IMPLIMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH SEBAGAI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR NEGERI LABENGKI KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA By : Ramli e-mail:
[email protected]
Abstract Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter peserta didik SD Negeri Labengki; 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter peserta didik SD Negeri Labengki; dan 3. Langkah efektif dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik SD Negeri Labengki.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam, observasi langsung dan mencatat dokumen dan metode analisis data yang digunakan ialah metode analisis interaktif Milles dan Hubberman. Hasil penelitian ini dapat diuraikan bahwa penerapan nilai karakter yang terdapat di dalam tata tertib di SD Negeri Labengki meliputi nilai religius, disiplin, nilai kebangsaan dan peduli lingkungan. Penegakkan tata tertib SDN Labengki berjalan cukup baik. Walaupun diketahui terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik tersebut. Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam penegakan tata tertib yakni faktor pendukung diantaranya masih tingginya perhatian dan keinginan peserta didik dalam melaksanakan kewajiban terhadap perintah guru, letak rumah tempat tinggal peserta didik dengan sekolah sangat dekat, konsistensi guru dalam mensosialisasikan dan menegakkan tata tertib sekolah. Sedangkan factor penghambat diantaranya adalah dukungan lingkungan keluarga dan lingkungan sosial anak di masyarakat yang masih kurang mendapat dukungan dan belum adanya anggota keluarga dan masyarakat yang bisa menjadi motivator. Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk mengefektifkan penanaman nilai karakter kepada peserta didik yakni dengan secara rutin mensosialisasikan atau konsisten dalam implementasi tata tertib sekolah, pemberian hukuman di sekolah bersifat mendidik, keteladanan guru dalam implementasi tatat tertib sekolah dan hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik.
Kata Kunci: Implimentasi, Tata Tertib, Pendidikan Karakter,
1
ABSTRACT
Ramli. NIM: G2G1 14 001.The Implementation of School Rules as the Application of Character-based Education to Students of Labengki Elementary School at Subdistrict of Lasolo in North Konawe Regency. Supervisors: (1)Syahri Nehru Husain, (2)Darnawati. This study aimed to analyze: 1) the implementation of school rules as an application of character-based education to students of SD Negeri Labengki; 2) factors that supported and hindered the implementation of school rules as anapplication of character-based education to students of SD Negeri Labengki; and 3) effective ways of instilling positive character values to students of SD Negeri Labengki. The study used a qualitative type of research. Data were collected by conducting indepth interviews, direct observation, and documentation. The data were analyzed using the method of Milles and Hubberman interactive analysis. Results of the study showed that among the positive character values contained in the school rules in SD Negeri Labengki that have been applied were religiosity, discipline, nationalism, environmental awareness, honesty, and responsibility. Among the factors that supported the enforcement of school rules were considerable attention and willingness of students to follow their teachers’ instructions and commands, a very close proximity of the school to where the students live, and teachers’ consistence in making the school rules known by all students and in enforcing them. Some of the hindering factors were lack of support from students’ family since not all parents know what should be done to support their children’s education, and lack of supports from the students’ social environment, particularly in relationto the implementation of school rules. Many ways that had been taken by teachers to effectively instill the positive character values to the students, including a continuous socialization of school rules enforcement, administeringeducative punishments, and setting exemplary models of rule-abiding teachers in the implementation of school rules. Keywords: implementation, school rules, character-based education
2
I. PENDAHULUAN Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia saat ini memang dirasa mendesak. Gambaran situasi masyarakat, bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antarpelajar dan bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya, terutama di kota-kota besar, seperti pemerasan, kekerasan, kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, penggunaan narkoba, dan lainlain. Bahkan, yang paling memperhatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak melalui Kantin Kejujuran di sejumlah sekolah, banyak yang gagal dan bangkrut karena belum bangkitnya sikap jujur tersebut. Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan generasi muda serta munculnya perilaku destruktif, anarkis, dan radikalis. Atas dasar itu, semua pemangku kepentingan pendidikan harus memberikan perhatian dan pendampingan yang lebih besar kepada peserta didik dalam membentuk pola pikir dan perilaku yang dibenarkan oleh peraturan dan perundangan. Tenaga pendidik memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk karakter peserta didik. Jika para pendidik menghentikan pendidikan karakter pada jenjang sekolah, itu pendapat yang salah karna tidak sedikit peserta didik yang masih sangat memerlukan pendidikan karakter. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya manusia yang baik, yang memiliki kepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur, cerdas, peduli, dan tangguh. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmen untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Upaya membangun karakter bangsa sejak dini melalui jalur pendidikan merupakan langkah yang tepat. Pendidikan karakter menjadi semakin penting dan strategis, terutama jika dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menyiapkan generasi masa depan yang akan menghadapi persoalan yang lebih berat, kompleks dan menantang, menuju tercapainya cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia. Pendidikan karakter harus dipahami sebagai bagian dari proses pembudayaan subyek didik sehingga bukan hanya pangalihan dan penguasaan ilmu pengetahuan serta penguasaan keterampilan-keterampilan teknis tertentu, namun juga perlu dipahami sebagai penumbuhan dan pengembangan subjek didik menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab. Tujuan menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab adalah mewujudkan personal yang tidak hanya cerdas dalam segi kognitif akan tetapi mampu mengembangkan dan menanamkan kemampuan tertinggi dalam mengaktualisasikan budaya yang dimiliki suatu bangsa agar tidak kehilangan jati diri sebagai suatu bangsa akibat tergerus oleh perubahan zaman. Di sekolah banyak sekali ditemui komponen yang bisa menjadi sasaran dari pendidikan karakter. Salah satu komponen sekolah yang menjadi sasaran pendidikan karakter tersebut adalah tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah sebagai bentuk peraturan dalam tingkatan hirarki terendah tata perundang-undangan adanya aspek pendidikan moral dan rule of law. Peraturan yang dibuat tidak hanya legal formal akan tetapi akan menuntut adannya penerapan moral di dalamnya. Hubungan tersebut erat kaitannya dengan hakikat dan isi dari perbuatan peraturan. Internalisasi nilai-nilai moral kepada subjek didik diperlukan upaya yang tertib sehingga pelaksanaan tidak hanya bersifat rule of law saja akan tetapi disadari oleh esensi adanya pendidikan karakter. Pembentukan karakter peserta didik tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun media massa. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mempengaruhi 3
gaya hidupnya. Apabila perubahan itu sulit diprediksi atau di luar jangkauan kemampuan, maka dapat mengakibatkan terjadinya kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti terhambatnya perkembangan karakter positif siswa, masalah-masalah pribadi dan penyimpangan perilaku. Menyikapi hal tersebut perlu adanya sarana yang dapat membatasi atau mengarahkan siswa agar tindakannya tidak melanggar norma dan aturan yang ada serta dapat membentuk dan mengembangkan karakter positifnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Di dalam kehidupan sekolah, hal ini dapat terbentuk dengan adanya aturan sekolah yang disebut tata tertib sekolah.Tata tertib sekolah merupakan alat pendidikan guna mengatur, mendisiplinkan, dan mendidik siswa di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Tata tertib sekolah merupakan sesuatu yang penting karena mempunyai fungsi untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. . Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, adalah untuk mendeskripsikan: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter peserta didik sekolah dasar negeri labengki kecamatan lasolo kabupaten konawe utara ? 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter peserta didik sekolah dasar negeri labengki kecamatan lasolo kabupaten konawe utara ? 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis langkah efektif implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik sekolah dasar negeri labengki kecamatan lasolo kabupaten konawe utara ? Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat dipergunakan untuk menambah khasanah pengembangan pustaka ilmu pengetahuan secara umum dan secara khusus pada kajian lingkungan pendidikan moral serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang melakukan penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap kajiankajian dan teori-teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan impormasi yang berharga dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter terutama di sekolah. b. Bagi Peserta Didik Sebagai motivasi untuk meningkatkan sikap dan tingkah lakunnya dalam mematuhi tata tertib yang dibuat oleh sekolah. c. Bagi Orang Tua Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan kualitas dalam mendidik dan memupuk pendidikan karakter khususnya di lingkungann keluarga. d. Bagi Sekolah Diharapkan dapat memberikan masukan yang digunakan untuk melaksanakan tata tertib sebagai sarana pendidikan moral di sekolah dan menerapkan kebijakan-kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan pendidikan karakter peserta didik khususnya pada lingkungan pendidikan formal.
4
II. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016, yang dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2016 di SDN Labengki Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada hakikatnya pendekatan deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan imformasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan peraktek-peraktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 2000: 25). Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini ialah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karateristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya di dapat dari wawancara dan bersifat subyektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Riduwan (2004:106). Dalam penelitian kualitatif, sumber data penelitian juga bersumber dari data primer maupun skunder sebagaimana berikut : 1. Data primer adalah tergolong data utama dari rangkaian penelitian. Yang termasuk data primer didalamnya adalah responden yang diwawancarai langsung berkaitan dengan perilaku penyimpangan siswa SMA. 2. Data sekunder adalah data pendukung. Data sekunder dapat diperoleh dari dokumendokumen, arsip, majalah, web, buku dan lain-lain dan berhubungan dengan penelitian relevan. Informan Penelitian Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan cara, yaitu: sebelum penentuan informan yang akan memberikan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian, terlebih dahulu mengadakan observasi awal dengan penjajakan kepada keyinforman atau informan kunci dengan cara menanyakan kepada mereka siapa yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Dari cara tersebut maka akan diketahui informan yang ditunjuk yaitu antara lain: kepala sekolah, tenaga pendidik, peserta didik, komite sekolah dan orang tua peserta didik. Pembedaan kriteria informan ini dilakukan agar dapat memberikan informasi yang komprehensif, tentang Implementasi Tata Tertib Sekolah Sebagai Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah Sebagai Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Langkah Efektif Implementasi Tata Tertib Sekolah Sebagai Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai Berikut: 1. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing) Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi. Artinya, peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta 5
responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996: 109). 2. Observasi Langsung Observasi langsung dapat dilakukan dalam bentuk observasi partisipasi pasif terhadap berbagai kegiatan dan proses yang terkait dengan studi (Sutopo, 1996: 137). Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di lingkungan sekolah, kegiatan pokok siswa dan staf pengajar dalam proses pengajaran, dan lain-lain pendukung penyelenggaraan tata tertib sekolah. Tehnik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984: 15-30). Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus hingga membentuk sebuah siklus. Dalam proses ini aktivitas peneliti bergerak di antara komponen analisis dengan pengumpulan data selama proses ini masih berlangsung. Selanjutnya peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen analisis tersebut. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SD Negeri Labengki Implementasi tata tertib sekolah adalah segala bentuk upaya yang dilakukan untuk menegakkan tata tartib yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya oleh warga sekolah. Tata tertib (tatib) yang dibuat di sekolah ini pun diharapkan mengintegralkan nilai-nilai pendidikan karakter. Tata tertib di SD Negeri Labengki, dari 18 komponen pendidikan karakter yang dicanangkan hanya mengambil beberapa komponen pendidikan karakter yang dianggab sudah mewujudkan tujuan dari pendidikan yang diaharapkan di sekolah ini diantaranya karakter religius, karakter disiplin, karakter perduli lingkungan, karakter semangat kebangsaan, karakter kejujuran dan karakter tanggung jawab walaupan ada beberapa nilai karakter yang dikembangkan dalam tata tertib di SD Negeri Labengki yang memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu nilai karakter disiplin terintegrasi dengan nilai karakter kejujuran dan nilai karakter perduli lingkungan terintegrasi nilai tanggung jawab. yang secara umum semua nilai karakter tersebut terintegrasi dalam tata tertib yang diimplementasikan kepada peserta didik mulai peserta didik datang sampai meninggalkan sekolah. a. Implementasi Nilai Karakter Religius dalam Tata Tertib Sekolah Nilai religius yang dimaksud yaitu perilaku yang taat dalam menjalankan ajaran agama yang dianut dan toleran serta hidup rukun dengan penganut agama lain. Pembinaan nilai religius pada tata tertib sekolah di SD Negeri Labengki dapat digambarkan pada proses aktivitas-aktivitas pendidikan yang dapat dipahami bahwa seorang peserta didik yang masuk sekolah akan melalui beberapa tahap pembinaan nilai-nilai religius setiap harinya. sebelum melakukan aktivitas bersama, peserta didik dibiasakan untuk melakukan doa bersama baik sebelum maupun sesudah aktivitas pembelajaran di dalam dan luar kelas. yang mana merupakan salah satu pencerminan nilai religius. Kemudian keterangan-keterangan tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung yang dilakukan terhadap implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada SD Negeri Labengki. 6
Berdasarkan sala satu hasil kutipan wawancara dengan sala satu guru “I” (Jum’at, 18 Maret 2016), tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sehari-hari dikelas menyatakan bahwa: “Ya, kami guru di kelas, khususnya kelas satu setiap harinya dan sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti sebelum memulai pelajaran diwajibkan peserta didik berdoa bersama seluruh siswa yang dipimpin oleh sala satu peserta didik yang ditunjuk oleh guru dan alhamdulillah siswa secara bersama sudah dapat menghapalnya karena sudah terbiasakan setiap hari, walaupun sebelunya siswa di kelas satu belum tau menghapalnya.” Dari pernyataan responden diatas menunjukkan adanya kegiatan pembisaan dalam setiap pemebelajaran di kelas. Kewajiban doa bersama sebelum dan sesudah proses pembelajaran di kelas merupakan sala satu jenis penanaman nilai karakter religius. Setiap pagi hari efektif sekolah, peserta didik melakukan pembiasaan menghormati orang yang lebih tua khususnya guru dengan memberi salam dan mencium tangan pada waktu proses pembelajaran berakhir. hal ini di nyatakan oleh kepala sekolah “S” (Sabtu, 19 Maret 2016), bahwa: “Kami sangat mengharapkan siswa di SDN Labengki ini dapat menyelesaikan pendidiknya sampai tamat di sekolah ini, karena merupakah hal yang berarti bagi diri siswa untuk bekal mereka dikemudian harinya. Hal yang sangat berarti bagi mereka adalah merubah kebiasaan dari rumah yang kurang diberikan pemahaman tentang norma-norma yang berlaku seperti memberi salam dan menghormati orang tua atau guru, sehingga di sekolah aturan-aturan yang diterapkan dapat membatasi dan memberikan pemahaman tentang hal yang seharusnya dilakukan. Mudah-mudahan kebisaan baik dari sekolah mereka dapat membawanya kerumah untuk diterapkan dalam setiap harinya .” Pembelajaran di kelas dan pembiasaan sholat maqrib bersama di mesjid juga mengintegrasikan nilai religius dalam pembelajarannya. Namun, pelajaran yang paling berperan besar dalam menanamkan nilai religius yaitu pendidikan Agama. Melalui aktivitasaktivitas pembelajaran keagamaan, peserta didik dilatih untuk memahami dan mempraktikkan ilmu agama mereka. Secara otomatis keyakinan agama peserta didik semakin diperkuat dan menjadikan peserta didik yang berakhlak mulia. Walaupun tenaga pengajar resmi guru Agama Islam di SD Negeri Labengki belum ada tetapi setiap jam pelajaran Agama diajarjkan oleh guru kelas. Sebagaimana sala satu hasil wawancara peneliti dengan sala satu guru agama SMP Satab Negeri Labengki bapak “Sr” (Jum’at, 18 Maret 2016), yang menyatakan bahwa: “Setelah sholat magrib berjamaah di mesjid anak-anak atau siswa baik siswa SMP Labengki maupun siswa SDN Labengki yang hadir di mesjid, Saya mengajarkan mereka baca Alqur’an, sambil menunggu waktu pelaksanaan sholat isya secara berjamaah. Kebetulan anakanak yang hadir tidak begitu banyak sehingga saya dapat melayani mereka semua. Sebelumnya pada awal pembukaan pengajian saya masih dibantu oleh sala satu guru SD Labengki selama hampir dua tahun dan kami menegaskan siswa untuk hadir dan setelah guru SD tersebut pindah tugas, saya sendiri yang melanjutkan pengajian tersebut sampai sekarang.” Dari pernyataan tersebut diatas sangatlah jelas bahwa dalam implementasi tata tertib sekolah di SDN Labengki telah terintegrasi nilai-nilai karakter religius dalam setiap proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, sehingga ketika proses pembiasaan tersebut melekat kepada mereka akan dapat diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari dilingkungan dimana mereka berada. b. Implementasi Nilai Karakter Disiplin dan Kejujuran dalam Tata Tertib Sekolah Pembiasaan peserta didik SD Negeri Labengki untuk bersikap disiplin dan taat terhadap aturan dengan penuh tanggung jawab berdasarkan nilai kejujuran, dapat dianalisis dari pemberlakuan tata tertib yang bersifat perintah dan larangan terhadap peserta didik untuk menaati tata tertib merupakan langkah awal untuk membiasakan peserta didik untuk berpikir 7
