during January and February, the bitingactivity of mosquitoes was getting higher and there were correlation between the variation of biting-activity with the temperature variation and the humidity variation.
Keywords : Bionomics, Anopheles spp, biting-activity
daerah diluar Jawa dan Bali pada
PENDAHULUAN Penyakit Malaria disebabkan
tahun 2009 sebesar 19,67 ‰, tahun
oleh parasit malaria (Plasmodium)
2008 sebesar 17,70 ‰ dan pada tahun
stadium aseksual yang ditularkan oleh
2009 sebesar 12,27 ‰. Angka annual
nyamuk anopheles, dengan tiga gejala
parasite incidence (API) di daerah
khas yaitu demam naik turun secara
Jawa dan Bali pada tahun
teratur, mengiggil dan berkeringat.
dilaporkan sebesar 8 ‰ dan pada
Malaria
merupakan
tahun 2009 sebesar 0,17 ‰ (Depkes,
kesehatan
diseluruh
merupakan
masalah dunai
penyakit
dan
2010
2010).
yang
Sekitar 50 persen penduduk
menyebabkan kasakitan dan kematian
Indonesia rawan terkena malaria,
dinegera-negara
terutama di daerah pedesaan dan
yang
sedang
berkembang.
satu
antara masyarakat miskin. Daerah
Indonesia merupakan salah
paling rawan malaria terletak di luar
Negara
Jawa,
berkembang
yang
terutama
daerah
timur
beresiko terhadap penyakit malaria.
Indonesia, dari Nusa Tenggara Timur
Berdasarkan
kesehatan
ke Maluku dan Papua. Daerah
Indonesia tahun 2009 angka annual
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
malaria
mempunyai tingkat transmisi malaria
profil
incidence
(AMI)
untuk
2
sedang. Jakarta dan Bali mempunyai
Terdapatnya kasus malaria
tingkat penyebaran malaria antara nol
di desa Ranogetang Tua merupakan
sampai rendah (UNICEF, 2009).
bukti adanya nyamuk Anopheles sp
Kabupaten Minahasa Selatan adalah
daerah
tinggi
malaria,
sebagai
vektor.
Pengendalian
terhadap
penyakit
malaria
dan
merupakan salah satu Kabupaten dari
nyamuk Anopheles sp sebagai vektor
wilayah Sulawesi Utara Pada tahun
penyakit baik terhadap larva dan
2010
nyamuk dewasa belum dilakukan
pernah
dilaporkan
terjadi
kejadian luar biasa (KLB) malaria di
sesuai
dengan
Kabupaen Minahasa Selatan .
(Depkes, 2007).
yang
diharapkan.
Berdasarkan laporan dinas
WHO menerapkan empat
kesehatan Propinsi Sulawesi Utara ,
strategi pemberantasan malaria yaitu
angka annual parasite incidence
diagnosa dini, pengobatan segera,
(API) untuk Kabupaten Minahasa
pencegahan dan pengendalian vektor.
Selatan selama tiga tahun terakhir
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
yaitu tahun 2008 dengan API sebesar
Nomor
3,0 ‰, tahun 2009 dengan API
untuk pengendalian vektor indonesia
sebesar 1,0 ‰ dan pada tahun 2010
memasukannya sebagai salah satu
terjadi peningkatan
program penting dalam Eliminasi
dengan API
293/MENKES/SK/IV/2009
sebesar 3,23 ‰. (Dinkes Prop. Sulut ,
penyakit
2010).
indonesia dan untuk melaksanakan Desa
termasuk
Ranogetang
dalam
wilayah
Tua
Malaria
yang
ada
di
pengendalian vektor penting untuk
kerja
mempelajari
mengenai
Bionomik
puskesmas Amurang dengan jumlah
nyamuk atau perilaku nyamuk dengan
kasus malaria paling tinggi, desa
lingkungannya
tersebut termasuk dalam wilayah
vektor bisa terlaksana dengan baik
endemis,
dan
berdasakan
laporan
agar
mengurangi
pengendalian
angka
kejadian
puskesmas setiap bulan ada terdapat
penyakit malaria. oleh karena itu,
kasus
perlu dilakukan studi
malaria
dan
mengalami
Bionomik
kenaikan dari tahun 2010 sebesar
vector nyamuk malaria di Desa
0,38%.
