KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
KEBUTUHAN AIR DI KAWASAN HUTAN BUNDER, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A Study of Water Needs in Bunder Forest Area, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Province Oleh/By KHAIRUN NISA1 ABSTRACT This research was carried out in Bunder Forest area, square 19th and 22 nd. The objectives of this research was to examine water needs for tourist, ‘kayu putih’ oil factory, nursery, breeding deer area, and domestic used. The data used was primary data, such as : the water that use by resident, tourist, ‘kayu putih’ oil factory, nursery, and breeding deer area. Water needs data were collected by field observation and interview with respondent, where the head of family (HF) was selected as the respondent. The amount of the sample was 20% from the total number of the head of family (HF). The research result shows that the primary water source for domestic use is groundwater. The average of domestic water that used by resident is 71 liter/person/day. Water amount used by the residents of Gading Village is 160,336 m3/capita/year. The water amount used by tourist (for toilet and restaurant) is 92 m3/year and 107 m3/year, nursery is 10,512 m3/year, breeding deer area is 323 m3/year and ‘kayu putih’ oil factory is 2,920 m3/year respectively. Keywords : Bunder Forest, Water Needs I. PENDAHULUAN Ketersediaan air semakin hari semakin menimbulkan masalah. Kebutuhan akan air semakin meningkat, sedang ketersediaan air terbatas, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan akan air. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Pemanfaatan atau penggunaan air mestinya harus diatur mengingat bahwa air terbatas jumlahnya sedangkan penggunaannya beraneka. Selama masukan (input) masih lebih besar dari output tidak akan terjadi masalah. Namun apabila keluaran lebih besar daripada masukan maka akan timbul masalah yang berkaitan dengan persediaan air, sehingga sudah selayaknya bahwa penggunaan air harus diurutkan dengan prioritas pemanfaatannya. Kebutuhan air rata-rata secara wajar setiap orang adalah sebanyak 60 liter air bersih per hari untuk segala keperluannya. Pada tahun 2000 dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,121 milyar memerlukan air bersih sebanyak 367 km3, pada tahun 2025 memerlukan 492 km3 dan pada tahun 2100 memerlukan 611 km3 air bersih tiap hari (Suripin, 2002).
1)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru Alamat Korespondensi E-mail :
[email protected]
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
106
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Air bersih atau air minum juga diperlukan untuk menunjang kegiatan pariwisata, Douglass (1975 : 196) menyatakan pengguna air di areal rekreasi menggunakan air untuk minum, memasak,mencuci dan sanitasi. Sependapat dengan hal tersebut, Wijono (1997 : 12) menambahkan selain untuk minum, mandi, cuci, air juga digunakan untuk rekreasi (berenang), pemeliharaan taman baik taman hotel, kota ataupun taman kawasan wisata/resort wisata). Menurut perusahaan daerah air minum (PDAM) Denpasar kebutuhan air rata-rata per kamar hotel di Bali adalah 1,5 m3 per kamar per hari. Sunarta (1994 : 23) menyatakan bahwa total kebutuhan air untuk perhotelan di seluruh Bali sebesar 27154 m3 per hari. Kebutuhan air terbesar untuk perhotelan terdapat di Kabupaten Badung yaitu sebesar 21773 m3 per hari (80,2%), sedangkan Kecamatan Kuta membutuhkan 11958 m3 per hari, (44%) dari kebutuhan total Bali dan 55 % dari kebutuhan Kabupaten Badung. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar hutan Bunder menggunakan air yang berasal dari Sungai Oyo, sumur-sumur penduduk dan mataair Sendang Mole untuk keperluan hidup sehari-hari. Pada musim kemarau mataair Sendang Mole merupakan satu-satunya sumber air yang digunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari karena pada musim tersebut debit Sungai Oyo menurun dan sebagian besar sumur penduduk tidak terisi air atau kering. Meningkatnya kepariwisataan di Kawasan Hutan Bunder akan mengakibatkan kebutuhan sumber daya khususnya sumber daya air menjadi meningkat pula. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui berapakah kebutuhan air saat ini untuk kawasan hutan Bunder sehingga dapat diperkirakan jumlah air yang harus tersedia untuk mendukung pengembangan kawasan tersebut. II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang tinggal di sekitar Hutan Bunder, wisatawan, warung makan dan minum, pabrik minyak kayu putih, persemaian, dan penangkaran satwa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi pihak/instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah ketersediaan air di daerah penelitian. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2004 – Januari 2005 pada petak 19 dan 22 di kawasan Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah Purposive Sampling Area. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada petak 19 dan 22 karena kedua petak tersebut merupakan zone yang diintensifkan untuk kegiatan wisata di hutan Bunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran kebutuhan air (domestik penduduk, wisatawan, persemaian, penangkaran rusa, dan pabrik minyak kayu putih), serta wawancara (interview) dengan masyarakat. 1) Kebutuhan air penduduk Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sampel penelitian masyarakat desa Gading yang berlokasi di dusun Gading IV dan V. Pemilihan masyarakat desa yang menjadi sampel penelitian telah ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan metode purposive sampling (secara sengaja) dengan pertimbangan karena kedua dusun tersebut lokasinya paling dekat dengan areal yang dikembangkan untuk kegiatan wisata dan mata air Sendang Mole. Dari ke dua dusun tersebut diambil sampel 20% dari jumlah KK pada masing-masing dusun secara acak.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
107
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Perhitungan kebutuhan air domestik penduduk dilakukan sebagai berikut : (a) kebutuhan total untuk air penduduk per hari = kebutuhan air/kapita/hari x jumlah penduduk (b) kebutuhan air / kapita / hari = kebutuhan air per keluarga / jumlah jiwa per keluarga (c) kebutuhan air untuk masa akan datang diperkirakan berdasarkan pada tingkat pertumbuhan penduduk : Pn = Po (1 + r)n Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = jumlah penduduk pada tahun awal r = persentase pertambahan penduduk n = jangka waktu dalam n tahun Persentase pertambahan penduduk rata-rata per tahun (r) didapatkan berdasarkan data pertumbuhan penduduk Desa Gading dari tahun 1999 – 2003. Kebutuhan air rata-rata penduduk yang digunakan adalah berdasarkan kuisioner kebutuhan air di daerah penelitian. Dengan diketahui jumlah penduduk di masa yang akan datang (berdasarkan proyeksi) maka kebutuhan air penduduk di masa yang akan datang juga dapat diperkirakan. 2) Kebutuhan air wisatawan (toilet) Cara memperoleh data kebutuhan air untuk toilet adalah dengan melakukan perhitungan dan pengamatan banyaknya air di dalam bak kamar mandi yang digunakan wisatawan perhari. 3) Kebutuhan air warung makan dan minum Cara memperoleh data kebutuhan air untuk warung makan dan minum adalah dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan pemilik warung berapa banyak air yang digunakan dalam satu hari untuk memasak, minum dan untuk cuci piring. Ukuran sampel warung yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya jumlah warung yang di jumpai di lokasi penelitian. 