PENGARUH LABA KOTOR,LABA OPERASI,LABA BERSIH DAN PERUBAHAN PIUTANG DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI MASA MENDATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014. KIKI YUNI ASTUTI 120462201125 PROGRAM STUDI AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI, TANJUNG PINANG, 2016
ABSTRACT Kiki Yuni Astuti, 2016: effect of Gross Profit, Operating Income, Net Income and Changes in Receivables in Predicting Future Operating Cash Flow in Companies Manufacturing Consumer Goods Industry Sector Listed in Indonesia Stoke Exchange Period 2012-2014. The purpose of this study was to examine the influence of gross profit, operating income, net income, and changes in receivables in predicting future operating cash flow. This research was conducted using secondary data. The population of this research is manufacturing consumer goods industry sector listed in Indonesia stock exchange period 2012-2014 consist of 37 company. Sampling technique used was purposive sampling. From 37 companies, only 22 are selected. The analysis method used is multiple lineae regression analysis, which previously tested with the classical assumption. The results of the data analysis or regression results show that simultaneous gross profit, net income,and changes in receivables influential in predicting future operating cash flow. while partially showed that gross profit influential in predicting future cash flow of future operations, that only net income and changes in accounts receivable is not influential in predicting future operating cash flow. The operating profit multikolineritas operating experience, so that the operating profit is eliminated from the study.The magnitude of coefficient of determination adjusted R square is shown from the value of the adjusted R2 of 0.506. This means that 50.6% variation operating cash flow future can be explained by the gross profit, net profit, and changes accounts. while the remaining 49.4% of operating cash flow future described by other variables. Keywords: Future Operating Cash Flow, Gross Profit, operating Income, Net Income and Changes in Receivable.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para supplier. Laporan keungan perusahaan yang dipublikasikan adalah salah satu sumber informasi yang penting bagi para investor (Bastian, 2006). KAJIAN PUSTAKA Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) PSAK No.1 tahun 2012, adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna informasi akuntansi harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan. Investor sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang disusun investee terutama dalam hal pembagian dividen, sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pengembalian jumlah pokok pinjaman berikut bunganya. Investor dan kreditor terutama sangat tertarik terhadap arus kas investee/debitur dimasa mendatang. Arus Kas Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan dan investasi perusahaan
terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas (Simamora, 2000). Menurut (Simamora, 2000) Tujuan laporan arus kas antara lain sebagai berikut : 1.
Tujuan utama laporan arus kas adalah pembayaran kas (cash payments) dari suatu perusahaan pada periode tertentu.
2.
Untuk memaparakan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi, investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
3.
Laporan arus kas dapat memasokan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahaan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan keadaan dan peluang bisnis.
Kegunaan Laporan Arus Kas Menurut (Herry,2015) laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan dimasa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditor dan investor dalam meningkatkan likuiditas maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba (keutungan). Tujuan menyajikan Laporan Arus Kas adalah memberikan infomasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pembayaran kas diklasifikasikan menurut tiga kategori utama, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan yaitu :
1. Arus kas dari aktivitas operasi Dalam PSAK No.2 tahun 2012, arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. 2. Arus kas dari aktivitas investasi (SUHAYATI, 2009) Arus kas dari aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar, seperti transaksi penjualan dan pembelian aktiva tetap seperti peralatan dan bangunan. 3. Arus kas dari aktivitas pembiayaan/pendanaan (SUHAYATI, 2009) Aktivitas pendanaan meliputi transaksi yang mana kas diperoleh atau dibayarkan kembali kepemilik dana(investor) dan kreditor (pemberi pinjaman), arus kas dari transaksi yang mempengaruhi aktivitas dan utang perusahaan. Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi Dalam (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 paragraf 12, jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi pendapatan laba rugi. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : 1.
penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa
2.
penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain.
