ABSTRACT
THE EFECT OF ACIDITY OF THE PADDY-FIELD LAND AND THE INCIDENT OF DERMATITIS IRITAN CONTACT IN THE PADDY-FIELD WORKER IN THE WATESKROYO VILLAGE THE BESUKI SUBDISTRICT THE TULUNGAGUNG REGENCY By: Indasah Dermatitis Iritan Contact was the non specific response skin towards direct chemical damage that released mediators inflamasi that most came from the cell epidermis. The cause of the emergence Dermatitis Iritan Contact was the material that was iritan, for example the material of solvent, detergent, lubricating oil, acid, wood dust, the material abrasive, the enzyme, the solution to concentrate salt, heavy plastic the low molecule or the chemical higroskopik. The plan of research in this research was analytical with the appoarch cross sectional. The population totalling 200 paddy-field workers and the sample who were researched by as many as 30 respondents by using the technique Simple Random Sampling. The independent variable in this research was the level of the acidity of the paddy-field land, the dependent variable in this research was the the incident of Dermatitis Iritan Contact. Whereas the confounding variable in this research was age, gender, the story of the allergic illness and for a long time the work. Results of the analysis of the data between the age and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial showed had the connection. And results of the analysis of the data between the level of the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial showed had the connection. The conclusion in this research was to have the connection between the level of the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact in the paddy-field worker. Hopefully to the paddy-field worker so that more paid attention to the health of their skin foot by means of carrying out the early prevention before beginning to carry out the activity in the paddy-field and early medical treatment when signs from Dermatitis Iritan Contact began to emerge. Key word : the level of the acidity (pH) of the paddy-field land, the incident of Dermatitis Iritan Contact, the paddy-field worker.
1
2
ABSTRAK
DAMPAK KEASAMAAN TANAH SAWAH TERHADAP KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA SAWAH DI DESA WATESKROYO KECAMATAN BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh : Indasah
Dermatitis Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 200 pekerja sawah dan sampel yang diteliti sebanyak 30 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah derajat keasaman (pH) tanah sawah, variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Dermatitis Kontak Iritan. Sedangkan variabel perancu dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit alergi dan lama kerja. Hasil analisa data antara umur dan kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan menggunakan uji statistik korelasi Serial menunjukkan ada keterkaitan. Dan hasil analisa data antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dan kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan menggunakan uji statistik korelasi Serial menunjukkan ada keterkaitan. Kesimpulan penelitian ini adalah ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Diharapkan pekerja sawah lebih memperhatikan kesehatan kulit kaki mereka dengan cara melakukan pencegahan dini sebelum mulai melakukan aktivitas di sawah dan pengobatan dini ketika tanda-tanda Dermatitis Kontak Iritan muncul.
Kata kunci: derajat keasaman (pH) tanah sawah, kejadian Dermatitis Kontak Iritan, pekerja sawah
3
Latar Belakang Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah. Dermatitis Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Dermatitis Kontak Iritan sering terjadi di pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang kulit terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya. (http://citrajourney.blogspot.com) Menurut data dasar profil desa Wateskroyo tahun 2006, desa Wateskroyo adalah salah satu desa di Kecamatan Besuki. Mayoritas penduduk desa Wateskroyo bermatapencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 1.313 orang dari jumlah penduduk 2.725 orang pada tahun 2006. Dan luas lahan pertanian sawah yang ada di desa ini adalah 96 hektar. Berdasarkan data awal Laporan Bulanan (LB1) tentang data kesakitan di puskesmas pembantu desa Wateskroyo untuk bulan Januari dan Februari 2008, diketahui penderita penyakit kulit gatal-gatal adalah sebanyak 9 orang (7,96%) dan 6 orang (4,7%) serta menduduki peringkat ke-5.
4
Berdasarkan hasil wawancara 10 orang pekerja sawah, 8 orang pekerja sawah di desa Wateskroyo saat melakukan aktivitas di sawah tidak memakai alat pelindung kaki, mereka langsung kontak pada tanah sawah. Apalagi saat musim tanam padi, mereka langsung kontak dengan lumpur sawah tanpa memakai alat pelindung kaki selama berjam-jam. Akibatnya banyak yang menderita gangguan kesehatan kulit seperti gatal-gatal pada kaki, kadang kutu air, kulit kaki pecahpecah. Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Apabila terpajan dengan konsentrasi suboptimal maka reaksi yang terjadi langsung kronik (www2.kompas.com). Sehingga apabila hal tersebut terjadi pada pekerja sawah, maka proses produksi pangan di Indonesia ini akan terganggu. Menurut Sularsito dan Djuanda dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005, upaya pengobatan Dermatitis Kontak Iritan yang terpenting adalah menghindari pejanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan. (Djuanda dkk, 2005) Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang Dampak Keasaman Tanah Sawah terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah di Desa Wateskroyo, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.
