KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH PERKAWINAN (Studi Perkawinan Masyarakat Bugis Bone) Oleh: Hamzah Latief E-mail:
[email protected]
Abstract
yang
bertujuan
untuk
membina
The results showed that the content of the hadith Aulim Walau bi Sya>tinindicates marriage eventin simple concept implementation. DescriptionBugisBone community in the implementation of assorted colored marriage event customs setempet is still very strong. Relevance execution marriage event beetwen Hadith Aulim Walau bi Syatin with indigenous communities Bugis Bone is considered less relevant. It is seen in the implementation marriage event of the Bugis Bone community too complicated with many customs that seem wasteful and enforced, while the concept marriage event in the hadith Aulim Walau bi Syatin more emphasis on the principles of simplicity and ability.
hubungan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami
istri
bahagia.
dalam
(QS.
keluarga
yang
al-Nisā/4:21)Dengan
perkawinan,
manusia
dapat
berketurunan dan dapat melestarikan kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dan mewujudkan tujuan perkawinan.Demi
menjaga
martabat
kemuliaan manusia, maka khusus umat muslim yang telah mampu untuk kawin sangat dianjurkan untuk melakukannya, karena di samping perkawinan tersebut adalah sunnatullah, juga merupakan
Keywords: hadis-walimah-adat
اﻟﻨﻜﺎحsunnah Rasul. (Sabda Nabi Saw. “ ” artinya; ﺳﻨﺘﻰ ﻓﻤﻦ رﻏﺐ ﻋﻦ ﺳﻨﺘﻰ ﻓﻠﯿﺲ ﻣﻨﻰ Nikah (kawin) itu adalah sunnahku,
Pendahuluan
barang
Perkawinan adalah salah satu sunnatullah, hidup berpasang-pasangan, hidup
berjodoh-jodohan,
merupakan
naluri
segala
khususnya
manusia.
makhluk,
siapa
sunnahku,
yang
bukanlah
benci
kepada
golonganku.)
Praktisnya bahwa manusia (umat Islam) yang
melakukan
perkawinan,
akan
mendapatkan pahala.
(QS.
al-
Zariyat/51:49)Perkawinan
bagi
Salah satu hal yang terkait
manusia, merupakan miśāqan galīẓan
dengan perkawinan adalah masalah “walimah perkawinan” atau walīmah al-
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
82 | Hamzah Latief
‘ursy yang dalam bahasa Indonesia
ﻋﻦ أﻧﺲ رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ...
disebut dengan “acara pesta” atau
ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ رأى ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ
“acara
resepsi
perkawinan”.
Kata
walimah yang sudah di Indonesiakan secara
sederhana
dapat
diartikan
ﻗﺎل ﻣﺎ ھﺬا ؟ ﻗﺎل إﻧﻰ,ﻋﻮف أﺛﺮ ﺻﻔﺮة :ﺗﺰوﺟﺖ اﻣﺮأة ﻋﻠﻰ وزن ﻧﻮاة ﻣﻦ ذھﺐ ﻗﺎل
berupa
.(ﺑﺎرك ﷲ ﻟﻚ أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة )رواه اﻟﺒﺨﺎري
perayaan pesta perkawinan maupun
(al-Bukhari, 254)
sebagai
perayaan,
baik
perayaan acara berupa aqīqah dan
Artinya:
sejenisnya.Namun,
walimah
bahwasanya Nabi saw., melihat pada
seringdiidentikkan dengan perayaan
diri Abd Rahman bin ‘Auf wangi-
pesta
kata
wangian, Nabi bertanya: untuk apa
dengan
itu ?. Abd Rahman menjawab: Saya
perkawinan,
walimah
sangat
sehingga populer
perayaan
pesta
Pelaksanaan
walimah
perkawinan. merupakan
telah
…dari
mengawini
Nabi
mengadakan walimah adalah untuk
memberi
memberikan
perjamuan
kepada
khalayak (masyarakat luas) bahwa
fitnah
dikala
keduanya
berjalan
berbarengan dalam keadaan mesra sebagaimana halnya suami istri. Sebagai sunnah Rasul, masalah walimah
banyak
penjelasannya Mengadakan
ditemukan
dalam
Hadis.
walimah,
termasuk
wanita
bersabda:
semoga
berkah (walimah)
Allah
adakanlah sekali
pun
dengan seekor kambing’.
kedua mempelai sah menjadi suami istri. Selain itu, untuk menghindari
seorang
r.a.
dengan biji-bijian setimbang emas,
sunnah, salah satu tujuan anjuran
informasi
Anas
Riwayat yang semakna dengan Hadis di atas, tentu masih dapat ditelusuri dalam berbagai kitab rujukan melalui Mu’jam al-Hadis. Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Mālik tersebut cukup populer dikalangan ahli hadis
maupun
para
ahli
tafsir.
Kendatipun Hadis tersebut dikatakan sebagai
Hadis
shahih,tetapi
bentuk
anjuran Nabi saw., sebagaimana dalam
pengamalannya tidak mendapat respon
sabdanya yang diriwayatkan oleh Anas
di kalangan masyarakat khususnya umat
bin Mālik, yang redaksinya adalah
Islam.
sebagai berikut:
Kenyataan menunjukkan bahwa pesta perkawinan di era modern ini,
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
| 83
banyak dilaksanakan di gedung-gedung
Kabupaten Bone yang kaya akan
dengan menu-menu yang disediakan
pesta
untuk tamu cukup megah dan mewah,
sangat menarik untuk diteliti secara
sehingga kadar seekor kambing sebagai
gradual.
besar-besaran,
maka
akan
ukuran kuantitas dan kualitasnya tidak
Kabupaten Bone merupakan
lagi diperhitungkan. Paradigma mereka
daerah di Sulawesi Selatan yang
tentang ukuran kuantitas adalah menu-
memiliki
menu yang harganya lebih mahal dari
2004:112) yang dipegang teguh oleh
kambing. Di sisi lain, yang mereka
masyarakatnya.