3.
pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
4.
pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan
5.
pembayaran dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain
6.
pembayaran kas atau penerimaan kembali (resitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diindenfikasikan secara khusus sebagian bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
7.
penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjual belikan
Arus Kas Aktivitas Operasi masa Mendatang Arus kas aktivitas operasi masa mendatang adalah keadaan arus kas aktivitas operasi perusahaan pada suatu periode yang merupakan realisasi dari usaha masa lalu yang sebelumnya telah diprediksi dengan menggunakan data-data historis (Wartini, 2013). Laporan Laba Rugi Menurut (Kasmir, 2013) Jenis laporan keuangan lainnya selain neraca adalah laporan laba rugi. berbeda dengan neraca yang melaporkan informasi tentang kekayaan, utang, dan modal, laporan laba rugi memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi juga berisi jumah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain,
laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi juga memuat jenis-jenis pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan di samping jumlahnya (nilai uangnya) dalam suatu periode. Kemudian, laporan laba rugi juga melaporkan jenis-jenis biya yang dikeluarkan berikut jumlahnya(nilai uangnya) dalam periode yang sama. Dari jumlah pendapatan dan biaya ini akan terdapat selisih jika dikurangkan. Selisih dari jumlah pendapatan dan biaya ini kita sebut laba atau rugi. Laporan laba rugi menyediakan kebutuhan kepentingan bagi investor dan krditor mengenai informasi
yang
membantu
mereka
memperkirakan
jumlah,waktu,dan
ketidakpastian atas arus kas pada masa mendatang. Laba Kotor Penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor (Hery, 2013).
Menurut (Kasmir, 2013) laba kotor artinya laba yang
diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh. Secara umum pengertian analisis laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode, serta seba-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara dua atau lebih periode. Selanjutnya dengan diketahui penyebabnya, dapat digunakan untuk memuuskan kebijakan kedepan yang berkaitan dengan laba tersebut (Kasmir, 2013).
Untuk melakukan analisa laba kotor,diperlukan berbagai data perusahaan. Adapun data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis laba kotor adalah: 1.
Target yang telah ditetapkan
2.
Pencapaian hasil laba pada periode tersebut
3.
Laba pada beberapa periode sebelumnya
Laba Operasi Menurut (Hery, 2013) laba operasional mengukur kinerja operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan beban operasional. Laba operasional menggambarkan bagaimana aktivitas operasi perusahaan telah dijalankan dan dikelola secara baik dan efisien, terlepas dari kebijakkan pembiayaan dan pengelolaan pajak penghasilan. Menurut Kieso (2011) dalam (Hery, 2013), pengungkapan laba operasional dalam laporan laba rugi akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas utama dengan aktivitas sekunder atau jarang terjadipada tingkat yang sama. Namun demikian, aktivitas sekunder yang jarang terjadi ini tetap merupakan bagian dari operasi berlanjut. Laba Bersih Menurut (Wartini, 2013), laba bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiataan operasi perusahaan maupun non – operasi perusahaan. Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih(net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba rugi bersih(nett loss).
Piutang Menurut (Herry, 2014) Piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas ) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa kredit . sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang dan jasa secara kredit kepada pelanggan. Menurut (Sulistyawan, 2015) piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas dimasa mendatang, prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, melakukan pengiriman barang, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran. Peneltian Terdahulu 1.
(Rispayanto, 2009), melakukan penelitian mengenai pengaruh laba kotor,laba operasi, laba bersih dan arus kas operasi dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2013. Sampel ditentukan berdasarkan metode total sampling , sebanyak 71 perusahaan. Menunjukkan hasil bahwa arus kas operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap arus kas operasi masa mendatang,laba operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap arus kas operasi masa mendatang, sedangkan laba kotor dan laba bersih tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap arus kas operasi masa mendatang.
2.
Penelitian yang di lakukan Marisca Dwi Ariani (2010) Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas Masa Mendatang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Menunjukkan bahwa laba kotor memiliki kemampuan yang paling baik dibandingkn dengan laba operasi dan laba bersih dalam
memprediksi arus kas masa depan. Secara parsial hanya variabel laba kotor yang terbukti signifikan mempengaruhi variabel dependen (arus kas), secara simultan laba kotor, laba operasi dan laba bersih mempunyai kemampuan prediktif terhadap arus kas masa depan. 3.