Ranogetang yang merupakan daerah
2
malaria dengan kasus tertinggi dari
yang
Wilayah kerja Puskesmas Amurang
Risdianto
(2005)
Sukabumi
juga
Idung didaerah
menemukan
yang
penelitian dari Jastal (2006) yang
digunakan adalah penelitian ekologi.
menemukan keempat ini berada
dengan mengambil data sekunder dari
didaerah
Januari 2011 sampai Desember 2011,
walaupun diantara keempat jenis
Penelitian ini dilakukan di desa
anopheles ini ada satu jenis
Ranoketang
Kecamatan
anopheles yang bukan berasal dari
Amurang , Kabupaten Minahasa
Indonesia menurut Water Reed
selatan, Penelitian ini mengambil
Biosystematic
seluruh
total
Filipina yaitu An.Parangensis tapi
sebagai
sampel
menggigit
penelitian
oleh
keempat jenis anopheles ini dan
METODOLOGI PENELITIAN Jenis
dilakukan
Tua,
populasi
nyamuk
penelitian
umpan.
Data
Sulawesi
Unit
Tengah,
tapi
dari
yang
jenis ini sudah sering ditemukan
yang
didaerah
Indonesia
terutama
diperoleh disajikan dalam statistik
didaerah Sulawesi utara. Nyamuk
deskriptif dalam bentuk grafik dan
anopheles
kemudian dianalisis dengan analisis
menggigit selama tahun 2011
korelasi
dengan
adalah
aplikasi
Barbirostris dengan jumlah 2909
Pearson
menggunakan
Program
statistik SPSS
yang
paling
jenis
aktif
anopheles
gigitan, nyamuk anopheles yang paling aktif menggigit berikutnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah
anopheles parangensis
1. Karakteristik Nyamuk Anopheles
dengan
jumlah
Nyamuk yang melakukan aktivitas
menggigit
gigitan,
di
gigitan
berikutnya
menggigit
648
aktivitas
terbanyak
yaitu
Ranoketang Tua selama tahun
anopheles flavirostris berjumlah
2011 adalah An.Barbitrosis, An.
446 jumlah gigitan dan anopheles
Flavirostris, An. Aparangensis
yang paling sedikit menggigit
dan An.Tessallatus.
keempat
yaitu anopheles Tessellatus yang
jenis
biasanya
jumlah
anopheles
ini
ditemukan diindonesia, penelitian
ditemukan
selama tahun 2011.
3
1
gigitan
Waktu mengigit nyamuk anopheles
juga
Philippinensis dan An.Annularis
bervariasi,
(Ompusunggu S dkk,1994), tapi
menurut penelitian dari Santoso
didesa Ranoketang Tua tidak
pada
desa
ditemukan salah satu dari asosiasi
bahwa
nyamuk anopheles barbirostris
tahun
Purwodadi
2012
di
ditemukan
biasanya
nyamuk
didaerah
purwodado
ini.
aktifitas
An.Flavirostris
adalah
menggigitnya dilakukan paling
anopheles yang biasanya berada
banyak pada pukul 23.00 sampai
di kaki gunung, juga dijawa bisa
24.00 sedangkan pada penelitian
ditemukan di daerah hutan atau
ini
didesa
juga di kolam (Andi,2012), desa
Ranoketang Tua paling tinggi
ranoketang adalah salah satu desa
terjadi pada pukul 24.00 sampai
yang
01.00 sedangkan pada pukul
Soputan dan kawasannya berada
23.00 sampai 24.00 juga banyak
dikawasan hutan dan memiliki
tapi tidak sebanyak yang pukul
kolam dengan keadaan seperti ini
24.00 sampai 01.00.
membuat desa ranoketang tua
yang
dilakukan
Anopheles adalah
berada
dikaki
gunung
Barbirostris
menjadi tempat yang strategis
yang
untuk menjadi tempat habitat dari
vektor
penyebarannya berada dilokasi
nyauk Anopheles Flavirostris
pedalaman, dan biasanya larvanya
2. Aktivitas menggigit dengan suhu
berada dikolam kecil rawa dan sawah
(hoedojo,
zulhasril,2001),
Hasil
1989;
menemukan
penelitian bahwa
ini
aktivitas
Ranoketang
menggigit nyamuk paling sering
adalah wilayah yang akan masuk
dan tinggi terjadi pada bulan
kedalam dan didesa ini terdapat
Januari dan Februari tahun 2011
kolam
sehingga
dan keadaan suhu pada bulan
menjadi tempat yang ideal untuk
Januari sampai Februari tahun
habitat hidup dari barbirostris.