5
. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005) Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja sawah di Desa Wateskroyo, yaitu sejumlah 200 orang dan semua tanah sawah yang ada di Desa Wateskroyo yaitu seluas 96 ha yang terbagi dalam 6 kelompok atau 6 lokasi. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi. (Ircham Machfoeds,2006).Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 15% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel petani dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang dan untuk jumlah sampel tanah sawah menyesuaikan jumlah sampel petani.
6
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2008)
Definisi Operasional Perumusan definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam table berikut ini: Definisi Indikator Operasional Variabel Adalah suatu Asam = < 7 independen: nilai yang Natral = 7 Derajat menentukan Basa = > 7 keasaman apakah tanah (pH) tanah sawah tersebut sawah. bersifat asam, basa ataupun netral. Variabel
Variabel dependen: Kejadian Dermatitis Kontak Iritan
Adalah salah satu jenis penyakit kulit akibat kerja yang disebabkan oleh adanya interaksi langsung antara kulit dengan bahan toksik pada lingkungan kerja.
Ada rasa gatal Ada eritema Ada edema Skuama Kulit tebal Difus Kulit retak Ada vesikel Ada pustula Ada erosi
-
Alat Ukur
Skala
Skor
pH Meter
Rasio
-
Checklist observasi terstruktur Dermatitis Kontak Iritan
Ordinal 1. 0%-20%= sangat lemah 2. 21%-40%= lemah 3. 41%-60%= cukup 4. 61%-80% =kuat 5. 81%100%= sangat kuat (Riduwan, 2005)
7
Variabel perancu: 1. Umur
Adalah lamanya waktu dari seseorang lahir ke dunia sampai dengan ulang tahun yang terakhir.
Wawancara terstruktur
Rasio
-
2. Jenis Adalah Kelamin penentuan sifat manusia atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Observasi terstruktur
Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan (Riduwan, 2005)
3. Lama kerja
4. Riwayat penyakit alergi
Adalah lamanya waktu dari seseorang mulai menjadi pekerja sawah sampai dengan tahun terakhir di mana seseorang tersebut masih menjadi pekerja sawah. Pernah Adalah segala biduran macam gejala Selalu alergi yang Keluar pernah diderita ingus pada atau dialami. pagi hari
Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur
Rasio
-
Nominal 1. Ya 2. Tidak (Riduwan, 2005)
8
Penentuan derajat keasamaan a. Derajat keasaman (pH) tanah sawah: 1) Sebelum menggunakan pH meter terlebih dahulu alat tersebut dikalibrasi. 2) Setelah pH meter dikalibrasi, kemudian peneliti membawa alat tersebut ke lokasi penelitian yaitu sawah untuk mulai melakukan pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah di mana sampel dalam penelitian ini melakukan aktivitasnya. 3) Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah dimulai dengan membuka tutup pH meter. 4) Menghidupkan pH meter dengan menggeser tombol on-off. 5) Kemudian kocok pH meter seperti mengocok termometer mercuri. 6) Celupkan ke tanah sawah yang ada airnya sampai pada batas yang ada pada pH meter. 7) Tunggu beberapa menit sampai angka yang ditunjukkan pada layar pH meter berhenti, kemudian catat. Angka tersebut merupakan angka derajat keasaman (pH) tanah sawah. b. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan: 1) Peneliti pergi ke lokasi penelitian yaitu sawah pada jam 10.00 WIB, di mana pada jam-jam tersebut biasanya pekerja sawah istirahat siang dari aktivitasnya di sawah.