Penelitian yang dilakukan Wartini (2013) Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, dan Laba Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas Aktivitas Operasi di Masa Mendatang pada Perusahaan Manufaktur Yang Bergerak Dibidang Sektor Industri Dasar Kimia di Bursa Efek Indonesia Periode 20092013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laba kotor dan Laba Operasi tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi dimasa mendatang, sedangkan Laba bersih berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi masa mendatang.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Jordan Setiawan Ramadhan (2010) Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih, Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Mendatang Pada Perusahaan Pertambangan yang Listing pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Laba kotor berpengaruh terhadap arus kas masa mendatang, sedangkan Laba Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa mendatang dan Laba Bersih berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa mendatang.
5.
Penelitian yang dilakukan oleh Vina Yuwana dan Yulius Jogi Christiawan (2014) Analisa Kemampuan Laba dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Operasi Masa Depan Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2012. Hasil penelitian ini Laba Bersih secara Parsial
memiliki kemampuan untuk memprediksi arus kas operasi masa depan, sedangkan Arus Kas operasi secara parsial memiliki kemampuan untuk memprediksi arus kas masa depan. 6.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyawan, 2015) Pengaruh laba bersih, arus kas operasi dan komponen-komponen akrual dalam memprediksi arus kas operasi dimasa depan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Hasil penelitiaan ini menunjukkan bahwa laba bersih, arus kas operasi, perubahan piutang usaha, perubahan hutang usaha, perubahan persediaan dan perubahan beban depresiasi berpengaruh secara signifikan terhadap arus kas operasi di masa depan.
7.
Penelitian yang dilakukan oleh (Amalia, 2014) Pengaruh laba kotor, laba operasi, dan laba bersih dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi di masa mendatang pada perusahaan manufaktur sector industry dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba operasi dan laba bersih bepengaruh signifikan, sedangkan laba kotor tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi.
8.
Penelitian yang dilakukan oleh (Sumiyati & Ardiani, 2012) Komponen Akuntansi Akrual Sebagai Prediktor Arus Kas Operasi pada perusahaan industry Farmasi di BEJ tahun 2005-2008. Hasil penelitiaan ini adalah perubahan piutang tidak berpengaruh terhadap arus kas operasi, perubahan persediaan, perubahan utang dagang, dan beban depresiasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas operasi.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan apa yang telah diuraikan sebelumnya, maka dibuat kerangka pemikiran :
Laba Kotor (X1)
Laba Operasi(X2)
H1
H2
Arus Kas Operasi
H3
di Masa
Laba Bersih (X3) H4
Mendatang (Y)
Perubahan Piutang(X4) H5 Hipotesis Penelitian H1: Diduga laba kotor berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. H2: Diduga laba operasi berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. H3: Diduga laba bersih berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. H4: Diduga perubahan piutang berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. H5: Diduga laba kotor,laba operasi, laba bersih dan perubahan
piutang secara
simultan berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang
METODE PENELTITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang bergerak dibidang Sektor Industri Barang Konsumsi periode 2012-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data Sekunder yaitu laporan keuangan yang tersedia di Bursa Efek Indonesia yang tersedia pada situs www.idx.co.id , buku-buku referensi yang mendukung penelitian ini. Variabel Dependen Menurut (Wartini, 2013) arus kas aktivitas operasi dimasa mendatang adalah keadaan arus kas aktivitas operasi suatu perusahaan pada suatu periode yang merupakan realisasi dari masa lalu yang sebelumnya telah diprediksi dengan menggunakan data-data historis. Nilai arus kas aktivitas operasi dimasa mendatang diperoleh dari selisih arus kas yang masuk dengan arus kas yang keluar. Cara menghitung arus kas aktivitas operasi dirumuskan sebagai berikut: Arus kas aktivitas operasi = Arus kas masuk – arus kas keluar Variabel Independen 1.
Laba kotor (X1) Penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor.
Jumlah
ini
dinamakan
laba
kotor
karena
masih
belum
memperhitungkan beban operasional yang telah (turut) dikeluarkan dalam rangka penciptaan/pembentukkan pendapatan (Herry, 2015). Laba Kotor = Pendapatan Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan
2.
Laba Operasi (X2) Laba operasional mengukur kinerja operasi perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan beban operasional(Herry,2015). Cara menghitung laba operasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba Operasi = Laba Kotor – Beban Operasional
3.
Laba Bersih (X3) Menurut (Wartini, 2013) laba bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan. Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih(net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Cara menghitung laba bersih dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba bersih= Seluruh Pendapatan – ( Biaya Operasi perusahaan+Biaya Non Operasi Perusahaan).
