ABSTRAK
ARI WIDAYANTO. Pengamatan Nematoda Pada Acacia mangium WILLD umur 11.tahun di Arboretum POLTANESA (di bawah bimbingan Dyah Widyasasi). Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui kehadiran jenis-jenis nematoda yang mungkin dapat menyerang Acacia mangium WILLD di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan memberikan informasi tentang jenis-jenis nematoda yang kemunngkinan menyerang Acacia mangium WILLD di Arboretum Poltanesa, sehingga dapat dilakukan usaha- usaha pencegahan dan pengendalian yang tepat untuk mengurangi kerusakan yang akan merugikan. Pengamatan nematoda ini dilaksanakan di Arboretum dan di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dari Bulan Oktober-Desember 2008. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel tanah dan akar Acacia mangium WILLD yang diperkirakan terdapat nematoda, kemudian diekstraksi menggunakan metode Bearmen, setelah itu dilakukan pengamatan hasil ekstraksi tersebut secara langsung dibawah mikroskop untuk mengetahui keberadaan dan jenis nematoda yang terdapat pada objek penelitian. Hasil pengamatan pada tegakan A.
mangium adalah dari 10 contoh
pengamatan dapat ditemukan 6 jenis nematoda pada sampel akar yaitu Nematoda B, Nematoda F, Nematoda G, Nematoda H, Nematoda J, Nematoda L dan 6 jenis nematoda pada sampel tanah yaitu Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, Nematoda K. Meskipun jenis – jenis nematoda yang didapat dari pengamatan pada sampel tanah dan sampel akar tersebut belum dapat diidentifikasi, akan tetapi dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kehadiran nematoda tersebut pada tanaman dikarenakan akar A. Mangium merupakan inang yang cocok bagi jenis-jenis nematoda tersebut sebagai sumber makanannya.
RIWAYAT HIDUP
ARI WIDAYANTO, lahir pada tanggal 22 Juni1986 di Surabaya Propinsi Jawa Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Teguh Widodo dan Ibu Sri Andijani. Pada tahun 1992 memulai pendidikan di SDN 043 di Samarinda dan berijazah pada tahun 1998, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada SLTPN 24 di Samarinda dan berijazah pada tahun 2001, setelah itu melanjutkan pendidikan ke SMK PELAYARAN Samarinda dan lulus serta berijazah pada tahun 2004. Pendidikan tinggi dimulai tahun 2004 pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Hutan. Pada tahun 2006 melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006 di Kawasan Konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang berada di Sulawesi Tengah.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah jualah maka penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yan sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis mulai dari persiapan
sampai pada akhir
pengamatan dan penyusunan karya ilmiah. 2.
Bapak Ir. M. Nasir dan Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi perbaikan Karya ilmiah ini.
3.
Bapak Ir. Wartomo, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
4.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan.
5.
Ibu Asmawati dan Ibu Rusdiyah selaku Teknisi Laboratorium Konservasi Poltanesa yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan pengamatan.
6.
Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan moril dan material kepada penulis dalam menyelesaikan studi
7.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam pengamatan dan penyusunan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik
dan
saran
yang
sifatnya
membangun
untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini bagi mereka yang memerlukannya.
Kampus Sei. Keledang,
Mei 2009 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................
Halaman i
DAFTAR ISI ………………………….…………………………….
iii
DAFTAR TABEL ……………....….................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
v
I. PENDAHULUAN .…………………………………………. II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………… A. Penyakit Hutan ..…………………………………………. B. Nematoda ………………………………………………... C. Uraian Umum Acacia mangium WILLD .......................... III. METODE PENELITIAN ..................................................... A. Tempat dan waktu ............................................................. B. Alat dan bahan …………………………………………... C. Prosedur Kerja …………………………………………... D. Pengolahan Data ………………………………………... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. A. Hasil .................................................................................. B. Pembahasan ....................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. A. Kesimpulan ....................................................................... B. Saran .................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1
DAFTAR TABEL
No
Halaman Tubuh Utama
1. Tally Sheet Pengamatan Nematoda,
15
2. Jenis-jenis nematoda yang ditemukan pada tegakan A. Mangium
17
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman Tubuh Utama
1. Nematoda A (perbesaran 1000x) ……………………………
18
2. Nematoda B (perbesaran 400x) …………………………….
19
3. Nematoda C (perbesaran 1000x) …………………………...
19
4. Nematoda D (perbesaran 1000x) …………………………...
20
5. Nematoda E (perbesaran 1000x) …………………………...
21
6. Nematoda F (perbesaran 1000x) …………………………....
22
6. Nematoda G (perbesaran 1000x) …………………………...
23
7. Nematoda H (perbesaran 1000x) ……………………………
24
8. Nematoda I (perbesaran 1000x) …………………………….
25
9. Nematoda J (perbesaran 1000x) …………………………….
26
10. Nematoda K (perbesaran 1000x) ……………………………
27
11. Nematoda L (perbesaran 400x) ……………………………..
28
Lampiran 1. Pohon yang Diduga Mengalami Serangan Nematoda ………..