dua kali sebelum melakukan aktivitas yang melanggar tata tertib. Pembiasaan tersebut merupakan tahap pertama untuk memperkenalkan praktik kebiasaan baru di SD Negeri Labengki. Tahap selanjutnya yaitu melakukan edukasi kepada siswa terhadap manfaat ataupun kerugian di luar sanksi sekolah yang kedapatan ketika melanggar tata tertib. Penyadaran peserta didik melalui edukasi tersebut semakin memberikan pemahaman peserta didik secara menyeluruh terhadap esensi dari pemberlakuan tata tertib sekolah di SD Negeri Labengki. Dengan demikian, kebiasaan kedisiplinan di sekolah akan semakin berkualitas dan berpotensi untuk mendukung peningkatan kualitas sekolah secara umum. Dari keterangan imforman menyatakan implementasi tata tertib sangatlah diperlukan bagi sekolah dan tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan sala satu hasil kutipan wawancara dengan kepala sekolah “S” (Sabtu, 19 Maret 2016), menyatakan bahwa: “Menurut saya, tata tertib sekolah sangatlah diperlukan bagi setiap satuan pendidikan baik ditingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah atas karna ada hubungan yang saling terkait antara keberhasilan sebuah lembaga pendidikan dengan tingkat kedisiplinan yang diterapkan sedangkan kedisiplinan dapat diperoleh melalui implementasi tata tertib sekolah. Implentasi tata tertib SD Negeri labengki sejak keberadaanya di sekolah ini secara tersurat atau dokumen tata tertib sekolah sudah ada dan telah dijalankan oleh seluruh warga sekolah sampai sekarang walaupun masih terdapat kekurangan-kekurangan dan hal itu masih kami anggab wajar untuk sekolah yang berada di daerah terpencil dan pesisir kepulauan karna kurangnya dukungan dari pihak orang tua dan banyaknya keterbatasan lain. hal itu dapat terlihat dalam pelaksanaanya terbukti masih terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik.” Implementasi tata tertib di SD Negeri Labengki telah dilaksanakan dengan bekerja sama seluruh guru untuk bagaimana tata tertib di SD Negeri Labengki dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh peserta didik dengan berbagai langkah-langkah strategis diantaranya adalah soalialisasi yang berkelanjutan untuk seluruh warga sekolah dan pemberian sanksi berdasarkan jenis dan tingkatan pelanggaran yang dilakukan, tampa membeda-bedakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainya. Sala satu tujuanya adalah membentuk nilai-nilai karakter disiplin yang merupakan kunci dari keberhasilan dari suatu sistem pendidikan yang dijalankan di sekolah. c. Implementasi Nilai Karakter Semangat Kebangsaan dalam Tata Tertib Sekolah Semangat kebangsaan generasi muda Indonesia, khususnya pada anak usia sekolah dasar sangatlah diperlukan untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang. Semangat tersebut tercermin dalam cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. di SD Negeri Labengki, nilai tersebut menjadi salah satu prioritas pengembangan beberapa aktivitas di sekolah, dikarenakan SD Negeri Labengki berada diwilayah pesisir, kepulauan dan terpencil yang masih kurang mendapat akses edukasi tertang nilai-nilai kebangsaan. Aktivitas-aktivitas tersebut telah membangun suatu kultur sekolah yang mulai mengenal simbol-simbol kenegaraan. Praktik-praktik pengenalan tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga peserta didik benar-benar memahami dan menumbuhkan semangat kebangsaan peserta didik. Aktivitas pembelajaran di kelas juga mengembangkan nilai cinta tanah air yang dikelola langsung oleh guru kelas melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran. Dimana guru kelas selalu memperkenalkan kepada peserta didik bahwa wilayah mereka merupakan sala satu destinasi Pariwisata bahari nasional yang semakin dikenal baik didalam maupun diluar negeri. Hal ini juga telah semakin memberikan pemahaman bagi para peserta didik bahwa kekayaan lingkungan bangsa wajib dilestarikan sebagai salah satu wujud cinta tanah air. Hal ini di nyatakan oleh kepala sekolah “S” (Sabtu, 19 Maret 2016), bahwa: 8
“Tentang kegiatan rutin di sekolah ini pada setiap hari efektif sekolah diantaranya upacara bendera setiap hari senin dan baris berbaris walaupun tidak rutin dilaksanakan tergantung kondisi alam dan kesiapan dari seluruh warga sekolah. Hal itu kami lakukan agar peserta didik dapat mengenang dan mengenal keberadaan bangsa Indonesia, karana dalam kegiatan tersebut banyak hal yang akan dipahami siswa dantaranya adalah pengenalan simbol-simbol negara kita, menghayati para pejuang pendahulu kita dan pemahaman pancasila. Yang kami takutkan adalah jangan sampai mereka tidak paham tertang itu.” Pernyataan tersebut diatas juga disampaikan oleh sala satu guru kelas VI “A” (Sabtu, 21 Maret 2016),yang telah kami wawancarai berikut pernyataanya: “Saya, setiap memulai pelajaran di kelas saya sering menyuruh siswa untuk membacakan pancasila dan diikuti oleh seluruh siswa, agar siswa tidak ada lagi yang tidak menghapal pancasila, dimana pancasila sangat penting untuk diketahui oleh mereka karena pancasila adalah dasar Negara kita dan wajib diketahui oleh seluruh siswa.” Dari hasil wawawncara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi tata tertib sekolah dalam pembentukan nilai karakter semangat kebangsaan di SD Negeri Labengki dilaksanakan dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi daerah dan social masyarakat. d. Implementasi Nilai Karakter Perduli Lingkungan dan Tanggung Jawab dalam Tata Tertib di SD Negeri Labengki Tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Labengki adalah, Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan pengelolaan lingkungan yang benar, Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan, Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat menjaga dan menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan, Menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap kelestarian dan kelangsungan lingkungan, khususnya lingkungan SD Negeri Labengki. Pernyataan guru “I” (Jum’at, 18 Maret 2016), yang kami wawancarai tentang bagaimana menjaga lingkungan sekolah oleh peserta didik. berikut pernyataanya : “Kami bersama guru-guru melaksanakan tata tertib di SD Negeri Labengki dengan melakukan berbagai kegiatan dalam hal menjaga kebersihan lingkungan sekolah baik didalam kelas maupun diluar kelas, membiasakan mereka agar hidup bersih baik bersih diri maupun lingkungan mereka dan memberikan pemahaman kepada siswa agar menjaga lingkunganya dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan, baik dampak fositif yang akan ditimbulkan .” Berdasarkan keterangan-keterangan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada SD Negeri Labengki dengan focus permasalahan yaitu bagaimanakah implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada SD Negeri Labengki, menunjukkan adanya keinginan yang kuat dari pihak sekolah utamanya guru-guru dalam melaksanakan tata tertib sekolah mulai peserta didik datang ke sekolah sampai peserta didik meninggalkan sekolah, seluruh aktivitas peserta didik diatur oleh tata tertib sekolah. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter. a. Faktor-Faktor Pendukung Dari data yang diperoleh dilapangan melalui wawancara dari nara sumber atau informan peneliti dan dari hasil observasi langsung dilokasi, diperoleh data tertang factor pendukung implentasi tata tertib sekolah dalam pembentukan karakter di SD Negeri Labengki antara lain: 9
1) Masih Tingginya Perhatian dan Keinginan Peserta Didik dalam Melaksanakan Kewajiban Terhadap Perintah Guru Masih tingginya perhatian dan keinginan peserta didik dalam melaksanakan kewajiban terhadap perintah guru adalah Faktor psikologis yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap hal yang harus dikerjakan atau dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian peserta didik, timbullah kebosanan, sehingga tidak suka lagi belajar dan mengerjakan kewajiban yang telah diperintahkan. Hal tersebut peneliti proleh dari data observasi langsung dan masih berkaitan dengan sala satu kutipan wawancara kepala sekolah “S” (Sabtu, 12 Maret 2016), menyatakan bahwa: “Yang kami banggakan peserta didik di SD Negeri Labengki dibandingkan sekolah-sekolah dasar pada umunya adalah masih tingginya rasa takut dan hormat terhadap guru, misalnya ketika ada penyampaian-penyampaian tentang hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh peserta didik, maka perhatian dan motivasi untuk mendengarkan lalu melakukanya. Mungkin dikarenakan masih kurangnya dan belum terkontaminasi oleh pengaruh-pengaruh lingkungan social modern dan pengaruh media eletronik siperti TV dan HP yang dapat membentuk pribadi yang kurang baik terhadap cara bertingkah laku yang sebenarnya dengan orang lain sesui dengan norma-norma yang berlaku.” Masih tingginya perhatian peserta didik kepada guru yang diperlihatkan peserta didik di SD Negeri Labengki adalah kesadaran peserta didik yang sangat baik bagi kelangsungan pelaksanaan tata tertib sekolah. Karena perhatian sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikanya, dan dapat digambarkan sebagai berikut : bahwa belajar dengan perhatian yang sungguh-sungguh akan lebih baik dari pada belajar tampa perhatian yang baik. perhatian timbul apabila peserta didik tertarik pada sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dilaksanakan dan menghindari pelanggaran sangat dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian perhatian tampa adanya usaha yang baik maka belajar sulit untuk berhasil. Sehingga tidak diherankan lagi ketika peserta didik banyak melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dan tidak dapat dikendalikan lagi. Hal itu diakibatkan peserta didik tidak memiliki perhatian atau sudah tidak takut dan menghormati guru sebagai pigur pengganti orang tua kedua ketika mereka berada di sekolah. 2) Letak Rumah Tempat Tinggal Peserta Didik dengan Sekolah Sangat Dekat Faktor Lingkungan social dan demografi keluarga, letak rumah yang dekat antara sekolah dengan rumah tempat tinggal peserta didik merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar seseorang dan menjadi factor pendukung implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. karena Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Demografi keluarga letak rumah yang sangat dekat dengan sekolah juga memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik dan akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan baik. Hal tersebut senada dengan pernyataan sala satu orang tua peserta didik dan juga sebagai tokoh masyarakat “Ht” (Minggu, 20 Maret 2016), Berikut pernyataanya: “Sebenarna anak sekolah di Desa Labengki ini tidak ada alasan untuk tidak datang dan malas kesekolah karna jarak antara sekolah dengan rumah tempat tinggal peserta didik paling jauh anak sekolah yang berasal dari dusun satu hanya berjarak kurang lebih 300 meter. Dan anak sekolah di desa Labengki sangat bersukur karna di sekolah sudah tidak ada lagi yang dibayarbayar bahkan sebaliknya siswa yang diberikan uang atau bantuan siswa miskin, siswa diberikan pakaian seragam sekolah dan buku maupun polpen. Tetapi masih banyak anak sekolah yang malas bersekolah nanti ada yang mau diberikan oleh sekolah baru banyak lagi yang kesekolah.” Jarak tempat tinggal merupakan faktor eksternal dan merupakan lingkungan non social yang merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar dan implementasi 10
