UNSUR SITUASI DALAM MAKNA KALIMAT KASUS
DALAM BAHASA INDONESI Rr. Hasti Robiasih Dosen FKIP Universitas Tidar Magelang
ABSTRACT
Lorg)og"
seryes
as the primarl, nteans oJ human
comntuni.cation through simbols linearly arranged in .s1'ntagntatic <truler In such contmunicaliut, neaning plaS,.t the n ost in7)ortant thing, regardless o.l' the q'mbols present in
utterances. Symbol, itsel.f, caries out n,eaning. Hotreve4 the meaning ofuuerances often does not deJlend sequarelv on the symbol.s. This is because sy*mbol hears hidtlen potential meaning vhich should be taken into accouttr. In linglish, t'erh has .wch ich hidclen nreaning called situation type to cover tense, aspect, nodalit1.,, mood, and evidentiali4:. Di.ffercnt.lftnn thc t'erh ststenr in Indonesian language, those potential nteanrngs qf linglish vcrb are gtantn,aticalized. In othervord.s, those hidden meaning
should be taken into account in consLntL'ttng ttt!erailces. I;ailure to account these re.sults in protlucing either ungramn alical or meaningless sentences, or both.
Keyt'ord : pragntalics, syntagmatics, synbol, nteaning, grantaticalized.
I. PENDAHULUAN Bahasa adalah suatu sistem tanda yang digunakan untuk
berkomunikasi. Dalam praktiknya, bukan tanda yang dikomunikasikan, tetapi mak,na (meaning) y angmenyertai tanda tersebut. Tanda sendiri sebenamya hdak rnempunyai apa-ap4karena ia hanya wakil dari maujud lainnya. BahkarU Eco mengat akan'the
l3
VoL
26 No. 1, 15 Februai 2008 : 13-30
sign is "a lie"l it is something that stands for something else (dalam Gottdiener:1995:4). Dikatakan bahwa tanda adalah kebohongan karena apa ditampilkan berbeda dengan hakiki atau yang dikandungnya. Salah satu konsep linguistik penting yang dikenalkan F. De Sausswe adalahbahwabahasa adalatr suatu fenomena sosial yang
rnernpunyai dua struktur atau (doubly articulated) ; syntagmatic danparadiSmatk Syntagmatic adalah sitem yang menglrubungkan serangkaian tanda secara linier. Adalah kenyataan bahwa setiap kalimat/ujaran biasanya terdiri dari serangkaian kata. Meskiptur setiap kata sebagai hasil proses morfologis mempunyai makna tertentu, kehadirannya dalam rangkaiar kalimat tersebut sesuai dengan prinsip
sintaksis membawa potensi nuansa makna tambahan (secara metonomical). Sistem kedua, paradigmatic, adalah sistern yang mengatur adanya hubturgan antara tanda yang hadir dalarn kalirnat dengan yang tidak hadir yang berpotensi menggantikan posisi tanda tersebut. Kedua sistem im berfingsi untuk mengungkapkan bertragar makna bahasa sestrai kebutuhan penutur. Susunan linier berpotensi
rnengikat makna jika mengikuti prinsip metonimic /sintaktik' Sedangkan susunan paradigmatic berfun gsi untuk menciptakan beragam makna dari perbedaan atau kontras suatu tanda dengan tanda lain yang berkaitan. Pada sisi lain hadirnya suafu unsur kata dalam rangkaian itu mengindikasikan adanya unsur lain yang berpotensi menggantikannya dengan sistem paradigmatic. Sistem kontras ini mernturgkinkan makna kata rnenjadi semakin jelas. Dalam tataran lexicon, setiap kata yang hadir dalarn rangkaian
syntagmatic
ataumembawamalnasendiri.Kehadirannya dalarn suatu rangkaian berpotensi rnembawa makna tambahan (lain) tergantung dari benhrk sertaperannya dalam konteks sintaksis. Jadi