4.
Perubahan Piutang (X4) Perubahan piutang usaha ΔPU adalah perubahan piutang usaha perusahaan pada dua periode (PUt – PUt-1) (Triyono, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian meneliti perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini, yaitu perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap pada tahun 2012-2014, perusahaan yang tidak mengalami
kerugian, dan yang memakai mata uang rupiah. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka sebanyak 22 perusahaan yang akan dijadikan sampel selama 3 tahun, sehingga data yang dijadikan dalam penelitin ini berjumlah 66 data (22x3). Analisis Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
AKO
66
-862.34
3860.84
498.6777
929.15777
LK
66
1.45
1337.96
174.8079
291.36868
LO
66
3.12
8524.85
790.1658
1601.39757
LB
66
2.26
5395.29
556.5873
1086.20210
PP
66
-663.81
813.55
70.9121
184.74746
Valid N (listwise)
66
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah data yang dimasukkan dalam pengujian ini adalah 36 data. Variabel laba kotor(X1) memiliki nilai minimum 1.45, maksimum 1337.96, rata-rata 174.8079, standar deviasi 291.36868, variabel laba operasi(X2) memiliki nilai minimum 3.12, maksimum 8524.85, rata-rata 790.1658, standar deviasi 1601.39757, variabel laba bersih(X3) memiliki nilai minimum 2.26, maksimum 5395.29, rata-rata 556.5873, standar deviasi 1086.20210, variabel perubahan piutang(X4) nilai minimum-663.81, maksimum 813.55, nilai rata-rata 70.9121, standar deviasi 184.74746, variabel arus kas operasi (Y), nilai minimum-862.34, nilai maksimum 3860.84, nilai ratarata 498.6777, standar deviasi 929.15777.
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolonieritas Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance LK
a.
.044
22.883
.018
56.470
LB
.010
99.664
PP
.852
1.173
LO
1
VIF
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Dari tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji multikolinearitas menunjukkan ada 3 variabel independen yang mengalami multikolonieritas yaitu laba kotor dg nilai VIF 22.883 > 10 dan nilai tolerance 0.044 < 0.10, laba operasi dengan nilai VIF 56.470 > 10 dan nilai tolerance 0.018 < 0.10, laba bersih dengan nilai VIF 99.664 > 10 dan nilai tolerance 0.852 < 0.10. Menurut Ghozali (2013), Dikarenakan terjadi multikolonieritas sangat tinggi maka variabel yang terjadi multikolonieritas di transformasikan kedalam bentuk logaritma natural (Ln). Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
a.
VIF
LN_LK
.139
7.215
LN_LO
.036
27.943
LN_LB
.036
27.797
PP
.858
1.165
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa setelah di transformasikan variabel laba operasi dan laba bersih masih terjadi multikolieritas. Menurut Ghozali (2013) menyatakan bahwa untuk mengobati multikolieritas keluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dan model regresi dan identifikasi independen lainnya untuk membantu prediksi. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
a.
VIF
LN_LK
.147
6.800
LN_LB
.149
6.697
PP
.858
1.165
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Dari tabel 4.4
di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji multikolinearitas
menunjukkan hasil tidak ada variabel independen yang terdapat nilai tolerance kurang dari 0.10 dan hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF), menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang terdapat nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan model regresi tidak adanya multikolinearitas. Uji Autokorelasi Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .727a
R Square
Adjusted R Square
.529
a. Predictors: (Constant), PP, LN_LB, LN_LK b. Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
.506
Std. Error of the Estimate 653.15880
Durbin-Watson 1.943
Hasil uji Durbin-Watson menunjukkan sebesar 1.943. nilai ini akan dibandingkan dengan nilai table dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 66 dan jumlah variabel independen 3 (k=3). Dari table Durbin-Watson dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson berada di antara batas bawah (dl) 1.5079 dan batas atas (du) 1.6974. Nilai Durbin-Watson 1.943 berada diatas nilai du = 1.6974 dan kurang dari 4 -1.6974 (4-du), 1.6974<1.943<2.3026 maka dapat disimpulkan hipotesis nol diterima, yang berarti tidak terjadinya autokorelasi dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1066.749
LN_LK
92.263
89.421
.311
LN_LB
-6.735
71.392
.501
.301
PP a.
