PREVALENSI ANEMIA DAN THALASEHA KAWER PADA KELOMPOK WANITA USlA SUBUR (WUS) Suk& SeMin, Susi S d SWUMAnce , Murdiana, Rwiana Chii&ani, Sfi MmW, joko Panmbudl' dm W b l ABSTRACT THE PWVALENCE OF ANEMM AND CARRIER THALASEMIA AMONG WOMEN CHILD BEARING AGE Backgmund:The program of iron tablets disbibubon lor pregnant mothers have been condwled for neaty iwenfy years However, this program almost didnY e k t signfcanGy to reduce Re prevaleme of anerma In Indonesia Bes~dethat Iron dekremy and blc acld debiensy, 11s assumed hat carner thalasemla may pehaps play a certaln role on h e d E u b in reducing h e prevaleme of anemia The simple ind'cator ofcamer lhalasernla are lhe red blood cells have oval form and so fraglle. Oblsctlvb The aim of the study was to look for lhe prevaleffie of anemia end the prevaleme ofcamerthalasemia amongwomen chid beanng age. Method: The study was condllcted In Cianiur distrct and represented by hue subdisbicb Cugenang and Mande. Four illages of sub-d~stnclCugenang as well as Mande were taken as h e area of study The number of samples was 40 mothers from each vlllage. The sublects of study were women beanng child age (1949 years) of Sundanese ehn~tiy Rssub. lhe resun of study shwed hallhe prevaleme ofanemla was 32 5 % and h e prevaleme ofcarnerlhalasem~ausing one lube osmolc fragll* lest (NESTROF) was 41 3% Whlle lhe prevalence ofcarner lhalasem~aunlh Hb vaname was 4 4% Condudons: The orwaleme of anemla amona womenchlld beanna aaewas 3 5 % The orevalemecamer thalasemla uslno -~~ -one lube osrnok fraailtvlest NESTROF) was hiaher than uslna Hbvanake RscomandPnons: needs h e r study to i&dgate he c'use of red blood cell fragilty oher han carnerhalasemia, swh as Mlamln E slalus orzlm stalus among pregnantwomen and womn child bearing age [PmdOM Makan 200124: 3 6 4 ~
Key words : canier Urakemiia. anema, osmotic
ted, mmn child beating age (WUS)
PENDAHULUAN
P
rembnsi anemia gizi di Monesia mash tinggi, walaupun program penang gulangannya sudah bejalan lebh dari dua dasa warsa. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1973, sebelum pelaksanaan program penanggulangan anemia, sebesar 7077% (1). Setelah pelaksanaan program, hasil Suwei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 (2) menunjukkan bahwa prevalensi anemia sebesar 61,S0A dan pada tahun 1995 (3) sebesar 50,9%. Sedangkan prevalensi anemia pada wanita usia subur sebesar 40,2% pada tahun 1992 dan 39,5% pada tahun 1995. Hasil peneliian intewensi tablet besi selama 3 bulan yang pernah dilakukan di Kuningan (4) dan di Bogor (5) oleh Pusliiang Ghi menunjukkan bahwa intervensi tablet besi dapat meningkatkan kadar Hb, tetapi belum dapat menu~flkan prevalensi anemia secara nyata (hanya 10%). Suliiya tnenu~nkan prevalensi anemia diduga disebabkan oleh faktorfaktor yang ikut berperan dalam kejadiaan anemia, (trait). antara lain thabsernia k8fler
Penyakit t h a k e n i a banyak diemukan di daerah Asia Tenggara, tenasuk lndonesia. l?mkemia k& adalah pcmbawa sifat f b a k e m a dengan gambaran anemia ringan dan peningkatan ketahanan osmotik (6). Salah satu cara deteksi thakemis karier di lapangan adalah mengukur nilai ketahanan atau kerapuhan dari dinding sel darah merah dengan larutan hipotonik menggunakan metode NESTROF (7). Hasil peneliian fbakemie kerisr di Thailand menemukan prevalensi fhalasemia karier sebesar 3036 yang diduga ~b8gP.l salah ssh, faktor kendala suliiya menurunkan prevalensi anemia (8). Sejauh ini di lndonesia belum banyak informasi mengenai besarnya prevalensi ihalasemis hatier. Tulisan ini menyajikan hasil peneliian yang mengungkapkan besarnya masalah anemia gbi dan lhalasemia karier di lndonesia. Hasil peneliian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola program kesehatan, khususnya pencegahan anemia ghi.