tata tertib sekolah. Meskipun faktor tersebut tidak langsung dirasakan seratus persen menjadi solusi bagi keterlambatan peserta didik, namun juga dapat disadari memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan tata tertib di SD Negeri Labengki secara keseluruhan. 3) Konsistensi Guru dalam Mensosialisasikan dan Menegakkan Tata Tertib Sekolah. Konsistensi guru dalam mensosialisasikan dan menegakkan tata tertib sekolah merupakan faktor eksternal dan merupakan lingkungan sosial sekolah yang mempengaruhi proses belajar seseorang dan menjadi factor pendukung implementasi tata tertib sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. karena dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk melaksanakan kewajibanya di sekolah. maka para pendidik perlu memperhatikan dan memahami keadaan yang dimiliki oleh peserta didiknya. Sosialisasi tata tertib sekolah yang dilakukan oleh sekolah agar memberikan pemahaman yang baik dan mudah terhadap pihak-pihak yang terkait terhadap tata tertib yang telah disusun. Konsistensi guru dalam mengimplementasikan tata tertib di SD Negeri Labengki cukup baik dan merupakan sala satu factor pendukung, hal tersebut dapat diketahui melalui observasi langsung peneliti dan hasil dari wawancara peneliti dengan responden atau informan peneliti. Sebagaimana sala satu hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah “S” (Sabtu, 12 Maret 2016), yang menyatakan bahwa: “ Dalam pelaksanaan tata tertib sekolah. setiap harinya guru piket harian dengan tidak raguragu lagi memberikan pengarahan dan perintah kepada peserta didik untuk melakukan pembersihan seluruh lingkungan sekolah, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Hal ini sebagai wujud pembiasaan untuk hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan. Hal serupa juga dilakukan pada waktu peserta didik masuk kelas dengan arahan guru untuk tertip dan didalam kelas untuk dengan tidak lupa untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa. Dalam hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tata tertb sekolah juga dilakukan oleh guru-guru yang ada di SD Negeri Labengki.” Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, di SD Negeri Labengki, dalam implementasi tata tertib dalam pembentukan karakter peserta didik sangat baik ditunjang oleh adanya kerjasama yang baik dari seluruh guru untuk selalu melakukan sosialisasi dan penegakan tata tertib sekolah. b. Faktor Penghambat Faktor-faktor penghambat dalam implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Ngegeri Labengki sangat mempengaruhi tindakan peserta didik untuk lebih meningkatkan kesadaranya dalam melaksanakan tata tertib dengan baik, dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh yang mengakibatkan peserta didik sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Sehingga dibutuhkan perhatian serius dari pihak sekolah untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat agar factor penghambat tersebut dapat dikurangi dan akhirnya sedikit demi sedikit dapat hilang secara otomatis. 1) Factor Kurangnya Dukungan Orang Tua atau Tidak Semua Orang Tua Memahami Bagaimana yang Seharusnya Dilakukan dalam Mendukung Pendidikan AnakAnaknya. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ketua komite SD Negeri Labengki “Sd” (Minggu, 20 Maret 2016), Tentang faktor-faktor penghambat implementasi tata tertib sekolah. Berikut pernyataanya: “Berkaitan dengan faktor-faktor pengahambat pelaksanaan pendidikan di SD Negeri Labengki, khususnya pelaksanaan tata tertib di sekolah. Yang kami lihat selama ini adalah banyak sekali anak-anak yang malas bersekolah nanti ada penyaluran bantuan-bantuan dari 11
pihak sekolah atau pemerintah berupa beasiswa miskin atau bantuan kelengkapan sekolah, baru anak-anak sekolah banyak yang hadir. Menurut pengamatan kami selama ini yang menjadi penyebab terjadinya hal demikian adalah yang pertama yaitu faktor dukungan orang tua yang masih sangat kurang dalam pendidikan anak-anaknya. Terbukti di Desa Labengki belum ada anak sekolah yang tamat dari SD Negeri Labengki yang lanjut pada perguruan tinggi.” Pengaruh orangtua memiliki peran penting dalam pembentukan kontrol diri pada anak. Kontrol diri merupakan salah satu komponen krusial dari perkembangan, pada masa usia sebelum masuk sekolah dan usia masuk sekolah dasar. Pada masa ini, anak akan belajar dari orangtuanya bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan apa yang baik untuk dilakukan dan perilaku apa yang harus dihindari. minim kontrol dan pengawasan, serta orangtua yang menerapkan pola disiplin secara tidak efektif akan tumbuh menjadi individu dengan kontrol diri lemah. 2) Factor Kurangnya Dukungan Lingkungan Social Peserta Didik dalam Mendukung Pelaksanaan Pendidikan Utamanya dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan memengaruhi aktivitas pendidikanya. Lingkungan peserta didik kurang teratur, banyak anak putus sekolah, anak yang malas bersekolah dan lingkungan yang banyak menawarkan pekerjaan yang menghasilkan uang bagi anak-anak hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas pendidikan peserta didik, paling tidak peserta didik akan kesulitan ketika memerlukan teman yang dapat dicontohi untuk peningkatan pelaksanaan tata tertib yang ada disekolah. Dengan demikian, merupakan suatu hal yang berkorelasi antara lingkungan yang kurang mendukung pelaksanaan tata tertib sekolah dengan pelanggaran tata tertib sekolah oleh peserta didik. Berdasarkan sala satu hasil kutipan wawancara dengan sala satu warga Desa Labengki dan juga orang tua peserta didik yaitu “K” (Jum’at, 29 April 2016), menyatakan tentang sala satu faktor penghambat pelaksanaan pendidikan dan tata tertib sekolah. Berikut pernyataanya: “Menurut saya, yang menjadi kendala di Desa Labengki ini dalam bersekolah anak-anaknya adalah banyak peserta didik yang tidak besekolah, sehingga mereka-mereka akan memanggil dan mempengruhi teman-temanya yang mau kesekolah untuk ikut bersama mereka bermain dan peserta didik di SD Negeri Labengki terlalu cepat diperkenalkan mencari uang sendiri. Sehingga peserta didik laki-laki yang sudah agak besar atau naik kekelas tinggi sudah malas sekolah kerena mereka setiap jam-jam sekolah mereka pergi mencari uang seperti memancing ikan, mencari gurita dan ikut membantu pengusaha ikan menjaga gudang penampungan ikan. Jangan heran peserta didik yang sudah besar-besar sudah bias bekerja banyak tidak sekolah.” Dapat ditarik kesimpulan bahwa masih adanya factor penghambat dalam implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. Antara lain yaitu factor kurangnya dukungan orang tua peserta didik, factor kurangnya dukungan lingkungan social peserta didik dan factor alam. Hal tersebut ditunjang oleh hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, dan studi dokumentasi yang diperoleh selama melaksanakan penelitian di SD Negeri Labengki. 3. Langkah Efektif Guru dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah. Langkah efektif guru dalam implementasi tata tertib di SD Negeri Labengki adalah sala satu cara, dimana guru menggunakan berbagai metode agar implementasi tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik dan meminimalkan jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Untuk mendapatkan imformasi tentang hal tersebut, peneliti mencoba melakukan observasi langsung dan melakukan wawancara terhadap responden yang dianggab mengetahui permasalahan tentang langkah efektif guru dalam implementasi tata tertib sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik di SDN Labengki dan mengetahui hal-hal sebagai berikut: 12