jadikan
1984:20) Paham masyarakat akan
ukuran
kualitas
adalah
hukum
adat,
(Bisri,
(Abdurahman,
mewahnya dan atau meriahnya acara
adat
tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan
walimah yang tidak sesuai dengan
walimah tidak merasa lengkap tanpa
adat istiadat yang berkembang dalam
adanya hiburan-hiburan seperti elekton
masyarakat, maka akan mendapat
dan sejenisnya dengan biaya yang
sanksi sosial. Budaya walimah di
mahal karena ukuran kualitasnya adalah
Kabupaten Bone banyak dipengaruhi
maraknya.Bila
oleh
resepsi
ditilik
pelaksanaan
perkawinan,
saat
ini
sangat
adat
istiadat
tersebut.Kajian
yang
untuk
mewah
megah.Kedudukan
hadis
dan sebagai
yang
sedikit
bertentangan dengan makna hadis
dilaksanakan dalam jamuan makan bertaraf
kental.Pelaksanaan
ini
membuka
wawasan
dimaksudkan wacana
keislaman,
dan
khususnya
sumber hukum kedua tidak lagi
dalam
diperhitungkan
pedoman
membicarakan perihal resepsi atau
walimah
walimah perkawinan dan kemudian
dalam
sebagai
perayaan
perkawinan.
dihubungkan
Pendekatan kontekstual dalam memahami
kajian
Hadis,
dengan
yang
adat
pelaksaanaan walimah perkawinan di
lebih
masyarakat Bugis Bone. Di samping
membuka pemahaman pada kadar
itu, deskripsi akan adat pelaksanaan
kuantitas walimah perkawinan dalam
walīmah al-ursy di Kabupaten Bone
Hadis
akan mencoba untuk disoroti melalui
secara
akan
Hadis
utuh
dan
komprehensifdihubungkandengan adat
walimah
perkawinan
pemahaman hadis secara kontekstual. di
Maka dengan begitu
pemahaman
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
84 | Hamzah Latief
walīmah
terhadap
al-ursy
lebih
Metode analisis yang digunakan
konprehensif dan dengan sendirinya
penulis
akan mengikis fanatisme pendapat
yakni manganalisa antara data yang
serta
berkembang
beragam dan kemudian menganalisa
khususnya
satu dengan yang lainnya, sehingga
paham
dalam
yang
masyarakat
pelaksanaan
walimah
dalam
perkawinan di Kabupaten Bone.
adalah
dapat
metode
diketahui
Komparasi,
unsur-unsur
yang
relevan dan tidak relevan, guna menarik sebuah kesimpulan.
Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka (library
Walimah Perkawinan Dalam Kajian Hadis
research) yakni menelaah dan meneliti
Walimah dalam kamus dari
terhadap sumber-sumber kepustakaan,
kata ( اﻟﻮﻟﯿﻤﺔjamuan, pesta), وﻟﯿﻤﺔ اﻟﻌﺮش
baik al-Qur’an, as-sunnah, kitab-kitab
(pesta perkawinan),
fiqih dan buku adat yang berkaitan
(berpesta,
mengadakan
dengan adat perkawinan masyarakat
(Munawir,
1984:1689)ﻣﺄدﺑ ِﺔ
Bugis
(perjamuan, pesta, makan-makan) (Ali
Bone.
Selain
itu,
untuk
jamuan) :
&
lapangan sebagai sumber data.Penelitian
perkawinan
tesis ini bersifat deskriptif analitis, yaitu
dengan
menguraikan
2013:160-161) adalah pecahan dari
diperoleh
dan
dianalisis.Pendekatan
yang
kemudian yang
dipakai
kata
وﻟﻢ
Karena
2003:2041).
وﻟﯿﻤﺔ
menguatkan data maka dilakukan studi
sumber-sumber
Muhdlor,
ﺻﻨﻊ وﻟﯿﻤﺔ: ا ً ْوﻟَ َﻢ
atau
disebut
“walimah”
artinya dengan
Pesta juga
(Zuhaly,
mengumpulkan. pesta
tersebut
adalah normatif, yaitu pendekatan yang
dimaksudkan untuk memberi doa
dapat menuju kapada persoalan dapat
restu agar kedua mempelai mau
tidaknya sesuatu dipergunakan sesuai
bertemu
dengan
1986:382)Ensiklopedi
ketentuan
syariat
dengan
rukun.(Umar, Hukum
Islam.Pendekatan Sosial Historis yang
Islammenerangkan
dapat memberikan informasi tentang
walīmah adalah berkumpul karena
keadaan sosial masyarakat Arab saat
pada waktu itu kedua mempelai
Nabi menyabdakan hadisnya.
dipersandingkan, perkawinan.
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
bahwa
al-‘ursy
al-
adalah
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
Menurut Sayyid Sābiq, arti
| 85
dijelaskan
adalah
waīimah adalah berkumpul, sebab
Hadiswalimah
tersebut.