Red Cell O m t i c Fragility Test) (7). Prinsip matode ini adalah rnmgukur ketahanan dan kerapuhan dndng sd darah merah derigan menggunakan le~tanhiitonik. Nilai NESTROF c 85% dinyatakan sebagai pendenta thalasemia karier (7). Pengukuran dilakukan deh tenaga yang berpengalaman. Uji konlirmasi untuk penderita thalasemia kaner secara akurat dilakukan pemeriksaan Hb varlan dengan metode elekbofwesis yang dilakukan d Lembaga Eyckman, Jakarta. Thalasemia k&r dinyatakan positif bila persentase Hb A2 iebih besar 3,5% dan mean cospular volume (MCV) < 80% (6).
BAHANDANCARA Penelitian dilakukan d Kabupaten Cianjur m n desain penelitian me sectional @tonglintang). Pemilihan lokasi ddasarkan atas Wmbangan prwalensi anemia di Kabupaten Cianjur cukup tinggi sebesar 550% (Kanwil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 1997). Dari K m t e n Cianjur dpilih 2 kecamatan secara acak, yaitu Kecamatan C w n g dan Mande. Dari masingmasing kecamatan Bambil4 desa secara acak. Dari Kecamatan Cugenang terpilih Desa Mangunk&, Talaga, Cirumput dan Sukamulya. Dari Kecamatan Mande terpilih Desa Kadmangan, Sukamanah, Bdmjong dan Cikidanghyabang. Dari rnasingmasing desa dambil 40 orang wanita usia subur secara purpawrpawII
-
-
Sukati Saidin, dkk
Pmvalensi anemia dan thalasemia kerier
pGM 2001,24: 3-43
Subjek penelith adalah wanita wia stlbur tidak harnil dsn Bdak menyusui, m r 1845 tahun dan asli suku Sunda. Besar sampel skitar 320 orang menUnn Lemeshow (9). Cara pemeciksaan: Pemetiksaan kadar Heroglobin (Hb) dlakukan dengan metode Cyanmethemoglobinmenurut WHO (10). Pameriksaan thalasemia brier dilakukan dengan metode NESTROF (Naked Eye Single Test Tube
HASlL IdanWII urnpel
Umunsaonkn Responden pada penelitian ini adalah wanita usia subur dengm wnw terendah 18 t a m dan tertinggi 49 tahun. Data secara rind disajikan pada Tabel 1.
Trbd 1 Seban Umur Responden M a m k a n Kdompok Umur Umur (tahun)
n
K
< 20 tahun 20 - 24 tahun 25 - 29 tahun
11 72 72
35 22,5 22.5 18,4
30 - 34 tahun 35 - 39 tahun > 40 tahun Jumlah
Dan Tabel 1 taroak bahwa ssbaaian besar rssponden becumur 2024 tahun dan 2529 tahun,
masing-masirig sebesar (22,5%), sedangkan responden dengan umur 30-34 tahun dan 3539 tahun masingmasing sebeaar 18,4 % clan 20,O %.
!i9 64 42 320
m,o
13,l 100,O
Pendldih nrponden Mengaar pa& profil Kesehatan Indonesia tahun 1997, dsbibusi responden menurut tingkat pendidkandsajikan pada Tabel 2.
Sukati Saidin, dkk
Prevalensi anemia dan fhalasemia karier
PGM 2001.24: 38-43
Tabel 2 Sebaran Responden Menuwt Tlngkat Pendldikan
Tidak tamat dan tamat SD Tidak tamat dan tamat SMP Tidak tamat dan tamat SMU
244
15.9
kategoci tersebut jumlah WUS dengan nilai kurang dari 12 g/dl sebanyak 32.5%. Bila dbsndingkan dongan hasil penelitian sebeluninya yang dilakukan olah Vila Karlika (ll), di tempat yang sama prevalensi anemia di Kabupaten Cianjur sedikit lebih rendah.
Dan Tabel 2 tampak bahwa sebaglan besar &onden 76,3% berpendidikan rendah (sekolah dasar), 15.9 % berpendidikan SMP. dan 6,9 % berpenddkan SMU. Prevalensl Anemia Hasil analisls kadar Hb menunjukkan bahw rata-rata kadar Hb responden sebesar 12.3 f 1,271 gldl dengan nilai terendah 6,5 @dl dan tertinggi 15,l g/dl. Status anemia dikelompokkan berdasarkan nilai kadar Hb. Sampel dengan kadar Hb kurang dan 12 g/dl dikategonkan sebagai anemia. Bedsarkan
Prevalensl thalasemia karler. Hasil pemeriksaan fragilitas osmotik sel darah merah yang dilakukan dengan cara Nestrof dsajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3 Sebaran Nllai Fragilltas Osmotik pada Wanita Usia Subur W S ) Nilai Nestrof fi) lnterpretasi + < 60 61 - M.9 85 90.9 + 91 100% Jumlah '+ adalah thalasemia karier (< 85%).