makna kalimat (sentence meaning) tidak hanya terdiri dari
14
Unsur Situasi Dalam Makna Kalirrrot Kasus Dalam .._..._. (Htrti Robiasih)
sekumpulan makna komponen kalimat, tetapi ada aspek lain yang mewarnai makna itu. Khusus dalarn kaitan verba dalam bahasa Inggris, kehadirmnya dalam suatu rangkaian dengan bentuk tertentu membawa nuansa makna tersendiri. Salah satu nuansa makna adalah ungkapan situasi (siadion) yang dituangkan dalam bentuk tipe situasi (situation type), tense, aspect dan mood. Ketiganya hadir dalam semua bahasa, namun rnanifestasinya berbeda. Dalam diskusi ini aspek tense, aspectdan
mood akan dibahas dengan menggunakan contoh-contoh bahasa Ingggis karena bahasa Inggris menggunakan ketiga sistem tersebut dengan konsisten melalui bentuk danjenis verba. sistem sernantik bahasa Indonesia berbeda. Balasa Indonesia tidak mengenal tense,
aspek. Sistern tersebut diungkapkan dengan cara lain, yaitu rnenggrlnakan penanda kala. 2. Tipe Situasi (situation lypes) dalam rnakna kalimat
Makna kalimat tidak sana dengan malcra ktunpulan leksikon yang hadir dalarn rangkaian kalimat tersebut. Ada beberapa nuansa makna yang tercipta karena peran komponen kelas kata tertentu mengandung unsur sintaksis tertentu. Dalam bahasa Inggris, rursur verba, khususnya verba pokok yang disebu t'finite verb' berpotensj membawa tm sur makna berupa j eni s situasi (situ atio n typ e), ten s e,
aspect, mood, modatity dan evi-dentialiq,.Hadirnya jenis verba tertentu dan atau bentuk verba tertenfu berpotensi rnenghadirkan nrakna kali rnat van g bersifat gr a mati c a lizerl (terstmktur).
A. Situation tJ,pe Sinatio n typ e
adalah
jenis/tipologi situasi yang tertuang
dalam sistim makna bahasa. Saeed rnenggolongkan dua macam
tipologi situasi ini sebagai wahana penutur bahasa untuk 15
VoL
mengungkapkan
l)
26 No.
I,
15 Februad
23d.8
:
1330
situasi statis (saac) atau sitmsi yangtetap (tidak
berubah), dan 2) situasi dinamis (aln amic) selmnberlangsungnya suatu perbuatan (Saeed, 2002107 ).
Contoh:
A.l. A.2.' A.
3.
A.4.
Tinalovesreading. Tina senangmembaca. Tono knows a better solution. Tono mengetahui solusi yang lebihbaik Tono latows the better solution. Tono mengetahui solusi yang lebih bark The flower prewvery quicklY Bunga itu tumbuh sangat cepat.
A.5.
Tini nurtothe river. Tini berlarike sungai
Verba /aues (senang) dan knows (mengetahui) di atas menggambarkan situasi yang berbeda dengan verbagrar (tumbuh) dan
run(berlan) Dua verba pertama menggarnbarkan kondisi statis
yang kondisi intemal struktur keadaan yarg melingkupi verba tidak berubah. Kondisi ini cendenurg tidak berubah atau tidak ada upaya urtuk melihat kapan kondisi tersebut akan berubah (A.3). Sedangkan verba yang terakhir menggambarkan situasi dinamis pelaku dalam kalimat. Kondisi dinamis tersebut dapaf dilihat melalui wnw tahapan atau progresi perbuatannya. Perbedaan situasi dalarn lul ini terceruxn karena pilihan diksi, dalam konteks ini verba.
Frawley menggunakan kategori scope of event (cakupan peristiwa) datam membahas masalah ini menjadi 'act' (kejadian) dan 'state'(keadaan) (Frawley, 1992:146). Dari pandangan ini, 'loves' dalam A.1 termasuk ke dalam 'state' karena bernuansa
16
Unsar Sitaesi Dalam Makaa
Kaliilat
Kasus Dalam .........
(Hesti Robtari*)
malara suatu kondisi keberadaan sesuahl,
atibut atau sifat. Frawley mengatakan sebagai 'a condition of existence or an ouribute ( ibid) karena struktur internal peristiwa yang diungkapkan melalui veiba ini bersifat seragam (uniform), tidak aktif at au, continuous or homogenous disrribution ortime over all parts of the intervals in which they occur '(hal 148). Sedangkan 'knows' dalam A.2
termasuk ke dalam kategori
verba'act' karena verba tersebut
mengungkapkan suatu peristiwa yang terftontrol atau dilahrkan dan berakibat pada pelaku. atau'exprcsses an event that is controlled, executed, or canied outwith a distinct e.ffbct to the participant,. Peristiwa dalam verba 'act' ini dibangun dari berbagai unsur atau.
Frawley mengungkapkannya sebagai '...is built up out of conslituents, and any uni/brmity is a consequence o./'the upshot of th e su b proce sse.r' (Frawle y, l99} l 47 ). J adi perbedan antar verba statif dan verba actif terletak pada 'scope' peristiwa: verba stati f pada kesel unrhan sedangkan verba acti f pada ba gian. Mirip dengan Saeed, Kreidler membahas masalalr ini dengan
menggunalian isti lah' stative' dan' dynamic predicate s, ( Kreidl er" 1998:201 -2002). Dengan rnengutip pendapat Comrie, Kreidler
mendefinisikan stative predicate sebagai suatu kondisi yang tidak memerlukan tenaga. Kondisi ini cendenmg berlangsrurg terus sampar
adanya tenaga lain yang mengubah kondisi tersebut. Dynamic predicate dimaknai sebagai suatu situasi yang hanya akan berlangsurg selarna adanya input tenaga, dan akan berhenti seinng dengan habisnyatenaga itu (halaman 201).
Dalam bahasa Inggris, kata sifat {adjective) biasanya mengandung situasi statrs sedangkan verba dinamis sepeni contoh berikut.
A.
6.
The mangoes are npe. Mangga itu masak
t7
VoL
26 No. 1,15 Februari 200E
:
13-30
A.7.
Themangoeswereripe. Manggaitumasak Hakikat adjektiva dan verba statis bersifat statis (secara inheren) karena kondisi ini merupakan bagian dari makna leksikal untuk mengungkapkan tipe situasi statis. Kondisi statis tersebut bertingkat kadarnya. Hal ini dapat dilihat dari dapat atu tidaknya verba tersebut dipakai dalarn kalimat perintah (imperatiJ). Contoh: '
A. A.
8.
l,ovehim ashelovesyou!
9.
Cintai dia sebagaimana dia mencintaimu. Know his address in advance * Ketahuiikenali alamatrrya sebelunnya.
Dalam contoh tersebut, verba statif 'love' dapat digunakan dalam kalimat perintah sedangkan verba statif 'know' tidak mungkin
digurakan dalam irnperatif. Perbedaan ini menunjukkan turgkat statisnya verba. Dalam beberapa kasus, verba statif dapat berfirngsi sebagai verba dinanis terganturg pada konteksny4 seperti dalam
contohberikut.
A.l0
Ihaveacar. Sayapunyamobil.
A.1l I'mhavingbreakfast. Saya sedangmakanpagi.
A.l2
I'mhavingacar*.
Verba have dalam A.10 menunjukkan kondisi statis, dan dinamis dalamA. I 1. Perbedaan fimgsi ini karena konteks pernakaia;
bukan susunan semata. Verba 'have' seperti yang dipakai dalam
l8
VoL
26 No. I, 15 Februari 2lNN : 13'30
A.l5 Joko caughttheball accurately. A.
I6
Joko menangkap bola dengan akurat. Joko caughttheball accuratelyduringthe game-
Joko menangkap bola dengan akurat selama pertandingan. Dalam A. 15, perbuatan menangkap (caught) bola dilalarkan Joko membrlukan waktu yang sangat singkat. Aspek ini dinamakan smelfactive. Sedangkan perbuatan menangkap bola dalamA. 16 yang diungkapkan melalui verba yang sama dilakukan mungkin
berkali-kali selama berlangsungnya pertandingan (sepak bola). Aspek perulangan perbuatan ini termasuk dalamiterative. Berdasarkan aspek nuallsa berlangsungnya kejadian, verba proses dibedakan murjadi du,a; inchoative yang lebih mementingkan awal suatu k eadaan, dan rsultative yang lebih mernentingkan akhir suatu proses. Berikut contohnya.
