0 PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN KEBISINGAN LALU LINTAS DI PEMUKIMAN SEPANJANG RUAS TOLSIMO REJOSARI (Heru Eris Dianto, Tutug Dhanardono) Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111 Abstrak
Aktivitas transportasi yang menimbulkan kebisingan merupakan permasalahan lingkungan yang muncul di daerah perkotaan di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Sumber kebisingan transportasi tersebut umumnya berasal dari kendaraan yang melintas di sekitar kawasan tersebut. Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat kenyamanan manusia berkaitan dengan sumber bunyi. Dampak kebisingan pada pendengaran manusia antara lain adalah trauma akustik, (acoustic trauma ), pergeseran ambang batas pendengaran sementara (temporary threshold shift), pergeseran ambang batas pendengarab tetap (permanent threshold shift) dan tinnitus. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan atau bunyi yang mengganggu. Dalam tugas akhir ini akan diketahui pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol terhadap penduduk pada suatu pemukiman. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat kebisingan / TTB (Tingkat Tekanan Bunyi) jalan tol Surabaya – Tj Perak dalam satuan DB (Decibel). Selain itu akan dilakukan pula pengambilan data pada penduduk tentang pengaruh kebisingan lalu lintas jalan tol. Kemudian dari kedua data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisa. Kata kunci: Kebisingan , TTB(Tingkat Tekanan Bunyi)
Berdasarkan alasan diatas maka Tugas akhir ini akan memprediksi pengaruh kebisingan lalu-lintas jalan tol Surabaya – Tj. Perak terhadap penduduk di Tandes, yang memiliki posisi sangat dekat dengan jalan tol..
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk indonesia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan transportasi darat yang cukup pesat, terutama di kota besar. Hal ini berdampak pula terhadap kebisingan lingkungan yang berasal dari hasil samping transportasi darat. Kebisingan transportasi darat yang paling terasa dan berlangsung terus – menerus adalah akibat kebisingan lalu lintas darat seperti sepeda motor, mobil, kereta api, dan kendaraan – kendaraan yang lainnya. Kebisingan lalu lintas merupakan salah satu sumber bising luar yang memerlukan perhatian dan penanganan secara serius. Bangunan – bangunan yang berada di sepanjang jalan raya ataupun jalan tol mempunyai resiko bising cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan survey dan perhitungan tingkat kebisingan suatu daerah, yang nantinya dapat diketahui pengaruhnya terhadap pemukiman disekitarnya. Jalan Tol Surabaya – Tj.Perak merupakan salah satu jalan dengan tingkat keramaian yang tinggi, sehingga jalan tersebut merupakan salah satu sumber kebisingan. Sebelumnya telah diadakan penelitian yang dilakukan di jalan Embong Malang untuk memprediksi tingkat kebisingan serta pengaruhnya terhadap kemunduran pendengaran.