9
2) Peneliti mendatangi pekerja sawah tersebut satu persatu kemudian menjelaskan tentang tujuan penelitian kepada pekerja sawah, bila pekerja sawah tersebut bersedia menjadi sampel penelitian, maka peneliti mempersilahkan pekekerja sawah untuk menandatangani lembar persetujuan. 3) Kemudian peneliti mulai melakukan wawancara terstruktur untuk mengetahui umur, lama menjadi pekerja sawah dan riwayat penyakit Alergi pada pekerja sawah dan juga dilakukan observasi terstruktur untuk mengetahui tanda-tanda kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah dan observasi terstruktur untuk mengetahui jenis kelamin pekerja sawah. Dan pencatatan dilakukan pada saat itu juga oleh peneliti. 1. Cara Analisis Data Data yang telah diperoleh diolah dengan membuat tabulasi dan didistribusikan menurut kategorinya. Sebelumnya setiap item pertanyaan diberi skor sebagai berikut: a. Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah 1) Untuk nilai < 7, maka asam. 2) Untuk nilai =7, maka netral. 3) Untuk nilai > 7, maka basa. (Hanifah, 2007) b. Cheklist Dermatitis Kontak Iritan Untuk jawaban Ya = 1.
10
Untuk jawaban Tidak = 0. Kemudian jawaban masing-masing responden diprosentasekan dengan cara:
nilai observasi × 100% nilai tertinggi
Setelah prosentase diketahui, hasilnya diinterpretasikan menggunakan skala ordinal dengan skoring sebagai berikut: 1) 0% - 20%
= sangat lemah
2) 21% - 40%
= lemah
3) 41% - 60%
= cukup
4) 61% - 80%
= kuat
5) 81% - 100%
= sangat kuat (Riduwan, 2005)
c. Jenis kelamin 1) Laki-laki 2) Perempuan (Riduwan, 2005) d. Umur Data umur yang telah diperoleh berskala rasio jadi tidak perlu diberi skor. e. Lama menjadi pekerja sawah Data lama menjadi pekerja sawah yang telah diperoleh berskala rasio jadi tidak perlu diberi skor. f. Riwayat penyakit Alergi 1) Ya
=1
2) Tidak
= 0 (Riduwan, 2005)
11
Selajutnya data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan: a. Uji Korelasi Serial untuk mencari keterkaitan antara: 1) derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah 2) lama menjadi pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah 3) umur pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah b. Uji koefisien Eta-Kuadrat untuk mencari keterkaitan antara: 1) jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada petani 2) riwayat penyakit Alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada petani
HASIL PENELITIAN
12
1. Karakteristik Responden Berdasarkan data menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Wateskroyo yang bermatapencaharian sebagai petani adalah 1.313 orang, tetapi yang aktif sebagai pekerja sawah yaitu sebanyak 200 orang. Dan karena dalam penelitian ini besar sampel yang diambil sebesar 15% dari jumlah 200 pekerja sawah, maka jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah 30 orang pekerja sawah. Berikut ini merupakan karakteristik sampel atau responden yang meliputi: a. Umur Responden Berdasarkan data dari penelitian tentang umur responden didapatkan gambaran sebagai berikut :
20% 17%
23%
Umur 20-45 tahun Umur 46-54 tahun
40%
Umur 55-64 tahun Umur >=65 tahun
Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung
13
Diagram pie di atas menunjukkan bahwa umur responden dalam penelitian ini yang berumur 20-45 tahun sebanyak 7 orang (23%), umur 46-54 tahun sebanyak 12 orang (40%), umur 55-64 tahun sebanyak 5 orang (17%) dan umur ≥60 tahun sebanyak 6 orang (20%). b. Jenis Kelamin Berdasarkan data dari penelitian tentang umur responden didapatkan gambaran sebagai berikut :
53%
47%
Laki-laki Perempuan
Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Diagram pie di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki sebanyak 14 orang (47%) dan perempuan sebanyak 16 orang (53%). c. Lama menjadi Pekerja Sawah Berdasarkan data dari penelitian tentang lama kerja responden didapatkan gambaran sebagai berikut :
14
7%
1-10 tahun
13%
20%
10%
21-30 tahun
30%
20%
11-20 tahun
31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun
Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan lama kerja sebagai pekerja sawah di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Diagram pie di atas menunjukkan bahwa lama kerja responden dalam penilitian ini terdiri dari 1-10 tahun sebanyak 4 orang (13%), 11-20 tahun sebanyak 3 orang (10%), 21-30 tahun sebanyak 9 orang (30%), 3140 tahun sebanyak 6 orang (20%), 41-50 tahun sebanyak 6 orang (20%), 51-60 tahun sebanyak 2 orang (7%). d. Riwayat Penyakit Alergi Responden Berdasarkan data dari penelitian tentang riwayat penyakit alergi responden didapatkan gambaran sebagai berikut:
10% 90%
Ya
Tidak
15
Gambar
Diagram pie riwayat penyakit alergi responden di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung
Diagram pie di atas menunjukkan bahwa riwayat penyakit alergi responden dalam penelitian ini terdiri dari responden yang memiliki riwayat penyakit alergi sebanyak 3 orang (10%) dan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit alergi sebanyak 27 orang (90%).
