KERAGAMAN SPESIES AVIFAUNA HUTAN PENELITIAN OILSONBAI (Avifauna Species Diversity of Oilsonbai Research Forest) Oleh/By : Oki Hidayat 1 Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jl. Untung Surapati No.7B P.O.Box 69 Kupang 85115; Telp. (0380) 823357, Fax (0380) 831068; e-mail :
[email protected] 1
[email protected]
ABSTRACT Birds are a very good indicator for the health of environmental and the value of biodiversity as a whole. Population and diversity of birds can be used as a measure of the sustainability development and utilization of natural resources. A study was conducted to get information about avifauna at Oilsonbai Forest Research. The research used survey and observation. Census method by MacKinnon’s listing species. The result showed four existing habitat types, namely mixed forest, teak forest, field and river. There were 33 species avifauna from 20 families distributed among those habitats. The highest compotition was found on mixed forest, where 18 species were encounterend and the lowest compotition on teak forest and field, each only 8 species. Keywords
: Avifauna, habitat, Oilsonbai
ABSTRAK Burung merupakan indikator yang sangat baik untuk mengetahui kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Populasi dan keanekaragaman burung dapat digunakan sebagai pengukur kelestarian kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang jenis-jenis avifauna yang terdapat di Hutan Penelitian Oilsonbai. Metode yang digunakan berupa survai dan pengamatan langsung. Metode sensus dilakukan dengan membuat daftar jenis MacKinnon. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya empat tipe habitat yaitu hutan campuran, hutan jati, ladang dan sungai. Spesies avifauna yang dijumpai mencapai 33 spesies dari 20 famili. Komposisi tertinggi pada hutan campuran mencapai 18 spesies, komposisi terendah pada hutan jati dan ladang, masing-masing hanya 8 spesies. Kata kunci
I.
: Avifauna, habitat, Oilsonbai
PENDAHULUAN Indonesia telah ditetapkan sebagai negara megadiversity ke dua terbesar di dunia
(Mittermeier & Mittermeier 1997). Selanjutnya juga dikatakan pula bahwa di dunia tercatat ada 9.040 jenis avifauna (burung), 1.531 jenis diantaranya terdapat di Indonesia dengan 397 jenis
(26%) endemik. Di Nusa Tenggara terdapat sekitar 400 jenis dengan 40 jenis di antaranya merupakan jenis endemik.
Burung sudah menjadi sumber inspirasi bagi manusia selama berabad-abad, dan memiliki nilai istimewa dalam berbagai budaya masyarakat. Burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk mengetahui kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Populasi dan keanekaragaman burung dapat digunakan sebagai pengukur kelestarian kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam (Coates et al. 2000). Keberadaan burung membawa banyak manfaat bagi alam termasuk manusia di dalamnya. Burung memiliki nilai ekonomi khusus, salah satunya sebagai penyebar biji tumbuhan. Rangkong, Merpati dan Burung paruh bengkok merupakan burung penyebar biji, sehingga keberadaannya turut melanjutkan keberadaan permudaan tumbuhan hutan sebagai plasma nutfah yang sangat tinggi nilainya (Hidayat, 2011). Jenis-jenis burung penghisap madu juga tak kalah pentingnya dalam ekosistem. Keberadaannya sebagai agen penyerbukan telah menjalankan sebuah proses penting perkembangan vegetasi yaitu regenerasi. Keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan perlu mendapat perhatian khusus, karena kehidupannya dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan hayati. Faktor fisik dapat berupa suhu, ketinggian tempat, tanah, kelembaban, cahaya, dan angin. Faktor kimia antara lain berupa makanan, air, mineral dan vitamin, baik secara kuantitas maupun kualitas. Faktor hayati dimaksud di antaranya berupa tumbuhan, satwaliar, dan manusia (Peterson, 1980). Hutan Penelitian Oilsanbai merupakan hutan produksi terbatas yang ditetapkan menjadi hutan penelitian. Di lokasi tersebut terdapat stasiun penelitian dengan berbagai sarana penelitian didalamnya. Pengelolaannya berada dibawah Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Kawasan seluas 25 Ha ini berada pada ketinggian 100 mdpl. Tipe habitat berupa hutan kering campuran yang merupakan hutan sekunder. Selain berfungsi sebagai lokasi demplot penelitian, kawasan tersebut juga menjadi habitat bagi berbagai macam satwaliar khususnya avifauna (burung). Informasi mengenai keragaman jenis burung diperlukan sebagai data potensi kawasan yang akan digunakan sebagai acuan dalam pengelolaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang keragaman jenis avifauna di Hutan Penelitian Oilsonbai, Kupang.