-
-
n
K
70 62 73 115 320
21.9 19.4 22.8 35.9 100.0
fhelasemie karier pada WUS sebesar 41,3%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian di Thailand yang menggunakan metode yang sama dangan penelitian ini. Rata-rata dan distribusi kadar Hb penderita fhala~emi8 karier berdasarkan metode Nestrof disajikan pa& Tabel 4.
Tabel d atas rnenunjukkan bahwa jumlah Wanita Usia Stbur (WUS) yang mrqwnyai niiai fragilitas osmotik kurang dari 85% ssbesar 41,3%. !derm~t hasil wnkshcp thalasemia (7), nilai ketahanan dindng sel darah merah kurang dari 85% dinyatakan positif menderita thalasemia karier. Dengan menggunakan batas tersebut, besarnya
Tabel 4 Sebaran Kadar Hb Penderita Thalasemia Berdasafkan Nllai Nestrof Kadar Hb gldl <7
7 .9.9 10-11.9 i12
Jumlah Rab-rsta lradar Hb
Rata-rata nilai Hb WUS dengan nilai Nestrol (85% (yang diduga penderita thalasemia karier)
Nestrof < 85% n % 2 1.5 9 6.8 41 31,l 80 60.6 132 100,O 12.1 f 1.37 gdl
I Nestrof w=
,
85%
O h n 0 0 5 2.7 47 25.0 72.3 136 1B8 1W,O 12.5 f 1.08 gdl
sebesar 12.1 1.37 @dl dan bukan penderita fhalasemja kariersebesar 12,5 f 1.08 gld. Dan T h l
'
40
-
Sukali Saidn, dtk
Prevalensi enemis den thel~s~mia kerier
PGM 2001.24: 3843
@at dpahami knrena pendecita thdawmie herier memplnyai kdainan sellingga dinding sd darah merah mudah pecah (12). Bila kita pebUkan nilai Neshf berbanding IUNS dengan nilai Hb. Dari Tabel 5 terlihat bahwa WUS m a n kelompok Hb kurang dari 7 Old mempunyal nilai NESTROF paling rendah. Makin tinggi kadar Hb, makrn tinggi pula nilai Neslmf.
4 terllhat bahwa, kelonpok wmpel dengan nilal Nesbof c 85% mempunyal kadar lib lebih rendah dbandngkan m a n kelompdc wmpel yang mempunyai nilai Nestrof >= 85%. Secara 8htistik in1 bermakna (P <0,05). Hasil analisis pe-n bivariat menunjukkan edanya hubungan yang bermakna antara nilal Ne&f dengan kejadan anemia m a n nilai Xz= 7,9437 @= 0,01884). Hal ini
Tabel 5 Sebaran Nllal Neatrot R W a t a Berdararkan Kadar Hb
Jakarta. Sampel dinyatakan positif thalasemia karier bila persenlase Hb A2 > 35% dan Mean Cospular Volume (MCV) < 80%. Data secara rinci dsajikan pa& Tabel 6.
Sebagai pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penderila thalasernie karier secara lebih leliti diiakukan pemeriksaan Hb varian dengan metode eleMroforesis yang dilakukan di Lernbaga Eyckmsn,
Tabel 6 Sebaran Penderita Thalinemla Karier M e n ~Bentuk ~ t Kelainannya Nestrof c 85% (n=132) */. n 1 0.8
Petneriksaan thalaremla (I
6 3 4
1'
6
Hb E bait Nesbof rendah
4.6
2.2
3.0 89.3
118
Wkan lhalasemm kmer) Jurnlah 100.0 132 *a,lj,8,Hb E adalah thalasemia karier sebesar 4,4% Klinik RSCM memperoleh prevalensi sebesar (31,1%). Hasil lemuan penelilian ini sebeser 4.4% tidak jauh bedengan hasil penelilian di Perancis Tenggara sebeser 2,8 8.0% (14). Dislrih~sinilai kndir Hb p~nderitalhalasernia knrior ~rio~~urul i~iulwkclcklrolwcs~sdwlliknll puda Tabel 7.
