HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS SOSIAL DAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KOMUNITAS VIRTUAL KASKUS REGIONAL DEPOK Fransisca Nurmalita Hapsari Utami¹ Betty Yuliani Silalahi² Abstrak Dewasa ini banyak sekali perbincangan di dalam masyarakat seputar kemajuan teknologi yang semakin pesat, khususnya mrengenai internet dan jejaring sosial online yang semakin marak. Interaksi yang terjadi dalam dunia maya tersebut mampu membentuk suatu komunitas yang disebut komunitas virtual. Dari sini dapat terlihat munculnya konformitas yang terbentuk karena adanya kesamaan minat, nilai, norma yang dianut oleh anggota kelompok, dan interaksi yang terjadi secara terus-menerus. Konformitas juga dilakukan agar terhindar dari prasangka (prejudice) dan membentuk konsep diri berupa identitas sosial yang disasarkan pada afiliasi kelompok serta identitas personal yang didasarkan pada karakteristik individual yang unik. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin menguji secara empiris hubungan identitas sosial dan konformitas pada anggota komunitas kaskus Regional Depok. Manfaat dari penelitian ini adalah didapatkannya data yang dapat berguna sebagai bahan referensi atau literatur dalam ilmu psikologi terutama yang berkaitan dengan aspek identitas sosial dan konformitas. Penelitian ini dilakukan terhadap 50 orang anggota komunitas kaskus Regional Depok. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 32 orang pria dan 18 orang wanita. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner pengukuran skala identitas sosial dan konformitas serta teknik pengambilan sampel purposive sampling, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows. Dari hasil penelitian ini, diketahui untuk skala identitas sosial terdapat 19 item valid dari 32 item yang diujicobakan dengan nilai korelasi total 0.311 sampai dengan 0.637, dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.868. Sedangkan untuk skala konformitas terdapat 22 item valid dari 38 item yang diujicobakan, dengan nilai korelasi total 0.369 sampai dengan 0.770, dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.941. Dari analisis data dengan menggunakan uji korelasi bivariate, diperoleh nilai F sebesar -0.395 dengan signifikansi 0.002 ( p < 0.05 ) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara identitas sosial dan konformitas pada anggota komunitas kaskus regional Depok. Kata kunci: Identitas Sosial, Konformitas, Komunitas, Virtual, Kaskus.
Abstact The considerable technical improvement on internet and online system becomes now an interesting topic of the people. The interaction of the cybernetics world has managed to gain a virtual community. Because of the same moral opinion, quality and sense of the members and their unlimited interaction between them, a conformity has become their identity. The act of conformity is a reason for not having a prejudice to their concept of the social identity and their unique individual identity influenced and based to their conformity. The main purpose of this research is to investigate carefully the connection of the social identity and the conformity of the members of Depok Regional Kaskus Community. From this research we can gain data to be used for psychological science references and literature especially on social identity and conformity. This research was implemented to 50 people of the Depok Regional Kaskus Community participated by 32 men and 18 women. This data was formed from questionairs about social identity and conformity standard using samples of purposive sampling which a validity and reliability research before was used with alpha cronbach technic and SPSS version 17.0 for Windows program. This research reveals the social identity standard has 19 items valid from the 32 items inquirements with a total relation of 0.311 until 0.367 relation point and with a reliability coefficient of a 0.868. And for the conformity standard the research reveals 22 items valid from the 38 items requirements with a total relation of 0.369 until 0.770 relation point and with a reliability coefficient of 0.941. Using the bivariate relation investigation, the analyze data reveals an F mark of -0.395 with a 0.002 (p>0.05) significancy showing a negative impact between the social identity and the conformity of the Depok Regional Kaskus Community. Key Words : Social Identity, Conformity, Community, Virtual, Kaskus