A.l7
The ice melted
Esitumencair A.18 Aminbakedacake. Aminmembuatkue. Verba melted dalam A. 1 7 mengrurgkap nuansa makna verba yang terfokus pada awal proses mencairnya es, sedangkan verba
baked dalam A.l8 lebih menekankan pada hasil akhir proses tersebut setelahAmin selesai membuat kue. Nuansa malna ini lebih jelas dengan menguji nuansa makna tersebut dengan menggtnakan frktor intenrpsi. Jika ada kendala yang menghalmgl (lnterpsr) terJadi pada kedua proses yang terjadi pada A. 17 dan A. 18, peristiwa melted atau mencairnya es tetap dianggap benar. Namun jika
20
Uesar Siuasl Dekat Makna Kalimal Kasss Dabm .,....-.. (Hosti Rohiaslh)
interupsi ini terjadi pada peristiwa rc ked.,peistiwa membuat kue ini gagal dan Amin tidak dianggap membuat kue. Bersasarkan batas akhir peristiwa, nuansa makna dinamik dibedakan menjadi dua, telic dan atelic. Nuansa makna telic menunjukkan suatu proses yang mempunyai batas akhir secara alamiah. Sedangkan nuansa atelic adalah perbuatan yang tidak mempunyai titik akhir suatu perbuatan secara alamiah, kecuali ada niatan, upaya tertentu atau yang dikatakan nu tivated. Dalam konteks ini istilah reultativejuga relevan digunakan seperti dalam contoh berikut.
A. 16 Yonobuiltahouse A. 17
Jono membangrur nunah. Yeny was gazing at her orchids Yenni memandan gi
an
ggreknya
Proses kejadian dalam verba built dikatahan telic karena kejadian itu akan secara alamiah berakhir jika rumah itu jadi, sedangkan perbuatan gazing dikatakan atelic karena perbuatan tersebut dapat terus menerus berlangsung tanpa batas akhir secara
alamiah, kecuali ada niatan pelaku. Jika kedua proses terebut diinterupsi, verba built tidak bisa dikatakan hmtas, tapiverbagazing masih tetap dapat dikatakan hrntas.
Huburgan berbagi ruafirm nuansamaknaberbagai situ,asi di atas dapat dilihat melalui bagan pohon (tree diagrarn) berikut.
2t
VoL 26 No.
I,
15 Februari 2008
:
13-30
Tree diagram nuansa situasi dalam maknakalimal Situation type
Suric
Dynr Dynamic
^ Duratire puctual
L,r'ent
Inchoalive
Resultalivc
B. Tense danAspect Tense (kala) dan aspect digunakan untuk menghubungkan konsep situasi dengan kala meskipun keduanya berbeda dari sudut pandang waktu . Tbnsebagtnauntuk mengungkapkan suatu sihnsi terhadap suatumasa tertentu, biasanya saatberujar. Dalarn bahasa Yoruba misalny4 tens€ merupakan tanda penting status verba yang
dikatakan sebagi' evenl hoot (Frawley, 19921 43). Dalam bahasa lnggrs rense ini diungkapkan melekat dalam benhrkan verba utama yan g di sebu t Jinile v er b *Wrli dalam contoh berikut.
B.l
She pg! the money in her purse.
82
Dia memasukkan uang itu dalam dompetnya. She pg! the money in her purse before it was stolen
(yesterday).
'
Diamemasukkan u;ang itu dalam dornpetnya sebelun dicuri (kemarin).
Bentuk tense di atas melekat dalam bentukany'nite verb'puts' pada B.1. Dalam B. 2, bentukan itu tidak kelihatan karena penanda kala lampau dalam kontek itu tidak ada (zero marker), namun kelihatan dari adverbia yang ada.