1) Sosialisasi Berkelanjutan dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah Konsistensi dalam mensosialisasikan dan menegakan tata tertib sekolah sangat penting dilakukan para guru di SD Negeri Labengki agar peserta didik dapat mengendalikan sikap dan moralnya bila perilakunya tidak sesuai dengan tata tertib yang ada. Penerapan tata tertib sekolah di Sekolah Dasar Negeri Labengki sudah konsisten dan tetap dilihat dari penerapan setiap butir-butir tata tertib sekolah berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari guru-guru di SD tersebut. Wawancara yang kami lakukan oleh kepala sekolah “ S” (Sabtu, 12 Maret 2016), menanyakan tentang langkah efektif guru dalam implementasi tata tertib sekolah. Berikut pernyataanya: “Kalau langkah efektif sekolah adalah, saya memerintahkan seluruh guru untuk selalu mensosialisasikan pelaksanaan tata tertib sekolah kepada siswa. Agar siswa tidak terlalu banyak yang melanggar dan konsisten untuk selalu meneggakan tata tertib sekolah.” Tata tertib mempunyai tujuan untuk mendidik dan membantu mengekang perilaku peserta didik. Agar tujuan tersebut tercapai, peraturan harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh semua peserta didik. Kelas rendah lebih membutuhkan penjelasan, penalaran, dan diskusi agar anak paham maksud adanya tata tertib sekolah. Kelas tinggi sudah paham sejak awal sehingga guru tidak harus menjelaskan kembali tetapi cukup mengingatkan peserta didik terkait tata tertib sekolah. Selain itu, ditunjang dengan hasil penelitian bahwa peserta didik kelas rendah masih polos dan rasa ingin tahunya lebih tinggi sehingga mereka akan mengikuti langsung apa yang dikatakan guru dan memudahkan guru memberikan pendidikan moral pada peserta didik. Tata tertib yang diberikan kepada peserta didik SD dilakukan sejak awal masuk sekolah sehingga kelas tinggi tidak perlu lagi dijelaskan tata tertib sekolah cukup diingatkan kembali tata tertib yang berlaku di sekolah. Sedangkan guru kelas rendah yang wajib memberikan pendidikan mengenai tata tertib sekolah setiap hari pada semua peserta didik. Pendidikan yang diberikan guru kepada peserta didik kelas rendah lebih banyak contoh langsung atau menampilkan contoh konkret terkait tata tertib sekolah melalui pembersihan di dalam dan di luar kelas, tata cara berdoa sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dan penaman karakter yang lain yang membutuhkan contoh konkrik. 2) Pemberian Hukuman di Sekolah Bersifat Mendidik Pemberian hukuman di sekolah harus disesuaikan dengan pelanggarannya, konsisten, mengarah pada pembentukan hati nurani, dan tidak mengandung penghinaan dan permusuhan yang akan dialami peserta didik di sekolah. Pemberian hukuman harus diperhatikan agar memiliki tujuan baik untuk membuat peserta didik jera atau takut mengulangi kesalahannya. Hukuman baik adalah hukuman yang dapat membina karakter siswa, membentuk moral, menanamkan nilai nilai karakter yang diharapkan, sekaligus membuat peserta didik jera mengulangi perbuatannya. Macam-macam sanksi yang diberikan guru pada peserta didik, yaitu siswa yang terlambat datang ke sekolah sanksinya baris dihadapan kelas dan diberikan pemahaman tentang pelanggaran yang dilakukan, ketika tidak mengerjakan tugas sanksinya mengerjakan sampai selesai baru diperbolehkan pulang. Sikap guru tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang ditetapkan sudah tegas dan apabila tata tertib dilanggar siswa akan memperoleh konsekuensinya secara langsung berupa sanksi dari gurunya. Pernyataan tersebut diatas juga disampaikan oleh sala satu guru kelas VI “A” (Sabtu, 21 Maret 2016),yang telah kami wawancarai berikut pernyataanya: “Implementasi tata tertib Di SD Negeri Labengki kami terapkan selama ini dengan mempertimbangkan terhadap berbagai dampak utamanya sanksi-sanksi yang diberikan tidak terlalu berat yang kami hindari adalah sanksi keras seperti pemukulan karna sanksi tersebut bisa berdampak terhadap kehadiran peserta didik dan yang kami takutkan adalah jangan sampai orang tua peserta didik keberatan atau mendatangi kami dan melaporkan kepada yang 13
berwajib, contoh kecil dalam rangka pemberian tugas di rumah atau pekerjaan rumah (PR) oleh guru, karna peserta didik tidak sempat mengerjakan maka mereka memilih untuk tidak hadir di sekolah ini yang guru-guru hindari dan sala satu penyebanya adalah kurangnya dukungan atau kurangnya pemahaman dari lingkungan keluarga untuk mengontrol anaknya dalam hal pelaksanaan pendidikan.” Pemahaman orang tua peserta didik di SD Negeri Labengki, tidak semuanya belum mengerti tentang pendidikan terbukti dari Hasil wawancara yang kami lakukan kepada ketua komite sekolah “Sd” (Minggu, 20 Maret 2016), tentang langkah efektif yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan tata tertib sekolah. Berikut pendapatnya: “Atas nama masyarakat, kami sangat mendukung seluruh kegiatan sekolah selama ini dan berterimakasih atas segala yang telah dilakukan untuk anak-ananknya. Kalau boleh kami berikan masukan kepada sekolah bahwa guru-guru tidak usah ragu-ragu dan takut untuk menghukum siswa yang melanggar aturan sekolah karna anak-anak disini berbeda dengan anak yang ada di darat yang diajar oleh orang tua dan kami siap untuk membantu sekolah ketika kami dibutuhkan.” Peneliti menyimpulkan bahwa dalam penerapan hukuman di Sekolah Dasar Negeri Labengki bersifat demokratis, dengan mempertimbangkan bahwa pemberian hukuman dapat berdampak fisitif terhadap pelaksanaan pendidikan peserta didik. 