PENDAHULUAN Dewasa ini banyak sekali perbincangan di dalam masyarakat seputar kemajuan teknologi yang semakin pesat, khususnya mrengenai internet dan jejaring sosial online yang terus menguak ke permukaan. Memang tidak akan ada habis dan bosannya jika sudah mengkaitkan internet dengan jejaring sosial online yang dapat memperluas lingkup pergaulan individu. Hal ini tercermin dari banyaknya situs jejaring sosial yang berkembang menghasilkan pertemanan dalam bentuk maya
maupun nyata. Tentunya mendapat teman nyata yang berawal dari dunia maya sangatlah menarik, selanjutnya akan membentuk suatu pekumpulan atau komunitas yang sering disebut dengan komunitas virtual (virtual community). Individu-individu yang tergabung di dalamnya tentu adalah individu sosial, yang senang berbagi dengan individu lainnya. Tidak dapat disangkal bahwa menurut hakikatnya manusia adalah pribadi, makhluk individu yang berhubungan dengan makhluk lainnya. Manusia tidak tinggal dan
hidup sendirian saja, sebaliknya selalu berada bersama dan berhubungan dengan makhluk serta orang-orang lainnya. Sarwono (2005) mengatakan bahwa manusia menurut kodratnya selalu ingin hidup berkumpul dan berkelompok, yakni manusia yang satu dengan yang lainnya senantiasa menjalin hubungan dan hidup bersamasama. Berkaitan dengan hal ini, Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani (dalam Firdy, 2003) mengatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon atau De Mens Is Een Social Wesen yang artinya manusia sebagai mahluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan manusia lainnya. Oleh karena sifatnya yang demikian itulah manusia disebut sebagai mahluk sosial. Smith ( dalam Walgito, 2007) mengemukakan definisi kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lain. Maka timbulah kelompokkelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia. Kelompok atas dasar pemilihan seseorang disebut acquired group (dalam Walgito, 2007). Tiap pribadi harus rela mengorbankan hak pribadi demi kepentingan bersama sehingga mampu mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan. Menurut Martin dan Hewstone (dalam Taylor, 2006), orang lebih suka menyesuaikan diri dengan perilaku kelompok bila mereka menganggap anggota kelompok itu benar dan apabila mereka ingin disukai oleh anggota
kelompok. Secara psikologis, kesetiaan dan kepatuhan pada kelompok, perasaan senasib dan sepenanggungan disebut konformitas. Konformitas ini mucul karena adanya kesamaan minat, nilai dan norma yang dianut oleh anggota kelompok, serta adanya interaksi yang terus menerus dalam suatu kelompok tertentu. Konformitas memberikan dampak hilangnya pendapat atau aspirasi tiap individu. Mengingat keputusan yang dilaksanakan adalah keputusan kelompok, sehingga setiap anggota kelompok secara sadar maupun tak sadar terseret ke dalam keputusan kelompok. Konformitas didefinisikan oleh Sarwono (2002) sebagai kesesuaian antara perilaku seseorang dengan perilaku orang lain yang didorong oleh keinginannya sendiri, konformitas terjadi dari kesamaan antara perilaku individu dengan perilaku orang lain atau perilaku individu dengan norma. Konformitas terjadi apabila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Konformitas juga dilakukan agar terhindar dari prasangka (prejudice) dan membentuk konsep diri berupa identitas sosial yang disasarkan pada afiliasi kelompok serta identitas personal yang didasarkan pada karakteristik individual yang unik (Baron & Byrne, 2004). Menurut Tajfel (1982), identitas sosial adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok
sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Identitas sosial merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang anggota kelompok atas kelompoknya yang dianggap sesuai dengan identitas yang ada pada dirinya. Keberadaannya pada kelompok akan membentuk ikatan emosi antara dirinya dan kelompoknya. Hogg dan Abram (2002) juga menambahkan bahwa rasa keterikatan, peduli, serta bangga yang berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Banyaknya jejaring sosial yang digemari di Indonesia, ternyata masih ada satu lagi jejaring sosial yang tidak kalah peminatnya serta membentuk suatu komunitas atau yang dinamakan komunitas virtual karena berawal dari dunia maya, jejaring sosial ini bernama Kaskus. Pengguna yang awalnya bertemu secara online atau lewat dunia maya ini lambat laun membentuk komunitas berdasarkan daerah atau domisili pengguna tersebut tinggal atau disebut Komunitas Kaskus Regional (KKR), kemudian setelah masuk dalam keanggotaan akan dibentuk pengurus dan anggota yang memiliki pembagian kerja tertentu sesuai dengan bagiannya. Kaskus memiliki motto the largest Indonesian community (Komunitas dunia maya terbesar di Indonesia) karena merupakan salah satu komunitas dunia maya terbesar di Indonesia. Sebagai contoh menurut Okezone 9 Juni 2011, pada
bulan Agustus 2005, PC Magazine Indonesia memberikan penghargaan kepada situs Kaskus sebagai situs terbaik dan komunitas terbesar, kemudian Kaskus terpilih kembali sebagai website terbaik pilihan pembaca PC Magazine pada 2006. Interaksi yang terdapat di komunitas ini berupa online dan offline. Online berupa aktivitas yang terjadi lewat internet atau dunia maya, Aktivitas secara offline ini terbagi dalam forum-forum, seperti forum pertama yang di dalamnya berisi informasi mengenai akan diadakannya seminar, evaluasi dan pelatihan (gathering), dan bakti sosial. Forum ini dinamakan Kaskus Corner. Forum kedua yang berisi seputar masalah politik sampai curhatan pribadi. Forum ini dinamakan cas-cis-cus. Kemudian forum ketiga yang berisi gaya hidup dan seputar hobi, forum ini dinamakan loe-ke-loe, dan yang terakhir merupakan forum utama dimana anggota dapat saling mengiklankan produk atau sekedar bertukar informasi mengenai produk yang akan dijual atau dibeli. Forum ini dinamakan jual-beli. Mengenai aktivitas lainnya di luar internet atau tatap muka secara langsung, seperti gathering atau outbound bersamasama dengan regionalnya, dan biasanya mengundang perwakilan dari regional lain serta pusat dinamakan aktivitas offline. Saat pertemuan, para anggota komunitas kaskus ada yang mengenakan kaos atau baju dengan gambar serta tulisan Kaskus yang didesain dan telah diproduksi dengan beragam versi, kemudian ada pin, stiker, dan lain sebagainya yang digunakan untuk membedakan dengan yang
lainnya sekaligus menunjukan identitas mereka sebagai Anak Kaskus. Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat banyak komunitas vitual yang menunjukkan perilaku yang berbeda-beda. Ada anggota komunitas yang merasa eksklusif menggunakan seragam dan ciri khas untuk membedakan dengan anggota lain, namun ada juga yang tidak. Ketika seseorang masuk dalam sebuah komunitas, kemungkinan besar akan cenderung konform atau mengikuti peraturan dalam komunitas tersebut, bukan secara dipaksa melainkan secara sukarela karena sudah merasa menjadi bagian dari komunitas tersebut sehingga self-esteem atau harga dirinya akan METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah anggota komunitas virtual Kaskus yang regionalnya tergolong aktif yaitu komunitas virtual Kaskus Regional Depok. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling (pengambilan sampel dengan tujuan tertentu atau dengan kata lain sudah ditentukan sasarannya). Penelitian ini dilakukan terhadap 50 orang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis setelah dilakukan uji korelasi diketahui bahwa hipotesis diterima. Hubungan antara identitas sosial dengan konformitas diperoleh dengan koefisien korelasi identitas sosial dengan konformitas yang memiliki nilai sebesar -0,395 dengan taraf signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05). Dari hasil tersebut, dapat dilihat
naik serta sense of belonging atau rasa memilikinya akan lebih nampak. Akan tetapi ada beberapa orang yang merasa meskipun tergabung dalam komunitas namun merasa tidak harus konform dengan komunitasnya, termasuk dalam hal aturan dan atributnya. Atas dasar permasalahan ini, maka timbul pertanyaan penelitian apakah ada hubungan antara identitas sosial dengan konformitas pada anggota komunitas virtual. Guna menjawab pertanyaan tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih judul, “Hubungan Antara Identitas Sosial dan Konformitas Pada Anggota Komunitas Virtual Kaskus Regional Depok”.
anggota komunitas kaskus Regional Depok. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 32 orang pria dan 18 orang wanita. Dari hasil penelitian ini, diketahui untuk skala identitas sosial terdapat 19 item valid dari 32 item yang diujicobakan, Sedangkan untuk skala konformitas terdapat 22 item valid dari 38 item yang diujicobakan.
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan konformitas pada komunitas kaskus regional Depok. Arah korelasinya adalah negatif, yang menunjukan bahwa semakin tinggi identitas sosial maka akan semakin rendah konformitas pada komunitas kaskus regional Depok, sedangkan semakin rendah identitas sosial maka
akan semakin tinggi konformitas pada komunitas kaskus regional Depok. Berdasarkan hasil mean empirik dan kurva normal, dapat diketahui bahwa identitas sosial anggota komunitas kaskus regional depok yaitu 60,14 berada pada posisi tinggi, sedangkan hasil mean empirik konformitas diketahui bahwa pada responden penelitian ini tingkat konformitasnya yaitu 53,96 berada pada posisi sedang. Hasil perhitungan deskripsi responden penelitian diketahui mean empirik identitas sosial anggota komunitas kaskus regional Depok pria lebih tinggi daripada anggota komunitas yang berjenis kelamin wanita. Sedangkan mean empirik KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan konformitas pada komunitas kaskus regional Depok. Arah korelasinya adalah negatif, yang menunjukan bahwa semakin tinggi identitas sosial maka akan semakin rendah konformitas pada komunitas kaskus regional Depok, sedangkan semakin rendah identitas sosial maka akan semakin tinggi konformitas pada komunitas kaskus regional Depok. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Anggota Komunitas Kaskus Regional Depok
konformitas anggota komunitas kaskus regional Depok yang berjenis kelamin pria lebih tinggi daripada yang berjenis kelamin wanita. Sementara itu hasil perhitungan deskripsi responden penelitian diketahui mean empirik identitas sosial yang tergabung dalam komunitas selama 1-6 bulan berada dalam posisi paling tinggi daripada yang telah memiliki tergabung dalam komunitas selama 19-24 bulan, sedangkan mean empirik konformitas responden yang telah tergabung dalam komunitas selama kurang 19-24 bulan berada di posisi paling tinggi daripada yang telah tergabung dalam komunitas selama 1-6 bulan.
2.
Disarankan kepada anggota Kaskus Regional Depok dapat mengetahui seberapa besar tingkat identitas sosial mereka terhadap kelompoknya, dan tidak mudah untuk patuh atau konform terhadap hal-hal negatif. Bagi Para Peneliti Disarankan kepada para peneliti dapat membuat penelitian selanjutnya mengenai konfomitas dan identitas sosial yang dibatasi oleh sampel penelitian berupa komunitas virtual, dimana mereka belum pernah bertemu secara nyata sebelumnya melainkan hanya berinteraksi di dunia maya saja. Selain itu dapat juga dengan melihat dari sudut pandang lain, bukan dari
hubungan melainkan pengaruh, perbedaan, dan sebagainya. Kemudian dapat juga menggunakan subjek penelitian anggota komunitas
DAFTAR PUSTAKA Aronson, E. (2007). Social psychology. London: Prentice Hall. Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Baron & Byrne D. (2000). Social psychology. USA: Allyn and Balcon. Baron & Byrne D. (2004). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga. Candrataruna. (2011) Sejarah kaskus. http://hmaryana.blogspot.co m/2011/05/pragmatik1627.ht ml. Diakses tanggal 28 Juni 2011. Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi (Terj. Kartini Kartono). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dede, F., Aaron, K., Michael M., Stanny A. (2010). Conformity. Diklat (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas psikologi Universita Pelita Harapan. Firdy. (2003). Kepercayaan konsumen pada sistem belanja komunitas virtual. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara. Hogg & Abram. (2002). Social psychology. London: Prentice Hall. Kaseger. J.A. (2005). Hubungan antara konformitas kelompok dengan interpersonal
Kaskus dari regional yang lain atau komunitas virtual lainnya.
relationship dalam keluarga pada remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas psikologi Universitas Gunadarma. Muniz, G, O. (2001). Rahasian membangun asertivitas pada komunitas clubbing. Research journal, 3, 59-73. Myers, D. G. 1996. Social Psychology Second Edition. New York. Mc. Graw Hill Kogaskusha Ltd. Purnomo, S. (2011). Tindak tutur perlokasi dalam forum kaskus. Jurnal. Jakarta. Putri, P. (2010). Konformitas. http://noniaxio.blogspot.com/ . Diakses tanggal 26 Juni 2011. Ridwan, F. (2009). Pengaruh konformitas terhadap perilaku asertif. Jurnal provitae, 12, 33-41. Sakinatudh, (2001). Perbedaan identitas sosial mahasiswa universitas negeri dan swasta di Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas psikologi Universitas Bina Nusantara. Sarwono, S.W. (2005). Psikologi sosial. psikologi kelompok, dan psikologi terapan. Jakarta: PT Balai Pustaka. Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Peplau, L.A. (1994).
Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga. Soekanto, S. (2002). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT.Grafindo persada. Sunarto. (2004). Analisis Gender pada Iklan Televisi dengan Metode Semiotika (Applying Semiotic Method on Television Commercial for Understanding Gender Bias). Jurnal Psikologi, 31, 2. Taylor, S., Peplau, L.A., Sears, D.O. (2006). Social psychology. London: Prentice Hall. Taylor, S., Peplau, L.A., Sears, D.O. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana. Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok. Yogyakarta: Andi. Yuliastuti. (1999). Teknik informatika: keberadaan kaskus di indonesia. Surat kabar. Kompas edisi Sabtu, 6 November 1999.