ANALISIS PENGARUH MOTIF KOGNITIF DAN MOTIF AFEKTIF TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN JADI (STUDI KASUS GERAI BLOOP JAKARTA)
ESA PARAHITA HAPSARI H24062118
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK Esa Parahita Hapsari. H24062118. Analisis Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif Terhadap Pengambilan Kaputusan Pembelian Produk Pakaian Jadi (Studi Kasus Gerai BLOOP Jakarta). Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma Globalisasi yang terjadi sekarang ini telah memperketat persaingan yang terjadi hampir di setiap industri, termasuk industri produk pakaian jadi. Salah satu ritel pakaian yang saat ini sedang berkembang di Indonesia dan ikut terkena dampak globalisasi adalah distribution outlet. Sebagai salah satu distribution outlet yang berdiri di Jakarta, Bloop harus melakukan kegiatan pemasaran dengan orientasi konsumen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari motif pembelian. Tapi masalahnya adalah berapa besar motif pembelian berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Dengan melihat permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi motif kognitif dan motif afektif konsumen yang mempengaruhi konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di gerai Bloop; (2) Menganalisis motif kognitif dan motif afektif yang berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap pembuatan keputusan pembelian produk yang dijual di gerai Bloop; (3) Menganalisis motif yang berpengaruh paling dominan terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di gerai Bloop. Tipe data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil kuesioner dan wawancara dengan store manager Bloop. Responden kuesioner ini adalah konsumen gerai Bloopyang melakukan kegiatan pembelanjaan saat penelitian sedang berlangsung. Data sekunder berasal dari literatur dan internet. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, regresi linear berganda, uji F, and uji t. Data diproses menggunakan Microsoft Excel, Minitab 14 dan SPSS 15.00 untuk Windows. Dalam analisis faktor, diketahui bahwa atribut motif kognitif yang memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian konsumen adalah kualitas bahan baku sedangkan atribut motif afektif yang memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian konsumen adalah kualitas yang terasa memuaskan. Dari analisis regresi linear berganda, diketahui bahwa keputusan pembelian konsumen pada gerai Bloop dapat dijelaskan oleh motif kognitif dan motif afektif sebesar 32,3 persen. Persamaan regresi berganda yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah Y = 1,232 + 0,517 X1 + 0,035 X2. Dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui bahwa motif kognitif berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian, terbukti dari koefisien regresi motif kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien regresi motif afektif. Hasil uji F diperoleh bahwa motif kognitif dan motif afektif secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Hasil dari uji t motif kognitif (X1) diperoleh hasil bahwa motif kognitif secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen gerai Bloop. Hasil dari uji t motif afektif (X2) diperoleh hasil bahwa motif afektif secara parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen gerai Bloop.
ANALISIS PENGARUH MOTIF KOGNITIF DAN MOTIF AFEKTIF TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN JADI (STUDI KASUS GERAI BLOOP JAKARTA)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
ESA PARAHITA HAPSARI H24062118
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Pakaian Jadi (Studi Kasus Gerai Bloop Jakarta)
Nama
: Esa Parahita Hapsari
NIM
: H24062118
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. MEc NIP. 195811221985031002
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc NIP. 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 10 September 1989, sebagai putri sulung dari 2 bersaudara, dari pasangan Dimas Supriyanto dan Cici A Ilyas. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD Mutiara 17 Agustus Bekasi, SLTPI Al-Azhar II Jakarta dan kemudian pindah ke SLTPN Cikarang Utara Bekasi, dan dilanjutkan ke SMUN 1 Cikarang Utara. Saat berada pada jenjang SMU, penulis mendapat penghargaan sebagai Juara III Abang None Bekasi 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tingkat kedua di IPB, penulis diterima di program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan minor Ilmu Konsumen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi mahasiswa. Pada tahun pertama, penulis bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB dan Music Agriculture Expression!! (MAX!!). Pada tahun kedua dan ketiga, penulis bergabung dalam Center of Management (COM@) yang merupakan himpunan profesi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Pada tahun kedua, penulis juga dipercaya menjadi Ketua Pelaksana seminar PROFIT (Professional in Management Insight) dan pada tahun ketiga, penulis dipercaya sebagai Direktur Public Relation COM@.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif terhadap Pengambilan Keputusan Produk Pakaian Jadi (Studi Kasus Gerai Bloop Jakarta)”. Penulis memilih judul yang berhubungan dengan motif pembelian karena penulis melihat makin banyaknya jumlah perusahaan sejenis yang menyebabkan terjadinya persaingan di antara perusahaan-perusahaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai motif pembelian konsumen untuk membantu perusahaan dalam menetapkan strategi untuk meningkatkan loyalitas konsumen, yang akhirnya dapat membantu perusahaan menjadi pemimpin pasar dari perusahaan-perusahaan saingannya. Atas terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan pendidikan moril selama proses penyusunan dan penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Jono M. Munandar dan Bapak Alim Setiawan sebagai dosen Penguji yang telah menyempatkan waktunya tidak hanya untuk
menguji
pengetahuan, tetapi juga memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulisan skripsi ini 3.
Kedua orangtua, Bapak Dimas Supriyanto dan Ibu Cici A Ilyas atas semua kerja keras dan pengorbanan dan selalu berusaha untuk memberi yang terbaik bagi anak-anaknya.
4.
Keluarga besar Bapak Marto Suwito dan H. Ilyas atas segala bentuk dukungan dan kepercayaan yang ditanamkan.
5.
Tasya, Loisa, Yuni, Tia, Uchan, Sita, Windha dan Laras yang mengajarkan arti tenggang rasa, tolong-menolong, dan toleransi dalam hidup bersama.
v
6.
Ega, Nene, Isti, Sofi, Rarisa, Riri, dan Delon yang mengajarkan berbagai hal yang dapat mempererat hubungan antara sahabat.
7.
Teman sepermainan Zyah, Arum, Ressa, Jafar, Bambang, Farid, Alvira, Riri, Ihat, dan Ima yang selalu ada untuk berbagi dalam suka dan duka penulis, serta mengajarkan arti setia dalam persahabatan.
8.
Hernindyo Pranowo Widhi yang selalu memberi dukungan, serta sebagai tempat berbagi berbagai pengalaman hidup.
9.
Adikku Dwina Elmira, yang telah mengajarkan arti kepemimpinan
10. Teman-teman seperjuangan Astry, Dian, Dewi, Erika, Ephal, Fery, Feby, Gama, Habib ayo teruskan perjuangan bersama walaupun skripsi sudah selesai 11. Fifi, Tiara, Jojo, Eyi, Ojan, Au, Vita, Emma, Mojo, Ateg, Ayam, Ilham, Kiki, Gilang, Bang Tono, Stevia, Putay, Puma, Afif, Rauf, Galih, Bryan, dan teman-teman Manajemen 43 lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan dan semua canda tawa yang ada selama tiga tahun terakhir. 12. Bu Ratih, Bu Wita, Pak Dedi, serta dosen-dosen Departemen Manajemen FEM IPB atas segala ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang telah diberikan 13. Teman-teman BEM KM IPB 2006-2007, MAX!!, COM@ 2007-2008, dan COM@ 2008-2009 yang sudah mengajarkan arti disiplin, tanggung jawab, dan memberi berbagai pengalaman yang tidak dapat ditemukan dalam perkuliahan. 14. Allah SWT, atas segala berkah dan rahmatNya. Segala ujian yang membuatku semakin kuat beserta segala anugrah yang membuatku harus selalu bersyukur. Penulis percaya bahwa segala yang dilakukan tidak akan lepas dari ketidaksempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Bogor, Juni 2010 Penulis vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP........................................................................................ iii KATA PENGANTAR.................................................................................... iv DAFTAR ISI................................................................................................... v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3 1.3 Tujuan ................................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5 2.1 Motif ................................................................................................... 5 2.1.1 Pengertian Motif ....................................................................... 5 2.1.2 Pendorong Motif....................................................................... 5 2.1.3 Peran Motif ............................................................................... 6 2.1.4 Klasifikasi Motif....................................................................... 7 2.2 Proses Keputusan Konsumen ............................................................ 12 2.3 Motif Langganan ............................................................................... 14 2.4 Retailing............................................................................................. 15 2.4.1 Pengertian Retailing.................................................................. 15 2.4.2 Macam-macam Retailer............................................................ 15 2.5 Pakaian............................................................................................... 19 2.6 Distribution Outlet............................................................................. 19 2.7 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 20 III. METODE PENELITIAN....................................................................... 22 3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 22 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 23 3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................ 23 3.4 Metode Pengambilan Sampel ............................................................ 24 3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 25 3.5.1 Variabel-variabel yang digunakan ............................................ 25 3.5.2 Uji Validitas.............................................................................. 27 3.5.3 Uji Reliabilitas .......................................................................... 27 3.5.4 Analisis Faktor.......................................................................... 29 3.5.5 Analisis Regresi Berganda........................................................ 29
vii
3.5.6 Uji Serempak ............................................................................ 31 3.5.7 Uji Parsial ................................................................................. 32 IV. PEMBAHASAN ...................................................................................... 34 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 34 4.2 Karakteristik Responden.................................................................... 35 4.2.1 Jenis Kelamin......................................................................... 36 4.2.2 Usia ........................................................................................ 36 4.2.3 Frekuensi Pembelian per Bulan ............................................. 36 4.2.4 Tingkat Pendidikan ................................................................ 37 4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan ............................................................. 38 4.2.6 Penerimaan per Bulan ............................................................ 38 4.2.7 Pengeluaran per Bulan ........................................................... 39 4.2.8 Pengeluaran per Bulan Untuk Membeli Produk Pakaian Jadi ......................................................................................... 39 4.3 Analisis Faktor................................................................................... 40 4.3.1 Analisis Faktor Motif Kognitif .............................................. 40 4.3.2 Analisis Faktor Motif Afektif ................................................ 42 4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................... 44 4.4.1 Uji Normalitas........................................................................ 44 4.4.2 Uji Multikolinearitas.............................................................. 44 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas........................................................... 45 4.4.4 Pembahasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........... 46 4.5 Uji Serempak ..................................................................................... 47 4.6 Uji Parsial .......................................................................................... 47 4.7 Pembahasan dan Implikasi Manajerial .............................................. 50 4.7.1 Pembahasan............................................................................ 50 4.7.2 Implikasi Manajerial .............................................................. 52 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 56 1. Kesimpulan ........................................................................................ 56 2. Saran ................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 58 LAMPIRAN.................................................................................................... 60
viii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Halaman A comprehensive classification of major motive influences .................. 8 Atribut dari pengaruh motif kognitif, motif afektif, dan keputusan pembelian ............................................................................. 26 Nilai validitas uji awal ............................................................................. 28 Hasil reliabilitas uji awal .......................................................................... 29 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ................................. 36 Karakteristik responden berdasarkan usia .............................................. 36 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian produk yang dijual di Bloop per bulan ..................................................... 37 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ........................ 37 Karakteristik responden berdasarkan klasifikasi pekerjaan...................... 38 Karakteristik responden berdasarkan penerimaan per bulan .................... 38 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan ................... 39 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan untuk membeli produk pakaian jadi ................................................................... 39 Nilai communalities motif kognitif........................................................... 42 Nilai communalities motif afektif ............................................................. 43 Uji multikoliearitas ................................................................................... 44 Hasil analisis regresi berganda motif kognitif dan motif afektif terhadap keputusan pembelian konsumen Gerai Bloop............................ 46
ix
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Pemecahan masalah mengenai lima langkah dalam pengambilan keputusan konsumen ....................................................... 14 2. Kerangka pemikiran ............................................................................... 22 3. Daerah keputusan menerima atau menolak hipotesis dalam uji F............ 32 4. Daerah keputusan menerima atau menolak hipotesis dalam uji t............. 33 5. Struktur organisasi Bloop ......................................................................... 35 6. Uji normalitas ........................................................................................... 44 7. Uji heteroskedastisitas .............................................................................. 45 8. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji F untuk motif kognitif dan motif afektif.......................................................................... 47 9. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji t motif kognitif .......... 48 10. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji t motif afektif .......... 48
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman Kuesioner .................................................................................................. 61 Uji validitas ............................................................................................. 65 Uji reliabilitas ........................................................................................... 68 Analisis faktor motif kognitif ................................................................... 69 Analisis faktor motif afektif...................................................................... 70 Hasil pengolahan data regresi linear berganda motif kognitif (X1), motif afektif (X2), keputusan pembelian (Y) ................................ 71
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pakaian (sandang) merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Paling tidak terdapat tiga fungsi utama pakaian yaitu untuk memelihara pemakainya dari sengatan panas, dingin, dan segala sesuatu yang dapat mengganggu jasmani, untuk menunjukan identitas sehingga pemakainya dapat terpelihara dari gangguan dan usilan, serta untuk menutupi tubuh dan menambah keindahan pemakainya1. Sebagai produk yang termasuk dalam produk mode, pakaian memiliki daur hidup yang cepat berubah sesuai dengan keadaan masyarakat yang dinamis. Adanya kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan seperti gaya hidup, sosial, politik dan budaya juga turut mempengaruhi munculnya mode. Penduduk yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa2 dengan perilaku yang mudah menyerap mode, menyebabkan Indonesia merupakan pasar potensial bagi produk mode. Didukung dengan membaiknya perekonomian Indonesia secara makro berupa pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen pada tahun 20093, Indonesia telah menciptakan peluang bagi pelaku usaha termasuk pelaku usaha pada industri mode. Salah satu indikasi hal tersebut adalah banyaknya jumlah pemain dalam bisnis mode yang mencapai 2.349 perusahaan besar untuk produk Indonesia saja4. Namun sayangnya, besarnya jumlah pemain dalam bisnis pakaian ini masih belum dapat membantu untuk meningkatkan nilai ekspor pakaian jadi Indonesia. Berdasarkan Departemen Perdagangan, pada tahun 2009 nilai ekspor pakaian jadi Indonesia menurun sebesar 7,83% jika dibandingkan dengan tahun 20085. Oleh karena itu harus dicari terobosan dan peluang untuk membangkitkan perekonomian nasional. Salah satu peluang yang 1
Abdilah, Sukron. 2010. Fungsi Pakaian Muslim. http:// sakola-sukron.blogspot.com/ [24 Januari 2010] Central Intellegence Agency. Country Comparison: Population. https://www.cia.gov/ [15 November 2009] 3 BPS. Pertumbuhan Ekonomi 2009 sebesar 4,5 Persen. http://www.bps.go.id [18 Mei 2010] 4 BPS. Jumlah Perusahaan Menurut Subsektor. http://www.bps.go.id [15 November 2009] 5 Departemen Perdagangan. Ekspor Komoditas Menurut Komoditi. http://depdag.go.id/ [9 Februari 2010] 2
2
dapat dikembangkan lebih lanjut adalah industri tekstil dengan komoditi pakaian jadi yang berorientasi ekspor. Skala usaha yang dipilih adalah usaha kecil yang dilengkapi dengan peralatan modern6. Salah satu jenis retail yang menjual pakaian jadi yang saat ini sedang berkembang di Indonesia adalah distribution outlet. Sebagai pemain paling baru dalam industri retail yang menjual produk pakaian jadi, distribution outlet menghadapi tantangan untuk bersaing dengan pemain lama yang memiliki modal lebih besar seperti department store, mall, atau butik, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Tantangan ini harus disikapi dengan profesional oleh distribution outlet, mengingat globalisasi yang terjadi saat ini menyebabkan jarak bukan lagi halangan bagi produsen dan konsumen untuk bertransaksi. Distribution outlet sebagai salah satu retail dalam negeri harus semakin kompetitif karena produk luar negeri dapat dengan mudahnya masuk ke pasar lokal. Apalagi bisnis mode baik dalam skala besar maupun kecil pada umumnya mengalami masalah yang sama yaitu cepatnya daur hidup produk. Globalisasi dan persaingan tersebut akhirnya memungkinkan terjadinya produk yang mencari konsumen, bukan konsumen yang mencari produk. Untuk itu, produsen harus mampu berorientasi pada konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan pemasaran yang merupakan salah satu kegiatan penting dari perusahaan. Orientasi terhadap konsumen ini harus dilakukan mengingat saat ini produsen produk pakaian jadi lokal tidak hanya bersaing dengan produk baru dari luar negeri, tetapi juga produk bekas pakai. Dalam melakukan kegiatan pemasaran, pengetahuan mengenai konsumen merupakan salah satu hal yang penting karena mempengaruhi strategi pemasaran yang akan diambil. Strategi ini akan berhasil saat produsen dapat memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta mampu memenuhinya dengan cara lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan para pesaingnya.
6
Bank Indonesia. 2009. Kelola Pembiayaan Usaha Konveksi Pakaian Jadi Syariah. http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Pengusaha.htm [09 Februari 2010]
3
Salah satu cara untuk merangkul konsumen agar menetapkan keputusan pembeliannya ke produk produsen adalah dengan mengetahui motif konsumen dalam membeli produk produsen. Dengan mengetahui motif tersebut, diharapkan produsen dapat mengembangkan motif utama yang paling mendasari konsumen dalam membeli produk sehingga makin banyak konsumen yang membeli produk produsen. 1.2 Perumusan Masalah Menurut pihak Gerai Bloop, saat ini Bloop telah berhasil menarik sekitar 1.000 sampai 1.500 orang pengunjung per hari, bahkan dapat mencapai 2.500 orang pada akhir pekan. Melihat dari besarnya minat konsumen untuk membeli produk yang dijual di Bloop saat ini, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah motif kognitif dan afektif konsumen yang mempengaruhi konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop?
2.
Apakah motif kognitif dan motif afektif berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop?
3.
Di antara motif kognitif dan afektif, motif apakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi
motif
kognitif
dan
afektif
konsumen
yang
mempengaruhi konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop. 2.
Menganalisis motif kognitif dan motif afektif yang berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap pembuatan keputusan pembelian produk yang dijual di Gerai Bloop.
4
3.
Menganalisis motif yang berpengaruh paling dominan terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1.
Para produsen pakaian jadi dan pihak-pihak terkait agar mengetahui motif pembelian pakaian jadi yang dilakukan oleh konsumen sehingga kepuasan yang dihasilkan produk maksimal.
2.
Penulis, agar dapat mengkaji lebih dalam mengenai motif konsumen dalam membeli produk pakaian jadi.
3.
Mahasiswa dan masyarakat luas, sebagai salah satu sumber informasi saat mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan motif pembelian.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Produk pakaian jadi yang dibahas dalam penelitian ini adalah produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop di Tebet Utara Dalam no. 22, Jakarta Selatan. Penelitian akan dilakukan di Gerai Bloop. Populasi dari penelitian merupakan konsumen yang sedang melakukan kegiatan pembelian produk di Gerai Bloop saat penelitian sedang dilakukan. Motif pembelian yang diteliti adalah motif kognitif dan motif afektif. Keputusan pembelian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motif langganan sebagai latar belakang keputusan pembelian konsumen yang mengutamakan untuk membeli ke penjual tertentu.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motif 2.1.1 Pengertian Motif Kotler (2007) menjelaskan bahwa motif merupakan kebutuhan yang cukup mampu untuk mendorong seseorang bertindak. Sedangkan Engel, dkk (1994) berpendapat bahwa motif merupakan suatu predisposisi abadi yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan tertentu. Motif dapat bersifat rasional (utilitarian) atau emosional (hedonik). Dalam Loudon dan Della Bitta (1993), yang dimaksud dengan motif merupakan suatu keadaan yang menggerakkan energi dan tenaga jasmani dalam diri seseorang dan mengarahkan secara selektif menuju suatu tujuan yang biasanya terletak dalam lingkungan eksternal. Definisi ini menyiratkan bahwa motif melibatkan dua komponen utama: 1.
Mekanisme untuk membangkitkan energi tubuh
2.
Sebuah gaya yang memberikan arah ke energi tubuh
2.1.2 Pendorong Motif Loudon dan Della Bitta (1993) menjelaskan bahwa motif memiliki empat pendorong, yaitu: 1.
Kondisi Fisiologis (Physiological Condition) Salah satu sumber pendorong untuk
bertindak adalah
untuk memenuhi kebutuhan biologis atau kebutuhan pendukung hidup
lainnya.
Kebutuhan
yang
tidak
terpenuhi
akan
menimbulkan ketegangan, sehingga dorongan akan terjadi dan menimbulkan energi untuk memuaskan kebutuhan. 2.
Aktivitas Kognitif Manusia banyak terlibat dalam aktivitas kognitif (berpikir dan bernalar). Berpikir dan bernalar, termasuk diantaranya
6
berfantasi atau berkhayal dapat bertindak sebagai pemicu motif. Hal ini dapat terjadi jika konsumen menyadari akan kebutuhan yang belum terpuaskan. 3.
Kondisi Situasional (Situational Condition) Kondisi situasional merupakan situasi khusus yang dihadapi konsumen yang dapat memicu dorongan. Hal ini dapat terjadi ketika situasi menarik perhatian terhadap kondisi fisiologis yang ada.
4.
Sifat-Sifat Rangsangan Sifat-sifat rangsangan mengemukakan bahwa beberapa sifat dari rangsangan eksternal juga memiliki kekuatan untuk menggerakkan dorongan seperti karakteristik sesuatu yang baru, keterkejutan, ambiguitas dan ketidakpastian. Rangsangan yang memiliki cukup sifat akan memiliki potensi untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri dengan membangkitkan keingintahuan seseorang atau keinginan untuk eksplorasi. Dengan demikian, mereka mewakili jenis khusus kondisi situasional.
2.1.3 Peran Motif Menurut Loudon dan Della Bitta (1993), motif memiliki beberapa fungsi penting untuk menuntun perilaku. Peran motif dapat dikategorikan sebagai berikut: 1.
Menetapkan Kebutuhan Dasar (Defining Basic Strivings) Motif
berperan
mengembangkan
dan
mempengaruhi
konsumen
untuk
mengidentifikasi
kebutuhan
dasar
konsumen seperti keamanan, keanggotaan, berprestasi, dan tingkat kebutuhan lainnya yang ingin dicapai konsumen. Hal-hal tersebut dapat membimbing perilaku melalui berbagai macam keputusan dan aktivitas. 2.
Mengidentifikasikan Objek Sasaran (Identifying Goal Objects) Konsumen sering melihat produk atau jasa sebagai sarana dimana mereka dapat mencapai motif mereka. Bahkan, konsumen sering melangkah lebih jauh dan berpikir produk
7
sebagai tujuan yang sebenarnya, tanpa menyadari bahwa mereka benar-benar mewakili cara-cara untuk memuaskan motif. 3. Mempengaruhi Kriteria Pemilihan (Influencing Choice Criteria) Motif berperan untuk menuntun konsumen dalam mengembangkan kriteria untuk mengevaluasi produk-produk. Pemasar juga mampu mempengaruhi kriteria pilihan konsumen. Dalam beberapa kasus, hal ini terjadi karena konsumen tidak secara sadar mengetahui motif mereka sendiri. Dalam kasus lain, konsumen menyadari motif mereka tetapi tidak yakin akan kriteria khusus untuk digunakan dalam evaluasi produk mereka. 4.
Pengaruh-Pengaruh Lainnya (Other Influences) Pada tingkat yang lebih mendasar, motif mempengaruhi individu dalam membentuk persepsi, pembelajaran, kepribadian, sikap dan proses informasi seseorang. Hal ini juga mempengaruhi arah perilaku.
2.1.4 Klasifikasi Motif Terdapat dua jenis pola pengklasifikasian motif, yaitu menurut pola yang sederhana dan menurut pola yang kompleks. Loudon dan Della Bitta (1993) mengemukakan kedua pengklasifikasian tersebut sebagai berikut: 1.
Pola-Pola yang Disederhanakan (Simplified Schemes) a.
Physiological Versus Psychogenic Physiogical motive berorientasi pada pemuasan kebutuhan biologis individu secara langsung. Sebaliknya, Psychogenic motive memusatkan pada pemuasan keinginan psikologis.
b.
Primary Versus Selective Primary motive adalah motif yang melibatkan perilaku pembelian dan menggerakkan para kategori produk tertentu. Selective motive adalah motif yang mempengaruhi pilihan-pilhan antara toko, merek, dan model di dalam kelas produk tertentu.
8
c.
Conscious Versus Unconscious Conscious motive adalah motif utama dimana konsumen
menyadari
sepenuhnya
akan
motifnya.
Unconscious motive adalah motif dimana konsumen tidak menyadari motif yang mempengaruhi pembelian yang konsumen lakukan. d.
Positive Versus Negative Positive motive adalah motif yang menarik konsumen pada tujuan yang diharapkan. Gerakan positif ini lebih mengarah pada kebutuhan, keinginan dan tujuan dari konsumen. Negative motive adalah motif yang menuntun konsumen untuk menjauhi konsekuensi atau akibat yang tidak diharapkan.
2.
Pola yang Komprehensif (A Comprehensive Scheme) Mc. Guire dalam Loudon dan Della Bitta (1993) menjelaskan pengaruh motif pada perilaku konsumen dengan metode pembanding. Klasifikasi komprehensif pengaruh motif yang utama ini digambarkan dalam Tabel 1. Tabel 1. A comprehensive classification of major motive influences Active Internal Preservation
1. Consistency
Growth
5.Autonomy
Cognitive
Preservation Affective Growth
9. Tension Reduce 13. Assertion
External 2. Attribution 6. Exploration 10. Expressive 14. Affiliation
Passive Internal
External
3. Categorization
4. Objectification
7. Matching
8. Utilitarian
11. EgoDefensive 15. Identification
12. Reinforcement 16. Modelling
Sumber: Loudon dan Della Bitta, 1993 Dalam menggerakkan perilaku konsumen, motif kognitif konsumen dapat menjadi lebih dominan daripada motif afektif atau kebalikannya. Kedua motif tersebut merupakan aspek individu, yaitu tanggapan psikologis konsumen karena pengaruh rangsangan atau kejadian dalam lingkungan.
9
Motif kognitif berdasarkan Loudon dan Bitta (1993) merupakan motif yang dilakukan secara rasional ketika konsumen mempertimbangkan seluruh alternatif kemudian memilih
alternatif
Kecenderungan
yang
motif
memberikan
kognitif
ini
kegunaan
terbesar.
menunjukkan
delapan
pengaruh utama pada perilaku konsumen, yaitu: 1.
Consistency (Ketetapan) Motif yang dimaksudkan untuk mempertahankan sebuah
pandangan
yang
bertalian
secara
logis
dan
terorganisasi. Rasa percaya atau informasi yang kurang konsisten dengan kenyataan menciptakan ketegangan dan kebutuhan untuk menjelaskan situasi tersebut. 2.
Attribution (Sifat) Motif yang timbul untuk memahami dan menarik kesimpulan tentang apa yang menyebabkan suatu kejadian dalam satu lingkungan. Motif ini fokus pada tiga arah utama yaitu persepsi obyek, persepsi diri, dan persepsi pengguna produk.
3.
Categorization (Pengelompokkan) Motif untuk mengumpulkan dan menggolongkan informasi-informasi yang kompleks ke dalam kategori yang mudah
dengan
tujuan
agar
menggunakannya
dengan
mudah.
teratur
dan
dapat
Contohnya
adalah
pengelompokkan produk juga menjadi produk dengan harga mahal, masuk akal, atau murah. 4.
Objectification (Obyektivitas) Motif menggunakan penilaian obyektif ditekankan pada kecenderungan untuk lebih menggunakan informasi eksternal
yang
dianggap
lebih
obyektif
daripada
pertimbangan internal untuk menarik simpulan mengenai nilai barang, sikap dan preferensi.
10
5.
Autonomy (Otonomi) Motif pengembangan
untuk pribadi
menemukan melalui
kepribadian
aktualisasi
dan
diri
dan
pengembangan identitas yang berbeda. Produk seperti pakaian, rokok, dan cologne yang dipromosikan sebagai alternatif yang tersedia bagi konsumen untuk meningkatkan atau mengekspresikan individualitas mereka. 6.
Exploration (Pencarian) Motif mencari pendorong pada tingkat yang lebih tinggi melalui suatu kejadian atau keadaan baru. Hal ini dilakukan secara alamiah oleh konsumen karena masingmasing konsumen memiliki rasa ingin tahu dan berupaya mendapatkan sesuatu
yang baru. Motif penjelajahan
membawa konsumen untuk mencoba produk dengan aktivitas yang berbeda-beda. 7.
Matching (Kesesuaian) Banyak
konsumen
termotivasi
untuk
mengembangkan citra tentang situasi ideal dan kemudian membandingkannya dengan persepsi mereka terhadap situasi yang ada. Perbandingan akan memberikan umpan balik tentang apakah tindakan yang dapat mengantar ke arah tujuan. 8.
Utilitarian (Manfaat) Motif yang menggunakan lingkungan eksternal sebagai sumber daya yang berharga dan terpercaya untuk memperoleh informasi yang bernilai. Konsumen akan menggunakan informasi ini untuk memecahkan masalah. Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa motif
afektif atau motif emosional adalah motif konsumen yang berdasarkan atau berkaitan dengan kriteria pribadi dan emosi. Konsumen memilih tujuan menurut kriteria subyektif individu seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggan, status, preferensi
11
dan keamanan. Kecenderungan motif afektif menunjukkan delapan pengaruh utama pada perilaku konsumen, yaitu: 1.
Tension Reduction (Pengurangan Ketegangan) Konsumen
yang
memiliki
kebutuhan
akan
menghasilkan ketegangan jika mereka tidak merasa puas. Ketegangan ini dipandang sebagai sebuah pengalaman yang tidak diinginkan dan harus dihindari atau diminimalkan. Untuk itu, motif ini digunakan untuk menghindari atau mengurangi
beberapa
keresahan
atau
tekanan
yang
disebabkan kebutuhan yang belum terpuaskan. 2.
Self Expression (Ekspresi Diri) Motif untuk memproyeksikan atau menunjukkan identitas diri kepada orang lain. Motif ini muncul untuk menggambarkan ekspresi pada suatu produk.
3.
Ego Defensive (Pertahanan Diri) Kebanyakan orang merasa bahwa berbagai situasi kehidupan yang muncul dapat mengancam ego mereka. Situasi ini menghasilkan rasa malu sosial, tantangan untuk perasaan harga diri, atau bentuk lain dari bahaya psikologis. Karena itu, motif pertahanan diri merupakan dorongan untuk mempertahankan citra diri.
4.
Reinforcement (Menguatkan) Konsumen yang dipengaruhi oleh motif penguatan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan situasi yang telah terbukti menguntungkan. Pengalaman yang dirasa menguntungkan di masa lampau dapat ikut mempengaruhi.
5.
Assertion (Penegasan) Motif konsumen dalam berusaha keras untuk berprestasi, bersaing, kesuksesan, kekaguman dan kekuatan. Fokus dari motif ini lebih berorientasi ke arah prestasi dan
12
melebihi orang lain. Produk dan jasa layanan yang diperoleh merupakan suatu simbol kepuasan akan keberhasilan. 6.
Affiliation (Keanggotaan) Motif yang menjadi dasar untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Motif ini meliputi mencari dukungan, kasih sayang, dan hubungan hangat untuk mengadakan hubungan
interpersonal
dengan
orang
lain
untuk
berkelompok. 7.
Idenification (Pembentukan Identitas) Motif untuk membangun pengembangan identitas dan peran baru untuk meningkatkan konsep pribadi seseorang. Pentingnya pengungkapan tindakan dari peran ini tampak di dalam lingkungan masyarakat yang menyebabkan seseorang perlu mengekspresikan nilai-nilai yang dimiliki dan mengembangkan perasaan dihargai serta pengakuan terhadap diri sendiri.
8.
Modelling (Model) Motif
yang
cenderung
mengidentifikasi
dan
berempati dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan perilaku yang meniru individu-individu tertentu. Seperti misalnya kecenderungan untuk penggunaan selebriti dan orang lain yang memiliki potensi tinggi untuk identifikasi dalam iklan. 2.2 Proses Keputusan Konsumen Kotler (2007) menjelaskan bahwa keputusan konsumen mengambil bentuk yang diperlihatkan pada Gambar 1 dan mempunyai langkah-langkah berikut: 1.
Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.
13
2.
Pencarian informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Rangsangan dapat dibagi menjadi dua level. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok berikut: a.
Sumber pribadi, seperti keluarga, teman, tetangga, atau kenalan
b.
Sumber komersial, seperti iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, atau pajangan di toko
c.
Sumber publik, seperti media massa atau organisasi penentu peringkat konsumen
d.
Sumber
pengalaman,
seperti
penanganan,
pengkajian,
atau
pemakaian produk. Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda, tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi atau sumber publik yang merupakan wewenang independen. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pembeli informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi. 3.
Evaluasi alternatif Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan modelmodel terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Para konsumen akan memberikan perhatian besar bagi atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar produk tertentu sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda-beda.
14
4.
Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima subkeputusan, yaitu merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.
5.
Perilaku Paska Pembelian Selama ketidaksesuaian
pembelian, karena
konsumen
memerhatikan
mungkin fitur-fitur
mengalami tertentu
yang
mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu konsumen merasa nyaman dengan produk. Tugas produsen tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Produsen harus memantau kepuasan paska pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk paska pembelian. Secara singkat, urutan proses keputusan konsumen dapat dilihat pada Gambar 1. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil
Gambar 1. Pemecahan masalah mengenai lima langkah dalam pengambilan keputusan konsumen (Kotler, 2007) 2.3 Motif Langganan (Patronage Motive) Menurut Swastha dan Irawan (1990), motif langganan sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. Dalam hal ini, konsumen lebih
15
mengutamakan untuk membeli pada penjual tertentu. Di antara motif langganan yang lebih penting adalah menyangkut: 1.
Lokasi penjual yang srategis, pelayanan yang baik, tempat persediaan yang mudah tercapai, dan tidak ramai.
2.
Harga
3.
Penggolongan barang
4.
Servis yang ditawarkan
5.
Toko yang menarik
6.
Kemampuan tenaga penjual
2.4 Retailing 2.4.1 Pengertian Retailing Retailing merupakan tingkat terakhir dari proses distribusi, di dalamnya terdapat aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen (Berman dan Evans dalam Foster, 2008). Sedangkan menurut Kotler dalam Foster (2008), retailing adalah penjualan eceran meliputi kegiatan yang melibatkan kegiatan penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir, bukan untuk penggunaan bisnis. 2.4.2 Macam-macam Retailer Lembaga
yang
digolongkan
sebagai
pedagang
eceran
bervariasi bentuknya. Hal ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa jenis dan bentuk usaha ini terus berkembang. Berikut adalah pengklasifikasian pedagang eceran (retailing) menurut Kotler dalam Foster (2008). 1.
Store Retailer (Pedagang Eceran Bertoko) a.
Specialty Store (Toko Khusus) Merupakan sebuah toko yang mempunyai lini produk terbatas tetapi dengan berbagai keragaman dalam hal produk itu. Contoh: toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan toko buku.
16
b.
Department Store (Toko Serba Ada) Merupakan toko serba ada yang memiliki beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan perlengkapan rumah, dimana setiap lini produk dioperasikan sebagai sebuah departemen yang terpisah yang dikelola oleh pembeli barang khusus.
c.
Supermarket (Pasar Swalayan) Merupakan sebuah toko
yang cukup besar,
menyediakan makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik, bahkan obat-obatan. d.
Convenience Store (Toko Kebutuhan Sehari-hari) Toko kebutuhan sehari-hari yang secara relatif merupakan toko yang kecil yang berada dekat wilayahwilayah pemukiman.
e.
Super Store, Combination Store, Hypermart Super Store (Toko Super) merupakan toko yang lebih besar daripada pasar swalayan konvesional dengan ruang jual seluas 35.000 kaki persegi, toko ini bertujuan memenuhi kebutuhan total konsumen untuk jenis-jenis makanan yang dijual secara rutin dan konstan serta kenisjenis non makanan. Combination Store (Toko Gabungan) sendiri merupakan diversifikasi dari pasar swalayan dengan memasuki produk obat-obatan dengan resep, toko ini ratarata mempunyai ruang jual 55.000 kaki persegi. Hypermart (Pasar Hyper) lebih luas daripada toko gabungan, yaitu 80.000 – 220.000 kaki persegi. Pasar hyper merupakan kombinasi antara pasar swalayan, toko diskon, dan prinsip-prinsip pedagang eceran gudang.
f.
Discount Store (Toko Pemberi Potongan Harga) Merupakan toko yang menjual barang-barang standar dengan harga lebih rendah daripada pedagang
17
konvensional yang menetapkan marjin yang lebih rendah dan volume yang lebih tinggi. g.
Warehouse Store (Toko Gudang) Toko tanpa embel-embel diskon, mengurangi operasi pelayanan yang menjual dengan volume tinggi pada harga rendah.
h.
Catalog Showroom (Ruang Pamer Katalog) Merupakan prinsip-prinsip katalog dan pemotongan harga terhadap pilihan-pilihan produk yang banyak dengan penggembungan (mark up) yang tinggi, perputaran cepat (fast moving), dan bermerek.
2.
Non Store Retailer (Pedagang Eceran Bukan Toko) a.
Direct Selling (Penjualan Langsung) Penjualan langsung adalah suatu jenis pedagang eceran yang menggunakan metode langsung ke konsumen dalam memasarkan barang dagangannya dengan melalui tenaga penjual yang mendatangi konsumen.
b.
Direct Marketing (Pemasaran Langsung) Pemasaran
langusung
adalah
suatu
sistem
pemasaran yang menarik yang menggunakan suatu metode iklan untuk mempengaruhi suatu respon yang terukur dan atau transaksi pada suatu lokasi. Pemasaran langsung terdiri dari personal selling, telemarketing, direct mail marketing, catalog marketing, direct response television marketing, kiosk marketing, dan online marketing. c.
Automatic Vending (Mesin Penjaja Otomatis) Merupakan suatu jenis pedagang eceran tanpa toko yang menggunakan mesin yang dioperasikan dengan koin dalam melayani pembeli dimana mesin tersebut beroperasi secara otomatis.
18
d.
Buying Service (Pelayanan Pembelian) Merupakan suatu bentuk pedagang eceran yang bertindak sebagai agen pembeli untuk kelompok-kelompok organisasi besar seperti sekolah, rumah sakit, lembagalembaga, dan agen-agen.
3.
Retail Organization (Organisasi Pedagang Eceran) a.
Corporate Chain (Rantai Perusahaan) Merupakan dua gerai atau lebih yang umumbya dimiliki dan diawasi, menjual lini produk yang sama, memiliki pembeli dan barang dagangan terpusat, dan mungkin menggunakan motif arsitektur yang seragam.
b.
Voluntary Chain dan Retailer Cooperative Voluntary Chain terdiri dari kelompok pedagang eceran dalam pembeli besar dan barang dagangan umum. Retailer Cooperative terdiri dari sekelompok pedagang eceran yang membentuk sebuah organisasi pembeli terpusat dan melakukan usaha-usaha promosi bersama.
c.
Consumer Cooperative Merupakan suatu perusahaan eceran yang dimiliki oleh pelanggannya sendiri.
d.
Franchise Organization (Organisasi Hak Guna Paten) Organisasi hak guna paten merupakan sebuah organisasi kontrak antara franchiser (perusahaan pedagang besar atau organisasi jasa) dan franchise (masyarakat bisnis mandiri yang membeli hak untuk memiliki dan menjalan kan suatu niat atau lebih dalam sistem franchise).
e.
Merchandising Konglomerat (Konglomerat Dagang) Konglomerat dagang merupakan bentuk bebas dari perusahaan yang mengombinasikan beberapa lini pedagang eceran yang terdiversifikasi dan berbentuk-bentuk di bawah satu kepemilikan yang mengintegrasikan fungsi-fungsi distribusi dan proses manajemen mereka.
19
2.5 Pakaian Pakaian adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki7. Di dalam hal ini termasuk: 1.
Semua benda yang melekat di badan seperti baju, sarung dan kain panjang.
2.
Semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si pemakai seperti selendang, topi, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, tas, ikat pinggang didalam istilah asing disebut millineries.
3.
Semua benda yang gunanya menambah keindahan bagi si pemakai, seperti hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang dan cincin. Dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah accessories. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan
tempat
berteduh
atau
tempat
tinggal
(rumah).
Awalnya
manusia
membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adatistiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing8. 2.6 Distribution Outlet Distribution Outlet atau biasa disebut distro adalah sejenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri9. Menurut Granito (2008), distribution outlet merupakan gerai yang berfungsi untuk menerima titipan dari berbagai macam merek clothing company lokal yang memproduksi sendiri produknya dengan produk yang terbatas dan harga yang terjangkau. Distribution Outlet menjadi industri kecil dan menengah (IKM) dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk diusahakan tidak diproduksi massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk. Trend ini makin marak di kota-kota besar di Indonesia seperti 7
Bevie. 2008. Tata Cara Berbusana. http://bevienovantini.multiply.com/ [2 Februari 2010] http://id.wikipedia.org/Pakaian [02 Februari 2010] 9 Hanisaja. 2008. Pengertian Distro. http://hanisaja.wordpress.com/ [15 Januari 2010] 8
20
Bandung yang merupakan tempat kelahiran distribution outlet, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan tentu saja di Jakarta. 2.7 Penelitian Terdahulu Berdasarkan uraian dan analisis yang dikemukakan pada pembahasan skripsi yang disusun oleh Santoso dan Patricia (2003) dari Universitas Kristen Petra yang berjudul Analisis Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif Terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Plaza Tunjungan III Surabaya, menyimpulkan bahwa motif kognitif dan motif afektif secara nyata berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Motif afektif diketahui mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian. Pada pembahasan skripsi yang disusun oleh Yusnitha (2008) dari Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor yang berjudul Analisis Pengaruh Komunikasi terhadap Keputusan Pembelian SimCard IM3 (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor), menyimpulkan bahwa secara simultan variabel-variabel komunikasi pemasaran memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor dalam melakukan pembelian simcard IM3. Sedangkan secara parsial, hanya tiga variabel komunikasi pemasaran yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu variabel publisitas, variabel promosi penjualan, dan variabel point of purchase. Tesis pada Magister Sains Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Institut Pertanian Bogor oleh Hasanah (2003) yang berjudul Pengaruh Kelompok Acuan, Media Informasi dan Faktor Lainnya terhadap Perilaku Konsumsi Pakaian Remaja DKI Jakarta menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, teman merupakan kelompok acuan yang cukup efektif memberi pengaruh pada remaja dalam membantu memilih model pakaian. Dalam meniru gaya berpakaian, remaja cenderung meniru dari idola mereka. Jenis media informasi yang paling banyak digunakan adalah televisi dan majalah. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi frekuensi pembelian pakaian adalah umur, uang saku, pendapatan perkapita, pendidikan ayah, jenis kelamin, media informasi dan kelompok acuan.
21
Penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Pakaian Jadi ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu: 1.
Ruang lingkup produk yang diteliti hanya mencakup produk pakaian jadi yang dijual di Distribution Outlet Blop yang beralamat di Tebet Utara Dalam no. 22 Jakarta Selatan.
2.
Metode yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda, Uji F untuk menguji apakah variabel bebas (X1 dan X2) yang digunakan secara bersamaan mempengaruhi variabel terikat (Y), dan Uji t untuk menguji apakah masing-masing varibel secara parsial mempengaruhi variabel terikat.
3.
Variabel bebas yang digunakan adalah Motif Kognitif (X1) dan Motif Afektif (X2), sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Motif Langganan sebagai latar belakang keputusan pembelian konsumen (Y).
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan pakaian bukanlah sekedar untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi juga harus memiliki estetika dan etika. Karena itu, saat ini banyak sekali model busana yang ditawarkan kepada masyarakat dan model-model ini selalu berganti dari waktu ke waktu. Motif sendiri merupakan sesuatu yang harus dipelajari oleh pemasar mengingat motif merupakan sesuatu yang mengaktifkan dan mengarahkan perilaku konsumen. Dengan mempelajari motif, diharapkan pemasar memiliki pengetahuan atau asumsi mengenai dorongan umum yang mempengaruhi konsumen saat konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan. Motif menurut Loudon dan Della Bitta (1993) terbagi menjadi dua, yaitu motif kognitif dan motif afektif. Motif kognitif merupakan motif yang dilakukan secara rasional ketika konsumen mempertimbangkan seluruh alternatif yang memberikan kegunaan terbesar. Pengaruh utama motif kognitif pada perilaku konsumen adalah ketetapan, sifat, pengelompokkan, tujuan dan sasaran, otonomi, penjelajahan, kesesuaian, dan manfaat. Motif afektif merupakan motif yang berkaitan dengan emosi. Delapan pengaruh utama dari motif afektif adalah pengurangan ketegangan, ekspresi diri, pertahanan diri, penguatan, tuntutan, keanggotaan, pembentukan identitas, dan model atau contoh. Penelitian mengenai pengaruh motif kognitif dan afektif terhadap pengambilan keputusan pembelian menggunakan alat analisis data analisis faktor, regresi linear berganda, uji F dan uji t. Pengujian ini digunakan untuk menganalisis atribut apakah baik dari motif kognitif ataupun motif afektif yang berpengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian konsumen, apakah motif kognitif dan motif afektif berpengaruh secara serempak terhadap pembuatan keputusan pembelian produk yang dijual di gerai Bloop,
23
dan menganalisis motif apakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di gerai Bloop. Motif Pembelian Produk Pakaian Jadi
Motif Afektif
Motif Kognitif
1. Tension Reduction 2. Self Expression 3. Ego Defensive 4. Reinforcement 5. Assertion 6. Affiliation 7. Identification 8. Modeling
Uji t
1. Consistency 2. Attribution 3. Categorization 4. Objectification 5. Autonomy 6. Exploration 7. Matching 8. Utilitarian
Analisis Faktor
Uji t Uji F
Pembuatan Gambar 3.Keputusan Kerangka Pemikiran Gambar 2. Kerangka pemikiran 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian terkait dengan tempat penyebaran kuesioner dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan di Gerai Bloop yang berlokasi di Jl. Tebet Utara Dalam No.22 Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2010. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data atau informasi, baik berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui hasil kuesioner dan hasil wawancara dengan pihak gerai Bloop. Adapun kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Data sekunder diperoleh dari bahan pustaka dan internet.
24
3.4
Metode Pengambilan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah konsumen gerai Bloop. Penarikan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling sehingga tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi respoden. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan cara. Purposive
sampling
adalah
penarikan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu. Judgement sampling sendiri merupakan penarikan sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Kriteria konsumen yang dijadikan responden yaitu konsumen yang melakukan kunjungan pembelian lebih dari satu kali, sehingga dapat dipastikan bahwa responden tersebut telah mengenal Gerai Bloop dan pernah membeli produk Gerai Bloop. Selain itu, responden juga harus telah berusia 17 tahun ke atas sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri. Jumlah sampel yang akan digunakan adalah berdasarkan pendekatan jumlah pengunjung per bulan. Menurut wawancara dengan store manager Gerai Bloop, diketahui bahwa rata-rata jumlah pengunjung per bulan adalah 50.000 orang. Ukuran sampel yang digunakan adalah 100 orang. Jumlah ini didapat dari perhitungan menggunakan Rumus Slovin dengan nilai e sebesar 10 persen. Rumus Slovin digunakan dengan asumsi bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal (Umar, 2004). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut: n
N 1 Ne 2
n
50.000 99,8 = 100 1 50.000(0,1)2
25
Keterangan: n
=
Jumlah sampel
N
=
Ukuran populasi
e
=
Persen kelonggaran karena kesalahan sampel yang
dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu sebesar 10%.
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Variabel yang Digunakan Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatori, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan-hubungan antara variabelvariabel penelitian melalui pengujian hipotesa. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel bebas (dependen). 1. Variabel bebas (independen) : Motif Kognitif Konsumen (X1) dan Motif Afektif Konsumen (X2) 2. Variabel terikat (dependen) : Motif Langganan (Y) Selanjutnya dari masing-masing variabel tersebut disusun pertanyaan-pertanyaan yang masing-masing item diberi range skor dalam skala likert dengan skor sebagai berikut: Sangat setuju
=5
Setuju
=4
Tidak Setuju
=2
Sangat Tidak Setuju
=1
Dapat dilihat di atas bahwa skor 3 yang biasanya menyatakan ‘netral’ atau ‘ragu-ragu’ tidak digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari responden terlalu banyak menjawab ‘netral’ atau ‘raguragu’ mengingat bahwa dalam Loudon dan Della Bitta (1993) dijelaskan bahwa dalam beberapa kasus, konsumen tidak secara sadar mengetahui motif mereka sendiri dalam menentukan kriteria pemilihan. Dalam kasus lain, konsumen menyadari motif mereka tetapi tidak yakin akan kriteria khusus untuk evaluasi produk mereka.
26
Masing-masing dari variabel tersebut, baik variabel motif kognitif (X1), motif afektif (X2), maupun keputusan pembelian (Y) memiliki pengaruh masing-masing terhadap konsumen. Pengaruhpengaruh tersebut pun memiliki atribut masing-masing yang diperhatikan oleh konsumen. Penjelasan mengenai atribut dari pengaruh tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Atribut dari pengaruh motif kognitif, motif afektif, dan keputusan pembelian Variabel
Pengaruh 1. Consistency 2. Attribution 3. Categorization 4. Objectification
Motif Kognitif (X1)
5. Autonomy 6. Exploration 7. Matching 8. Utilitarian 1.Tension Reduction 2. Self Expression 3. Ego Defensive
Motif Afektif (X2)
4. Reinforcement 5. Assertion 6. Affiliation 7. Identification 8. Modelling
Keputusan Pembelian (Y)
1.Lokasi, pelayanan, tempat persediaan, keramaian 2. Harga 3. Penggolongan barang 4. Toko menarik 5. Servis 6. Kemampuan Tenaga Penjual
Atribut Kenyamanan produk Kualitas produk Kualitas bahan baku Tingkat kemurahan harga Rekomendasi teman Model produk yang menarik Model produk sesuai dengan kepribadian Pembelian lebih dari satu jenis produk Harga sesuai dengan kualitas produk Jenis produk yang banyak dan lengkap Produk lebih up to date Khawatir akan produk distribution outlet lain Mengikuti trend fashion Perbaikan penampilan Perasaan lebih menarik Kualitas yang dirasakan memuaskan Perasaan lebih bergengsi Perasaan ingin diterima Pandangan orang lain Perasaan lebih percaya diri Perasaan mirip dengan model atau public figure Keramahan karyawan Lama tunggu Keramaian gerai Harga yang terjangkau Kerapian penataan produk Penggolongan produk sesuai jenis Tampilan gerai yang menarik Empati karyawan terhadap keluhan Pengetahuan produk karyawan
27
3.5.2
Uji Validitas Menurut Umar (2004), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur hal yang akan diukur. Uji coba skala pengukuran dilakukan pada 30 orang orang responden. Dalam uji validitas, korelasi antara masing-masing pertanyaan dihitung dengan skor tiap-tiap pertanyaan menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson, sebagai berikut:
r
n( XY ) ( X Y )
n X X nY Y 2
2
2
2
Keterangan: n = Jumlah responden X = Skor masing- masing pernyataan dari tiap responden Y = Skor total semua pertanyaan dari tiap responden Berdasarkan metode Pearson product moment, jika diperoleh nilai rhitung > rtabel, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. rtabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,361. Nilai tersebut merupakan nilai dalam tabel untuk nilai alpha 5% dan umlah responden 30 orang. Hasil penghitungan uji validitas untuk variabel motif kognitif, motif afektif dan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 3. Diketahui bahwa seluruh atribut dinyatakan valid karena nilai masing-masing lebih dari 0,361. Penghitungan secara lengkap mengenai uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.5.3 Uji Reliabilitas Jika kuesioner telah dinyatakan sah, maka reliabilitas kuesioner tersebut diuji keandalannya. Menurut Umar (2004), reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Teknik uji reliabilitas yang akan digunakan adalah Teknik Alfa Cronbach.
28
Tabel 3. Nilai validitas uji awal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Atribut Kenyamanan produk Kualitas produk Kualitas bahan baku Tingkat kemurahan harga Rekomendasi teman Model produk yang menarik Model produk sesuai dengan kepribadian Pembelian lebih dari satu jenis produk Harga yang sesuai dengan kualitas produk Jenis produk yang banyak dan lengkap Produk lebih up to date Khawatir produk distribution outlet lain Mengikuti trend fashion Perbaikan penampilan Perasaan lebih menarik Kualitas yang dirasakan memuaskan Perasaan lebih bergengsi Perasaan ingin diterima Pandangan orang lain Perasaan lebih percaya diri Perasaan mirip dengan public figure Keramahan karyawan Lama tunggu Keramaian gerai Harga yang terjangkau Kerapian penataan produk Penggolongan produk sesuai jenis Tampilan gerai yang menarik Empati karyawan terhadap keluhan Pengetahuan produk karyawan
rhitung 0,634 0,602 0,699 0,596 0,661 0,492 0,726 0,621 0,789 0,572 0,727 0,595 0,545 0,436 0,562 0,626 0,688 0,685 0,596 0,601 0,798 0,646 0,616 0,454 0,645 0,510 0,487 0,426 0,503 0,496
Kesimpulan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid Valid
Sumber : Data Diolah (2010) Peneliti menggunakan standar klasifikasi nilai α > 0,6 untuk menyimpulkan bahwa instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas teradap atribut-atribut pada tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
b2 k r11 1 k 1 t2
Keterangan: r 11
= Keandalan instrumen
Σσb2
= Jumlah ragam butir
k
= Banyak butir pertanyaan
σt 2
= Ragam total
29
Tabel 4. Hasil pengujian reliabilitas setiap variabel yang digunakan dalam penelitian Variabel Responden Motif Kognitif (X1) 30 orang Motif Afektif (X2) 30 orang Keputusan Pembelian (Y) 30 orang Sumber : Data Diolah (2010)
Nilai α 0,894 0,896 0,815
Kesimpulan Baik Baik Baik
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4, terlihat bahwa setiap variabel yang digunakan dalam penelitian baik motif kognitif, motif afektif, maupun keputusan pembelian memiliki nilai α > 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa atribut-atribut yang digunakan reliabel dan instrumen penelitian ini dapat digunakan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.5.4 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan meringkas faktorfaktor yang merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena
tertentu.
Pengujian
dengan
analisis
faktor
bisa
menggunakan data yang berasal dari data primerdan data sekunder. Analisis faktor yang berasal dari data primer didapat melalui kuesioner, sedangkan analisis faktor dengan data sekunder didapat dari data yang diperoleh berdasarkan hasil dokumentasi (Nugroho, 2005). 3.5.5 Analisis Regresi Linear Berganda Dalam Suharyadi dan Purwanto (2009) dijelaskan bahwa perlu dilakukan uji normalitas beserta beberapa tes yang memungkinkan pendeteksian beberapa pelanggaran asumsi dalam regresi linear berganda.
Pelanggaran
asumsi
tersebut
biasanya
adalah
multikolinieritas yaitu terdapatnya hubungan antara variabel terikat dan heteroskedastisitas yaitu nilai residu ternyata tidak bersifat konstan untuk semua data Y. Berdasarkan Nugroho (2005), uji normalitas merupakan uji yang mutlak harus disertai pada penggunaan statistik parametrik. Uji ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang
30
akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Multikolinier adalah adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna atau terdapat korelasi antara variabel bebas. Dalam regresi berganda tidak diperkenankan terjadi multikolinier karena dapat mengakibatkan koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan
dan
standar
error
menjadi
tak
terhingga.
Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat nilai varians antar nilai Y, apakah sama atau heterogen. Hateroskedastisitas merupakan keadaan saat varian atau residu tidak konstan. Menurut Hasan (2003) analisis regresi digunakan untuk menentukan
hubungan
penggunaan
analisis
antar regresi
variabel. adalah
Tujuan
untuk
utama
dalam
meramalkan
atau
memperkirakan nilai suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui melalui persamaan regresinya. Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan oleh lebih dari satu variabel bebas namun masih menunjukan diagram hubungan yang linier. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel terabaikan (Hasan, 2003). Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner akan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Model persamaan yang akan didapat adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y
= keputusan pembelian
a
= konstanta
b
= koefisien regresi
X
= varibel independen
31
3.5.6 Uji Serempak (Uji F) Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009), Uji F digunakan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas (X1 dan X2) untuk menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat (Y). Langkah-langkah yang diperlukan dalam uji F adalah: 1.
Menentukan formulasi hipotesis Hipotesis yang ingin diuji adalah kemampuan variabel bebas menjelaskan tingkah laku variabel terikat. Apabila variabel bebas tidak dapat memengaruhi variabel terikat, dapat dianggap koefisien regresinya sama dengan nol, sehingga berapapun nilai variabel bebas, tidak akan berpengaruh terhadap variabel terikat. H01 : Diduga X1 dan X2 secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Y (koefien regresi = 0) Ha1: Diduga X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh terhadap Y (koefien regresi ≠ 0)
2.
Menentukan daerah keputusan Penentuan daerah keputusan dilakukan dengan mencari nilai F. Untuk mencari nilai Ftabel perlu diketahui derajat bebas pembilang pada kolom, derajat bebas penyebut pada baris, dan taraf nyata. Umumnya ilmu sosial digunakan taraf nyata 5%. Untuk derajat pembilang, digunakan nilai k-1, yaitu jumlah variabel dikurangi 1. Untuk derajat penyebut digunakan n-k, yaitu jumlah sampel dikurangi dengan jumlah variabel.
3.
Menentukan nilai Fhitung Nilai Fhitung ditentukan dengan rumus:
Keterangan:
F=(
R2 = Koefisien Determinasi k = jumlah variabel n = jumlah sampel
⁄(
)⁄(
)
)
32
4.
Menentukan daerah keputusan Menentukan wilayah H0
dan
H1, serta membandingkan
dengan nilai F-hitung untuk mengetahui apakan menerima H0 atau menerima H1.
Terima Ha1 Terima H01
F-tabel
Skala F Gambar 3. Daerah keputusan menerima atau menolak hipotesis dalam uji F (Suharyadi dan Purwanto, 2009) 5.
Memutuskan Hipotesis H0 akan diterima saat setelah dihitung ternyata nilai koefisien regresi sama dengan nol, nilai Fhitung lebih kecil daripada Ftabel dan berada pada daerah terima H0.
3.5.7 Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa langkah yang diperlukan, yaitu: 1.
Menentukan hipotesis H02: Diduga X1 tidak berpengaruh terhadap Y (koefisien = 0) Ha2: Diduga X1 berpengaruh terhadap Y (koefisien ≠ 0) H03: Diduga X2 tidak berpengaruh terhadap Y (koefisien = 0) Ha3: Diduga X2 berpengaruh terhadap Y (koefisien ≠ 0)
2.
Menentukan daerah kritis Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas n-k, dan taraf nyata α.
3.
Menentukan kriteria pengujian Nilai thitung untuk koefisien b1 dan b2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
33
thitung =
………...…………..........………………(6)
Dimana:
4.
bi
= slope faktor Xi
a
= slope konstanta
Sb
= kesalahan baku penduga
Menentukan daerah keputusan
Terima Ha
Terima Ha Terima H0
-(t-tabel) t-tabel Gambar 4. Daerah keputusan menerima atau menolak hipotesis dalam uji t (Suharyadi dan Purwanto, 2009) 5.
Membuat kesimpulan apakah menerima atau menolak H0 H0 akan diterima saat setelah dihitung ternyata nilai koefisien regresi sama dengan nol dan nilai thitung berada pada daerah terima H0.
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Bloop merupakan distribution outlet (distro) pionir di kawasan Jakarta, khususnya di wilayah Tebet. Sebagai salah satu distribution outlet besar dan tertua di Jakarta, Bloop telah membentuk standar yang tinggi dalam persaingan distribution outlet itu sendiri. Saat ini, Bloop yang awalnya menjual produk pakaian jadi untuk pelajar SMP dan SMA, harus menambah jenis produknya mengingat karena kesetiaan konsumen mereka untuk tetap belanja di Bloop walaupun mereka telah lulus dari SMA. Bloop merupakan salah satu usaha yang berada di bawah payung PT Endorsindo Makmur Selaras (EMS). Bloop didirikan pada September 2003 oleh Theresia Alit Widyasari, Martinus Sunu Susetyo dan Bertolomeus Saksono Jati. Distribution Outlet pakaian yang berlokasi di kawasan Tebet ini menyasar anak-anak muda yang peduli fashion. Kawasan Tebet dipilih karena kestrategisannya. Modal awal mendirikan Bloop adalah sebesar Rp. 21 juta untuk sewa tempat, Rp.50 juta untuk renovasi, Rp.40 juta untuk pengisian barang di awal. Nama Bloop sendiri menurut Theresia Alit Widyasari dipilih karena mudah disebut dan terdengar seperti harapan hidup. Distribution outlet yang menjual produk hasil produksi jakarta dan bandung ini menyasar segmen pasar usia 15-30 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan akan daur hidup mode yang tergolong cepat, rancangan produk dibuat oleh tim desainer khusus. Dalam pembagian tugas, Martinus Sunu Susetyo bertanggung jawab dalam urusan pengadaan barang dan desain toko, Bertolomeus Saksono Jati bertanggung jawab dalam urusan pengembangan bisnis, keuangan, dan sumber daya manusia, dan Theresia Alit Widyasari bertangung jawab sebagai marketing director. Karyawan yang dipekerjakan di Bloop juga merupakan orang-orang yang kreatif. Ditambah dukungan dari pemilik untuk memiliki usaha sendiri, saat ini beberapa karyawan Bloop telah memiliki penghasilan
35
sampingan yang lebih besar daripada gaji mereka bekerja karena produk yang mereka buat ternyata diminati oleh banyak konsumen. Awalnya, produk-produk yang dijual di gerai Bloop berasal dari pemasok Bandung yang transaksinya dilakukan secara beli putus. Namun saat jumlah pengunjung makin bertambah dari waktu ke waktu, akhirnya Bloop memiliki desainnya sendiri. Perkembangan ini terus berlanjut hingga saat ini Bloop telah berhasil merambah pasar luar Jakarta, bahkan mancanegara seperti Singapura dan Malaysia. Saat ini, Bloop telah menjual 200 merek clothing line dalam tokonya dan dikunjungi oleh sekitar 1.000 – 1.500 orang pada hari kerja dan lebih dari 2.000 orang pada akhir minggu. Rekor yang pernah terjadi adalah pengunjung yang berjumlah 11.000 orang dalam satu hari pada bulan Ramadhan. Bloop
Marketing
Store
Public Relation
Keuangan
SDM
Gambar 5. Struktur organisasi bloop 4.2 Karakteristik Responden Pada bagian ini akan diberikan gambaran umum mengenai responden. Responden adalah konsumen Gerai Bloop di Tebet Utara Dalam Jakarta no. 22 Jakarta Selatan yang melakukan pembelian saat penelitian sedang dilaksanakan. Total populasi didapat dari rata-rata jumlah konsumen perbulan yang secara keseluruhan mencapai 50.000 orang konsumen dan yang dijadikan contoh adalah sebesar 100 orang konsumen. Deskripsi karakteristik responden diperoleh berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada konsumen gerai Bloop. Gambaran umum yang dipaparkan adalah mengenai jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi pembelian, penerimaan per bulan, pengeluaran per bulan, dan pengeluaran per bulan untuk membeli produk pakaian jadi.
36
4.2.1 Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5. Jumlah responden perempuan adalah sebanyak 60 orang atau sebesar 60 persen. Jumlah responden laki-laki adalah sebanyak 40 orang atau sebesar 40 persen. Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah Responden Persentase (%) (Orang) Laki-laki 40 40 Perempuan 60 60 Total 100 100 Perbandingan jumlah konsumen laki-laki dan perempuan ini
Jenis Kelamin
diambil
berdasarkan
pengamatan
pihak
Gerai
Bloop.
Hasil
pengamatan diketahui berdasarkan wawancara dengan pihak Gerai Bloop tersebut. Pembagian ini dilakukan agar dapat mewakili jumlah konsumen perempuan yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah konsumen laki-laki. 4.2.2 Usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6. Jumlah usia responden terbesar berada pada kisaran usia 17 19 tahun yaitu sebanyak 39 orang (39%). Hal ini dapat dijelaskan oleh media promosi dan iklan Gerai Bloop yang biasa dipasang di majalah-majalah remaja dengan segmen pasar usia tersebut. Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan usia Jumlah Responden (Orang) 17 - 19 tahun 39 20 – 22 tahun 37 23 – 25 tahun 15 Di atas 25 tahun 9 Total 100 4.2.3 Frekuensi Pembelian Produk Bloop Usia
Persentase (%) 39 37 15 9 100
Berdasarkan frekuensi pembelian produk Bloop, jumlah responden terbesar berada pada kelompok dengan frekuensi satu kali yaitu sebanyak 67 orang (67%) dan terkecil berada pada kelompok dengan frekuensi pembelian empat kali yaitu sebanyak 3 orang (3%).
37
Hal ini dapat dijelaskan oleh konsumen yang mayoritas merupakan konsumen tetap. Namun karena mayoritas konsumen adalah pelajar dan mahasiswa dengan penghasilan yang masih sangat terbatas, maka frekuensi pembelian tiap bulan hanya dapat dilakukan sebanyak satu kali saja. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian produk Bloop dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik
responden
berdasarkan
frekuensi
pembelian produk yang dijual di Bloop per bulan Frekuensi Pembelian Satu kali Dua kali Tiga kali Empat kali Lebih dari empat kali Total 4.2.4 Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden (Orang) 67 20 5 3 5 100
Persentase (%) 67 20 5 3 5 100
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, jumlah responden terbesar berada pada kelompok dengan pendidikan yang sedang ditempuh atau terakhir adalah S1 atau sarjana yaitu sebanyak 60 orang (60%) dan terkecil berada pada kelompok dengan pendidikan terakhir lainnya yaitu sebanyak 6 orang (6%). Hal ini disebabkan media promosi yang digunakan oleh Gerai Bloop biasanya adalah majalah atau radio yang biasa didengar oleh konsumen dengan tingkat pendidikan tersebut. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8.
Karakteristik
responden
berdasarkan
tingkat
pendidikan Tingkat Pendidikan Terakhir SMU atau Sederajat D3 S1 Lainnya Total
Jumlah Responden (Orang) 23 11 60 6 100
Persentase (%) 23 11 60 6 100
38
4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan klasifikasi pekerjaan, mayoritas responden berada pada kelompok pelajar atau mahasiswa sebanyak 71 orang (71%) dan yang terkecil berada pada kelompok pegawai negeri sebanyak 2 orang (2%). Hal ini dikarenakan segmentasi utama yang ditentukan oleh Gerai Bloop merupakan pelajar dan mahasiswa sehingga konsumen paling banyak merupakan pelajar atau mahasiswa. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan klasifikasi pekerjaan Klasifikasi Pekerjaan Pelajar atau Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Total 4.2.6 Penerimaan per Bulan Berdasarkan
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
71
71
2 18 9 100
2 18 9 100
frekuensi
penerimaan
per
bulan,
jumlah
responden terbesar berada pada kelompok dengan penerimaan Rp. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 yaitu sebanyak 40 orang (40%) dan terkecil berada pada kelompok dengan penerimaan Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 yaitu sebanyak 2 orang (2%). Karakteristik responden
berdasarkan penerimaan per bulan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik responden berdasarkan penerimaan per bulan Penerimaan per Bulan < Rp. 500.000 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 > Rp. 10.000.000 Total
Jumlah Responden (Orang) 15 40 29 10 2 4 100
Persentase (%) 15 40 29 10 2 4 100
39
4.2.7 Pengeluaran per Bulan Berdasarkan
frekuensi
pengeluaran
per
bulan, jumlah
responden terbesar berada pada kelompok dengan pengeluaran Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 yaitu sebanyak 48 orang (48%) dan terkecil
berada pada kelompok dengan pengeluaran lebih dari Rp. 10.000.000 yaitu sebanyak 0 orang (0 %). Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) < Rp. 500.000 24 24 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 48 48 Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 16 16 Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 9 9 Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 3 3 > Rp. 10.000.000 0 0 Total 100 100 4.2.8 Pengeluaran per Bulan untuk Membeli Produk Pakaian Jadi Pengeluaran per Bulan
Berdasarkan frekuensi pengeluaran per bulan untuk membeli produk pakaian jadi, jumlah responden terbesar berada pada kelompok dengan pengeluaran Rp. 200.001 – Rp. 500.000 yaitu sebanyak 46 orang (46%) dan terkecil berada pada kelompok dengan pengeluaran lebih dari Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 0 orang (0%). Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan untuk membeli produk pakaian jadi Pengeluaran per Bulan < Rp. 100.000 Rp. 100.000 – Rp. 200.000 Rp. 200.001 – Rp. 500.000 Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000 Total
Jumlah Responden (Orang) 5 39 46 6 4 0 100
Persentase (%) 5 39 46 6 4 0 100
40
4.3 Analisis Faktor Sebelum data dianalisis dan diolah, data yang masih berskala ordinal karena menggunakan skala likert diubah terlebih dahulu sehingga menjadi berskala interval. Pengubahan skala data ini dilakukan dengan menggunakan software minitab 14 dan gmacro. Pengubahan skala menjadi interval ini dilakukan mengingat salah satu asumsi dalam analisis regresi berganda adalah variabel terikat merupakan variabel yang bersifat kontinu (Suharyadi dan Purwanto, 2009) sehingga skala likert harus diubah menjadi skala interval terlebih dahulu. Analisis faktor sendiri digunakan untuk menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah atribut yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan atribut yang lebih sedikit dari jumlah atribut awal. Adanya pengelompokan atribut yang berkorelasi cukup kuat tersebut dapat memudahkan produsen dalam merumuskan kebijakan strategi pemasaran yang efektif untuk pemasaran produk pakaian jadi. 4.3.1 Analisis Faktor Motif Kognitif Atribut awal yang digunakan dalam analisis penelitian tentang motif kognitif adalah kenyamanan produk (atribut 1), kualitas produk (atribut 2), kualitas bahan baku (atribut 3), tingkat kemurahan harga (atribut 4), rekomendasi teman-teman (atribut 5), model produk yang menarik (atribut 6), model sesuai dengan kepribadian konsumen (atribut 7), pembelian lebih dari satu jenis produk (atribut 8), harga yang sesuai dengan kualitas produk (atribut 9), jenis produk yang banyak dan lengkap (atribut 10), serta lebih up to date dibandingkan dengan distro lain (atribut 11). Kesebelas atribut tersebut ditentukan berdasarkan teori motif kognitif yang ada mengenai pengaruhpengaruh dalam motif kognitif terhadap keputusan pembelian konsumen. Variabel-variabel tersebut telah disesuaikan dengan karakteristik dari produk pakaian jadi yang diteliti. Berdasarkan hasil penghitungan data, diketahui bahwa Bartlett’s Test memiliki nilai chi-square 395,478 dengan nilai
41
signifikansi 0,000 dan nilai koefisien KMO MSA mencapai 0,790. Karena nilai signifikansi Bartlett Test of Sphericity lebih kecil dari 0,05 (5%) dan nilai MSA lebih besar dari 0,5 maka data yang digunakan layak untuk diuji. Hasil pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat dilihat pada tabel Anti-image Matrices pada Lampiran 5 seluruh variabel yang dianalisis memiliki nilai MSA > 0,5 (koefisien variabel yang membentuk diagonal dan bertanda “a”) dengan nilai MSA terkecil 0,694 yang artinya seluruh variabel yang diuji layak untuk difaktoranalisiskan. Tabel 13 menunjukkan bahwa atribut dengan nilai communality terbesar adalah kualitas bahan baku. Tingginya nilai communality sendiri menunjukkan sejauh mana suatu atribut berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Atribut kualitas bahan baku memiliki nilai communality sebesar 0,809 yang berarti bahwa 80,9% keragaman dari atribut kualitas bahan baku dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang dapat terbentuk. Atribut ini dinilai paling berpengaruh dapat dikarenakan saat ini terdapat banyak retail yang menjual produk pakaian jadi dengan harga yang bersaing dengan harga yang ditetapkan oleh Gerai Bloop. Retail di sini tidak hanya distribution outlet, namun juga department store dan butik. Namun tidak semua retail menjual produk yang memiliki bahan baku yang berkualitas sehingga nantinya produk akan cepat rusak. Mengingat bahwa responden mayoritas berusia 17 hingga 19 tahun dan masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa dengan pendapatan terbatas, tentunya konsumen akan mencari produk dengan harga terjangkau namun tahan lama agar mereka tidak perlu sering pergi berbelanja.