4) Kebutuhan air persemaian Data kebutuhan air di persemaian diperoleh dengan cara pengamatan dan pengukuran banyaknya air yang disiramkan ke persemaian melalui springler setiap hari. 5) Kebutuhan air penangkaran rusa Untuk mengetahui kebutuhan air penangkaran diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan jumlah air yang diisi di dalam bak-bak yang terdapat di dalam kandang rusa. Air yang terdapat didalam bak tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan minum dan berendam rusa. 6) Kebutuhan air industri minyak kayu putih Kebutuhan air untuk industri minyak kayu putih diperoleh dengan cara pengamatan langsung jumlah air yang diperlukan dalam proses produksi di pabrik minyak kayu putih dalam satu hari. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Kebutuhan Air 1. Kebutuhan Air Domestik di Desa Gading Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan air domestik penduduk dusun Gading IV dan Gading V rata-rata per orang adalah 71 lt/hr. Di daerah penelitian dalam satu
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
108
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
keluarga rata-rata terdiri dari 5 orang anggota keluarga sehingga kebutuhan air domestik perhari secara umum adalah 5 x 71 liter = 355 liter. Tabel 1. Volume Kebutuhan Air Penduduk Daerah Pedesaan No. Uraian Kebutuhan 1. Kebutuhan domestik 2. Kebutuhan minum dan masak 3. Kebutuhan domestik Sumber : 1.Soenarso Simon (1984) 2. Utomo (1992) 3. Data primer (2004)
lt/org/hari 60 - 80 9 71
Menurut Soenarso Simon dalam Utomo (1997) pemenuhan kebutuhan air domestik di Indonesia untuk daerah pedesaan antara 60 liter sampai dengan 80 liter/org/hari, sedangkan untuk daerah perkotaan 100 liter sampai dengan 150 liter/org/hari. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Utomo (1997) di kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan kebutuhan air domestik khusus untuk air minum dan air untuk memasak rata-rata 9 liter/orang. a. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk akan sangat dipengaruhi oleh adanya kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), faktor emigrasi dan faktor imigrasi. Data pertumbuhan penduduk desa penelitian (Desa Gading) dari tahun 1995 – 2003 seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Gading Tahun 1999 – 2003 No.
Tahun
Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Rata-rata Desa Gading Keluarga Jlh anggota keluarga 1. 1999 6.110 1.352 5 2. 2000 6.095 1.423 4 3. 2001 6.125 1.425 4 4 2002 6.143 1.425 4 5. 2003 6.172 1.425 4 Rerata 6.287 1.296 5 Sumber : Biro Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan adanya perkembangan jumlah penduduk di desa tersebut membutuhkan perhatian dalam hal penyediaan air untuk kebutuhan domestik penduduk wilayah tersebut karena dengan adanya perkembangan jumlah penduduk secara otomatis terjadi peningkatan akan kebutuhan air. b. Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk sangat penting diketahui untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang akan datang. Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk terbesar yang dicapai di daerah analisis sehingga diperkirakan jumlah kebutuhan air terbesar juga akan dicapai pada tahun tersebut. Berdasarkan data pertumbuhan penduduk dari tahun 1999 – 2003 pada desa penelitian dapat ditentukan laju pertumbuhan penduduk dengan menggunakan rumus geometrik berikut :
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
109
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Pn = Po (1 + r)n