2011 berkisar dari suhu 11
anopheles
ini
sampai dengan 400c, hal ini
biasanya berasosiasi dengan An.
berbeda dengan penelitian yang
Aitkenii,
dilakukan oleh Shinta dkk (2012)
dan
sawah
barbirostris
An.sinensis,
An.
4
0
c
di Purworejo Jawa Tengah yang
peningkatan suhu global sebesar 3
menemukan
0C akan meningkatkan penyakit
sering
suhu yang paling
nyamuk
melakukan
malaria 50-80 juta per tahun.
aktivitas menggigit adalah pada
Berdasarkan uji korelasi Pearson
suhu 28-330 c. Menurut
menunjukan
(1994)
dan
mengatakan
Ault
Clive
(2002)
bahwa
suhu
semua
aktivitas
nyamuk
spesies
Anopheles
memiliki
menggigit nyamuk
merupakan salah satu faktor yang
hubungan dengan suhu, perubahan
penting meningkatnya kepadatan
suhu akan mempengaruhi aktivitas
nyamuk dan aktivitas menggigit
menggigit
nyamuk dan makin tinggi sebuah
sehingga
suhu dalam suatu wilayah akan
meningkatnya kasus malariapun
meningkatkan
akan meningkat.
kebiasaan
menggigit dari nyamuk, semua
aktivitas Anopheles
ini
sehingga
menggigit
nyamuk
pun
paling
Pada
Juni
2011
peningkatan
sering
suhu
terjadi
suhu
maka
270c
sebanyak
132
suhu 230c dengan jumlah 108
jumlah
gigitan, makin tinggi suhu udara makin rendah aktivitas menggigit
malaria,
dari
nyamuk
barbirostris. Penelitian yang
dalam data grafik terlihat makin tinggi
tabel
gigitan dan yang kedua pada
sangat berperan penting terhadap kasus
lampiran
paling banyak dilakukan pada
gigitan nyamuk. Pengaruh suhu
meningkatnya
An.
aktivitas dari An. Barbirostris
peningkatan suhu tapi tidak diikuti dengan
Menggigit
hasil penelitian terlihat bahwa
terjadi pada bulan-bulan ini. Pada bulan
resiko
Barbirostris dengan Suhu
karena suhu paling tinggi berada bulan
Anopheles
kemungkinan
a. Aktivitas
terbukti dengan penelitian ini
dikedua
nyamuk
dilakukan oleh Lesly L (2014)
akan
menemukan bahwa aktivitas
meningkatkan aktivitas menggigit
menggigit nyamuk barbirostris
nyamuk, sebuah model matemtis
di
yang dikemukakan oleh Martens
kota
ambon
berada
disekitaran suhu 270c sampai
tahun 1997 menunjukan bahwa
320,
5
ini
berbeda
dengan
penelitian ini yang suhunya
suhu minimal adalah 0,034
berada pada suhu 230c sampai
yang berarti ada korelasi antara
270c hal ini berbeda karena
variasi suhu minimal dengan
karakteristik letak dari kota
aktivitas menggigit nyamuk
ambon berada persis didaerah
An.
pantai sedangkan Ranoketang
korelasinya
Tua berada dipegunungan.
Penyebaran
Uji
Flavirostris
tapi
sangat
lemah.
nyamuk
ini
pearson
sepanjang tahun terlihat merata
hubungan
tapi pada bulan juni terjadi
antara An. Barbirostris dengan
peningkatan yang lebih tinggi
suhu maksimal adalah -0,120
dibandingkan dengan bulan
itu berarti terdapat korelasi
yang lain. Menurut Handi
antara variasi suhu dengan
Hasbi biasanya nyamuk jenis
aktivitas menggigit nyamuk
ini paling sering melakukan
An.
aktivitias
memperlihatkan
Barbirostris
tapi
menggigit
korelasinya lemah dan suhu
bulan
minimal adalah -0,186 yang
November
berarti ada korelasi antara
Biasanya di keempat bulan
variasi suhu minimal dengan
tersebut terjadi peningkatan
aktivitas menggigit nyamuk
curah
An. Barbirostris
sehingga terjadi peningkatan
b. Aktivitas
Menggigit
An.
memperlihatkan
dan
hujan
Oktober, Desember.
yang
tinggi
aktivitias menggigit nyamuk
Flavirostris dengan Suhu Uji
September,
pada
atau meningkatnya kepadatan
pearson
dari nyamuk Anopheles ini
hubungan
c. Aktivitas
Menggigit
antara An. Flavirostris dengan
Tessellatus dengan Suhu
suhu maksimal adalah 0,095
Uji
An.