1'
Uasur Situasi Dobm Makns Kulintat Kasas Dalam ....._.. (Horsti Robiasih)
Tense digolongkan ke dalam sistemdeictickarena saat yang dijadikan patokan adalah saat berujar (the act of speaking). Bahasa Inggris mengenal 3 jenis tense dasar, present (kni),past (lampau), danfunre (yang akan datang) yang secara kronologis dapat digambarkan Celce-Murcia sebagai:
+----
past_
present future (Celce.Murci4
I 983
:66)
Saeed menggambarkannya rnelalui bagan waktu berikut dengan rnenggurakan simbol jam untuk menggarnbarkan saat berujar.
(Saeed,halll5)
Sistem tense memtngkinkan seseorang untuk menggabungkan beberapa konsep referensi tense. Contohnya seseorang dapat menempatkan suatu peristiwa pada masa lampau atau mendatang dan menggunakan kala itu sebagai patokan waktu ,ntuk menandai bahwa peristiwa itu dianggap lampau atau yang akan datang. Konsep
iniditrngkapkan melalui tense yangbukan sederhana seperti dalam contoh berikut.
B.
3
B.4
By 1945, Soekamo had
jailed several times. Pada tahun 1945, Soekarno telalr dipenjara beberapa kali. By October 2005, the fuel price willhave been about Rp 4,500, been
Pada Oktober 2005 nanti harga premium akan telah mencapai
kira-kira Rp 4.500,Dalam keduacontoh di atas, patokanujaran tidakharus ditempatkan
23
VoL
26 No.
l,
1S Februad 2M8
:
13-30
pada saat sekarang seperti dalam konsep tense sederhan4 namun saat yang lampau dengan menggunakan bentukan 'had
beeniailed'
atau masa yang akan datang dengan bentukan 'will have been'. Konsep kewaktuan tersebut dapat juga diungkapkan melalui sistem 'aspect' yang dapat digunakan untuk memandang suatu peristiwa sebagai suatu yang telah selesai (completed), sedang berlangsung atau belum selesai (incomplete), atau sesuatu yang berlangsung dengan durasi yang sangat singkat, sesuatu yang terus
berlangsurg sarnpai waktu yang lama, atau sesuatu yang terjadi berulan g.ulang sarnpai suatu periode tertentu. Krediler menyebut
sistem tersebut sebagai '...aspectual verbs (called aspectualizers...) which express some aspects of an event, yang artinya sistem yang mengungkapkan beberapa aspek suatu peristiwa (l 992:215). Berikut contoh-contohnya.
8.5
Joniiseating. Joni sedangmakan.
(menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung dan belurn hntas) 8.6 Tyson knocked his rivals out in the first round. Tyson merobohkan lawannya pada ronde pertarna. (menggambarkan peristiwa yang berlangstmg dengan cepat)
8.7 Hehitthebridge. B.8 B.9
Diamenabrak jembatan. He kept looking lus past until he felt asleep. Da selalu menglngat-ingpt masa lalurya sampai tertidur He is used to thinking before he speaks.
Dia terbiasa berfikir sebelum bicara. @enhrk ungkapan sesuahr yang bemlang-ulang sarnpai masa yang tidak bisa ditenhrkan. )
24
Unsar Situost Detam Makna Kahnd Kosts Dalan .......,. (Hasti Robl4sih)
(Curme, 1955:377-388)
Pada kenyataanya, pemakaian aspek digabungkan dengan tense ymg dapat mengungkapkan suatu peristiwa pada perspektif
waktu yang sangat rumit sekaripun untuk memenuhi kebutuhan
pemakain bahasa.
C. Modality dan Evidentiality Modaliry (modalitas) daram lingkup semanrik adarah sistem yang memung-kinkan pemakai bahasa untuk mengungkap beragam tingkat keterlibatan (c o mmit-me nt), atau kepercayaan 1oe pada suatu proposisi (maksud). Modalitas ini difahami dari yang
tiel
apa
tersurat atau 'locationary meaning',meskipun makna yang tersirat
(speaker's mening atau illocutionary meaning)mungkin lain baik disengaja atau tidak oleh pemakai.
C.l
Pak Harto is srck.
C.2 It is certain that pak Harto is sick. C.3 It is probable rhar pak Harto is sick. C.4 It is likely that Pak Harro is sick. C.5 It is possible that Pak Harto is sick. Kalimat c.1 sampai c.5 mengandung pemahaman tingkat kepercayaan yang berbeda pada apa yang diungkapkan lproposisi;; yaitu mulai yang paling meyakinkan sarnpai pada yang paling tidak
meyakinkan. Tingkat keyakinan ini dibangun berdasarkan proposisi atas dasar apa penufur membuat fufuran tersebut. C.l merupakan proposisi yang dibangr'r berdasarkan pengalaman pribadi langsurg
penutur. Berdasarkan hal ini mitra tutur akan merasa yakin akan apa yang dikatakannya. C.5 dianggap tidak meyakinkan karena
2s
VoL
26 No. I, 15 Fehraai 200E : 13-30
tuturan tersebut tidak dibuat berdasarkan proposisi yang kua! hanya berdasarkan informasi dari orang lain. Sistem tersebut juga dapat
diungkapkan dengan cara lain untuk lebih memperjelas tingkatan kepercayaan yang diturgkapkan pembicara sebagai berikut.
C.6 C.7 C.8 C.9
IknowthatPakHarto issick. Ibeliefthat PakHarto is sick. lthinkthat PakHarto is sick. I don't know that Pak Harto is sick.
10 I doubt that Pak Harto is sick. C.l l I know that not Pak Harto is sick.
C.
Jenis leksikal dan susunan tertentu mengundcapkan berbagai tingkat kepastian terhadap apa yang dinyatakan pembicara. Cara lain yang dapat digunakan.adalah dengan menggunakan kata kerja bantu (auxiliary verbs) seperti contoh berikut.
C.l2 Pak Harto has recovered by now. C.l3 Pak Harto must have recovered by now. C.14 Pak Harto migilrt have recovered by now. C.15 Pak Harto could have recovered by now. C.16 Pak Harto couldn't have recovered by now. Dalam konteks pemakaian di atas, auxiliary verbs berfiurgsi sebagai rnodal verbs untuk rnengrurgkapkan epistemic modalily; urtuk mengun*apkan tingkat pengetahuan pembicara tentang apa yangdiutarakan.
Modal verb juga dapat berfirngsi sebagai sarana untuk mengungkapkan deonlic modality ;untuk mengungkapkan sikap sosial pembicara seperti kewajiban (obligation), tanggungiawab (responsibility), dan irin (permision).
26
Unsur Sitaasi Dqlam Mokna
Kdtinst
Kasus Dalom
.--..-..
(Huti
Roblasih)
C.l7 Yuni can read this book. C. I 8 Yuni must read this book. C. I 9 Yuni should read this book, C.20 Yuni need to read this book. C.2
I
Yrmi ought to read this book.
Deontic,modal verbs di atas dpat mengungkapkan izin Qtermission) seperti C. I 8, dan kewajiban (obtigation) C.lg-Zl .
Perbedaan antara permission dan obigation sering kali kabur dalam konteks tertentu. Bentuk-bentuk ini sering dipakai daram bentuk pen gandaian (c o nditio n a I c lauses).
D. Mood Ungkapan nuansa makna kaliamat dapat juga diungkapan melalui sistem sintaksis yang disebut mood. curme mendefiniskan mood sebagai ' e grammatical form denoting the type or manner of predication'(Curme, 1955: 389). Mood adalah bentuk sintaksis yang menungkapkan jenis atau cara menggambarkan sesuatu. Curme menyebutkan adanyatigajenis rnood dalam bahasa Inggris, indicative, subjunctive, dan imperafive ywrg masingmasing dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai nuansa tertentu. Berikut beberapa contoh mood.
D
I
Tinesunrises every moming.