T
Sig.
Beta
-1911.752
(Constant) 1
Std. Error
Standardized Coefficients
-1.792
.078
1.032
.306
-.028
-.094
.925
.208
1.663
.101
Dependent Variable: ABSUT
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Dari hasil uji diatas, menunjukkan LK (Laba Kotor) terhadap residual (AbsUt), menghasilkan signifikansi 0.306. LB (Laba Bersih) terhadap residual (AbsUt), menghasilkan signifikansi 0.925. PP (Perubahan Piutang) terhadap residual (AbsUt), menghasilkan signifikansi 0.101. (Unstandardized
residual)
dengan
Karena korelasi nilai residual
masing-masing
variabel
independen
signifikansi korelasi lebih dari 0,05 maka model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Normalitas Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
66
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
.0000000
Std. Deviation
637.90785023
Absolute
.145
Positive
.145
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
1.174
Asymp. Sig. (2-tailed)
.127
a. Test distribution is Normal. b.
Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Dari hasil output tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig 2-tailed) 0.127. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Analisis Linear Berganda Tabel 4.8 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
-12117.733
1675.545
LN_LK
440.325
140.454
LN_LB
28.248 -.646
Beta -7.232
.000
.713
3.135
.003
112.135
.057
.252
.802
.473
-.128
-1.365
.177
1 PP a.
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Y = -12117.733 + 440.325 Ln(LK) + 28.248 Ln(LB) – 0.646 PP + e Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa : a.
Konstanta (a)
Nilai konstanta (a) sebesar -12117.733 menunjukkn bahwa
jika variabel
independen yaitu laba kotor, laba bersih dan perubahan piutang bernilai 0, maka nilai arus kas aktivitas operasi adalah sebesar -12117.733. b.
Koefisien regresi (β1) variabel Laba Kotor
Besarnya koefisien regresi (β1) sebesar 440.325
nilai β1 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara arus kas aktivitas operasi dengan variabel laba kotor, yang artinya jika laba kotor meningkat sebesar 1 satuan maka arus kas aktivitas operasi akan meningkat sebesar 440.325 satuan. c.
Koefisien regresi (β3) variabel Laba Bersih
Besarnya koefisien regresi (β3) sebesar 28.248 nilai β3 yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan arus kas aktivitas operasi dengan variabel laba bersih, yang artinya jika laba bersih meningkat sebesar 1 satuan maka arus kas aktivitas operasi akan meningkat sebesar 28.248 satuan. d.
Koefisien regresi (β4) Perubahan Piutang
Besarnya koefisien regresi (β4) sebesar -0.646 nilai β4 yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variable arus kas aktivitas operasi dengan variabel perubahan piutang, yang artinya jika perubahan piutang meningkat sebesar 1 satuan maka arus kas aktivitas operasi akan menurun sebesar -0.646 satuan.
Hasil Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinasi Tabel 4.9 Hasil Uji Adjusted R Square Model Summaryb Model
R
R Square
.727a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.529
.506
653.15880
a. Predictors: (Constant), PP, LN_LB, LN_LK e.
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 diatas nilai Adjusted R Square, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.506. Hal ini berarti bahwa variabel independen (laba kotor, laba bersih dan perubahan piutang) mampu menjelaskan arus kas aktivitas operasi sebesar 50.6%. sedangkan sisanya sebesar 49.4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4.10 Hasil Uji F atau Uji Simultan ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
29666502.830
3
9888834.277
Residual
26450217.650
62
426616.414
Total
56116720.480
65
F 23.180
Sig. .000b
a. Dependent Variable: AKO Predictors: (Constant), PP, LN_LB, LN_LK
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Berdasarkan hasil uji F pada table di atas, dapat dilihat Fhitung sebesar 23.180 dan Ftable sebesar 2.75 dengan signifikansi 0.000.dengan demikian dapat diketahui bahwa Fhitung> Ftable (23.180 > 2.75) dengan signifikansi 0.000 < 0.05 yang
menunjukkan secara bersama-sama laba kotor, laba bersih dan perubahan piutang berpengaruh terhadap arus kas aktivitas operasi. Uji signifikan Parameter Individual (Uji satistik t) Tabel 4.11 Hasil Uji t atau Uji Parsial Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
-12117.733
1675.545
LN_LK
440.325
140.454
LN_LB
28.248 -.646
Beta -7.232
.000
.713
3.135
.003
112.135
.057
.252
.802
.473
-.128
-1.365
.177
1 PP a.
Dependent Variable: AKO
Sumber : Output SPSS 21 (2016)
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1.