Tabel 6 manunjukkan, &ri 132 orang yang dinyatakan posilif mendecita thelasemia knrier dengan melode Nestrol, hanya 14 orang yang dinyatakan posillf menurut melode elektroforesis. Dengan demikian &pat dkatakan bahwa prevalensi thalasemia yrrng sebenamya hanya sekitar 4.4%. B i l ~ ditxrndingkan ~hronyimllnsil por~olilionyong dilnkuknrl oleh Sanloso pa& tahun 1990 (13)jauh lebih rendah. Penelitian Santoso yang dlakukan di UPF Patologi
-
Tabel 7 Sebaran Kadar Hb Penderita Thalaremia Karler Berdararkan Cara Elektroforesls Kadar Hb gldl <7 7- 11.9 2 12 Jurnlah
-a 1 1
P 5 1 6
1
Thalasemla trait [n=l4) Hb E S
Total n
3 3
1 2 1 4
1
11 2 14
K 7.1
78,6 14.3 100,O
PGM 2001,24: 38-43
hawbnsl m m l e dan thal~s~mia kerier
Dan Tabel d atas tarrpak b a h sebagian besar penderita thalasemia kariar mempunyai kadar Hb kurang dari 12 4/dl(85,7%).
BAHASAN PeneliUan ini dilakukan pada wanila usia subur dangan tingkal pnddikan rendah. Hasii panelitian in1 mungkin belum &pat digeneralisasik a m penelilian dilakukan terhadap wanita usia subur asli suku Sunda. Pnwalensi anemia pada wanila usia subur pada penelitian ini sebesar 32,5%. Penelitian anemia d Cianjur oleh Vita Kartika (1') mendapatkanprevalensi anemia sebesar 39,5%. ' Data SKRT (3) melaporkan prevalensi anemia pada WUS sebe&r 40%. Dad rangkaian penelillan anemia tenabut temvata m i e n s i anemla wda WUS masih cukup lit&, baisar 3040%. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil besar kemungkinan ada hubungannya dengan tingginya prevalensi anemia pa& kelompok WUS, yang mmpakan kelompdc yang akan mengalami kehamilan. Bila sebelum hamil sudah mendarita anemia, wanita memiliki peluang lebih bosar untuk mendetifa anemia kelika memasuki masa kehamilan. Oleh karena itu bila keadaan anemia pada kelon~pok WUS ti&k ditangani, sulit msnurunkan engka prevalensi p a d ibu hamil unluk mencapai large! yang diharapkan. Pa& akhir Repelita VI difargetkan prevalensi anemia pa& ibu hamil turun menjadi 30%. Sebagai ywya untuk rnengantisipasi ha1 tersebut, selramRlsnya program pencegattan atau penanggulangan anemia perlu dperluas sasarannya pa& keiompok WUS dengan memberikan suplementasi pi1 besi minimal 2 kali seminggu. Melihat tingginya angka prevalend anemia sebesar 32,5% dan prevalend thalasemia karler berdasarkan metode Nesbof sebesar 41,3%, sedangkan prevalensi fhalasemia kerier y a y sebenamya hanya 4,4%, memberi petunjuk bahwa kejadian anemia di daerah penelitian selain disebabkan karena thalasemia karier ada penyebab lain yang membuat dinding sel darah merah mudah pecah. Menurut literafur, salah satu penyebab mudahnya dinding sel darah merah pecah adalah kekurangan vitamin E (15). Dikemukakan pula, berdasarkan literafur teoebut, dduga s a m penelltian ini mempunyai sfatus vilamin E yang rendah. Bifa dugaan ini benar, maka program penanggulangan anemia hams ditinjau kembali atau dilakukan sadkit modfikasi dengan menambah vitamin E agar pcogram penang&lawn anemia
Sukati Saidin, dkk
dqmt lebih bema9il. Untuk itu p d u dlakukan penelitian untuk mengetahui s t a h vitamin E pada ibu hamil alau p d a wanita usia subur dan bagaimamdampaknya terhadap kejadian anemia.
KESIMPULAN 1. 2.
3.
Prevslensi anemia pads WUS sebesar 32,5 % Pnwalensi thalesemia kariar dengan metode cepat di lapangan (NESTROF) menemukan angka - sebesar 41.%. Prevalensi thalasemia karier berdasarkan metode elektolwssis menemukan angka sebesar 4.4%.
