BAB I PENDAHU LUA N A. Latar Belakang Penelitian Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Diperkirakan sekitar sembilan juta pekerja di Amerika mengalami penurunan pendengaran yang disebabkan paparan bising saat bekerja dan diperkirakan 600 juta orang di dunia terpapa r bising yang membahayakan. D i negara berkembang situasi ini biasanya lebih parah selain karena seringnya pekerja terpapar bising yang kuat juga dikarenakan rendahnya pemenuhan perlindungan terhadap bising baik secara individu maupun secara kolektif (Torabi, 2010). Kebisingan yang tinggi memberikan efek yang merugikan pada tenaga kerja, terutama akan mempengaruhi indera pendengaran. Tenaga kerja memiliki risiko mengalami penurunan daya pendengaran yang terjadi secara perlahan -lahan dalam
waktu lama dan tanpa mereka sadari.
Besarnya penurunan daya
pendengaran ini tergantung pada lamanya pemaparan serta tingkat kebisingan, sehingga faktor-faktor yang menimbulkan gangguan pendengaran harus dikurangi atau dihindari sedapat mungkin (Sasongko, 2000). M enurut World Health Organization (WHO), paparan yang berlebihan terhadap bising dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lain. M isalnya auditory stress yang terjadi pada paparan 55 dB akan mengakibatkan reaksi tubuh seperti; kenaikan tekanan darah dan irama jantung, kontraksi otot, iritabilitas, stress, insomnia serta kecemasan (Torabi, 2010).
1
2
Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya trauma bising melipu ti faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi intensitas bising, spektrum frekuensi bising, jenis bising, lama paparan bising, lama istirahat, serta proteksi telinga, sedangkan faktor risiko internal meliputi bising lingkungan tempat tinggal, usia, kardiovaskuler (tekanan darah), hemodinamika (kadar trigliserida, kadar kolesterol, kadar gula darah, kadar hemoglobin, hematokrit, masa pembekuan darah, viskositas darah), serta perkembangan p neumatisasi cellulae mastoidea (Oedono, 2011). Di beberapa pabrik di Indonesia ada yang memberlakukan sistem lembur sehingga waktu kerja melebihi yang telah ditetapkan, meskipun intensitas kebisingan di pabrik tersebut berada dibawah nilai ambang batas ya ng telah di tetapkan yaitu kurang dari 85 dB. Hal ini perlu diperhatikan karena berdasarkan peraturan M enteri Kesehatan RI Nomor 718/M enkes/Per/XI/1987 dalam hal pembagian zona kebisingan, industri pabrik termasuk kedalam Zona D dengan batas maksimal yang dianjurkan adalah 60 dBA dan batas maksimal yang diperbolehkan adalah 70 dBA. Pada pabrik konveksi dalam penelitian ini memberlakukan sistem
lembur sehingga
jumlah jam
kerja
karyawannya
bertambah menjadi sekitar 13 jam dalam sehari dan intensitas kebisinga n ruangan sekitar 77 dB. Data dari OSHA dan U.S Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan bahwa paparan tingkat kebisingan yang berpotensi membahayakan adalah umum terjadi di tempat kerja di Amerika. Lembaga Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) memperkirakan bahwa jum lah
3
pekerja yang terpapar tingkat pencemaran kebisingan adalah kira-kira 30 juta (Franks et al., 1996). Hal ini ditemui dalam bidang konstruksi, pertambangan, pertanian, manufaktur dan utilitas, transportasi, serta dalam kemiliteran. Perkiraan oleh OSH A menunjukkan bahwa hampir seperempat dari pekerja di industri ini secara rutin terpapar tingkat kebisingan dalam kisaran 90 sam pai 100 dB (AS Departemen Tenaga Kerja OSHA, 1981). Kolesterol merupakan substansi lemak hasil metabolisme yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan. Kolesterol juga berfungsi sebagai bahan baku sintesis empedu dan merupakan komponen dalam membran sel. Apabila keberadaannya berlebih dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, hip ertensi, dan diabetes (M uchtadi et al., 1993). Setiap penyakit yang mengenai sistem kardiovaskuler pada dasarnya dapat menyebabkan penyempitan penampang melintang lumen pembuluh darah sehingga memudahkan timbulnya hipoksia dalam koklea (Jorgansen,1961 cit. Oedono 2011). Berkurangnya oksigenasi jaringan sangat mempengaruhi sistem organ dengan kebutuhan energi yang tinggi seperti koklea (Nutall, 1999) yang sangat sensitif terhadap hipoksia (Arpornchayanon, 2010). Koklea merupakan organ dengan metabolism e yang sangat tinggi. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerobik sangat diperlukan untuk menjaga fungsi koklea (Tsuji et al., 2002)
4
B. Rumusan M asalah Gangguan pendengaran
akibat kerja belum mendapat perhatian penuh,
padahal gangguan ini menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Di berbagai industri di Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50% (Bashirudin, 2003). Berbagai studi telah dilakukan dan membuktikan efek merugikan dari kebisingan
industri
terhadap
pendengaran
pekerja.
F aktor-faktor
yang
mempengaruhi terjadinya trauma bising meliputi faktor eksternal dan internal , antara lain kadar kolesterol darah (Oedono, 2011). Struktur telinga dalam seperti sel rambut dan sel penyokong merupakan jaringan yang memerlukan metabolisme tinggi dan sangat sensitif terhadap hipoksia (Arpornchayanon, 2010). C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : Adakah korelasi antara kadar kolesterol dengan nilai ambang dengar pada pekerja pabrik yang terpapar bising? D. Keaslian Penelitian Chen pada tahun 2002 melakukan penelitian tentang efek hipoksia terhadap kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh bising. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa
walaupun
hipoksia
tidak
menyebabkan
penurunan
pendengaran, tetapi kombinasi antara paparan bising dan udara yang hipoksik menyebabkan penurunan pendengaran yang lebih parah dibandingkan jika hanya terpapar bising saja. Hal ini mengesankan bahwa pada orang-orang yang
5
mengalami hipoksia kemungkinan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap trauma bising (Chen, 2002). Kolesterol merupakan komponen yang berperan penting dari membran sel eukariotik dan karena menstabilkan mereka dan memodulasi lipid dan translokasi protein yang melintasi membran. Khususnya terkait koklea, komposisi lipid, fluiditas, dan kekakuan dari membran sel rambut luar terbukti berperan penting untuk fungsi elektromotil dan pengeras suara pada koklea. Pada bagian lateral dari dinding membran plasma dari sel rambut luar juga tampak nya memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah dari sel lain. Fungsi sel rambut luar sangat sensitif terhadap dyslipidemia dan terlihat dilapisan marginal dan sel rambut luar. hiperkolesterolemia
juga
dapat
menurunkan
vaskularisasi
koklea
dan
menyebabkan adanya gangguan pendengaran ( Oghalai, 2004 ). Halawa (2011) pada penelitiannya tentang korelasi antara lama terpapar bising mesin dengan nilai ambang pen dengaran pekerja pabrik konveks i menunjukkan
bahwa
lama
kerja
mempunyai
korelasi
terhadap
ambang
pendengaran meskipun intensitas bising berada dibawah 80 dB yaitu 77 dB (Halawa, 2011). Suatu penelitian terhadap efek bising lalu lintas terhadap ambang pendengaran penduduk dilakukan pada tahun 2010 di Karachi, sebuah kota metropolitan di Pakistan. Penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian yang terdiri dari pengem udi rickshaw, penjaga toko, dan polisi lalu lintas terpapar bising yang dapat merusak pendengaran. Terdapat hubungan langsung yang kuat antara penurunan pendengaran dengan lama terpapar bising. Penelitian ini juga
6
menunjukkan bahwa terjadi penurunan 0,42 dB per oktaf dari 500 Hz sampai 2000 Hz per tahun selama bekerja di lingkungan bising ini (Jawed et al., 2010). Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah untuk menentukan korelasi antara kadar kolesterol dengan nilai ambang dengar pekerja pabrik konveksi dan intensitas kebisingan ruangan 77 dB dengan lama kerja 13 jam perhari. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan korelasi antara kadar kolesterol dengan nilai ambang dengar pekerja pabrik konveksi. F. M anfaat Penelitian Hasil penelitian ini d iharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan data awal tentang korelasi kadar kolesterol terhadap nilai ambang dengar pada paparan bising. Bagi pihak terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk evaluasi kesehatan pekerja yang terpapar bising dan dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan untuk membuat sistem regulasi dan keselamatan pekerja.