Dari tabel tingkat signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel LK (laba kotor) mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0.003 < 0.05 dan nilai thitung > ttabel yaitu 3.315 > 2.2971. Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa laba kotor berpengaruh terhadap arus kas aktivitas operasi. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima.
2.
Dari tabel tingkat signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa LB (laba bersih) mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0.802 > 0.05 dan nilai thitung < ttabel yaitu 0.252 < 2.2971. Hal ini berarti H0 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa laba bersih tidak berpengaruh terhadap arus kas aktivitas operasi. Dengan demikian hipotesis kedua (H3) ditolak. 3.
Dari tabel tingkat signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa PP (perubahan piutang) mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0.177 > 0.05 dan nilai -thitung < -ttabel yaitu -1.365 > -2.2971. Hal ini berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan piutang tidak berpengaruh terhadap arus kas aktivitas operasi. Dengan demikian hipotesis ketiga (H4) ditolak.
Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian secara simultan atau bersamaan (Uji F) diketahui bahwa ketiga variabel independen, yaitu laba kotor, laba bersih dan perubahan piutang secara simultan berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2012-2014. Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t), variabel laba kotor berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. Variabel laba bersih dan perubahan piutang tidak berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang. Sedangkan variabel laba operasi dibuang pada penelitian karena terjadi multikolonieritas. Penutup Berdasarkan hasil penelitiaan pada bab sebelumnya, sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Laba kotor (LK) berpengaruh dalam memprediksi arus kas aktivitas operasi masa mendatang
pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. 2.
Laba Operasi (LO) mengalami multikolonieritas sehingga LO dihilangkan dari penelitian.
3.
Laba Bersih (LB) tidak berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
4.
Perubahan Perubahan (PP) tidak berpengaruh dalam memprediksi arus kas operasi masa mendatang pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
5.
Secara simultan Laba Kotor, Laba Bersih dan Perubahan Piutang berpengaruh pada perusahaan manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
REFERENSI Amalia, Intan Isna, 2014. Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi,dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas Aktivitas Operasi di Masa Mendatang. Skripsi Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Ariani, Marisca Dwi, 2010. Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas di Masa Mendatang (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro Semarang. Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. JAKARTA: ERLANGGA. Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Herry, 2014. Akuntansi,Aset,Liabilitas dan Ekuitas. Jakarta: PT Grasindo. -------- 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Buku Seru. ---------2013. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: CAPS (Central of Academic Publishing Service). Kasmir, 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Prayoga, Irfan Bagus, 2012. Pengaruh Laba Bersih dan Komponen-Komponen Akrual terhadap Arus Kas Aktivitas Operasi di Masa Mendatang. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.Semarang. Ramadhan, Jordan Setiawan, 2015. Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Masa Mendatang.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Rispayanto, Shofiahilmy, 2009. Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Operasi Masa Mendatang(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Simamora, Henry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid 2. Jakarta: Selemba Empat. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suhayati, Ely, 2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sulistyawan, Wahyu, 2015. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi dan Komponen-Komponen Akrual dalam Memprediksi Arus Kas Operasi di Masa Depan. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.Semarang. Triyono, 2011. Dampak Kualitas Laba Terhadap Kemampuan Prediksi Laba, Arus Kas dan Komponen Akrual. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Umar, Husein, 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wartini, 2013. Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi dan Laba Bersih dalam Memprediksi Arus Kas Aktivitas Operasi di Masa Mendatang(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Bergerak di Bidang Sektor Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Yuwana, Vina dan Christiawan, Yulius. Jogi, 2014. Analisa Kemampuan Laba dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Arus Kas Operasi Masa Depan . Jurnal Business Accounting Review, Vol.2 No.1 . Sumiyati dan S, Ika Adriana, 2012. Komponen Akuntansi Akrual Sebagai Prediktor Arus Kas Operasi Studi Kasus pada Perusahaan Industri Farmasi di BEJ tahun 2005-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. www.idx.co.id