ABSTRAK “Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka Pasien Post Operasi Laparatomi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar” 1
Imelda Andreas Palinggi1 , A. Arniyanti 2 , Suarni1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehaan (STIK) Makasar, Indonesia 1 Akademi Keperawatan (AKPER) Makassar, Indonesia
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen sampai membuka selaput perut. Proses penyembuhan luka ini memerlukan protein sebagai dasar untuk terjadinya jaringan kolagen, sedangkan komponen penting dari protein ialah albumin. Data dari Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar didapatkan bahwa jumlah pasien yang dilakukan operasi laparatomi tahun 2013 sebanyak 424 orang, dan tahun 2014 sebanyak 475 orang dengan rata-rata lama hari rawat sebanyak 7 hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan “cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan metodetotal samplingdengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Data di uji dengan uji statistik Fisher Exact Test dengan tingkat signifikan α< 0,05 untuk menentukan hubungan antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian didapatkan kadar albumin pasien post operasi laparatomi sebagian besar normal (87,9%), penyembuhan luka operasi pasien post operasi laparatomi sebagian besar sembuh (90,9%), ada hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar(p=0,001). Kesimpulan ada hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. Untuk mempercepat proses penyembuhan luka, diharapkan kepada perawat untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya gizi bagi penyembuhan luka pasien. Kata Kunci : kadar albumin, penyembuhan luka, post operasi laparatomi. kepada pasien-pasien yang telah Pendahuluan Laparatomi adalah suatu potongan menjalani operasi pembedahan perut. pada dinding abdomen sampai Tujuan perawatan post laparatomi membuka selaput perut. Perawatan antara lain: Mengurangi komplikasi post laparatomi adalah bentuk akibat pembedahan, mempercepat pelayanan perawatan yang diberikan penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang, hal inilah yang membuat pasien dengan pasca bedah memerlukan perawatan yang maksimal (Syamsuhidayat, 2009). Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke11 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se- Indonesia dengan persentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (Fahmi, 2012). Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati et al., 2010). Keadaan lelah yang ditimbulkan oleh pasien setelah mengalami pembedahan adalah keluhan utama yang sering terjadi pada pasienpost operasi. Lemasnya tubuh, hilangnya kekuatan otot pada pasien, mual muntah, status gizi yang turun dan lamanya rawat inap post operasi juga merupakan dampak dari pembedahan abdomen (Jensen et al., 2011 dikutip dalam Fitriyana, 2012). Penyembuhan luka melalui suatu tahapan tertentu untuk mencapai kondisi seperti sebelum terjadinya luka. Proses penyembuhan luka ini memerlukan protein sebagai dasar untuk terjadinya jaringan kolagen, sedangkan komponen penting dari protein ialah albumin (Agung & Hendro, 2015).
Malnutrisi merupakan suatu masalah yang umum terjadi pada pasien di rumah sakit, termasuk pasien bedah.Prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap di rumah sakit telah teridentifikasi dalam banyak studi.Pada sebuah rumah sakit di Inggris ditemukan malnutrisi sebesar 40%. Studi-studi yang lain menunjukkan prevalensi malnutrisi di rumah sakit berkisar 40% sampai59%. Di Indonesia prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap pada hari pertama adalah 16%.Pada hari perawatan ke-7 persentase pasien yang mengalami gizi kurang dan buruk naik menjadi 20% (Said dkk, 2013). Malnutrisi berhubungan dengan menurunnya fungsi otot, fungsi respirasi, fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada proses penyembuhan luka (Bruun, dkk, 2004). Hal ini menyebabkan meningkatnya lama rawat inap, meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien, dan tingginya kejadian atau risiko terjadinya komplikasi selama di rumah sakit (Said, dkk, 2013). Secara fisiologis pada pasien post operasi terjadi peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal. Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Said dkk, 2013).