B. Karakteristik Variabel 1. Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah Berdasarkan data dari penelitian tentang derajat keasaman (pH) tanah sawah di Desa Wateskroyo didapatkan gambaran sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
pH Tanah Sawah 5,4 5,6 5,7 5,8 5,9 6,0 6,1 6,2 6,6 Total
Jumlah Sampel Tanah 1 4 2 6 3 9 1 3 1 30
Prosentase 3,3% 13,3% 6,7% 20% 10% 30% 3,3% 10% 3,3% 100%
Tabel Derajat keasaman (pH) tanah sawah di Desa Wateskroyo kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung
16
Tabel di atas menunjukkan hasil penelitian derajat keasaman (pH) tanah sawah, di mana 1 sampel tanah sawah (3,3%) mempunyai pH sebesar 5,4 , 4 sampel tanah sawah (13,3%) mempunyai pH sebesar 5,6 , 2 sampel tanah sawah (6,7%) mempunyai pH sebesar 5,7 , 6 sampel tanah sawah (20%) mempunyai pH sebesar 5,8 , 3 sampel tanah sawah (10%) mempunyai pH sebesar 5,9 , 9 sampel tanah sawah (30%) mempunyai pH sebesar 6,0 , 1 sampel tanah sawah (3,3%) mempunyai pH sebesar 6,1 , 3 sampel tanah sawah (10%) mempunyai pH sebesar 6,2 , 1 sampel tanah sawah (3,3%) mempunyai pH sebesar 6,6.
2. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Berdasarkan data dari penelitian tentang kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah di Desa Wateskroyo didapatkan gambaran sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat Total
Jumlah responden 1 10 18 1 0 30
Prosentase 3,3% 33,3% 60% 3,3% 0% 100%
17
Table Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Table di atas menunjukkan hasil penelitian kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah, di mana 1 orang (3,3%) mengalami kejadian dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria sangat lemah, 10 orang (33,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria lemah, 18 orang (60%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup dan 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria kuat.
E. Hasil Uji Statistik 1. Keterkaitan antara Umur dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,698 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,698 lebih besar dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti ada keterkaitan antara umur dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan.
18
2. Keterkaitan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Hasil uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS 11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,938 (lebih besar dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,000 , yang berarti keeratan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah dalam penelitian ini sangat lemah dan dikatakan tidak ada keterkaitan.
3. Keterkaitan antara Riwayat Penyakit Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Hasil uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS 11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,382 (lebih besar dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,027 , yang berarti keeratan hubungan antara riwayat penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak
19
Iritan pada pekerja sawah dalam penelitian ini sangat lemah dan dikatakan tidak ada keterkaitan.
4. Keterkaitan antara Lama Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah
Hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,105 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,105 kurang dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti tidak ada keterkaitan antara lama kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan.
5. Keterkaitan antara Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 3,386 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,386 lebih besar dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti ada
20
keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan.
PEMBAHASAN A. Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 sampel tanah sawah yang diukur derajat keasamannya, semua tanah sawah tersebut bersifat asam dengan pH < 7. Menurut Guyton dan Hall 1997, Asam adalah molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion-ion hidrogen. Satu contoh adalah asam hidroklorida (HCl), berionisasi dalam air membentuk ion-ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Bila tanah alkalis aerobik digenangi, maka dalam beberapa hari pertama pH turun hingga minimum, kemudian beberapa minggu berikutnya pH naik sampai stabil 6,5-7,0 dalam larutan tanah. Pengaruh penggenangan secara keseluruhan pada tanah masam menyebabkan kenaikan pH, sedangkan pada tanah alkalis menyebabkan penurunan pH. Penggenagan menyebabkan pH semua tanah mendekati 6,5-7,0 kecuali gambut masam atau tanah dengan kadar Fe aktif (Fe2+) rendah. (Hardjowigeno & Rayes, 2005). Sehingga nilai derajat keasaman (pH) tanah sawah yang telah diukur pada penelitian ini sesuai dengan teori yang telah ada.