D.2 I shall not go if it rains. D.3 If itwere to rain,I wouldn't go. D.4 Itcounld'tpossibly be done. (Curme, 1955:39G412)
27
YoL 26 No,
I, I5 Februai 2M8 :
13-30
Beberapa contohyang diberikan Curme menuljukkan arti indicative atau fakta (D.1), serta pengandaian atau condifional
'd it rains' dm'tf it were to rain' bukan peristiwa sungguhan, tapi merupakan kondisi saja. menrurjukkan Pada D.4 susunan tersebut mengandung potensi pengandaian Qto te nt ial s u bj u n ctive) . (D.2-3). Susunan
E. Evrdennhlity Salah satu aspek modalitas adalah bagaimana seorang penuhr dapat mengrur*apkan berbaga srkap terhadap fakla suatu proposisi.
Ada satu kategori semantik untuk menungkapkan sikap seorang penutur terhadap srunber infonnsi yang dipakai yang dinamakan evidenrtafily Nuansa makna ini diungkapkan dengan swunan klosa atau adverbial seperti dalarn contoh berikut.
E.1 Seto was smart E.2 Suti saw that Seto was smart. E.3 Suti was told that Seto was smart.
8.4 Suti inferredthat E.5
Setowas smart.
Apprently Seto was smart.
Pemyataan di atas berbeda tingkat kejelasan dasar penutur dalam mengutarakan proposisinya apakah dasamya adalah apayang diperolehnya sendiri atar dari sunber lain yang tingkat keyakinannya berbeda. Nuansa maka di atas diturg-kapkan dengan susunan klosa atau advertial.
3. KESIMPULAN Nuansa makna kalimat (sen tence meaning) mernungkinkan
penutur untuk mengungkapkan berbagai situasi makna sebagai
28
Uasar Sllaasi Dalam Ma*na Kctimot Kasas Dalen ._...... (Hastt Robiaiitr)
kelengkapan kebuhrhan berkomunikasi. Semua bahasa mempunyai potensiyang sama unhrk memenuhi kebuhrhan berkomunikasi para pemakai/penutumnya. Meskipun demikian, sistem yang ada untuk mengomurikasikan kehrhrhan tersebut dalam tiap batrasa tidak sama. Dalam sistem semantik, khususnya bagaimana mengungkapkan situasi, tense, aspek serta modalitas seperti contoh berikut.
3.1 3 .2
He reads Qur'an before evening prayer. Dia rnembaca al-Qur'an sebelum sholat Isya'.
Dalam bahasa Inggns pemakaian present tense mengindikasikan bahwa peristiwa/perbuatan tersebut telah menjadi kebiasaan, dari masa lampau, sekarang dan sampai masa yang akan datang yang tidak dapat dipastikan sarnpai kapa'. Dalarn bahasa Indonesia, kalimat padanarmya menturjukkan suafu perbuatan yang berlangsung sekarang saja.
Pada hakikatnya, setiap jenis konsep tense, aspect atau modality dalam bahasa Inggris mempunyai potensi makna tertentu. Jika tiap aspek tersebut dirangftar atau dikombinasikan dengan aspek
lain, makna dasar aspek tersebut cenderung berubah. Biasanya bentukan atau rangkaian baru menghadirkan nuansa makna baru, yang tidak harus sarna dengan komponen-komponen aspek pembentuk susutan tersebut seperti dalam konsep hubungan syntagmatic.
DAFTAR PUSTAKA Celce-Murcia. M. dan D. l,arsen-Freeman. 1983. Thegrommar boo k An ESL/E FL teac her's course. Rowley. Newbury House.
29
VoL 26 No.
I,
15 Febrtari 2lWt
:
13-30
Curme, G.O. 1955. Syntax. Heath andCo., Boston.
Frawley, William. 1992. Linguistic Semanfics. New Jersey, l,awrenceErlbaum. GottdieneE M. 1955. Postmodern Semiotics. Meterial culture and theforms of postmodern life. Blackwell, Oxford. Kreidler, Charles.W. 1998. Introducing English Semantics. [.ondon. Rouledge. fuchards,'J.C. dan R. Schmidt . 2002. Longman Dictionary
of
Languoge Teaching and Applied Linguistics' Longman.L,ondon J.I. I 999. Semantics.Blackwell
Saeed,
Van Bnren. P.191 5. Semantics and I^urguiage Teaching. Dalam J.P'B.
Allen dan S.Pit Corder. Papers inApplied Linguitics-OUP.
(Hal 122-i53)
30