Albumin yang merupakan salah satu protein darah merupakan bagian terbesar dari protein darah.Serum albumin merupakan salah satu tanda penting yang dapat digunakan untuk mendeteksi status nutrisi penderita (Fitriyana, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Agung & Hendro (2015) yang meneliti pengaruh kadar albumin serumterhadap lamanya penyembuhan luka operasimenemukan bahwa kejadian kadar protein yang rendah (hipoalbumin) masih dapat kita temukan pada pasien-pasien yang masuk RS Dr Sardjito dan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kadar albumin serum terhadap lamanya penyembuhan luka. Penelitian yang dilakukan oleh Paocharoen (2003) menemukan bahwa serum albumin kurang dari 3,0 gr/dL berhubungan dengan komplikasi septik post operasi dengan besar faktor resiko 8 kali terjadinya komplikasi septik post operasi pada pasien dengan serum albumin kurang. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Meilany (2012) yang meneliti pengaruh malnutrisi dan faktor lainnya terhadap kejadian wound dehiscence (kegagalan mekanik penyembuhan luka insisi) pada pembedahan abdominal anak pada periode perioperatif menemukan bahwa status gizi buruk, hipoalbumin, dan sepsis berperan hampir seratus persen
terhadap kejadian dehiscence pada anak. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Tk II PelamoniaMakassar didapatkan bahwa jumlah pasien yang dilakukan operasi laparatomi tahun 2013 sebanyak 424 orang, dan tahun 2014 sebanyak 475 orang dengan ratarata lama hari rawat sebanyak 7 hari. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah pasien yang dilakukan tindakan laparatomi (Rekam Medik Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar, 2015). Hal inilah yang mendasari sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang “hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar” Bahan dan Metode Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey analitik dengan menggunakan rancangan “cross sectional study“ untuk melihat hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat InapRumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. Subjek penelitian dan pengukuran status karakter atau variabel subjek diukur pada satu saat dalam suatu sampel populasi yang representatif.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Lokasi yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian adalah di
Ruang Rawat InapRumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 7 April – 18 April 2015.
Instrumen penelitian adalah suatu Populasi dan Sampel 1. Populasi alat yang digunakan oleh peneliti Populasi pada penelitian ini adalah untuk mengobservasi, mengukur atau semua pasien Post Operasi Laparatomi menilai suatu fenomena.Instrumen di Ruang Rawat InapRumah Sakit Tk yang digunakan dalam penelitian ini II Pelamonia Makassartahun dengan adalah observasi langsung.Observasi rata-rata pada bulan Januari dan adalah metode pengumpulan data Februari 2015 sebanyak 72 orang. melalui pengamatan langsung atau 2. Sampel peninjauan secara cermat dan langsung Pada penelitian ini pengambilan di lapangan atau lokasi penelitian.Pada sampel dilakukan dengan caratotal penelitian ini, hal yang diobservasi sampling yakni mengambil pasien oleh peneliti yaitu umur, jenis kelamin, yang dilakukan operasi laparatomi saat kadar albumin, dan proses penelitian dilakukan. penyembuhan luka pasien post operasi laparatomi. Instrumen Penelitian Hasil Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan “cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode totalsampling dengan jumlah sampel sebanyak 33orang. 1. Karakteristik Demografi a. Umur Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Umur n % Balita (1-5 Tahun) 2 6,1 Anak-Anak (6-11 Tahun) 1 3,0 Remaja (12-25 Tahun) 8 24,2 Dewasa (26-45 Tahun) 13 39,4 Pra Lansia (45-55 Tahun) 5 15,2 Lansia (> 55 Tahun) 4 12,1 Jumlah 33 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 1 tentangumur pasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwaresponden terbanyak berumur dewasa yakni sebanyak 13 orang (39,4%), dan remaja sebanyak 8 orang (24,2%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Jenis Kelamin N % Laki-Laki 18 54,5 Perempuan 15 45,5 Jumlah 33 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 2 tentang jenis kelamin pasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 18 orang (54,5%). c. Pendidikan Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Pendidikan N % Belum Sekolah 2 6,1 SD 3 9,1 SMP 2 6,1 SMA 12 36,4 Perguruan Tinggi 14 42,4 Jumlah 33 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 3 tentangpendidikanpasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa responden terbanyak pendidikannya perguruan tinggi yakni sebanyak 14 orang (42,4%). 2. Analisis Univariat a. Kadar Albumin Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Albumin Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Kadar Albumin N % Tidak Normal 4 12,1 Normal 29 87,9 Jumlah 33 100,0 Sumber : Data Primer