35
2. Tegakan Acacia mangium yang Diamati …………………….
35
3. Proses ekstrasi pada contoh akar …………………………….
36
4. Proses ekstrasi pada contoh tanah …………………………….
37
I. PENDAHULUAN
Hutan alam di Indonesia telah berkurang secara drastis bahkan cenderung habis sejak era reformasi. Berdasarkan Disastra (2008) laju degradasi hutan di Indonesia adalah 1,6-2,1 Ha/Tahun. Dengan keadaan ini, pembangunan HTI kembali di upayakan oleh pemerintah walaupun pembangunan HTI pada era sebelumnya tidak behasil. Ketika hutan tanaman di bangun secara luas, kerusakan hutan mulai dirasakan sebagai salah satu masalah yang penting, karena banyak di antaranya yang menyebabkan kematian tanaman hutan.
Kond isi yang sama
terjadi di Indonesia pada tahun 1980, yaitu pada saat dimulainya program pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Untuk menjamin kelestarian hutan yaitu berupa kegiatan perlindungan, antara lain perlindungan dari penyakit. Masalah penyakit dijumpai baik dari mulai biji yang baru akan tumbuh maupun sampai menjadi tegakan, bahkan sampai hasilnya disimpan di tempat penimbunan. Untuk mendapatkan pohon yang berkualitas baik, tanaman harus terhindar dari penyakit, karena serangan penyakit dapat menurunkan kualitas dan volume kayu sehingga dapat merugikan secara ekonomis. Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan pekembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri atas organisme hidup atau faktor- faktor lingkungan fisik (Sumardi dan Widyastuti, 2004). Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu jamur, bakteri, virus, mikoplasma, tumbuhan parasit tingkat tinggi dan nematoda.
Nematoda yang secara umum disebut “cacing”, sebenarnya diantara satu dengan yang lain, mempunyai perbedaan besar dalam susunan tubuhnya, misalnya diantara cacing tanah, cacing cacing pita, dan cacing gelang - gelang. Cacing cacing tersebut dibagi dalam berbagai - bagai filum dan klasis. Hampir seluruh nematoda tumbuhan hidup dan merusak sitem perakaran di dalam tanah dan menjadi paraasit pada tanaman. Serangan nematoda mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, daun menguning, ukuran daun tidak normal, gugur daun sebelum waktunya, mudah layu pada musim kering, percabangan akar berlebihan, kerusakan (luka- luka) pada akar dan pembengkakan pada tempat serangan.( busuk akar ). Serangan nematoda dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pohon, sehingga dapat merugikan secara ekonomis.
Karena itu perlu dipelajari dan
diketahui nematoda yang menyerang agar dapat dilakukan usaha-usaha mengatasinya dengan cepat dan tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis nematoda yang menyerang Acacia mangium WILLD di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari pengamatan ini adalah memberikan informasi tentang jenis-jenis nematoda yang kemunngkinan menyerang Acacia mangium WILLD di Arboretum Poltanesa, sehingga dapat dilakukan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang tepat untuk mengurangi kerusakan yang akan merugikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Hutan. Penyakit tanaman adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologis penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang.
Termasuk di
dalamnya gangguan dan kemunduran aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan morfologi tanaman inang yang disebut gejala (Sumardi dan Widyastuti, 2004) Ilmu Penyakit Hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang hal- hal yang menyebabkan ? pohon menjadi sakit (biotik dan kondisi lingkungan), ? mekanisme faktor- faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit, ? interaksi antara inang dan patogen atau penyebab lain (faktor fisik dan lingkungan), ? metode dan pengendalian / pencegahan dan pengurangan kerugian akibat penyakit Berdasarkan penyebabnya, penyakit dibagi menjadi dua, yaitu penyakit biotik dan abiotik.
Penyakit biotik terdiri dari komponen inang; patogen
(penyebab penyakit) terdiri dari jamur, bakteri, virus, mikoplasma, tumbuhan parasit tingkat tinggi dan nematoda; dan lingkungan. Penyakit abiotik terdiri dari komponen inang dan lingkungan (Sumardi dan Widyastuti, 2004). Selanjut nya
dinyatakan
bahwa
serangan
mengganggu fungsi fisiologis, di antaranya proses:
penyebab
penyakit
dapat
?
pembentukan cadangan bahan dalam bentuk biji, akar dan tunas,
?
pertumbuhan juvenil baik pada semai maupun perkembangan tunas,
?
perpanjangan akar dalam usaha untuk mendapatkan air dan mineral,
?
transportasi air,
?
fotosintesis dan
?
translokasi fotosintat untuk dimanfaatkan oleh sel. Suatu organisme disebut patogen apabila dapat memenuhi postulat koch
yaitu : a. Patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen. b. Patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi. c. Patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukan gejala yang sama. d. Dapat disolasi kembali . Indikasi penyakit secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Gejala ialah kelainan/penyimpangan dari keadaan normal yang d tunjukan oleh tanaman itu sendiri sebagai reaksi terhadap adanya patogen. 2. Tanda (sign), yaitu indikasi lain selain gejala, merupakan struktur vegetatif dan generatif dari patogen Menurut letak gejalanya, gejala penyakit juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Gejala Lokal yaitu gejala yang timbul hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu pohon yang terserang, misalnya penyakit pada daun, batang, akar/buah. 2) Gejala
Sistematik
yaitu
gejala
yang
timbul
karena
penyebab
penyakitmenyerang seluruh bagian tanaman.
B. Nematoda Menurut Mardji (1995), nematoda adalah penyebab penyakit pada tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan, terutama pada semai-semai di persemaian. Kebanyakan nematoda parasitik tanaman adalah kecil berbentuk cacing dengan panjang kira-kira 1 mm sampai 10 mm, yang jantan tumbuh dengan panjang kira-kira 2-3 mm dan lebar 0,3 mm yang memperlihatkan garis-garis melintang yang tegas pada tubuhnya, yang mirip seperti cacing gelang biasa. Nematoda yang betina mirip dengan buah pear, atau berbentuk tetes-tetes yang mempunyai ukuran lebih kecil, tetapi lebarnya sampai 0,75 mm. Siklus hidup nematoda parasit tumbuhan itu hampir sama. Telur – telur menetas dan keluarlah larva, yang bentuk dan strukturnya biasanya sama dengan nematoda dewasa. Larva ini berkembang ukurannya dengan melakukan pergantian kulit pada akhir suatu fase. Mereka bertelur (300-600 per ekor betina) di dalam jaringan tanaman yang terserang. Larvanya tumbuh dari telur yang sering masuk ke dalam tana h dan dapat bergerak aktif serta dapat masuk ke dalam akar-akar yang tidak rusak (Djafarudin, 2000)
Semua nematoda parasit tanaman mempunyai struktur khusus yang disebut spear (lembing) atau stylet (jarum). Spear mirip dengan tabung yang berlubang, terletak di ujung kepala nematoda dan digunakan untuk makan.
Stylet
mempunyai ujung yang sangat runcing dan digunakan untuk melekat pada jaringan tanaman (Sumardi dan Widyastuti, 2004) Lain dari pada itu dinyatakan bahwa, nematoda ektoparasit adalah nematoda yang pada saat memarasit tanaman tubuhnya tetap berada di luar akar dan hanya sebagian kecil dari tubuh nematoda yang masuk ke dalam jaringan tubuh inang. Sedangkan nematoda endoparasit adalah nematoda yang disaat memarasit tanaman, tubuhnya masuk, merusak dan melakukan reproduksi di dalam akar tanaman. 1. Cara nematoda menyerang tanaman Sastrahidayat (1992), mengemukakan Larva stadium kedua bersifat migratori (berpindah) dan bergerak menuju tumbuhan inang untuk mencari makan. Karena stiletnya belum begitu kuat maka larva-larva tersebut sebagian besar masuk di bagian ujung-ujung akar atau didekatnya. Semangun (1996), mengemukakan kebanyakan nematoda yang memarasit tumbuhan hidupnya berhubungan dengan akar sebagai endoparasit, ektoparasit, atau endoektoparasit. Dewasa ini telah dikenal sekitar 17 ribu jenis nematoda yang memarasit tumbuhan, yang sering disebut fitonematoda. Nematoda di dalam tanah pertanian tropika dan subtropika jenisnya lebih banyak daripada di dalam pertanian yang beriklim sedang.
2. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh nematoda Sumangun (1996), mengemukakan tumbuhan tidak menunjukan gejala yang khas,
tetapi
bermacam- macam
gejala
yang
meliputi
daun
menguning,
pertumbuhan yang terhambat, kerdil, dan akar yang tidak normal Menurut Sastrahidayat (1992), klasifikasi Nematoda parasit tumbuhan menurut gejala yang disebabkannya. a)
Nematoda Bengkak Suatu pembengkakan kecil yang mengandung ribuan nematoda pada fase waktu nematoda kering sekali tidak menunjukan tanda hidup.
b)
Nematoda Batang Nematoda ini menyebabkan pembengkakan
pada batang, penggulungan
daun, penghambatan pertumbuhan batang serta pembuskan. c)
Nematoda Daun Nematoda ini yang menyebabkan bercak nekrosis yang dibatasi oleh tulangtulang daun.
d)
Nematoda Puru Nematoda puru(root knot nematodes) nematoda ini menyebabkan benjolbenjol pada akar.
e)
Nematoda Kista
Pada hal ini perakaran tumbuhan yang sakit menjadi lebih kecil dari pada yang normal, tetapi tidak terdapat bercak-bercak, puru-puru, atau ketidaknormalan lainnya. f)
Nematoda yang hidup bebas Nematoda ini menyerang perakaran dan membentuk bercak-bercak pada akar atau mengakibatkan akar menjadi besar dan pendek.
C. Uraian Umum Acacia mangium WILLD. Acacia mangium WILLD pertama kali ditemukan di Indonesia oleh Rhumphius pada tahun 1953 di Maluku dan dipublikasikan pada tahun 1750. Nicholson pada tahun 1966 pertama kali memperkenalkan tanaman Acacia mangium WILLD tersebut di Sabah Melayu dengan biji yang bersal dari Queensland (Adisubroto dan Priasukmana, 1985 dikutip oleh Hidayat, 2001). Tanaman jenis ini merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditanam dalam pembangunan HTI.
Acacia mangium WILLD termasuk dalam sub
Mimosaceae. Pengetahuan tantang jenis ini sangat terbatas walaupun jenis ini asli tumbuhan Indonesia, yaitu Maluku yang merupakan daerah asalnya dimana jenis ini tumbuh secara alami (Sindusuwarno dan Utomo, 1979 dikutip oleh Hidayat, 2001). 1. Daerah Penyebarannya. DAVIDSON (1982) dikutip oleh Hidayat, (2001) mengemukakan bahwa A. mangium merupakan pohon besar dengan ketinggian sekitar 25-30m.
Riap rata-ratanya antara 27m3 /Ha sampai 45m3 /Ha.
Klasifikasi A.
Mangium adalah : Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Rosales
Family
: Mimosaceae
Species
: Acacia mangium WILLD
Percobaan pertama di Sabah Melayu adalah merubah 300Ha padang alang-alang menjadi hutan tanaman A. mangium dan juga tanah bekas kebakaran, dimana tumbuh dengan baik dari spesies yang lain ( Keong, 1979 dikutip oleh Hidayat, 2001)
2. Persyaratan Tempat Tumbuh. A. mangium tidak mempunyai syarat tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur, padang alang-alang, areal bekas tebangan, adaptasi mudah sekali.
Pada tanah yang jelek akan
tumbuh dengan baik dari jenis-jenis kayu cepat tumbuh lainnya. A. mangium dapat tumbuh mulai dari daerah yang ketinggian
30 m
sampai 130 m di atas permukaan laut (Sindusuwarno dan Utomo, 1979 dikutip oleh Hidayat, 2001) 3. Pembungaan dan pembuahan
Pada umur dua tahun sudah mulai berbunga dan berubah.
Pohon
berbunga dan berbuah sepanjang tahun, panen dapat dilakukan 2 kali setahun, yaitu bulan Juni, bulan Januari atau Februari, tetapai ada kalanya dapat dipanen pada bulan Agustus atau September. Bunganya berwarna kuning dengan panjang kurang dari 10 cm, Penyerbukan dapat terjadi persilangan dengan pohon lain. Setelah pembuahan, bunga berkembang menjadi polong yang berwarna hijau dan berangsur-angsur berubah menjadi gelap. Biji tersusun memanjang dalam buah dengan semacam pita berwarna kuning yang berfungsi menahan biji dan buah.
Setelah
pecah dan biji berhambur ke tanah yang kemudian disebarkan ke tempat lain yang jauh dengan bantuan burung dan serangga (Sindusuwarno dan Utomo,1979 ; Nicholson, 1966 dan Anonim, 1989 dikutip oleh Hidayat, 2001) 4. Bentuk Batang dan Daun Bentuk batang A. mangium pada umunya lurus, tinggi bebas cabang mencapai sekitar 5 m dan 7 m, batangnya tidak berbanir, dan bentuk daun menyaerupai ujung tombak tapi agak tumpul atau lanset (Sindusuwarno dan Utomo, 1979) Menurut Anonim (1989), pohon A. mangium mempunyai bentuk batang lurus, batang bebas cabang cukup besar dan panjang serta warna kayu kecoklatan. Adapun Davidson (1982) dikutip oleh Hidayat, (2001) menyatakan bahwa kegunaan kayu tersebut sebagai kayu bakar, perabotan rumah tangga moulding, veneer, pulp dan kertas dan papan partikel.
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pengamatan dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober 2008 sampai bulan Desember 2008, meliputi kegiatan : persiapan penelitian, pengamatan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di Arboretum dan di laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
B. Alat dan Bahan 1. Alat 1. Gunting stek, untuk memotong- motong contoh akar 2. Mikroskop, untuk pengamatan nematoda 3. Timbangan, untuk menimbang contoh tanah dan akar yang diamati 4. Blender, untuk menghaluskan contoh akar yang akan diamati 5. Beaker glas 100 ml, untuk menyimpan air hasil saringan tanah dan akar 6. Saringan 325 mesh, untuk menyaring contoh akar 7. Saringan 40 mesh, untuk menyaring contoh akar 8. Saringan plastik, untuk menyaring contoh tanah 9. Piring alumunium/seng, untuk menyaring contoh akar dan penjenuhan contoh tanah 10. Stopwacth, untuk menghitung waktu penghalusan contoh akar 11. Selang plastik 3 mm, untuk mengetap air hasil saringan sampai 100 ml 12. Ember plastik, untuk pengambilan air dan proses penyaringan
13. Corong plastik, untuk penyaringan contoh tanah 14. Baki plastik, untuk menampung air hasil penyaringan contoh tanah 15. Sendok pengaduk, untuk mengaduk air hasil penyaringan contoh tanah dan akar 16. Pipet, untuk mengambil contoh hasil saringan dan meletakkannya di atas objek glass 17. Objek glass, untuk pengamatan di bawah mikroskop 18. Cover glass, untuk pengamatan di bawah mikroskop 19. Lampu duduk, untuk meletakkan lampu yang digunakan menyinari contoh tanah 20. Kamera foto, untuk dokumentasi penelitian 21. Alat tulis menulis, untuk mencatat data selama penelitian. 22. Cangkul, untuk mengambil contoh tanah. 2. Bahan 1. Acacia mangium WILLD, untuk diamati akar dan medianya. 2. Air, digunakan dalam semua proses mengeluarkan nematoda dari akar maupun tanah. 3. Kertas tissue, untuk mengeringkan dan menyaring akar. 4. Kain kasa, untuk menyaring tanah. 5. Negatif film, untuk mengabadikan kegiatan penelitian 6. Kertas saring, untuk menyaring tanah 7. Lampu 150 watt, untuk menerangi tanah yang disaring selama 24 jam agar nematodanya turun ke baki penampung.
8. Kantung plastik, untuk menyimpan contoh tanah dan akar.
C. Prosedur Kerja
a. Orientasi lapangan untuk menentukan dan mempersiapkan lokasi penelitian. b. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan selama kegiatan penelitian, baik penelitian di arboretum maupun di laboratorium. c. Mengamati jenis, yaitu A. mangium yang ada di arboretum yang memiliki gejala serangan nematoda. d. Memberi nomor pada A. mangium yang memiliki gejala serangan nematoda dengan menggunakan label plastik. e. Mengambil sampel pada A. mangium yang menunjukkan gejala adanya serangan nematoda, jika banyak tanaman menunjukkan gejala terserang nematoda maka dibatasi jumlahnya sebanyak 10% dari populasi. f. Membawa sampel ke laboratorium Konservasi Poltanesa. g. Melakukan pengamatan nematoda pada A. mangium dengan ekstrasi contoh pada akar dan pada tanah menggunakan metode Bearmen. Cara kerja ekstrasi contoh akar dengan metode Bearmen: ?
Contoh akar dipisahkan dari sisa-sisa tanah, kotoran lain yang melekat dan dicuci sampai bersih.
?
Contoh akar dikering anginkan, kemudian dipotong + 0,5 cm dengan gunting pangkas.
?
Hasil potongan akar ditimbang sebanyak 10 gr, dimasukkan ke dalam beaker glass plastik kemudian ditambahkan air sebanyak + 100ml. Selanjutnya diblender sebanyak 2 kali, penghalusan pertama dan kedua masing- masing selama 15 detik.
?
Hasil potongan akar ditimbang sebanyak 10 gr, dimasukkan ke dalam beaker glass plastik kemudian ditambahkan air sebanyak + 100ml. Selanjutnya diblender sebanyak 2 kali, penghalusan pertama dan kedua masing- masing selama 15 detik.
?
Hasil penghalusan disaring ke dalam saringan 40 mesh yang telah dipasang kertas tissue diletakkan di atas piring alumunium, kemudian diisi air sebanyak 100 ml dan diendapkan selama 24 jam.
?
Air endapan disaring dengan 2 saringan 325 mesh.
Hasil saringan
diendapkan selama 1 jam. ?
Hasilnya dapat langsung diamati atau disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas) apabila belum diamati.
Cara kerja ekstrasi contoh tanah dengan metode Bearmen: o Contoh tanah dipisahkan dari akar dan kotoran lain sampai bersih. o Contoh tanah dicampur sampai rata, kemudian diambil dengan beaker glass 100 ml.
Selanjutnya dituangkan ke dalam piring alumunium,
kemudian ditambahkan air sebanyak 500 ml dan dihancurkan dengan jari tangan. o Contoh tanah dituangkan ke dalam corong yang telah diberi saringan plastik yang dilapisi dengan kain kasa dan kertas saring.
o Contoh tanah dipanasi dengan lampu 150 watt selama 24 jam. o Air yang terkumpul pada baki penampung di bawah dituangkan ke dalam beaker glass dan diendapkan o Contoh air dapat langsung diamati atau disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) bila belum diamati. h.
Pengumpulan data dan mencatat jenis-jenis nematoda yang dapat menyerang A. mangium dalam tally sheet seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan Nematoda No. No. Tanaman
Jenis nematoda yang terdapat pada Keterangan Akar Tanah
D. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian adalah: 1. Mengetahui kehadiran nematoda pada setiap contoh tanah dan akar dari A.
mangium dengan cara mengamati hasil ekstraksi contoh tanah dan akar
dengan mikroskop. 2. Menggambar nematoda yang ditemukan pada setiap ekstraksi contoh tanah dan akar A. mangium. 3. Berusaha mengidentifikasi jenis-jenis nematoda yang ditemukan pada setiap ekstraksi contoh tanah dan akar A. mangium dengan cara membandingkan gambar nematoda yang ditemukan dengan buku-buku literatur nematoda yang ada.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Hasil pengamatan nematoda pada tegakan A.
mangium di Arboretum
Poltanesa pada pengamatan ini, menunjukkan bahwa dapat ditemukan beberapa jenis nematoda, baik yang terdapat pada media (tanah) maupun yang terdapat pada akar. Lebih jelasnya hasil pengamatan tersebut dirangkum dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2.
Jenis-jenis Nematoda yang Ditemukan pada Tegakan A. Mangium
No.
No. Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 19 25 28 39 47 50 203 221 247
Jenis-jenis yang terdapat pada Akar Tanah Nematoda A Nematoda B Nematoda C Nematoda D Nematoda E Nematoda F Nematoda G Nematoda H Nematoda I Nematoda J Nematoda K Nematoda L -
Keterangan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Berdasarkan tabel 2 diatas, bahwa dari 10 tegakan A. mangium yang diamati, dtemukan adanya keberadaan 6 jenis nematoda, dimana pada sampel akar ditemukan jenis nematoda yaitu Nematoda B, Nematoda F, Nematoda G, Nematoda H, Nematoda J, Nematoda L dan 6 jenis pada sampel tanah yaitu Nematoda jenis Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, Nematoda K. Ciri-ciri nematoda yang ditemukan pada sample tanah dan sampel akar A. mangium adalah sebagai berikut :
1. Nematoda A Nematoda A ditemukan pada 1 sampel pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah. Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak membujur dan terdapat potongan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
kepala
Gambar 1. Nematoda A (perbesaran 1000x)
2. Nematoda B Nematoda B ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada akar. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan, nematoda yang ditemukan masih berbentuk telur atau larva yang di sekelilingnya diselubungi kotoran dan terdapat seperti pecahan dari cangkang larva tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Nematoda B (perbesaran 400x)
3.
Nematoda C Nematoda C ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan, nematoda
nampak melintang
dan
dilihat
dapat
Gambar
3
berikut.
ekor
kepala
Gambar 3. Nematoda C (perbesaran 1000x)
pada
3.
Nematoda D Nematoda C ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah.
Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat
pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak membujur dan terlihat hanya setengah bagian tubuh yang hilang dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut
kelamin ekor
Gambar 4. Nematoda D (perbesaran 1000x)
4. Nematoda E Nematoda E ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan di bawah mikroskop, nematoda yang ditemukan potongan nematoda yang hancur membujur dan terdapat alur di bagian tengah tubuhnya dan bulubulu halus dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 5 berikut.
Gambar 5. Nematoda E (perbesaran 1000x)
5. Nematoda F Nematoda F ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada akar. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan di bawah mikroskop, nematoda nampak melintang terdapat alur di bagian tengah dan berupa potongan setengah dari nematoda dan dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 6. Nematoda F (perbesaran 1000x)
6. Nematoda G Nematoda G ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada akar.
Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat
pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak membujur terdapat alur di bagian ekor, dan nematoda ini hanya berupa potongan setengah dari nematoda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7 berkut.
ekor
Gambar 7. Nematoda G (perbesaran 1000x)
7. Nematoda H Nematoda H ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada akar.
Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat
pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak membujur dan terdapat potongan, pada bagian ekornya berbentuk runcing dan terdapat kait seperti mata panc ing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
ekor
Gambar 8. Nematoda H (perbesaran 1000x)
8. Nematoda I Nematoda I ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah.
Cir i-ciri Nematoda, yang ditemukan saat
pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak potongan membujur dan terdapat sungut serta terdapat telur-telur dibagian ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
ekor
Gambar 9. Nematoda I (perbesaran 1000x)
9. Nematoda J Nematoda J ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada akar. Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya
yang
berwarna putih tampak potongan ekor yang membujur dan runcing. Untuk lebih
jelasnya
dilihat pada
Gambar 10 berikut.
kelamin
ekor
Gambar 10. Nematoda J (perbesaran 1000x)
dapat
10. Nematoda K Nematoda K ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah. Dari hasil yang ditemukan pada saat pengamatan di bawah mikroskop, nematoda yang ditemukan potongan nematoda yang hancur membujur. Dapat dilihat pada gambar 11 berikut.
Gambar 11. Nematoda K (perbesaran 1000x)
11. Nematoda L Nematoda L ditemukan pada 1 pengamatan A. mangium, jenis ini ditemukan pada tanah.
Ciri-ciri Nematoda, yang ditemukan saat
pengamatan adalah jika diamati di bawah mikroskop tubuhnya tampak lengkap membujur dan terdapat alur di bagian tubuhnya serta bentuk ekornya yg runcing membuat nematoda ini cepat bergerak, sehingga sukar saat dilakukannya pengamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12
berikut.
kepala
ekor
Gambar 14. Nematoda L (perbesaran 400x)
Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan di laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
B. Pembahasan Pada tegakan A. mangium, dari 10 sampel pengamatan ditemukan pada sampel akar yaitu Nematoda B, Nematoda F, Nematoda G, Nematoda H, Nematoda J, Nematoda L dan 6 jenis nematoda pada sampel tanah yaitu Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, dan Nematoda K.
Nematoda yang ditemukan belum dapat diidentifikasi karena
pengaruh lamanya saat penyimpanan sampel tersebut di dalam lemari pendingin sehingga banyak bagian tubuh nematoda yang hancur saat dilakukan pengamatan sampel di bawah mikroskop. Meskipun jenis-jenis nematoda yang didapat dari pengamatan pada sampel tanah dan sampel akar tersebut belum dapat diidentifikasi, akan tetapi dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kehadiran nematoda tersebut pada tanaman dikarenakan akar A. Mangium merupakan inang yang cocok bagi jenis-jenis nematoda tersebut sebagai sumber makanannya.
Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sastrahidayat (1990), bahwa di dalam hubungannya antara tumbuhan dan nematoda, tumbuhan merupakan inang yang digunakan sebagai makanan bagi nematoda. Bentuk hubungan antara nematoda dan tumbuhan inang tergantung dari jenis tumbuhan, nematoda dan iklim. Lain dari itu dinyatakan oleh Sastrahidayat (1990), bahwa sebagian besar nematoda parasit tumbuhan hidup dalam ruangan pori tanah dekat akar, dimana mereka dihadapkan pada larutan garam, eksudat akar dan substansi yang dihasilkan oleh jasad renik yang lain, sehingga nematoda tersebut akan terangsang untuk mendekatinya. Beberapa peneliti menulis hasil bahwa nematoda berkumpul sekitar pucuk akar dan pada tempat permukaan akar. Respon nematoda terhadap
senyawa tersebut dapat taxis (ditujukan dengan mengarahkan tubuhnya segera ke arah dimana senyawa tersebut dihasilkan) dan secara kinesis (adanya perubaha n kecepatan pergerakan secara linier atau sering mengalami gerakan yang memutar) maupun dapat terjadi kedua-duanya. Menurut Sastrahidayat (1990), tumbuhan yang diserang oleh nematoda akan memberikan reaksi yang berbeda-beda tergantung jenis tumbuhan dan jenis nematoda. Keterangan mengenai mekanisme yang terlihat dalam fenomena yang kompleks ini masih sedikit yang diketahui. Lain dari itu, Agrios (1996) di kutip oleh Widyasasi, (2007) menyatakan bahwa kerusakan mekanik secara langsung yang disebabkan oleh nematoda sewaktu makan hanya menyebabkan kerusakan kecil terhadap tumbuhan. Nampaknya sebagian besar kerusakan disebabkan oleh sekresi air ludah yang diinjeksi ke dalam tumbuhan sewaktu nematoda makan. Proses makan tersebut menyebabkan sel tumbuhan yang diserang bereaksi, yang mengakibatkan mati atau hilangnya kekuatan ujung akar dan tunas, terbentukanya luka dan pecahnya jaringan, berbagai jenis pembengkakan dan puru, dan pengerutan serta berubanya batang dan daun. Beberapa keadaan tersebut disebabkan oleh rusaknya jaringan yang terinfeksi oleh enzim nematoda, yang dengan atau tanpa bantuan metabolik beracun menyebabkan jaringan hancur dan matinya sel. Pengaruh lain disebabkan oleh pertumbuhan sel secara abnormal, dengan menekan pembelahan sel atau dengan merangsang pembelahan sel menjadi tidak terkendali sehingga menghasilkan puru atau membesarnya sejumlah akar-akar lateral pada atau dekat titik infeksi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari pengamatan nematoda yang dilakukan pada A.
mangium di
Arboretum Poltanesa, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pada contoh akar ditemukan jenis nematoda yaitu Nematoda B, Nematoda F, Nematoda G, Nematoda H, Nematoda J, Nematoda L
2.
Pada contoh tanah yaitu Nematoda jenis Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, Nematoda K.
3.
Pada contoh akar dan tanah nematoda yang ditemukan yaitu Nematoda H, Nematoda I, Nematoda J dan Nematoda K.
4.
Pada saat pengamatan nematoda, jenis yang didapat banyak yang tidak teridentifikasi secara terperinci, pengaruh penyimpanan yang terlalu lama sampel nematoda tersebut di dalam lemari pendingin sehingga pada saat sampel tersebut di amati di bawah mikroskop banyak ditemukan nematoda dengan postur tubuh yang tidak lengkap atau hancur dan dalam pencocokan jenis nematoda yang didapat dengan gambar pada buku panduan tidak ada kecocokan sehingga belum d temukan nama dari jenis nematoda yang didapat.
B. Saran Perlu adanya penelitian lagi terhadap Acacia mangium WILLD, agar dapat diketahui kemungkinan adanya jenis - jenis nematoda yang ditemukan pada contoh pengamatan yang lain pada tegakan tersebut.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar . Pohon yang Diduga Mengalami Serangan Nematoda
Gambar . Tegakan Acacia mangium yang Diamati
(a)
(e)
(b)
(f)
(g) (h) Gambar. Pengamatan Nematoda pada Akar: a). Pengambilan Contoh Akar untuk Diamati; b). Membersihkan Akar dari Tanah dan mencucinya Hingga Bersih; c) Memotong Akar dengan Ukuran ± 0,5 cm; f). Menyaring Akar yang Sudah di Blender g). Hasil Ekstrasi Contoh Akar; h). Neraca Elektrik Untuk Menimbang Contoh Akar dan Tanah
(a)
(c)
(b)
(d)
(e)
Gambar .
a). Membersihkan Tanah Dari Kotoran; b). Menghancurkan/Menghaluskan Tanah dengan Air; d). Menuang Tanah Dalam Corong Untuk Disaring; e). Tanah Dipanasi Dengan Lampu Selama 24 jam f). Hasil Ekstrasi Contoh Tanah