Pearson
itu berarti terdapat korelasi
memperlihatkan
antara variasi suhu dengan
antara An.Tessellatus dengan
aktivitas menggigit nyamuk
suhu maksimal adalah -0,046
An.
tapi
itu berarti terdapat korelasi
korelasinya sangat lemah dan
antara variasi suhu dengan
Flavirostris
6
hubungan
aktivitas menggigit nyamuk
seperti ini biasanya ditemukan
An.Tessellatus tapi korelasinya
didaerah-daerah
sangat
Selama
lemah
dan
suhu
pegunungan.
tahun
2011
rata-rata
minimal adalah -0,037 yang
kelembaban adalah 82,08%, rata-
berarti ada korelasi antara
rata kelembaban untuk daerah di
variasi suhu minimal dengan
Indonesia berada di 80% . Pada
aktivitas menggigit nyamuk
penelitian yang juga dilakukan
An.Tessellatus tapi korelasinya
oleh Nianastiti Modeong (2012)
sangat lemah
yang dilakukan di Kecamatan
d. Aktivitas
Menggigit
An.
Kotabunan Kabupaten Bolaang
Parangensis dengan Suhu Uji memperlihatkan
Mongondow
Pearson
bahwa
hubungan
Timur
ditemukan
kelembaban diatas atau
sama dengan 60% lebih tinggi
antara An. Parangensis dengan
tingkat
suhu maksimal adalah -0,206
dibandingkan
itu berarti terdapat korelasi
60%
antara variasi suhu dengan
kelembaban yang ada di desa
aktivitas menggigit nyamuk
Ranoketang Tua selama tahun
An.
2011
Parangensis
tapi
aktivitas dengan
nyamuk dibawah
kelembabannya
diatas
60%,
dan
hal
ini
korelasinya lemah dan suhu
menciptkan lingkungan yang baik
minimal adalah -0,185 yang
bagi nyamuk untuk melakukan
berarti ada korelasi antara
aktivitasnya.
variasi suhu minimal dengan
kelembaban yang rendah bisa
aktivitas menggigit nyamuk
memperpendek
An.
sehingga
Parangensis
tapi
korelasinya lemah 3. Aktivitas menggigit
Menurut
bisa
umur lebih
Depkes
nyamuk cepat
mengurangi populasi kepadatan dengan
nyamuk yang ada. Melihat hasil
kelembaban
analisis yang ada kelembaban
Kelembaban paling tinggi
tidak
terlalu
mempengaruhi
ditemukan pada bulan November
aktivitas menggigit dibandingkan
dengan tingkat kelembaban 100%,
dengan suhu, berbeda dengan
jika tingkat kelembaban tinggi
penelitian yang dilakukan di Raja
7
Basa
Lampung Selatan dan
Kelembaban tapi hubungannya
Padang pada tahun 2008 sampai
lemah
2009 yang dilakukan oleh Suwito
Saran
yang memperlihatkan pengaruh kelembaban yang hasil analisis
1.
Aktivitas
menggigit
nyamuk
korelasinya sangat kuat.
anopheles paling tinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret, maka sebaiknya masyarakat Ranoketang
Kesimpulan nyamuk
Tua dan pihak Puskesmas melakukan
Anopheles di Ranoketang Tua
antisipasi dini untuk pencegahan
paling tinggi berada di bulan
terjadinya
Februari dan Maret tahun 2011
melakukan pencegahan sejak bulan
1. Aktivitas
menggigit
gigitan
Februari
2. Spesies nyamuk yang ada di
nyamuk
dengan
dan
melakukan
adalah An.
pemberantasan sarang nyamuk dan
Barbitrosis, An. Flavirostris, An.
pencegehan dengan menggunakan
parangensis dan An.Tessallatus
kelambu dan tindakan pencegahan
Ranoketang Tua
lainnya
3. Suhu maksimal di Ranoketang Tua selama tahun 2011 adalah
2. Bagi pemerintah yang dalam hal ini
0
40 c dan suhu minumum adalah
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
0
20 c serta kelembaban maksimum adalah
100%
dan
Minahasa Selatan sebaiknya dalam
minimum
penyusunan
adalah 67%
spesies
nyamuk nyamuk
bionomik nyamuk ini agar program
keempat yang
pencegahannya bisa tepat sasaran
ada Anonimous, 1999, Pedoman Pemberantasan Vektor, Sub Direktorat P2 Malaria Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen PP dan PL Depkes RI, Depkes RI, Jakarta.