II.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2012 di Hutan Penelitian Oilsonbai, Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Hutan Penelitian ini merupakan milik Balai Penelitian Kehutanan Kupang. B. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah binokuler, kamera nikon dslr D80, lensa sygma 150-500 mm, Global Positioning System (GPS), data sheet, dan alat tulis-menulis. C. Metode Penelitian Pengumpulan data spesies avifauna dilakukan dengan survey dan pengamatan langsung. Pengamatan lapangan dilanjutkan analisis foto untuk memastikan identifikasi jenis. Penjelajahan dilakukan tiga kali dalam waktu yang berbeda sebagai ulangan. Metode sensus burung dilakukan dengan membuat satu daftar jenis burung yang teramati disepanjang jalur pengamatan. Setiap jenis baru dicatat hingga mencapai 10 jenis, lalu dibuat daftar baru lagi. Jenis yang sama tidak boleh dicatat dua kali dalam satu daftar. (MacKinnon dkk., 1991).
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keragaman Avifauna Jumlah spesies yang dijumpai selama pengamatan mencapai 33 spesies dari 17 famili. Tingkat perjumpaan spesies sepanjang waktu pengamatan tampak dalam Gambar 1. Daftar spesies selengkapnya dalam Lampiran 1.
35
Jumlah jenis
30
29
28
33
31
25 22
20
19
15
13
10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari pengamatan Gambar (Figure) 1. Akumulasi spesies avifauna di Hutan Penelitian Oilsonbai selama pengamatan (Avifauna species accumulation in Oilsonbai Forest Research during observation)
Kecenderungan yang tampak selama pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan jumlah spesies semakan sedikit seiring dengan bertambahnya waktu pengamatan. Komposisi perjumpaan masing-masing famili tampak pada Gambar 2. Spesies-spesies yang dominan secara umum berasal dari famili Columbidae (kelompok merpati, punai, walik), Meliphagidae (kelompok pemakan madu), dan Plocidae (kelompok bondol-bondolan). Spesies masing-masing famili ini dijumpai dalam jumlah yang relatif lebih banyak dari famili lainnya.
7 6 5 4 3 2 1 0
Famili
Jumlah jenis
Gambar (Figure) 2. Komposisi famili avifauna yang dijumpai di Hutan Penelitian Oilsonbai selama pengamatan (Avifauna family composition found in Oilsonbai Research Forest during observation)
Dari ke-33 spesies yang ditemukan terdapat 3 spesies endemik timor yang merupakan burung penting di Timor. Ketiga spesies tersebut termasuk dalam famili Meliphagidae, spesies tersebut diantaranya Cikukua timor (Philemon inornatus), Myzomela timor (Myzomela vulnerata), dan Isap-madu timor (Lichmera flavicans). Jumlah jenis famili Meliphagidae ditemukan sebanyak 6 jenis. Anggota famili ini merupakan jenis burung pemakan madu/isap madu. Sebagai nektarifor, anggota famili ini banyak memanfaatkan berbagai macam pohon dalam proses pencarian makan. Umumnya jenis-jenis tersebut menyukai daerah-daerah tajuk pohon. Dimana terdapat banyak bunga (Trainor dkk, 2000). Jenis yang tidak umum dijumpai di hutan kering seperti di Oilsonbai adalah jenis Isap-madu timor. Menurut Trainor dkk (2000) jenis ini menyukai daerah-daerah yang lebih basah dan lebih umum dijumpai didaerah ketinggian daripada didaerah yang lebih rendah dan kering. Hal ini terjadi disebabkan oleh persaingan dengan meliphaga dada-lurik dimana mereka memiliki relung habitat yang sama pada suatu habitat. Jenis pemakan biji-bijian yaitu famili Columbidae dan Plocidae menampati urutan kedua jenis yang banyak terdapat di Oilsonbai. Anggota famili Columbidae biasa ditemukan beraktifitas dipermukaan tanah dan diatas tajuk. Dipermukaan tanah jenisjenis ini biasa mencari makan biji-bijian, terkadang mereka memakan batu atau pasir untuk membantu proses pencernaannya. Selain biji-bijian jenis ini senang memakan buah Ficus spp. Di Oilsobai anggota famili Plocidae yang paling melimpah adalah Burung-gereja erasia (Passer montanus). Pada saat pengamatan ditemukan pula bekas sarang jenis famili Plocidae.