pada waktu itu suami istri akan
redaksi Hadis riwayat Ahmad bin
berkumpul. (Sabiq, 1987:210)Dalam
Hanbal yakni:
istilah
kamus,
walīmah
adalah
makanan-makanan pada acara pesta perkawinan yang disediakan kepada para tamu undangan. (Sabiq, 1987: 210)Dia juga menyebutkan bahwa walimah itu berarti jamuan khusus yang diadakan dalam perkawinan atau
setiap
jamuan
pesta
lainnya.Tetapi
biasanya
kalau
210)
Jadi,
walimah
perkawinan
merupakan acara pesta perkawinan berupa
jamuan
dilaksanakan
makan,
yang
sebagai
bentuk
kesyukuran kepada Allah swt., atas terjalinnya hubungan yang sah (akad
Hadis
اﻟﺮﺣْ َﻤ ِﻦ ﺑ ِْﻦ ﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺳ ﱠﻠ َﻢ َرأَى َ ُا ﱠ َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو ﺻ ْﻔ َﺮةٍ ﻓَﻘَﺎ َل َﻣﺎ َھﺬَا ﻗَﺎ َل ِإ ّﻧِﻲ ُ ﻋ ْﻮفٍ أَﺛ َ َﺮ َ ﺐ ٍ ﻋﻠَﻰ َو ْز ِن ﻧ ََﻮا ٍة ِﻣ ْﻦ ذَ َھ ْ ُﺗ َﺰَ ﱠوﺟْ ﺖ َ ً اﻣ َﺮأَة ﺎركَ ا ﱠ ُ ﻟَﻚَ أ َ ْو ِﻟ ْﻢ َو َﻟ ْﻮ ِﺑﺸَﺎة)رواه أﺣﻤﺪ َ ﻓَﻘَﺎ َل َﺑ (Hanbal, 1978:226-227) Kaitanya dengan kritik sanad,
al-Hadis(Ismail,
1992:43),
namun dalam tulisan ini tidak dilakukan oleh
karena
kualitas
Hadis
yang
menyebut أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎةdinilai sahih, karena
diriwayatkan
oleh
sahih
Bukhari dan Muslim dan seterusnya (muttafaqu alaih). Dengan demikian, hal
yang
dianggap
tidak dibutuhkan lagi karena Hadis tentang walimah, diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.Kedua kitab Hadis itu sudah diakui kesahihannya, olehnya itu tidak dibahas lagi kritik sanad.Namun pada
penting
pembahasan
kali
ini
lebih
menekankan pada kritik matan. (ash-
Pertama, Kritik Matan Hadis
walimah
dapat diukur dengan melakukan proses takhrij
satu
Shiddieqy, 2009:148)
nikah) antara kedua mempelai. Kehujjahan
Salah
ﺲ َوﺳُ َﺮ ْﯾ ٌﺞ ﻗَ َﺎﻻ َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ َﺣ ﱠﻤﺎد ٌ ﯾَ ْﻌﻨِﻲ ُ َُﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﯾُﻮﻧ ٍ ﻋ ْﻦ ﺛَﺎ ِﺑ ﺻﻠﱠﻰ َ ﺖ َ اﺑْﻦَ زَ ْﯾ ٍﺪ َ ﻲ ﻋ ْﻦ أَﻧَﺴٍﺄ َ ﱠن اﻟﻨﱠ ِﺒ ﱠ
menyebut walīmah al-‘ursy artinya perayaan pernikahan. (Sabiq, 1987:
kandungan
untuk
()أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة, hadis yang menjadi obyek
penelitian
keseluruhan
para
menampilkan yang
ini,
lafaz
secara mukharrij
matan
berbeda-beda,
Hadis
sehingga
memungkinkan terjadinya perbedaan lafaz, karena diriwayatkan secara makna.Akan tetapi bila klausa “ أوﻟﻢ ﺑﺸﺎة
”وﻟﻮ
yang
menjadi
pokok
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
86 | Hamzah Latief
penelitian ini diriwayatkan secara
boleh
lafzi.
mengadakan jamuan walimah tidak Penelitian
matan,
penulis
berlebih-lebihan,
namun
terlepas dari norma-norma keislaman
hanya berfokus pada klausa أوﻟﻢ وﻟﻮ
dan
ﺑﺸﺎة.Pada klausa ini dipahami, adanya
kemubaziran karena hal demikian
petunjuk
menyerupai
walimah
untuk bagi
kesanggupan, ekonomi
melaksanakan
yang baik
mempunyai pada
maupun
tidak
mengedepankan
setan
dan
sifat
termasuk
perbuatan ingkar kepada Allah swt. Asbāb
bidang
al-Wurūd
hadis
kekuatan
terdapat dalam matan Hadis yang
mental.Demikian bagi pelaksanaan
dibahas, bila dipahami secara utuh
suatu walimah, dianjurkan oleh Nabi
materinya, terdapat asbāb al-wurūd
dengan
matan Hadis dimaksud,
ukuran
minimal
pesta
perkawinan.
sehingga
Nabi mengucapkan sabdanya.
Terlebih lagi, bila dipahami
Kedua,Makna Mufradat dan
dalam
Ijmāli, pada klausa ““ أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة,
melaksanakan perjamuan dan tidak
sebagai anjuran untuk mengadakan
dengan
atau
jamuan makan (walimah), sekali pun
menghambur-hamburkan
dengan memotong seekor kambing,
sesuatu.Hal ini senada dengan salah
karena secara antropologis kambing
satu ayat dalam QS.al-Isra/17: 27.,
pada saat itu merupakan peliharaan
yang berbunyi:
sehari-hari bangsa Arab. Lafaz ““ ﻟﻮ,
bahwa
bahkan
kesederhanaan
bermewah-mewah
(٢٧).
saudara syaitan dan syaitan itu adalah
(larangan tapi
atau
menunjukkan
Ayat di atas dimaksudkan bahwa pelaksanaan walimah tidak
perkawinan
(walimah).(al-
Asqalani)&(Abadi:140) Lafaz “ “أوﻟﻢberasal dari kata “
kepada
Tuhannya.(Kementrian Agama:284)
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
mencegah),
resepsi
pemboros-pemboros itu adalah saudara-
ingkar
al-intina’iyah
kuantitas minimal dalam pelaksanaan Terjemahnya:Sesungguhnya
sangat
berarti bukan menunjukkan fungsi
“وﻟﯿﻤﺔ, diartikan sebagai berkumpul, (al-Nawawiy, kedua
mempelai
1924:216)karena (suami
istri)
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
dipersandingkan. Indonesia,
Dalam
walimah
bahasa
mengandung
yang
lain
tidak
demikian,
| 87
boleh.
Namun
Abu
Dawud
menurut
makna, pertama, seluruh perayaan
bahwa
perintah
ini
yang melibatkan orang banyak, dan
ditujukan
kedua, peresmian perkawinan yang
secara pribadi dan yang lain boleh
bertujuan memberitahukan khalayak
saja.(Abadi:140)
kepada
hanyalah
Abd.
Rahman
ramai bahwa kedua mempelai telah
Ketiga,Pandangan Ulama dan
sah menjadi suami istri, sekaligus
Tahqiq, menurut al-Iyadh, bahwa
sebagai rasa syukur keluarga kedua
kadar minimal pelaksanaan resepsi
belah
perkawinan,
pihak
atas
berlangsungnya
perkawinan
tersebut.(al-
Asqalani:240)
yaitu
disesuaikan
dengan kesanggupan dan kondisi ekonomi suami sebagai pelaksana
Menurut
Ibnu
Aśir
bahwa
pada acara tersebut. Imam Syafii
walimah, yaitu jamuan makan (pesta)
mengatakan bahwa perintah untuk
atau
memotong seekor kambing hanyalah
tiap-tiap
menghidangkan
pesta
yang
makan
dan
semacamnya.Al-Iyadh menambahkan, perjamuan
kepada
Abd.Rahman,
walimah
makan
ditujukan
(pesta)
perkawinan.Imam
diri
sebab
pribadi
Nabi
tidak
yaitu
pernah meninggalkan pesta dan dari
dalam
perintah itu menunjukkan adanya
Syafi’i
usaha untuk melaksanakan walimah
berpendapat bahwa semua pesta yang
(pesta)
menunjukkan kegembiraan kepada
Asqalani:225)Sebagai
yang baru seperti pernikahan dan
batas
khitanan.(al-Asqalani:241)
kambing, salah satu pendapat bahwa
Matan
Hadis
di
atas,
Hadis
sesuai
kemampuan.(al-
minimal
ini
penolakan
memotong
hanyalah
merupakan
menunjukkan penetapan Nabi Saw.,
anjuran
untuk
walimah.Demikian pula penetapan
melaksanakan
perjamuan
untuk
seekor
makan atau resepsi perkawainan.
Nabi
Seandainya
kambing bukanlah kemutlakan, akan
tidak
disebutkan
Saw.,
memotong
sekalipun seekor kambing oleh Nabi,
tetapi
maka
kondisi ekonomi dan adat dalam
akan
dipahami
adalah
kemutlakan seekor kambing, berarti
masih
untuk
melaksanakan
disesuaikan
dengan
suatu masyarakat.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
88 | Hamzah Latief
Keempat,Kontekstual
Hadis,
mengisahkan pada diri Abd. Rahman
walimah atau resepsi lazim dikaitkan
bin ‘Auf dapat
dengan acara perjamuan makan atau
kandungan hukum.
ditarik beberapa
pesta dalam perkawinan (walīmah al-
Lafaz “ “أوﻟﻢadalah perintah
ursy). Akan tetapi bila ditinjau lebih
(fi‘il amr), bila teksual dipahami
dalam lagi, maka makna walimah
adalah
mempunyai makna yang lebih luas
walimah. Akan tetapi, mengadakan
lagi.Makna
walimah
pesta
disinonimkan
pada
jamuan
makan.
tersebut
setiap
Hal inilah
kewajiban
melaksanakan
perkawinan
itu
hanyalah
acara
merupakan anjuran, karena tidak
yang
semua orang mampu melakukannya,
mendasari al-Nawawi dan Abi al-
tergantung
Iyadh membagi walimah, yaitu: 1)
ekonomi bagi kedua belah pihak,
walimah
khususnya bagi suami.
khitanan,
2)
aqiqah
pada
kemampuan
kelahiran, 3) aqiqah hari ketujuh, 4) Memotong seekor kambing,
pesta rujuk dari perceraian (talak), 5) rumah baru, 6) menyambut datang perantau, 7) ditimpa musibah, dan 8) jamuan
makan
tanpa
sebab
tertentu.(al-Asqalani:225)Dari acara tersebut, dalam masyarakat tidak melupakan
sajian
perjamuan
dipahami
menunjukkan
kadar
minimal perjamuan makan dalam pesta
perkawinan.
menunjukkan
Hal
perlunya
ini
pula
diadakan
pesta, sebagai rasa kesyukuran bagi keluarga mempelai. Redaksi
bersama.Atas dasar inilah, dipahami
hadis
tersebut
bahwa term walimah dikaitkan pada
meyebutkan dua perihal yakni Nabi
setiap
mempertanyakan
acara
perjamuan
maharnya
makan.Namun demikian kenyataan
menganjurkan
dalam
kali
walimah. Dari Hadis tersebut secara
mengadakan acara jamuan makan
tidak langsung menyebutkan kadar
tidak disebut sebagai walimah dalam
mahar lebih tinggi dengan walimah,
arti pesta yang lebih spesifik.
karena maharnya dengan setimbang
masyarakat
setiap
Kelima,Kandungan hadis
yang
menjadi
Hukum, bahasan,
kuantitas walimah perkawinan yang
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
untuk
dan
mengadakan
emas dibandingkan walimah dengan seekor
kambing.
Kambing
yang
nilainya pada masa Nabi hanya 5
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
dirham
atau
0,5
dinar
jika
sanksi
sosial.Budaya
| 89
Mappakeade
diemaskan. Olehnya itu, kedudukan
(penghormatan kepada adat) melekat
mahar
pada pribadi masyarakat Bugis Bone.
mestinya
ditonjolkan
dibandingkan dengan walimah yang
Proses
pra
nikah
pesta
terkadang mengeluarkan dana yang
perkawinan adat istiadat daerah Bone
tidak sedikit.
sejak
Berdasar uraian
dari
sebelumnya,
dikemukakan
beberapa
maka
kesimpulan
akan bahwa
dahulu
ditempuh
dengan
melalui beberapa tahapan, meskipun dalam pelaksanaannya kini ada yang dipermudah.
Tetapi
yang
masih
tetap
Hadis yang menguraikan kuantitas
sifatnya
walimah
perkawinan,
dilakukan.Sebelum acara perkawinan
dipahami sebagai anjuran Nabi saw.,
dilangsungkan, maka ada beberapa
untuk melaksanakan jamuan makan
pase yang dilalui. Pase-pase tersebut
dalam
adalah sebagai berikut:PertamaPra
dalam
perkawinan.
dimaksudkan
sebagai
Hal
ini
tanda
rasa
prisipil
hal-hal
Perkawinan,
langkah
awal
dari
syukur dan sarana silaturrahim bagi
proses penyelenggaraan perkawinan
sesama.Kadar kuantitas pelaksanaan
adalah
walimah
memantau atau mengamati dari jauh
tergantung
pada
paita,
artinya
laleng
melihat,
kesanggupan bagi kedua mempelai
mabbaja
(membuka
(suami istri), dan lebih khusus lagi
jalan).(Latif, 2008:190-191)Langkah
bagi calon suami.
kedua
yang
dilakukan
Mammanu’manu’ artinya melakukan kegiatan seperti burung yang terbang Deskripsi
Adat
Walimah
Masyarakat Bone
kesana kemari. Tujuannya adalah untuk
Secara sosial kultural bahwa
menemukan
seorang
gadis
yang kelak akan dilamarnya. Setelah
orang Bugis Bone sangat menjunjung
menemukan
tinggi nilai budaya yang berkembang
menurut pertimbangan bisa dijadikan
di tengah-tengah masyarakat, hal ini
istri
dianggap
kegiatan
sebagai
siri’
ketika
oleh
seorang
gadis
anaknya, ini
kepada
yang
dilanjutkan langkah
kebiasaan yang berkembang tidak
selanjutnya yang disebut Mappese’
dijalangkan maka tidak lepas dari
pese’(Lamallongeng,
2007:11)
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
90 | Hamzah Latief
Kemudian
dilanjutkan
Madduta/
Massuro.
tersebut.
Dilanjutkan
Mabbaruga/Massarapo,
budaya
bahasa
perkawinan masyarakat Bugis Bone,
Bugis disebut Massuro atau Madduta
mabbaruga atau mendirikan baruga
yakni mengutus beberapa orang ke
(massarapo) merupakan salah satu
rumah
rangkaian dari prosesi perkawinan
Meminang
dalam
perempuan
yang
akan
yang
dilamar.(Lamallongeng,
demikian
meminang
karena mabbaruga diadakan untuk
kelanjutan daripada tahap
menampung undangan keluarga dan
2007:12)Malamar adalah
penting.Dikatakan
atau
pertama (Mappese’pese’).Proses ini
undangan resmi.
diterimah maka dilanjutkan Mappetu
Mappasau dan Cemme Passili
Ada’, ini dilaksanakan dalam bentuk
(Mandi Sauna dan Tolak Bala)berarti
dialog antara juru bicara pihak laki-
merawat
laki
pihak
dilakukan dalam satu ruangan tertentu
perempuan. Dalam acara mappetu
selama tiga hari berturut-turut sebelum
ada’
hari
dengan
juru
sudah
bicara
tidak
perselisihan
ada
“H”
ini
perkawinan.Kemudian
karena
Tudang Penni yang terdapat duan
memang sudah dituntaskan segala
acara yakni MappanréTemme (khatam
sesuatunya
al-Quran),Barazanjidan Mappacci.
ada’.Acara
pendapat
lagi
pengantin.Kegiatan
sebelum ini
dilakukan
mappetu dengan
Ketiga,Proses
Pelaksanaan
mengundang keluarga, handai taulan,
Perkawinan (Tudang Botting), secara
tetangga dan lain sebagainya.(Ahmad
garis
MS, 2006:140)
perkawinan dibagi menjadi dua tahap
besar,
upacara
atau
resepsi
Kedua,Persiapan Perkawinan,
yaitu : a) Mappénré botting adalah
fase dalam persiapan perkawinan
mengantar mempelai pria ke rumah
diantaranyaMappuada
atau
mempelai wanita untuk melaksanakan
mattampa (mengundang) dilakukan
beberapa serangkaian kegiatan seperti
baik oleh pihak laki-laki maupun
madduppa botting, akad nikah, dan
pihak
mappasiluka.Madduppa
perempuan untuk
memberi
Botting
informasi kepada segenap keluarga,
(menyambut
kedatangan
handai
pengantin)berarti
menyambut
tolan
tentang
akan
dilaksanakannya pesta perkawinan
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
kedatangan mempelai pria di rumah
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
| 91
mempelai wanita untuk melakukan akad
iringan yang biasanya membawa hadiah
nikah.Ijab
sarung
khutbah
qabul nikah
dimulai oleh
dengan
tenun
untuk
keluarga
imam
atau
suaminya.Setelah mempelai wanita dan
mempelai
pria
pengiringnya tiba di rumah mempelai
duduk berhadap-hadapan dengan imam
pria, mereka langsung disambut oleh
atau penghulu sambil berpegangan ibu
seksi padduppa (penyambut) untuk
jari (jempol)
kemudian dibawa ke pelaminan.
penghulu.Kemudian
tangan
kanan.Dengan
bimbingan imam, mempelai pria mulai
Seluruh
rangkaian
walimah
mengucapkan beberapa bacaan seperti
perkawinan masyarakat Bugis Bone
istigfar, dua kalimat syahadat, shalawat,
tidak
dan ijab qabul.Sighat atau kalimat ijab
makanan
qabul yang disampaikan oleh mempelai
dalam prosesi walimahnya. Bahan-
pria harus jelas kedengaran oleh para
bahan dan perlengkapan dalam proses
saksi untuk sahnya akad nikah.Oleh
perkawinanmasyarakat
karena itu, tak jarang mempelai pria
pada umumnya terdiri atas: 1) makanan
harus mengulanginya hingga dua tiga
disuguhkan pada walimah masyarakat
kali.(Pelras, 2006:183)
Bugis
Setelah proses akad nikah selesai,
lepas
dari
yang
Bone
berbagai
macam
disuguhkan
sebagai
tidak
Bugis
lengkap
Bone
tanpa
memotong sapi sebagai menu utama
mempelai pria dituntun oleh orang yang
dalam
dituakan menuju ke dalam kamar
Selebihnya
mempelai wanita untuk Mappasikarawa
pelengkap lainya seperti ayam, acara’,
atau
paccala, doko-doko, dan lain-lain,yang
Mappasiluka
pertama).
Dan
mempelai
duduk
(persentuhan
kemudian
kedua
bersanding
telah
prosesi
dibuat
pernikahannya. makanan-makanan
oleh
jennang
(juru
di
masak/koki); 2) makanan kue berupa
pelaminan, selanjutnya diadakan acara
kue-kue tradisional Bugis seperti onde-
nasehat
onde,beppa
perkawinan.Selanjutnya
upacara
mappénré
nennu-nennu,
ditutup
palopo, barongko, paloleng, sanggara,
dengan upacara jamuan santap bersama.
lapisi, cangkuli, banddang-banddang,
b)Marola
indo beppa, beppa bangke, sokko dan
atau
botting
puteh,
mapparola
adalah
kunjungan balasan dari pihak mempelai wanita
ke
rumah
mempelai
masih banyak kue lainnya.
pria.
Pengantin wanita diantar oleh iring-
Pelaksanaan walimah al-‘ursy pada
masyarakat
Bugis
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
Bone
|
No. 1
92 | Hamzah Latief
membutuhkan waktu yang lama sekitar
tegaknya adat.Karena kondisi demikan
empat sampai dua minggu.Banyak hal
menjadi sanksi sosial tatkalah walimah
yang harus dilengkapi sebagaimana
yang
yang
meriah.Bahkan
telah
disebutkan
di
atas.Di
dilakukan
samping kelengkapan adat istiadat yang
perkawinan
harus
sehingga
ditunaikan
dan
beberapa
berkesan
tidak
dianggap
sebagai
masolang/makkasolang, pelaksanaan
walimah
rangkaian acara lainya.Kesemuanya ini
diupayakan semeriah mungkin demi
dianggap
mempertahankan
masyarakat
urgen
dalam
Bugis
walimah
Bone.Pelaksanaan
walimah pada masyarakat Bugis Bone lebih
diutamakan
adat
sekaligus
menghidari anggapan miring yang bisa menjatuhkan martabak (mappakasiri). Analisis Dan Pembahasan
kemeriahannya.Karena sebuah bentuk malu
(masiri)
ketika
walimah dengan tidak meriah, sehingga mulai dari pelaksanaan adat istiadat walimah perkawinan sampai kepada resepsinya
Pokok
pelaksanaan
dilaksanakan
secara
meriah.Perkawinan Bugis Bone, salah
dijadikan
perbandingan
sebagai
merelevansikan dengan
adat
Hukum,
jalan
antara Bugis
Waktu
yang untuk
al-sunnah
Bone dan
yakni: Bentuk
pelaksanaan walimah perkawinan. Pertama, hukum pelaksanaan
satu hal yang wajib ada ketika malam
hiburan). Hiburan dulunya dalam pesta
ﺑﺸﺎةsebagaimana dijelaskan sebelumnya
perkawinan
bahwa ada dua pendapat yakni jumhur
terlalu
Hadis
أوﻟﻢ
walimah
tidak
dalam
وﻟﻮ
resepsi adalah elekton (kelompok musik
ini
ulama mangatakana bahwa walimah
masyarakat akan merasa malu ketika
perkawinan hukumnya sunnah, dan
tidak menampilkan hiburan (elekton).
ulama al-Zahiriyyah mengatakan wajib.
dipermasalahkan,
Dalam
tetapi
walimah
saat
perkawinan
masyarakat Bugis Bone tidak lepas dari sikap siri’, maka tidak salah ketika pelaksanaan
walimah
terkesan
dipaksakan, dan memakan dana yang tidak sedikit. Hal ini sangat teguh dipegangnya
demi
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
memperjuangkan
Perbedaannya dalam memahami Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Anas “ أوﻟﻢ ”وﻟﻮ ﺑﺸﺎةMenurut Jumhur ‘Ulama, sekalipun
Rasulullah
Saw.,
dalam
sabdanya itu menggunakan fi‘il ‘amar (kata
yang
mengandung
perintah),
namun perintah disini adalah sunnah,
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
| 93
karena tidak semua orang mampu
pada masyarakat Bugis Bone sebuah
mengadakan
suatu
hal yang sangat disakralkan.Pesta
perkawinan. Perintah wajib menurut
adat perkawinan merupakan tradisi
Jumhur
turun temurun yang masih sangat
walimah
ulama
dilakukan
dalam
semestinya
oleh
setiap
mampu
orang.(Latif,
2010:114-115)
kuat
mempengaruhi
Bugis
Ulama al-Zhahiriyyah berbeda
Bone.(Ahmad
2006:138)Keadaan sebagai
diwajibkan atas setiap orang yang
moyang
yang
melangsungkan
dipegangnya,
Jumhur,
dia
mengatakan
perkawinan
untuk
MS, demikian
dianggap
dengan
masyarakat
warisan
nenek
tetap
kokoh
maka
salah
mengadakan walimah al-‘ursy, baik
jikalau
secara kecil-kecilan maupun secara
masyarakat Bugis Bone yang tidak
besar-besaran sesuai dengan keadaan
melakukan walimah secara meriah,
yang
maka
mengadakan
sebuah
tidak
dianggap
perkawinan
perkawinan
di
yang
perkawinan.(Syarifuddin, 2006:156-
masolang (sanksi sosial).Kendatipun
157)Menurut
‘amar
demikian, perkawinan yang kadang
wajib,
dianggap
mereka
mengandung
fi’il
perintah
masolang
berdasarkan kaidah usul fikih اﻟﻠْ ﺼﻞ
(bermasalah)tetap diakui, hanya saja
ﻓﻲ ا ﻻْ ﻣﺮ ﻟﻠﻮﺟﻮب.(Latif, 2010, hal 115)
anggapan masyarakat yang kurang
Antara lain yang mereka kemukakan
terhormat.Olehnya itu, pelaksanaan
adalah kisah perkawinan Ali bin Abi
walimah perkawinan di masyarakat
Thalib dengan Fatimah putri Nabi
Bugis Bone menghendaki keharusan
Muhammad
walimah. Konteks keharusan untuk
Saw.
Dalam
Hadis
walīmah
tersebut juga mengandung kemestian
melaksanakan
untuk mengadakan walimah.(Dahlan,
adalah
1996:1918)
kedua..........???
Kaitanya
dengan
hukum
walimah
pada
bukti
al-‘ursy
relevansi
Kedua,waktu
dari
pelaksanaan
walimah
sebagaimana
yang
masyarakat Bugis Bone tidak ada
dianjurkan
dalam
yang
ketentuan
diriwayatkan Anas bin Malik tidak
pelaksanaan
perlu
jelas.Namun
digaris
pelaksanaan
hal
bawahi
walimah
yang bahwa
perkawinan
mengungkap keadaan
secara
demikan
Hadis
jelas.Namun para
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
ulama
|
No. 1
94 | Hamzah Latief
mengambil dasar pada pernikahan
mazhab Hanafi tidak menentukan
Nabi
waktu yang jelas, karena menurut
dengan
pendapat
di
Zainab.
Beberapa
antaranya
Mazhab
mereka
diserahkan
Syafi’i mempunyai dua pendapat,
kebisaan
segolongan
1996:1918)
berpendapat
bahwa
penyelenggaraan walimah sebelum
kepada
adat
setempat.(Dahlan,
Sejalan dengan hal demikian,
terjadi hubungan suami istri dengan
waktu
kata lain setelah dilakukan akad
perkawinan masyarakat Bugis Bone
nikah. Pendapat ini dikemukakan
dianggap relevan dengan pendapat
oleh Imam al-Mawardi. Segolongan
Imam al-Mawardi pada golongan
lain
bahwa
dengan
mazhab Hambali setelah akad nikah
berpendapat
penyelenggaran
walimah
setelah
berlangsungnya
hubungan
suami
pelaksanaan
dan
mazhab
walimah
Imam
mazhab
Syafi’i,
Hanafi
yang
istri. Pendapat ini dikemukakan oleh
menyerahkan
Imam Tajuddin dan Subki, karena
setempat. Hal ini terbukti bahwa
menurutnya
waktu
waktu
inilah
yang
pada
walimah
kebiasaan
perkawinan
terdapat dalam sunnah Rasulullah
masyarakat Bugis Bone dilaksanakan
saw.(Latif, 2010:117-118)
setelah akad nikah.
Menurut mengatakan
Mazhab bahwa
Maliki
pelaksanaan
Ketiga, walimah,
bentuk
bagi
pelaksanaan
masyarakat
Bugis
walimah setelah terjadi hubungan
Bone,
antara
ini
pernikahan, masih tetap berpegang
riwayat
teguh pada nilai agama, budaya dan
bahwa
adat istiadatnya, bahkan yang lebih
kedua
mempelai,
disandarkan
pada
Hadis
Bukhari
disebutkan
hal
bila
akan
mengadakan
Rasulullah mengudang para sahabat
menonjol
untuk acara walimah sesudah beliau
istiadatnya.Begitu
tinggal
yang dilalui mulai dari meminang
serumah
dengan
adalah
nilai banyak
adat proses
Zainab.(Sabiq S. , 2004:128)Ulama
(mappettu
mazhab
waktu
belanja (mappaenre doi), Tudang
pelaksanaan walimah disunnahkan
Penni, Mappacci, aqad nikah dan
setelah
resepsi
Hambali
bahwa
akad
nikah
berlansung.Sedangkan
menurut
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
keseluruhan
ada),
naiknya
perkawinan. proses
uang
Dari
pelaksanaan
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
perkawinan
tersebut,
menghabiskan
dana
akan
yang
begitu
| 95
memahami substansi perkawinan itu sendiri.Sekalipun
perkawinan
itu
besar. Pengaruh adat tersebut tidak
bersifat sakral, nilai kesakralan itu
terlepas dari proses aktualisasi dan
dapat hilang hanya dengan sebab
pemahaman
pelaksanaan pernikahan cenderung
agama
secara
kontekstual.
materialis.
Fenomena ini sering terjadi
Bila
pelaksanaan
pesta
dalam masyarakat Bugis Bone yakni
perkawinan dikaitkan dengan “ أوﻟﻢ وﻟﻮ
pemberian uang belanja dari pihak
“ﺑﺸﺎة, menunjukkan sebagai anjuran
laki-laki kepada wanita merupakan
melaksanakan walimah perkawinan,
simbol bahwa pria tersebut akan
maka
bertangung
dimana,
jawab
dan
bersedia
perlu
dipahami
kapan
konteks
dan
menjamin kelangsungan hidup rumah
masyarakat
tangga
dilamarnya.
Pada saat itu, Nabi saw., baru saja
Jumlah uang belanja pun bervariasi
berhijrah di Madinah dan kehidupan
sesuai dengan kesepakatan kedua
para
belah pihak, apakah dilaksanakan
belum
secara meriah atau sederhana.Lebih
demikian pula dengan Abd. Rahman.
dari
Suatu
wanita
itu
yang
stratifikasi
sosial
dan
yang
kondisi
dihadapi
Nabi.
sahabatnya
secara
otomatis
dalam
keadaan
mapan,
kewajaran
bila
Nabi
kemampuan ekonomi kedua belah
menganjurkan dengan “ “أوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺸﺎة,
pihak
hal ini menunjukkan kadar minimal
sangat
menentukan
pelaksanaan
pernikahan.Bagi
kelompok
bangsawan
pelaksanaan dengan
dalam
pernikahan
meriah
pengaruh
dan adat
menonjol.Misalnya
acara
dalam
perkawinan.
juta
simbol
tetapi,
berarti
terkadang
pelaksanaan resepsi perkawinan, hal
lebih
ini tergantung pada keadaan ekonomi
dengan
adanya
bukan
pemaksaan
bagi yang ingin melaksanakan pesta. Adapun pelaksanaan walimah
rupiah
menunjukan
perkawinan pada adat masyarakat
ketinggian
martabat
Bugis Bone dianggap relevan dengan
tersebut
makna
seseorang.Melihat nampaknya
Akan
walimah
dilakukan
dinaikkannya uang belanja hingga puluhan
pelaksanaan
jumlah
masyarakat
kurang
Hadis
Aulim
Syātin.Kendatipun
Walau
bi
demikian
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
96 | Hamzah Latief
pelaksanaan
walimah
masyarakat
Bugis
pada
Bone
etis.Akan tetapi perlu
ditegaskan
sedikit
bahwa hal demikian bukan lagi adat
berbeda, karena walimah adat Bugis
masyarakat Bugis Bone, karena adat
Bone
Bugis
membutuhkan
waktu
yang
Bone
sangat
menjunjung
cukup lama serta prosesnya begitu
tinggi nilai-nilai siri’ serta perilaku
panjang, namun di luar daripada itu
terpuji
makna yang terkadung di dalamnya
disebut
adalah
Perilaku demikian dianggap sebagai
melaksanakan
walimah
dan
sopan
santun
dengan
yang
mappakkiade.
sebagai bentuk perintah atau anjuran
modernisasi
Nabi,
tengah-tengah masyarakat dan sulit
sebagaimana
menganjurkan
Nabi
untuk
menikah.
yang berkembang di
lagi untuk dipisahkan.
Bahkan dalam beberapa rangkaian
Pelaksanaan walimah al-ursy
acara adat perkawinan masyarakat
pada masyarakat Bugis Bone dengan
Bugis Bone selalu mengedepankan
makna Hadis Aulim Walau bi Syātin
perilaku Islami, yakni pada acara
dianggap relevan, meskipun tingkat
tudang
relevansinya
penni
yang
dengan
acara
mappacci
dan
ketiga
hal
mengandung
dirangkaikan mabbarasanji,
mappanre
ini
secara
hanya
sebatas
pada
kebolehannya, tidak sampai kepada
temme,
prosesnya sacara keseluruhan. Hal
filosofi
ini
nilai-nilai agama di
dalamnya.
terbukti
bahwa,
pelaksanaan
walimah perkawinan menurut makna Hadis Aulim Walau bi Syātin lebih
Kaitanya
dengan
hiburan
mengedepankan kesederhanaan, di
dalam walimah perkawinan dalam
samping
Hadis
untuk
pelaksanaan walimah yang sifatnya
perkawinan
tidak dipaksakan, karena adanya kata
menganjurkan
( وﻟﻮwalaupun). Sedangkan dalam
Nabi
menganjurkan
mengumumkan أﻋﻠﻨﻮھﺪاﻟﻨﻜﺎح
dan
itu
tergambar
pula
memukul rebana atasnya واﺿﺮﺑﻮا ﻋﻠﯿﮫ
adat
ﺑﺎﻟﺪﻓﻮف. Kedaan demikian juga terjadi
masyarakat
dalam
pelaksanaannya terlalu panjang dan
pelaksanaan
walimah
pelaksanaan Bugis
Bone,
proses
memerlukan
selalu
hiburan
lama.Hal ini dikarenakan banyak hal
(elekton), yang terkadang kurang
yang harus dipenuhi sebelum acara
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016
oleh
yang
pada
perkawinan masyarakat Bugis Bone, dimeriahkan
waktu
walimah
cukup
KANDUNGAN HADIS AULIM WALAU BI SYĀTIN DAN RELEVANSINYA DENGAN WALIMAH...
| 97
pesta perkawinan.Selain itu, proses
mempelai.Pelaksanaan
pelaksanaan walimah yang terkesan
perkawinan antara Hadis Aulim Walau
boros dan dipaksakan, juga terlihat
bi Syātin dan adat Bugis Bone dianggap
pada
relevan dari segi hukum melakukan
prosesnya
yang
panjang.Di
samping itu menu-menu dihidangkan
walimah.
terlalu banyak dan terkesan mewah,
pelaksanaannya tidak relevan, karena
dan bisa menelan anggaran yang
pelaksanaan walimah dalam konteks
tidak sedikit.
Hadis Aulim Walau bi Syātin lebih
Kesimpulan Kandungan HadisAulim Walau bi Syātin menunjukkan adanya perintah untuk
mengadakan walimah dalam
perkawinan.
Konsep
pelaksanaan
walimah yang ditawarkan pada Hadis Aulim Walau bi Syātin adalah bentuk walimah yang sifatnya sederhana sesuai dengan
kemampuan
Namun
walimah
pada
proses
megedepankan
kesederhanaan
dan
kesanggupan
kedua
mempelai,
sedangkan pada adat
Bugis Bone
membutuhkan waktu yang lama serta terkesan pemborosan dan dipaksakan. Selain itu, proses pelaksanaan walimah masyarakat Bugis Bone menghabiskan dana yang tidak sedikit karena yang ditonjolkan adalah adatnya.
kedua
Daftar Pustaka Al-Qur’anul Karim Abdurahman.Hukum Adat Menurut Perundang-Undangan Refublik Indonesia. Edisi I Cet. I; Jakarta: Cendana Press, 1984. Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor.Kamus Kontemporer Arab Indonesia.Cet. VIII; Yongyakarta: Multi Karya Grafika, 2003. Ahmad, Abd. Kadir Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.Cet. I; Makassar: Indobis, 2006. al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Bisri, Ilhami. Sistem Hukum Indonesia Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di Indonesia.Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedia Hukum Islam.Cet. I; Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeva, 1996. Hanbal, Abū Abdillah Ahmad Ibn. Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III. Bairut: al-Maktab al-Islāmi, 1978.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
|
No. 1
98 | Hamzah Latief
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis. Cet.I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992. al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqih Wanita (Terjemahan Anshori Umar). Cet. I; Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1986. Lamallongeng, Asmat Riady. Dinamika Perkawinan Adat dalam Masyarakat Bugis Bone.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2007. Latif, Syarifuddin. Budaya Perkawinan Masyarakat Bugis Tellumpoccoe Perspektif Hukum Islam (Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2008 ---------.Hukum Perkawinan di Indonesia Buku 1.Cet. I; Watampone: CV Berkah Utami, 2010. Munawir, Ahmad Warso. Kamus Arab Indonesia.t.c. Yongyakarta: Pustaka Progressif, 1984. al-Nawawiy, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Shahih Muslim bin Syarh alNawawiy, jilid IX. Mesir: al-Matba’ah al-Misriyah, 1924 Pelras, Cristian. Manusia Bugis.t.c. Jakarta: Forum Jakarta-Faris École Français, 2006. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munaqahat dan Undang-undang Perkawinan.Cet. V; Jakarta: Kencana, 2006.. Sabiq, Sayid. Fiqh as-Sunnah Jilid. II, Cet. VIII; Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1987 M/1407 H. Zuhaly, Muhammad. Fikih Munakahat Kajian Fiqih Pernikahan dalam Perspektif Mazhab Syafi’I .Cet. I; Surabaya: CV Imtiyaz, 2013.
AL-RISALAH| Januari -Juni 2016