Tabel 4tentang kadar albumin pasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa sebagian besar responden kadar albuminnya normal yakni sebanyak 29 orang (87,9%). b. Penyembuhan Luka Operasi Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka Operasi Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Penyembuhan Luka N % Tidak Sembuh 3 9,1 Sembuh 30 90,9 Jumlah 33 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 5tentang penyembuhan luka operasi pasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa sebagian besar responden sembuh yakni sebanyak 30 orang (90,9%). 3. Analisa bivariat Tabel 6 Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2015 Penyembuhan Luka Operasi Jumlah Tidak Sembuh Sembuh nilai p n % n % n % Tidak Normal 3 75,0 1 25,0 4 100,0 Normal 0 0,0 29 100,0 29 100,0 0,001 Jumlah 3 9,1 30 90,9 33 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 4 responden yang kadar albuminnya abnormal sebagian besar lukanya tidak sembuh sebanyak 3 orang(75,0%) sedangkan dari 29 responden yang kadar albuminnya normal semua lukanya sembuh sebanyak 29 orang (100,0%). Berdasarkan uji Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0,001, hal ini berarti nilai p <α(0,05). Hal ini berarti ada hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. II Pelamonia Makassar menunjukkan Pembahasan 1. Kadar Albumin bahwa sebagian besar responden kadar Hasil penelitiantentang kadar albuminnya normal yakni sebanyak 29 albumin pasien post operasi laparatomi orang (87,9%). Hal ini disebabkan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk karena pada umumnya sebelum Kadar Albumin
dilakukan tindakan operasi dilakukan upaya optimalisasi terhadap kadar albumin terlebih dahulu dengan pemberian albumin apabila kadar albuminnya rendah. Menurut Said dkk (2013) malnutrisi merupakan suatu masalah yang umum terjadi pada pasien di rumah sakit, termasuk pasien bedah. Prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap di rumah sakit telah teridentifikasi dalam banyak studi.Pada sebuah rumah sakit di Inggris ditemukan malnutrisi sebesar 40%. Studi-studi yang lain menunjukkan prevalensi malnutrisi di rumah sakit berkisar 40% sampai 59%. Albumin yang merupakan salah satu protein darah merupakan bagian terbesar dari protein darah.Serum albumin merupakan salah satu tanda penting yang dapat digunakan untuk mendeteksi status nutrisi penderita (Fitriyana, 2012). Albumin merupakan protein utama pada manusia, meliputi 2/3protein total dengan berat molekul 65.000 dalton. Rendahnya kadar albumindalam serum darah disebabkan karena gangguan sintesa (malnutrisi,disfungsi hepar) atau kehilangan (asites, protein hilang karena nefropati atauenteropati) sehingga menyebabkan gangguan yang serius pada tekananonkotik intravaskuler, kehilangan albumin dapat bermanifestasi edema(Roche et al., 2008). Penurunan konsentrasi albumin serum dapat terjadi melalui dua cara:albumin hilang dari tubuh dalam jumlah besar seperti perdarahan, eksudasikulit yang berat, atau terjadi
penurunan produksi albumin (hepaticinsufficiensy, malnutrisi). Penyebab lain rendahnya albumin termasukhypoadrenocorticism dan hyperglobulinemia (karena multiple myeloma).Hypoalbuminemia yang bermakna dapat disebabkan oleh tiga penyebabutama yaitu :hepatic insufficiensy, real loss (protein-losing nephropaty),dan gastrointestinal loss (protein-losing enteropathy). Rentang nilai rujukanbervariasi, albumin serum kurang dari 2,5 mg/dl disebut abnormal, dankonsentrasi kurang dari 1,5 mg.dl dapat menyebabkan tanda klinis yangbermakna seperti pembentukan asites dan edema (Bangun, 2008). Kadar albumin yang rendah sebagai perkiraan penyebab malnutrisidan juga berhubungan dengan peningkatan komplikasi serta kematian postoperasi.Peran dari albumin pre operasi adalah sebagai prediksi darioutcome klinis pada pasien dengan pembedahan Gastrointestinal (GI) (Linet al., 2011 dalam Fitriyana, 2012).Setiap pasien sebelum operasi menjalani pemeriksaan kadaralbumin pre operasi. Serum albumin yang kurang dari 3,5 g/dL diakuipasien tersebut hipoalbuminemia (Lohsiriwat V et al., 2008 dalam Fitriyana, 2012). Pengukuranserum albumin preoperatif dan level albumin digunakan untuk analisisdata keadaan pasien. Serum albumin diambil pada hari terdekat operasiatau satu minggu sebelum operasi (Lin et al., 2011 dalam Fitriyana, 2012).