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n (dalam jiwa) Po = Jumlah penduduk pada tahun 0 (dalam jiwa) r = Tingkat pertumbuhan penduduk (dalam %) n = jumlah tahun Dengan menggunakan data pertumbuhan penduduk dari tahun 1999 – 2003 maka laju pertumbuhan penduduk desa Gading dari tahun 1999 – 2003 adalah 0,25 %. Hasil perhitungan perkiraan jumlah penduduk selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perkiraan Jumlah Penduduk Tahun 2004 – 2013. No
Tahun
Jumlah Penduduk Desa Gading
1 2004 2 2005 3 2006 4 2007 5 2008 6 2009 7 2010 8 2011 9 2012 10 2013 Sumber : BPS dan Hasil Perhitungan
6.187 6.203 6.218 6.234 6.250 6.265 6.281 6.297 6.312 6.328
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk pengalami peningkatan dan perkiraan jumlah penduduk terbesar dicapai pada tahun 2013 yatu sebesar 6.328 jiwa. Selanjutnya perhitungan perkiraan kebutuhan air dilakukan sampai pada tahun 2013 ( jumlah penduduk terbesar ) karena diperkirakan kebutuhan air terbesar diperkirakan terjadi pada tahun tersebut. c. Perkiraan Kebutuhan Air Kebutuhan air domestik di desa penelitian dapat diproyeksikan atas dasar data kebutuhan air domestik per orang dan angka pertumbuhan desa bersangkutan, sebagaimana telah ditentukan.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
110
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Tabel 4. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Jumlah Kebutuhan Air Domestik No
Tahun
Jumlah Penduduk Desa Gading (Jiwa) 1 2004 6.187 2 2005 6.203 3 2006 6.218 4 2007 6.234 5 2008 6.250 6 2009 6.265 7 2010 6.281 8 2011 6.297 9 2012 6.312 10 2013 6.328 Sumber : Hasil Perhitungan
Kebutuhan Air Domestik (lt/kapita/hari) 439.277 440.413 441.478 442.614 443.750 444.815 445.951 447.087 448.152 449.288
Kebutuhan air domestik yang diperlukan penduduk di daerah penelitian pada tahun 2004 adalah 439.277 lt/kapita/hari (160.336.105 lt/kapita/tahun atau 160.336 m3/tahun ) sedangkan ketersediaan air dari mataair (5 liter/detik) dan airtanah (5 lt/detik) adalah 10 liter/detik (864.000 liter/hari atau 315.360.000 liter/tahun atau 315.360 m3). Kebutuhan air penduduk 10 tahun yang akan datang (tahun 2013) diprediksikan sebesar 449.288 lt/kapita/hari (163.990.120 lt/kapita/tahun atau 163.990 m3/tahun). Berdasarkan data tersebut sesungguhnya ketersediaan air dari mataair dan airtanah di desa Gading mampu untuk memenuhi kebutuhan air domestik di daerah penelitian sampai 10 tahun yang akan datang. Kenyataan yang terjadi di sekitar lokasi penelitian saat ini ketersediaan air yang ada tidak hanya untuk kebutuhan domestik saja namun untuk kebutuhan lain seperti persemaian, penangkaran satwa, dan pabrik minyak kayu putih. d. Pola Pemanfaatan Air Domestik Rumah Tangga Daerah Penelitian Dalam usaha memperoleh air untuk keperluan domestik (rumah tangga) penduduk dusun Gading IV dan V membuat sumur gali. Kedalaman sumur yang dibuat tergantung pada lokasi dan karakteristik hidromorfologi daerahnya. Teknik pembuatan sumur tidak berbeda yaitu dengan menggali tanah menggunakan alat-alat yang sederhana. Cara pengambilan air sumur pada umumnya menggunakan timba dengan tali karet bekas ban, akan tetapi ada juga diantara penduduk yang mengambil air dari sumur dengan menggunakan pompa air, baik pompa air yang menggunakan tangan ataupun listrik. Sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari air sumur tersebut terlebih dahulu ditampung di dalam bak atau gentong. Penduduk yang tidak mempunyai sumur biasanya mengambil air dari sumur tetangga terdekatnya kemudian mengangkut air sampai kerumah dan menampungnya kedalam bak air atau gentong. Penggunaan sumur sebagai sumber air domestik ini dilakukan hampir seluruh masyarakat desa Gading. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan kepada penduduk, dimana 69,4 % dari seluruh responden memanfaatkan sumur sebagai sumber air.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