B. Perbedaan tipe habitat Berdasarkan kondisi tipe habitat yang dijumpai, Hutan Penelitian Oilsonbai sebagai lokasi pengamatan dibagi menjadi empat tipe yaitu hutan campuran, hutan jati, ladang dan sungai. Masing-masing tipe hutan tersebut dideskripsikan seperti dalam Tabel 1. Komposisi spesies dan famili yang dijumpai pada masing-masing tipe habitat tampak pada Gambar 3.
Tabel (Table) 1. Deskripsi lokasi pengumpulan data avifauna di Hutan Penelitian Oilsonbai description of avifauna data collection in Oilsonbai Research Forest) Kode Lokasi (Sites code) JU
Titik pengamatan (Birdwatching Spot) Jalan Utama (Hutan campuran)
-
HJ
Hutan jati
LD
Ladang
-
SU
Sungai
-
Jumlah
-
(Site
Deskripsi (Description) Jalan aspal dengan vegetasi campuran di sisi kanan kiri Vegetasi utama : Akasia (Acacia mangium), Jati (Tectona grandis), Kesambi (Scheichera oleosa) Merupakan jalan desa dengan aktifitas kendaraan yang tidak terlalu ramai Berada di sisi barat stasiun Vegetasi utama Jati (Tectona grandis) Ladang milik penduduk yang berbatasan dengan pinggir kawasan Vegetasi campuran berupa tanaman semusim, semak dan rumput. Sungai dengan vegetasi yang rapat Vegetasi utama : Jambu-jambuan (Eugenia spp), Pandan (Pandanus spp), Ficus spp Pada akhir kemarau biasanya debit air sangat kecil hingga kering Terbentuk kolam kecil dibagian utara stasiun pada saat debit air kecil
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Spesies Famili Spesies Famili Spesies Famili Spesies Famili JU
HJ
LD
SU
Gambar (Figure) 3. Jumlah spesies dan famili avifauna yang dijumpai di Hutan Penelitian Oilsonbai berdasarkan titik pengamatan (Avifauna species and family found in Oilsonbai Research Forest based on encountered birdwatching spot)
Berdasarkan grafik pada Gambar 3 tampak bahwa lokasi hutan campuran disepanjang jalan umum memiliki komposisi spesies dan famili yang paling tinggi. Kondisi habitat yang terdiri dari berbagai macam jenis vegetasi memberikan kemungkinan ketersediaan pakan yang lebih beragam dari ketiga titik pengamatan lainnya.
Sebagian besar jenis burung endemik bergantung pada habitat hutan. Pada dataran rendah savana atau area yang hutannya dibuka ditemukan burung-burung yang oportunistik, yang sebagian besar berasal dari Australia (Rombang dkk, 2002). Pada saat pengamatan ditemukan dua jenis burung daratan migran yaitu jenis Wiwik rimba (Cacomantis variolosus) dan Kirik-kirik australia (Merops ornatus). Kedua jenis tersebut dijumpai pada tipe hutan campuran. Spesies kunci pada habitat sungai di Hutan Penelitian Oilsonbai adalah jenis Raja-udang erasia (Alcedo Atthis) dari famili Alcedenidae. Burung pemakan ikan dan serangga berukuran sedang/kecil ini berwarna cerah dengan paruh panjang, kokoh dan berbentuk seperti pisau belati (MacKinnon, 1991). Spesies ini menempati relung habitat yang berbeda dari spesies avifauna lainnya di Oilsonbai. Biasa ditemukan pada kolam kecil di utara stasiun. Di daratan Timor yang kering, beberapa spesies burung menggunakan sebagian besar atau seluruh waktunya di dalam hutan. Spesies-spesies burung ini sangat tergantung akan hutan, tidak adanya hutan dapat mempercepat proses kepunahannya. Distribusi dan persebaran spesies burung tersebut merupakan indikator yang kuat untuk melihat keberlanjutan kelestarian keanekaragaman di Timor barat yang berhutan kering dan terpecah-pecah dalam blok hutan kecil yang tidak beraturan (Trainor dkk, 2000). Hutan Penelitian Oilsonbai dengan berbagai tipe habitat di dalamnya merupakan salah satu dari blok hutan kecil yang tidak beraturan tersebut. Keberadaannya sangat penting bagi keberlangsungan proses ekologi. Jika kepunahan terjadi maka akan memberikan dampak yang besar bagi lingkungan.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Keragaman spesies avifauna yang dijumpai di Hutan Penelitian Oilsonbai menunjukkan adanya 33 spesies avifauna dari 20 famili yang tersebar pada tipe habitat hutan campuran, hutan jati, ladang dan sungai. 2. Komposisi spesies terbanyak yaitu di hutan campuran dengan 18 spesies dari 13 famili yang disebabkan beragamnya jenis pakan di daerah tersebut.