2. Penyembuhan Luka Operasi Hasil penelitiantentang penyembuhan luka operasi pasien post operasi laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar menunjukkan bahwa sebagian besar responden sembuh yakni sebanyak 30 orang (90,9%). Menurut Agung & Hendro (2015) penyembuhan luka melalui suatu tahapan tertentu untuk mencapai kondisi seperti sebelum terjadinya luka. Proses penyembuhan luka ini memerlukan protein sebagai dasar untuk terjadinya jaringan kolagen, sedangkan komponen penting dari protein ialah albumin. Luka dan penyembuhan luka berlangsung di semua jaringan dan organ tubuh. Banyak proses perbaikan yang umum untuk semua jaringan. Meskipun proses penyembuhan terus menerus, proses penyembuhan dibagi menjadi fase yang berbeda dalam rangka untuk membantu pemahaman tentang proses fisiologis yang terjadi pada luka dan sekitarnya. Penyembuhan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan interaksi terkoordinasi antara beragam imunologi dan sistem biologi. Bagian yang terpisah dari luka mungkin pada berbagai tahap penyembuhan pada satu waktu. Waktu dan interaksi antara komponen mengambil bagian dalam proses penyembuhan luka berbeda untuk luka akut dan kronis, meskipun fase utama akan tetap sama. Berbagai proses perbaikan jaringan akut, yang dipicu oleh cedera jaringan, dapat disatukan ke dalam urutan empat fase tergantung waktu: (1) koagulasi dan
hemostasis, dimulai segera setelah cedera; (2) peradangan, yang dimulai segera sesudahnya; (3) proliferasi, yang dimulai dalam beberapa hari dari cedera dan meliputi proses penyembuhan utama; dan (4) remodeling luka, di mana pembentukan jaringan parut terjadi, dan yang dapat berlangsung sampai satu tahun atau lebih (Velnar T, Bailey T and Smrkolj V, 2009). Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulen, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan, bengkak disekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih (Potter & Perry, 2006). 3. Hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi Berdasarkan uji alternative Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0,001, hal ini berarti nilai p <α(0,05). Hal ini berarti ada hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar dimana pasien yang kadar albuminnya tidak normal lebih berisiko lukanya tidak sembuh dibandingkan dengan pasien yang kadar albuminnya normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung & Hendro (2015) yang meneliti pengaruh kadar albumin serumterhadap lamanya penyembuhan luka operasimenemukan bahwa
kejadian kadar protein yang rendah (hipoalbumin) masih dapat kita temukan pada pasien-pasien yang masuk RS Dr Sardjito dan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kadar albumin serum terhadap lamanya penyembuhan luka. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Paocharoen (2003) menemukan bahwa serum albumin kurang dari 3,0 gr/dL berhubungan dengan komplikasi septik post operasi dengan besar faktor resiko 8 kali terjadinya komplikasi septik post operasi pada pasien dengan serum albumin kurang. Secara fisiologis pada pasien post operasi terjadi peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal. Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Said dkk, 2013). Kadar albumin menunjukkan kadar protein dalam tubuh. Albuminmembentuk lebih dari 50% total protein dalam darah dan berpengaruhterhadap sistem kardiovaskuler, karena albumin membantumempertahankan tekanan osmotik. Perlu diingat bahwa produksi albuminberkaitan dengan metabolisme di hati dan suplai asam amino yangadekuat (Said, dkk, 2013). Albumin mempunyai peranan yang cukup besar dalam perawatan pasien termasuk pasien post operasi
laparatomi dimana bahwa cakupan nutrisi dan albumin jauh lebih luas dibandingkan dengan terapi farmakologis atau terapi dengan obat yang hanya terbatas pada proses defenisi dan imunitas, sebagian dalam proses enzimatik, lagi pula terapi farmakologis hanya efektif bila nutrisi tercukupi, karena proses defense dan enzimatik sangat tergantung pada asupan (intake). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamuji (2003 dikutip dalam Agung & Hendro, 2015) bahwa proses penyembuhan luka akan berlangsung lebih cepat pada pasien yang mempunyai kadar albumin yang tinggi dibanding dengan pasien dengan kadar albumin serum yang rendah. Dimana status nutrisi ditentukan oleh tingkat konsumsi, baik kualitas maupun kuantitas. Kualitas berarti adanya semua zat nutrisi yang diperlukan dalam tubuh pada makanan dan ada dalam keadaan seimbang, sedangkan kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat nutrisi terhadap tubuh. Kalau susunan makanan memenuhi kebutuhan baik dari kualitas maupun dari kuantitas maka tubuh akan memperoleh kondisi kesehatan yang sebaik-baiknya yang pada akhirnya akan menghasilkan status nutrisi yang baik pula Pada penelitian ini ditemukan 1 orang responden (25,0%) yang kadar albuminnnya abnormal tetapi lukanya sembuh. Hal ini disebabkan karena penyembuhan luka disebabkan oleh berbagai faktor dan bukan hanya disebabkan oleh kadar albumin. Salah satu faktornya meliputi faktor intrinsik
Faktor intrinsik meliputi faktorfaktor patofisiologi umum (misalnya, gangguan kardiovaskuler, malnutrisi, gangguan metabolik dan endokrin, penurunan daya tahan terhadap infeksi) dan faktor fisiologi normal yang berkaitan dengan usia dan kondisi lokal yang merugikan pada tempat luka (misalnya, eksudat yang berlebihan, dehidrasi, infeksi luka, trauma kambuhan, penurunan suhu luka, pasokan darah yang buruk, edema, hipoksia lokal, jaringan nekrotik, pengelupasan jaringan yang luas, produk metabolik yang berlebihan, dan benda asing). Nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan terlambatnya proses penyembuhan luka, penurunan daya tahan tubuh, peningkatanangka kejadian infeksi luka operasi, yangmenyebabkan masa rawat inap di
rumah sakit lebihlama dan meningkatkan angka morbiditas danmortalitas. Untuk mendukung terjadinya prosespenyembuhan luka yang optimal maka intakeprotein dalam diet pasien perlu mendapat perhatian. Defisiensi protein dapat dikategorikansebagai ringan bila kadar albumin 3,5 – 3,9 g/dl,sedang bila kadar albumin 2,5 – 3,5 g/dl dan beratjika kadar albumin kurang dari 2,5 g/dl.Perlunya pengetahuan untuk meningkatkan status gizimasyarakat, karena banyak penulis yang sudah melakukan penelitian tentang pengaruh gizi terhadap perkembangan dan pertumbuhan.Indikator status gizi yang paling baik adalahdengan mengukur kadar prealbumin dalam serumdarah, di samping itu dapat juga dinilai kadar albumin dalam serum darah (Agung & Hendro, 2015).
Simpulan 1. Kadar albumin Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassarsebagian besar normal yakni sebesar 29 orang (87,9%). 2. Penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassarsebagian besar sembuh yakni sebesar 30 orang (90,9%). 3. Berdasarkan Fisher Exact Test diperoleh nilai p = 0,001 hal ini berarti nilai p <α(0,05). Hal ini berarti ada hubungan kadar albumin dengan penyembuhan luka Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar. Saran 1. Untuk mempercepat proses penyembuhan luka, diharapkan kepada perawat untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya gizi bagi penyembuhan luka pasien. 2. Untuk meningkatkan kadar albumin pasien, dianjurkan untuk meningkatkan asupan protein seperti konsumsi ikan gabus dan putih telur. 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan dengan meneliti faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
DAFTAR PUSTAKA Agung & Hendro. 2015. Pengaruh Kadar Albumin Serum Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Operasi, DEXA MEDIA, No. 1, Vol. 18, Januari. Bangun, R, 2008. Hubungan Kadar Albumin Serum dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik dengan Diabetes.Medan: Bagian Ilmu Penyakit Syaraf FK USU/RSUP H.Adam Malik. Bruun LI, Bosaeus, Bergstad, Nyagaard. 2004. Prevalence of malnutrition inSurgical patients: evaluation of nutritional support and documentation.Clin Nutr;18(3):141-147. Dahlan,S.M 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta. Dealey, C. 2007. The care of wounds: a guide for nurses (3th ed.). Australia: Blackwell. Fahmi, F. 2012. Pengaruh terapi musik terhadap tingkat gangguan tidur pada pasien Pasca operasi laparatomi di Irna E (Pav.Ambun Pagi) dan Irna B (teratai) RS. Dr. M. Djamil Padang, Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Fitriyana M 2012. Hubungan antara kadaralbumin pre operasi
dengan tingkat kelelahan pada pasien post operasi bedahmayor di RSUD Banyumas, Mojokerto: Universitas Jendral Sudirman. Gitarja, W.S. 2008.Seri perawatan luka terpadu: Perawatan luka diabetes. Bogor: Wocare Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Jakarta: EGC. Meilany T.A, Alexandra, Arianto A, Bausat Q, 2012. Pengaruh malnutrisi dan faktor lainnya terhadap kejadian wound dehiscence (kegagalan mekanik penyembuhan luka insisi) pada pembedahan abdominal anak pada periode perioperatif, Sari Pediatri, Vol. 14, No. 2, Agustus; 110-116 Morisson, MJ. 2014. Manajemen Luka. Jakarta: EGC Paocharoen
V, Mingphreudhi S, Lertsithicha P, Euanoraset C. 2003. Preoperative Serum Albumin Level and Postoperative Septic Complications, Thai J Surg, Jan –Mar; 24:29-32 Pawenrusi Esse Puji, dkk. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar. Potter, P.A, dan Perry, A.G.2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta:EGC Roche, M., Rondeau, P., Singh, Ranjan, N., Tarnus, E., Bourdon, E. 2008.The Antioxidant Properties of Serum Albumin.doi:10.1016.04.05 7. Said S, Taslim N.A, Bahar B. 2013. Gizi dan Penyembuhan Luka, Makassar: Indonesia Academic Publishing. Schreml, R.M. Szeimies, L. Prantl, S. Karrer, M. Landthaler, P. Babilas. 2010. Oksigen dan penyembuhan luka akut dan kronis, The British Journal of Dermatology;163(2):257268 Smeltzer & Bare 2004.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 , Jakarta: EGC. Supariasa, dkk.2009.Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC
Supriyanta.2010. Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur Terhadap Perubahan Kadar Albumin Dalam Darah Pasien Bedah dengan Hipoalbumin di IRNA Bedah RSUP Rd kariadi Semarang.repository.ums.c o.id. Susetyowati., Ija, M., Makhmudi, A. 2010. Status Gizi Pasien Bedah Mayor Preoperasi berpengaruh terhadap Penyembuhan Luka dan Lama RawatInapPascaoperasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.Jurnal Gizi KlinikIndonesia.Vol.7, No. 1. Syamsuhidajat dan Wing De Jong. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC. Velnar T, Bailey T, Smrkolj V. 2009.The wound healing process: an overview of the cellular and molecular mechanisms, J Int Med Res. Sep-Oct;37(5):152842.