111
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Tabel 5. Sumber-sumber Air yang Di Manfaatkan Oleh Penduduk No 1 2 3
Sumber air Mata Air Sumur Sungai
Jumlah Sumber : Data Primer (2004)
Jumlah KK 15 34 49
Prosentase 30,6 69,4 100
Tidak semua penduduk memanfaatkan mataair. Hal ini disebabkan karena lokasinya yang tidak memungkinkan. Jarak mataair sampai ke pemukiman penduduk bervariasi, sehingga berbagai cara dilakukan penduduk untuk mendapatkan air dengan lebih mudah. Cara pengambilan air dari mataair untuk keperluan penduduk bermacammacam, tetapi untuk keperluan memasak dan minum, air terlebih dahulu ditampung ketempat penampungan air dirumah. Sebagian penduduk mengambil air dengan mengalirkan air dari sumber mataair dengan menggunakan pipa plastik atau paralon ke bak pembagi atau bak penampung umum untuk digunakan secara bersama-sama ditempat tersebut. Berdasarkan pengamatan dilapangan cara ini hanya dilakukan oleh penduduk desa Gading V yang lokasinya berdekatan dengan mataair tersebut. 2. Kebutuhan Air Wisatawan (Toilet) Di Rest area hutan Bunder terdapat empat buah kamar mandi yang digunakan untuk keperluan wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut. Air yang digunakan untuk keperluan kamar mandi tersebut berasal dari airtanah (sumur). Ukuran bak air yang terdapat pada kamar mandi tersebut adalah panjang 0,59 m, lebar 0,59 m dan tinggi 0,6 m. Penggunaan air untuk wisatawan (toilet) dihitung berdasarkan jumlah air yang terpakai setiap hari per kamar mandi dikalikan banyak kamar mandi yang tersedia. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara dengan Bapak Asrofi (petugas lapangan) kebutuhan air untuk tiap kamar mandi perhari adalah 104 liter. Berdasarkan jumlah kamar mandi sebanyak 4 buah dan kebutuhan airtanah per kamar mandi pertahun 37.960 liter maka jumlah kebutuhan airtanah untuk toilet pertahun adalah 151.840 liter atau 152 m3. 3. Kebutuhan Air Warung Makan dan Minum Jumlah warung makan-minum yang terdapat di hutan Bunder hanya 6 buah, hal ini disebabkan oleh karena hutan Bunder belum berkembang sebagai daerah tujuan wisata sehingga pengunjung yang datang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan obyek wisata lain di Gunungkidul. Rata-rata kebutuhan air untuk warung makan minum perhari adalah 49 liter, berarti total air yang diperlukan untuk 6 buah warung makan dan minum per hari adalah 294 liter dan kebutuhan pertahun 107.310 liter atau 107 m3.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
112
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
Tabel 6. Kebutuhan Air Untuk Warung Makan dan Minum
No
Nama Pemilik Warung
Masak (lt)
Minum (lt)
21 5 10 10 10 3
20 10 10 25 15 10
1. 2. 3. 4. 5. 6
Tumiyem Sukinem Jumiyani Kasmi Ninik Dwi Cahyani Sumarti Total Sumber : Data Primer 2004
Kebutuhan Air Cuci peralatan (lt) 30 10 30 25 30 20
Jumlah (lt) 71 25 50 60 55 33 294 / 6 = 49
4. Kebutuhan air persemaian Unit persemaian tanaman hutan milik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi DIY terletak di petak 19 RPH Bunder, BDH Playen Kabupaten Gunungkidul. Luas persemaian ± 2 Ha dengan areal cadangan seluas 3 Ha, sehingga nantinya bisa berkembang menjadi 5 Ha. Lokasi persemaian berbatasan dengan Sungai Oyo dengan ketinggian tempat 158 dpl dan curah hujan rata-rata 2.206 mm/th. Dalam rangka pengembangan hutan Bunder sebagai hutan wisata, maka lokasi persemaian dapat dijadikan salah satu obyek daya tarik wisata, yaitu wisata minat khusus alam agro kegiatan pertanian/kehutanan (agrowisata). Fasilitas yang sudah dibangun adalah ruang informasi/perkantoran yang juga berfungsi selain menunjang kegiatan persemaian itu sendiri juga dapat berfungsi untuk kegiatan diskusi ilmiah bagi wisatawan. Sumber air untuk keperluan persemaian berasal dari sungai Oyo dan mataair Sendang Mole. Sumber air Sendang Mole sebelum digunakan ditampung terlebih dahulu di bak penampung yang berukuran panjang 6,11 m, lebar 6,09 m, dan tinggi 1,8 m kemudian setelah ditampung dialirkan ke bak utama. Biasanya penggunaan air yang berasal dari mataair hanya dilakukan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau para pekerja persemaian menggunakan air yang berasal dari Sungai Oyo. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan dan wawancara dengan Bapak Aksana Jati, setiap hari dilakukan penyiraman dengan menggunakan springkel. Penyiraman dilakukan sehari penuh dari jam 08.00 - 04.00, dimana penyiraman tersebut selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman juga untuk mengatur kelembaban udara dipersemaian. Untuk mengetahui besarnya air yang digunakan oleh persemaian dihitung dengan menggunakan rumus Qin – Qout = A. ∆T/t, dimana : A adalah luas bak penampung air persemaian ( p = 10,52 m dan lebar 5,78 m), ∆T adalah penurunan air didalam bak (setelah air digunakan selama 1 jam untuk keperluan penyiraman, yaitu 0,06 m) dan t adalah waktu (1 jam = 3600 detik), sehingga berdasarkan rumus tersebut maka debit air yang keluar dari bak (output) sebesar 0,001 m3 atau 1 liter/detik. Jika penyiraman dilakukan selama 8 jam (jam 08.00 - 16.00) maka jumlah air yang diperlukan per hari adalah sebesar 28.800 liter/detik atau 28,8 m3 dan jumlah air yang diperlukan untuk kegiatan persemaian pertahun adalah sebesar 10.512.000 atau 10.512 m3 . Jenis-jenis bibit yang diproduksi yaitu : Jati, Mahoni, Nangka, Sukun, Srikaya dan lain-lain. Namun untuk saat ini lebih dititikberatkan pada bibit Jati dan Kayu Putih. Adapun kemampuan produksi optimal adalah 3 juta bibit/tahun. Bibit Kayu Putih hanya dipakai untuk kepentingan sendiri yaitu untuk pemeliharaan tanaman kayu putih dalam
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
113
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
rangka mendukung kelancaran operasional pabrik minyak kayu putih milik Dinas Kehutanan. 5. Kebutuhan air penangkaran rusa Areal penangkaran satwa berada di petak 22 a seluas kurang lebih 6,2 hektar yang berbatasan dengan lokasi persemaian. Keadaan lapangan berbukit, ketinggian tempat sekitar 140 m dpl. Kelerengan 0 – 15 % (Anonim, 2002). Penangkaran Rusa yang berlokasi di Stasiun Flora dan Fauna Bunder telah dirintis oleh unit KSDA DIY sejak tahun 1999, dimulai dengan pembuatan kandang rusa berukuran 20 x 45 meter yang terbuat dari kawat dan besi, dan pada tahun 2000 dilanjutkan dengan penempatan 10 ekor rusa yang terdiri dari 6 ekor jantan dan 4 ekor betina yang merupakan sumbangan dari Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Rusa yang ditangkarkan dalam penangkaran adalah Rusa Timor (Cervus timorensis) dengan jumlah seluruhnya 22 ekor (pada saat penelitian ini dilakukan) yang terdiri dari 9 ekor jantan dan 12 ekor betina. Fasilitas yang ada di lokasi penangkaran hingga saat ini terdiri dari kandang rusa, kandang penanganan, kandang jepit, kantor pengelola, Gazebo untuk pertemuan, kamar mandi dan toilet. Dalam rangka pengembangan hutan Bunder sebagai hutan wisata, maka penangkaran rusa dapat dijadikan salah satu obyek daya tarik wisata, yaitu wisata minat khusus alam agro kegiatan peternakan (agrowisata). Di lokasi penangkaran terdapat 6 buah bak berisi air yang berfungsi untuk tempat minum dan tempat berendam rusa. Kandang yang telah tersedia untuk pemeliharaan rusa berukuran 40 meter x 45 meter terbagi dalam 3 petak, sehingga dalam setiap petak masing-masing terdapat 2 (dua) buah bak berisi air dimana 1 (satu) bak air untuk minum dan 1 (satu) bak air untuk berendam. Ukuran bak air dan bak minum tidak seragam dimana terdapat 4 (empat) buah bak berukuran persegi panjang dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi 0,45 meter ( 2 m x 1m x 0,45 m = 0,9 m3 = 900 liter x 4 = 3600 liter), satu buah bak berbentuk prisma dengan luas 3,41 m2 dan tinggi 0,38 m ( 3,41 m2 x 0,38 m = 1,30 m3 = 1300 liter), serta satu buah bak air berbentuk tidak beraturan (diasumsikan jumlah air yang ada di dalam bak sama dengan jumlah air yang ada dalam bak berbentuk prisma). Pergantian air yang ada di dalam bak biasanya dilakukan satu minggu sekali. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka jumlah air yang dibutuhkan oleh penangkaran rusa perhari adalah sebesar 886 liter atau 0,886 m3 ( 3600 liter + 2600 liter : 7 hari) dan jumlah air yang diperlukan selama satu tahun adalah 323.390 liter atau 323 m3 . 6. Kebutuhan air pabrik minyak kayu putih Industri yang terdapat di kawasan hutan Bunder adalah industri pengolahan minyak kayu putih yang terletak pada petak 22 e bagian selatan, dimana industri tersebut dikelola oleh Departemen Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik minyak kayu putih berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek daya tarik wisata minat khusus alam agro pertanian/kehutanan dan industri. Banyak hal menarik yang bisa dipelajari wisatawan di pabrik minyak kayu putih ini, diantaranya : pengetahuan mengenai pembudidayaan tanaman kayu putih mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai dengan pemanenan tanaman kayu putih hingga proses pembuatan minyak kayu putih. Kebutuhan air untuk industri sulit diperkirakan mengingat hal tersebut sangat tergantung pada jenis industri, prosesnya ataupun teknologi yang digunakan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan di lapangan, produksi minyak kayu putih per hari adalah 100 liter dengan jumlah daun kayu putih yang diolah sebesar 10 ton daun/hari. Jumlah air yang diperlukan untuk proses pembuatan minyak kayu putih adalah sebesar ± 2000 liter atau 2 m3 (jumlah tersebut diperoleh sesuai
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
114
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
dengan kapasitas boiler), lama proses produksi adalah 6 jam dan dalam satu hari proses produksi minyak kayu putih dilakukan 4 kali. Dengan demikian jumlah air yang digunakan dalam satu hari adalah ± 8000 liter atau 8 m3 sehingga jumlah air yang digunakan untuk keperluan pabrik minyak kayu putih selama setahun adalah sebesar 2.920.000 liter atau 2.920 m3. Air yang digunakan dalam proses produksi minyak kayu putih berasal dari mataair Sendangmole. Pada musim kemarau jika air yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, maka air yang digunakan untuk proses produksi adalah air yang berasal dari kolam penampungan (sebelumnya dimaksudkan untuk kolam renang yang airnya berasal dari melimpahnya debit Sendang Mole dimusim hujan, akan tetapi karena adanya beberapa kecelakaan, kolam renang tersebut tidak dimanfaatkan lagi). Proses kegiatan Penyulingan minyak kayu putih secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut : − Mengisi bak air (berada di luar) dari sumber air sampai penuh; − Air dari bak dimasukkan ke dalam water softner dan setelah dilunakkan kemudian dimasukkan ke dalam boiler; − Dari feed tank, air dimasukkan ke dalam boiler; − Bersamaan dengan pengisian air ke dalam boiler, daun kayu putih dimasukkan ke dalam bak daun; − Sebelum daun dimasukkan ke dalam bak daun, keranjang daun dimasukkan terlebih dahulu dengan menggunakan alat hoist crane, kemudian daun dimasukkan dan seterusnya sampai 3 lapis setiap bak daun; − Setelah air dalam boiler cukup, kemudian menyalakan briket yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam ruang bakar; − Uap dialirkan ke dalam bak daun agar udara yang masih ada dalam bak daun terbuang, kemudian bak daun ditutup rapat; − Apabila pada ketinggian maksimal air di dalam boiler turun, maka air secara otomatis mengisi lewat pompa; − Uap yang mengalir masuk ke bak daun berupa uap yang panas dan mempunyai tekanan yang kuat untuk mengeluarkan minyak kayu putih yang berupa uap. Uap yang keluar dari bak daun mengandung air dan minyak kayu putih; − Uap tersebut kemudian didinginkan lewat condensor, dengan pendinginan air dingin hasil dari cooling tower yang dialirkan memakai pompa; − Setelah uap yang berisi air dan uap minyak kayu putih didinginkan, maka akan menjadi air dan minyak kayu putih yang masih bercampur kemudian dialirkan ke dalam separator. Minyak kayu putih berada di atas, karena BJ minyak kayu putih lebih kecil dari pada air; − Air dalam separator dibuang keluar lewat saluran sendiri. Minyak kayu putih tertinggal di dalam separator kemudian masuk ke dalam tangki minyak kayu putih. Kemampuan suatu daerah dalam menyediakan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama air yang bersumber dari airtanah ditentukan oleh perbandingan antara jumlah air yang tersedia dengan besarnya kebutuhan. Berdasarkan kedua hal tersebut maka dapat diketahui keseimbangan air di daerah penelitian. Secara keseluruhan daerah penelitian mampu menyediakan airtanah sebagai sumber air minum sebesar 315.360 m3/tahun. Pemakaian air didaerah penelitian untuk berbagai keperluan ( penduduk, wisatawan, warung makan dan minum, persemaian, penangkaran satwa dan pabrik minyak kayu putih) adalah sebesar 174.290 m3/tahun.
V. KESIMPULAN 1. Rata-rata penggunaan air domestik penduduk Dusun Gading IV dan V adalah 71 lt/org/hr. Penggunaan tersebut antara lain untuk memasak (7 lt/hari), mandi (40 lt/hr), mencuci (19 lt/hr) dan lain-lain (5 lt/hr). Jumlah air yang diperlukan oleh
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
115
KAJIAN KEBUTUHAN …… (21) : 106 - 116
penduduk Desa Gading selama setahun adalah 160.336.105 lt/kapita/tahun atau 160.336 m3/kapita/tahun. 2. Penggunaan air untuk keperluan wisata (toilet dan warung makan dan minum) adalah 92 m3/tahun dan 107 m3/tahun, sedangkan untuk keperluan lain seperti persemaian 10.512 m3/tahun, stasiun perlindungan satwa (penangkaran) 323 m3/tahun dan pabrik minyak kayu putih adalah sebesar 2.920 m3/tahun.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Laporan Antara. Rencana Teknis Ruang Kawasan Wisata Pantai Baron, Kukup, Sepanjang Drini, Krakal, dan Sundak serta Hutan Bunder Wanagama. Kerjasama Pusat Studi Pariwisata UGM dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul. Douglass, R.W., 1975. Forest Recreation. Pergamon Press Inc. Sunarta, I.N., 1994. Pengaruh Penurapan Mata Air dan Limbah Hotel Terhadap Pemanfaatan Air untuk Keperluan Domestik di Desa Kadewatan Ubud. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Andi. Yogyakarta. Utomo, W., 1997. Evaluasi Sumberdaya Air Untuk Kebutuhan Air Domestik di Lahan Berawa Kecamatan Tabunganen Barito Kuala Kalimantan Selatan. Wijono, D., 1997. Dampak Pariwisata Terhadap Sektor Perindustrian. Kumpulan Makalah Kursus AMDAL Pariwisata, 4- 21 Agustus.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007
116