21
Berdasarkan teori telah disebutkan bahwa pengaruh penggenangan secara keseluruhan pada tanah masam menyebabkan kenaikan pH, sedangkan pada tanah alkalis menyebabkan penurunan pH. Apabila dilihat dari hasil pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah dalam penelitian ini yaitu mengalami penurunan dari pH normal maka dapat dikatakan bahwa tanah sawah tersebut termasuk tanah alkalis. Namun perlu penelitian lebih lanjut tentang jenis tanah sawah secara laboratorium dan lebih spesifik.
B. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 pekerja sawah, di mana 18 orang (60%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup, 10 orang (33,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria lemah, 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria kuat, 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria sangat lemah. Menurut Marwali Harahap dalam Ilmu Penyakit Kulit 2000, Dermatitis Kontak Iritan terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan. Bahan iritan adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu. Bahan iritan ini dapat merusak kulit dengan cara menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap melalui denaturasi keratin sehingga mengubah kemampuan kulit untuk menahan air.
22
Menurut Adhi Djuanda dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005, gejala klasik Dermatitis Kontak Iritan kumulatif berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur). Hasil penelitian ini menunjukkan semua pekerja sawah mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi tanda-tanda Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah yang menunjukkan bahwa tanda-tanda yang meliputi skuama, kulit tebal dan kulit retak-retak dialami oleh semua pekerja sawah. Meskipun gejala dari jenis Dermatitis Kontak Iritan lainnya juga muncul namun ketiga gejala di atas merupakan gejala yang paling kuat.
C. Keterkaitan antara Umur dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 0,698 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 0,698 lebih besar dari rtab sebesar 0,361 maka kesimpulannya adalah terima hipotesis penelitian, artinya bahwa ada keterkaitan antara umur dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.
23
Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005, factor-faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan yaitu faktor individu (misalnya ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain) dan faktor lingkungan (misalnya suhu dan kelembaban udara). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup paling tinggi terjadi pada pekerja sawah dengan golongan umur 46-54 tahun yang termasuk pra usia lanjut dini dan yang terendah terjadi pada golongan umur ≥65 tahun yang termasuk usia lanjut. Akan tetapi pada golongan usia lanjut tersebut terdapat kejadian Dermatitis Kontak iritan dengan kriteria kuat padahal pada golongan umur lainnya kriteria tersebut tidak muncul. Hal tersebut terjadi karena pada golongan umur 46-54 tahun memiliki kuantitas kontak pada tanah sawah lebih lama dari pada pekerja sawah dengan golongan umur di bawahnya yaitu golongan umur 20-45 tahun. Dan apabila dibandingkan dengan golongan umur di atasnya yaitu golongan umur 55-64 tahun dan ≥65 tahun yang mana lama kerjanya jauh lebih lama akan tetapi pekerja sawah dengan golongan umur 46-54 tahun tetap lebih tinggi angka kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup kemungkinan dikarenakan pada golongan umur di atas 46-54 tahun kuantitas kontak dengan tanah sawah atau aktivitas di sawah telah berkurang dan tidak sebanyak pakerja sawah dengan golongan umur 46-54 tahun, karena faktor usia yang sudah semakin tua di mana kondisi badan dan kesehatan mereka sudah tidak seperti pekerja dengan golongan umur di bawahnya.
24
D. Keterkaitan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS 11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,938 (lebih besar dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,000. Maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada keterkaitan antara jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Dan nilai Eta Squared sebesar 0,000 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara jenis kelamin dan Dermatitis Kontak Iritan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan yang sangat lemah sehingga dikatakan tidak ada korelasi. Faktor individu juga ikut berpengaruh pada Dermatitis Kontak Iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (Insiden DKI lebih banyak pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik. (Djuanda, 2005) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja Sawah padahal secara teori insiden Dermatitis Kontak Iritan lebih banyak pada wanita. Hal tersebut dikarenakan pekerja sawah yang berjenis kelamin perempuan dalam
25
penilitian ini cenderung lebih memperhatikan kesehatan kulit kaki mereka, misalnya seperti mengoleskan minyak tanah dicampur dengan buah Pinang yang disangrai yang mereka yakini bisa mencegah terjadinya penyakit kulit seperti gatal-gatal setelah melakukan aktivitas di sawah seharian. Sehingga angka kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan angka kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah laki-laki. E. Keterkaitan antara Riwayat Penyakit Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS 11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,382 (lebih besar dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,027. Maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada keterkaitan antara riwayat penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Dan nilai Eta Squared sebesar 0,027 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara jenis kelamin dan Dermatitis Kontak Iritan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan yang sangat lemah sehingga dikatakan tidak ada korelasi. Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005, faktor individu yang juga mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan yaitu ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain. Dalam penelitian ini riwayat penyakit alergi dimasukkan sabagai salah satu dari jenis penyakit kulit.