3) Keteladanan Guru dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah Keteladanan dan pembiasaan merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter yang diinginkan sekolah dan harus menjadi pijakan menuju pengelolaan tata tertib sekolah dengan baik. Keteladanan dan pembiasaan harus tercermin dalam program-program yang dicanangkan sekolah dan akan terlihat perwujudannya dalam sikap dan kepedulian berprilaku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Jika ada sinergi antara sekolah dan rumah dalam membangun kebiasaan dalam melaksanakan tata tertib, maka anak-anak akan mampu menjadi agen perubahan yang berkualitas di masa datang. Pernyataan yang disampaikan oleh guru “ I” (Jum’at, 18 Maret 2016), tentang langkah efektif guru dalam implementasi tata tertib sekolah. Berikut pernyataanya: “Menurut saya, contoh keteladanan yang guru perlihatkan kepada siswa lebih efektif karna peserta didik akan lebih memahami contoh jenis-jenis tata tertib yang dimaksudkan sekolah. Dengan pemahaman peserta didik dapat mengurangi tingkat pelanggaran yang dilakukan dan kita seharusnya jangan bosan-bosan berkomunikasi dan berdiskusi dengan orang tua peserta didik mencari solusi bagaimana seharusnya dilakukan oleh orang tua dan sekolah dalam pelaksanaan pendidikan di SDN Labengi secara umum.” Dari kesimpulan tersebut, pembentukan karakter melalui keteladanan dan pembiasaan sebagai pondasi mencapai pengelolaan tata tertib yang berkualitas dan semakin efektif. Anakanak bangsa akan semakin optimis untuk menyelamatkan lingkungan hidup dengan kesiapan mental yang jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya. 4) Hubungan Kerjasama Antara Sekolah dan Orang Tua Peserta Didik. Dalam mengembangkan pendidikan, khususnya pendidikan karakter di SD Negeri Labengki melalui tata tertib sekolah, keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga atau masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua peserta didik dan masyarakat secara luas mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini menjadi dasar pemikiran dari program pendidikan di sekolah untuk mengupayakan melakukan kerja sama dengan baik antara sekolah dengan masyarakat untuk bagaimana program-program pendidikan di SD Negeri Labengki mendapatkan dukungan dari orang tua 14
peserta didik. Hal ini diperkuat pula oleh pendapat responden peneliti yang kami wawancarai yaitu sala satu masyarakat dan juga orang tua peserta didik bapak “K” (Jum’at, 29 April 2016), berikut pernyataanya: “Menurut saya, guru-guru disekolah sudah cukupmi dia mengajar anak-anak kita, tinggal kita masyarakat mendukungnya dengan menjaga anak-anak kita agar selalu pergi kesekolah, jangan kita biarkan anak kita tidak pergi sekolah.” Pernyataan senada disampaikan oleh ketua komite SMP Satab Labengki yaitu bapak “Ns” di rumah kediamanya (Jum’at, 29 April 2016), yang mengomentasi persoalan dukungan orang tua dalam pendidikan anak-anak di Desa Labengki. Berikut pernyataanya: “Iya, kalau persoalan guru-guru saya rasa sudah tidak adaji masalah karna adaji terus guru di sekolah yang mengajar, tapi yang jadi masalah adalah orang tua tidak mau memaksakan dan memperhatikan anaknya untuk bersekolah, padahal penting sekali bersekolah, kemungkinan masyarakat karena faktor pendidikan atau ekonomi sehingga mereka tidak pahammi bagamana anaknya supaya dia mau sekolah.” Hubugan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik dalam mengembangkan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki sangat penting dilakukan. Kegiatan ini untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter berjalan dengan baik dan cepat tercapai sesuai dengan potensi peserta didik, Agar kelak menjadi filter dalam kehidupannya. keterlibatan orang tua dan masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan. tingkat partisipasi orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Peserta didik dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah dan berkat usaha orang tua mereka. Selain itu perhatian orang tua dalam memberikan bimbingan dan dukungan terhadap anak melalui nilai-nilai pendidikan karakter seperti disiplin dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah dalam mendukung proses belajarnya juga menjadi motivasi yang kuat bagi keberhasilan belajarnya. IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. Dari 18 komponen pendidikan karakter yang dikembangkan, hanya mengambil beberapa komponen pendidikan karakter yang dianggab sudah mewujudkan tujuan dari pendidikan yang diaharapkan di SD Negeri Labengki diantaranya nilai karakter religius, nilai karakter disiplin, nilai karakter perduli lingkungan, nilai karakter semangat kebangsaan, nilai karakter kejujuran dan nilai karakter tanggung jawab. 2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. A. Faktor pendukung antara lain : a. Masih tingginya perhatian dan keinginan peserta didik dalam melaksanakan kewajiban terhadap perintah guru. b. Letak rumah tempat tinggal peserta didik dengan sekolah sangat dekat. c. Konsistensi guru dalam mensosialisasikan dan menegakkan tata tertib sekolah. B. Faktor penghambat antara lain: a. Factor kurangnya dukungan orang tua atau tidak semua orang tua memahami bagaimana yang seharusnya dilakukan dalam mendukung pendidikan anak-anaknya. b. Factor kurangnya dukungan lingkungan social peserta didik dalam mendukung pelaksanaan pendidikan utamanya dalam implementasi tata tertib sekolah. 3. Langkah efektif guru dalam implementasi tata tertib sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Labengki. 15
a. Sosialisasi berkelanjutan dalam implementasi tata tertib sekolah. b. Pemberian hukuman di sekolah bersifat mendidik. c. Keteladanan Guru dalam Implementasi Tata Tertib Sekolah Saran 1. Kepala sekolah hendaknya terus berkomitmen dan lebih intensif mengadakan penegakan dan pelaksanaan tata tertib dengan baik untuk menekan tingkah pelangaran peserta didik terhadap tata tertib sekolah. 2. Guru hendaknya terus melakukan kontrol terhadap pelangaran tata tertib sekolah dan meningkatkan kebersamaan antar guru dalam mengimplementasikan tata tertib sekolah guna menciptakan lingkungan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai karakter yang diinginkan. 3. Peserta didik hendaknya dengan penuh kesadaran diri untuk mematuhi segala bentuk tata tertib sekolah. 4. Orang tua hendaknya ikut serta dalam mendukung program-program pendidikan anaknya dengan bekerja sama sekolah agar implementasi tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Rahmat. 2000. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2004. Metode dan Tehnik Menyusun Tesis. Alfabet CV. Bandung. Sutopo. 1996. Kritik Seni Holistik Sebagai Model Pendekatan Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Yin. 1987. Case Study Research: Design and Methods. Beverly Hills, CA: Sage Publication.
16