IMPLIKASI TERHADAP PROGRAM Hasil penelitian mengungkapkanbahwa kejadian m i 8 pada wanita usia & m r masih cukup tinggi. Kejadan anemia selain dsebsbkan karena thalasemla karier juga dsebaMtan faktoc lain yang belum dapat diungkapkan. Dugaan sementara adalah status vifa,liin E rendah. Seperfi diketahui vitamin E dapat menysbabkan kerapuhan dinding sel darah merah sehingga menimbulkan anemia. Persentase WUS yang mempunyai nilai Nestrof rendah (< 85 % sebagai indikad adanya kerapuhan drding sel darah merah) cukup ting~i,yakni sebesar 41,3% Hal ini perlu mendapal perhatian. Bila tidak, maka penanganan anemia akan selalu mengalami hambatan. Pemberian lablet besi yang ditambah asam fdat hanya dapat meninykatkan kadar Hb secara lemporer dan selanjutnya akan pecah kembali.
SARAN Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab rapuhnya dndng sel darah merah d samping p y a k i t thalasemia, saped~:status vitamin E atau status seng pada ibu hamil dan wanita usia subur.
UCAPAN TERlMA KASlH 1.
2.
Kepala Dinas Kesehafan Kabupaten Cianjur b w l a staf yang talah mmbetikan izin peneiirian sampsi peiaksanaan penelitian. Kepala Puskasmas Cugenang dan Man&
PGM 2001.24: 3843
3.
4. 5.
Prevalensianemia dan thelmemia karier
beserta stef yang telah membantu pelaksanaan pengumpular, data d lapangan. Kepala Lembaga Eyckman, Jakarte besecta stat, khu8umya DR. dr, l8warl Sety~lngnlh Sp.A, yang talah membantu dalam analisis Hb variant. Ibu-ibu responden dan keluarga yang telah bersedia manjadi msponden penelilian. Para litkayasa yang telah membantu &lam pengumpulan dan analisis data.
RUJUKAN Martoatmodjo, S; &k. Masalah anemia gizi pada wanita hamil &lam hbungannya dengan pda konsumsi makanan. Penelitian Gizi dan Makanan 1973.3: 2241. 2. Bedan Litbang Kesehalan. Laporan Sumi Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehalan. 1992. 3. Badan Litbang Kesehatan. Lapwen Sunrei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Lilbang Kesehatan. 1995. 4. Muhilal dkk. Iron Supplementation Pilot Program. Gizi Indonesia 1985, 10 (1): 30-34. 5. Saidm. M. EfeMifitas pemberian pi1 besi satu kali seminggu dalam penanggulangan masalah anemia pada kelompok wanita remaja. Laporan Penelitian. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gid, 1997. 6. Boediman. Kresno Siti. Pengantar hematologi den imunohematologi Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universilas Indonesia. 1988. 7. Faculty of Medicine University of Indonesia. Manual of labwatory diagnosis of thallassemia and hemoglobinopothies including prenatal diagnosis. Indonesia Society of Hematology and Blood Transfusion. Indonesian Thallassemia Foundation. dakarta. September 1992. 1.
8.
9.
10. 11.
12. 13.
14.
15.
Sukati Saidn, dkk
Shahilah. Komunikasl pbadi paQ pertemuan Nutrition Cum Action di Thailand Mahidol University. Lemeshow S. et.el. Adbquecy of simple @zein Health Studies. Geneva: John Willy 8 Son, 1990. WHO. Nutritional Anemias. WHO Tech Rep.Ser No. 503. Geneva, 1972. Kaflika, Vita, dkk. Uji suplementasi pil besi, asam folat dan vitamin 812 untuk menanggulangi anemia. Penelifian Gizi den Makanan 1998.21: 99-103. Hilman. R.S. and Finch C.A. Red Cell. Manual. FA Devis Company. Philadelphia. 1992. Santoso. W. Gambaran hematdogis thalasemia p hetemzigot dan thalasemia fiHbE. Makalah akhir Prcgnm Studi Patotogi Klinis PPDS1. FKUI. 1991. Le Gales C; Mcatti. J.E. Searching for consensus through multi criteria decision analysis. Assesment of screening strategies for hemoglobinopalhies in South Eastem France. Int. J. Technol. Assess. Health Care 1990.6(3) 430-49 Harper H.A; Rodwell V.W; Mayes P.A. Review of Physiological Chemishy. Lance Publication 16" Edition 1977.