BAB II DASAR TEORI Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, yang merintangi terdengarnya suara-suara yang dikehendaki, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup atau bunyi yang mengganggu, atau bunyi yang tidak tepat waktu dan tidak tepat tempatnya. Oleh karena ketidaktepatannya dalam berbagai hal tersebutlah maka bunyi tersebut diatas dikatakan sebagai bising dan karena itu pula bunyi tersebut dapat menjadi sebuah gangguan yang keberadaannya tergantung pada kebutuhan. Intensitas bunyi adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Pembagian bising Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona, yaitu : 1. Zona A : Adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 - 45 dB. 2. Zona B
1
Secara umum jenis kebisingan dapat dibagi, yaitu : • Kebisingan kontinyu ( steady state noise ) • Kebisingan terputus – putus ( intermittent
Adalah zona untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingannya 45 - 55 dB. 3. Zona C Adalah zona untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan tingkat kebisingan sekitar 50 - 60 dB. 4. Zona D Adalah zona untuk lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 - 70 dB. (3) Penentuan tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Ada beberapa dasar pembagian kebisingan. Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan , tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising dibagi dalam 3 katagori, yaitu: 1. Audible noise (bising pendengaran) Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz 2. Occupational noise ( bising pekerjaan) Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik 3. Impuls noise (impact noise = bising impulsif) Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan dan lain – lain
noise ) • Kebisingan impulsif ( impulse noise ) Dampak dari kebisingan di lingkungan Berdasarkan Road Design Guide 1996 yang diterbitkan oleh RTA (Road and Traffic Authority), jalan dibedakan menurut beberapa faktor, yaitu meliputi kepadatan lalu lintasnya, jenis kendaraan yang sebagian besar melaluinya serta letak jalan tersebut. Berdasarkan faktor-faktor tersebut RTA mengkategorikan jalan secara umum menjadi empat jenis, yaitu: Arterial Road : (termasuk frreway) adalah jalan yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam suatu kota. Bentuk dari arterial road adalah jalan raya besar untuk mobilitas masyarkat kota. Sub-Arterial Road : adalah jalan yang menghubungkan suatu arterial road dengan wilayah tertentu dalam suatu kota. Fungsi jalan ini biasanya ditujukan semata-mata utuk mengurangi kepadatan lalu lintas pada arterial road pada saat-saat tertentu. Local Road : adalah bentuk jalan yang berupa cabang dari jalan lain terutama pada suatu daerah yang sedang berkembang. Jenis jalan ini biasanya difungsikan untuk jalan masuk suatu daerah. Collector Road : adalah jalan yang menghubungkan sub_arterial road dengan local road pada suatu daerah.
Berdasarkan spectrum waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis : 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin 2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas 3. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara Berdasar intensitas waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam dua jenis : 1. Bising sehari penuh (full noise time) 2. Bising setengah hari (part time noise) Berdasar impuls terjadinya, maka bising dapat dibagi dalam dua jenis : 1. Bising terus – menerus (steady noise) 2. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan) Berdasarkan skala intensitas maka tingkat kebisingan dibagi dalam : 1. sangat tenang 2. tenang 3. sedang 4. kuat 5. sangat hiruk pikuk 6. menulikan
Berikut adalah kriteria kebisingan pada daerah sekitar jalan, diberikan seperti terlihat pada tabel berikut : Type Of Road Arteria l Road SubArteria l Road Local Road Collect or Road
2
Criteria Day Leq(15)hr=60dB(A) Leq(15)hr=60dB(A)
Leq(1)hr=60dB(A) Leq(1)hr=55dB(A)
Night Leq(9)hr=55dB (A) Leq(9)hr=55dB (A) Leq(1)hr=55dB (A) Leq(1)hr=50dB (A)
Berikut ini akan diberikan peruntukan kawasan / lingkungan terhadap tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tanggal 25 Nopember 1996
Gambar 2.1 Sumber kebisingan lingkungan SOUND LEVEL METER ( SLM ) SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000 Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut : 1. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . 2. Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 – 85 dB. 3. Jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.
Keterangan: Disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubungan Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan Sumber utama bising jalan tol adalah kendaraan berat(truk,bus) dan kendaraan ringan (mobil penumpang). Bising dapat berasal dari bunyi atau suara yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain. Bising juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Berikut ini adalah beberapa contoh sumber kebisingan pada lingkungan:
Tingkat Tekanan Bunyi Siang-Malam (LSM) Waktu pengukuran dilakukan 24 Jam, Siang hari 16 jam (06.00-22.00), pada malam hari (22.00-06.00). Setiap melakukan pengukuran harus mewakili selang waktu denngan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 kali waktu pengukuran. Contoh : Siang hari pengukuran dilakukan pada : 1. 06.00 – 09.00 → diperoleh L1 2. 09.00 – 11.00 → diperoleh L2 3. 11.00 – 17.00 → diperoleh L3 4. 17.00 – 22.00 → diperoleh L4 Keterangan : LS = Tingkat tekanan bunyi ekivalen pada siang hari LS = 10 log 1/6{t1.10 L1/10 +.... + t4.10 L4/10} Malam hari pengukuran dilakukan pada : 1. 22.00 – 24.00 → diperoleh L5 2. 24.00 – 03.00 → diperoleh L6 3. 03.00 – 06.00 → diperoleh L7
3
Keterangan : LM = tingkat tekanan bunyi ekivalen pada malam hari LM = 10 log 1/8 {t5.10 L5/10+ .... + t7.10L7/10}
menghasilkan atenuasi antara 0 - 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan. Variabel yang diambil sebagai data pengukuran adalah TTB, cuaca, dan respon penduduk. Peralatan yang digunakan selama pengambilan data kebisingan pada ruas jalan tol Tandes adalah : a. SLM NA-20 (merk Rion) SLM NA-20 digunakan untuk mendapatkan nilai Tingkat Tekanan bunyi (TTB) ruas tol Tandes. b. Measure tape Measure tape digunakan untuk mengukur jarak titik ukur dengan bahu jalan, serta jarak titik ukur pertama dengan titik ukur kedua dan ketiga. Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (Ls) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00-06.00 L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.0009.00 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.0011.00 L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 11.0014.00 L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 14.0017.00 L5 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.0022.00 L6 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.0024.00 L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.0002.00 L8 diambil pada jam 03.00 mewakili jam 02.0004.00 L9 diambil pada jam 05.00 mewakili jam 04.0006.00
Parameter Kebisingan Lingkungan Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu atau Equivalent Sound Level (Leq) adalah tingkat tekanan bunyi dalam dB(A) yang konstan terhadap waktu yang mempunyai energi akustik sama dengan tingkat tekanan bunyi berfluktuasi dalam periode yang sama. Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu (Leq) dapat ditentukan melalui persamaan: Lpi
n
Leq = 10 log ∑ p i .10 10 i =1
Dimana: Pi
t T
: fraksi waktu
t1 : durasi waktu saat terjadi Lp1 (sekon) Leq : tingkat tekanan bunyi equivalent, dB(A) T : waktu total pengukuran Metoda Pengukuran Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara: 1) Cara Sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik. 2) Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit.
Keterangan: Ls = Leq selama siang hari LM = Leq selama malam hari LSM = Leq selama siang dan malam hari Pengambilan data ini diambil tanggal 30 maret 2009 – 5 april 2009. Data pengukuran merupakan data pengukuran berdasarkan fungsi harian, karena data ini akan dipakai untuk menganalisa pengaruh kebisingan terhadap pemukiman. Metode Pengolahan Dan Analisa Data Penelitian ini bersifat survai analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan selama satu minggu dengan lokasi penelitian di Simo Rejosari A, gang 3, Rt 15.
BAB III METODOLOGI Tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh dari kebisingan jalan tol Surabaya – Tj. Perak terhadap penduduk di sekitar ruas tol Tandes. Dalam penentuan objek ruas jalan tol yang diukur dipilih ruas tol tandes karena memiliki intensitas kepadatan kendaraan yang cukup tinggi, serta tidak mempunyai bangunan penghalang bising seperti disarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan
4
Tahapan yang dilakukan untuk menganalisa tingkat kebisingan adalah pengukuran TTB pada sumber bising serta pengabilan data hasil quesioner yang telah diisi oleh penduduk.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Pengukuran Leq (dB) Dari hasil distribusi TTB pada hasil pengukuran selama 7 hari yang dilakukan pada tiga titik maka dapat diperoleh nilai Leq (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.1 Leq hari Senin
Pengukuran Parameter TTB Dari hasil pengukran menggunakan Sound Level Meter (SLM), telah didapat parameter tingkat tekanan bunyi (TTB) selama satu minggu yang dapat mewakili equivalency data harian. Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu atau Equivalent Sound Level (Leq) adalah tingkat tekanan bunyi dalam dB(A) yang konstan terhadap waktu yang mempunyai energi akustik sama dengan tingkat tekanan bunyi berfluktuasi dalam periode yang sama. Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu (Leq) dapat ditentukan melalui persamaan:
Leq (dB) Jam 01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Lpi
n
Leq = 10 log ∑ p i .10 10
Titik-1 74.519 71.504 71.613 74.631 75.814 73.782 75.327 74.234 73.851
Titik-2 59.507 61.704 62.841 68.247 66.078 64.289 65.291 63.850 60.470
Titik-3 53.714 52.292 59.904 63.248 61.072 60.368 61.452 60.071 52.822
i =1
Dimana: Pi
Tabel 4.2 Leq hari Selasa
t T
Leq (dB)
: fraksi waktu
Jam
t1 : durasi waktu saat terjadi Lp1 (sekon) Leq : tingkat tekanan bunyi equivalent, dB(A) T : waktu total pengukuran
01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Pengolahan dan Analisa Data Hasil quesioner Besarnya pengaruh suara terhadap telinga memang banyak tergantung pada intensitas dan jangka waktu mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-masing, termasuk usia pendengar. Gangguan psikologi akibat kebisingan lalu – lintas jalan tol dapat berupa rasa kurang nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lainlain. Di samping pengaruh di atas, kebisingan juga menyebab-kan stres pada bagian tubuh lain yang mengakibatkan sekresi hormon abnormal dan tekanan pada otot. Seseorang yang terpapar bising kadang mengeluh gugup, susah tidur dan lelah. Intensitas kebisingan antara 50 - 55 dB bisa menyebabkan pembicaraan telepon terganggu. Sedangkan intensitas di atas 55 dB dapat dianggap sangat tidak nyaman untuk komunikasi telepon.
Titik-1 70.121 69.283 71.814 75.521 76.175 74.712 76.128 74.674 69.633
Titik-2 57.258 56.788 63.936 70.620 67.103 65.125 66.973 65.837 57.850
Titik-3 50.071 52.813 59.368 65.639 60.630 60.119 62.702 59.313 53.051
Tabel 4.3 Leq hari Rabu Leq (dB) Jam 01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
5
Titik-1 77.145 67.659 70.905 73.903 74.385 76.040 73.816 71.653 70.788
Titik-2 62.878 55.372 59.278 68.795 66.575 69.869 64.465 61.040 58.544
Titik-3 59.331 58.004 52.296 62.673 59.829 62.750 59.900 59.275 52.854
Tabel 4.7 Leq hari Minggu
Tabel 4.4 Leq hari Kamis Leq (dB) Jam 01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Titik-1 69.779 79.569 75.229 75.812 74.836 74.135 75.272 74.372 70.649
Titik-2 57.697 69.375 66.413 70.176 66.485 65.099 66.074 64.618 58.375
Leq (dB) Jam
Titik-3 51.186 62.566 60.253 65.037 60.700 60.385 61.424 60.297 53.202
01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Tabel 4.5 Leq hari Jum'at
01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Titik-1 69.277 72.429 74.749 75.329 74.188 73.349 75.579 73.454 70.262
Titik-2 53.348 60.036 63.369 70.803 65.972 65.232 68.401 61.489 57.245
Titik-3 49.803 53.009 59.027 63.727 59.371 60.817 60.023 60.276 52.206
Tabel 4.6 Leq hari Sabtu Leq (dB) Jam 01.00 03.00 05.00 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 23.00
Titik-1 69.784 67.586 69.762 73.936 74.194 78.303 77.871 74.751 76.206
Titik-2 52.075 58.028 58.031 67.371 64.304 70.294 69.207 65.292 62.382
Titik-2 58.138 65.045 64.126 69.126 69.471 67.074 65.066 68.235 61.032
Titik-3 52.412 59.065 61.498 62.384 63.875 60.513 61.415 60.759 58.592
Dilihat pada tabel hasil analisis dari perhitungan nilai Leq, maka didapat untuk titik-1 mempunyai nilai TTB rata-rata sebesar 74,459 dB (A) yang artinya bising pada tempat hunian tersebut masih sangat tinggi, mengingat bahwa batasan maksimal kebisingan yang baik pada tempat hunian atau perumahan yang disebutkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan adalah sekitar 45-55 dB. Begitu pula dengan kondisi bising yang terukur pada titik-2, TTB rata-rata yang terukur yaitu sebesar 65,648 dB (A). Hal ini dapat sangat merugikan kesehatan penduduk didaerah sekitar tempat hunian. Sedangkan pada daerah titik ukur tiga nilai TTB rata-rata relatif rendah, yaitu sebesar 60,12882 dB (A). Namun nilai tersebut masih diatas batasan yang dianjurkan. Ls (dB) Dari hasil pengukuran besarnya Leq dalam waktu satu minggu untuk waktu pola kerja siang maka diperoleh nilai Ls (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.8 sampai dengan tabel 4.14 dibawah ini.
Leq (dB) Jam
Titik-1 73.688 76.352 74.839 74.577 75.881 75.027 75.592 77.085 74.243
Titik-3 51.999 50.271 52.382 61.143 60.142 62.086 62.205 60.279 60.584
Tabel 4.8 Ls hari Senin (30 maret 2009) Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 1 74.631 75.814 73.782 75.327 74.234 2 68.247 66.078 64.289 65.291 63.850 3 63.248 61.072 60.368 61.452 60.071
Ls 74.82 65.849 61.395
Tabel 4.9 Ls hari Selasa (31 maret 2009) Leq (dB)
titik 1 2 3
6
Ls 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 75.521 76.175 74.712 76.128 74.674 75.491 70.620 67.103 65.125 66.973 65.837 67.595 65.639 60.630 60.119 62.702 59.313 62.337
Tabel 4.15 Lm hari Senin (30 maret 2009)
Tabel 4.10 Ls hari Rabu (1 april 2009) Leq (dB) titik 1 2 3
Leq (dB)
Ls
titik
07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 73.903 74.385 76.040 73.816 71.653 74.18 68.795 66.575 69.869 64.465 61.040 67.142 62.673 59.829 62.750 59.900 59.275 61.152
1 2 3
Tabel 4.11 Ls hari Kamis (2 april 2009) Leq (dB) titik 1 2 3
Tabel 4.16 Lm hari Selasa (31 maret 2009) Leq (dB)
Ls
titik
07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 75.812 74.836 74.135 75.272 74.372 74.928 70.176 66.485 65.099 66.074 64.618 66.998 65.037 60.700 60.385 61.424 60.297 61.995
1 2 3
Tabel 4.12 Ls hari Jum'at (3 april 2009) Leq (dB) Titik 1 2 3
1 2 3
Tabel 4.13 Ls hari Sabtu (4 april 2009) Titik 1 2 3
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 69.633 70.121 69.283 71.814 70.328 57.850 57.258 56.788 63.936 60.101 53.051 50.071 52.813 59.368 55.312
Tabel 4.17 Lm hari Rabu (1 april 2009) Leq (dB) titik 23.00 01.00 03.00 05.00
Ls 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 75.329 74.188 73.349 75.579 73.454 74.479 70.803 65.972 65.232 68.401 61.489 67.427 63.727 59.371 60.817 60.023 60.276 61.141
Leq (dB)
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 73.851 74.519 71.504 71.613 73.076 60.470 59.507 61.704 62.841 61.312 52.822 53.714 52.292 59.904 55.950
Lm
70.788 77.145 67.659 70.905 73.115 58.544 62.878 55.372 59.278 59.83 52.854 59.331 58.004 52.296 56.654
Tabel 4.18 Lm hari Kamis (2 april 2009) Leq (dB)
Ls
titik
07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 73.936 74.194 78.303 77.871 74.751 76.228 67.371 64.304 70.294 69.207 65.292 67.863 61.143 60.142 62.086 62.205 60.279 61.257
1 2 3
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 70.649 69.779 79.569 75.229 75.593 58.375 57.697 69.375 66.413 65.537 53.202 51.186 62.566 60.253 59.039
Tabel 4.19 Lm hari Jum'at (3 april 2009) Tabel 4.14 Ls hari Minggu (5 april 2009) Leq (dB) titik 07.00 10.00 13.00 16.00 20.00 1 74.577 75.881 75.027 75.592 77.085 2 69.126 69.471 67.074 65.066 68.235 3 62.384 63.875 60.513 61.415 60.759
Leq (dB)
titik Ls
1 2 3
75.719 68.061 61.972
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 70.262 69.277 72.429 74.749 72.203 57.245 53.348 60.036 63.369 59.92 52.206 49.803 53.009 59.027 54.986
Tabel 4.20 Lm hari Sabtu (4 april 2009) Lm (dB) Sedangkan dari hasil pengukuran besarnya Leq dalam waktu satu minggu untuk waktu pola kerja siang maka diperoleh nilai Lm (dB) sebagaimana tertera dalam tabel 4.15 sampai dengan tabel 4.21 dibawah ini.
Leq (dB)
titik 1 2 3
7
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 76.206 69.784 67.586 69.762 72.205 62.382 52.075 58.028 58.031 58.979 60.584 51.999 50.271 52.382 55.971
Tabel 4.21 Lm hari Minggu (5 april 2009) Leq (dB)
titik 1 2 3
Lm 23.00 01.00 03.00 05.00 74.243 73.688 76.352 74.839 73.93 61.032 58.138 65.045 64.126 61.876 58.592 52.412 59.065 61.498 57.946
Dari 69 quisioner yang telah diperoleh, didapat sebanyak 64 penduduk yang telah tinggal dilokasi pengambilan data lebih dari 10 tahun dan semuanya tidak memiliki riwayat pindah tempat tinggal selama di Simo Rejosari A, Gang 3, Rt 15 sampai dengan saat ini. Hal ini perlu diketahui, karena dampak dari kebisingan akan terjadi atau terasa pada paparan antara 7 sampai 10 tahun.
Grafik 4.4 Prediksi kebisingan dapat mengganggu percakapan langsung
Grafik 4.5 Prediksi kebisingan dapat mengganggu percakapan telepon Grafik 4.1 Pendapat penduduk tentang kebisinga ditempat tinggal mereka
Grafik 4.6 Prediksi kebisingan mengakibatkan sulit membedakan bunyi konsonan Grafik 4.2 Respon penduduk terhadap kebisingan disekitar tempat tinggal mereka
Grafik 4.7 Prediksi kebisingan dapat mengganggu kehamilan
Grafik 4.3 Prediksi kebisingan dapat mengganggu pendengaran
8
Grafik 4.8 Prediksi kebisingan dapat mengganggu pertumbuhan bayi
Grafik 4.12 Prediksi kebisingan dapat mengganggu komunikasi
Grafik 4.9 Prediksi kebisingan mengakibatkan kesulitan dalam mendengarkan bunyi dengan nada tinggi
Grafik 4.13 Prediksi kebisingan dapat menggu itirahat
Grafik 4.10 Prediksi kebisingan mengakibatkan tekanan pada otot
Grafik 4.14 Prediksi kebisingan dapat mengganggu tidur
Grafik 4.11 Prediksi kebisingan mengakibatkan titinus
Grafik 4.15 Prediksi kebisingan dapat mengganggu kerja
9
Grafik 4.16 Prediksi kebisingan dapt mengganggu belajar
Grafik 4.21 Prediksi kebisingan dapat menimbulkan stres
Grafik 4.17 Prediksi kebisingan dapat mengganggu ibadah
Grafik 4.23 Prediksi kebisingan menyebabkan mudah lelah Dari pengamatan secara umum, maka kebisingan didaerah pemukiman sekitar ruas tol Surabaya-Tj perak adalah tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat hunian. Hal ini dikarenakan jarak pemukiman dari bahu jalan tol terlalu dekat, yaitu tidak lebih dari 6 meter. Selain itu sebagai pembatas antara tempat pemukiman penduduk dan wilayah jalan tol tidak terdapat barier sebagai penghalang bising seperti disarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan
menghasilkan atenuasi antara 0 - 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan.
Grafik 4.18 Prediksi kebisingan dapat mengganggu kenyamanan
Selain tersebut diatas, setelah dilakukan pengukuran TTB dan dilakukan penghitungan Leq maka dapat dikatakan bahwa pemukiman didaerah tersebut kurang sehat. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pada masing-masing titik ukur yang semuanya melebihi batas yang disarankan seperti tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, yang menyebutkan zona untuk perumahan dan tempat pendidikan adalah berkisar pada 35 - 45 dB. Sedangkan dari hasil perhitungan Leq pada masing-masing titik pengukuran didapat tingkat tekanan bunyi rata-rata sebagai berikut, Leq pada titik ukur satu sebesar 74,459 dB, Leq pada sekitar titik ukur dua sebesar 65,648 dB, dan Leq pada daerah di sekitar titik ukur tiga adalah sebesar 60,12882 dB. Dari semua hasil perhitungan TTB disemua titik,
Grafik 4.19 Prediksi kebisingan dapat mengganggu konsentrasi
10
penduduk disekitar ruas tol Tandes menyadari bahwa tingkat kebisingan disekitar tempat tinggal mereka adalah sangat bising yang dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan daya dengar dalam waktu yang lama dan perlu untuk segera diredam. Dan dari quisioner yang didapat banyak saran yang mereka harapkan, yang diantaranya adalah dengan pembuatan barier sebagai upaya meredam kebisingan yang diakibatkan oleh aktifitas lalu-lintas jalan tol.
menunjukkan bahwa tingkat tekanan bunyi tersebut masih sangat tinggi dan diatas batas yang disarankan. Namun secara umum sebagian penduduk disekitar ruas tol Tandes mengatakan telah terbiasa dengan paparan kebisingan yang lebih tinggi dari yang dianjurkan. Hal ini dapat terbaca dari sangat sedikitnya responden yang mengatakan bahwa wilayah tempat tinggal mereka adalah sangat bising. Mereka telah terbiasa mengalami paparan kebisingan yang mencapai 74,459 dB. Namun kebisingan akibat aktifitas lalulintas jalan tol akan mengganggu komunikasi sebagian besar penduduk disekitar ruas tol Tandes sampai radius 6 meter meter dari bahu jalan, yang memiliki tingkat tekanan bunyi ratarata sebesar 74,459 dB. Kemudian untuk gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kebisingan jalan tol terasa hingga pada radiur ukur 43 meter yang memiliki tingkat tekanan bunyi rata-rata sebesar 65,648 dB. Dan untuk jarak yang lebih jauh gangguan tersebut tidak lagi dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Simo Rejosari A gang III. Selain itu kebisingan yang disebabkan oleh aktifitas lalu-lintas jalan tol juga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari dari penduduk yang tinggal disekitarnya. Diantaranya, kebisingan jalan tol dapat mengganggu komunikasi, mengganggu istirahat, waktu belajar, dan beribadah mayoritas penduduk yang tinggal disekitar jalan tol. Namun gangguan itu akan mulai berkurang pada sekitar titik ukur tiga yang memiliki jarak sejauh 82 meter dari bahu jalan dan memiliki Leq sebesar 60,12882 dB. Sedangkan khusus untuk waktu tidur dan istirahat, gangguan paparan kebisingan yang dirasakan sebagian besar penduduk di Simo Rejosari A adalah sebesar 56,55 dB, yang sebenarnya adalah mendekati paparan kebisingan normal yang disarankan oleh menteri Perhubungan tentang peruntukan pemukiman dan hunian sebesar 55 dB. Namun secara psikologis, kebisingan jalan tol dapat mengakibatkan dampak secara menyeluruh kepada penduduk yang tingagal disekitarnya. Diantaranya kebisingan lalu-lintas jalan tol dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang tinggal disekitarnya, dapat menggngu konsentrasi, menimbulkan stres, dan menimbulkan pengaruh terhadap perilaku pemukiman. Namun diluar beberapa akibat yang ditimbulkan oleh kebisingan jalan tol tersebut,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis yang telah dilakukan maka dapatn ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Daerah pemukiman disekitar ruas tol SurabayaTj perak sangat bising dan tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat hunian. 2. Tingkat kebisingan yang terdapat di sekitar daerah pengukuran sangat tinggi dan melebihi batas yang disarankan seperti tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan. 3. Secara umum penduduk disekitar ruas tol Tandes telah terbiasa dengan paparan kebisingan yang melebihi batas yang dianjurkan. 4. Kebisingan lalu-lintas jalan tol dirasakan mengganggu aktifitas komunikasi hingga pada radius titik ukur satu yang memiliki jarak 6 meter dan TTB rata-rata 74,459 dB. 5. Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kebisingan jalan tol terasa hingga pada radiur ukur 43 meter yang memiliki tingkat tekanan bunyi rata-rata sebesar 65,648 dB. 6. Kebisingan jalan tol mempengaruhi kegiatan sehari-hari dari penduduk yang tinggal disekitarnya. 7. Kebisingan jalan tol dapat mengakibatkan dampak secara psikologis pada daerah disemua titik pengukuran. 8. Kebisingan jalan tol tidak menyebabkan seseorang mengalami Sindrom Dispepsia. 5.2
Saran Maka dari hasil penelitian, ada beberapa saran yang perlu untuk diperhatiakan yaitu : Pemasangan bangunan Penghalang Bising
seperti disaarankan oleh Puslitbang Jalan yang diwajibkan menghasilkan atenuasi antara 0 17,3 dBA pada titik-titik ukur yang berjarak 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan
11
Perlu dilakukan analisis dan desain ulang mengenai Bangunan Penghalang Bising terutama pada struktur, bahan, dan tinggi bangunan. bangunan Penghalang Pemasangan
BIODATA PENULIS
Nama : Heru Eris Dianto TTL : Kediri, 20 Maret 1985 Alamat : Kencong – Kepung - Kediri Pendidikan : • SDN Kencong III (1991- 1997) • SLTP Negeri 2 Pare, Kediri (1997 - 2000) • SMU Negeri 2 Pare, Kediri (2000 - 2003) • Teknik Fisika FTI - ITS (2004 - sekarang)
Bising dari bahan ALWA (Artificial Light Weight Agregate) dengan tinggi 2,75 meter, seperti yang telah dilakukan penelitian oleh Puslitbang Jalan. Mengatur kembali letak pemukiman yang terlalu dekat dengan bahu jalan, dengan jarak yang disarankan yaitu 16,7 in - 44,7 m dari bahu jalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwin, JB. 1979. Industrial Noise and Vibration Control. 1979. Prentice Hall Inc., NJ. 2. M. Harris, Cyril. 1991. Handbook of Acoustical Measurements and Noise Control. Mc Grawhill Inc. 3. Smith, BJ. 1996. Acoustic and Noise Control. Addison Wesley. 4. B & K, “Enviromental Noise”. Bruel & Kjaer, Sound & Vibration Measurement. Naerum – Denmark. 2001 5. B & K, “Measuring Sound”. Bruel & Kjaer. Naerum – Denmark (Revision). 2001 6. Riyanasari, Sang Ayu Made Dwi, “Pengaruh Kebisingan Terhadap Daya Pendengaran Masyarakat di Sekitar Kawasan Bandara Ngurah Rai Bali”, Fakultas Kesehatan, UNAIR. 2009 7. Hartono, “Pengaruh perbedaan
Intensitas kebisingan terhadap Sindrom Dispepsia”, Departemen Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo. 2002 8. Budihalim S. Aspek Psikosomatik Ulkus Peptik. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam. Soeparman (ed.), Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1990.
12