diranoketang dengan variasi suhu tapi hubungannya lemah 5. Ada hubungan antara variasi menggigit
pencegahan
malaria dapat memperhatikan pola
4. Ada hubungan antara variasi menggigit
program
nyamuk
keempat
spesies nyamuk yang ada di Ranoketang Tua dengan variasi
Anonimous, 2003, Dasar-Dasar Entomologi dan Epidemiologi
8
Malaria, Ditjen PPM dan PL Depkes RI,Depkes RI Jakarta.
Beaty, B.J., and W.C Marquardt, 1996, The Biology Of Desease Vectors, Published by University Press Of Colorado.
Anonimous, 2004, Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, Ditjen PPM dan PL Depkes RI, Depkes, Jakarta.
Chin,
J., 2000, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, penerbit Infomedika, Jakarta.
Anonimous, 2007, Vektor Malaria di Indonesia, Ditjen PP dan PL Depkes RI, Depkes RI, Jakarta.
Clive S, 2002, Integreted Approach to Malaria ControlClin.Microbiol, Washington DC
Anonimous, 2009, Lembar Fakta Malaria, Unite for Children, www.unicef.org/ indonesia, UNICEF
Gandahusada, S. 2006. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FK UI, Jakarta. Hadi,
Anonimous,
2010, Laporan Riskesdas, Litbang Depkes, Depkes RI Jakarta.
Idung, R,2005, Penyusunan Model Spasial Prediksi Lingkungan sebaran Malaria, IPB, Bandung
Anonimous, 2010, Profil Kesehatan Indonesia 2009, Depkes RI, Jakarta. Anonimous, 2010, Profil Kesehatan Dinkes SULUT, Dinkes Sulut, Jakarta.
Jastal,
2007, Bionomik Nyamuk Anopheles Sp pada daerah perkembunan coklat didesa Malino kecamatan Marawola Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, Jurnal Vektor Penyakit,Litbangkes, Jakarta
Lesly
L, 2014, Karakterstik lingkunga dan densitas Larva Anopheles spp terhadap kejadian malaria di wilayah puskesmas CH M Tiahahu kota Ambon, UNHAS, Makassar
Anonimous, 2013, Buletin Malaria, Depkes RI, Jakarta Anonimous, 2014, Malaria, http://www.who.int/topics/m alaria/en/, diakses pada tanggal 21 Januari 2014, WHO. Ault
UK, Koesharto FX,2006, Hama permukiman Indonesia, Biologi dan pengendalian, ITB, Bogor
SK, 1994, Evironmental Manageent: a re-emerging vector control strategy. american journal of tropical medi ine and hygine, Philadephia
Nianastiti M, 2012, Deskripisi Lingkungan Fisik daerah Endemi Malaria didesa
9
Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaangmongondow Timur Tahun 2012, Universitas Gorontalo, Gorontalo
Pengendalian Hama Pemukiman FKH-IPB. Warrell, D.A., dan H.M Gilles., 2002, Essential Malariology Fourth Edition, London, New York, New Delhi, Arnold.
O’Oconnor, C.T., dan A Soepanto., 1999, Kunci Bergambar Jentik Anopheles di Indonesia, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Depkes RI, Jakarta. Reid,
J.A., 1968, Anopheline Mosquito of Malaya and Borneo, Studies Institute For Medical Research Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
Santoso, 2013, Keragaman Anopheles di desa Sungai Tuhu dan desa Purwodadi Oku Timur tahun 2012, Litbang, Jakarta Suwito, 2010, Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria, J Entomo, Bogor Shinta, Sukowati, Arditya Pradana, Marjianto Marjianto dan Putu Marjana., 2013, Beberapa aspek perilaku Anopheles Maculatus Theobald di Pituruh, Kabupaten Purworejo Jawa tengah, Bul.penelitian Kesehatan Litbangkes,Jakarta Sigit, S.H. dan U.K Hadi., 2006, Hama Pemukiman Indonesia : Pengenalan, Biologi dan Pengendalian, Bogor, Penerbit Unit Kajian
10