26
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara riwayat penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja Sawah. Hal tersebut terjadi karena penentuan riwayat penyakit alergi pada pekerja sawah dalam penelitian ini kurang akurat dan hanya berdasarkan riwayat biduran dan riwayat ingusan pada pagi hari saja. Seharusnya dalam menentukan riwayat penyakit alergi dengan menggunakan diagnosa yang lebih akurat.
F. Keterkaitan antara Lama Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 0,105 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 0,105 kurang dari rtab sebesar 0,361 maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis penelitian, artinya bahwa tidak ada keterkaitan antara lama kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Kelainan kulit yang terjadi pada Dermatitis Kontak Iritan selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak dan kekerapan. (Djuanda dkk, 2005) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara lama kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Pekerja
27
sawah yang mempunyai lama kerja lebih lama dan yang mempunyai lama kerja belum lama tidak mempunyai perbedaan yang berarti dalam hal kejadian Dermatitis Kontak Iritan. Hal tersebut dikarenakan pekerja sawah yang telah lebih lama bekerja menjadi pekerja sawah mempunyai tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap Dermatitis Kontak Iritan, kulit kaki mereka telah terbiasa dengan kondisi tanah sawah.
G. Keterkaitan antara Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 3,386 dan nilai koefisien korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361. Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 3,386 lebih besar dari rtab sebesar 0,361 maka kesimpulannya adalah terima hipotesis penelitian, artinya bahwa ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005, penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada
28
pekerja sawah. Semakin asam derajat keasaman (pH) suatu tanah, cenderung semakin tinggi resiko untuk terkena Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah tersebut. Karena semakin asam tanah sawah, sifat iritan dari tanah sawah tersebut akan semakin kuat. Sehingga akan semakin banyak pula kandungan asam (bahan iritan) tersebut masuk pada kulit kaki pekerja sawah saat melakukan aktivitas di sawah yang dapat menyebabkan terjadinya Dermatitis Kontak Iritan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Tanah sawah yang diukur derajat keasamannya, semua bersifat asam dengan pH < 7. 2. Ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.
B. SARAN Bagi peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti tentang riwayat penyakit alergi pada pekerja sawah sebaiknya menggunakan diagnosa yang lebih akurat dalam menentukan riwayat penyakit tersebut dan diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jenis tanah sawah secara laboratorium dan lebih spesifik. Selain itu apabila ingin meneliti lebih lanjut mengenai derajat keasaman (pH) tanah sawah
29
dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan sebaiknya waktu penelitian benar-benar disesuaikan dengan musim di mana pekerja sawah banyak melakukan aktivitas di sawah seperti pada musim tanam padi. Serta bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan panelitian ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hanafiah, Kemas. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Citra. (2008). Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan. [Internet]. Bersumber dari:
[Diakses tanggal 31 Januari, jam 09.31 WIB] Departemen Pertanian. (2000). Potensi Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian. [Internet]. Bersumber dari: [Diakses tanggal 23 Desember 2008, jam 10.15 WIB] Djuanda, Adhi dkk. (2005). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
30
Hartono. (2004). Statisitik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Machfoedz, Ircham. (2006). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Mukono, H.J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press Mul Mulyani Sutedjo & Kartasapoetra, A.G. (2005). Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Riduwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Sandjaja & Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Sarwono Hardjowigeno & Luthfi Rayes. (2005). Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Malang: Bayumedia Sastrawijaya, Tresna. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta Soemirat, Juli. (2003). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Suhadi, Untung. (2002). Produksi Padi Dan Pemanasan Gobal: Tanah Sawah Bukan Sumber Utama Emisi Metan. [Internet]. Bersumber dari: [Diakses tanggal 28 Oktober 2008. Jam 09.30] Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
31
Trihapsoro, Iwan. (2003). Dermatits Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. [Internet]. Bersumber dari: [Diakses tanggal 6 desember 2008, Jam 16.55] Wikipedia. (2008). pH. [Internet]. Bersumber dari: [Diakses tanggal 12 Januari 2009, jam 10.00 WIB]