B. Saran Penelitian ini merupakan studi awal pengumpulan informasi hayati di Hutan Penelitian Oilsonbai. Selanjutnya masih diperlukan pemantauan untuk avifauna, besar kemungkinan masih terdapat beberapa spesies yang belum tercatat. Selanjutnya diperlukan pengumpulan data dan informasi mengenai jenis mamalia, reptil, amfibi dan insekta, sebagai data dasar potensi kawasan.
DAFTAR PUSTAKA Coates J. Brian, Bishop K. David dan Gardner D. 2000. Panduan Lapangan BurungBurung Di Kawasan Wallacea. Birdlife International Indonesia Programme. Bogor. Hidayat, O. 2010. Birdwatching (pengamatan burung) di Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Warta Cendana Edisi III No.1, BPK Kupang. MacKinnon, J. (1991) A field guide to the birds of Java and Bali. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press. Mittermeier, RA. & CG. Mittermeier. 1997. Megadiversity (Earth Biologicaly Weatlhiest Nations). Canada: Quebecor Printing Inc. Cimex. Peterson. 1980. Burung. Pustaka Alam”LIFE”. Tira Pustaka. Jakarta. Rombang, W.M., Trainor, C. dan Lesmana, D. 2002. Daerah Penting bagi Burung : Nusa Tenggara. PHKA/Birdlife Indonesia, Bogor. Trainor, C., Lesmana, D., dan Gatur, A. 2000. Arti Penting Hutan Di Daratan Timor Bagian Barat – Telaah Awal Informasi Keanekaragaman Hayati dan SosialEkonomi Di Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur. PKA/Birdlife International/WWF, Bogor. Laporan No. 13.
Lampiran (Appendix) 1. BurungJenis-jenis burung yang dijumpai di Hutan Penelitian Oilsonbai selama pengamatan (Bird species found in Oilsonbai Research Forest during observation) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Spesies (Species) Falco moluccensis Turnix maculosa Streptopelia chinensis Geopelia maugei Chalcophaps indica Ptilinopus regina Cacomantis variolosus Collocalia esculenta Alcedo atthis Merops ornatus Lalage sueurii Pycnonotus aurigaster Sphecotheres viridis Saxicola caprata Saxicola gutturalis Gerygone inornata Cisticola juncidis Zosterops citrinellus Rhipidura rufiventris Pachycephala orpheus Lanius Schach Philemon inornatus Philemon buceroides Meliphaga reticulata Licmera indistincta Lichmera flavicans Myzomela vulnerata Nectarinia solaris Dicaeum maugei Passer montanus Taeniopygis guttata Lonchura molucca Lonchura punctulata
Keterangan (Remarks) : ENT : Endemik Nusa Tenggara ET : Endemik Timor
Nama Indonesia (Common name) Alap-alap sapi Gemak totol Tekukur biasa Perkutut loreng Delimukan zamrud Walik ratu Wiwik rimba Walet sapi Raja-udang erasia Kirik-kirik Australia Kapasan sayap-putih Cucak kutilang Burung-ara timor Decu belang Decu timor Remetuk timor Cici padi Kacamata limau Kipasan dada-lurik Kancilan timor Bentet coklat Cikukua timor Cikukua tanduk Meliphaga dada-lurik Isap madu australia Isap madu timor Myzomela timor Burung-madu matari Cabai lombok Burung-gereja erasia Pipit zebra Bondol taruk Bondol peking
Famili (Family) Accipitridae Turnicidae Columbidae Columbidae Columbidae Columbidae Cuculidae Apopidae Alcedinidae Meropidae Campephagidae Pycnonotidae Oriolini Turdidae Turdidae Silviidae Silviidae Zosteropidae Muscicapidae Pachycephalidae Laniidae Meliphagidae Meliphagidae Meliphagidae Meliphagidae Meliphagidae Meliphagidae Nectariidae Dicaeidae Ploceidae Ploceidae Ploceidae Ploceidae
ENT
ET
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √