ABSTRAK BUKU “60 MENIT TERAPI SHALAT BAHAGIA” DAN PELAKSANAAN PTSB (PENDALAMAN TERAPI SHALAT BAHAGIA) Penulis/founder: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. Talk Show Radio SUARA SURABAYA 04 Mei 2013 SS: Suara Surabaya, S: Soebiakto (Panitia PTSB Gramedia); P: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag
01
SS P
02
SS P
03
SS P
04
SS P
(Setelah salam perkenalan dsb) Apa yang melatarbelakangi penulisan buku ini? Pertama, banyak muslim tidak mengerti makna doa yang dibaca dalam shalatnya. Padahal mereka wajib memahaminya. Jika kursus bahasa Arab, tentu butuh waktu yang lama. Buku ini memberi solusi. Setiap doa yang dibaca disarikan dalam tiga poin yang sangat mudah diingat. Kedua, shalat seharusnya menjadi solusi problem hidup, sehingga pelaku shalat berbahagia setelah melakukannya. Panggilan hayya alas sholah (ayo shalat) dijamin mengantarkan bahagia (hayya alal falah). Tapi, realitasnya tidak demikian. Orang marah tetap melanjutkan marahnya setelah shalat. Orang sedih tetap murung, orang minder tetap tidak percaya diri walaupun telah melakukan shalat. Buku ini memberi kiat bagaimana menjadikan shalat sebagai problem solver yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan. Penulis buku kadang mendapat inspirasi setelah peristiwa pribadi yang dialami. Apa Prof mengalami peristiwa serupa? Benar mas. Ketika pulang dari tugas menjadi imam di Mauritius Afrika tahun 2000, suara saya hilang total. Sedih, karena tidak bisa mengajar dan berceramah selama 6 bulan. Allah rupanya memaksa saya istirahat untuk lebih banyak mendengar ceramah daripada berceramah. Juga agar lebih banyak membaca buku-buku tentang kebeningan hati (tasawuf). Saat itulah, saya sadar betapa mahalnya anugrah suara. Saya malu kepada Allah, karena mengakui kurang mensyukuri nikmat suara sebelumnya. Ketika sakit, saya juga merasakan kehangatan hubungan dengan Allah. Beberapa tahun kemudian, lutut dan punggung saya bukan main sakitnya untuk rukuk dan sujud. Karenanya, saya “terpaksa” rukuk dan sujud perlahan dan lama karena menahan sakit. Bersamaan dengan periksa ke dokter, saya mencoba terapi diri dengan rukuk dan sujud yang lama untuk menyatakan ikhlas, ridla dan pasrah. Luar biasa, ternyata sembuh. Saat itulah muncul inspirasi, mengapa saya tidak menulis kenikmatan ikhlas, ridla terhadap cobaan dan kepasrahan melalui rukuk dan sujud, sehingga bisa berbagi dengan banyak orang. Andai tidak ada cobaan itu, tidak akan ada buku 60 Menit TSB dan saya tidak akan hadir di studio untuk acara ini. Mengapa tidak disebut saja shalat khusyuk, daripada shalat bahagia, kan lebih populer? Banyak orang salah faham, khusyuk dianggap sebuah kemesraan hubungan semata kepada Allah. Seolah tidak menyentuh kepentingan hidup sehari-sehari. Padahal, khusyuk pasti membuahkan kebahagiaan. Jadi, tidak ada salahnya disebut shalat bahagia. Di saat jumlah orang stres meningkat, saya yakin mereka lebih tertarik kepada buku bertema kiat bahagia. Pembaca 60 TSB diharapkan mendapatkan dua keuntungan: shalat yang lebih berkualitas dan hidup yang lebih gairah dan bahagia. Lalu apa beda buku karya Prof dengan buku “Terapi Shalat Tahajud” karya Prof Sholeh dan “Shalat Khusyuk” karya Abu Sangkan? Saya banyak mendapat ilmu dari dua guru saya itu. Saya berguru ke Prof Sholeh di Kediri, dan ustad Abu Sangkan melalui buku-bukunya. Buku saya ini menekankan pada problem solving semua masalah hidup, disamping tentunya kedekatan kepada
05
SS P
06
SS P
07
SS P
08
SS P
09
SS P
Allah. Buku “60 Menit TSB memberi rumusan renungan yang aplikatif, yang tidak ada dalam kedua buku hebat yang memberi saya inspirasi tersebut. Menurut saya, buku ini bisa melengkapi buku-buku tentang shalat yang sudah beredar di semua toko buku. Apa mungkin kebahagiaan diperoleh hanya dengan 60 menit membaca buku ini? Ya tidak mungkin mas. Penyakit kulit saja tidak bisa disembuhkan dokter dalam sehari, apalagi penyakit hati. Tapi, jika memahami “terapi” atau “cara”nya dalam 60 menit, saya jamin bisa. Menarik sekali. Mohon dijelaskan terapi itu. Terapi shalat dalam buku ini jangan dikonotasikan seperti terapi pijat, terapi herbal, mantra-mantra dan sebagainya. Pernah ada penelpon salah faham, “Berapa kali saya harus datang untuk terapi pak?” Terapi dalam buku ini hanya berupa cara takbir, rukuk, sujud dan gerakan-gerakan shalat lainnya yang menghasilkan T2Q (Tawakal, Tumakninah dan Qona’ah) yang bisa dikerjakan secara mandiri. Dengan T2Q itu, pelaku shalat bisa menghapus penyakit D3 (Dengki, Dendam dan Dongkol) atau S2 (Serakah dan Sombong) yang menjadi sumber penderitaan hidup. Diharapkan juga pemraktek Terapi Shalat Bahagia (TSB) menjadi lebih optimis, percaya diri, sabar, ikhlas, ridla dan tidak mengeluh pada cobaan, penuh keyakinan akan pertolongan Allah dan pasrah kepada-Nya. Inilah kunci kebahagiaan. Kembali saya bertanya, poin penting apa saja yang kata Prof mudah diingat untuk membentuk pribadi T2Q itu? Semua poin itu saya rumuskan dalam kalimat singkat, yaitu SUBHAN TURUT HADIR di MASJID untuk AKSI SOSIAL. Jika pembaca sudah hafal dan menghayati rumus ini, ya sudah selesai. Rumusan itu sederhana, tapi saya butuh waktu dua tahun menyusun buku itu dan menemukan rumasan tersebut. Ya lama, karena dalam pencariannya, saya harus menggali makna terdalam semua doa-doa shalat yang bersumber dari Nabi SAW. Setelah itu, saya lakukan try out pada mahasiswa, karyawan, para lansia, dokter, dan sebagainya. Redaksi dan gaya bahasa untuk pemaparan ide juga saya revisi berulang-ulang agar mudah dibaca oleh siapapun. Saya ingin menyuguhkan buku bernuansa tasawuf tapi dengan bahasa yang sederhana. Saya berupaya maksimal agar buku karya profesor ini tidak mengerutkan dahi semua pembaca dari berbagai latar belakang pendidikan dan status sosial. Ya prof, sangat mudah diingat. Mohon dijelaskan arti dari rumusan di atas. SUBHAN adalah inti surat Al Fatihah, yaitu Syukur, Bimbingan dan Ketahanan Iman. TURUT: ini adalah inti doa rukuk yaitu Tunduk kepada kemauan Allah dan Menurut semua perintah-Nya. HADIR: (inti doa i’tidal) yaitu: Hak Pujian hanya bagi Allah dan semua yang kita alami terjadi atas takdir-Nya. MASJID: (inti doa sujud), yaitu Maaf Allah untuk kita dan keluarga, Sinar Allah untuk semua indra kita, serta Jiwa dan raga diserahkan sepenuhnya kepada Allah. AKSI: (inti doa duduk antara dua sujud), yaitu Ampunan, Kasih, Sejahtera dan Iman. SOSIAL: (inti doa tasyahud) yaitu: Sholawat, Persaksian, dan Tawakal. Sangat sederhana kan? Sejak kapan buku ini diterbitkan? Baru terbit pertengahan tahun 2012. Sebelum dicetak, isi buku ini pernah tiga ramadlan saya ceramahkan, sekaligus sebagai kelanjutan try out di KBRI Teheran Iran. Sejak itu, saya semakin bersemangat untuk menerbitkan. Sekarang sudah cetakan ke enam. Hampir setiap bulan kita cetak ulang. Di Taiwan, buku ini telah beredar sebanyak 1000 exp. Juga telah saya kirim empat kuintal buku tersebut ke
10
SS P
11
SS P
12
SS
P
S
13
SS
Hong Kong. Alhamdulillah di Gramedia dan Toga Mas, buku ini dipajang di etalase best seller. Apa ada kritik terhadap buku ini? Pasti ada mas. Apa ada di dunia ini yang luput dari kritik? Allah saja dikritik “miskin” oleh orang kafir. Allah juga dituduh “tidak adil” oleh orang yang lemah iman dan lemah fisik karena sakit yang diderita bertahun-tahun. Nabi SAW juga dikritik karena pernikahannya dengan beberapa perempuan. Juga dikritik, “Mengapa nabi keluar masuk (blusukan) di pasar?. Buku Imam Ghazali juga dikritik sebagai penyebab kemunduran umat di Asia. Buku pak Agus Mustofa juga dianggap sesat oleh sejumlah orang yang tidak bisa memahami isinya. Buku 60 Menit TSB ini dkiritik, “Mengapa teks Arab tidak ditulis, padahal kemukjizatan Al Qur’an hanya ada pada teks Arabnya?. Mengapa poin-poin penting dari makna doa shalat yang sebenarnya luas, dibonsai dalam buku ini, mengapa shalat disalahgunakan untuk terapi? Jika tidak dikritik justru tidak alami, atau berarti tidak ada yang membacanya. Bagaimana Prof menjawab kritik itu? Pada saat dikritik, justru buku ini dibajak di Hong Kong dan dijual dengan harga 120 HK$ dan di Surabaya dengan harga Rp. 15.000. Saya sangat berterima kasih kepada semua pengritik. Semua kritik itu dibalas Allah dengan pahala berlipat. Saya sengaja tidak menulis teks Arab Al Qur’an agar buku tidak terlalu tebal. Bagi yang ingin membaca teks Arabnya, bisa membaca sendiri dalam Al Qur’an, karena telah disebutkan nama surat dan nomor ayatnya. Poin penting dari kandungan doa hanya disebut sebagian agar mudah diingat. Berdasar try out, orang tidak mampu mengingat terlalu banyak dalam waktu yang singkat. Bagi yang ingin mendalaminya lebih jauh, bisa melakukannya sendiri karena saya telah memberi terjemah untuk setiap doa. Arti terapi dalam buku ini adalah cara. Bukan sejenis terapi pijat refeleksi. Jadi, saya hanya memberi cara yang sederhana bagaimana shalat yang bisa menghasilkan ketenangan hati dan menghilangkan semua sumber penderitaan batin. Semua renungan juga hanya dalam hati, bukan diucapkan. Jika diucapkan, shalatnya dianggap batal. Renungan itupun merupakan main idea dari doa-doa yang bersumber dari Nabi dalam teks Arab, bukan dari yang lain. Kira-kira apa yang menonjol pada buku ini sehingga buku selalu habis di semua toko buku, dan ribuan orang berebut mengikuti pendalaman terapi shalat, walaupun harus mengeluarkan ratusan ribu rupiah? Wah, yang paling berhak menjawab pertanyaan ini adalah Bapak Soebiakto. Beliau adalah “komandan” Masjid Al Qolbu, masjid yang pertama kali mengadakan PTSB (Pendalaman Terapi Shalat Bahagia). Benar mas. Ketika mengadakan PTSB pertama kali, saya pikir pendalaman shalat seperti pelatihan-pelatihan yang lain. Ternyata, setelah PTSB, ucapan terima kasih, apresiasi dan testimoni mengalir dari semua peserta. Testimoni yang bagaimana pak?
P
14
SS P
15
SS P
16
SS P
Saya membagi testimoni menjadi dua, yaitu pembaca buku dan testimoni pemraktek atau peserta PTSB. Ada 14 guru besar atau rektor dari berbagai PT di Indonesia yang memberi komentar buku ini. Ada tiga Profesor yang membacanya, tapi belum memberi komentar, yaitu Prof Halide dari Sulawesi, Prof Qureish Shihab dan Prof. Dr. Din Syamsuddin. MUI, NU, Muhammadiyah dan beberapa syekh tarekat juga tidak ketinggalan memberi indorsement. Adapun dari pemraktek, testimoni amat beragam. Antara lain dari sejumlah wanita yang berhenti selingkuh dan lesbi setelah mengikuti PTSB (Pendalaman Terapi Shalat Bahagia), suami yang memaafkan istri yang semula akan dicerai, Ibu yang mengurangi secara drastis marah kepada anakanaknya, berhenti dari ketergantungan obat penenang, sembuh dari sakit kelumpuhan kaki; bisa BAB dengan lancar setelah tiga tahun ketergantungan obat melalui anus, hubungan harmonis antara menantu dan mertua setelah tegang lebih dari lima tahun. Ada yang lucu, bisa menyapih anak dengan terapi shalat. Ada juga membeli tanah untuk usaha bengkel setelah sebulan praktek terapi ini. Ada juga waria yang menyatakan shalat istikharah untuk kelanjutan warianya ( ha ha benarbenar menarik kan ?) Dan masih banyak lagi testimoni yang lain. Luar biasa. Barangkali prof bisa menjelaskan bagaimana shalat bisa memiliki power sedahsyat itu. Saya tidak bisa menjelaskan secara medis proses kesembuhan setelah menjalankan terapi shalat dalam buku ini. Saya bukan dokter. Sekali lagi saya bukan dokter. Buku ini juga tidak dipersiapkan secara khusus untuk mencari kesembuhan. Saya hanya mengajarkan T2Q dengan pesan-pesan sebagai berikut: “Curhatlah dalam hati kepada Allah dalam setiap shalat sepuas-puasnya seperti Anda menulis sebuah novel”. “Bersumpahlah di hadapan Allah untuk menyatakan ikhlas, ridla, tanpa keluhan sedikitpun terhadap cobaan yang Anda terima dari-Nya”. “Yakinlah bahwa Allah pasti x3 Maha Kuasa menolong Anda”. Kuatkan keyakinan itu sampai berkali kali. Terakhir, kataklan "pasrah x3 kepada Allah” Semua itu dinyatakan dalam semua gerakan shalat, khususnya dalam rukuk dan sujud, masing-masing selama 30 detik minimal. Sudah berapa kali PTSB dilaksanakan dan dimana saja? Seingat saya kurang lebih sebanyak 25 PTSB, yaitu di KBRI Teheran Iran, Masjid Wanchai Hong Kong, Grand Mosque Taipei, Masjid Besar Taichung, Mushalla FKPIT Yilan, Detention Centre (Penjara) Yilan; PTSB Bapeprov Jatim, Dokter/karyawan RSI Jemursari (Des 2012), Dokter/karyawan/umum RS Haji Surabaya, PTSB (angk.1-5) Masjid Al Qolbu Sidoarjo; PTSB Guru-Guru Teladan Tuban, PTSB Guru-guru SMA Khadijah, PTSB Lembaga-lembaga Sosial Khadijah di Batu Malang, PTSB Radio ElVictor Surabaya, PTSB Bank Jatim, PTSB (rutin) Du’afak di Siwalankerto; PTSB di Aula Kendedes Luzhou Taipei (27-10-12), PTSB Dosen-dosen ITS, PTSB Masjid Ketintang Permai, PTSB Ibu-Ibu An-Nuriyah DSI, PTSB untuk Pimpinan dan Dosen Unair (Ramadlan 2012), PTSB di Masjid Ar Rahmah Darmo Permai, PTSB Taman Indah Sidoarjo; PTSB Nurul Iman Margorejo Indah, PTSB Masjid Sim Tsa Tsui Hong Kong, PTSB di Masjid Nahdlatul Muttaqin Macau; PTSB KJRI Causewebey Hong Kong. Sekarang sedang dipersiapkan PTSB di Bandung, Jakarta, Kaltim, RSI A. Yani, KBRI di India, KBRI di Jepang dan KBRI di Bangladesh. Mohon dijelaskan proses pelaksanaan PTSB di Gramdeia Expo nanti. Lebih tepat Bapak Soebiakto yang menjelaskan:
S
17
SS P
18
SS S
19
S P
20
SS P
21
SS P S
Ya sama seperti PTSB yang telah dilaksanakan di beberapa tempat sebelumnya. Namun, oleh Prof Ali dikatakan selalu ada modifikasi. Acara berlangsung pukul 07.00 sampai 13.00 Wib. Dua jam pertama untuk membangun mindset T2Q, 45 menit berikutnya: coffee break, 1 jam berikutnya: Bimbingan Penghayatan Terapi Shalat Bahagia. Selanjutnya, shalat dhuhur berjamaah. Lalu dilanjutkan dengan praktek/latihan shalat, dan ditutup dengan i’tiraf. Terakhir, makan siang dan pembagian sertifikat. Mengapa tidak digratiskan saja agar semua lapisan masyarakat bisa mengikutinya? Untuk pelatihan sulap saja, orang harus membayar. Maka pelatihan shalat tentu lebih berharga, apalagi ini dilaksanakan di gedung dengan fasilitas dan konsumsi yang harus dibayar mahal. Kalau agama lain bisa mengadakan kegiatan keagamaan di gedung yang bagus, mengapa kita tidak bisa? Ini hanya khusus untuk orang yang mampu. Saya sadar, “untuk bertemu Allah saja kok susah?”. Bagi yang tidak mampu telah disediakan PTSB gratis di rumah saya, atau di RSI Jemursari yang sudah menawarkan kepada saya, atau di Masjid Al Qolbu. Ada lagi yang juga penting dijadikan pertimbangan, menurut beberapa kali pengalaman, peserta tak berbayar yang diikuti kalangan yang mampu, sangat rendah tingkat keseriusan untuk mengikuti pelatihan dibanding mereka yang membayar. PTSB gratis juga bisa dilakukan karena adanya PTSB berbayar. Dari PTSB berbayar itu juga kami gunakan untuk biaya PTSB gratis untuk tunanetra, PSK, Waria, penyandang cacat, Ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan sebagainya. Bahkan sebagian untuk beasiswa anak-anak tidak mampu. Bagaimana teknik pendaftarannya? Telpon saja 031.7733800, 081231304333, SMS Centre: 08983333355. Atau melalui email:
[email protected]. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk mengikuti PTSB? Tidak ada persiapan khusus. Hanya pulpen dan kertas untuk latihan menyusun redaksi doa, dan menuliskan daftar masalah dan harapan. Insya-Allah sudah disediakan panitia. Lebih baik mengikuti PTSB setelah membaca buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia. Peralatan shalat bagi perempuan. Wanita datang bulan, tetap bisa mengikuti pelatihan dan praktek shalat, karena bukan shalat sungguhan, tapi hanya latihan. Pada saat shalat dhuhur, mereka yang berhalangan shalat itu disediakan tempat khusus untuk istirahat. Oh ya pak, untuk mendapatkan buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia ini dimana? Bisa diperoleh di semua toko buku besar, seperti Gramedia, Togamas, TV 9, Radio El Victor, dan sebagainya. Bisa saja pesan pada Kun Yaquta Foundation, melalui telpon di atas. Buku akan dikirim melalui pos, atau diantar ke rumah, jika tidak jauh. Baik Prof dan pak Subiakto, terima kasih. Semoga PTSB Gramedia Expo sukses. Sama-sama pak terima kasih. Terima kasih pak.