42
Tabel 13. Nilai communalities motif kognitif Variabel kualitas bahan baku kualitas produk kenyamanan produk model produk sesuai dengan kepribadian konsumen harga yang sesuai dengan kualitas produk produk lebih up to date dibandingkan dengan distribution outlet lain tingkat kemurahan harga jenis produk yang banyak dan lengkap pembelian lebih dari satu jenis produk rekomendasi teman-teman model produk yang menarik Sumber: Data diolah (2010)
Nilai Communality 0,809 0,797 0,708 0,616 0,528 0,515 0,475 0,468 0,427 0,331 0,231
4.3.2 Analisis Faktor Motif Afektif Atribut awal yang digunakan dalam analisis penelitian tentang motif afektif adalah kekhawatiran akan kualitas produk distribution outlet lain (atribut 1), perasaan mengikuti tren (atribut 2), memperbaiki penampilan (atribut 3), merasa lebih menarik (atribut 4), kualitas yang terasa memuaskan (atribut 5), merasa lebih bergengsi (atribut 6), merasa ingin diterima (atribut 7), pandangan orang lain terhadap dirinya (atribut 8), merasa lebih percaya diri (atribut 9), merasa mirip model atau public figure (atribut 10). Kesepuluh atribut tersebut ditentukan berdasarkan teori motif afektif yang ada mengenai pengaruh-pengaruh
dalam
motif
afektif
terhadap
keputusan
pembelian konsumen. Variabel-variabel tersebut telah disesuaikan dengan karakteristik dari produk pakaian jadi yang diteliti. Berdasarkan hasil penghitungan data, diketahui bahwa Bartlett’s Test memiliki nilai chi-square 434,252 dengan nilai signifikansi 0,000 dan nilai koefisien KMO MSA mencapai 0,880. Karena nilai signifikansi Bartlett Test of Sphericity lebih kecil dari 0,05 (5%) dan nilai MSA lebih besar dari 0,5 maka data yang digunakan layak untuk diuji. Hasil pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
43
Dapat dilihat pada tabel Anti-image Matrices pada Lampiran 6 seluruh variabel yang dianalisis memiliki nilai MSA > 0,5 (koefisien variabel yang membentuk diagonal dan bertanda “a”) dengan nilai MSA terkecil 0,795 yang artinya seluruh variabel yang diuji layak untuk difaktoranalisiskan. Tabel 14 menunjukkan bahwa atribut dengan nilai communality terbesar adalah kualitas yang terasa memuaskan dengan nilai communality sebesar 0,750 yang berarti bahwa 70,5% keragaman dari atribut kualitas yang terasa memuaskan dapat dijelaskan oleh dua faktor yang dapat terbentuk. Atribut ini dinilai paling berpengaruh dapat dikarenakan dengan pendapatan yang terbatas, konsumen cenderung akan memilih produk yang mereka sudah tahu pasti memiliki kualitas yang memuaskan sehingga meminimalkan ketegangan yang dapat timbul akibat produk tidak memuaskan. Apalagi jika mengingat bahwa harga produk yang dijual di kebanyakan distribution outlet cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan harga di pusat-pusat perdagangan. Sehingga, untuk mengeluarkan uang sejumlah tersebut, konsumen harus memiliki suatu keyakinan bahwa konsumen akan mendapat kepuasan yang diinginkan setelah membeli produk tersebut. Salah satu pendorong timbulnya keyakinan tersebut antara lain adalah dengan telah merasakan dan membuktikan sendiri tingginya kualitas dari suatu produk. Tabel 14. Nilai communalities motif afektif Variabel kualitas yang terasa memuaskan pandangan orang lain terhadap dirinya merasa lebih bergengsi kekhawatiran akan kualitas produk distribution outlet lain merasa ingin diterima merasa mirip model atau public figure merasa lebih percaya diri merasa lebih menarik perasaan mengikuti tren memperbaiki penampilan
Nilai Communality 0,750 0,721 0,691 0,664 0,648 0,586 0,562 0,527 0,495 0,472
44
4.4 Analisis Regresi Berganda 4.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kurva normal P-Plot. Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa titik-titik berada menyebar di sekitar garis diagonal. Jadi data pada variabel dependen dinyatakan normal
Gambar 6. Uji normalitas 4.4.2 Uji Multikoliearitas Menurut Nugroho (2005), uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF dan Tolerance seperti yang tercantum pada Tabel 15. Tabel 15. Uji multikolinearitas Variabel
TOL X1 0,641 X2 0,641 Sumber: Data diolah (2010)
Kolinear Statistik VIF 1,559 1,559
Dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan, nilai VIF dan TOL menunjukkan bahwa nilai TOL tidak kurang dari 0,1 sedangkan nilai VIF bernilai tidak lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen satu dengan lainnya dalam penelitian ini
45
tidak saling berkolinearitas atau tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen pada penelitian ini. 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dalam gambar scatterplot pada Gambar 7. Dapat dilihat pada Gambar 7 bahwa sebaran data di sekitar angka nol pada sumber Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
Gambar7. Uji heteroskedastisitas 4.4.4 Pembahasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Setelah 100 responden selesai menjawab kuesioner, jawaban dari kuesioner-kuesioner tersebut didaftar untuk kemudian diolah. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, hubungan antara motif kognitif, motif afektif dan keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 16.
46
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Motif Kognitif dan Motif Afektif terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Variabel
Koefisien Regresi 1,232 0,517 0,035 23,131
Konstanta Motif Kognitif (X1) Motif Afektif (X2) Fhitung R2 Sumber: Data diolah (2010)
thitung
Taraf Nyata
4,384 5,189 0,415
0,000 0,000 0,679 0,000
0,323
Berdasarkan Tabel 15, hasil perhitungan menunjukkan nilai R2 (R Square) adalah 0,323 yang artinya keputusan pembelian konsumen pada gerai Bloop dapat dijelaskan oleh motif kognitif dan motif afektif sebesar 32,3 persen. Sisa sebesar 67,7 persen yang tidak dapat dijelaskan oleh motif pembelian, berarti dijelaskan oleh faktorfaktor lain seperti tekanan sosial, kegiatan pemasaran, sikap konsumen, perilaku konsumen, pengetahuan, preferensi, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Engel, dkk (1994) bahwa banyak faktor dapat membentuk hasil keputusan akhir, tidak hanya motif internal, melainkan juga pengaruh eksternal. Perhitungan lengkap dari hasil pengolahan data ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Persamaan regresi berganda yang diperoleh dari hasil pengolahan data ini adalah: Y = 1,232 + 0,517 X1* + 0,035 X2 Keterangan : * = signifikan pada α = 5% Berdasarkan persamaan di atas, konstanta dalam persamaan regresi sebesar 1,232 menyatakan bahwa jika tidak ada motif kognitif (X1) ataupun motif afektif (X2), keputusan pembelian konsumen gerai Bloop adalah 1,232. Konstanta sebesar 1,232 artinya adalah jika variabel independen motif kognitif dan motif afektif (X1 dan X2) bernilai 0 (nol), maka tingkat pembelian konsumen (Y) adalah 1,232. Koefisien regresi motif kognitif (X1)adalah 0,517, artinya adalah apabila faktor motif kognitif meningkat sebanyak 1 (satu) unit, maka keputusan pembelian (Y) konsumen akan meningkat sebesar 0,517
47
unit. Koefisien regresi motif afektif (X2) adalah 0,035, artinya adalah apabila faktor motif afektif meningkat sebanyak 1 (satu) unit, maka keputusan pembelian (Y) konsumen akan meningkat sebesar 0,035 unit. Nilai dari koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa motif kognitif berpengaruh lebih dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan dengan motif afektif. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi motif kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien regresi motif afektif. 4.5 Uji Serempak (Uji F) Hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 23,131 dengan taraf nyata 0,000. Karena taraf nyata 0,000 jauh lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan yaitu 0,05, maka motif kognitif dan motif afektif secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen (H01 ditolak). Penolakan H01 ini juga dapat dilihat dari Gambar 8 yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang lebih besar daripada nilai Ftabel sebesar 3,464 membuat nilai Fhitung berada pada daerah menolak H01 atau menerima Ha1.
Terima Ha1 Terima H01
3,464 23,131
Gambar 8. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji F untuk motif kognitif dan motif afektif 4.6 Uji Parsial (Uji t) Hasil dari uji t motif kognitif (X1) diperoleh hasil bahwa H02 ditolak. Hal ini dapat dilihat dari taraf nyata untuk motif kognitif sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan yaitu 0,05 dan nilai thitung yaitu 5,189 yang lebih besar daripada nilai t tabel yaitu 1,987. Secara jelas, keputusan H02 ditolak ini juga dapat dilihat pada Gambar 9. Dari Gambar 9 tersebut, dapat dilihat bahwa nilai thitung berada pada daerah tolak H02 atau terima Ha2.
48
Dengan begitu, motif kognitif secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen gerai Bloop.
Terima Ha2
Terima Ha2 Terima H02
1,987 5,189
-1,987
Gambar 9. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji t untuk motif kognitif Hasil dari uji t motif afektif (X2) diperoleh hasil bahwa H03 diterima. Hal ini dapat dilihat dari taraf nyata untuk motif afektif sebesar 0,679 lebih besar dari nilai alpha yang digunakan yaitu 0,05 dan nilai thitung yaitu 0, 415 yang lebih kecil daripada nilai ttabel yaitu 1,987. Secara jelas, keputusan H03 diterima ini juga dapat dilihat pada Gambar 10. Dari Gambar 10 tersebut, dapat dilihat bahwa nilai thitung berada pada daerah terima H03. Dengan begitu, motif afektif secara parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Gerai Bloop.
Terima Ha3
Terima Ha3 Terima H03
-1,987
0,415
1,987
Gambar 10. Daerah keputusan menerima hipotesis dalam uji t untuk motif afektif Faktor motif kognitif merupakan satu-satunya motif yang memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Penyebab mengapa hanya motif kognitif yang berpengaruh dan motif afektif tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian dapat diduga dari analisis beberapa karakteristik responden seperti usia, frekuensi pembelian, penerimaan konsumen, dan pengeluaran konsumen untuk membeli produk pakaian jadi. Usia responden yang telah berada di atas 17 tahun dapat membantu menganalisis mengapa motif kognitif berpengaruh sedangkan motif afektif
49
tidak berpengaruh. Dengan usia di atas 17 tahun, konsumen dianggap telah dapat berfikir secara rasional sehingga hanya membeli produk yang dianggap memberi manfaat kepada konsumen secara nyata, tidak hanya memberi konsumen manfaat secara psikologis (hedonic). Apalagi, konsumen mayoritas merupakan pelajar atau mahasiswa dengan pendapatan yang masih sangat terbatas sehingga pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cermat agar manfaat yang didapat sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Berdasarkan karakteristik frekuensi pembelian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 67 orang (67%) berbelanja di Gerai Bloop satu kali tiap bulannya, dan sisanya berbelanja lebih dari satu kali tiap bulannya di gerai Bloop. Hal ini dapat menandakan bahwa konsumen gerai Bloop merupakan konsumen yang loyal karena selalu menyempatkan diri untuk berbelanja di Gerai Bloop setiap bulannya. Dari sini dapat diduga bahwa produk yang dijual di Gerai Bloop memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk di gerai lain. Pendapatan dari mayoritas responden yang merupakan konsumen gerai Bloop adalah Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000, dan pengeluaran per bulan untuk membeli produk pakaian jadi adalah Rp. 200.001 – Rp. 500.000, yang berarti
minimal
konsumen
mengeluarkan
sekitar
20
persen
dari
pendapatannya untuk membeli produk pakaian jadi. Persentase yang cukup besar ini ditambah dengan loyalitas konsumen Gerai Bloop mengindikasikan bahwa konsumen gerai Bloop benar-benar mengandalkan motif kognitif atau rasionalnya dalam berbelanja di Gerai Bloop. Hal ini juga dapat disimpulkan dengan mengingat konsumen Gerai Bloop yang mayoritas merupakan pelajar atau mahasiswa (71%) dengan penghasilan terbatas akan lebih memikirkan kualitas agar pakaian jadi yang mereka pakai tidak cepat kehilangan manfaatnya, dibandingkan dengan produk yang mengandalkan prestise dengan kualitas yang tidak jauh berbeda, namun dengan harga yang cenderung lebih mahal.
50
4.7 Pembahasan dan Implikasi Manajerial 4.7.1 Pembahasan Hasil uji instrumen yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh instrumen pada penelsitian ini valid dengan rhitung > rtabel. Untuk semua instrumen pada penelitian ini memiliki angka reliabilitas > 0,6 sehingga seluruh instrumen dapat dinyatakan handal. Adapun penelitian ini dilakukan untuk untuk menjawab rumusan masalah mengenai motif kognitif dan afektif konsumen yang mempengaruhi konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop, bagaimana pengaruh motif kognitif dan motif afektif terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop, dan motif apakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pembuatan keputusan pembelian produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop. Metode analisis data yang digunakan untuk membantu pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisis faktor, analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F. Berikut merupakan pembahasan jawaban rumusan masalah dalam penelitian ini. Hasil analisis faktor untuk mengidentifikasi atribut motif kognitif dan motif afektif yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen didapatkan bahwa untuk motif kognitif, atribut yang paling berpengaruh adalah kualitas bahan baku, yang diikuti dengan atribut kualitas produk dan kenyamanan produk. Untuk motif afektif, atribut yang paling berpengaruh adalah kualitas yang terasa memuaskan, diikuti dengan pandangan orang lain dan merasa lebih bergengsi. Hasil ini ditunjukkan oleh tingginya nilai communality yang didapat untuk atribut-atribut di atas. Hasil
uji
asumsi
klasik
yaitu
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa data penelitian tidak memliki masalah pelanggaran asumsi, sehingga layak untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diketahui bahwa variabel motif kognitif dan motif
51
afektif dapat menjelaskan variabel keputusan pembelian sebesar 32,3 persen. Hal ini berarti sisa 67,7 persen lainnya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
lain
seperti
sikap
konsumen,
pengetahuan
konsumen, strategi promosi, dan lain-lain. Uji F dan uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel motif kognitif (X1) dan motif afektif (X2) berpengaruh baik secara serempak maupun secara parsial terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk pakaian jadi yang dijual di Gerai Bloop. Berdasarkan hasil olahan uji F pada Tabel 15, didapatkan bahwa signifikansi Fhitung sebesar 0,000 < 0,005 yang berarti bahwa variabel independen atau X memiliki pengaruh secara serempak terhadap variabel dependen atau Y. Untuk hasil olahan uji t pada Tabel 15 menunjukkan bahwa hanya satu dari dua variabel dependen yang mempengaruhi variabel independen. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah motif kognitif (X1). Artinya secara parsial motif kognitif berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan motif afektif secara parsial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Rumusan masalah yang terakhir dapat dijawab dengan melihat koefisien regresi yang paling besar. Dapat dilihat juga di Tabel 15 bahwa koefisien regresi paling besar ditunjukkan oleh motif kognitif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motif kognitif memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan dengan motif afektif terhadap keputusan pembelian produk pakaian jadi di Gerai Bloop. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa motif pembelian berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Seperti yang dikatakan Loudon dan Della Bitta (1993) bahwa motif memiliki fungsi dan peran dalam mengidentifikasi produk sebagai objek tujuan. Dalam penelitian ini hanya motif kognitif saja yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, yang berarti bahwa konsumen lebih menggunakan motif rasionalnya dibandingkan dengan motif emosional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (2007) yang menyatakan bahwa proses evaluasi alternatif konsumen
52
dalam proses pengambilan keputusan konsumen dipandang sebagai proses yang berorientasi kognitif yaitu konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. 4.7.2 Implikasi Manajerial Keputusan konsumen dalam melakukan pembelian barang atau jasa dipegaruhi oleh berbagai macam faktor. Seperti yang dikatakan oleh Kotler (2007), perilaku pembelian konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor tersebut tentunya harus dipahami oleh perusahaan untuk kemudian
dipengaruhi
melalui
kegiatan-kegiatan
pemasaran
perusahaan. Loudon dan Della Bitta (1993) menyebutkan bahwa motif terbagi dua, yaitu pola-pola yang disederhanakan dan pola komprehensif. Pola komprehensif dapat dibagi menjadi motif kognitif dan motif afektif dimana masing-masing memiliki pengaruh masingmasing terhadap perilaku konsumen. Motif kognitif menunjukkan pengaruh ketetapan, sifat, pengelompokkan, obyektivitas, otonomi, pencarian, kesesuaian, dan manfaat. Motif afektif menunjukkan pengaruh pengurangan ketegangan, ekspresi diri, pertahanan diri, menguatkan, penegasan, keanggotaan, pembentukan identitas, dan model. Gerai Bloop dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya dengan memperhatikan motif pembelian konsumen,, sehingga diharapkan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan dan pangsa pasar. Dari penelitian pun telah terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel motif pembelian terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa atribut yang paling berpengaruh dalam variabel motif kognitif adalah kualitas bahan baku dan atribut yang paling berpengaruh dari motif afektif adalah kualitas yang terasa memuaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2005) bahwa pentingnya kualitas daapt dijelaskan
53
dari dua sudut, yaitu dari sudut manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, kualitas produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberikan kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, kualitas merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan. Kualitas produk sendiri menurut Juran dalam Nasution (2005) merupakan
kecocokan
penggunaan
produk
untuk
memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, tidak mudah rusak, dan adanya jaminan kualitas. Kecocokan penggunaan produk juga memiliki dua aspek uama yaitu memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan. Berdasarkan hasil pengolahan data dan teori tersebut, maka Gerai Bloop sebaiknya menyeleksi dengan ketat produk-produk yang dijual di gerainya, apakah memiliki bahan baku berkualitas tinggi atau tidak. Kualitas bahan baku ini sangat berpengaruh mengingat keawetan produk dan manfaat yang bisa didapat dari produk juga dipengaruhi oleh kualitas bahan baku. Hal ini dapat ditanggapi oleh Gerai Bloop dengan mengadakan kegiatan promosi sehingga konsumen baru dapat merasakan kualitas produk yang dijual di Gerai Bloop. Dengan merasakan kualitas tersebut, diharapkan konsumen akan melakukan kegiatan pembelian ulang, dan akhirnya menjadi konsumen loyal Gerai Bloop. Gerai Bloop juga dapat memberikan garansi atas produk yang dijualnya,
sehingga
konsumen
merasa
memiliki
tambahan
perlindungan akan produk yang mereka beli selama jangka waktu tertentu. Mengingat bahwa faktor kualitas merupakan faktor yang
54
paling penting, faktor ini juga harus terkomunikasikan dengan baik dalam media promosi Gerai Bloop sehingga konsumen dapat menangkap bahwa Gerai Bloop memiliki keunggulan dibandingkan dengan distribution outlet lainnya dalam hal menjaga kualitas produk yang dijual di gerainya. Variabel motif afektif secara keseluruhan diketahui tidak menunjukkan angka yang signifikan pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi t yang lebih besar daripada nilai alpha yang digunakan yaitu 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel periklanan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen gerai Bloop. Kondisi ini dapat disebabkan karena konsumen yang lebih mementingkan motif rasional dibandingkan dengan motif emosional, sehingga konsumen kurang peduli terhadap emosi yang didapat saat menggunakan produk yang dijual di Gerai Bloop, ataupun public figure yang juga memakai produk Bloop. Melihat hal ini, dapat diartikan bahwa saat ini atribut-atribut motif kognitif seperti kualitas bahan baku, kualitas produk, kenyamanan produk, model produk, harga produk, kelengkapan jenis produk, dan rekomendasi teman konsumen merupakan hal yang lebih penting bagi konsumen. Untuk itu, Gerai Bloop sebaiknya memperhatikan kualitas produk yang dijual di tokonya, dan menambah jenis produk yang dijual sehingga konsumen merasa dapat membeli produk-produk pakaian yang diinginkannya hanya dengan pergi ke satu gerai, yaitu Gerai Bloop. Gerai Bloop juga harus tetap selektif dalam memilih model produk yang akan dijual di Gerai Bloop mengingat bahwa model produk juga menentukan keputusan pembelian konsumen. Penetapan harga pun harus dilakukan secara hati-hati oleh Gerai Bloop mengingat Gerai Bloop bersaing tidak hanya dengan distribution outlet lain, tetapi juga dengan retail lain yang juga menjual produk pakaian jadi. Untuk hal ini, Gerai Bloop dapat mendiskon produk-
55
produknya saat retail lain tidak sedang mendiskon produk mereka, atau memberi potongan harga kepada konsumen loyal Gerai Bloop. Gerai
Bloop
hendaknya
juga
meningkatkan
loyalitas
konsumen sehingga konsumen pada akhirnya merekomendasikan gerai Bloop sebagai gerai yang baik untuk tempat berbelanja produk pakaian jadi. Hal ini harus dilakukan mengingat rekomendasi temanteman konsumen ikut memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen, sesuai dengan pernyataan Kotler (2007) dimana informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi atau sumber publik yang merupakan wewenang independen. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pembeli informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi. Selain itu, Gerai Bloop juga tidak perlu melakukan iklan secara berlebihan atau kegiatan yang melibatkan model atau public figure untuk memakai produk yang dijual di Gerai Bloop mengingat hal tersebut tidak signifikan dalam
mempengaruhi
keputusan
pembelian
konsumen.
56
KESIMPULAN DAN SARAN
1
Kesimpulan Berdasarkan permasalahan dan pembahasan mengenai pengaruh motif kognitif dan motif afektif terhadap keputusan pembelian konsumen pada gerai Bloop, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Atribut motif kognitif yang memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian konsumen adalah kualitas bahan baku, dengan nilai communality 0,809. Sedangkan atribut motif afektif yang memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian konsumen adalah kualitas yang terasa memuaskan dengan nilai communality 0,75.
2.
Motif kognitif dan motif afektif secara bersama-sama terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang bernilai lebih besar dari Ftabel. Motif kognitif terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian sedangkan motif afektif terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat nilai thitung variabel motif kognitif sebesar 5,189 dan nilai thitung variabel afektif sebesar 0,415. Model regresi yang didapat dari penelitian ini adalah Y = 1,232 + 0,517 X1 + 0,035 X2.
3.
Berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa motif kognitif memiliki koefisien regresi yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien regresi motif afektif. Hal ini berarti motif kognitif berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan motif afektif.
2
Saran 1.
Gerai Bloop hendaknya menjaga kualitas produk dan tetap selektif dalam memilih bahan baku untuk produk yang dijual di gerainya, mengingat bahwa kualitas yang terasa memuaskan dan kualitas bahan baku merupakan atribut dengan nilai communality tertinggi dari masingmasing variabel.
57
2.
Mengingat
bahwa
motif
kognitif
berpengaruh
lebih
dominan
dibandingkan dengan motif afektif terhadap keputusan pembelian, maka Gerai Bloop hendaknya memberikan perhatian ekstra dan berusaha untuk memberikan nilai tambah terhadap atribut-atribut motif kognitif seperti
meningkatkan
kualitas
produk
termasuk
bahan
baku,
memperbaharui produk yang dijual sesuai dengan mode yang berlaku, meningkatkan loyalitas konsumen, dan sering mengadakan diskon. 3.
Gerai Bloop juga hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain selain motif kognitif dan motif afektif seperti sikap dan perilaku konsumen, bauran pemasaran, bauran promosi, dan lain-lain. Hal-hal tersebut harus diperhatikan mengingat dalam penelitian ini, motif kognitif dan motif afektif hanya mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 32,3% dan sisanya
dijelaskan
oleh
faktor
lain
seperti
hal-hal
tersebut.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdilah, S. 2010. Fungsi Pakaian Muslim. http:// sakola-sukron.blogspot.com/ [24 Januari 2010] Bevie. 2008. Tata Cara Berbusana. http://bevienovantini.multiply.com/ [2 Februari 2010] Bank Indonesia. 2009. Kelola Pembiayaan Usaha Konveksi Pakaian Jadi Syariah. http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Pengusaha.htm [09 Februari 2010] BPS. Jumlah Perusahaan Menurut Subsektor. http://www.bps.go.id November 2009]
[15
BPS. Pertumbuhan Ekonomi 2009 sebesar 4,5 Persen. http://www.bps.go.id [18 Mei 2010] Central
Intellegence Agency. Country Comparison: https://www.cia.gov/ [15 November 2009]
Population.
Hanisaja. 2008. Pengertian Distro. http://hanisaja.wordpress.com/ [15 Januari 2010] Engel, Blackwell dan Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Binarupa Aksara, Jakarta. Foster, B. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta, Bandung Granito, H. 2008. Bisnis Distro. Media pressindo, Jakarta. Hanisaja. 2008. Pengertian Distro. http://hanisaja.wordpress.com/ [15 Januari 2010] Hasan, M. I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik. Bumi Aksara, Jakarta. Hasanah, U. 2003. Tesis pada Magister Sains Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. http://id.wikipedia.org/Pakaian [02 Februari 2010] http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php [15 November 2009] http://depdag.go.id/ [9 Februari 2010] http://deperin.go.id/ [15 November 2009] Kotler, P. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid I. Indeks, Jakarta. Loudon, L. D. dan Della Bitta. 1993. Consumer Behavior : Concepts and Application Fourth Edition. McGraw Hill, New York. Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia, Bogor. Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta Rahayu, E. M. 2008. Merajut Bisnis di Sepanjang Tebet Utara Dalam. http://swa.co.id [15 Januari 2010]
59
Santoso, H. N. Y. dan D. Patricia. 2003. Pengaruh Motif Kognitif dan Motif Afektif Terhadap Pengambilan Keputusan pada Restauran Kentucky Fried Chicken di Tunjungan Plaza III Surabaya. Skripsi pada Program Manajemen Perhotelan, Universitas Kristen Petra. Suharyadi dan S. K. Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta. Sunarno, S. 2008. Persoalan Usaha Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. http://www.indonesiatekstil.com [24 Januari 2010] Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua. Liberty, Yogyakarta. Umar, H. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia, Jakarta. Yunitha, R. N. 2008. Analisis Pengaruh Komunikasi Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian Simcard IM3 (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). Skripsi pada Program Manajemen Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
61 61
Lampiran 1 No.
KUESIONER PENELITIAN Kuesioner ini merupakan bahan yang digunakan untuk penelitian mengenai “ANALISIS PENGARUH MOTIF KOGNITIF DAN MOTIF AFEKTIF TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK PAKAIAN JADI (STUDI KASUS GERAI BLOOP JAKARTA)” guna penyelesaian tugas akhir yang disusun oleh: Esa Parahita Hapsari (H24062118) Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Anda 1. Apakah pembelian kali ini merupakan pembelian pertama Anda di Bloop? a. Ya b. Tidak (STOP jika anda menjawab Ya. Terima kasih atas Partisipasi Anda) 2. Berapakah usia Anda sekarang? a. < 17 tahun d. 23 - 25 tahun b. 17 - 19 tahun e. di atas 25 tahun c. 20 - 22 tahun (STOP jika usia Anda < 17 tahun. Terima kasih atas Partisipasi Anda) DATA PRIBADI RESPONDEN 1. Jenis kelamin: a. Pria b. Wanita 2. Berapa kali dalam sebulan Anda membeli produk yang dijual di Bloop? a. Satu kali c. Empat kali b. Dua kali d. Lebih dari empat kali c. Tiga kali 3. Tingkat pendidikan terakhir Anda atau yang sedang Anda tempuh? a. SMU atau sederajat b. D3 c. S1 d. Lainnya 4. Apakah pekerjaan Anda? a. Pelajar atau Mahasiswa c. Pegawai Swasta b. Pegawai Negeri d. Wiraswasta 5. Berapakah penerimaan Anda setiap bulan? a. < Rp. 500.000 c. Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.001 b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 d. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 e. > Rp. 10.000.000
62
Lanjutan Lampiran 1 6. Berapakah pengeluaran Anda setiap bulan? a. < Rp. 500.000 c. Rp. 2.000.001 – Rp. 5.000.000 b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 d. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 e. > Rp. 10.000.000 7. Berapakah besar pengeluaran yang Anda anggarkan untuk membeli produk pakaian jadi setiap bulan (TERMASUK pembelian di tempat lain selain Bloop)? a. < Rp. 100.000 c. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 b. Rp. 100.000 – Rp. 200.000 d. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 c. Rp. 200.001 – Rp. 500.000 e. > Rp. 2.000.000 Berilah tanggapan Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini yang menurut Anda benar dengan memberikan tanda silang (x) pada setiap jawaban pada kolom yang sudah disediakan Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju MOTIF KOGNITIF No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pernyataan Produk yang dijual di gerai Bloop adalah produk yang nyaman dipakai Produk yang dijual di gerai Bloop adalah produk yang berkualitas Bahan baku yang dipakai oleh produkproduk yang dijual di gerai Bloop berkualitas Harga produk yang dijual di gerai Bloop murah Produk yang dijual di gerai Bloop banyak direkomendasikan oleh teman-teman Anda Model dari produk-produk yang dijual di Bloop menarik Model dari produk-produk yang dijual di Bloop sesuai kepribadian Anda Anda pernah membeli lebih dari satu jenis produk yang dijual di gerai Bloop Harga produk yang dijual di Bloop sesuai dengan kualitas produk Jenis produk yang dijual di Bloop lebih banyak dan lengkap Produk yang dijual di gerai Bloop lebih up to date dibandingkan distribution outlet (distro) lain
STS
TS
S
SS
63
Lanjutan Lampiran 1 MOTIF AFEKTIF No. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan Anda membeli produk yang dijual di gerai Bloop karena merasa produk yang dibeli di distro lain belum tentu kualitasnya sebaik produk yang dijual di gerai Bloop Anda membeli produk yang dijual di gerai Bloop agar orang lain memandang Anda sebagai pribadi yang mengikuti tren fashion Anda merasa produk yang dijual di gerai Bloop dapat memperbaiki penampilan Anda Anda merasa lebih menarik daripada orang lain saat sedang memakai produk yang dijual di gerai Bloop Anda membeli kembali produk yang dijual di gerai Bloop karena merasa kualitas yang didapat memuaskan Anda merasa membeli produk yang dijual di gerai Bloop lebih bergengsi dibandingkan membeli produk di distro lain Anda merasa membeli produk yang dijual di gerai Bloop dapat membuat Anda diterima oleh lingkungan tempat Anda berinteraksi Anda merasa produk yang dijual di gerai Bloop dapat membuat Anda dipandang sebagai pribadi yang unik dan menarik oleh orang lain Produk yang dijual di Bloop dapat membuat Anda lebih percaya diri Anda merasa produk yang dijual di gerai Bloop dapat membuat Anda terlihat seperti model atau public figure yang memakai produk Bloop
STS
TS
S
SS
64
Lanjutan Lmapiran 1 KEPUTUSAN PEMBELIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pernyataan Karyawan Bloop melayani dengan ramah dan baik Anda tidak perlu menunggu lama saat karyawan Bloop mengambilkan barang untuk Anda Keramaian gerai Bloop masih dalam batas kenyamanan Anda Harga produk yang dijual di gerai Bloop terjangkau oleh Anda Penataan produk di gerai Bloop rapi Produk yang dijual di gerai Bloop diatur menurut jenis produk sehingga memudahkan pencarian konsumen Tampilan gerai Bloop menarik perhatian Karyawan Bloop sangat tanggap dan empati terhadap keluhan konsumen Karyawan Bloop mempunyai pengetahuan produk yang baik
STS
TS
S
SS
Saran dan Kritik untuk Gerai Bloop .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. SEKIAN DAN TERIMA KASIH
65
Lampiran 2 Uji validitas motif kognitif Correlations k1 k1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N k2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
k3
tot
,550(**)
,742(**)
k10 ,215
,612(**)
,634(**)
,006
,000
,062
,044
,217
,000
,002
,000
,253
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,491(**)
1
,786(**)
-,026
,196
,112
,347
,523(**)
,515(**)
,155
,355
,602(**)
,000
,890
,300
,556
,061
,003
,004
,412
,055
,000
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
,384(*)
,186
,567(**)
,460(*)
,687(**)
,247
,513(**)
,699(**)
,000
,000
,128
,036
,325
,001
,010
,000
,188
,004
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,345
-,026
,284
1
,665(**)
,322
,414(*)
,311
,484(**)
,511(**)
,558(**)
,596(**)
Sig. (2-tailed)
,062
,890
,128
,000
,083
,023
,095
,007
,004
,001
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,370(*)
,196
,384(*)
,665(**)
1
,113
,529(**)
,419(*)
,574(**)
,273
,636(**)
,661(**)
,044
,300
,036
,000
,551
,003
,021
,001
,144
,000
,000
Pearson Correlation
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,232
,112
,186
,322
,113
1
,366(*)
,196
,273
,527(**)
,194
,492(**)
Sig. (2-tailed)
,217
,556
,325
,083
,551
,047
,300
,144
,003
,303
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,615(**)
,347
,567(**)
,414(*)
,529(**)
,366(*)
1
,380(*)
,812(**)
,415(*)
,582(**)
,726(**)
,000
,061
,001
,023
,003
,047
,038
,000
,023
,001
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,550(**)
,523(**)
,460(*)
,311
,419(*)
,196
,380(*)
1
,587(**)
,227
,643(**)
,621(**)
,002
,003
,010
,095
,021
,300
,038
,001
,229
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,742(**)
,515(**)
,687(**)
,484(**)
,574(**)
,273
,812(**)
,587(**)
1
,239
,670(**)
,789(**)
,000
,004
,000
,007
,001
,144
,000
,001
,204
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,215
,155
,247
,511(**)
,273
,527(**)
,415(*)
,227
,239
1
,514(**)
,572(**)
Sig. (2-tailed)
,253
,412
,188
,004
,144
,003
,023
,229
,204
,004
,001
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N tot
k11
,615(**)
30
N
k11
k9
,232
,284
Sig. (2-tailed)
k10
k6
1
N
k9
k5
30
N
k8
k8
,370(*)
30
Sig. (2-tailed)
k7
k7
,345
,786(**)
N
k6
k4
30
N
k5
k3 ,826(**)
,826(**)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
k4
k2 ,491(**)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,612(**)
,355
,513(**)
,558(**)
,636(**)
,194
,582(**)
,643(**)
,670(**)
,514(**)
1
,727(**)
,000
,055
,004
,001
,000
,303
,001
,000
,000
,004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,634(**)
,602(**)
,699(**)
,596(**)
,661(**)
,492(**)
,726(**)
,621(**)
,789(**)
,572(**)
,727(**)
1
,000
,000
,000
,001
,000
,006
,000
,000
,000
,001
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,000
30
66
Lanjutan Lampiran 2 Uji validitas motif afektif Correlations a1 a1
Pearson Correlation
a2 1
Sig. (2-tailed) N a2
a8 ,346
a9 ,256
,434(*)
a10
,595(**)
tot
,472
,037
,100
,000
,001
,030
,061
,173
,016
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
,120
,337
,624(**)
,504(**)
,377(*)
,639(**)
,545(**)
Sig. (2-tailed)
,472
,021
,000
,527
,069
,000
,005
,040
,000
,002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,382(*)
,421(*)
1
,589(**)
,205
,301
,427(*)
,444(*)
,340
,474(**)
,436(*)
,037
,021
,001
,276
,106
,019
,014
,066
,008
,016
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,306
,622(**)
,589(**)
1
,333
,337
,528(**)
,533(**)
,504(**)
,559(**)
,562(**)
Sig. (2-tailed)
,100
,000
,001
,072
,068
,003
,002
,005
,001
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,696(**)
,120
,205
,333
1
,627(**)
,453(*)
,384(*)
,503(**)
,322
,626(**)
,000
,527
,276
,072
,000
,012
,036
,005
,083
,000
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,562(**)
,337
,301
,337
,627(**)
1
,573(**)
,488(**)
,423(*)
,451(*)
,688(**)
,001
,069
,106
,068
,000
,001
,006
,020
,012
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,396(*)
,624(**)
,427(*)
,528(**)
,453(*)
,573(**)
1
,776(**)
,732(**)
,581(**)
,685(**)
,030
,000
,019
,003
,012
,001
,000
,000
,001
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,346
,504(**)
,444(*)
,533(**)
,384(*)
,488(**)
,776(**)
1
,685(**)
,634(**)
,596(**)
Sig. (2-tailed)
,061
,005
,014
,002
,036
,006
,000
,000
,000
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,256
,377(*)
,340
,504(**)
,503(**)
,423(*)
,732(**)
,685(**)
1
,433(*)
,601(**)
Sig. (2-tailed)
,173
,040
,066
,005
,005
,020
,000
,000
,017
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,434(*)
,639(**)
,474(**)
,559(**)
,322
,451(*)
,581(**)
,634(**)
,433(*)
1
,798(**)
,016
,000
,008
,001
,083
,012
,001
,000
,017
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N tot
a7
,622(**)
N
a10
,396(*)
30
Sig. (2-tailed)
a9
,562(**)
,421(*)
N
a8
,696(**)
1
Sig. (2-tailed)
a7
,306
30
N
a6
a4
30
N
a5
a3
,136
Sig. (2-tailed)
a4
a6
,382(*)
Pearson Correlation
N a3
a5
,136
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,595(**)
,545(**)
,436(*)
,562(**)
,626(**)
,688(**)
,685(**)
,596(**)
,601(**)
,798(**)
1
,001
,002
,016
,001
,000
,000
,000
,001
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
67
Lanjutan Lampiran 2 Uji validitas keputusan pembelian Correlations b1 b1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N b2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
b3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
b4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
b5
b5
b6 ,112
b7 ,091
b8 ,299
b9 ,073
,646(**)
tot
,001
,000
,020
,050
,557
,634
,108
,701
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,592(**)
1
,457(*)
,694(**)
,267
,345
,198
,255
,227
,616(**)
,011
,000
,154
,062
,295
,173
,227
,000
,001 30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,617(**)
,457(*)
1
,437(*)
,367(*)
,124
,368(*)
,058
,118
,454(*)
,000
,011
,016
,046
,514
,046
,762
,534
,012
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,424(*)
,694(**)
,437(*)
1
,450(*)
,379(*)
,479(**)
,159
,469(**)
,645(**)
,020
,000
,016
,013
,039
,007
,400
,009
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
,367(*)
,450(*)
1
,470(**)
,439(*)
,125
,209
,510(**)
,050
,154
,046
,013
,009
,015
,511
,269
,004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,112
,345
,124
,379(*)
,470(**)
1
,222
,382(*)
,321
,487(**)
Sig. (2-tailed)
,557
,062
,514
,039
,009
,238
,037
,084
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,091
,198
,368(*)
,479(**)
,439(*)
,222
1
,056
,518(**)
,426(*)
Sig. (2-tailed)
,634
,295
,046
,007
,015
,238
,768
,003
,019
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,299
,255
,058
,159
,125
,382(*)
,056
1
,635(**)
,503(**)
Sig. (2-tailed)
,108
,173
,762
,400
,511
,037
,768
,000
,005
N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,073
,227
,118
,469(**)
,209
,321
,518(**)
,635(**)
1
,496(**)
Sig. (2-tailed)
,701
,227
,534
,009
,269
,084
,003
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,646(**)
,616(**)
,454(*)
,645(**)
,510(**)
,487(**)
,426(*)
,503(**)
,496(**)
1
,000
,000
,012
,000
,004
,006
,019
,005
,005
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N tot
,362(*)
30
N
b9
b4
,267
N
b8
,424(*)
30
N
b7
b3 ,617(**)
,362(*)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
b6
b2 ,592(**)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,005
30
68
Lampiran 3 Uji reliabilitas motif kognitif Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha ,894
N of Items
,893
11
Motif Afektif Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha ,896
N of Items
,896
10
Keputusan Pembelian Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,815
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,814
N of Items 9
69
Lampiran 4 Analisis faktor motif kognitif KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df
395,478 55
Sig.
,000
Communalities Initial
,790
Extraction
k1
1,000
,708
k2
1,000
,797
k3
1,000
,809
k4
1,000
,475
k5
1,000
,331
k6
1,000
,231
k7
1,000
,616
k8
1,000
,427
k9
1,000
,528
k10
1,000
,468
k11
1,000
,515
Extraction Method: Principal Component Analysis.
70
Lampiran 5 Analisis faktor motif afektif KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df
,000
Communalities Extraction
a1
1,000
,664
a2
1,000
,495
a3
1,000
,472
a4
1,000
,527
a5
1,000
,750
a6
1,000
,691
a7
1,000
,648
a8
1,000
,721
a9
1,000
,562
a10
434,252 45
Sig.
Initial
,880
1,000 ,586 Extraction Method: Principal Component Analysis.
71
Lampiran 6 Regresi berganda antara motif kognitif, motif afektif dan keputusan pembelian Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered
Variables Removed
afektif, kognitif(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: beli Model Summary(b) Model 1
R ,568(a)
R Square ,323
Adjusted R Square ,309
Std. Error of the Estimate ,417757363
Durbin-Watson 2,073
a Predictors: (Constant), afektif, kognitif b Dependent Variable: beli ANOVA(b) Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 8,074 16,929
25,002 a Predictors: (Constant), afektif, kognitif b Dependent Variable: beli
df 2
Mean Square 4,037
97
,175
99
F 23,131
Sig. ,000(a)